....
--- ----
EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK DENGAN APLIKASI EFFECTIVE MICROORGANISM 10 (EM10) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) merill)
ASTINA YULIANINGSffi
__.._ 111
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDA YA TULLAH JAKARTA 2014Ml1435 H
............
~·1
LJ-fAf/rA J::l\!!.J'.\TA
\
I
EFISIENSI PENGGUNAAN- PUPUK ANORGANIK .. -
DENGAN APLIKASI EFFECTIVE MICROORGANISM 10 (EM10) P ADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) merill)
Oleh: ASTINA YULIANINGSIH
109095000005
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 Ml 1435 H
EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK DEN GAN APLIKASI EFFECTIVE MICROORGANISM 10 (EMIO) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) merit[)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Biologi Pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh: Astina Yulianingsih 109095000005
Menyetujui Pembimbing~
~
Dr. Ir. Elpawati, MP NIP. 196412041992032001
NIP. 19730923 199903 2 002
Mengetalrni Ketua Jurusan Biologi
Dasumiati, M.Si NIP. 19730923 199903 2002
PENGESAHAN UJIAN Skripsi yang berjudul "Efisiensi Penggunaan Pupuk Anorganik dengan Aplikasi Effective Microorganism 10 (EM 10) pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L) meril[)" telah diuji dan dinyatakan lulus pada sidang munaqosyah Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Islani Negeri SyarifHidayatullah Jakarta pada tanggal 10 April 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana Strata satu (S 1) jurusan Biologi.
Menyetujui, Penguji I
Penguji II
Narti Fitriana, M.Si NIDN. 0331107403 Pembimbing I
Pembimbing II
P1±
Dr. Ir. Elpawati, MP NIP. 196412041992032001
Dasumiati, M. Si NIP. 19730923 199903 2 002
Mengetahui, Ketua Jurusan Biologi
s Salim M.Si 20816 199903 1 003
Dasumiati, M.Si NIP. 19730923 199903 2 002
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRlPSI INI ADALAH HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Ciputat,
April 2014
Astina Yulianingsih 109095000005
ABSTRAK ASTINA YULIANINGSIH. Efisiensi Penggunaan Pupuk Anorganik dengan Aplikasi Effective Microorganism 10 (EM10) pada Tanaman Kedelai. Dibimbing oleh: Elpawati dan Dasumiati
Kedelai merupakan tanaman yang membutuhkan pupuk N, P, K dalam dosis yang tinggi, sedangkan penggunaan pupuk kimia dengan dosis tinggi dapat merusak lingkungan. Penggunaan pupuk hayati EM10 diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai dan dapat mengurangi penggunailll pupuk kimia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan pupuk EM10, Pupuk anorganik dan kombinasi antara pupuk EM10, pupuk anorganik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi dari tanaman kedelai dan mengetahui efisiensi penggunaan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai dengan menggunakan EM10. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Juni-Oktober 2013. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAK) faktorial 3x4. Data yang dipero!eh dianalisis menggunakan uji F dengan bantuan perangkat lunak SPSS 20 dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil dari penelitianini adalah pemberian pupuk EM10 pada konsentrasi 15 ml dapat meningkatkan tinggi tanaman umur 42 hst. Pemberian pupuk anorganik pada dosis 100% dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman umur 42 hst dan panen, pada dosis 50% dapat meningkatkan diameter batang pada saat panen. Pemberian kombinasi pupuk EM10 dan pupuk anorganik dapat mempercepat umur polong dan meningkatkan bobot 100 biji. Kata Kunci: Tanaman kedelai, EM10, pupuk anorganik
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kehadirat Allah S.W.T, yang telah memberikan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Efisiensi Penggunaan Pupuk Anorganik Dengan Aplikasi Effective Mikroorganism IO (EM10) Pada Tanaman Kedelai". Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, Uswatun Hasanah yang tak kenal lelah berjuang menghijrahkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang maju dan berkembang penuh dengan teknologi dan ilmiah. Tujuan dari. penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi pupuk anorganik dengan EM10 pada tanaman kedelai. Tentu saja penulis tidak bisa mengerjakan segala hal tanpa bantuan pihak lain. Memang demikian yang penulis rasakan dalam penelitian hingga skripsi ini berhasil diselesaikan, yakni banyak pihak yang mendukung dan membantu, berupa moril dan materil, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga penyusunan laporan dapat dilakukan dengan baik, lancar dan selesai sesuai waktu yang ditentukan. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Agus Salim M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Dasurniati M.Si, selaku ketua Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai pembimbing II
yang telah mem]Jerikan dukungan, saran serta arahan dalam penelitian sampai penyelesaian skripsi ini. 3. Dr.Ir. Elpawati M,Si selaku pembimbing I yang telah memberikan ide pada penulis untuk penelitian ini. 4. Ir. Junaidi, M.Si dan Nani Radiastuti M.Si selaku dosen penguji I dan II yang telah memberikan masukan-masukan dalam pembuatan skripsi ini 5. Semua dosen Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi yang selama ini telah memberikan ilmu dan pengalamannya pada penulis. 6. Puji Astuti, S.Si, Farida Ahmad, S. Pd., Festy Auliyaur Rahmah, S. Si., Nur Amalia Sholihat, S.Si, selaku laboran yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitiannya di dalam lab. 7. Ayah dan ibu tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan restu, serta tak kenal lelah menjemput rezeki untuk anakmu yang sedang meniti cita dan selalu mendoakan serta memotivasi. 8. Stephani Dwi Dara Y.K.S dan Dianna Rossyta Pratiwi teman seperjuangan penulis dalam penelitian ini. 9. Amatullah Zakwan, Qorimeifebria Rizkevina dan Reza Bayu Zikrillah yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuan selama di lapangan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. 10. Radit, Rio, Deni, zahara, jessica, yogi, Adi, Fitri, Nisa, Sofi, Tias, Ardian, Zuliani, Silmi, Dinda, Sandi, Arina, Wulan, Laili, Fachrurozy, Nae yang telah membantu penulis dalam proses penelitian di Japangan dari
. membantu menyiapkan sarana dan pn1sarana sampai . pada tahap pengamatan. 11. Mina Jumriah Arafah dan Yelvi yang telah membagi ilmu dan pengalamannya kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah S.W.T. membalas segala perbuatan yang baik yang telah kalian lakukan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dalarn kegiatan dan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sedikit pengetahuan dari ilmu baru bagi pembaca.
Jakarta, April 2014
Penulis
DAFTARISI
Halaman Halaman Judul .................................................................................................. Lembar Persetujuan Pembimbing ................................................................... Lembar Pengesahan Ujian ................................................................................ Lembar Pemyataan .......................................................................................... Abstrak ............................................................................................................ Kata Pengantar ................................................................................................ Daftar Isi .. . .. ... .. ... .. .. .. ... .. ... ....... .. .. ... ... .. .... .. .... ... .. .... .... .... ........ ... .. .... .. ... ... ... .. ... Daftar Gambar ................................................................................................. DaftarLampiran ...............................................................................................
I ii iii iv
v vii x xii xiii
BABIPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1.3 Hipotesis ........................................................................................ 1.4 Tujuan Penelitian .............. ,~: ......................................................... 1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 1.6 Kerangka Berpikir .........................................................................
1 2 3
3 3 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk ............................................................................................ 2.1.1 Pupuk Organik ..................................................................... 2.1.2 Pupuk Anorganik ................................................................. 2.2 Pupuk Hayati ................................................................................ 2.2.1 Effective Microorganism 10 (EM10) .................................... 2.3 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) ................................... 2.3 .1 Syarat Tumbuh .................................................................... 2.3 .1 Kedelai varietas Anjasmoro ................................................
5 5 6 7 8 12
16 17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 18 3.2 Bahan dan Al at ....... .... .. ...... .... .... .... ... .... ........... ... ... ... ... ... ..... .. . ..... 18 3.1 Bahan ...................................................................................... 3.2Alat ......................................................................................... 3 .3 Rancangan Percobaan ................................................................... 3 .4 Cara Kerja ..................................................................................... 3.4.1 Uji Viabilitas Mikroorganisme ............................................. 3 .4.2 Pembuatan Kompos ............................................................. 3.4.3 Persiapan Media Tanam ......................................................
18 18 19 19 19 20 21
3.4.6 Tahap Pengamatan .............................................................. 3.4.7 Taliap Pemeliharaan ............................................................ 3.4.8 Tahap panen ....................................................................... 3.5 Analisis Data ................................................................................
22 23 23 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum ............................................................................ 4.2 Pertumbuhan Tanaman Kedelai .................................................. 4.2.1 Tinggi Tanaman .................................................................. 4.2.2 Diameter Batang .................................................................. 4.2.3 Panjang Akar ....................................................................... 4.2.4 Jumlah Cabang .................................................................... 4.2.5 Jumlah Daun ....................................................................... 4.3 Produksi clan Hasil Tanaman Kedelai ......................................... 4.3.1 Umur Berbunga ................................................................... 4.3.2 Jumlah Bunga ...................................................................... 4.3.3 Umur Berpolong .................................................................. 4.3.4 Jumlah Polong ..................................................................... 4.3.5 Berat Segar Biji .................................................................. 4.3.6 Berat Kering Biji ................................................................. 4.3.7 Berat 100 biji ....................................................................... 4.3.8 Berat Segar Tanaman .......................................................... 4.3.9 Berat Kering Tanaman ........................................................
25 26 26 29 32 33 34 36 36 37 38 39 40 41 42 44 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................. '. ................................. '. ..... ... ... ..... 47 5.2 Saran .............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 48 LAMPIRAN ................................................................................................... 51
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9.
Effective Microorganism 10 (EMJO) ............................................ Akar Kedelai ................................................................................. Daun Kedelai ................................................................................ Bunga Kedelai .............................................................................. Polong dan Biji Kedelai ............................................................... Diagram Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 7 hst ........... Diagram Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 42 hst ......... Diagram Rata-Rata Tinggi Tanaman Kedelai Saat Panen ........... Diagram Rata-Rata Diameter Batang Tanaman Kedelai Umur 21 hst .................................................................................. GambarlO. Diagram Rata-Rata Diameter Batang Tanaman Kedelai Umur 42 hst ................................................................................. Gambar 11. Diagram Rata-Rata Diameter Batang Tanaman Kedelai Saat Panen .................................................................................... Gambar 12. Diagram Rata-Rata Panjang Akar Tanaman Kedelai .................. Gambar 13. Diagram Rata-Rata Jurnlah Cabang Tanaman Kedelai ............... . Gambar 14. Diagram Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai ................... Gambar 15. Diagram Rata-Rata Umur Berbunga Tanaman Kedelai .............. Gambar 16. Diagram Rata-Rata Jumlah Bunga Tanaman Kedelai ................. Gambar 17. Diagram Rata-Rata Umur Berpolong Tanaman Kedelai ............. Gambar 18. Diagran1 Rata-Rata Jumlah Polong Tanaman Kedelai ................ Gambar 19. Diagram Rata-Rata Berat Segar Biji .......................................... Gambar 20. Diagram Rata-Rata Berat Kering Biji ......................................... Gambar 21. Diagram Rata-Rata Berat 100 Biji .............................................. Gambar 22. Diagram Rata-Rata Berat Segar Tanaman .................................. Gambar 23. Diagram Rata-Rata Berat Kering Tanaman ...............................
9 12 14 15 16 26 27 28 29
30 31 32 34 35 37 38 39 40 41 42 43 44 46
DAFTAR LAMPIRAN
Ha la man Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian ........................................................... Lampiran 2. Parameter Fisik Media Tanaman ......................................... Lampiran 3. Kandungan Unsur Hara ........................................................ Lampiran 4. Denah Penelitian .................................................................. Lampiran 5. Perhitungan Dosis Pupuk Anorganik ................................... Lampiran 6. Kombinasi Perlakuan ........................................................... Lampiran 7. Rata-Rata Hasil Pengukuran Parameter ............................... Lampiran 8. Analisis Data Pertumbuhan Tanaman Kedelai .................... Lampiran 9. Analisis Data Produksi Tanaman Kedelai ........................... Lampiran 10. Perl1itungan TPC EM10 ....................................................... Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian ...................................................... Lampiran 12. Data BMK.G ........................................................................
51 52 52 53 54 56 57 59 66 71 72 75
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pupuk anorganik umum digunakan pada pertanian di Indonesia. Pupuk anorganik dapat meningkatkan produktivitas tanaman yang cukup tinggi, namun penggunaannya untuk waktu yang relatif lama berdampak negatif pada kondisi tanah. Dampak negatif tersebut seperti tanah cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air, dan cepat menjadi asam yang akhirnya akan menurunkan produktivitas
tanaman.
Oleh
karena
itu,
perlu
diupayakan
efisiensi
penggunaannya dengan menyertakan penggunaan pupuk hayati. Pupuk hayati juga dikenal dengan nama biofertilizer, yaitu pupuk yang hidup karena mengand1mg mikroorganisme yang memiliki perana..-i positif bagi tanaman.
Kelompok
mikroorganisme
yang
sering
digunakan
adalah
mikroorganisme yang menarnbat nitrogen (N) dari udara, mikroorganisme yang melarutkan hara seperti fosfor (P) dan kalium (K), dan mikroorganisme yang merangsang pertumbuhan tanaman (Taniwiryono dan Isroi dalam Soverda, 2009). Penggunaan pupuk hayati dapat mendekomposisi bahan organik sehingga unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman. Pupuk hayati merupakan inoknlan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi menarnbat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanarnan (Simanungkalit dkk, 2006). Salah satu produk pupuk hayati terbaru adalah Effective Microorganism 10 atau lebih dikenal dengan sebutan EM10. EM10 mengandung 8 jenis bakteri dan 3 jenis kapang yang
2
diharapkan
mampu bekerja .lebih
baik untuk
menyuburkan
tanah
dan
meningkatkan produktivitas tanaman. Untuk itu diperlukan pengujian terhadap beberapa jenis tanaman budidaya salah satunya kedelai. Tanaman kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija sebagai sumber protein nabati yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Kedelai merupakan komoditas pangan ketiga setelah padi dan jagung. Komoditas kedelai diprioritaskan untuk dikembangkan karena memiliki banyak manfaat. Menurut Sukmawati (2013), pengembangan komoditas kedelai memiliki banyak kendala yang dihadapi terutama produksi kedelai yang masih rendah, maka perlu dilaksanakan suatu pengembangan teknologi budidaya kedelai terutama teknologi pemupukan. Selarna ini, petani menggunakan pupuk anorganik pada tanaman kedelai dengan anjuran dosis 75 kg urea, 100 kg SP-36, dan 50 kg KC! per hektar (Astiko, 2009). Dosis yang diberikan pada tanaman kedelai tersebut termasuk tinggi sehi!lgga penggunaannya hams dikurangi. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian ilmiah mengenai pupuk EM10 pada tanaman kedelai ya.'1g diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan meningkatkan produksi kedelai.
1.2 Rumusan Masalah I) Bagaimanakah pengaruh pemberian pupuk EM10 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai? 2) Bagaimanakah
pengaruh
pemberian
pupuk
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai?
anorganik
terhadap
4
1.6 Kerangka Berpikir
[ Pupuk Anorganik ] I
Kelebihan:
Kekurangan:
cepat bekerjanya, mudah diangkut dan
Rusaknya sifat fisik dan kimia tanah
mudah diaplikasikan
Tanah kurang dapat menyerap air
Pupuk Organik
Kelebihan:
Kekurangan:
Memperbaiki sifat fisik tanah
Lama bekerjanya
Menyuburkan tan ah dan tanaman
Membutukan dekomposer
Tid ak mencemari lingkungan
I Mempercepat degradasi sampah organik
Memperbaiki sifat fisik tanah
I Menyuburkan tanaman
Tidak mencemari lingkungan
Mengurangi penggunaan pupuk anorganik
BABll TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambakan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehlngga mampu berproduksi dengan baik (Fitriani, 2012). Pemupukan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam peningkatan produksi kedelai. Pemupukan selain ditujukan untuk penambahan unsur harajuga berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dan mampu bereproduksi lebih tinggi (Zahrah, 2011). Berdasarkan senyawanya pupuk terbagi menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik.
2.l.1Pupuk organik Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Bahan atau pupuk organik dapat berperan sebagai "pengikat" butiran primer menjadi butiran sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang
6
mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, peny1mpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Pupuk organik atau bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyedia hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk ·pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia atau hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaa.'1 pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi (Simanungkalitdkk., 2006).
2.1.2 Pupuk anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Pupuk anorganik yang biasa dipakai oleh para petani adalah yang mengandung unsur hara makro seperti N, P, K. Pupuk urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen). Urea dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini melahirkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46%. Sifat-sifat dari urea adalah mudah larut dalam air, mudah menguap dan mudah tercuci air. Pupuk SP-36 dengan kadar P205 SP-36 hanya 36% dari
7
penggunaan TSP, warnanya abu-abu. Sifatnya mudah larut dalam air. Pupuk Kalium klorida (KC!), Pemakaian KC! lebih terbatas karena KC! mengandung klorida yang dapat berpengaruh negatif pada tanaman yang tidak membutuhkan atau peka terhadap klorida. Pupuk anorganik dapat menyediakan unsur hara yang cepat bagi tanaman, mudah dijangkau karena jumlahnya relatif kecil dan mudah larut air, namun penggunaan pupuk anorganik memiliki berbagai kelemahan seperti dalam pupuk anorganik hanya terdapat unsur makro saja tidak mengandung unsur mikro, pemakaian pupuk anorganik secara terus-menerus dapat merusak sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan lingkungan sekitar, bila dosis yang diberikan terlalu tinggi dapat mematikan tanaman (Lingga, 2008).
--i.2 Pupuk hayati Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalljl11 tanah, memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Penyediaan hara ini berlangsung melalui hubungan simbiosis atau nonsimbiosis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiosis berlangsung melalui penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh kelompok organisme perombak (Simanungkalit dkk., 2006). Beberapa mikroorganisme tanah seperti Rhizobium,
Azospirillium,
Azotobacter, mikoriza perombak selulosa dan Effective Microorganism (EM) bila dimanfaatkan secara tepat dalam sistem pertanian organik akan membawa pengaruh yang positif baik bagi ketersediaan hara yang dibutuhkan tanaman
9
pertumbuhan tanaman dmi asam-asam amino dan gula yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik, bahan organik dan akar tanaman. zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim yang dihasilkan oleh ragi meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Actinomycetes mempakan mikroorganisme penghasil zat-zat antimikroba yang dapat menekan pertumbuhan jmnur yang merugikan. Jamur fermentasi (peragian) seperti Aspergillus sp. dan Penicilliumsp. mengmaikan bahan organik secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dm1 zat-zat anti mikroba. Zat-zat tersebut dapat menghilangkan bau dan mencegah serbuan lalat dan ulat yang memgikan (Yuniwati dkk., 2012).
Gambar l. Effective Microorganism 10 (EM10) (Sumber: Elpawati, 2013)
Effective Microorganism 10 (EM10) merupakan pupuk hayati eair berbahan dasar molases. Molases adalah limbah industri gula yang dapat dimanfaatkan sebagai media tumbuh dari mikroorganisme. Molases tebu kaya akan biotin, asam pantotenat, tiamin, fosfor, dan sulfur. Sedikit mengandung nitrogen organik, mengandung 62% gula yang terdiri dari sukrosa 32%, glukosa
10
merupakan h.asil dari isolasi dari sampah di daerah Kampung Utan Ciputat. Awalnya isolat yang diisolasi dari sampah ini akan digunakan sebagai mikroba pendegradasi sampah plastik, namun ternyata hasilnya isolat isolat mikroba ini belum mampu mendegradasi sampah plastik secara optimal, sehingga isolat-isolat
ini diuji cobakan sebagai pupuk dan hasilnya mikroba-mikroba ini dapat mendegradasi sampah organik. Mikroorganisme tersebut adalah 8 jenis isolat bakteri dan 3 jenis isolat fungi. Delapan isolat bakteri ini paling tinggi kualitasnya dalam menghancurkan sampah organik karena presentasi degradasinya lebih besar daripada bakteri lainnya. Delapan isolat bakteri ini masih dalam proses identifikasi sehingga masih belum dapat diketahui jenis-jenisnya dan tiga jenis isolat fungi yaitu Saccharomyces cerevisiae, Trichoderma sp., dan Penicillium sp. (Elpawati, 2013). Trichoderma sp. dapat menekan pertumbuhan dari patogen seperti Fusarium sp. penyebab penyakit layu pada tanaman (Taufik, 2008). Pemberian Trichoderma sp. pada tanaman tomat juga dapat meningkatkan jumlah cabang, bunga, buah da.'1 bobot buah. Menurut hasil penelitian dari Simanjuntak (2005) pemberian
mikroba jamur tanah
Trichoderma
sp.
secara nyata
dapat
meningkatkan jumlah polong dan jumlah biji pada tanaman kedelai. Trichoderma sp. merupakan jamur tanah yang berperan dalam menguraikan bahan organik tanah terutama unsur hara pospat (P) dari Al, Fe, dan Mn. Pemberian
Penicillium
sp.
pada
tanaman
sorgum
dan
jagung
meningkatkan serapan P. Meningkatnya penyerapan P pada tanaman akan meningkatkan penyerapan N dan K. Tanaman dengan inokulan Penicillium sp.
11
membuat pertumbuhan tinggi dan bobot keringnya secara umum lebih baik dibandingkan dengan kontrol (Waty, 2012).
Saccharomyces cerevisiae memegang peran penting karena mengurai bahan organik yang telah mati menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam tanah (N, P, K, Mg) dan atmosfer (CRi atau C02) sehingga dapat digunakan lagi oleh tanaman. Mikroba ini tidak dapat langsung memetabolisme partikel bahan organik tidak larut. Mikroba ini memproduksi dua sistem enzim ekstraseluler yaitu sistem hidrolitik yang menghasilkan selulase dan hidro!ase berfungsi untuk mendegradasi selulosa dan hemiselulosa serta sistem oksidatif yang bersifat liginolitik dan berfungsi mendepolimerasi senyawa berukuran besar menjadi kecil dan larut dalam air, pada saat itu mikroba mefltransfer substrat tersebut ke dalam sel melalui membran sitoplasma untuk menyelesaikan proses dekomposisi bahan organik (Simanungkalit dkk.,2006). Kelebihan dari penggunaan. EM10 ini adalah sebagai aktivator sampah organik yang dapat mempercepat dekomposisi sampah organik, meningkatkan pertumbuhan tanaman, danjuga menyebabkan sampah organik menjadi tidak bau. Selain itu EM10 cliciptakan untuk menunjang pembangunan pertanian yang ramah lingkungan, mengurangi biaya produksi dan menghasilkan bahan pangan yang bebas bahan kimia. EM10 saat ini masih dalam proses penelitian yang terus dikembangkan
demi
mengetahui
manfaat-manfaat
Jain
dari
meningkatkan kualitas EM10 menjadi Jebih baik (Elpawati, 2013).
EM10
dan
12
2.3 Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merill) Tanaman kedelai tennasuk dalam famili lei,ruminosae. Akar tanaman kedelai berupa akar tunggang yang membentuk cabang-cabang akar. Akar tumbuh kearah bawah, sedangkan cabang akar berkembang menyamping (horizontal) tidak jauh dari pennukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih kedalam agar dapat menyerap air dan unsur hara. Pertumbuhan kesamping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm (Pitojo, 2003).
Gambar 1. Akar Kedelai (Sumber: Dokumen pnoadi}
Akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil akar. Bintil akar merupakan tonjolan dari serabut akar yang benvarna rnerah rnuda akibat dari infeksi Rhizobium dalam serabut akar, Fungsi dari Rhizobium ini adalah sebagai penambat nitrogen (N). Proses infeksi dimulai dengan cara penetrasi bak-teri dalam sel rarnbut akar. Infeksi dimulai dari rarnbut akar
13
yang dihasilkan oleh bakteri. Benang infeksi terns berkembang sampai di kor(ek dan mengadakan percabangan. Percabangan ini menyebabkan jaringan kortek membesar yang dapat dilihat sebagai bintil akar (Novriani, 2011 ). Tanaman kedelai
berbatang pendek
(30-100 cm),
memiliki
3-6
percabangan, dan berbentuk tanaman perdu. Pertanaman yang rapat sering kali tidak terbentuk percabangan atau hanya bercabang sedikit. Batang tanaman kedelai berkayu, biasanya kaku dan tahan rebah, kecuali tanaman yang dibudidayakan di musim hujan atau tanaman yang hidup di tempat yang temaungi. Menurut tipe pertumbuhannya, tanaman kedelai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu determinate, indeterminate, dan semideterminate. Pertanaman determinate memiliki karakteristik tinggi tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah, dan berbunga serentak. Pertanaman indeterminate memiliki karakteristik tinggi tanaman sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah, agak melilit dan beruas panjang, daun teratas lebih kecil
dari daun batang tengah, dan pembungaan terjadi secara bertahap mulai dari bagian pangkal ke bagian atas. Tipe semideterminate memiliki karakteristik antara indeterminate dan determinate (Pitojo, 2003). Daun kedelai mempunyai ciri antara lain helaian daun (lamina) berbentuk oval dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (trifoliatus). Nodus pertama tanaman kedelai yang tumbuh dari biji akan terbentuk
14
berdaun tiga (tr[foliatus). Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Pitojo, 2003).
Gambar 2. Daun Kedelai (Sumber: Forum PerlindunganVarietasTanaman Asia Timur, 2011) Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna (hermaphrodite), yakni pada tiap kuntmn bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari). Penyerbukannya bersifat menyerbuk sendiri. Kuntum bunga tersusun dalam rangkaian bunga, namun tidak semua bunga dapat menjadi polong (buah), sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong. Tangkai bunga umumnya tmnbuh dai ketiak tangkai daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan vmietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam atau pada buku yang lebih tinggi (P.itojo, 2003).
15
Gambar 3. Bunga Kedelai (Sumber: Dokumen pribadi)
Buah kedelai disebut polong yang tersusun dalam rangkaian buah. Tiap polong berisi 1-4 biji perpolong. Jumlah polong pertanaman tergantung pada varietasnya. Pada setiap ketiak daun akan mumcul hingga tO polong. Kedelai yang ditanam pada tanah subur pada umumnya dapat menghasilkan 100-200 polong per pohon (Hanum, 2008). Biji kedelai dapat berbentuk bulat, bulat telur dan agak gepeng tergantung genotipenya. Warna biji bervariasi mulai dari hitam, cokelat, kuning, hijau maupun campuran dari wama-wama tersebut. Strnktur biji terdiri dari kulit biji (testa) yang terdapat hilum dan mikrofil serta bagian embrio (Hanum, 2008).
16
(a)
(b)
Garnbar 4. Polong (a) dan biji kedelai (b) (surnber: Ookurnen Pribadi)
2.3.1 Syarat tumbuh Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, Iatosol atau andosoL Penanaman dengan tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan pengapuran (Hanum, 2008). Tanaman kedelai dapat tumbuh subur pada curah hujan optimal l 00-200 mm/bulan. Suhu Iingkungan yang optimum 24250C dengan penyinaran penuh minimal !Ojam/hari. Keadaan pH tanah yang sesuai bagi pertumbuhan kedelai berkisar antara 5,5-6,5 dengan suhu tanah berkisar antara 25-27°C. Tinggi tempat dari pe1mukaan taut 0-900 m, curah hujan yang cukup selama pe1tumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedelai. Kelembaban udara ontimal vamr
17
2.3.2 Kedelai Varietas Anjasmoro Kedelai varietas Anjasmoro merupakan varietas unggul berbiji besar, dilepas pada tahun 2001. Daya basil varietas Anjasmoro mencapai 2,03-2,25 ton/ha. Berat 100 bijinya mencapai 14,8-15,3 gram. Salah satu keunggulan varietas Anjasmoro adalah ketahanannya pada kerebahan, cukup tahan pada penyakit karat dan memiliki sifat polong yang tidak mudah pecah. Varietas Anjasmoro merupakan varietas unggul nasional yang paling banyak digunakan untuk bahan baku tahu dan tempe (Ristek. 2008).
BAB ill METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kompos, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Analisis unsur hara dilakukan di laboratorium pangan Pusat Laboratorium Terpadu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan yaitu pada bulan Juni sampai bulan Oktober 2013. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Anjasmoro yang didapatkan dari Laboratorium Analisis dan Produksi Benih IPB Bogor, EM10 yang dibuat oleh Dr. Elpawati, pupuk anorganik (urea, KCL dan SP 36), kompos yang berisi 90% pupuk kandang, 7,5% sekam, dan 2,5% dedak yang dibuat di rumah kompos Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tanah, dan air. NA, PDA, NaCl, alkohol 70%. 3.2.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag dengan diameter 25 cm, timbangan, soil taster, termometer, sendok pasir, gelas ukur, kantong plastik, jangka sorong, meteran, alat tulis, kamera digital. Erlenmeyer, vortex merk Thermolyne plus, cawan petri, tabung reaksi, autoclave merk ALP,
19
laminar air flow merk Lokal, inkubator merk Memmert, mikropipet, m_agnetic stirer, shaker. batang sprider, dan bunsen.
3.3 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 4x3 dengan 3 ulangan dan tiap perlakuan pad a tiap ulangan terdiri dari dua tan am an. Faktor pertama adalah konsentrasi EM10 yang terdiri dari tiga taraf, yaitu tanpa EM10 (El), 10 ml/liter (E2), 15 ml/liter (E3) dan 20 ml/liter (E4). Faktor kedua adalah dosis pupuk anorganik, terdiri atas tiga taraf yaitu 0% pupuk anorganik (Al), 50% pupuk anorganik (A2), dan 100% pupuk anorganik (A3) (Lampiran.7).
3.4 Cara Kerja 3.4.1 Uji Viabilitas Mikroorganisme l ). Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA) Nutrient Agar (NA) sebanyak 1,15 g ditimbang dengan neraca analitik.
Kemudian dilarutkan dalam 50 ml air suling dalam erlenmeyer. Potato Dextrose Agar (PDA) sebanyak 1,95 g dilarutkan dalam 50 ml air suling dalam erlenmeyer
yg berbeda, lalu diaduk menggunakan magnetic stirer sampai homogen. Larutan yang telah dipanaskan tersebut kemudian disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. Media NA dan PDA yang sudah steril masing-masing dituang sebanyak 15 ml ke dalam 3 cawan. 2). Pemeriksaan Total Koloni Bakteri Pemeriksaan total koloni bakteri menggunakan metode Total Plate Count
20
reaksi, Jalu dihomogenkau dengau vortex (10. 1). Kemudiau diambil 1 ml suspensi dari tabung pertama tersebut dau dimasukkau ke dalam NaCl 0,85% 9 ml steril dalam tabung kedua. Selaujutnya dilakukau cara yaug serupa untuk pengencerau
masing-masing 0, 1 ml dengau pipet steril yaug berbeda untuk setiap pengencerau. Kemudiau diinokulasikan pada 3 cawau media NA dau PDA yaug berbeda dau disebarkau pada permukaau media dengau menggunakau batang gelas L sampai merata Setelah itu diinkubasi pada temperatur 37°C selama 24 jam. Total koloPi bakteri yang telah dihitung disebut juga konsentrasi sel bakteri. Jumlah bakteri/ml =.,.~J_u_m_la_h_k_ol..,.on,,.i_ .~Fa kt or pefi~fenceran
3.4.2 Pembuatan Kompos Kompos yaug digunakau dalam penelitiau ini terdiri dari kotoran sapi, sekam bakar dau dedak. Dalam pembutan kompos pertama-tama kotoran sapi yang masih basah di jemur di bawah sinar mataI1ari sampai kadar airnya berkurang dau teksturnya sampai gembur. Sebauyak 90 kg kotorau sapi dicampur dengau 7,5 kg sekam bakar dau 2,5 kg dedak halus. Setelah itu dilakukan pengadukau dalam fermentor kompos dau fermentor ditutup menggunakau terpal. Fermentasi kompos dilakukan
sel~ma
2 minggu, setiap 3 hari sekali fermentor
dibuka dau dilakukan pengadukan agar proses fermentasi dapat terjadi secara merata Setelah 2 minggu kompos dikeluarkan dari fermenter dan sudah dapat digunakau, kompos yang sudah difermentasikau, diuji kandungan unsur hara C, N di Laboratorium Paugau, Pusat Laboratorium Terpadu UlN Syarif Hidayatullah
21
3.4.3 Persiapan Media Tanam Disiapkan 72 polybag dengan ukuran 25 x 25 cm, setelah itu diukur pH dan kelembaban pada tanah dan kompos, setelah itu dimasukkan tanah dan kompos yang berisi (90% pupuk kandang, 7,5% sekam dan 2,5% dedak) dengan perbandingan 1:2 dalam masing-masing polybag, kemudian diaduk agar tercampur rata. Setelah itu masing-masing diberi label untuk setiap perlakuan untuk menandakan perlakuan agar tidak tertukar. Media tanam disusun letaknya sesuai dengan susunan yang sudah ditentukan, sebelum penanaman benih, media tanam terlebih dahulu disiram dengan pupuk EM10 sesuai dengan dosis yaitu 500 ml per polybag dan tanpa EM 10, ditunggu selama 1 minggu, tujuannya agar mikroba-mikroba yang ada dalam pupuk dapat beradaptasi terlebih dahulu di dalam media tanam dan dapat menguraikan bahan-bahan organik. 3.4.5 Proses Penanaman Sebelum benih kedelai ditanam, dilakukan perendaman benih dengan air agar benih kedelai merekah, sehingga mudah berkecambah saat ditanam. Kemudian benih kedelai siap ditanam. Setelah itu masukan benih kedelai masingmasing 3 biji per polybag dengan dibenamkan sedalam 3-5 cm dalam media tanam. Pemberian pupuk anorganik dilakukan pada hari ketujuh setelah dilakukan penugalan pada tanaman yang tumbuhnya kurang baik pada setiap polybag sehingga dalam I polybag hanya terdapat I tanaman. Penentuan dosis pupuk anorganik untuk setiap perlakuan dilakukan dengan penghitungan dosis pupuk yang dibutuhkan per polybag dan kemudian ditimbang agar diperoleh dosis yang
22
tepat (Lampiran 6). Pupuk anorganik diberikan di sekitar tanaman dengan jarak sekitar 2-3 cm sedalam 2-3 cm, setelah itu lubang ditutup. Kemudian dilakukan proses pembubunan yaitu proses memperkokoh posisi batang agar tidak mudah rebah. Pemberian EM 10 dilakukan untuk yang kedua kalinya pada saat tanaman sudah mulai berbtmga. 3.4.6 Tahap Pengamatan
Proses pengamatan dilakukan pada tinggi, diameter batang, panjang akar, jumlah cabang, jumlah daun, umur berbunga, jumlah bunga, umur berpolong, jumlah polong, bobot segar biji, bobot kering biji, bobot 100 biji, bobot segar tanaman, dan bobot kering tanaman. Pengukuran Tinggi tanaman dilakukan pada hari ke 7, 42, dan panen. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris dan meteran
diukur dari pangka! akar sampai titik tunas tertinggi. Diameter
batang dihitung pada hari ke 21, 42, dan panen. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong diukur dari batang paling bawah dekat dengan pangkal akar. Panjang akar diukur pada saat panen, diukur dengan menggunakan penggaris, dari pangkal akar sampai ujung akar terpanjang. Jumlah cabang dan jumlah daun dihitung pada hari ke 21 setelah tanam dengan menghitung semua jumlah cabang dan daun yang muncul pada tanaman. Umur berbunga dan umur berpolong dihitung hari pertama kali munculnya bunga dan polong pada satu tanaman. Jumlah bunga dihitung pada hari ke 35 hst dimana setelah 35 hst jumlah bunga menurun karena polong sudah mulai muncul, dan jumlah polong dihitung pada saat panen.
23
Bo bot 100 biji dihitung dengan menghitung 100 biji kedelai dipilih secara acak kemudian ditimbang. Bobot segar biji ditimbang seluruh biji per perlakuan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 24 jam dan ditimbang hasilnya adalah bobot kering biji. Bobot segar tanaman ditimbang seluruh tanarnan per perlakuan dari akar sarnpai ujung tunas yang sudah dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 24 jam dan ditimbang hasilnya adalah bobot kering tanaman.
3.4.7 Tahap Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman kedelai meliputi penyiraman tanaman dengan air setiap seminggu sekali dan pembersihan fanaman pengganggu seperti gulma, lumut atau tumbuhan liar lainnya yang dapat mengganggu pertumbuhan dari tanaman kedelai.
3.4.8 Tahap Panen Panen dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 100 hari yang didasarkan pada tanda-tanda yang dapat dikenali seperti 75% daun sudah mulai menguning dan polong sudah berwarna coklat. Tanaman kedelai yang akan dipanen diambil dari akarnya, bersihkan akar dari tanah yang merekat dengan air, setelah itu dilakukan pengukuran panjang akar. Tanaman kedelai kemudian dibawa ke pusat laboratorium terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk dilakukan penimbangan berat basah dan berat kering. Penimbangan dan pengeringan dilakukan di laboratorium ekologi.
24
3.5 Analisis Data Unruk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang diuji, dilakukan Analisis Ragam (Uji F) dengan perangkat lunak SPSS 20, jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 5% maka dilakukan uji lanjut t-Duncan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tanaman kedelai tumbuh baik pada kisaran suhu lingkungan 24,0-25,0°C dengan suhu tanah 25,0-27,0°C, curah hujan I 00-200 mm/bulan, lama penyinaran 10 jam/hari, pH tanah 5,5-6,5. Kondisi di lapangan percobaan memiliki suhu lingkungan kisaran 26,0-32,0°C dengan suhu tanah 29,9-30,4°C, curah hujan 2084 mm/bulan dengan lama penyinaran 60-79 jarn/bulan, pH tanah 6,7-6,8. Saat di lapangan tanaman kedelai sedikit ternaungi oleh pohon-pohon besar dipinggir tempat percobaan sehingga proses penyinaran terhalangi yang menyebabkan tanamanmengalami etiolasi. Tanaman kedelai juga diserang oleh beberapa hama pengganggu selama masa penelitian seperti Ulat Grayak (Spodoptera Litura) hidup bergerombol pada lapisan bawah daun dan memakan helaian daun, Ulat penggulung daun
(Lamprosema indicata) yang hidup dalam gulungan daun yang direkatkan dengan air liurnya dan memakan gulungan daun tersebut sampai habis, Lalat kacang
(Ophyomia paseoli) yang pada stadium larvanya akan hidup dalam batang dan mematikan pertumbuhan pucuk daun sehingga pertumbuhan tanaman tidak maksimal bahkan sampai mati (Rahayu dkk, 2009).
26
4.2 Pertumbuhan Tanaman Kedelai 4.2.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman kedelai pada umur 7 hst. Rata-rata tinggi tanaman berkisar antara 9,83-13,00 cm (Gambar 6). Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E3Al yang diberi 15 ml/I EM 10 dan tanpa pupuk anorganik yaitu 13,00 cm. Berdasarkan uji statistik belum terlihat adanya perbedaan tinggi tanaman antar semua perlakuan pada umur 7 hst (P>0,05) (Lampiran 8.1), dengan demikian perlakuan berbagai dosis EM10. pupuk anorganik, dan kombinasi EM10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 7 hst. Hal ini disebabkan pertumbuhan kedelai belum optimal atau masih dalam fase awal pertumbuhan, terlihat dari perlakuan kontrol masih memiliki tinggi yang hampir sama. 14
-t'~
Al
"''l?l'''' A2
•••.&•• A3
El
E2
E3
E4
Konsentrasi ·----·-
'·~--
Gambar 6. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai saat Umur 7 hst. El: tanpa EM10, E2: EM10 10 ml, E3: EM10 15 ml, E4: EM 10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3; I 00% Pupuk Anorganik
27
Tinggi tanaman sudah memperlihatkan perbedaan pada setiap perlakuan pada umur 42 hst. Rata-rata tinggi tanaman berkisar 70,4-97,17 cm. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan ElA3 yang diberi Oml/l EM10 dan 100% pupuk anorganik yaitu sebesar 97,17 cm (Gambar 7). Berdasarkan uji statistik pemberian konsentrasi EM 10 berpengaruh pada tinggi tanaman (P<0,05), dengan perlakuan E2 yang diberi 15 ml EM 1o mengbasilkan tanaman tertinggi sebesar 97,17 cm (Lampiran 8.2a). Hal ini menunjukkan bahwa EM10 mengandung mikroba yang dapat meningkatkan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif. Nitrogen (N) adalah unsur hara utama yang dibutuhkan oleh tanaman dalam masa pertumbuhan vegetatif.
: :l
-----·----------·----------
~s e
=
;
e ]"'
80
A···············A··············~···-·-··········A
l!!l. .-
- - ..i- - - - ...., - - - -· iifl
60
-Ill- Al '1•
.40
-~
~
A2
•••#.•• A3
20 0 +-----~----~---------~
El
E3
E2
E4
Konsentrasi
Gambar 7. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Umur 42 hst. El: yanpa EM 10, E2: EM 10 10 ml, E3: EM 10 15 ml, E4: EMw 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik Hardjowigeno (2003) juga menyatakan bahwa unsur N berfungsi memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Pemberian dosis pupuk anorganik juga memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman (P<0,05), dengan perlakuan A3 yang diberi 100% pupuk anorganik mengbasilkan tanaman kedelai tertinggi
28
yaitu sebesar 97, 17 cm (Lampiran8.2b). 100% pupuk anorganik merupakan dosis tertinggi yang diberikan pada tanaman kedelai dan mengandung unsur hara yang tinggi terutama unsur hara N. Pemberian kombinasi antara EM10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh pada tinggi tanaman (P>0,05). Saat panen umur 77 hst tinggi tanaman kedelai juga memperlihatkan perbedaan dengan rata-rata tinggi tanaman berkisar antara 80,47-118,3 cm. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E4A3 yang diberi 20 ml/I EM10 dan 100% pupuk anorganik yaitu sebesar 118,3 cm (Garnbar 8).
Menurut hasil uji statistik
pemberian berbagai konsentrasi EM 10 dan kombinasi antara konsentrasi EM 10 dan dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman saat panen (P>0,05), sedangkan pemberian dosis 100% pupuk anorganik berpengaruh terhadap tinggi tanaman saat panen (P<0,05) dan menghasilkan tanaman tertinggi sebesar 118,3 cm (Lampiran 8.3b).
,----
~ 1.40
-5
l ........... ·,At··············A., - - itf. --- . . .,-
120
t:
.... 100
I=: ; 80
~
A••••••••••••••*_:: ,q£t - .. ~ -
-
IM!
...-;Y, filJ
.....
.....
:t:
8
"ii
I
J!J
40
l. ·~
-~Al
60
A2
•••A•• A3
20
El
E2
E3
E4
Konsentrasi
Gambar 8. DiagramRata-rata Tinggi Tanaman Kedelai saat Panen umur 77 hst. El: tanpa EM 10, E2: EM 10 10 ml, E3: EM1o 15 ml, E4: EM10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik
29
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang mampu menyediakan kebutuhan unsur hara bagi tanaman dalam waktu yang relatif singkat (Wiryawan, 2007). Dosis 100% pupuk anorganik mengandung unsur hara N yang tinggi pula unsur hara N merupakan unsur hara yang berpengaruh cepat terhadap pertumbuhan tanaman (Syekhfani, 1997). 4.2.2 Diameter Batang Diameter batang diukur pada 21 hst, 42 hst, dan panen. Rata-rata diameter batang tanaman kedelai pada umur 21 hst berkisar antara 0,01-0,053 cm (Gambar 9). Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E4A2 yang diberi 20 ml/I EMIO dan 50% pupuk anorganik. Pada umur 21 hst belum terlihat belum. terlihat adanya perbedaan lebar diameter tanaman kedelai antar semua perlakuan (P>0,05) (Lampiran 8.4). Dengan demikian perlakuan berbagai konsentrasi EM10, dosis pupuk anorganik, dan kombinasi antara EM10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap diameter batang umur 21 hst. 0.06
]! 0.05
.. o.o4
.... ~
5 = :;; "" 0.03
j
..····-···· .........
a; 0.02 'il
i5E 0.01 0
-~~Al
-
f{;'lJ
_::_;.:::,. IJ • •
-%1 :~
...... --::-~ ........... ·
.... ......
...
~<-
IJ IJ IJ •
~I;
. . . ....·~··A
/f ..
A: •• ••
•••A•• A3
+--~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
El
E2
E3
E4
Konsentrasi
Gambar 9. Diagram Rata-rata Diameter Batang Tanaman Kedelai Umur 21 hst. El: tanpa EM10, E2: EM10 10 ml, E3: EM 10 15 ml, E4: EM10 20 ml, Al: 0% Pupuk Auor~anik. A2: 50% Pupuk Auornanik. A3: 100% Punuk Auorn:anik
31
Rata-rata diameter batang pada saat panen umur 77 hst bekisar anatar 0,53-0,75 cm. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E3A3 yang diberi 15 ml/l EM 10 dan 100% pupuk anorganik yaitu sebesar 0,75 cm (Gambar 11). Menurut hasil uji statistik pemberian berbagai konsentrasi EM10 dan kombinasi antara konsentrasi EM10 dan dosis pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap diameter batang umur 42 hst (P>0,05) (Lampiran 8.5a). Dengan demikian perlakuan konsentrasi EM10 dan kombinasi antara EM10 dan
pupuk anorganik tidak
berpengaruh terhadap diameter batang tanaman kedelai. Pemberian 50% pupuk anorganik berpengaruh terhadap diameter batang pada saat panen
(P<0,05),
dengan diameter batang terlebar sebesar 0,75 cm.
'~.s 0.81 0.7 ~ 0.6
i::: 0.5
ii[!
•••
···•······· • ••
- _;~-···• ... ..... ...... ~..-·········· fl'@:
.... •
-
;
~
,.,
fy{j
,,
... -::£,-
.
·····I
- --
"I"
;;•-.
"'
§=0.4
-;:.:- Al
°'; 0.3
N!.
] 0.2
-A2
···A·· A3
ii
~ 0.1 ~
0 +-~~~~-.-~~~~--r-~~~~-.~~~~--.
El
E2
E3
E4
Konsentrasi
Gambar 11.
Diagram Rata-rata Diameter Batang Tanaman Kedelai saat Panen Umur 77hst. El: tanpa EM10, E2: EM10 10 ml, E3: EM 10 15 ml, E4: EM 10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik
Unsur hara N yang terdapat dalam pupuk anorganik dapat menyediakan unsur hara dalam bentuk tersedia bagi tanaman dalam waktu yang lebih cepat dan mempengaruhi hormon auksin yang ada pada tanaman sehingga mengakibatkan
32
anorganik dapat merangsang pembentukan dan aktivitas auksin dalam tanaman sehingga auksin dapat bekerja mendorong pertumbuban tanaman (Wachjar, 2007). Auksin dalam tanaman berperan dalam perpanjangan sel dengan
cara
mempengarubi metabolisme dinding sel, sehingga terjadi pelunakan dinding sel yang mengakibatkan kemampuan dinding sel mengembang meningkat (Reddy, 1986). 4.2.3 Panjang Akar Panjang akar tanaman kedelai dapat dilihat pada (Gambar 12). Rata-rata panjang akar berkisar antara 22,47-47,93 cm. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E2A3 yang diberi 10 m1/l EM10 dan 100% pupuk anorgwik yaitu sebesar47,93 cm. Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan panjang
akar tanaman antarsemua perlakuan (P>0,05) (Lampiran 8.7). -----------------------------
60
...... · ..· .,,,,.
..··.
·•·'!il···· ~ ......
••
11f···....,.
;
......
,
•!-.
~ --
.....~
!ll••···.,·········
···~"'
~
..........
.a
-)!"'~Al
•••A•• A3
10 0
-!-------~----~----~-----
El
E2
E3
E4
Konsentrasi
Gambar 12.
Diagram Rata-rata Panjang Akar Tanaman Kedelai. El: tanpa EM 10, E2: EM 10 10 ml, E3: EM10 15 ml, E4: EM10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik
Perlakuan berbagai konsentrasi EM1o, dosis pupuk anorganik, dan kombinasi konsetrasi EM10 dan
dosis ououk anorganik tidak bememi:arub
33
terhadap panjang akar tanaman kedelai. Akar merupakan organ tanaman yang memiliki peranan yang penting, yaitu sebagai penyerap unsur hara dari dalam tanah. Tidak berpengaruhnya seluruh perlakuan terhadap panjang akar disebabkan karena jumlah unsur hara terutama unsur P tidak tersedia bagi akar. Unsur hara P selain berfungsi sebagai meningkatkan pertumbuhan generatif tanaman juga berpengaruh pada pertumbuhan akar. Menurut Sari, dkk (2012) Unsur P berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan akar. Semakin banyaknya unsur P yang tersedia bagi tanaman maka sistem perakarannya akan lebih baik juga. Sistem perakaran yang baik akan menunjang penyerapan unsur hara dan air dalam tanah lebih baik pula, sehingga proses metabolisme yang terjadi pada tanaman akan berjalan normal. 4.2.4 Jumlah Cabang
Jumlah cabang yang dihitung mulai dari tanaman berumur 21 hst. Rataratajumlah cabang tanaman kedelai berkisar antara 4,66-6,33 buah. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E2A2 yang diberi 10 ml/I EM10 dan 50% pupuk anorganik dan perlakuan E3A2 yang diberi 15 ml/I EM 10 dan 50% pupuk anorganik yaitu sebesar 6,33 buah (Gambar 13). Berdasarkan basil uji statistik tidak terdapat perbedaan jumlah cabang antar semua perlakuan (P>0,05) (Lampiran 8.6), dengan demikian perlakuan berbagai konsentrasi EM 10, dosis pupuk anorganik, dan kombinasi antara EM10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap jumlah cabang. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara yang terdapat pada seluruh perlakuan tidak tersedia bagi cabang tanaman kedelai.
34
Pertumbuhan cabang dipengaruhi oleh unsur hara N, kurangnya unsur N yang tersedia bagi tanarnan sehingga pertumbuhan terganggu. Menurut Desiana, dkk (2013), menyatakan bahwa unsur hara N berfungsi untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun, dibutuhkan dalarn jumlah besar terutarna saat pertumbuhan vegetatif.
7
1-
tJ£
Nii
-
..,s
';fi• ........
......
;~
c:
. j!I(
__ ....-c.:.......: ••••••• ·A· •••••······->·. ••• .:> • ....""
6
-.
~
.g" 4
.... ..,
"
-~~Al
.c:
!! 3 8
.ill·
,.,= 2
1
0
A2
...IA·· A3
1 I
El
E3
E2
E4
Konsentrasi .
Gambar13.
------
---
------
-------- -
-
------
·-
---
-·------
Diagram Rata-rata Jumlah Cabang Tanaman Kedelai. El: tanpa EM 10, E2: EM 10 10 ml, E3: EM 10 -15 ml,E4: EM 1o 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik
4.2.5 Jumlah Daun
Jumlah daun yang dihitung pada umur 21 hst, setelah umur 21 hst tanarnan kedelai sudah mulai membentuk bunga, polong dan biji, dan daun pun akan rontok seiring dengan pembentukan bunga dan polong. Rata-rata jumlah daun tanarnan kedelai berkisar antara 5,66-11,00 buah. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E2A2 yang diberi 10 ml/l EM10 dan 50% pupuk anorganik yaitu sebesar 11,00 buah (Garnbar 14). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan antar seluruh perlakuan terhadap jumlah daun tanarnan kedelai (P>0,05)
35
pupuk anorganik, dan kombinasi antara konsentrasi EM10dan
dosis pupuk
anorganik tidak berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman kedelai. 12 10
I
8
= ".c""= 6 " ..,e= 4
,,. ,,.
.'.
,,,,. ...~'
~.
'
':-"
~ 'V'i_ ' ••••••••••• .?'(\ i1.\··~·-··-········ittl.···············.1a"'t•·· ..,,. 'f ~-1} ' .. 1, ,,,,,. ' ,.r, ,,~ .-
/
-~- Al
•••&•• A3
2 0
El
E3
E2
E4
Konsentrasi
Gambar 14.
Diagram Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kedelai. El: tanpa EM 10 , E2:EM10 JO ml, E3: EM 10 IS ml, E4: EM 10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: I 00% Pupuk Anorganik
Menurut Noverita (2005), N yang diberikan pada tanaman akan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman khususnya daun dan jumlah anakan tanaman. Nitrogen ini merupakan bahan baku penyusun klorofil pada proses fotosintesis. Setelah terjadi proses fotosintesis, tanaman akan mentranslokasikan sebagian besar cadangan makanannya ke bagian organ vegetatif tanaman meningkatkan pertumbuhan daun sehingga jumlah daun akan semakin meningkat. Hal ini diduga unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan daun tidak tercukupi dengan baik terutama unsur hara N dan mikroorganisme yang terdapat dalam EM10 tidak mampu menguraikan unsur N menjadi tersedia bagi tanaman.
36
Bakteri pengikat nitrogen dan bakteri nitrifikasi sangat besar perannya dalarn menyediakan unsur N bagi tanarnan. Bakteri pengikat unsur N diantaranya bakteri
pengikat nitrogen
yang
hidup
bebas
seperti
(Azotobacter
sp.,
Rhodosprilliurn rubrum dan Clostridiurn pasteuriarnurn ), bakteri pengikat nitrogen
yang
bersifat aerob obligat diantaranya (Beijerinckia
Archrornobacter
sp. ),
yang
termasuk
dalarn
sp.,
anaerob
Derxia
obligat
sp.,
adalah
(Clorobiurnsp., Chrornatium sp., Desulfovibrio sp., dan Methanobacterium sp.),
yang termasuk dalarn Anaerob fakultatif adalah (Aerobacter sp., Klebsiella sp., dan Pseudomonas sp.) (Ristiati, 2008).
4.3 Produksi dan Hasil Tanaman Kedelai 4.3.1 Umur Berbunga Indikator keluarnya bunga ditandai oleh adanya kuncup bunga yang muncul pada buku atau ujung tunas tanarnan kedelai (Sukmawati, 2013). Rata-rata umur berbunga pada scmua perlakuan adalah 30,33-35,00 hst. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan El Al atau kontrol, ElA3 yang hanya diberi 100% pupuk anorganik, E2Al yang hanya diberi 10 ml/I EM 10, E2A2 yang diberi 10 ml/l EM10 dan 50% pupuk anorganik, E3Al yang hanya diberi 15 ml/l EMw, E3A2 yang diberi 15 ml/I EM10 dan 50% pupuk anorganik, E4Al yang hanya diberi 20 ml/l EM10, dan E4A2 yang diberi 20 ml/l EM10 dan 50% pupuk anorganik yaitu sebesar 35,00 buah (Garnbar 15). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat peredaan
antar
seluruh
perlakuan
terhadap
umur
berbunga
(P>0,05)
(Larnpiran 9.1 ), dengan demikian perlakuan berbagai konsentrasi EM10, dosis
37
pupuk anorganik, dan kombinasi antara konsentrasi EM10 dan dosis pupuk anorganik tidak berpengamh terhadap umur berbunga tanaman kedelai.
36 35 ~
li.l:.··... - - -::. {:-- - - - ...ft,.\ •••••••
34 -
:
.s: - 33
..
g>,,
§ 32 .Q
t
.Q
31
:; 30
··..··.
..··
......
··...·..
··&
.. .· .
-~-Al
··i~·
rn
:15 29
A2
...... A3
28
I
27
+----------------------El
~
8
~
L_ --------------··----K-o-ns-en:ra~-----·~-··----------·------·--
Gambar 15.
Diagram Rata-rata Umur Berbunga Tanaman Kedelai. El: tanpa EM 10, E2: EMio JO ml, E3: EMio 15 ml, E4: EMio 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: J00% Pupuk Anorganik
4.3.2 Jumlah Bunga
.. Jumlah bunga pada tanaman kedelai pada semua perlakuan berkisar antara 16,66-27,00 buah. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E4A2 yang diberi 20
ml/I EM10 dan 50% pupuk anorganik yaitu sebesar 27,00 buah (Gambar 16). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan antar seluruh perlakuan terhadap jumlah bunga (P>0,05) (Lampiran 9.2), dengan demikian perlakuan berbagai konsentrasi EM10, dosis pupuk anorganik, dan kombinasi EM10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap jumlah bunga tanaman kedelai. Hal
ini menunjukkan tidak tersedianya unsur hara fosfor (P) pada untuk pembentukan bunga. Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa fosfat sangat berperan dalam pembentukan komponen produksi, seperti pembentukan bunga, buah dan biji.
38
30
l
25
i
I
g',, 20
=
= 5=
.Q
-~-Al
.c 15
%'1
.:: 10 -
A2
•••..~·· A3
5
El
E2
E3
E4
Konsentrasi ---------··--------·-·-···----------------------·-·------------·~----·····-··----
Gambar 16.
------------····-----... -
_______________________ I .]
Diagram Rata-rata Jumlah Bunga Tanaman Kedelai. El: tanpa EM 10 , E2: EM 10 10 ml, E3: EM 10 15 ml, E4: EM 10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik
4.3.3 Umur Berpolong Indikator keluarnya polong kedelai adalah keluarnya rangkaian bunga kedelai setelah terjadinya penyerbukan bunga secara alami dan secara buatan (Sukrnawati, 2013). Umur berpolong tanaman kedelai pada penelitian ini berkisar antara 35-39,6 hst. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan EIA2 yang hanya diberi 50% pupuk anorganik, E2Al yang hanya diberi 10 ml/I EM10, E2A2 10 ml/l EM10 dan 50% pupuk anorganik, dan E3A3 yang diberi 15 ml/l EM10 dan
100% pupuk anorganik yaitu sebesar 39,67 (Gambar 17). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan antara pemberian konsentrasi EM10 dan dosis pupuk anoganik terhadap umur polong (P>0,05) (Lampiran 9.3). Dengan demikian perlakuan berbagai dosis EM10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap umur polong.
39
Perbedaan urnur berpolong terlihat pada pemberian kombinasi antara konsentrasi EM 10 dan dosis pupuk anorganik (P<0,05) (Lampiran 9.3), dengan demikian pemberian kombinasi EM10 dan pupuk anorganik berpengaruh terhadap urnur po long. 41
l
40
"'
~39
] 38 ~
1!' 37 .£ g_ 36 .il 35 § 34 ~
A···············.t:i..·
~
..'.·· ··, .. ·· ..·
&···· .... ····· .. .·· ~ .··
~
-:t:- Al
'\.
'"
A2
•••A•• A3
:::> 33 32
31
-i--~~~~~~~~~~~~~--~~~~~~
El
E2
E3
E4
Konsentrasi . cc .
·····-·---~-------
··------
Gambar 17. Diagram Rata-rata Umur Berpolong Tanaman Kedelai. El: tanpa EM 10, E2: EM 10 10 ml, E3: EM10 15 ml, E4: EM 10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik ·4.3.4 Jumlah Polong
Jurnlah polong tanaman pada penelitian ini berkisar antara 29,33-55,00 buah. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E3A2 yang diberi 15 ml/I EM10 dan 50% pupuk anorganik yaitu sebesar 55,00 buah (Gambar 18). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan jurnlah polong antar seluruh perlakuan (P>0,05) (Lampiran 9.4). Perlakuan berbagai konsentrasi EM10, dosis pupuk anorganik, dan kombinasi antara EM10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap jurnlah polong. Berbeda dengan urnur polong yang dipengaruhi oleh perlakuan kombinasi antara EM10 dan pupuk anorganik. Hal ini menunjukan
40
bahwa perlakuan kombinasi antara EM10 dan pupuk anorganik hanya menginisiasi --
umur berpolong tanaman kedelai saja tetapi tidak menginisiasi jumlah polong.
-~-Al
mt
A2
•••A•• A3
El
E2
E3
E4
Konsentrasi
Diagram Rata-rata Jumlah Polong Tanaman KedelaiEl: tanpa EM 10 , E2: EM 10 10 ml, E3: EM 10 15 ml, E4: EM 10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik
4.3.5 Berat Segar Biji Berat biji tanaman kedelai memiliki rata-rata k:isaran 7,40-11,3 g. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E4A3 yang diberi 20 ml/I EM10 dan 100% pupuk anorganik yaitu sebesar 11,30 g (Gambar 19). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan berat segar biji antar seluruh perlakuan (P>0,05) (Lampiran 9.5), dengan demik:ian pemberian konsentrasi EM10, dosis pupuk anorganik, dan kombinasi antara EM10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap berat segar biji kedelai.
41
::§
:E'
:: ]
... '!~~...... .....····~···· .....
'{Jw
....
•••• •• ...- r:--
••• •,,..,,.pl!P
8 -
-
-
~-.
"'if'-. ....
............
'J,.tio'_... .:f;.'iJ-
I
~
"'"".,,
"' "' co "'
-~~Al
6 -
iR
~ ~
l
• •••••A
4
A2
...;.,•• A3
2
El
E3
E2
E4
Konsentrasi
I
I~---·----~·-
-
Gambar 19. Diagram Rata-rata Berat Segar Biji Tanaman Kedelai. El: tanpa EM 10 , E2: EM10 10 ml, E3: EM 10 15 ml, E4: EM 10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik Mulyani (2002), menyatakan unsur hara P berperan penting dalam pengisian biji pemasakan buah dan dapat meningkatkan produksi biji-bijian. Tidak berpengaruhnya perlakuan terhadap berat segar biji. EM10 mengandung mikroorganisme salah satunya adalah mikroorganisme pelarut P. Mikroorganisme - pelarut P yang sudah diidentifikasi adalah Trichoderma sp. dan Penicilliurn sp. Diduga mikroorganisme tersebut dalam EM10 pada penelitian ini tidak mampu membantu tanaman dalam mendapatkan unsur hara P. 4.3.6 Berat Kering Biji
Berat kering biji tanaman kedelai memiliki rata-rata kisaran 6,36-9, 76 g. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E4A3 yang diberi 20 ml/I EM10 dan 100% pupuk anorganik yaitu sebesar 9,76 g (Gambar 20). Berdasarkan hasil uji statistik Sama halnya dengan berat segar biji bahwa tidak terdapat perbedaan berat kering biji antar seluruh perlakuan (P>0,05) (Lampiran 9.6). Dengan demikian
42
bahwapemberian konsentrasi EM 10, dosis pupuk anorganik, dan kombinasi antara
EM 10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap berat segar biji kedelai. Tidak tercukupinya kebutuhan akan unsur P pada berat segar biji dapat mempengaruhl berat kering biji. 12 10
l'lfil
••
. •.
••• ~····· • • ~j}
••
'I' ••• ••
JG' - - -
•• •• 'I'
,,,,- .,.,,.
.iJf,~,
••
•• •••
• ._ ~r.· .- -a.: -·••'fii'••• ...........
-:.Y~
•• .£. "'" t.;,-,
.;;,.,!.'
,.1,
-~-Al
!iit
A2
•••A•• A3
2
El
E2
E3
E4
Konsentrasi
Gambar20.
Diagram Rata-rata Bera! Kering Biji Tanaman Kedelai.
El: tanpa EM 10 , E2: EM 10 10 ml, E3: EM 10 15 ml, E4: EM10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik
4.3.7Berat100 Biji Berat 100 biji tanaman kedelai memiliki rata-rata kisaran 10, 10-18,30 g (Gambar 21). Tidak terdapat perbedaan berat 100 biji kedelai antar perlakuan konsentrasi EM1o dan dosis pupuk anorganik (P>0,05) (Lampiran 9.7). Dengan demikian pemberian dosis EM10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap berat 100 biji tanaman kedelai. Perbedaan berat 100 biji tanaman kedelai ada pada perlakuan kombinasi EM10 dan pupuk anorganik (P<0,05). Dengan dernikian perlakuan kombinasi EM10 dan pupuk anorganik berpegaruh terhadap berat 100 biji tanaman kedelai.
43
l 16 i
20 18 l
:§ 14
Jf!i/
;:;. 12 .
ii:. .•
g ....
Jo
..0
10
,~
.7
,.•'
...· .·
- -
••• ·l!:z ••
-~I
·.....
'I'_·:....-.;+'----
~r,-
.
·.
~
, '
A • ....
• •• ••
:h.· •••••
• •••••
r,; 8
-: :
~
·••A•• A3
-
6 .
I
4 2
I
0 El
E2
E3
E4
II
Konsentrasi
I--·-·----
····---------------
··--····--------~ _ __J
Gambar 21. Diagram Rata-rata Berat 100 Biji Tanaman Kedelai. El: tanpa EM 10 , E2: EMIO 10 ml, E3: EM 10 15 ml, E4: EM 10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik
Perlakuan E2A3 yaitu kombinasi antara 10 ml EM10 dan 100% pupuk anorganik memberikan berat 100 biji tertinggi dibandingkan dengan yang lain yaitu sebesar 18,30 g (Garnbar 21). Berat biji yang diperoleh ini lebih besar dari kisaran berat 100 biji varietas Anjasmoro yang dinyatakan oleh SK Mentri Pertanian no 536/Kpts/TP.240/10/2001yaitu 14,8-15,3 g per 100 biji. Perlakuan E3A3 mempengaruhi berat 100 biji narnun pemberian EM10 belum dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk anorganik. Menurut Goldworthy dan Fisher (1996), pengisian biji berasal dari fotosintat yang dihasilkan setelah pembungaan dan translokasi kembali fotosintat yang tersimpan. Selanjutnya menurut Gardner dkk. (1991), menyatakan bahwa sepanjang masa pertumbuhan reproduktif tanarnan semusim yang menghasilkan biji menjadikan biji sebagai organ pemanfaatan (sebagai penyimpan cadangan makanan dan perkembangbiakan) yang dominan. Oleh karena itu, selama
44
pengisian biji fotosintat yang baru terbentuk maupun yang tersimpan dapat digunakan untuk meningkatkan berat biji. 4.3.8 Berat Segar Tanaman Berat segar tanaman kedelai memiliki rata-rata kisaran 14,50-43,20 g. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan E4A3 yang diberi 20 ml/I EM10 dan 100% pupuk anorganik yaitu sebesar 43,20 g (Gambar 22). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan berat segar tanaman antar seluruh perlakuan (P>0,05) (Lampiran 9.8), dengan demikian perlakuan berbagai konsentrasi EM10, dosis pupuk anorganik, dan kombinasi antara EM 1o dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap berat segar tanaman.
-~-Al
&!.
A2
•••A•• A3
El
E2
E3
E4
Konsentrasi
Gambar 22. Diagram Rata-rata Berat Segar Tanaman Kedelai. El: tanpa EM 10, E2: EM10 10 ml, E3: EM10 15 ml, E4: EM 10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: 100% Pupuk Anorganik Berat segar tanaman juga mengindikasikan tingkat pertumbuhan tanaman. Semakin besar berat basah tanaman berarti semakin banyak biomassa yang dihasilkan dalam ha! ini tentunya berkaitan dengan jumlah unsur hara yang
45
tersedia dalam tanah (Subowo, 2010). Hal ini sejalan dengan pemyataan Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara bagi tanaman merupakan salah satu faktor penting sebagai sumber energi dan penyususn struktural tanaman. Tingkat kecukupan hara berperan dalam mempengaruhi berat segar dari suatu tanaman, selain itu tanpa penambahan suplai unsur hara dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu sehingga berat segar menjadi lebih rendah. Berat segar meliputi semua bagian tanaman yang berasal dari hasil fotosintesis, serapan unsur hara, dan air. 4.3.9 Berat Kering Tanaman
Berat kering tanaman kedelai memiliki rata-rata kisaran antara 5,9314,40 g. Basil tertinggi terdapat pada perlakuan E4A3 yang diberi 20 ml/I EM 10 dan 100% pupuk anorganik yaitu sebesar 14,40 g (Gambar 23). Berdasarkan hasil uji statistik tidak terdapat perbedaan berat kering tanaman kedelai antar seluruh perlakuan (P>0,05) (Lampiran 9.9), dengan demikian per!akuan berbagai konsentrasi EM10, dosis pupuk anorganik, dan kombinasi antara EM 10 dan pupuk anorganik tidak berpengaruh terhadap berat segar tanaman. Menurut Soverda (2009), menyatakan bahwa berat kering tanaman merupakan
petunjuk
untuk
menentukan
pertumbuhan
tanaman,
apabila
pertumbuhannya baik maka berat keringnya akan meningkat. Sehingga apabila pertumbuhannya kecil maka berat kering dari tanaman itu punjuga kecil. Menurut Goldssworthy and Fisher (1992), menyatakan bahwa 90% berat kering tanaman adalah hasil fotosintesis. Proses fisiologis yang terjadi pada tanaman berjalan dem!an baik dan didukun11: den11:an neneranan nemunukan van11: efisien mamnn
46
meningkatkan berat kering tanaman dan apabila proses fisiologisnya terhambat maka berat kering dari suatu tanaman akan menyusut (Desiana, dkk. 2013).
.
16
l
14
1 *•
';'12
"~
=
10
.fl
.. 8
=
~
6
'E "
4
CQ
....... •••• .!!t\
~I,
-~·············Et.··· •• :,.-,,.1, ..... .,,,. ..-;l, ••• · / ..... ' ~1_. ~ •• •• ;
4···· -,,
iA
/
*"";'f,-
liifi
:\'\%1
-~-Al
ilii
A2
•·•&•• A3
2
0
-i-~~~~~.-~~~~~r-~~~~~~--~~~~
El
E2
E3
E4
Konsentrasi
Gambar 23. Diagram Rata-rata Berat Kering Tanaman Kedelai. El: tanpa EM 10, E2: EM1010 ml, E3: EM10 15 ml, E4: EM 10 20 ml, Al: 0% Pupuk Anorganik, A2: 50% Pupuk Anorganik, A3: HJO% Pupuk Anorganik
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan I. Pupuk EM 10 dapat mempengaruhi tinggi tanaman, yaitu pada konsentrasi 15 ml terhadap tinggi tanaman umur 42 hst. 2.
Pupuk anorganik dapat mempengaruhi tinggi tanaman dan diameter batang, yaitu pada dosis 100% terhadap tinggi tanaman pada umur 42 hst dan saat panendan pada dosis 50% terhadap diameter batang saat panen.
3.
Kombinasi pupuk EM10 dan pupuk anorganik dapat mempengaruhi umur berpol.Qng dan bobot 100 biji.
5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian mengenai EM10 ini pada tanaman berbuah lainnya dalan1 lingkungan yang homogen seperti rumah kaca dan menggunakan tanah yang sudah disterilisasi agar tidak ada faktor lingkungan lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tidak dapat dikendalikan sehingga hasilnya adalah mumi dari pemberian pupuk EM 10.
48
DAFTARPUSTAKA Alia, A. 2011. Uji Daya Hasil Beberapa Galur Kedelai (Glycine max L.merr) di Majalengka pada Dua Musim Tanam. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Astiko, W. 2009. Pengaruh Paket Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai di Laban Kering. Skripsi. Universitas Mataram Desiana, C., I. S. Banuwa, R. Evizal., dan S. Yusnaini. 2013. Pengaruh Pupuk Organik Cair Urin Sapi dan Limbah Tahu terhadap Perturilbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Agrotek.1(1): 113-119. Elpawati. 2013. Degradasi Sampah Organik dengan Effective Microorganism 10 (EM10). Laporan Tahunan Dosen. Universitas Islam Negeri Jakarta. Tidak Dipublikasikan. Fitriani, N. 2012. Pengaruh Waktu Pemberian Pupuk Kandang terhadap Hasil Terung Gelatik (Solanum melongena L). Skripsi. Politeknik Negeri Lampung. Forum perlindungan varietas tanaman Asia Timur. 2011. Manual Pengambilan Foto untuk Uji DUS (Draft). Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta Goldsworthy, P,R. dan Fisher, N. M. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta. Goldsworthy, P.R. dan Fisher, N. M. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Hardjowigeno, S. 2003. !!mu Tanah. AkademiY..a Pressindo. Jakarta. Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali. Jakarta. Lingga, P dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. .. Jakarta. . . . Mulyani. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka cipta Jakarta. Noverita, S.V. 2005. Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Kompos terhadap Komponen Pertumbuhan Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera). Jurnal o ........... 1:+: .........
D:..J .....- -
n~···
n--·•---.!-..
.,,...,,_ n.e
1
nl!'
49
Novriani. 2011. Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen - bagi Tanamaii Kedelai. Jurnal Agribisnis. 3(5): 35-42. . . Pitojo, S. 2003. Seri Penangkaran: Benih Kedelai. Konisius. Yogyakarta. Rahayu, M., Sudarto, K.Puspadi,dan I. Mardian. 2009. Paket Teknologi Produksi Tanaman Kedelai. Departemen Pertanian. Nusa Tenggara Barat. Rahmawati, A. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Universitas Sumatera Utara. Ristek. 2008. Keunggulan Varietas Kedelai Lokal, http://www.ristek.go. id/ diakses pada tangga1_28Desember 2013. Pukul 21.00 WIB. Ristiati, N. P dan M. Sanusi. 2008. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penambat Nitrogen Non Simbiosis dari dalam Tanah. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora. 2(1 ): 68-80. Sari, D. P., S. Ashari., D. Haryono. 2012. Respon Awai Pertumbuhan Vegettif Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) terhadap Pemberian Pupuk Anorganik. Jurnal. BP.FP. Universitas Brawijaya Simanjuntak, D. 2005. Peranan Trichoderma, Micoriza dan Pospat terhadap Tanaman Kedelai pada Tanah Sangat Masam (Humitropets). Jurnal penelitian Bidang flmu Pertanian. 3(1). Simanungkalit, R. D. M., D. A. Suriadikarta., R. Saraswati., Diah, dan Wiwik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa barat. Sitompul, S. M. dan Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Soverda, N., dan T. Hermawati. 2009. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merill) terhadap Pemberian Berbagai Konsentrasi Pupuk Hayati. Jurna/ Agronomi. 13(1 ). Sukmawati. 2013. Respon Tanaman Kedelai terhadap PemberianPupuk Organik, Inokulasi FMA dan Varietas Kedelai di Tanah Pasira. Jurnal Media Bina flmiah. 7(4): 1978-3787. Syekhfani, 1997. Hara Air Tanah Tanaman . Jurusan Tanah Fakultas Pertanian. Taufik, M. 2008. Efektivitas Agens Antagonis Trichoderma sp. pada Berbagai Media Tumbuh terhadap Penyakit Layu Tanaman Toma!. Prosiding Seminar flmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PF! XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan.Universitas Brawijaya. Wachjar, A., dan L. Kadarisman. 2007. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik Cair .
"
......
. .
..
.
.
.
.
.
-
50
Pertumbuhan Tanaman. Kakao . (Theobroma cacao L.) Belum Menghasilkan. Buletin. Agronomi. 35(3):212-216. Waty, R. 2012. Potensi Aspergillus niger dan Penicillium spp. Sebagai Endosimbion Pelarut Fosfat pada Akar Serealia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Wiryawan, G. A. 2007. Pengaruh Penggunaan Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis Merah (Brassica oleracea var capitata). Skripsi. Universitas Brawijaya. Subowo,Y.B., A. Sugiharto, Suliasih, S. Widawati. 2010. Pengujian Pupuk Hayati Kalbar untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Kedelai (Glycine max) var. Baluran. Caraka Tani. 27(1). Yuniati, M., Frendy, dan Adiningsih. 2012. Optimasi Kondisi Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan Cara Fermentasi Menggunakan E~. Jurnal Teknologi. 5(2): 172-181 Zahrab, S. 2011. Respons Berbagai Varietas Kedelai (Glycine max (L) Merill) terhadap Pemberian Pupuk NPK Organik. Jurnal Teknobiolog. 2(1): 65-69.
51
Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian
Persiapall media:
J)ilsi 3,l3kgtanah aliii f,67kg ...
·. korri~()s;c1~1iifutan~ti'.~a!l~iagukrita ·
Pfos~ pellanarilan:. ·
····B(lnill dirend~i!lsel~~·a s 111irii~ :f· •
'
-7
Persiapan EM10: '
''
Dibuatmasing-Il1asing•.dosisEMj() d~t1ianp6t1gericertin··.·.·····
Pell1berian1n1~iik. anQrgaiiik;
Diriili~J•tat1il1)intfuigt\II)1~uh~alini .·. .bbnih dlrnasukari d~Jan1ma!l1Ilg- -7 baik,• deberi~u~ukanorgani~··;seiuai··· ·.. dosis, d!l11gan dipe11darn dalaJJ1 tanah .· .·. ml!Sing.poly~agfaan/c!istimpr~tJ<ari . ;. E~ 1 6.sestlaide~ga~. •·•· disekitirtan~mari•····.···
... i Pel11~Jihataai:· > •>~~ll~~l~p~nYifa~i~s~fiatcl{I~/··· •·• /hiifi~~k~lif ci
·•·• gll1~i dintiiriaAfa~feiliii~;ffi,in .
52
Lampiran 2. Parameter Fisik Media Tanaman Parameter Suhu pH Kelembaban
Sebelum 30,4 6,8 58%
Sesudah 29,9 6,7 30%
Sumber :Dokumen pribadi, 2013
Lampiran 3. Kandungan Unsur Hara C dan N pada Media Tanam UnsurHara N (Media tanam)
c
p K
N(EM10)
Kandun2an (%) 1,5 % 17,15% 5,10 0,36 2,35
Sumber :PLTUIN, 2013
54
Lampiran 5. Perhitnngan Dosis Pupuk Anorganik •
2: Populasi tanaman
=
Luaslahan jarak tanam
10.ooom2 0,2 x 0,3
166,667 •
Dosis pupuk anorganik I 00% per tanaman:
I. Urea
= 75 Kg/ha = 75000gram 166,667
= 0,45 gram 2. SP-36 = I 00 Kg/ha _ 100.000 gram 166,667
= 0,6 gram
3. KC!
= 50 Kg/ha 50.000gram 166,667
= 0,3 gram
55
•
Dosis pupuk Anorganik 50%
I. Urea
= 0,45 gram x Yz = 0,225 gram
2. SP-36 = 0,6 gram x Yz = 0,3 gram 3. KC!
=
0,3 gram x Y2
= 0,15 gram •
Dosis pupuk anorganik 0 %
I. Urea
= 0,45 gram x 0 =Ogram
2. SP-36 = 0,6 gram x 0 =Ogram 3. KC!
= 0,3 gram x 0 =Ogram
56
Lampiran 6. Kombinasi Perlakuan KODE
PERLAKUAN
El Al
Tanpa EM 10+ 0% (tanpa pupuk anorganik)
ElA2
Tanpa EM 10 + 50% pupuk anorganik (0,23 g Urea+ 0.3 g SP-36+0. I 5 g KC!) Tanpa EM 10+ 100% pupuk anorganik (0.45g Urea+0.6 g SP-36 + 0.3 g KC!) 10 ml/liter EM10+0% (tanpa pupuk anorganik)
ElA3 E2AI E2A2 E2A3 E3Al E3A2 E3A3 E4AI E4A2 E4A3
10 ml/liter EM 10 + 50% pupuk anorganik (0,23 g Urea+ 0.3 g SP-36+0.15 gKC!) 10 ml/liter EM 10+ 100% pupuk anorganik (0.45g Urea+0.6 g SP-36 + 0.3 gKCl) 15 ml/liter EM10 + 0% (tanpa pupuk anorganik) 15 ml/liter EM 10 + 50% pupuk anorganik (0,23 g Urea+ 0.3 g SP-36+0.15 gKCl) 15 ml/lietr EM10+ 100% pupuk anorganik (0.45g Urea+0.6 g SP-36 + 0.3 gKCI) 20 ml/liter EM10 + 0% (tanpa pupuk anorganik) 20 ml/liter EM10 + 50% pupuk anorganik (0,23 g Urea+ 0.3 g SP-36+0.15 gKCI) 20 ml/liter EM 10 + 100% pupuk anorganik (0.45g Urea+0.6 g SP-36 + 0.3 gKCI)
57
Lampiran 7. Rata-rata Hasil Pengukuran Parameter Rata-rata tinggi tanaman NO
KODE
1 2 3 4 5 6 7 8
ElAl E1A2 E1A3 E2A1 E2A2 E2A3 E3A1 E3A2 E3A3
9
10 11
12
E4A1 E4A2 E4A3
Tinggi tanaman (cm) 7HST 42 HST 77 HST 11,03 10,67 10,13 12,83 10,97 10,93 11,17 10,33
79,53 90,63 96,63 91,57 93,30 97,17 86,47 70,40
85,63 98,67 118,30 102,90 99,03 114,70 95,23 80,47
9,83 9,97 13,00 11,87
95,30 71,83 73,03 95,80
103,47 85,17 91,67 104,53
Diameter batang (cm) 21 HST 0,02 0,05 0,02 0,02 0,03 0,03 0,02 0,05 0,02 0,02 0,02
42 HST 0,24 0,24 0,24 0,25 0,33 0,33 0,29 0,38 0,22
0,01
0,24
Rata-rata panjang akar, jumlah daun, dan jumlah cabang KODE E1A1
E1A2 E1A3 E2A1 E2A2 E2A3 E3Al E3A2 E3A3 E4Al E4A2 E4A3
Panjang akar (cm) 41,53 22,47 32,60 35,03 23,77 32,03 42,20 25,23 47,93 29,70 33,23 26,80
Jumlah daun 6,67 7,67 7,33 5,67 11,00 6,67 10,00 7,00 6,67 5,67 6,33 6,67
Jumlah cabang .. · 6,00 6,00 6,00 4,67 6,33 5,33 5,67 6,33 5,67 4,67 5,00 5,00
0,19 0,21
77 HST 0,58 0,67 0,64 0,54 0,66 0,76 0,61 0,71 0,57 0,56 0,62 0,58
58
Rata-rata umur berbunga, jumlah bunga, umur berpolong, jumlah polong dan berat I 00 biji KODE
ElAl E1A2 E1A3 E2Al E2A2 E2A3 E3A1 E3A2 E3A3 E4Al E4A2 E4A3
Umur berbunga (hst)
35,0Q 35,00 32,67 35,00 35,00 35,00 35,00 35,00 30,33 35,00 32,67 35,00
Jumlah bunga
25,33 27,00 24,33 24,33 24,33 16,67 21,67 23,33 16,67 19,33 24,00 24,00
Umur berpolong (hst)
35,0Q 35,00 39,67 35,00 35,00 39,67 39,67 39,67 35,00 37,33 39,67 35,00
Jumlah po long
Be rat
100 biji (g)
43,33 51,67 43,67 33,67 55,00 33,00 36,33 51,00 29,33 36,33 41,00 39,33
14,02 13,92 11,83 14,36 12,07 10,11 13,95 12,27 18,38 13,71 14,65 11,29
Rata-rata berat segar biji,berat kering biji, berat segar tanaman,dan berat kering tan am an KODE -
ElAl E1A2 E1A3 E2A1 E2A2 E2A3 E3A1 E3A2 E3A3 E4Al E4A2 E4A3
Berat segar biji (g)
7,82 9,84 11,37 9,34 9,93 8,55 9,22 10,78 11,04 7,61 11,05 7,40
Berat kerin& biji (g)
Berat segar tanaman (g)
Berat kering tanaman (g)
6,63 8,13 9,77 8,04 8,61 7,57 7,79 9,19 9,71 6,63 9,74 6,37
32,49 30,32 43,22 28,17 19,34 34,36 34,69 21,54 27,87 14,59 38,51 37,07
12,05 10,46 14,40 9,71 8,53 11,84 11,57 7,59 11,95 5,94 13,57 7,74
59
Lampiran 8. Analisis Data Pertumbuhan Tauamau Kedelai 8.1. Hasil Anova Tinggi Tanaman Kedelai Umur 7 hst
Sumber
Jumlah Kuadrat
Derajat
Kua drat
Bebas
Tengah
Probabilitas
Kelompok
12,909
2
EMIO
10,370
3
3,457
,16ltn
2,457
2
1,229
,521 tn
EM! 0 * Anorganik
22,685
6
3,781
,099"'
Gal at
40,204
22
1,827
Total
4493,160
35
Anorganik
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
-
8.2a. Hasil Anova Tinggi Tanaman Kedelai Umur 42 hst
Sumber
Jumlah Kuadrat
Derajat
Kuadrat
Bebas
Tengah
Probabilitas
Kelompok
659,207
2
EM!O
966,152
3
322,051
,097*
1598,617
2
799,309
,009*
952,656
6
158,776
,355"'
Gal at
2970,806
22
135,037
Total
278414,800
35
Anorganik EMlO • Anorganik
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
61
8.3a. Hasil Anova Tinggi Tanaman Kedelai Saat Panen
Sumber
Jumlah Kuadrat
Derajat
Kuadrat
Bebas
Tenaah
Probabilitas
kelompok
315,587
2
EM10
962,310
3
320,770
,325'"
2564,777
2
1282,389
,018
855,016
6
142,503
,770"'
Galat
5770,973
22
262,317
Total
358431,010
35
Anorganik EM10 • Anorganik
.
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
8.3b.Hasil Uji Duncan Tinggi Tanaman Kedelai Saat Panen dengan Dosis Pupuk Anorganik
Anorganik
Subset alph
N
1
2
A1 (0%)
12
92,2333
A2 (50%)
12
92,4583
A3 (100%)
12
Probabilitas
= 0,05
110,2500 ,973
1,000
Keterangan: angka dalam kolom yang sama yang diikuti hurufyang sama tidak berbeda nyata menurut ujijarak Duncan.
62
8.4. Basil Anova Diameter Batang Tanaman Kedelai Umur 21 hst
Sumber
Jumlah Kuadrat
kelompok
Derajat
Kuadrat
Bebas
Tenaah
Probabilitas
,001
2
EM10
,001
3
,000
,323"'
Anorganik
,002
2
,001
,090"'
EM10 • Anorganik
,002
6
,000
,596"'
Gal at
,009
22
,000
Total
,039
35
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
8.5. Basil Anova Diameter Batang Tanaman Kedelai Umur 42 hst
Sumber
Jumlah Kuadrat
-
Derajat
Kuadrat
Bebas
Tenaah
Probabilitas
keiompok
,006
2
EM10
,045
3
,015
'125"'
Anorganik
,014
2
,007
,382" ,465"
EM10 • Anorganik
,042
6
,007
Galat
,156
22
,007
Total
2,760
35
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
63
8.6a. Hasil Anova Diameter Batang Tanaman Kedelai Saat Panen
Jumlah Kuadrat
Sumber
Derajat
Kuadrat
Bebas
Tengah
Probabilitas
kelompok
,002
2
EM10
,033
3
,011
,260"'
Anorganik
,076
2
,038
,017*
EM10 • Anorganik
,060
6
,010
,301"
Galat
,169
22
,008
Total
14,666
35
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
8.6b. Hasil Uji Duncan Diameter Batang Tanaman Kedelai Saat Panen dengan Dosis Pupuk Anorganik
Anorganik'
N
Subset alpha= 0, 05 1
2
A1 (0%)
12
,5708
A3 (100%)
12
,6392
A2 (50%)
12
Sig.
,6392 ,6825
,069
,239
Keterangan: angka dalam kolom yang sama yang diikuti hurufyang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak Duncan
65
8.9. Hasil Uji Anova Jumlah Daun Tanaman Kedelai
Sumber
Jumlah Kuadrat
Derajat
Kuadrat
Bebas
Tenqah
Probabilitas
kelompok
3,556
2
EM10
4,556
3
1,519
,622'"
Anorganik
6,222
2
3,111
,312 "
EM10 * Anorganik
3, 111
6
,519
,9721"
Error
55,778
22
2,535
Gala!
1700,000
35
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
1
66
Lampiran 9. Analisis Data Produksi Tanaman Kedelai 9.1. Hasil Uji Anova Umur Berbunga Tanaman Kedelai
Sumber
Jumlah Kuadrat
Kelompok
Derajat
Kuadrat
Be bas
Tenoah
Probabilitas
2,722
2
EM10
10,889
3
3,630
,487tn
Anorganik
19,056
2
9,528
'135tn
EM 1O • Anorganik
46,278
6
7,713
,150 "
Galat
95,278
22
4,331
Total
42336,000
35
Keterangan:
1
* : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
9.2. Hasil Uji Anova Jumlah Bunga Tanaman Kedelai Sumber
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Kuadrat
Be bas
Tenaah
Probabilitas
Kelompok
112,667
2
Anorganik
108,500
2
54,250
,458tn
EM10
122,528
3
40,843
,616tn
Anorganik • EM10
135,722
6
22,620
,909tn
Gala!
1473,333
22
66,970
Total
20313,000
35
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
67
9.3. Hasil Uji Anova Umur Polong Tanaman Kedelai
Jumlah Kuadrat
Sumber
Derajat
Kuadrat
Bebas
Tenaah
Probabilitas
Kelompok
10,889
2
EM10
14,972
3
4,991
,626'"
2,722
2
1,361
,852'"
160,611
6
26,769
,021•
8,414
Anorganik EM1 O• Anorganik Gal at
185,111
22
Total
50029,000
35
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
9.4. Hasil Uji Anova Jumlah Polong Tanaman Kedelai Sumber
Jumlah
Derajat
Kua drat
Ku ad rat
Bebas
Tenoah
Probabilitas
Kelompok
285,500
2
EM10
262,306
3
87,435
,624'"
Anorganik
717,167
2
358,583
'110'"
EM10 • Anorganik
1778,611
6
296,435
'106'"
Gala!
3227,167
22
146,689
Total
58941,000
35
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
68
9.5. Hasil Uji Anova Bobot biji Tanaman Kedelai
Sumber
Kelompok
Jumlah Kuadat
Derajat
Kuadrat
Bebas
Tenoah
Probabilltas
6,458
2
EM10
13, 127
3
4,376
,515"'
Anorganik
21,880
2
10,940
,164tn
EM 10 * Anorganik
31,052
6
5,175
,493"'
Galat
122,489
22
5,568
Total
3441,538
35
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
9.6. Hasi!Uji Anova Bobot Kering Biji Tanaman Kedelai sumber
Jumlah kuadrat
Derajat
Kuadrat
bebas
tenoah
Probabilltas
Kelompok
5,671
2
EM10
7,943
3
2,648
,688"'
Anorganik
16,796
2
8,398
,229'"
EM 10 • Anorganik
26,662
6
4,444
,557'"
Gala!
117,274
22
5,331
Total
2584,010
35
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
69
9.7. Hasil Uji Anova Bobot JOO biji Tanaman Kedelai
Sumber
Jumlah Kuadrat
Derajat
Kuadrat
Bebas
Tenaah
Kelompok
14.657
2.
EM10
34,735
3
Probabilitas
11,578
,085'"
3,908
2
1,954
,660'"
94,344
6
15,724
,016*
Gala!
101,613
22
4,619
Total
6871,690
35
Anarganik
EM10 * Anorganik
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
9.8. Hasil Uji Anova Bobot Segar Tanaman Kedelai
Sumber ·
Jumlah Kuadrat
Derajat
Kuadrat
Bebas
Tenoah
Probabiltlas
Kelompok
5?0.ggO
2
EM10
346,713
3
115,571
,880'"
Anorganik
589,209
2
294,605
,576'"
1519,329
6
253,222
,812'"
Galat
11464,883
22
521,131
Tot
86215,107
35
EM10 * Anorganik
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
70
9.9. Hasil Uji Anova Bobot Kering Tanaman Kedelai
Sumber
Kelompok
Jumlah Kuadrat
Derajat
Kuadrat
Be bas
Tenoah
Probabilitas
5,547
2
102,804
3
34,268
,650tn
75,231
2
37,615
.553 "
245,983
6
40,997
,679"'
Galat
1358,686
22
61,758
Tot.al
20018,652
35
EM10 Anorganik EM10 • Anorganik
Keterangan : * : berbeda nyata pada P<0,05 tn : Tidak berbeda nyata
1
71
Lampiran 10. Perhitnngan TPC EM 10 1. Media NA Plat agar P4
= 42
Plat agar P5
= 46
Plat agar P6
=5 42 + 46 10-4.10-1 10-5.10-1 =
2
~+~ 10-5
=
10-6
2 =
2,51 x 107 sel/ml
2. MediaPDA Plat agar P4
=7
Plat agar PS
= 135
Plat agar P6
= 65
=
=
135 10-5.10-1
+
65 10-6.10-l
2
78,5 x 107 sel/ml
73
74
75
Lampiran 12. Kondisi lklim Bulan Januari 2012 - Desember 2012 dan Bulan Januari 2013 - September 2013 Garis Lintang: 06°15'LU 20,8"LS Garis Bujur: 106°45'BB 00,00"BT Rata-rata Lama Penyinaran SuhuUdara (%) Gam/bulan) (°C)/bulan Januari 2012 26.7 430.7 34.4 Februari 2012 258.1 27.4 50.5 Maret 2012 130.3 27.6 53.1 April 2012 277.4 27.4 49.3 Mei 2012 199.1 27.5 62.8 Juni 2012 89.1 28.2 65.7 Juli 2012 27.8 7.3 65.5 Agustus 2012 28.2 9.3 83.+ September 2012 28.6 12.4 77.1 Oktober 2012 28.6 96 56.2 November 2012 27.l 368.4 34.4 Desember 2012 320.4 27.6 45.l Januari 2013 526.8 26.4 24.6 Februari 2013 224.8 27.2 43.8 Maret2013 105.6 28.l 61.3 April 2013 28.l 336.9 50.3 Mei 2013 227.2 27.9 50 Juni 2013 82.7 28 56.4 Juli 2013 84.8 26.5 60.2 81.6 27.7 Agustus 2013 79 September 2013 20.0 32 79 .Sumber: BMKG Wilayah II, Ciputat, Tangerang Selatan Bulan
CurahHujan (mm)/bulan
Kelembaban (%) 85 82 79
S:l 80 78 74 70 72 77 85 84 89 86 82 84 84 79 84 73 73