EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN
Oleh : Wahyu Widodo dan Bambang Pardiarto (Kelompok Kerja Penelitian Mineral)
Sari Kegiatan eksplorasi umum endapan besi tahun anggaran 2008 berdasarkan Surat Bupati Muara Enim No. 546/362/Tamben-I/2007 tertanggal 8 Agustus 2007. Secara administratif lokasi kegiatan berada di wilayah Desa Raja, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan geologi sepanjang lintasan, pembuatan sumur uji (test pit) dan pengambilan conto baik dari indikasi besi dipermukaan maupun dari dinding sumur uji. Sumur uji yang dibuat selama kegiatan lapangan sebanyak 23 sumur dengan interval 25 m, kedalaman berkisar antara 1 s/d 1,90 m, kedalaman sumur uji tergantung tebalnya lapisan besi dan ditambah kurang lebih 1 m pada lapisan kontak dibawahnya dan terkumpul sebanyak 49 conto. Tekstur conto material besi yang ditemukan di daerah ini bukan seperti bijih besi yang terbentuk secara alami baik berupa metasomatik maupun sedimenter, melainkan berupa gundukan/ tumpukan limbah dari proses peleburan pada masa lalu yang menggunaan bahan dari besi. Hal ini dibuktikan adanya material pendukung lainnya seperti pecahan-pecahan keramik, pecahan pipa tahan api yang terbuat dari tanah dan koin logam bertuliskan prod 1689 bersama-sama dengan tumpukan material besi. Prosedur penyelidikan dengan membuat sumur uji membentuk grid interval 25 m, untuk mengetahui luas sebaran material besi, hasilnya menunjukkan bahwa sebarannya sangat terbatas. Hasil analisis lapisan tanah bercampur dengan pecahan besi menunjukkan kandungan Fe total berkisar antara 20,21 s/d 41,36 %, pada lapisan tanah dibawah lapisan tersebut diatas menunjukkan kandungan Fe total berkisar antara 2,73 s/d 7,67 %. Sedangkan pada lapisan tanah yang dari permukaan tidak ditemukan adanya pecahan besi, umumnya menunjukkan kandungan Fe total berkisar antara 2,41 s/d 4,86 %. Sebaran material besi seluas kurang lebih 1.355 m2, ketebalannya berkisar antara 0,05; 0,5; dan 1,0 m atau tebal rata-ratanya 0,5 m. Material besi yang terdapat di daerah penyelidikan mengambang dalam lapisan tanah permukaan, bukan merupakan hasil pembentukan secara alami, melainkan sebagai tumpukkan pembuangan limbah besi sisa-sisa industri peleburan masa lampau, sehingga tidak layak untuk di usahakan sebagai area penambangan besi sebagaimana mestinya. Pendahuluan Salah satu yang melatar belakangi kegiatan penyelidikan ini adalah Surat Bupati Muara Enim No. 546/362/Tamben-I/2007 tertanggal 8 Agustus 2007, yang ditujukan kepada Kepala Pusat Sumber Daya Geologi perihal permohonan untuk dilakukan penelitian bijih besi di daerahnya. Pusat Sumber Daya Geologi sebagai instansi pemerintah yang membidangi penyelidikan/eksplorasi mineral di Indonesia, tahun anggaran 2008 melalui Kelompok Program Penelitian Mineral, memenuhi permohonan tersebut untuk
mengadakan kegiatan eksplorasi umum endapan besi di daerah Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Eksplorasi umum dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kondisi geologi, melokalisir sebaran dan menafsirkan potensi endapan besi sedangkan tujuannya untuk membantu penyediaan data atau informasi keberadaan endapan besi atau lokasi-lokasi prospek besi sebagai bagian dari tugas dan fungsi Pusat Sumber Daya Geologi dengan harapan hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi investor yang berminat mengembangkan usaha pertambangan besi di daerah ini dan bermanfaat bagi pemerintah daerah
Kabupaten Muara Enim dalam menetapkan kebijakan pengembangan/ pengelolaan potensi sumber daya mineral khususnya bijih besi di daerah ini.
Secara administratif lokasi penyelidikan terletak di Desa Raja, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, (Gambar 1).
Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan
Metoda eksplorasi yang digunakan adalah pemetaan geologi sepanjang lintasan sungai dan pembuatan sumur uji yang diikuti dengan penyontohan bahan galian. Kecamatan Tanah Abang merupakan adalah hasil pemekaran dari kecamatan Talang Ubi dengan luas daerahnya 366 km2, jumlah penduduknya 25.077 jiwa dengan kepadatan 69 jiwa/ km2, sebagian besar mata pencaharian penduduk berkebun karet dengan pekerjaan sampingan bertani sedangkan lebih dari 90 % penduduknya memeluk agama Islam. Iklim di daerah ini dibagi menjadi dua setiap tahunnya, yaitu iklim kemarau (April – Oktober) dan iklim hujan (Oktober – April), dengan curah hujan rata-rata 200 mm/ tahun, suhu rata-rata 30oC dan kelembaban udara rata-rata 84 % tetapi kondisi iklim akhir-akhir ini di Indonesia pada umumnya tidak normal. Penyelidik terdahulu yang khusus meneliti keberadaan mineral logam di Kabupaten Muara Enim belum banyak dilakukan oleh para ahli, tetapi kalau
penyelidikan untuk batubara maupun mineral non logam sudah banyak dilakukan. Berdasarkan informasi PT. Aneka Tambang beberapa waktu lalu pernah melakukan penyelidikan untuk mineral logam (logam mulia, logam dasar) tetapi sampai saat ini tidak ada laporannya di Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Muara Enim. Gafoer, S., dkk., 1986, dari Puslitbang Geologi, Bandung telah melakukan memetakan geologi Lembar Lahat.Djumsari, A. dkk., 1992 dari Direktorat Sumber Daya Mineral telah melakukan penyelidikan geokimia lembar Lahat, termasuk didalamnya, sedangkan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Muara Enim, 2004; telah melakukan Inventarisasi dan Penyelidikan Bahan Galian Golongan B dan C di bagian selatan Kabupaten Muara Enim. Geologi Regional Geologi umum daerah Kabupaten Muara Enim dengan mengacu Peta Geologi lembar Lahat (S. Gafoer, T. Cobrie & J. Purnomo, 1986), (Gambar 2) dapat diuraikan sbb. :
Berdasarkan tatanan tektonik, daerah penyelidikan menempati tepi bagian barat-selatan Cekungan Palembang, yang terbentuk dalam daur susut laut pada zaman Tersier, stratigrafi Cekungan Palembang dibagi menjadi 3 formasi, yaitu Formasi Palembang Bawah, Formasi Palembang Tengah dan Formasi Palembang Atas (Tobler, 1906). Urutan stratigrafi regional daerah penyelidikan dari tua ke muda adalah : Formasi Gumai merupakan kelompok batuan sedimen yang diendapkan dalam lingkungan neritik (Djamas, 1979), terdiri dari batulempung dan serpih berselang-seling dengan batugamping, batulanau, batupasir dan batulanau tufan. Formasi ini berumur Miosen Awal s/d Miosen Tengah. Formasi Air Benakat (Formasi Palembang Bawah) yang terdiri dari serpih, batulanau, napal serta batupasir yang sebagian bersifat gampingan, diendapkan dalam lingkungan litoral, berumur Miosen Tengah - Miosen Akhir. Formasi Muaraenim (Formasi Palembang Tengah) yang terdiri dari batulempung, batulanau, batupasir tufan dengan sisipan batubara, diendapkan dalam lingkungan laut dangkal – transisi, berumur
Miosen Akhir - Pliosen Awal dan kedudukannya selaras menindih Formasi Air Benakat. Formasi Kasai merupakan endapan gunungapi fasies darat yang kedudukannya selaras di atas Formasi Muaraenim, berumur Pliosen Akhir Plistosen Awal. Formasi ini terdiri dari tuf, tuf batuapung dan perselingan antara batupasir dan batulempung tufan yang mengandung sisa tumbuhan, di beberapa tempat dijumpai adanya lensa batubara tipis. Formasi Muaraenim dan Formasi Kasai diterobos oleh andesit berumur Plistosen yang dapat meningkatkan kualitas batubara. Satuan Gunungapi muda terdiri dari breksi dan tuf, sebarannya menempati bagian selatan daerah Kabupaten Muara Enim dengan membentuk morfologi perbukitan tinggi dan menyatu dengan deretan Pegunungan Bukit barisan. Struktur geologi yang berkembang di daerah ini adalah struktur lipatan (antiklin, sinklin) dan kelurusan yang umumnya berkembang pada batuanbatuan berumur Tersier. Arah umum struktur lipatan NW – SE s/d N – S dan kemiringan lapisan rata rata 15° - 20° dan berkembang pada Formasi Airbenakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai. Struktur kelurusan yang ada diduga sebagai struktur sesar.
Gambar 2. Peta Geologi Kabupaten Muara Enim (Sumber : Gafoer, S., Cobrie, T. & Purnomo, J., 1986) Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Muara Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder Enim menunjukkan adanya anomali Hg conto tidak ditemukan adanya data mineralisasi di sedimen sungai di bagian selatan wilayah ini, yang Kabupaten Muara Enim tetapi hasil inventarisasi
secara regional bagian selatan dari wilayah ini merupakan bagian dari jalur pegunungan Bukit Barisan yang dikenal sebagai jalur mineralisasi logam di Indonesia. Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi daerah penyelidikan merupakan morfologi dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 30 m di atas muka laut. Geologi daerah penyelidikan disusun oleh empat kelompok batuan, dengan urutan stratigrafi dari tua ke muda sebagai berikut : (Gambar 3). Kelompok batulempung tufan, batulanau dan batupasir dengan perselingan batubara berumur MioPliosen yang dikenal sebagai Formasi Muara Enim, kelompok batuan ini menempati bagian barat daya daerah penyelidikan.
Selaras di atas kelompok batuan tersebut diendapkan kelompok batuan tuf, tuf pasiran dan batupasir tufan yang umumnya mengandung pumis, kelompok batuan ini dikenal sebagai Formasi Kasai berumur Kuwarter. Di lapangan kelompok batuan ini telah mengalami pelapukan kuat sehingga lapisan tanahnya sangat tebal. Pada bagian atas lapisan tanah hasil pelapukan Formasi Kasai terdapat adanya sebaran pecahan besi bercampur tanah berwarna hitam yang membentuk gundukan-gundukan kecil. Endapan rawa yang disusun oleh lumpur, lanau dan pasir, sebarannya menempati bagian timur laut daerah penyelidikan posisinya selaras di atas Formasi Kasai sedangkan kelompok batuan termuda di daerah ini adalah endapan aluvial yang terdiri dari pasir, lanau dan lempung.
Gambar 3. Peta Geologi Ds. Raja, Kec. Tanah Abang, Kab. Muara Enim, Prov. Sumatera Selatan merupakan hasil mineralisasi secara alami baik Struktur geologi tidak berkembang didalam primer maupun sedimenter karena keberadaannya batuan-batuan berumur Kuwarter sedangkan di dalam sangat tidak umum dibandingkan dengan daerah lain. batuan berumur Tersier berkembang struktur lipatan Secara lateral luas sebarannya sekitar 0,1355 ha yang seperti yang terlihat di dalam lapisan-lapisan batuan tersebar pada 6 titik lokasi (Gambar 4). Struktur sedimen Formasi Muara Enim yang ditunjukkan oleh pecahan-pecahan besi yang ditemukan dari dalam adanya kemiringan lapisan. sumur uji menyerupai struktur float cast di dalam batuan sedimen atau struktur lava bantal Hasil Penyelidikan dipermukaannya (Foto 1 ) dan berlobang di bagian Seperti telah diuraikan sebelumnya, adanya dalamnya (Foto 2) sebaran pecahan-pecahan besi yang diduga bukan
Gambar 4. Peta lokasi sebaran besi dan lokasi pembuatan sumur uji di Ds. Raja, Kec. Tanah Abang, Kab. Muara Enim.
Foto 1. Kenampakan struktur pecahan besi yang menyerupai struktur float cast di dalam batuan sedimen atau struktur lava bantal.
Foto 2. Struktur pecahan besi yang berlobang di bagian tengah Dari penggalian sumur uji tersebut, pecahanpecahan besi ditemukan bersama-sama dengan pecahan keramik (Foto 3), pecahan pipa yang terbuat dari bahan tahan api yang diduga sebagai pipa bekas
saluran udara yang umumnya digunakan dalam kerajinan besi (Foto 4) dan juga adanya kepingan logam berbentuk coin dengan tulisan PROD 1689 (Foto 5).
Foto 3. Pecahan keramik yang ditemukan bersama pecahan besi dari lubang penggalian sumur uji
Foto 4. Pecahan pipa bekas saluran udara ditemukan bersama pecahan besi dan keramik dari lubang penggalian sumur uji
Foto 5. Coin yang ditemukan bersama pecahan besi di lokasi sumur uji ME 05 keramik serta pecahan-pecahan pipa dari bahan tahan Tebal lapisan yang mengandung pecahanapi yang sebagai pipa udara dan ditemukan adanya pecahan besi berdasarkan penggalian sumur uji coin logam bertuliskan PROD 1689. tersebut berkisar antara 5 cm s/d 100 cm, ketebalan Berdasarkan uraian data diatas diperkirakan maksimum terdapat pada puncak-puncak gundukan/ pada masa lampau (setelah tahun 1689) di lokasi tonjolan, keberadaannya hanya penempati permukaan tersebut merupakan area pemukiman atau tempat yang setempat-setempat menumpang di atas tanah kerajinan yang menggunakan bahan dasar dari besi. pelapukan dari kelompok batuan Formasi Kasai. Sehingga diperkirakan lapisan pecahan besi di atas Pembahasan merupakan hasil pembuangan limbah/ sisa-sisa pembuatan kerajinan tersebut. Dari pengamatan bentuk struktur pecahanpecahan besi yang ada di Desa Raja yaitu menyerupai Disamping sebarannya sangat terbatas dan struktur float cast pada lapisan batuan sedimen atau kondisi besinya hanyalah merupakan pecahanlava bantal, ditemukan hanya pada permukaan pecahan hasil pembuangan limbah sisa kerajinan sampai ketebalan maksimum 1 m (pecahan besi pada masa lampau tersebut mengambang pada lapisan tanah di Mengingat kondisi pecahan-pecahan besi yang permukaan), kedudukannya setempat menumpang di ditemukan di desa Raja dan sekitarnya seperti desa atas lapisan tanah hasil pelapukan batuan Formasi Tanjung Harapan diduga sebagai hasil pembuangan Kasai. Penjelasan data tersebut diperkuat dengan limbah (besi limbah buangan) maka perlu dilakukan hasil analisa kimia yang menunjukkan kandungan Fe pengkajian lebih mendalam apakah masih dapat total berbeda secara drastis antara lapisan yang dimanfaatkan dalam kegiatan industri yang mengandung pecahan besi dengan lapisan tanah menggunakan bahan baku besi. dibawahnya. Di dalam lapisan pecahan-pecahan besi tersebut ditemukan juga adanya pecahan-pecahan
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pecahan-pecahan besi yang ditemukan posisinya mengambang dalam lapisan tanah didekat permukaan (sampai kedalaman 1 m), ditemukan bersama-sama dengan pecahan keramik, pecahan pipa tahan panas dan kepingan logam tertuliskan prod 1689 sehingga menimbulkan kecurigaan bahwa kemungkinannya besi-besi tersebut hasil pembuangan limbah sisa kerajinan yang menggunakan bahan baku besi pada waktu lampau (setelah tahun 1689).
Dengan selesainya kegiatan penyelidikan lapangan di daerah Kabupaten Muara Enim dan tersusunnya laporan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Kabupaten Muara Enim berserta jajarannya terutama kepada Bp. Ir. Syahril yang telah membantu perizinan dan menempatkan tim di ds. Raja, Bp. Syarif Islami, ST yang telah mendampingi selama penyelidikan lapangan berlangsung.
Dengan kenyataan tersebut kondisi tumpukan besi yang ada di Ds. Raja, Kec. Tanah Abang, Kab. Muara Enim tidak layak untuk dilakukan penelitian lanjutan dan penambangan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Muara Enim perlu memberikan penjelasan kepada pemerintah daerah setempat (Kec. Tanah Abang) dan penduduk setempat bahwa besi-besi tersebut bukan merupakan cebakan bijih besi yang terbentuk secara alami didalam lapisan bumi, melainkan merupakan tumpukan besi bekas pembuangan limbah sisa kerajinan pada masa lampau setelah tahun 1689.
Ucapan Terima Kasih
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Muara Enim, 2004; Laporan Inventarisasi dan Penyelidikan Bahan Galian Golongan B dan C di Kecamatan Muara Enim, Lawang Kidul, Tanjung Agung, Semende Darat Laut, Semende Darat Tengah dan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Djumsari A., Suganda, E, Kusyono, et.al., 1992, Seri Peta Geokimia Regional Lembar Lahat, Direktorat Sumber Daya Mineral, Gafoer, S., Cobrie, T. & Purnomo, J., 1986, Peta Geologi Lembar Lahat, Sumatera, Puslitbang Geologi, Bandung