ELEKTRODEPOSISI LOGAM Cu PADA PERMUKAAN KARBON AKTIF SEKAM PADI BEBAS SILIKA DENGAN IRADIASI ULTRASONIK
Ryan Andhika1, Muhammad Zakir, Maming Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245
Abstrak. Elektrodeposisi logam Cu pada permukaan karbon aktif sekam padi bebas silika dengan iradiasi ultrasonik yang bertujuan untuk meningkatkan nilai kapasitansi spesifik telah dilakukan. Karbon aktif sekam padi bebas silika disintesis menggunakan aktivator H3PO4 dan ekstraksi silika menggunakan KOH. Luas permukaan karbon sekam padi yang diperoleh sebelum dan sesudah ekstraksi silika serta setelah aktivasi berturut-turut adalah 57,2833 m2/g, 180,5378 m2/g dan 184,6074 m2/g. Analisis menggunakan XRF menunjukkan bahwa logam Cu terdeposisi pada permukaan karbon aktif sekam padi bebas silika dan berdasarkan pengukuran CV menunjukkan bahwa elektrodeposisi logam Cu dengan iradiasi ultrasonik dapat meningkatkan nilai kapasitansi spesifik. Kapasitansi spesifik karbon aktif sekam padi bebas silika sebelum dan sesudah elektrodeposisi logam Cu dengan iradiasi ultrasonik adalah 657,75 nF/g dan 721,08 nF/g. Kata kunci: Cu, elektrodeposisi, kapasitansi spesifik, karbon aktif, ultrasonik. Abstract. Electrodeposition of Cu on the surface of silica free rice husk based activated carbon with ultrasonic irradiation aimed to increase the value of specific capacitance was carried out. Silica free rice husk based activated carbon was synthesized using H3PO4 activator and extraction of silica using KOH. The surface area of rice husk carbon was obtained before and after the extraction of silica and after activation were 57.2833 m2/g, 180.5378 m2/g and 184.6074 m2/g, respectively. XRF analysis showed that Cu depositioned on the surface of silica free rice husk activated carbon and based of CV measurements showed that electrodeposition of Cu with ultrasonic irradiation can increased the value of specific capacitance. Specific capacitance of silica free rice husk activated carbon before and after electrodeposition of Cu with ultrasonic irradiation were 657.75 nF/g and 721.08 nF/g, respectively. Key words: Cu, electrodeposition, specific capacitance, activated carbon, ultrasonic.
PENDAHULUAN Kemajuan teknologi yang sangat cepat menuntut penyediaan energi yang makin banyak baik untuk industri maupun kebutuhan energi penggerak kendaraan (Suhada, 2001). Kebutuhan energi khususnya di Indonesia terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk sehingga diperkirakan akan terjadi pertumbuhan rata-rata kebutuhan energi sebesar 4,7% per tahun selama tahun 2011-2030. Penggunaan batu bara yang meningkat pesat sekitar 13,4% per tahun dari tahun 2000-2011 menyebabkan tingginya produksi emisi gas buang seperti CO2, SOx dan NOx. Keterbatasan cadangan minyak bumi juga merupakan salah satu pertimbangan untuk mencari dan mengembangkan pemanfaatan energi lain (Sugiyono dkk., 2013). Energi elektrokimia merupakan salah satu sumber energi alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam menangani krisis energi dunia. Salah satu sistem konversi dan penyimpanan energi elektrokimia yang menjanjikan adalah kapasitor elektrokimia. Material yang digunakan untuk elektroda kapasitor elektrokimia adalah karbon aktif karena memiliki luas permukaan internal yang tinggi dan aksesibilitas pori yang baik (Dell dan Rand, 2001; Frackowiak dan Beguin, 2001; Ariyanto dkk., 2012). Pembuatan karbon aktif menggunakan berbagai jenis limbah biomassa telah banyak dilakukan. Salah satu limbah pertanian yang juga menarik perhatian untuk diteliti adalah sekam padi. Pada saat sekam padi dibakar, sekitar 20% dari sekam padi berubah menjadi abu. Abu sekam padi memiliki lebih dari 95% berat silika (Mahvi dkk., 2004) sehingga apabila dilakukan ekstraksi silika, maka akan menciptakan pori yang banyak sehingga meningkatkan luas permukaan dari
karbon (Wei dkk., 2011). Cara lain yang bisa digunakan untuk meningkatkan luas permukaan adalah dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik (Suslick dkk., 1996). Semakin besar luas permukaan, nilai kapasitansi akan semakin besar. Nilai kapasitansi yang tinggi merupakan indikator kemampuan akumulasi energi yang tinggi (Zakir dkk., 2013). Salah satu cara untuk meningkatkan nilai kapasitansi adalah dengan memanfaatkan efek pseudokapasitansi dengan adanya spesis elektroaktif seperti logam transisi (Frackowiak dan Beguin, 2001). Pada penelitian ini akan dilakukan elektrodeposisi logam Cu pada permukaan karbon aktif sekam padi bebas silika dengan perlakuan iradiasi ultrasonik untuk membuat karbon unggul sebagai bahan elektroda kapasitor elektrokimia. METODE PENELITIAN Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sekam padi, karbon aktif komersial, KOH (Merck), HCl teknis, H3PO4 teknis 85%, CuSO4.5H2O (Merck), H2SO4 (Merck), gas Argon, metilen biru, lilin parafin, akuades, kawat tembaga, kawat platina, elektroda Ag/AgCl, elektroda Pt, aluminium foil, indikator pH universal dan kertas saring Whatman nomor 42. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat-alat gelas laboratorium, tanur (Muffle furnace tipe 6000), penangas air (hot plate), ayakan ukuran 100 mesh, desikator, cawan porselin, mortar porselin, lumpang, pompa vakum, solder uap, pipet, oven (tipe SPNISOSFD), pengaduk magnetik (CERAMAG Midi), neraca analitik (Shimadzu AW220), Ultrasonic
Cleaner (Elmasonic S40H), FTIR (Shimadzu IR Prestige21), XRD (Shimadzu XRD-7000), XRF (ThermoFisherXRF), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-2600) dan Cyclic Voltammetry (Potentiostats EA161). Prosedur 1. Penyiapan Sampel dan Karbonisasi Sekam padi dicuci dengan air sampai bersih, lalu direndam dengan HCl teknis selama 1 jam, kemudian dicuci dengan akuades berulang-ulang sampai pH netral, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 110 oC selama 1 jam. Sekam padi yang sudah bersih dan kering dimasukkan dalam cawan porselin, lalu dipanaskan dalam tanur pada suhu 350 oC selama 1 jam. Setelah itu, karbon sekam padi didinginkan, digerus dan diayak dengan ayakan ukuran 100 mesh (Zakir dkk., 2012; Karyasa, 2014). 2. Ekstraksi Silika Sampel karbon sekam padi ditambahkan KOH dengan konsentrasi 2, 4 dan 8 M dengan perbandingan massa karbon/volume KOH 1:10. Sampel kemudian dipanaskan hingga mendidih yang disertai pengadukan dengan kecepatan yang sama selama 1 jam. Selanjutnya, disaring dengan kertas saring whatman 42. Filtrat dibuang sedangkan hasil penyaringan yang dihasilkan dicuci masing-masing dengan akuades, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 110 oC selama 1 jam. Sebagai pembanding, disiapkan karbon tanpa penambahan KOH. Selanjutnya, karbon dikarakterisasi menggunakan XRF (Agung dkk., 2013). 3. Aktivasi Karbon sekam padi bebas silika dicampur dengan larutan aktivator H3PO4 21,25% dengan perbandingan
volume H3PO4/massa karbon 5:1 dan didiamkan selama 1x24 jam. Setelah itu, disaring menggunakan corong Buchner disertai pencucian dengan akuades panas secara berulang-ulang hingga pH netral, kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 110 oC selama 1 jam. Selanjutnya, karbon aktif sekam padi didinginkan dalam desikator (Shofa, 2012). 4. Penentuan Luas Permukaan Karbon aktif sebanyak 0,3 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambah 25 mL larutan metilen biru 600 ppm, lalu diaduk dengan magnetik stirrer selama 20 menit, lalu disaring. Filtrat diukur daya serapnya pada panjang gelombang maksimum 664,5 nm dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Kurva kalibrasi atau larutan standar metilen biru dibuat dengan konsentrasi 0,5; 1, 2, 4, 8 dan 16 ppm (Ramdja dkk., 2008). 5. Elektrodeposisi Logam Cu Sebanyak 1 gram karbon aktif sekam padi bebas silika dan karbon aktif komersial (sebagai pembanding) didispersikan dalam 50 mL larutan CuSO4.5H2O 200 ppm. Campuran diaduk dengan stirrer selama 1 jam dalam keadaan jenuh dengan gas argon. Karbon aktif yang terfungsionalisasi dengan CuSO4.5H2O lalu diiradiasi dengan gelombang ultrasonik selama 6 jam. Setelah itu, disaring, dicuci dengan akuades dan dikeringkan pada suhu 110 oC selama 1 jam. Karbon aktif hasil elektrodeposisi dengan logam Cu dikarakterisasi menggunakan XRD dan XRF (Zakir dkk., 2013). 6. Pembuatan Elektroda Pasta Karbon Badan elektroda dibuat dengan menghubungkan kawat tembaga dan platina menggunakan solder uap. Setelah itu dimasukkan ke dalam pipet
dan direkatkan menggunakan parafilm. Karbon aktif sekam padi bebas silika sebelum dan setelah elektrodeposisi logam Cu dicampur dengan lilin parafin dengan perbandingan massa karbon/massa lilin parafin adalah 1:1 dan diaduk sampai homogen menggunakan spatula pada cawan petri. Setelah itu, pasta karbon dimasukkan ke dalam badan elektroda dengan cara ditekan menggunakan spatula agar memadat dan merata (Vytras dkk., 2009; Wachid dan Setiarso, 2014). 7. Pengukuran Kapasitansi Spesifik Elektroda pasta karbon diukur kapasitansi spesifik penyimpanan energinya dengan menggunakan teknik cyclic voltammetry. Pengukuran ini menggunakan alat Potentiostats EA161 dengan tiga elektroda yaitu elektroda Pt, elektroda Ag/AgCl dan elektroda pasta karbon. Pengujian elektroda dilakukan dengan laju scan 100 mV/s menggunakan larutan elektrolit H2SO4 0,1 M sehingga diperoleh voltammogram tegangan dan arus, kemudian dihitung nilai kapasitansi spesifik penyimpanan energinya (Himmaty dan Endarko, 2013). HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Karbon Sekam Padi Penyiapan bahan baku pembuatan karbon meliputi pencucian dan pengeringan. Pencucian dengan air bertujuan untuk menghilangkan kotoran berupa debu dan pasir yang menempel pada sekam serta pencucian dengan HCl teknis untuk menurunkan kadar pengotor berupa oksida-oksida logam yang terdapat dalam sekam padi. Pengeringan dibawah sinar matahari dan dalam oven pada suhu 110 oC selama 1 jam bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat
pada sekam padi (Andaka, 2008; Mujiyanti dkk., 2010). Karbonisasi adalah proses pembakaran bahan baku pada suhu tertentu sekitar 300-900 oC yang menyebabkan terjadinya dekomposisi senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk metanol, uap asam asetat, tar dan hidrokarbon. Pelepasan unsur-unsur volatil ini menyebabkan struktur pori-pori terbuka (Ramdja dkk., 2008; Surest dkk., 2008). Proses karbonisasi sekam padi pada penelitian ini dilakukan dalam tanur pada suhu 350 oC selama 1 jam. Suhu ini merupakan suhu yang optimum untuk karbonisasi sekam padi karena suhu di bawah 350 oC proses karbonisasi belum sempurna, sedangkan suhu di atas 350 oC sudah mulai terjadi pengabuan. Karbon yang dihasilkan selanjutnya digerus dan diayak dengan ayakan ukuran 100 mesh untuk menghasilkan karbon yang berukuran homogen dan ukuran partikel yang lebih kecil sehingga luas permukaan karbon menjadi lebih besar. Ekstraksi Silika Analisis kandungan senyawa dalam karbon sekam padi menggunakan XRF menunjukkan bahwa kandungan silika (SiO2) sebesar 99,05%. Untuk meningkatkan luas permukaan karbon sekam padi, maka dilakukan ekstraksi silika sehingga didapatkan ruang yang lebih banyak pada permukaan karbon (Wei dkk., 2011). Menurut Agung dkk. (2013) semakin tinggi konsentrasi KOH yang digunakan, maka semakin banyak silika yang terekstraksi. Reaksi yang terjadi pada proses ekstraksi silika dengan KOH adalah sebagai berikut: SiO2 + 2KOH → K2SiO3 + H2O
Aktivasi Aktivasi adalah proses untuk menghilangan hidrokarbon yang melapisi permukaan karbon sehingga meningkatkan porositas karbon. Pada penelitian ini digunakan aktivasi kimia karena lebih menguntungkan dibandingkan dengan aktivasi fisika. Unsur-unsur mineral aktivator masuk diantara sela-sela lapisan karbon heksagonal dan memisahkan permukaan yang mula-mula tertutup. Dengan demikian, saat pemanasan dilakukan, senyawa kontaminan yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terlepas. Hal ini menyebabkan luas permukaan yang aktif bertambah besar (Koleangan dan Wuntu, 2008; Ramdja dkk., 2008). Salah satu sifat aktivator yang berhubungan dengan mutu karbon aktif adalah karakter kovalen. Karakter kovalen berkaitan dengan interaksi kovalen antara karbon dan aktivator untuk membuka pori karbon. Oleh
karena itu, aktivator yang digunakan pada penelitian ini adalah H3PO4. Unsur-unsur yang menyusun H3PO4 berikatan secara kovalen polar. Karbon yang tersusun dari atom-atom C yang secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan satu atom C pada tiap sudut, akan berinteraksi lebih baik dengan zat yang memiliki karakter kovalen dibandingkan dengan zat berkarakter ionik (Koleangan dan Wuntu, 2008). Penentuan Luas Permukaan Penentuan luas permukaan karbon diukur berdasarkan kemampuan karbon dalam mengadsorpsi metilen biru pada panjang gelombang maksimum 664,5 nm. Banyaknya metilen biru yang teradsorpsi berbanding lurus dengan luas permukaan adsorben.
Tabel 1. Luas permukaan karbon. Sampel Karbon sekam padi bersilika Karbon sekam padi bebas silika Karbon aktif sekam padi bebas silika Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstraksi silika dan aktivasi dapat meningkatkan luas permukaan karbon. Selain itu, penggunaan KOH dalam mengekstraksi silika sangat efektif karena dapat meningkatkan luas permukaan karbon tiga kali lebih besar. Elektrodeposisi Logam Cu Elektrodeposisi adalah salah satu metode penempelan logam pada permukaan suatu material yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai kapasitansi spesifik. Peningkatan kapasitansi spesifik dilakukan dengan memanfaatkan spesies elektroaktif
Luas Permukaan (m2/g) 57,2833 180,5378 184,6074
berupa logam transisi yaitu tembaga (Cu). Logam Cu dipilih karena tidak mudah teroksidasi dan mempunyai potensial reduksi yang cukup tinggi yaitu 0,340 V sehingga diperkirakan logam Cu dapat bertindak sebagai penjebak elektron (Rahmawati dkk., 2008). Proses elektrodeposisi pada penelitian ini menggunakan karbon aktif sekam padi bebas silika dan karbon aktif komersial sebagai pembanding yang dicampur dengan larutan CuSO4.5H2O dan diaduk dengan pengaduk magnetik dalam keadaan jenuh dengan gas argon, kemudian diberi perlakuan iradiasi ultrasonik.
Hasil analisis XRF setelah proses elektrodeposisi menunjukkan bahwa logam Cu yang terdeposisi pada permukaan karbon aktif sekam padi bebas silika sebesar 75,98% dan 12,24% untuk karbon aktif komersial dalam bentuk CuO. Konsentrasi logam Cu yang terdeposisi pada permukaan karbon aktif sekam padi bebas silika lebih banyak dibandingkan dengan karbon aktif komersial karena luas
permukaan karbon aktif sekam padi bebas silika lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif komersial yang masih mengandung silika. Reaksi yang diduga terjadi pada saat proses elektrodeposisi adalah sebagai berikut (Kasuma, 2012; Triastuti dan Purwanto, 2012): Cu2+(aq) + 2OH-(aq) → Cu(OH)2(s) Cu(OH)2(s) → CuO(s) + H2O(l)
Tabel 2. Kandungan senyawa Cu(I). Kandungan Senyawa CuO8TbW2 Cu6Mo5O18 CuO8SmW2 Cu2O2Sr CuLaO8W2 CuFeO6Pb2Sr2 CuO8W2Y CuO2Sc Hasil analisis XRD pada Tabel 2 setelah diolah menggunakan software Match! menunjukkan bahwa pada saat proses elektrodeposisi terjadi reaksi redoks karena terdapat senyawasenyawa tembaga dalam bentuk tembaga(I). Reaksi yang diduga terjadi adalah sebagai berikut (Rahmawati dkk., 2008): Reduksi : 2Cu2+ + 2e- → 2Cu+ Oksidasi : H2O → ½O2 + 2H+ +2ePengukuran Kapasitansi Spesifik Kapasitansi adalah kemampuan suatu kapasitor untuk dapat menampung
(b)
Ic
Ic
I (nA)
I (nA)
(a)
muatan elektron atau energi secara elektrokimia. Pengukuran kapasitansi spesifik pada penelitian ini menggunakan alat Potentiostats EA161 dengan tiga elektroda yaitu elektroda Pt, elektroda Ag/AgCl dan elektroda pasta karbon. Elektroda Pt berfungsi sebagai elektroda pembanding, elektroda Ag/AgCl berfungsi sebagai elektroda referensi dan elektroda pasta karbon berfungsi sebagai elektroda kerja (Himmaty dan Endarko, 2013). Pengujian elektroda dilakukan dengan laju scan 100 mV/s menggunakan larutan elektrolit H2SO4 0,1 M.
Id E (V)
Id E (V)
Gambar 1. Voltammogram (a) sebelum dan (b) sesudah elektrodeposisi.
Gambar 1a menunjukkan bahwa proses penyimpanan berlangsung tidak stabil. Hal ini disebabkan karena besarnya rapat arus cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya beda potensial dan pada saat terjadi proses discharge, muatan yang keluar juga tidak stabil (Suwandana dan Susanti, 2015) sedangkan Gambar 1b menunjukkan bahwa proses penyimpanan cenderung berlangsung stabil karena besarnya rapat arus hampir tetap seiring bertambahnya beda potensial dan pada saat discharge, muatan yang keluar pun hampir stabil. Bentuk kurva yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan teknik cyclic voltammetry pada Gambar 1 menunjukkan besarnya nilai kapasitansi spesifik yang dihasilkan. Nilai kapasitansi spesifik dipengaruhi
oleh arus charge dan discharge. Perhitungan arus charge dan discharge kapasitansi spesifik diambil pada titik tengah masing-masing kurva (Herniyanti dkk., 2014; Rizki dkk., 2015). Nilai arus charge dan discharge dari elektroda dapat diketahui dari voltammogram yang diperoleh sehingga dapat dihitung nilai kapasitansi spesifik menggunakan persamaan berikut ini: Cs =
Ic - Id v . m
Cs adalah kapasitansi spesifik (nF/g), Ic dan Id masing-masing adalah arus charge dan discharge (nA), v adalah laju scan (V/s) dan m adalah massa karbon pada elektroda.
Tabel 3. Data Cyclic Voltammetry elektroda pasta karbon. Elektroda Pasta Karbon Sebelum Elektrodeposisi Sesudah Elektrodeposisi
Laju Scan (V/s)
Massa (g)
Ic (nA)
Id (nA)
Cs (nF/g)
0,1
0,12
1,820
-6,073
657,75
0,1
0,12
4,708
-3,945
721,08
Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin besar arus charge dan discharge, maka semakin besar nilai kapasitansi spesifik yang dihasilkan. Nilai yang dihasilkan masih sangat rendah dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Gao dkk. (2015) mengenai material EDLC dari sekam padi dengan kapasitansi spesifik sebesar 367 F/g. Hal ini disebabkan karena metode pembuatan elektroda yang digunakan berbeda dan jumlah karbon yang digunakan terlalu sedikit (Rizki dkk., 2015; Suwandana dan Susanti, 2015).
KESIMPULAN Luas permukaan karbon sekam padi sebelum dan sesudah ekstraksi silika serta setelah aktivasi dengan aktivator H3PO4 berturut-turut adalah 57,2833 m2/g, 180,5378 m2/g dan 184,6074 m2/g. Elektrodeposisi logam Cu dengan iradiasi ultrasonik dapat meningkatkan nilai kapasitansi spesifik karbon aktif sekam padi bebas silika. Nilai kapasitansi spesifik karbon aktif sekam padi bebas silika sebelum dan sesudah elektrodeposisi logam Cu dengan iradiasi ultrasonik adalah 657,75 nF/g dan 721,08 nF/g.
DAFTAR PUSTAKA Agung, M.G.F., Hanafie, S.M.R. dan Mardina, P., 2013, Ekstraksi Silika dari Abu Sekam Padi dengan Pelarut KOH, Konversi, 2 (1), 28-31. Andaka, G., 2008, Penurunan Kadar Tembaga pada Limbah Cair Industri Kerajinan Perak dengan Presipitasi menggunakan Natrium Hidroksida, J. Teknol., 1 (2), 127134. Ariyanto, T., Prasetyo, I. dan Rochmadi, 2012, Pengaruh Struktur Pori terhadap Kapasitansi Elektroda Superkapasitor yang dibuat dari Karbon Nanopori, Reaktor, 14 (1), 25-32. Dell, R.M. and Rand, D.A.J., 2001, Energy Storage-A Key Technology for Global Energy Sustainability, J. Power Sources, 100, 2-7. Frackowiak, E. and Beguin, F., 2001, Carbon Materials for The Electrochemical Storage of Energy in Capacitors, Carbon, 39, 937-950. Gao, Y., Li, L., Jin, Y., Wang, Y., Yuan, C., Wei, Y., Chen, G., Ge, J. and Lu, H., 2015, Porous Carbon Made from Rice Husk as Electrode Material for Electrochemical Double Layer Capacitor, Appl. Energy, 153, 4147. Herniyanti, S., Taer, E. dan Sugianto, 2014, Pengaruh Aktivasi Karbon Dioksida pada Produksi karbon Aktif Monolit dari Kayu Karet, JOM FMIPA, 1 (2), 205-210. Himmaty, I. dan Endarko, 2013, Pembuatan Elektroda dan Perancangan Sistem Capacitive Deionization untuk Mengurangi Kadar Garam pada Larutan Sodium Clorida (NaCl), Berkala Fisika, 16 (3), 67-74.
Karyasa, I.W., 2014, Pembuatan Ultra Fine Amorphous Silica (UFAS) dari Jerami Padi dan Sekam Padi, J. Sains Teknol., 3 (1), 263-274. Kasuma, N.Y., 2012, Penggunaan Komposit ZnO-CuO yang disintesis secara Sonochemistry yang digunakan sebagai Katalis untuk Fotodegradasi Metil Orange dan Zat Antibakteri, Tesis diterbitkan, Program Studi Kimia, Pascasarjana, Universitas Andalas, Padang. Koleangan, H.S.J. dan Wuntu, A.D., 2008, Kajian Stabilitas Termal dan Karakter Kovalen Zat Pengaktif pada Arang Aktif Limbah Gergajian Kayu Meranti (Shorea spp), Chem. Prog., 1 (1), 43-46. Mahvi, A.H., Maleki, A. and Eslami, A., 2004, Potential of Rice Husk Ash for Phenol Removal in Aqueous Systems, Am. J. Appl. Sci., 1 (4), 321-326. Mujiyanti, D.R., Nuryono dan Kunarti, E.S., 2010, Sintesis dan Karakterisasi Silika Gel dari Abu Sekam Padi yang diimobilisasi dengan 3-(Trimetoksisilil)-1Propantiol, Sains Ter. Kim., 4 (2), 150-167. Rahmawati, F., Wahyuningsih, S. dan Handayani, N., 2008, Modifikasi Permukaan Lapis Tipis Semikonduktor TiO2 Bersubstrat Grafit dengan Elektrodeposisi Cu, Indo. J. Chem., 8 (3), 331-336. Ramdja, A.F., Halim, M. dan Handi, J., 2008, Pembuatan Karbon Aktif dari Pelepah Kelapa (Cocus nucifera), J. Tek. Kim., 15 (2), 18. Rizki, A., Taer, E. dan Rika, 2015, Kebolehulangan (Reproducibility) dalam Pembuatan Sel Superkapasitor dari Kayu Karet, JOM FMIPA, 2 (1), 93-101. Shofa, 2012, Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Baku Ampas Tebu
dengan Aktivasi Kalium Hidroksida, Skirpsi diterbitkan, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok. Sugiyono, A., Permana, A.D., Boedoyo, M.S. dan Adiarso, 2013, Outlook Energi Indonesia 2013: Pengembangan Energi dalam Mendukung Sektor Transportasi dan Industri Pengolahan Mineral, Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi, Jakarta. Suhada, H., 2001, Fuel Cell sebagai Penghasil Energi Abad 21, J. Tek. Mesin, 3 (2), 92-100. Surest, A.H., Kasih, J.A.F. dan Wisanti, A., 2008, Pengaruh Suhu, Konsentrasi Zat Aktivator dan Waktu Aktivasi terhadap Daya Serap Karbon Aktif dari Tempurung Kemiri, J. Tek. Kim., 15 (2), 17-21. Suslick, K.S., Hyeon, T. and Fang, M., 1996, Nanostructured Materials Generated by High-Intensity Ultrasound: Sonochemical Synthesis and Catalytic Studies, Chem. Mater., 8, 2172-2179. Suwandana, R.F. dan Susanti, D., 2015, Analisis Pengaruh Massa Reduktor Zinc terhadap Sifat Kapasitif Superkapasitor Material Graphene, J. Tek. ITS, 4 (1), 95100. Triastuti, W.E. dan Purwanto, D.B., 2012, Efek Penambahan Ion Tartrate
terhadap Elektrodeposisi Mn-Cu pada Pipa Baja Karbon, Kapal, 9 (3), 167-170. Vytras, K., Svancara, I. and Metelka, R., 2009, Carbon Paste Electrodes in Electroanalytical Chemistry, J. Serb. Chem. Soc., 74 (10), 10211033. Wachid, M.R. dan Setiarso, P., 2014, Pembuatan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Bentonit untuk Analisis Ion Logam Tembaga(II) secara Cyclic Voltammetry Stripping, Prosiding Seminar Nasional Kimia, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, 20 September. Wei, X., Xiao, L., Jin, Z. and Ping, Z.S., 2011, Nanoporous Carbon Derived from Rice Husk for Electrochemical Capacitor Application, Adv. Mater. Res., 239-242. Zakir, M., Botahala, L., Ramang, M., Fauziah, S. dan Abdussamad, B., 2013, Elektrodeposisi Logam Mn pada Permukaan Karbon Aktif Sekam Padi dengan Iradiasi Ultrasonik, Indo. Chim. Acta, 6 (2), 9-18. Zakir, M., Maming, Raya, I., Karim, A. dan Santi, 2012, Pemanfaatan Energi Gelombang Ultrasonik dalam Adsorpsi Ion Logam Berat Cu(II) pada Biosorben Karbon Aktif dari Sekam Padi, Indo. Chim. Acta, 5 (2), 1-9.