ALUMNI BERSEMI DI SRIWIJAYA Written by Selamat Ginting Friday, 01 April 2011 22:20 - Last Updated Friday, 24 February 2012 09:17
Republika, Rabu, 30 Maret 2011 pukul 13:33:00 Empat alumni Akmil Jurtek berturutturut menjadi Pangdam Sriwijaya era 1979-1987. Entah sebuah kebetulan atau tidak, pada era 1979 hingga 1987, Kodam Sriwijaya secara berturut-turut dipimpin alumni Akmil Jurtek. Saat itu adalah masa peralihan kepemimpinan dari generasi perwira angkatan 1945 kepada generasi penerus TNI. Saat itu, untuk kali pertama, generasi penerus TNI alumni Akmil Jurtek dan Akademi Militer Nasional (AMN) menapaki jabatan strategis sebagai perwira tinggi menggantikan generasi alumni Akademi Militer Yogyakarta, Akademi Militer Kerajaan Belanda, Breda, serta alumni Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD). “Generasi penerus ABRI adalah alumni akademi pendidikan militer yang belum menjadi anggota militer pada masa revolusi fisik,” kata Laksamana Sudomo yang saat itu menjadi pangkopkamtib.
Adalah Kasdam Udayana, Kolonel CZI Try Sutrisno, alumni Akmil Jurtek 1959 yang masih berusia 44 tahun, terhitung sejak 4 Mei 1979 dipercaya menjadi Pang dam Sriwijaya menggantikan Brigjen Obrin Satjaku sumah. Dengan jabatan barunya itu, Try otomatis mendapatkan kenaikan pangkat menjadi brigjen. Artinya, dalam tempo kurang dari 20 tahun sebagai personel militer, ia telah mencapai posisi sebagai perwira tinggi. Sebuah prestasi menakjubkan saat itu. Try bersama Soegiarto (42 tahun), alumni AMN 1960, pertama kali mencapai brigjen pada 1979. “Brigjen Try dan Brigjen Soegiarto adalah perwira yang disiapkan menjadi pimpinan ABRI di kemudian hari. Sudah waktunya mereka menjadi pang dam,” ujar Jenderal M Jusuf
1/7
ALUMNI BERSEMI DI SRIWIJAYA Written by Selamat Ginting Friday, 01 April 2011 22:20 - Last Updated Friday, 24 February 2012 09:17
yang saat itu menjadi Menhankam/Pangab. Brigjen Try memimpin komando utama yang membawahi wilayah Sumatra bagian Selatan, meliputi Provinsi Sumatra Selatan, termasuk Kepulauan Bang ka-Belitung, Jambi, Bengkulu, dan Lampung. Komando utama TNI ini menjadi
awal kariernya di lingkungan militer. Try pernah bertugas di dua kesatuan zeni di Bumi Sriwijaya, yakni Batalyon Zeni Tempur (Yon zipur)-2 dan Batalyon Zeni Konstruksi (Yonzikon)-12, saat itu masih disebut Yonzikon- 2 Caduad (Cadangan Umum Angkatan Darat). Setelah tiga setengah tahun memimpin Kodam Sriwijaya, ia pun memperoleh promosi menjadi pangdam jaya di Jakarta, terhitung 24 Desember 1982. Yang menarik, pengganti Try sebagai pangdam Sriwijaya adalah seniornya Brigjen Arie Bandiyoko, alumni Akmil Jurtek 1957. Inilah kali pertama di era 1980-an, estafet kepemimpinan jabatan strategis diserahkan di antara sesama lulusan Akmil Jurtek. Tidak ada kecanggungan dalam acara serah terima jabatan yang dipimpin Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Poniman meskipun Try menyerahkan tongkat komando kepada seniornya. Begitu juga dengan Arie Bandiyoko yang sebelumnya menjadi wakil asisten 2/7
ALUMNI BERSEMI DI SRIWIJAYA Written by Selamat Ginting Friday, 01 April 2011 22:20 - Last Updated Friday, 24 February 2012 09:17
pengamanan Kepala Staf Ang katan Darat. Acara itu sekaligus menandai sejarah tampilnya para lulusan Akmil Jurtek sebagai panglima-panglima di sejumlah Kodam. “Tidak ada masalah dalam pergantian ini, wajar-wajar saja,” ungkap Poniman. Hanya sekitar lima bulan, Brigjen Arie Bandiyoko menjadi pangdam Sriwijaya hingga 9 Mei 1983. Ia mendapatkan promosi bintang dua, menjadi asisten pengamanan KSAD. Penggan tinya, lagi-lagi alumni Taruna Panorama Bandung yang lebih senior, yakni Brigjen Roestandi AM, lulusan Akmil Jurtek 1956 atau angkatan pertama. Selama dua tahun, Roestandi memimpin wilayah yang saat itu tingkat kriminalitasnya termasuk yang tertinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Selanjutnya, sejak 23 Mei 1985, Roestandi mendapatkan promosi menjadi mayjen di Mabes ABRI sebagai asisten kekaryaan ABRI merangkap kepala badan pembina an kekaryaan Dephankam. Tak dinyana, penggantinya ada lah Brigjen Siswadi yang sebelumnya menjadi salah satu direktur di Seskoad. Siswadi sebelumnya pun sempat menjadi kasdam Diponegoro. Siapakah Siswadi? Ternyata dia 3/7
ALUMNI BERSEMI DI SRIWIJAYA Written by Selamat Ginting Friday, 01 April 2011 22:20 - Last Updated Friday, 24 February 2012 09:17
teman seangkatan Try Sutrisno di Akmil Jurtek 1959. Artinya, lagilagi empat Pangdam Sriwijaya secara berturut-turut dipegang alumni Akmil Jurtek. Pada masa Siswadi, sudah terjadi reorganisasi ABRI sehingga jabatan Pangdam Sriwijaya diperuntukan bagi perwira tinggi dengan pangkat mayjen. KSAD Jenderal Rudini yang memimpin serah terima jabatan tersebut. Sementara Try Sutrisno, tiga bulan kemudian menjadi wakil KSAD dan naik pangkat menjadi letjen menggantikan Letjen Bambang Triantor.
Interupsi Sampai Mengundurkan Diri Cerita unik juga terjadi pada Brigjen Ibrahim Saleh (Akmil Jurtek 1960) saat Sidang Umum MPR 1988. Ia dengan berani melakukan interupsi ketika nama Letjen (Purn) Sudharmono disebutkan sebagai calon wakil presiden. Ibrahim ingin menceritakan soal pengalaman yang dia ketahui tentang Sudharmono, pada 1964. Saat itu, Ibrahim berdinas di Yonzipur-4 Kodam Diponegoro. Namun, ia belum sempat menceritakan hal tersebut pada sidang MPR yang kemudian tetap menetapkan Sudharmono sebagai 4/7
ALUMNI BERSEMI DI SRIWIJAYA Written by Selamat Ginting Friday, 01 April 2011 22:20 - Last Updated Friday, 24 February 2012 09:17
wakil presiden periode 1988-1993. Langkah Ibrahim Saleh itu tergolong sangat berani, sebab Sudharmono merupakan pilihan Presiden Soeharto. Dampak dari kasus itu, Ibrahim pun dicopot sebagai anggota Fraksi ABRI. Bahkan dia dianggap stres, tetapi hasil pemeriksaan dokter menyatakan Ibrahim sehat walafiat saat melakukan interupsi tersebut. Saya ingin mengungkap kebenaran untuk bangsa ini, tapi saya dianggap sebagai jenderal gila. Nyatanya, saya sehat-sehat saja, kata Ibrahim. Dinamika politik yang sangat tinggi akhirnya juga membuat Letjen Haryoto PS (Amil Jurtek 1963) harus melepaskan jabatan sebagai Kasospol ABRI pada 1993. Hanya sekitar tiga bulan Haryoto memegang jabatan tersebut. Haryoto digantikan Letjen R Hartono, tak lama setelah pergantian jabatan panglima ABRI dari Jenderal Edi Sudradjat kepada Jenderal Feisal Tanjung. Haryoto mengalami nasib yang hampir sama seperti pendahulunya, Letjen Harsudiono Hartas, seusai Sidang Umum MPR 1993. Cerita yang jarang terjadi di Indonesia juga dilakukan alumni Akmil Jurtek 1962, saat Mayjen Santo Budiono mengundurkan diri sebagai dirjen Perhubungan Darat, 5/7
ALUMNI BERSEMI DI SRIWIJAYA Written by Selamat Ginting Friday, 01 April 2011 22:20 - Last Updated Friday, 24 February 2012 09:17
Departemen Perhubungan. Mei 2001, terjadi dua kali tabrakan kereta api berturut-turut selama sepekan. Korban empat tewas dan dan sejumlah penumpang luka-luka. Muncul reaksi masyarakat agar pejabat yang berwenang mengundurkan diri. Selang beberapa hari dari peristiwa itu, Santo mengajukan pengunduran diri kepada Menteri Perhubungan Agum Gumelar. Langkah Santo tersebut mengejutkan banyak pihak karena tidak banyak pejabat di republik ini yang berani mengambil langkah bertanggung jawab terhadap sebuah peristiwa. Padahal, dari segi hierarki, PT Kereta Api di bawah Menteri Negara BUMN dan langsung dipimpin dirut PT Kereta Api. Suasana rasa keadilan masyarakat yang mendorong saya harus memegang prinsip dan komitmen, ujar Santo. Pilihan politik, itulah yang dilakukan Menteri Agraria/Ketua Badan Pertanahan Nasional Letjen Ary Mardjono (Akmil Jurtek 1962) menjelang Presiden Soeharto lengser. Pada 20 Mei 1998, Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita bersama 15 menteri mengadakan rapat mendadak dan meminta Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Dari 15 menteri yang hadir, hanya dia yang menolak menandatangani surat penolakan kembali untuk menjadi menteri dalam 6/7
ALUMNI BERSEMI DI SRIWIJAYA Written by Selamat Ginting Friday, 01 April 2011 22:20 - Last Updated Friday, 24 February 2012 09:17
kabinet baru yang akan dibentuk akibat krisis politik saat itu. Sebagai militer, saya harus patuh pada atasan. Bagi saya maju bersama, mundur juga harus bersama. Saya tidak takut kehilangan jabatan. Ini menyangkut loyalitas, etika, dan moral, kata Ary Mardjono. selamat ginting
7/7