Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
EFISIENSI PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR DENGAN PENAMBAHAN PUPUK HAYATI PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS PERTIWI-3
M. Subandi*(
[email protected]), Sofiya Hasani**, dan Wawan Satriawan***
[email protected]) *Jurusan Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Jl. A.H. Nasution 105 Bandung 40614
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi substitusi relatif pupuk hayati pada tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - September 2015 di kebun percobaan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK): A=tanpa pemupukan, B=100% NP, C=100% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1, D=75% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1, E=50% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1, F=25% NP + pupuk hayati 50 kg ha1 , G=75% NP + pupuk hayati 100 kg ha-1, H=50% NP + pupuk hayati 100 kg ha-1, I=25% NP + pupuk hayati 100 kg ha-1. Parameter pengamatan terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, berat tongkol berkelobot, berat tongkol tanpa kelobot, berat 100 biji, hasil, relative agronomi effectiveness (RAE) dan efisiensi substitusi relatif (ESR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati pada dosis pupuk NP yang lebih rendah dari rekomendasi belum mampu meningkatkan semua parameter pertumbuhan dan hasil. Efektivitas pupuk hayati masih rendah (RAE<100%). Pemberian pupuk hayati 100 kg ha-1 dapat mengefisienkan penggunaan pupuk NP sampai 17% pada tanaman jagung (ESR=17%). Kata kunci: Efisiensi substitusi relatif (ESR), pemupukan, pupuk hayati. ABSTRACT The research aimed to determine the relative substitution efficiency of biofertilizer in maize. The research conducted in May-September 2015 at experimental garden of Padjadjaran University, Jatinangor, Sumedang. The experiment used randomized block design (RAK): A=without fertilization, B=100% NP, C=100% NP + biofertilizer 50 kg ha-1, D=75% NP + biofertilizer 50 kg ha-1, E=50% NP + biofertilizer 50 kg ha-1, F=25% NP + biofertilizer 50 kg ha-1, G=75% NP + biological fertilizer 100 kg ha-1, H=50% NP + biofertilizer 100 kg ha-1, I=25% NP + biological fertilizer 100 kg ha-1. Parameter observations consist of plant height, number of leaves, cobs weight with husk, cobs weight without husk, 100 seeds weight, yield, relative agronomic effectiveness (RAE) and relative substitution efficiency (RSE). The results showed that the biofertilizer at doses lower NP fertilizer of the recommendations have not been able to increase all parameters of the growth and yield. The effectiveness of biofertilizer remained low (RAE <100%). Application of biofertilizer of 100 kg ha-1 can minimize the use of fertilizers NP until 17% in maize (ESR = 17%). Key words : biofertilizer, fertilizer, relatif substitution efficiency (ESR), 206
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
menurut Subagyo (2014), kebutuhan
Pendahuluan
jagung pakan tahun 2014 sebesar 14,7 Jagung merupakan bahan pangan
juta
ton.
Untuk
itu
pemerintah
kedua setelah beras yang banyak
melakukan impor untuk memenuhi
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
kebutuhan jagung.
Jagung memiliki karbohidrat yang
Upaya peningkatan produksi jagung
cukup untuk kebutuhan tubuh. Jagung
masih menghadapi berbagai kendala
memiliki kandungan protein (9,5%),
dan
lebih
maupun non teknis. Salah satu masalah
tinggi
dibandingkan
beras
masalah,
baik
secara
(7,4%). Jagung memiliki sejumlah
tersebut
vitamin
atau
pemupukan. Sebagian besar petani
spesifik
seperti
xantofil.
Aini
bahwa
zat
yang
berfungsi
beta-karoten (2013)
jagung
dan
menyatakan
memiliki
indeks
berkaitan
belum
menggunakan
pemupukan sehingga
dengan
teknis
sesuai
produktivitas
prinsip rekomendasi hasil
maksimal
untuk penderita diabetes). Keunggulan
Tanaman Pangan, 2015). Selain itu
spesifik inilah yang membuat jagung
sering kali kegiatan pemupukan tidak
sering dijadikan pangan fungsional.
didasari oleh kebutuhan hara tanaman
jagung
semakin
potensi
tidak
glikemik yang relatif rendah (baik
Pemanfaatan
sesuai
praktek
(Dirjen
dan ketersediaan hara dalam tanah.
berkembang dari tahun ke tahun.
Pemupukan yang berlebihan akan
Jagung tidak hanya sebagai bahan
membuat kesuburan tanah berkurang
pangan,
dan pemupukan menjadi tidak efisien.
tetapi
jagung
juga
dimanfaatkan untuk industri pangan,
menyatakan
pakan, farmasi, dan bioenergi. Hal ini
nitrogen yang melebihi kebutuhan
membuat permintaan jagung terus
tanaman
meningkat, terutama jagung untuk
terjadinya akumulasi nitrat (Widowati,
pakan. Dirjen Tanaman Pangan (2015)
2009). Sementara itu pemberian fosfor
menyatakan bahwa kebutuhan jagung
yang terus -menerus setiap musim
nasional pada tahun 2015 diprediksi
tanam
meningkat
residu pupuk P dan
menjadi
22
juta
ton.
Produksi jagung pakan pada tahun
bahwa
dapat
pemupukan
menyebabkan
mengakibatkan penimbunan meningkatkan
status P tanah (Kasno, 2009). Hal ini
2014 hanya 12,2 juta ton. Sementara 207
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
akan membuat tanah menjadi tidak
fosfat dan pemantap agregat tanah.
sehat.
Adapun Aspergillus niger merupakan
Penurunan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan menjadi perhatian
fungi pelarut fosfat (Goenadi, 1997). Beberapa penelitian menunjukkan
beberapa pihak. Keadaan ini membuat
bahwa
pupuk
hayati
yang
adanya kesadaran untuk melakukan
keempat mikroba tersebut mampu
pemupukan yang berorientasi pada
mengurangi
efisiensi dan pengurangan penggunaan
anorganik sampai 50% pada beberapa
bahan-bahan sintetis seperti pupuk
tanaman
anorganik. Upaya untuk mewujudkan
hortikultura di antaranya padi, jagung,
hal tersebut dapat dilakukan dengan
teh, karet, sawit, tebu, dan kentang
penggunaan pupuk hayati.
(Goenadi et al., 2005; Rosniawaty, et
penggunaan
pangan,
perkebunan
berisi
pupuk
dan
Pupuk hayati merupakan kumpulan
al., 2007; Wachjar et al., 2006). Akan
satu atau lebih jenis mikroba yang
tetapi beberapa hasil penelitian lain
memiliki
pada
karakter
fungsional,
tanaman
yang
sama
justru
disatukan dalam bahan pembawa dan
berbeda dimana pupuk hayati tidak
ditujukan sebagai pupuk. Pupuk hayati
nyata terhadap pengurangan
yang terdiri atas satu jenis mikroba
anorganik dan pertumbuhan serta hasil
disebut
tanaman (Husen, 2009).
pupuk
hayati
tunggal.
Sedangkan pupuk hayati yang terdiri
Perbedaan
tersebut
pupuk
disebabkan
atas beberapa mikroba disebut pupuk
perbedaan
pendekatan
hayati majemuk. Beberapa mikroba
menentukan
efisiensi
yang
dan
Beberapa pendekatan untuk menilai
dikomersialkan sebagai pupuk hayati
efisiensi pemupukan telah dilakukan
majemuk di antaranya Azospirillum
pada beberapa penelitian sebelumnya,
lipoverum, Azotobakter beijerinckii,
diantaranya langsung membandingkan
Aeromonas punctata dan Aspergillus
pertumbuhan dan hasil. Ada pula
niger.
lipoverum
dengan menggunakan suatu formulasi
merupakan bakteri penambat N bebas.
seperti efisiensi agronomi, efisiensi
Azotobakter
serapan, relative agronomc effectivenss
bakteri
telah
diproduksi
Azospirillum
beijerinckii
penambat
N
merupakan bebas
dalam
pemupukan.
dan
(RAE). Akan tetapi semua pendekatan
pemantap agregat tanah. Aeromonas
tersebut belum menunjukkan nilai
punctata merupakan bakteri pelarut
yang menggambarkan seberapa besar 208
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
pengurangan pupuk anorganik oleh
tersebut
pupuk substitusi.
persen dosis pupuk anorganik yang
Jika efisiensi pemupukan mengacu pada
kemampuan
pupuk
hayati
menggambarkan
berapa
tergantikan. ESR dapat dinyatakan dalam bentuk:
mengurangi (substitusi) penggunaan pupuk anorganik, maka penggunaan istilah
Efisiensi
Substitusi
Relatif
ESR = (hasil pupuk yang diuji − kontrol) (100% − %pupuk yang diuji) (hasil pupuk standar−kontrol)
(ESR) dapat digunakan. ESR dapat menunjukkan
seberapa
kemungkinan
suatu
mengurangi
penggunaan
besar
pupuk
dapat pupuk
anorganik dengan konteks hasil yang sama
pada
pemupukan
standar
(rekomendasi).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati dan kombinasinya terhadap
dengan
pertumbuhan
pupuk dan
NP hasil
tanaman jagung serta efektivitas dan efisiensi pemupukan.
Hasil pada pupuk anorganik dan pupuk
substitusi
terlebih
dahulu
dikurangi dengan hasil pada kondisi
BAHAN DAN METODE
alami (tanpa pemupukan). Hal ini untuk melihat dengan jelas hasil yang dipengaruhi oleh pupuk hayati dan pupuk
anorganik.
Untuk
melihat
perbandingannya, pupuk standar dapat dikurangi dosisnya dari 100% dan ditambah sejumlah pupuk substitusi. Dengan asumsi bahwa setiap satu persen
dosis
pupuk
standar
menghasilkan satu satuan hasil, maka perbedaan hasil relatif antara pupuk yang diuji (dalam hal ini pengurangan pupuk + pupuk substitusi) terhadap hasil pupuk standar diakibatkan oleh pupuk
substitusi.
diakibatkan
oleh
Hasil pupuk
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-September percobaan
2015
Universitas
di
kebun
Padjadjaran,
Jatinangor, Sumedang. Jenis tanah tempat penelitian adalah inceptisols. Ketinggian tempat penelitian ±829 m di atas permukaan laut (dpl). Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah benih jagung varietas Pertiwi-3, Urea, SP-36,KCl dan pupuk hayati. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bor
tanah,
higrotermometer,
yang
substitusi 209
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
timbangan, kantong plastik, kertas RAE
label, cangkul, karung, dan meteran. Penelitian menggunakan Rancakan Acak Kelompok (RAK) dengan 9
=
Hasil pupuk yang diuji − kontrol x 100% hasil pupuk standar − kontrol
perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri
atas:
A=tanpa
pemupukan,
B=100% NP, C=100% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1, D=75% NP + pupuk
8. Efisiensi Substitusi Relatif (ESR) ESR (hasil pupuk yang diuji − kontrol) (100% − %pupuk yang diuji) = (hasil pupuk standar − kontrol)
hayati 50 kg ha-1, E=50% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1, F=25% NP + pupuk
Hasil
pengamatan
dianalisis
hayati 50 kg ha-1, G=75% NP + pupuk
menggunakan analisis ragam (anova).
hayati 100 kg ha-1, H=50% NP +
Apabila berbeda nyata, maka data
pupuk hayati 100 kg ha-1, I=25% NP +
dianalisis lanjut dengan uji jarak
pupuk hayati 100 kg ha-1. Pupuk
berganda
standar 100% NP berdasarkan dosis kebutuhan tanaman jagung PCARRD (1986), yaitu 90 kg N dan 60 kg P atau
Duncan
(DMRT)
taraf
pengujian α=5%. Penelitian mengambil
diawali contoh
dengan
tanah
untuk
setara Urea 200 kg ha-1 dan SP-36 150
dianalisis. Pengambilan contoh tanah
kg ha-1.
dilakukan dengan mengambil tanah
Parameter pengamatan terdiri atas parameter penunjang dan parameter utama. Parameter penunjang yaitu karakteristik tanah awal (fisik, kimia dan populasi mikroba tanah). Adapun
sedalam 20 cm di 5 titik. Tanah pada setiap titik dicampur dan diambil 1 kg. Selanjutnya tanah dikeringanginkan dan diayak, selanjutnya contoh tanah dianalisis di laboratorium. Pengolahan
parameter utama meliputi: 1. tinggi tanaman (cm) 2. jumlah daun (helai) 3. berat tongkol berkelobot (g) 4. berat tongkol tanpa kelobot (g) 5. berat 100 biji (g) 6. hasil (ton ha-1) 7. Relative Agronomic Effectiveness (RAE) (Widowati, 2009)
tanah
dilakukan
dengan mencangkul tanah agar aerasi dan
drainase
baik.
Lahan
dibagi
menjadi petak-petak percobaan sesuai perlakuan dan ulangan (27 petak). Satu petak percobaan berukuran 1,6 m x 2,5 m dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm. Setiap petak percobaan terdiri atas 20 tanaman. Jarak antar petak adalah 210
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
50cm dan jarak antar kelompok adalah
Pengendalian
1 m. Benih tanaman jagung ditanam
tanaman dilakukan dengan memantau
sebanyak 2 biji per lubang tanam.
tanaman setiap hari.
Setelah berumur 1 minggu, tanaman dijarangkan
menjadi
1
hama
dan
penyakit
Panen dilakukan saat tanaman
tanaman.
matang fisiologis (±110 hst). Matang
Penanaman dilakukan dengan cara
fisiologis pada jagung hibrida ditandai
menugal tanah sedalam ± 3 cm dan
dengan
ditutup kembali oleh tanah.
Panen
Aplikasi pupuk terdiri atas pupuk
mengerasnya dilakukan
tekstur
dengan
biji.
memetik
tongkol jagung satu persatu.
kandang, Urea, SP-36, KCl, dan pupuk hayati.
Pupuk
kandang
diberikan
sebagai pupuk dasar, diberikan pada 1
HASIL DAN PEMBAHASAN
minggu sebelum tanam. Urea, SP-36, KCl diberikan dalam dua tahap yaitu
Karakteristik Tanah
pada saat tanam (1/3 bagian) dan pada
Hasil analisis tanah awal (Tabel 1)
20 hari setelah tanam (2/3 bagian).
menunjukkan bahwa pH (pH H20)
Pupuk diberikan di samping tanaman
masuk dalam kategori agak masam
dengan cara dibenamkan. Adapun
dengan nilai 6,29. Kandungan C-
pupuk hayati diberikan satu kali yaitu
organik, N-total dan rasio C/N masuk
pada 1 minggu setelah tanam (MST).
dalam kategori rendah dengan nilai
Pemeliharaan dilakukan diantaranya penyulaman,
penyiangan,
pembumbunan, pengendalian
penyiraman hama
dan
berturut-turut 1,57%, 0,20% dan 8. Kandungan fosfor baik P-total maupun
dan
P-tersedia masuk dalam kategori tinggi
penyakit
yaitu 53,10 mg 100 g-1 tanah dan 14,66
tanaman. Pada saat tanaman umur 1
ppm. Kandungan K tanah
MST
rendah yaitu 13,77 mg 100 g-1 tanah.
dilakukan
penyulaman
pada
(K-total)
tanaman yang mati dan abnormal.
Kandungan Al-dd dan H-dd bernilai
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari
0 cmol kg-1. Kapasitas Tukar Kation
jika tidak hujan. Penyiangan dilakukan
sebesar 25,06 cmol kg-1 masuk dalam
dengan membersihkan petak percobaan
kategori tinggi dan kejenuhan basa
dari gulma. Penyiangan dilakukan 1
sangat tinggi yaitu 94,69%. Sedangkan
minggu
sekali.
Pembumbunan
kejenuhan Al bernilai 0 masuk dalam
dilakukan
pada
penyiangan.
kategori sangat rendah. Kation-kation
saat
211
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
penyusun tanah memiliki kriteria dari
dari 106 cfu g-1 tanah. Namun menurut
sedang sampai tinggi. Kation yang
Purwaningsih (2009), tanah yang subur
masuk dalam kriteria sangat tinggi
mengandung mikroba lebih dari 108
adalah Na-dd (11,20 cmol kg-1 tanah).
cfu g-1 tanah. Sifat biologi tanah
Sementara itu Mg-dd masuk dalam
berkaitan
kriteria tinggi (4,43 cmol kg-1 tanah)
Mikroba tanah sangat penting karena
dan Ca-dd masuk dalam kriteria
mikroba
sedang
(8,00
cmol
kg-1
tanah).
dengan
mikroba
memainkan
tanah.
peran
dalam
aliran energi dan siklus hara yang
Sedangkan K-dd merupakan kation
berkaitan
erat
dengan
produksi
dengan kriteria rendah dengan nilai
tanaman (Hanafiah et al., 2005).
sebesar 0,10 cmol kg-1 tanah. Dilihat dari sifat fisik tanah yaitu tekstur,
tanah
memiliki
tekstur
Tinggi Tanaman Hasil
pengamatan
menunjukkan
lempung liat berdebu. Kandungan pasir
bahwa perlakuan berpengaruh nyata
tanah sebesar 10%. Kandungan debu
terhadap parameter tinggi tanaman
tanah
(Tabel 2). Perlakuan G (75% NP +
sebesar
52%.
Sementara
pupuk hayati 100 kg ha-1) memberikan
kandungan liat tanah sebesar 38%. Hasil
analisis
mikroba
tanah
tinggi tanaman tertinggi pada 2 MST
menunjukkan bahwa total mikroba
dan 4 MST berturut-turut sebesar
aerob yang terkandung dalam tanah
53,42 cm dan 88,25 cm. Sementara
mL-1
pada 6 MST, tinggi tanaman tertinggi
(Lampiran 8). Jumlah mikroba ini
diberikan oleh perlakuan C (100% NP
dapat dikatakan cukup subur. Menurut
+ pupuk hayati 50 kg ha-1) sebesar
Purwani dan Saraswati (2012) tanah
151,33
sebesar
74,75
x
106
cfu
cm.
yang subur mengandung mikroba lebih
Tabel 1. Karakteristik tanah awal Jatinangor, Sumedang Parameter Kimia dan fisik tanah* pH H2O pH KCl C-organik (%) N-total (%) C/N P2O5 HCl 25% (mg/100g) K2O5 HCl 25% (mg/100g)
Nilai
Kriteria
6,29 6,04 1,57 0,20 8 53,10 13,77
Agak masam Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah
212
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
P2O5 Bray (ppm P) 14,66 Al-dd (cmol kg-1) 0 H-dd (cmol kg-1) 0 KTK (cmol kg-1) 25,06 Kejenuhan basa (%) 94,69 Kejenuhan Al (%) 0 K-dd (cmol kg-1) 0,10 Na-dd (cmol kg-1) 11,20 Ca-dd (cmol kg-1) 8,00 Mg-dd (cmol kg-1) 4,43 Tekstur Pasir (%) 10 Debu (%) 52 Liat (%) 38 Populasi mikroba (cfu mL-1)** 74,75 x 106 * Laboratorium Kesuburan Tanah Universitas Padjadjaran
Tinggi Tinggi Sangat tinggi Sangat rendah Rendah Sangat tinggi Sedang Tinggi
Lempung liat berdebu
** Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang
Peningkatan tinggi tanaman terjadi
1
, K 60 kg ha-1) memberikan tinggi
seiring peningkatan dosis pupuk NP.
tanaman tertinggi daripada dosis yang
Hal
lebih rendah.
ini
menandakan
bahwa
pertumbuhan jagung masih tergantung
Peran
pupuk
hayati
dalam
pada suplai hara. Pemberian NP 100%
meningkatkan tinggi tanaman tidak
(Urea 200 kg ha-1 + SP-36 150 kg ha-1)
nampak nyata dibandingkan dengan
masih lebih baik dibandingkan dengan
pupuk standar (100% NP). Begitu pula
dosis NP yang lebih rendah. Hasil ini
kenaikan dosis pupuk hayati tidak
didukung oleh hasil penelitian Husen
meningkatkan tinggi tanaman secara
(2009)
bahwa
signifikan. Peningkatan tertinggi hanya
semakin tinggi dosis pupuk NPK akan
10% yaitu dari perlakuan F (25% NP
semakin meningkatkan tinggi tanaman.
+ pupuk hayati 50 kg ha-1) ke
Dalam penelitian tersebut dosis 100%
perlakuan I (25% NP + pupuk hayati
rekomendasi (N 90 kg ha-1, P 60 kg ha-
100
yang
menyatakan
kg
ha-1)
pada
4
MST.
Tabel 2. Tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman jagung pada berbagai kombinasi pupuk NP dan pupuk hayati.
Perlakuan A (tanpa pemupukan) B (100% NP) C (100% NP + pupuk hayati 50 kg ha-
Tinggi Tanaman 4 MST 6 MST --cm-35,67 a 59,33 a 111,58 a 49,00 bc 73,92 bc 144,67 cd 51,50 bc 87,17 d 151,33 d 2 MST
Jumlah Daun 2 MST 4 MST 6 MST --helai-4,75 8,92 12,00 5,25 9,92 12, 5,42 9,67 12,25
213
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
1) D (75% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1) 49,33 bc 81,83 cd 129,83 bc 5,08 9,33 12,08 E (50% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1) 46,92 b 79,00 cd 128,75 bc 4,75 8,83 11,92 F (25% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1) 38,75 a 66,50 ab 111,83 a 4,58 9,33 11,75 (75% NP + pupuk hayati 100 kg hac d cd G 1 53,42 88,25 5,42 9,25 11,92 ) 140,42 (50% NP + pupuk hayati 100 kg ha b cd cd H 1 46,42 79,83 4,83 8,83 11,83 ) 135,67 (25% NP + pupuk hayati 100 kg ha a bc ab I 1 38,33 73,17 4,83 9,33 11,83 ) 114,50 Rata-rata 45,48 76,56 129,84 4,99 9,27 12,03 CV (%) 7,34 8,46 7,84 8,69 8,62 7,55 Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf
5% DMRT.
Peran pupuk hayati dipengaruhi
Hasil
pengamatan
menunjukkan
oleh kondisi tanah, seperti bahan
bahwa perlakuan tidak berpengaruh
organik. Bahan organik tanah dalam
nyata terhadap jumlah daun (Tabel 2).
penelitian ini masih rendah (C-organik
Rata-rata jumlah daun pada 2, 4, dan 6
1,57%). Rendahnya bahan organik
MST berturut-turut sebesar 4,99, 9,27
dapat menghambat aktivitas mikroba
dan 12,03 helai.
(Widowati,
2009),
sehingga
Pengaruh tidak nyata dari berbagai
menghambat proses penyediaan hara
perlakuan diduga disebabkan oleh
(Rosniawaty et al., 2007). Bahan
pengaruh
genetik
organik merupakan sumber energi bagi
terhadap
parameter
mikroba. Ketersediaan energi dari
Gardner et al. (2008) menyatakan
bahan organik menentukan aktivitas
bahwa jumlah daun pada tanaman
mikroba heterotrof seperti Azotobacter
dipengaruhi
(Setiawati, 2014). Energi diperoleh
lingkungan. Namun, pengaruh genetik
dari pemecahan karbohidrat dalam
yang kuat membuat pertumbuhan daun
bahan
menjadi kurang jelas (Martoyo, 2001).
organik
menjadi
senyawa
berenergi yaitu ATP.
lebih
oleh
dominan
jumlah
genotip
daun.
dan
Hasil penelitian lain yang dilakukan
Selain itu peran pupuk hayati
oleh Pandia et al. (2013) menunjukkan
dipengaruhi oleh kemampuan mikroba
bahwa varietas berpengaruh nyata
untuk bersaing dengan mikroba lokal.
terhadap jumlah daun tanaman jagung.
Menurut Setiawati (2014) aktivitas
Sementara
penambatan
interaksinya dengan varietas tidak
N2
oleh
mikroba
bergantung pada kemampuan bersaing dengan mikroba lain. Jumlah Daun
pengaruh
pupuk
dan
berbeda nyata. Penambahan
pupuk
hayati
sebetulnya berpotensi meningkatkan 214
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
jumlah daun dengan cara pemanjangan
mikroba yang rendah menyebabkan
batang. Proses pemanjangan batang
pengaruh
dipengaruhi oleh hormon auksin (IAA)
jumlah daun tidak nampak jelas dan
dan giberelin (Rao, 2007). Auksin
tertutupi oleh faktor genetik.
bekerja
dalam
pemanjangan
sel
et
Azotobacter
al.,
hayati
terhadap
merangsang dan
giberelin
merangsang pertumbuhan antar buku (Gardner
pupuk
2008).
Hasil
pengamatan
menunjukkan
bahwa perlakuan berpengaruh nyata
Azospirillum
terhadap
auksin
dan
(Tabel 3). Perlakuan B (100% NP)
giberelin (Hanafiah et al., 2005), yang
memberikan berat tongkol berkelobot
dibutuhkan dalam proses pemanjangan
tertinggi sebesar 145,2 g
menghasilkan
dan
Bakteri
Berat Tongkol Berkelobot
hormon
berat
tongkol
berkelobot
batang tersebut. Namun efektivitas
Tabel 3. Berat tongkol berkelobot, berat tongkol tanpa kelobot, berat 100 biji dan hasil tanaman jagung pada berbagai kombinasi pupuk NP dan pupuk hayati.
Perlakuan
Berat Tongkol Berkelobot --g-88,4 a 145,2 c bc 132,4
Berat Tongkol tanpa Kelobot --g-76,1 a 130,2 c bc 119,2
Berat 100 biji
Hasil
--g---ton ha-1-A (tanpa pemupukan) 21,4 abc 2,74 a B (100% NP) 25,0 c 4,59 c (100% NP + pupuk hayati 50 kg haabc bc C 1 22,6 ) 4,06 (75% NP + pupuk hayati 50 kg haab ab abc ab D 1 101,9 89,9 22,4 3,03 ) (50% NP + pupuk hayati 50 kg haa a ab ab E 1 90,9 80,2 20,2 3,09 ) (25% NP + pupuk hayati 50 kg haa a abc a F 1 92,0 80,4 21,0 2,87 ) (75% NP + pupuk hayati 100 kg haab ab a ab G 1 99,8 88,5 19,4 3,41 ) (50% NP + pupuk hayati 100 kg haab ab bc ab H 1 103,9 89,7 24,0 3,37 ) (25% NP + pupuk hayati 100 kg haab ab abc ab I 1 100,9 72,5 21,8 3,15 ) Rata-rata 106,2 93,84 22,0 3,37 CV (%) 8,69 8,7 10,45 17,12 Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT.
Berdasarkan Tabel 3. terlihat bahwa hanya perlakuan B dan C yang berbeda
nyata dengan kontrol (A). Pemberian pupuk
NP
dibawah
100%
dan
215
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
kombinasinya dengan pupuk hayati
proses sebelumnya yaitu pertumbuhan
belum mampu meningkatkan berat
organ vegetatif. Banyaknya ruas yang
tongkol
nyata
terbentuk akibat pemanjangan batang
Terdapat
dan pertambahan jumlah daun akan
kecenderungan bahwa berat tongkol
memungkinkan jumlah tongkol yang
berkelobot pada pemberian pupuk
dibentuk juga lebih banyak. Hal ini
hayati 100 kg ha-1 lebih tinggi daripada
didukung oleh Muhadjir (1988) bahwa
pemberian pupuk hayati 50 kg ha-1,
pembentukan
walaupun tidak berbeda nyata. Tania et
dipengaruhi oleh laju pemanjangan
al. (2012) menunjukkan hal serupa
batang serta jumlah daun.
berkelobot
terhadap
secara
kontrol.
bahwa kenaikan dosis pupuk hayati
tongkol pada batang
Unsur hara N dibutuhkan pada
diikuti dengan kenaikan bobot tongkol
proses
jagung walaupun tidak berbeda nyata.
Pembentukan tongkol terjadi melalui
Penyebab
pengaruh
yang
tidak
pembentukan
fotosintesis
dimana
tongkol.
N
merupakan
berbeda nyata antara pemberian pupuk
komponen klorofil. Jika suplai N
hayati 50 kg ha-1 dan 100 kg ha-1
kurang maka pembentukan karbohidrat
diduga sama, yaitu efektivitas keempat
pada biji berkurang (Munawar, 2011).
mikroba dalam pupuk hayati. Aktivitas
Selain itu, suplai unsur hara N
keempat mikroba dalam pupuk hayati
terutama terjadi melalui mekanisme
(Azospirillum lipoverum, Azotobakter
pengalihan N dari organ vegetatif ke
beijerinckii, Aeromonas punctata, dan
tongkol. Hal ini karena N bersifat
Aspergillus niger) dipengaruhi oleh
mobile
ketersediaan
dan
(Salisbury dan Ross, 1995). Jika N
kemampuan bersaing dengan mikroba
pada daun sedikit maka hasil asimilasi
lokal. Aktivitas penambatan N2 oleh
akan berkurang (Gardner, 2008)
bahan
organik
mikroba bergantung pada kemampuan bersaing
dengan
mikroba
lain
(Setiawati, 2014). Berat
dalam
jaringan
Fosfor (P) juga sangat dibutuhkan untuk
pembentukan
tongkol.
merupakan bagian esensial
tongkol
berkelobot
tanaman
fotosintesis
dan
P
proses
metabolisme
merupakan gambaran seberapa efisien
karbohidrat sebagai fungsi regulator
perubahan hara menjadi bagian organ
pembagian hasil fotosintesis antara
generatif,
sumber dan organ reproduksi. Suplai P
yaitu
buah
jagung.
Pembentukan tongkol dipengaruhi oleh
yang
cukup
dapat
meningkatkan 216
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
kualitas buah. Di samping itu P juga
Azotobacteraceae seperti Azotobacter
memacu kemasakan tanaman, terutama
dan Azospirillum (Gardner et al.,
tanaman biji-bijian (Munawar, 2011).
2008). Selain itu peran pupuk hayati dipengaruhi
pengamatan
beberapa
karakteristik pupuk hayati, seperti
Berat Tongkol tanpa Kelobot Hasil
oleh
menunjukkan
jumlah populasi, keunggulan inokulan,
bahwa perlakuan berpengaruh nyata
bahan pembawa dan masa kadaluwarsa
terhadap berat tongkol tanpa kelobot
(Simanulangkit et al., 2012).
(Tabel 3). Berat tongkol tanpa kelobot tertinggi diberikan oleh perlakuan B
Berat 100 Biji
(100% NP) sebesar 130,2 g
Hasil
Pola berat tongkol tanpa kelobot serupa
dengan
berkelobot
berat
dimana
tongkol
perlakuan
B
pengamatan
menunjukkan
bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji jagung (Tabel 3).
Perlakuan
B
(100%
NP)
memberikan berat tongkol berkelobot
memberikan berat 100 biji tertinggi
tertinggi. Tongkol merupakan bagian
walaupun tidak berbeda nyata dengan
dari
kontrol (A).
buah
jagung.
Seperti
pada
parameter berat tongkol berkelobot,
Jika dibandingkan dengan pola
pupuk NP masih menjadi faktor yang
berat tongkol berkelobot dan berat
paling berpengaruh. Tongkol masih
tongkol tanpa kelobot, berat 100 biji
dipengaruhi oleh suplai hara baik pada
sedikit berbeda. Hanya perlakuan B
fase
(100%
generatif
maupun
akibat
pertumbuhan vegetatif.
NP)
memberikan
yang berat
konsisten tertinggi).
Terlihat pula bahwa peran pupuk
Walaupun berat tongkol berkelobot,
hayati masih belum terlihat jelas pada
berat tongkol tanpa kelobot serta berat
parameter berat tongkol. Hal ini karena
100 biji merupakan komponen hasil,
peran mikroba dalam pupuk hayati
namun polanya tidak selalu sama untuk
dipengaruhi oleh ketersediaan bahan
setiap perlakuan. Adapun kebernasan
organik. C (bahan organik) merupakan
biji salah satunya dipengaruhi oleh
sumber energi untuk mikroba. Energi
jumlah biji per baris. Jumlah baris per
ini akan menentukan massa sel yang
tongkol biasanya dipengaruhi oleh
baru dan enzim nitrogenase yang
genetik,
dihasilkan
cenderung tetap. Pada jagung varietas
bakteri
famili
sehingga
jumlah
baris
217
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Pertiwi-3 jumlah baris per tongkol
hasil semua perlakuan masih lebih
adalah 14-16 baris.
rendah. Produktivitas jagung nasional menunjukkan
tahun 2014 adalah 4,9 ton ha-1. Hanya
kebernasan suatu biji. Kebernasan
perlakuan B (100% NP) dan C (100%
suatu biji dipengaruhi oleh genetik dan
NP + 50 kg ha-1) yang tidak berbeda
lingkungan (terutama unsur hara).
jauh
Kekurangan hara sangat berpengaruh
nasional. Hal ini berarti substitusi
terhadap
pupuk anorganik belum maksimal.
Berat
100
biji
pertumbuhan
dan
perkembangan tongkol dan
bahkan
dengan
Artinya
perlu
produktivitas
usaha
lebih
jagung
untuk
akan menurunkan jumlah biji dalam
mengefektifkan pengurangan pupuk
satu tongkol
karena mengecilnya
anorganik. Pemupukan yang spesifik
tongkol, yang akibatnya menurunkan
lokasi mutlak diperhatikan. Hal ini
hasil (McWilliams
karena
2007).
et al. 1999, Lee
Kekurangan
P
akan
menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak
sempurna
(Hardjowigeno, (2011)
juga
keberhasilan
teknologi
dari
(termasuk
suatu
pemupukan)
bergantung keadaan lokasi.
dan
kecil-kecil
Pemupukan sering menjadi faktor
2010).
Munawar
pembatas utama yang mempengaruhi
mempertegas
bahwa
hasil jagung. Berdasarkan hasil pipilan
kekurangan N pada jagung dapat
jagung yang didapat, pemberian 100%
menyebabkan berkurangnya jumlah
NP (200 kg Urea + 150 kg SP-36)
tongkol per satuan luas dan jumlah biji
masih dianggap sebagai dosis pupuk
per tongkol. Ukuran biji kecil akibat
yang minimal agar hasil optimal.
kekurangan pasokan karbohidrat pada
Pengelolaan hara baik dalam tanah dan
fase pengisian biji.
pemupukan menjadi penting. Unsur
N
dan
P
sangat
dibutuhkan tanaman jagung. Menurut
Hasil Hasil
hara
menunjukkan
Olson dan Sanders (1988), untuk
bahwa perlakuan berpengaruh terhadap
menghasilkan biji sebanyak 9,45 ton
hasil tanaman jagung. Hasil tertinggi
ha-1 dibutuhkan N sebanyak 128 kg ha-
diberikan oleh perlakuan B (100% NP)
1
yaitu 4,59 ton ha-1 (Tabel 3)
rendahnya
Jika
pengamatan
dibandingkan
.
Menurut
Setiawati
bahwa
organik
(2014), akan
dengan
mengakibatkan kenaikan dosis pupuk
produktivitas jagung nasional, maka
anorganik tetapi tidak memberikan 218
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
kenaikan
hasil
ISSN 1979-8911
signifikan.
Peran pupuk hayati dalam penelitian
Menurut Quansah (2010) N merupakan
ini dianggap masih belum memberikan
faktor
menentukan
pengaruh terhadap hasil pipilan jagung.
terhadap hasil jagung. N menjadi
Walaupun potensi mikroba yang ada
pembatas utama produksi jagung di
dalam pupuk hayati cukup besar.
lahan kering (Sonbai et al., 2013)
Azotobacter
yang
yang
paling
Peningkatan N dapat meningkatkan
substansi
mampu
pemacu
tumbuh
auksin
N 225 kg ha-1 meningkatkan hasil biji
Azotobacter,
sampai 12,7 ton ha-1 (Efendi dan
menghasilkan
Suwardi, 2010). Hasil penelitian Tabri
pertumbuhan akar dan rambut akar
(2010)
sehingga
bahwa
giberelin
seperti
hasil biji per hektar. Pemberian pupuk
menunjukkan
dan
menghasilkan
dan.
Selain
Azospirillum
juga
IAA
yang
daerah
memacu
serapan
pemupukan fosfor dan kalium tanpa N
diperluas.
hasilnya tidak berbeda nyata dengan
menghasilkan vitamin berupa tiamin,
kontrol (tanpa pemupukan), sedangkan
niasin dan pantotenik yang bersinergi
pemupukan fosfor dan kalium yang
dengan
ditambah
pertumbuhan dan produksi tanaman
N hasilnya berbeda nyata
dengan kontrol. Jumlah baris biji dan
Azospirillum
hara
auksin
dalam
juga
memacu
(Hanafiah et al., 2005).
jumlah biji serta bobot biji yang dihasilkan akan menentukan produksi
Relative
biji pipilan yang dihasilkan baik secara
(RAE)
kualitas maupun kuantitas.
Hasil
Agronomic
Effectiveness
perhitungan
(Tabel
4)
Menurut Takdir et al. (1998), hasil
menunjukkan bahwa nilai RAE pada
biji jagung dipengaruhi oleh interaksi
perlakuan D sampai I lebih rendah dari
antara genotip dengan lingkungan.
perlakuan dosis pupuk standar B
Kemampuan produksi tanaman jagung
(100% NP). Hal tersebut menandakan
merupakan
beberapa
bahwa efektivitas pupuk hayati masih
seperti
rendah, baik penggunaan pupuk hayati
faktor
resultan
komponen
dari produksi
jumlah baris biji dan berat biji yang
50 kg ha-1 maupun 100 kg ha-1.
dihasilkan yang digambarkan pada
Efektivitas pupuk hayati ditentukan
hasil akhir berupa produksi biji pipilan
oleh efektivitas mikroba dalam pupuk
kering.
hayati
dan
faktor
tanaman
serta
lingkungannya. Efektivitas mikroba 219
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
dipengaruhi faktor lingkungan seperti
Beberapa
penelitian
sebelumnya
bahan organik tanah, suhu, aerasi dan
menunjukkan bahwa RAE pupuk NP
air tanah.
standar pada hasil tanaman jagung
optimal
Namun lingkungan yang pun
belum
menjamin
selalu lebih baik dari pada RAE pada
efektivitas mikroba dapat tinggi. Glick
dosis pupuk NP yang lebih rendah,
et al. (2007) menyatakan bahwa
walaupun
efektivitas mikroba sering tidak jelas
bermacam-macam
sekalipun
seperti
tanaman
berada
dalam
dikombinasikan
pupuk
pupuk
hayati
dengan substitusi
dan
pupuk
keadaan optimum dan bebas stres.
organik (Elsanti dan Kosman, 2013;
Kepadatan sel mikroba menjadi faktor
Tuberkih dan Sipahutar, 2010; Franzini
lain yang turut menentukan efektivitas
et al., 2009; Hellal et al., 2013;
mikroba.
inokulan
Surtiningsih dan Mariam, 2011). Hal
berkaitan dengan daya hidup dan daya
ini menandakan bahwa efektivitas
saing dengan mikroba alami (Husen,
pupuk
2009).
dengan
Kepadatan
sel
hayati
perlu
ditingkatkan
meminimalisasi
penghambat
faktor mikroba.
Tabel 4. EAR (Efektivitas Agronomi Relatif) dan ESR (Efesiensi Substitusi Relatif) tanaman jagung pada berbagai kombinasi pupuk NP dan pupuk hayati. Perlakuan A (tanpa pemupukan) B (100% NP) C (100% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1) D (75% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1) E (50% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1) F (25% NP + pupuk hayati 50 kg ha-1) G (75% NP + pupuk hayati 100 kg ha-1) H (50% NP + pupuk hayati 100 kg ha-1) I (25% NP + pupuk hayati 100 kg ha-1) Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti
Hasil RAE ESR --ton ha-1---%---%-2,74 a 76,1 21,4 4,59 a 130,2 25,0 4,06 a 119,2 22,6 3,03 a 89,9 22,4 3,09 a 80,2 20,2 2,87 a 80,4 21,0 3,41 a 88,5 19,4 3,37 a 89,7 24,0 3,15 a 72,5 21,8 oleh huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata
pada taraf 5% DMRT.
Efisiensi Substitusi Relatif (ESR) Efisiensi
Substitusi
Relatif
ESR
menunjukkan
berapa
besar
pupuk
dapat
kemungkinan
suatu
merupakan kemampuan suatu pupuk
mengurangi
penggunaan
untuk menyubstitusi pupuk anorganik.
anorganik dengan hasil yang sama.
pupuk
220
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Dalam penelitian ini digunakan pupuk
tidak akan berjalan dengan baik karena
hayati sebagi pupuk substitusi dan
tertekan oleh lingkungan. Sebaliknya
pupuk NP sebagai pupuk yang akan
dosis pupuk hayati yang lebih tinggi
disubstitusi. Jadi ESR menyatakan
memungkinkan
seberapa besar kemampuan pupuk
hidup lebih banyak walaupun pada
hayati dalam mengurangi penggunaan
lingkungan
pupuk NP. ESR dinyatakan dengan
sesuai.
sel
mikroba
tumbuh
yang
yang
kurang
persen (%). Nilai ESR tertinggi dalam
Kepadatan sel mikroba dan dosis
penelitian ini diberikan oleh perlakuan
pupuk hayati merupakan dua hal yang
H (50% NP + pupuk hayati 100 kg ha-
harus saling sinergi agar efisiensi
1
penggunaan
). Berdasarkan Tabel 6. terlihat bahwa
pupuk
anorganik
maksimal. Hal ini berkaitan dengan
nilai ESR perlakuan G, H dan I lebih
kemampuan
besar dari perlakuan D, E dan F. Hal
berinteraksi
dengan
faktor
ini berarti penggunaan pupuk hayati
(lingkungan)
dan
organisme
100 kg ha-1 dapat meningkatkan nilai
(mikroba lokal (alami) dan tanaman).
ESR
Kepadatan
dibandingkan
dengan
pupuk
mikroba
sel
inokulan
dalam abiotik lain
berkaitan
hayati 50 kg ha-1. Hal ini menunjukkan
dengan daya hidup dan daya saing
bahwa dosis pupuk hayati 100 kg ha-1
dengan mikroba alami (Husen, 2009).
lebih
efisien
dalam
mengurangi
penggunaan pupuk NP.
Adapun dosis pupuk hayati menjadi perhatian karena berkaitan dengan
Lebih efisiennya penggunaan pupuk
jumlah mikroba yang dapat bertahan
hayati dosis 100 kg ha-1 disebabkan
hidup, sehingga berpengaruh terhadap
karena lebih banyaknya kemungkinan
hasil dan efisiensi pupuk. Beberapa
sel
hasil
mikroba
lingkungan
yang
penelitian
lain
menunjukkan
bahwa peningkatan dosis pupuk hayati
seperti pada tanah tempat penelitian
meningkatkan hasil tanaman (Elsanti
kepadatan populasi menjadi pembeda
dan Kosman, 2013; Tania et al., 2012;
terhadap hasil tanaman. Dosis pupuk
Yusron, 2009).
yang
yang
Pada
tertekan
hayati
tumbuh
hidup.
rendah
berarti
menunjukkan jumlah sel mikroba yang hidup lebih rendah. Sedikitnya jumlah mikroba mengakibatkan kerja mikroba 221
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Efendi,
SIMPULAN 1) Pemberian pupuk hayati pada dosis
R. dan Suwardi. 2010.
RESRon Tanaman Jagung Hibrida
pupuk NP yang lebih rendah dari
terhadap
rekomendasi (Urea 200 kg ha-1 +
Pemberian Nitrogen dan Kepadatan
SP-36 150 kg ha-1) belum mampu
Populasi. Prosiding Pekan Serealia
meningkatkan
Nasional. ISBN : 978-979-8940-29-
jumlah
daun,
tinggi
tanaman,
berat
tongkol
Tingkat
Takaran
3.
berkelobot, berat tongkol tanpa kelobot, berat 100 biji dan hasil
Elsanty
dan
E.
Efektivitas
pipilan jagung. 2) Efektivitas pupuk hayati pada tanaman jagung masih rendah (RAE < 100%) pada dosis NP yang lebih
Kosman. Pupuk
BF2terhadap
Produksi
2013. Hayati
Biomassa
Tanaman Caisim (Brassica sp.). Prosiding
Seminar
Nasional
Pertanian Ramah Lingkungan.
rendah dari rekomendasi. 3) Pemberian pupuk hayati 100 kg ha-1
Franzini, V. I., T. Muraoka dan F. L.
dapat mengefisienkan penggunaan
Mendes. 2009. Ratio and Rate
pupuk NP sampai 17%
Effect of
pada
tanaman jagung
32
P-Triple superphospate
and Phospate Rock Mixture on Corn Growth. Sci. Agric. 66 (1): 71-76 Gardner, F.,T., R. B. Pearce, R. L.
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Aini, Nur. 2013. Teknologi Fermentasi
Penerjamah
Herawati
Susilo. Jakarta: UI Press
pada Tepung Jagung. Yogyakarta: Glick, B.R., B. Todorovic, J. Czarny,
Graha Ilmu
Z. Cheng, and J. Duan. 2007. Ditjen.
Tanaman
Pangan.
2015.
Promotion of Plant Growth by
Pedoman Teknis GP-PTT Jagung
Bacterial ACC Deaminase. Crit.
2015.
Rev. Plant Sci. 26:227242.
http://pangan.pertanian.go.id 04-2015]
Melalui [12-
Goenadi, D. H. 1997. Kompos Bioaktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Kumpulan
Makalah
Pertemuan 222
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Teknis Biotek. Perkebunan untuk
http://balittanah.litbang.pertanian.go
Praktek. Bogor. 18-27.
.id/ind/dokumentasi/prosiding2009p df/08-II-2009-Edi%20Husen-
--------------------, Y. T. Adiwiganda
set%20final.pdf [08-01-2014]
dan L. P. Santi. 2005. Development Technology and Commercialization
--------------------, R. Saraswati, R. D.
of EMAS (Enhancing Microbial
M. Simanulangkit. 2007. Metode
Activity in the Soils) Bofertilizer.
Analisis Biologi Tanah. Balai Besar
FNCA (6).
Sumer Daya Lahan Pertanian.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar
Kasno, A. 2009. RESRon Tanaman
Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja
Jagung terhadap Pemupukan Fosfor
Grafindo Persada.
pada Typic Dystrudepts. J. Tanah Crop, 14 (2): 111-118. ISSN 0852-
--------------------,
I.
Anas,
A.
257X
Napoleon, dan N. Ghoffar. 2005. Biologi
Tanah.
Ekologi
dan
Lee, C. 2007. Corn growth
Makrobiologi Tanah. Jakarta: PT.
development.
Raja Grafindo Persada.
www.uky.edu/ag/grain crops.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo
Martoyo,
K.
and
Melalui http://
2001.
Penanaman
Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol pada Penyebaran Akar Tanaman
Hellal, F. A. Z., F. Nagumo and R. M. Zewainy.
2013.
Phosphocompost
Influence
of
Aplication
on
Kelapa Sawit. PPKS. Medan. McWilliams,
D.A., D.R. Berglund,
Phosphorus Availability and Uptake
and G.J. Endres. 1999. Corn growth
by Maize Grown in Red Soil
and management
Ishigaki Island, Japan. Agricultural
Melalui http://www.ag.ndsu.edu.
quick
guide.
Science, 4 (2). Muhadjir,
F.
1988.
Karakteristik
Husen, Edi. 2009. Telaah Efektivitas
Tanaman Jagung. Pusat penelitian
Pupuk Hayati Komersial dalam
Pengembangan Tanaman Pangan.
Meningkatkan
Bogor.
Tanaman.
Pertumbuhan Melalui
223
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah
Rao, N. S. S. 2007. Mikroorganisme
dan Nutrisi Tanaman. Bogor: IPB
Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.
Press
Jakarta: UI Press
Olson, R. A and D. H. Sanders. 1988.
Rosniawaty, S., I. Ratnadewi, dan R.
Corn Production. In Monograph
Sudirja. 2007. Pengaruh Pupuk
Agronomy
Organik dan Pupuk Hayati terhadap
Corn
and
Corn
Improvement. Wisconsin.
Pertumbuhan
Bibit
Kakao
(Theobroma Cacao L.) Kultivar Pandia A., M. K. Bangun dan H. Hasyim.
2013.
Pertumbuhan
RESRon
dan
Produksi
Upper Amazone Hybrid. Laporan Penelitian.
Lembaga
Penelitian.
Universitas Padjadjaran.
Beberapa Varietas Tanaman Jagung Terhadap Pemberian Pupuk N dan
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995.
K. Jurnal Online Agroteknologi,
Fisiologi
1(3). ISSN 2337-6597
Bandung: Penerbit ITB
PCARRD.
1986.
Tumbuhan
Jilid
3.
Environmental
Setiawati, M. R. 2014. Peningkatan
Adaptation of Crops. Book Series
Kandungan N dan P Tanah serta
No 37/1986. Philippine Council for
Hasil Padi Sawah Akibat Aplikasi
Agriculture and Resources Research
Azolla Pinnata dan Pupuk Hayati
and
Azotobacter Chroococcum
Development.
SMSS-SCS,
USDA. Los Banos. Philippines.
dan
Pseudomonas cepaceae. Agrologia, 3 (1): 61-74. Issn. 2301-7287
Quansah, G. W. 2010. Effect of Organic and Inorganic Fertilizers
Simanulangkit, E. Husen dan R.
and Their Combinations on The
Saraswati. 2012. Baku Mutu Pupuk
Growth And Yield of Maize in The
Hayati dan Sistem Pengawasannya.
Semi-Deciduous Forest Zone of
Melalui
Ghana. Thesis. Kwame Nkrumah
http://balittanah.litbang.pertanian.go
University
.id/ind/dokumentasi/lainnya/12baku
Of
Technology, Ghana.
Science
And
%20mutu%20pupuk%20hayati.pdf. [06-08-2015]
224
Edisi Mei 2017 Volume X No. 1
ISSN 1979-8911
Sonbai, J. H. H., D. Prajitno dan A.
hibrida jagung harapan. Risalah
Syukur. 2013. Pertumbuhan dan
Penelitian Jagung dan Serealia Lain.
Hasil
l (4) : 7–14.
Jagung
Pemberian Lahan
pada
Pupuk
Kering
Berbagai
Nitrogen
Regosol.
di Ilmu
Tania, N., Astina dan S. Budi. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati
Pertanian 16 (1).
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Subagyo, 2014. Kebutuhan jagung
Jagung Semi Pada Tanah Podsolk
untuk pakan ternak 14,7 juta ton.
Merah
Kuning.
Jurnal
Melalui
MahasiswaPertanian, 1 (1).
Sains
http://www.antaranews.com/berita/4 50362/kebutuhan-jagung-untukpakan-ternak-147-juta-ton
[10-08-
Tuberkih, E. dan I. A. Sipahutar. Pengaruh Pupuk NPK Majemuk (16:16:15) terhadap Pertumbuhan
2015]
dan Hasil Jagung (Zea mays L.) di Surtiningsih, T dan S. Mariam. 2011.
Tanah Inceptisol. Prosiding Seminar
Efektivitas Campuran Pupuk Hayati
Nasional
dengan
Pertanian.
Pupuk
Pertumbuhan
Kimia dan
pada
L.)
var
Daya
Lahan
Produksi
Tanaman Selada Bokor (Lactuca sativa
Sumber
Crispa.
Jurnal
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Wachjar, A., Supijatno dan D Rubiana. 2006. Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk
Hayati
terhadap
Pertumbuhan Dua Klon Tanaman
Alam 14 (2): 4-8
Teh (Camellia sinensis (L) O. Tabri F. 2010. Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah
Inseptisol.
Endoaquepts
Kuntze) Belum Menghasilkan. Bul. Agron. 34 (3): 160 – 164 Yusron, M. 2009. Respon Temulawak (Curcuma
Xanthorrhiza
Roxb)
Kabupaten Barru Sulawesi Selatan.
terhadap Pemberian Pupuk Bio pada
Prosiding Pekan Serealia Nasional.
Kondisi Agroekologi yang Berbeda. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian,
Takdir A., R. N. Iriany, M. Dachlan, F. Kasim
dan
A.
Barata.
15
(4)
162-167
1998.
Stabilitas hasil beberapa genotipe
225