EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN MUTU PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP MELALUI KEGIATAN “MENJAHIT SEPATU DAN SANDAL” (KASUS DI PKBM ROFIATUN KHASANAH, KABUPATEN SERANG, BANTEN) EFFEKTIVNESS, EFFICIENCY, AND QUALITY OF IMPLEMENTATION OF LIFE SKILLS PROGRAMME THROUGH SEWING SHOES AND SANDALS. (A CASE IN PKBM ROFIATUN KHASANAH, KABUPATEN SERANG, BANTEN)
Karmidah Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Email:
[email protected] ABSTRAK Penganngguran dan Kemiskinan masih merupakan masalah besar di Indonesia, pengangguran masih banyak terjadi pada mereka yang telah menamatkan pendidikan SD, SMP dan SMA seterajat. salah satu kondisi yang menyebabkan masyarakat belum bisa mendapat kesempatan untuk bekerja adalah karena belum memiliki keterampilan yang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Pendidikan kecakapn hidup adalah salah satu jenis pendidikan non formal yang merupakan salah satu sarana yang bisa ditempuh untuk memberikan pendidikan keterampilan bagi mereka yang telah memiliki pendidikan formal. Tujuan pengkajian ini adalah ingin mendapatkan data dan informasi tentang (1) Efektivitas dan Efisiensi pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (PKH). (2) Mutu Program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang dilaksanakan oleh oleh LKP maupun PKBM dan relevansinya terhadap kebutuhan masyarakat. (3) Keberlanjutan pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup setelah berakhirnya masa bantuan dana dari pemerintah (block grant) . pengkajian memfokuskan pada satu kasus yang terjadi di LKP Rofiatun Khasanah yang menyelenggarakan PKH “Menjahit Sepatu dan Sandal”. Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil pengkajian menuujukan bahwa (1) Pemilihan jenis keterampilan sudah mempertimbangkan kondisi lingkungan tempat pelaksanaan kegiatan. Dalam merekrut peserta didik sudah mempertimbangkan kesetaraan jender. (2) Pelaksanan program efektif dan efisien, telah ada kesesuaian antara yang direncanakan dengan apa yang dilaksanakan . (3) Mutu Program baik, karena semua warga belajar yang mendaftar di perusahaan sepatu lolos seleksi. Selama satu tahun bekerja di perusahaan diketahui warga belajar ada peningkatan kemampuan atau ada kemajuan dalam bekerja, dan ada peningkatan pengghasilan. (4) Pengelolaan kegiatan PKH baik, karena walaupun tanpa bantuan dana pemerintah program PKH tetap berkelanjutan. Disarankan perlu memberikan pengetahuan dan pelatihan terhadap pengelola program PKH, karena keberhasilan menyelenggarakan program PKH di Rifiatun Khasahan didukung oleh Pengelola yang memiliki wawasan luas terhadap PKH dan manajemen yang baik. Kata Kunci: Pendidikan orang dewasa , Pendidikan Kecakapan hidup, Pelaksanaan program PKH , Warga belajar, Mutu penyelenggaraan PKH
1
ABSTRACT Unemployment and poverty are still a big problem in Indonesia. Unemployment had been experienced by many graduated students of primary school, junior and senior secondary school and similar level of education. One of the conditions that make community members do not have job is lack of skills required. Life skills education is, a non-formal education, a way to get specials skills for them who have primary education. The aims of this research is to get data and information on (i) effectiveness and efficiency of life skills education programme implementation, (ii) quality of Life skills education programme implemented by LKP (Courses and Training Place) as well as PKBM (Centre of Community Learning Activities), and its relevance to community needs, (iii) Sustainability of life skills education program implementation after the time of funding from government (block grant) has ended. The research focused on a case that happened in LKP Rofiatun Khasanah, an LKP that organize a life skill on “sewing of shoes and sandals”. Method of getting data and information used interview, observation, and study on documents. Result of the research shows: (i) Selecting of skills being learned has considered condition of environment (place of education). Gender equality has been considered in recruitment of students, (ii) programme implemented effectively and efficiently, there are suitability between planning and implementation, (iii) program has a good quality because all students has been registered in companies passed from the selection. Students has been improve cognitively and financially when working in a company for a year, (iv) Management of life skills education programme is good, because without any government aid, the activities still sustainably. It has been suggested that manager of life skills programme needs to get improvement of knowledge and training because the success in organizing life skills education program in Rofiatun Khasanah supported by the manager who has extensive knowledge on life skills education and good managerial skills. program Keywords: Adult education, Lifeskills education, the implementation of lifeskills education programme, students, Quality of Lifeskills programme management. PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam UUSPN Nomor 20 tahun 2003 Bab IV pasal 5 menyebutkan setiap warga Negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Hal ini dapat dimaknai bahwa setiap warga Negara tanpa memandang usia berhak mendapatkan layanan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal dan non formal. Untuk pendidikan orang dewasa dapat dilaksanakan melalui pendidikan nonformal. Pada pasal 26 UUSPN N0.
20 tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Salah satu Program pendidikan nonformal adalah 2
pendidikan kecakapan hidup (PKH). Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan. Penganngguran dan Kemiskinan masih merupakan masalah besar di Indonesia. Pengangguran terbuka tercatat 8,96 juta orang (7,87%) dari total angkatan kerja sekitar 113,83 juta orang. 8,96 juta penganggur sebagian besar berada di pedesaan. (suber data BPS Agustus 2009). Komposisi penganggur : (i) 27,09 % berpendidikan SD kebawah, (ii) 22,62 % berpendidikan SLTP, (iii) 25,29 % berpendidikan SMA, (iv) 15,37 % berpendidikan SMK, (v) 9,63 % berpendidikan diploma sampai sarjana , (suber data BPS Februari 2009). Perubahahan yang cepat terjadi dalam banyak aspek kehidupan di masyarakat sebagai berimplikasi dari kemajuan teknologi informasi dan globalisasi menuntut adanya peningkatan daya tanggap masyarakat agar mampu menghadapi perubahan tersebut untuk meningkatkan mutu kehidupan mereka. Untuk merespon hal itu Kemdikbud pada kurun waktu 2010—2014 berupaya untuk meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan bagi orang dewasa berkelanjutan yang berkesetaraan, bermutu/berkualitas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu yang layanan pendidikan yang ditawarkan dan diharapkan dapat menjangkau bagi mereka yang berusia dewasa dan karena mereka belum memiliki keterampilan tertentu adalah Pendidikan Kecakapan Hidup. Karena
ujuan pendidikan
kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjaga kelangsungan hidup, dan perkembangannya di masa datang (Slamet PH, 2009). Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sudah dilaksanakan beberapa tahun lalu namun data dan informasi tentang bagaimana efektifitas dan efisiensi pelaksanaanya, serta bagaimana mutu program PKH tersebut belum banyak ditemukan. Disamping itu Informasi tentang berbagai jenis layanan pendidikan orang dewasa yang
kebutuhan masyarakat
sehingga mampu menghadapi perubahan dan dapat meningkatkan mutu kehidupan mereka sangat terbatas. Oleh karena dirasa perlu melkukan penelitian ini. Rumusan Masalah Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup yang dilaksanakan oleh Lembaga penyelenggara pendidikan nonformal
yaitu oleh
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) serta Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)?; Bagaimana Efektivitas dan Efisiensi 3
pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (PKH) yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan nonformal baik oleh LKP maupun PKBM?; Bagaimana Mutu Program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang dilaksanakan oleh oleh LKP maupun PKBM?; Bagaimana Keberlanjutan pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup setelah berakhirnya waktu bantuan dana dari pemerintah ( block grant)? Tujuan Tujuan Umum: Mengkaji
tentang bagaimana efektivitas dan efisiensi serta mutu dan
relevansi layanan pendidikan orang dewasa yang dilaksanakan melalui program Pendidikan Kecakapan Hidup di PKBM maupun di LKP. Tujuan Khusus: memperoleh data dan informasi Pelaksanaan program Pendidikan Kecakapan Hidup sebagai layanan pendidikan untuk orang dewasa yang telah dilaksanakan oleh PKBM dan LKP
yang meliputi: a) Efektivitas dan Efisiensi pelaksanaan program pendidikan
kecakapan hidup
(PKH); b) Mutu Program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) yang
dilaksanakan oleh oleh LKP maupun PKBM dan relevansinya terhadap kebutuhan masyarakat; dan c) Keberlanjutan pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup setelah berakhirnya masa bantuan dana dari pemerintah (block grant). Ruang Lingkup Ruang lingkump pengkajian dibatasi pada: a) Program pendidikan kecakapan hidup (PKH) yang dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara pendidikan non formal yaitu Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM); b) Lembaga penyelenggara Program pendidikan kecakapan hidup dibatasi pada LKP dan PKBM yang mendapatkan bantuan dana dari pemerintah (block grant) tahun 2010 atau tahun 2011, baik melalui program Kursus Wirausaha Pedesaan (KWD) atau Kursus Wirausaha Perkotaan (KWK) maupun
program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM); dan c) Dalam
pelaksanaan PKH yang menjadi sasaran adalah masyarakat orang dewass yang minimal berpendidikan SD dan sederajat, usia produktif dan mereka belum mempunyai pekerjaan tetap atau mengaggur , serta berasal dari keluarga kurang mampu.
KAJIAN PUSTAKA Pendidikan Orang dewasa memiliki akar dari andragogi. Istilah andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Krapp pada tahun 1833, dalam tulisannya yang membahas 4
tentang teori pendidikan yang digunakan oleh Plato. Istilah andragogi muncul lagi pada tahun 1921 pada tulisan seorang pengajar berkebangsaan Jerman, Eugene Rosenstock, yang menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa membutuhkan guru khusus, metode khusus, dan filsafat khusus. Di Daratan Inggris istilah andragogi pertama kali digunakan oleh Eduard Lindeman, sedangkan Di Amerika, Malcolm Knowles mengembangkan andragogi sehingga menjadi sebuah teori besar yang berdiri dan menjadi suatu bidang tersendiri. Di Indonesia konsep andragogi diadopsi pada tahun 1970-an. Andragogi berkaitan dengan pendidikan dengan pembelajarnya orang-orang dewasa, hal ini akan sangat berbeda dengan pendidikan konvensional yang pembelajarnya adalah anak-anak. Pada pendidikan anak-anak istilah yang digunakan adalah pedagogi. Konsep pembelajaran orang dewasa berbeda dengan konsep pembelajaran anak atau remaja disebabkan factor sosio psikologis yang berbeda. Pada anak-anak atau remaja faktor-faktor peniruan sangat kental yang banyak dipengaruhi oleh keinginan tahu dan belum banyaknya pengalaman. Sedangkan pada orang dewasa sudah banyak terdapat pengalaman, sehingga telah memiliki kerangka berpikir tersendiri dan tidak mudah untuk dipengaruhi. Konsekuensinya dalam konteks belajar maka orang dewasa telah memiliki dan mengetahui standar seperti apa yang ingin dicapainya dan harapan- harapan
yang terkait
dengan proses belajar yang akan ditempuhnya. Apabila proses belajar memenuhi apa yang diharapkannya maka dia akan merasa menyenangi dengan sendirinya. Hal ini juga berimplikasi, terdapat keinginan untuk bebas
dari standar di luar dirinya dan ketergantungan
kepada orang lain
Dalam konteks seperti ini maka tugas guru atau instruktur atau tutor adalah membantu mengarahkan dan menemukan kesesuaian materi dengan yang dibutuhkan pelajar atau warga belajar. Hubungan antara instruktur dan orang dewasa adalah terbuka dan bebas. Jadi pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan dimana warga belajarnya adalah individu yang telah memiliki identitas dan mengetahui standar serta harapan-harapan dan berkeinginan untuk memenuhinya, yang dapat dilaksanakan dengan fasilitasi seorang instruktur yang berorientasi untuk mempermudah pembelajar mempelajari subyek materi sesuai dengan kebutuhannya selaku orang dewasa. 5
Dalam pendidikan orang dewasa maka harus dipandang secara holistic terkait dengan individu orang dewasa. Dalam hal ini orang dewasa ber asal dari latar belakang sosio budaya yang beragam, dengan identitas yang kuat, dan kepercayaan kuat pula dikarenakan pengalaman hidupnya selaku orang dewasa. Ada beberapa pengertian Pendidikan Orang Dewasa diantaranya yaitu : (1) Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan. Pendidikan (education) tidak sama dengan sekolah (schooling). Sekolah merupakan bagian dari kegiatan pendidikan atau belajar. Sekolah secara umum diarahkan untuk pendidikan anak (TK-SD) dan pemuda (SMP-SMA) Perguruan Tinggi. Pendidikan Orang Dewasa secara umum dilakukan dalam pendidikan nonformal, yang dapat dilakukan di tempat kerja, masyarakat dalam bentuk kurus atau kepelatihan. (2) Pendidikan Orang Dewasa umumnya memiliki sasaran kelompok orang dewasa yang beraneka ragam, baik usianya, tingkat pendidikannya. Lingkungan sosialnya, pelajarannya dan lain-lain. Misalnya pendidikan keaksaraan fungsional (Functional Literacy program) warga belajarnya orang dewasa yang masuk buta huruf dan sering terdiri ekonominya msikin. Sedang Pendidikan kepelatihan di industri / perkantiran warga belajarnya adalah para pekerja maupun sifat yang umumnya tingat
pendidikannya
cukup
tinggi
dan
kondisi
ekonominya
cukup
baik
(http://bayoedarkochan. wordpress.com/pendidikan-luar- sekolah/kepemudaan). Pendidikan orang dewasa menurut UNESCO di artikan bahwa merupakan keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik formal dan tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas. Defenisi diatas menekankan pencapaian perkembangan individu dan peningkatan partisipasi sosial. (UNESCO(Townsend Coles, 1977).
6
Hasil kajian Kebijakan Pendidikan Kecakapan Hidup pada Sekolah Menengah Pertama menunjukan bahwa : Pendidikan kecakapan Hidup di SMP merupakan pendidikan yang memberikan bekal tentang kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh peserta didik untuk menjalankan kehidupannya. Implementasi pendidikan kecakapan hidup berupa (i) Program Pendidikan Keterampilan pada SMP Penyelenggara Program Keterampilan (SMP-PPK), (ii) Program Muatan Lokal pada SMP Reguler (SMP Muatan Lokal), (iii) Program Pendidikan Teknologi Dasar pada SMP Swasta (SMP-PTD), dan (iv) Program Pendidikan Keterampilan pada SMP Terbuka. (Wiratno, 2008). Hasil evaluasi program pendidikan Nonformal berrbasis pendidikan kecakapan hidup dalam mengatasi kemiskinan di pedesaan yang dilaksanakan di kabupaten Kulon progo, Gunung Kidul, bantul menunjukan bahwa tingkat efektivitas pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup yang lebih difokuskan pada pendidikan keterampilan belum berjalan maksimal terutama dilihat dari komponen keluaran hasil belajar dan manfaatnya terhadap perolehan pekerjaan dan tumbuhnya kewirausahaan. Kemitraaan dalam pelaksanaan melaksanakan pendidikan kecakapan hidup cukup baik namun hasil sepenuhnya belum berdampak pada pengurangan
kemiskinan.
(Suryono
&
Tohani,
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Entoh%20Tohani,%20S.Pd.,%20M.Pd./EVA LUASI%20PROGRAM%20LIFE%20SKILLS.pdf diunduh 2 September 2012)
METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan lebih spesifik lagi adalah penelitian yang menggunakan strategi studi kasus.. Hal ini karena peneliti ingin mempelajari dan menerangkan suatu kasus penyelenggaraan atau pelaksanaan pendidikan kecakapan hiduppada suatu lembaga tertentu yang telah terpilih. Lembaga yang terpilih adalah suatu lembaga penyelenggara PKH yang berlokasi di daerah industri. Menurut Schramm bahwa studi
kasus
adalah
suatu
pendekatan
untuk
mempelajari,
menerangkan,
atau
mengimplementasikan suatu kasus (case) dalam konteknya secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak luar. (Schramm dalam Agus Salim 2001:93). Tujuan studi kasus adalah memahami secara menyeluruh suatu kasus, bersifat prospektif, lebih melihat ke depan, melihat kepentingan perkembangan masa depan. Skope studi kasus pada dasarnya mencakup seluruh perkembangan obyek, tetapi dapat pula membatasi pada obyek-obyek spesifik. Studi
7
kasus lebih bersifat penjelajahan, kesimpulannya lebih bersifat deskriptif. (Muhajir, 2000, hal 60—61). Penelitian ini menggunakan studi kasus interistik karena (a) peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu kasus. Alasan pemilihan kasus ini bukan karena ia mewakili kasus-kasus lainnya atau karena menggambarkan suatu sifat masalah kusus , melainkan karena dengan segalake khusuannya kasus tersebut memang menarik. (b) pada pendekatan studi kasus berfokus pada tiga alasan yaitu: (a) studi kasus merupakan salah satu metode atau strategi penelitian kualitatif yang bersifat spesifik, khusus , dan berskala lokal. (b) studi kasus banyak digunakan dalam bidang pendidikan, (c) metode ini dipilih karena dalam penelitian ini ingin mengetahui mengapa di Lembaga penyelenggara pendidikan non formal tersebut memilih jenis “ menjahit Sepatu dan Sandal” dan bagaimana keterlaksanaannya dalam kaitannya dengan kemampuan kecakapan yang dimiiki warga belajarnya. Dalam penelitian ini ingin mendapatkan data dan informasi secara intrinsic mengenai fenomena, kekhususan dari suatu kasus yang ada di Lembaga Kursus dan Pelatihan di Rofiatun Khasanah yang berada di kota Serang, provinsi banten. Teknik pengumpulan data berguna untuk memperoleh data yang memenuhi standar yang ditetapkan yaitu data dan informasi yang berkaitan dengan Program Layanan Pendidikan Kecakapan Hidup yang telah dilaksanakan untuk melihat Efektivitas dan
Efisiensi
pelaksanaan program pendidikan kecakapan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan nonformal, Mutu Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) yang dilaksanakan, dan Keberlanjutan pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup serta Relevansi Program terhadap kebutuhan masyarakat Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui berbagai setting dan sumber, baik primer maupun skunder. Data primer diperoleh langsung melalui analisis dokumen, penelitian di lapangan, yaitu melalui wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen lembaga terkait. dilakukan diantaranya :
Metode pengumpulan data kualitatif
catatan lapangan (fieldnotes),) observasi partisipan (participant
observation), wawancara (dept interview) dan dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) : 8
Lembaga Kursus dan Pelatihan Rofiatun Hasanah berdiri pada tahun 27 Oktober 2007. LKP Rofiatun Hasanah beralamat di Perumahan Cikade Permai, Blok F1 No. 4 , RT 05/Rw 05, Kelurahan Situ Teratai, Kecamatan
Cikande, Kota Serang, Provinsi Banten.
LKP ini
memiliki luas bangunan 12x 8 meter persegi. Sebagai pendirinya sekaligus sebagai pemilik adalah bapak Pratikno Wibowo, beliau
berlatar belakang pendidikan sarjana ekonomi.
Bapak Praktikno adalah karyawan pada salah satu pabrik sepatu yang ada di kota Serang. Sebagai karyawan pabrik sepatu kariri beliau dimulai mulai dari staf, sebagai marketing di pabrik dan menjabat sebagai pimpinan pada berbagai bidang diantaranya pernah menjadi pimpinan personalia. Selain itu juga aktif di kegiatan sosial. Dari pengalaman di pekerjaanya dan di kegiatan soscial maka beliau memiliki pengalaman dan pengetahuan yang baik terhadap teknis perekrutan karyawan, dan tentunya teknis pembuatan sepatu sandal. Karakteristik lingkungan dan sumber daya alam LKP Rofiatun Hasanah yang berada di daerah industri, dari radius sekitar 3—4 km dari lokasi sudah terdapat banyak berdiri berbagai industri terutama industri sendal, dan sepatu, yang membutuhkan banyak karyawan bahkan ribuan tenaga kerja yang siap pakai untuk menjahit sepatu mendukung program pendidikan kecakapan hidup “Menjahit Sepatu dan Sandal” . Lembaga sudah memiliki sarana dan prasarana yang dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan PKH Menjahit Sepatu dan Sandal. Di lingkungan LKP Rofiatun Hasanah banyak anak putus sekolah terutama setelah mereka belajar di tingkat SMP dan sederajat dan masyarakat pada umumnya sebagai tenaga buruh tani yang tidak tetap. Dalam rangka untuk membantu anak yang putus sekolah dan kurang mampu tersebut maka memilih melaksanakan PKH. Tujuan program pendidikan kecakapan hidup “Menjahit Sepatu dan Sandal” adalah (a) Ingin memberikan keterampilan menjahit sepatu dan sandal kepada anak usia produktif, (b) Ingin mengankat anak usia produktif yang semula banyak yang memliki pekerjaan tidak tetap bahkan mengaggur
supaya bisa menjadi karyawan di perusahaan sepatu, dan (c)
Meningkatkan penghasilan atau menjadikan anak berpenghasilan tetap. Kondisi Penyelenggara Program Kecakapan Hidup LKP Rofiatun Hasanah Dalam rangka mengetahui bagaimana Efektifitas dan Efisiensi, bagaimana keberlanjutan program, berkeserataan program terhadap sasaran program, bagaimana mutu dan relevansinya dengan kebutuhan masyarakat maka diuraikan tentang pelaksanaan program maka disajikan informasi dari bagaimana perencanaan dan, pelaksanaan . 9
LKP Rofiatun Hasanah
telah mempersiapkan diri dengan Sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran “menjahit sepatu dan sandal” LPK Rofiatun Hasanah sudah memiliki Parasarana gedung/bangunan yang bisa digunakan untuk melaksanakan kegiatan. Pada bangunan tersebut sudah di buat beberapa ruangan yang bisa mendukung keterlaksanaannya kegiatan PKH terdapat
ruang tamu, ruang administrasi,
ruang instruktur, ruang mekanik, musola dan toilet. Ruang mekanik yang dapat
untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran menjahit sepatu dan sandal dan tersedia sarana pembelajaran. Kondisi semua sarana dan prasarana memadai dan dalam kondisi baik. Sarana pendukung pengadministrasian adalah
dua komputer, rak buku, sementara sarana
yang digunakan untuk pembelajaran meliputi meja gambar, mesin jahit berikut kursinya, dan buku referensi.
Mesin jahit adalah sarana yang paling utama dalam pelaksanaan
pembelajaran, mesin jahit yang dimiliki ada berbagai jenis sesuai dengan pemanfaatannya yaitu (i) Mesin tinggi jarum satu jumlah 4 buah, (ii) Mesin tinggi jarum dua sebanyak 3 buah, (iii) Mesin ZigZag sebanyak 2 buah, (iv) Mesin pendek jarum satu sebanyak 15, (v) Mesin cangklong 2 buag, (vi) Mesin skying 1 buah, (vi) Mesin potong bahan SKF 1 Oinch 1 buah, (vii) Mesin grinda 8 inch 1 buah, (viii) Mesin potong webbing 2 buah. Warga belajar (peserta didik) yang menjadi sasaran ada 40 orang. Mereka 18 sampai 34 tahun. 26 perempuan dan 14 orang laki-laki. Mereka ber latar belakang pendidikan minimal tamat 8 orang tamat SD, 10 tamat SMP dan 12 orang tamat SLTA . Pekerjaan mereka sebelum mengikuti pelatihan adalah buruh tani, pekerja tidak tetap/ serabutan, bahkan pengangguran. Cara yang dilakukan dalam menginformasikan program pendidikan kecakapan hidup adalah (i) Pihak Lembaga membuat brosur dan
dibagikan ke rumah-rumah yang diperkirakan
terdapat sasaran calon warga belajar, (ii) memesang spanduk di jalan dan di tempat yang strategis, (iii)
kerjasama dengan kelurahan untuk menyampaikan kepada warga
masyarakatnya. Sementara cara yang
dilakukan dalam proses penerimaan calon warga
belajar untuk ikut dalam PKH dilakukan dengan melalui pendaftaran calon warga belajar dan ditetapkan sejumlah peserta 40 orang. Mereka berada pada usia produktif, antara 18 sampai 34 tahun. 26 perempuan dan 14 orang laki-laki. Mereka ber latar belakang pendidikan minimal tamat tamat SD, berjumlah 8 orang, 10 tamat SMP dan 12 orang tamat SLTA . pekerjaan mereka
sebelum mengikuti pelatihan adalah buruh tani, pekerja tidak tetap/
10
serabutan, bahkan pengangguran. Dari jumlah 40 peserta didik diinformasikan dari tenaga pendidik bahwa sekitar 50 % mereka belum pernah memegang mesin jahit. Tenaga Pendidik yang ada di LKP Rofiatun Hasanah
ada 4 (empat). Mereka adalah
pekerja pada suatu suatu perusahaan yang bergerak di bidang membuat sepatu dan sandal. Mereka berwariasi mulai tamat SMA hingga S1, Usia tenaga pendidik antara 24 sampai dengan 38 tahun. Keterampilan yang mereka miliki adalah sudah mengenal bahkan paham tentang berbagai bahan sepatu dan menjahit. Cara yang dilakukan dalam merekrut tenaga pendidik adalah dilakukan oleh pengelola. Pengelola LKP Rofiatun Hasanah merupakan orang yang berpengalaman bekerja di beberapa perusahaan dan memiliki banyak relasi
baik keluarga maupun orang lain yang
berpengalaman dan kompetensi dalam keterampilan menjahit sepatu dan sandal. Dalam merekrut tenaga pendidik/ instruktur untuk kegiatan PKH Menjahit Separtu dan Sandal adalah (i) Meminta bantuan kepada bergabai teman yang sudah mempunyai pengalaman bekerja di perusahaan sepatu, (ii) Meminta bantuan untuk bekerja sama kepada keluarga yang juga bekerja di perusahaan sepatu di bagian disainer sepatu. LPK Rofiatun Hasanah, merupakan salah satu lembaga yang mendapat bantuan dari pemerintah dalam bentuk block grant yang di dapatkan pada tahun 2010, sumber dana diperoleh melalui dinas pendidikan provinsi di bidang Pendidikan Luar sekolah.
Dana
diterima pada bulan oktober 2010 sebesar Rp : 22.500.000. pengelolaan dana dilakukan oleh bendahara di lembaga yang bekerjasama dengan pengelola. Yang didapat melalui pengajuan proposal. Pengalokasian dana (pos Pembiayaan), sub pembiayaaan dan besar dana setiap pos pembiayaan sebagai berikut: (a) Biaya manajemen dialokasikan (10 %) sebesar Rp 7.200.000.
yaitu untuk
Penyusunan proposal, Rapat-rapat, Monitoring dan evaluasi,
Bimbingan teknis pelaporan akhir. (b) Biaya Operasional dialokasikan Rp. 31.000.000 misalh untuk Rekruitmen peserta didik, ATK , Honorarium, Alat tulis peserta didik, Modul speserta didik, Bahan praktek
peserta didik, Pemeliharaan /service, Honorarium tenaga
pendidik, Dokumentasi kegiatan.(c) Biaya Personal dialokasikan Rp. 28.800.000, dari dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan Trans;port peserta didik, Stimulan modal usaha, Pendampingan pasca pelatihan: insentif instruktur, transport instruktur, Biaya penyaluran peserta didik ke perusahaan. 11
Kurikulum yang digunakan disusun secara bersama antara Pengelola, instruktur dan juga bekerjasama dengan nara sumber yang sesuai yaitu mereka yang bekerja di perusahaan di bagian teknisi. Nara sumber di harapkan bisa memberikan masukan tentang materi yang diperlukan dalam bekerja menjahit sepatu di perusahaan. Penyususn Kurikulum menjahit sepatu harus disusun oleh tim yang memahami bagian yang ada pada sepatu. Kurikulum yang direncanakan memuat materi sebagai berikut: (1) Bimbingan, pembagian kelompok, dan pengarahan terdiri dari pengetahuan bahan dan pengetahuan mesin jahit dan peralatan. (a) Pengetahuan bahan memuat materi : macammacam bahan untuk produksi, Pengetahuan aseccories produk. (b) Pengetahuan mesin jahit dan peralatan yang memuat materi : Bagian-bagian mesin, cara kerja dan penggunaannya, Perawatan dan cara mengatasi penggunaan kerusakan ringan, Pengetahuan alat-alat kelengkapan menjahit, Alat-alat spare part mesin dan macam-macam kegunaan. (c) Mengenal mesin dan alat-alat kelengkapannya memuat materi membersihkan dan melumasi bagianbagian mesin. (d) Menjahit macam-macamkomponen memuat materi : mengenal macammacam bentuk komponen sepatu dan sandal, membuat jahitan dalam bentuk garis lurus, garis berbentuk “S” bentuk sudut dan lingkara, membuat macam-macam jahitan mengikuti pola yang sudah disediakan, Menjalankan mesin, alat-alat pengukur dan pola yang digunaan. (e) Keterampilan mengoperasikan mesin memuat materi warga belajar dapat mengoperasikan mesin dengan baik dan benar, sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas, menghasilkan bentuk jahitan sesuai dengan pola yang sudah ditentukan dalam sebuah produk, (f) latihan keseluruhan, dan (g) Materi kewirausahaan. Setelah semua materi di berikan maka dilaksanakan uji teori dan uji praktek menyeluruh. Selanjutnya pihak pengelola menyalurkan warga belajar yang telah dinyatakan berhasil menyelesaikan program ke perudahaan sepatu, dan perusahaan yang sesuai. Jumlah jam yang direncanakan akan digunakan selama pembelajaran adalah 70jam terdiri dari Teori 14 jam dan praktek 56 jam. Dalam Pelaksanaan program Pendidikan Kecakapan,
Kurikulum yang digunakan sama
dengan kurikulum yang direncanakan dan tidak mengalami perubahan. Kurikulum yang disusun ada yang dilakukan secara teori dan praktik. Kurikulum yang disusun
utamanya mencakup kecakapan akademik dan vokasional, tetapi dalam 12
pelaksanaannya pada saat pelajaran teori diselipkan juga materi kecakapan personal dan sosial. Materi yang diberikan dalam pelaksanaan pembelajaran mencakup empat kecakapan yaitu kecakapan personal, sosial, akademik dan vokasional. Dalam kurikulum materi pelajaran yang akan diberikan diuraikan per bagian yang akan diberikan materinya. Dari materi proses produksi
sepatu dapat dikelompokan menjadi
beberapa bagian yaitu : desain, Cutting, Stitching, Assembling, dan Finishing. Masingmasing sub pembahasan diurakan sebagai berikut: Design meliputi pembuatan disain , pembuatan pola Yang perlu diketahui oleh seorang disainer sepatu adalah : (i) bentuk dan model last, (ii) kontruksi atasan sepatu dan (iii) material. Disamping itu Seorang disainer sepatu juga harus mampu untuk mengkomunikasikan hasil desainnya pada pihak lain. Selanjutnya dijelaskan apa yang dimaksud (i) bentuk dan model last yaitu perwujudan dari sepatu. Perwujudan sepatu akan sngat tergantung pada last yang digunakan. ada beberapa jenis last yatu High heel, narrow toe, Wider toe. (ii) Kontruksi atasan sepatu (kontruksi upper) diantaranya adalah edge treatment, proses upper untuk kontruksi cementing, injection, mokasin. (iii) Material sepatu bisa berupa kulit yaitu Nubuck, Pull Up, Suede dan non kulit yaitu tekstil, artificial leather, synthetic. Cutting meliputi pemolaan pada bahan, pemotongan Cutting bisa dilakukan dengan cara manual dan mesin. Cara manual bisa dengan menggunakan gunting dengan cara manual maka bahan yang akan di cutting di pola terlebih dahulu. Cutting dengan menggunakan mesin dapat menggunakan mesin cutting dan pisau potong (cutting dies/pisau plong) untuk cutting menggunakan mesin bahan langsung di cutting. Lebih lanjut dijelaskan arti dari mereka yang usia produktif, Stitching/Penjahitan meliputi persiapan jahit, penjahitan. (i) Persiapan jahit antara lain : skiving ( penyesetan), folding (proses melipat dan menyambung), emboss, border, sablon, anyaman, sulam, dll. Skiving (penyesetan) yaitu proses menipiskan kulit terutama pada bagian tepi agar mudah untuk dilipat maupun disambung dengan komponen sepatu lainnya. Folding adalah proses melipat bagian tepi kulit yang akan dilipat, menyambung adalah proses menyambungkan kompnen upper sepatu sebelum dijahit. (ii) Penjahitan, adalah proses penggabingan bagian /komponenupper. Proses penjahitan adalah kegiatan yang paling banyak menggunakan mesin dan posisi paling banyak menyerap tegana kerja dalam industry 13
pembuatan sepatu utamanya alas kali sepatu. Beberapa jenis jahitan: jahitan tangan /jelurus, jahit rantai, jahit kunci. Mesin jahit dibedakan menjadi fungsi dan kegunaannya dan kecepatannya. Assembling: persiapan tarik, penarikan, temple sol. Assembling adalah proses perakitan bagian atasan dengan bagian bawahan sepatu. Proses yang dikerjakan antara lain: persiapan lasting, dan lasting. (i) lasting yaitu proses menarik/memasang upper ke acuan sepatu, lasting bisa dilakukan dengan cara manual maupun menggunakan , (ii) heating adalah proses pengopenan upper yang sudah di lasting ke mesin open agar bentuk tarikan upper menjadi stabill. (iii) persiapan temple outsole adalah bagian bawah sepatu , (iv) pengeleman adalah proses pengeleman antara upper dan sole yang kemudian di masukan mesin pemanas/pengering dengan aturan suhu dan waktu tertentu., (f) temple dan press adalah proses pengepresan outsole yang sudah ditempel, (g)
colding/aging
adalah proses
mendinginkan sepatu agar sole dan upper sepatu merekat semakin kuat, sedangkan aging adalah proses mendinginkan sepatu dengan cara dianginin. dan Finishing: penyemiran, pengepakan, dll. Beberapa proses yang dikerjakan pada tahap finishing adalah: lepas/cabut acuan, membersihkan sisa lem dan kotoran, brushing (sikat/gosok), polishing (penyemiran), memasukan ke inner dan outer box. Dalam pelaksanaan program PKH, Kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan program sama dengan kurikulum yang direncanakan, hal ini karena pada saat menyiapkan kurikulum pengelola, pendidik, dan nara sumber telah benar-benar merencanakan secara maksimal sesuai dengan kondisi sarana prasarana, tenaga pendidik, dan karakteristit warga belajar serta kompetensi yang diharapkan dari warga belajar. Materi yang diberikan selama pembelajaran (kecakapan personal, sosial, akademik dan vokasional). Kecakapan personal biasanya dikemas dalam materi : memotivasi diri untuk bekerja, cara menghadapi tes di perusahaan, kedisiplinan kerja. kecakapan sosial diberikan dalam bentuk materi : cara menghadapi pimpinan/atasan, cara beradaptasi dengan orang lain. Materi Kecakapan akademik
antara lain dapat berupa pengetahuan tentang : peraturan
perusahaan, Jaminan perusahaan tenaga kerja, Mesin yang meliputi bagian2 mesin, cara menjalankan mesin, kerusakan yang sederhana pada bagian mesin dan cara perbaikannya, berbagai jenis jahitan: cara menjahit yang benar , sepatu dan
berbagai bagian sepatu, 14
berbagaia bagian sepatu, bahan
untuk membuat sepatu.
Materi kecakapan vokasional
meliputi: Praktek cara menjalankan mesin, Praktek memasan jarum, benang hingga siap utk kerja, Praktek menjahit berbagai jenis jahitan, menjahit yang baik dan benar untuk berbagai bagian sepatu, praktek memperbaiki kerusakan mesin sederhana. Materi yang telah disusun dalam silabus dan RPP s emua sesuai karena kurikulum yang diberikan karena kurikulum yang disusun sudah mempertimbangkan kebutuhan materi yabng akan dipelajarai. Tenaga pendidik yang direncanaka sudah sesuai dengan yang dalam keyataan melaksanakan proses pembelajaran. Karena dalam merekrut tenaga pendidik sudah mempertimbangkan ketersediaan kesesuaian kompetensi yang dimiliki, waktu tenaga pendidik. Metode dan media yang digunakan dalam pembelajarandan alasan menggunakan metode dan media tersebut. Metode yang biasanya digunakan dalam prosespembelajaran antara lain adalah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, , tanya jawab. Sementara media yang digunakan dalam pembelajaran adalah papan tulis, alat-alat tulis, gunting, berbagai mesin seperti (i) mesin tinggi jarum satu, (ii) mesin tinggi jarum dua, (iii) msin ZigZag, (iv) mesin pendek jarum, (v) mesin cangklong, (vi) mesin skying, (vi) mesin potong bahan SKF 1 Oinch, (vii) mesin grinda 8 inch, (viii) msin potong webbing. Metode Ceramah, untuk menjelaskan tentang mesin
beserta komponennya, penjelasan
tentang berbagai jenis bahan untuk pembuatan sepatu, jenis asesories sepatu, cara menjahit. metode ceramah dianggap tepat karena peserta didik belum mempunyai pengetahuan tentang materi yang diberikan tersebut sehingga perlu dijelaskan. Dalam metode ceramah tersebut media yang digunakan antara lain adalah Mesin, berbagai jenis benang, bahan-bahan sepatu dan bahan asesories sepatu, Metode diskusi dan tanya jawab hampir sama, tetapi peserta didik juga diberikan kesempatan bertanya dan berdiskusi manakala tidak memahami atau kurang jelas. Contoh materi yang diberikan antara lain : penjelasan tentang pelaksanaan tes untuk mencari pekerjaan di perusahaan. Dalam memberikan pengetahuan tes tersebut banyak menyinggung materi tentang keterampilan persona dan sosial. Antara lain bagaimana harus bersikap, bagaimana berhadapan dengan orang lain. Metode Demontrasi, digunakan dengan cara memraktekan langsung materi yang sedang di ajarkan. Dalam pembelajaran menjahit sepatu perlu diberikan contoh cara mmilih bahan, 15
mengukur, dan menjahit, sesuai ukuran. Media yang digunakan adalah bahan sepatu dan seperangkat mesin jahit. Pada saat menggunakan metode demontrasi sering juga digunakan metode diskusi. Pembelajaran yang mesti di selesaikan adalah 74 jam, sementara jangka waktu riil yang digunakan dalam Kegiatan pembelajaran 320 jam dapat diselesaikan dalam 3 bulan yaitu 1 oktober sampai 30 desember 2010. Pertemuan dilakukan enam kali dalam satu minggu yaitu dari hari senin sampai sabtu. setiap kali pertemuan 8 jam.
Jadwal kegiatan tersebut ditempyuh untuk membiasakan
bekerja di perusahaan yaitu satu hari 8 jam kerja . Dari uraian tentang penyelenggaraan progran PKH yang dilaksanakan di LKP Rofiatun khasanah dapat di ambil di simpulkan bahwa : Kebutuhan materi yang materi yang direncanakan semua sesuai dengan yang dilaksanakan karena kurikulum disusun sudah mempertimbangkan akan dipelajarai. Penyelenggaraan program PKH “ menjahit sepatu dan sandal dapat berjalan efektif dan efisien hal ini dapat diketahui dari beberapa indikasi yang menujukan bahwa; ada kesesuaian antara apa yang direncanakan untuk dapat menyelenggarakaan program dengan pada saat pelaksanaan program. seperti sarana dan prasarana , tenaga kependidikan, warga belajar sebagai sasaran yaitu berada paa usia antara 18—34 tahun, materi yang ada di dalam kurikulum serta metode dan media yang digunakan. Waktu yang direncanakan dapat dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan program kegiatan PKH. Penyelenggaraan program PKH “ menjahit sepatu dan sandal” di lembaga Rofiatun Hasanah efisien hal ini dapat diketahui dari pelaksanaan kegiatan didukung dengan sarana dan prasarana yang cukup, tenaga pendidik mudah dicaridan berasal daerah sekitar lembaga dan dari relasi pengelola program tetapi kualitasnya memadai. Dalam pembelajaran menggunakan media yang sudah dimiliki oleh lembaga sehingga tidak perlu mengadakan sarana yang baru . Dengan sumber daya yang sudah tersdia dan dapat memberikan keterampilan yang bermanfaat bagi warga belajar. Kondisi warga belajar yang telah mengikuti program PKH Kemampuan kecakapan (Kecakapan personal, sosial, akademik dan vokasional) warga belajar yang telah menyelesaikan program PKH Setelah lulus atau menyelesaikan program kecakapan hidup “menjahit sepatu dan sandal” dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) semua 16
warga belajar sudah memiliki kecakapan vokasional menjahit sepatu dan sendal, kecakapan tersebut dapat digunakan sebagai untuk bekerja di perusahaan sepatu. Indikasi kepemilikan keterampilan menjahit sepatuadalah
warga belajar yang telah mengikuti keterampilan /
kecakapan vokasional yang telah berhasil bisa bekerja pada perusahaan sepatu sebagai penjahit.. informasi ini diterima dari warga belajar yang telah lselesai mengikuti PKH. Endi Subandi, lulusan Paket C usia 25 tahun. Sebelum memiliki keterampilan dia bekerja Instalasi jaringan sinyal Hp pada perusahaan Siemens, setelah memiliki keterampilan menjahit sepatu dan sandal Sekarang bekerja di perusahaan sepatu. Menurut pengakuan Endi, dia merasa ada peningkatan pengetahuan dan wawasan setelah mengikuti program PKH lebih tahu tentang cara menggunakan mesin, cara menjahit, lebih percaya diri. Misalnya lebih percaya diri pada saat berbicara dengan orang lain yang baru dikenal sehingga pada saat tes mencari pekerjaan dan ada wawancara bisa lebih tenang dalam menjawab pertanyaan. Sementara informan berikutnya adalah Karja, lulusan SMP, usia 23 tahun pekerjaan sebelum ikut program PKH “menjahit sepatu dan sandal “ sebagai pekerja tidak tetap mengebor pembuatan sumur pompa pada saat ada kerjaan upah yang diterima adalah harian per hari RP 50.000. setelah memiliki keterampilan dia sekarang bekerja sebagai pekerja di perusahaan sepatu dan membantu sebagai instruktur di tempat pendidikan keterampilan menjahit sepatu dan Sandal. Semua lulusan LKP sudah memiliki keterampilan yang dipersyaratkan oleh perusahaan sepatu. Buktinya sewaktu melamar pekerjaan dan di tes warga belajar semua lulus dan semua dapat bekerja di perusahaan sepatu . Menurut keterangan dari pengelola, usaha yang lakukan atau posisi pekerjaan dari lulusan program PKH “menjahit sepatu dan sandal” pada tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya ada peningkatan. Indikasi adanya peningkatan dapat diberikan penjelasan sebagai berikut,
Posisi
mereka (warga belejar) yang telah lulus pendidikan
keterampilan:sejak pertama kali masuk hingga sekarang lulusan sudah banyak peningkatan. Pada awal bekerja semua pekerja bekerja sebagai operator kontrak, tetapi sekarang sudah menjadi pegawai tetap, yang berarti sudah dipercaya oleh pihak perusahaan dalam mereka bekerja. Bagi warga belajar dengan pekerjaan tetap berarti lebih tenang dan memiliki hak sebagai pegawai. Beberapa faktor yang menurut pengamatan pengelola program menyebabkan peserta program/warga belajar berhasil dalam bekerja di perusahaan adalah Adanya minat dari 17
warga belajar untuk bekerja, warga belajar/lulusan program disiplin dan taat terhadap peraturan dimana tempat bekerja. Materi tersebut diberikan pada saat mengikuti program PKH. Kegiatan yang dilakukan oleh Lulusan pada umumnya adalah bekerja pada perusahaan. Hal ini banyak yang memberikan alasan kalau mau berwirausaha secara mandiri masih kekurangan modal. Hampir semua lulusan program PKH ini memiliki pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki yang didapat dari mengikuti program PKH menjahit sepatu dan sandal. Sebagian besar lulusan mengalamipeningkatan penghasilan. Dari data dan informasi tentang kondisi warga belajar yang telah mengikuti program PKH dapat di jelaskan , Warga belajar yang mengikuti program PKH “menjahit sepatu dan sandal” selama mengkuti kegiatan mendapatkan materi pembelajaran tentang Kecakapan personal, sosial, akademik dan vokasional. Dengan bekal kecakapan personal yang didapatkan sewaktu mengikuti pelatihan warga belajar merasa lebih memiliki percaya diri, dengan kecakapan sosial yang diperoleh warga belajar merasa bisa lebih baik dalam berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal, adanya penambahan kecakapan akademik sangat dirasakan oleh warga adanya penambahan
pengetahuan tentang berbagai jenis mesin, pengetahuan
mengoperasikan mesin, pengetahuan perawatan mesin serta kecakapan langsung dapat mengoperasikan mesin. Adanya peningkatan kemampuan kecakapan dari warga belajar tersebut dapat di ketahui bahwa semua peserta program PKH ini yang mendaftar di perusahaan sepatu bisa lolos seleksi. Dan selama satu tahu sudah ada peningkatan kemampuan bekerja dengan adanya naik status posisi pekerjaan yang semula kontrak sekarang sudah diangkat sebagai pegawai tetap. Penyelenggaraan program PKH “ menjahit sepatu dan sandal” dapat dikatakan “bermutu”, dalam arti kualitas warga belajar yang mengikuti program PKH “ menjahit sepatu dan sandal” berhasil lulus dengan baik,
hal ini dapat diketahui dari dampaknya bahwa (i)
keterampilan yang didapatkan dari mengikuti program PKH relevan dengan pekerjaan yang sekarang dilakukan, (ii) semua warga belajar yang mendaftar di perusahaan sepatu lolos seleksi , (iii)
selama satu tahun bekerja di perusahaan diketahui warga belajar ada
peningkatan kemampuan atau ada kemajuan warga belajar yang bekerja di perusahaan sepatu ada perubahan status posisi yang semula sebagai bekerja kontrak berubah status sebagai pekerja tetap.
18
Keberlanjutan program pendidikan kecakapan hidup yang dilaksanakan oleh LKP dan PKBM. Program PKH “menjahit sepatu dan sandal” yang menjadi fokus pengkajian adalah program yang dilaksanakan pada tahun 2010. Dan program tersebut dibatasi waktu selama tiga bulan. Program pada saat pelaksanaan sudah dapat berjalan baik. Namun demikian program kegiatan pelatihan hal yang sama masih tetap berlangsung walaupun secara manjemen sudah tidak ada pertanggung jawaban secara langsung kepada pemberi dana. Berjalan tidaknya suatu program sangat tergantung kepada pengelola program. Dalam hal ini pipinan lembaga yaitu bapak Pratikno mampu untuk tetap eksis menyelenggarakan kegiatan pelatihan “menjahit sepatu dan sandal” walaupun tanpa bantuan dana dari pemerintah.Dalam artian berwirausaha. Pihak pengelola LKP Rofiatun Hasanah memiliki pembukuan baik terhadap warga belajar yang pernah belajar pada lembaganya.. pihak lembaga masih membuka jalinan komunikasi yang baik dengan mantan warga belajarnya. Menurut pengelolan lembaga, pihak lembaga masih membuka kesempatan kepada mantan warga belajaranya untuk memberikan bkimbingan maupun arahan apabila ada yang mengalami masalah dalam melakukan pekerjaan di perusahaan. Dari keberlanjutan pelaksanaan program dapat di jelaskan lebih lanjut: Program PKH yang dilaksanakan di LKP Rofiatun Hasanah, masih tetap berkesinambuungan atau tetap berlangsung melaksanakan kegiatannya pada memberikan pelatihan “menjahit sepatu dan sandal walaupun dalam pelaksanaan sudah tidak mendapat bantuan dana dari pemerintah dalam bentuk block grant. Pengelolaan kegiatan PKH dapat berjalan baik karena didukung oleh manjemen dan penanganan kegiatan cukup baik dan pemilihan jenis keterampilan yang di siapkan sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemilihan jenis keterampilan sudah mempertimbangkan kondisi lingkungan tempat pelaksanaan kegiatan. Masyarakat menjadi sasaran untuk diberikan keterampilan sudah sesuai dengan ketentuan yaitu masyarakat yang pada usia produktif, masih belum memiliki 19
pekerjaan tetap termasuk juga yang menganggur, masyarakat memiliki semangat belajar dan ingin mengalami kemajuan, dan mengutamakan masyarakat yang berada di lingkungan sekitar lembaga. Dalam merekrut peserta didik sudah mempertimbangkan kesetaraan jender. Penyelenggaraan program PKH “menjahit sepatu dan sandal dapat berjalan efektif dan efisien hal ini dapat diketahui dari beberapa indikasi yang menujukan bahwa; ada kesesuaian antara apa yang direncanakan untuk dapat menyelenggarakaan program dengan pada saat pelaksanaan program. sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran memadai,
tenaga kependidikan sesuai dengan yang dibutuhkan, warga belajar sebagai
sasaran yaitu berada paa usia antara 18—34 tahun, materi yang ada di dalam kurikulum serta metode dan media yang digunakan sesuai dengan kecakapan yang diperlukan oleh warga belajar,
waktu yang direncanakan dapat dapat dimanfaatkan dengan baik untuk
menyelesaikan program kegiatan PKH. Kualitas warga belajar yang mengikuti program PKH “menjahit sepatu dan sandal” berhasil memiliki kecakapan pessonal, sosial, akademik dan vokasional/keterampilan denganbaik. Hal ini diketahui semua warga belajar yang mendaftar di perusahaan sepatu lolos seleksi. Selama satu tahun bekerja di perusahaan diketahui warga belajar ada peningkatan kemampuan atau ada kemajuan dalam bekerja, yaitu ada perubahan status posisi warga belajar yang semula sebagai bekerja kontrak berubah status sebagai pekerja tetap di perusahaan tersebut. Penyelenggaraan kegiatan PKH di LKP Rofiatun Hasanah berjalan baik, karena walaupun tanpa dana bantuan dari pemerintah program tetap berjalan. Hal ini karena manjemen dan penanganan kegiatan cukup baik, dan pemilihan jenis keterampilan yang di siapkan sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar. Saran Dalam penyelenggaraan program Pendidikan Kecakapan Hidup keberadaan kurikulum tetap diperlukan. Materi tentang kecakapan personal dan sosial perlu dimunculkan pada kurikulum. Pemberian bantuan dana dari pemerintah terhadap lembega penyelenggara program Pendidikan Kecakapan Hidup kiranya perlu lebih sekeltif. Karena kemampuan manajemen seorang penyelenggara program sangat menentukan keberhasilan dan keberlanjutan suatu program yang dilaksanakan. 20
PUSTAKA ACUAN Boyoedarkochan, tahun 2012, pendidikan orang dewasa. http://bayoedarkochan. wordpress. com/pendidikan-luar-sekolah/kepemudaan, diunduh 8 februari 2012. Hiryanto, 2009. Meningkatkan Efektivitas Pendidikan Nonformal dalam Pengembangan Kualitas Manusia (http://education. stateuniversity. EDUCATION.html) (http://staff.uny.ac.id/sites/default melalui-pnf.pdf) 1
com/pages/862/Libya-
NONFORMAL-
/files/tmp/artikel-ppm-peningkatan-kualitas-manusia-
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalamkehidupan-sosial-antar-manusia/tgl searching 26 Jan 2012
(htt://www.2.ed.gov/about/offices/list/ovae/pi/AdultEd/resources.html. 2012).
diunduh
6
Maret
(http://www.iiep.unesco.org/fileadmin/user_upload/Research_Highlights_Emergencies/Chap ter12.pdf, diunduh 6 Maret 2012) (http://www.iiep.unesco.org/fileadmin/user_upload/Research_Highlights_Emergencies/Chap ter12.pdf, diunduh 7 Maret 2012) (Http://siteresources.woldbank.org/EDUCATION/Resources/2782001126210664195/1636971-112621694253/LLL_Brazil_Final_Synthesis.pdf, diunduh 7 Maret 2012) (the Brazillian case study tahun ………: mapping the invisible lifelong learning (LLL) nonsystem”, diunduh Maret 2012) http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Entoh%20Tohani,%20S.Pd.,%20M.Pd./EVA LUASI%20PROGRAM%20LIFE%20SKILLS.pdf diunduh 2 September 2012) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tatakerja BPPNFI Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2003, halaman 284 yang disusun . Puslitjak, 2007, Laporan Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup pada Pendidikan Nonformal. Ruswadi on 07:24, tahun 2000, Taman Bacaan Masyarakat. Sumber (http://pnfitangsel.blogspot.com/2010/06/taman-bacaan-masyarakat.html), diunduh 8 Februari 2012 Sumber :www.jugaguru.com Suryono & Tohani, evaluasi program pendidikan Nonformal berrbasis pendidikan kecakapan hidup dalam mengatasi kemiskinan di pedesaan http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Entoh%20Tohani,%20S.Pd.,%20M.P d./EVALUASI%20PROGRAM%20LIFE%20SKILLS.pdf diunduh 2 September 2012) 21
Slamet PH, 2009, pendidikan kecapakan hidup, konsep dasar, Jurnal Pendidikan milik perpustakaan Universitas Negeri Malang (UM). (UNDP 2011, http://er.wikipedia.org/wiki/list.of-country-by-literacy-ra, diunduh tanggal 16 februari 2012) Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja). diunduh 8 Februari 2012 Wiratno Siswa, 2008, Kajian Kebijakan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) pada Sekolah menengah Pertama).
22