PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEKTIVITAS BERMAIN AKTIF (COOPERATIVE PLAY) DAN PASIF DALAM MENUMBUHKAN SIKAP SOSIAL YANG POSITIF PADA ANAK USIA SEKOLAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh: Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto NIM: 02 9114 079
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2006
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI EFEKTIVITAS BERMAIN AKTIF (COOPERATIVE PLAY) DAN PASIF DALAM MENUMBUHKAN SIKAP SOSIAL YANG POSITIF PADA ANAK USIA SEKOLAH
Oleh: Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto NIM: 02 9114 079
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi
tanggal ....................................
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI EFEKTIVITAS BERMAIN AKTIF (COOPERATIVE PLAY) DAN PASIF DALAM MENUMBUHKAN SIKAP SOSIAL YANG POSITIF PADA ANAK USIA SEKOLAH Dipersiapkan dan ditulis oleh Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto NIM: 02 9114 079 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 19 Januari 2007 dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Ketua Sekretaris Anggota
Tanda Tangan
V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi Dr. A. Supratiknya Y. Agung Santoso, S. Psi
Yogyakarta, ................................ Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,
P. Eddy Suhartanto, S. Psi, M. Si
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi ini aku persembahkan untuk …
Mama dan Papa yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian, dan cinta yang tidak terbatas
Emak yang selalu mendoakan cucu-cucunya dengan sepenuh hati
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 18 Desember 2006 Penulis
Euriska Sulistyaningtyas Wiyanto
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Efektivitas Bermain Aktif (Cooperative Play) dan Pasif dalam Menumbuhkan Sikap Sosial yang Positif pada Anak Usia Sekolah Oleh: Euriska S. Wiyanto Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bermain aktif dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kategori bermain manakah di antara bermain aktif dan pasif yang lebih efektif dalam menumbuhkan sikap sosial tersebut. Bermain mengajarkan banyak hal pada anak, termasuk bagaimana anak harus bersikap dalam situasi sosial tertentu. Sikap sosial, khususnya pada anak usia sekolah, terdiri dari tiga komponen objek sikap, yaitu keluarga, teman sebaya, dan orang asing lainnya. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kuasi dengan bermain aktif dan pasif sebagai variabel bebas, sikap sosial sebagai variabel tergantung, dan pre-test serta frekuensi bermain anak di luar jam eksperimen sebagai variabel ekstra di SD Tarakanita Bumijo dengan sampel subjek kelas IIA2 sebagai kelompok eksperimen bermain pasif, IIA3 sebagai kelompok eksperimen bermain aktif, dan IIB3 sebagai kelompok kontrol. Tiap kelompok diberi pre-test dan posttest dengan skala sikap sosial, sedangkan kedua kelompok eksperimen masingmasing diberi empat perlakuan. Skala sikap sosial yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala model Thurstone dan terdiri dari 20 item. Angka reliabilitas skala ini adalah 0,7159. Namun, setelah penelitian, skala ini diketahui memiliki cacat dalam pemilihan item sehingga mengalami ralat. Setelah ralat, skala ini terdiri dari 9 item. Analisis data penelitian dilakukan dengan anakova. Uji hipotesis baik pada skala dengan 20 item maupun 9 item, menunjukkan bahwa bermain aktif dan pasif tidak efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah (20 item: Sig. = 0,71; 9 item: Sig. = 0,228). Hal ini antara lain mungkin dipengaruhi oleh skala yang kurang baik, resistensi sikap sosial terhadap perubahan, dan kejadian-kejadian khusus selama penelitian yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Kata kunci: anak usia sekolah, sikap sosial, bermain aktif, bermain pasif
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT The Effectiveness of Active (Cooperative Play) and Passive Play in Fostering Positive Social Attitude in School-aged Children By: Euriska S. Wiyanto The goal of this research is to know the effectiveness of active and passive play in fostering positive social attitude in school-aged children. This research is also meant to know which of the two category of play is more effective in fostering social attitude as mentioned above. Play can teach children many things, including how to behave in certain social situations. Social attitude, especially in school-aged children, has three object components, namely family, peers, and other strangers. This research uses the quasi experiment design with active and passive play as independent variable, social attitude as dependent variable, and play frequency outside the experiment hours as extraneous variable in Tarakanita Bumijo elementary school with class IIA2, IIA3, and IIB3 as the subject samples. Class IIA2 is used as the passive play experiment group, class IIA3 as the active play experiment group, and class IIB3 as the control group. Each group is given a pre-test and post-test, while the two experiment groups each receive four treatments. The social attitude scale used in this research uses the Thurstone model and consists of 20 items. The reliability score of this scale is 0,7159. But after the research has been done, this scale is known to have a mistake in the process of selecting the items so that this scale has to be corrected. After the correction, this scale only has 9 items left. The data in this research are analyzed using analysis of covariance. Results using both the 20 items scale and 9 items scale show that neither active nor passive play is effective in fostering positive social attitude in schoolaged children (20 items scale: Sig. = 0,71; 9 items scale: Sig. = 0,228). This result is perhaps influenced by a number of things, for example the scale that is not good enough, the resistance of social attitude to change, and certain incidents during the experiment that could not be controlled by the experimenter. Key words: school-aged children, social attitude, active play, passive play
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kata Pengantar
Puji syukur pada Tuhan karena akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma. Dalam segala keterbatasan skripsi ini, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat menyumbangkan pengetahuan yang berguna bagi pembacanya. Dalam menyusun skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Secara khusus, penulis ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak berikut. 1. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi, M. Si, yang telah membimbing penulis selama dua semester pertama dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas semua masukan dan pertimbangan yang telah Ibu berikan. 2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi, yang telah membimbing penulis selama semester ketiga penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua pertimbangan serta kesabaran yang telah Bapak berikan pada penulis selama bimbingan. 3. Bapak Y. Agung Santoso, S. Psi, selaku (mantan) dosen pembimbing akademik sekaligus dosen penguji, yang telah bersedia meluangkan banyak waktu untuk menjawab berbagai pertanyaan penulis. Terima kasih atas semua pertimbangan dan jawaban atas kebingungan penulis yang telah Bapak berikan pada penulis selama penulis berkuliah. 4. Bapak Dr. A. Supratiknya, selaku dosen penguji. Terima kasih atas semua masukan yang telah Bapak berikan pada penulis. 5. Terima kasih pula pada Ibu Sylvia C. M. Y. M, M. Si, Ibu M. L. Anantasari, M. Si, serta dosen-dosen lain yang juga telah memberikan pertimbangan dan masukan pada penulis. 6. Drs. Y Agus Purnama selaku Koordinator TK-SD Tarakanita Bumijo, Dra. Asteria Rinawati selaku Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum SD Tarakanita Bumijo, Ibu R. Sri Sihmani selaku wali kelas IIA2, Ibu Em. Wiji
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lestari selaku wali kelas IIA3, Ibu Lusia Wiratni selaku wali kelas IIB3, serta karyawan TU SD Tarakanita Bumijo. Terima kasih atas segala bantuan, kemudahan, dan izin yang telah diberikan sehingga penulis bisa melaksanakan uji coba serta penelitian di SD Tarakanita Bumijo. 7. Bapak Purwantana, S. Pd selaku kepala sekolah SD BOPKRI Gondolayu. Terima kasih karena telah memberikan izin dan kemudahan sehingga penulis bisa melakukan uji coba skala di SD BOPKRI Gondolayu. 8. Ibu Milka Then dan guru-guru Sekolah Minggu GKI Ngupasan. Terima kasih atas izin yang telah diberikan sehingga penulis bisa melakukan uji coba di GKI Ngupasan. 9. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan fakultas psikologi yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam berbagai hal selama penulis berkuliah, khsususnya selama penulis menyusun skripsi ini. 10. Mama, Papa, Emak, dan seluruh keluarga penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua dukungan, doa, dan bantuan dalam berbagai hal yang kalian berikan selama ini. 11. Chacha, Tina, Sisil, Cahya, Laora, Iput, Ohaq, Ina, Mita, Fika, Mei, dan Elvin, yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. Terima kasih, ya, karena telah meluangkan waktu kalian yang berharga itu ☺. 12. Teman-teman lain (termasuk Meme, yang minta namanya ditulis di sini ☺) yang dengan sabar bertanya “Gimana skripsinya?” atau “Kapan lulus?” setiap kali bertemu dengan penulis. Sungguh, terima kasih karena sudah bertanya. Terkadang pertanyaan dan perhatian sesederhana itu berarti banyak bagi semangat yang sedang turun dan pikiran yang sedang tertekan ☺. Penulis sadar bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis terbuka terhadap segala kritik dan saran yang diberikan oleh para pembaca skripsi ini. Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... iv HALAMAN MOTTO.......................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................................. vi ABSTRAK........................................................................................................... vii ABSTRACT.........................................................................................................viii KATA PENGANTAR......................................................................................... ix DAFTAR ISI........................................................................................................xi DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xiv DAFTAR TABEL................................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1 A. Latar belakang.......................................................................................1 B. Rumusan Masalah................................................................................. 7 C. Tujuan................................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7 1. Manfaat Praktis............................................................................... 7 2. Manfaat Teoretis............................................................................. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 9 A. Anak Usia Sekolah................................................................................9 1. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah...................................... 9 2. Perkembangan Sosial Anak Usia Sekolah...................................... 11 B. Sikap Sosial...........................................................................................13 1. Definisi Sikap Sosial....................................................................... 13 2. Komponen Sikap Sosial dan Komponen Objek Sikap Sosial......... 15 3. Pembentukan Sikap Sosial.............................................................. 17
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial pada Anak......... 21 C. Bermain................................................................................................. 24 1. Definisi Bermain............................................................................. 24 2. Fungsi Bermain............................................................................... 24 3. Kategori Bermain............................................................................ 27 4. Hierarki Pola Bermain.................................................................... 31 5. Jenis Bermain yang Sesuai untuk Anak Usia Sekolah....................33 D. Hubungan Antara Sikap Sosial dengan Bermain Aktif dan Pasif.........34 1. Bermain dan Sikap Sosial............................................................... 34 2. Permainan....................................................................................... 37 3. Membaca Buku dan Menonton Film.............................................. 38 E. Hipotesis............................................................................................... 41 BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 42 A. Jenis Penelitian......................................................................................42 B. Identifikasi Variabel..............................................................................44 C. Definisi Operasional............................................................................. 45 D. Subjek Penelitian.................................................................................. 47 E. Alat Ukur.............................................................................................. 48 1. Isi Skala...........................................................................................48 2. Penyekoran Item............................................................................. 49 3. Uji Coba I........................................................................................53 4. Uji Coba II...................................................................................... 54 5. Uji Coba III..................................................................................... 56 6. Reliabilitas dan Validitas Skala Penelitian..................................... 59 F. Materi Eksperimen................................................................................ 61 1. Bermain Aktif (di Kelas IIA3)........................................................ 61 2. Bermain Pasif (di Kelas IIA2)........................................................ 66 G. Prosedur Perlakuan dan Pengambilan Data.......................................... 69 1. Bermain Aktif (di Kelas IIA3)........................................................ 71 2. Bermain Pasif (di Kelas IIA2)........................................................ 79 H. Metode Analisis Data............................................................................89
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 90 A. Hasil Observasi Penelitian.................................................................... 90 B. Analisis Data Statistik I........................................................................ 98 1. Data Deskriptif................................................................................ 98 2. Uji Asumsi...................................................................................... 99 3. Uji Hipotesis................................................................................... 103 C. Analisis Data Statistik II....................................................................... 106 1. Ralat terhadap Skala....................................................................... 106 2. Data Deskriptif................................................................................ 108 3. Uji Asumsi...................................................................................... 109 4. Uji Hipotesis................................................................................... 112 D. Pembahasan...........................................................................................113 E. Keterbatasan Penelitian.........................................................................119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 126 A. Kesimpulan........................................................................................... 126 B. Saran..................................................................................................... 127 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 130 LAMPIRAN......................................................................................................... 134
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Hubungan antara permainan serta membaca buku dan menonton film dengan sikap sosial positif..................................... 40 Bagan 2. Rangkaian kegiatan di ketiga kelompok penelitian.............................. 88
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengaruh dan pengontrolan variabel ekstra........................................... 44 Tabel 2. Blue-print skala sikap sosial.................................................................. 48 Tabel 3. Susunan 60 item skala sikap sosial untuk panelis..................................50 Tabel 4. Nilai S dan Q item-item skala sikap sosial............................................ 52 Tabel 5. Susunan 40 item skala sikap sosial untuk uji coba I.............................. 53 Tabel 6. Susunan 10 item skala sikap sosial untuk uji coba II............................ 55 Tabel 7. Susunan 60 item skala sikap sosial untuk uji coba III........................... 57 Tabel 8. Susunan 20 item skala sikap sosial untuk penelitian............................. 59 Tabel 9. Susunan 9 item skala sikap sosial setelah ralat...................................... 107
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Skala sikap sosial, wawancara, dan angket..................................... 134 Lampiran II. Nilai S dan Q berdasarkan penilaian panelis.................................. 142 Lampiran III. Analisis data untuk seleksi item.................................................... 151 Lampiran IV. Reliabilitas skala sikap sosial........................................................163 Lampiran V. Analisis data I (20 item)................................................................. 167 Lampiran VI. Analisis data II (9 item).................................................................176 Lampiran VII. Surat keterangan uji coba dan penelitian..................................... 185
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
individu
memiliki
tugas-tugas
perkembangan
yang
harus
dipenuhinya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang matang, baik di bidang sosial, kognitif, fisik, dan lain sebagainya. Tugas-tugas perkembangan ini berbeda pada tiap rentang usia, yaitu sesuai dengan tingkat perkembangan yang harus dicapai pada rentang usia tertentu. Bagi anak usia sekolah, khususnya, salah satu tugas perkembangan yang perlu dikuasainya terkait erat dengan perkembangan sosialnya, yaitu mengembangkan sikap sosial yang positif (Hurlock, 1972; Hurlock, 1980). Artinya, anak harus mengembangkan pikiran, perasaan, serta perilaku yang positif terhadap orang lain, kelompok-kelompok sosial, dan aktivitas-aktivitas sosial yang dijalaninya. Selain sebagai salah satu tugas perkembangan, menurut Hurlock (1972), pengembangan sikap sosial yang positif merupakan salah satu unsur penting yang sangat mempengaruhi kemampuan anak untuk berperilaku sesuai norma dan harapan masyarakat di sekitarnya. Hal ini akan sangat mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap anak. Anak yang kurang dapat berperilaku sesuai harapan masyarakat tentu akan kurang diterima dalam lingkungannya sehingga relasinya dengan orang lain juga jadi kurang. Hal ini harus dihindari, sebab menjalin relasi sosial adalah unsur yang penting baik bagi anak maupun orang dewasa. Bagi anak-anak, khususnya, relasi sosial ini menjadi sangat penting, sebab relasi sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
pada masa kanak-kanak akan sangat mempengaruhi perkembangan perilakunya sampai pada masa dewasa (Social Skills Enhancement). Jadi, sikap sosial yang positif merupakan unsur penting yang harus ditumbuhkan sejak masa kanakkanak. Sikap sosial anak dapat tercermin melalui perilaku sosialnya, yaitu perilakunya terhadap orang lain. Perilaku memang merupakan salah satu komponen sikap. Perilaku juga merupakan satu-satunya petunjuk mengenai sikap anak yang dapat dilihat secara nyata. Komponen kognitif dan afektif dari perilaku tidak akan dapat kita lihat secara nyata bila tidak ditampakkan melalui perilaku overt. Berikut ini terdapat beberapa pendapat dan penelitian mengenai perilaku sosial anak yang negatif dan dapat menjadi petunjuk mengenai pentingnya menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak. Bali Post (Menghadapi berbagai karakter, 2002) mengingatkan para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya yang sering berperilaku negatif di sekolah dan terhadap teman-temannya. Hal yang serupa diungkapkan oleh Soejanto (dalam Membangun Karakter, 2006). Ia mengungkapkan bahwa guru-guru Sekolah Dasar saat ini sering mengeluhkan perilaku anak yang kurang baik di sekolah. Anakanak SD ini antara lain sering bersikap kurang sopan di kelas, suka mengganggu dan menggertak teman, serta suka berkelahi dengan teman. Perilaku anak yang negatif seperti ini dapat membawa akibat yang negatif pada perkembangan sosial anak itu sendiri maupun pada teman sebaya yang diganggunya. Hal ini terungkap melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan mengenai perilaku negatif anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa sekitar 3 dari 10 anak dideteksi sebagai pengganggu (bully), korban, atau keduanya (Flynt dan Morton, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Dill dan kawan-kawan (2004) mengungkapkan akibat negatif dari perilaku mengganggu (bullying) ini. Mereka mengungkapkan bahwa anak-anak yang cenderung selalu menjadi korban agresivitas teman-temannya, baik itu yang tampak secara nyata (dipukul, diejek) maupun yang lebih terkait dengan relasi (tidak diacuhkan oleh teman-teman bermain), akan cenderung ditolak oleh teman sebayanya. Penolakan ini akan menyebabkan anak menarik diri dari pergaulannya, dan pada gilirannya hal ini akan semakin menjadikan anak sebagai target dari agresivitas teman-temannya. Penelitian Philip Brown (dalam Braverman, 2003) semakin mempertegas akibat negatif dari perilaku mengganggu ini. Brown mengungkapkan bahwa para korban dari perilaku mengganggu ini akan cenderung terganggu dalam perkembangan sosial mereka. Ketika sudah dewasa, lebih banyak dari mereka yang cenderung gagal dalam membangun relasi sosial yang baik. Selain akibat negatif terhadap para korban, perilaku agresif dan mengganggu juga berakibat negatif terhadap para pelaku. Hal ini diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Keane dan Calkins (2004). Penelitian ini mengungkapkan bahwa anak-anak yang memiliki masalah dalam perilakunya dan cenderung berperilaku negatif, seperti agresif dan tidak menurut, akan cenderung ditolak oleh teman-teman sebayanya. Sebuah penelitian lain oleh Lavallee, Bierman, dan Nix (2005) juga mengungkapkan pentingnya mengembangkan perilaku sosial yang positif dalam diri anak. Lavallee, Bierman, dan Nix meneliti pengaruh teman sebaya terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
perilaku sosial anak dalam sebuah pelatihan perilaku sosial bagi anak-anak yang dianggap
berpotensi
mengembangkan
perilaku
agresif.
Penelitian
ini
membuktikan bahwa perilaku teman sekelompok memiliki pengaruh yang signifikan bagi perilaku anak. Anak yang berada dalam kelompok yang lebih mengembangkan perilaku prososial juga akan lebih cenderung mengembangkan perilaku prososial. Sebaliknya, bila teman-teman dalam kelompoknya cenderung lebih agresif dan memberikan penguatan terhadap perilaku agresif dan memberontak, anak juga akan lebih cenderung berperilaku negatif. Karena pengaruh teman sebaya yang cukup besar ini, anak-anak harus dibekali dengan perilaku dan sikap sosial yang positif. Dengan demikian, anak-anak akan saling memberikan pengaruh yang positif, sedangkan pengaruh yang negatif dapat diminimalisasi. Beberapa hal yang telah diungkapkan di atas mengungkapkan perlunya usaha untuk mengembangkan perilaku sosial yang positif dalam diri anak sedini mungkin. Hal ini secara tidak langsung juga mengungkapkan pentingnya menumbuhkan sikap sosial yang positif pada diri anak, sebab perilaku sosial tersebut merupakan salah satu bagian dari sikap sosial. Selain itu, bagian atau komponen lain dari sikap sosial ini, yaitu pikiran dan perasaan, dapat mendasari atau menguatkan perilaku anak. Jika anak memiliki pikiran dan perasaan yang positif terhadap orang lain, tentu ia juga akan cenderung berperilaku lebih positif terhadap orang lain. Hal ini tentu berbeda bila dibandingkan dengan ketika ia hanya diminta berperilaku positif tanpa memperhatikan apa yang akan ia pikirkan dan rasakan terhadap orang lain. Maka, jelaslah bahwa usaha untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
menumbuhkan sikap sosial―bukan sekadar perilaku―yang positif ini perlu dilakukan agar anak mempunyai dasar atau bekal yang kuat dalam perkembangan sosialnya di masa-masa yang akan datang. Bila anak mampu menumbuhkan sikap sosial yang positif sejak dini, berbagai hal yang memiliki efek negatif terhadap perkembangan sosialnya, yang mungkin ditemuinya di kemudian hari, dapat diminimalisasi akibatnya. Sikap sosial terbentuk dalam diri seseorang melalui interaksi sosialnya dengan lingkungan sekitarnya (Azwar, 2005). Interaksi sosial ini antara lain memungkinkan seseorang untuk mengalami kontak dan pengalaman langsung dengan orang lain serta meniru atau meneladan sikap orang lain, khususnya yang dianggap penting, misalnya teman sebaya atau orang tua. Pada anak-anak, interaksi sosial ini banyak terjadi melalui kegiatan bermain, sebab bermain merupakan kegiatan pokok dan penting yang mendominasi keseluruhan kegiatan anak (Hurlock, 1980). Karena itu, sikap sosial juga dapat ditumbuhkan melalui bermain. Bermain memang bukan sekadar kegiatan yang dilakukan demi kesenangan semata, melainkan juga mengajarkan berbagai hal pada anak (Arnold, 1975; Meyerhoff, 2001). Ketika bermain bersama orang lain, anak belajar untuk membangun relasi dengan orang lain tersebut. Melalui bermain pula, anak dapat meniru perilaku yang positif, misalnya dari tokoh film yang ditontonnya. Jadi, bermain dapat digunakan sebagai sarana untuk menumbuhkan sikap sosial yang positif dalam diri anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Secara luas, ada dua kategori dalam bermain, yaitu bermain aktif dan bermain pasif (Hurlock, 1972; Hurlock, 1980; Santrock, 1997; Tedjasaputra, 2001). Pada dasarnya, bermain aktif adalah jenis bermain yang melibatkan usaha aktif anak untuk menghasilkan suatu kegiatan yang menyenangkan baginya. Meskipun tidak selalu, bermain aktif umumnya melibatkan relatif banyak gerakan tubuh dan tenaga anak. Contoh dari bermain aktif adalah permainan petak-umpet dan bermain dengan balok. Sebaliknya, pada bermain pasif, yang juga disebut dengan hiburan (amusement), anak lebih cenderung menerima dan menikmati apa yang telah tersedia, bukan yang dihasilkan dari kegiatannya sendiri. Jenis bermain ini merupakan jenis bermain yang tidak membutuhkan banyak tenaga untuk bergerak. Contohnya adalah menonton televisi dan membaca komik. Interaksi sosial dapat terjadi melalui kedua kategori bermain ini. Sebagai contoh, ketika bermain petak umpet, anak berinteraksi secara langsung dengan teman-temannya dan belajar mengembangkan perilaku-perilaku yang diharapkan oleh teman-temannya tersebut. Di lain pihak, ketika menonton film, anak berinteraksi dengan tokoh-tokoh yang ada di film tersebut, dan anak dapat mengimitasi atau meniru perilaku tokoh-tokoh tersebut dan menerapkannya ke kehidupan nyatanya. Oleh karena itu, baik bermain aktif maupun pasif dapat digunakan sebagai sarana untuk mengajarkan sikap sosial yang positif pada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
B. Rumusan Masalah
1. Apakah bermain aktif dan pasif efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah? 2. Antara bermain aktif dan pasif, pola bermain manakah yang lebih efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan membandingkan efektivitas bermain aktif dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah mengetahui pola bermain yang dapat diterapkan oleh para pendidik maupun orang tua untuk menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah. Dengan demikian, anak juga akan memiliki peluang yang lebih besar untuk membangun relasi yang baik dengan orang lain. Berbagai hal yang dapat berakibat negatif terhadap perkembangan sosialnya juga lebih dapat diantisipasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
2. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan pengetahuan tentang efektivitas bermain aktif dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Usia Sekolah
Anak-anak usia sekolah termasuk dalam periode masa akhir kanak-kanak (Hurlock, 1980; Santrock, 1997). Periode ini berlangsung ketika anak berusia sekitar tujuh sampai sebelas tahun, yaitu selama masa-masa Sekolah Dasar. Jadi, anak usia sekolah adalah anak yang berusia sekitar tujuh sampai sebelas tahun.
1. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh anak-anak usia sekolah dikemukakan oleh Havighurst (Hurlock, 1980). Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut. b. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan umum. Ada berbagai permainan anak yang melibatkan gerakan tubuh, sehingga untuk dapat terlibat di dalamnya, anak harus memiliki keterampilan fisik yang memadai. c. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh. Anak harus memiliki evaluasi dan pandangan yang positif tentang
dirinya
sendiri
sebagai
individu
yang
sedang
Pembentukan konsep diri yang negatif pada anak harus dihindari.
bertumbuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
d. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. Anak-anak pada usia ini paling banyak berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Karena itu, anak harus mampu menyesuaikan diri dengan teman-temannya tersebut bila ingin diterima oleh mereka. e. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. Anak harus belajar memahami dan mengembangkan peran-peran sosial yang sesuai dengan jenis kelamin mereka, sesuai dengan harapan masyarakat. f. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung. Anak usia sekolah mulai mempelajari berbagai hal dalam dunia pendidikan formal. Membaca, menulis, dan berhitung merupakan beberapa hal pokok yang harus dipelajari anak selama masa sekolah dasar ini. g. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Agar dapat berperilaku dengan benar di lingkungannya, anak terlebih dulu harus memahami berbagai pengertian yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. h. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai. Tugas untuk mengembangkan hati nurani ini sudah dimulai sejak usia prasekolah. Di usia sekolah, pengembangan moralitas anak ini harus semakin berkembang. i. Mencapai kebebasan pribadi. Pada usia sekolah, anak harus mengembangkan kemandirian dalam berbagai hal dan tidak terus bergantung pada orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
j. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembagalembaga. Anak harus memiliki sikap yang positif terhadap orang lain dan kelompok-kelompok sosial di sekitarnya agar dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sosialnya tersebut, dan kemampuan untuk bersosialisasi ini adalah salah satu tugas perkembangan paling penting yang perlu dikembangkan anak pada periode ini (Hurlock, 1991). Hurlock juga menyebut sikap ini sebagai sikap sosial, yang merupakan bagian dari perkembangan sosial anak (Hurlock, 1972). Hal ini akan dibahas secara lebih khusus pada sub bab berikutnya. Dari hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah memiliki berbagai tugas perkembangan yang harus dipenuhinya. Tugas-tugas ini meliputi berbagai aspek, seperti aspek fisik, kognitif, serta aspek sosial. Tugas perkembangan yang menyangkut aspek sosial, khususnya mengembangkan sikap sosial yang positif, merupakan salah satu tugas yang paling penting bagi anak, sebab perkembangan sikap sosial ini akan sangat mempengaruhi interaksi anak dengan orang lain.
2. Perkembangan Sosial Anak Usia Sekolah Perkembangan sosial adalah proses belajar anak untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat (Hurlock, 1972). Perilaku yang diharapkan ini dapat berbeda pada setiap kelompok masyarakat, sebab tiap masyarakat mempunyai normanya sendiri-sendiri. Perkembangan sosial ini akan menggambarkan bagaimana interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Perkembangan sosial anak juga dapat dilihat dari perkembangan bermainnya. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam sub bab tersendiri tentang permainan. Dalam perkembangan sosial, ada tiga proses yang perlu diperhatikan. Ketiga proses ini memang berbeda satu sama lain, namun tetap saling terkait erat. Semakin ketiga proses ini dipenuhi, maka semakin baik pula perkembangan sosial anak (Hurlock, 1972): a. Mengembangkan perilaku yang disetujui oleh kelompok sosial. Pada proses pertama ini, anak harus mengetahui standar-standar atau norma-norma yang ditetapkan oleh kelompok sosialnya. Anak kemudian harus mampu mengembangkan perilaku-perilaku yang sesuai standar atau norma tersebut. Misalnya, anak diharapkan untuk tidak berbicara dengan bahasa yang kasar atau mengumpat. b. Memainkan peranan sesuai aturan sosial. Pada proses ini, anak harus mengetahui peranannya dalam kelompok sosial kemudian berperilaku sesuai peranannya tersebut. Misalnya, dalam hubungan orang tua-anak, anak diharapkan untuk menurut pada perkataan orang tuanya. c. Mengembangkan sikap sosial yang positif. Anak harus mengembangkan sikap yang positif terhadap orang lain maupun aktivitas-aktivitas sosial. Anak harus mengembangkan perilaku-perilaku menyenangkan yang menunjukkan sikap positifnya terhadap orang lain. Dengan mempunyai sikap sosial yang positif, anak tentunya akan lebih mudah menjalin relasi dengan orang lain. Penjelasan lebih lanjut mengenai sikap sosial anak akan dibahas dalam sub bab selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial anak terdiri dari tiga proses pokok, yaitu mengembangkan perilaku yang disetujui kelompok sosial, memainkan peranan sesuai aturan sosial, serta mengembangkan sikap sosial yang positif. Ketiga proses itu harus dipenuhi agar anak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Dua proses pertama lebih terfokus pada perilaku tampak (overt) yang harus dilakukan anak, sedangkan proses yang ketiga lebih terfokus pada perilaku tidak tampak (covert) yang dikembangkan anak dalam dirinya, meskipun tetap dapat termanifestasi dalam perilaku nyata anak. Perkembangan sikap sosial yang positif ini menjadi sangat penting karena merupakan sesuatu yang benar-benar tertanam dalam diri anak, dan bukan sekedar perilaku tampak yang bisa saja dibuat-buat oleh anak. Mengembangkan sikap sosial yang positif dan benar-benar berasal dari dalam diri anak sendiri tentu lebih penting dan mendasar dibandingkan dengan sekadar mengembangkan perilaku sebagai suatu rutinitas yang kurang bermakna bagi diri anak sendiri.
B. Sikap Sosial
1. Definisi Sikap Sosial Secara umum, sikap adalah evaluasi seseorang terhadap hal-hal tertentu (Aronson, Wilson, & Akert, 2005; Baron & Byrne, 1997; Zanden, 1984). Hal-hal ini, yang juga disebut dengan objek sikap, dapat berupa orang, kejadian, situasi, dan lain sebagainya. Worchel dan Cooper (1979) mendefinisikan sikap sebagai intensitas perasaan positif atau negatif yang dirasakan seseorang terhadap objek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
sikap tertentu. Sikap tersebut sering dipandang sebagai kombinasi antara nilai dan keyakinan yang dimiliki seseorang. Secara lebih khusus, sikap juga dapat didefinisikan sebagai pikiran, perasaan, serta kecenderungan perilaku seseorang terhadap objek sikap tertentu yang diperoleh melalui proses pembelajaran (Huffman, Vernoy, & Vernoy, 1997; Pettijohn, 1992). Apa yang dipikirkan dan dirasakan seseorang terhadap suatu objek sikap, serta bagaimana kecenderungan perilakunya terhadap objek sikap tersebut secara keseluruhan mencerminkan sikap seseorang
terhadap objek sikap tersebut. Jadi, bila disimpulkan, sikap dapat
didefinisikan sebagai kecenderungan pikiran, perasaan, serta perilaku seseorang terhadap suatu objek sikap, dan kecenderungan tersebut mencerminkan evaluasi orang tersebut terhadap objek sikap tersebut. Istilah “sosial” menunjuk pada hubungan atau relasi antara dua atau lebih individu (Chaplin, 1995). Sikap sosial berarti sikap seseorang terkait dengan relasinya dengan orang lain. Lebih jelasnya, sikap sosial dapat diartikan sebagai sikap seseorang terhadap lingkungan sosialnya, yaitu orang lain di sekitarnya dan aktivitas bersama orang-orang tersebut (Hurlock, 1991; Chaplin, 1995). Jadi, orang lain dan aktivitas bersama orang lain ini menjadi suatu objek sikap. Dengan demikian, sikap sosial dapat didefinisikan sebagai kecenderungan pikiran, perasaan, serta perilaku seseorang terhadap orang lain dan aktivitas bersama orang lain, dan kecenderungan tersebut mencerminkan evaluasi orang tersebut terhadap orang lain dan aktivitas bersama orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
2. Komponen Sikap Sosial dan Komponen Objek Sikap Sosial Sikap, termasuk sikap sosial, terdiri dari tiga komponen (Aronson, 2005; Azwar, 2005; Huffman, Vernoy & Vernoy, 1997; Pettijohn, 1992; Zanden, 1984), yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Terkait dengan sikap sosial, komponen kognitif menunjukkan apa yang dipikirkan atau diyakini seseorang tentang lingkungan sosialnya. Komponen afektif menunjukkan perasaan atau reaksi emosi seseorang terhadap lingkungan sosial tersebut. Komponen perilaku menunjukkan bagaimana seseorang cenderung berperilaku terhadap lingkungan sosialnya. Meskipun pada umumnya pikiran, perasaan, serta perilaku seseorang terhadap suatu objek sikap cenderung konsisten, terkadang ketiga hal ini juga bertentangan. Anak yang tidak menyukai gurunya bisa saja tetap menuruti perkataan gurunya tersebut karena sekadar merasa takut. Dalam hal ini, terjadi pertentangan antara afeksi dan perilaku anak. Namun, meskipun terkadang seseorang tidak konsisten dalam pikiran, perasaan, dan perilakunya terhadap suatu hal, hampir semua orang pasti memiliki suatu kecenderungan sikap, baik itu positif maupun negatif. Sangat jarang seseorang memiliki sikap yang benar-benar netral terhadap objek sikap tertentu (Azwar, 2005; Baron & Byrne, 1997). Selain komponen sikap sosial, komponen objek sikap sosial juga perlu diperhatikan. Yang dimaksud dengan komponen objek sikap sosial adalah objekobjek yang menjadi sasaran sikap sosial seseorang, yaitu orang-orang yang berinteraksi dengan orang tersebut. Pada anak-anak, terdapat tiga komponen objek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
sikap sosial yang perlu diperhatikan, yaitu teman sebaya, keluarga, dan orang asing lainnya. Ketiga komponen objek sikap ini akan dijelaskan di bawah ini. a. Teman sebaya Masa-masa sekolah sering disebut sebagai usia berkelompok, sebab pada masa-masa sekolah inilah anak mulai membentuk kelompok-kelompok dengan teman-teman sebayanya (Hurlock, 1972; Hurlock, 1980; Santrock, 1995). Karena itu, dibanding dengan masa-masa sebelumnya, pada usia sekolah ini peran teman sebaya menjadi makin penting bagi anak (Bee, 1997). Anak usia sekolah memang mulai mengembangkan relasinya dengan orang lain di luar keluarganya (Kartono, 1982), lebih daripada ketika masa prasekolah dulu, dan relasi sosial anak ini berkembang terutama dengan teman-teman sebayanya. Sebagian besar waktunya di luar sekolah akan dihabiskan anak bersama teman-teman sebayanya (Bee, 1997). b. Keluarga Seiring dengan makin banyaknya waktu yang dihabiskan bersama teman-teman sebayanya, waktu yang dihabiskan anak bersama keluarga dan orang tua makin sedikit. Berk (2006) bahkan mengungkapkan bahwa interaksi dengan keluarga menurun secara dramatis selama usia sekolah. Namun, meskipun demikian, keluarga, khususnya orang tua, tetap memegang peranan penting dalam membantu anak untuk bersosialisasi (Santrock, 1995). Bagaimanapun, orang tua tetap menjadi pihak yang memegang otoritas, yang mampu mengajarkan serta menerapkan berbagai peraturan dan nilai pada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
c. Orang asing (Friendly stranger) Orang asing yang dimaksud di sini bukanlah orang yang benar-benar asing bagi anak, melainkan orang dewasa di luar keluarga yang masih memiliki relasi tertentu dengan anak, yaitu antara lain guru atau teman dari orang tuanya. Interaksi dengan orang dewasa di luar keluarga ini juga sama pentingnya bagi anak, sebab orang tua dan orang dewasa di luar keluarga mengajarkan hal yang berbeda pada anak. Berbeda dengan interaksi dengan orang tua, interaksi dengan orang dewasa di luar keluarga umumnya menyangkut kemampuan anak dalam bidang yang lebih formal (Santrock, 1995). Guru, misalnya, berbeda dengan orang tua, lebih banyak mengajarkan hal-hal yang terkait pendidikan formal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada usia sekolah, terdapat tiga komponen objek sikap yang utama, sesuai dengan perkembangan interaksi sosial anak yang cukup luas dengan orang-orang di sekitarnya. Interaksi ini terutama terjadi dengan teman-teman sebayanya, meskipun orang tua dan beberapa orang dewasa lain tetap mempunyai peran dalam perkembangan interaksi sosial anak.
3. Pembentukan Sikap Sosial Sikap sosial, seperti halnya sikap terhadap berbagai objek sikap lainnya, merupakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran sosial, yaitu melalui interaksi dengan orang lain (Azwar, 2005; Baron & Byrne, 1997). Baron dan Byrne (1997; dalam Pettijohn, 1992) mengemukakan bahwa proses pembelajaran ini secara umum terjadi melalui beberapa cara sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
a. Classical conditioning Pada classical conditioning, sikap terbentuk melalui asosiasi suatu objek sikap dengan suatu hal yang positif atau negatif. Sebagai contoh, seorang anak yang mendapat es sirup setiap kali bermain dengan teman-temannya mungkin akan mengembangkan sikap yang relatif positif terhadap teman-temannya tersebut, belum tentu karena ia sejak awal suka bermain dengan teman-temannya, tetapi karena adanya asosiasi antara teman-temannya dengan es sirup yang disukainya. b. Instrumental conditioning Pada cara ini, sikap terbentuk karena adanya penguatan atau hukuman terhadap perilaku tertentu. Dalam membentuk perilaku, khususnya, pemberian penguatan lebih disarankan daripada hukuman karena dinilai lebih efektif. Sebagai contoh, seorang anak akan diberi hadiah bila tidak bertengkar dengan adiknya selama kurun waktu tertentu. Anak tersebut akan termotivasi untuk tidak bertengkar dengan adiknya sehingga sikap anak tersebut terhadap adiknya pun menjadi lebih positif. c. Modeling Sikap juga dapat terbentuk melalui modeling, yaitu dengan sekedar mengamati lalu meniru perilaku orang lain. Contohnya, seorang anak yang melihat temannya selalu berperilaku baik terhadap gurunya mungkin akan meniru perilaku positif temannya tersebut sehingga iapun mengembangkan sikap yang relatif positif terhadap gurunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Secara lebih khusus, pembelajaran sikap melalui interaksi sosial dapat terwujud melalui cara-cara sebagai berikut (Azwar, 2005; Pettijohn, 1992). Caracara ini merupakan semacam konteks di mana ketiga cara yang telah disebutkan di atas dapat terwujud. a. Kontak langsung atau pengalaman pribadi Sikap terhadap suatu hal dapat terbentuk melalui pengalaman langsung dengan hal tersebut. Anak yang selalu merasa senang ketika bermain dengan teman-temannya mungkin akan mengembangkan sikap yang positif terhadap aktivitas bersama teman sebayanya. b. Belajar dari orang lain secara langsung maupun tidak langsung Di sini, sikap terbentuk karena adanya pengaruh dari orang lain, biasanya yang dianggap penting. Pembelajaran secara langsung terjadi ketika, misalnya, orang tua secara sengaja mengembangkan sikap tertentu dalam diri anak. Orang tua mungkin mengajarkan pada anak untuk selalu berhati-hati pada orang lain sehingga anak mengembangkan sikap yang cenderung negatif terhadap orang lain. Secara tidak langsung, orang tua mungkin memberikan tugas-tugas tertentu yang berbeda pada anak laki-laki dan perempuannya. Misalnya, anak perempuan diberi tugas menyapu atau memasak, sedangkan anak laki-laki disuruh membantu ketika ayahnya memperbaiki sepeda. Secara tidak langsung, pembagian tugas ini mengembangkan sikap tertentu mengenai peran seks dalam diri anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
c. Sekolah, lembaga agama, dan teman sebaya Sekolah dan teman sebaya berperan dalam pembentukan sikap karena anak banyak belajar melalui observasi serta interaksi dengan guru maupun teman. Melihat temannya yang cenderung bersikap bersahabat pada semua orang, seorang anak mungkin mengembangkan sikap yang sama dengan temannya tersebut. Selain itu, sekolah pada umumnya memang menanamkan nilai-nilai dan konsep-konsep tertentu dalam diri anak dengan berbagai cara, secara langsung maupun tidak langsung. Hal yang sama juga dilakukan oleh lembaga agama. d. Media massa Bila anak sering menonton film-film tertentu yang menayangkan kekerasan, misalnya, sangat mungkin anak kemudian mempunyai sikap yang cenderung positif terhadap kekerasan. Sikap ini terbentuk karena identifikasi atau imitasi anak terhadap film-film tersebut. e. Pengaruh faktor emosional Terkadang emosi seseorang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap orang lain. Umumnya emosi ini muncul sebagai suatu bentuk penyaluran ketegangan atau mekanisme pertahanan ego. Contoh dari pengaruh faktor emosional ini adalah prasangka, yaitu sikap negatif yang cenderung tidak didasari pemikiran rasional. Seorang anak mungkin tidak mau berteman dengan salah seorang teman sekelasnya hanya karena penampilannya yang dianggap cenderung aneh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Seperti yang telah kita ketahui, sikap sosial terbentuk melalui pembelajaran sosial yang terjadi ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Bagi anak usia sekolah, sebagian besar waktu di luar sekolah dihabiskannya dengan bermain bersama orang lain sehingga interaksi sosialnya pun sebagian besar terjadi melalui kegiatan bermain. Karena itu, sangat mungkin sebagian besar sikap sosial anak terbentuk melalui kegiatan bermainnya. Sebagai contoh, ketika sedang bermain dalam kelompok, anak menilai bahwa seorang temannya yang lemah menyebabkan
kelompoknya
kalah
dari
kelompok
lawan
sehingga
ia
mengembangkan sikap yang cenderung negatif terhadap temannya tersebut. Sikap ini muncul karena adanya pembelajaran sosial, yaitu instrumental conditioning, yang terjadi melalui kontak atau pengalaman langsung anak dengan temannya. Namun, tidak hanya instrumental conditioning, classical conditioning dan modeling juga bisa terjadi ketika anak sedang bermain dengan orang lain. Jadi, jelas bahwa bermain merupakan salah satu sarana yang bisa digunakan untuk menumbuhkan sikap sosial pada anak.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial pada Anak Ahmadi, dkk (1991) menyebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang, yaitu: a. Pekerjaan Pekerjaan akan mempengaruhi cara berpikir seseorang. Pekerjaan yang berbeda akan menimbulkan cara berpikir yang berbeda pula. Karena cara berpikir seseorang akan mempengaruhi sikapnya, maka pekerjaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
berbeda akan menimbulkan sikap yang berbeda pula. Sebagai contoh, pengusaha dan rohaniwan pasti memiliki sikap yang berbeda terhadap orang lain. Pengusaha mungkin memandang orang lain sebagai “sarana” untuk mencapai keuntungan, sedangkan rohaniwan mungkin lebih memandang orang lain sebagai seseorang yang perlu senantiasa diperhatikan dan dibina imannya. b. Etnis Tiap etnis memiliki norma atau nilainya sendiri-sendiri yang sering kali berbeda satu sama lain. Karena itu, sikap yang dimiliki tiap etnis juga berbeda. Etnis yang satu mungkin menganggap hubungan sosial dengan orang lain sebagai sesuatu yang sangat penting, sedangkan etnis lain mungkin lebih bersifat individual sehingga kurang mementingkan hubungan sosial yang baik. c. Kelas sosial ekonomi Kelas sosial ekonomi mempengaruhi sikap seseorang dalam hal pendapat, pemikiran, dan kepentingan masing-masing. Lezarsfeld (dalam Ahmadi, dkk, 1991) mengatakan bahwa orang-orang yang berada dalam kelas sosial ekonomi yang sama cenderung memiliki pendapat yang sama pula. Orang yang berada di kelas sosial ekonomi menengah ke atas mungkin menganggap orang lain sebagai orang yang senantiasa memerlukan bantuannya, terutama dalam hal finansial. Sebaliknya, orang yang berada di kelas sosial ekonomi menengah ke bawah menganggap orang lain sebagai orang yang “harus” menolongnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
d. Sejarah Sikap terhadap suatu hal, termasuk sikap sosial, cenderung selalu berubah dalam tiap perubahan zaman. Orang-orang yang berasal dari zaman atau era berbeda akan mempunyai sikap sosial yang berbeda pula. Misalnya saja sikap terhadap perempuan. Dulu yang dianggap menarik adalah perempuan yang agak gemuk, kemudian perempuan yang sangat kuruslah yang dianggap menarik, dan sekarang perempuan yang menarik adalah mereka yang bertubuh langsing. Jadi, tiap orang dapat memiliki sikap sosial yang berbeda-beda, tergantung pada pekerjaan, etnis, kelas sosial ekonomi, serta sejarah atau zaman di mana ia hidup. Pada anak-anak khususnya, yang lebih berpengaruh adalah pekerjaan, etnis, kelas sosial ekonomi, serta sejarah orang tuanya, bukan pekerjaan, etnis, kelas sosial ekonomi, serta sejarahnya sendiri, sebab sikap sosial anak tumbuh terutama berdasarkan apa yang diajarkan oleh orang tuanya di dalam keluarga (Ahmadi, dkk, 1991). Meskipun demikian, beberapa di antara faktor-faktor di atas, yaitu etnis, kelas sosial ekonomi, serta sejarah, dapat dikatakan memiliki pengaruh terhadap diri anak, sebab faktor-faktor tersebut melekat pada diri anak sebagai seorang individu. Di lain pihak, pekerjaan tidak termasuk di antaranya karena umumnya anak-anak belum memiliki pekerjaan sehingga bukan merupakan sesuatu yang melekat pada diri anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
C. Bermain
1. Definisi Bermain Selama masa sekolah, anak memiliki kegiatan dan minat yang luas dalam bermain (Hurlock, 1980). Bermain didefinisikan sebagai kegiatan menyenangkan yang dilakukan demi kepentingan kegiatan itu sendiri, tanpa memperhatikan hasil akhirnya (Hurlock, 1991; Santrock, 1997; Tedjasaputra, 2001). Maksudnya adalah bahwa bermain dilakukan dengan tujuan bermain serta memperoleh kesenangan itu sendiri, tanpa memperhatikan adanya tujuan atau maksud lain selain bermain dan memperoleh kesenangan tersebut. Sedangkan Arnold (Arnold, 1975) menyatakan bahwa bermain adalah suatu pekerjaan bagi anak. Pernyataan ini menekankan betapa pentingnya bermain bagi anak-anak. Menurut Arnold, bermain merupakan dasar bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang berguna bagi masa depannya. Jadi, bermain adalah kegiatan menyenangkan yang dilakukan demi kepentingan kegiatan itu sendiri, dan kegiatan tersebut dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan tertentu, khususnya bagi anak-anak.
2. Fungsi Bermain Seperti yang sudah kita ketahui, banyak ahli berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang penting bagi anak-anak. Hurlock (1991) mengatakan bahwa bermain memiliki pengaruh terhadap penyesuaian pribadi dan sosial anak. Hampir sama dengan Hurlock, Santrock (1995) juga mengatakan bahwa bermain dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
meningkatkan interaksi sosial anak dengan orang lain serta berguna bagi perkembangan pribadi anak sendiri, misalnya perkembangan kognitifnya. Secara lebih spesifik, beberapa pengaruh atau fungsi permainan bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut (Hurlock, 1991, Kartono, 1982): a. Perkembangan fisik. Bermain aktif dapat merangsang dan melatih otot-otot serta keseluruhan tubuh anak. b. Dorongan berkomunikasi. Anak harus dapat berkomunikasi dengan baik ketika ia bermain bersama orang lain, sehingga mau tidak mau anak pasti akan belajar untuk berkomunikasi dengan baik. c. Penghayatan terhadap berbagai emosi serta penyaluran energi emosional yang terpendam. Ketika bermain, anak dapat mengalami serta menghayati berbagai emosi, misalnya senang ketika menang, sedih atau kecewa ketika kalah, dan sebagainya. Selain itu, bermain juga dapat menyalurkan ketegangan anak ketika lingkungan membatasinya untuk mengekspresikan emosinya. Hal ini juga diungkapkan oleh Freud dan Erikson (dalam Santrock, 1995), yaitu bahwa dengan bermain, anak dapat melakukan penyesuaian diri dan mengatasi konflik atau kecemasan yang dihadapinya. d. Penyaluran kebutuhan dan keinginan. Keinginan yang tidak dapat diraih anak dalam kehidupan nyata dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan bermain. Keinginan menjadi ibu, misalnya, disalurkan dengan bermain ibu-anak dengan bonekanya. e. Sumber belajar. Kegiatan bermain tertentu, seperti membaca atau menonton televisi, dapat memberikan pengetahuan pada anak. Piaget (dalam Santrock,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
1995) mengatakan bahwa bermain cara yang menyenangkan bagi anak untuk mempelajari serta menerapkan kemampuan serta keterampilannya. f. Rangsangan bagi kreativitas. Dalam bermain, anak dapat mencoba atau merancang berbagai hal baru sehingga ia menjadi kreatif. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Vygotsky (dalam Santrock, 1995), yaitu bahwa bermain, terutama bermain pura-pura atau imajiner, dapat merangsang kreativitas anak. Selain itu, dalam bermain anak juga dapat mengembangkan fantasi serta bakatnya. g. Perkembangan wawasan diri. Bila bermain dengan anak lain, anak dapat mengetahui kemampuannya sendiri dengan membandingkannya dengan kemampuan anak lain. h. Belajar bermasyarakat. Anak belajar berhubungan dengan orang lain ketika bermain dengan orang lain, sebab bermain bersama orang lain pasti membutuhkan interaksi antara anak dengan orang lain tersebut. Interaksi inilah yang memungkinkan anak belajar bersosialisasi dengan baik. Santrock (1995) juga mengatakan bahwa bermain dapat meningkatkan afiliasi anak dengan teman-temannya. i. Standar moral. Dalam kelompok bermain, anak mempelajari berbagai peraturan atau standar yang harus diikuti. j. Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin. Dengan bantuan keluarganya, anak akan menyadari bahwa dalam bermain pun ada perbedaan peran jenis kelamin (misalnya boneka cenderung dimainkan perempuan daripada laki-laki).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
k. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan. Dengan bermain bersama orang lain, anak mengetahui bagaimana harus berperilaku supaya diterima oleh kelompok. Jadi, bermain memiliki peranan atau fungsi yang cukup banyak dan positif bagi anak, yaitu antara lain meliputi aspek fisik, kognitif, serta sosial anak. Fungsi bermain bagi perkembangan aspek sosial anak, khususnya, misalnya fungsi dalam belajar bermasyarakat dan perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan, menunjukkan bahwa bermain pun dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan sikap sosial yang positif dalam diri anak sebagai bagian dari perkembangan sosial anak tersebut.
3. Kategori Bermain Secara luas, bermain dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu bermain aktif dan pasif. Dalam masing-masing kategori, terdapat beberapa pola bermain yang populer di kalangan anak-anak (Hurlock, 1972; Hurlock, 1980; Santrock, 1997; Tedjasaputra, 2001). a. Bermain aktif Bermain aktif menunjuk pada kegiatan bermain yang membutuhkan banyak aktivitas tubuh. Pada bermain aktif, anak memiliki insiatif untuk secara aktif menghasilkan sesuatu (misalnya gerakan tubuh atau bangunan tertentu dari balok), dan tidak sekadar “mengkonsumsi” sesuatu (bandingkan dengan bermain pasif). Beberapa pola bermain yang termasuk bermain aktif adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
1) Bermain sensorimotor/ latihan (sensorimotor/practice play) Pola bermain ini umumnya berupa kegiatan bermain yang dilakukan anak secara spontan dan bebas, tanpa terikat aturan-aturan tertentu. Bermain sensorimotor, yang umumnya dilakukan selama masa bayi, adalah kegiatan bermain yang bermanfaat bagi perkembangan sensorimotor anak. Contohnya adalah ketika anak menjelajahi lingkungan sekitarnya atau ketika ia bermain dengan mainan-mainan yang bisa mengeluarkan suara. Sedangkan bermain latihan, yang tidak hanya terjadi pada masa bayi, dilakukan dengan mengulang perilaku-perilaku tertentu, terutama ketika anak baru mempelajari keterampilan-keterampilan fisik baru. Bermain sensorimotor terkadang juga melibatkan bermain latihan ini. Contoh dari pola bermain ini adalah melompat-lompat atau melempar bola. 2) Bermain khayal/ simbolis/ drama (pretense/simbolic/dramatic play) Pola ini, misalnya pura-pura memasak dengan ember kecil dan pasir, adalah pola bermain yang dilakukan anak ketika ia mentransformasikan lingkungan fisiknya ke dalam simbol-simbol tertentu. Hal-hal yang ditranformasikan bisa berasal dari kehidupan nyata (seperti bermain dokter-dokteran) maupun khayalan anak (seperti berpura-pura menjadi manusia super). 3) Bermain konstruktif (constructive play) Pola bermain ini terjadi ketika anak mengkreasikan atau mengkonstruksi suatu produk atau pemecahan masalah berdasarkan ide mereka sendiri. Pola bermain ini mengkombinasikan pola bermain sensorimotor/latihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
dengan gagasan-gagasan simbolis yang muncul dalam bermain simbolis. Contohnya adalah kegiatan menggambar atau membangun sesuatu dari balok kayu. 4) Mengoleksi barang Pola bermain ini dikategorikan sebagai bermain aktif karena inisiatifnya. Anak-anak suka mengoleksi berbagai barang yang menarik perhatiannya, misalnya kelereng atau stiker. Terkadang mereka juga suka saling bertukar barang koleksi mereka. 5) Permainan (games) Permainan adalah kegiatan bermain yang melibatkan aturan dan terkadang juga kompetisi dengan orang lain. Permainan ini juga bisa berbentuk suatu kegiatan olahraga. Pola bermain ini terkait erat dengan bermain sosial. 6) Melamun atau berkhayal (daydreaming) Kegiatan ini merupakan suatu bentuk permainan mental. Pola bermain ini dapat dilakukan anak dalam berbagai kegiatan bermain lainnya. Ia dapat berkhayal menjadi tokoh super dalam permainan drama. Ia juga bisa berkhayal membangun gedung dalam permainan konstruktif. 7) Bermain dengan mainan Pola bermain ini dilakukan anak dengan berbagai benda yang dianggapnya sebagai mainan. 8) Musik Musik dikategorikan sebagai bermain aktif ketika anak secara aktif menghasilkan musik. Anak-anak suka menyanyi, meskipun mereka belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
tentu berbakat dalam bidang musik. Mereka juga suka memainkan berbagai alat musik. b. Bermain pasif Seorang anak dikatakan bermain pasif ketika ia tidak secara aktif melakukan kegiatan tertentu. Dalam bermain pasif, anak lebih banyak menerima atau “mengkonsumsi” sesuatu seperti buku atau film. Bermain pasif membutuhkan relatif lebih sedikit energi fisik dibanding bermain aktif. 1) Membaca Membaca biasanya dilakukan anak bila mereka sudah lelah atau sedang sendiri atau sakit. Terkadang mereka mengidentifikasikan diri dengan tokoh yang ada di dalam buku cerita. Mereka juga suka melihat gambargambar yang ada di dalam buku. Selain buku, anak-anak juga menyukai komik, majalah, dan terkadang juga surat kabar. 2) Menonton film dan televisi Anak-anak sangat suka melihat film-film maupun berbagai acara televisi. Mereka sering kali mengidentifikasikan diri dengan tokoh-tokoh yang ada di dalam film atau acara televisi. 3) Mendengarkan radio Anak-anak suka mendengarkan berbagai siaran radio, meskipun terkadang mereka belum mengerti maknanya. Yang mereka sukai biasanya adalah cerita anak-anak, musik, serta siaran olahraga. Namun, sekarang ini radio tidak terlalu digemari dibanding beberapa dekade yang lalu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
4) Mendengarkan musik Selain
menghasilkan
musik
secara
aktif,
anak-anak
juga
suka
mendengarkan lagu dan musik lainnya.
4. Hierarki Pola Bermain Selain dikategorikan berdasarkan tingkat keaktifan anak, bermain juga dapat dibedakan berdasarkan interaksi sosial anak dengan orang atau anak lain. Perilaku bermain yang melibatkan interaksi sosial anak dengan orang lain (biasanya teman sebaya) ini disebut sebagai bermain sosial (social play) (Santrock, 1995). Parten (dalam Hurlock, 1980; Santrock, 1997; Tedjasaputra, 2001) mengungkapkan beberapa kategori atau pola bermain yang termasuk bermain sosial. Pola-pola bermain ini tersusun secara hierarkis serta dapat menunjukkan perkembangan sosial anak. a. Unoccupied play Pada pola bermain ini, anak tidak terlibat dengan anak-anak lain, tetapi hanya melihat sekitar atau melakukan gerakan-gerakan yang seakan tanpa tujuan. b. Solitary play Pola permainan ini terjadi ketika anak bermain sendiri tanpa melibatkan orang lain. c. Onlooker play Pola bermain terjadi ketika anak hanya melihat teman-temannya bermain dan tidak ikut dalam permainan teman-temannya tersebut. Berbeda dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
unoccupied play, di sini anak menunjukkan minat terhadap permainan temantemannya. d. Parallel play Pada pola ini, meskipun bermain terpisah dari teman-temannya, anak cenderung meniru dan melakukan permainan yang sama dengan mereka. e. Associative play Pola bermain ini melibatkan interaksi sosial dengan sedikit atau tanpa organisasi (belum memiliki aturan dan struktur yang jelas). f. Cooperative play Pola ini menunjuk pada kegiatan bermain yang melibatkan interaksi sosial serta sudah terorganisasi. Di sini kelompok bermain tersebut sudah memiliki rasa identitas sebagai kelompok. Pada awalnya, anak hanya melakukan unoccupied play. Setelah itu, kegiatannya meningkat menjadi solitary play. Demikian seterusnya sehingga pada akhirnya, setelah kontak sosial anak meningkat, anak akan terlibat dalam cooperative play. Namun, menurut Hurlock (1980), meskipun sudah mulai terlibat dalam cooperative play, terkadang anak juga masih sekadar melakukan onlooker play. Bagaimanapun, ketika sekadar mengamati (menonton) anak lain pun, anak dapat belajar bagaimana harus berperilaku dalam kelompok dan dalam berbagai situasi sosial. Namun, selama usia sekolah, cooperative play adalah pola bermain yang paling sering dimainkan (Santrock, 1995; Vasta, Haith, dan Miller, 1995). Pola bermain anak memang akan bersifat makin sosial seiring dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
bertambahnya usia anak, sebab hubungan sosial mereka dengan orang lain juga senantiasa bertambah (Hurlock, 1991).
5. Jenis Bermain yang Sesuai untuk Anak Usia Sekolah Setelah mengetahui berbagai jenis bermain serta hierarki pola bermain anak, kita dapat mengetahui jenis bermain yang sesuai untuk anak usia sekolah. Seperti
yang
telah
diungkapkan
sebelumnya,
pola
bermain
kooperatif
(cooperative play) merupakan pola bermain yang paling sesuai untuk anak usia sekolah (Santrock, 1995; Vasta, Haith, dan Miller, 1995), sebab di usia ini anak memang mulai mengembangkan hubungan sosialnya dengan orang lain, terutama teman sebayanya (Bee, 1997; Hurlock, 1980; Hurlock, 1991; Kartono, 1982; Santrock, 1995). Bermain kooperatif merupakan pola bermain yang sudah memiliki aturan dan struktur yang cukup jelas. Permainan (games) adalah jenis bermain yang melibatkan orang lain dan memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi para pemainnya. Karena itu, berbagai jenis permainan yang memiliki aturan-aturan yang sederhana dan dimainkan bersama orang lain merupakan salah satu jenis bermain yang sesuai untuk anak usia sekolah. Selain itu, anak usia delapan sampai sembilan tahun memang menyukai permainan yang sudah melibatkan aturan (Vasta, Haith, Miller, 1995). Pertimbangan bahwa cooperative play merupakan jenis bermain yang paling sesuai untuk anak usia sekolah memang menunjukkan bahwa bermain aktiflah yang paling sesuai bagi mereka, sebab cooperative play hanya terwujud ketika anak bermain aktif. Namun, sebenarnya bermain pasif juga penting bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
anak. Seperti halnya bermain aktif, bermain pasif juga penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial anak, dan keseimbangan di antara keduanya patut dijaga (Hurlock, 1995). Di antara berbagai jenis bermain pasif, televisi merupakan salah satu jenis bermain pasif yang memberikan pengaruh paling besar bagi anak, sebab anak-anak sekarang menghabiskan cukup banyak waktu untuk menonton film atau televisi (Hurlock, 1991; Santrock, 1995; Tedjasaputra, 2001). Bee (1997) mengatakan bahwa di usia sekolah, perhatian anak pada televisi juga makin meningkat. Jenis bermain pasif ini telah menjadi salah satu jenis bermain yang cukup dominan dan penting bagi anak. Jenis bermain pasif lainnya yang dinilai cukup penting bagi anak usia sekolah adalah membaca. Jenis bermain ini dinilai sebagai jenis bermain yang paling sehat secara psikologis (Hurlock, 1991; Tedjasaputra, 2001) karena memiliki banyak akibat positif bagi anak, misalnya meningkatkan kreativitas anak dan menyediakan tokoh cerita yang mampu diidentifikasi anak dalam membentuk kepribadiannya sendiri. Anak-anak paling suka membaca buku dibanding membaca majalah atau koran. Karena itu, membaca buku juga bisa menjadi salah satu bermain pasif yang sesuai untuk anak usia sekolah.
D. Hubungan antara Sikap Sosial dengan Bermain Aktif dan Pasif
1. Bermain dan Sikap Sosial Seperti yang telah diungkapkan di atas, salah satu tugas perkembangan anak usia sekolah, khususnya dalam aspek sosialnya, adalah mengembangkan sikap sosial yang positif. Yang dimaksud dengan sikap sosial yang positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
ialah bahwa anak memiliki pikiran, perasaan, serta perilaku yang positif terhadap orang lain dan aktivitas-aktivitas sosial. Dengan kata lain, sikap yang positif menunjukkan bahwa anak menerima kehadiran orang lain dan aktivitas-aktivitas sosialnya. Sikap ini terbentuk sejak dini dalam diri anak, dan karena pada usia sekolah anak mengembangkan interaksi sosial yang luas dengan orang lain, maka pembentukan sikap sosial yang positif selama masa sekolah ini menjadi hal yang penting. Sikap sosial terbentuk terutama melalui proses belajar sosial, dan proses ini dapat terjadi bila ada interaksi sosial antara anak dengan lingkungan di sekitarnya. Interaksi sosial ini terwujud dalam berbagai kegiatan. Pada anak usia sekolah khususnya, bermain merupakan salah satunya, sebab ketika bermain, anak dapat bertemu dan berhubungan dengan orang lain yang diajaknya bermain, apalagi bermain memang merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dan cukup dominan bagi anak. Selain itu, bermain memang merupakan kegiatan yang dapat mengajarkan pada anak bagaimana harus bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, sikap sosial, sebagai salah satu aspek sosial dalam diri anak, juga dapat ditumbuhkan melalui bermain. Interaksi yang terjadi melalui bermain ini dapat berupa interaksi yang positif maupun negatif. Interaksi yang menimbulkan perasaan atau reaksi negatif pada anak oleh anak tentu akan mendorong terbentuknya sikap anak yang relatif negatif pula. Sebagai contoh, anak yang selama bermain bersama temannya sering diejek atau dipukul tentu akan cenderung membentuk sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
yang negatif terhadap temannya tersebut. Karena itu, untuk mengantisipasi terbentuknya sikap sosial yang negatif ini, bimbingan dari orang yang lebih dewasa dibutuhkan ketika akan menggunakan bermain sebagai sarana untuk menumbuhkan sikap sosial yang positif. Bimbingan ini akan lebih memfasilitasi terjadinya interaksi yang lebih positif sehingga mengarahkan anak untuk membentuk sikap sosial yang lebih positif pula. Ada dua kategori luas bermain, yaitu bermain aktif dan pasif. Kedua kategori bermain ini dapat diterapkan sesuai dengan cara-cara atau faktorfaktor yang secara khusus mempengaruhi pembentukan sikap. Misalnya, menonton film (bermain pasif) dapat diterapkan mengingat bahwa sikap dapat terbentuk karena pengaruh media massa. Begitu pula dengan pola-pola bermain lainnya. Selanjutnya, dalam penelitian ini, mengingat jenis-jenis bermain yang sesuai bagi anak usia sekolah, bermain aktif akan dibatasi pada permainan (games), sedangkan bermain pasif dibatasi pada menonton film (melalui televisi) dan membaca buku. Karena penelitian akan dilakukan dalam kelompok atau klasikal, yang dimaksud membaca buku di sini adalah bahwa anak akan dibacakan buku oleh orang lain, bukan membacanya sendiri. Hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih dapat mengontrol dan mengarahkan anakanak dalam memahami isi cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
2. Permainan Permainan (games) merupakan jenis bermain yang melibatkan aturanaturan dan terkadang kompetisi dengan orang lain. Dalam permainan ini, anak akan terlibat interaksi secara langsung dengan orang lain yang diajaknya bermain. Karena sering kali membutuhkan kerja sama dengan orang lain, interaksi sosial yang berlangsung selama permainan ini juga cukup intens. Interaksi yang intens ini akan memfasilitasi pembentukan sikap tertentu dalam diri anak. Anak akan belajar bahwa agar dapat diterima dalam kelompok bermain dan dapat terus ikut bermain, anak harus mematuhi aturanaturan tertentu sesuai dengan permainan yang sedang berlangsung. Anak belajar bahwa ia tidak boleh bermain sekehendaknya tanpa mempedulikan aturan-aturan yang berlangsung. Anak juga dapat belajar mengenai sikap dan perilaku sosial mana yang ditolak dan mana yang diterima dalam kelompok. Pembelajaran ini dapat terjadi melalui classical condtioning, instrumental conditioning maupun modeling terhadap teman bermain dengan adanya umpan balik yang diberikan kelompok bermain terhadap anak. Dengan demikian, anak belajar untuk mengembangkan sikap dan perilaku sosial yang sesuai dengan norma kelompok bermain tersebut. Pembelajaran yang terjadi melalui interaksi selama permainan tersebut kemudian diharapkan dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-harinya. Terkadang, sedikit bimbingan dari orang yang lebih dewasa diperlukan agar anak lebih dapat memahami hubungan antara situasi dalam permainan dengan dalam kehidupan nyata. Anak diharapkan dapat memahami bahwa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
situasi sosial yang nyata, dan bukan hanya dalam permainan, anak juga perlu menaati “aturan-aturan” tertentu serta mengembangkan sikap-sikap sosial tertentu yang sesuai dengan norma masyarakat. Dengan demikian, anak dapat mengembangkan sikap sosial yang positif di tengah masyarakat.
3. Membaca Buku dan Menonton Film Membaca buku dan menonton film merupakan kegiatan bermain yang dilakukan secara relatif lebih individual dibandingkan permainan. Meskipun dilakukan secara berkelompok, membaca buku dan menonton film membutuhkan perhatian khusus anak terhadap cerita yang disajikan. Dengan kata lain, membaca buku dan menonton film menyedot seluruh perhatian anak sehingga hampir tidak memungkinkan terjadinya interaksi, terutama yang intens, dengan orang lain. Dengan demikian, interaksi yang
berlangsung
adalah antara anak dengan cerita, bukan anak dengan orang lain. Interaksi yang terjadi antara anak dan cerita, terutama cerita yang memiliki pesan sosial tertentu di dalamnya, dapat mengajarkan sikap sosial tertentu pada anak. Dengan menyimak cerita yang disajikan, anak akan dapat memahami isi cerita dan situasi sosial yang digambarkan dalam cerita. Anak dapat belajar bahwa terdapat sikap-sikap sosial tertentu yang disukai dan diharapkan oleh orang lain. Dibantu dengan adanya bimbingan dari orang dewasa, anak kemudian diharapkan dapat melakukan modeling terhadap sikap sosial positif dan menolak sikap negatif yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita serta menerapkannya dalam kehidupan nyatanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
Penjelasan mengenai permainan serta membaca buku dan menonton film di atas dapat memberikan asumsi bahwa di antara kedua kelompok bermain tersebut, permainan (bermain aktif) akan lebih efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah. Asumsi ini didasarkan pertimbangan bahwa, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bermain aktif merupakan jenis bermain yang dinilai lebih sesuai dan bagi anak usia sekolah, dan dengan demikian mungkin lebih berpengaruh dan efektif bagi anak dalam menumbuhkan sikap sosialnya. Selain itu, bermain aktif juga cenderung lebih banyak melibatkan interaksi dengan orang lain, sedangkan membaca buku dan menonton film (bermain pasif) lebih banyak bersifat individual (Hurlock, 1980). Tingkat interaksi yang lebih tinggi ini menyebabkan bermain aktif cenderung lebih efektif bagi anak usia sekolah dalam menumbuhkan sikap sosialnya. Hubungan antara bermain aktif (permainan) dan bermain pasif (membaca buku dan menonton film) dengan pembentukan sikap sosial positif dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Bagan 1. Hubungan antara permainan serta membaca buku cerita dan menonton film dengan sikap sosial positif Permainan (+ bimbingan)
Interaksi sosial langsung dan intens dengan teman bermain
Keterlibatan dan pengalaman langsung dalam lingkungan sosial nyata Pembelajaran dan pemahaman terhadap aturan bersama (melalui classical dan instrumental condtioning maupun modeling terhadap teman bermain) Penerapan pemahaman terhadap lingkungan dan situasi sosial Pemahaman baik karena adanya pengalaman langsung
Sikap sosial positif
Membaca buku cerita dan menonton film (+ bimbingan)
Tanpa interaksi sosial secara intens dengan orang lain
Tidak ada keterlibatan dan pengalaman langsung dalam lingkungan sosial nyata
Pemahaman terhadap cerita dan situasi sosial
Modeling terhadap tokoh cerita Pemahaman terhadap situasi sosial nyata kurang baik karena tidak ada pengalaman langsung
Sikap sosial positif (tetapi kurang positif dibandingkan dengan metode permainan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
E. Hipotesis
1. Bermain aktif dan pasif efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah. 2. Bermain aktif lebih efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah dibandingkan dengan bermain pasif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian eksperimen kuasi, yaitu penelitian eksperimen yang tidak menggunakan sistem random dalam pemilihan subjeknya. Dalam penelitian eksperimen, peneliti secara sengaja melakukan manipulasi atau memberi perlakuan tertentu pada sejumlah subjek untuk mengetahui pengaruh perlakuan tersebut terhadap perilaku subjek (Latipun, 2004). Manipulasi atau perlakuan yang diberikan disebut variabel bebas, sedangkan perilaku subjek disebut variabel tergantung. Jadi, penelitian eksperimen adalah penelitian yang bertujuan mengetahui pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung. Penelitian ini juga melakukan kontrol terhadap variabel-variabel ekstra, yaitu variabel-variabel di luar variabel bebas maupun variabel tergantung yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Kontrol terhadap variabel ekstra perlu dilakukan agar diperoleh validitas internal penelitian yang memadai, yaitu bahwa perubahan yang dialami variabel tergantung memang disebabkan oleh variabel bebas, bukan oleh variabel ekstra. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas bermain aktif dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, penelitian ini akan menggunakan desain eksperimen kuasi. Desain eksperimen ini tidak menggunakan sistem random
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
dalam menentukan subjek yang akan masuk kelompok eksperimen ataupun kelompok kontrol, namun tetap menggunakan kelompok kontrol (Latipun, 2004). Dalam penelitian ini, pemilihan subjek untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol mengikuti kelas-kelas yang sudah ada. Desain ini digunakan dengan tujuan meminimalisasi interaksi dan imitasi perlakuan yang mungkin terjadi antarkelompok, terutama karena subjek berasal dari sekolah yang sama. Secara lebih spesifik, desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu desain eksperimen ulang non-random. Metode ini dilakukan dengan memberikan pre-test pada semua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Kemudian kedua kelompok eksperimen diberi perlakuan rangkaian aktivitas bermain aktif atau pasif. Setelah itu semua kelompok diberi post-test. Pre-test dan post-test yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu skala sikap sosial. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Non-random O1
X1
O2
(kelompok eksperimen A: bermain aktif)
Non-random O3
X2
O4
(kelompok eksperimen B: bermain pasif)
Non-random O5
---
O6
(kelompok kontrol)
Keterangan: O1, O3, O5
: pre-test
X1
: perlakuan (bermain aktif)
X2
: perlakuan (bermain pasif)
O2, O4, O6
: post-test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
B. Identifikasi Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Variabel bebas
: bermain (dengan dua level perlakuan, yaitu bermain aktif dan pasif)
Variabel tergantung
: sikap sosial
Selain kedua variabel di atas, ada beberapa variabel ekstra yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga harus dikontrol. Variabel-variabel ekstra yang dimaksud serta cara pengontrolannya adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Pengaruh dan pengontrolan variabel ekstra Variabel ekstra Latar
Pengaruh
belakang Berpengaruh
Cara mengontrol terhadap Memilih sekolah yang
subjek (budaya atau pembentukan sikap sosial dan memiliki
siswa-siswa
etnis, status sosial kegiatan bermain anak.
yang latar belakangnya
ekonomi)
relatif sama.
Kegiatan
bermain Mengurangi validitas internal, Menggunakan
aktif dan pasif anak yaitu di
luar
eksperimen
apabila
jam tergantung
variabel statistik,
(sikap
yaitu
sosial) kovarians,
kontrol analisis dengan
mengalami peningkatan bukan frekuensi bermain aktif karena
perlakuan
yang dan
pasif
diberikan melainkan karena kovariabel
sebagai dan
sikap
banyaknya kegiatan bermain sosial sebagai variabel di luar jam eksperimen.
tergantung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel-variabel yang telah diungkapkan di atas adalah sebagai berikut. 1. Aktivitas Bermain a. Bermain aktif yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada permainan (games), yaitu jenis bermain aktif yang melibatkan aturan dan terkadang juga kompetisi dengan orang lain. Permainan yang dimainkan adalah Kucing dan tikus, Estafet karet, Puzzle, dan Selamatkan Raja dan Ratu. Bermain aktif ini dilaksanakan di kelas IIA3 SD Tarakanita. b. Bermain pasif meliputi membaca buku dan menonton film. Buku yang dibacakan adalah Apel-apel Mr. Peabody dan Aldo dan si penyedot debu terbang, sedangkan film yang ditonton adalah The Tigger movie. Karena durasi film yang cukup panjang, menonton The Tigger movie akan dilaksanakan dalam dua sesi. Bermain pasif dilaksanakan di kelas IIA2 SD Tarakanita. c. Kelompok kontrol tidak diberi aktivitas bermain apa pun. Kelas IIB3 SD Tarakanita akan menjadi kelompok kontrol dalam penelitian ini. Perlakuan pada kelas IIA3 dan IIA2 diberikan setiap hari selama 4 hari berturut-turut, dan tiap sesi berlangsung selama maksimal 60 menit. Pelaksanaan penelitian selama 4 hari berturut-turut didasarkan pada pertimbangan agar para subjek lebih dapat mengingat perlakuan atau materi yang telah diberikan sejak awal sampai akhir. Hal ini diharapkan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
mempermudah terbentuknya sikap sosial yang positif pada anak melalui perlakuan yang diberikan tersebut. Namun, dalam pelaksanaannya, karena berbenturan dengan jadwal mata pelajaran di sekolah serta jeda hari Minggu, tidak semua sesi perlakuan dapat diberikan tiap hari secara berturut-turut. Selanjutnya, pada kedua kelompok eksperimen, tiap sesi perlakuan berlangsung selama maksimal 60 menit agar subjek tidak menjadi bosan dengan kegiatan yang dilakukan. 2. Sikap sosial diketahui dari skor yang diperoleh subjek dalam skala sikap sosial. Skala sikap sosial ini terdiri dari 20 item dengan dua pilihan jawaban, yaitu “ya” dan “tidak”. Subjek menjawab “ya” bila merasa bahwa item yang bersangkutan mencerminkan dirinya dan menjawab “tidak” bila merasa item tersebut tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Masing-masing item memiliki bobot skor yang berbeda. Anak akan memperoleh skor item tersebut bila menjawab “ya” dan mendapat skor 0 bila menjawab “tidak”. Skor total subjek kemudian akan dibagi dengan jumlah jawaban “ya” sehingga diperoleh nilai mean. Mean ini memiliki rentang nilai antara 1 sampai 11. Nilai atau skor mean inilah yang menunjukkan sikap sosial subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, semakin positif pula sikap sosialnya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek, semakin negatif pula sikap sosialnya. Skala sikap sosial ini kemudian akan dilanjutkan dengan wawancara sebagai cross-check terhadap skala tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak-anak usia sekolah yang terdaftar di kelas 2 Sekolah Dasar Tarakanita, Yogyakarta. Sekolah ini dipilih karena siswasiswinya berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang relatif sama. Sampel untuk subjek penelitian adalah anak-anak yang terdaftar di kelas IIA2, IIA3, dan IIB3. Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan pembagian kelas yang sudah ada. Kelas-kelas tersebut dipilih oleh pihak sekolah dengan pertimbangan bahwa ketiganya lebih progresif dalam berbagai mata pelajaran. Oleh karena itu, ketiga kelas ini dapat dianggap memiliki kondisi yang relatif setara atau sama sehingga sesuai untuk dijadikan subjek dalam penelitian ini. Subjek untuk penelitian ini dipilih dari anak-anak yang duduk di kelas 2 SD dengan pertimbangan bahwa sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah harus ditumbuhkan sedini mungkin, sebab hal ini akan mempengaruhi sikap mereka sampai di kemudian hari. Anak-anak kelas 2 SD termasuk anak-anak yang baru saja menginjak usia sekolah, sehingga tidak terlambat bila menumbuhkan sikap sosial yang positif pada usia ini. Subjek tidak dipilih dari anak kelas 1 SD karena kelas 1 SD masih termasuk masa peralihan dari masa prasekolah ke masa sekolah. Karena itu, anak kelas 2 SD dinilai sebagai subjek yang cukup ideal untuk penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
E. Alat Ukur
1. Isi Skala Data-data dalam penelitian ini berupa skor yang diperoleh anak dalam skala sikap sosial anak. Skala ini diisi oleh subjek. Skala ini menggunakan format skala interval tampak setara dan terdiri dari 20 item dengan dua pilihan jawaban, yaitu “ya” dan “tidak” (penjelasan lebih lanjut mengenai cara skoring telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya mengenai definisi operasional). Adapun blue-print dari skala sikap sosial anak ini adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Blue-print skala sikap sosial Komponen Sikap (%) Komponen Objek Sikap
Kognitif
Afektif
Konatif
Total (%)
•
Keluarga
5
10
20
35
•
Teman sebaya
10
10
25
45
•
Orang
5
5
10
20
20
30
50
100
asing
lainnya Total
Proporsi ini didasarkan pada beberapa pertimbangan. Perbandingan proporsi antara keluarga, teman sebaya, dan keluarga didasarkan pertimbangan bahwa pada usia sekolah, interaksi sosial anak berkembang terutama dengan teman sebayanya (Hurlock, 1972; Hurlock, 1980; Santrock, 1995; Bee, 1997). Kemudian, meskipun mengalami penurunan dibandingkan ketika usia prasekolah, interaksi anak dengan keluarga masih memegang peranan yang penting (Santrock,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
1995; Berk, 2006). Interaksi dengan orang asing lain adalah interaksi sosial yang paling jarang terjadi dibandingkan interaksi-interaksi sebelumnya. Perbandingan proporsi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif juga didasarkan pada beberapa pertimbangan. Komponen kognitif memiliki proporsi paling kecil karena anak-anak usia sekolah umumnya belum mampu menilai seseorang secara terlalu rinci. Biasanya mereka menilai orang lain berdasarkan apa yang ia rasakan atau apa yang dilakukan orang tersebut. Penilaian terhadap kepribadian orang lain pun hanya terbatas pada istilah-istilah yang sangat umum seperti “baik” atau “menyenangkan” (Berk, 2006). Secara afektif atau emosi, tidak terlalu banyak emosi yang umumnya dirasakan atau dipahami oleh anak-anak usia sekolah (Hurlock, 1980), apalagi sebenarnya hanya ada empat jenis emosi dasar, yaitu rasa senang atau bahagia, takut, amarah, dan sedih, meskipun manusia juga mengembangkan berbagai macam emosi selain emosi-emosi dasar ini (Berk, 2006). Kemudian, dibandingkan komponen kognitif dan afektif, komponen konatif adalah komponen yang paling bervariasi pada anak-anak. Anak-anak mengembangkan cukup banyak perilaku, baik itu perilaku sosial maupun perilaku antisosial (Hurlock, 1980). Karena itu, komponen konatiflah yang memiliki proporsi yang paling besar dalam pembuatan skala sikap sosial.
2. Penyekoran Item Setelah membuat blue-print, peneliti membuat 60 item untuk skala sikap sosial sesuai blue-print di atas dengan rincian sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Tabel 3. Susunan 60 item skala sikap sosial untuk panelis Komponen Sikap (nomor item) Komponen Objek Sikap
Kognitif
Afektif
Konatif
Total (item)
Keluarga Favorabel
5, 54
12, 33, 40
9, 18, 23,
11
27, 46, 58 Unfavorabel
4
10, 15, 45
3, 24, 32, 35, 39, 48
10
Teman sebaya Favorabel
20, 36, 60
17, 38, 44
2, 7, 13, 14, 25, 41,
13
52 Unfavorabel
6, 34, 50
1, 22, 53
8, 11, 28, 29, 37, 42,
14
51, 55 Orang asing lainnya Favorabel
21
30, 43
19, 31, 56
6
Unfavorabel
16, 26
49
47, 57, 59
6
Total
60
Item-item ini kemudian dinilai tingkat favorabel atau unfavorabelnya dalam skala satu sampai sebelas oleh lima orang panelis yang terdiri dari tiga guru SD dan dua orang tua. Pemilihan panelis ini didasarkan pada pertimbangan bahwa guru serta orang tua merupakan orang-orang yang memahami dan dekat dengan dunia anak sehingga diharapkan dapat menilai dengan tepat apakah sikap sosial tertentu pada anak itu positif atau negatif. Setelah penilaian terhadap semua item diberikan, perlu dihitung nilai atau skor masing-masing item yang mewakili penilaian kelima panelis. Skor item inilah yang akan menjadi skor yang diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
subjek pada suatu item bila menjawab “ya” pada item tersebut. Skor ini dihitung secara manual dengan rumus: ⎡ 0,5 − pk b ⎤ S = bb + ⎢ ⎥i p ⎦ ⎣ Keterangan: S
= skor item
bb
= batas bawah angka yang berisi median
pkb
= proporsi kumulatif di bawah kategori angka yang berisi median
p
= proporsi pada kategori angka yang berisi median
i
= interval angka (dalam hal ini sama dengan 1)
Selain skor item, perlu dihitung juga nilai Q, yaitu “variasi distribusi penilaian dari 50% kelompok penilai terhadap suatu pernyataan” (Azwar, 2005:132). Semakin besar nilai Q, semakin besar pula variasi penilaian para panelis, yang berarti bahwa item tersebut kurang jelas derajat favorabel atau unfavorabelnya. Nilai Q ini dihitung secara manual dengan rumus:
Q = C 75 − C 25 ⎡0,75 − pk b ⎤ C 75 = bb + ⎢ ⎥i p ⎣ ⎦ ⎡0,25 − pk b ⎤ C 25 = bb + ⎢ ⎥i p ⎣ ⎦ Rumus C75 dan C25 hampir sama dengan rumus S di atas, hanya saja angka 0,5 diganti dengan 0,75 dan 0,25, sebab kedua rumus ini tidak menggunakan median
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
seperti halnya rumus S sehingga pkb dan p pada masing-masing rumus juga disesuaikan. Berikut ini adalah nilai S dan Q masing-masing item.
Tabel 4. Nilai S dan Q item-item skala sikap sosial No. item
S
Q
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
2,250 8,000 3,750 5,667 7,875 5,250 9,250 8,250 8,000 5,000 4,000 9,250 9,667 9,000 2,667 4,000 8,333 9,000 9,000 9,000 8,250 5,750 8,000 3,000 8,250 1,750 4,000 5,000 3,250 8,667
1,625 2,125 1,625 1,333 0 ,625 2,625 1,250 1,250 0,500 4,125 0,835 1,250 1,333 1,750 1,333 4,500 1,333 2,125 2,125 1,750 1,625 1,625 2,500 0,834 2,250 1,125 4,500 2,500 1,625 1,333
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
9,333 4,000 9,000 2,250 3,750 8,667 4,750 8,750 2,000 8,250 9,000 3,750 8,250 8,667 3,000 8,000 3,125 6,000 3,500 3,000 3,250 8,750 4,000 9,333 3,000 8,000 2,875 9,125 5,750 9,000
0,958 2,125 2,125 1,625 1,250 0,958 1,625 1,250 0,834 1,625 1,125 1,625 1,250 0,958 0,834 0,834 0,688 3,750 0,625 0,834 1,625 1,625 0,834 0,958 0,834 1,750 0,625 0,625 3,250 0,834
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3. Uji Coba I
Setelah nilai S dan Q untuk semua item telah dihitung, maka item-item yang semula berjumlah 60 item diseleksi sehingga tersisa 40 item. Seleksi item dilakukan berdasarkan nilai Q dan blue-print skala, yaitu dengan menghilangkan item-item yang memiliki nilai Q paling besar sehingga tersisa 40 item yang nilai Qnya paling kecil namun proporsinya tetap sesuai blue-print skala. Item-item yang lolos seleksi adalah item-item nomor 3, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 21, 24, 26, 29, 31, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 49, 50, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, dan 60. Keempat puluh item ini kemudian disusun lagi secara acak untuk kemudian diujicobakan pada anak usia sekolah. Rincian keempat puluh item yang telah disusun lagi secara acak adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Susunan 40 item skala sikap sosial untuk uji coba I Komponen Sikap (nomor item) Komponen Objek Sikap
Kognitif
Afektif
Total
Konatif
(item)
11, 23, 25,
8
Keluarga Favorabel
14, 40
2, 9
37 Unfavorabel
12, 39
3, 20, 24,
6
31 Teman sebaya Favorabel
13, 30
15, 16, 18
10, 29, 35,
9
38 Unfavorabel
8, 26
6
1, 5, 19, 32, 34, 36
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Orang asing lainnya Favorabel
33
22
17, 27
4
Unfavorabel
4
21
7, 28
4
Total
40
Keempat puluh item di atas diujicobakan di kelas IA3 SD Tarakanita Yogyakarta pada hari Senin, 19 Juni 2006. Uji coba dilakukan secara klasikal oleh peneliti dibantu oleh satu orang asisten. Uji coba ini diikuti oleh tiga puluh anak. Namun, karena ada beberapa anak yang salah menjawab (beberapa item dikosongkan atau justru kedua alternatif jawaban dilingkari), akhirnya hanya data dari dua puluh enam anak yang dipakai. Dari uji coba ini akan diseleksi dua puluh item berdasarkan korelasi item-totalnya, yaitu item-item yang korelasinya di atas 0,2. Korelasi item-total ini dihitung menggunakan korelasi Pearson. Perhitungan statistik ini dilakukan dengan bantuan SPSS 11.0. Dari uji coba ini, ternyata hanya 15 item yang lolos seleksi. Item-item tersebut adalah item-item nomor 3, 4, 12, 15, 19, 23, 25, 26, 28, 30, 31, 35, 36, 37 dan 39.
4. Uji Coba II
Karena item-item yang lolos seleksi kurang dari yang dibutuhkan, yaitu dua puluh item, maka dilakukan uji coba lagi untuk melengkapi kekurangan item, khususnya yang proporsinya belum sesuai dengan blue-print skala. Terdapat sepuluh item yang diujicobakan untuk melengkapi kekurangan ini. Selain berdasarkan nilai Q yang paling kecil, pemilihan kesepuluh item ini disesuaikan dengan kebutuhan untuk memenuhi proporsi blue-print. Kesepuluh item yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
akan diujicobakan tersebut adalah item-item nomor 1, 4, 14, 19, 22, 25, 28, 30, 51, dan 59 pada skala sebelum uji coba. Item-item ini disusun lagi dengan melanjutkan nomor-nomor item pada uji coba pertama sehingga menjadi sebagai berikut. Tabel 6. Susunan 10 item skala sikap sosial untuk uji coba II Komponen Sikap (nomor item) Komponen Objek Sikap
Kognitif
Afektif
Konatif
Total (item)
Keluarga Favorabel Unfavorabel
42
1
Teman sebaya Favorabel Unfavorabel
43, 46
2
41, 45
47, 49
4
48
44
2
50
1
Orang asing lainnya Favorabel Unfavorabel Total
10
Uji coba terhadap kesepuluh item ini dilakukan di kelas kecil (kelas 1 dan 2 SD) Sekolah Minggu GKI Ngupasan pada hari Minggu, 16 Juli 2006. Uji coba ini diikuti oleh dua puluh enam anak. Data-data dari uji coba ini kemudian digabungkan dengan uji coba yang pertama―subjek-subjeknya digabungkan secara acak―dan dihitung lagi korelasi item-totalnya. Namun, dari penggabungan uji coba pertama dan kedua ini, ternyata hanya delapan belas item yang lolos seleksi, yaitu item-item nomor 3, 4, 7, 12, 15, 19, 21, 23, 25, 26, 28, 30, 31, 35, 36, 37, 39, dan 48.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Kurangnya item-item yang lolos seleksi ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut. 1. Metode pengetesan yang dilakukan secara klasikal mungkin kurang efektif diterapkan pada anak, sebab peneliti jadi kurang dapat memantau dan mengontrol anak satu per satu. Hal ini terlihat dari pengamatan peneliti dan asisten selama uji coba bahwa ada beberapa anak yang tetap melihat jawaban teman ketika mengisi lembar jawab meskipun sudah diminta untuk memikirkan jawabannya sendiri. Selain itu, karena kondisi kelas yang cukup ramai serta beberapa anak yang kurang sabar menunggu teman lain yang belum menjawab, peneliti jadi kurang dapat menjelaskan maksud pernyataan yang dibacakan ketika beberapa anak merasa bingung. 2. Penggunaan kalimat negatif dalam pernyataan-pernyataan yang dibacakan tampaknya juga kurang efektif bagi anak. Menurut pengamatan asisten ketika uji coba, beberapa anak menjadi bingung dalam menjawab ketika pernyataan yang dibacakan berupa kalimat negatif. 3. Penggabungan jawaban subjek uji coba pertama dan kedua untuk mencari korelasi item-total sebenarnya tidak diperbolehkan, sebab data-datanya sebenarnya tidak berhubungan. Hal ini menyebabkan korelasi item-total menjadi rendah sehingga hanya sedikit lolos seleksi.
5. Uji Coba III
Akhirnya, peneliti melakukan uji coba ulang dengan merevisi hal-hal tersebut di atas. Uji coba ini tidak dilakukan secara klasikal, tetapi berkelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
agar peneliti lebih dapat mengontrol anak. Peneliti juga memperbaiki item-item skala sehingga tidak memakai kalimat negatif lagi, namun pada dasarnya isi kalimat tetap sama. Untuk mengantisipasi kurangnya item-item yang lolos seleksi, peneliti mengujicobakan keenam puluh item yang telah disusun pertama kali, tanpa memperhatikan nilai Qnya. Susunan baru keenam puluh item tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 7. Susunan 60 item skala sikap sosial untuk uji coba III Komponen Sikap (nomor item) Komponen Objek Sikap
Kognitif
Afektif
Total
Konatif
(item)
11, 23, 25,
11
Keluarga Favorabel
14, 40
2, 9, 57
37, 51, 53 Unfavorabel
43
12, 39, 45
3, 20, 24, 31, 56, 58
10
Teman sebaya Favorabel
13, 30, 49
15, 16, 18
10, 29, 35, 38, 42, 46,
13
52 Unfavorabel
8, 26, 44
6, 41, 50
1, 5, 19, 27, 34, 36,
14
54, 59 Orang asing lainnya Favorabel
33
22, 55
17, 32, 48
6
Unfavorabel
4, 47
21
7, 28, 60
6
Total
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Uji coba ulang ini dilakukan di kelas 2 SD BOPKRI Gondolayu A Yogyakarta. Karena banyaknya item yang diujicobakan, uji coba dilakukan dalam dua sesi supaya anak tidak jenuh mengerjakan skala. Sesi pertama dilakukan pada hari Sabtu, 29 Juli 2006, sedangkan sesi kedua dilakukan pada hari Sabtu, 5 Agustus 2006. Pada sesi pertama peneliti dibantu oleh dua orang asisten, sedangkan pada sesi kedua peneliti dibantu oleh tiga orang asisten. Peneliti dan asisten masing-masing menangani satu kelompok pada saat yang bersamaan. Uji coba dilakukan secara bergantian antara beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima sampai enam anak. Data-data yang diperoleh dari uji coba ini kembali dihitung korelasi itemtotalnya, yaitu menggunakan model korelasi Pearson, dengan bantuan SPSS 11.0. Dari perhitungan ini terdapat dua puluh delapan item yang lolos seleksi dengan angka korelasi di atas 0,2. Namun, dari kedua puluh delapan item ini hanya dipilih dua puluh item paling tinggi korelasi item-totalnya dengan tetap memperhatikan proporsi blue-print. Dengan demikian, kedua puluh item yang lolos seleksi tersebut adalah item-item nomor 2, 7, 15, 19, 21, 23, 24, 25, 29, 30, 33, 35, 36, 41, 43, 49, 54, 56, 57, dan 60. Item-item inilah yang disusun kembali menjadi skala final yang akan dipergunakan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
6. Reliabilitas dan Validitas Skala Penelitian
Susunan skala final yang telah tersusun adalah sebagai berikut.
Tabel 8. Susunan 20 item skala sikap sosial untuk penelitian Komponen Sikap (nomor item) Komponen Objek Sikap
Kognitif
Afektif
Konatif
Total (item)
Keluarga Favorabel Unfavorabel
1, 19
6, 8
4
7, 18
3
3
4, 9, 12
6
14
13, 17
3
15
Teman sebaya Favorabel
10, 16
Unfavorabel Orang asing lainnya Favorabel Unfavorabel
11
1 5
Total
2, 20
3 20
Kedua puluh item skala final yang telah tersusun di atas kemudian dihitung reliabilitasnya dengan bantuan SPSS 11.0. Reliabilitas ini dihitung berdasarkan nilai alpha. Karena skor item-item dalam skala ini tidak dikotomis, reliabilitasnya dilihat dari nilai standardized item alphanya. Dari perhitungan didapat angka reliabilitas sebesar 0,7159. Meskipun tidak terlalu baik, angka reliabilitas ini dinilai cukup memenuhi syarat sehingga skala sikap sosial tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Validitas skala ini diperoleh melalui beberapa metode. Yang pertama adalah validitas isi, yaitu melalui professional judgement. Dalam hal ini, penilaian dilakukan oleh dosen pembimbing serta peneliti sendiri. Skala sikap sosial ini dinilai memiliki social desirablitiy yang cukup tinggi sehingga dapat mempengaruhi validitasnya. Untuk mengetahui kebenaran hal ini secara lebih lanjut, wawancara akan dilakukan terhadap subjek setelah mereka mengisi skala. Wawancara ini diperlukan sebagai cross-check terhadap skala sikap sosial yang digunakan. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam wawancara pada dasarnya sama dengan item-item pada skala, hanya dinyatakan dalam kalimat yang berbeda. Karena hanya berfungsi sebagai cross-check terhadap keakuratan skala sikap sosial, tidak semua item dalam skala akan ditanyakan dalam wawancara. Hanya delapan item saja yang akan ditanyakan kembali dalam wawancara. Delapan pertanyaan dalam wawancara ini mewakili ketiga komponen sikap sosial. Cara penyekoran pada wawancara ini pada dasarnya sama dengan penyekoran pada skala, sebab item-itemnya juga sama. Bila subjek memberikan jawaban favorabel pada item favorabel dan jawaban unfavorabel pada item unfavorabel, maka ia akan mendapat skor tertentu sesuai skor item yang bersangkutan (seperti halnya jawaban “ya” pada skala). Sebaliknya, bila subjek memberikan jawaban unfavorabel pada item favorabel dan jawaban favorabel pada item unfavorabel, maka ia akan memperoleh skor 0 (seperti halnya jawaban “tidak” pada skala). Korelasi skor keseluruhan atau skor mean antara skala dan wawancara ini menunjukkan angka korelasi yang kurang baik (r = 0,360). Meskipun dinyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
signifikan, mengingat bahwa skala dan wawancara dimaksudkan untuk mengukur hal yang sama, angka korelasi ini dinilai kurang tinggi sehingga alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini dapat dikatakan kurang valid.
F. Materi Eksperimen
Ketiga kelompok penelitian, yaitu kelompok bermain aktif, bermain pasif, serta kelompok kontrol, masing-masing akan mengisi pre-test maupun post-test. Pre-test diberikan di awal penelitian, sedangkan post-test diberikan di akhir penelitian. Kelompok bermain aktif dan pasif masing-masing akan memperoleh empat perlakuan yang diberikan selama jangka waktu antara pre-test dan posttest. Kelompok kontrol sendiri tidak akan diberi perlakuan apa pun. Di bawah ini akan dipaparkan perlakuan atau kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas bermain aktif dan bermain pasif.
1. Bermain aktif (di kelas IIA3) Kucing dan tikus. Dalam permainan ini, empat anak akan menjadi “kucing”
atau penjaga yang akan berusaha menangkap “tikus”, yaitu teman-temannya yang berlarian. Agar tidak tertangkap, para tikus harus menjadi patung dengan kaki terbuka lebar dan tangan diregangkan ke samping tepat sebelum si kucing menyentuhnya. Bila sudah menjadi patung, para tikus tidak bisa bergerak sebelum dibebaskan oleh para pembebas, yaitu tiga orang dari antara para “tikus” yang telah dipilih sebelumnya tanpa sepengetahuan para kucing. Para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pembebas sendiri bisa langsung bergerak setelah menjadi patung dan bertugas membebaskan teman-temannya dengan merangkak di bawah kaki temantemannya yang telah menjadi patung. Di akhir permainan, para kucing harus menebak siapa yang telah berperan sebagai pembebas. Nilai yang bisa diajarkan pada anak dalam permainan ini adalah pentingnya peran seorang teman, sebab tanpa temannya, para “tikus” tadi tidak dapat bergerak. Selain karena nilai yang dikandungnya, permainan ini dipilih karena melibatkan strukur dan aturan-aturan yang cukup sederhana sehingga mudah dipahami anak. Estafet karet. Dalam permainan ini, subjek dibagi menjadi beberapa
kelompok yang jumlah anggotanya sama, masing-masing kelompok terdiri dari lima sampai enam anak. Tiap kelompok membentuk barisan dan masingmasing anak akan diberi sedotan plastik. Tiap kelompok akan diberi piring yang berisi karet gelang. Pemain pertama kemudian harus meletakkan satu karet di ujung sedotannya. Pemain ini kemudian harus memindahkan karet tersebut ke pemain berikutnya tanpa menjatuhkannya. Begitu seterusnya sampai pada pemain terakhir yang akan meletakkan karet tersebut pada tempat yang telah disediakan. Ini harus dilakukan terus sampai batas waktu yang ditetapkan. Karet yang telah jatuh tidak boleh diambil lagi. Kelompok yang mengumpulkan karet paling banyak di akhir permainan adalah pemenangnya. Permainan ini mengajarkan anak untuk mau bekerja sama dengan orang lain agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Permainan ini juga dipilih karena unsur kooperasi dan kompetisi yang dikandungnya. Anak-anak usia sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menyukai permainan-permainan yang mengandung kedua unsur ini (Santrock, 1995). Selain itu, prosedur dan aturan dalam permainan ini cukup sederhana sehingga mudah dimengerti dan dimainkan anak. Puzzle. Dalam permainan ini, subjek dibagi menjadi delapan kelompok kecil
dengan anggota empat atau lima anak dalam masing-masing kelompok. Delapan kelompok ini kemudian dipisahkan menjadi dua kelompok besar yang masing-masing terdiri dari empat kelompok kecil. Ketika bermain, tiap kelompok kecil hanya berinteraksi dengan ketiga kelompok lain yang berada dalam kelompok besar yang sama. Hal ini dilakukan untuk mempermudah permainan bagi subjek. Tiap kelompok akan diberi amplop yang berisi potongan-potongan gambar yang harus mereka susun menjadi suatu gambar yang utuh. Tiap gambar terdiri dari sepuluh potongan gambar. Pada amplop itu juga disertakan contoh gambar yang harus mereka susun, baik dalam ukuran kecil (warna sesuai dengan gambar aslinya) maupun ukuran sesungguhnya (tidak berwarna). Contoh gambar dengan ukuran yang sesungguhnya berfungsi untuk mempermudah subjek dalam menyusun gambar dan digunakan sebagai tempat untuk meletakkan potongan-potongan gambar. Gambar yang harus disusun berbeda pada tiap kelompok. Namun, potongan-potongan dari gambar yang sama tersebar secara acak dalam amplop-amplop yang berbeda sehingga tiap kelompok akan memperoleh potongan-potongan dari gambar yang berbeda-beda. Pada tiap gambar, diambil tiga potongan yang disebarkan dalam amplop milik ketiga kelompok lain (yang berada dalam kelompok besar yang sama). Untuk dapat menyusun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
gambar yang utuh, tiap kelompok harus saling bertukar potongan gambar. Akan tetapi, kelompok tidak diperkenankan meminta potongan gambar dari kelompok lain, mereka hanya diperbolehkan memberikan potongan gambar yang tidak mereka butuhkan pada kelompok lain. Kelompok yang berhasil menyelesaikan gambar pertama kali adalah pemenangnya. Permainan ini dipilih karena dapat mengajarkan anak untuk mau bekerja sama, memperhatikan kebutuhan orang lain, serta mau berbagi dengan orang lain. Selain itu, seperti halnya pada permainan sebelumnya, unsur kooperasi, kompetisi, serta aturan yang relatif sederhana juga mendasari pemilihan permainan ini. Selamatkan Raja dan Ratu. Permainan ini diadaptasi dari The Rescue
Rudolph Snowball Fight (Moore, 1992). Dalam permainan ini, subjek dibagi menjadi dua kelompok yang jumlah anggotanya seimbang. Kelompok yang pertama adalah kelompok “prajurit kerajaan”, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok “musuh”. Selain kedua kelompok ini, dipilih juga dua orang yang akan menjadi “Raja” dan “Ratu”. Kedua kelompok, Raja, serta Ratu ditempatkan di lapangan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Markas musuh
Wilayah kerajaan X
X
X
X
X
X
X
O
O
O
O
O
O
*
O
O
*
O
O
X
X
X
X
X
X
X
Keterangan: O = prajurit kerajaan
*
= Raja dan Ratu
X = pihak musuh
Dalam permainan ini, ceritanya Raja dan Ratu telah diculik oleh pihak musuh dan disekap di markas mereka. Menyelamatkan Raja dan Ratu adalah tugas para prajurit kerajaan, sedangkan pihak musuh, tentu saja, akan mencoba bertahan dari serangan para prajurit. Para prajurit harus melewati lapangan yang telah dijaga oleh pihak musuh dan mencoba membawa Raja dan Ratu kembali ke wilayah kerajaan. Sementara itu, pihak musuh akan berusaha mencegah usaha ini dengan menembakkan bom (kertas koran yang diremas membentuk bola) pada para prajurit. Para prajurit yang terkena lemparan bom harus kembali ke kerajaan untuk “diobati” terlebih dahulu sebelum bisa menerobos musuh lagi. Selain itu, Raja dan Ratu juga harus kembali ke markas musuh bila terkena lemparan bom sewaktu sedang berusaha pulang ke kerajaan, begitu pula bila prajurit yang menyelamatkan mereka yang terkena bom. Permainan berakhir setelah maksimal sepuluh sampai lima belas menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
atau bila Raja dan Ratu telah sampai di wilayah kerajaan dengan selamat. Permainan ini mengajarkan anak untuk mau bekerja sama dengan orang lain. Selain itu, anak juga diajarkan untuk mau membantu orang lain yang kesulitan dan membutuhkan bantuan. Kemudian, selain karena nilai dari permainan ini, unsur kooperasi, kompetisi, serta aturan yang relatif sederhana, seperti halnya pada
permainan-permainan
sebelumnya,
masih
mendasari
pemilihan
permainan ini.
2. Bermain pasif (di kelas IIA2) Aldo dan
si penyedot debu terbang. Cerita ini disadur dari Aldo en de
vliegende stofzuiger. Dalam cerita ini, Aldo, penyedot debu terbangnya, serta Paman Emo menolong seseorang yang terjebak karena banjir. Ternyata banjir tersebut disebabkan oleh seorang raksasa yang tidak sengaja tertidur di tengah sungai sehingga sungai tersebut meluap. Paman Emo kemudian menyihir dua topi untuk si raksasa, satu kecil dan satu besar. Bila si raksasa mengenakan topi kecil, ia akan menjadi kecil. Sebaliknya, bila mengenakan topi yang besar, ia akan menjadi raksasa seperti biasanya. Si raksasa merasa senang, sebab dengan menjadi kecil, ia tidak akan mengganggu orang lain dengan tubuhnya yang besar, tetapi dengan menjadi raksasa ia bisa membantu membersihkan pohon-pohon yang tumbang dan mengganggu jalan. Nilai dari cerita ini adalah bahwa anak harus mau menolong orang lain yang kesulitan, serta bahwa pada dasarnya semua orang itu baik (seperti si raksasa yang tidak sengaja menyebabkan banjir karena tubuhnya yang besar). Selain itu, cerita ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
juga dipilih karena unsur petualangan dan fantasinya, seperti adanya penyedot debu terbang, raksasa, serta sihir. Anak usia sekolah menyukai cerita yang mengandung unsur fantasi (Ashby; Kartono, 1982) dan petualangan (Summer readings award winning books for kids) seperti cerita ini. Apel-apel Mr. Peabody. Cerita ini berkisah tentang Mr. Peabody yang terlihat
oleh Tommy, seorang muridnya, sedang mengambil apel tanpa membayar di toko Mr. Funkadeli. Tommy lalu memberitahukan hal ini pada teman-teman dan orang tuanya sehingga akhirnya berita bahwa Mr. Peabody adalah seorang pencuri tersebar ke seluruh kota. Belakangan Tommy mengetahui bahwa ternyata sebenarnya Mr. Peabody tidak mencuri apel, tetapi sudah membayar apel tersebut sebelumnya. Tommy kemudian menyesal dan meminta maaf pada Mr. Peabody. Mr. Peabody kemudian menyuruh Tommy menggunting sebuah bantal bulu dan membiarkan semua bulu-bulunya terbang terbawa angin. Setelah itu Mr. Peabody meminta Tommy untuk mengumpulkan semua bulu-bulu itu kembali. Ketika Tommy berkata bahwa itu adalah hal yang tidak mungkin, Mr. Peabody mengatakan bahwa hal tersebut hampir sama tidak mungkinnya dengan memperbaiki citra buruk yang telah didapat Mr. Peabody karena gosip yang disebarkan Tommy. Mr. Peabody mengatakan bahwa satu bulu akan mewakili satu orang penduduk. Tommy memahami maksud Mr. Peabody dan berniat melaksanakan permintaan Mr. Peabody. Mr. Peabody kemudian mengingatkan Tommy bahwa lain kali ia harus lebih berhati-hati dalam mengatakan suatu hal, sebab kata-kata memiliki kekuatan yang besar. Cerita ini mengajarkan anak untuk tidak terlalu cepat menilai seseorang dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
juga agar anak berhati-hati dalam mengatakan sesuatu tentang orang lain, sebab kata-katanya tersebut bisa saja menyakiti orang lain. Cerita ini dipilih karena temanya, yaitu relasi dengan orang lain, merupakan salah satu tema yang disukai anak-anak (Choosing children’s books). Selain itu, ceritanya juga tidak berbelit-belit sehingga mudah dipahami anak. The Tigger movie. Film ini diberikan pada sesi ketiga kemudian disambung
pada sesi keempat. Film ini bercerita tentang tokoh Tigger yang, dibantu teman-temannya, mencari keluarganya, tetapi tidak kunjung menemukannya. Pada akhirnya, ia menyadari bahwa keluarga tidak harus sesorang yang sedarah atau mirip dengannya, tetapi bahwa teman-temannya selama ini juga merupakan “keluarga” yang paling baik. Nilai yang disampaikan pada anak dalam film ini adalah bahwa teman-temannya juga teman-teman yang baik dan menyayanginya seperti keluarga sendiri, begitu pula sebaliknya, anak harus menyayangi teman-temannya seperti keluarga sendiri. Film ini dipilih karena tokoh-tokohnya cukup populer di kalangan anak-anak sehingga memudahkan pemahaman anak. Tema persahabatan yang terkandung di dalam film ini juga disukai anak-anak. Selain itu, film ini merupakan film kartun, yaitu salah satu jenis film yang disukai oleh anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
G. Prosedur Perlakuan dan Pengambilan Data
Pertama-tama, semua subjek diberi pre-test terlebih dahulu. Pre-test dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Agustus 2006. Peneliti dibantu oleh 6 orang asisten dalam memberikan pre-test kepada subjek. Pre-test tidak dilakukan secara klasikal, tetapi berkelompok. Peneliti dan asisten masing-masing menangani empat sampai lima anak dalam waktu yang bersamaan. Setelah menyapa subjek serta memperkenalkan diri dan asisten, peneliti memberikan pengarahan kepada subjek sebagai berikut, “Adik-adik, kakak mau minta tolong pada kalian, ya. Kakak akan meminta Adik-adik mengisi semacam kuis, tidak sulit kok. Yang harus Adik-adik ingat, nanti tidak ada jawaban yang salah atau jelek, ya. Semua jawaban betul, baik, asal Adik-adik jawabnya jujur. Jadi, nanti tidak usah melihat jawaban teman, ya. Semua punya jawaban masing-masing. Setelah itu Kakak mau tanya-tanya pada Adik-adik, tapi satu-satu. Nanti setelah kuis Adik-adik akan dipanggil satu-satu. Sekarang Kakak mau membagi kalian dalam kelompok, nanti ikut kakak-kakak ini, ya.” Peneliti kemudian membagi kelas ke dalam tujuh kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari empat sampai lima anak. Dalam masing-masing kelompok, peneliti dan asisten membagikan lembar jawab pada tiap subjek, dan setelah para subjek dipersilakan menuliskan nama, peneliti dan asisten melanjutkan pengarahan. “Nanti Kakak akan membacakan dua puluh soal. Tugas Adik-adik adalah menjawab pernyataan-pernyataan itu di lembar jawab yang sudah Kakak bagikan itu. Nanti, kalau Adik-adik merasa apa yang Adik-adik pikirkan, rasakan, dan lakukan sama atau mirip dengan pernyataan itu, lingkari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
jawaban ‘ya’. Tapi kalau Adik-adik merasa tidak sesuai dengan pernyataan itu, lingkari jawaban ‘tidak’.” Peneliti dan asisten kemudian memberikan contoh pernyataan dalam kalimat positif dan negatif serta jawaban yang harus diberikan terkait dengan sikap anak. Peneliti dan asisten memang tetap memberikan contoh kalimat negatif, namun, dalam pelaksanaannya sebisa mungkin item-item yang dibacakan tidak berupa kalimat negatif. Salah satu contoh yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut. “Misalnya Kakak bilang ‘Aku suka bersepeda’. Kalau Adik-adik memang suka bersepeda, berarti Adik-adik harus jawab ‘ya’. Tapi kalau Adik-adik tidak suka bersepeda, berarti Adik-adik harus melingkari yang ‘tidak’. Misalnya lagi, Kakak bilang ‘Aku tidak suka kue.’ Kalau Adik-adik memang tidak suka kue, berarti jawabnya ‘ya’. Tetapi, kalau Adik-adik suka kue, berarti jawabnya ‘tidak’. Tidak ada jawaban yang salah atau jelek, ya. Semua jawaban baik dan betul kalau Adik-adik menjawab dengan jujur. Sudah mengerti?” Bila tidak ada pertanyaan dari subjek, peneliti dan asisten mulai membacakan item-item skala. Setelah selesai, peneliti dan asisten menyarankan subjek untuk meneliti pekerjaannya lagi untuk memastikan bahwa tidak ada pernyataan yang terlewatkan. Setelah semua selesai, peneliti dan asisten mengumpulkan kembali semua lembar jawab. Setelah itu, peneliti dan asisten memanggil anak satu per satu untuk diwawancara sementara anak yang belum dipanggil diminta menunggu. Setelah pre-test diberikan, perlakuan mulai diberikan pada kedua kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan apa pun. Selama eksperimen, peneliti dibantu satu atau dua orang asisten yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
membantu peneliti dalam mengarahkan dan mengamati subjek. Pada tiap sesi perlakuan yang diberikan pada anak, peneliti memberikan pengarahan yang jelas pada anak. Sebelum pelaksanaan kegiatan, peneliti memberikan pertanyaanpertanyaan yang akan mengarahkan anak pada kegiatan yang akan dijalaninya. Setelah kegiatan dilakukan, peneliti mengajak anak untuk merenungkan kembali nilai-nilai yang dapat dipelajari dari kegiatan yang telah mereka lakukan bersama. Adapun penjelasan dari kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Bermain aktif (di kelas IIA3)
Sesi pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Agustus 2006 dan diisi dengan permainan Kucing dan tikus. Pada sesi ini, peneliti dibantu oleh dua orang asisten. Sebelum memulai permainan, peneliti menanyakan pertanyaanpertanyaan berikut ini pada subjek dan mengajak subjek untuk menjawabnya bersama-sama: 1. Siapa yang senang punya teman? Ada yang tidak punya teman? 2. Adik-adik suka menolong teman yang sedang kesulitan atau tidak? 3. Adik-adik pernah ditolong teman tidak? 4. Bagaimana ya rasanya kalau tidak ada teman yang mau menolong kita? Setelah itu, peneliti mulai mengajak subjek bermain dan menjelaskan aturan permainan pada subjek. Bila subjek sudah mengerti aturannya, permainan dapat dimulai. Permainan berlangsung selama kurang lebih lima menit dan diulang tiga kali selama sesi berlangsung. Pada tiap permainan, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
memilih empat orang untuk menjadi kucing dan tiga orang lagi untuk menjadi pembebas. Di akhir sesi, peneliti akan mengajak subjek untuk merenungkan kembali permainan yang sudah dilakukan bersama dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Bagaimana rasanya menjadi kucing tadi? Kalau yang jadi tikus, bagaimana perasaannya? Kalau yang jadi pembebas? 2. Untuk para tikus, sewaktu jadi patung, ada yang menunggu lama sebelum dibebaskan tidak? Kalau iya, bagaimana rasanya? Seandainya tidak ada pembebas yang menolong kalian, kira-kira bagaimana ya? Enak tidak? Setelah menjawab pertanyaan bersama-sama, peneliti membandingkan jawaban subjek ini dengan jawaban subjek atas pertanyaan di awal sesi. Kemudian peneliti mengakhiri sesi dengan kesimpulan yang mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut. 1. Kita semua membutuhkan orang lain, misalnya teman, orang tua, guru, sama seperti tikus membutuhkan pembebas. Kalau orang lain tidak ada, kita jadi kesulitan, seperti tikus jadi tidak bisa lari-lari kalau tidak ada pembebas. Kalau tidak orang tua, jadi tidak ada yang merawat dan memperhatikan kita. Kalau tidak ada guru, kita tidak jadi pintar. Kalau tidak teman, kita jadi kesepian. 2. Karena itu, kita harus saling bantu, seperti pembebas membantu membebaskan tikus. (Peneliti juga meminta subjek memberikan contohcontoh bantuan yang bisa diberikan pada orang lain.) 3. Kalau kita mau membantu, lain kali juga kita akan dibantu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Permainan Estafet karet diberikan pada sesi kedua yang dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Agustus 2006. Pada sesi ini, peneliti dibantu oleh satu orang asisten. Di awal sesi, peneliti mengajak subjek untuk menjawab beberapa pertanyaan arahan bersama-sama. 1. Adik-adik pernah mendapat tugas atau PR yang harus dikerjakan secara berkelompok tidak? 2. Seandainya ada teman yang tidak ikut mengerjakan tugas kelompok bagaimana? Hasilnya akan bagus tidak? Apa yang Adik-adik lakukan kemudian? Setelah menjawab pertanyaan, peneliti mengajak subjek untuk bermain bersama. “Adik-adik, kali ini Kakak mau mengajak Adik-adik main lagi. Permainan ini dilakukan secara berkelompok, jadi sekarang kita bagi kelompok dulu ya.” Peneliti kemudian membagi subjek menjadi tujuh kelompok yang masing-masing terdiri dari empat atau lima anak. Setelah itu, peneliti membagikan sedotan pada tiap anak dan menjelaskan aturan permainan. Kalau subjek sudah mengerti aturannya, permainan dapat dimulai. Permainan berlangsung selama kurang lebih sepuluh menit. Setelah selesai bermain, peneliti mengajak subjek untuk merenungkan makna permainan ini. 1. Bagaimana perasaan Adik-adik saat bermain tadi? Kesulitan apa Adikadik alami selama bermain? 2. Seandainya Adik-adik harus memainkan permainan ini sendiri bagaimana? Kira-kira lebih sulit atau lebih gampang? Kenapa? 3. Apa saja yang dapat Adik-adik pelajari dari permainan ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Setelah membahas pertanyaan-pertanyaan bersama-sama, peneliti mengakhiri sesi dengan memberikan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. 1. Dari permainan ini, kita belajar bekerja sama, seperti tadi sudah bekerja sama memindahkan karet. Kalau semua seenaknya, semaunya sendiri pasti jadi kacau dan tidak bisa memindahkan karet. 2. Di sekolah dan di rumah kita juga berkerja sama. (Peneliti juga meminta subjek menyebutkan contoh-contoh bekerja sama di sekolah dan di rumah). Misalnya kerja sama membuat tugas kelompok seperti yang tadi sudah disebutkan, kerja sama membersihkan rumah, kerja sama sewaktu main dengan teman, sebab kalau sendiri kita akan kesulitan. 3. Kita juga harus baik pada orang lain supaya mereka mau kerja sama dengan kita. Kalau kita nakal, orang lain jadi malas kerja sama dengan kita, dan kita jadi sendirian. 4. Kalau kita baik dan mau membantu orang lain, mereka juga pasti mau membantu, jadi kita bisa bekerja sama menyelesaikan kesulitan. Sesi ketiga yang dilaksanakan pada hari Jumat, 25 Agustus 2006 diisi dengan permainan Puzzle. Pada sesi ini, peneliti dibantu oleh satu orang asisten. Pertama-tama, peneliti mengajak subjek menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut. 1. Pernah tidak ketika sekolah, pensil atau bolpoin Adik-adik ketinggalan di rumah? Apa yang kemudian Adik-adik lakukan? 2. Kalau tidak ada teman yang mau meminjamkan bolpoin bagaimana? Jadi bisa mencatat tidak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
3. Kalau misalnya Adik-adik punya mainan baru yang bagus, teman lain boleh pinjam tidak? Kenapa? 4. Nah, kalau teman lain yang punya mainan baru, Adik-adik suka ingin pinjam tidak? Kenapa? Kemudian, peneliti melanjutkan pengarahan, “Adik-adik sekarang kita mau main-main sebentar. Kakak bagi kalian jadi kelompok dulu, ya.” Peneliti kemudian membagi subjek ke dalam delapan kelompok dengan anggota masing-masing empat atau lima anak. Delapan kelompok ini kemudian dipisahkan menjadi dua kelompok besar, masing-masing terdiri dari empat kelompok kecil. Peneliti dan asisten masing-masing menangani satu kelompok besar. Peneliti dan asisten kemudian menjelaskan aturan permainan pada subjek. Kalau semua subjek sudah mengerti, amplop berisi potongan puzzle dapat dibagikan dan permainan dapat dimulai. Setelah semua kelompok selesai menyusun gambar, subjek bergabung lagi dan peneliti mengajak subjek merenungkan permainan ini bersama. 1. Kesulitan apa yang Adik-adik alami dalam menyusun gambar? 2. Ada tidak yang menunggu lama sebelum gambarnya utuh? 3. Apa yang akan terjadi kalau ada yang tidak mau memberikan potongan gambarnya? 4. Apa yang bisa kalian pelajari dari permainan ini? Setelah itu peneliti memberikan kesimpulan- kesimpulan sebagai berikut. 1. Kita harus saling memperhatikan. Seperti di permainan tadi, kita harus memperhatikan teman lain kira-kira butuh apa. Kalau tidak ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
peduli teman lain membutuhkan potongan gambar yang mana, gambar tidak akan utuh. 2. Kita juga harus saling berbagi apa yang kita miliki dengan orang lain. Kalau tadi tidak ada yang mau memberikan potongan gambarnya pada teman lain, gambarnya juga tidak akan utuh. 3. Saling memperhatikan dan berbagi juga harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seperti yang disebutkan di awal, kita harus memperhatikan teman kita, kira-kira butuh apa. Kalau teman tidak membawa pensil, kita harus mau meminjamkan. 4. Orang tua, saudara, guru juga harus diperhatikan. (Peneliti meminta subjek menyebutkan contoh-contoh perhatian yang bisa diberikan pada orang lain). Kalau misalnya temen butuh teman main, diajak main. Kalau punya mainan juga jangan pelit-pelit, lebih baik untuk main bersama teman, lebih menyenangkan main bersama. 5. Kalau semua mau saling bersahabat, saling memperhatikan, saling berbagi, saling membantu, pasti semua jadi lebih baik, seperti sewaktu membuat gambar tadi. Apalagi kemarin kita juga sudah belajar tentang saling membantu. Permainan Selamatkan Raja dan Ratu diberikan pada sesi keempat yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 Agustus 2006. Pada sesi ini, peneliti dibantu oleh satu orang asisten. Pertama-tama, peneliti mengajak subjek menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut bersama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
1. Kira-kira siapa saja orang di sekitar Adik-adik yang penting bagi Adikadik? Kenapa? 2. Bagaimana kalau mereka tidak ada di dekat kita? 3. Bagaimana kalau mereka sedang sedih, atau mungkin kesepian, atau sedang repot dan butuh bantuan? Setelah itu, peneliti mulai mengajak subjek untuk bermain. “Adik-adik, sekarang Kakak mau membagi kalian dalam dua kelompok besar, ya. Kakak juga akan memilih dua orang untuk jadi raja dan ratu.” Peneliti kemudian membagi subjek ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok prajurit dan musuh, serta memilih Raja dan Ratu. Setelah itu peneliti menempatkan subjek ke posisi masing-masing di lapangan (batas-batas wilayah kerajaan dan musuh disesuaikan dengan batas-batas lapangan bulutangkis yang sudah ada) serta menjelaskan aturan permainan. Bila subjek sudah memahami aturanaturannya, permainan bisa dimulai. Permainan berakhir setelah maksimal sepuluh menit atau ketika raja dan ratu telah diselamatkan. Setelah selesai, peneliti mengajak subjek merenungkan permainan bersama-sama. Peneliti juga membandingkannya dengan jawaban subjek di awal sesi. 1. Bagaimana perasaan Adik-adik waktu jadi prajurit? Kalau waktu jadi musuh? Bagaimana dengan Raja atau Ratu? 2. Bagaimana kalau tadi para prajurit tidak bisa menyelamatkan Raja dan Ratu? Kira-kira bagaimana perasaan Raja dan Ratu kalau diculik dan dikurung terus? Enak tidak? Kira-kira kerajaannya juga jadi bagaimana ya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
3. Kalau misalnya orang tua, guru, atau teman Adik-adik yang sedang kesulitan, bagaimana kira-kira? Adik-adik mau bantu tidak? Kenapa? Apa jadinya kalau Adik-adik tidak mau bantu mereka? Peneliti kemudian mengakhiri sesi dengan memberikan beberapa kesimpulan. 1. Kita harus mau menolong orang lain yang kesulitan seperti raja dan ratu tadi. Kalau tidak mau bantu, mungkin kita sendiri juga jadi kesulitan. Misalnya Ibu Guru sedang repot, dan kita tidak mau bantu, kita jadi tidak bisa belajar dengan baik. Kalau teman yang tidak kita bantu, kita jadi tidak bisa main dengan teman. Kita sendiri juga pasti mau dibantu kalau sedang kesulitan. 2. Jadi, kita harus mau saling bantu, apalagi kemarin kita juga sudah belajar untuk saling memperhatikan dan membantu 3. Kita juga harus baik pada semua orang, tidak boleh nakal. Kalau kita nakal, nanti kita tidak punya teman, tidak ada yang mau membantu kalau kita sedang kesulitan. Pada sesi terakhir ini, peneliti juga mengulang dan mengingatkan subjek mengenai hal-hal yang telah dipelajari dari sesi-sesi sebelumnya. Peneliti memberikan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. 1. Seminggu ini kita sudah belajar bahwa kita saling membutuhkan dan harus saling membantu, kerja sama, saling memperhatikan, saling menyayangi dengan teman, guru, dan keluarga. 2. Kita harus baik pada teman, orang tua, guru. Jadi kita tidak boleh nakal, supaya punya banyak teman. (Peneliti meminta subjek memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
contoh-contoh hal yang tidak boleh dilakukan pada orang lain). Kalau ada yang nakal, dinasihati supaya tidak nakal lagi. Pada orang tua dan guru juga tidak boleh membantah. Mereka sebenarnya sayang kita, dan mau kita jadi baik. 3. Kita semua harus bersahabat, harus baik pada semua orang. Kalau ada teman atau saudara yang nakal, ya dimaafkan. Kadang mereka juga tidak sengaja. Mungkin kadang mereka hanya ingin bercanda, jadi harus memaafkan, sebab semua harus bersahabat.
2. Bermain pasif (di kelas IIA2)
Sesi pertama dan kedua di kelas ini akan diisi dengan membaca buku. Kedua cerita yang dibacakan adalah cerita bergambar, dan selama membacakan cerita, peneliti menunjukkan gambar-gambar dalam cerita tersebut pada para subjek, sebab anak-anak menyukai cerita yang bergambar (Hurlock, 1991). Pada sesi pertama yang dilaksanakan hari Rabu, 23 Agustus 2006, peneliti membacakan cerita Aldo dan si penyedot debu terbang. Pada sesi pertama ini, peneliti dibantu oleh dua orang asisten. Sebelum mulai membacakan cerita, peneliti memberikan beberapa pertanyaan arahan terlebih dahulu pada subjek: 1. Siapa yang pernah membuat orang lain sedih atau kecewa? Kenapa bisa begitu? Sengaja tidak? Kalau yang tidak sengaja misalnya apa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
2. Apakah orang itu kemudian marah atau kecewa pada Adik-adik? Lalu bagaimana perasaan Adik-adik? 3. Adik-adik sendiri pernah tidak marah pada teman, orang tua, atau orang lain? Kenapa? Apakah Adik-adik kemudian menjauhi atau membencinya? Setelah itu, peneliti mengajak subjek mendengarkan cerita bersama-sama, “Adik-adik, sekarang Kakak mau membacakan cerita. Ceritanya adalah tentang seorang raksasa yang hampir membuat seseorang tenggelam karena banjir. Jahat tidak, Adik-adik? Nah, kita dengarkan saja bersama-sama, ya.” Peneliti kemudian mulai membacakan cerita pada subjek sambil menunjukkan gambar-gambarnya. Setelah selesai, peneliti kembali mengajak subjek mengulas dan merenungkan cerita yang baru saja dibacakan: 1. Siapa yang mendengar ada orang berteriak minta tolong di radio? Apa yang kemudian dilakukan Aldo? 2. Apa yang terjadi pada tuan yang minta bantuan? Apa penyebabnya? 3. Bagaimana perasaan si raksasa? 4. Apa yang kemudian dilakukan Paman Emo? Supaya apa? Peneliti kemudian mengulas kembali jawaban-jawaban yang diberikan subjek atas pertanyaan-pertanyaan di awal sesi dan membandingkan jawaban tersebut dengan isi cerita. Peneliti kemudian mengakhiri sesi dengan memberikan kesimpulan-kesimpulan berikut. 1. Kadang orang lain tidak sengaja membuat kita sedih atau kecewa, seperti si raksasa yang juga tidak sengaja membuat banjir. Seperti si raksasa, mereka juga mungkin menyesal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
2. Karena itu kita tidak boleh buru-buru sebal atau benci orang lain. Boleh marah, tetapi juga harus memaafkan, seperti Aldo dan teman-temannya juga tidak langsung marah-marah pada si raksasa, justru mereka mau tanya baik-baik dan mau mengerti si raksasa. 3. Kita tidak boleh sengaja nakal atau jahat pada teman, nanti justru benarbenar dijauhi atau dibenci. 4. Kita juga harus mau membantu orang lain, seperti Aldo dan Paman Emo membantu tuan yang minta tolong serta membantu si raksasa. Cerita kedua, yang diberikan pada sesi kedua, adalah Apel-apel Mr. Peabody. Sesi ini dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Agustus 2006. Pada sesi ini, peneliti dibantu oleh satu orang asisten. Sebelum mulai membacakan cerita, peneliti mengajak subjek menjawab beberapa pertanyaan terlebih dahulu: 1. Adik-adik pernah tidak mengejek seseorang? Bisa teman, guru, atau keluarga. Mengejek apa? Kenapa? Lalu mereka marah atau sedih tidak? 2. Adik-adik sendiri pernah diejek tidak? Kira-kira kenapa? Bagaimana perasaan Adik-adik? 3. Terus, Adik-adik pernah menuduh orang lain tidak? Menuduh apa? Kenapa? 4. Kalau dituduh? Dituduh apa? Bagaimana rasanya? Setelah itu, peneliti mengajak subjek untuk menyimak cerita yang akan dibacakan, “Adik-adik, Kakak mau membacakan sebuah buku lagi. Judulnya Apel-apel Mr. Peabody. Ini cerita tentang Mr. Peabody yang ketahuan salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
satu muridnya mengambil apel tanpa membayar. Apakah Mr. Peabody memang seorang pencuri? Kita dengarkan baik-baik, ya.” Peneliti kemudian membacakan buku tersebut pada subjek sambil menunjukkan gambargambarnya. Setelah selesai, peneliti kembali mengajak subjek mengulas dan merenungkan isi cerita: 1. Mr. Peabody tadi dikira apa oleh Tommy? Kenapa begitu? Akhirnya Mr. Peabody dikira pencuri oleh seluruh kota tidak? 2. Apakah dugaan Tommy benar? Bagaimana kejadian sebenarnya? 3. Apakah Tommy menyesal? Lalu, apa yang dia lakukan? Peneliti kemudian membandingkan jawaban atas pertanyaan di awal sesi dengan isi cerita dan memberikan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. 1. Kita harus hati-hati dengan apa yang kita ucapkan, sebab bisa membuat orang lain sedih, kecewa. Seperti yang sudah disebutkan di awal tadi, kalau kita mengejek atau menuduh orang lain, orang lain jadi sedih, marah, kecewa. Kita sendiri juga begitu. 2. Karena itu, jangan cepat-cepat mengejek atau menuduh seperti Tommy, sebab teman lain nanti bisa ikut menuduh, padahal tuduhan itu mungkin salah. Aldo kemarin juga tidak menuduh, dan ternyata si raksasa memang tidak jahat, tidak sengaja membuat banjir. 3. Kalau ada teman yang diejek atau dituduh, kita justru harus membela. Yang mengejek juga harus dinasihati supaya tidak begitu lagi, karena mengejek itu tidak baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Film The Tigger movie dibagi menjadi dua sesi, yaitu pada sesi ketiga kemudian disambung pada sesi keempat. Baik pada sesi ketiga maupun keempat, peneliti dibantu oleh satu orang asisten. Bagian pertama dari The Tigger movie diputar pada hari Jumat, 25 Agustus 2006. Pertama-tama peneliti memberikan beberapa pertanyaan arahan pada subjek. 1. Adik-adik semua punya keluarga kan? Keluarga itu apa sih? Penting tidak? Kenapa? 2. Apakah kalian senang punya keluarga? Kenapa? 3. Bagaimana kalau teman? Apa bedanya teman dengan keluarga? Apa juga persamaannya? 4. Apakah kalian juga senang punya teman? Kenapa? 5. Bagaimana seandainya Adik-adik tidak punya keluarga? Atau teman? Peneliti kemudian memberikan arahan singkat mengenai film yang akan ditonton, khususnya tentang bagian pertama, sebab bagian kedua film ini baru akan diputar pada sesi berikutnya. “Nah, kali ini kita akan menonton film. Filmnya bercerita tentang Tigger. Dalam film ini, Tigger mencari keluarganya, yaitu yang bergaris-garis dan suka melompat seperti dia? Sebelumnya Tigger sangat senang karena ia satu-satunya tigger yang ada di dunia, tetapi sekarang tiba-tiba ia sangat ingin bertemu keluarganya, sebab ia kesepian karena tidak ada yang menemaninya melompat-lompat. Semua temannya sibuk. Kata Owl, pertama-tama ia harus mencari pohon keluarganya. Adik-adik tahu pohon keluarga itu apa? Pohon keluarga itu sebenarnya daftar nama anggota keluarga. Ada ayah, ibu, kakek, nenek, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
lain-lain. Pohon keluarga ini akan memudahkan Tigger mencari keluarganya, sebab ada di situ tercantum siapa saja keluarga Tigger. Tapi ternyata Tigger mengira pohon keluarga itu pohon betulan. Maka, Tigger mencari pohon yang besar dan bergaris-garis seperti dirinya. Kira-kira ketemu tidak, ya? Kita tonton saja, ya.” Peneliti kemudian memutarkan bagian pertama dari film The Tigger movie. Setelah bagian pertama selesai, peneliti menutup sesi dengan mengulas kembali isi cerita melalui pertanyaan-pertanyaan berikut. 1. Tigger tadi mencari siapa? Kenapa? 2. Siapa yang membantu Tigger mencari keluarganya? Kenapa? 3. Yang dikira Eeyore keluarga Tigger sebenarnya apa? Kenapa? 4. Sudah ketemu belum keluarganya? 5. Tigger lalu menulis apa? Ada balasan tidak? Peneliti kemudian berkata, “Kira-kira Tigger akan bertemu keluarganya tidak, ya? Lanjutannya kita tonton besok, ya?” Bagian kedua dan terakhir film The Tigger movie diputar pada sesi keempat yang dilaksanakan pada hari Senin, 28 Agustus 2006. Sebelum mulai memutarkan bagian kedua ini, peneliti mengingatkan kembali ringkasan cerita bagian pertama sekadar untuk menyegarkan ingatan subjek. Kemudian peneliti memberikan ulasan singkat mengenai cerita bagian kedua. “Adikadik, kemarin kita sudah melihat usaha Tigger mencari keluarganya. Kemarin Tigger menulis surat untuk keluarganya, ya? Sudah ada balasannya belum? Nah, nanti Tigger akan dapat surat balasan dari keluarganya. Betul dari keluarganya tidak, ya? Lalu, Tigger juga akan bertemu dengan keluarganya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
yang bergaris-garis seperti dia. Tigger juga akan menemukan pohon yang bergaris-garis sama seperti dirinya. Apa betul itu pohon keluarga Tigger? Kita tonton saja ya.” Peneliti kemudian memutarkan bagian kedua dari film. Setelah film selesai diputar, peneliti mengajak subjek untuk mengulas kembali dan merenungkan film: 1. Apa yang dicari oleh Tigger? Siapa saja yang membantunya mencari keluarganya? 2. Apakah akhirnya Tigger berhasil menemukan keluarganya? Kalau ya, siapa saja keluarganya? Kalau tidak, lalu bagaimana? Apa/siapa yang ditemukan oleh Tigger? 3. Adik-adik sendiri kalau seandainya tidak punya keluarga bagaimana? Kalau tidak punya teman? Setelah menjawab pertanyaan bersama-sama, peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut. 1. Ternyata kita semua senang punya keluarga. Kalau tidak ada keluarga, kita jadi sedih, kesepian seperti Tigger tadi. Untungnya Tigger punya temanteman yang baik, yang juga seperti keluarganya. Teman-teman dan guru di sekolah ini juga seperti keluarga bagi kita. Kita bisa main dengan teman, bercerita. Bu Guru juga seperti orang tua, memperhatikan dan menyayangi kita. 2. Karena itu, kita harus baik, sayang, dan bersahabat dengan semua: keluarga, teman, guru. (Peneliti meminta subjek menyebutkan contoh-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
contoh perilaku bersahabat dengan orang lain). Kita harus saling membantu, memperhatikan, sayang, menghibur, main bersama. 3. Kita tidak boleh nakal pada keluarga, teman, dan guru.(Peneliti meminta subjek menyebutkan contoh-contoh perilaku yang tidak boleh dilakukan). Kita tidak boleh memukul, mengejek, berkelahi, membantah orang tua atau guru. Pada sesi terakhir ini peneliti juga mengingatkan kembali hal-hal yang telah dipelajari oleh subjek dari keempat sesi yang telah dijalani bersama. Peneliti kemudian memberikan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. 1. Seminggu ini kita sudah belajar untuk tidak buru-buru marah atau menuduh orang lain. Kita juga belajar untuk tidak mengejek, memukul, menyakiti teman, guru, dan keluarga. Sebaliknya, kita harus sayang, bersahabat, dan peduli pada orang lain. 2. Jadi kita tidak boleh lagi berkelahi dengan teman, tidak boleh nakal pada teman. (Peneliti meminta subjek menyebutkan contoh-contoh perilaku yang tidak boleh dilakukan). Kalau ada teman yang nakal, dinasihati supaya tidak nakal lagi. Kalau nakal, kita jadi tidak punya teman. Kita semua harus bersahabat.
Setelah semua perlakuan telah diberikan pada kedua kelompok eksperimen, post-test dengan skala yang sama seperti saat pre-test diberikan pada semua subjek, yaitu kedua kelompok eksperimen serta kelompok kontrol, di kelas masing-masing secara bergantian. Post-test dilaksanakan pada hari Selasa, 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Agustus 2006. Ketika post-test, peneliti dibantu oleh lima orang asisten. Peneliti dan asisten masing-masing menangani lima atau enam orang anak sekaligus. Sebelum membagikan lembar jawab, peneliti kembali memberikan arahan pada subjek. “Adik-adik, Kakak mau minta tolong lagi, nih. Sama seperti minggu lalu, Kakak minta tolong Adik-adik untuk mengisi kuis lagi. Kuisnya sama. Masih ingat cara mengisinya? Tapi Adik-adik tidak perlu mengingat jawaban yang kemarin, ya. Kalau Adik-adik ingin mengganti jawaban karena mungkin berpikir, ‘Ah, aku nggak gitu lagi kok,’ boleh, ya.” Prosedur pengisian skala saat post-test ini sama dengan saat pre-test. Seperti halnya saat pre-test, pengisian skala saat post-test ini juga dilanjutkan dengan wawancara. Data mengenai variabel ekstra, yaitu frekuensi bermain di luar jam eksperimen, diperoleh dengan membagikan angket kepada orang tua subjek di awal penelitian. Para orang tua diminta mengobservasi subjek dan mengisi angket mengenai kurang lebih berapa lama subjek bermain di rumah tiap harinya selama penelitian berlangsung. Orang tua diminta mengembalikan angket pada peneliti setelah penelitian selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Berikut ini adalah bagan kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh peneliti.
Bagan 2. Rangkaian kegiatan di ketiga kelompok penelitian Kelompok bermain aktif
Pre-test
Kelompok bermain pasif Pre-test
Permainan I: Kucing dan tikus
Membaca buku I: Aldo dan si penyedot debu terbang
Permainan II: Estafet Karet
Membaca buku II: Apel-apel Mr. Peabody
Permainan III: Puzzle
Menonton film I: The Tigger movie I
Permainan IV: Selamatkan Raja dan Ratu
Menonton film II: The Tigger movie II
Post-test
Post-test
Kelompok kontrol Pre-test
Post-test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
H. Metode Analisis Data
Data-data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis kovarians. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efek dari kovariabel atau variabel ekstra (frekuensi bermain di luar jam eksperimen dan pre-test) terhadap variabel tergantung (sikap sosial). Analisis data dengan analisis kovarians ini juga digunakan untuk membandingkan hasil yang diperoleh ketiga kelompok penelitian.
Jadi,
analisis
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
sekaligus
membandingkan efektivitas bermain aktif dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi Penelitian
Secara keseluruhan, para subjek selalu tampak antusias ketika peneliti dan asisten datang ke kelas mereka, baik ketika pre-test, pemberian perlakuan, maupun post-test. Meskipun demikian, pada kedua kelompok eksperimen, pada umumnya para subjek kurang fokus dan kurang memperhatikan saat peneliti memberikan pembahasan atau kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Pada kelompok bermain pasif, pada khususnya, umumnya para subjek mulai kurang fokus ketika sesi perlakuan telah berjalan separo waktu. Berikut ini adalah hasil observasi peneliti pada tiap sesi.
1. Pre-test―Selasa, 22 Agustus 2006
Di semua kelas, subjek tampak antusias dan senang ketika peneliti dan asisten datang ke kelas. Namun, kelas kontrol sempat kecewa karena tidak diajak bermain, sedangkan guru kelas mereka mengatakan bahwa mereka akan diajak bermain. Meskipun demikian, secara keseluruhan, semua subjek cukup responsif. Saat mengisi skala, ada subjek yang sempat bertanya pada peneliti mengenai jawaban mana yang baik. Peneliti kemudian memberi tahu bahwa tidak ada jawaban yang baik atau buruk, yang penting ia harus jujur saat menjawab. Subjek yang sama ini kemudian menendang seorang teman dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kelompok lain yang mendekatinya. Saat wawancara, beberapa subjek ikut mendengarkan dan memberi komentar ketika temannya sedang diwawancara. Secara keseluruhan hal ini tidak terlalu mengganggu, meskipun ada pula komentar seorang teman yang membuat subjek yang diwawancara mengubah jawabannya yang semula tidak jujur menjadi jujur.
2. Bermain pasif: Aldo dan si penyedot debu terbang―Rabu, 23 Agustus 2006
Di awal, subjek mau menjawab pertanyaan-pertanyaan arahan yang diberikan oleh peneliti. Mereka juga tampak senang dan menyimak cerita yang dibacakan dengan baik. Mereka terutama sangat antusias ketika peneliti menunjukkan gambar-gambar yang ada di buku. Mereka bahkan cenderung berebut untuk melihat gambar terlebih dulu sehingga sering kali beranjak dari tempat duduk mereka. Di tengah-tengah pembacaan cerita, para subjek mulai tidak fokus dan cenderung berbicara sendiri-sendiri. Hal ini mungkin disebabkan karena mereka mulai merasa bosan, apalagi peneliti cenderung berdiri di depan terus. Selama peneliti membacakan cerita, asisten peneliti mengetahui bahwa dua orang subjek yang saling bertukar kertas yang berisi kata-kata ejekan sehingga asisten peneliti harus menengahi mereka dan menghapus tulisan mereka. Tampaknya kedua subjek ini memang agak bermusuhan. Kemudian, di akhir sesi, hanya beberapa subjek yang mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menyimak kesimpulan yang diberikan oleh peneliti sehingga peneliti harus berulang kali meminta perhatian mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
3. Bermain aktif: Kucing dan tikus―Rabu, 23 Agustus 2006
Para subjek tampak senang dan antusias ketika tahu bahwa mereka akan diajak bermain. Subjek mau menjawab pertanyaan baik di awal maupun di akhir sesi, tetapi mereka kurang fokus saat di akhir. Para subjek sering kali ribut dan berbicara sendiri, serta kurang memperhatikan peneliti, baik saat peneliti menjelaskan aturan main maupun saat peneliti memberikan kesimpulan. Meskipun demikian, secara keseluruhan mereka cukup mengerti peraturan permainan serta peran masing-masing pemain. Mereka cenderung berebut untuk menjadi “kucing” dan “pembebas”, meskipun ada pula yang menolak saat ditunjuk untuk menjadi “pembebas”. Para subjek tampak senang saat bermain. Mereka sering kali melanggar peraturan permainan, namun hal ini tampaknya tidak terlalu mengganggu bagi mereka sendiri. Permainan ini dimainkan tiga kali, dan dalam masing-masing permainan, terdapat cukup banyak “tikus” yang tertangkap sehingga harus berdiri di pinggir lapangan. Umumnya, para “kucing” kurang tepat dalam menebak siapa saja yang telah menjadi “pembebas”. Sebelum memulai pembahasan, peneliti membolehkan subjek untuk minum air mineral yang telah disediakan. Para subjek berebut mengambil air mineral dan tidak mau ketika diminta mengantri dengan tertib. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, setelah permainan selesai, para subjek kurang memperhatikan peneliti saat peneliti memberikan pertanyaan serta kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
4. Bermain pasif: Apel-apel Mr. Peabody―Kamis, 24 Agustus 2006
Pada sesi kedua, para subjek tampak lebih fokus dan perhatian pada peneliti. Hal ini mungkin karena peneliti lebih banyak berjalan keliling kelas daripada sesi sebelumnya. Para subjek tampak lebih responsif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan baik di awal maupun di akhir sesi. Mereka juga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan baik. Para subjek ini tampak lebih memperhatikan cerita yang dibacakan oleh peneliti, dan seperti di sesi sebelumnya, mereka masih senang melihat gambar-gambar yang ada di dalam buku.
5. Bermain aktif: Estafet karet―Kamis, 24 Agustus 2006
Di awal sesi, beberapa subjek mengajak bermain kucing dan tikus lagi sehingga peneliti menjelaskan bahwa mereka akan memainkan permainan lain. Seperti di sesi sebelumnya, para subjek masih sering ribut sendiri dan kurang memperhatikan peneliti, terutama saat pembagian kelompok dan saat mereka harus berbaris menurut kelompok masing-masing. Meskipun kurang fokus, terutama di akhir sesi, secara keseluruhan para subjek dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan serta menanggapi kesimpulan yang diberikan peneliti dengan cukup baik. Para subjek tampaknya cukup mengerti peraturan permainan. Bagaimana pun, karena tampak cukup mengalami kesulitan memindahkan karet, mereka sering kali menggunakan tangan mereka untuk memegangi sedotan di mulut mereka. Di akhir permainan, ada satu kelompok yang berbuat curang dengan memindahkan segenggam karet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
dengan tangan. Sejumlah subjek laki-laki kemudian mengambil beberapa karet untuk dimainkan selama peneliti memberikan pertanyaan dan kesimpulan di akhir sesi.
6. Bermain aktif: Puzzle―Jumat, 25 Agustus 2005
Pada sesi ini, lingkungan sekitar sangat ramai karena ada beberapa kelas lain yang sedang olahraga di dekat lokasi bermain para subjek sehingga peneliti harus bersuara lebih keras dari biasanya. Beberapa subjek sempat mengikuti gerakan senam yang dilakukan oleh kelas lain, namun peneliti dapat membujuk mereka untuk lebih fokus pada kegiatan yang akan mereka lakukan. Berbeda dengan dua sesi sebelumnya, pada sesi ini para subjek jauh lebih fokus pada peneliti. Mereka juga lebih dapat diatur sehingga permainan puzzle berjalan dengan lancar. Selama bermain, mereka tampak memahami aturan permainan dengan baik serta tidak berbuat curang. Baik di awal maupun di akhir sesi, para subjek mau dan bisa menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan peneliti dengan baik. Mereka juga menganggapi kesimpulan yang diberikan dengan baik. Beberapa subjek memang mengeluh tidak dapat mendengar peneliti dengan baik karena suasana yang ramai, namun secara keseluruhan, mereka memberikan tanggapan yang baik terhadap peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
7. Bermain pasif: The Tigger movie (bagian I)―Jumat, 25 Agustus 2006
Pada sesi ketiga, para subjek diajak menonton film. Mereka tampak senang ketika mengetahui hal ini. Mereka mau dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan di awal sesi dengan baik. Ketika film mulai diputar, para subjek tampak senang dan tertawa-tawa ketika ada adegan yang mereka nilai lucu. Namun, beberapa subjek, terutama yang duduk di belakang mengeluh tidak dapat melihat film dengan baik karena terhalang oleh teman yang duduk di depan mereka. Peneliti kemudian menyarankan mereka untuk naik ke atas kursi agar dapat melihat film lebih baik. Mulai pertengahan film, para subjek ini mulai tidak fokus dan sering mengobrol dengan teman-temannya. Mereka juga beberapa kali menanyakan jam pada peneliti. Mungkin mereka mulai bosan menonton film, apalagi film ini berbahasa Inggris. Ada pula subjek yang berkomentar bahwa ia lebih menyukai film lain yang sering ditayangkan di televisi. Namun, secara keseluruhan mereka cukup dapat mengerti isi film yang diputar. Hal ini tampak ketika peneliti mengulas kembali isi cerita di akhir sesi. Mereka dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai isi cerita dengan baik.
8. Bermain aktif: Selamatkan Raja dan Ratu―Sabtu, 26 Agustus 2006
Pada sesi terakhir ini, para subjek lebih tidak dapat diatur dibandingkan dengan ketiga sesi sebelumnya. Mereka sering kali berbicara dan ribut sendiri sehingga tidak memperhatikan peneliti, baik saat peneliti memberikan pertanyaan, membagi kelompok, maupun menjelaskan aturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
permainan. Hanya beberapa dari para subjek ini yang mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti. Dari awal hingga akhir sesi, para subjek tampak tidak fokus terhadap peneliti. Saat bermain pun, hampir semua subjek melanggar peraturan permainan sehingga permainan sama sekali tidak berjalan dengan baik. Hampir semua subjek ikut melempar “bom” yang seharusnya hanya boleh dilemparkan oleh kelompok “musuh”. Selain itu, mereka juga melanggar batas-batas daerah yang seharusnya tidak boleh dilewati. Peneliti juga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meminta mereka berhenti melempar kertas dan duduk dengan tenang, padahal peneliti sudah berulang kali meniup peluit dengan keras. Terdapat cukup banyak subjek yang mengeluh pada peneliti karena teman lain melempar mereka dengan “bom” di muka atau bahkan mendorong-dorong atau menendang mereka. Setelah duduk pun para subjek sangat sulit untuk diajak memperhatikan ulasan yang disampaikan peneliti. Mereka cenderung ribut sendiri.
9. Bermain pasif: The Tigger movie (bagian II)―Senin, 28 Agustus 2006
Secara keseluruhan, perilaku subjek saat sesi keempat ini hampir sama dengan sesi ketiga. Para subjek tampak cukup antusias di awal sesi, namun mulai kurang fokus di pertengahan sesi. Pada sesi ini, ada seorang subjek yang sempat menangis karena disuruh temannya pindah tempat duduk ke belakang, namun peneliti tidak tahu jelas siapa yang melakukannya karena subjek yang bersangkutan juga tidak jelas mengatakan siapa yang melakukannya. Teman-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
temannya yang lain tampak cukup perhatian dan menanyakan kenapa ia menangis. Peneliti kemudian mengajak subjek tersebut duduk di dekat peneliti dan mengajaknya kembali menonton film. Baik di awal maupun akhir sesi, para subjek dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan cukup baik meskipun cenderung hanya subjek yang itu-itu saja yang aktif menjawab.
10. Post-test―Selasa, 29 Agustus 2006
Di semua kelas, para subjek tampak antusias ketika peneliti dan asisten datang ke kelas. Di kelas kontrol, khususnya, para subjek bersorak gembira ketika diberitahu bahwa mereka diminta mengisi skala dan menjalani wawancara lagi. Di kelas kontrol ini ada satu subjek yang awalnya tampak murung dan hanya menidurkan kepalanya di meja. Ketika ditanya, subjek tersebut mengatakan bahwa ia telah diejek dan dimaki oleh dua orang temannya. Peneliti kemudian mengatakan pada seluruh kelas untuk tidak saling mengejek atau memaki lagi. Subjek tersebut kemudian mau ikut mengisi skala. Secara keseluruhan, post-test ini berjalan dengan baik dan lancar, bahkan memakan waktu lebih sedikit daripada saat pre-test. Setelah mengisi skala dan menjalani wawancara, para subjek diberi pin bergambar kartun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
B. Analisis Data Statistik I
1. Data Deskriptif
Data deskriptif dari data-data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
MEANPRE
87
6,386
8,755
8,32046
,480514
MEANPOST
87
5,682
8,745
8,31121
,533136
Valid N (listwise)
87
Perbandingan nilai mean skor per kelompok antara mean pre-test dan posttest adalah sebagai berikut.
Report KELOMPOK Aktif
Mean
8,29996
30
30
Std. Deviation
,368608
,423260
Mean
8,39459
8,24023
26
26
Std. Deviation
,391582
,540655
Mean
8,23211
8,38162
31
31
Std. Deviation
,623868
,623235
Mean
8,32046
8,31121
87
87
,480514
,533136
N
Kontrol
N
Total
MEANPOST
8,34750
N
Pasif
MEANPRE
N Std. Deviation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
2. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data-data penelitian memiliki tingkat penyebaran yang normal. Uji normalitas ini dilakukan per kelompok dan dihitung dengan one-sample KolmogorovSmirnov test. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut.
Kelompok bermain aktif One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PRE N Normal Parameters
a, b
Mean
Std. Deviation
POST 30
30
8,34750
8,29996
,368608
,423259
Most Extreme
Absolute
,224
,151
Differences
Positive
,140
,146
Negative
,224
-,151
1,225
,826
,100
,503
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
Dari tabel di atas diketahui bahwa data-data dari pre-test maupun posttest memiliki penyebaran yang normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang berada di atas 0,05 (pre-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,100; post-test— Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,503).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Kelompok bermain pasif
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PRE N Normal Parameters
a, b
Mean
Std. Deviation
POST 26
26
8,39459
8,24023
,391582
,540655
Most Extreme
Absolute
,257
,228
Differences
Positive
,179
,200
Negative
-,257
-,228
1,309
1,160
,065
,135
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
Dari tabel di atas diketahui bahwa data-data dari pre-test maupun posttest memiliki penyebaran yang normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang berada di atas 0,05 (pre-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,065; post-test— Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,135).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Kelompok kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PRE N Normal Parameters
a, b
Mean
Std. Deviation
POST 31
31
8,23211
8,38162
,623868
,623235
Most Extreme
Absolute
,250
,280
Differences
Positive
,205
,280
Negative
-,250
-,277
1,389
1,557
,042
,016
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
Dari tabel di atas diketahui bahwa data-data dari pre-test maupun posttest memiliki penyebaran yang tidak normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang berada di bawah 0,05 (pre-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,042; post-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,016).
b. Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui apakah datadata antarkelompok ketika pre-test maupun post-test memiliki varians yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Test of Homegeneity of Variances Levene Statistic PRE
df1
df2
Sig.
2,438
2
84
,094
,464
2
84
,631
POST
Dilihat dari nilai signifikansinya, dapat disimpulkan bahwa data-data antarkelompok baik ketika pre-test maupun post-test memiliki varians yang homogen (pre-test—Sig. = 0,094; post-test—Sig. = 0,631).
c. Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah data-data antara pre-test dan post-test memiliki hubungan yang linear atau tidak.
ANOVA Table Sum of Squares POST*PRE Between (Combined) Groups
Linearity
Mean df
Square
F
Sig.
21,453
46
,466
6,237
,000
9,044
1
9,044
120,944
,000
12,409
45
,276
3,688
,000
2,991
40
,075
24,444
86
Deviation from Linearity Within Groups Total
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa data-data pre-test dan posttest memiliki hubungan yang linear (Sig. = 0,000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
3. Uji Hipotesis
Setelah berbagai uji asumsi tersebut di atas dilakukan, dapat dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian ini. Namun, karena asumsi atau syarat normalitas tidak terpenuhi, hasil pengujian dengan metode anakova berikut mungkin kurang akurat. Data-data dalam penelitian ini diuji dengan metode anakova dengan pretest sebagai kovariabel. Sebenarnya, selain pre-test, data tentang frekuensi bermain anak di luar jam eksperimen juga menjadi kovariabel dalam pengolahan data ini. Namun, data mengenai frekuensi bermain anak ini tingkat keakuratannya dinilai relatif rendah sehingga akhirnya tidak jadi digunakan dalam pengujian hipotesis. Data tentang frekuensi bermain anak yang diisi oleh orang tua ini dinilai kurang akurat karena beberapa hal, antara lain karena peneliti mengetahui bahwa terdapat cukup banyak angket yang telah dikembalikan sebelum tanggal pengembalian, dan semua tanggal atau hari yang harus diisi dengan frekuensi bermain anak telah diisi bahkan sebelum waktunya. Selain itu, terdapat beberapa angket yang hanya diisi selama tiga hari pertama dari total enam hari yang seharusnya diisi. Cukup banyak pula angket yang hilang sehingga tidak kembali. Peneliti bahkan menemukan satu angket yang hanya berupa fotokopi dari angket subjek lain, hanya saja namanya diganti. Dari 99 angket yang dibagikan, hanya 68 yang diisi dengan benar (terlepas dari akurat atau tidaknya pengisian tersebut). Beberapa hal di atas mendasari pertimbangan untuk tidak menggunakan frekuensi bermain sebagai kovariabel. Namun, selain itu, ketika peneliti mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
melakukan perhitungan dengan memasukkan frekuensi bermain sebagai kovariabel (dengan 67 subjek karena dikurangi subjek yang mortal), ternyata frekuensi bermain ini memang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tergantung (Sig. = 0,888). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H0 = tidak ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sesudah pemberian perlakuan H1 = ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sesudah pemberian perlakuan H2 = ada perbedaan antara kelompok bermain aktif dan pasif sesudah pemberian perlakuan Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan uji hipotesis dengan anakova menggunakan bantuan SPSS 11.0. Perhitungan ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05.
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: POST Type III Sum of Source
Squares
Mean df
Square
F
Sig.
Corrected Model
9,994
3
3,331
19,136
,000
Intercept
1,647
1
1,647
9,462
,003
PRE
9,706
1
9,706
55,752
,000
,950
2
,475
2,729
,071
Error
14,450
83
,174
Total
6034,070
87
24,444
86
KELOMPOK
Corrected Total
a. R Squared = ,409 (Adjusted R Squared = ,388)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Pairwise Comparisons Dependent Variable: POST
(I) (J) KELOMPOK KELOMPOK
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.a
95% Confidence Interval for Differencea Lower Upper Bound Bound
Aktif
pasif 9,301E-02 ,112 ,408 -,130 ,316 kontrol -,163 ,107 ,133 -,377 5,049E-02 Pasif aktif -9,301E-02 ,112 ,408 -,316 ,130 kontrol -,256* ,112 ,025 -,479 -3,337E-02 Kontrol aktif ,163 ,107 ,133 -5,049E-02 ,377 pasif ,256* ,112 ,025 3,337E-02 ,479 Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the ,05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Dasar pengambilan keputusan uji hipotesis ini adalah sebagai berikut. •
Tolak H0 bila signifikansi < 0,05 (tests of between-subjects effects)
•
Terima H0 bila signifikansi > 0,05 (tests of between-subjects effects)
•
Terima H2 bila mean kelompok bermain aktif lebih besar secara signifikan dari kelompok bermain pasif (pairwise comparisons) Dilihat dari hasil perhitungan di atas dapat diambil keputusan bahwa H0
diterima (Sig. = 0,071), sedangkan H1 dan H2 ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok penelitian setelah pemberian perlakuan. Selain itu juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok bermain aktif dan pasif setelah pemberian perlakuan. Perbedaan yang signifikan justru terdapat di antara kelompok bermain pasif dan kelompok kontrol (Sig.a = 0,025). Kelompok kontrol memiliki mean yang secara signifikan lebih besar dari kelompok bermain pasif (mean difference = 0,256).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
C. Analisis Data Statistik II 1. Ralat terhadap Skala
Selama proses pengolahan data, peneliti menemukan adanya kesalahan dalam penyusunan skala. Setelah melakukan uji coba skala, peneliti menyeleksi item berdasarkan nilai korelasi item-totalnya. Dalam menyusun skala tipe Thurstone seperti yang digunakan dalam penelitian ini, seharusnya seleksi item dilakukan berdasarkan nilai korelasi item-meannya, bukan korelasi item-total, sebab skor yang diperoleh tiap subjek dilihat dari nilai meannya, bukan nilai totalnya. Karena pengaruh sistem yang dipakai Thurstone dalam pemberian skor, korelasi item-mean ini harus memperhatikan item-item yang favorabel dan tidak favorabel. Artinya, korelasi item-mean pada item favorabel harus positif, sedangkan korelasi pada item tidak favorabel harus negatif. Bila dilakukan perhitungan korelasi item-mean pada 60 item yang diujicobakan, ternyata didapatkan 23 item yang memiliki korelasi yang signifikan. Namun, dari 23 item ini hanya 9 item yang juga terdapat dalam kedua puluh item skala yang dipakai dalam penelitian. Kesembilan item yang dimaksud di atas memiliki komposisi sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Tabel 9. Susunan 9 item skala sikap sosial setelah ralat Komponen Sikap (nomor item) Komponen Objek Sikap
Kognitif
Afektif
Konatif
Total (item)
Keluarga Favorabel Unfavorabel
15
7, 18
3
9
1
13, 17
3
Teman sebaya Favorabel Unfavorabel
14
Orang asing lainnya Favorabel Unfavorabel
2, 20
Total
2 9
Adapun kesembilan item tersebut adalah sebagai berikut. 2. Aku tidak mau (menolak, malas, sebel) berkenalan dengan orang/teman baru. 7. Aku lebih memilih bermain sendiri daripada bermain dengan saudaraku. 9. Aku mau menghibur teman yang sedang sedih atau kesulitan. 13. Kadang aku memaksa temanku untuk mengikuti kemauanku. 14. Aku tidak peduli (cuek aja, acuh) meski teman-temanku sedang kesulitan. 15. Saudaraku nakal sekali. 17. Rasanya aku ingin mengejek temanku yang aneh atau lucu. 18. Rasanya kadang-kadang aku ingin memukul saudaraku. 20. Ingin rasanya aku membantah kata-kata Bapak/Ibu Guru. Penurunan jumlah item menjadi sembilan item saja berdampak lagi pada validitas logis skala ini, yaitu validitas yang dinilai berdasarkan kesesuaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
dengan blue-print yang telah disusun di awal pembuatan skala. Validitas logis skala ini jadi tidak tercapai karena komposisi skala jadi tidak sesuai lagi dengan blue-print. Selain itu, korelasi mean antara skala dan wawancara juga sangat rendah (r = 0,026). Angka korelasi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan angka korelasi yang diperoleh pada skala dengan dua puluh item. Hal ini mungkin disebabkan oleh sedikitnya item yang terdapat pada skala ini, yaitu hanya sembilan item, sehingga kurang dapat mewakili tujuan skala secara keseluruhan. Peneliti kemudian melakukan uji asumsi dan uji hipotesis lagi menggunakan kesembilan item ini. Dalam perhitungan uji asumsi dan uji hipotesis ini, jumlah subjek adalah 85 anak. Pengurangan jumlah subjek ini disebabkan oleh adanya dua subjek yang data post-testnya tidak bisa diskor karena tidak ada jawaban “ya” sama sekali. Kedua subjek ini berasal dari kelompok kontrol.
2. Data Deskriptif
Data deskriptif dari penelitian menggunakan skala dengan sembilan item ini adalah sebagai berikut. Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
MEANPRE
85
2,250
9,000
7,59897
1,648758
MEANPOST
85
3,945
9,000
7,65240
1,515274
Valid N (listwise)
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Perbandingan nilai mean skor per kelompok antara mean pre-test dan posttest adalah sebagai berikut.
Report KELOMPOK Aktif
MEANPRE
Mean
7,62632
7,41562
30
30
1,396685
1,380498
7,79329
7,63427
26
26
1,382014
1,664044
7,39645
7,91360
29
29
2,085939
1,515274
7,59897
7,65240
85
85
1,648758
1,515274
N Std. Deviation Pasif
Mean N Std. Deviation
Kontrol
Mean N Std. Deviation
Total
Mean N Std. Deviation
MEANPOST
3. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas Kelompok bermain aktif One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PRE N Normal Parameters
a, b
Mean
Std. Deviation
POST 30
30
7,626633
7,41562
1,396685
1,380498
Most Extreme
Absolute
,304
,241
Differences
Positive
,182
,157
Negative
-,304
-,241
1,665
1,321
,008
,061
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Dari tabel di atas diketahui bahwa data-data dari pre-test memiliki penyebaran yang tidak normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang berada di bawah 0,05 (Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,008). Namun, data-data post-test memiliki penyebaran yang normal (Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,061).
Kelompok bermain pasif
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PRE N Normal Parameters
a, b
Mean
Std. Deviation
POST 26
26
7,79329
7,63427
1,382014
1,664044
Most Extreme
Absolute
,347
,333
Differences
Positive
,191
,206
Negative
-,347
-,333
1,770
1,696
,004
,006
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
Dari tabel di atas diketahui bahwa data-data dari pre-test maupun post-test memiliki penyebaran yang tidak normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang berada di bawah 0,05 (pre-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,004; post-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Kelompok kontrol
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PRE N Normal Parameters
a, b
29
29
7,39645
7,91360
2,085939
1,520173
Mean
Std. Deviation
POST
Most Extreme
Absolute
,331
,349
Differences
Positive
,221
,237
Negative
-,331
-,349
1,781
1,878
,004
,002
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal b. Calculated from data
Dari tabel di atas diketahui bahwa data-data dari pre-test maupun post-test memiliki penyebaran yang tidak normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang berada di bawah 0,05 (pre-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,004; post-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,002).
b. Uji Homogenitas Varians Test of Homegeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
PRE
4,274
2
82
,017
POST
1,217
2
82
,301
Dilihat dari nilai signifikansinya, dapat disimpulkan bahwa datadata antarkelompok ketika pre-test memiliki varians yang tidak homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
(Sig. = 0,017). Sebaliknya, data-data saat post-test dinilai memiliki varians yang homogen (Sig. = 0,301).
c. Uji Linearitas ANOVA Table Sum of
Mean
Squares POST*PRE Between (Combined)
df
Square
F
Sig.
89,317
19
4,701
2,951
,001
38,039
1
38,039
23,877
,000
51,278
18
2,849
1,788
,046
Within Groups
103,551
65
1,593
Total
192,869
84
Groups
Linearity Deviation from Linearity
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa data-data pre-test dan post-test memiliki hubungan yang linear (Sig. = 0,000).
4. Uji Hipotesis
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: POST Type III Sum of Source
Squares
Mean df
Square
F
Sig.
Corrected Model
43,592
3
14,531
7,885
,000
Intercept
74,310
1
74,310
40,322
,000
PRE
39,923
1
39,923
21,663
,000
5,553
2
2,776
1,506
,228
Error
149,277
81
1,843
Total
5170,400
85
192,869
84
KELOMPOK
Corrected Total
a. R Squared = ,226 (Adjusted R Squared = ,197)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Pairwise Comparisons Dependent Variable: MEANPOST
(I) (J) KELOMPOK KELOMPOK
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.a
95% Confidence Interval for Differencea Lower Upper Bound Bound
Aktif
pasif -,148 ,364 ,684 -,873 ,576 kontrol -,595 ,354 ,097 -1,299 ,110 Pasif aktif ,148 ,364 ,684 -,576 ,873 kontrol -,446 ,368 ,229 -1,179 ,287 Kontrol aktif ,595 ,354 ,097 -,110 1,299 pasif ,446 ,368 ,229 -,287 1,179 Based on estimated marginal means a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Dasar pengambilan keputusan uji hipotesis ini adalah sebagai berikut. •
Tolak H0 bila signifikansi < 0,05 (tests of between-subjects effects)
•
Terima H0 bila signifikansi > 0,05 (tests of between-subjects effects)
•
Terima H2 bila mean kelompok bermain aktif lebih besar secara signifikan dari kelompok bermain pasif (pairwise comparisons) Dilihat dari hasil perhitungan di atas dapat diambil keputusan bahwa
H0 diterima (Sig. = 0,228), sedangkan H1 dan H2 ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok penelitian setelah pemberian perlakuan. Selain itu juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok bermain aktif dan pasif.
D. Pembahasan
Angka signifikansi yang didapat dari perhitungan dengan metode anakova terhadap data-data penelitian, baik yang menggunakan 20 item maupun 9 item, menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini tidak terbukti. Tidak terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok penelitian setelah pemberian perlakuan (20 item: Sig. = 0,071; 9 item: Sig. = 0,228). Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan bermain aktif maupun pasif tidak efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang lebih positif pada anak usia sekolah. Bahkan, pada skala dengan 20 item, kelompok kontrol memperoleh skor yang secara signifikan lebih besar dari kelompok bermain pasif (Sig.a = 0,025). Selain itu, bermain aktif juga terbukti tidak lebih efektif dalam menumbuhkan sikap sosial tersebut. Tidak terbuktinya hipotesis penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti yang akan dibahas berikut ini.
1. Kurangnya proses pembelajaran
Hasil analisis yang telah dilakukan di atas menunjukkan kesesuaian dengan hasil penelitian Lunardi (Lunardi, 2004). Lunardi meneliti pengaruh dongeng terhadap perilaku berbagi anak usia sekolah, khususnya kelas 3 SD. Hasil
analisis
Lunardi
menunjukkan
bahwa
pemberian
dongeng
tidak
memunculkan perilaku berbagi pada anak. Penelitian Lunardi ini dapat disejajarkan dengan perlakuan bermain pasif yang diberikan oleh peneliti, khususnya membaca buku. Dalam pembahasannya, Lunardi antara lain mengemukakan bahwa tidak adanya pengaruh dongeng terhadap perilaku berbagi anak mungkin disebabkan oleh tidak adanya perhatian khusus anak untuk melakukan pembelajaran sosial terhadap dongeng yang diberikan. Artinya, anak sekadar menikmati isi cerita tanpa kesadaran atau keinginan khusus untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mengambil pelajaran tertentu dari cerita tersebut. Peneliti sudah berusaha mengatasi kesulitan ini dengan memberikan pokok-pokok pembahasan yang dapat membantu anak melakukan proses pembelajaran terhadap kegiatan yang telah mereka lakukan. Namun, ternyata hal ini tetap tidak dapat memunculkan sikap sosial yang lebih positif pada anak. Umumnya anak lebih terfokus pada kegiatan bermain yang dilakukan dan kurang memberikan perhatian pada pembahasan yang diberikan setelah kegiatan tersebut berlangsung. Akibatnya, proses pembelajaran yang diharapkan terjadi kurang berjalan dengan baik.
2. Resistensi terhadap perubahan
Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Manger, Eikeland, dan Asbjornsen (2003). Meskipun menggunakan subjek-subjek dari rentang usia yang berbeda, hasil penelitian mereka dapat memberikan masukan yang cukup berarti bagi penelitian yang dilakukan peneliti sendiri. Manger, dkk (2003) memberikan pelatihan keterampilan sosial, yaitu khususnya di bidang kerja sama, kontrol diri, dan asertivitas, terhadap siswa-siswi usia empat belas sampai lima belas tahun. Pelatihan yang mereka laksanakan selama satu tahun itu ternyata tidak berhasil meningkatkan keterampilan sosial para subjek. Dalam pembahasan hasil penelitian, mereka mengungkapkan beberapa hal yang mungkin juga merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian peneliti sendiri. Beberapa hal ini antara lain masalah resistensi terhadap perubahan serta kebutuhan akan kerja sama dari pihak orang tua. Manger, dkk (2003) mengungkapkan kemungkinan bahwa keterampilan sosial yang mereka teliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
resisten terhadap perubahan sehingga pelatihan yang mereka berikan tidak dapat meningkatkan keterampilan sosial tersebut, padahal pelatihan ini sudah berusaha memberikan situasi yang spesifik. Masalah yang diungkapkan oleh Manger, Eikeland, dan Asbjornsen (2003) di atas juga terjadi dalam penelitian ini. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Manger, dkk di atas, yaitu dalam hal mengusahakan pembentukan aspek sosial tertentu dalam diri subjek melalui pemberian perlakuan. Seperti halnya pada penelitian Manger, dkk (2003), penelitian ini mungkin juga menghadapi masalah resistensi, yaitu resistensi sikap sosial. Secara umum, sikap memang merupakan sesuatu yang dapat diubah, tetapi mungkin sikap sosial dipengaruhi pula oleh begitu banyak hal lain, misalnya pengalaman masa lalu dan kepribadian, sehingga sulit untuk diubah, khususnya dalam waktu yang relatif singkat. Secara lebih khusus, McDevitt dan Ormrod (2004) mengungkapkan bahwa perilaku prososial dan agresif, yaitu perilaku-perilaku yang terkait erat dengan sikap sosial, memiliki sifat bawaan, meskipun pengaruh dari lingkungan juga tetap ada. Mereka juga menyatakan bahwa kecenderungan anak untuk lebih senang berada di antara orang lain atau sendirian—sesuatu yang terkait dengan sikap sosial pula—dipengaruhi oleh temperamen anak, yaitu sesuatu yang bersifat bawaan pula. Pengaruh sifat-sifat bawaan ini membuat sikap sosial jadi relatif sulit untuk diubah atau dipengaruhi oleh faktor di luar diri anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
3. Kurangnya kedekatan dengan subjek
Permasalahan lain yang mungkin turut menyebabkan tidak meningkatnya sikap sosial subjek adalah kurangnya kedekatan antara peneliti dengan subjek. Peneliti termasuk orang yang asing bagi para subjek penelitian. Akibatnya, hal-hal yang ingin disampaikan peneliti kepada subjek kurang mendapat tanggapan yang berarti dari subjek. Atau, bila dikaitkan dengan salah satu permasalahan yang dikemukakan di paragraf sebelumnya, peneliti memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap subjek, lain halnya dengan pengaruh yang bisa diberikan oleh orang tua, teman, serta guru. Hal ini terlihat dari kurangnya perhatian yang dicurahkan subjek terhadap peneliti selama penelitian. Sebaliknya, anak memberikan perhatian dan tanggapan yang relatif lebih berarti terhadap guru mereka.
4. Control deficiency dan utilization deficiency
Mungkin metode pemberian perlakuan seperti dalam penelitian ini memang kurang cocok bagi subjek yang duduk di kelas 2 SD. Penggunaan pokokpokok pembahasan (learning point) mungkin tidak terlalu sesuai bagi anak kelas 2 SD, khususnya dalam membentuk perilaku nyata mereka. Hal ini disebabkan oleh tahap perkembangan anak yang belum memadai. Anak usia sekolah sering kali masih menunjukkan control dan utilization deficiency dalam mengingat suatu hal dan mewujudkannya secara nyata (Berk, 2006). Control deficiency berarti bahwa anak sebenarnya sudah memahami suatu hal dan bahkan sudah dapat mengembangkan suatu strategi untuk mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
permasalahan tertentu, namun ia tidak selalu dapat mengontrol atau mewujudkan pemahaman dan strategi tersebut secara nyata dan konsisten. Utilization deficiency berarti bahwa anak sudah dapat menerapkan suatu pemahaman atau strategi secara konsisten, namun hanya bila disertai petunjuk atau tanda yang dipahaminya. Kedua hal ini menyebabkan anak kurang dapat melakukan pengulangan untuk menanamkan sesuatu dalam memori mereka serta kurang dapat mewujudkan apa yang telah mereka pahami secara nyata. Implikasi hal-hal di atas bagi penelitian ini adalah bahwa anak mungkin memang sudah dapat memahami pokok-pokok pembahasan yang disampaikan dengan baik, namun mereka belum dapat mewujudkannya secara optimal dalam perilaku nyata mereka. Hal ini juga tampak dalam perilaku anak selama penelitian. Secara keseluruhan, para subjek dapat memahami penjelasan peneliti serta menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa mereka dapat memahami pokok-pokok pembahasan dengan baik. Bila dilihat dari skor yang diperoleh pada skala sikap sosial, sebenarnya para subjek juga memiliki sikap sosial yang cukup baik. Hal ini terlihat dari skor subjek yang umumnya berkisar antara tujuh atau delapan, bahkan lebih (dengan rentang skor satu sampai sebelas). Namun, bila dilihat dari perilaku nyata yang dapat diamati oleh peneliti, subjek memang belum menunjukkan perbaikan dalam sikap sosial mereka. Hal ini terlihat antara lain pada sesi terakhir pemberian perlakuan, baik pada kelas bermain aktif maupun pasif. Pada kedua kelas eksperimen ini terdapat beberapa subjek yang mengeluhkan perilaku temannya, yaitu antara lain memukul, menendang (pada kelas bermain aktif), dan mengusir (kelas bermain pasif).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Hal-hal lain yang mempengaruhi hasil penelitian ini terkait dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. Berbagai keterbatasan ini akan dibahas dalam sub bab selanjutnya.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga hipotesis penelitian tidak terbukti. Keterbatasanketerbatasan tersebut akan dibahas satu per satu di bawah ini.
1. Skala kurang memadai
Skala sikap sosial yang digunakan dalam penelitian ini sebenarnya kurang memadai. Hal ini terlihat dalam beberapa hal. Pertama, ternyata peneliti melakukan suatu kesalahan dalam menyusun skala sikap sosial yang digunakan dalam penelitian ini. Ketika melakukan seleksi item, peneliti seharusnya melakukannya berdasarkan nilai korelasi item-meannya, sebab skor subjek dalam skala ini dilihat dari nilai meannya. Namun, ketika menyusun skala, peneliti justru menyeleksi item berdasarkan nilai korelasi item-totalnya. Kesalahan ini menyebabkan item-item skala memiliki validitas yang rendah. Kemudian, dengan mengesampingkan kesalahan dalam menyusun skala, skala yang digunakan dalam penelitian ini memiliki validitas yang kurang baik. Hal ini terlihat baik dari validitas isi maupun validitas logis. Artinya, skala ini mungkin tidak tepat dalam mengukur sikap sosial anak. Selain itu, angka reliabilitas yang tidak terlalu tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
juga dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan skala ini kurang memadai untuk digunakan sebagai alat ukur. Item-item dalam skala ini juga memiliki tingkat social desirability yang relatif tinggi sehingga para subjek mungkin menjawab item-item ini berdasarkan apa yang dianggap baik, bukan berdasarkan keadaan mereka yang sebenarnya. Hal ini terlihat secara nyata ketika seorang subjek bertanya pada peneliti tentang jawaban mana yang baik. Tampaknya mereka ingin dianggap baik ketika mengisi skala ini, namun tidak demikian dalam perilaku mereka yang sebenarnya. Maksudnya, peneliti mengamati bahwa beberapa subjek berusaha memberikan jawaban yang baik pada skala, namun tidak berusaha terlihat baik pula dalam perilaku nyata mereka. Dari sini juga dapat terlihat bahwa skala yang digunakan dalam penelitian ini kurang tepat untuk mengukur sikap sosial anak.
2. Ketidaksesuaian item skala dengan pokok bahasan dalam eksperimen
Permasalahan selanjutnya terkait dengan skala yang digunakan. Meskipun peneliti sudah berusaha menyesuaikan item-item skala dengan pemberian perlakuan, tidak semua permasalahan yang muncul dalam item-item skala dapat terwakili dalam learning point yang diberikan selama pemberian perlakuan sehingga tidak semua permasalahan tersebut dapat dibahas. Ketidaksesuaian antara item-item skala dan perlakuan ini mungkin menyebabkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada sikap sosial subjek yang terukur melalui skala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
3. Penggunaan skala kurang sesuai untuk anak
Terlepas dari ketidaksesuaian antara skala dan perlakuan, mungkin pemberian skala juga kurang sesuai untuk para subjek yang duduk di kelas 2 SD ini. Hal ini terkait dengan perkembangan anak kelas 2 SD yang baru mencapai tahap operasional konkret. Artinya, anak dapat memahami sesuatu dengan baik, tetapi hanya dalam konteks konkret, bukan abstrak. Anak belum mampu berpikir secara abstrak dengan baik, sedangkan skala cenderung bersifat abstrak, bukan konkret. Dalam mengisi skala, anak perlu berpikir secara abstrak dan membayangkan situasi yang digambarkan dalam item-item skala. Karena sifatnya yang abstrak inilah, pemberian skala mungkin memang tidak sesuai untuk mengukur sikap sosial pada anak kelas 2 SD.
4. Permasalahan randomisasi
Metode penelitian yang kurang tepat juga dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Penelitian ini tidak menggunakan sistem randomisasi dalam mengelompokkan subjek ke dalam kelompok-kelompok eksperimen. Meskipun peneliti sudah berusaha mengatasinya dengan mencari sekolah yang siswasiswanya memiliki latar belakang yang kurang lebih sama, perbedaan antarkelas mungkin masih ada. Perbedaan yang tidak dikontrol dengan randomisasi ini dapat mempengaruhi hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
5. Kurangnya partisipasi orang tua
Penelitian Manger, dkk (2003) mengungkapkan bahwa kesamaan nilai atau pandangan dan dukungan orang tua terhadap tujuan pelatihan dapat mempengaruhi hasil yang dicapai subjek. Kurangnya partisipasi orang tua dalam penelitian yang mereka lakukan dinilai dapat memperlambat peningkatan keterampilan sosial subjek. Serupa dengan penelitian Manger, dkk (2003) di atas, penelitian ini juga tidak melibatkan partisipasi orang tua sehingga dukungan orang tua yang dibutuhkan dalam membentuk sikap sosial anak tidak diperoleh. Sebagai hasilnya, perlakuan yang diberikan peneliti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap sosial para subjek. Bagaimanapun, orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap diri anak (Meyerhoff, 1994), termasuk dalam pembentukan sikap sosial mereka. Meyerhoff (1994) menilai bahwa pengaruh orang tua dan pengalaman di rumahlah yang memberikan pengaruh paling besar dalam pembentukan keterampilan sosial anak. Sekadar perlakuan dari peneliti rupanya memang tidak cukup memadai untuk membentuk sikap sosial yang lebih positif pada subjek dalam waktu yang relatif pendek.
6. Kurangnya penerapan prinsip belajar sosial
Hal lain yang mempengaruhi tidak terbuktinya hipotesis adalah bahwa peneliti kurang menerapkan cara-cara pembentukan sikap dalam memberikan perlakuan. Peneliti kurang menerapkan prinsip classical conditioning maupun instrumental conditioning baik di kelas bermain aktif maupun pasif. Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
memang sudah berusaha menerapkan proses modeling dalam membentuk sikap sosial subjek, namun hal ini dilakukan khususnya di kelas bermain pasif, dan kurang dilakukan di kelas bermain aktif. Kurangnya penerapan prinsip-prinsip pembentukan sikap yang telah disebutkan di atas mungkin menyebabkan sikap sosial subjek kurang dapat terbentuk secara efektif.
7. Kurangnya situasi konkret
Jenis-jenis bermain yang digunakan dalam penelitian ini mungkin memang tidak sesuai untuk menumbuhkan sikap sosial pada anak, khususnya pada kelompok bermain aktif. Jenis-jenis permainan yang digunakan dalam kelompok bermain aktif mungkin bersifat terlalu abstrak bagi anak. Artinya, permainanpermainan yang digunakan kurang dapat menghadirkan atau menggambarkan situasi sosial yang nyata dan konkret bagi anak. Akibatnya, anak kurang dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai yang diajarkannya ke dalam kehidupan nyata. Bermain aktif yang mungkin lebih efektif bagi anak adalah bermain peran, sebab bermain peran dapat menghadirkan situasi yang lebih konkret pada anak (Jordan, 1994).
8. Ukuran kelas besar
Ketika memberikan perlakuan, baik itu bermain aktif maupun pasif, tiap kelas digabung dan mendapat perlakuan secara bersamaan sehingga ukuran kelas ini cukup besar, yaitu sekitar tiga puluhan subjek per kelas. Hal ini menyebabkan peneliti kurang dapat memperhaitkan dan mengontrol perilaku tiap subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Ukuran kelas yang cukup besar ini menyebabkan para subjek cenderung kurang fokus pada kegiatan yang sedang dilakukan. Hal ini terlihat baik pada kelas bermain aktif maupun pasif. Para subjek sering kali berbicara dengan temannya dan kurang memperhatikan peneliti. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, kurangnya perhatian subjek terhadap peneliti mungkin juga disebabkan oleh kurangnya kedekatan antara subjek dan peneliti sehingga peneliti kurang memiliki pengaruh terhadap subjek. Kurangnya perhatian subjek pada kegiatan yang sedang berlangsung ini menyebabkan perlakuan kurang mengenai sasaran sehingga tujuannya pun tidak tercapai.
9. Kejadian khusus
Selama penelitian berlangsung, terdapat beberapa kejadian khusus yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Salah satunya adalah ketika sesi menonton The Tigger movie bagian II. Pada sesi ini seorang subjek menangis karena perlakuan salah seorang temannya. Contoh lain adalah ketika sesi bermain Selamatkan Raja dan Ratu. Sesi ini berjalan dengan kacau sehingga peneliti kurang dapat mengendalikan atau mengatur para subjek ketika mereka saling melempar, mendorong, atau menendang. Perilaku-perilaku tersebut ternyata memang dikeluhkan oleh cukup banyak subjek. Beberapa kejadian semacam ini bertentangan dengan tujuan penelitian dan dapat mempengaruhi penelitian sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
10. Kurangnya perlakuan dan singkatnya waktu penelitian
Dalam penelitian ini, tiap kelompok eksperimen diberi empat perlakuan yang dilakukan selama satu minggu. Jumlah perlakuan ini mungkin terlalu sedikit dan dilakukan dalam jangka waktu yang terlalu singkat sehingga kurang memberikan efek bagi sikap sosial subjek. Perubahan sikap sosial ini mungkin membutuhkan lebih banyak waktu dan perlakuan, apalagi, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, sikap sosial ini mungkin merupakan suatu unsur dalam diri individu yang cenderung sulit diubah. Bahkan, beberapa penelitian yang dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih lama pun, yaitu antara enam minggu sampai satu tahun, tidak dapat memunculkan perubahan perilaku atau keterampilan sosial yang signifikan secara statistik pada diri seseorang (Manger, Eikeland, & Asbjornsen, 2003, Johnson, 2000). Pemberian pre-test dan post-test yang hanya berselang satu minggu juga mungkin menjadi faktor yang menyebabkan tidak adanya perubahan pada sikap sosial para subjek di kelompok eksperimen. Para subjek mungkin masih mengingat jawaban mereka saat pre-test sehingga cenderung menjawab sama saat post-test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bermain aktif dan pasif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah. Hipotesis penelitian ini adalah bahwa baik bermain aktif maupun pasif efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif, namun bermain aktif tetap lebih efektif daripada bermain pasif. Hasil perhitungan dengan anakova ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok penelitian, yaitu kelompok bermain aktif, bermain pasif, dan kelompok kontrol. Hal ini berarti bahwa perlakuan yang diberikan, yaitu bermain aktif dan pasif, tidak efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah. Tidak terbuktinya hipotesis penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu antara lain skala sikap sosial yang kurang memadai untuk dipakai sebagai alat ukur, pemberian perlakuan yang kurang sesuai untuk subjek, ukuran kelompok eksperimen yang terlalu besar sehingga kurang dapat dikontrol atau dikendalikan, beberapa kejadian khusus yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti, pemberian perlakuan yang terlalu singkat, yaitu empat perlakuan dalam jangka waktu satu minggu, serta kemungkinan bahwa sikap sosial memang merupakan sesuatu yang sulit diubah karena adanya faktor-faktor bawaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
B. Saran
Ada beberapa hal yang ingin disarankan oleh peneliti terkait dengan penelitian ini, khususnya bagi orang tua, guru, dan peneliti selanjutnya yang tertarik pada masalah ini. 1. Untuk orang tua dan guru Para orang tua dan guru hendaknya terus mendorong anak untuk membentuk sikap sosial yang positif. Para guru dan orang tua hendaknya juga terus mencari metode yang tepat untuk mendorong pembentukan sikap sosial yang positif pada anak tersebut secara maksimal. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa bagaimana pun metode yang akan digunakan, anak sebaiknya ditempatkan dalam situasi yang nyata dan konkret. Hal ini akan membantu pemahaman anak terhadap lingkungan serta bimbingan atau dorongan terhadap sikap sosial positif yang diberikan oleh orang tua maupun guru. Dengan demikian, sikap sosial yang positif pada anak dapat terbentuk secara lebih efektif. Anak juga akan dapat langsung menerapkan sikap sosial yang diajarkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, tersebut secara langsung dalam situasi nyata. 2. Untuk peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya hendaknya mengembangkan alat ukur yang lebih valid dan reliabel untuk mengukur sikap sosial anak sehingga tidak menyebabkan bias dalam hasil penelitian. Alat ukur tersebut hendaknya juga tidak mengandung social desirability yang tinggi, sebab hal ini akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
menyebabkan anak cenderung melakukan faking. Ada baiknya pula bila sikap sosial pada anak diukur secara tidak langsung, misalnya dengan observasi atau alat tes yang lebih bersifat proyektif sehingga tidak secara gamblang mengukur sikap sosial anak. Hal ini diharapkan dapat mengukur sikap sosial anak dengan lebih tepat. Peneliti selanjutnya juga hendaknya lebih berfokus pada segi afeksi dan perilaku nyata subjek. Dalam penelitian ini, secara kognitif, para subjek tampaknya sudah memahami apa dan bagaimana sebenarnya sikap yang baik itu. Hal ini tampak dari respon subjek ketika pembahasan dan dari skor mereka pada sikap sosial. Namun, dalam hal perilaku, sikap subjek dapat dinilai kurang positif. Hal ini terlihat dari subjek yang masih cukup sering memunculkan perilaku negatif seperti mengejek, menendang, memukul, dan lain-lain. Aspek afeksi juga perlu mendapat perhatian khusus, sebab aspek ini dinilai cukup dominan dalam menentukan sikap secara keseluruhan. Sikap seseorang akan cenderung sulit diubah bila didominasi oleh aspek afeksi ini (Azwar, 2005). Karena itu, penelitian yang berfokus pada segi perilaku serta afeksi anak diperlukan agar sikap sosial mereka sungguh-sungguh menjadi lebih positif. Pembagian subjek ke dalam kelompok-kelompok penelitian sebaiknya dilakukan dengan cara random supaya ciri-ciri khusus yang terdapat pada sekelompok subjek dapat diminimalisasi pengaruhnya dalam penelitian. Dalam melakukan penelitian, sebaiknya peneliti membentuk kelompok penelitian yang berukuran relatif kecil. Kelompok yang lebih kecil akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
memudahkan peneliti dalam mengontrol atau mengendalikan situasi kelompok sehingga penelitian lebih mengenai sasaran dan tujuannya. Hal ini tidak berarti bahwa jumlah subjek harus sedikit, tetapi bahwa peneliti sebaiknya menangani subjek dalam kelompok yang kecil. Bila jumlah subjek cukup banyak, peneliti dapat membaginya ke dalam beberapa kelompok yang lebih kecil. Peneliti selanjutnya juga dapat mencoba untuk memberikan lebih banyak perlakuan pada subjek. Hal ini mungkin dapat memberikan pengaruh yang lebih besar pada sikap sosial subjek. Selain itu, jeda waktu yang lebih panjang antara pre-test dan post-test juga akan dapat mengurangi terjadinya bias dalam pengukuran sikap sosial, khususnya saat post-test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. A., dkk. (1991). Psikologi sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta Allhusen, Virginia, dkk. (2004). Fathers’ and mothers’ parenting behavior and beliefs as predictors of children’s social adjustment in the transition to school. Journal of Family Psychology, Vol. 18, No. 4, 628-638. Arnold, A. (1975). Your child’s play: How to help your child reap the full benefits of creative play. London: Pan Books. Aronson, E., Wilson, T. D., Akert, R. M. (2005). Social psychology (5th ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc. Ashby, A. Book review: Choosing children’s books by David Booth, Larry Swartz, and Meguido Zola. Diperoleh 22 Maret 2006, dari http://www.umanitoba.ca/cm/cmarchive/vol17no3/choosingchildrenbooks. html Azwar, S. (2005). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya (ed. 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R. A. & Byrne, D. (1997). Social psychology (8th ed.). Boston: Allyn & Bacon. Bee, H. (1997). The developing child (8th ed.). New York: Addison-Wesley Educational Publishers Inc. Berk, L. E. (2006). Child development (7th ed.). Boston: Pearson Education, Inc. Berkowitz, L. (1980). A survey of social psychology (2nd ed.). New York: Holt, Rinehart and Winston. Bismoko, J. & Supratiknya, A. Pedoman penulisan skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Braverman, Beth. (2003). Schools try to help bullies, victims. Diperoleh tanggal 2 November 2005, dari http://www.pburgea.org/_Articles/0304/A11/Bullying.htm Breckenridge, M. E. & Vincent, E. L. (1963). Child development: Physical dan psychological growth through adolescence (4th ed.). Philadelphia: W. B. Saunders Company.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Cave, P. L. (1985). 500 Ragam permainan. Jakarta: Dharma Pustaka. Chaplin, J. P. (1995). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Dill, E. J, dan kawan-kawan. (2004). Negative affect in victimized children: the roles of social withdrawal, peer rejection, and attitudes toward bullying. Journal of Abnormal Child Psychology, April. Diperoleh 17 November 2005, dari http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0902/is_2_32/ai_n6031329 Flynt, S. W. & Morton, R. C. Bullying and children with disabilities. Journal of Instructional Psychology, Desember. Diperoleh 17 November 2005, dari http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0FCG/is_4_31/ai_n8590245 Guzelian, E. (2000). The Tigger movie. United Kingdom: Disney Enterprises, Inc. Hall, C. S. & Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 1: Teori-teori psikodinamik (klinis), ed. A. Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius. Huffman, K., Vernoy, M., & Vernoy, J. (1997). Psychology in action. New York: John Wiley & Sons, Inc. Hurlock, E. B. (1972). Child development (5th ed.). Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Hurlock, E. B. (1991). Perkembangan anak (Jld. 1). Jakarta: Erlangga. Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga. Jordan, D. J. (1994). Developing social skills among campers – Research notes – Column. Camping Magazine, September-Oktober 1994. Diperoleh 13 November 2006, dari http://findarticles.com/p/articles/mi_m1249/is_n4_v70/ai_19926660 Kartono, K. (1982). Psikhologi anak. Bandung: Alumni Keane, S. P. & Calkins, S. D. (2004). Predicting kindergarten peer social status from toddler and preschool problem behaviour. The Journal of Abnormal Child Psychology, Agustus. Diperoleh 17 November 2005, dari http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0902/is_4_32/ai_n6135649 Latipun. (2004). Psikologi eksperimen (ed. 2). Malang: UMM Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Lunardi, A. (2004). Efek belajar sosial lewat cerita bijak yang berisi pesan mengenai kerelaan berbagi pada anak-anak. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tidak diterbitkan Madonna. (2003). Apel-apel Mr. Peabody. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Mahmud H. R. (2003). Hubungan antara gaya pengasuhan orang tua dengan tingkah laku prososial anak. Jurnal Psikologi, Vol. 11, No. 1, 1-10. Manger, T., Eikeland, O., & Asbjornsen, A. (2003). Effect of training on pupils’ social skills. Research in Education, Mei 2003. Diperoleh 14 November 2006, dari http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3765/is_200305/ai_n9199462 McDevitt, T. M. & Ormrod, J. E. (2004). Child development: Educating and working with children and adolescents (2nd ed.). Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc. Mello, J. A. (2002). Strategic human recource management. Australia: South Western Membangun karakter dengan program identifikasi tema. (2006). Diperoleh 27 Maret 2006, dari http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=330 Menghadapi berbagai karakter khas anak. (2002). Diperoleh 27 Maret 2006, dari http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2002/9/29/ke1.html Meyerhoff, M. K. (2001). Playing games - Perspectives on Parenting - social skills and personal development. Pediatrics for Parents, Oktober. Diperoleh 17 November 2005, dari http://www.findarticles.com/p/articles/mi_m0816/is_10_19/ai_82470764 Meyerhoff, M. K. (1994). Promoting social skills: infants and toddlers – Perspectives on parenting. Pediatrics for Parents, April 1994. Diperoleh 13 November 2006, dari http://findarticles.com/p/articles/mi_m0816/is_1994_April/ai_15803890 Moore, A. C. (1992). The game finder: A leader’s guide to great activities. State College, PA: Venture Publishing, Inc. Moore, S. G. (2004). Role of parents in peer group success. Diperoleh 2 November 2005, dari http://www.familyiq.com/news/RoleOfParentsInPeerGroupSuccess.asp Pettijohn, T. F. (1992). Psychology: A concise introduction (3rd ed.). Guilford, Connecticut: The Dushkin Publishing Group, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Santrock, J. W. (1997). Life-span development (6th ed.). Madison, WI: Brown & Benchmark Publishers. Sheridan, J. (1984). Aldo en de vliegende stofzuiger. Dalam Lekturama’s luister sprookjes en vertellingen: Repelsteeltje en andere sprookjes en vertellingen. Nederland: Lekturama. Social
Skills Enhancement. Diperoleh 2 November 2005, http://www.users.globalnet.co.uk/~ebdstudy/strategy/social.htm
dari
Summer readings award winning books for kids. Diperoleh 22 Maret 2006, dari http://www.cdli.ca/CITE/summer_reading_1.html Supratiknya, A. (1998). Psikometri. Yogyakarta: Pusat Penerbitan dan Pengembangan Sumber Belajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Supratiknya, A. (2000). Statistik psikologi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Tedjasaputra, M. S. (2001). Bermain, mainan, dan permainan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Toys
are simply the best. Diperoleh 2 November http://www.literacytrust.org.uk/talktoyourbaby/play.html
2005,
dari
Vasta, R., Haith, M. M., & Miller, S. A. (1995). Child psychology: The modern science (2nd ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc. Vitaro, F. & Tremblay, R. E. (1994). Impact of a prevention program on aggressive children’s friendships and social adjustment. Journal of Abnormal Child Psychology, Agustus 1994. Diperoleh 14 November 2006, dari http://findarticles.com/p/articles/mi_m0902/is_n4_v22/ai_15759548 Worchel, S. & Cooper, J. (1979). Understanding social psychology (revised ed.). Homewood, Illinois: The Dorsey Press. Zanden, J. W. V. (1984). Social psychology (3rd ed.). New York: Random House, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
LAMPIRAN I: SKALA SIKAP SOSIAL, WAWANCARA, DAN ANGKET 1.
60 item skala sikap sosial sebelum seleksi
2.
20 item skala sikap sosial final
3.
Daftar pertanyaan wawancara
4.
Surat dan angket untuk orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Lampiran I. 1. 60 skala sikap sosial sebelum seleksi
1. Aku tidak peduli meski teman-temanku sedang kesulitan. 2. Aku jarang bertengkar dengan temanku. 3. Aku lebih memilih bermain sendiri daripada bermain dengan saudaraku. 4. Saudaraku nakal sekali. 5. Ayahku orang yang baik. 6. Boleh-boleh saja berkelahi dengan teman. 7. Aku mau menolong teman yang sedang kesulitan. 8. Aku tidak mau berkelahi dengan temanku. 9. Aku jarang bertengkar dengan saudaraku. 10. Aku takut pada ayah. 11. Kadang aku menyuruh-nyuruh teman-temanku. 12. Aku sayang ibu. 13. Aku mau mengajak temanku bermain. 14. Aku mau belajar bersama teman-teman. 15. Makan bersama keluarga itu tidak menyenangkan. 16. Ibu/Bapak Guru yang sekarang menyebalkan. 17. Aku suka pada teman-temanku. 18. Aku menurut pada perkataan ayah atau ibu. 19. Aku menurut pada perkataan Bapak/Ibu Guru. 20. Teman-temanku teman bermain yang menyenangkan. 21. Ibu/Bapak Guru adalah guru yang baik. 22. Aku tidak suka pada teman yang penampilannya aneh. 23. Aku ingin sering-sering bermain dengan saudaraku. 24. Terkadang aku memukul ayah atau ibu. 25. Aku menyapa temanku bila bertemu di jalan. 26. Aku tidak perlu bergaul dengan tetanggaku. 27. Aku mau membantu ayah atau ibu kalau dibutuhkan. 28. Rasanya aku ingin mengejek temanku yang aneh atau lucu. 29. Kadang aku ingin merebut barang atau mainan temanku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
30. Aku tidak takut bila harus berkenalan dengan orang baru. 31. Aku mau menolong Bapak/Ibu Guru melakukan sesuatu. 32. Rasanya kadang-kadang aku ingin memukul saudaraku. 33. Aku senang bila Ayah atau Ibu membacakan cerita untukku. 34. Teman-temanku harus menurut padaku. 35. Kadang aku mengabaikan perintah ayah atau ibu. 36. Berbagi mainan dengan teman itu baik. 37. Ingin rasanya aku memukul teman yang menyebalkan. 38. Aku merasa senang bila bisa membantu temanku. 39. Aku tidak mau mengalah sedikit pun pada saudaraku. 40. Aku merasa senang bila bermain dengan saudaraku. 41. Aku mau menghibur teman yang sedang sedih atau kesulitan. 42. Aku tidak mau meminjamkan mainanku pada teman lain. 43. Aku suka pada Ibu/Bapak Guru. 44. Aku merasa senang bermain bersama teman-teman. 45. Aku tidak suka pada saudaraku. 46. Aku mau bepergian bersama keluarga. 47. Aku tidak ingin mengobrol/diajak mengobrol oleh tetanggaku. 48. Seandainya boleh, rasanya aku ingin membantah perkataan ayah atau ibu. 49. Aku tidak senang bila ada tamu yang datang ke rumah. 50. Teman-temanku banyak yang tidak suka bermain denganku. 51. Aku lebih memilih bermain sendiri daripada bermain bersama teman. 52. Aku akan membela temanku bila diejek oleh teman lain. 53. Aku takut pada beberapa teman-temanku. 54. Ibu sayang padaku. 55. Kadang aku memaksa temanku untuk mengikuti kemauanku. 56. Aku mau berkenalan dengan teman Ayah atau Ibu. 57. Aku tidak mau berkenalan dengan orang/teman baru. 58. Aku cukup sering ngomong-ngomong dengan Ayah atau Ibu. 59. Ingin rasanya aku membantah kata-kata Bapak/Ibu Guru. 60. Menurutku, kita harus baik pada semua teman kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Lampiran I. 2. 20 item skala sikap sosial untuk penelitian 1. Aku merasa senang bila bermain dengan saudaraku. 2. Aku tidak mau (menolak, malas, sebel) berkenalan dengan orang/teman baru. 3. Aku senang bermain bersama teman-teman. 4. Aku tidak mau (menolak, malas, sebel) berkelahi dengan temanku. 5. Aku tidak senang (sedih, marah, benci, malu) bila ada tamu yang datang ke rumah. 6. Aku cukup sering ngomong-ngomong dengan Ayah atau Ibu. 7. Aku lebih memilih bermain sendiri daripada bermain dengan saudaraku. 8. Aku jarang bertengkar dengan saudaraku. 9. Aku mau menghibur teman yang sedang sedih atau kesulitan. 10. Berbagi mainan dengan teman itu baik. 11. Ibu/Bapak Guru adalah guru yang baik. 12. Aku akan membela temanku bila diejek oleh teman lain. 13. Kadang aku memaksa temanku untuk mengikuti kemauanku. 14. Aku tidak peduli (cuek aja, acuh) meski teman-temanku sedang kesulitan. 15. Saudaraku nakal sekali. 16. Teman-temanku teman bermain yang menyenangkan. 17. Rasanya aku ingin mengejek temanku yang aneh atau lucu. 18. Rasanya kadang-kadang aku ingin memukul saudaraku. 19. Aku senang bila Ayah atau Ibu membacakan cerita untukku. 20. Ingin rasanya aku membantah kata-kata Bapak/Ibu Guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Lampiran I. 3. Daftar pertanyaan wawancara 1. Di rumah suka main sama siapa? Punya kakak atau adik nggak? Atau saudara sepupu mungkin? Suka main sama kakak/adik/saudara nggak? (sama dengan item no. 1) Mending main sama kakak/adik/saudara atau main sendiri? (sama dengan item no. 7)
2. Biasanya di rumah sama Bapak/Ibu suka ngapain? Suka cerita-cerita/ ngobrol sama Bapak/Ibu nggak? (sama dengan item no. 6) 3. Suka main sama temen nggak? (sama dengan item no. 3) Kalo punya mainan, apalagi mainan baru, suka buat main bareng nggak? Temen boleh minjem buat main nggak? Atau mending buat main sendiri aja? (sama dengan item no. 10)
4. Kalo misalnya ada temen yang nggak bawa buku pelajaran, mau nggak minjemin? Dipake bareng-bareng gitu, mau nggak? (sama dengan item no. 14)
5. Di kelas kadang suka ngetawain atau ngejek temen nggak? (sama dengan item no. 17)
Temen kaya apa yang kadang diketawain atau diejek? 6. Kalau ada temen Bapak/ Ibu yang dateng atau ketemu di jalan, dan kamu
belum kenal, mau nggak disuruh kenalan? Apa males? Atau mungkin malu? (sama dengan item no. 2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
LAMPIRAN II: Nilai S dan Q item-item skala sikap sosial berdasarkan penilaian panelis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Lampiran II. Nilai S dan Q item-item skala sikap sosial berdasarkan penilaian panelis
1
2
3
4
5
6
7
8
f p pk S Q F p pk S Q F p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f
1 1 0,2 0,2 2,25 1,625
2 2 0,4 0,6
3 1 0,2 0,8
4 1 0,2 1
5
Interval 6 7
8
9
10
2 0,4 0,4
1 0,2 0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
0
1 0,2 0,2
4 0,8 1
0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
0
1 0,2 0,2
2 0,4 0,6
2 0,4 1
1
2
2
0 8 2,125
0 3,75 1,625
1 0,2 0,2
1 0,2 0,4
0
1 0,2 0,2
2 0,4 0,8
0,8
1 0,2 1
0,2
1 0,2 0,4
3 0,6 1
5,667 1,333
7,875 0,625
0
1 0,2 0,2
2 0,4 0,6
5,25 2,625
9,25 1,25
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
9
10
11
12
13
14
15
16
p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q
0
0,2 0,2
0,4 0,6
0,4 1
0
5 1 1
0,6
2 0,4 1
0
1 0,2 0,2
2 0,4 0,6
2 0,4 1
0
1 0,2 0,2
1 0,2 0,4
3 0,6 1
0
2 0,4 0,4
1 0,2 0,6
2 0,4 1
8,25 1,25
8 0,5
0 5 4,125
0 4 0,834
1 0,2 0,2
1 0,2 0,2
0,2
1 0,2 0,4
1 0,2 0,6
0,2
3 0,6 0,8
1 0,2 1
0,6
9,25 1,25
9,667 1,333
9 1,75 1 0,2 0,2 2,667 1,333 1 0,2 0,2 4 4,5
1 0,2 0,4
1 0,2 0,4
3 0,6 1
0,4
1 0,2 0,6
0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
17
18
19
20
21
22
23
24
25
f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S
0
3 0,6 0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
0,2
1 0,2 0,4
1 0,2 0,6
2 0,4 1
0,2
1 0,2 0,4
1 0,2 0,6
2 0,4 1
0
2 0,4 0,4
1 0,2 0,6
2 0,4 1
0,2
2 0,4 0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
8,333 1,333
0
1 0,2 0,2
0
1 0,2 0,2
9 2,125
9 2,125
9 1,75
0
1 0,2 0,2
1 0,2 0,4
2 0,4 0,8
0,8
0,8
0,8
1 0,2 1
0
1 0,2 0,2
1 0,2 0,4
1 0,2 0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
0,8
1 0,2 1
0,2
2 0,4 0,6
0,6
2 0,4 1
8,25 1,625
0
1 0,2 0,2
5,75 1,625
8 2,5 1 0,2 0,2 0,2 3 0,834
0 8,25
3 0,6 0,8
1 0,2 0,2
0,8
0,2
0,2
0,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk
2,25 2 2 0,4 0,4 0,4 0,8 1,75 1,125 1 0,2 0 0,2 4 4,5 1 0,2 0 0,2 5 2,5 1 0,2 0 0,2 3,25 1,625
1 0,2 1
0,2
1 0,2 0,4
1 0,2 0,6
0,6
1 0,2 0,4
1 0,2 0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
2 0,4 0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
0
0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
0,8
1 0,2 0,2
1 0,2 0,4
3 0,6 1
0
3 0,6 0,6
2 0,4 1
1 0,2 0,4
1 0,2 0,6
2 0,4 1
8,667 1,333
9,333 0,958 1 0,2 0,2 0,2 4 2,125
1 0,2 0,4
1 0,2 0,6
2 0,4 1
0 9 2,125 1 2 0,2 0,4 0,2 0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
1 0,2 0,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
35
36
37
38
39
40
41
42
43
S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p
2,25 1,625
0
2 0,4 0,4
2 0,4 0,8
1 0,2 1
3,75 1,25
2 0,4 0,4
3 0,6 1
0
2 0,4 0,4
2 0,4 0,8
1 0,2 1
1 0,2 0,2
2 0,4 0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
0
2 0,4 0,4
1 0,2 0,6
1 0,2 0,8
1 0,2
2 0,4
2 0,4
0 8,667 0,958
0
1 0,2 0,2
1 0,2 0,4
2 0,4 0,8
0,8
1 0,2 1
4,75 1,625
8,75 1,25 1 3 0,2 0,6 0,2 0,8 2 0,834
0,8
1 0,2 1
0 8,25 1,625
9 1,125
0 3,75 1,625
1 0,2 0,2
1 0,2 0,4
2 0,4 0,8
1 0,2 1
1 0,2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
44
45
46
47
48
49
50
51
52
pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f
0
0,2
0,6
1
0
2 0,4 0,4
3 0,6 1
0
1 0,2 0,2
3 0,6 0,8
1 0,2 1
1 0,2 0,6
2 0,4 1
1
2
8,25 1,25
8,667 0,958 1 0,2 0,2 0,2 3 0,834
3 0,6 0,8
0,8
1 0,2 1
8 0,834
0
4 0,8 0,8
0
2 0,4 0,4
0
4 0,8 0,8
1 0,2 0,2
0,8
1 0,2 1
3,125 0,688
0,4
0,4
0,8
1 0,2 1
3 0,6 0,8
0,8
1 0,2 1
2 0,4 0,6
1 0,2 0,8
1 0,2 1
6 3,75
3,5 0,625
0 3 0,834 1 0,2 0,2 0,2 3,25 1,625
1
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
53
54
55
56
57
58
59
60
p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q f p pk S Q
0
0,2 0,2
0,2 0,4
0,4 0,8
0,2 1
0
3 0,6 0,6
2 0,4 1
1 0,2 0,6
2 0,4 1
0
4 0,8 0,8
1 0,2 1
1 0,2 0,2
3 0,6 0,8
1 0,2 1
8,75 1,625
0
1 0,2 0,2
3 0,6 0,8
0,8
1 0,2 1
4 0,834
9,333 0,958
0 3 0,834
1 0,2 0,2
3 0,6 0,8
0,8
1 0,2 1
0
2 0,4 0,4
8 1,75
0 2,875 0,625
1 0,2 0,2
4 0,8 1
9,125 0,625
0
2 0,4 0,4
0,4
0,4
2 0,4 0,8
1 0,2 1
5,75 3,25
0 9 0,834
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Keterangan: f
= frekuensi skor yang diberikan panelis
p
= proporsi, yaitu frekuensi skor dibagi jumlah panelis (
pk
= proporsi kumulatif, yaitu proporsi pada interval tertentu ditambah proporsi interval sebelumnya
S
= skor item
Q
= variasi penilaian
f ) N
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
LAMPIRAN III: Analisis data untuk seleksi item 1. Korelasi item-total uji coba I 2. Korelasi item-total uji coba I + II 3. Korelasi item-total uji coba III 4. Korelasi item-mean uji coba III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Lampiran III. 1. Korelasi item-total uji coba I Correlations
TOTAL
N Pearson Correlation
Pearson Correlation TOTAL Sig. (2-tailed) N ITEM1
26 ,198
Sig. (2-tailed)
,332
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM3
,
Pearson Correlation
N ITEM2
1
Sig. (2-tailed) N
26 -,248 ,223 26 ,464(*) ,017 26
Pearson Correlation ,602(**) ITEM4
Sig. (2-tailed) N
ITEM5
,196
Sig. (2-tailed)
,338
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ITEM7
-,018 ,929 26 ,158
Sig. (2-tailed)
,440
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N ITEM9
26
Pearson Correlation
N ITEM8
26
Pearson Correlation
N ITEM6
,001
26 -,178 ,385 26
Pearson Correlation
,012
Sig. (2-tailed)
,952
N ITEM10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
26 ,(a) ,
ITEM11 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM12 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM13 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM14 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM15 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM16 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM17 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM18 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM19 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM20 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM21 Sig. (2-tailed) N
26 ,(a) , 26 ,374 ,060 26 ,(a) , 26 ,(a) , 26 ,316 ,115 26 ,(a) , 26 ,(a) , 26 ,(a) , 26 ,443(*) ,023 26 -,036 ,860 26 ,185 ,365 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Pearson Correlation ITEM22 Sig. (2-tailed) N
N
,009 ,966
ITEM32 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
26
Pearson Correlation ,551(**) ITEM23 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM24 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM25 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM26 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM27 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM28 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM29 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM30 Sig. (2-tailed) N ITEM31 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,004
N ITEM33 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
26
N
,142 ,488
ITEM34 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
26 ,336
N
,094
Pearson Correlation
26
ITEM35 Sig. (2-tailed)
26 ,(a) , 26 ,(a) , 26 ,127 ,536 26 ,398(*) ,044
,247
N
,225
Pearson Correlation ,496(**)
26
ITEM36 Sig. (2-tailed)
,141
N
,491
Pearson Correlation
26
ITEM37 Sig. (2-tailed)
,357
N
,074
Pearson Correlation
26
ITEM38 Sig. (2-tailed) N
-,038
Pearson Correlation
,854 26
ITEM39 Sig. (2-tailed)
,323
N
,108
Pearson Correlation
26
ITEM40 Sig. (2-tailed)
,440(*)
N
,024
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). a Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
26
,010 26 ,316 ,115 26 ,074 ,719 26 ,201 ,325 26 ,074 ,719 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Lampiran III. 2. Korelasi item-total uji coba I + II Correlations
TOTAL
Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation TOTAL Sig. (2-tailed) N ITEM1
Sig. (2-tailed)
,600
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
ITEM4
,440(*) ,025 26
26
Pearson Correlation
,113
Sig. (2-tailed)
,581
Sig. (2-tailed)
26 -,143 ,485 26
Pearson Correlation
,246
Sig. (2-tailed)
,225
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM9
26
,066
N
ITEM8
,897
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
ITEM7
-,027
,366
N ITEM6
26
Pearson Correlation
N ITEM5
26 ,108
Pearson Correlation
ITEM3
,
Pearson Correlation
N ITEM2
1
Sig. (2-tailed) N
ITEM10 Pearson Correlation
26 -,161 ,432 26 -,142 ,488 26 ,(a)
Pearson Correlation ITEM11 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM12 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM13 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM14 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM15 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM16 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM17 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM18 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM19 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM20 Sig. (2-tailed) N ITEM21 Pearson Correlation
, 26 ,(a) , 26 ,456(*) ,019 26 ,(a) , 26 ,(a) , 26 ,421(*) ,032 26 ,(a) , 26 ,(a) , 26 ,(a) , 26 ,208 ,307 26 -,103 ,618 26 ,291
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM22 Sig. (2-tailed) N
,149 26 ,072 ,726 26
Pearson Correlation ,502(**) ITEM23 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM24 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM25 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM26 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM27 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM28 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM29 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM30 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM31 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM32 Sig. (2-tailed) N ITEM33 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,009 26 ,070 ,734 26 ,278 ,169 26 ,250 ,218 26 ,141 ,491 26 ,428(*) ,029 26 ,084 ,684 26 ,335 ,094 26 ,350 ,080 26 ,(a) , 26 ,(a) ,
N Pearson Correlation ITEM34 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM35 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM36 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM37 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM38 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM39 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM40 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM41 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM42 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM43 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM44 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM45 Sig. (2-tailed) N
26 -,004 ,984 26 ,325 ,106 26 ,412(*) ,037 26 ,421(*) ,032 26 ,139 ,497 26 ,271 ,181 26 ,139 ,497 26 ,030 ,883 26 ,103 ,618 26 ,(a) , 26 ,084 ,684 26 -,083 ,685 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Pearson Correlation ITEM46 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM47 Sig. (2-tailed) N ITEM48 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N
-,122 ,553
ITEM49 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
26
N
,142 ,488
ITEM50 Pearson Correlation
26 ,427(*)
Sig. (2-tailed) N
,029
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). a Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
26 -,050 ,808 26 ,042 ,837 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran III. 3. Korelasi item-total uji coba III Correlations
TOTAL
N Pearson Correlation
Pearson Correlation TOTAL Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM1
Sig. (2-tailed) N
ITEM2
Sig. (2-tailed)
-,025 ,892 32
Sig. (2-tailed)
,158
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
32 -,090 ,625 32 -,004 ,981 32
Pearson Correlation
,226
Sig. (2-tailed)
,213
N
32
Pearson Correlation
,109
Sig. (2-tailed)
,554
N Pearson Correlation ITEM9
32
,256
N
ITEM8
32
Pearson Correlation
Pearson Correlation
ITEM7
,570
,159
N
ITEM6
-,104
Sig. (2-tailed)
N
ITEM5
32
,255
Pearson Correlation
ITEM4
,
Pearson Correlation
N ITEM3
1
Sig. (2-tailed) N
ITEM10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
32 ,(a) , 32 ,(a) ,
ITEM11 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM12 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM13 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM14 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM15 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM16 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM17 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM18 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM19 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM20 Sig. (2-tailed) N ITEM21 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
32 -,070 ,703 32 ,220 ,227 32 ,(a) , 32 ,(a) , 32 ,316 ,078 32 -,102 ,580 32 ,(a) , 32 ,(a) , 32 ,391(*) ,027 32 ,220 ,227 32 ,217 ,232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
N Pearson Correlation ITEM22 Sig. (2-tailed) N
32 ,086
Sig. (2-tailed)
,642
N
32
Pearson Correlation ,480(**) ITEM23 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM24 Sig. (2-tailed) N
,005 32 ,398(*) ,024 32
Pearson Correlation ,511(**) ITEM25 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM26 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM27 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM28 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM29 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM30 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM31 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM32 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM33 Sig. (2-tailed) N
ITEM34 Pearson Correlation
,003 32 ,022 ,906 32 ,086 ,642 32 -,284 ,115 32 ,369(*) ,038 32 ,323 ,071 32 ,065 ,725 32 ,220 ,227 32 ,388(*) ,028 32
,081 ,658 32
Pearson Correlation ,482(**) ITEM35 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM36 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM37 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM38 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM39 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM40 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM41 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM42 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM43 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM44 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM45 Sig. (2-tailed) N ITEM46 Pearson Correlation
,005 32 ,349 ,051 32 ,375(*) ,034 32 -,020 ,912 32 ,103 ,574 32 -,020 ,912 32 ,259 ,153 32 ,288 ,110 32 ,317 ,077 32 -,275 ,128 32 ,014 ,940 32 ,104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM47 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM48 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM49 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM50 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM51 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM52 Sig. (2-tailed) N ITEM53 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N
,571 32
ITEM54 Pearson Correlation ,574(**)
,015
Sig. (2-tailed)
,936
N
32
ITEM55 Pearson Correlation
,224
Sig. (2-tailed)
,219
N
32
Sig. (2-tailed)
,218
N ITEM57 Pearson Correlation
,038
Sig. (2-tailed)
,837
N
32
ITEM58 Pearson Correlation
,081
Sig. (2-tailed)
,660
N Pearson Correlation
32 -,151
ITEM59 Sig. (2-tailed) N
,408
Pearson Correlation
32 ,064
,001 32 -,176 ,336 32
ITEM56 Pearson Correlation ,519(**)
,224
32
32
ITEM60 Sig. (2-tailed)
,729
N
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). a Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
,002 32 ,234 ,196 32 -,234 ,196 32 ,317 ,077 32 ,406(*) ,021 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Lampiran III. 4. Korelasi item-mean uji coba III Correlations N
MEAN
Pearson Correlation MEAN
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
,
N Pearson Correlation ITEM1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
ITEM2
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
ITEM3
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
ITEM4
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
ITEM5
Sig. (2-tailed) N
32 -,232 ,202 32 -,002 ,993 32 -,430(*) ,014 32 -,335 ,061 32 -,294 ,102 32
Pearson Correlation -,471(**) ITEM6
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
ITEM7
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
ITEM8
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
ITEM9
Sig. (2-tailed) N
ITEM10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,006 32 -,385(*) ,030 32 -,341 ,056 32 ,(a) , 32 ,(a) ,
ITEM11 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM12 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM13 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM14 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM15 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM16 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM17 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM18 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM19 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM20 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM21 Sig. (2-tailed) N
32 ,180 ,325 32 -,433(*) ,013 32 ,(a) , 32 ,(a) , 32 -,125 ,495 32 ,289 ,109 32 ,(a) , 32 ,(a) , 32 ,262 ,147 32 -,433(*) ,013 32 ,254 ,161 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Pearson Correlation ITEM22 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM23 Sig. (2-tailed) N
-,113 ,539 32 ,116 ,528 32
Pearson Correlation -,481(**) ITEM24 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM25 Sig. (2-tailed) N
,005 32 ,140 ,445 32
Pearson Correlation -,504(**) ITEM26 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM27 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM28 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM29 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM30 Sig. (2-tailed) N
,003 32 -,113 ,539 32 -,404(*) ,022 32 ,441(*) ,012 32 ,050 ,787 32
Pearson Correlation -,486(**) ITEM31 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM32 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM33 Sig. (2-tailed) N
,005 32 -,433(*) ,013 32 ,104 ,570 32
ITEM34 Pearson Correlation -,495(**)
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM35 Sig. (2-tailed) N
,004 32 ,178 ,330 32
Pearson Correlation -,642(**) ITEM36 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM37 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM38 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM39 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM40 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM41 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM42 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM43 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM44 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM45 Sig. (2-tailed) N ITEM46 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,000 32 ,226 ,214 32 ,181 ,320 32 -,379(*) ,032 32 ,181 ,320 32 -,354(*) ,047 32 ,353(*) ,047 32 -,424(*) ,016 32 -,217 ,233 32 ,109 ,553 32 -,079 ,669
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
N Pearson Correlation ITEM47 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM48 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM49 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM50 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM51 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM52 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ITEM53 Sig. (2-tailed) N
32
ITEM54 Pearson Correlation -,559(**)
-,434(*)
Sig. (2-tailed)
,013 32
N ITEM55 Pearson Correlation
-,253
Sig. (2-tailed)
,162 32 ,060
N
Sig. (2-tailed) N
32
ITEM57 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,117
N
32 ,501(**)
ITEM58 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,003
N
32
ITEM59 Sig. (2-tailed) N
32
Pearson Correlation
-,236 ,194
,396(*) ,025 32
,001 32 ,145 ,427 32 -,145 ,427 32
Pearson Correlation -,478(**)
,050 ,786
32
ITEM56 Pearson Correlation -,559(**)
,744
-,283
,001
ITEM60 Sig. (2-tailed) N
32 *
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). a Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
,006 32 -,350(*) ,050 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN IV: Reliabilitas skala sikap sosial i.
Reliabilitas skala
ii.
Korelasi skala-wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Lampiran IV.1. Reliabilitas skala
Reliability ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Correlation Matrix
ITEM2 ITEM7 ITEM15 ITEM19 ITEM21 ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM29 ITEM30 ITEM33 ITEM35 ITEM36 ITEM41 ITEM43 ITEM49 ITEM54 ITEM56 ITEM57 ITEM60
ITEM23 ITEM24 ITEM25 ITEM29 ITEM30 ITEM33 ITEM35 ITEM36 ITEM41 ITEM43 ITEM49 ITEM54 ITEM56 ITEM57 ITEM60
ITEM2
ITEM7
ITEM15
ITEM19
ITEM21
1,0000 ,1034 ,5584 -,1486 ,1034 -,1034 -,1202 ,1705 -,1545 -,0830 -,1034 ,2187 -,1202 -,4521 ,1034 -,1384 ,1857 ,1545 -,0578 ,0830
1,0000 ,0578 -,0675 -,1034 ,1034 ,3949 ,0478 -,1202 ,0830 ,1034 -,2187 ,1202 ,1569 -,1034 -,1569 ,3095 ,3949 ,0578 ,3599
1,0000 ,1584 ,0578 -,0578 ,0863 ,2171 -,0863 -,0464 -,0578 ,2482 ,0863 ,0773 ,0578 -,0773 ,1037 ,0863 -,0323 ,0464
1,0000 -,0675 ,2837 ,0605 ,0882 ,2623 ,2277 ,2837 ,2404 -,1009 ,3145 -,2837 ,3795 ,0727 ,0605 ,1584 -,2277
1,0000 ,1034 ,1202 ,2660 ,1545 ,0830 ,1034 ,2328 -,1545 -,1384 -,1034 ,1384 -,1857 -,1545 ,0578 -,0830
ITEM23
ITEM24
ITEM25
ITEM29
ITEM30
1,0000 ,1545 ,3888 ,3949 -,0830 ,6322 -,0071 ,1545 ,1384 ,1034 -,1384 ,1857 ,1545 ,5584 ,0830
1,0000 -,0917 ,0256 ,1240 ,1545 ,0105 ,3846 ,4548 ,1202 -,0138 ,2774 ,5897 ,0863 ,2067
1,0000 ,2547 ,0493 ,1705 ,4731 ,0713 -,1698 ,0478 -,0055 ,1837 -,0917 ,2171 ,2136
1,0000 ,5375 ,3949 ,1580 -,1795 -,0138 ,1545 ,0138 ,0925 ,0256 ,3739 ,1240
1,0000 ,3599 ,0849 ,1240 ,1111 ,0830 ,2444 ,1491 ,1240 -,0464 ,0667
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P H A)
Correlation Matrix
ITEM33 ITEM35 ITEM36 ITEM41 ITEM43 ITEM49 ITEM54 ITEM56 ITEM57 ITEM60
ITEM49 ITEM54 ITEM56 ITEM57 ITEM60
ITEM33
ITEM35
ITEM36
ITEM41
ITEM43
1,0000 -,0071 ,1545 ,1384 ,1034 -,1384 ,1857 ,1545 -,0578 ,0830
1,0000 ,0105 -,0510 ,0071 ,4134 ,1140 ,0105 -,1300 ,1869
1,0000 ,4548 ,6695 -,2343 ,4623 ,3846 ,0863 ,2067
1,0000 ,1569 ,1852 ,1491 ,4548 ,0773 ,2444
1,0000 -,4521 ,5571 ,3949 ,0578 ,3599
ITEM49
ITEM54
ITEM56
ITEM57
ITEM60
1,0000 -,1491 -,0138 -,0773 ,1111
1,0000 ,6472 ,1037 ,4472
1,0000 ,0863 ,5375
1,0000 ,0464
1,0000
N of Cases =
Reliability Coefficients Alpha =
,6790
32,0
20 items Standardized item alpha =
,7159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Lampiran IV. 2. Korelasi skala-wawancara Correlations
MEAN WMEAN
MEAN
Pearson Correlation
1
,360(**)
Sig. (2-tailed)
,
,001
88
88
Pearson Correlation ,360(**)
1
N WMEAN Sig. (2-tailed) N
,001
,
88
88
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
LAMPIRAN V: Analisis data I (20 item) 1. Data deskriptif 2. Uji asumsi: a. normalitas b. homogenitas varians c. linearitas 3. Uji hipotesis dengan frekuensi bermain 4. Uji hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Lampiran V. 1. Data deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
MEANPRE
87
6,386
8,755 8,32046
,480514
MEANPOST
87
5,682
8,745 8,31121
,533136
Valid N (listwise) 87
Means Case Processing Summary Cases Included
Excluded
Total
N Percent N Percent N Percent MEANPRE * KELOMPOK
87 100,0% 0
,0% 87 100,0%
MEANPOST * KELOMPOK 87 100,0% 0
,0% 87 100,0%
Report KELOMPOK Mean aktif
pasif
8,34750
8,29996
30
30
Std. Deviation
,368608
,423260
Mean
8,39459
8,24023
26
26
Std. Deviation
,391582
,540655
Mean
8,23211
8,38162
31
31
Std. Deviation
,623868
,623235
Mean
8,32046
8,31121
87
87
,480514
,533136
N
N
kontrol N
Total
MEANPRE MEANPOST
N Std. Deviation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Lampiran V. 2. a. Uji normalitas Kelompok bermain aktif
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MEANPRE MEANPOST N Normal Parameters(a,b)
30
30
Mean
8,34750
8,29996
Std. Deviation
,368608
,423259
,224
,151
,140
,146
-,224
-,151
1,225
,826
,100
,503
Absolute Most Extreme Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Kelompok bermain pasif
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MEANPRE MEANPOST N Normal Parameters(a,b)
26
26
Mean
8,39459
8,24023
Std. Deviation
,391582
,540655
,257
,228
,179
,200
-,257
-,228
1,309
1,160
,065
,135
Absolute Most Extreme Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Kelompok kontrol
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MEANPRE MEANPOST N Normal Parameters(a,b)
31
31
Mean
8,23211
8,38162
Std. Deviation
,623868
,623235
,250
,280
,205
,280
-,250
-,277
1,389
1,557
,042
,016
Absolute Most Extreme Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Lampiran V. 2. b. Uji homogenitas varians
Oneway Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. MEANPRE MEANPOST
2,438
2
84 ,094
,464
2
84 ,631
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Lampiran V. 2. c. Uji linearitas
Means ANOVA Table Sum of Squares (Combined) MEANPOST * MEANPRE
Between Groups
Linearity Deviation from Linearity
Within Groups Total
df
21,453 46 9,044
1
Mean Square ,466
Sig.
6,237 ,000
9,044 120,944 ,000
12,409 45
,276
2,991 40
,075
24,444 86
F
3,688 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Lampiran V. 3. Uji hipotesis dengan frekuensi bermain
Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label N 1 aktif
21
KELOMPOK 2 pasif
22
3 kontrol
24
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: POST Source Corrected Model
Type III Sum of Squares df Mean Square
F
Sig.
12,493(a)
4
,683
1
12,008
1
5,332E-03
1
5,332E-03
,020 ,888
1,177
2
,588
2,193 ,120
Error
16,636 62
,268
Total
4704,452 67
Intercept PRE FREQMAIN KELOMPOK
Corrected Total
29,128 66
a R Squared = ,429 (Adjusted R Squared = ,392)
3,123 11,640 ,000 ,683
2,547 ,116
12,008 44,754 ,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Lampiran V. 4. Uji hipotesis
Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label N 1 aktif
30
KELOMPOK 2 pasif
26
3 kontrol
31
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: MEANPOST Source
Type III Sum of Squares df Mean Square
Corrected Model
F
Sig.
9,994(a)
3
3,331 19,136 ,000
Intercept
1,647
1
1,647
MEANPRE
9,706
1
9,706 55,752 ,000
,950
2
,475
Error
14,450 83
,174
Total
6034,070 87
KELOMPOK
Corrected Total
9,462 ,003
2,729 ,071
24,444 86
a R Squared = ,409 (Adjusted R Squared = ,388)
Estimated Marginal Means 1.
Grand Mean
Dependent Variable: MEANPOST Mean
Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
8,304(a)
,045
8,215
8,393
a Evaluated at covariates appeared in the model: MEANPRE = 8,32046.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
2. KELOMPOK Estimates Dependent Variable: MEANPOST Mean
95% Confidence Interval
Std. Error
KELOMPOK
Lower Bound Upper Bound
aktif
8,281(a)
,076
8,129
8,432
pasif
8,188(a)
,082
8,025
8,351
kontrol
8,444(a)
,075
8,294
8,594
a Evaluated at covariates appeared in the model: MEANPRE = 8,32046.
Pairwise Comparisons Dependent Variable: MEANPOST
(I) KELOMPOK Aktif
(J) KELOMPOK pasif
Sig.(a)
95% Confidence Interval for Difference(a) Lower Bound
Upper Bound
,112
,408
-,130
,316
-,163
,107
,133
-,377
5,049E-02
-9,301E-02
,112
,408
-,316
,130
-,256(*)
,112
,025
-,479
-3,337E-02
aktif
,163
,107
,133
-5,049E-02
,377
pasif
,256(*)
,112
,025
3,337E-02
,479
aktif kontrol
kontrol
Std. Error
9,301E-02
kontrol Pasif
Mean Difference (I-J)
Based on estimated marginal means * The mean difference is significant at the ,05 level. a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Univariate Tests Dependent Variable: MEANPOST Sum of Squares Df Mean Square Contrast Error
,950
2
14,450 83
F
Sig.
,475 2,729 ,071 ,174
The F tests the effect of KELOMPOK. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
LAMPIRAN VI: Analisis data II (9 item) 1. Korelasi skala-wawancara 2. Data deskriptif 3. Uji asumsi: a. normalitas b. homogenitas varians c. linearitas 4. Uji hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Lampiran VI. 1. Korelasi skala-wawancara Correlations
MEANPRE MEANWWNC
MEANPRE
Pearson Correlation
1
,026
Sig. (2-tailed)
,
,812
85
85
,026
1
,812
,
85
85
N Pearson Correlation MEANWWNC Sig. (2-tailed) N
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Lampiran VI. 2. Data deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
MEANPRE
85
2,250
9,000 7,59897
1,648758
MEANPOST
85
3,945
9,000 7,65240
1,515274
Valid N (listwise) 85
Means Case Processing Summary Cases Included
Excluded
Total
N Percent N Percent N Percent MEANPRE * KELOMPOK
85 100,0% 0
,0% 85 100,0%
MEANPOST * KELOMPOK 85 100,0% 0
,0% 85 100,0%
Report KELOMPOK Mean aktif
N Std. Deviation Mean
pasif
N Std. Deviation Mean
kontrol N Std. Deviation Mean Total
N Std. Deviation
MEANPRE MEANPOST 7,62632
7,41562
30
30
1,396685
1,380498
7,79329
7,63427
26
26
1,382014
1,664044
7,39645
7,91360
29
29
2,085939
1,520173
7,59897
7,65240
85
85
1,648758
1,515274
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Lampiran VI. 3. a. Uji normalitas Kelompok bermain aktif
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MEANPRE MEANPOST N Normal Parameters(a,b)
Mean Std. Deviation Absolute
Most Extreme Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
30
30
7,62633
7,41562
1,396685
1,380498
,304
,241
,182
,157
-,304
-,241
1,665
1,321
,008
,061
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Kelompok bermain pasif
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MEANPRE MEANPOST N Normal Parameters(a,b)
Mean Std. Deviation Absolute
Most Extreme Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
26
26
7,79329
7,63427
1,382014
1,664044
,347
,333
,191
,206
-,347
-,333
1,770
1,696
,004
,006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Kelompok kontrol
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MEANPRE MEANPOST N Normal Parameters(a,b)
Mean Std. Deviation Absolute
Most Extreme Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
29
29
7,39645
7,91360
2,085939
1,520173
,331
,349
,221
,237
-,331
-,349
1,781
1,878
,004
,002
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Lampiran VI. 3. b. Uji homogenitas varians Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. MEANPRE
4,274
2
82 ,017
MEANPOST
1,217
2
82 ,301
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Lampiran VI. 3. c. Uji linearitas ANOVA Table Sum of Squares
MEANPOST * MEANPRE
df
Mean Square
(Combined)
89,317 19
Linearity
38,039
Deviation from Linearity
51,278 18
2,849
Within Groups
103,551 65
1,593
Total
192,869 84
Between Groups
1
4,701
F
Sig.
2,951 ,001
38,039 23,877 ,000 1,788 ,046
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Lampiran VI. 4. Uji hipotesis
Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors Value Label N 1 aktif
30
KELOMPOK 2 pasif
26
3 kontrol
29
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: MEANPOST Source
Type III Sum of Squares df Mean Square
Corrected Model
F
Sig.
43,592(a)
3
14,531
Intercept
74,310
1
74,310 40,322 ,000
MEANPRE
39,923
1
39,923 21,663 ,000
5,553
2
2,776
Error
149,277 81
1,843
Total
5170,400 85
KELOMPOK
Corrected Total
7,885 ,000
1,506 ,228
192,869 84
a R Squared = ,226 (Adjusted R Squared = ,197)
Estimated Marginal Means 1.
Grand Mean
Dependent Variable: MEANPOST Mean
Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
7,652(a)
,148
7,358
7,945
a Evaluated at covariates appeared in the model: MEANPRE = 7,59897.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
2. KELOMPOK Estimates Dependent Variable: MEANPOST Mean
95% Confidence Interval
Std. Error
KELOMPOK
Lower Bound Upper Bound
aktif
7,404(a)
,248
6,911
7,897
pasif
7,553(a)
,267
7,022
8,083
kontrol
7,999(a)
,253
7,496
8,502
a Evaluated at covariates appeared in the model: MEANPRE = 7,59897.
Pairwise Comparisons Dependent Variable: MEANPOST
(I) KELOMPOK aktif
pasif
(J) KELOMPOK
Std. Error
Sig.(a)
95% Confidence Interval for Difference(a) Lower Bound
Upper Bound
pasif
-,148
,364
,684
-,873
,576
kontrol
-,595
,354
,097
-1,299
,110
,148
,364
,684
-,576
,873
-,446
,368
,229
-1,179
,287
aktif
,595
,354
,097
-,110
1,299
pasif
,446
,368
,229
-,287
1,179
aktif kontrol
kontrol
Mean Difference (I-J)
Based on estimated marginal means a Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Univariate Tests Dependent Variable: MEANPOST Sum of Squares df Mean Square Contrast Error
5,553
2
149,277 81
F
Sig.
2,776 1,506 ,228 1,843
The F tests the effect of KELOMPOK. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
LAMPIRAN VII: Surat keterangan uji coba dan penelitian 1. Surat keterangan uji coba I 2. Surat keterangan uji coba II 3. Surat keterangan uji coba III 4. Jadwal penelitian 5. Surat keterangan penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190