HUBUNGAN DERAJAT NYERI BERDASARKAN VISUAL ANALOGUE SCALE (VAS) DENGAN DERAJAT RADIOLOGIK BERDASARKAN KELLGREN LAWRENCE SCORE PADA FOTO KONVENSIONAL LUTUT PASIEN OSTEOARTRITIS SENDI LUTUT Correlation between pain grading by Visual Analogue Scale (VAS) with Radiological grading by Kellgren Lawrence Score on standing conventional knee radiograph in Osteoarthritis Elen Mahmud Lukum, Muhammad Ilyas, Bachtiar Murtala, Frans Liyadi, Faridin HP ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menguji hubungan antara derajat nyeri berdasarkan Visual Analogue Scale dengan derajat radiologik berdasarkan Kellgren Lawrence Score pada foto konvensional lutut penderita osteoartritis sendi lutut. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode cross sectional. Sebanyak 101 sampel berusia 37- 78 tahun (22 laki-laki, 38 perempuan), 2 pasien dengan IMT dibawah normal, 13 pasien IMT normal, 45 pasien IMT diatas normal dengan gejala klinik osteoartritis sendi lutut rujukan dari poli Rheumatologi Bagian Penyakit Dalam yang menjalani pemeriksaan foto konvensional lutut posisi AP tegak dan posisi lateral, mulai bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2011. Derajat nyeri (Klinik) didapat melalui wawancara dengan menggunakan (Visual Analogue Scale) dan derajat radiologik diukur berdasarkan kriteria Kellgren Lawrence Score dari foto konvensional lutut, oleh peneliti dan seorang Radiolog. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada derajat radiologik II derajat nyeri adalah sedang. Derajat radiologik III derajat nyerinya sedang dan berat. Derajat radiologik IV sebagian besar adalah derajat nyeri berat. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,58 dengan probabilitas (p) = 0,000. Jadi semakin tinggi derajat radiologiknya, maka semakin tinggi derajat nyerinya (klinik). Didapatkan juga hubungan yang bermakna ( p = 0,000; Linear by Linear test) antara derajat nyeri berdasarkan VAS dengan karakteristik osteofit pada eminentia interkondiler, osteofit perifer dan penyempitan celah sendi femorotibia berdasarkan foto konvensional lutut. Jadi semakin nyata osteofit pada eminentia interkondiler, osteofit perifer dan penyempitan celah sendi femorotibia berdasarkan foto konvensional lutut maka semakin tinggi derajat derajat nyerinya (Klinik). Kata Kunci : Osteoartritis sendi lutut, foto konvensional lutut, Kellgren Lawrence Score, Visual Analogue Scale (VAS)
ABSTRACT The aim of the research is to test the correlation between pain degree based on Visual Analogue Scale and radiologic degree based on Kellgren Lawrence Score for knee conventional radiograph of osteoarthritis. The research was an analytic study by using cross sectional method. The sample consisted of 101 patients aged 37-78 years old (22 males and 38 females). The BMI patients were 2 bellow normal, 13 patients normal, 45 above normal. They had clinical osteoarthritis referred from Rheumatology clinic Departement of Internal Medicine and were having conventional knee radiograph treatment on standing and lateral positions from January to March 2011. Clinical degree was evaluated through interview by using questionnaire (Visual Analogue Scale) and radiologic degree was evaluated based on Kellgren Lawrence Score from conventional knee radiograph conducted by the researcher and a radiologist. The results reveal that in radiological grading II, the clinical degree is moderate. In radiological grading III, the clinical degree is moderate and severe. In radiological degree IV, the clinical degree is commonly severe. Spearmen test analysis reveals that correlation coefficient (r) = 0,58 and probability (p) = 0,000. Thus, the higher the radiological degree, the higher the clinical degree. There is also a significant relationship (p = 0.000; Linear by Linear test) between pain degree based on VAS and ostefit characterics on eminentia intercondyler, perifer osteofit and narrowing joint space femorotibia based on standing conventional knee radiograph. Thus, the clear osteofit on eminentia intercondyler, perifer and narrowing joint space, the higher the clinicl degree. Keywords : Osteoarthritis, conventional knee radiograph, Kellgren Lawrence Score, Visual Analogue Scale (VAS)
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi dengan etiologi kompleks yang mengakibatkan hilangnya fungsi normal akibat kerusakan kartilago artikuler. Definisi konsensus workshop tahun 1995 : Penyakit OA adalah hasil dari peristiwa mekanik dan biologi yang menggangu stabilitas proses degradasi sintesis kondrosit dan matriks ekstrasel kartilago artikuler dan tulang subkondral. American Collage of Rheumatology Annual meeting 1999, akhir diskusi kebanyakan yakin bahwa proses degeneratif maupun inflamasi berperan pada patogenesis OA. OA dianggap menjadi masalah aspek morbiditas, kelumpuhan serta isolasi sosial, khususnya bila mengenai sendi lutut dan panggul yang merupakan sendi penopang berat badan, sehingga berakibat langsung terhadap pengurangan aktifitas. (Kalim H,1996; Renton, 1993; Manek Nj 2006) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa OA pada sendi lutut lebih sering terjadi dibandingkan dengan OA pada sendi panggul. Data di RSUP Sanglah Denpasar (2001-2003) keluhan lutut didapatkan terbanyak (97%) dari semua penderita OA. Penelitian di RSUD Dr Soetomo Surabaya menunjukkan, OA lutut
2
menduduki kejadian terbanyak (47,4%), diikuti kelainan pada tulang belakang.(Sujatno S 2002; Raka,2003) Diagnosis OA dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, gambaran radiologis dan artroskopi. Radiologi memiliki modalitas yang cukup banyak dalam mendiagnosis OA seperti foto konvensional lutut, USG, CT scan, MRI.. Foto konvensional lutut dapat memberikan gambaran diagnostik OA yang cukup akurat dengan sensitivitas 95,3% dan pemeriksaan ini tersedia di daerah-daerah. (Kalim, 2007 Kellgren,1957) Keluhan nyeri merupakan gejala klinik utama pasien arthrosis serta keterbatasan penggunaan sendi akibat kerusakan yang diakibatkan, menimbulkan asumsi bahwa gejala klinik mempunyai hubungan dengan kerusakan sendi sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengukur derajat kerusakan tersebut. Pengukuran nyeri dilakukan berdasarkan pola pribadi pasien, atau kesimpulan yang yang diambil dokter berdasarkan perilaku pasien. Visual Analogue Scale (VAS) dianggap sebagai salah satu metode yang akurat untuk mengukur rasa nyeri. ( Langley 1984, Daud R 2007, Sujatno S 2002, Averbuch M 2004). Kellgren Lawrence Score (KLS) adalah salah satu grading radiologik yang digunakakan secara luas pada penelitian epidemologik memakai foto konvensional.(Greenspan 2004, Peterson IF 1997). Penelitian tentang derajat nyeri pada OA menggunakan metode Visual Analogue Scale (VAS) sudah pernah dilakukan tetapi sepengetahuan penulis penelitian tentang derajat nyeri berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) pada OA sendi lutut yang dihubungkan dengan grading Osteoartritis sendi lutut berdasarkan Kellgren Lawrence Score belum pernah dilakukan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik cross sectional dilakukan di Bagian Radiologi RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar, dari mulai bulan Januari 2011 sampai bulan Maret 2011. Populasi dan sampel adalah pasien dengan gejala klinik OA lutut dari poli rheumatologi yang melakukan pemeriksaan foto konvensional lutut dibagian Radiologi RS.Dr.Wahiddin Sudirohusodo. Diambil dengan metode consecutive random sampling.Besar sampel pada penelitian 101 sampel. Data yang diperoleh diolah dengan SPSS for windows menggunakan uji korelasi Spearman dan Linear by Linear, dengan batas kemaknaan pada nilai α < 0,05. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah : Lembar kuisioner, Film ukuran 18 x 24 cm, Pesawat sinar X merk Shimadju XDU 150 L-30F, Mesin pencucian film digital AFP Imaging Mini-Med/90, Mistar dan kliper dengan skala terkecil 0,005mm, Light box, Kamera digital, Komputer.
3
HASIL PENELITIAN Karakteristik Subyek Penelitian Tabel 1. Karakteristik sosiodemografi subyek penelitian Variabel Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia (tahun) < 45 45 – 55 > 55 Indeks massa tubuh (IMT) Kurus Normal Berat Badan Lebih Obesitas Obesitas Berat Pekerjaan Pensiunan PNS PNS Aktif Ibu Rumah Tangga (IRT) Pegawai Swasta Wiraswasta
Frekwensi
Persentase (%)
22 38
36,7 63,3
8 15 37
13,3 25 61,7
2 13 19 23 3
3,3 21,7 31,7 38,3 5
23 19 15 2 1
38,3 31,7 25 3,3 1,7
Dari 60 orang subyek yang diteliti, ditemukan 22 orang ( 36,7%) laki-laki, 38 (63,3%) orang perempuan berumur antara 37-78 tahun, dengan sebaran usia kurang dari 45 tahun sebanyak 8 orang (13,3%), usia antara 45-55 sebanyak 15 orang (25%) dan usia lebih dari 55 tahun sebanyak 37 orang (61,7%). Berdasarkan Indeks Massa tubuh (IMT) dari 60 subyek penelitian yang diteliti; 2 orang (3,3%) kurus, normal 13 orang (21,7%), berat badan lebih 19 orang (31,7%), obesitas 23 orang (38,3%), obesitas berat 3 orang (5%). Pada karakteristik demografik menurut pekerjaan subyek penelitian, sebanyak 23 orang (38,3%) bekerja sebagai pensiunan Pegawai Negeri Sipil, 19 orang (31,7%), PNS aktif 15 orang (25%) Ibu rumah tangga, 2 orang (3,33%) pegawai swasta dan sisanya 1 orang (1,7%) wiraswasta.
4
Grafik 1. Distribusi sampel penelitian menurut jenis kelamin dan Derajat OA berdasarkan KLS Frekwensi
42.57
50 40 20.79
30 20 10
5.94
15.84
9.9
4.95
0 GRADE II
GRADE III LAKI-LAKI
GRADE IV
PEREMPUAN
Derajat Radiologik Kellgren Lawrence Score (KLS)
Grafik 1. Memperlihatkan, pada berbagai derajat osteoartritits sampel penelitian perempuan lebih banyak daripada laki-laki, tetapi tidak ada perbedaan distribusi derajat osteoartritis karena jenis kelamin. Pada grade II perempuan lebih banyak dari laki-laki, lebih nyata lagi pada sampel osteoartritis grade III dan IV. Tabel 2 :Distribusi sampel penelitian OA menurut derajat KLS Derajat Radiologi (Kellgren Lawrence core) Grade I Grade II Grade III Grade IV
Frekwensi 0 12 62 27
Persen (%) 0 11,9 61,4 26,7
Dari tabel 2. menunjukkan bahwa sampel yang terbanyak adalah grade III (61,4%), diikuti grade IV (26,7%) dan grade II (11,9%), sedangkan grade I pada penelitian ini tidak ditemukan. Tabel 3 : Distribusi sampel penelitian menurut derajat nyeri VAS Derajat Nyeri Visual Analogue Scale(VAS) Ringan Sedang Berat
Frekwensi 1 49 51
Persen (%) 1 48,5 50,5
Dari tabel 3. menunjukkan yang paling banyak adalah sampel penelitian dengan VAS berat (50,5%), diikuti VAS sedang (48,5%) dan VAS ringan (1%)
5
Tabel 4. Hasil uji korelasi Linear by linear antara letak osteofit eminentia interkondiler berdasarkan foto konvensional lutut terhadap VAS Osteofit eminentia interkondiler Tidak ada Kecil Nyata Sedang Besar Total
Ringan 0 (0%) 1 (4%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (4%)
VAS Sedang 10 (100%) 21 (75%) 18 (44%) 0 (0%) 0 (0%) 49 (49%)
Berat 0 (0%) 6 (21%) 23 (56%) 19(100%) 3 (100%) 51 (50%)
Total 10 (10%) 28 (28%) 41 (41%) 19 (19%) 3 (3%) 101 (100%)
Dari tabel 4.Diharapkan : Bila tidak ada osteofit atau osteofit kecil, VASnya ringan atau sedang, osteofit nyata, sedang sampai besar, VASnya berat. Hasil analisa menunjukkan tidak ada osteofit presentasi terbanyak 10 sampel (100%), osteofit kecil 21 sampel (75%) VAS sedang, osteofit nyata 23 sampel (56,1%) ,osteofit sedang 19 sampel (100%), osteofit besar 3 sampel (100%) VAS berat. Dari hasil uji Linear by linear di dapatkan nilai p = 0,000 ( p<0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara ukuran osteofit pada eminentia interkondiler dengan beratnya VAS. Tabel 5. Hasil uji korelasi Linear by linear antara letak osteofit perifer berdasarkan foto konvensional lutut terhadap VAS Osteofit Perifer Tidak ada Kecil Nyata Sedang Total
Ringan 1 (2%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (1%)
VAS Sedang 31 (76%) 16(36%) 2 (22%) 0 (0%) 49 (49%)
Berat 9 (22%) 28 (64%) 7 (78%) 7(100%) 51 (50%)
Total 41 (41%) 44 (44%) 9 (9%) 7 (7%) 101 (100%)
Dari tabel 5. Diharapkan : Tidak ada osteofit atau osteofit kecil saja, VASnya ringan atau sedang, osteofit nyata, sedang sampai besar, VASnya berat. Hasil analisa menunjukkan pada keadaan tidak ada osteofit ditemukan presentasi terbanyak 31 sampel (75,6%) VAS sedang, osteofit kecil 28 sampel (63,6%) VAS berat, osteofit nyata 7 sampel (77,8%), osteofit sedang 7 sampel (100%) VAS berat. Hasil uji Linear by linear di dapatkan nilai p = 0,000 ( p<0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara ukuran osteofit perifer dengan beratnya VAS.
6
Tabel 6. Hasil uji korelasi Linear by linear antara penyempitan celah sendi femorotibia foto konvensional lutut berdiri terhadap VAS Ukuran Celah Sendi VAS Femorotibia Total Ringan Sedang Berat 1 – 3 mm 1 (2%) 26 (63%) 14 (34%) 41 (41%) < 1 mm 0 (0%) 21 (64%) 12 (36%) 33 (33%) Hilang 0 (0%) 2 (7%) 7 (93%) 27 (27%) 1 (1%) 49 (49%) 51 (50%) 101 (100%) Total Dari tabel 6. Diharapkan : Bila ukuran celah sendi femorotibia 1-3 mm VASnya ringan atau sedang, celah sendi <1mm VAS sedang sampai berat, hilang celah sendi VAS berat. Hasil analisa menunjukkan pada ukuran celah sendi femorotibia 1-3 mm ditemukan presentasi terbanyak 26 sampel (63,4%) VAS sedang, celah sendi < 1 mm 21 sampel (63,6%) VAS sedang, hilang celah sendi 25 sampel (92,6%) VAS berat. Dari hasil uji Linear by linear di dapatkan nilai p = 0,000 ( p<0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara ukuran celah sendi dengan femorotibia dengan beratnya VAS. Tabel 7. Hasil uji korelasi Spearman antara Grading Radiologi berdasarkan KLS dengan Grading Nyeri berdasarkan VAS Grading Radiologi VAS Kellgren Lawrence Total Ringan Sedang Berat Score
Grade II Grade III Grade IV Total
1 (8%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (1%)
11 (92%) 36 (58%) 2 (7%) 49 (49%)
0(0%) 26(42%) 7 (93%) 51 (51%)
12 (12%) 62 (62%) 27 (27%) 101 (100%)
Dari tabel 7. Diharapkan : Grade II VASnya ringan atau sedang, grade III VAS sedang sampai berat, grade IV VAS berat. Hasil analisa menunjukkan, pada Grade II KL ditemukan presentasi terbanyak 11 sampel (91,7%) VAS sedang, Grade III KL ditemukan presentasi terbanyak 36 sampel (58,1%) VAS sedang, Grade IV KL ditemukan presentasi terbanyak 25 sampel (92,6%) VAS berat. Didapatkan hubungan yg signifikan dimana p = 0,000 ( p<0,05) dengan koefisien Spearmen rho = 0,58.
PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dari 101 sampel yang diteliti, jenis kelamin perempuan (63,3%) lebih banyak daripada laki-laki (36,7%), Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan , angka terpaparnya OA lutut laki-laki dan perempuan adalah sama pada usia < 45 tahun, namun pada usia > 50 tahun perempuan akan lebih banyak dibanding laki-laki.( Kalim 1996; Mc Cance 2006). Hal ini berhubungan dengan usia terbanyak yang menjadi subyek penelitian adalah > 50 tahun. Kellgren Lawrence pada penelitiannya juga menemukan prevalensi 7
OA lutut perempuan pada kelompok umur > 50 pasien, lebih tinggi dari laki-laki dengan perbandingan 1,5 : 1 atau 2 : 1. Hasil sama dilaporkan oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) dan UK National Arthritis Data. Di dapatkan usia termuda OA sendi lutut adalah 37 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Peterson (1997), dimana OA lutut dapat terjadi pada umur 35 tahun dengan prevalensi sekitar 1% yang di ukur berdasarkan kriteria Kellgren Lawrence Score atau Alhback calssification. Akibat pola makan dan pola hidup yang tidak sehat sekitar 75% sampel penelitian yang memiliki indeks massa tubuhnya lebih dari indeks massa tubuh normal, memiliki faktor predisposisi mendapatkan OA. Ini sesuai dengan laporan terdahulu yang mengatakan penderita dengan indeks massa tubuh melebihi normal dua kali lebih banyak terpapar, karena saat berjalan beban berat badan dipindahkan ke sendi lutut 3 -6 kali lipat dari berat badan, sehingga lutut harus menerima beban tekanan cukup tinggi di bandingkan dengan sendi lainnya. (Ma Cance 2006). Haq I (2003) dan Moll J.M.H pada tahun 1987 menemukan, kelebihan berat badan pada umur 36-37 tahun, meningkatkan risiko terkena OA lutut pada usia lanjut Sampel penelitian ini paling banyak berprofesi sebagai pensiunan PNS sekitar 38,3 % dan PNS aktif sekitar 31,7%, namun keterpaparan OA bukanlah disebabkan oleh karena profesi tersebut, tetapi karena RSUPN-WS sebagai rumah sakit pemerintah merupakan pusat rujukan pasien-pasien yang mendapat fasilitas kartu ASKES. Angka keterpaparan OA berhubungan dengan aktivitas seseorang, sehingga sendi-sendi penahan beban tubuh bekerja lebih keras, seperti berlari, naik turun tangga atau berdiri dan jongkok.(Sujatno S 2002, Cone RO 1994). Hal ini menjelaskan mengapa banyak IRT terserang OA sendi lutut yaitu sekitar 25%, karena IRT sering naik turun tangga atau duduk jongkok pada saat mencuci, berkebun atau melakukan pekerjaan rumah lainnya. Pada studi ini terlihat bahwa berdasarkan distribusi frekwensi grading radiologik menurut KLS paling banyak ditemukan adalah derajat III (61,4%), diikuti derajat IV (26,7%) dan derajat II (11,9%). Derajat I pada penelitian ini tidak ditemukan, karena subyek membutuhkan pertolongan medis ketika nyeri lutut dialami sudah bulanan sampai tahunan, sehingga sudah terjadi perubahan anatomi disekitar sendi lutut yang terlihat pada foto konvensional sendi lutut. Sementara distribusi VAS menunjukkan paling banyak ditemukan adalah VAS berat (50,5%), diikuti VAS sedang (48,5%) serta VAS ringan (1%). Keadaan ini terjadi karena subyek yang datang ke RSUP-WS adalah sudah berobat berulang kali di Puskesmas atau praktek dokter tapi kemudian kabuh lagi. Pada tabel 4,5,6 tentang karakteristik letak osteofit eminentia interkondiler, osteofit perifer dan penyempitan celah sendi feorotibia berdasarkan foto konvensional lutut terhadap VAS didapatkan hasil uji Linear by linear dengan nilai p = 0,000 ( p<0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara ukuran osteofit eminentia interkondiler, osteofit perifer dan penyempitan celah sendi femorotibia dengan beratnya VAS. Menurut kepustakaan, proses degeneratif OA dimulai dari tulang rawan, kemudian berlanjut ke ligamen dan akhirnya ke tulang keras. Ligamentum crusiatum yang berfungsi menstabilkan gerakan lutut, berinsersi di eminentia interkondiler jadi bila terjadi proses degeneratif di ligamentum crusiatum, lama
8
kelamaan akan menyebabkan pembentukan osteofit pada eminentia interkondiler. (Cone RO,1994; Kellgren JH 1957). Pada keadaan osteofit eminentia interkondiler 10 sampel (100%) ditemukan tidak ada osteofit, 21sampel (75%) osteofit kecil dan 18 sampel (43,9%) osteofit nyata menimbulkan VAS sedang, keadaan ini terjadi karena tidak ada osteofit maupun ada osteofit kecil pada eminentia interkondiller kondisi ini disertai dengan penyempitan celah sendi femorotibia dari 1mm sampai celah sendi hilang serta osteofit-osteofit kecil pada perifer sendi. Adanya osteofit – osteofit ini menyebabkan reaksi periosteal dan penekanan pada syaraf sehingga menibulkan rasa nyeri. (Raka P,2003) Demikian halnya juga letak osteofit perifer pada keadaan tidak ada osteofit ditemukan presentasi terbanyak 31 sampel (75,6%), osteofit kecil 16 sampel (36,4%) menimbulkan VAS sedang, sebagian besar disebabkan adanya kombinasi dengan osteofit-osteofit kecil pada eminentia interkondiler. Sementara pada ukuran celah sendi femorotibia 1-3 mm ditemukan presentasi terbanyak 26 sampel (63,4%), < 1 mm presentasi terbanyak 21 sampel (63,6%), hilang celah sendi 2 sampel (7,4%)menimbulkan VAS sedang, keadaan ini disebabkan oleh tidak adanya osteofit pada eminentia interkondiler atau kalaupun ada osteofitnya kecil/ tidak signifikan atau subyektifitas penderita dalam menahan nyeri. Hal ini sesuai dengan teori bahwa berkurangnya ukuran celah sendi femorotibia dari ukuran normal menyebabkan meningkatnya tekanan intramedullar, fraktur subchondral sehingga menimbulkan nyeri. (Raka P,2003) Analisa statistik bivariat Spearman didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara grading klinik berdasarkan VAS dan grading radiologik berdasarkan Kellgren Lawrence Score pada kejadian OA sendi lutut p = 0,001 atau p < (0,05) dengan koefisien korelasi Spearman = 0,58. Ini berarti peningkatan grading nyeri (klinik) yang dirasakan oleh penderita OA lutut sebanding dengan peningkatan grading radiologik yang didapatkan pada pemeriksaan foto konvensional lutut. Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya. Dowson dkk, pada penelitian yang dilakukan terhadap 71 pasien selama 10-18 tahun, menemukan bahwa progresifitas dari OA lutut yang di ukur berdasarkan Kellgren Lawrence Score berhubungan linier dengan keluhan nyeri maupun disabilitas yang terjadi. Hasil studi Peterson (1997), Ariani N (2008) juga menemukan adanya korelasi antara perubahan grading. Keterbatasan penelitian ini adalah karena peneliti tidak dapat menilai ada tidaknya inflamasi pada foto radiografi yang menjadi salah satu penyebab terjadinya OA oleh karena hanya menggunakan foto konvensial yang sangat terbatas dalam mengevaluasi komponen inflamasi sekitar sendi. KESIMPULAN 1.
2.
Terdapat hubungan yang bermakna antara grading nyeri berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) dengan grading radiologi berdasarkan Kellgren Lawrence Score pada foto konvensional lutut pasien osteoartritis sendi lutut. Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat nyeri berdasarkan VAS dengan karakteristik osteofit pada eminentia interkondiler, osteofit perifer dan penyempitan celah sendi femorotibia berdasarkan foto konvensional lutut pasien osteoartritis sendi lutut.
9
SARAN : 1.
2.
Perlu modalitas radiologi yang lebih tinggi seperti USG dan MRI untuk mengetahui proses inflamasi pada kejadian osteoartritis sendi lutut. Penelitian ini perlu dilanjutkan dalam skala lebih besar dalam jumlah sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan memasukkan variabel-variabel risiko lain yang berpengaruh terhadap derajat osteoartritis lutut.
DAFTAR PUSTAKA Averbuch M, Katzper M. Assesment of Visual Analog Versus Categorical Scale for Measurement of Osteoarthritis Pain. http://jcp.sagepub.com Last up date sep 2010 Daud R. Metrologi dalam Bidang Reumatologi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV. Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.Jakarta. 2007;p 1082-4 Greenspan A.Lower Limb II in Orthopedic Imaging 4 thed.Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.2004;p 243-6 Kalim H. Penyakit Sendi Degeneratif (Osteoarthritis). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jilid I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1996;p 76-84 Kellgren JH, Lawrence JS. Radiological Assesment of Osteoarthritis:Rheumatisme Research Center, University of Manchester and Empire Rheumatism Council Field Unit.1957;p 498-9 Langley GB, Sheppeard H.The Visual Analogue Scale:Its use pain measurement.Rheumatology linical and experimental investigation.New Zealand.1985;p.145-8 Manek DJ, Lane AE. Osteoarthritis; Current Concepts in Diagnostik and Management, Am Fam Physician.2006;p 1795-804 Ma Cance KL, Huether SE. Pathophysiology : The Biologic Basic for Diseasein Adults and hildren. 5th Edition. Elsivier Mosby. USA.2006;p. 1521-5 Petersson I.F, Boegard T. Radiographic Osteoarthritis of the Knee Classified by Ahlback and Kellgren Lawrence System for the Tibiofemoraljoint in people age 34-35 years with chronic knee pain. 1997;p 493-6 Panayi G, Digson JD.Osteoarthritis in Arthritis. Churchil Livingstone, Edinburgh.2004;p 67-73 Renton P.Disease of Joints; Arthrography in A textbook of Radiology and Imaging, edited by Sutton D, Vol 1,5 thEd, Churchill Livingstone, Edinburgh, 1993: 100-3 Raka P. Osteoarthritis Lutut. Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB XI) Ilmu Penyakit Dalam, SMF Ilmu penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2003; p70-9 Sujatno S. Penelitian : Hubungan Derajat Nyeri Sendi Osteoarthritis Lutut Berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) dengan Ekspresi Reactive Oxygen Intermediate (ROI) Sel Monosit Cairan Sendi, Yogyakarta. 2002;p 3-4 10