41
EFEKTIVITAS TANAMAN TERATAI (Nymphaea sp.) DALAM MENGURAIKAN LIMBAH CAIR DOMESTIK BERDASARKAN LAMA WAKTU PERLAKUAN Yusriani Sapta Dewi*) dan Azizah Rahmawati**) Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Email :*)
[email protected] **)
[email protected]
Abstract Salah satu penyebab tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima limbah cair domestik yang melampaui daya dukungnya.Hasil limbah ini mengalami dekomposisi berubah menjadi kehitaman dan menimbulkan bau busuk. Dengan memanfaatkan tanaman teratai (Nymphaea sp.) penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat efisiensi penurunan pH, Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD), KMnO4, Amoniak, Total Suspended Solid (TSS), yang terkandung dalam limbah cair domestik.Metode penelitian menggunakan prosedur perlakuan pada air sampel. Analisis data menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan tanaman teratai (Nymphaea sp.) dalam menguraikan limbah cair domestik dan dapat menurunkan kandungan pencemar dalam air limbah dengan waktu tinggal sampai dengan 7 hari, pH 7.1, efisiensi BOD86,7%, COD 84,2 %, KMnO486,9%, Amoniak 43,5%, TSS70,7 %. Tanaman teratai (Nymphaea sp.)berperan sebagai biofilter limbah cair dimana terjadi proses penyaringan dan penyerapan oleh akar dan batang tanaman air, proses pertukaran dan penyerapan ion tanaman air. Kata kunci : Limbah domestik, tanaman teratai (Nymphaea sp.), pH, COD, BOD, KMnO4, Amoniak, TSS,
Abstract One cause ofwater pollutioninwater sourcesfor acceptingdomestic wastethat exceedsthe carrying capacity. The results ofthiswastedecomposesandturns intoa blackishcausea foul odor. Byutilizing theLotusplant(Nymphaea sp.) Thisstudyaims to determinethe level ofefficiencydecreased levels ofpH, ChemicalOxygen Demand(COD), Biological Oxygen Demand(BOD), KMnO4, Ammonia, TotalSuspendedSolid(TSS), indomesticwastewater.The research method used in the water treatment procedures of the sample. Data analysis using complete randomized block design. The results showed that by using the lotus plant (Nymphaea sp.) In outlining the domestic waste and can reduce the content of pollutants in waste water until 7 days, pH 7.1, 86.7% efficiency of BOD, COD 84.2%, KMnO4 86.9%, Ammonia 43.5%, 70,7% TSS. The Lotus (Nymphaea sp.) acts as a biofilter wastewater are in the process of filtering and absorption by the roots and stems of aquatic plants, the process of ion exchange and absorption of water plants. Keywords : DomesticWaste, Lotus(Nymphaea sp.), pH, COD, BOD, KMnO4, Ammonia, TSS,
PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang
Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya.Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius. Penyebab pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri yang membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan terlebih dahulu ke badan air, tetapi juga perilaku masyarakat itu sendiri. Pada umumnya masyarakat membuang air buangan rumah tangga yang jumlahnya makin hari makin besar sesuai dengan perkembangan
42
penduduk maupun perkembangan suatu kota. Rendahnya kesadaran sebagai masyarakat yang langsung membuang limbah hasil kegiatan maupun sampah ke dalam sungai, menyebabkan proses pencemaran sungaimenjadi bertambah cepat. Pemanfaatan tanaman air sebagai pengurai air limbah domestik sudah sering dilakukan.Seperti halnya penelitian Dewi (2012), memanfaatkan rumpun eceng gondok untuk pengendalian limbah cair.Tanaman air tak hanya membuat kolam di pekarangan rumah menjadi lebih asri tetapi juga memberi banyak manfaat bagi kelangsungan ekosistem air.Sebagai contoh, menambah persediaan oksigen, menyerap kandungan racun dalam air, dan menjadi tempat ikan untuk berbiak. Hampir semua perumahan di Indonesia membuang limbah hasil aktivitas cuci, mandi, dan
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.: 42-47
dapur langsung ke saluranpembuangan air tanpa diolah terlebih dahulu.Lama-kelamaan, hasil limbah ini mengalami dekomposisi berubah menjadi kehitaman dan menimbulkan bau busuk.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanaman air mampu menguraikan limbah cair tersebut, sehingga air limbah buangan menjadi lebih baik.Sebelum limbah dibuang ke saluranpembuangan air, dialirkan ke selokan/penampungan di pekarangan rumah, yang ditanami tanaman hias air. Di sinilah air limbah ini mengalami proses penguraian. Salah satu tanaman air yang banyak tumbuh di Indonesia adalah tanaman teratai (Nymphaea sp). Menurut Budiwati dan Kriswiyanti (2014), teratai (Nymphaea sp)merupakan tanaman multifungsi bagi masyarakat Bali. Berdasarkan latar belakang penjelasan di atas penulis merasa perlu dan tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peranan tanaman pengurailimbahdomestik, dalam hal ini tanaman teratai (Nymphaea sp) diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi solusi dalam melaksanakan upaya mengurangi pencemaran limbahdomestik.
Perlakuan dan Laboratorium. 4.
pemeriksaan
sampel
di
Cara Kerja a. Disiapkan18 bak penampung air limbah
b. Bak diisi sampel air limbah masingmasing 20 liter
c. Pada bak sampel ditambahkan tanaman teratai (Nymphaea sp.), kecuali bak kontrol. Tanaman teratai (Nymphaea sp.) dibiarkan selama 1 hari, 2 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari untuk melihat hasil perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali.
d. Analisis parameter pada limbah yang setelah mengalami perlakuan.
2. Perumusan Masalah Bagaimana efektivitas tanamanteratai (Nymphaeasp.) dalam menguraikan limbah cair domestik? 3. Tujuan Penelitian Mengetahui efektivitas tanaman teratai (Nymphaeasp.) dalam menguraikan limbah cair domestik METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan prosedur perlakuan pada air sampel. Parameter yang diukur yaitu sebagai berikut : a) pH b) TSS c) KMnO4 (Zat organik) d) Chemical Oxygen Demand (COD) e) Biochemical Oxygen Demand (BOD) f) Amoniak 2. Lokasi Pengambilan sampel limbah domestik di perumahan masyarakat Jl. H. Raiman RT 008/01 Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
3. Tahap Pelaksanaan Kegiatan lapangan Pengambilan sampel dilakukan pada bak penampungan air limbah domestik. Kegiatan laboratorium
5. Analisis Data Analisis data menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap Perhitungan efektivitas penurunan kadar : C0−𝐶1 E= 𝑋 100% 𝐶0 Dimana : E = Efektivitas penurunan parameter C0= Konsentrasi sebelum perlakuan pengolahan C1= Konsentrasi setelahperlakuan pengolahan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
43
Sumber air limbah domestik berasal dari 6 rumah, yang dihuni oleh 19 orang; diambil pada pukul 06.00 dengan pertimbangan limbah cair domestik belum mengalami penambahan aktivitas penghuni rumah sebagai penghasil limbah cair. Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium, maka diperoleh kandungan pH, COD, BOD, KMnO4, Amoniak, TSS sebagai kontrol dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini. Tabel 1.Parameter Blanko Limbah Domestik Parameter
mg/l
BOD COD pH KMNO4 AMONIAK TSS Sumber : Data primer
73,0 224,0 7,4 117,2 29,2 204,0
Hasil perlakuan dengan tanaman teratai (Nymphaea sp.), setelah 1 hari, 2 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Rerata parameter air limbah domestrik setelah mendapat perlakuan Parameter
Rerata
Kontrol Perlakuan Kontrol COD (mg/l) Perlakuan Kontrol pH Perlakuan Kontrol KMNO4 (mg/l) Perlakuan Kontrol Amoniak (mg/l) Perlakuan Kontrol TSS (mg/l) Perlakuan
BOD (mg/l)
1 73,0 43,7 224,0 149,7 7,4 7,3 117,2 72,1 29,2 24,9 204,0 144,3
2 73,0 27,3 240,0 94,3 7,4 7,3 117,0 44,7 29,1 22,9 203,0 113,0
Waktu (hari) 3 5 72,0 71,0 17,7 13,7 236,0 238,0 62,3 49,3 7,3 7,3 7,2 7,2 116,5 114,2 28,6 21,8 29,0 28,9 21,9 20,2 203,0 202,0 97,3 76,7
300 7 70,0 9,7 230,0 35,3 7,4 7,1 110,8 15,4 28,9 16,5 200,0 59,7
Pada tabel 2reratakontrol air limbah domestik untuk konsentrasi parameter kontrol tidak banyak mengalami penurunan/perubahan; sedangkan air limbah yang mendapat perlakuan dengan tanaman teratai (Nymphaea sp.) banyak mengalami perubahan konsentrasi. 100 50 0 Hari-1 Hari-2 Hari-3 Hari-5 Hari-7 Kontrol
Perlakuan
Gambar 2. Konsentrasi parameter BOD Kontrol dan Sampel Perlakuan Rerata parameter BOD limbah cair domestik awal sebesar 73 mg/l setelah mendapat perlakuan 1 (satu) hari dengan tanaman teratai
44
(Nymphaea sp.) mengalami penurunan 40,1 % dan konsentrasi terus menurun sampai hari ke 7 (tujuh) sebesar 9,7 mg/l (86,7 %) hal ini disebabkan serapan unsur hara limbah oleh akar tanaman teratai(Nymphaea sp.). Sementara limbah yang tidak mendapat perlakuan dengan tanaman teratai (Nymphaea sp.)baru mengalami penurunan konsentrasi pada hari ke 5 sebesar 2.8 %; dan pada hari ke 7 sebesar 4,1 %. BOD merupakan parameter untuk mengetahui kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme (Wardhana, 2004). Penurunan BOD juga terjadi dalam penelitian Dewi (2012), yang melakukan penelitian dengan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.)Solm. Luas permukaan daun dan panjang akarmempengaruhi transpirasi yang kemudianberhubungan dengan besarnya penyerapan yangmempengaruhi nilai BODnya. Hal ini berarti adanyaeceng gondok dalam suatu perairan akanmempengaruhi bahan organik di perairan tersebut.Terdapat respon fisiologis daun, tangkai daun danakar eceng gondok terhadap perairan tercemar.Respon ini juga akan mempengaruhi transpirasi danbesarnya penyerapan. Hal ini tentunya juga terjadi pada tanaman teratai (Nymphaea sp.).
200 100 0 Hari-1
Hari-2 Kontrol
Hari-3
Hari-5
Hari-7
Perlakuan
Gambar 3. Konsentrasi parameter COD Kontrol dan Sampel Perlakuan Rerata parameter COD limbah cair domestik awal sebesar 224 mg/l setelah mendapat perlakuan 1 (satu) hari dengan tanaman teratai (Nymphaea sp.) mengalami penurunan 33,2 % dan konsentrasi terus menurun sampai hari ke 7 (tujuh) sebesar 35,3 mg/l (84,2 %) hal ini disebabkan serapan unsur hara limbah oleh akar tanaman teratai(Nymphaea sp.). Sementara itu limbah tanpa perlakuan tanaman teratai (Nymphaea sp.) mengalami kenaikan konsentrasi COD sebesar 2,7 %. COD yang berhubungan dengan zat yang terendapkan (settleable solids)di dalam air buangan dihilangkan melalui sedimentasi.COD terlarut dan dalam bentuk koloid yang masih tersisa dalam larutan dapat dihilangkan melalui aktivitas metabolisme dan interaksi kimia fisika dalam zona perakaran/matrik substrat (Danista, 2012). Penelitian lain yang melakukan uji penurunan konsentrasi COD pada air limbah, menyatakan bahwa tanaman melati air ( Echinodorus
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.: 42-47
palaefolius) efisiensi penurunankandungan COD air limbahpuskesmas rata-rata 92 %,sedangkan bambu air (Equisetrum hyemale) efisiensipenurunannya rata-rata sebesar 84% (Sasono E. dan Pungut, 2013). Penurunan pH dengan perlakuan tanaman teratai (Nymphaea sp.)sebesar 1,4 % dan berlangsung hampir sama pada pengamatan hari ke 5. Pada pengamatan hari ke 7, penurunan pH air limbah domestik dengan perlakuan tanaman teratai (Nymphaea sp.)hanya 4 %. 7.6 7.4 7.2 7 6.8 Hari-1
Hari-2
Hari-3
Hari-5
Kontrol
Hari-7
Perlakuan
Gambar 4.pH Kontrol dan Sampel Perlakuan Rerata parameter KMnO4limbah cair domestik awal sebesar 117,2 mg/l setelah mendapat perlakuan 1 (satu) hari dengan tanaman teratai (Nymphaea sp.) mengalami penurunan 38,52 % dan konsentrasi terus menurun sampai hari ke 7 (tujuh) sebesar 86,9 %hal ini disebabkan serapan unsur hara limbah oleh akar tanaman teratai(Nymphaea sp.). Sementara tanpa perlakuan penurunan sampai hari ke 7 hanya 5,5 %; karena pengendapan air limbah.
Gambar 6. Konsentrasi parameter Amoniak Kontrol dan Sampel Perlakuan Rerata parameter amoniak limbah cair domestik awal sebesar 29,2 mg/l setelah mendapat perlakuan 1 (satu) hari dengan tanaman teratai (Nymphaea sp.) mengalami penurunan 14,7 % dan konsentrasi terus menurun sampai hari ke 7 (tujuh) sebesar 43,5%hal ini disebabkan serapan unsur hara limbah oleh akar tanaman teratai(Nymphaea sp.).Sementara tanpa perlakuan tanaman teratai (Nymphaea sp.)penurunan sampai hari ke 7 hanya 1 %. Penelitian dengan menggunakan eceng gondok, waktu tinggal dengan tanaman eceng gondok 2, 4,6, 8 hari dapat mengurangi konsentrasi ammonia hingga 87 %, 12 %, 10 % dan 1 % pada panjang tanaman umur 10 cm dengan konsentrasi ammonia awal 2 mg/l (Suhendrayatna dkk., 2009). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman air dapat menurunkan konsentrasi ammonia. Batang, cabang, dan daun tanaman akuatik yang berada di dalam genangan air akan memperluas area mikroorganisme melekat, di bawah permukaan akar tanaman mengeluarkan oksigen sehingga akan terbentuk zona akar dan zona oksigen dan melakukan absorbsi parameter limbah. 250 200 150 100 50 0 Hari-1
Hari-2 Kontrol
150 100 50 0 Hari-1
Hari-2
Hari-3
Kontrol
Hari-5
Hari-7
Perlakuan
Gambar 5. Konsentrasi parameter KMnO4 Kontrol dan Sampel Perlakuan 40 20 0 Hari-1
Hari-2 Kontrol
Hari-3
Hari-5 Perlakuan
Hari-7
Hari-3
Hari-5
Hari-7
Perlakuan
Gambar 7. Konsentrasi parameter TSS dan Sampel Perlakuan Rerata parameter TSS limbah cair domestik awal sebesar 204 mg/l setelah mendapat perlakuan 1 (satu) hari dengan tanaman teratai (Nymphaea sp.) mengalami penurunan 29,3 % dan konsentrasi terus menurun sampai hari ke 7 (tujuh) sebesar 70,7%. Penurunan konsentrasi TSS dapat disebabkan proses sedimentasi dalam air limbah. Penurunan kandungan TSS di alam lahan basah terjadi melalui proses fisik seperti sedimentasi dan filtrasi (Zurita, 2008). Penelitian Desak dan Sugito (2013) menyatakan bahwa bahan organik yang berbentuk padatan akan tertahan dalam media subsurface wetland melalui mekanisme filtrasi dan sedimentasi.
Nilai Efektivitas (Nymphaea sp.)
Tanaman
Teratai
45
Nilai efektivitas tanaman Teratai (Nymphaea sp.)terhadap limbah cair domestik untuk semua parameter yang diuji optimum pada hari ketujuh Tabel 3. Nilai efektivitas tanaman Teratai (Nymphaea sp.) Parameter pH
Kondisi limbah sampai hari ke-7 Sampel Kontrol Perlakuan 7,4 7,1
%Penurunan sampai hari ke -7 Sampel Kontrol Perlakuan
Uji F Fhit
0
4
BOD (mg/l)
70(mg/l)
9,7(mg/l)
4,1
86,7
65,58
COD (mg/l)
230(mg/l)
35,3(mg/l)
(-2,7)
84,2
57,08
KMnO4 (mg/l)
110,8(mg/l)
15,4(mg/l)
5,5
86,9
59,72
Amoniak (mg/l)
28,9(mg/l)
16,6(mg/l)
1,0
43,5
30,59
TSS (mg/l)
200(mg/l)
59,7(mg/l)
1,96
70,7
50,43
Ftab
5,32
Penurunan pH pada control maupun sampel perlakuan sangat kecil namun pH kondisi awal masih merupakan pH netral untuk air, pH netral sekitar 6 – 8. Hal ini menunjukkan tanaman Teratai (Nymphaea sp.) tidak terlalu efektif dalam mengurangi nilai pH limbah domestik meskipun sudah dilakukan pengamatan selama 7 hari karena penurunan pH yang terjadi pada setiap bak berbeda tipis dengan pH pada kondisi awal. Biological Oxygen Demand (BOD)atau kebutuhan oksigen biologi adalah pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan – bahan organik di dalam air menjadi bahan yang lebih stabil. Konsentrasi penurunan parameter BOD pada kontrol dengan waktu tinggal hari ke-7 hanya 4,1 %. Konsentrasi penurunan parameter BOD mencapai 86,7 % (9,7 mg/l) pada hari ke -7 dengan perlakuan tanaman teratai (Nymphaea sp.). Hasil sidik ragam antar perlakuan penelitian adalah signifikan atau berbeda nyata karena Fh> Ft, dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlakuan penambahan tanaman teratai (Nymphaea sp.) pada air limbah domestik berdasarkan perlakuan lama waktu efektif menurunkan konsentrasi BOD. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Parameter COD kontrol dengan waktu tinggal hari ke 7 justru menunjukkan kenaikan sampai 2,7 %. Konsentrasi penurunan parameter COD mencapai 84,2 % (35,3mg/l) pada hari ke -7 dengan perlakuan tanaman teratai (Nymphaea sp.). Hasil sidik ragam antar perlakuan penelitian adalah signifikan atau berbeda nyata karena Fh> Ft, dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlakuan penambahan tanaman teratai (Nymphaea sp.) pada air limbah domestik
46
berdasarkan perlakuan lama waktu efektif menurunkan konsentrasi COD. Konsentrasi penurunan parameter KMnO4 mencapai 86,9% (5,4 mg/l) pada hari ke -7 dengan perlakuan tanaman teratai (Nymphaea sp.), sementara KMnO4 kontrol hanya menunjukkan penurunan 5,5 % karena proses pengendapan. Hasil sidik ragam antar perlakuan penelitian adalah signifikan atau berbeda nyata karena Fh> Ft, dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlakuan penambahan tanaman teratai (Nymphaea sp.) pada air limbah domestik berdasarkan perlakuan lama waktu efektif menurunkan konsentrasi KMnO4. Konsentrasi penurunan parameter Amoniak mencapai 43,5% (16,6 mg/l) pada hari ke -7 dengan perlakuan tanaman teratai (Nymphaea sp.), sementara konsentrasi amoniak kontrol menunjukkan penurunan 1 %. Hasil sidik ragam antar perlakuan penelitian adalah signifikan atau berbeda nyata karena Fh> Ft, dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlakuan penambahan tanaman teratai (Nymphaea sp.) pada air limbah domestik berdasarkan perlakuan lama waktu efektif menurunkan konsentrasi Amoniak. Konsentrasi penurunan parameter TSS mencapai 70,7 % (59,7 mg/l) pada hari ke -7 dengan perlakuan tanaman teratai (Nymphaea sp.). Hasil sidik ragam antar perlakuan penelitian adalah signifikan atau berbeda nyata karena Fh> Ft, dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlakuan penambahan tanaman teratai (Nymphaea sp.) pada air limbah domestik berdasarkan perlakuan lama waktu efektif menurunkan konsentrasi TSS. KESIMPULAN Tanaman teratai (Nymphaea sp.) efektif menguraikan limbah cair domestik berdasarkan lama waktu perlakuan. Penurunan konsentrasi BOD,COD, KMnO4, Amoniak dan TSS terjadi pada hari ke-1 setelah perlakuan dan terus mengalami penurunan sampai hari ke-7 perlakuan. Perlakuan tanaman teratai (Nymphaea sp.) untuk penurunan pH tidak begitu efektif karena sampai hari ke-7 tidak terjadi perubahan yang signifikan. Hasil sidik ragam percobaan sampai hari ke-7 menunjukkan ada beda nyata antara kontrol dan perlakuan; sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman teratai (Nymphaea sp.) efektif menguraikan limbah cair domestik berdasarkan waktu perlakuan. Tanaman teratai (Nymphaea sp.)berperan sebagai biofilter limbah cair dimana terjadi proses penyaringan dan penyerapan oleh akar dan batang tanaman air, proses pertukaran dan penyerapan ion tanaman air.
SARAN Tanamanteratai (Nymphaea sp.) dapat digunakan sebagai biofilter limbah cair
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia Vol.8, No.2 Desember 2015 Hal.: 42-47
domestik.Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk penguraian limbah domestik tersebut didasarkan pada jumlah rumpun tanaman atau luasan daun dan panjang akar tanaman. Perlu juga dilakukan penelitian lanjutan untuk penguraian limbah industry menggunakan tanaman teratai (Nymphaea sp.).
PUSTAKA Budiwati,GAN dan Eniek Kriswiyanti, 2014, Manfaat Tanaman Teratai (Nymphaea sp., Nymphaeaceae) di Desa Adat Sumampan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, Jurnal Simbiosis, Maret 2014, II (1): 122-134. Danista, R. W., 2012, Penggunaan bambu air (Equisetum hyemale) dan bamboo rejeki (Dracaena sonderiana) untuk penyisihan Nitrogen dan fosfor pada grey water dengan system constructed wetland, Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Desak Made S. dan Sugito, 2013, Penurunan TSS dan Phospat Air Limbah Puskesmas Janti Kota Malang dengan Wetland, Jurnal Waktu II (01) : 93-101. Dewi, YS., 2012. Efektivitas Jumlah Rumpun Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)Dalam Pengendalian Limbah Cair Domestik.Jurnal Teknologi Lingkungan, Mei 2012, 13(2):151-158. Sasono E. dan Pungut, 2013, Penurunan Kadar BOD dan COD Air Limbah UPT Puskesmas Janti Kota Malang dengan Metode Contructed Wetland, Jurnal Waktu II (01): 60-70. Suhendrayatna, Bahagia, Novia ZA, Elvitriana, 2009, Pengaruh Waktu Tinggal dan Umur Tanaman pada Biosorpsi Ammonia oleh Tanaman Air Enceng Gondok (Eichhornia crassipes), Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol 7 (2):58-63. Wardhana WA, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan (ed revisi), Yogyakarta: Andi offset. Zurita, 2008,Treatment of Domestic and Production of Commercial Flowers in Vertical and Horizontal Subsurface-Flow System Constructed Wetland, Mexico: Centro auniversity de la Cienaga.
47