Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
EKSISTENSI TRADISI PERAYAAN FESTIVAL CAP GO MEH DI JAKARTA Siti Rachma Fitriah Sastra Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Latar belakang penelitian ini adalah untuk memaparkan perayaan Festival Cap Go Meh secara jelas mulai dari sejarah festival, rangkaian perayaan festival, serta hidangan khas yang disajikan pada saat Festival diselenggarakan. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa Festival Cap Go Meh yang diselenggarakan di Cina dan Jakarta sama namun sebenarnya kedua festival yang berlainan tempat ini memiliki perbedaan. Selain itu latar belakang dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa eksistensi Festival Cap Go Meh masih ada hingga sekarang dan justru meningkat sehingga patut dilestarikan. Adapun manfaat penelitian ini adalah manfaat praktis yang dapat memberikan sumbangan pemikiran, berupa pengetahuan mengenai rangkaian perayaan Festival Tahun Baru Imlek dengan Festival Cap Go Meh sebagai festival penutup yang sangat meriah dan manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca sebagai bahan pemikiran dan penulisan yang nantinya dapat membawa data spesifik dalam mencari penjelasan nyata yang lebih mendalam. Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Festival Cap Go Meh merupakan rangkaian perayaan tahun baru Imlek yang meriah dan penuh akan budaya Cina. Perayaan Festival Cap Go Meh di Jakarta telah banyak mengalami akulturasi dengan tradisi Cina, Jawa, dan Betawi. Hasil dari akulturasi Festival Cap Go Meh yang berkembang hingga saat ini justru membuktikan bahwa eksistensi festival ini terus ada hingga sekarang. Hambatan yang pernah ditemui, menjadi batu loncatan dan kebangkitan sehingga festival ini patut dilestarikan.
The Existence of Lantern Festival as a Tradition in Jakarta Abstract The background of this research is to expose what is Lantern Festival, including festival history, the event and show in festival, also special culinary festival. Many people think that Lantern festival in Jakarta and China identically same, but the fact is that the both festival have differences. Beside that, the background of this research is to prove the existences of Lantern Festival in Jakarta and to prove that we should preserve this festival to enrich Jakarta’s culture. There are two benefits of this research, first, practical benefit which contribute ideas for the development of knowledge about Lantern Festival, one of the biggest festivals in Chinese Culture. Second, theoretical benefit of this research are expected to open and bring the specific deeply explanation about this analysis. Based on this research, it can be concluded that Lantern Festival in Jakarta is the result of the acculturation between Chinese, Java, and Betawi. This festival is developing until nowadays, it’s proved the existence of Lantern Festival in Jakarta. Some obstacles that ever exist were altered to be the trigger and support to be a better festival.
Keywords
: Lantern Festival; Yuanxiao; The existence of Festival; Culture
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
1. Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah Cina, Negara yang memiliki penduduk terbesar di dunia ini merupakan Negara yang kaya akan keragaman budaya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai budaya yang telah ada sejak zaman dinasti hingga Cina Modern di masa kini. Masyarakat Cina memiliki beberapa perayaan yang memiliki beragam makna. Salah satu perayaan yang cukup meriah di Cina adalah perayaan Imlek ( tahun baru Cina). Perayaan Imlek dimulai dari tanggal 1 sampai tanggal 15 pada bulan pertama dalam Kalender Cina. Dalam kesempatan kali ini, penulis akan menelaah salah satu rangkaian tradisi Perayaan Imlek, yaitu Yuanxiao Jie dalam Bahasa Mandarin atau disebut juga Lantern Festival dalam Bahasa Inggris. Yuanxiao Jie atau Lantern Festival dikenal dengan sebutan Festival Cap Go Meh di Jakarta. Festival Cap Go Meh jatuh pada tanggal lima belas bulan pertama dalam Kalender Cina. Festival ini merupakan rangkaian akhir dari beberapa rangkaian acara yang dirayakan pada perayaan Imlek. Perayaan Festival Cap Go Meh di Cina sangat meriah tidak berbeda halnya dengan perayaan yang ada di Jakarta. Beberapa hal yang mungkin berbeda dalam perayaan adalah hanya daerah tertentu yang merayakan festival ini, daerah yang merayakan Festival Cap Go Meh ini adalah daerah permukiman Masyarakat Cina. Penulis menemui beberapa kendala saat melakukan penelitian perayaan Festival Cap Go Meh. Permasalah itu antara lain adalah apakah Festival Cap Go Meh dapat dikatakan salah satu tradisi yang masih dilestarikan di Jakarta? Apakah terdapat perbedaan antara festival Cap Go Meh yang ada di Jakarta dengan yang ada di Cina? Bagaimana suasana perayaan Festival Cap Go Meh di Jakarta? Bagaimanakah Sejarah Festival Cap Go Meh? Beberapa hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk memilih topik ini sebagai topik yang patut untuk diteliti. Penulis berharap pembaca bisa mengambil manfaat yang ada di dalam tulisan ini. Masalah yang penulis angkat adalah mengenai Perayaan serta eksistensi Festival Cap Go Meh di Jakarta. Masalah yang muncul ialah apakah Festival Cap Go Meh ini merupakan salah satu tradisi yang masih dilestarikan di Jakarta, mengingat akan banyaknya tradisi yang ada di Jakarta. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membuktikan bahwa Festival Cap Go Meh merupakan salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat memberikan data yang lebih dalam apabila membahas masalah ini, serta memperkaya pengetahuan pembaca mengenai kebudayaan yang ada di Jakarta.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan saat meneliti adalah studi kepustakaan, mengumpulkan data dari buku, serta sumber-sumber lainnya, baik dari media cetak maupun media elektronik seperti internet. Metode berikutnya ialah interpretasi, yaitu menafsirkan analisis yang muncul setelah data terkumpul.
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Sejarah Festival Cap Go Meh
Masyarakat Cina terkenal memiliki berbagai tradisi yang masih dilakukan hingga sekarang, tradisi ini memiliki latar belakang yang beragam. Pada umumnya, latar belakang tradisi ini berasal dari sisi sejarah dan budaya masyarakat Cina. Salah satu tradisi yang dilaksanakan dengan meriah adalah Imlek. Imlek adalah perayaan tahun baru Cina, pada perayaan ini terdapat beberapa rangkaian perayaan Salah satu rangkaian perayaan Imlek yang dirayakan dengan cukup meriah adalah Festival Cap Go Meh. Cap Go Meh adalah Bahasa Mandarin namun, berdialek Hokkian. Cap artinya lima, Go artinya sepuluh, serta Meh artinya malam jadi jika diartikan secara harfiah Cap Go Meh berarti malam yang ke lima belas. Festival Cap Go Meh dalam Bahasa Mandarin adalah Yuanxiaojie ( 元宵节) yuanxiao (元宵) berarti ronde, sedangkan jie (节) adalah festival, dalam Bahasa Inggris Lantern Festival sedangkan dalam Bahasa Indonesia Festival Lentera. Festival Cap Go Meh memiliki sejarah di balik perayaannya namun, terdapat beberapa versi yang menceritakan sejarah festival ini. Festival Cap Go Meh dirayakan setiap tanggal lima belas bulan pertama Imlek ( Kalender Cina), bermula dari tanggal lima belas inilah muncul beberapa versi sejarah yang berbeda sesuai dengan zamannya. Sejarah versi pertama mengatakan bahwa festival ini bermula saat zaman Dinasti Zhou (170-256 SM). Setiap tanggal lima belas bulan pertama Kalender Cina, para petani di Cina memasang lentera di sawah mereka. Lentera ini memiliki fungsi untuk mengusir hama sehingga sawah mereka aman. Tanpa disangka pemasangan lentera ini justru menambah suasana dan pemandangan baru yang indah. Kemudian agar tidak diganggu oleh hama dan hewan sekitar para petani menambahkan bunyibunyian gendering dan tiruan suara naga. Hal ini tentu saja membuat munculnya keriuhan baru di malam bulan purnama. Tradisi seperti inilah yang kemudian dilakukan turun temurun sehingga dapat dikatakaan tradisi ini merupakan asal berkembangnya perayaan Festival Cap Go Meh hingga saat ini. Sejarah versi kedua adalah pada tahun 180 SM, masa Dinasti Han. Pada saat itu, pada tanggal lima belas bulan pertama Kalender Cina, Raja Han dinobatkansebagai Kaisar Han. Sehingga pada tanggal ini, ia memerintahkan agar masyarakat memasang lentera di depan rumah mereka masing-masing, serta memasangnya di jalan-jalan. Hal ini dilakukan sebagai simbol perayaan atas dinobatkannya sebagai Kaisar Han. Pada hari ini, raja pun turut merayakannya dengan turun ke jalan dan memakai pakaian biasa, bukan dengan pakaian raja sebagai simbol kebersamaan dan kesetaraan yang sama dengan rakyatnya. Seiring berkembangnya waktu, tradisi peringatan ini mengalami perkembangan. Bukan hanya memasang lentera tetapi juga terdapat tari-tarian dan pertunjukan lainnya dalam rangka memeriahkan tradisi ini. Hingga akhirnya pada tahun 104 SM, raja meresmikan tradisi ini sebagai festival lentera yang setiap tahunnya diadakan sebuah perayaan yang dikemas dengan beberapa rangkaian untuk memeriahkan festival ini.
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
Pada masa itu perayaan Festival Cap Go Meh terdiri atas pemasangan lentera, tari-tarian, dan sebuah permainan teka-teki yang diadakan oleh raja. Permainan teka-teki ini disampaikan melalui tulisan yang diletakkan di dalam lentera. Tulisan ini berisi falsafah hidup atau tokoh-tokoh terkenal yang ada di Cina. Orang yang memenangkan permainan ini mendapat hadiah dan dinyatakan sebagai pemenang permainan teka-teki festival lentera. Sejarah versi ketiga, Festival Cap Go Meh bermula saat Kaisar Wu Di menjabat. Beliau memiliki bawahan yang bernama Yuanxiao, suatu hari Yuanxiao ingin menengok keluarganya karena sudah lama tak bertemu. Namun, keinginan Yuanxiao untuk menengok keluarganya tidak disambut dengan baik. Sampai pada akhirnya Yuanxiao dibantu oleh temannya yang merupakan seorang menteri. Meteri ini berkata bahwa Dewa Surga dan dewa Api akan menghancurkan kota Chang an pada tanggal lima belas bulan pertama Imlek (Kalemder Cina), menteri ini berkata cara untuk meredam kemarahan kedua dewa tersebut adalah dengan menyalakan kembang api serta membuat arak-arakan di jalan agar hati sang dewa tenang. Ternyata perayaan yang diusulkan oleh menteri disukai oleh kaisar sehingga setiap tahunnya diadakan tradisi perayaan seperti ini. Sejarah versi keempat, pada masa Dinasti Tang, perayaan ini disebut dengan Guanxiao, dengan membuat pohon tiruan yang dihiasi dengan 50.000 lilin. Tentu saja perayaan ini diadakan pada tanggal lima belas bulan pertama Imlek (Kalender Cina). Sejarah versi kelima, tradisi memperingati hari lahir Xiang Guan Tian Guan, dewa yang memerintah bumi dan langit. Pada perayaan Festival Cap Go Meh, dewa Xiang Guan Tian Guan turun ke bumi untuk member ampunan pada manusia. Sejarah lainnya menyebutkan bahwa Festival Cap Go Meh dirayakan sebagai pesta musim bunga yang diadakan untuk menghormati matahari yang muncul pada saat musim dingin. Pada saat inilah diadakan pertunjukkan barongsai dan liong sebagai simbol kesuburan dan hujan pada bulan purnama. Sejarah lainnya juga memiliki cerita versi yang berbeda dengan sejarah lainnya yang berkembang. Sejarah ini mengatakan bahwa Festival Cap Go Meh merupakan hari yang digunakan untuk meminta ampunan dan memohon agar dihindarkan dari kekeringan. Sejarah ini mengatakan demikian berdasarkan kisah seorang raja yang memecahkan botol milik pertapa yang tidak boleh dibuka. Untuk menebus kesalahannya raja berpuasa selama empat puluh hari yang diakhiri pada tanggal lima belas. Beberapa keragaman sejarah ini memang menimbulkan berbagai pertanyaan sebenarnya apakah sejarah yang benar-benar mendasari Perayaan Festival Cap Go Meh. Berdasarkan beberapa sejarah yang ada, dapat diketahui bahwa perayaan ini telah ada sejak zaman dinasti-dinasti dan berkembang hingga saat ini. Hal yang membedakan adalah perayaan pada masa kini mengalami penyesuaian dengan kondisi yang ada sekarang, tradisi ini tetap menjadi tradisi yang kuat dan khas bagi Masyarakat Cina.
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
3.2. Festival Cap Go Meh 3.2.1. Perayaan Festival Cap Go Meh
Festival Cap Go Meh yang dirayakan di Jakarta dan di Cina tentu saja memiliki perbedaan baik dari segi perayaannya maupun berbagai hidangan yang disajikan saat perayaan Festival Cap Go Meh. Hidangan dan perayaan adalah dua hal yang tidak kita bisa tinggalkan apabila berbicara tentang perayaan. Perayaan Festival Cap Go Meh di Cina dirayakan selama tiga hari (Flanagan, Zhurkina, dan Labbo, 2003). Selama tiga hari, perayaan yang ada dalam festival ini sangat beragam. Perayaan dalam Festival Cap Go Meh antara lain lentera, atraksi liong atau barongsai, dan kembang api. Pada bulan purnama malam perayaan Festival Cap Go Meh, di jalan-jalan serta di depan rumah, baik di taman atau teras digantungkan lentera-lentera. Penggantungan lentera ini ini bertujuan agar para setan yang ada takut dan tidak lagi mengganggu manusia. Lentera juga menggambarkan kebahagiaan lentera identik dengan cahaya di antara kegelapan sehingga lentera adalah simbol kebahagiaan di antara kegelapan atau kesengsaraan. Pada umumnya lentera yang digunakan adalah lentera yang terbuat dari kertas, kaca, ataupun kain. Bentuknya pun beragam seperti burung, lingkaran, ikan,kubus, serta berbagai bentuk lainnya. Anak-anak biasanya menyukai bentuk lentera yang meneyrupai hewan. para siswa di Cina juga membawa lentera ketika mereka ke sekolah pada saat perayaan Festival Cap Go Meh dan beberapa hari setelah perayaan ( Ancient China, 2003). Rangkaian lain dari perayaan Festival Cap Go Meh di Cina antara lain adalah pertunjukan liong atau barongsai. Pada saat pertunjukkan barongsai atau liong dimulai, para penduduk serta pejalan kaki yang berada di sekitar daerah perayaan akan berbondong-bondong menuju ke arah pertunjukan untuk menonton dan menikmati. Pertunjukan ini biasanya diiringi dengan tabuhan genderang, tiupan terompet, dan alunan simbal. Liong atau barongsai yang biasa digunakan oleh penduduk Cina adalah liong yang berukuran lima belas meter, biasanya terbuat dari kertas ataupun kain. Pertunjukan liong dimainkan oleh 20-25 orang. Para pemain menari dengan menggerak-gerakkan liong sehingga menghasilkan tarian yang atraktif. Saat pertunjukan liong ini ditampilkan antusiasme masyarakat sangatlah besar, tidak hanya anak-anak yang menyukainya tetapi juga kaum tua dan remaja. Dengan kata lain, pertunjukan liong merupakan salah satu dari rangkaian perayaan Festival Cap Go Meh yang sangat meriah. Rangkaian pertunjukkan lainnya yang tak kalah meriah adalah pertunjukan kembang api. Pertunjukkan kembang api ini sekaligus merupakan lambang berakhirnya Festival Cap Go Meh. Kembang api yang digunakan dalam perayaan ini bukanlah kembang api biasa, melainkan kembang api yang spesial dan meriah. Dengan kata lain, pertunjukkan kembang api merupakan penutup dari Festival Cap Go Meh.
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
3.2.2. Hidangan Khas Festival Cap Go Meh
Dalam suatu perayaan selain terdapat beberapa rangkaian acara, aspek lain yang tak kalah penting dalam suatu perayaan adalah hidangan spesial atau khas yang hanya ditemukan pada saat perayaan berlangsung. Begitu pula dengan Festival Cap Go Meh, terdapat beberapa hidangan spesial atau khas yang disajikan. Hidangan khas yang disajikan dalam perayaan Festival Cap Go Meh di Cina dan Jakarta memiliki perbedaan yang cukup mencolok. “Hidangan khas Festival Cap Go Meh di Cina terdiri atas dua makanan tradisional utama, yaitu Tangyuan dan Yuanxiao.kedua makanan khas ini dilambangkan sebagai simbol persatuan dan kebersamaan” (Harada, 2010). Sejarah Penamaan tangyuan atau tangtuan. Menurut legenda, pada masa pemerintahan Yuan Shikai pada tahun 1912-1916. Ia tidak menyukai nama Yuanxiao (元宵) karena terdengar identik dengan menghilangkan yuan (袁消) karena hal tersebut ia memerintahkan untuk mengubah namanya menjadi tangyuan yang berarti kue bola dalam sup. Sejarah penamaan Yuanxiao ( 元宵) berasal dari seorang pembantu di istana yang jauh. Konon ia pula yang membuat Yuanxiao untuk pertama kali. Kedua makanan khas ini disebut juga kue lem dan kue bola manis. Kedua penganan ini memiliki cara pembuatan yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan letak geografis, Tangyuan yang berada di sebelah selatan Cina dan Yuanxiao yang berada di sebelah utara Cina. Cara pembuatan Tangyuan sama seperti cara pembuatan Jiaozi. Bahan dasar yang digunakan adalah tepung ketan sedangkan untuk isiannya adalah daging atau ikan. Pada proses pembuatan Yuanxiao, tahap pertama adalah membuat isi setelah itu dilapisi oleh tepung ketan di luarnya. Isian Yuanxiao pada umumnya manis, setelah isiannya siap Yuanxiao pun dibentuk jadi bulatan. Kedua penganan ini adalah dua penganan utama yang pasti ada pada saat perayaan Festival Cap Go Meh. Hidangan lain yang tak kalah penting pada saat perayaan Festival Cap GoMeh adalah bubur dan bubur kacang yang di atasnya dilumuri minyak dan lemak babi. Bubur ini biasanya disajikan bersama dengan daging dan anggur. Makanan ini disajikan sebagai menu makan malam pada saat Festival Cap Go Meh. Itulah beberapa makanan khas yang disajikan pada saat perayaan Festival Cap Go Meh. Hidangan khas pada saat perayaan Festival Cap Go Meh di Jakarta berbeda dengan hidangan khas perayaan Festival Cap Go Meh di Cina. Hidangan khas Festival Cap Go Meh yang ada di Jakarta adalah beberapa penganan khas Cina yang dijual pada saat perayaan Festival Cap Go Meh, contohnya penganan yang dijual di arena PRJ (Pekan Raya Jakarta) dalam rangka Imlek ( Tahun Baru Cina), beberapa penganan tersebut antara lain moci, phia, dan kue keranjang. Hidangan paling khas yang pasti ada dalam perayaan Festival Cap Go Meh di Jakarta adalah Lontong Cap Go Meh. Lontong Cap Go Meh disajikan di sebuah mangkok yakni lontong berkuah ditambah dengan sayur-sayuran, sambal goreng, ayam suir, telur serta tambahan lainnya yang diletakan di atas lontong. Pada dasarnya Lontong Cap Go Meh adalah hidangan yang berasal dari Jawa, namun seiring berkembangnya zaman terjadi perubahan pada lontong tersebut sehingga dinamakan Lontong Cap Go Meh. Dewasa ini, Lontong Cap Go Meh tidak hanya disajikan saat perayaan Festival Cap Go Meh berlangsung, tetapi juga disajikan di berbagai restoran CIna ataupun
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
restoran local. LOntong Cap Go Meh juga sering dijadikan menu favorit dalam acara pernikahan atau acara keluarga. Sejarah hidangan lontong Cap Go Meh memang belum ada yang pasti namun menurut sejarah yang ada, lontong ini merupakan hasil akulturasi penduduk pribumi dengan pasukan Laksamana Cheng He. Pasukan ini menetap di Semarang tepatnya di klenteng Sam Po Kong lalu berinteraksi dengan masyarakat setempat dan mempengaruhi nama Cap Go Meh yang ada dalam hidangan tersebut. Hidangan khas pada perayaan Festival Cap Go Meh yang ada di Jakarta dan di Cina memang berbeda. Perbedaannya terlihat dari menu utama yang disajikan, tiap-tiap menu yang disajikan memiliki filosofi dan makna yang berbeda meskipun pada akhirnya hidangan ini merupakan pelengkap utama kemeriahan perayaan festival cap go meh yang dirasa kurang sempurna tanpa hidangan ini.
3.3. Eksistensi Festival Cap Go Meh di Jakarta
Jumlah Masyarakat etnis Cina di Jakarta tidaklah sedikit. Seiring dengan perkembangan zaman, populasi masyarakat Cina di Jakarta semakin meningkat. Masyarakat Cina di Jakarta memiliki profesi yang beragam, mayoritas para masyarakat Cina tersebut adalah pengusaha atau pedagang. Situasi Masyarakat Cina yang dulu dan sekarang tentunya mengalami pasang surut. Tidak selamanya hubungan masyarakat Cina dan masyarakat setempat yang ada di lingkungan ssetempat baik. Hal-hal seperti ini dapat terjadi karena beberapa faktor. Pada zaman Orde Baru, di bawah kepemimpinan Soeharto keadaan masyarakat Cina di Jakarta dapat dikatakan terancam. Pada saat itu, tidak ada perayaan atau sembahyang rutin yang dilakukan oleh masyarakat Cina. Dapat dikatakan pada saat itu masyarakat Cina di Jakarta lumpuh. Sebagian besar masyarakat Cina di Jakarta pada zaman itu kembali ke negaranya akibat dari pelarangan tersebut. Pada saat itu, perayaan Festival Cap Go Meh di Jakarta terbatas, bahkan tidak ada. Kalau pun ada perayaan ini pasti dilakukan sembunyi-sembunyi. “Tepatnya pada tahun 1954, perayaan Festival Cap Go Meh dilarang oleh walikota Sudiro kemudian setelah tragedy G30S/PKI acara tersebut kembali dibekukan” (Shahab, 2003). Setelah berakhirnya Era Orde Baru, barulah masyarakat Cina perlahan kembali dan mendapat dukungan dari pemerintahan. Tradisi dan kehidupan mereka pun kembali seperti semula. Perayaan Festival Cap Go Meh yang ada di Jakarta dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan. Hingga saat ini,perayaan ini merupakan perayaan terbesar Masyarakat Cina yang ada di Jakarta. Perayaan festival Cap Go Meh di masa kini juga turut melibatkan pemerintah yang ikut serta berpartisipasi memeriahkan perayaan ini. Perkembangan zaman hingga saat ini telah membuktikan eksistensi perayaan Festival Cap Go Meh di Jakarta. Bukti akan eksistensi perayaan ini dirasakan di berbagai bidang, secara langsung atau tidak langsung perayaan Festival Cap Go Meh memberikan manfaat bagi beberapa bidang yang ada di Jakarta.
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
Dalam bidang ekonomi, Festival Cap Go Meh sangat memberikan peranan yang besar, yakni membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat umum Jakarta unuk mendapatkan lapangan kerja baru bagi masyarakat baru Jakarta. Jika terdapat perayaan besar-besaran, masyarakat dapat memanfaatkan acara ini untuk mendapatkan lapangan kerja baru seperti pedagang kaki lima yang menjajakan jajanan atau minuman di area fetival. Sehingga kehadiran festival ini telah mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Jakarta. Selain itu para pengisi cara yang memeriahkan festival tersebutbukan hanya dari kalangan masyarakat Cina, melainkan juga atas partisipasi dari masyarakat Jakarta. Kondisi kedua masyarakat yang menyatu meskipun memiliki latar belakang yang sangat berbeda merupakan salah satu bujti eksistensi dan sumbangan Festival Cap Go Meh dalam bidang akulturasi budaya. Menurut Fauzi Bowo, "Jakarta tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya peranan dan kontribusi etnik Tionghoa. Beliau juga mengatakan kontribusi masyarakat Cina di Jakarta todak hanya dalam bifang ekonomi dan budaya melainkan juga dalam bidang pariwisata" (Media Indonesia, 2009). Eksistensi dan manfaat yang diberikan oleh Festival Cap Go Meh lainnya ialah dalam bidang sosial. Perayaan Festival Cap Go Meh mempererat tali persaudaraan dari dua kultur yang berbeda. Pada saat perayaan masyarakat turut membantu dan memeriahkan acara ini sehingga acara ini dapat berjalan lancar dan meriah. Interaksi dinamis yang terjadi antar masyarakat telah menghapuskan jarak yang adadan mengubahnya menjadi persaudaraan yang kuat. Eksistensi perayaan Festival Cap Go Meh dalam bidang budaya sangatlah besar. Budaya khas Jakarta yaitu Betawi sangat beragam di Jakarta. Selain Budaya Betawi, budaya Jakarta juga identik dengan Cina atau lebih dikenal dengan peranakan. Rangkaian Festival Cap Go Meh telah memberikan warna yang baru bagi budaya Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari hidangan Lontong Cap Go Meh yang merupakan akulturasi budaya antara Jawa dan Cina (Wibowo, 2009). Eksistensi Festival Cap Go Meh dalam bidang budaya lainnya adalah atraksi naga. Atraksi naga ini ternyata memiliki komunitas tersendiri yang anggotanya tidak hanya dari masyarakat Cina tetapi juga masyarakat Jakarta. Beberapa bukti eksistensi Festival Cap Go Meh telah membuktikan bahwa Festival Cap Go Meh adalah salah satu perayaan yang eksistensinya masih kuat dan dilestarikan hingga saat ini.
4. Kesimpulan Keragaman budaya masyarakat Cina tak lekang oleh jarak meskipun masyarakat Cina tinggal di Indonesia mereka masih mempertahankan beberapa tradisi. Tradisi utama masyarakat Cina adalah merayakan tahun baru Imlek, tahun baru Imlek terdiri atas beberapa rangkaian acara perayaan. Perayaan penutup dalam rangkaian acara Imlek disebut dengan Festival Cap Go Meh. Perayaan Festival Cap Go Meh di Jakarta dan di Cina memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan itu terdapat pada rangkaian acara dan hidangan khas yang disajikan. Hidangan dan rangkaian acara yang ada di Jakarta telah mengalami akulturasi dengan kebudayaan Jakarta dan Jawa. Hal ini menunjukkan keragaman budaya menghasilkan penemuan baru yang positif dan memperkaya budaya Indonesia. Keberadaan masyarakat Cina di Jakarta tidak selalu berjalan mulus. Ada beberapa hambatan yang mengganggu kehidupan masyarakat Cina. Pada masa itu, yaitu Era Orde Baru ritual dan perayaan tradisi Cina mati suri, mereka harus hidup secara sembunyi-sembunyi dan hidup dalam
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
ketakutan. Saat Era Orde Baru berakhir, barulah masyarakat Cina bangkit dan membangun kembali kehidupan mereka yang mati suri. Salah satu perayaan yang terus berkembang dan menjadi perayaan rutin yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh pemerintah adalah Festival Cap Go Meh. Perayaan Festival Cap Go Meh di Jakarta dari tahun ke tahun semakin berkembang dan meriah. Partisipan dan pengunjung perayaan ini tidak hanya masyarakat Cina tetapi juga masyarakat umum. Partisipasi dari semua masyarakat inilah yang menandakan eksistensi Festival Cap Go Meh dan patut untuk dilestarikan serta dipertahankan hingga kini. Antusiasme positif dari masyarakat telah menjadikan Festival Cap Go Meh sebagai salah satu sentuhan budaya baru yang memperkaya budaya Indonesia.
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA Buku dan Media Cetak Aijmer, Goran. 2003. New Year Celebrations in Central China in Late Imperial Chinese University Hongkong.
Times.The
Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anonim. 2009. Etnis Tionghoa di Jakarta. Media Indonesia.
China, Ancient. 2003. Social Studies Services. United States of America.
Chao, Jizhou 晁繼周. 2005. Xiandai Hanyu Cidian 现代汉语词典. (Di Wu Ban 第五版). Beijing 北京: Shangwu Yinshuguan 商务印书馆.
Flanagan, Alice K., Zhurkina, Svetlana., Linda D. Labbo. 2003. Chinese New Year. Mineapolis: Compass Point Books.
Shahab, Alwi. 2001. Robin Hood: Kisah Betawi Tempo Doeloe. Jakarta: Penerbit
Republika.
Silvia. 2007. Kursus kilat Mandarin: cepat & mudah dengan metode unsur bermakna. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Media Elektronik
http://www.lantern-festival.com/about-lantern-festival/Chinese-lantern-festivalfoods.html diakses pada (tanggal 04 Desember 2011 pukul 16.40 WIB)
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013
http://smystery.wordpress.com/2012/12/20/makna-di-balik-tradisi-makan-onde-dibulan-desember/ diakses pada tanggal 09 Juni 2013 pukul 16.52 WIB)
Eksistensi tradisi ..., Siti Rachma Fitriah, FIB UI, 2013