EFEKTIVITAS LEAFLET SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI PROGRAM GERAKAN BEBAS PLASTIK
R. IRINNE DEVITA ARIANY
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas Leaflet sebagai Media Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
R. Irinne Devita Ariany I34120017
ABSTRAK R. IRINNE DEVITA ARIANY. Efektivitas Leaflet sebagai Media Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO. Indonesia merupakan negara penghasil sampah plastik terbanyak nomor dua di dunia. Hal itu membuat pemerintah merumuskan berbagai kebijakan mengenai sampah, khususnya sampah plastik. Namun belum adanya kesadaran dari masyarakat menjadikan kebijakan pemerintah hanya sebuah wacana. Maka dibutuhkan sosialisasi yang menarik di tingkat terkecil dalam masyarakat melalui Posdaya. Sosialisasi Gerakan Bebas Plastik melalui leaflet merupakan media yang tepat untuk menyampaikan informasi kepada tingkat terkecil masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji efektivitas leaflet Gerakan Bebas Plastik yang dilihat dari perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku, serta hubungannya dengan karakteristik masyarakat dan desain leaflet. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimental dan didukung data kualitatif. Hasil penelitian menggunakan uji beda t test menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan perilaku responden mengalami perubahan setelah membaca leaflet. Hasil uji rank spearman menunjukkan terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan dengan peningkatan pengetahuan, serta tidak terdapat hubungan antara desain leaflet dengan efektivitas leaflet. Kata kunci: efektivitas media, pengetahuan, perilaku, sikap
ABSTRACT R. IRINNE DEVITA ARIANY. Effectiveness of Leaflet as Media Socialization of Free Plastic Movement Program. Supervise by PUDJI MULJONO. Indonesia is the number two country in the world which mismanaged plastic waste. It made the government formulated various policies regarding garbage, especially plastic waste. But the lack of public awareness made the government policies only a discourse. Therefore be required an appealing socialization at the lowest level in society through Posdaya. Socialization of Free Plastic Movement through leaflets is an excellent medium for communicate the information to the smallest levels of society. The purpose of this research is to examine the effectiveness of the Free Plastic Movement leaflet which seen from changes in knowledge, attitude, and behavior, and relation with community characteristics and the design of leaflets. This research is a quantitative experiment method and supported by qualitative data. The results using t test showed that the knowledge, attitudes, and behaviors of respondents changed after reading the leaflet. Spearman rank test results showed a negative correlation between level of education and change of knowledge and leaflet design is not related to the effectiveness of the leaflet. Keywords: attitude, behavior, knowledge, leaflet, media effectiveness
EFEKTIVITAS LEAFLET SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI PROGRAM GERAKAN BEBAS PLASTIK
R. IRINNE DEVITA ARIANY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
:
Efektivitas Leaflet sebagai Media Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik
: :
R. Irinne Devita Ariany I34120017
Judul Skripsi Nama NIM
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Pudji Muljono, M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan: _______________
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2016 ini berjudul “Efektivitas Leaflet sebagai Media Sosialisasi Program Gerakan Bebas Plastik”. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Pudji Muljono, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak R. Dadeng Maulana dan Ibu Een Lusmanawati yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis. Kepada adik tersayang Zaid Maulana Jayadipura, serta adik sepupu penulis Ayu Audya Iskandar yang selalu memberikan semangat dan menemani penulis dalam penulisan skripsi. Terima kasih kepada Wahyu Setiyawan atas dukungan, lecutan, dan semangatnya selama ini, serta untuk Rezky, Rona, Fahmi, dan Hafiz atas dukungan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, kepada sahabat Namolova yang selalu memberikan semangat dan menghibur penulis saat patah arang. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Koran Kampus IPB angkatan 9, pengurus dan pimpinan BEM FEMA Kabinet Terasa Manis serta Kabinet Mozaik Toska, terutama departemen Kominfo. Kepada sahabat dan teman-teman SKPM 49, Sahabat Sekret, Keluarga PDD MPKMB, teman-teman satu bimbingan Fitri Zakiyah dan Siti Hoelilah. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2016
R. Irinne Devita Ariany I34120017
v
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Kerangka Pemikiran Hipotesis PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pemilihan Responden Teknik Pembuatan Media Leaflet Teknik Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional GAMBARAN UMUM Kelurahan Pasirkuda Kelurahan Situ Gede Karakteristik Responden Usia Tingkat Pendidikan Tanggungan Keluarga EFEKTIVITAS LEAFLET Pengetahuan, Sikap, dan Kecenderungan Berperilaku Awal Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kecenderungan Berperilaku Efektivitas Leaflet HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLET Hubungan Usia dengan Peningkatan Pengetahuan Hubungan Usia dan Perubahan Sikap Hubungan Usia dengan Perubahan Kecenderungan Perilaku Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Peningkatan Pengetahuan Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perubahan Sikap
vii viii viii 1 1 3 4 4 5 5 14 15 17 17 17 18 19 20 21 21 25 25 27 29 30 30 31 33 33 41 43 47 47 48 49 49 50
vi
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perubahan Kecenderungan Perilaku Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Peningkatan Pengetahuan Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Perubahan Sikap Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Perubahan Kecenderungan Perilaku HUBUNGAN DESAIN LEAFLET TERHADAP EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLET Hubungan Desain dengan Peningkatan Pengetahuan Hubungan Desain dengan Perubahan Sikap Hubungan Desain dengan Perubahan Kecenderungan Perilaku PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
51 52 52 53 55 55 56 57 59 59 59 61 65 77
vii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Lima besar negara pembuang sampah plastik terbanyak tahun 2010 dan 2025 Jumlah penduduk dan kepala keluarga RW 07 Kelurahan Pasirkuda tahun 2015 Jumlah penduduk dan kepala keluarga RW 05 Kelurahan Situ Gede tahun 2015 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik RW 07 tahun 2016 Jumlah dan persentase responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut nilai pengetahuan Nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut pertanyaan pada aspek pengetahuan Jumlah dan persentase responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut nilai sikap Nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut pertanyaan aspek sikap Jumlah dan persentase responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut nilai kecenderungan perilaku Nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut pertanyaan aspek kecenderungan perilaku Perbandingan nilai rata-rata pre-test, post-test, dan perubahan pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Perbandingan nilai rata-rata pre-test, post-test, dan perubahan sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Perbandingan nilai rata-rata pre-test, post-test, dan perubahan kecenderungan perilaku kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Hasil nilai signifikansi pengetahuan, sikap, dan kecenderungan perilaku dengan karakteristik responden di RW 07 Kelurahan Pasirkudaa 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan peningkatan pengetahuan di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan perubahan sikap di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan perubahan kecenderungan perilaku di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan peningkatan pengetahuan di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan perubahan sikap di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan perubahan kecenderungan perilaku di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dan peningkatan pengetahuan di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dan perubahan sikap di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dan perubahan kecenderungan perilaku di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian aspek desain
1 25 28 29 33 34 36 37 39 40 41 42 43 47 47 48 49 50 50 51 52 53 53 55
viii
25 Persentase responden kelompok eksperimen berdasarkan hubungan desain dengan peningkatan pengetahuan responden setelah membaca leaflet 26 Persentase responden kelompok eksperimen berdasarkan hubungan desain dengan perubahan sikap responden setelah membaca leaflet 27 Persentase responden kelompok eksperimen berdasarkan hubungan desain dengan perubahan kecenderungan perilaku responden setelah membaca leaflet
55 56 57
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Model Lasswell Kerangka Pemikiran Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan usia Komposisi responden kelompok kontrol berdasarkan usia Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan tingkat pendidikan Komposisi responden kelompok kontrol berdasarkan tingkat pendidikan Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan tanggungan keluarga Komposisi responden kelompok kontrol berdasarkan tanggungan keluarga
6 15 30 30 31 31 32 32
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Peta Wilayah Posdaya Puspa Lestari Peta Wilayah Posdaya Kenanga Rencana Alokasi Waktu Penelitian Kerangka Sampling Kelompok Eksperimen Kerangka Sampling Kelompok Kontrol Hasil Uji Reliabilitas Hasil Uji Statistik Tematik Catatan Harian Media Leaflet Dokumentasi Penelitian
66 66 67 68 69 70 70 74 75 76
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Plastik merupakan salah satu benda yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang kuat dan tidak mudah rusak, plastik dijadikan salah satu bahan untuk wadah membawa makanan dan minuman, pakaian maupun alat rumah tangga lainnya. Setiap tahunnya, penggunaan tas plastik pada hampir seluruh negara di dunia mengalami peningkatan. Penggunaan plastik yang semakin banyak ini menyebabkan sampah plastik akan semakin banyak. Data Deputi Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan, setiap individu rata-rata menghasilkan 0.8 kilogram sampah dalam satu hari, dimana 15 persennya adalah plastik. Menurut Statistik Persampahan Indonesia tahun 2008, tercatat 14 persen sampah plastik dihasilkan dari 26 kota besar di Indonesia. Sementara di tingkat dunia, Indonesia menduduki posisi kedua dalam daftar 20 negara yang paling banyak membuang sampah plastik di laut.1 Tabel 1 merupakan statistik lima negara yang paling banyak membuang sampah plastik sejak tahun 2010 hingga tahun 2025 dengan memprediksikan peningkatan populasi di masing-masing negara. Tabel 1
Peringkat
Lima besar negara pembuang sampah plastik terbanyak tahun 2010 dan 2025 Tahun 2010 Tahun 2025 Negara
1 China 2 Indonesia 3 Filipina 4 Vietnam 5 Sri Lanka Sumber: Jambeck et al.
Penyalahgunaan Limbah Plastik (PLP/tahun)
Negara
Penyalahgunaan Limbah Plastik (PLP/tahun)
88.20 3.22 1.88 1.83 1.59
China Indonesia Filipina Vietnam India
17.81 7.42 5.09 4.17 2.88
Perubahan populasi sejak 2010 (%) 3.70 11.90 26.00 13.30 18.70
Sahwan et al. (2005) menyatakan bahwa sampah plastik merupakan bahan yang sulit terdegradasi sehingga sangat potensial mencemari lingkungan. Jika sampah plastik dibakar, akan menciptakan polusi udara, sedangkan jika dibiarkan begitu saja, plastik akan membutuhkan waktu sekitar 1000 tahun untuk dapat terurai di tanah dan 450 tahun terurai di air (Adiwijaya 2009). Tas atau kantong plastik yang dibiarkan dibuang di air dapat membunuh makhluk hidup air dan akan merusak ekosistem laut. Permasalahan sampah ini ditangani oleh Pemerintah Pusat Indonesia melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) yang menjalankan fungsi regulasinya, yaitu menerapkan Undang - Undang No. 18/2008 tentang pengelolaan sampah. Salah satu isi dari undang - undang tersebut adalah memaksa para pebisnis ritel modern untuk membatasi penggunaan kantong plastik. Petunjuk dan pedoman khusus dari UU tersebut diturunkan dalam PP No. 81 tahun 2012. 1
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jambeck et al. yang diterbitkan pada Journal Science edisi Jumat 13 Desember 2015.
2
Peraturan tersebut menegaskan tentang pembatasan timbulan sampah, dengan contoh implementasinya adalah membatasi penggunaan kantong plastik. Tindak lanjut dari peraturan tersebut, pada tahun 2015 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan Surat Edaran tentang kantong plastik berbayar yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah dan dunia usaha. Sejalan dengan kebijakan tersebut, upaya pengurangan kantong plastik ini juga telah dilakukan beberapa perusahaan ritel di Indonesia. Kebijakan terkait kantong plastik berbayar ini nantinya akan dimasukkan dalam sebuah regulasi Peraturan Menteri (Permen) sebagai salah satu langkah pengelolaan sampah. Sementara itu kebijakan ini sudah diuji coba pada bulan Februari 2016. Upaya pembatasan penggunaan plastik tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga dari kampanye komunitas peduli lingkungan dan inisiasi pengusaha ritel. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian Adiwijaya (2009), gencarnya kampanye pembatasan penggunaan plastik ini sudah dilaksanakan di negara-negara Eropa maupun Asia. Bahkan di Indonesia, kampanye pengurangan penggunaan kantong plastik sudah dimulai sejak Oktober 2010 dengan nama kampanye Diet Kantong Plastik oleh Greeneration Indonesia. Kemudian pada tahun 2013, beberapa lembaga pegiat isu kantong plastik membentuk gerakan nasional bersama, bernama Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. Sejak munculnya gerakan tersebut, kampanye-kampanye lainnya terus bermunculan mulai dari berbagai lembaga pegiat isu lingkungan hingga peritel di Indonesia. Adanya peraturan dan kampanye tersebut ternyata tidak langsung menyelesaikan masalah persampahan di Indonesia. KLH mencatat jumlah peningkatan timbulan sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun, dengan tantangan terbesar pengelolaannya adalah penanganan sampah plastik yang tidak ramah lingkungan. Adiwijaya (2009) mengatakan dalam penelitiannya bahwa ternyata kesadaran masyarakat Indonesia akan bahaya sampah plastik serta kepedulian akan kelestarian lingkungan hidup masih rendah. Maka diperlukan adanya keseriusan dari pemerintah untuk mulai mengedukasi masyarakat dimulai dari unit paling kecil, yaitu melalui sosialisasi pada keluarga. Sosialisasi tersebut dapat dimasukan melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang merupakan gagasan baru dari pemerintah untuk membangun SDM melalui partisipasi keluarga secara aktif. Ernawati (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa Posdaya merupakan forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus dapat dikembangkan untuk merangsang dan mengembangkan forum pemberdayaan keluarga serta penggalangan kebersamaan dengan mengubah sikap dan tingkah laku. Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan upaya untuk mengurangi penggunaan plastik sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai kebijakannya, tetapi juga diperlukan upaya dari akar rumput, yaitu merubah perilaku masyarakat agar dapat mengurangi penggunaan sampah plastik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sosialisasi yang menarik dan mudah diterima agar upaya tersebut berhasil. Usaha untuk mempengaruhi pendapat, sikap dan tingkah laku pada negara yang demokratis hanya dapat dilakukan berdasarkan pada bujukan-bujukan atau ajakan (persuasi), tidak boleh berdasarkan pemaksaan (koersif) walaupun terkadang dalam pengemasan pesan-pesan mengandung sifat “fear arrousing” (menimbulkan kecemasan) ketika menerima pesan (Rudy 2005). Berlandaskan hal tersebut, maka kegiatan komunikasi (pemberian informasi)
3
kepada masyarakat harus mengutamakan upaya persuasif dengan mengutamakan komunikasi yang informatif. Sosialisasi yang persuasif tersebut bisa menggunakan media komunikasi yang menarik dan kreatif. Pada zaman yang serba digital ini, sosialisasi berupa narasi saja tidak cukup, namun juga diperlukan adanya dukungan media dan teknologi. Salah satu hal yang dapat digunakan dalam menyampaikan informasi yaitu dengan pembuatan materi informasi yang dikemas dalam bentuk media cetak (visual) berupa leaflet, folder, poster, brosur dan lain-lain atau dalam bentuk media elektronik (audio visual) berupa film, video, dan lain-lain. Meskipun kampanye pembatasan penggunaan plastik kini sudah marak di internet dan media sosial, namun nyatanya masih banyak masyarakat yang belum terdedah dan sebagian diantaranya masih sulit mengakses media tersebut. Hal ini menunjukkan sarana/saluran/media konvensional seperti leaflet dan poster masih tetap penting dan efektif digunakan, sehingga pembahasan mengenai media komunikasi berupa leaflet ataupun poster masih dibutuhkan di samping maraknya media modern seperti internet, slide¸maupun video (Rudy 2005). Masih banyaknya masyarakat yang awam dan memiliki keterbatasan dalam mengakses media modern tersebut menjadi salah satu alasan penulis memilih pembahasan media cetak konvensional berupa leaflet. Selain itu leaflet merupakan sarana untuk kegiatan publikasi dan sosialisasi yang biasanya dilakukan di tengah antara komunikasi antarpersona dan komunikasi massa, dimana khalayak yang dituju tidak secara serempak menerima pesan (Effendy 2002). Hal tersebut sesuai dengan keadaan Posdaya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, sehingga kegiatan sosialisasi yang dilakukan melalui leaflet tidak secara serempak namun menjangkau unit-unit terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Berdasarkan situasi tersebut, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana efektivitas media leaflet dalam upaya mengurangi penggunaan plastik? Masalah Penelitian Berbagai regulasi sebagai bentuk upaya mengurangi sampah plastik sudah diterapkan oleh pemerintah. Mulai dari UU No. 8 tahun 2008 yang mengatur tentang pengelolaan sampah, PP No. 81 tahun 2012 tentang pembatasan timbulan sampah, hingga peraturan plastik berbayar. Kenyataannya upaya pemerintah yang dilakukan tersebut belum memberikan hasil yang signifikan, sehingga Indonesia diprediksi masih menduduki posisi dua sebagai penghasil sampah plastik terbanyak di dunia pada tahun 2025 (Jambeck et al.). Kondisi tersebut disebabkan belum adanya kesadaran dari masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik. Berdasarkan hal itu, maka diperlukan adanya upaya sosialisasi dari aras terkecil masyarakat, yaitu sosialisasi pada keluarga melalui Posdaya, yang merupakan gagasan baru dari pemerintah untuk membangun SDM melalui partisipasi keluarga secara aktif. Kegiatan sosialisasi biasanya dilakukan di antara komunikasi antarpersona dan komunikasi massa, dimana khalayak yang dituju tidak secara serempak menerima pesan, dapat dibantu media komunikasi nonmassa berupa leaflet (Effendy 2002). Media leaflet dipilih menjadi media sosialisasi karena memiliki beberapa kelebihan seperti lebih menarik dan dapat diingat lebih lama, selain itu leaflet juga dapat disimpan dan bisa dilihat kembali sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Situasi tersebut menimbulkan pertanyaan
4
bagaimana perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu rumah tangga setelah membaca leaflet? Hasil penelitian Limandoko (2000) menunjukkan bahwa desain mampu membentuk perilaku dengan syarat desain tersebut mampu mengomunikasikan pesan dengan baik kepada khalayak secara tepat sasaran. Menurutnya, langkah awal yang ideal untuk mencapai tujuan itu adalah dengan mengetahui karakteristik khalayak sasaran. Faktor-faktor tersebut salah satunya adalah faktor internal dari individu yang dituju, karena setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memengaruhi hasil akhir dari sosialisasi yang dilakukan. Maka timbul pertanyaan bagaimana hubungan karakteristik individu terhadap efektivitas media leaflet dalam sosialisasi? Media leaflet dirancang khusus menggunakan elemen-elemen desain grafis agar mampu menarik perhatian. Effendy (2002) membagi elemen desain berupa bentuk, warna, gambar/ilustrasi, huruf dan bahasa yang digunakan. Hasil penelitian Kamil et al. (2013) menunjukkan bahwa huruf dan warna yang terdapat pada media cetak merupakan salah satu komponen yang paling penting karena menurut respondennya, kedua hal tersebut mempengaruhi kenyamanan membaca media cetak. Berdasarkan hal tersebut, maka timbul pertanyaan bagaimana hubungan desain leaflet terhadap efektivitas media leaflet dalam sosialisasi? Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan utama sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan yaitu menganalisis pengaruh media leaflet dalam mengubah perilaku mengurangi penggunaan plastik di tingkat keluarga. Sedangkan tujuan-tujuan penelitian yang lebih spesifik adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku ibu rumah tangga setelah membaca leaflet. 2. Mengidentifikasi hubungan karakteristik individu terhadap efektivitas media leaflet dalam sosialisasi. 3. Mengidentifikasi hubungan desain leaflet terhadap efektivitas media leaflet dalam sosialisasi. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Pemerintah dan instansi terkait, sebagai masukan dalam strategi sosialisasi dan promosi kebijakan atau peraturan yang ditujukan untuk masyarakat. 2. Peneliti dan akademisi, sebagai bahan informasi dan bahan pembanding mengenai penelitian sejenis. 3. Fasilitator atau kader, sebagai bahan masukan dalam memperbaiki proses sosialisasi. 4. Masyarakat umum, sebagai masukan pengetahuan tentang bahaya dan cara penanganan sampah plastik.
5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Definisi Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses yang tidak dapat kita hindari. Komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio yang dalam Kamus Latin Indonesia berarti “pemberitahuan”2. Kata communicatio ini bersumber pada kata communis yang berarti “sama”, yang mempunyai maksud “sama arti” atau “sama makna”. Effendy (2002) menjelaskan bahwa pengertian komunikasi berkembang seiring perkembangan zaman. Selain bermakna pemberitahuan, komunikasi juga diartikan sebagai pengumuman, penerangan, penjelasan, penyuluhan, perintah, instruksi, komando, nasihat, ajakan, bujukan, dan sebagainya. Melihat dari berbagai makna itu, komunikasi tidak lagi merupakan upaya agar orang tahu, tetapi juga agar seseorang melakukan sesuatu atau melaksanakan kegiatan tertentu. Terlepas dari berbagai makna tersebut, komunikasi tetap memiliki inti hakikatnya, yaitu adanya “kesamaan makna” didalam prosesnya (Effendy 2002). Definisi komunikasi menurut Black dan Bryant (1992) adalah proses orangorang berbagi makna, dimana seseorang (komunikator) mengirimkan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) karena adanya pengalihan pesan sehingga orang saling mempengaruhi (Lubis et al. 2010). Komunikasi tidak hanya dari satu individu ke individu lainnya, tetapi juga bisa dari satu individu ke suatu kelompok atau bahkan ke masyarakat luas. Berelson dan Stainer (1972) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan lambang-lambang – kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lainlain (Effendy 2002). Pengertian komunikasi ini bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga gagasan, emosi, dan keterampilan. Effendy (2002) juga menjelaskan pengertian menurut Carl I Hovland, komunikasi merupakan proses dimana seseorang menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain. Hovland menerangkan bahwa komunikasi mempunyai tujuan untuk mengubah perilaku, yaitu di dalamnya terdapat bagaimana cara agar seseorang atau sejumlah orang berperilaku tertentu, melakukan kegiatan tertentu, atau melakukan tindakan tertentu. Pengertian Hovland ini kemudian dikembangkan oleh Miller (1966), yaitu komunikasi mengandung situasi keperilakuan sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu kesan kepada seseorang atau sejumlah penerima yang secara sadar bertujuan mempengaruhi perilakunya (Effendy 2002). Lebih lanjut lagi, Effendy (2002) merangkum tiga tujuan sentra komunikasi menurut para ahli, yaitu: - To secure understanding (memastikan pemahaman) - To establish acceptance (membina penerimaan) - To motivate action (motivasi kegiatan) Pengertian tersebut menunjukkan pengertian komunikasi sebagai proses agar sasaran komunikasi pertama-tama harus bisa memahami isi pesan. Jika sudah 2
Kamus Latin Indonesia karya Drs. K. Prent C.M., Drs J. Adisubrata, dan W.Js. Poerwadarminta yang dikutip oleh Effendy (2002)
6
memahami, berarti mereka sudah bisa menerima kemudian penerimaan tersebut butuh dibina, sehingga hal itu bisa menjadi dasar untuk memotivasi mereka agar melakukan suatu kegiatan. Maka setelah melihat beberapa penjabaran ahli tentang definisi komunikasi, tujuan awal dari komunikasi adalah adanya kesamaan makna, dan tujuan akhirnya adalah adanya perubahan perilaku, karena dalam prosesnya, tidak mungkin orang melakukan kegiatan tertentu (yang komunikator inginkan) jika tidak ada kesamaan makna (pemahaman) di dalamnya. Definisi komunikasi dari beberapa ahli tersebut juga dapat dijelaskan oleh model komunikasi Harold Lasswell. Menurut Lubis et al. (2010), pandangan Lasswell ini menekankan pada unsur-unsur pembicara (speaker), pesan (message), dan khalayak (audience). Model Lasswell ini berbunyi Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect, yang digambarkan dalam bentuk dibawah ini.
Who (Speaker)
What (Message)
Channel (or Medium)
Whom (Audience or Listener)
=
Effect
Gambar 1 Model Lasswell
Dibandingkan dengan model komunikasi dari beberapa ilmuan lainnya, pendekatan Lasswell ini memberikan pandangan tentang pengaruh (effect) dari komunikasi yang terjadi. Model ini dapat digunakan untuk melihat beragam hasil atau pengaruh dari proses komunikasi. Pengaruh atau efek yang dimaksud disini adalah adanya perubahan perilaku yang sebelumnya sudah dijelaskan pada definisi komunikasi menurut beberapa ahli. Model Lasswell ini juga menerangkan secara lebih luas tentang saluran komunikasi, yaitu suatu media yang digunakan untuk menyalurkan pesan. Berdasarkan definisi komunikasi dari beberapa ahli dan model komunikasi Lasswell, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan baik itu berupa informasi, pikiran ataupun gagasan oleh seseorang untuk mengubah sikap, opini, atau perilaku orang lain melalui suatu media tertentu dengan upaya memperoleh tanggapan. Sosialisasi Sosialisasi merupakan penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga seseorang dapat aktif di dalam masyarakat (Effendy 2011). Telah dijelaskan pada awal bab ini bahwa komunikasi bermakna “pemberitahuan”. Komunikasi yang memberikan efek mengerti dan kemudian menjadi tahu, maka komunikasi tersebut hanya bertaraf informatif, sedangkan jika komunikator memiliki tujuan agar komunikan melakukan suatu kegiatan atau tindakan, maka tarafnya menjadi persuasif (Effendy 2002). Maka sosialisasi dapat digolongkan kedalam komunikasi yang persuasif, yaitu komunikasi yang dapat membujuk, mengajak, atau meyakinkan. Effendy (2002) dalam bukunya membahas beberapa pengertian komunikasi persuasif menurut beberapa ahli, yaitu:
7
a. Menurut Kenneth E. Anderson yang membatasi persuasi hanya pada komunikasi anterpersona. Kenneth mengatakan bahwa terdapat tiga pergeseran penekanan yang penting antara batasan komunikasi dengan persuasi. Pertama, komunikasi diartikan sebagai upaya “mempengaruhi” kognisi, sedangkan pada persuasi dampak terhadap kognisi diupayakan untuk menghasilkan perubahan pada sikap, kepercayaan, nilai, atau tindakan. Pergeseran kedua adalah penekanan pada kesenjangan dari perubahan, yaitu menyebabkan perubahan tanpa menggunakan paksaan. Pergeseran yang ketiga adalah perubahan pada sikap atau kegiatan yang diinginkan oleh komunikator. b. Menurut Edwin P. Bettinghause, agar bersifat persuasif suatu komunikasi harus mengandung upaya yang dilakukan oleh seseorang dengan secara sadar untuk mengubah perilaku orang lain dengan menyampaikan beberapa pesan. Menurutnya, yang diubah dengan upaya secara sadar itu hanya perilaku, sedangkan proses komunikasinya bisa tatap muka ataupun melalui media. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan salah satu penyampaian komunikasi persuasif. Proses penyampaian pesan tersebut dengan upaya mempengaruhi kognisi seseorang yang selanjutnya diharapkan menghasilkan perubahan pada sikap dan perilaku yang diinginkan oleh komunikator tanpa adanya paksaan. Sosialisasi bisa dilakukan melalui tatap muka ataupun dengan menggunakan media. Efektivitas Komunikasi Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan (Ernawati 2011). Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan, jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya (Maulida 2013). Efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang sesuai dengan harapan. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian definisi komunikasi, Miller memperluas pengertian komunikasi dengan adanya tujuan perubahan perilaku (Effendy 2002). Menurutnya, komunikasi bukan sekadar upaya memberi tahu, tetapi juga upaya memengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa jika tujuan perubahan perilaku dalam proses komunikasi tercapai, maka komunikasi tersebut bisa dikatakan efektif. Effendy (2001) menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan efek berikut: 1. Kognitif, yaitu meningkatnya pengetahuan komunikan, meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. 2. Afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi, meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap. 3. Konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan, yang berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu. Ketiga efek yang timbul tersebut akan muncul jika diberikan dimensi-dimensi pada komunikasi, yaitu penerima pesan, isi pesan, ketepatan waktu, media
8
komunikasi, format, dan sumber pesan (Hapsari 2013). Hasil penelitian Hapsari (2013) menunjukkan bahwa dimensi yang mempunyai efektivitas komunikasi paling tinggi adalah isi pesan dan media komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa jika isi pesan dikombinasikan dengan media komunikasi maka proses komunikasi akan semakin efektif. Media Komunikasi Kegiatan komunikasi pada umumnya dilakukan melalui media, seperti yang diungkapkan pada model komunikasi Lasswell. Effendy (2002) membagi komunikasi bermedia ke dalam dua bagian, yaitu komunikasi media utama dan komunikasi media kedua. Komunikasi melalui media utama merupakan penyampaian pesan melalui lambang, contohnya bahasa, biasanya komunikasi ini merupakan komunikasi secara tatap muka. Sedangkan komunikasi media kedua merupakan proses penyampaian pesan kepada orang lain menggunakan suatu sarana sebagai media. Media kedua ini digunakan oleh komunikator jika komunikan berada di tempat yang jauh atau dalam jumlah yang banyak. Contohnya adalah televisi, surat kabar, poster, leaflet, telepon, dan lain-lain. Penelitian ini akan memfokuskan tentang komunikasi media kedua. Lebih jauh lagi, Effendy (2002) menjelaskan bahwa media kedua ini diklasifikasikan menjadi media massa dan media nirmassa (non-massa). Komunikasi massa diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan melalui media massa (Effendy 2011). Ciri utama media massa adalah bahwa media tersebut dirancang untuk menjangkau banyak orang yang menimbulkan keserempakan (simultaneity). Bungin (2008) mengungkapkan bahwa komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan penyederhanaan dari komunikasi melalui media massa, contohnya televisi, surat kabar, radio, dan lain-lain. Komunikasi media nirmassa (non-massa) terbagi ke dalam dua bagian, yaitu media individual, contohnya telepon, sms, fax, dan lain sebagainya. Serta media umum, yaitu sarana komunikasi yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesannya ke khalayak luas, contohnya leaflet, poster, brosur, dan lain sebagainya. Meskipun media massa dan media umum ini sama-sama ditujukan kepada khalayak luas, terdapat perbedaan dalam aspek keserempakan (simultaneity) ketika masyarakat/khalayak menerima suatu pesan. Media massa menimbulkan keserempakan disebabkan oleh jumlah orang yang dijadikan sasaran sangat besar. Sementara itu untuk media umum, orang yang membaca pesan melalui media tersebut (leaflet, poster, brosur, dan lain-lain) tidak serempak atau dalam waktu yang relatif berbeda-beda (Effendy 2002). Blake dan Haroldsen (1979) menyebut komunikasi tersebut sebagai medio communication, yang berarti komunikasi medio (Effendy 2002). Medio dalam bahasa latin memiliki arti “tengah”, yang bermakna di tengah antara komunikasi antarpersona dan komunikasi massa. Jika ditinjau dari jenisnya, media komunikasi dibagi menjadi tiga bagian. Widjaja (2010) membagi media komunikasi menjadi media audio, media visual, dan media audio visual. Media audio merupakan media yang dapat didengar, misalnya radio, tape recorder, dan sebagainya. Media visual adalah media yang
9
dapat dilihat, seperti slide, surat kabar, buletin, pamflet, leaflet, dan lain-lain. Sedangkan media audio-visual adalah media yang bisa dilihat dan didengar sekaligus, misalnya video, film, televisi, dan lain-lain. Selain jenis media tersebut, pesan juga bisa disampaikan melalui media cetak ataupun media elektronik. Media cetak merupakan media generasi kedua sebelum adanya teknologi media elektronik, media ini merupakan susunan atas unsur-unsur visual saja. Media cetak memiliki beberapa keunggulan di antaranya bentuknya yang praktis, pesannya dapat dilihat berulang serta dapat disimpan jika suatu saat diperlukan. Beberapa contoh media cetak di antaranya poster, leaflet, folder, brosur, dan lain-lain. Sedangkan media elektronik meliputi gabungan antara unsur audio dan visual. Media audio visual ini memberikan banyak keuntungan di antaranya mampu menarik perhatian komunikan, praktis dan mudah dibawa dalam bentuk piringan CD, serta dapat menunjukkan tahapan demi tahapan secara jelas dan rinci. Pada penelitian ini peneliti membatasi penelitian pada media nirmassa (nonmassa), berupa media visual tercetak, yaitu leaflet. Hal ini dikarenakan media umum merupakan sarana untuk kegiatan publikasi dan sosialisasi yang biasanya dilakukan di antara komunikasi antarpersona dan komunikasi massa, dimana khalayak yang dituju tidak secara serempak menerima pesan. Selain itu, komunikasi melalui media leaflet ini relatif mudah dilakukan secara mandiri oleh kader atau fasilitator pada posdaya. Hal ini akan membantu pemerintah dalam memecahkan permasalahan kurangnya dukungan media informasi pada masyarakat yang sulit terjangkau media massa atau media elektronik. Leaflet Leaflet merupakan salah satu media komunikasi yang biasa digunakan untuk berbagai macam proses komunikasi, seperti publikasi, sosialisasi, penyuluhan, iklan, dan lain sebagainya. Leaflet dapat diartikan sebagai selebaran yang berisi informasi mengenai suatu hal atau peristiwa tertentu untuk diketahui oleh umum. Sebagai media komunikasi, leaflet lebih tahan lama dan dapat disimpan untuk dilihat sewaktu-waktu. Menurut Bovee dan Arens (1986), leaflet mempunyai ukuran standar 8.5 x 11 inchi. Leaflet atau dalam Bahasa Inggris disebut flyer (flier) pada umumnya tercetak pada satu atau kedua sisinya (Adawiyah 2003). Berdasarkan panduan Bimbingan Teknis Media Cetak dari Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2013), leaflet dapat berupa lipatan maupun tidak terlipat. Pada panduan ini juga dijelaskan bagian muka lembar leaflet berisikan judul tulisan dan uraian tulisan pembuka materi informasi yang akan disampaikan. Pada bagian lembar belakang leaflet berisikan muatan isi materi lanjutan dari lembar depan leaflet. Isi materi informasi yang disampaikan melalui leaflet harus singkat jelas dan padat berupa pokok – pokok uraian yang penting saja dengan menggunakan kalimat yang sederhana. Pembuatan leaflet sangat dianjurkan dilengkapi dengan pemberian gambar sederhana dan terfokus yang akan memperjelas materi tulisan untuk menarik minat sasaran pembaca leaflet. Saefudin dan Setiawan (2006) menjelaskan bahwa umumnya leaflet dikeluarkan oleh penerbitnya dengan tujuan untuk memberitahukan atau menginformasikan tentang sesuatu peristiwa atau kegiatan terkini kepada masyarakat luas. Namun terdapat beberapa jenis leaflet yang dilihat dari segi fungsi media komunikasi secara umum, yaitu:
10
1. Leaflet yang berfungsi informatif, yaitu leaflet yang dibuat dengan maksud untuk memberitahukan atau menginformasikan sesuatu peristiwa atau kegiatan tertentu dari lembaga yang menerbitkannya itu. Secara fisik tidak bisa dibedakan dalam hal isi yang disampaikannya, kecuali tentu saja jika yang dilihatnya adalah masalah kualitas kertasnya dan teknik penyajiannya serta kedalaman isinya. 2. Leaflet yang berfungsi edukatif, yaitu leaflet yang di samping sudah mengandung sifat informatif, namun di dalamnya terkandung juga aspek edukatif. Isinya disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi unsur-unsur pendidikan di dalamnya. Jenis leaflet ini banyak dibuat di perpustakaan dan lembaga-lembaga penelitian lainnya. Contohnya antara lain dalam bentuk bulletin, selipat. 3. Leaflet yang berfungsi rekreatif, leaflet jenis ini bersifat menghibur pembacanya, atau setidaknya berisi tentang informasi mengenai aspek hiburan atau entertainment. Banyak kita jumpai misalnya dalam arena pameran atau hiburan-hiburan massal. 4. Leaflet yang berfungsi persuasif, leaflet jenis ini biasanya dibuat oleh kalangan yang mempunyai tujuan-tujuan atau kepentingan tertentu, baik kepentingan yang bersifat bisnis, sosial, ataupun agama. Misi akhir dari jenis leaflet ini adalah agar para pembacanya terpengaruh oleh ajakan sesuai dengan yang disajikan dalam leaflet. 5. Leaflet yang berfungsi promosi atau iklan, leaflet jenis ini yang terbanyak kita jumpai. Sebenarnya fungsi-fungsi umum seperti sudah disebutkan di atas tetap ada, namun untuk yang satu ini sudah lebih mengarah kepada unsur-unsur bisnis dan bertujuan komersial. Bentuknya antara lain adalah iklan suatu produk tertentu dari perusahaan tertentu. Penelitian ini dibatasi pada jenis leaflet edukatif, yang juga di dalamnya berisi pesan informatif. Isinya disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi unsur-unsur pembelajaran (perubahan perilaku). Maka pada media leaflet perlu penyajian pesan yang sesuai dengan keadaan ukurannya dan sasaran yang dituju (Firda 2013). Penyajian pesan yang baik dapat dilihat dari efek yang terjadi pada masyarakat yang dituju setelah membaca pesan. Menurut Effendy (2002), terdapat tiga efek yang dapat dilihat, yaitu: 1. Efek kognitif, yang bersangkutan dengan penalaran, audiences memahami pesan yang merangsangnya melalui leaflet yang dibacanya. 2. Efek afektif, audiences merasa tersentuh hatinya oleh pesan tersebut, seperti perasaan bangga, kagum, penasaran, ataupun takut. 3. Efek konatif, yaitu dampak yang timbul pada audiences dalam bentuk perilaku, kegiatan, tindakan, dan sebagainya. Lebih jauh lagi Effendy (2002) memaparkan beberapa faktor yang dapat menentukan komunikatif atau tidaknya sebuah media cetak visual, yaitu: 1. Bentuk. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, leaflet memiliki beberapa macam bentuk ada yang terlipat maupun tidak. Bahkan terdapat juga poster yang tidak berbentuk persegi panjang, melainkan bulat atau mengikuti suatu bentuk objek tertentu. Faktor bentuk ini juga harus memperhatikan kemudahan pembaca dalam memegang dan membaca leaflet tersebut.
11
2. Warna. Warna merupakan faktor yang sangat penting bagi leaflet, karena menjadi pemikat perhatian khalayak. Warna yang mencolok dan enak dilihat akan lebih menarik dibanding dengan yang polos dan tidak berwarna. Namun dalam pemilihan warna pada leaflet perlu memperhatikan tema dan isu apa yang dibahas agar sesuai dengan isi pesan. 3. Ilustrasi (gambar). Ilustrasi dan gambar memiliki keunggulan yaitu dapat mendeskripsikan suatu hal yang sulit dijelaskan, atau sesuatu yang akan panjang jika dijelaskan. Adanya gambar ataupun ilustrasi di dalam leaflet akan membantu pembaca memahami isi pesan yang disampaikan, selain itu juga akan membuat pesan semakin jelas tanpa penjelasan yang berteletele. Di samping sebagai penunjang pemahaman, gambar jga biasanya digunakan untuk mempercantik leaflet. 4. Bahasa. Bahasa maksudnya adalah kalimat yang efektif, jelas, serta menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa yang digunakan juga harus bahasa umum yang dimengerti oleh seluruh lapisan masyarakat. 5. Huruf. Bentuk, jenis, warna, dan ukuran huruf juga menjadi faktor yang penting. Huruf harus bisa terbaca dari jarak pandang baca yang normal (30 cm dari mata), berarti harus menggunakan ukuran yang sesuai dan tidak terlalu kecil. Jenis dan bentuk huruf juga perlu diperhatikan, karena berhubungan dengan kemudahan dan kenyamanan membaca. Selain itu warna huruf harus kontras dengan warna latar agar kalimat dapat terbaca dengan jelas. Efektivitas Leaflet sebagai Media Sosialisasi Seperti yang telah dibahas sebelumnya, efektivitas merupakan usaha pencapaian sasaran yang sesuai dengan harapan. Jika dikaitkan dengan komunikasi dan sosialisasi, maka harapan atau tujuan tersebut adalah adanya peningkatan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku dari komunikan. Efektivitas komunikasi dapat dilihat dari beberapa komponen, salah satunya adalah media atau saluran yang dipakai. Jika media yang digunakan dapat menghasilkan pencapaian tujuan komunikasi, berarti komunikasi tersebut dikatakan efektif. Pentingnya media dalam melakukan sosialisasi dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan Murdiyanto (2011), yang menunjukkan penggunaan media penyuluhan berupa metode audio visual menunjukkan peningkatan lebih tinggi dibanding dengan metode farmer meeting dan farmer field day terhadap pengetahuan serta mempengaruhi petani untuk menanam kool dengan baik. Penelitian Gani et al. (2013) menunjukkan bahwa media leaflet tentang penanggulangan AIDS mampu meningkatkan praktik mencegah HIV/AIDS dibandingkan media cetak lain seperti poster. Bentuk leaflet yang sederhana, mudah dibawa kemana-mana, informasi yang tersaji pun jelas sehingga mudah dibaca dimana pun dan pengguna dapat melihat isinya pada saat santai membuat
12
media leaflet mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap lebih tinggi daripada poster yang ditempelkan dan informasinya tersaji singkat. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Siagian et al. (2008) menyatakan bahwa perlakuan pemasangan poster dan leaflet mampu memperbaiki tindakan siswa dalam mengonsumsi jajanan. Berdasarkan beberapa penelitan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa leaflet dapat dijadikan media sosialisasi untuk mencapai tujuan berupa peningkatan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku. Maka dapat jika tujuan perubahan perilaku dalam proses komunikasi tercapai, maka komunikasi tersebut bisa dikatakan efektif. Plastik Plastik merupakan salah satu bahan baku yang paling banyak digunakan untuk membuat peralatan rumah tangga, industri, maupun keperluan lainnya. Plastik adalah bahan yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah daripada serat, dan dapat dilunakkan atau dicetak pada suhu tinggi. Hasil cetakan tersebut didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam berbagai bentuk sesuai fungsinya. Perkembangan produk plastik di Indonesia sangat pesat pada hampir dua dekade terakhir dengan merambah hampir semua jenis kebutuhan manusia (Sahwan et al. 2005). Pembuatan plastik di Indonesia membutuhkan 12 juta barel minyak bumi per tahun, dan 14 juta pohon ditebang. Hal itu dikarenakan plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Menurut Hermono (2009), secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu plastik yang dapat didaur ulang atau dicetak lagi (thermoplastic) dan yang tidak dapat didaur ulang atau dicetak lagi (thermoset). Plastik yang dapat didaur ulang dibagi menjadi beberapa jenis dengan diberikan nomor (kode) pada setiap jenis plastiknya. 1. PET (Polyethylene Terephthalate), tertera logo daur ulang dengan angka 1 di dalamnya, biasanya digunakan untuk botol plastik yang jernih atau transparan seperti botol air mineral. 2. HDPE (High Density Polyethylene), logo daur ulang dengan angka 2, biasanya dipakai untuk kemasan sampo, kosmetik, bedak dan lain-lain. 3. PVC (Polyvinyl Chloride), tertera logo daur ulang dengan angka 3. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap). 4. LDPE (Low Density Polyethylene), tertera logo daur ulang dengan angka 4, digunakan untuk plastik kemasan. Kantong plastik merupakan jenis plastik yang termasuk LDPE. 5. PP (Polypropylene), tertera logo daur ulang dengan angka 5, merupakan pilihan terbaik untuk bahan plastik, digunakan untuk botol bayi. 6. PS (Polystyrene), tertera logo daur ulang dengan angka 6, biasa dipakai sebagai bahan Styrofoam. 7. OTHER, tertera logo daur ulang dengan angka 7, yang termasuk ke dalam jenis ini adalah SAN (styrene acrylonitrile), digunakan untuk sikat gigi. ABS (acrylonitrile butadiene styrene), digunakan sebagai pipa, dan PC (polycarbonate), digunakan untuk galon. Sebagian diantara kemasan plastik yang ditemukan di pasaran berasal dari material PET, PP dan PVC yang jika dibakar atau dipanaskan bisa menimbulkan
13
dioksin, yaitu suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang (Sumbung 2012). Bahan dasar plastik juga merupakan bahan yang sulit terurai, plastik akan membutuhkan waktu sekitar 1000 tahun untuk dapat terurai di tanah dan 450 tahun terurai di air (Adiwijaya 2009). Noverriana (2011) menjelaskan bahwa plastik yang sudah tidak terpakai atau dalam kata lain telah menjadi sampah, dapat dikategorikan menjadi tiga karakteristik. Pertama, sampah plastik yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi bentuk barang baru yang mempunyai nilai jual, seperti botol sampo, botol air mineral, kemasan kopi, kemasan pewangi, dan sebagainya. Kedua, sampah berbahan plastik lain seperti botol susu, tempat makan, komputer atau televisi yang merupakan sampah-sampah yang dibuang secara berkala. Sampah seperti ini pada umumnya akan dibuang saat sudah tidak terpakai atau rusak, namun tetap dapat didaur ulang atau dipergunakan untuk keperluan lain. Terakhir adalah sampah kantong plastik, sampah jenis ini adalah sampah yang tidak diambil pemulung karena tidak memiliki nilai jual meskipun dapat didaur ulang. Sehingga sampah kantong plastik ini adalah yang paling banyak menumpuk di tempat pembuangan sampah. Kantong plastik merupakan plastik yang termasuk ke dalam jenis plastik LDPE dan HDPE. Sifatnya kuat, tembus cahaya, fleksibel dan daya proteksi terhadap uap air tergolong baik. Dua jenis plastik ini dapat didaur ulang tetapi sulit dihancurkan secara alami oleh alam sehingga dalam jangka panjang dapat menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Menurut Noveriana (2011), kantong plastik yang beredar di masyarakat memiliki berbagai ukuran dari mulai 15 cm, 17 cm, 24 cm, 28 cm, 40 cm hingga 50 cm dengan ketebalan 0,01 mm dan 0,03 mm. Kantong plastik pun memiliki berbagai warna yaitu hitam, putih, biru, merah, kuning, merah putih dan hitam putih. Meskipun semua kantong plastik pada umumnya berbahaya bagi lingkungan, tetapi kantong plastik berwarna memiliki ketebalan yang lebih tipis dibandingkan yang berwarna hitam. Sehingga, kantong plastik berwarna lebih memungkinkan untuk hancur dengan cepat dibandingkan kantong plastik hitam. Namun dalam kehidupan sehari-hari justru kantong plastik yang sangat sering digunakan oleh masyarakat adalah kantong plastik hitam karena lebih kuat. Mengurangi Penggunaan Plastik Plastik sangat membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama memudahkan dalam hal berbelanja baik itu ke pasar tradisional, supermarket, warung atau kios-kios kecil. Namun masyarakat yang menggunakan plastik biasanya akan membuang plastik sebagai sampah jika sudah tidak digunakan lagi. Besarnya penggunaan plastik di Indonesia mengakibatkan Indonesia menduduki peringkat kedua penghasil sampah plastik terbanyak di dunia3. Hal ini akan berpotensi memperburuk kualitas lingkungan jika sampah plastik tidak dapat dikelola dengan baik. Hasil penelitian yang dilakukan Noveriana (2011) menyebutkan bahwa lebih dari sebagian masyarakat sering menggunakan kantong plastik dan diantaranya 3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jambeck et al. yang diterbitkan pada Journal Science edisi Jumat 13 Desember 2015.
14
beralasan lebih praktis jika tidak membawa kantong plastik sendiri saat belanja. Pada penelitian lain, yang dilakukan oleh Sumbung (2012) mengungkapkan bahwa sebagian besar pedagang gorengan yang menggunakan plastik ternyata mengetahui dengan baik dampak buruk dari plastik tersebut. Dua penelitian tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan plastik masyarakat Indonesia sangat tinggi. Hal itu bukan karena masyarakat tidak tahu dampak buruk dari plastik, namun dikarenakan kebutuhan yang sangat tinggi akan plastik. Kerangka Pemikiran Efektivitas media leaflet Gerakan Bebas Plastik diukur berdasarkan efek yang didapatkan responden setelah membaca leaflet. Effendy (2002) menjelaskan terdapat tiga ranah efek utama yang dapat menjadi indikator keefektifan leaflet, yaitu: efek kognitif, afektif, dan konatif. Ketiga aspek tersebut merupakan aspek yang membentuk perilaku seseorang. Rakhmat (2001) mengatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang timbul dari diri individu (faktor personal) dan dari luar individu (faktor environmental). Faktor personal terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor biologis dan faktor sosiobiologis. Faktor biologis pada individu melekat pada diri yang dapat membedakannya dengan individu lainnya, contohnya adalah jenis kelamin, sifat fisik, usia, dan lain-lain. Faktor sosiobiologis adalah karakteristik yang didapatkan individu dari proses sosial dan mempengaruhi kepribadiannya, contohnya adalah motivasi, self monitoring, dan lain-lain. Sedangkan faktor dari luar individu adalah faktor yang didapat dari lingkungan sekitar individu, contohnya pendidikan, pekerjaan, ekonomi, keluarga, dan lai-lain. Keberhasilan pelaksanaan sosialisasi Gerakan Bebas Plastik dapat dilihat dari perubahan pengetahuan, sikap, dan kecenderungan perilaku responden yang diberikan leaflet. Perubahan ketiga aspek tersebut sangat berhubungan dengan pembentukan sikap dan perilaku responden yang berkaitan erat dengan karakteristik personal dan eksternal yang telah dijelaskan sebelumnya. Penelitian Marlina et al. (2009) dan Hamtiah et al. (2012) juga menunjukkan adanya hubungan nyata dan positif antara faktor-faktor karakteristik individu dengan peningkatan kognitif, afektif dan konatif. Karakteristik individu yang dipilih pada penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. Jenis kelamin tidak digunakan karena responden yang dipilih adalah ibu rumah tangga, sedangkan jenis pekerjaan tidak dipilih dikarenakan sebagian besar responden tidak memiliki pekerjaan ganda. Selain itu, Rakhmat (2001) menjelaskan terdapat faktor lainnya yang berhubungan dengan keefektifan media leaflet, yaitu kepribadian individu yang berkaitan dengan ketertarikan seseorang terhadap image media (bentuk, warna, dan tampilan). Media Leaflet merupakan media yang dirancang menggunakan elemen-elemen desain grafis, seperti bentuk dan warna. Effendy (20 02) memaparkan beberapa faktor yang dapat menentukan komunikatif atau tidaknya sebuah media cetak visual, yaitu bentuk, warna, gambar/ilustrasi, huruf, dan bahasa. Effendy (2002) juga menambahkan, pesan yang disampaikan disertai dengan banyak gangguan seperti gambar akan lebih efektif menghasilkan perubahan. Tercapainya tujuan suatu komunikasi, merupakan indikator dari efektif atau tidaknya komunikasi tersebut, sehingga untuk melihat efektifitas leaflet, perlu
15
diketahui perubahan aspek kognitif, afektif dan konatif sebelum dan sesudah diberikannya media leaflet. Untuk mengukur efektivitas leaflet dapat dilihat dengan membandingkan hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Karakteristik Individu Usia Tingkat Pendidikan Jumlah Tanggungan Keluarga
Efektivitas Media Leaflet Kognitif (pengetahuan) Afektif (sikap)
Desain Leaflet (Warna, Gambar/Ilustrasi, Huruf, Bahasa) Ket:
Konatif (tindakan)
Hubungan
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Hipotesis 1. Terdapat peningkatan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan perilaku setelah membaca leaflet. 2. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas media leaflet. 3. Terdapat hubungan antara desain leaflet dengan efektivitas media leaflet.
16
17
PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk menunjang dan memperkuat data dan informasi yang diperoleh. Penelitian kuantitatif yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2011). Penelitian eksperimental umumnya melibatkan dua kelompok yang terdiri dari kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok pembanding (control group). Adanya kelompok pembanding ini berguna untuk meminimalisir ketidakvalidan data yang diperoleh serta sebagai pembanding untuk mengetahui adanya perbedaan efek dari suatu perlakuan yang diberikan. Penelitian ini dirancang dengan metode True Experimental dan dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden dengan menggunakan rancangan percobaan Pretest-Posttest Control Group Design. Desain ini menggunakan dua kelompok yang dipilih secara acak dari dua populasi yang berbeda, kemudian diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perlakuan kepada responden diberikan untuk melihat perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku responden melalui media berupa leaflet, yang dibuat sendiri oleh peneliti. Leaflet merupakan jenis media cetak yang dipilih dalam menyebarkan informasi ataupun sosialisasi mengenai pengurangan penggunaan kantong plastik. Desain leaflet dibuat dengan menggunakan Adobe Photoshop CS6 dan Adobe Indesign CS6 yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran leaflet pada umumnya yaitu 8.5 x 11 inchi. Pesan yang dimasukan ke dalam leaflet merupakan penjelasan tentang pengertian dan bahan baku plastik, lamanya penghancuran plastik, jumlah sampah plastik, dampak dan masalah yang ditimbulkan oleh sampah plastik, upaya pengurangan penggunaan kantong plastik dan pemberitahuan uji coba kebijakan kantong plastik berbayar. Data kualitatif didapatkan melalui observasi (pengamatan langsung), dan teknik wawancara mendalam kepada kader posdaya serta tokoh masyarakat. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dua Posdaya binaan Institut Pertanian Bogor (IPB), yaitu: 1. Wilayah Posdaya Puspa Lestari, RW 07 Babakan Sukamantri, Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. (Kelompok eksperimen) Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purporsive) dengan berbagai pertimbangan, di antaranya: 1) Posdaya Puspa Lestari merupakan salah satu Posdaya binaan IPB yang sudah banyak mendapatkan prestasi nasional dan menjadi posdaya percontohan. 2) Sebagai Posdaya yang berprestasi, maka masyarakat pada wilayah Posdaya tersebut akan mudah dikoordinasikan untuk berkumpul mengikuti rangkaian penelitian.
18
3) Posdaya ini juga sangat aktif dalam empat bidangnya (Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan Hidup, dan Ekonomi) salah satunya di bidang lingkungan. 4) Perhatian Posdaya Puspa Lestari terhadap bidang lingkungan dapat dilihat dari keseriusannya dalam penanganan bank sampah, pengembangan program Kawasan Tanpa Rokok, menciptakan rumah hijau dan pengembangan lahan pekarangan, serta yang terbaru akan dilaksanakan adalah pembuatan lubang biopori di pekarangan rumah. 5) Ketika melakukan penjajagan, masyarakat di sana belum mengetahui adanya kebijakan plastik berbayar. 2. Wilayah Posdaya Kenanga, Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. (Kelompok Kontrol) Pemilihan lokasi kelompok kontrol dilakukan secara sengaja (purporsive) dengan berbagai pertimbangan, di antaranya: 1) Karakteristik demografis wilayah Posdaya Kenangan tidak jauh berbeda dengan Posdaya Puspa Lestari. 2) Posdaya Kenangan juga merupakan Posdaya yang banyak mendapatkan prestasi nasional dan menjadi posdaya percontohan. 3) Posdaya ini juga sangat aktif dalam empat bidangnya (Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan Hidup, dan Ekonomi) salah satunya di bidang lingkungan melalui Kebun Bergizi dan Daur Ulang Sampah. 4) Ketika melakukan penjajagan, masyarakat di sana belum mengetahui adanya kebijakan plastik berbayar. Berdasarkan pemaparan tersebut, pemilihan lokasi penelitian ini dianggap sesuai dengan topik yang diangkat yaitu tentang pengurangan penggunaan kantong plastik. Posdaya Kenanga sebagai wilayah kelompok kontrol dipilih karena memiliki karakteristik yang hampir sama seperti Posdaya Puspa Lestari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2016. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan skripsi, kolokium, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi (Lampiran 2). Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data penelitian yang digunakan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner pretest postest, hasil pengamatan langsung di lapangan, serta wawancara. Data mengenai karakteristik responden dikumpulkan berdasarkan faktor-faktor yang diteliti yaitu usia, jumlah tanggungan keluarga, dan tingkat pendidikan. Data mengenai efektivitas diperoleh dari hasil pengisian kuesioner pre test dan post test, sedangkan data mengenai desain leaflet diperoleh dari hasil pengisian post test. Pengisian jawaban oleh responden harus didampingi oleh peneliti agar tidak terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan pertanyaan. Kuesioner dibuat oleh peneliti mengacu pada leaflet yang telah dibuat sebelumnya. Terdapat dua kuesioner, yaitu kuesioner pre-test dan post-test. Kuesioner pre-test terdiri dari empat bagian yaitu tipe pertama mengenai karakteristik responden, kedua mengenai pengetahuan dengan soal pilihan ganda, bagian ketiga mengenai sikap dengan tipe soal “setuju-tidak setuju”, dan bagian
19
keempat tentang perilaku dengan tipe soal “Ya-Tidak”. Kuesioner post-test juga terdiri dari empat bagian dengan tiga bagian yang sama, yaitu mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku, dan ditambah dengan bagian keempat yaitu mengenai aspek-aspek desain di dalam leaflet. Sebelumnya telah dilakukan uji coba kuesioner terhadap 10 orang responden untuk mengukur reliabilitas instrumen penelitian (Lampiran 9). Setelah diuji dengan menggunakan SPSS, ditemukan bahwa instrumen yang diuji ternyata reliabel, karena nilai α 0.859 > dari 0.60. Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dan/atau sudah diolah oleh pihak lain, yaitu BPS, profil Posdaya, data yang berasal dari kelurahan, dan data dari instansi yang terkait dengan topik penelitian. Terdapat beberapa tahap dalam memperoleh data primer. Pada kelompok eksperimen, tahap pertama yang dilakukan yaitu melakukan pre-test kepada responden. Responden diberikan kuesioner berupa pertanyaan tentang karakteristik diri, dan menjawab pertanyaan mengenai penggunaan plastik untuk menilai sejauh mana pengetahuan, sikap, dan perilaku awal yang dimiliki responden tentang penggunaan plastik. Tahap kedua yaitu responden diberikan leaflet tentang Gerakan Bebas Plastik dan diminta untuk mempelajari informasi yang ada di dalamnya. Setelah responden mempelajari informasi tersebut, responden diminta untuk mengisi kuesioner kedua yang berisi soal-soal mengenai penggunaan plastik. Jenis soal pada kuesioner kedua ini sama dengan kuesioner sebelumnya. Tahap ini merupakan tahap post-test yang dimaksudkan untuk melihat apakah terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai penggunaan plastik setelah mereka mempelajari leaflet yang diberikan. Responden juga diberikan daftar pertanyaan baru berupa penilaian terhadap aspek-aspek desain di dalam leaflet. Pada kelompok kontrol juga terdapat beberapa tahapan. Tahapan pertama yaitu melakukan pre-test seperti yang dilakukan pada kelompok eksperimen. Soal dan tipe soal yang diberikan sama seperti yang diberikan kepada kelompok eksperimen. Tahap ini juga berguna untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap, dan perilaku awal yang dimiliki responden pada kelompok kontrol. Tahap kedua yaitu responden langsung diberikan kuesioner kedua tanpa diberikan leaflet terlebih dahulu. Tahap ini merupakan tahap post-test, yang dimaksudkan untuk melihat perbandingan antara kelompok eksperimen yang diberikan leaflet dan kelompok ini yang tidak mendapatkan leaflet. Pada kelompok kontrol tidak diberikan pertanyaan beruapa penilaian terhadap desain leaflet. Teknik Pemilihan Responden Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari responden dan informan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga. Populasi sasaran pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok Posyandu wilayah Posdaya Puspa Lestari (kelompok eksperimen) dan ibu rumah tanga yang tergabung dalam kelompok Posyandu wilayah Posdaya Kenanga (kelompok kontrol). Kelompok Posyandu dipilih karena diasumsikan ibu-ibu dalam
20
kelompok ini masih aktif berbelanja dan mempunyai anak sehingga dalam kegiatan berumahtangganya masih menggunakan plastik dalam frekuensi yang tinggi. Jumlah sampel yang digunakan adalah 30 untuk masing-masing kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Populasi pada kelompok eksperimen adalah Kelompok Posyandu pada wilayah Posdaya Puspa Lestari dengan jumlah anggota sebanyak 100 orang. Penentuan pemilihan sampel dari kerangka sampling Kelompok Posyandu menggunakan teknik acak sederhana (simple random sampling). Teknik ini dipilih karena populasi yang menjadi sasaran bersifat homogen, serta keadaan populasi tidak terlalu tersebar secara geografis (Singarimbun dan Effendi 2006). Sedangkan populasi untuk kelompok kontrol adalah Kelompok Posyandu pada wilayah Posdaya Kenanga dengan jumlah anggota sebanyak 30 orang. Semua populasi pada kelompok kontrol dijadikan responden karena jumlahnya yang sesuai dengan jumlah kelompok eksperimen. Sementara untuk pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sample, yaitu peneliti sudah menentukan informan yang akan diwawancarai, seperti Kader Posdaya dan tokoh masyarakat setempat. Responden adalah orang yang diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun (pretest dan posttest). Data kelompok posyandu didapatkan dari pengurus Posdaya. Informan adalah orang yang menceritakan tentang kondisi atau lingkungannya. Informan juga berguna untuk mendukung hasil wawancara yang diberikan kepada responden, serta untuk memverifikasi hasil wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah kader posdaya dan tokoh masyarakat. Teknik Pembuatan Media Leaflet Saefudin dan Setiawan (2006) menjelaskan bahwa terdapat beberapa unsur yang harus diperhatikan pada pembuatan media leaflet pada umumnya. Berikut adalah teknik pembuatan media leaflet Gerakan Bebas Plastik yang dijadikan media sosialisasi: 1. Pendahuluan Latar belakang dari pembuatan media leaflet ini adalah adanya permasalahan sampah yang terjadi di Indonesia, khususnya timbulan tampah plastik. 2. Menentukan tujuan Setelah selesai membaca leaflet, diharapkan masyarakat mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilakunya mengenai pengurangan sampah plastik di rumah tangga. 3. Menentukan Sasaran Sasaran yang dituju adalah masyarakat luas, dari semua kalangan usia, jenis kelamin, maupun lapisan masyarakat. 4. Menentukan pesan dan informasi Pesan dan informasi yang disampaikan adalah fakta-fakta tentang plastik dan sampah plastik, dampak sampah plastik, cara menanggulanginya, dan informasi tentang kebijakan plastik berbayar. Sumber informasi didapatkan dari website Kampanye Diet Kantong Plastik dan KLKH. 5. Menentukan unsur pelengkap, penunjang dan tampilan fisik Terakhir adalah membuat desain yang menarik, dengan memperhatikan unsur warna, bentuk, gambar/ilustrasi, huruf, dan bahasa.
21
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan pengolahan data secara kuantitatif. Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi mengenai karakteristik responden dan desain leaflet, kemudian dilakukan pengkodean yang akan berlanjut pada tahap perhitungan persentase jawaban dengan menggunakan sistem tabulasi silang. Data tersebut akan diolah menggunakan software Microsoft Excel 2016 dan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows versi 21.0. Hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas leaflet diolah menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk data ordinal. Hubungan antara desain leaflet dengan efektivitas leaflet juga akan diolah menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Sementara itu untuk mengetahui efektivitas leaflet, dilakukan tiga kali analisis. Pertama adalah menguji perbedaan kemampuan (pengetahuan, sikap, dan perilaku) awal antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, menggunakan t-test. Hasil yang diharapkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan awal kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, hal ini untuk mengetahui apakah kemampuan awal kedua kelompok memiliki kondisi yang sama atau tidak. Analisis yang kedua adalah untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan yang nyata antara hasil pre-test dan post-test pada masingmasing kelompok menggunakan t-test. Hasil yang diharapkan adala terdapat perbedaan yang nyata pada kelompok eksperimen dan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada kelompok kontrol, hal ini untuk membuktikan bahwa kelompok yang diberikan leaflet dapat meningkatkan kemampuannya. Analisis yang terakhir adalah untuk menguji hipotesis, yaitu menggunakan teknik t-test untuk dua sampel related. Data yang diuji adalah perbedaan antara perubahan kemampuan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Data kualitatif dianalisis melalui reduksi data dan penyajian data. Proses reduksi data dinilai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini adalah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak diperlukan. Selanjutnya adalah penyajian data, yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya akan ditulis dalam laporan skripsi. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional dan menggunakan beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Istilah operasional dan variabel-variabel yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut: 1. Karakteristik responden adalah segala aspek yang berada dalam diri responden atau ciri-ciri pribadi yang dimiliki responden yang berhubungan dengan aspek kehidupan, meliputi: a. Umur merupakan lama waktu hidup biologis responden pada saat penelitian dilaksanakan. Umur akan diukur dengan menggunakan data ordinal dan dihitung dalam satuan tahun.
22
2.
3.
1) 20-25 tahun = muda 2) 26-30 tahun = sedang 3) > 30 tahun = tua b. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang pernah dijalani dan telah diselesaikan oleh responden. Tingkat pendidikan responden akan diukur menggunakan data ordinal, dan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: 1) Pendidikan rendah (SD/MI/Sederajat) 2) Pendidikan sedang (SMP/MTs/Sederajat) 3) Pendidikan tinggi (SMA/SMK/MA/Sederajat) c. Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan dalam memenuhi kebutuhan hidup suatu keluarga yang berada dalam satu rumah. Variabel ini akan menyesuaikan dengan kondisi di lapang lalu akan diolah menggunakan skala ordinal. Desain Leaflet merupakan karakteristik visual leaflet yang digunakan sebagai bentuk upaya menarik perhatian audiens dengan memadukan beberapa komponen meliputi bentuk, warna, gambar/ilustrasi, huruf dan bahasa. Desain leaflet diukur melalui 11 pertanyaan yang diajukan mengenai komponen desain, yaitu warna, gambar/ilustrasi, huruf, dan bahasa. Variabel ini diukur dengan memberikan 12 pertanyaan dengan pilihan jawaban pertama (a) diberi 1, jawaban kedua (b) diberi skor 2, jawaban ketiga (c) diberi skor 3, dan jawaban keempat (d) diberi skor 4. Desain leaflet diukur menggunakan skala ordinal dengan menggunakan skor: 1) Kurang (skor 11-22) 2) Cukup baik (skor 23-33) 3) Baik (skor 34-44) Efektivitas media leaflet dikatakan efektif jika terdapat peningkatan pengetahuan, perubahan penilaian sikap, serta perubahan perilaku setelah mendapat perlakuan dari membaca leaflet. a. Peningkatan pengetahuan, meliputi tingkat pemahaman responden terhadap informasi yang disampaikan melalui media leaflet. Peningkatan pengetahuan dilihat dari perbandingan hasil pretest dan posttest. Variabel ini diukur dengan memberikan 12 pertanyaan dengan pilihan jawaban pertama (a) diberi 3, jawaban kedua (b) diberi skor 2, dan jawaban ketiga (c) diberi skor 1. Hasil akumulasi skor dikelompokkan ke dalam skala ordinal: 1) Rendah (skor 12-20) 2) Sedang (skor 21-28) 3) Tinggi (skor 29-36) b. Perubahan sikap, berhubungan dengan perasaan responden terhadap informasi yang disampaikan media leaflet serta muncul keinginan untuk melakukan apa yang disampaikan pada pesan tersebut. Perubahan sikap diukur dengan melihat perbandingan hasil pretest dan posttest. Variabel ini diukur dengan memberikan 13 pertanyaan dengan pilihan jawaban “sangat tidak setuju” diberi skor 1, “tidak setuju” diberi skor 2, “setuju” diberi skor 3, dan “sangat setuju” diberi skor 4. Hasil akumulasi skor dikelompokkan ke dalam skala ordinal: 1) Rendah (skor 13-26)
23
2) Sedang (skor 27-39) 3) Tinggi (skor 40-52) c. Perubahan perilaku, berhubungan dengan kecenderungan responden untuk bertindak atau melakukan sesuatu yang diharapkan dari pesan yang disampaikan. Perubahan perilaku diukur dengan melihat perbandingan hasil pretest dan posttest. Variabel ini diukur dengan memberikan 12 pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” diberi skor 2, dam “tidak” diberi skor 1. Hasil akumulasi skor dikelompokkan ke dalam skala ordinal: 1) Rendah (skor 12-16) 2) Sedang (skor 17-20) 3) Tinggi (skor 21-24)
24
25
GAMBARAN UMUM Kelurahan Pasirkuda Kondisi Geografis dan Demografis Kelurahan Pasirkuda berada di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan Pasirkuda terletak 5 kilometer dari Kecamatan Bogor Barat, 2.5 kilometer dari Pusat Kota Bogor, 80 kilometer dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan 60 kilometer dari Ibukota Negara, Jakarta. Kelurahan Pasirkuda ini letaknya sangat strategis, memiliki jalan utama yang menjadi jalan alternatif bagi yang ingin menghindari Sistem Satu Arah. Hal ini menjadikan Kelurahan Pasirkuda memiliki aksesbilitas baik transportasi dan komunikasi yang sangat mendukung. Secara geografis Kelurahan Pasirkuda berbatasan dengan beberapa kelurahan lainnya, yaitu: (a) pada bagian Utara berbatasan dengan Kelurahan Pasirmulya dan Kelurahan Pasirjaya, (b) sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mekarjaya dan Kelurahan Cikaret, (c) sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasirjaya, dan (d) sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Ciomas. Luas wilayah Kelurahan Pasirkuda yaitu seluas 116.5 Ha. Berdasarkan data monografi Kelurahan (2015), Kelurahan Pasirkuda berada di ketinggian 46.30 mdl, dengan curah hujan 3500 mm/tahun dan memiliki suhu udara rata-rata 30 ºC. Secara administratif Kelurahan Pasirkuda terdiri dari 12 RW dan 58 RT, dengan luas wilayah 116.5 Ha. Secara demografis, Kelurahan Pasirkuda memiliki penduduk sebanyak 13126 jiwa, yang terdiri dari 6674 jiwa laki-laki, dan 6452 jiwa perempuan, dengan 3516 KK di dalamnya. Sedangkan untuk jumlah penduduk di RW 07, yang menjadi wilayah Posdaya Puspa Lestari, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah penduduk dan kepala keluarga RW 07 Kelurahan Pasirkuda tahun 2015 Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan N % N % 01 145 28.16 112 23.73 02 131 25.44 127 26.91 03 126 24.47 125 26.48 04 61 11.84 64 13.56 05 52 10.09 44 9.32 Total 515 100.00 472 100.00 Sumber: Profil Posdaya Puspa Lestari 2015 RT
Jumlah n 257 258 251 125 96 987
% 26.04 26.14 25.43 12.66 9.73 100.00
Kepala Keluarga (KK) 75 70 79 32 26 282
Berdasarkan Tabel 2, jumlah penduduk RW 07 berjumlah 987 jiwa, yang terdiri dari 52.18 persen laki-laki dan 47.82 persen perempuan. Wilayah RW 07 memiliki jumlah lima RT dengan jumlah Kepala Keluarga secara keseluruhan yaitu 282 KK. Berdasarkan tipologi wilayah, masyarakat Kelurahan Pasirkuda merupakan masyarakat perkotaan yang pada umumnya ditandai dengan memudarnya nilai-nilai kebersamaan antar warganya. Namun fakta di lapang menunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Pasirkuda khususnya wilayah RW 07
26
masih menjunjung tinggi gotong royong dan nilai-nilai kebersamaan antar warganya. Profil Posdaya Puspa Lestari Pembentukan Posdaya Puspa Lestari diawali pada bulan Juli 2009 dengan hadirnya Mahasiswa IPB dan pembimbingnya yang menyosialisasikan program Posdaya di hadapan para kader posyandu, para ketu RT, Ketua RW, dan tokoh masyarakat. Selanjutnya Posdaya terbentuk atas musyawarah warga setempat yang dipandu oleh mahasiswa IPB pada saat lokakarya mini KKN Tematik Posdaya. Posdaya diresmikan pada tanggal 28 Oktober 2009 yang disahkan oleh para kader, tokoh masyarakat, mahasiswa IPB, Dosen IPB, dan aparat kelurahan. Secara administratif, Posdaya Puspa Lestari terletak di Babakan Sukamantri, RW 07, Kelurahan Pasirkuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa barat. Cakupan wilayah posdaya ini berada dalam tingkat RW, yaitu RW 07 dengan luas wilayah 6738 m2 yang terbagi menjadi 5 RT. Posdaya Puspa Lestari terdiri dari empat bidang seperti posdaya pada umumnya, yaitu bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan. Tumbuhnya Posdaya Puspa Lestari telah membawa suasana baru yang lebih mendukung untuk pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di RW 07. Pada bidang pendidikan, berikut program yang pernah dilaksanakan oleh Posdaya Puspa Lestari: 1) PAUD “Bina Lestari”, 2) Program kesetaraan paket B, 3) Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Berbasis Masyarakat (PRSPCBM), 4) Taman Pendidikan Qur’an (TPQ), 5) Pengajian bapak-bapak, 6) Pengajian ibu-ibu, 7) Pengajian Remaja, 8) perpustakaan warga, dan 9) Kompudaya. Pada bidang Kesehatan, meliputi: 1) Posyandu Balita, 2) Posbindu Lansia, 3). Pos Usaha Kesehatan Kerja, 4) Siaga Maternal, 5) Kawasan Tanpa Rokok (KTR), 6) Kegiatan Tri Bina, 7) Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R), 8) Kegiatan Dana Sehat, 9) Juru pemantauan Jentik (Jumantik), dan 10) Pemberantasan Sarang Nyamuk. Pada bidang Ekonomi, meliputi: 1) Koperasi Pembiayaan Ekonomi Kelurahan (KPEK), 2) Wirausaha home industry (usaha tempe, kerupuk sepatu, keripik singkong, pangsit, bolu merah, dan aneka kue kering), 3) Arisan, 4) Budidaya ternak sapi perah, sapi potong dan kambing, dan 5) ISBA (Infak Sisa Belanja) pengumpulan atau pengambilan dari rumah-rumah dilakukan setiap minggu sekali. Pada bidang ekonomi, meliputi: 1) Kegiatan kerja bakti minggu bersih), 2) Kegiatan Laskar Siaga (Pengelolaan sampah setiap hari) dan pengelolaan bank sampah, 3) Kebun bergizi dan apotek hidup, 4) Pengembangan Biogas dari kotoran ternak sapi, 5) Pembuatan pupuk cair dan kompos, dan 6) Pembuatan lubang biopori. Posdaya Puspa Lestari merupakan salah satu posdaya percontohan di Indonesia, karena prestasinya yang sudah tidak diragukan lagi. Raihan prestasi tertinggi Posdaya Puspa Lestari yaitu juara dua lomba Posdaya tingkat Nasional
27
tahun 2014. Karena prestasinya, Posdaya Puspa Lestari sering menjadi tujuan Observation Study Tour (OST) posdaya-posdaya dari seluruh Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara pengurus dan kader posdaya, Posdaya Puspa Lestari masih minim melakukan sosialisasi program-program pemerintah untuk masyarakat ataupun keluarga. Posdaya Puspa Lestari lebih sering melakukan sosialisasi program yang akan dijalankan posdaya. Sosialisasi tersebut dilakukan dengan mengumpulkan warga ataupun perwakilan-perwakilannya, seperti ketua RT atau para tokoh masyarakat. “...kalau sosialisasi biasanya ngumpulin warga, atau saat pertemuan dengan ketua-ketua RT de..” (YYN, Pengurus Posdaya) “...ibu-ibu seneng kalau ada pemberitahuan macam sosialisasi penyakit neng, apalagi kalau ada tamu langsung dari puskesmas yang jelasin..” (TTK, Kader Posyandu) “...iya itu seperti poster-poster yang ditempel, semua dari puskesmas buat di sosialisasiin, banyak juga yang minta selebaranselebarannya..” (TTK, Kader Posyandu) Program pemerintah pusat yang biasanya dititipkan ke kelurahan biasanya kebanyakan dari bidang kesehatan, contohnya tentang Keluarga Berencana atau pencegahan penyakit tertentu. Namun tidak ada sosialisasi yang disampaikan khusus ke seluruh warga. Sosialisasi hanya dilakukan melalui posyandu dan disampaikan kepada ibu-ibu yang datang ke posyandu. Biasanya media yang digunakan yaitu berupa poster, booklet, dan leaflet. Kelurahan Situ Gede Kondisi geografis dan demografis Kelurahan Situ Gede berada di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan Situ Gede terletak kurang lebih 5 kilometer dari Kecamatan Bogor Barat, 10 kilometer dari pusat Kota Bogor, dan 160 kilometer dari Ibukota Provinsi Jawa Barat. Kelurahan Situ Gede terletak di dekat Danau Situ Gede, sedikit jauh dari jalan utama sehingga akses transportasi umum sulit ditemukan di sekitar kelurahan. Secara geografis Kelurahan Situ Gede berbatasan dengan beberapa wilayah lainnya, yaitu: (a) pada bagian Utara berbatasan dengan Kali Cisadane, (b) sebelah Selatan berbatasan dengan Sindang Barang, (c) sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cikarawang, (d) dan sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bubulak. Luas wilayah Kelurahan Situ Gede yaitu seluas 232.47 Ha, dengan jumlah Rukun Tetangga 34 RT serta Rukun Warga 10 RW. Secara topografi, daerah Kelurahan Situ Gede didominasi oleh dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 250 mdpl. Curah hujan rata-rata 3.219-4.671 mm per tahun dengan suhu rata-rata 24.9o -25.8o C. Secara demografis Kelurahan Situ
28
Gede memiliki penduduk sebanyak 8155 jiwa yang terdiri dari 4094 laki-laki, dan 4061 perempuan, dengan jumlah keluarga sebanyak 2297 Kepala Keluarga (KK). Sedangkan untuk jumlah penduduk di RW 05, yang menjadi wilayah Posdaya Kenanga, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3
Jumlah penduduk dan kepala keluarga RW 05 Kelurahan Situ Gede tahun 2015
RT
Laki-laki N % 01 98 31.31 02 112 35.78 03 103 32.91 Total 313 100.00 Sumber: Kelurahan Situgede
Jumlah Penduduk Perempuan n % 96 30.38 107 33.86 113 35.76 316 100.00
Jumlah n 194 219 216 629
% 30.84 34.82 34.34 100.00
Kepala Keluarga (KK) 68 41 84 193
Berdasarkan Tabel 3, jumlah penduduk RW 05 yaitu 629 jiwa, yang terdiri dari 49.76 persen laki-laki dan 50.24 persen perempuan. Wilayah RW 05 memiliki tiga RT dengan jumlah Kepala Keluarga yaitu 193 KK. Berdasarkan tipologi wilayah, masyarakat Kelurahan Situ Gede ini merupakan masyarakat perkotaan yang umumnya dicirikan dengan memudarnya nilai kebersamaan antar warganya. Namun faktanya, meskipun termasuk wilayah kota, warga Situ Gede masih menjunjung tinggi gotong royong dan nilai-nilai kebersamaan antar warganya. Profil Posdaya Kenanga Pembentukan Posdaya Kenangan diawali pada 26 April 2010 dengan adanya pelaksanaan sosialisasi Posdaya kepada kader-kader di Kelurahan Situ Gede. Setelah diadakannya sosialisasi tersebut, masyarakat setempat setuju dan mendukung pembentukan Posdaya di Kelurahan Situ Gede. Selanjutnya dilaksanakan rapat koordinasi antar Tim Peneliti dari IPB dengan koordinator Posdaya untuk membahas lokasi percontohan kegiatan Posdaya. Posdaya kemudian diresmikan pada tanggal 22 Mei 2010 dengan RW 05 sebagai lokasi percontohannya, dan diberi nama Posdaya Kenanga. Posdaya Kenanga terdiri dari empat bidang, yaitu bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang ekonomi, dan bidang lingkungan. Pembentukan Posdaya Kenanga sendiri diharapkan dapat berperan sebagai wadah pelayanan keluarga terpadu terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan yang dapat memudahkan keluarga untuk berkembang secara mandiri dan sejahtera. Pada bidang Pendidikan, Posdaya Kenangan mengembangkan beberapa program mulai dari kejar paket bagi pelajar drop out, perpustakaan warga, PAUD/BKB, pengembangan Madrasah Ibtidaiyah (MI), serta Taman Pendidikan Al Qur’an. Selain itu Posdaya Kenanga juga aktif dalam mengembangkan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, seperti pelatihan pembuatan kompos cair dan lubang biopori.
29
Posdaya kenanga juga mengembangkan pendidikan di bidang teknologi, yaitu dengan program Komputer Pemberdayaan Keluarga. Pada bidang Kesehatan, terdapat Posdyandu yang menangani 42 balita dan ibu hamil, serta Posbindu Lansia. Posdaya Kenanga juga beberapa kali melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dan narkoba serta kesehatan jiwa. Pada bidang Ekonomi, Posdaya Kenanga mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), koperasi, pelatihan budidaya pertanian, perikanan, tanaman hias. Selain itu Posdaya Kenanga juga mengembangkan usaha pengolahan makanan ringan seperti dodol talas, keripik talas, rumah jamur, dan rumah kompos air. Pada bidang lingkungan, Posdaya Kenanga memiliki program pengolahan sampah menjadi kompos, pembuatan biopori, demplot pertanian/tanaman bergizi, Gerakan untuk Lingkungan Sehat (Geulis), serta gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan efektivitas leaflet dalam sosialisasi program gerakan bebas plastik. Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari usia, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok posyandu di wilayah Posdaya Puspa Lestari dan Posdaya Kenanga. Responden merupakan ibu rumah tangga yang memang memiliki anak batita dan balita serta bersedia untuk diwawancarai dengan perlakuan membaca leaflet (Posdaya Puspa Lestari) dan tidak membaca leaflet (Posdaya Kenanga). Pemilihan responden dilakukan melalui kerangka sampling yang sudah tersedia melalui data posyandu dari masing-masing Posdaya lalu diacak menggunakan microsoft excel. Berikut dapat dilihat karakteristik khalayak pada Tabel 4. Tabel 4
Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik RW 07 tahun 2016
Karakteristik Usia
Tingkat Pendidikan
Jumlah Tanggungan Keluarga
Kategori Muda (20-25 tahun) Sedang (26-30 tahun) Tua (> 30 tahun) Rendah (SD/MI/Sederajat) Sedang (SMP/MTs/Sederajat) Tinggi (SMA/SMK/MA/D3/S1) Rendah (< 4 orang) Sedang (4-5 orang) Tinggi (> 5 orang) Total
Kelompok Eksperimen Jumlah Persentase (n) (%) 5 16.70 9 30.00 16 53.30 5 16.70
Kelompok Kontrol Jumlah Persentase (n) (%) 5 16.70 9 30.00 16 53.30 1 3.30
5
16.70
6
20.00
20
66.70
23
76.70
6 22 2 30
20.00 73.30 6.70 100.00
8 20 2 30
26.70 66.70 6.70 100.00
30
Usia Usia pada penelitian ini dihitung dari sejak ibu-ibu lahir hingga pada saat penelitian sedang dilakukan, usia dinyatakan dalam satuan tahun. Usia dibagi ke dalam 3 kategori, seperti yang terlihat pada Gambar 3 dan 4.
17% 53%
Usia Muda Usia Sedang
30%
Usia Tua
Gambar 3 Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan usia
17% 53%
Usia Muda Usia Sedang
30%
Usia Tua
Gambar 4 Komposisi responden kelompok kontrol berdasarkan usia Gambar 3 menunjukkan sebaran usia pada kelompok eksperimen, yaitu responden di wilayah Posdaya Puspa Lestari. Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas ibu-ibu yang menjadi responden di Posdaya Puspa Lestari berada pada usia tua (> 30 tahun) mencapai 47 persen dari total 30 responden, sedangkan pada kategori usia muda (20-25 tahun) terdapat 17 persen, dan pada usia sedang (26-30 tahun) mencapai 30 persen. Berdasarkan data pada Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa mayoritas usia ibu-ibu yang terdaftar pada kelompok posyandu di wilayah Posdaya Puspa Lestari memiliki kategori usia tua, yaitu di atas 30 tahun. Gambar 4 menunjukkan sebaran usia pada kelompok kontrol, yaitu responden di wilayah Posdaya Kenanga. Terlihat pada Tabel 4 menunjukkan angka yang sama dengan Gambar 4, yaitu mayoritas usia responden di kelompok kontrol adalah kategori usia tua yang mencapai 47 persen. Berdasarkan kedua gambar ini dapat disimpulkan bahwa responden dari kedua wilayah yang dijadikan tempat penelitian ini memiliki karakteristik usia yang serupa. Hal tersebut merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian berjenis eksperimen seperti ini. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti responden sampai waktu penelitian berlangsung. Tingkat pendidikan
31
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat pendidikan rendah yaitu responden yang tamat Sekolah Dasar (SD) sederajat, kategori sedang yaitu tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat, dan tingkat pendidikan tinggi yaitu tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) ke atas.
17% 17% 66%
Rendah Sedang Tinggi
Gambar 5 Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan tingkat pendidikan 3% 20%
Rendah Sedang
77%
Tinggi
Gambar 6 Komposisi responden kelompok kontrol berdasarkan tingkat pendidikan Gambar 5 memperlihatkan bahwa pada kelompok eksperimen, mayoritas karakteristik tingkat pendidikan responden berada pada kategori tinggi sebesar 66 persen dari 30 responden. Responden yang tamat SMP sederajat dan SD sederajat memiliki jumlah yang sama yaitu sebesar 17 persen. Gambar 6 menunjukkan karakteristik tingkat pendidikan responden kelompok kontrol. Gambar 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden di kelompok kontrol memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu sebesar 77 persen dari total 30 responden. Responden yang tingkat pendidikannya tamat SMP sederajat berjumlah 20 persen, sedangkan yang tamat SD sederajat hanya mencapai 3 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa karakteristik tingkat pendidikan kedua kelompok ini hampir memiliki karakteristik yang sama, yaitu sama-sama memiliki mayoritas tingkat pendidikan yang tinggi. Jumlah Tanggungan Keluarga Kategori jumlah tanggungan keluarga responden dibagi berdasarkan data emik, yaitu data yang sesuai dengan kondisi lapang. Jumlah tanggungan keluarga
32
ini dibagi menjadi 3 kategori, yaitu rendah (< 4 orang), sedang (4-5 orang), dan tinggi (> 5 orang).
7%
20%
Rendah Sedang Tinggi
73%
Gambar 7 Komposisi responden kelompok eksperimen berdasarkan tanggungan keluarga
7% 27%
Rendah Sedang
66%
Tinggi
Gambar 8 Komposisi responden kelompok kontrol berdasarkan tanggungan keluarga Data yang didapat dari lapang menunjukkan sebaran jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 2 sampai 7 anggota keluarga. Terlihat pada Gambar 7 jumlah tanggungan keluarga responden dari kelompok eksperimen mayoritas berada di tingkat sedang, yaitu sebesar 73 persen dai 30 responden. Sedangkan pada kategori sedang sebesar 20 persen, dan tinggi sebesar 7 persen. Hal itu dikarenakan sebagian besar responden pada kelompok eksperimen sudah mengikuti anjuran keluarga berencana dengan jumlah dua orang anak. Pada Gambar 8 menunjukkan sebaran jumlah tanggungan keluarga pada kelompok kontrol. Gambar 8 menunjukkan adanya kemiripan pada mayoritas jumlah tanggungan keluarga antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu pada kategori sedang. Sedangkan kategori rendah berjumlah sebesar 27 persen dan kategori tinggi berjumlah paling sedikit sebesar 7 persen. Gambar 7 dan 8 menunjukkan adanya kemiripan kecenderungan sebaran jumlah tanggungan keluarga antara dua kelompok tersebut.
33
EFEKTIVITAS LEAFLET Pengetahuan, Sikap, dan Kecenderungan Berperilaku Awal Kemampuan awal responden merupakan kemampuan berupa pengetahuan, sikap, dan kecenderungan perilaku awal yang murni dimiliki responden dari lingkungan sekitar, pengalaman, ataupun media massa. Hasil penilaian kemampuan awal responden pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol kemudian dibandingkan dengan menggunakan t-test untuk mengetahui apakah kondisi awal responden pada kedua kelompok tersebut memiliki persamaan atau tidak. Pengetahuan Awal Pengetahuan awal responden merupakan pengetahuan yang murni dimiliki oleh responden yang bisa berasal dari sekolah, teman, keluarga, lingkungan, ataupun media massa. Pengetahuan awal bagi kelompok eksperimen bisa juga dikatakan sebagai pengetahuan sebelum diberikan perlakuan berupa leaflet. Jumlah soal pre-test yang diberikan adalah 12 soal dan diberikan kepada 30 responden dari masing-masing kelompok. Bentuk soal yang diberikan adalah soal pilihan berganda dengan 3 pilihan jawaban yang memiliki bobot nilai yang berbeda pada masing-masing jawabannya. Nilai yang diperoleh oleh responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah (nilai 12-20), sedang (nilai 21-28), dan tinggi (nilai 29-36). Kemudian nilai pengetahuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji menggunakan t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kondisi pengetahuan awal ataukah tidak. Berikut adalah jumlah persebaran responden menurut nilai pre-test pada masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 5
Jumlah dan persentase responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut nilai pengetahuan
Kategori Rendah Sedang Tinggi Total
Kelompok Eksperimen Jumlah (n) Persentase (%) 3 10.00 9 30.00 18 60.00 30 100.00
Kelompok Kontrol Jumlah (n) Persentase (%) 0 0.00 12 40.00 18 60.00 30 100.00
Tabel 5 menunjukkan 60 persen responden di kelompok eksperimen mendapatkan nilai tinggi, sedangkan 30 persen responden mendapatkan nilai sedang, dan 10 persen sisanya mendapatkan nilai rendah. Pada kelompok kontrol, jumlah responden yang mendapatkan nilai tinggi juga menjadi mayoritas yaitu sebesar 60 persen. Sedangkan untuk nilai sedang mendapatkan 40 persen, dan tidak ada responden yang mendapatkan nilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal responden dari masing-masing kelompok mengenai pengetahuan dasar tentang plastik sudah baik karena sudah mencapai kategori tinggi. Rata-rata nilai pengetahuan yang diperoleh responden pada kelompok eksperimen adalah sebesar 28.80. Rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam
34
kategori tinggi. Jumlah responden yang mencapai nilai tinggi pada kelompok eksperimen berjumlah 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal responden pada kelompok eksperimen sudah baik dengan diperolehnya kategori tinggi. Hal tersebut terlihat dari jumlah responden yang mendapatkan nilai di atas rata-rata lebih besar jumlahnya dibanding responden yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Pada Tabel 6 dapat dilihat nilai rata-rata per pertanyaan yang telah diajukan kepada responden. Hasilnya terlihat bahwa pada kelompok eksperimen, pertanyaan mengenai “dampak penggunaan plastik terhadap pencemaran lingkungan” mendapatkan rata-rata yang paling tinggi, yaitu 2.87. Hal itu memperlihatkan bahwa sebenarnya ibu-ibu yang menjadi responden sudah sebagian besar paham dengan bahaya yang ditimbulkan plastik terhadap lingkungan. “...Biasanya ada kan di televisi, di acara-acara berita gitu neng banyak tuh plastik-plastik yang bikin banjir di sungai-sungai...” (IJW, 27 tahun) Tabel 6 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10. 11. 12.
Ket:
Nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut pertanyaan pada aspek pengetahuan Indikator komponen pengetahuan
Apa yang Ibu ketahui tentang plastik? Apa saja kegunaan plastik yang Ibu ketahui? Apa saja jenis plastik yang Ibu ketahui? Menurut Ibu, manakah dampak berbahaya yang ditimbulkan sampah plastik? Menurut Ibu, berapa lama plastik dapat terurai (hancur) hingga habis? Apa yang Ibu ketahui tentang kelebihan katong dan kemasan plastik? Bagaimana pendapat Ibu tentang penggunaan kantong plastik dalam kehidupan sehari-hari? Apakah penggunaan kantong plastik ketika berbelanja akan berdampak terhadap pencemaran lingkungan? Apa yang Ibu ketahui tentang limbah plastik yang dihasilkan Indonesia setiap tahunnya? Menurut Ibu, bagaimana cara mengurangi penggunaan plastik yang efektif? Menurut Ibu, bagaimana cara menolak pemberian kantong plastik ketika berbelanja? Apa yang Ibu ketahui tentang kebijakan pemerintah yang mengatur penggunaan plastik? Total Rataan Skor
Kelompok Eksperimen 2.50 2.40 2.20
Kelompok Kontrol 2.70 2.37 2.40
2.03
2.30
2.47
2.50
2.37
2.50
2.77
2.77
2.87
2.67
2.30
2.17
2.10
2.23
2.00
2.00
2.80
2.80
28.80
29.40
Jumlah responden masing-masing kelompok = 30 Jumlah pertanyaan = 12 Soal pilihan berganda, dengan penilaian a = skor 3, b = skor 2, c = skor 1
35
Nilai rata-rata terkecil yang didapat kelompok eksperimen berada pada pertanyaan “cara menolak pemberian kantong plastik saat berbelanja”, sebesar 2.0. Sebagian besar jawaban yang diberikan adalah dengan membawa kantong plastik sendiri. Hal ini menunjukkan pemahaman ibu-ibu di kelompok eksperimen masih kurang terhadap gerakan bebas plastik. “...kalo saya mah biasa minta kantong dek, atau engga beli kantong sendiri yang gede buat disatuin...” (YSN, 44 tahun) Tabel 6 juga menunjukkan rata-rata nilai pengetahuan kelompok kontrol, yaitu sebesar 29.40. Rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi. Jumlah responden yang mencapai nilai tinggi pada kelompok kontrol berjumlah 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal responden pada kelompok kontrol sudah baik dengan diperolehnya kategori tinggi. Hal tersebut terlihat dari jumlah responden yang mendapatkan nilai di atas rata-rata lebih besar jumlahnya dibanding responden yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Tabel 6 menunjukkan rata-rata nilai pengetahuan kelompok kontrol yang paling tinggi berada di poin pertanyaan tentang “kebijakan pemerintah mengenai penggunaan plastik”, yaitu sebesar 2.80. Hal ini memperlihatkan bahwa responden pada kelompok kontrol cukup mengetahui tentang adanya kebijakan pemerintah mengenai penggunaan plastik. “...iya kalau belanja di indomaret sekarang bayar plastiknya neng, ibu tau dari kasirnya, katanya emang dari pemerintah gitu ya...” (NHY, 40 tahun) Sementara itu, untuk rata-rata nilai pengetahuan terkecil berada pada poin pertanyaan cara menolak pemberian kantong plastik saat berbelanja, sebesar 2.00. Sama seperti kelompok eksperimen, responden kelompok kontrol belum memahami bagaimana maksud dari gerakan bebas plastik ini, mereka lebih memilih untuk membawa kantong plastik sendiri dibanding membawa keranjang belanjaan atau ecobag. Pada Tabel 6 terlihat adanya perbedaan skor pengetahuan antara pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengetahui dan memastikan apakah perbedaan tersebut berbeda nyata atau tidak nyata, maka dilakukan analisis uji t. Hasilnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (nilai thitung 0.688 < ttabel 2.04523). Nilai signifikansi yang didapat yaitu 0.497 yang nilainya lebih besar dari nilai α (0.05) yang menunjukkan tidak adanya perbedaan. Berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum pengetahuan awal kedua kelompok tidak ada perbedaan. Sikap awal Sikap awal responden merupakan sikap awal yang dimiliki responden sebelum diberikan leaflet, bisa juga dikatakan sebagai sikap terhadap penggunaan plastik yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar sebelum adanya sosialisasi melalui leaflet. Jumlah soal mengenai sikap saat pre-test berjumlah 13 soal yang diberikan kepada seluruh responden pada masing-masing kelompok.
36
Bentuk soal yang diberikan adalah dengan pilihan jawaban “sangat tidak setuju” diberi skor 1, “tidak setuju” diberi skor 2, “setuju” diberi skor 3, dan “sangat setuju” diberi skor 4. Nilai yang diperoleh oleh responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah (nilai 13-26), sedang (nilai 27-39), dan tinggi (nilai 40-52). Kemudian nilai sikap awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji menggunakan t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kondisi sikap awal ataukah tidak. Berikut adalah jumlah persebaran responden menurut nilai pre-test sikap pada masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 7
Jumlah dan persentase responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut nilai sikap
Kategori Rendah Sedang Tinggi Total
Kelompok Eksperimen Jumlah (n) Persen (%) 1 3.3 17 56.7 12 40.0 30 100
Kelompok Kontrol Jumlah (n) Persen (%) 3 10.0 12 40.0 15 50.0 30 100
Tabel 7 menunjukkan 56.7 persen responden di kelompok eksperimen mendapatkan nilai sedang, sedangkan 40 persen responden mendapatkan nilai tinggi, dan 3.3 persen lainnya mendapatkan nilai rendah. Pada kelompok kontrol, mayoritas jumlah responden berada di kategori tinggi yaitu sebesar 50 persen. Sedangkan yang mendapat nilai sedang hanya 40 persen, dan 10 persen sisanya mendapat nilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sikap awal responden pada kelompok eksperimen sudah cukup baik karena sebagian besar sudah mencapai kategori sedang, sedangkan pada kelompok kontrol sikap awal sebagian respondennya sudah sangat baik karena sudah mencapai nilai kategori tinggi. Rata-rata nilai sikap yang diperoleh responden pada kelompok eksperimen adalah 37.9. Rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam kategori sedang. Jumlah responden yang mencapai nilai sedang pada kelompok eksperimen mencapai 56.7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sikap awal responden pada kelompok ini sudah cukup baik karena lebih dari setengahnya berada di atas nilai rata-rata. Pada Tabel 8 juga dapat dilihat nilai rata-rata per pernyataan. Pada kelompok eksperimen, hasilnya terlihat bahwa poin pernyataan tentang “penggunaan kantong plastik lama-kelamaan akan berbahaya terhadap lingkungan”, mendapatkan nilai rata-rata yang paling besar yaitu 3.30. Hal tersebut memperlihatkan bahwa responden pada kelompok eksperimen sejak awal membenarkan dampak buruk plastik bagi lingkungan. Nilai rata-rata terkecil yang didapat kelompok eksperimen berada pada poin “menggunakan kantong plastik ketika berbelanja merupakan tindakan yang kurang tepat”, yaitu sebesar 2.37. Responden menganggap menggunakan kantong plastik saat berbelanja adalah sesuatu yang wajar dan biasa dilakukan. Hal ini menunjukkan sikap responden terhadap penggunaan plastik saat berbelanja masih kurang baik dikarenakan responden masih menganggap hal tersebut sebagai kebiasaan.
37
“...ibu pakai plastik neng setiap belanja, praktis. Semua bisa masuk, kalau ada barang yang berair juga gak kececer jadinya...” (SNA, 35 tahun) Tabel 8 Nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut pertanyaan aspek sikap No 1. 2. 3. 4.
5. 6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Ket:
Indikator komponen sikap Menggunakan kantong plastik ketika berbelanja merupakan tindakan yang kurang tepat. Saya setuju jika kantong plastik tidak digunakan sebagai kemasan ketika berbelanja. Penggunaan kantong plastik lama-kelamaan akan berbahaya terhadap lingkungan. Dampak buruk plastik bukan hanya pada lingkungan tapi juga pada kesehatan dan kelestarian hewan-hewan di lautan. Mengurangi kantong plastik merupakan salah satu upaya melestarikan lingkungan. Membawa tas/keranjang belanja dari rumah merupakan salah satu upaya dalam mengurangi penggunaan kantong plastik. Membawa botol minum dari rumah merupakan salah satu upaya dalam mengurangi penggunaan kemasan botol plastik. Membawa tempat makan atau makan langsung di tempat makan tanpa membungkus makanan merupakan salah satu upaya dalam mengurangi penggunaan bungkus plastik. Menolak pemberian kantong plastik merupakan salah satu upaya dalam mengurangi penggunaan kantong plastik. Menggunakan satu kantong plastik untuk semua barang belanjaan merupakan salah satu upaya dalam mengurangi penggunaan kantong plastik. Saya setuju ketika berbelanja tidak disediakan dan tidak diberikan kantong plastik dari pedagang. Saya setuju dengan adanya kebijakan pemerintah yang menjadikan kantong plastik dari pedagang tidak gratis lagi. Botol-botol plastik atau kemasan plastik yang sudah tidak terpakai digunakan kembali untuk didaur ulang. Total Rataan Skor
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
2.37
2.87
2.60
2.53
3.33
3.30
3.27
3.23
3.30
3.33
3.10
3.10
3.17
3.10
2.77
2.80
2.73
2.87
2.97
2.67
2.50
2.43
2.77
2.93
3.03
3.27
37.9
38.43
Jumlah responden masing-masing kelompok = 30 Jumlah pertanyaan = 13 Soal setuju-tidak setuju, dengan penilaian sangat tidak setuju = skor 1, tidak setuju = skor 2, setuju = skor 3, sangat setuju = skor 4
38
Tabel 8 juga menunjukkan rata-rata nilai sikap kelompok kontrol, yaitu sebesar 38.43. Rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam kategori sedang. Jumlah responden yang mencapai nilai sedang pada kelompok kontrol berjumlah 40 persen, sedangkan yang berada di atasnya mencapai nilai 50 persen, dan 10 persen sisanya mendapat nilai rendah. Tabel 8 memperlihatkan rata-rata nilai sikap kelompok kontrol yang paling tinggi berada di poin pernyataan “mengurangi kantong plastik merupakan salah satu upaya melestarikan lingkungan”, yaitu sebesar 3.33. Hal ini memperlihatkan bahwa sikap responden pada kelompok kontrol sudah membenarkan adanya pengurangan kantong plastik dapat membantu melestarikan lingkungan. Sementara itu, untuk rata-rata nilai sikap terkecil pada kelompok kontrol berada di poin pernyataan “berbelanja tidak disediakan dan tidak diberikan kantong plastik dari pedagang”, yaitu sebesar 2.43. Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden pada kelompok kontrol masih menolak jika tidak diberikan kantong plastik dari pedagang. “...iya itu dek sekarang bayar ya plastik, padahal mah kalau di pasar gratis. Kan kita butuh juga sama plastiknya, kalau bisa mah ya disediain aja kaya biasanya...” (NAM, 38 tahun) Tabel 8 menunjukkan adanya perbedaan skor sikap antara pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk memastikan apakah perbedaan tersebut berbeda nyata atau tidak, maka dilakukan analisis uji t. Hasilnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (nilai thitung 0.320 < ttabel 2.04523). Nilai signifikansi yang didapat yaitu 0.751 yang nilainya lebih besar dari nilai α (0.05) yang menunjukkan tidak adanya perbedaan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum sikap awal kedua kelompok tidak ada perbedaan. Kecenderungan perilaku awal Kecenderungan perilaku awal adalah kecenderungan perilaku yang dimiliki responden yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya atau kecenderngan perilaku sebelum diberikan perlakuan. Jumlah soal mengenai kecenderungan berperilaku saat pre-test berjumlah 12 soal. Bentuk soal yang diberikan adalah soaal dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Nilai yang diperoleh oleh responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah (nilai 12-16), sedang (nilai 17-20), dan tinggi (nilai 21-24). Kemudian nilai kecenderungan perilaku awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diuji menggunakan t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kondisi perilaku awal ataukah tidak. Berikut adalah jumlah persebaran responden menurut nilai pre-test kecenderungan perilaku pada masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
39
Tabel 9 Jumlah dan persentase responden kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut nilai kecenderungan perilaku Kategori Rendah Sedang Tinggi Total
Kelompok Eksperimen Jumlah (n) Persen (%) 1 3.3 16 53.3 13 43.3 30 100
Kelompok Kontrol Jumlah (n) Persen (%) 1 3.3 14 46.7 15 50.0 30 100
Tabel 9 menunjukkan 53.3 persen responden di kelompok eksperimen mendapatkan nilai sedang, sedangkan 43.3 persen responden mendapatkan nilai tinggi, dan 3.3 persen sisanya mendapat nilai rendah. Pada kelompok kontrol, mayoritas jumlah responden berada di kategori tinggi dengan jumlah 50 persen. Sedangkan yang mendapat nilai sedang sebesar 46.7 persen, dan yang mendapatkan nilai rendah hanya 3.3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan berperilaku awal responden pada kelompok eksperimen sudah cukup baik karena sebagian besar sudah mencapai kategori sedang, sedangkan kecenderungan berperilaku awal pada kelompok kontrol sudah sangat baik karena sudah mencapai nilai kategori tinggi. Rata-rata nilai sikap yang diperoleh responden pada kelompok eksperimen adalah 20.57. Rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi. Jumlah responden yang mencapai nilai tinggi pada kelompok eksperimen mencapai 43.3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan berperilaku awal responden pada kelompok ini belum cukup baik karena lebih dari setengah respondennya berada di bawah nilai rata-rata. Pada Tabel 10 dapat dilihat nilai rata-rata per pertanyaan. Pada kelompok eksperimen, hasilnya terlihat bahwa poin pernyataan tentang “menjadikan kantong plastik bekas sebagai tempat sampah untuk kemudian dibuang ditempat pembuangan sampah”, mendapatkan nilai rata-rata yang paling besar yaitu 1.93. Hal tersebut memperlihatkan bahwa responden pada kelompok eksperimen cenderung menggunakan plastik bekas sebagai wadah untuk membuang sampah, dibandingkan dengan menggunakan trash bag yang dikhususkan untuk sampah. Nilai rata-rata terkecil yang didapat kelompok eksperimen berada pada poin “tidak membakar kantong plastik untuk mengurangi sampah plastik di lingkungan”, yaitu sebesar 1.5. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih cenderung membakar sampah plastik, daripada membuangnya ke tempat pembuangan umum. “...Kalau disini si kebanyakan di bakar neng, soalnya tempat pembunagannya jauh, biar lebih cepet aja. Tapi kalau yang bisa dipilah kayak botol-botol itu bisa ke bank sampah...” (NAM, 38 tahun)
40
Tabel 10 Nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum membaca leaflet menurut pertanyaan aspek kecenderungan perilaku No 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10. 11. 12.
Ket:
Indikator komponen kecenderungan berperilaku Tidak menggunakan kantong plastik sebagai kemasan untuk membawa barang-barang ketika berbelanja. Membawa kantong plastik sendiri ketika berbelanja untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Membawa keranjang atau tas berbelanja sendiri selain kantong plastik ketika berbelanja. Menolak pemberian kantong plastik karena membawa keranjang atau tas berbelanja Tidak menggunakan kantong plastik setiap berbelanja karena sudah terbiasa. Menyimpan dan menggunakan kembali kantong plastik yang masih bisa dipakai. Tidak membuang kantong plastik begitu saja setelah sekali pemakaian. Menjadikan kantong plastik bekas sebagai tempat sampah untuk kemudian dibuang ditempat pembuangan sampah. Tidak membakar kantong plastik untuk mengurangi sampah plastik di lingkungan. Mengumpulkan kantong plastik yang sudah tidak digunakan lagi untuk didaur ulang. Membawa botol minum dari rumah saat bepergian. Makan langsung di tempat makan tanpa membungkus makanan Total Rataan Skor
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
1.53
1.77
1.63
1.80
1.90
1.93
1.77
1.73
1.50
1.40
1.87
1.83
1.90
1.73
1.93
1.87
1.50
1.43
1.63
1.63
1.83
1.87
1.57
1.83
20.57
20.83
Jumlah responden masing-masing kelompok = 30 Jumlah pertanyaan = 12 Soal “Ya-Tidak”, dengan penilaian “ya” = 2, “tidak” = 1
Tabel 10 juga memperlihatkan rata-rata nilai kecenderungan berperilaku kelompok kontrol, yaitu sebesar 20.83. Rata-rata nilai tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi. Jumlah responden yang mencapai nilai tinggi sebesar 50 persen. Rata-rata nilai kecenderungan berperilaku kelompok kontrol yang paling tinggi berada di poin pernyataan “membawa keranjang atau tas berbelanja sendiri selain kantong plastik ketika berbelanja”, yaitu sebesar 1.93. Hal ini memperlihatkan bahwa responden cenderung pernah membawa wadah selain kantong plastik ketika berbelanja. “...kalau dulu sering neng bawa keranjang belanja sendiri, sekarang kalau inget aja soalnya suka ribet bawanya...” (YSN, 44 tahun) Rata-rata nilai kecenderungan berperilaku terkecil pada kelompok kontrol berada di poin pernyataan “tidak menggunakan kantong plastik setiap berbelanja karena sudah terbiasa”, yaitu sebesar 1.4. Hal ini menunjukkan bahwa responden
41
cenderung lebih sering menggunakan plastik ketika berbelanja karena sudah terbiasa. Tabel 10 memperlihatkan adanya perbedaan skor kecenderungan berperilaku antara pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengetahui dan memastikan apakah ada perbedaan nyata atau tidak, maka dilakukan uji t. Hasilnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kecenderungan berperilaku awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (nilai thitung 0.508 < ttabel 2.04523). Nilai signifikansi yang didapat yaitu 0.615 yang nilainya lebih besar dari nilai α (0.05) yang menunjukkan tidak adanya perbedaan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum kecenderungan berperilaku awal kedua kelompok tidak ada perbedaan. Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Kecenderungan Berperilaku Perubahan pengetahuan, sikap, dan kecenderungan berperilaku diukur dari hasil jawaban post-test dan pre-test yang diberikan kepada responden. Post-test dilakukan satu minggu setelah pre-test, baik itu kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, post-test dilakukan setelah selesai membaca leaflet. Hasil penilaian pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok ini kemudian diuji statistik menggunakan t-test untuk mengetahui apakah terdapat perubahan yang nyata pada kedua kelompok. Hasil yang diharapkan adalah terdapat perubahan yang nyata pada kelompok eksperimen dan tidak terdapat perubahan pada kelompok kontrol. Perubahan Pengetahuan Perubahan pengetahuan dilihat dari selisih antara hasil post-test pengetahuan dan hasil post-test pengetahuan. Tabel 11 merupakan hasil nilai pre-test dan posttest beserta perubahannya. Tabel 11 Perbandingan nilai rata-rata pre-test, post-test, dan perubahan pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Perubahan Kelompok
Pre-test
Post-test Rata-rata
Eksperimen Kontrol
28.80 29.40
35.03 30.67
6.23 1.27
Persentase (%) 21.64 4.31
Tabel 11 memperlihatkan bahwa pada kelompok eksperimen, terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata setelah diberikan perlakuan yaitu sebesar 6.23 atau sekitar 21.64 persen. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan leaflet, responden pada kelompok eksperimen mulai memahami materi yang diberikan meskipun peningkatannya berada di kategori yang sama, yaitu kategori tinggi. Pada kelompok kontrol, juga terdapat peningkatan dari pre-test ke post-test namun nilainya lebih rendah dari kelompok eksperimen, yaitu hanya sebesar 4.308 persen. Tabel 11 memperlihatkan perbedaan perubahan nilai rata-rata dari masingmasing kelompok. Perbedaan kedua nilai perubahan tersebut cukup besar, baik
42
dari nilai rata-rata maupun persentasenya. Untuk mengetahui dan memastikan apakah perbedaan tersebut berbeda nyata atau tidak nyata, maka dilakukan analisis uji t. Hasilnya, terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan awal dan pengetahuan akhir responden pada kelompok eksperimen setelah diberikan leaflet (nilai thitung 7.746 > ttabel 2.04523). Hasil uji t juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan leaflet pada taraf signifikan 1 persen (nilai p ≤ 0.01), yaitu nilai p = 0.00. Perubahan Sikap Perubahan pengetahuan dilihat dari selisih antara hasil post-test sikap dan hasil post-test sikap. Tabel 12 merupakan hasil nilai pre-test dan post-test beserta perubahannya. Tabel 12 Perbandingan nilai rata-rata pre-test, post-test, dan perubahan sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Perubahan Kelompok
Pre-test
Post-test Rata-rata
Eksperimen Kontrol
37.90 38.43
42.83 38.33
4.93 -0.10
Persentase (%) 13.02 -0.26
Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang terjadi pada perubahan nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, terdapat peningkatan nilai rata-rata sebesar 4.93 atau sebesar 13.02 persen. Namun pada kelompok kontrol justru mengalami penurunan nilai rata-rata yaitu sebesar 0.1 atau menurun sebanyak 0.26 persen. Tabel 12 menunjukkan nilai post-test kelompok eksperimen berada di kategori tinggi, sedangkan pada pre-test masih berada di kategori sedang. Hal ini menunjukkan selain adanya peningkatan nilai rata-rata, juga terdapat peningkatan kategori dari sedang ke tinggi pada sikap responden kelompok eksperimen. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan leaflet, responden pada kelompok eksperimen mulai memiliki sikap yang baik dalam menyikapi gerakan bebas plastik. Sementara pada kelompok kontrol, justru mengalami penurunan nilai ratarata meskipun nilainya tidak terlalu besar. Uji t dilakukan untuk mengetahui dan memastikan apakah perbedaan nilai pre-test dan post-test tersebut berbeda nyata atau tidak. Hasilnya, pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah diberikan leaflet pada taraf signifikan 1 persen (nilai p ≤ 0.01), yaitu nilai p = 0.00. Uji t juga menunjukkan perubahan sikap tersebut berbeda nyata (nilai thitung 5.178 > ttabel 2.04523). Sementara pada kelompok kontrol tidak terjadi perubahan antara pretest dan post-test (nilai p > 0.05 ), yaitu 0.777. Perubahan Kecenderungan Berperilaku Perubahan pengetahuan dilihat dari selisih antara hasil post-test kecenderungan perilaku dan hasil post-test kecenderungan perilaku. Tabel 13 merupakan hasil nilai pre-test dan post-test beserta perubahannya.
43
Tabel 13 Perbandingan nilai rata-rata pre-test, post-test, dan perubahan kecenderungan perilaku kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Perubahan Kelompok
Pre-test
Post-test Rata-rata
Eksperimen Kontrol
20.57 20.83
22.97 21.23
2.40 0.40
Persentase (%) 11.67 1.92
Tabel 13 menunjukkan terdapat perubahan nilai rata-rata kecenderungan berperilaku pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, terdapat peningkatan nilai rata-rata yaitu sebesar 2.4 atau sebanyak 11.67 persen. Sementara pada kelompok kontrol juga terjadi perubahan namun lebih kecil nilainya, yaitu sebesar 0.4 atau sebanyak 1.92 persen. Tabel 13 memperlihatkan nilai pre-test dan post-test kedua kelompok sama-sama mengalami peningkatan dan tetap berada di kategori tinggi. Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah perbedaan nilai pre-test dan posttest tersebut berbeda nyata atau tidak. Hasilnya, pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan kecenderungan berperilaku antara sebelum dan sesudah diberikan leaflet pada taraf signifikan 1 persen (nilai p ≤ 0.01), yaitu nilai p = 0.00. Uji t juga menunjukkan perubahan kecenderungan berperilaku tersebut berbeda nyata (nilai thitung 6.713 > ttabel 2.04523). Sementara pada kelompok kontrol juga terdapat perbedaan yang signifikan meskipun tidak terlalu besar peningkatannya (nilai p ≤ 0.05), yaitu 0.031. Berdasarkan penjabaran tersebut, ketiga aspek pengetahuan, sikap, dan kecenderungan berperilaku pada kelompok eksperimen ternyata memiliki perubahan yang positif yaitu adanya peningkatan nilai rata-rata setelah diberikan leaflet. Dari ketiga aspek tersebut, aspek pengetahuan merupakan aspek yang memiliki peningkatan paling besar yaitu sebanyak 21.64 persen. Diikuti oleh aspek sikap sebesar 13.2 persen dan kecenderungan berperilaku sebesar 11.67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa leaflet lebih memberikan efek pada aspek pengetahuan dibandingkan dengan dua aspek lainnya. Efektivitas Leaflet Leaflet merupakan salah satu media komunikasi yang biasa digunakan untuk berbagai macam proses komunikasi, seperti publikasi, sosialisasi, penyuluhan, iklan, dan lain sebagainya. Leaflet dapat diartikan sebagai selebaran yang berisi informasi mengenai suatu hal atau peristiwa tertentu untuk diketahui oleh umum. Penelitian ini menjadikan leaflet sebagai media komunikasi berbentuk sosialisasi untuk menyebarluaskan informasi. Informasi pada penelitian ini adalah tentang program Gerakan Bebas Plastik. Diberikannya informasi berupa media leaflet ini, penerima diharapkan dapat menerima pesan yang disampaikan dan mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. Mengacu pada model komunikasi Lasswell yang terdiri dari speaker, message, medium, audience, dan effect. Model ini dapat digunakan untuk melihat beragam hasil atau pengaruh dari proses komunikasi yang dilakukan. Pengaruh atau dalam model disebut effect
44
pada penelitian ini adalah adanya perubahan perilaku yaitu meliputi pengetahuan, sikap, dan kecenderungan berperilaku. Setelah sebelumnya diketahui kondisi kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berada pada kondisi yang sama, kemudian diketahui pula terdapat perbedaan yang nyata antara nilai pre-test dan nilai posttest kelompok eksperimen, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan t-test untuk mengetahui efektivitas leaflet. Pada penelitian ini, setelah membandingkan hasil pre-test dan post-test didapat nilai rata-rata peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen sebesar 21.64 persen, berbeda jauh bila dibandingkan dengan skor peningkatan pengetahuan responden di kelompok kontrol yaitu hanya sebesar 4.03 persen. Hasil uji t menunjukkan nilai t=6.109 dan p=0.00 (p<0.01) berarti terdapat perbedaan nyata antara nilai rata-rata peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji t ini, diperoleh nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel, maka hipotesis diterima. Berarti terdapat peningkatan pengetahuan pada kelompok eksperimen yang ternyata lebih tinggi nilainya setelah mendapatkan leaflet Gerakan Bebas Plastik dibandingkan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan. Menurut Firda (2013) penggunaan leaflet efektif dalam meningkatkan pengetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik, peningkatan tersebut terjadi setelah petani membaca leaflet yang diberikan. Hal ini dibuktikan pada penelitiannya dengan perubahan jumlah banyak soal yang dijawab betul setiap soal yang terdapat pada pre-test dan post-test yang diberikan. Selain itu, juga terjadi peningkatan nilai yang diperoleh petani sebelum dan setelah mempelajari leaflet. Penelitian yang dilakukan Adawiyah (2003) juga menunjukkan adanya perbedaan antara media leaflet yang ternyata lebih tinggi peningkatan pengetahuannya daripada media booklet dalam memberikan informasi HIV/AIDS. Pada perubahan sikap, dapat dilihat di Tabel 11 terjadi perbedaan nilai ratarata perubahan sikap kelompok eksperimen dan kontrol. kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 13 persen sedangkan kelompok kontrol mengalami penurunan sebesar 1.9 persen. Hasil analisis uji t menunjukkan t=4.799 dan p=0.00 (p<0.01) berarti terdapat perbedaan nyata antara nilai rata-rata perubahan sikap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji t ini, diperoleh nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel, maka hipotesis diterima. Berarti terdapat perubahan sikap pada kelompok eksperimen yang ternyata nilainya positif setelah mendapatkan leaflet Gerakan Bebas Plastik dibandingkan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan. Menurut Aurora (2013), setelah mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai Kusta, sikap masyarakat di Kecamatan Purwosari Bojonegoro berada di kategori baik. Begitu pula pada penelitian yang dilakukan oleh Gani et al. (2013), menyatakan bahwa media leaflet lebih efektif dalam mengubah sikap dibandingkan media poster. Hal tersebut berarti stimulus dari media leaflet produk Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember yang diterima responden melebihi dari media poster. Kecenderungan berperilaku juga dapat dilihat di Tabel 12, terjadi perbedaan nilai rata-rata perubahan kecenderungan berperilaku dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. hasil analisis uji t menunjukkan t=5.477 dan p=0.00 (p<0.01) berarti terdapat perbedaan nyata antara nilai rata-rata perubahan
45
kecenderungan berperilaku kedua kelompok tersebut. Uji t juga menunjukkan nilai thitung lebih besar dari ttabel, maka hipotesis diterima. Berarti terdapat perubahan kecenderungan berperilaku pada kelompok eksperimen yang nilainya lebih tinggi setelah mendapatkan leaflet Gerakan Bebas Plastik dibandingkan kelompok kontrol yang tidak mendapatkannya. Menurut Gani et al. (2013), penelitiannya menunjukkan bahwa pencapaian nilai rata-rata praktik atau perilaku responden pada kelompok yang diberikan leaflet lebih tinggi daripada yang diberikan media poster. Hal ini menunjukkan bahwa media leaflet produk Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember lebih efektif dalam meningkatkan praktik tentang pencegahan HIV/AIDS. Kecenderungan berperilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap orang tersebut terhadap suatu hal. Berdasarkan teori yang dikemukakan Baron et al. dalam Notoatmojo (2005), menyatakan bahwa komponen kognitif merupakan salah satu komponen pembentuk perubahan sikap seseorang. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku pengurangan penggunaan sampah plastik yang baik merupakan hasil dari pengetahuan dan sikap yang baik dari seseorang. Gani et al. (2013) pada penelitiannya juga menyatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus, dalam penelitiannya stimulus tersebut adalah leaflet produk Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kabupaten Jember. Berhubungan dengan penjabaran tersebut, maka adanya sosialisasi pengurangan penggunaan plastik melalui media leaflet ini dimaksudkan agar masyarakat dapat menerima stimulus berupa leaflet Gerakan Bebas Plastik. Hingga akhirnya diharapkan masyarakat dapat merespon melalui praktik perilaku mengurangi penggunaan plastik. Penelitian ini menyatakan hasil bahwa media leaflet Gerakan Bebas Plastik mampu meningkatkan kecenderungan bertindak dalam hal upaya mengurangi penggunaan plastik. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan yang positif pada pengetahuan dan sikap yang akhirnya terwujud dalam suatu praktik atau tindakan. Maka dapat dikatakan bahwa media leaflet efektif sebagai media penyampai pesan dan informasi, yang dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan kecenderungan perilaku ibu-ibu kelompok Posyandu di Posdaya Puspa Lestari.
46
47
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU TERHADAP EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLET Setiap individu memiliki karakteristik masing-masing yang melekat pada dirinya sehingga dapat menjadi pembeda antara dirinya dan orang lain. Karakteristik yang dilihat pada penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. Ketiga karakteristik tersebut akan dilihat hubungannya dengan efektifitas media leaflet, yaitu perubahan pengetahuan, sikap, dan kecenderungan berperilaku setelah diberikan leaflet Gerakan Bebas Plastik. Melalui uji korelasi Rank Spearman akan dilihat bagaimana hubungan antara karakteristik individu dengan efektivitas media leaflet. Pengujian melalui Rank Spearman dilakukan menggunakan program SPSS 21.00. Hipotesis diterima jika nilai signifikansi (sig-2 tailed) lebih kecil dari α (0.05), sebaliknya jika nilai yang didapatkan lebih besar dai α (0.05) maka hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan. Jika nilai signifikan (sig-2 tailed) yang didapatkan lebih kecil dari α (0.05), maka harus melihat aturan nilai correlation coefficient sebagai berikut: 0.000 (tidak ada hubungan), 0.01-0.09 (hubungan kurang berarti), 0.10-0.29 (hubungan lemah), 0.30-0.49 (hubungan moderat), 0.5-0.69 (hubungan kuat) 0.70-0.89 (hubungan sangat kuat, >0.9 (hubungan mendekati sempurna). Hasil nilai signifikansi pada setiap variabel dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Hasil nilai signifikansi pengetahuan, sikap, dan kecenderungan perilaku dengan karakteristik responden di RW 07 Kelurahan Pasirkudaa 2016 Pengetahuan
Sikap
0.955
0.891
Kecenderungan Berperilaku 0.448
0.048*
0.472
0.052
0.653
0.384
0.177
Usia Tingkat Pendidikan Jumlah tanggungan keluarga a
Kelompok eksperimen
Hubungan Usia dengan Peningkatan Pengetahuan Ibu rumah tangga yang menjadi responden pada penelitian ini berusia 20-40 tahun, yaitu ibu-ibu yang masih terdaftar dalam kelompok posyandu. Hubungan variabel usia dengan peningkatan pengetahuan berdasarkan tabulasi silang (Tabel 15) dan diuji dengan menggunakan uji korelasi rank spearman. Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan peningkatan pengetahuan di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Usia Muda Sedang Tua
Rendah 20.0 11.1 13.3
Peningkatan Pengetahuan (%) Sedang Tinggi 80.0 0.0 55.6 33.3 70.0 16.7
Total (%) 100.0 100.0 100.0
48
Tabel 15 menunjukkan tidak terdapat kecenderungan antara kategori usia tertentu dengan peningkatan pengetahuan responden tentang Gerakan Bebas Plastik. Terlihat peningkatan pengetahuan terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu 80 persen dari responden berusia muda, 55.6 persen pada kategori sedang, dan 70 persen pada kategori tua. Setelah diuji menggunakan uji korelasi rank spearman, didapatkan α sebesar 0.955. Hasil tersebut menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai α lebih besar dari 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam proses pemahaman seseorang, tidak ditentukan oleh faktor usia. Pada kasus penelitian ini, penulis menduga peningkatan pengetahuan responden terjadi disebabkan oleh media leaflet yang diberikan. Semua kategori usia responden baik itu muda, sedang, tua, sama-sama mampu memahami isi leaflet dengan baik. “...gambarnya menarik, jadi saya penasaran mau baca sampai habis neng hehe.” (NSS, 28 tahun) “...ini bagus neng, ibu jadi tau sekarang ada bayar-bayar kaya gitu. Ini juga ibu jadi tau plastik mana yang bagus buat bawa makanan, ternyata yang item bahaya nya.” (NSZ, 25 tahun) “tulisannya ga terlalu kecil, saya masih bisa baca neng. Mau di tempel biar pada tau nanti...” (LAR, 42 tahun) Ketiga pernyataan tersebut diambil dari tiga responden pada kategori umur yang berbeda. Mereka semua dapat menerima isi pesan media leaflet dengan baik. Hal itu membuktikan bahwa semua kategori usia mampu memahami leaflet dengan baik, dengan kata lain media leaflet Gerakan Bebas Plastik dapat diterima pada semua kategori usia. Hubungan Usia dan Perubahan Sikap Sikap terbentuk dari komponen kognitif berupa pengetahuan. Berikut hubungan variabel usia dengan perubahan sikap berdasarkan tabulasi silang (Tabel 16) yang kemudian diuji dengan menggunakan uji korelasi rank spearman. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan perubahan sikap di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Usia Muda Sedang Tua
Rendah 20.0 0.0 12.5
Perubahan Sikap (%) Sedang Tinggi 80.0 0.0 66.7 33.3 68.8 18.8
Total (%) 100.0 100.0 100.0
Tabel 16 menunjukkan tidak terdapat kecenderungan antara kategori usia tertentu dengan perubahan sikap responden tentang Gerakan Bebas Plastik. Terlihat perubahan sikap terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu 80 persen dari responden berusia muda, 66.7 persen pada kategori sedang, dan 68.8 persen pada kategori tua. Setelah diuji menggunakan uji korelasi rank spearman,
49
didapatkan α sebesar 0.891. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel, karena nilai α lebih besar dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa faktor usia tidak menentukan perubahan sikap seseorang. Perubahan sikap responden terjadi akibat media leaflet yang diberikan. Semua kategori usia responden baik itu muda, sedang, tua, sebagian besar nilai perubahan sikap pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa semua kategori usia mampu mengalami perubahan sikap yang cukup baik, dengan kata lain media leaflet Gerakan Bebas Plastik dapat diterima pada semua kategori usia. Hubungan Usia dengan Perubahan Kecenderungan Perilaku Perilaku atau praktik seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap seseorang, dengan kata lain perilaku merupakan hasil dari pengetahuan dan sikap yang baik dari seseorang. Berikut hubungan variabel usia dengan perubahan kecenderungan perilaku berdasarkan tabulasi silang (Tabel 17) yang kemudian diuji dengan menggunakan uji korelasi rank spearman. Tabel 17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan perubahan kecenderungan perilaku di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Usia Muda Sedang Tua
Rendah 20.0 0.0 3.3
Perubahan Kecenderungan Perilaku (%) Sedang Tinggi 80.0 0.0 66.7 33.3 76.7 20.0
Total (%) 100.0 100.0 100.0
Tabel 17 menunjukkan tidak terdapat kecenderungan antara kategori usia tertentu dengan perubahan kecenderungan perilaku responden. Terlihat perubahan kecenderungan perilaku terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu 80 persen dari responden berusia muda, 66.7 persen pada kategori sedang, dan 76.7 persen pada kategori tua. Setelah diuji menggunakan uji korelasi rank spearman, didapatkan α sebesar 0.448. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut, karena nilai α lebih besar dari 0.05. Hal ini menggambarkan bahwa faktor usia tidak menentukan perubahan perilaku seseorang. Semua kategori usia responden baik itu muda, sedang, tua, sebagian besar memiliki nilai perubahan sikap pada kategori sedang. Situasi ini memperlihatkan bahwa semua kategori usia mampu mengalami perubahan perilaku yang cukup baik, dengan kata lain media leaflet Gerakan Bebas Plastik dapat diterima pada semua kategori usia. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Peningkatan Pengetahuan Tingkat pendidikan ibu rumah tangga yang menjadi responden pada kelompok eksperimen sebanyak 66 persen berada di kategori tinggi (SMA sederajat dan di atasnya). Hubungan variabel tingkat pendidikan dengan peningkatan pengetahuan berdasarkan tabulasi silang dapat dilihat pada Tabel 18 kemudian diuji menggunakan korelasi rank spearman.
50
Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan peningkatan pengetahuan di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Tingkat Pendidikan Rendah Sedang Tinggi
Rendah 20.0 0.0 15.0
Peningkatan Pengetahuan (%) Sedang Tinggi 20.0 60.0 80.0 20.0 80.0 5.0
Total (%) 100.0 100.0 100.0
Tabel 18 menunjukkan terdapat kecenderungan antara kategori tingkat pendidikan rendah dengan peningkatan pengetahuan responden pada kategori tinggi yaitu sebesar 60 persen, serta kategori tingkat pendidikan sedang dengan peningkatan pengetahuan pada kategori sedang yaitu sebesar 80 persen. Sedangkan pada kategori pendidikan tinggi, sebagian besar responden juga berada pada kategori sedang yaitu sebesar 80 persen. Setelah diuji menggunakan uji korelasi rank spearman, didapatkan α sebesar 0.048. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut pada tingkat kepercayaan 0.05, karena nilai α lebih kecil dari 0.05. Kemudian didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar -0.137, yang berarti hubungan kedua variabel tersebut lemah dan bersifat negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin kecil peningkatan pengetahuan yang terjadi. Situasi tersebut disebabkan oleh kondisi pengetahuan awal responden pada tingkat pendidikan tinggi sudah cukup baik akibat dari pengetahuan yang didapat melalui pendidikannya. Skor pengetahuan awal responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sudah berada pada kategori tinggi sehingga peningkatan pengetahuannya tidak besar. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perubahan Sikap Komponen yang akan dihubungkan selanjutnya adalah komponen sikap. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, sikap responden pada kelompok eksperimen mengalami perubahan ke arah positif dan nilai sikap akhirnya berada pada kategori tinggi. Di samping itu untuk aspek tingkat pendidikan responden didominasi pada kategori tinggi. Berikut hubungan variabel tingkat pendidikan dengan perubahan sikap responden berdasarkan tabulasi silang (Tabel 19), kemudian diuji menggunakan uji korelasi rank spearman. Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan perubahan sikap di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Tingkat Pendidikan Rendah Sedang Tinggi
Rendah 20.0 0.0 10.0
Perubahan Sikap (%) Sedang Tinggi 40.0 40.0 80.0 20.0 75.0 15.0
Total (%) 100.0 100.0 100.0
Tabel 19 menunjukkan tidak terdapat kecenderungan antara kategori tingkat pendidikan tertentu dengan perubahan sikap responden, karena persentase respondennya yang menyebar. Terlihat responden dengan tingkat pendidikan sedang mendapatkan nilai perubahan sikap terbanyak pada kategori sedang dan
51
tinggi yaitu 40 persen. Sedangkan responden pada tingkat pendidikan sedang dan tinggi mendapatkan nilai perubahan sikap terbanyak pada kategori sedang yaitu 80 persen dan 75 persen. Setelah diuji menggunakan uji korelasi rank spearman, didapatkan α sebesar 0.472. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut, karena nilai α lebih besar dari 0.05. Hasil ini menggambarkan bahwa faktor tingkat pendidikan tidak menentukan perubahan sikap seseorang. Perubahan sikap responden terjadi disebabkan oleh media leaflet yang diberikan. Semua kategori tingkat pendidikan baik itu rendah, sedang, tinggi, sama-sama memiliki nilai perubahan sikap pada kategori sedang dan tinggi. Situasi tersebut menjelaskan bahwa semua kategori tingkat pendidikan mampu mengalami perubahan sikap yang baik, dengan kata lain media leaflet Gerakan Bebas Plastik dapat diterima pada semua kategori tingkat pendidikan. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perubahan Kecenderungan Perilaku Komponen berikutnya yang akan dihubungkan adalah kecenderungan bertindak. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, kecenderungan perilaku akhir responden berada pada kategori tinggi. Selain itu, untuk aspek tingkat pendidikan responden didominasi pada kategori tinggi. berikut hubungan variabel tingkat pendidikan dengan perubahan kecenderungan perilaku responden berdasarkan tabulasi silang (Tabel 20), kemudian diuji menggunakan uji korelasi rank spearman. Tabel 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dan perubahan kecenderungan perilaku di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Tingkat Pendidikan Rendah Sedang Tinggi
Rendah 0.0 0.0 5.0
Perubahan Kecenderungan Perilaku (%) Sedang Tinggi 60.0 40.0 60.0 40.0 85.0 10.0
Total (%) 100.0 100.0 100.0
Tabel 20 menunjukkan tidak terdapat kecenderungan antara kategori tingkat pendidikan tertentu dengan perubahan kecenderungan perilaku responden. Terlihat perubahan kecenderungan perilaku terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu 60 persen dari tingkat pendidikan rendah, 60 persen pada tingkat pendidikan sedang, dan 85 persen pada tingkat pendidikan tinggi. Setelah diuji menggunakan uji korelasi rank spearman, didapatkan α sebesar 0.052. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut, karena nilai α lebih besar dari 0.05. Hal ini menggambarkan bahwa faktor tingkat pendidikan tidak menentukan perubahan perilaku seseorang. Semua kategori tingkat pendidikan baik itu rendah, sedang, tinggi, sebagian besar memiliki nilai perubahan perilaku pada kategori sedang. Situasi tersebut menunjukkan bahwa semua kategori tingkat pendidikan mampu mengalami perubahan perilaku yang cukup baik, dengan kata lain media leaflet Gerakan Bebas Plastik dapat diterima pada semua kategori tingkat pendidikan.
52
Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Peningkatan Pengetahuan Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah orang yang menjadi tanggungan untuk dibiayai. Jumlah tanggungan keluarga didapatkan dari berapa orang yang tinggal dalam satu keluarga. Pada penelitian ini, responden pada kelompok eksperimen rata-rata memiliki jumlah tanggungan keluarga pada kategori sedang (4-5 orang). Hubungan variabel jumlah tanggungan keluarga dengan peningkatan pengetahuan berdasarkan tabulasi silang dapat dilihat pada Tabel 21 kemudian diuji menggunakan korelasi rank spearman. Tabel 21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dan peningkatan pengetahuan di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah Tanggungan Keluarga Rendah Sedang Tinggi
Peningkatan Pengetahuan (%) Rendah
Sedang
Tinggi
Total (%)
0.0 13.6 50.0
100.0 63.6 50.0
0.0 22.7 0.0
100.0 100.0 100.0
Tabel 21 menunjukkan tidak terdapat kecenderungan antara kategori jumlah tanggungan keluarga tertentu dengan peningkatan pengetahuan responden. Terlihat peningkatan pengetahuan terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu 100 persen dari responden dengan tanggungan keluarga rendah, 63.6 persen pada kategori sedang, dan 50 persen pada kategori tinggi. Setelah diuji menggunakan uji korelasi rank spearman, didapatkan α sebesar 0.653. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut, karena nilai α lebih besar dari 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pemahaman seseorang, tidak ditentukan oleh faktor jumlah tanggungan keluarga. Itu disebabkan karena peningkatan pengetahuan responden didapatkan karena telah memahami isi leaflet yang diberikan. Maka dapat disimpulkan bahwa media leaflet Gerakan Bebas Plastik dapat diterima pada semua kategori jumlah anggota keluarga. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Perubahan Sikap Komponen yang akan dihubungkan selanjutnya adalah komponen sikap. Seperti yang telah dibawah pada bab sebelumnya, sikap responden pada kelompok eksperimen mengalami perubahan ke arah positif dan nilai sikap akhirnya berada pada kategori tinggi. Selain itu, jumlah tanggungan keluarga didapatkan dari berapa orang yang tinggal dalam satu keluarga. Berikut hubungan variabel jumlah tanggungan keluarga dengan perubahan sikap responden berdasarkan tabulasi silang (Tabel 22), kemudian diuji menggunakan uji korelasi rank spearman.
53
Tabel 22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dan perubahan sikap di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah Tanggungan Keluarga Rendah Sedang Tinggi
Perubahan Sikap (%) Rendah
Sedang
Tinggi
Total (%)
16.7 9.1 0.0
66.7 72.7 50.0
16.7 18.2 50.0
100.0 100.0 100.0
Tabel 22 menunjukkan tidak terdapat kecenderungan antara kategori jumlah tanggungan keluarga tertentu dengan perubahan sikap responden. Terlihat perubahan sikap terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu 66.7 persen dari responden dengan tanggungan keluarga rendah, 72.7 persen pada kategori sedang, dan 50 persen dari kategori tinggi. Setelah diuji menggunakan uji korelasi rank spearman, didapatkan α sebesar 0.384. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut, karena nilai α lebih besar dari 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor jumlah tanggungan keluarga tidak menentukan perubahan sikap seseorang. Perubahan sikap responden terjadi disebabkan oleh media leaflet yang diberikan. Situasi ini menggambarkan bahwa media leaflet Gerakan Bebas Plastik dapat diterima pada semua kategori jumlah tanggungan keluarga. Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Perubahan Kecenderungan Perilaku Komponen yang akan dihubungkan selanjutnya adalah komponen kecenderungan perilaku. Berikut hubungan variabel jumlah tanggungan keluarga dengan perubahan kecenderungan perilaku responden berdasarkan tabulasi silang (Tabel 23), kemudian diuji menggunakan uji korelasi rank spearman. Tabel 23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dan perubahan kecenderungan perilaku di RW 07 Kelurahan Pasirkuda 2016 Jumlah Tanggungan Keluarga Rendah Sedang Tinggi
Perubahan Kecenderungan Perilaku (%) Rendah
Sedang
Tinggi
Total (%)
0.0 4.5 0.0
100.0 72.7 50.0
0.0 22.7 50.0
100.0 100.0 100.0
Tabel 23 menunjukkan tidak terdapat kecenderungan antara kategori jumlah tanggungan keluarga tertentu dengan kecenderungan perilaku responden. Terlihat perubahan perilaku terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu 100 persen dari responden dengan tanggungan keluarga rendah, 72.7 persen pada kategori sedang, dan 50 persen dari kategori tinggi. Setelah diuji menggunakan uji korelasi rank spearman, didapatkan α sebesar 0.177. Hasil tersebut menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai α lebih besar dari 0.05.
54
Hasil ini menunjukkan bahwa faktor jumlah tanggungan keluarga tidak menentukan perubahan perilaku seseorang. Semua kategori jumlah tanggungan keluarga mampu mengalami perubahan perilaku yang baik, dengan kata lain media leaflet Gerakan Bebas Plastik dapat diterima pada semua kategori jumlah tanggungan keluarga.
55
HUBUNGAN DESAIN LEAFLET TERHADAP EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLET Desain leaflet yang menarik, bahasa yang sederhana, penjelasan yang mudah dipahami, tulisan yang terbaca, merupakan hal-hal yang dapat membuat masyarakat tertarik dengan leaflet yang diberikan. Aspek desain ini digunakan untuk melihat bagaimana penilaian masyarakat, khususnya ibu rumah tangga terhadap media leaflet yang diberikan. Selai itu juga untuk melihat apakah terdapat hubungan antara perubahan pengetahuan, sikap, dan kecenderungan berperilaku, dengan desain yang terdapat dalam leaflet tersebut. Pada penelitian ini, aspek yang dilihat dari desain leaflet adalah warna, gambar, huruf, dan bahasa. Penilaian dari responden yang diberikan leaflet menunjukkan bahwa nilai yang paling tinggi terdapat pada kategori baik. Hasil penilaian terhadap leaflet dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Jumlah dan persentase responden menurut penilaian aspek desain Kategori Kurang Menarik Cukup Menarik Sangat Menarik Total
Jumlah (n) 1 25 4 30
Persentase (%) 3.3 83.3 13.3 100
Tabel 24 menunjukkan 13.3 persen responden memberikan penilaian pada leaflet di kategori sangat menarik, sedangkan 83.3 persen memberikan nilai cukup, dan 3.3 persen responden yang berada di kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa desain leaflet menurut responden sudah baik karena sebagian besar responden memberikan nilai cukup menarik pada desain leaflet. Desain yang terdapat pada leaflet Gerakan Bebas Plastik dinilai sudah baik dan menarik. Penilaian terhadap desain tersebut kemudian dilihat hubungannya dengan efektivitas leaflet. Secara rinci, hubungan antara efektivitas leaflet dengan penilaian terhadap desain dapat dilihat pada Tabel 25, 26, dan 27. Hubungan Desain dengan Peningkatan Pengetahuan Komponen yang akan dihubungkan pada pembahasan ini adalah desain leaflet dengan peningkatan pengetahuan (Tabel 25), yang kemudian diuji menggunakan uji korelasi rank spearman. Tabel 25 Persentase responden kelompok eksperimen berdasarkan hubungan desain dengan peningkatan pengetahuan responden setelah membaca leaflet Desain Kurang Menarik Cukup Menarik Sangat Menarik
Rendah 0.0 16.0 0.0
Peningkatan Pengetahuan (%) Sedang Tinggi 100.0 0.0 72.0 12.0 50.0 50.0
Total 100.0 100.0 100.0
56
Tabel 25 memperlihatkan peningkatan pengetahuan terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu 100 persen dari responden yang menilai desain kurang menarik, 72.7 persen dari kategori cukup menarik, dan 50 persen dari kategori sangat menarik. Untuk melihat hubungan antara desain pada leaflet dengan peningkatan pengetahuan setelah membaca leaflet, digunakan uji statistik rank spearman. Pengujian ini menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.105. Hasil tersebut menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai α lebih besar dari 0.05. Meskipun desain pada leaflet dianggap menarik oleh responden, namun berdasarkan uji statistik, desain leaflet tidak berhubungan dengan peningkatan pengetahuan responden. Peningkatan pengetahuan yang terjadi memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar desain leaflet. Nilai rata-rata pengetahuan responden sudah berada di kategori tinggi, hal itu menunjukkan bahwa responden secara umum sudah paham dengan bahaya plastik dan cara mengurangi penggunaan plastik. Pengetahuan awal tersebut didapatkan dari lingkungan sekitar ataupun media massa, seperti televisi, media cetak, ataupun internet. Namun setelah diberikan leaflet ternyata masih terjadi peningkatan nilai rata-rata. Hal ini menggambarkan bahwa informasi yang ada pada leaflet dapat dipahami dengan baik, meskipun desain leaflet dinyatakan tidak berhubungan dengan peningkatan pengetahuan. Hubungan Desain dengan Perubahan Sikap Komponen yang akan dihubungkan selanjutnya adalah desain leaflet dengan perubahan sikap (Tabel 26), yang kemudian diuji menggunakan uji korelasi rank spearman. Tabel 26 Persentase responden kelompok eksperimen berdasarkan hubungan desain dengan perubahan sikap responden setelah membaca leaflet Desain Kurang Menarik Cukup Menarik Sangat Menarik
Rendah 0.0 12.0 0.0
Perubahan Sikap (%) Sedang Tinggi 100.0 0.0 72.0 16.0 50.0 50.0
Total 100.0 100.0 100.0
Tabel 26 memperlihatkan perubahan sikap terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu 100 persen dari responden yang menilai desain kurang menarik, 72 persen dari kategori cukup menarik, dan 50 persen dari kategori sangat menarik. Untuk mengetahui hubungan antara desain dengan perubahan sikap responden setelah diberikan leaflet, maka dilakukan uji rank spearman. Pengujian ini menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.139. Hasil tersebut menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai α lebih besar dari 0.05. Perubahan sikap yang terjadi memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar desain leaflet. Nilai rata-rata sikap awal responden sebagian besar berada di kategori sedang, hal itu menunjukkan bahwa responden secara umum dapat menyikapi dengan baik upaya pengurangan penggunaan plastik. Sikap awal tersebut didapatkan dari lingkungan dan faktor pribadi, apakah responden suka atau tidak suka terhadap kegiatan pengurangan penggunaan
57
plastik tersebut. Namun setelah diberikan leaflet ternyata terjadi peningkatan nilai rata-rata ke kategori tinggi meskipun masih terdapat responden yang berada di kategori sedang. Hal ini menggambarkan bahwa informasi yang ada pada leaflet dapat memberikan sikap setuju pada responden terhadap gerakan bebas plastik ini, meskipun desain leaflet dinyatakan tidak berhubungan dengan perubahan sikap. Hubungan Desain dengan Perubahan Kecenderungan Perilaku Komponen yang akan dihubungkan selanjutnya adalah desain leaflet dengan perubahan kecenderungan perilaku (Tabel 27), yang kemudian diuji menggunakan uji korelasi rank spearman. Tabel 27 Persentase responden kelompok eksperimen berdasarkan hubungan desain dengan perubahan kecenderungan perilaku responden setelah membaca leaflet Desain Kurang Menarik Cukup Menarik Sangat Menarik
Rendah 0.0 4.0 0.0
Perubahan Kecenderungan Perilaku (%) Sedang Tinggi 0.0 100.0 88.0 8.0 25.0 75.0
Total 100.0 100.0 100.0
Tabel 26 memperlihatkan perubahan kecenderungan terbanyak berada pada kategori sedang dan tinggi. Pada perubahan kategori tinggi, terdapat 100 persen dari responden yang menilai desain kurang menarik dan 75 persen dari kategori sangat menarik.. Pada perubahan kategori sedang, terdapat 88 persen dari kategori cukup menarik. Untuk melihat hubungan antara desain pada leaflet dengan perilaku setelah membaca leaflet, digunakan uji statistik rank spearman. Pengujian ini menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.098. Hasil tersebut menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut tidak signifikan, karena nilai α lebih besar dari 0.05. Meskipun desain pada leaflet dianggap menarik oleh responden, namun berdasarkan uji statistik, desain leaflet tidak berhubungan dengan perubahan perilaku responden. Perubahan perilaku yang terjadi memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar desain leaflet. Perilaku dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap seseorang, seperti teori yang dikemukakan Benyamin Blum dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tindakan seseorang terbentuk dari pengetahuan. Sedangkan menurut Baron et al. dalam Notoatmodjo (2005), menyatakan bahwa komponen kognitif atau pengetahuan merupakan suatu pembentuk perubahan sikap seseorang. Maka dapat disimpulkan bahwa perubahan perilaku seorang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap. Jika pengetahuan dan sikapnya baik, maka perilakunya juga baik. Hal ini menggambarkan bahwa informasi yang terdapat pada leaflet dapat dipahami dengan baik meskipun desainnya tidak berhubungan, sehingga membentuk pengetahuan dan sikap yang baik pula hingga pada akhirnya mempengaruhi perilaku.
58
59
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1. Media leaflet “Gerakan Bebas Plastik” efektif untuk ibu-ibu kelompok Posyandu di Posdaya Puspa Lestari. Efektivitas diukur berdasarkan uji beda peningkatan pengetahuan, sikap, dan kecenderungan perilaku kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2. Terdapat perbedaan yang nyata dan signifikan antara hasil pre test dan post test pada aspek pengetahuan, sikap, dan kecenderungan perilaku ibu rumah tangga kelompok posyandu, Posdaya Puspa Lestari. 3. Hanya terdapat satu hubungan variabel yang berhubungan yaitu karakteristik tingkat pendidikan dengan peningkatan pengetahuan. Variabel tersebut memiliki hubungan yang negatif. 4. Tidak terdapat hubungan antara desain leaflet dengan pengetahuan akhir, perubahan sikap, dan perubahan kecenderungan perilaku ibu rumah tangga kelompok posyandu, Posdaya Puspa Lestari. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, berikut beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis: 1. Pemerintah, khususnya KLKH dalam memberikan sosialisasi perlu menggunakan media pendukung, seperti leaflet, poster, video, dan lainlain. 2. Pemerintah atau pihak yang ingin membuat sosialisasi perlu memperhatikan tentang tempat dan media yang digunakan untuk menyebarkan sosialisasi agar mampu menjangkau semua kalangan masyarakat. 3. Pemerintah atau pihak yang ingin membuat sosialisasi sebaiknya membuat media sosialisasi yang menarik, baik itu dari segi bentuk, warna, huruf, gambar, dan bahasanya, karena desain leaflet mendapatkan nilai cukup menarik yang tinggi. 4. Pemerintah sebaiknya membuat media sosialisasi dalam berbagai media, bukan hanya media elektronik yang bisa disiarkan melalui televisi, tapi juga menggunakan media cetak agar masyarakat yang tidak mempunyai televisi bisa juga mendapatkan sosialisasi tersebut.
60
61
DAFTAR PUSTAKA Adawiyah S. 2003. Pengaruh media komunikasi HIV/AIDS berbentuk booklet dan leaflet terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa perguruan tinggi swasta di DKI Jakarta [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [internet]. [diunduh tanggal 26 Januari 2016, 16.42 WIB]. Dapat diunduh di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/7750 Adiwijaya M. 2009. Peran pemerintah, industri ritel, dan masyarakat dalam membatasi penggunaan kantong plastik sebagai salah satu upaya pelestarian lingkungan. [Internet]. [diunduh tanggal 04 Maret 2016, 13.45 WIB]. Dapat diunduh dari: http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/04013/ARTIKEL-MICHAEL.ADIWIJAYA-UK.PETRA.doc Bungin B. 2008. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus, Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta [ID]: Pustaka Grafika. Effendy OU. 1992. Dinamika Komunikasi, Cetakan Kedua. Bandung [ID]: Remaja Rosdakarya. __________. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung [ID]: Remaja Rosdakarya. __________. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung [ID]: Remaja Rosdakarya. __________. 2011. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung [ID]: Remaja Rosdakarya.
Ernawati E. 2011. Efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB. [tesis]. [internet]. [diunduh tanggal 18 Desember 2015, 12.31 WIB]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/ handle/123456789/51495/2011eer. pdf?sequence=1&isAllowed=y Firda PBH. 2013. Efektivitas leaflet dalam meningkatkan pengetahuan petani tentang sertifikasi pertanian organik. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gani HA, Istiaji E, Kusuma AI. 2014. Perbedaan efektivitas leaflet dan poster produk komisi penanggulangan AIDS Kabupaten Jember dalam perilaku pencegahan HIV/AIDS. Jurnal IKESMA. [Internet]. [diunduh tanggal 18 Maret 2016, 12.10 WIB]. 10(1): 31-47. Dapat diunduh dari: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/article/viewFile/1679/1396 Hamtiah S, Dwijatmiko S, Satmoko S. 2012. Efektivitas media audio visual (video) terhadap tingkat pengetahuan petani ternak sapi perah tentang kualitas susu di Desa Indrokilo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Animal Agriculture Journal. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Oktober 2015, 08.42 WIB]. 1(2): 322-330. Dapat diunduh dari: http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/aaj/article/view/1355/1376
Hapsari CM. 2013. Efektivitas komunikasi media booklet “Anak Alami” sebagai media penyampai pesan Gentle Birthing Service. Jurnal E-Komunikasi.
62
[Internet]. [Diunduh tanggal 19 Maret 2016, 10.00 WIB]. 01(3): 264-275. Dapat diunduh dari: http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmukomunikasi/article/viewFile/940/840 Hermono U. 2009. Inspirasi dari Limbah Plastik. Jakarta (ID): Kawan Pustaka. Jambeck JR, Geyer R, Wilcox C, Siegler TR, Perryman M, Andrady A, Narayan R, Law KL. 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean. Science. [Internet]. [diunduh tanggal 04 Maret 2016, 10.35 WIB]. 347: 768771.doi.10.1126/science.126035. Dapat diunduh dari: http://scien ce.sciencemag.org/content/347/6223/768.full-text.pdf+html Kamil S, Ibnu IF, Rachman WA. 2013. Media cetak komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dalam pengobatan pasien Tuberculosis Type Multy Drug Resistant (TB-MDR) di Kota Makassar. Jurnal. [Internet]. [diunduh tanggal 22 Maret 2016, 12.42 WIB]. Dapat diunduh dari: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5749/JURNAL %20SYAHRIN%20KAMIL.pdf?sequence=1 Limandoko B. 2000. Desain komunikasi visual dan perilaku konsumen. Jurnal NIRMANA. [Internet]. [diunduh tanggal 22 Maret 2016, 12.42 WIB]. 02(2): 84-91. Dapat diunduh dari: http://nirmana.petra.a c.id/index.php/dkv/article/download/16055/16047 Lubis DP, Mugniesyah SS, Purnaningsih N, Riyanto S, Kusumastuti YI, Hardiyanto, Saleh A, Sumardjo, Sarwititi, Amanah S, Fatchiya A. 2010. Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor [ID]: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB Press. Marlina, Saleh A, Lumintang RWE. 2009. Perbandingan efektivitas media cetak (folder dan poster-kalender) dan penyajian tanaman Zodia terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat. Jurnal Komunikasi Pembangunan. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Oktober 2015, 08.19 WIB]. 07(1): 1-20. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php /jurnal kmp/article/viewFile/5684/4312 Maulida ADN. 2013. Studi tentang efektifitas dalam sosialisasi Kartu Tanda Penduduk Elektronic (e-KTP) di Kelurahan Sempaja Selatan Kota Samarinda. Ilmu Komunikasi. [Internet]. [diunduh tanggal 18 Maret 2016, 12.40 WIB]. 2(1): 140-154. Dapat diunduh dari: http://ejournal.ilkom.fisip unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/02/eJOURNAL%20Ilmu%20Ko munikasi%20pdf%20(02-24-14-05-38-09).pdf Murdiyanto E. 2011. Efektifitas penyuluhan pada PT. Takii Seed terhadap petani kool di Desa Pikatan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar. Jurnal SEPA. [Internet]. [diunduh tanggal 18 Desember 2015, 12.31 WIB]. 8(1): 42-49. Dapat diunduh dari: agribisnis. fp.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2013/10/06-SEPA-Efektifitas-penyuluhan-EKOMURDIY ANTO-UPNyk-revisi.pdf Notoatmodjo S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta [ID]: Rineka Cipta.
63
Noveriana Y. 2011. Perancangan Media Kampanye Mengurangi Penggunaan Kantong Plastik. [tugas akhir]. [internet]. [diunduh tanggal 19 Februari 2016, 00.18 WIB]. Dapat diunduh dari: http://elib.u nikom.ac.id/gdl.p hp?mod=browse&op=read&id=jbptunikompp-gdl-yustianove-26473 [PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Putra MS. 2007. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi. Yogyakarta [ID]: Graha Ilmu. Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung [ID]: Remaja Rosdakarya.
Rudy TM. 2005. Komunikasi & Hubungan Masyarakat Internasional. Bandung [ID]: Refika Aditama. Saefudin, Setiawan. 2006. Teknik pembuatan leaflet untuk kegiatan marketing informasi di perpustakaan. Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Februari 2016, 00.11 WIB]. Dapat diunduh dari: option=com_phoc adownload&view=c ategory&id=70:3&download=1303:3&start=100&Itemid=1 Sahwan FL, Martono DH, Wahyono S, Wisoyodharmo LA. 2005. Sistem Pengelolaan Limbah Plastik di Indonesia. J Tek Ling. [Internet]. [diunduh tanggal 28 Januari 2016, 16.22 WIB]. 6(1): 311-318. Dapat diunduh dari: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/jtl/article/view/418/506
Siagian A, Jumirah, Tampubolon F. 2008. Media visual poster dan leaflet makanan sehat serta perilaku konsumsi makanan jajanan siswa sekolah Lanjutan Atas, di Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Oktober 2015, 08.42WIB]. 4(6): 262-268. Dapat diunduh dari: http://jurnalkes mas.ui.ac.id/index.php/kesmas /article/download/165/166 Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai Edisi Revisi. Jakarta (ID): Pustaka LP3ES.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung (ID): Penerbit Alfabeta Bandung. Sumbung H. 2012. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Penjual Gorengan di Kota Manado dalam Mengurangi Penggunaan Kantong Plastik. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Februari, 18.16 WIB]. Dapat diunduh dari: http://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/ Heryanto-Sumbung.pdf
Widjaja HAW. 2010. Komunikasi, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta [ID]: Bumi Aksara
64
65
LAMPIRAN
66
Lampiran 1 Peta Wilayah Posdaya Puspa Lestari
Sumber: Sekretariat Posdaya Puspa Lestari, 2015 Keterangan Luas wilayah : 6.738 m² Terdiri dari : 5 RT Jumlah KK : 282 KK dengan masing-masing jumlah KK/RT (RT 01: 75 KK, RT 02: 70 KK, RT 03: 79 KK, RT 04: 32 KK, RT 05: 26 KK) Lampiran 2 Peta Wilayah Posdaya Kenanga
67
Lampiran 3
Rencana Alokasi Waktu Penelitian
Kegiatan
Januari 3
Penyusunan Proposal Skripsi Uji Kelayakan dan Revisi Kolokium Revisi Proposal Skripsi Pengambilan data lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi
4
Februari
Maret
April
MeiAgustus
Septem ber
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
68
Lampiran 4 Kerangka Sampling Kelompok Eksperimen No. Nama Alamat Usia ERA 02/07 35 1 NSS 02/07 28 2 NRF 03/07 28 3 NWP 03/07 27 4 LAN 05/07 35 5 NSN 02/07 31 6 ELS 02/07 37 7 NAM 05/07 38 8 NSZ 05/07 25 9 NHY 05/07 40 10 RPS 05/07 35 11 WWH 04/07 40 12 LAR 01/07 42 13 SAM 04/07 20 14 NT 01/07 29 15 RIM 02/07 30 16 MUR 03/07 31 17 SUM 03/07 30 18 WAT 03/07 33 19 YAN 03/07 23 20 ANI 01/07 22 21 DET 01/07 27 22 ETI 03/07 26 23 DES 02/07 26 24 IJW 01/07 27 25 SNA 01/07 35 26 YSN 02/07 44 27 IFD 01/07 44 28 RSH 01/07 27 29 OKT 03/07 23 30
Pendidikan SMP SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA S1 S1 SMA S1 SMA SMA SMA SMP SMP SMA SMP SMA SD SD SD SD SMA SD SMP SMA SMA
69
Lampiran 5 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kerangka Sampling Kelompok Kontrol Nama Alamat Usia NUR 01/05 26 LIN 01/05 28 ARM 02/05 32 HER 02/05 33 SKS 02/05 27 DEW 02/05 23 NIN 01/05 30 MIA 01/05 24 WIW 02/05 25 SNT 02/05 32 IRM 02/05 24 RNN 01/05 45 ERN 01/05 44 RYT 02/05 45 SRN 03/05 30 NRN 03/05 29 ESS 03/05 30 SRT 02/05 24 JWR 02/05 43 NNR 01/05 42 HDS 01/05 26 HGR 01/05 30 RIN 01/05 30 NRS 01/05 26 CND 01/05 25 IDR 02/05 45 SFR 02/05 37 DNA 02/05 35 EST 02/05 26 ADI 02/05 25
Pendidikan SMA SMA SMP SMA SMA SMA SMA SMA SMA S1 SMA SMA SMA SD SMP SMA SMP SMA SMA SMA D1 S1 SMP SMA SMA SMA SMA SMP SMA SMP
70
Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
N of Items
Standardized Items ,859
,859
40
Instrumen dikatakan reliabel karena nilai alpha > dari 0.60 Lampiran 7
Hasil Uji Statistik
UJI BEDA HASIL PRE-TEST KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL Pengetahuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Paired Samples Test Paired Differences Mean
T
Std.
Std.
95% Confidence
Deviation
Error
Interval of the
Mean
Difference Lower
Pair PRE_PENGETAHUAN 1
-,600
4,775
,872 -2,383
df
Sig. (2tailed)
Upper 1,183
-,688 29
,497
PRE_PENG_KONTROL
Sikap awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
Std.
Std.
95% Confidence
Deviation
Error
Interval of the
Mean
Difference Lower
Pair
PRE_SIKAP -
1
PRE_SIKAP_KONTROL
-,533
9,123
1,666
-3,940
df
Sig. (2tailed)
Upper 2,873 -,320
29
,751
71
Kecenderungan perilaku awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
Std.
Std.
95% Confidence
Deviation
Error
Interval of the
Mean
Difference Lower
-,267
Pair PRE_PERILAKU 1
2,876
df
Sig. (2tailed)
Upper
,525 -1,341
,807
-,508 29
,615
PRE_PERILAKU_KONTROL
UJI BEDA HASIL PRE-TEST DAN POST TEST Pre-test dan post-test kelompok eksperimen Paired Samples Test Paired Differences Mean
t
Std.
Std.
95% Confidence
Deviation
Error
Interval of the
Mean
Difference Lower
Pair PRE_PENGETAHUAN 1 Pair 2
POST_PENGETAHUAN PRE_SIKAP - POST_SIKAP
-
POST_PERILAKU
tailed)
Upper
4,408
,805
-7,879 -4,588
-7,746 29
,000
5,219
,953
-6,882 -2,985
-5,178 29
,000
1,958
,358
-3,131 -1,669
-6,713 29
,000
6,233 4,933 -
Pair PRE_PERILAKU 3
df Sig. (2-
2,400
Pre-test dan post-test kelompok kontrol Paired Samples Test Paired Differences Mean
T
df
Sig.
Std.
Std.
95%
(2-
Deviati
Error
Confidence
tailed)
on
Mean
Interval of the Difference Lower
Pair 1
Pair 2
Pair 3
PRE_PENG_KONTROL -
-1,267
1,172
,214
-1,704
,100
1,918
,350
-,616
-,400
,968
,177
-,762
Upper -,829 -5,917 29
,000
POST_PENG_KONTROL PRE_SIKAP_KONTROL -
,816
,286 29
,777
-,038 -2,262 29
,031
POST_SIKAP_KONTROL PRE_PERILAKU_KONTROL POST_PERILAKU_KONTROL
72
UJI BEDA PENINGKATAN NILAI RATA-RATA KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL Paired Samples Test Paired Differences Mean
Std.
df
Sig.
95%
(2-
Confidence
tailed)
Std.
Deviation Error
T
Mean Interval of the Difference Lower Upper Pair PENINGKATAN_PENGETAHUAN 1
,813
3,304
6,629 6,109 29
,000
5,033
5,744 1,049
2,888
7,178 4,799 29
,000
2,000
2,000
1,253
2,747 5,477 29
,000
PERUBAHAN_SIKAP_KONTROL
Pair PERUBAHAN_PERILAKU 3
4,453
PENINGKATAN_PENG_KONTROL
Pair PERUBAHAN_SIKAP 2
4,967
,365
PERUBAHAN_PERILAKU_KONTROL
KORELASI RANK SPEARMAN Hubungan usia dengan perubahan pengetahuan, sikap, perilaku Correlations usia
Correlation Spearman's rho
kode_delta
kode_delta
kode_delta
_peng
_sikap
_perilaku
1,000
,011
,026
,144
.
,955
,891
,448
30
30
30
30
Coefficient usia
Sig. (2-tailed) N
Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan, sikap, perilaku Correlations t_pend
Correlation Spearman's rho
kode_delta
kode_delta
kode_delta
_peng
_sikap
_perilaku
1,000
*
-,365
-,137
-,359
.
,048
,472
,052
30
30
30
30
Coefficient t_pend
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
73
Hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan pengetahuan, sikap, perilaku Correlations angg_k kode_delta el Correlation Spearman's rho
_peng
kode_delta
kode_delta
_sikap
_perilaku
1,000
-,086
,165
,253
.
,653
,384
,177
30
30
30
30
Coefficient angg_kel
Sig. (2-tailed) N
Hubungan desain dengan pengetahuan, sikap, perilaku Correlations
Correlation
desain_ko
kode_delt
kode_delt
kode_delt
de_baru
a_peng
a_sikap
a_perilaku
1,000
,302
,276
,308
.
,105
,139
,098
30
30
30
30
Spearman's desain_kode_b Coefficient rho
aru
Sig. (2-tailed) N
74
Lampiran 8 Tematik Catatan Harian Topik: Sudut Pandang Pengurus Posdaya mengenai Proses Sosialisasi di Wilayah Posdaya Puspa Lestari DESKRIPSI Berdasarkan wawancara mendalam dengan beberapa informan dari masyarakat yang diwakili oleh tokoh masyarakat setempat, dapat diketahui bahwa: Sosialisasi pernah dilakukan, khususnya pada awal pembentukan posdaya. Para ketua RT, ketua RW, dan perwakilan warga lainnya dikumpulkan untuk penjabaran program Posdaya. Menurut ketua RW, sosialisasi tentang kesehatan juga sering diadakan di posyandu. Sosialisasi yang dilakukan kebanyakan dengan mengumpulkan warga, namun kesibukan warga terutama para kepala keluarga yang bekerja menjadikan sosialisasi tersebut sepi, hanya segelintir warga yang datang. Tapi jika waktunya gotong royong, warga semua berpartisipasi. Para tokoh masyarakat mengaku belum pernah menerima sosialisasi berupa leaflet, mereka mengatakan jika ada leaflet yang bisa dibawa pulang maka akan lebih bagus jadi warga bisa ingat dengan apa yang disosialisasikan. Topik: Sudut Pandang Tokoh Masyarakat mengenai Proses Sosialisasi di Wilayah Posdaya Puspa Lestari DESKRIPSI Berdasarkan wawancara mendalam dengan beberapa informan dari pengurus Posdaya Puspa Lestari, dapat diketahui bahwa: Posdaya Puspa Lestari sudah pernah beberapa kali melakukan sosialisasi secara tatap muka, yaitu dengan mengumpulkan warga-warganya. Sosialisasi yang dilakukan pada umumnya mengenai program Posdaya yang akan dijalankan. Menurut beberapa Kader Posyandu, sosialisasi mengenai kesehatan juga banyak dilakukan di Posyandu Puspa Lestari. Sosialisasi yang dilakukan umumnya dilakukan oleh bidan yang datang dari puskesmas. Sosialisasi dilakukan dengan mengumpulkan ibu-ibu kelompok posyandu dengan menggunakan alat peraga, ataupun media poster dan leaflet. Adanya sosialisasi yang diberikan kepada warga cukup berpengaruh, karena setelahnya warga jadi mengetahui program Posdaya, dan program tersebut menjadi sukses dilaksanakan karena warga RW 7 berpartisipasi dengan baik setelah mengetahui adanya program tersebut. Salah satu program yang berhasil adalah program Bank Sampah. INTERPRETASI Menurut penjelasan tokoh masyarakat dan keterangan dari pengurus posdaya sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sangat jarang program pemerintah yang disosialisasikan melalui pemerintah daerah ataupun posdaya. Program pemerintah yang paling sering sampai ke warga di tingkat RW adalah program kesehatan, itu pun hanya sebagian warga yang mengetahui karena hanya dilakukan di posyandu tanpa ada pengumuman ke warga secara umum. Program pemerintah lainnya kebanyakan muncul di media elektronik seperti iklan di televisi ataupun internet.
75
Lampiran 9
Media Leaflet
Leaflet bagian depan
Leaflet bagian belakang
76
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian
Sekretariat Posdaya Puspa Lestari
Sekretariat Posdaya Kenanga
Pre-test kelompok eksperimen
Pre-test kelompok kontrol
Post-test kelompok eksperimen
Post-test kelompok kontrol
Wawancara Informan
Wawancara Informan
77
RIWAYAT HIDUP R. Irinne Devita Ariany dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Januari 1994. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak R. Dadeng Maulana dan Ibu Een Lusmanawati. Penulis memulai pendidikan formal di TK Bunga Mawar pada tahun 1999-2000, SDN 2 Ciputat pada tahun 20002006, MTsN 3 Jakarta pada tahun 2006-2009, SMAN 29 Jakarta pada tahun 20092012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjalani perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan di dalam kampus. Penulis menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koran Kampus pada tahun 2013 hingga kini. Selain itu penulis juga menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) sebagai anggota Departemen Kominfo pada tahun 2013-2014 dan menjadi Kepala Departemen Kominfo pada tahun 20142015. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan dalam berbagai acara di dalam kampus yaitu menjadi panitia divisi Acara dalam kegiatan TPB Cup 2013, panitia divisi PDD dalam kegiatan MPKMB 50, panitia divisi dalam kegiatan PDD MPF FEMA 2014, panitia divisi DDD dalam kegiatan KPM Garang 2014, panitia divisi DD dalam kegiatan INDEX 2014, kepala divisi PDD dalam kegiatan FRESH 2014, panitia divisi Acara dalam kegiatan Espent 2014, panitia divisi PDD dalam kegiatan IDEA 2014.
78