EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
EFEKTIVITAS TEKNIK APLIKASI NEP HETERORHABDITIS ISOLAT LOKAL MADURA SEBAGAI AGENS HAYATI PENGENDALIAN RAYAP TANAH (MACROTERMES SP) DI KABUPATEN BANGKALAN DAN SAMPANG Sucipto Dosen Jurusan Agroekoteknologi Fak. Pertanian Unijoyo
Abstract The objective of this research was to examine the effectivity of application techniques of Heterorhabditis to control soil termite, Macrotermes sp, in Bangkalan and Sampang. A Factorial blocked randomized design consisted of three treatments and three replications was applied. The techniques used were baiting and spraying with the concentration respectively, 0,5 millions Ij/col, 1 million IJ/ coloni and 1,5 millions IJ/col. The result showed that baiting technique was superior than spraying one in mortality of soil termite in both places. The concentration of 1 million IJ coloni- caused soil termite mortality as much as the concentration at 1,5 millions IJ coloni- but this was higher than the mortality at the concentration of 0,5 millions IJ coloni-. Key words:: Efektivitas, NEP Heterorhabditis, Macrotermes sp.
PENDAHULUAN
Pada tahun 1995 kerugian ekonomis akibat
Latar Belakang
serangan
rayap
pada
bangunan
perumahan di Indonesia mencapai 1,67 trilyun Rayap tanah (Isoptera :Termitidae)
rupiah
merupakan serangga sosial dan hidup subur
bangunan
diberbagai belahan dunia terutama di daerah
industri
tropika dan subtropika. Rayap tanah penting
pada
tanaman
menyebabkan
terjadinya
kebakaran,
pertanian
sehingga
menimbulkan
lainnya
badai,
dan
gempa
bumi
(Anonymous, 1997).
hasil
Pada
bahkan menyebabkan kematian pada tanaman inang
sosial
setiap tahun, jauh lebih merusak dibandingkan
1992).
penurunan
fasilitas
fasilitas
menimbulkan kerugian hingga jutaan dolar
serangan pada tanaman pertanian, perkebunan,
Serangannya
dan
perkantoran,
pada
kerusakan struktur bangunan secara serius dan
sisa kertas tetapi juga sering kali menimbulkan
(Taruminkeng,
gedung
kerugian
dilaporkan bahwa rayap telah menyebabkan
bahan-bahan sisa seperti potongan kayu dan
kehutanan
termasuk
(Rakhmawati, 1995). Di Amerika Serikat
dalam kehidupan manusia sebagai perombak
dan
belum
15
tahun
terakhir
ini
menunjukkan bahwa rayap merupakan faktor
kerugian
perusak kayu dan bangunan yang paling
ekonomis yang sangat besar.
menganggu di Indonesia (Nandika et al., 1999).
13
Efektivitas Teknik Aplikasi ...
Ditinjau
kerusakan
(Sucipto)
yang
memegang peranan yang sangat penting.
ditimbulkan oleh rayap tanah Macrotermes sp
Penggunaan agensia pengendalian hayati yang
dan Coptotermes curvignathus, rayap tanah C.
ada seperti bakteri, virus, jamur, dan nematoda
curvignathus dapat menimbulkan kematian
entomopatogen makin memperoleh perhatian
pada
C
besar karena bahaya penggunaan termisida
curvignathus tidak menunjukkan gejala awal
atau senyawa sintetik terhadap serangan hama
yang jelas kecuali pada saat pohon akan mati
dan lingkungan. Nematoda entomopatogen
yang ditunjukkan oleh perubahan warna daun.
merupakan
Kerugian yang diakibatkan oleh serangan
mengendalikan
rayap ini sangat besar, di perkebunan kelapa
menimbulkan dampak negatif pada musuh
sawit PT perkebunan IV Torgamba, dari 7.282
alami serangga hama, lingkungan dan tidak
ha atau 983.740 tanaman kelapa sawit yang
meracuni manusia dan vertebrata. Sejauh ini
berumur 6-11 tahun, ditemukan sebanyak
beberapa contoh spesies nematoda yang telah
10.674 tanaman yang terserang rayap ( De
digunakan untuk mengendalikan rayap adalah
chenon et al., 1993). Sedangkan rayap tanah
Heterorhabditis bacteriophora, Steinernema
Macrotermes
carpocapsae
inang.
dari
13 – 26
Pohon
sp.
yang
terserang
serangannya
tidak
menimbulkan kematian pada tanaman inang
masih
rayap
dan
alternatif
untuk
tanah
tanpa
Steinernema
riobravis
Pengendalian rayap secara terpadu
Teknologi pengendalian rayap pada ini
satu
(Pearce, 1997).
(Nandika et al., 1999).
saat
salah
menitikberatkan
memiliki dasar ekologis, biologi dan tingkah
pada
laku serangga ini dan menyandarkan diri pada
penggunaan pestisida anti rayap (termitisida)
faktor-faktor
yang
teknik
pengendalian hayati yang memiliki dampak
perlakuan tanah (soil treatmen), pengawetan
negatif yang sangat minimal. Dari uraian
kayu (wood preservativation) maupun dengan
diatas uji efektivitas teknik aplikasi nematoda
cara impregnasi termitisida
entomopatogen sebagai pengendalian rayap
diaplikasikan
baik
melalui
kedalam target.
Teknik pengendalian rayap dengan cara ini sangat
efektif
dan
mampu
seperti
memberikan
Penelitian ini dilaksanakan dikebun
dan
Fakultas Pertanian dan Laboraturium Hama
berpotensi meracuni manusia (Nandika et al.,
dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas
1999)
Trunojoyo mulai bulan Januari sampai bulan
masalah
tetapi
METODOLOGI PENELITIAN
dapat
menimbulkan
pertanian,
alami
tanah dilapang sangat penting dilakukan.
perlindungan terhadap bangunan gedung dan tanaman-tanaman
mortalitas
lingkungan
Agustus 2007.
Pengendalian hayati di dalam konsep dasar Pengelolaan Hama Terpadu (PHT)
14
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
yang
ISSN 0216-0188
b. Pengumpanan (baiting)
digunakan
dalam
Dilakukan dengan menggunakan pipa
penelitian ini adalah rayap tanah Macrotermes
paralon setinggi 25 cm yang dilubangi sisi-
sp. , yang ditemukan disekitar tanaman
sisinya untuk jalan masuknya rayap tanah
penaung (pohon sono, sawo kecik, mahoni,
dengan umpan (kayu randu) didalamnya yang
dan jati) di kampus Universitas Trunojoyo,
ditanamkan di dalam tanah. Kayu randu
nematoda
Heterorhabditis,
digunakan sebagai umpan rayap tanah untuk
media bedding, media BSA, media NA,
mengamati rayap tanah yang terkena nematoda
Galleria mellonella, kertas filter, kayu randu,
entomopatogen setelah perlakuan semprot
alkohol 70%, air steril, dan tissue.
(spraying). Dengan menggunakan rancangan
entomopatogen
Alat-alat
yang
digunakan
Acak
dalam
inkubator,
timbangan,
Dilakukan
di
empat
Kabupaten di Madura.
penelitian ini paralon plastik, autoklaf, laminar flow,
Kelompok.
mikroskop HASIL DAN PEMBAHASAN
binokuler, gelas arloji, pinset, jarum ose, saringan ukuran 15 µm dan 30 µm, pipet ependrof 1000 µm, cawan hitung, erlenmeyer,
Teknik Aplikasi Heterorhabditis terhadap Mortalitas Macrotermes sp.
orbital shaker, dan tangki semprot.
Teknik Pengumpanan (Baiting) Hasil
Aplikasi
Nematoda
Entomopatogen
bahwa
Di
pengamatan
menunjukkan
Heterorhabditis
mempunyai
patogenesitas yang tinggi terhadap Rayap
Lapang
Tanah Macrotermes sp. Hal ini dibuktikan
a. Perlakuan penyemprotan (spraying) Dilakukan menyemprotkan
langsung nematoda
dengan tingkat mortalitas rayap yang tinggi.
dengan
Rata-rata
entomopatogen
persentase
Macrotermes
terlebih dahulu disemprot dengan air untuk
Heterorhabditis berkisar antara 65,03% untuk
melembabkan sarang. Konsentrasi nematoda
teknik aplikasi pengumpanan (baiting) dengan
entomopatogen yang digunakan adalah 0
10 hari pengamatan (Tabel 1) pada kabupaten
IJ/m2, 1,0 juta IJ/m2, dan 1,5 juta IJ/m2.
Bangkalan
entomopatogen dilakukan setiap empat hari. Dengan
menggunakan
rancangan
Acak
Kelompok. Dilakukan di empat Kabupaten di Madura
15
yang
diakibatkan
rayap
pada permukaan sarang rayap tanah yang
Pengamatan terhadap persistensi nematoda
sp.
mortalitas
oleh
Efektivitas Teknik Aplikasi ...
13 – 26
Tabel 1. Rata-rata persentase rayap tanah Macrotermes sp. pada berbagai teknik pengendalian Dengan cara umpan di Bangkalan. Perlakuan
pengamatan)
pengamatan)
Rata-rata persentase mortalitas rayap Macrotermes sp. Heterorhabditis
pengamatan)
65,03 a
Dari 42,21 b
terhadap 41,94 b
tanah
dengan
perlakuan
setelah aplikasi menunjukkan bahwa rata-rata
37.99 b
69,76 (Tabel 3). Kalau dilihat dari semua table diatas untuk
aplikasi
dengan
metode
umpan
mortalitas tertinggi diperoleh di kabupaten pamekasan dengan nilai 69,76% dan terendah
Kabupaten Sampang menunjukkan bahwa
pada kabupaten sampang 51,97 persen.
perlakuan dengan metode umpan pada awal
Pada hari 4 mortalitas rayap tanah
pengamatan menunjukkan tingkat mortalitas
masih rendah karena nematoda entomopatogen
yang cukup tinggi dimana porsentase kematian
baru
mencapai 61,97% (Tabel 2).
diaplikasikan
entomopatogen
Tabel 2. Rata-rata persentase rayap tanah Macrotermes sp. pada berbagai teknik pengendalian Dengan cara umpan di Sampang.
sehingga
dalam
masa
nematoda adaptasi
lingkungan dan masa pencarian inang. Pada hari ke 10 mortalitas rayap tanah mulai
Rata-rata persentase mortalitas rayap Macrotermes sp. Heterorhabditis
meningkat karena nematoda sudah banyak yang masuk ke dalam sarang rayap tanah (menemukan inang) dan sudah menyerang
Pengumpanan (10 hari
rayap tanah. Pada hari ke 20 mortalitas rayap 61,97 a
tanah masih tinggi karena di dalam sarang,
Penyemprotan (4 hari pengamatan)
rayap
Pamekasan menunjukkan bahwa pada 10 hari
Hasil analisis untuk pengamatan di
pengamatan)
ragam
mortalitas yang dilakukan di Kabupaten 41,49 b
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf 0,05
Perlakuan
analisis
Heterorhabditis menunjukkan bahawa tingkat
Penyemprotan (30 hari pengamatan)
hasil
menunjukkan bahwa perlakuan pegumpanan
Penyemprotan (20 hari pengamatan)
32,92 b
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf 0,05.
Penyemprotan (10 hari pengamatan)
35,93 b
Penyemprotan (30 hari
Penyemprotan (4 hari pengamatan)
33,61 b
Penyemprotan (20 hari
Pengumpanan (10 hari pengamatan)
(Sucipto)
rayap tanah yang sudah terinfeksi nematoda
35.12 b
menularkan nematoda ke rayap tanah yang
Penyemprotan (10 hari
16
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
lainnya.
Ini
JUNI 2009
sangat
menguntungkan
ISSN 0216-0188
umpan atau melalui penetrasi langsung melalui
pengendalian karena penyebaran nematoda
kutikula.
akan semakin luas dan jumlah rayap terinfeksi
pengumpanan
akan semakin banyak. Heterorhabditis mampu
memungkinkan masuk melalui makanan yang
bertahan dalam tanah sampai hari ke 30 karena
berupa
infektif juvenil mengandung cadangan energi
dimasukkan ke dalam paralon yang sebelah
karbohidrat, sehingga meskipun berada di luar
sisinya dilubangi terlebih dahulu (Pearce,
inang (tidak makan) infektif juvenil bisa hidup
1997). Metode semacam ini juga pernah
dalam beberapa periode yang lama asalkan
dilakukan oleh Myles (1994) untuk melakukan
kondisi lingkungan baik (kelembaban dan
pengumpanan terhadap rayap Reticulitermes di
temperatur baik, oksigen cukup tersedia)
Kanada.
(Woodring dan Kaya, 1988). Mortalitas
yang
Pada
teknik
(baiting),
umpan
yaitu
pengendalian nematoda
kayu
lebih
randu
yang
Rata-rata persentase mortalitas rayap disebabkan
oleh
tanah pada teknik pengumpanan lebih tinggi
nematoda entomopatogen disebabkan bakteri
jika
simbion yang berada dalam tubuh nematoda.
penyemprotan.
Penelitian ini menggunakan nematoda jenis
dilakukan dengan cara memberi umpan di
Heterorhabditis
simbion
dekat sarang rayap yang sebelumnya telah
photorhabdus. Dimana bakteri simbion ini
diinokulasi dengan nematoda Heterorhabditis
memproduksi ekstraselluler protease yang
Teknik pengumpanan ini cenderung akan
berperan
menimbulkan
mengakibatkan kontak yang tinggi antara
kematian serangga (Kaya dan Koppenhofer,
rayap dengan nematoda. Rayap memiliki
1996)
memproduksi
kemampuan untuk menerima dan menafsirkan
ekstraselluler protease, bakteri juga mampu
setiap rangsangan bau yang esensial bagi
mengeluarkan senyawa yang bersifat toksin
kehidupan,
yang dapat membunuh inang (Sulistyanto,
menemukan umpan yang ditanam dekat sarang
1998).
(Nandika et al., 1999). Keadaan ini juga
dengan
penting
dan
membunuh
dalam
disamping
Nematoda
bakteri
entomopatogen
serangga
inang
mampu
dibandingkan
karena
Teknik
sehingga
mendukung
dengan
pengumpanan
menyebabkan
sifat
teknik
rayap
Heterorhabditis,
mempunyai sifat hunters (Gaugler, 1993).
mengeluarkan bakteri simbion dalam tubuh
Hal ini yang mendukung rata-rata
inangnya. Proses ini diawali dengan masuknya
persentase mortalitas rayap tanah pada teknik
nematoda kedalam tubuh inang. Setelah masuk
pengumpanan lebih tinggi jika dibandingkan
kedalam tubuh inang nematoda mengeluarkan
dengan teknik penyemprotan, karena umpan
bakteri
yang
simbionnya.
Masuknya
nematoda
kedalam tubuh inang melalui makanan berupa
diberikan
diketahui
17
didalam
keberadaanya
paralon
cepat
sehingga
rayap
Efektivitas Teknik Aplikasi ...
13 – 26
(Sucipto)
mendekati umpan dan memakannya. Dengan
Selain dari perilaku nematoda yang
demikian rayap dalam hal ini sebagai inang
menentukan tinggi rendahnya mortalitas rayap,
dari nematoda mendekat, sesuai dengan sifat
perilaku
Heterorhabditis maka inang yang mendekat
menentukan
langsung diserang. Gaugler et al., (1993). Jadi
Perilaku rayap yang menyebabkan persentase
penetrasi nematoda juga bergantung pada
mortalitas tinggi yaitu rayap-rayap pekerja
keaktifan gerak serangga sasaran, sedangkan
yang menemukan sumber makanan baru akan
rayap merupakan serangga sasaran yang
mengeluarkan feromon penanda jejak
mempunyai keaktifan gerak yang sangat tinggi
laying pheromone) yang dapat diikuti oleh
dan
rayap
nematoda
Heterorhabditis diadaptasikan
tipe
rayap
tinggi
itu
sendiri
rendahnya
juga
mortalitas.
(trail
ambusher
seperti
sangat
bagus
untuk
kemungkinan terjadi kontak antara nematoda
terhadap
inang
yang
dengan rayap akan lebih banyak (Nandika et
mobilitasnya tinggi (Gaugler, 1993). Selain
dari
pekerja
yang
lainnya,
sehingga
al, 1999). Selain itu juga rayap mempunyai
itu Heterorhabditis untuk
kebiasaan bersinggungan saat berpapasan dan
dapat kontak dengan inang melakukan niktasi
memakan rayap yang tidak aktif (baik karena
yaitu suatu mekanisme kunci untuk kontak
usia atau sakit)(Tambunan dan Nandika,
dengan inang dengan cara mengangkat seluruh
1989). Perilaku ini sangat mendukung dalam
bagian tubuh kecuali bagian posterior diatas
hal menularkan nematoda dari rayap yang
substrat dan membentuk postur yang tegak,
terinfeksi ke rayap yang sehat. Hal ini akan
yang memungkinkan ‘ambusher’ menyerang
mengakibatkan rata-rata persentase mortalitas
inang (Ishibasi dan Kondo, 1990 dalam Lewis
rayap tanah tinggi.
et al., 1992). Substrat yang digunakan dalam
Perilaku nematoda dan perilaku rayap
teknik pengendalian dengan pengumpanan
dapat menyebabkan tingkat mortalitas tinggi,
(baiting)
yang
yang mana ketinggian mortalitas merupakan
menguntungkan nematoda. Dimana substrat
indikasi dari keberhasilan dari suatu teknik
(kertas tissue) ini dililitkan pada umpan (kayu
pengendalian.
randu) sebelum dimasukkan kedalam paralon.
pengendalian pengumpanan (baiting) juga
Lingkungan substrat kertas saring diketahui
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis
menguntungkan nematoda (Heterorhabditis)
umpan dan daya tarik umpan yang digunakan
yang menggunakan strategi ‘hunters’ untuk
dapat mempengaruhi keberhasilan dari suatu
menemukan inang, dibandingkan spesies yang
teknik pengendalian. Pada penelitian ini jenis
lebih aktif (seperti S. glaseri) yang lebih
umpan yang digunakan adalah kayu randu,
infektif pada pasir dan tanah (Caroli et al.,
karena rayap menyukai bahan-bahan yang
1996).
mengandung sellulosa tinggi dimana sellulosa
ini
adalah
kertas
tissue
18
Keberhasilan
dari
teknik
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
merupakan makanan utama rayap (Nairot,
mengendalikan
1970).
umpan
alami, (2) memiliki sasaran yang spesifik
ditempatkan di lapangan juga salah satu syarat
(rayap), (3) mudah dalam penggunaannya, dan
keberhasilan
(4) mampu mengeliminasi koloni secara total
Dan
penelitian
cara
bagaimana
teknik
ini
pengendalian.
umpan
Pada
diletakkan
didekat
rayap
merupakan
musuh
(Frenc, 1994).
sarang rayap (Nandika et al., 1999). Teknik pengendalian dengan cara
Teknik Penyemprotan (Spraying)
pengumpanan (baiting) dapat menyebabkan
Rata-rata persentase mortalitas rayap
tingkat mortalitas rayap Macrotermes sp.
tanah
tinggi, tetapi dari keberhasilan tersebut, ada
penyemprotan (spraying) lebih rendah jika
hambatan yang dapat mempengaruhi tingkat
dibandingkan dengan teknik pengumpanan
mortalitas
(baiting).
Pada
(spraying)
rata-rata
rayap
menyebabkan
tanah.
Hambatan
teknik
yang
pengendalian
Macrotermes
sp.
teknik
sp.
diperoleh
keadaan
berkisar antara 42,21%
paralon
(tempat
umpan)
penyemprotan mortalitas
rayap
dalam
teknik
persentase
pengumpanan (baiting) ini tidak berhasil, yaitu
Macrotermes
pada
yang
pengamatan 4 hari
kelembaban harus terjaga. Jika kelembaban
setelah aplikasi, 41,96% pada pengamatan 10
terlalu tinggi (melebihi kelembaban optimum )
hari, 41,49 pada pengamatan 20 hari setelah
maka rayap tidak akan mendekati umpan, jika
aplikasi begitu pula pada aplikasi 30 hari
rayap tidak mendekati umpan maka kontak
37,99% untuk kabupaten Bangkalan. (tabel 1).
antara rayap dengan nematoda tidak akan
Pada Tabel 2. menunjukkan teknik
terjadi yang nantinya berpengaruh pada tinggi
aplikasi dengan penyemprotan di Kabupaten
rendahnya
Karakteristik
Sampang terlihat bahwa lebih rendah bila
habitat abiotik yang disukai oleh rayap tanah
dibandingkan dengan metode umpan dimana
diantaranya adalah kisaran suhu optimum yang
mortalitas pada rayap tanah sebanyak 35,12%
baik bagi kehidupan rayap yaitu berkisar
pengamatan 4 hari, 33.61% pengamatan 10
mortalitas
rayap.
21,11oC-26,60oC
kelembaban
hari,35,93% pengamatan 20 hari dan 32,92%
optimal berkisar antara 95-98%(Nandika et al.,
pengamatan 30 hari setelah aplikasi serta tidak
1999).
berbeda nyata pada semua antar pengamatan.
antara
dan
Disamping dapat memberikan tingkat
Perlakuan dengan metode semprot
mortalitas yang tinggi terhadap pengendalian
untuk di Kabupaten Pamekasan dari hasil
rayap
pengendalian
analisis tingkat mortalitas rayap tanah lebih
pengumpanan (baiting) mempunyai beberapa
rendah apabila dibandingkan dengan metode
keuntungan antara lain; (1) ramah lingkungan
umpan, seperti terlihat pada Tabel 3. Dimana
karena
nilai metode umpan 69,97% pada pengamatan
tanah,
bahan
teknik
yang
digunakan
untuk
19
Efektivitas Teknik Aplikasi ...
13 – 26
(Sucipto)
10 hari setelah aplikasi, sedangkan metode
(Bangkalan,
semprot pada 4 hari pengamatan tingkat
Sumenep).
mortalitas
sebanyak
50,76%,
10
hari
Sampang,
Mortalitas
yang
Pamekasan
dan
diakibatkan
oleh
pengamatan 50,60%, 20 hari pengamata
teknik
48,87% dan 30 hari pengamatan .
dibandingkan dengan teknik pengumpanan.
penyemprotan
lebih
rendah
jika
Dari hasil uji Duncan menunjukkan
Hal ini disebabkan pada teknik penyemprotan
bahwa perlakuan semprot antar pengamatan
dilakukan penyemprotan secara langsung ke
tidak menunjukkan beda yang nyata, dilihat
sarang rayap yang berupa gundukan tanah,
perbedaan antara kedua metode menunjukkan
sedangkan
bahwa metode umpan lebih efektif dan
entomopatogen
berbeda nyata dengan metode semprot untuk
serangga hama yang hidup didalam tanah
Kabupaten Sumenep seperti yang terlihat pada
sangat bergantung pada kemampuan nematoda
Tabel 4. Dimana hasil pengamatan terhadap
untuk menyebar, mempertahankan diri, dan
mortalitas rayap tanah memberikan nilai untuk
menemukan
metode umpan sebanyak 60,03% pengamatan
Kemampuan tersebut sangat tergantung sekali
10
semprot
pada tipe tanah, kelembaban, suhu dan akar
pengamatan 4 hari tingkat mortalitas rayap
tanaman (Kaya dan Gaugler, 1993). Hal ini
tanah 38,23%, pengamatan 10 hari 36,94%,
mengakibatkan nematoda entomopatogen yang
pengamatan 20 hari 40,49% dan pengamatan
disemprotkan harus melalui pori-pori tanah
30 hari 38,69% serta tidak menunjukkan beda
yang menjadi sarang rayap, dimana sarang
yang nyata antar pengamatan pada metode
rayap
semprot.
keadaannya keras sekali. Keadaan yang seperti
hari
sedangkan
Analisis
metode
sebagai
inangnya
tersebut
nematoda
agensia
hayati
didalam
bertekstur
tanah.
lempung
dan
menunjukkan
ini menyebabkan kontak yang akan terjadi
bahwa teknik pengendalian pengumpanan
antara nematoda dengan rayap relatif sedikit.
(baiting) berbeda sangat nyata dengan teknik
Hal
pengendalian penyemprotan (spraying). Hasil
Heterorhabditis yang hunters (Gaugler, 1993).
uji
Duncan
keragaman
keberhasilan
ini
juga
didukung
dengan
sifat
menunjukkan
bahwa
teknik
Di samping itu penyebaran nematoda dalam
pengumpanan
(baiting)
dan
teknik
tanah liat sangat terbatas, karena tanah liat
penyemprotan
(spraying)
nyata,
mempunyai sedikit pori-pori tanah sehingga
berbeda
sedangkan teknik penyemprotan (spraying)
menyebabkan
pengamatan 10 hari menunjukkan
berbeda
nematoda didalam tanah. Pernyataan ini sesuai
tidak nyata dengan teknik penyemprotan
dengan Poinar (1990) yang menyatakan
(spraying) pengamatan 20 hari dan 30 hari
persentase juvenil yang mampu menginfeksi
setelah aplikasi pada semua lokasi perlakuan
larva
20
Galleria
terhambatnya
mellonella
pergerakan
akan
semakin
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
menurun
seiring
dengan
JUNI 2009
meningkatnya
sampai mencapai kedalaman hingga beberapa
kandungan liat dan debu dalam tanah. Faktor-faktor
dibawah permukaan tanah dengan
ukuran liang-liang kembara selebar 66 mm
penyemprotan (spraying) sangat berpengaruh
(Nandika et al., 1999).Kedalamam tersebut
terhadap keberhasilan dalam pengendalian
bisa mencapai 5-6 meter ( Pearce, 1997).
rayap tanah, misalnya adanya hujan dan suhu.
Perbedaan letak koloni tersebut berfungsi
Nematoda entomopatogen memerlukan air
untuk melindungi diri dari perubahan cuaca
untuk pergerakan dan aktivitasnya, tetapi jika
yang kurang menguntungkan (Pearce, 1997;
air tersebut didapatkan dalam jumlah yang
Kemble,
2000).Dengan
besar maka nematoda tidak akan melewati
tersebut
maka
pori-pori tanah melainkan akan terbawa air ke
entomopatogen dalam sarang juga berbeda.
lain tempat dan hal ini yang akan berpengaruh
Dengan letak koloni yang beberapa centimeter
terhadap tinggi rendahnya mortalitas rayap
dan dengan kondisi sarang rayap yang
tanah. Selain penyebaran nematoda yang sulit
bertekstur
pada tanah liat yang memiliki pori-pori sedikit,
menyebar dengan baik, tetapi jika letak koloni
kondisi sangatlah kering yang berpengaruh
mencapai beberapa meter dan dengan kondisi
pada ketahanan nematoda. Suhu lingkungan
yang tidak menguntungkan (tanah liat dan
yang
kering) maka kemampuan nematoda untuk
kurang
menggagalkan
untuk
meter teknik
kedalam
lingkungan
ISSN 0216-0188
menguntungkan proses
tubuh
penetrasi
serangga,
akan
nematoda dan
liat,
perbedaan
penyebaran
nematoda
letak
nematoda
masih
mampu
menyebar dan bertahan kecil sekali.
akan
menyebabkan nematoda mengalami kematian
Pengaruh Konsentrasi terhadap Mortalitas
(Griffin et al., 1996). Keadaan ini diantisipasi
Macrotermes sp.
dengan melakukan penyemprotan pada sore
Uji Duncan menunjukkan konsentrasi
hari, hal ini dimaksudkan agar nematoda yang
1,5 juta IJ/ koloni dan 1 juta/ koloni berbeda
diaplikasikan tidak terkena sinar Ultra Violet
tidak nyata. Mortalitas rayap meningkat
(UV)
seiring
sebab
nematoda
entomopatogen
dengan
penambahan
kosentrasi
merupakan agensia pengendali hayati yang
nematoda entomopatogen. Pada konsentrasi
rentan terhadap sinar UV.
1,5 juta IJ/ koloni sudah dapat menyebabkan
Berdasarkan
hasil
pengamatan
disamping
kematian rayap sampai dengan 62,60 % Tabel
tekstur tanah sarang rayap yang bertekstur
5. Dalam suatu teknik pengendalian cukup
lempung dan sangat keras letak koloni rayap
menggunakan konsentrasi 1 juta IJ/ koloni,
pada sarang juga sangat menentukan tinggi
karena konsentrasi 1 juta IJ/ koloni sudah
rendahnya mortalitas rayap. Letak koloni
dapat mengakibatkan mortalitas rayap sampai
terdapat pada kedalaman 30-60 cm bahkan
61,12 %. Dengan demikian menggunakan
21
Efektivitas Teknik Aplikasi ...
13 – 26
(Sucipto)
konsentrasi 1 juta IJ/ koloni sudah menghemat
1 Juta
63,12 a
0,5 juta IJ/ koloni. Karena prinsip pertama
1,5 Juta
63,60 a
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf 0,05
dalam pengendalian serangan rayap adalah menentukan apakah teknik pengendalian yang akan digunakan baik secara teknik maupun
Dari hasi uji konsentrasi di kabupaten
ekonomis layak dilakukan (Nandika et al.,
Pamekasan
1999).
menunjukkan
perlukan
dengan dosis 1 IJ/koloni memberikan nilai
Tabel 5. Rata-rata persentase mortalitas rayap Macrotermes sp. pada berbagai konsentrasi nematoda Heterorhabditis di Bangkalan Perlakuan (IJ/Koloni)
juga
mortalitas tertinggi 66,12% dengan dosis yang lain namun tidak menunjukkan beda yang nyata dengan dosis 1,5 juta IJ/koloni (65,94%)
Rata-rata persentase mortalitas rayap Macrotermes sp. Heterorhabditis
dan menunjukkan angka yang berbeda nyata dengan dosis 0,5 juta IJ/koloni Tabel 7.
0,5 Juta
53,09 b
Kalau dilihat dari tabel 5 Kabupaten
1 Juta
61,12 a
Bangkalan, Tabel 6 Kabupaten Sampang dan
1,5 Juta
62,60 a
Tabel 8 semua perlakuan dengan dosis yang
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf 0,05
sama
untuk
Kabupaten
Pamekasan
Memberikan nilai tertinggi untuk mortalitas rayap tanah, di ikuti oleh Kabupaten Sampang,
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan IJ/koloni
dengan dengan
konsentrasi mortalitas
1,5 63,60%
Kabupaten Bangkalan terakhir Kabupaten
juta
Sumenep.
di
Tabel 7. Rata-rata persentase mortalitas rayap Macrotermes sp. pada berbagai konsentrasi nematoda Heterorhabditis di Pamekasan
Kabupaten Sampang tidak menunjukkan beda yang nyata dengan perlakuan dosis 1 juta
Perlakuan (IJ/Koloni)
Rata-rata persentase mortalitas rayap Macrotermes sp. Heterorhabditis
0,5 Juta
53,11 b
1 Juta
66,12 a
1,5 Juta
65,94 a
IJ/koloni dengan mortalitas 63,12%, namun menunjukkan
beda
yabg
nyata
dengan
perlakuan dosis 0,5 juta IJ/koloni dengan mortalitas 51,03% Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata persentase mortalitas rayap Macrotermes sp. pada berbagai konsentrasi nematoda Heterorhabditis di Sampang Perlakuan (IJ/Koloni)
0,5 Juta
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf 0,05
Rata-rata persentase mortalitas rayap Macrotermes sp. Heterorhabditis
Tingkat mortaliatas pada rayap tanah di Kabupaten Sumenep menunjukkan bahwa
51,03 b
22
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
perlakuan
dosis
JUNI 2009
semakin
tinggi
yang
kompetisi dalam hal ruang dan makanan antar
diaplikasikan menunjukkan tingkat mortalitas yang cukup tinggi.
ISSN 0216-0188
nematoda itu sendiri.
Seperti pada Tabel 8
Perilaku
Heterorhabditis
yang
terlihat berdasarkan hasil analisis ragam
mempengaruhi tingkat mortalitas rayap tanah
menunjukkan
dosis
memberikan
tingkat
1,5
juta
IJ/koloni
adalah sifatnya yang ambusher (menunggu
mortalitas
tertinggi
inang
sampai
mendekat
dan
kemudian
namun tidak berbeda nyata dengan dosis 1 juta
menyerangnya),
IJ/Koloni dan berbeda nyata dengan dosis 0,5
mortalitas rayap tanah yang rendah (Gaugler,
juta IJ/koloni.
1999; dan Berry, 2000). Namun kondisi ini
Tabel 8. Rata-rata persentase mortalitas rayap Macrotermes sp. pada berbagai konsentrasi nematoda Heterorhabditis di Sumenep
bisa diatasi karena mobilitas rayap tanah yang
Perlakuan (IJ/Koloni)
Rata-rata persentase mortalitas rayap Macrotermes sp. Heterorhabditis
0,5 Juta
50,07 b
1 Juta
61,98 a
1,5 Juta
62,12 a
sehingga
menyebabkan
tinggi, sehingga Heterorhabditis lebih efektif menyerang rayap tanah (Gaugler, 1993). Perilaku
rayap
tanah
yang
menyebabkan mortalitas tinggi adalah adanya feromon
penanda
jejak
(trail
laying
pheromone) yang dikeluarkan oleh rayap kasta pekerja dan akan diikuti oleh rayap yang ada
Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf 0,05
di belakangnya, sehingga kemungkinan kontak
Konsentrasi nematoda entomopatogen
penanda jejak ini dikeluarkan dari kelenjar
antara Heterorhabditis dengan rayap tanah semakin besar (Nandika et al., 1999). Feromon
yang dipakai sangat berpengaruh pada tingkat
sternum
mortalitas
Pada
belakang abdomen). (Tarumingkeng, 2001).
konsentrasi 1 juta IJ/koloni mengakibatkan
Perilaku lain yang menyebabkan peningkatan
mortalitas
mortalitas rayap tanah adalah kebiasaan
rayap
Macrotermes
sp.
sebesar 61,12%, dengan nilai
(sternal
glanddi
bagian
bawah,
mortalitas yang melebihi 50% tersebut maka
bersinggungan
konsentrasi yang dapat digunakan adalah 1
berpapasan / trofalaksis (perilaku berkerumun
juta IJ/koloni. Dengan demikian konsentrasi
diantara anggota-anggota koloni dan saling
nematoda
harus
menjilat anus dan mulut). Trofalaksis ini
dan
bertujuan untuk menularkan protozoa dan
Koppenhofer (1996), pada jenis nematoda
menyebarkan feromon dasar pada koloni rayap
tertentu, konsentrasi nematoda yang melebihi
tanah (Tarumingkeng, 2001; Tambunan dan
batas optimalnya akan menciptakan suatu
Nandika, 1989). Dengan perilaku ini secara
diperhatikan
dalam sebab
suatu
aplikasi
menurut
Kaya
pada
rayap
tanah
saat
tidak langsung akan memudahkan penyebaran
23
Efektivitas Teknik Aplikasi ...
13 – 26
Heterorhabditis yang melakukan penetrasi
(Sucipto)
KESIMPULAN DAN SARAN
mmelalui lubang-lubang alami seperti mulut, Kesimpulan
anus, dan spirakel atau penetrasi langsung
1. Teknik
melalui integumen (Sulistyanto dan Ehlers,
pengendalian yang
paling
1996). Perilaku lain yang mempengaruhi
efektif mengendalikan rayap tanah
mortalitas rayap tanah adalah sifat kanibalisme
Macrotermes
pada kasta pekerja, yaitu membunuh serta
pengumpanan
memakan rayap-rayap yang tidak reproduktif
menunjukkan beda yang nyata.
(karena sudah tua, sakit, atau malas) baik pada
sp.
adalah
teknik
(baiting)
serta
2. Teknik pengumpanan (baiting) dapat
kasta reproduktif, kasta prajurit, maupun pada
menyebabkan
kasta pekerja sendiri (Tambunan dan Nandika,
Macrotermes sp. Sampai 65,03% di
1989).
Kabupaten Bangkalan, 61,97% di
Kanibalisme
ini
berfungsi
untuk
mempertahankanprinsip
efisiensi
dan
konservasi
berperan
dalam
pengaturan
energi
serta
homeostatika
kehidupan)
koloni
Kabupaten
3. Teknik
satu
hal
yang
umum
dapat
mortalitas
rayap
pengamatan 4 hari di Kabupaten Bangkalan, 35,93% pada pengamatan 20
faktor pembatas nematoda entomopatogen Secara
(spraying)
Macrotermes sp. Sampai 42,21% pada
juga
suhu optimum. Suhu dalam tanah merupakan
1990).
smprot
menyebabkan
mempengaruhi mortalitas rayap tanah, yaitu
(Klein,
di
tanah
Selain perilaku rayap dan perilaku terdapat
69,76%
Kabupaten Sumenep.
(Tarumingkeng, 2001).
nematoda,
Sampang,
rayap
Kabupaten Pamekasan dan 60,03% di
(keseimbangan rayap
mortalitas
hari
di
Sampang,
50,60%
pengamatan 10 hari di Pamekasan dan
nematoda
40,49%
entomopatogen meningkat aktifitasnya hingga
pengamatan
20
hari
di
Kabupaten Sumenep.
80% pada suhu 21-30°C dan menurun hingga
4. Pengaruh
40% pada suhu 12-16°C (Pioner, 1984).
konsentrasi
terhadap
Beberapa jenis Heterorhabditis membutuhkan
mortalitas rayap tanah menunjukkan
suhu optimum untuk melakukan reproduksi.
bahwa 1 Juta Ij/koloni 61.12% tidak
Suhu optimum untuk S. carpocapsae adalah
berbeda
20-32°C (Grewal et al., 1994).
IJ/Koloni 62,60% dan berbeda dengan 0,5
juta
nyata
dengan
IJ/koloni
di
1,5
juta
Kabupaten
Bangkalan. Begitu pula di Kabupaten Sampang 1 juta IJ/koloni 63,12%, 1,5 juta IJ/koloni 63,60%. Kabupaten
24
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
Biocontrol Science and Tekhnology. 6:227-233.
Pamekasan 1 Juta IJ/koloni 66,12%, 1,5 juta IJ/koloni 65,94% dan Di
French, J.R.J. 1994. Physical Barier and Bait Toxicant; The Romeo and Juliet of Future Termite Control. Paper Prepared for The 25th Annual Meeting. International Researce Group on Wood Preservation
Kabupaten Sumenep 1 juta IJ/koloni 61,98%, 1,5 juta IJ/koloni 62,12%. 5. Keberhasilan
teknik
pengumpanan
(baiting) bergantung pada : a. tingkah laku dan aktivitas
Gaugler, R. 1993. Ecological Genetic of Enthomopatogenic Nematodes. Nematodes and The Biological Control of Insect Pest (R. Bedding. R. Akhurts and H. Kaya. Eds.). CSIRO. Australia. 89-95.
jelajah rayap b. jenis dan daya tarik umpan yang digunakan c. penempatan umpan dilapang
Griffin, C.T. 1996. Effect of Prior Storage Condition on The Infectifitie of Heterorhabditis sp. (Rhabdithida:Heterorhabditidae). Fundamental and Aplied Nematology.19: 95-102.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa untuk pengendalian rayap tanah Macrotermes sp. dilapang lebih efektif dilakukan
dengan
teknik
Kaya dan Stock. 1997. Techniques in Insect Nematology. Departement of Nematology, University of California USA and College of Natural Sciences and Museum, National University of La Plata Argentina.
aplikasi
pengumpanan (baiting) dengan dosis 1 juta IJ/koloni.
Pelaksanan
aplikasi
ISSN 0216-0188
sebaiknya
dilakukan pada sore hari. Kaya, DAFTAR PUSTAKA Anonymous.1997. Termite control. Web Site Dallas (Pest and Termite Control Company). USA.
H.K. dan Gaugler, R., 1993. Enthomopathogenic nematodes in Biological control. CRC Press. Boca Rabon Florida.
Nairot, C. 1970. The Nest of Termites. In Khrisna, K. And F.M. Weesner (Eds). Biologi if Termites.
Boemare, N.E. Lanmond, and H. Mauleon. 1996. The Entomopathogenic Nematodes Complex, Biology, Life Cycle, and Vertebrate Safety. Biocontrol Sci. Technol. 6 : 333 – 346.
Nandika, D. dan Y. Rismayadi. 1999. Ancaman Serangan Rayap Tanah Pada Tanaman Perkebunan. PAU Ilmu Hayat IPB. Bogor. Pearce, M.J., 1997. Termites Biology and Pest Management. CAB International . New York.
Caroli, L., I. Glazer, and R. Gaugler. 1996. Enthomapatogenic Nematode Infectivity Assay: Comparison of Penetration Rate into Different Hosts.
25
Efektivitas Teknik Aplikasi ...
Poinar,
13 – 26
(Sucipto)
Tambunan, B. Dan D. Nandika., 1989. Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. PAU Bioteknologi IPB. Bogor.
G.O.Jr., 1990. Nematodes for Biological Control of Insect. CRC. Boca Raton. Florida.
Rakhmawati, D., 1995. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Indonesia. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Taruminkeng, R.C., 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu di Indonesia. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPHH) No. 133. Bogor. Taruminkeng, R.C., 2001. Biologi dan Prilaku Rayap. Pest Control Indonesia. Bulletin IPPHMI edisi 3: 4-11.
Sulistyanto, D. And R.U. Ehlers. 1996. Eficacy of The Enthomopatogenic Nematodes Heterorhabditis megidis and H. Bacteriophora for The Control of Grubs (P. Horticola and A. Contaminatus) in Golf Course Turf. Biocontrol Science and Tekhnology 6: 247-250.
Woodring, J.L. and H.K. Kaya., 1988. Steinernematid and Heterorhabditid Nematodes : A Hand Book of Biology and Techniques. Southern Cooperative Series Bulletin 331. Arkansas Agric. Experiment Station. Arkansas.
26