STUDI ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT MENGGUNAKAN PEMODELAN ATP/EMTP PADA JARINGAN TRANSMISI 150 KV DI SULAWESI SELATAN Franky Dwi Setyaatmoko 2207100616 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 6011 Abstrak: Hubung singkat sebagai salah satu gangguan dalam sistem tenaga listrik yang mempunyai karakteristik transient yang harus dapat diatasi oleh peralatan pengaman. Terjadinya hubung singkat mengakibatkan timbulnya lonjakan arus dengan magnitude lebih tinggi dari keadaan normal dan tegangan di tempat tersebut menjadi sangat rendah. Pada tugas akhir ini akan membahas simulasi gangguan hubung singkat pada sistem transmisi 150 kV. Metode yang digunakan adalah melakukan simulasi dengan bantuan software ATP/EMTP (Electromagnetic Transient Program) untuk mendapatkan karakteristik arus dan tegangan pada sistem jaringan transmisi 150 kv di Sulawesi Selatan. Pembahasan ini bertujuan untuk meneliti perubahan arus dan tegangan selama terjadinya gangguan hubung singkat dengan impedansi maupun tanpa impedansi gangguan. Pada kasus ini akan diambil contoh hubung singkat di lokasi saluran udara antara GI BONE dengan GI BLKMB yaitu; hubung singkat tanpa impedansi terjadi pada gangguan tiga phasa menghasilkan arus transient sebesar 8.882,1 A dan arus minimum pada gangguan satu phasa ke tanah sebesar 2.487,7 A, sedangkan untuk hubung singkat menggunakan impedansi 5 Ohm terjadi pada gangguan tiga phasa menghasilkan arus transient sebesar 6.530,1 A dan arus minimum pada gangguan satu phasa ke tanah sebesar 2.260,0 A.
yang sangat rendah di lokasi gangguan, sehingga diperlukan suatu simulasi dengan menggunakan software ATP/EMTP (Electromagnetic Transients Program) untuk meneliti perubahan arus dan tegangan selama terjadinya gangguan hubung singkat. Studi gangguan hubung singkat ini menggunakan sistem jaringan transmisi 150 kV di Provinsi Sulawesi Selatan. II. GANGGUAN HUBUNG SINGKAT Gangguan Hubung Singkat Hubung singkat sebagai salah satu gangguan dalam sistem tenaga listrik yang mempunyai karakteristik transient yang harus dapat diatasi oleh peralatan pengaman. Terjadinya hubung singkat mengakibatkan timbulnya lonjakan arus dengan magnitude lebih tinggi dari keadaan normal dan tegangan di tempat tersebut menjadi sangat rendah yang dapat mengakibatkan kerusakan pada isolasi, kerusakan mekanis pada konduktor, bunga api listrik, dan keadaan terburuk yaitu kegagalan operasi sistem secara keseluruhan. Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat atau short circuit pada sistem tenaga listrik (Ditunjukkan pada Gambar 2.1), yaitu: 1. Simetri atau seimbang a. Tiga phasa (LLL) b. Tiga phasa ke tanah (LLLG) 2. Tidak simetri atau tidak seimbang a. Satu phasa ke tanah (LG) b. Dua phasa ke tanah (LLG) c. Antar phasa (LL) 2.1
I. PENDAHULUAN Gangguan pada peralatan ketenagalistrikan sudah menjadi bagian dari pengoperasian peralatan tenaga listrik. Mulai dari pembangkit, transmisi hingga pusatpusat beban tidak pernah lepas dari berbagai macam gangguan. Bagian dari peralatan tenaga listrik yang sering mengalami gangguan adalah kawat transmisinya. Hal ini disebabkan luas dan panjang kawat transmisi yang terbentang dan beroperasi pada kondisi udara yang berbeda-beda, dimana pada umumnya yang lewat udara (diatas tanah) lebih rentan terhadap gangguan dari pada yang ditaruh dalam tanah (underground). Gangguan dalam sistem tenaga listrik merupakan keadaan yang tidak normal dimana keadaan ini dapat mengakibatkan kerusakan atau mempengaruhi sistem. Gangguan hubung singkat akan menimbulkan arus hubung singkat yang cukup besar dan tegangan
a)
c)
b)
d)
e)
Gambar 2.1. Gangguan Hubung Singkat: a) LLL b) LLLG c) LL d) LLG e) LG
1
2.2
Gangguan di Saluran Transmisi Keadaan peralihan didapatkan dari penggunaan tegangan arus bolak balik pada suatu rangkaian yang mempunyai nilai resistansi dan induktansi, dimana tegangan ini [6] adalah: e = E s i n ( ω t + α) 2.1
I=
Z dimana:
ia adalah arus bolak balik ia = I sin (ω t + α), nilainya berubah menurut sinusoida dengan waktu
E
] 2.4
2 2 Z = [R + (ωL) ]
ip= K 2 ia
Zsc
2.5 III. ATP/EMTP
(ELECTROMAGNETIC TRANSIENT PROGRAM)
α = perbedaan sudut antara tegangan awal gangguan dan tegangan nol.
ATPDraw adalah preprosesor versi ATP dari Electromagnetic Transient Program (EMTP) pada sistem operasi windows. Program ini ditulis dengan bahasa Borland Delphi 2.0 dan dapat berjalan normal dengan perangkat lunak Windows 9x/NT/2000/XP [10]. ATPDraw memiliki kemampuan membuat dan menyusun rangkaian listrik dan memilih komponen dari menu yang tersedia. Data pada sistem jaringan transmisi 150 kV di Sulawesi Selatan berupa Generator, transformator, penghantar, dan beban dimasukkan pada pemodelan ATP/EMTP yang kemudian akan disimulasikan untuk mengetahui arus dan tegangan hubung singkat pada salah satu saluran transmisi tersebut.
idc adalah komponen arus searah R −( )t
idc = - I sin α e L Nilai awalnya tergantung pada α dan menyusut secara eksponensial menurut konstanta walau R/L. θ)
R −( )t L
Dari persamaan 2.4. didapat Dimana arus ini merupakan arus puncak maksimum pertama ip, sehingga ip harus dihitung untuk menentukan kapasitas teruji (making capacity) dan pemutus daya yang diperlukan dan menentukan ketahanan elektrodinamik. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2.3. Nilai ip dapat diambil dari nilai rms arus hubung singkat yang seimbang ia dengan persamaan:
dimana:
[ sin (ω t + α) – θ) – sin (α – θ) e
θ = tan-1 (ω L / R)
E adalah tegangan maksimum (Vmaks) dan Arus i merupakan penjumlahan dari 2 komponen yaitu : i = ia + i d c 2.2
I = arus maksimum =
E
θ)
α-θ θ
IV. SIMULASI DAN ANALISA 4.1 Simulasi Sistem
Gambar 2.2. Bentuk Arus dari penjumlahan 2 komponen [6]
Simulasi ini adalah simulasi sistem yang dilakukan pada saat terjadi gangguan hubung singkat pada sistem transmisi tegangan tinggi 150 kV dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 4.1. Dengan mengambil saluran transmisi antara GI Bone dan GI BLKMB. Karakteristik arus dan tegangan yang ditampilkan adalah gangguan hubung singkat dengan impedansi 5 Ohm. 4.2 Gangguan Hubung Singkat Dengan Impedansi Gangguan 5 Ω
Gambar 2.3 Arus Hubung Singkat pada Saluran Transmisi [7]
Gangguan hubung singkat yang ditampilkan karakteristik arus dan tegangan adalah gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah (hubung singkat minimum) dan gangguan hubung singkat tiga phasa (hubung singkat maksimum). Untuk gangguan yang lain hasilnya di tunjukkan pada Tabel 4.2.
Jika tegangan sesaat bernilai nol dan meningkat dengan arah positif saat saklar ditutup, α = 0. Jika tegangan sesaat maksimumnya positif, α = π/2. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 Bentuk Arus dari penjumlahan 2 komponen, maka persamaan diferensialnya adalah: di E sin (ω t + α) – Ri + L 2.3 dt
4.2.1 Gangguan hubung singkat satu phasa Gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah yang terjadi sepanjang saluran transmisi GI BLKMB GI Bone diasumsikan pada phasa A.
2
Gambar 4.1 Single Line Diargram Jaringan Transmisi 150 kV di Sulawesi Selatan dengan Menggunakan ATP/EMTP
Pada saat terjadinya hubung singkat satu phasa ke tanah, Arus puncak pada saluran transmisi yang sebelumnya sebesar 50,525 A pada phasa A mengalami kenaikan sebesar 2.260 A. Sedangkan pada phasa B dan phasa C mengalami penurunan drastis sebesar 1,75 mA dan 1,83 mA. Karakteristik arus lebih yang terjadi pada phasa A, phasa B, dan phasa C ditunjukkan pada Gambar 4.2. Pada saat terjadinya hubung singkat satu phasa ke tanah tegangan puncak pada saluran transmisi yang sebelumnya sebesar 123.860 V pada phasa A mengalami penurunan drastis sebesar 11.298 V. Sedangkan pada phasa B dan phasa C mengalami kenaikan sebesar 174.820 V dan 182.880 V Karakteristik tegangan hubung singkat satu phasa ke tanah yang terjadi pada phasa A, phasa B, dan phasa C ditunjukkan pada Gambar 4.3.
2500 [A] 1875 1250 625 0 -625 -1250 -1875 -2500 0.00
0.04
0.08
0.12
0.16
[s]
0.20
Gambar 4.2 Bentuk Arus Gangguan Hubung Singkat Satu Phasa ke Tanah pada Saluran Transmisi antara GI BLKMB - GI Bone. 200 [kV] 150 100
4.2.2 Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa Gangguan hubung singkat tiga phasa yang terjadi sepanjang saluran transmisi GI BLKMB - GI Bone diasumsikan pada phasa A, phasa B, dan phasa C. Pada saat terjadinya hubung singkat tiga phasa arus puncak pada saluran transmisi yang sebelumnya sebesar 50.507 A mengalami kenaikan sebesar 6.528,3 A, 5.909,5 A, dan 6.050,5 A. Karakteristik arus lebih yang terjadi pada phasa A, B, dan C pada Gambar 4.4.
50 0 -50 -100 -150 -200 0.00
0.04
0.08
0.12
0.16
[s]
0.20
Gambar 4.3 Bentuk Tegangan Gangguan Hubung Singkat Satu Phasa ke Tanah pada Saluran Transmisi antara GI BLKMB GI Bone.
3
Tabel 4.3 Hasil Test Arus Hubung Singkat Menggunakan Impedansi Gangguan 25 Ω
7000 [A] 5250
Lokasi
3500
Fault R 1.654,2 2.816,4 2.708,6 3.117,2 3.176,3
LG BONE LLG ke LL BLKMB 150 KV LLLG LLL
1750 0 -1750
Tabel 4.4 Hasil Test Tegangan Hubung Singkat Tanpa Impedansi Gangguan
-3500 -5250
Lokasi
-7000 0.00
0.04
0.08
0.12
0.16
[s]
Tegangan Gangguan (A)
Fault
0.20
R LG BONE LLG ke LL BLKMB 150 KV LLLG LLL
Gambar 4.4 Bentuk Arus Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa pada Saluran Transmisi antara GI BLKMB - GI Bone. 120
0 0 61.596 0 0
S 181.000 0 61.596 0 0
T 190.000 178.110 127.640 0 0
% Perubahan R S T 123.860 1,5 1,5 123.860 0,0 1,4 2,0 2,0 1,0 123.860 123.860 123.860 123.860 123.860 123.860
Tabel 4.5 Hasil Test Tegangan Hubung Singkat Dengan Impedansi Gangguan 5 Ω
[kV] 80
Lokasi
Fault
40
BONE ke BLKMB 150 KV
0
-40
LG LLG LL LLLG LLL
R 11.290 28.240 74.133 32.589 31.239
Tegangan Hubung Singkat (Voltage) 5 Ohm % Perubahan S T R S T 174.820 182.880 11,0 1,4 1,5 26.924 174.080 4,4 4,6 1,4 57.850 126.430 1,7 2,1 1,0 29.447 30.248 3,8 4,2 4,1 29.667 31.872 4,0 4,2 3,9
Tabel 4.6 Hasil Test Tegangan Hubung Singkat Dengan Impedansi Gangguan 25 Ω
-80
-120 0.00
0.04
0.08
0.12
0.16
[s]
Lokasi
0.20
Sedangkan untuk tegangan hubung singkat, pada saat terjadinya hubung singkat tiga phasa tegangan puncak phasa A, phasa B, dan phasa C pada saluran transmisi yang sebelumnya sebesar 123.820 V mengalami penurunan sebesar 31.344 V, 29.702 V, dan 31.706 V. Karakteristik penurunan tegangan yang terjadi pada phasa A, B, dan C ditunjukkan pada Gambar 4.5.
Tabel 4.1 Hasil Test Arus Hubung Singkat Tanpa Impedansi Gangguan Fault
LG BONE LLG ke LL BLKMB 150 KV LLLG LLL
Arus Gangguan (A) R 2.487,7 7.646,7 7.423,3 8.867,4 8.882,1
S 0,00181 7.270,9 7.423,3 7.780,6 7.719,2
T 0,00190 0,00178 0,00127 8.056,2 8.039,3
% Perubahan R 49,2 151,3 146,9 175,5 175,8
S T 27914,4 26592,1 143,9 28384,8 146,9 39783,5 154,0 159,4 152,8 159,1
Tabel 4.2 Hasil Test Arus Hubung Singkat Menggunakan Impedansi Gangguan 5 Ω Lokasi
Fault
BONE ke BLKMB 150 KV
LG LLG LL LLLG LLL
R 2.260,0 5.666,3 5.509,2 6.519,0 6.530,1
R 41.343 70.350 97.506 79.290 78.780
Tegangan Hubung Singkat (Voltage) 25 Ohm % Perubahan S T R S T 159.120 164.520 3,0 1,3 1,3 67.648 164.070 1,8 1,8 1,3 80.742 124.900 1,3 1,5 1,0 75.277 76.524 1,6 1,6 1,6 75.302 77.187 1,6 1,6 1,6
Dari hasil simulasi dapat dianalisa, karakteristik arus dan tegangan pada titik A dan B yaitu pada saluran transmisi antara GI Bone dan GI BLKMB sebelum terjadi gangguan memiliki bentuk grafik sinusoida dengan nilai puncak sebesar 123.860 V dan 50,525 A. Ketika terjadi gangguan hubung singkat baik itu satu phasa ke tanah, dua phasa ke tanah, dua phasa, tiga phasa, dan tiga phasa ke tanah di saluran transmisi tersebut dengan impedansi ataupun tanpa impedansi gangguan, maka terjadi perubahan arus dan tegangan yang sangat berbeda dengan karakteristik awal sebelum terjadi gangguan. Umumnya dari hasil simulasi dari seluruh jenis gangguan dan beberapa impedansi gangguan, karakteristik arus mengalami perubahan yaitu pada selang waktu 0 sampai 0,2 s. Setelah itu akan terjadi kestabilan yang berturut-turut, yang biasa disebut kondisi steady state. Perubahan secara tiba-tiba tersebut dikarenakan adanya gangguan hubung singkat dengan arus yang sangat besar dan memiliki komponen DC sehingga menimbulkan karakteristik kurva melengkung ke bawah sampai menuju steady state. Nilai arus sesaat yang sangat besar tadi biasa disebut dengan doubling effects. Untuk karakteristik tegangan, secara umum mengalami perubahan terutama pada phasa yang terkena hubung singkat baik itu antar phasa maupun ke ground, yaitu; penurunan tegangan diphasa yang terjadi gangguan, sedangkan phasa yang lain
Analisa Sistem Gangguan Hubung Singkat pada Jaringan Sistem Transmisi Tegangan Tinggi 150 kV
Lokasi
Fault
LG BONE LLG ke LL BLKMB 150 KV LLLG LLL
Gambar 4.5 Bentuk Tegangan Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa pada Saluran Transmisi antara GI BLKMB - GI Bone.
4.3
Arus Gangguan (Ampere) 25 Ohm % Perubahan S T R S T 0,00159 0,00165 32,7 31.776,7 30.621,2 2.705,9 0,00164 55,7 53,6 30.807,9 2.708,6 0,00125 53,6 53,6 40.420,0 3.010,3 3.061,5 61,7 59,6 60,6 3.009,8 3.055,9 62,9 59,6 60,5
Arus Gangguan (Ampere) 5 Ohm % Perubahan S T R S T 0,00175 0,00183 44,7 2.8871,4 2.7609,3 5.355,2 0,00174 112,1 106,0 2.9037,4 5.509,2 0,00126 109,0 109,0 4.0099,2 5.909,4 6.054,1 129,0 117,0 119,8 5.907,1 6.040,6 129,2 116,9 119,6
4
terpengaruh dari hubung singkat di phasa tersebut, dikarenakan terjadi ketidakstabilan dari sistem tiga phasa ketika terjadi gangguan hubung singkat pada phasa lain. Hubung singkat tanpa impedansi gangguan (Di tunjukkan pada Tabel 4.1 dan 4.4), pada gangguan 3 phasa menghasilkan arus transient sebesar 8.882,1 A dengan kenaikan 175,8 % dari nilai arus sebelumnya dan arus minimum pada gangguan satu phasa ke tanah sebesar 2.487,7A dengan kenaikan 49,2 % dari nilai arus sebelumnya. Sedangkan untuk tegangan maksimum dan minimum terletak pada gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah sebesar 190.000 V dengan kenaikan 1,5 % dari tegangan sebelumnya dan tegangan minimum 0 V mengalami penurunan sebesar 123.820 % dari tegangan sebelumnya. Hubung singkat menggunakan impedansi gangguan 5 Ohm (Di tunjukkan pada Tabel 4.2 dan 4.5), pada gangguan 3 phasa menghasilkan arus transient sebesar 6.530,1A dengan kenaikan 129,2 % dari nilai arus sebelumnya dan arus minimum pada gangguan satu phasa ke tanah sebesar 2.260,0 A dengan kenaikan 44,7 % dari nilai arus sebelumnya. Sedangkan untuk tegangan maksimum dan minimum terletak pada gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah sebesar 182.880V dengan kenaikan 1,5 % dari tegangan sebelumnya dan tegangan minimum 11.290 V mengalami penurunan sebesar 11 % dari tegangan sebelumnya. Hubung singkat menggunakan impedansi gangguan 25 Ohm (Di tunjukkan pada Tabel 4.3 dan 4.6), pada gangguan 3 phasa menghasilkan arus transient sebesar 3.176,3 A dengan kenaikan 62,9 % dari nilai arus sebelumnya dan arus minimum pada gangguan satu phasa ke tanah sebesar 1.654,2 A dengan kenaikan 32,7 % dari nilai arus sebelumnya. Sedangkan untuk tegangan maksimum dan minimum terletak pada gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah sebesar 164.520 V dengan kenaikan 1,3 % dari tegangan sebelumnya dan tegangan minimum 41.343 V mengalami penurunan sebesar 3 % dari tegangan sebelumnya. Perbandingan hubung singkat dengan impedansi maupun tanpa impedansi sangat mempengaruhi karakterstik arus dan tegangan. Hubung singkat tanpa impedansi gangguan cenderung arusnya lebih tinggi dari pada hubung singkat yang menggunakan impedansi gangguan 5 Ohm dan 25 Ohm. Hal ini disebabkan tidak ada resistansi yang menghambat arus gangguan hubung singkat tersebut. Sedangkan untuk tegangan, nilai tegangan pada impedansi 25 Ohm cenderung lebih besar dari pada tegangan hubung singkat dengan impedansi gangguan 5 Ohm dan hubung singkat tanpa impedansi gangguan. Karena dengan resistansi yang cukup besar menyebabkan arus yang mengalir sangat kecil sehingga tegangan di saluran tersebut semakin besar.
1.
V. KESIMPULAN Studi tentang arus gangguan hubung singkat pada sistem transmisi tegangan tinggi 150 kV menggunakan ATP-EMTP di Sulawesi Selatan yang disebabkan adanya beberapa jenis gangguan hubung singkat di lokasi saluran udara antara GI Bone dengan GI BLKMB, yaitu; pada gangguan 3 phasa menghasilkan arus transient sebesar 8.882,1 A dengan kenaikan 175,8 % dari nilai arus sebelumnya dan arus minimum pada gangguan satu phasa ke tanah sebesar 1.654,2 A dengan kenaikan 32,7 % dari nilai arus sebelumnya. Sedangkan untuk tegangan maksimum dan minimum terletak pada gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah sebesar 190.000 V dengan kenaikan 1,5 % dari tegangan sebelumnya dan tegangan minimum 0 V mengalami penurunan sebesar 123.860 % dari tegangan sebelumnya.
2.
Besarnya arus dan tegangan yang terjadi pada saluran transmisi tegangan tinggi 150 kV di Sulawesi Selatan dengan impedansi gangguan yang lebih kecil yaitu tanpa impedansi akan menghasilkan arus yang sangat besar dan tegangan yang rendah. Sebaliknya, semakin besar nilai impedansi gangguan, maka semakin kecil arus hubung singkat yang dihasilkan.
3.
Dari hasil gangguan hubung singkat di seluruh titik pada saluran transmisi Sulawesi Selatan, maka diperoleh karakteristik arus dengan perubahan kenaikan sangat besar untuk semua jenis gangguan, terutama pada waktu 0 sampai 0,2 s. Perubahan secara tiba-tiba tersebut dikarenakan adanya gangguan hubung singkat dengan arus yang sangat besar dan memiliki komponen DC sehingga menimbulkan karakteristik kurva melengkung ke bawah sampai menuju steady state. DAFTAR PUSTAKA [1] Marsudi Djiteng, ”Operasi Sistem Tenaga Listrik”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006 [2] Sulasno, ”Analisa Sistem Tenaga Listrik”, Satya Wacana, Semarang, 1993 [3] Marsudi Djiteng, ”Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta, 2005 [4] Stevenson, D, William. “Element of Power System Analysis”, McGraw-Hill, Inc., Amerika, 1994 [5] Gonen, Turan, “Electric Power Transmission System Engineering”, John Wiley dan Sons, Inc., Kanada, 1988 [6] Noblat M, Dumas F, dan Poulain C, “Calculation of short-circuit currents”
,September, 2010
5
[7] IEC 60904, “Short-Circuit Currents In ThreePhase AC Systems”, IEC, 2000 [8] T.K Nagsarkar dan M.S. Sukhija, ”Power Sistem Analysis”, Oxford University Press, NewYork, 2007. [9] Penangsang, Ontoseno, “Handout Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik”, Teknik Elektro ITS, Surabaya, 2007 [10] Prikler, Laszlo, Hoidalen, Hans Kr, “ATPDraw for Windows 3.1x/95/NT version 1.0 : User’s Manual”, Norway : SINTEF Energy Research, 1998 [11] PT. PLN (Persero) Sulawesi Selatan, “Data Sistem Jaringan Transmisi 150 KV”, Sulawesi Selatan, 2008 [12] SPLN 64, ”Petunjuk Pemilihan dan Penggunaan Pelebur”, PLN, 1985 [13] Mutakher, “Arus Peralihan Gangguan Hubung Singkat Jaringan Transmisi 150 Kv Sumatera Barat – Riau”, Seminar Nasional Teknik Ketenagalistrikan di UNDIP, Semarang, 2005 [14] Su, Sheng dan Zeng, Xiangjun “ATP Based Automated Fault Simulation”, jurnal IEE, 2006 BIOGRAFI Franky Dwi Setyaatmoko dilahirkan di kota Tulungagung,21 September 1985. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara pasangan Mugiyono, S.Pd dan Sukarwati, S.Pd. Penulis memulai jenjang pendidikannya di TK Tunas Muda Widoro, dan SDN Widoro hingga lulus tahun 1998. Setelah itu Penulis melanjutkan studinya di SLTP Negeri 1 Pacitan. Tahun 2001, Penulis diterima sebagai murid SMA Negeri 1 Pacitan hingga lulus tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis masuk ke Jurusan D3 Teknik Elektro Universitas Negeri Malang lewat jalur PMDK hingga lulus tahun 2007, kemudian Penulis melanjutkan studi Program Sarjana di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya lewat program Lintas Jalur dengan NRP. 2207100616 dan mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga.
6