35
informasi. Melalui hubungan tersebut akan diketahui dampak faktor-faktor eksternal (external variables) pada keyakinan (beliefs), sikap (attitudes), dan niat (intensions) dalam penggunaan suatu sistem informasi. Pada teori ini, sikap seseorang terhadap penggunaan sistem informasi (attitude toward use) dipengaruhi oleh faktor persepsi kegunaan sistem informasi (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan suatu sistem (perceived ease of use). Persepsi kegunaan sistem informasi (perceived usefulness) adalah tingkat keyakinan seseorang dalam menggunakan suatu sistem informasi agar dapat membantu meningkatkan kinerja pekerjaannya (Davis et al., 1986). Persepsi kemudahan penggunaan suatu sistem (perceived ease of use) adalah tingkat keyakinan seseorang terhadap kemudahan dan seberapa besar seseorang mengeluarkan usaha yang seminimal mungkin dalam menggunakan sebuah sistem. Pada model teori ini, behavioral intention dipengaruhi oleh sikap terhadap penggunaan sistem (attitude toward use) dan persepsi kegunaan sistem (perceived usefulness). Contoh variabel eksternal yang mempengaruhi perceive of usefulness dan perceive ease of use adalah kualitas, kehandalan program, dan kemampuan sistem dalam meningkatkan kinerja orang yang menggunakannya.
36
Gambar 3. Technology Acceptance Model (TAM) 8. Motivational Model (MM) Teori motivasi yang dikembangkan oleh Davis et al. (1992) adalah untuk memprediksi penerimaan dan penggunaan teknologi. Umumnya motivasi sesorang
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik
mempersepsikan sesuatu yang dilakukan adalah untuk mecapai hasil tertentu, sedangkan faktor intrinsik mempersepsikan seseorang mau melakukan suatu kegiatan karena tidak adanya alasan kuat yang jelas (Berlyne, 1966). Model motivasional ini dipengaruhi oleh perceived of usefulness dan perceive of enjoyment (perasaan menyenangkan pada saat menggunakan suatu sistem). 9. Theory of Planned Behavior (TPB) Teori Perilaku Rencanaan (Theory of Planned Behavior) adalah pengembangan Theory of Reasoned Action (TRA) dengan menambahkan konstruk kontrol perilaku persepsian (perception behavioral control). Perception behavioral control merupakan persepsi seseorang terhadap sejauhmana tingkat kemudahan atau kesulitan dalam melaksanakan suatu tindakan atau berperilaku (Ajzen, 1991).
37
Dalam model teori ini, perilaku individu terjadi karena adanya niat untuk berperilaku, sedangkan niat untuk berperilaku dipengaruhi oleh behavioral belief (keyakinan individu akan hasil sebuah perilaku yang dilakukan dan evaluasi atas hasil tersebut), normatif belief (keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhinya), control belief (keyakinan akan hal yang mendukung atau menghambat dan persepsi seberapa kuat hal tersebut terhadap perilaku). Menurut teori ini seseorang berperilaku berdasarkan informasi-informasi yang diterimanya secara sistematis karena manusia merupakan makhluk rasional. Sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol persepsian, secara bersamasama akan menimbulkan minat seseorang terhadap suatu hal yang kemudian akan mengakibatkan terjadinya perilaku.
Gambar 4. Theory of Planned Behavior (TPB)
38
10. Kombinasi TAM dan TPB Model teori kombinasi TAM dan TPB (Decomposed Theory of Planned Behavior) pertama kali dikenalkan oleh Taylor dan Todd (1995). Difusi teori inovasi, kepercayaan sikap memiliki tiga karakteristik utama yang mempengaruhi penerimaan yaitu keuntungan relatif, kompleksitas, dan kompabilitas (Taylor dan Todd, 1995). Pengertian kompabilitas disini adalah seberapa jauh suatu inovasi sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh pengadopsinya yang meliputi pengalaman penggunaan sebelumnya dan kebutuhan saat itu (Taylor and Todd, 1995). Di dalam teori ini terjadi tiga proses dekomposisi yaitu: a. Dekomposisi Norma Subyektif Norma subyektif adalah tekanan sosial yang dirasakan sesorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991). Dekomposisi norma-norma subyektif dapat dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu pengaruh rekan sejawat (peer influence) dan pengaruh atasan (superior’s influence). Bhattacherjhee (2000) menyebutkan bahwa norma subyektif dapat dipengaruhi oleh faktor interpersonal (pengaruh teman, anggota keluarga) dan eksternal (pendapat ahli, berita di surat kabar). b. Dekomposisi Sikap Dekomposisi sikap didalam teori ini dipengaruhi oleh persepsi kegunaan sistem (perceived usefulness), persepsi kemudahan penggunaan suatu sistem (perceived ease of use), dan kompabilitas (compability). Persepsi kegunaan sistem informasi (perceived usefulness) adalah tingkat keyakinan seseorang bahwa suatu sistem yang digunakan mampu membantu kinerjanya (Davis et al., 1989).
39
Persepsi kemudahan penggunaan suatu sistem (perceived ease of use) adalah tingkat keyakinan seseorang terhadap kemudahan sebuah sistem untuk digunakan. Ajzen (1980) membagi sikap kedalam dua bentuk yaitu sikap terhadap obyek dan sikap terhadap perilaku. Sikap terhadap perilaku cenderung menimbulkan perasaan menyenangan atau tidak menyenangkan. c. Dekomposisi Kontrol Perilaku Persepsian Dekomposisi Kontrol Perilaku Persepsian (perceived behavioral control) lebih mengarah pada kemudahan atau kesulitan yang dialami seseorang sebagai akibat adanya pengalaman masa lalu dan kesempatan (Ajzen, 1991). Kontrol perilaku persepsian ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu keefektivitasan atau persepsi Keyakinan dirisendiri (self efficacy), kondisi ketersediaan sumber daya pendukung untuk melakukan sesuatu (resource facilitating conditions) misalnya waktu dan dana (Triandis, 1980), serta kondisi teknologi pendukung yang dimiliki (technology facilitating conditions), misalnya kecocokan sistem atau teknologi yang akan digunakan.
Gambar 5. Decomposed Theory of Planned Behavior
40
11. Model of PC Utilization (MPCU) Model
ini
menilai
adanya
pengaruh
dari
kondisi-kondisi
yang
mempengaruhi dan memfasilitasi, faktor sosial, kompleksitas, kesesuaian tugas, dan konsekuensi jangka panjang terhadap pemanfaatan Personal Computer (PC) (Thompson et al., 1991). Triandis (1980) menyatakan bahwa perilaku seseorang dapat ditentukan oleh keinginan berperilaku (attitudes); norma sosial (social norms) yang meliputi faktor sosial, dampak penggunaan, dan kondisi yang memfasilitasi; kebiasaan (habits); dan konsekuensi yang diharapkannya (expected consequences).
Gambar 6. Model of PC Utilization (MPCU) 12. Innovation Diffusion Theory (IDT) Model teori ini merupakan pengembangan teori Diffusion of Innovations yang mengukur persepsi masyarakat melalui delapan atribut utama (Rogers, 2003) yaitu: a. Relative Advantage, yaitu sejauhmana inovasi dipersepsikan lebih baik dibandingkan sebelumnya.
41
b. Compatibility, yaitu sejauhmana sebuah inovasi dipersepsikan konsisten dengan nilai-nilai, kebutuhan yang ada dan pengalaman masa lalu dari potential adopters. c. Trialability, yaitu sejauhmana sebuah inovasi dapat dicoba lebih dulu sebelum benar-benar diadopsi. d. Image, yaitu sejauhmana penggunaan suatu inovasi dipersepsikan meningkatkan citra atau status seseorang dalam sistem sosial. e. Voluntariness
of
Use,
yaitu
se-jauhmana
penggunaan
inovasi
dipersepsikan secara sukarela atau sesuai dengan kehendak bebas (free will). f. Ease of Use, yaitu sejauhmana sebuah inovasi dipersepsikan sulit/mudah untuk digunakan. g. Visibility, yaitu sejauh mana seseorang dapat melihat orang lain menggunakan sistem di dalam organisasi. h. Results Demonstrability, yaitu hasil nyata dari penggunaan inovasi, sehingga juga dapat diamati dan dikomunikasikan. 13. Social Cognitive Theory (SCT) Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Bandura (1982) untuk menjelaskan tentang perilaku manusia sebagai interaksi dari faktor pribadi, perilaku, dan lingkungan yang bertujuan memberikan kerangka untuk memahami, memprediksi, dan mengubah perilaku manusia.Teori ini kemudian dikembangkan oleh Compeau dan Higgins (1995) dalam konteks penggunaan komputer dengan menambahkan konstruk penilaian tentang kemampuan seseorang untuk menggunakan suatu
42
teknologi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (self efficacy). Konstruk ini mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan individu dalam menggunakan sebuah sistem informasi yang dipengaruhi oleh penguatan pengguna lain (encouragement by others), penggunaan komputer oleh pengguna lain (other’s use), dan dukungan yang diberikan (support) demi mendapatkan hasil yang diharapkan (outcome expectation).
Gambar 7. Computer Self-Efficacy Measure Model 14. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) dikembangkan oleh Venkatesh et al. (2003), merupakan penggabungan dari kedelapan model teori di atas. Didalam teori ini niat untuk berperilaku (behavioral intention) didefinisikan sebagai tingkat keinginan atau niat pengguna dalam menggunakan sistem secara terus menerus apabila mereka mempunyai akses terhadap sistem informasi tersebut (Winarko dan Mahadewi, 2013). Perilaku untuk menggunakan suatu teknologi (use behavior) didefinisikan sebagai intensitas
pengguna
dalam
menggunakan
teknologi
informasi.
UTAUT
menunjukkan bahwa niat untuk berperilaku (behavioral intention) dan perilaku
43
untuk menggunakan suatu teknologi (use behavior) dipengaruhi oleh konstruk berikut ini, yaitu : a. Persepsi
orang-orang
terhadap
ekspektasi
kinerja
(performance
expectancy), yaitu kepercayaan seorang individu apabila menggunakan sistem maka kinerjanya akan semakin baik. Konsep ekspektasi kinerja merupakan gabungan variabel persepsi terhadap kegunaan (perceived of usefulness), motivasi ekstrinsik (ekstrinsik motivation), kesesuaian pekerjaan (job fit), keuntungan relatif (relative advantage), dan ekspektasi hasil (outcome expectatation) (Venkatesh et al., 2003). b. Ekspektasi
terhadap
usaha
(effort
expectancy),
yaitu
ekspektasi
kemudahan yang terkait dengan penggunaan dari sistem. Perasaan nyaman dalam menggunakan sebuah sistem akan timbul apabila teknologi informasi tersebut mudah digunakan dan memiliki manfaat (Venkatesh dan Davis, 2000). c. Pengaruh sosial (social influence), yaitu pengaruh orang lain untuk menggunakan dalam menggunakan sistem baru. Dampak pengaruh sosial terhadap sebuah perilaku individual terjadi melalui tiga mekanisme yaitu ketaatan (compliance), internalisasi (internalization), dan identifikasi (identification) (Venkatesh dan Davis, 2000). Sehingga semakin banyak pengaruh sebuah lingkungan terhadap seseorang yang akan menggunakan sebuah sistem maka semakin besar pula minat seseorang tersebut untuk segera menggunakannya.
44
d. Kondisi yang mendukung (facilitating conditions), yaitu dukungan infrastruktur organisasi untuk penggunaan sistem atau teknologi. Kondisi pendukung ini merupakan faktor-faktor obyektif yang mempermudah suatu penggunaan sebuah sistem informasi (Triandis, 1980). Keempat konstruk di atas dimoderatori oleh jenis kelamin (gender), usia (age), pengalaman (experience), dan kesukarelaan (voluntariness).
Gambar 8. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)
45
B. Penelitian Terdahulu dan Hipotesis 1. Ekspektasi Kinerja (Performance Expectancy) dan Niat Penggunaan Approweb (Intention to Use Approweb) Venkatesh et al. (2003) mendefinisikan ekspektasi kinerja (performance expectancy) sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa sebuah sistem yang dia gunakan akan membantu meningkatkan kinerjanya. Dasar dari konsep ini adalah persepsi terhadap kegunaan (perceived of usefulness), motivasi ekstrinsik (ekstrinsik motivation), kesesuaian pekerjaan (job fit), keuntungan relatif (relative advantage), dan ekspektasi hasil (outcome expectatation) (Venkatesh et al., 2003). Ekspektasi kinerja (performance expectancy) diidentifikasi sebagai faktor utama yang mempengaruhi niat berperilaku (behavioral intention) (Thompson et al., 1991). Gupta et al. (2008) menemukan bahwa ekspektasi kinerja (performance expectancy) berpengaruh positif terhadap penggunaan teknologi. Ekspektasi kinerja (performance expectancy) juga berpengaruh positif dalam penerapan ERP di suatu agensi global (Alleyne dan Lavine, 2013). Ekspektasi
kinerja
(performance
expectancy)
yang
menggunakan
perceived usefulness, ditemukan memiliki kekuatan untuk menjelaskan niat penggunaan suatu teknologi (Venkatesh et al., 2003). Handayani (2007) menyatakan bahwa ekspektasi kinerja merupakan prediktor yang kuat dari minat pemanfaatan teknologi informasi dalam setting sukarela maupun wajib. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Venkatesh et al. (2003).
46
Penelitian yang dilakukan Ellyana (2009), menemukan bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap minat pemanfaatan Sistem Informasi keuangan Daerah (SIKD). Iriani, Suyanto, dan Amborowati (2014), didalam penelitiannya menemukan bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap niat penggunaan Sistem Informasi pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) berbasis web di Kabupaten Pacitan. Kurniawati (2010) menemukan hubungan positif antara ekspektasi kinerja terhadap niat penggunaan sistem informasi di pemda Sragen. Hasil berbeda ditemukan oleh Novianti (2009), penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa ekspektasi kinerja tidak berpengaruh terhadap minat pemanfaatan sistem informasi berbasis komputer. Yuliasari (2014) juga menemukan bahwa harapan kinerja tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan Sistem Aplikasi Pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah (SiAP LKPD) di Provinsi Jawa Barat. Penyedia approweb dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak harus mampu menyampaikan dan menekankan manfaat penggunaan approweb bagi para account representative. Setelah para account representative memahami besarnya manfaat approweb maka mereka akan lebih bersemangat dalam menggunakannya. Hal ini dapat dilakukan dengan menerbitkan standar operating procedure
(SOP)
maupun
buku
panduan
penggunaan
approweb
yang
disosialisasikan terus menerus ke kantor cabang. Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis sebagai berikut:
47
H1. Ekspektasi kinerja (Performance Expectancy) berpengaruh positif terhadap niat penggunaan approweb (Intention to Use Approweb) oleh account representative di Direktorat Jenderal Pajak. 2. Ekspektasi Usaha (Effort Expectancy) dan Niat Penggunaan Approweb (Intention to Use Approweb) Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekspektasi terhadap usaha merupakan suatu kemudahan menggunakan sebuah sistem (Venkatesh et al., 2003, Al Awadhi dan Morris, 2008). Penggunaan sebuah sistem yang mudah dan memiliki manfaat bagi seseorang akan menimbulkan perasaan menyenangkan. Konsep ekspektasi terhadap usaha dibentuk oleh tiga konstruk yaitu perceived ease of use, complexity, dan ease of use (Venkatesh et al., 2003). Konstruk ini akan bersifat positif dalam penggunaan awal sebuah sistem, namun menjadi tidak berpengaruh apabila digunakan secara terus-menerus (Venkatesh et al., 2003; Thompson et al., 1991; Agarwal dan Prasad, 1999). Amoako-Gyampah dan Salam (2004) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh eksternal yang mempengaruhi penggunaan teknologi (technology usage), kepercayaan pengguna (user belief), dan kemudahan yang dirasakan (perceive easy of use). Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa ekspektasi terhadap usaha (effort expectancy) didalam penggunaan sistem ERP berpengaruh positif terhadap niat berperilaku (behavioral intention) (Alleyne dan Lavine, 2013). Kemudahan penggunaan teknologi informasi akan menimbulkan perasaan minat dalam diri seseorang bahwa sistem itu mempunyai kegunaan dan karenanya
48
menimbulkan rasa yang nyaman bila bekerja dengan menggunakannya (Venkatesh dan Davis, 2000). Al-Awadhi dan Morris (2008) mengidentifikasikan bahwa kemudahan pemakaian mempunyai pengaruh positif terhadap penggunaan teknologi informasi. Davis (1989) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, yaitu : teknologi informasi sangat mudah dipahami, teknologi informasi mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh penggunanya, keterampilan pengguna akan bertambah dengan menggunakan teknologi informasi, dan teknologi informasi tersebut sangat mudah untuk dioperasikan. Pengguna teknologi informasi mempercayai bahwa teknologi informasi yang lebih fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dalam hal pengoperasiannya akan menimbulkan minat dalam menggunakan teknologi informasi tersebut dan seterusnya akan menggunakan teknologi informasi tersebut. Bandyopadhyay dan Fraccastoro (2007) menyebutkan bahwa ekspektasi usaha berpengaruh positif terhadap minat pemanfaatan teknologi informasi meskipun dengan pengalaman yang terbatas. Penelitian Handayani (2005) menunjukkan bahwa ekspektasi usaha adalah faktor utama yang mempengaruhi minat pemanfaatan sistem informasi. Harjanto (2009) menemukan bahwa ekspektasi usaha berpengaruh positif terhadap minat pemanfaatan sistem informasi di bank milik negara. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan oleh Mahendra dan Affandi (2013) yang menemukan bahwa ekspektasi usaha berpengaruh positif terhadap minat penggunaan Sistem Informasi pengelola Keuangan Daerah (SIPKD) di kota Blitar. Widnyana dan
49
Yadnyana (2015) menemukan hasil berbeda dialam penelitiannya yaitu ekspektasi usaha tidak berpengaruh terhadap terhadap minat menggunakan SIPKD didaerah Tabanan. Kurniasari (2013) tidak menemukan hubungan positif antara ekspektasi usaha terhadap niat penggunaan sistem informasi di Pemda Sragen. Gaffar et al. (2013) dan Yuliasari (2013) juga menemukan hal yang sama dengan penelitian ini. Approweb merupakan alat utama seorang account representative dalam penggalian potensi pajak yang dilengkapi dengan fitur-fitur untuk memudahkan penggunaannya. Penyempurnaan aplikasi ini dilakukan secara terus menerus sesuai dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak nomor SE-01/PJ/2012 tentang Penyempurnaan Aplikasi Approweb Sebagai Sarana Pembuatan dan Pemutakhiran Profil Wajib Pajak sehingga tidak rumit dan akan semakin mudah digunakan. Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis sebagai berikut: H2. Ekspektasi usaha (Effort Expectancy) berpengaruh positif terhadap niat penggunaan approweb (Intention to Use Approweb) oleh account representative di Direktorat Jenderal Pajak. 3. Pengaruh Sosial (Social Influence) dan Niat Penggunaan Approweb (Intention to Use Approweb) Menurut Venkatesh et al. (2003), pengaruh sosial adalah sejauh mana seorang individu merasakan bahwa orang lain yang dianggap penting bagi mereka percaya bahwa ia harus menggunakan sebuah sistem. Faktor sosial ditunjukkan dari besarnya dukungan rekan kerja, atasan, dan organisasi. Pengaruh sosial ini dipengaruhi oleh norma subyektif, faktor-faktor sosial, dan gambar. Pengaruh
50
sosial dapat berupa kepercayaan, peranan, pengalaman, tingkah laku, dan nilainilai yang dianut (Ajzen, 1971). Moore dan Benbasat (1991) menyatakan bahwa pada lingkungan tertentu, penggunaan teknologi informasi akan meningkatkan status (image) seseorang di dalam sistem sosial. Menurut Venkatesh dan Davis (2000), pengaruh sosial mempunyai dampak pada perilaku individual melalui tiga mekanisme yaitu ketaatan
(compliance),
internalisasi
(internalization),
dan
identifikasi
(identification). Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pengaruh yang diberikan sebuah lingkungan terhadap calon pengguna teknologi informasi untuk menggunakan suatu teknologi informasi yang baru maka semakin besar minat yang timbul dari personal calon pengguna tersebut dalam menggunakan teknologi informasi tersebut karena pengaruh yang kuat dari lingkungan sekitarnya. Pengaruh sosial dari orang-orang yang penting bagi pengguna sebuah teknologi, mempunyai pengaruh positif terhadap perasaan dan tingkah laku penggunaan teknologi online (Hua dan Haughton, 2009). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa norma subyektif sangat berpengaruh terhadap adopsi dan penggunaan media (teknologi) baru (Fishbein dan Ajzen, 1975; Hua dan Haughton, 2009). Pengaruh sosial akan memiliki efek yang lebih besar terhadap minat pada awal tahap penggunaan (Teo dan Pok, 2003). Penelitian sebelumnya menemukan hubungan penggunaan teknologi informasi dengan pengaruh sosial yang bersifat positif (Gupta et al., 2008). Thompson et al. (1991) dan Diana (2001) menemukan hubungan yang positif antara faktor-faktor sosial pemakai sistem, dimana faktor-faktor sosial
51
ditunjukkan dari besarnya dukungan teman sekerja, manajer senior, pimpinan, dan organisasi. Sedangkan Davis et al. (1989) menunjukkan tidak ada pengaruh antara norma-noma sosial terhadap pemanfaatan teknologi informasi. Penelitian Widiyatmoko (2004) menemukan adanya pengaruh positif antara faktor-faktor sosial pemakai sistem, hal ini ditunjukkan melalui besarnya dukungan teman sekerja, manajer senior, pimpinan dan organisasi. Mahendra dan Affandi (2013) menemukan bahwa faktor sosial berpengaruh positif terhadap terhadap minat penggunaan Sistem Informasi pengelola Keuangan Daerah (SIPKD) di kota Blitar. Tane (2014) juga menemukan bahwa faktor sosial berpengaruh positif terhadap minat pemanfaatan teknologi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Maluku Barat Daya. Hasil yang sama ditemukan oleh Widnyana dan Yadnyana (2015) didalam penelitiannya yaitu faktor sosial berpengaruh positif terhadap minat menggunakan SIPKD didaerah Tabanan. Hasil penelitian dari Ku et al. (2013); Handayani (2005); dan Yuliasari (2014) juga menemukan hal yang sama dengan penelitian di atas. Namun hasil berbeda ditemukan oleh Kurniawati (2013), yang didalam penelitiannya tidak menemukan pengaruh antara faktor sosial dengan niat penggunaan sistem informasi di Pemda Sragen. Pada penggunaan approweb, para acccount representative lebih mungkin menggunakannya apabila orang-orang disekitar yang mereka hormati (atasan) juga menggunakan aplikasi ini. Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis sebagai berikut:
52
H3. Pengaruh sosial (Social Influence) berpengaruh positif terhadap niat penggunaan approweb (Intention to Use Approweb) oleh account representative di Direktorat Jenderal Pajak. 4. Keyakinan Diri Dalam Menggunakan Web (Web Self Efficacy) dan Niat Penggunaan Approweb (Intention to Use Approweb) Self efficacy adalah keyakinan terhadap kemampuan seseorang untuk mengatur dan menggunakan suatu sistem (Bandura, 1997). Setiap orang dalam menggunakan suatu sistem pada awalnya akan mengalami kesulitan-kesulitan, sehingga mereka akan melakukan evaluasi diri. Evaluasi yang dilakukan secara berulang-ulang menyebabkan seseorang akan menguasai cara penggunaan sebuah sistem (Hsu dan Chiu, 2004). Self-efficacy adalah keyakinan individu bahwa ia dapat melakukan tugas atau perilaku tertentu (Roca et al., 2005). Keyakinan diri (self efficacy) adalah karakteristik
individual
yang
merefleksikan
kepercayaan
diri
dalam
kemampuannya untuk melakukan tugas dalam penggunaan sistem informasi akuntansi (Suardikha, 2012). Karakteristik utama dari konstruk self efficacy yaitu keahlian, kemampuan dalam hal mengorganisir, dan melakukan tindakan baik itu menggunakan komputer maupun internet. Web self-efficacy adalah kepercayaan kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan program internet yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan penggunaan seseorang. Sejumlah penelitian telah menunjukkan efek kontribusi web self-efficacy pada penggunaan internet dan kepuasan (Kurniawan
53
et al., 2002; Roca et al., 2005). Seseorang dengan self efficacy tinggi lebih memungkinkan untuk memiliki niat melakukan segala sesuatu dimasa depan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suprapto (2014) menemukan bahwa web self efficacy berpengaruh positif terhadap niat penggunaan internet banking. Karami (2006) juga menyatakan bahwa keyakinan diri (self efficacy) berpengaruh positif terhadap tingkat kemampuan seseorang dalam menggunakan internet dan website untuk membeli tiket secara online. Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Nugroho dan Achjari (2004) yaitu keyakinan diri tidak berpengaruh terhadap penggunaan internet (World Wide Web) untuk mendukung sarana pendidikan di Universitas di Yogyakarta. Approweb merupakan sebuah aplikasi yang membutuhkan kemahiran untuk menjalankannya secara efektif dan efisien. Sebelum menggunakan approweb secara langsung, para account representive akan mendapat diklat terlebih dahulu sehingga mereka memiliki kemampuan dan ketrampilan. Dengan keterampilan yang sudah dimiliki, maka mereka akan memiliki keyakinan diri dalam menggunakan approweb. Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis sebagai berikut: H4. Keyakinan diri dalam menggunakan web (Web Self Efficacy) berpengaruh positif terhadap niat penggunaan approweb (Intention to Use Approweb) oleh account representative di Direktorat Jenderal Pajak.
54
5. Kontrol Keamanan Persepsian (Perceived Security Control) dan Niat Penggunaan Approweb (Intention to Use Approweb) Didalam menggunakan sebuah aplikasi yang berbasis internet, para pengguna mengharapkan adanya jaminan keamanan. Langkah-langkah keamanan ini dapat berupa otentifikasi dan enkripsi (Connolly and Bannister, 2008). Banyak peneliti menemukan bahwa keamanan merupakan dimensi utama untuk mempelajari tingkah laku pengguna online banking (Hernandez et al., 2008; Polatoglu dan Ekin, 2001; Suh and Han, 2002). Gerrard dan Cunningham (2003) menemukan bahwa keamanan adalah hal yang penting bagi pengguna internet banking di Singapura. Penelitian yang dilakukan oleh Noviandra (2012), Nisa (2011) serta Barnes (2014) menunjukkan bahwa persepsi keamanan berpengaruh positif terhadap
minat
keperilakuan.
Keamanan
berpengaruh
positif
terhadap
kepercayaan dan niat penggunaan mobile banking. Jika suatu aplikasi tidak aman digunakan maka konsumen akan malas melakukan transaksi online banking (Maharsi dan Fenny, 2006). Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Qomaru (2010) dan Herna (2010) membuktikan bahwa persepsi keamanan tidak mempengaruhi minat keperilakuan dalam transaksi online. Secara umum, konsep keamanan mengacu pada kemampuan untuk melindungi terhadap ancaman potensial. Namun, dalam lingkungan online, keamanan didefinisikan sebagai kemampuan dari website perusahaan online untuk melindungi informasi pengguna dan data transaksi keuangan mereka dicuri selama terjadi hubungan diantara mereka.
55
Pemahaman terhadap sebuah sistem baru sangat diperlukan, karena banyak data yang harus dijaga kerahasiaannya. Data wajib pajak bersifat rahasia dan tidak boleh disalahgunakan. Para account representative akan lebih mempercayai approweb apabila aplikasi tersebut menjamin data wajib pajak yang menjadi tanggung jawabnya aman. Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis sebagai berikut: H5. Kontrol keamanan persepsian (Perceived Security Control) berpengaruh positif terhadap niat penggunaan approweb (Intention to Use Approweb) oleh account representative di Direktorat Jenderal Pajak. 6. Persepsi Menyenangkan (Perceived Enjoyment) dan Niat Penggunaan Approweb (Intention to Use Approweb) Persepsi menyenangkan (perceived enjoyment) merupakan suatu persepsi perasaan menyenangkan yang dialami seseorang dalam menggunakan sesuatu. Perasaan nyaman yang timbul ketika seseorang menggunakan suatu sistem akan berpengaruh terhadap perilaku selanjutnya (Venkatesh, 2000). Perceived enjoyment merupakan konstruk dimensional tunggal, dan dievaluasi dalam bentuk menyenangkan dan gembira dalam melakukan sebuah kegiatan (Wu dan Liu, 2007). Davis et al. (1992) menemukan bahwa persepsi menyenangkan berpengaruh positif terhadap penggunaan teknologi. Persepsi menyenangkan juga berpengaruh positif terhadap penggunaan aplikasi pada smartphone (Okumus dan Bilgihan, 2014).
Ketika menggunakan sebuah sistem terasa menyenangkan,
pengguna secara intrinsik termotivasi untuk menggunakannya (Davis et al., 1992;
56
Van der Heijden, 2003). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa persepsi menyenangkan meningkatkan perilaku afektif pengguna terhadap niat mereka dalam menggunakan teknologi online (Wu dan Liu, 2007). Venkatesh (2000) menemukan bahwa perceived enjoyment, sebagai motivasi intrinsik mempengaruhi perceived usefulness melalui ease to use. Li (2011) menyatakan bahwa perceived enjoyment berpengaruh positif terhadap penggunaan online social networks (OSNs). Penelitian menemukan bahwa semakin besar perceived enjoyment, maka semakin tinggi perceived ease of use (Pinho dan Soares, 2011). Perceived enjoyment memiliki hubungan dengan individual intention untuk menggunakan teknologi dalam konteks mengerjakan tugas sekaligus bersenang-senang (Koufaris, 2002; van der Heijden, 2004; Wu and Liu, 2007). Penelitian
Qureshi
et
al.
(2008)
menunjukkan
bahwa
persepsi
menyenangkan memiliki pengaruh positif terhadap sikap penggunaan internet banking di Pakistan. Tjini dan Baridwan (2012) menemukan bahwa persepsi menyenangkan berpengaruh positif terhadap penggunaan internet banking oleh mahasiswa di Malang. Hasil penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lee et al. (2005) yang menemukan persepsi menyenangkan berpengaruh
positif
terhadap
niat
penggunaan
internet
sebagai
media
pembelajaran mahasiswa di Hongkong. Approweb sebagai sebuah aplikasi berbasis web yang digunakan sebagai alat pembuatan profil dan penggalian potesi wajib pajak harus memiliki fitur-fitur menarik, sehingga para account representative dalam menggunakannya akan
57
timbul perasaan nyaman dan menyenangkan. Perasaan tersebut akan membuat pengguna betah berlama-lama menggunakannya. Berdasarkan uraian di atas diajukan hipotesis sebagai berikut: H6. Persepsi menyenangkan (Perceived Enjoyment) berpengaruh positif terhadap niat penggunaan approweb (Intention to Use Approweb) oleh account representative di Direktorat Jenderal Pajak. C. Model Penelitian Berdasarkan hipotesis-hipotesis yang dirumuskan di atas, hubungan antar variabel didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Performance Expectancy (PE) Effort Expectancy (EE) Social Influence (SI)
H1 (+) H2 (+) H3 (+) H4 (+)
Web Self Efficacy (WSE) Perceived Security Control (PSC) Perceived Enjoyment (PEN)
Intention to Use Approweb (IU)
H5 (+) H6 (+)
Gambar 9. Model Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor penentu niat account representative dalam menggunakan approweb di Direktorat Jenderal Pajak. Penelitian ini merupakan penelitian survey, yaitu dengan cara mengumpulkan informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner melalui web. B.
Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau sesuatu hal yang menjadi minat peneliti untuk diinvestigasi (Sekaran, 2013). Menurut Sugiyono (2013), populasi adalah unit generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Arikunto (2002:108) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan subjek penelitian. Mudrajat (2003:103) menyatakan bahwa populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Berdasarkan uraian di atas populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pegawai pajak di Direktorat Jenderal Pajak yang berjumlah 37.079 orang (www.sikka.pajak.go.id).
58
59
2. Sampel Penelitian Sampel adalah pemilihan sejumlah elemen yang mampu mewakili populasi (Sekaran, 2013). Menurut Sugiyono (2012:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Responden yang menjadi sampel didalam penelitian ini adalah account representative di Direktorat Jenderal Pajak yang berjumlah 8.418 orang. Teknik pengambilan sampel atau teknis sampling yang dianggap mewakili keseluruhan account representative dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin (Husein, 2004:141). Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Slovin tersebut, maka secara teori sampel
yang
dianggap
mampu
mewakili
keseluruhan
account
representative berjumlah 381 orang. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
8418 1+ 8418. (0,05)² Dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = taraf kesalahan 5 % Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara nonprobabilitas atau non random yaitu menggunakan teknik purposive sampling,
60
pengumpulan informasi dari anggota populasi terbatas pada jenis orang tertentu atau memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan peneliti (Sekaran, 2013). Menurut Hartono (2005) pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu yang dapat berdasarkan pertimbangan tertentu atau jatah tertentu. C.
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan memberikan alamat web survei yang berisi kuesioner kepada responden. Jenis kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup, responden dapat memilih jawaban yang tersedia. Alamat web survey yang berisi kuesioner dikirim melalui email kepada para account representative. Selain itu, untuk menguatkan latar belakang masalah dan hasil penelitian agar sesuai dengan kenyataan sebenarnya, maka dilakukan wawancara dengan narasumber yang berasal dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama. D.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Bebas atau Independent Variable Variabel bebas atau independent variable yang digunakan penelitan ini yaitu: a. Ekspektasi Kinerja (Performance Expectancy) Ekspektasi kinerja (performance expectancy) adalah suatu tingkat dimana seseorang mempercayai dengan menggunakan teknologi
61
informasi
tersebut
akan
membantu
orang
tersebut
untuk
memperoleh keuntungan-keuntungan kinerja pada pekerjaan (Venkatesh et al., 2003). Dalam konsep ini terdapat gabungan variabel- variabel yang diperoleh dari model penelitian sebelumnya tentang model penerimaan dan penggunaan teknologi, yaitu: persepsi terhadap kegunaan (perceived usefulness), motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation), kesesuaian pekerjaan (job fit), keuntungan relatif (relative advantage), dan ekspektasi-ekspektasi hasil
(outcome
expectations).
Variabel
ekspektasi
kinerja
(performance expectancy) menggunakan data primer yang berasal dari kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan didalam kuesioner diadopsi dari penelitian Carter et al. (2011); Venkatesh (2003) yang akan akan diukur dengan menggunakan skala liket lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. b. Ekspektasi Usaha (Effort Expectancy) Ekspektasi
usaha
(effort
expectancy)
merupakan
tingkat
kemudahan penggunaan teknologi informasi yang akan dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu dalam melakukan pekerjaannya. Dalam penelitian ini, ekspektasi usaha (effort expectancy)
memudahkan
pengguna
dalam
mengadapi
kompleksitas dari sebuah teknologi informasi. Variabel tersebut diformulasikan berdasarkan 3 konstruk pada model atau teori
62
sebelumnya yaitu persepsi kemudahaan penggunaan (perceived easy of use-PEOU) dari model TAM, kompleksitas dari model of PC utilization (MPCU), dan kemudahan penggunaan dari teori difusi inovasi (IDT) (Venkatesh et al., 2003). Variabel ekspektasi usaha (effort expectancy) menggunakan data primer yang berasal dari kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan didalam kuesioner diadopsi dari penelitian Carter et al. (2011); Venkatesh (2003) yang akan akan diukur dengan menggunakan skala liket lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. c. Faktor Sosial (Social Influence) Faktor sosial (social influence) diartikan sebagai tingkat dimana seorang individu menganggap bahwa orang lain menyakinkan dirinya bahwa dia harus menggunakan sistem baru. Faktor sosial (social
influence) bertujuan
seseorang
untuk
memberikan
menggunakan
teknologi
pengaruh
kepada
informasi
dalam
mendukung kinerjanya. Faktor sosial ditunjukkan dari besarnya dukungan rekan kerja, atasan, dan organisasi. Menurut Triandis (1980) dalam Tjhai (2003) faktor sosial memiliki hubungan positif dengan pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa individu akan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi jika mendapat dukungan dari individu lainnya. Variabel faktor sosial (social influence) menggunakan data primer yang
63
berasal dari kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan didalam kuesioner diadopsi dari penelitian Carter et al. (2011); Venkatesh (2003) yang akan akan diukur dengan menggunakan skala liket lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. d. Keyakinan Diri Dalam Menggunakan Web (Web Self Efficacy) Web self-efficacy adalah kepercayaan kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan program internet yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan penggunaan seseorang. Self efficacy memegang peranan penting terhadap niat penggunaan teknologi secara individu (Luarn dan Lin, 2005). Kepercayaan dan keyakinan diri dalam menggunakan sebuah web akan meningkatkan niat penggunaan web tersebut. Seseorang yang memiliki kontrol lebih tinggi akan memiliki kinerja yang lebih tinggi pula (Gist, 1987). Variabel keyakinan diri dalam menggunakan web (Web Self Efficacy) menggunakan data primer yang berasal dari kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan didalam kuesioner diadopsi dari penelitian Carter et al. (2011); Compeau dan Higgins, (1995); Venkatesh (2003) yang akan akan diukur dengan menggunakan skala liket lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju.
64
e. Kontrol Keamanan Persepsian (Perceived Security Control) Persepsi
keamanan
sebagai
kesadaran
individu
terhadap
kemampuan pemilik sistem transaksi online untuk memenuhi langkah langkah keamanan dalam lingkup online (Guynes, 2011). Cara pengamanan tersebut dapat berupa otentikasi, dan enkripsi. Kontrol keamanan yang dirasakan menggambarkan sejauh mana sebuah situs web e-commerce yang dianggap aman dan mampu melindungi informasi lainnya dari ancaman potensial (Hua, 2009). Keamanan yang dirasakan adalah faktor penentu yang lebih kuat dari niat untuk membeli secara online daripada persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan dari situs web (Salisbury, 2001). Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan didalam kuesioner diadopsi dari penelitian Carter et al. (2011); Venkatesh (2003) yang akan akan diukur dengan menggunakan skala liket lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. f. Persepsi Menyenangkan (Perceived Enjoyment) Perceived enjoyment merupakan konstruk dimensional tunggal, dan dievaluasi dalam bentuk menyenangkan dan gembira dalam melakukan sebuah kegiatan (Wu dan Liu, 2007). Penelitian sebelumnya
menemukan
bahwa
persepsi
menyenangkan
berpengaruh positif terhadap penggunaan teknologi (Davis et al., 1992). Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan didalam kuesioner
65
diadopsi dari penelitian Okumus dan Bilgihan (2014); Verkasalo (2010) yang akan akan diukur dengan menggunakan skala liket lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. 2. Variabel Tidak Bebas atau Dependent Variable Variabel tidak bebas atau dependent variable yang digunakan penelitian ini yaitu : niat penggunaan approweb (Intention to Use Approweb). Niat penggunaan approweb didefinisikan sebagai tingkat keinginan atau niat pemakai menggunakan approweb secara terus menerus dengan asumsi bahwa mereka mempunyai akses terhadap informasi. Davis et al. (1989) mengemukakan bahwa adanya manfaat yang dirasakan oleh pemakai teknologi informasi akan meningkatkan minat mereka untuk menggunakan teknologi informasi. Triandis (1980) mengemukakan bahwa perilaku seseorang merupakan ekspresi dari keinginan atau minat seseorang (intention), dimana keinginan tersebut dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial, perasaan (affect), dan konsekuensi-konsekuensi yang dirasakan
(perceived
consequences).
Pertanyaan-pertanyaan
yang
digunakan didalam kuesioner diadopsi dari penelitian Ajzen dan Fishbein (1980); Carter et al. (2011); Venkatesh (2003) yang akan akan diukur dengan menggunakan skala liket lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju.
66
E.
Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas Ghozali (2013: 52) menjelaskan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuesioner dikatakan
valid
jika
pertanyaan
pada
kuisioner
mampu
untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tesebut. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan antara critical value yang dihasilkan dari mikrostat dengan korelasi product moment dari tiap item pertanyaan yang lebih besar dari critical value, berarti item pertanyaan yang bersangkutan adalah valid dan memenuhi syarat untuk pengujian data selanjutnya. Untuk menguji validitas kuesioner dalam penelitian ini digunakan analisis item atau butir dengan menguji karakteristik masing-masing item yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Uji validitas menggunakan software IBM SPSS versi 22 dengan cara melihat angka corrected item-total correlation, keputusannya apabila r hitung > r tabel maka pernyataan tersebut valid. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2013: 47). Instrumen (kuesioner) yang reliabel berarti mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya dan konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013). Item-item pertanyaan yang valid selanjutnya diuji dari segi kehandalannya (reliabilitas). Penghitungan realibiltas didalam penelitian ini menggunakan
67
IBM SPSS versi 22, dengan melihat Cronbach-Alpha coefficients, keputusannya jika koefisien reliabilitas > 0,60 maka instrument tersebut dinyatakan reliabel. Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2013) terbagi menjadi beberapa tingkatan sebagai berikut: 1) 0,8 – 1,0
= Reliabilitas baik.
2) 0,6 – 0,799
= Reliabilitas diterima secara moderat
3) kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik. 3. Uji Asumsi Klasik Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas. a. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2013:105). Dengan kata lain, uji multikolonieritas dilakukan untuk untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolonieritas dapat diketahui dengan cara melihat dari (1) nilai toleransi dan lawannya (2) variance tolerance factor (VIF). Nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1 / Toleransi). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
68
multikolinearitas adalah nilai Toleransi dari 0,10 atau dengan nilai VIF ≥ dari
10.
Beberapa
alternatif
cara
untuk
mengatasi
masalah
multikolinearitas adalah sebagai berikut: 1) Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi. 2) Menambah jumlah observasi. 3) Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta. b. Uji Heteroskedastisitas Ghozali (2013:139) menyebutkan bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan
untuk
menguji
apakah
dalam
model
regresi
terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokesdastisitas. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Cara untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) dengan residualnya. Deteksi dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu dalam grafik dimana sumbu X dan Y telah diproduksi. Dasar pengambilan keputusan adalah:
69
1) Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur seperti gelombang, melebar, kemudian menyempit maka terjadi heterokedastisitas, dan 2) Jika titik-titik ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah
angka
0
pada
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heterokedastisitas. Beberapa alternatif cara jika model menyalahi asumsi heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif. Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas. c. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013:160). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (perhitungan Z skewness dan Z kurtosis serta Kolmogorof Smirnov). Uji Kolmogorof Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis: Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Untuk menerima dan menolak hipotesis dengan cara membandingkan residual dengan taraf signifikansi () sebesar 0,05, jika > 0,05 maka terdistribusi normal.
70
4. Pengujian Hipotesis Penelitian ini menggunakan alat analisis data regresi linier berganda, yaitu suatu metode statistik yang umum digunakan untuk meneliti hubungan antara sebuah variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel ekspektasi kinerja (Performance Expectancy) atau (PE), ekspektasi usaha (Effort Expectancy) atau (EE), pengaruh sosial (Social Influence) atau (SI), keyakinan diri dalam menggunakan web (Web Self Efficacy) atau (WSE), kontrol keamanan persepsian (perceived security control) atau (PSC), persepsi menyenangkan (Perceived Enjoyment) atau (PEN) terhadap variabel dependen niat penggunaan approweb (Intention to Use Approweb) atau (IU). Rumus Regresi Linear Berganda :
IU = a + b1 PE + b2 EE + b3SI + b4WSE + b5 PSC+ b6 PEN + e Keterangan : IU
= Niat penggunaan approweb (Intention to Use Approweb)
a
= Nilai intersap (konstan)
b
= Koefisien arah regresi
PE
= Ekspektasi Kinerja (Performance Expectancy)
EE
= Ekspektasi Usaha (Effort Expectancy)
SI
= Pengaruh Sosial (Social Influence)
WSE = Keyakinan Diri Dalam Menggunakan Web (Web Self Efficacy) PSC
= Kontrol Keamanan Persepsian (Perceived Security Control)
71
PEN
= Persepsi Menyenangkan (Perceived Enjoyment)
e
= error a. Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Signifikansi yang digunakan adalah 0,05 (α=5%). Jika α < 0, 05, maka Ha diterima dan jika α > 0,05 maka Ha ditolak. Uji F dapat pula dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dan F tabel derngan ketentuan sebagai berikut : Ho :β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama); Ho :β > 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi 5% ( =0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut: Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen; Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
72
b. Uji t Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel. Signifikansi yang digunakan adalah 0,05 (α=5%). Uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut: Ho :β = 0, berarti bahwa tidak ada pengaruh positif dari masing-masing variabel independen secara parsial; Ho: β > 0 berarti bahwa ada pengaruh positif dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikansi 5% ( = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut: 1) t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Jika probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat. 2) t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Jika probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.
73
c. Analisis Koefisien Determinasi Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase total variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Dengan kata lain analisis ini digunakan untuk melihat seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Apabila R2 sama dengan 0, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, dan bila R2 semakin kecil mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel independen semakin kecil terhadap variabel dependen. Apabila R2 semakin besar mendekati 1, hal ini menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut merupakan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi atau seberapa besar pengaruh variabelvariabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent), digunakan pedoman yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012:250) sebagai berikut : Tabel 3 Koefisien Korelasi dan Taksirannya Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat Rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono (2012:250)
74
5. Uji T Sampel Bebas (Independent Sampel T Test) Tujuan dilakukannya uji t sampel bebas adalah untuk membandingkan rata-rata dua kelompok kasus (Santoso, 2003). Kasus yang diuji bersifat acak. Pengujian hipotesis dengan distribusi t adalah pengujian hipotesis yang menggunakan distribusi t sebagai uji statistik. Tabel pengujian disebut tabel tstudent. Kriteria data untuk uji t sampel independen :
Data untuk dua sampel bersifat independen
Sampel acak dari distribusi normal.
Cara pengujiannya yaitu sebagai berikut : a. Merumuskan Hipotesis H0 : Tidak ada perbedaan varian pengisian kuesioner oleh account representative pada satu minggu pertama dengan satu minggu terakhir selama jangka waktu pengambilan sampel. H1
: Ada perbedaan varian pengisian kuesioner oleh account representative pada satu minggu pertama dengan satu minggu terakhir selama jangka waktu pengambilan sampel.
b. Kriteria Pengujian Hipotesis
Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika probabilitas atau signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
c. Pengambilan Keputusan.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Responden pada penelitian ini merupakan account representative Direktorat Jenderal Pajak di seluruh Indonesia. Data dikumpulkan dengan menggunakan web survey dengan alamat http://goo.gl/forms/gkBbRWEjRS atau http://goo.gl/forms/q88ETUYfLt. Alamat web yang berisi kuesioner penelitian tersebut kemudian disebar melalui email internal Direktorat Jenderal Pajak. Jumlah keseluruhan kuesioner yang disebar sebanyak 1.023 kuesioner dan kembali sebanyak 417 kuesioner dengan respon rate 40,76%. Adapun dari 417 kuesioner yang kembali, terdapat 3 kuesioner yang tidak diisi secara lengkap sehingga tidak dapat dianalisis. Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Slovin maka secara teori, sampel yang dianggap mampu mewakili keseluruhan account representative berjumlah 381 orang, akan tetapi peneliti tetap menggunakan jumlah kuesioner yang dapat dianalisis sebanyak 414 kuesioner dengan rate 40,47% karena kuesioner tersebut dianggap lengkap dan dapat digunakan. Tabel 4 Penyebaran Kuesioner Penelitian No Keterangan 1 Kuesioner yang disebarkan 2 Kuesioner yang dikembalikan 3 Respon Rate pengembalian kuesioner 4 Kuesioner yang tidak lengkap/rusak 5 Kuesioner yang dapat digunakan 6 Rate kuesioner yang dapat digunakan Sumber : Data Primer Diolah, 2016
75
Jumlah 1.023 417 40,76% 3 414 40,47%
76
B. Analisis Deskriptif 1. Gambaran Umum Responden Hasil pengumpulan data yang bisa digunakan berjumlah 414 orang, dengan rincian 317 (76,6%) responden laki-laki dan 97 (23,4%) responden perempuan. Karakterisitik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Usia Jumlah (orang) Persen (%) 1 ≤ 30 tahun 236 57% 2 31 - 40 tahun 165 39,9% 3 41 - 50 tahun 13 3,1% 4 ≥ 51 tahun 0 0 Jumlah 414 100% Sumber : Data Primer Diolah, 2016 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas usia responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah berusia ≤ 30 tahun sebanyak 236 orang atau 57%. Hal ini dikarenakan, banyaknya account representative muda yang baru diangkat pada tahun 2014 dan 2015. Karakterisitik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat dari tabel 6 di bawah ini : Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No
Pendidikan
Jumlah (orang)
Persen (%)
1 2 3 4
SLTA Akademi Universitas/Sarjana Pascasarjana
3 148 224 39
0,7% 35,7% 54,1% 9,4%
414
100%
Jumlah Sumber : Data Primer Diolah, 2016
77
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah lulusan universitas atau sarjana sebanyak 224 orang atau 54,1%. Sedangkan lulusan akademi atau diploma sebanyak 148 orang atau 35,7%. Karakterisitik responden berdasarkan pengalaman kerja dapat dilihat dari tabel 7 di bawah ini : Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja No Pengalaman Kerja Jumlah (orang) Persen (%) ≤ 5 tahun 1 2 0,5% 2 6 – 10 tahun 354 85,5% 3 11 – 15 tahun 43 10,4% 4 > 15 tahun 15 3,6% Jumlah 414 100% Sumber : Data Primer Diolah, 2016 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas masa kerja responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah dengan masa kerja 6 – 10 tahun yaitu sebanyak 354 orang atau sekitar 85,5 %. Jumlah yang cukup banyak tersebut disebabkan persyaratan menjadi seorang account representative minimal 2 tahun setelah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. 2. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui distribusi jawaban responden dalam penelitian ini. Setelah statistik deskriptif dibuat, kemudian dilakukan pembuatan kategorisasi sampel penelitian untuk masing-masing variabel penelitian yang didapatkan dari hasil penelitian. Kategorisasi tersebut bersifat relatif, sehingga luasnya interval yang mencakup setiap kategori adalah