EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK DAN LATIHAN GERAK TERHADAP PERBAIKAN KOORDINASI GERAK PADA PENDERITA PARKINSON DI KELURAHAN KRAMAT JEGU
Kiki Indira Kusumaning Ayu, Nuh Huda, M.Kep.,Sp. Kep. KMB Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Tahun ajaran 2014/ 2015
ABSTRACT Modern management of Parkinson's disease (PD) aims to control symptoms, reduce disability and improve quality of life. Music therapy and movement exercises act as a stimulus to get the motor and emotional responses by combining movement and sensory stimulation is also a motion exercises to reduce stiffness and improve coordination. The purpose of this study was to analyze the effectiveness of music therapy and movement exercises to coordinate movement in Parkinson's patients in Kramatjegu village. This study design sample number 15 samples were selected by probability sampling methods One-group pre-post test design. The research instrument used questionnaire sheet and test sheet Sullivan O 'Smith. Data were analyzed using statistical test Paired Samples T test. Results Paired Samples T test p value = 0.001 <α = 0.05, statistically significant H0 was the effect of music therapy and movement exercises to coordinate movement in Parkinson's patients in Kramatjegu village. The implication of this research is the provision of music therapy and movement exercises for three weeks could improve motor coordination in people with Parkinson's, so it can be used as a therapeutic alternative to drugs and surgery as well as giving patients other options to improve the ability to coordinate movement. Keywords: Music therapy, exercise motion, movement coordination, Parkinson
PENDAHULUAN
tremor (Ginsberg, 2007). Gerakan
Penyakit Parkinson (PD) adalah
Involunter berlebihan disertai dengan
suatu
kekakuan otot pada pasien Parkinson
kondisi
neurodegeneratif
gangguan yang
terutama
mengurangi
keseimbangan yang
dalam
mengenai jaras ekstrapiramidal yang
bergerak
mengakibatkan
mengandung
neurotransmitter
terjadinya keterbatasan gerak dan
dopamin dan karakteristiknya adalah
kehilangan kemampuan koordinasi
trias yaitu Akanesia, rigiditas dan
tubuh Karena mengalami gangguan
koordinasi, Pasien semakin malas
aktivitas jalur indirect dan direct,
menggerakkan
apabila terjadi pengurangan aktifitas
badan
sehingga
semakin memperparah kekakuan otot
neuron
(Kulldep, 2013). Menurut data dari
mengakibatkan
Yayasan Peduli Parkinson Indonesia
aktivitas
(YPPI) sekitar lima dari 1000 orang
defisiensi
usia 60-an dan sekitar 40 dari 1000
meningkatnya aktifitas jalur indirect
orang berusia 80-an di Indonesia
(kelebihan
terkena
dan
aktivitas pada nukleus subthalamus
kurang lebih hampir 45% penderita
dan neuron pada Globus palliditus
parkinson mengalami keterbatasan
Internus (GPi) akan menyebabkan
dalam bergerak dan kekakuan otot
penghambatan
(Pasquale, 2008).
thalamokortikal yang menyebabkan
penyakit
parkinson
pada
SNc
yang
berkurangnya
jalur
direct
(terjadi
dopaminergic)
kolinergik)
dan
sehingga
berlebihan
pada
Berdasarkan survey awal yang
terjandinya bradikinesia dan gerakan
dilakukan peneliti tanggal 20 April
involunter berlebihan. Pasien akan
2015 di Kelurahan Kramatjegu di
sulit
dapatkan pasien parkinson 15 orang
bahkan sangat sederhana seperti
yang melakukan rawat jalan di
menggenggam dan menggerakkan
beberapa
yang
ekstrimitas dikarenakan kekakuan
koordinasi
otot yang berakhir dengan gangguan
Rumah
mengalami
Sakit
gangguan
melakukan
kegiatan
yang
gerak dan menjalani fisioterapi.
koordinasi gerak (Davis L.E, 2005).
Gangguan Koordinasi gerak pada
Terapi alternatif yang bisa dijadikan
pasien
terapi
Parkinson
diakibatkan
pendamping
mengganggu
efek
tanpa
kematian
dopaminergik
neuron,
obat
beberapa
adrenergik
dan
dikonsumsi, salah satunya adalah
serotonergik
neuron.
Kematian
terapi musik dan latihan gerak untuk
melanin yang yang mengandung
penderita
pigmen dopaminergik neuron di
kekakuan otot
substansia
kompakta
dengan melakukan latihan gerak
Proyeksi
diiringi musik. Latihan ini berfungsi
kompakta
untuk mobilisasi dan memperkuat
(Reinhard, Substansia
nigra
pars
2005). nigra
pars
(SNc) berperan dalam mengatur
stabilisasi
Parkinson.
yang
Gejala
bisa diminimalisir
tubuh
saat
bergerak.
Gerakan yang dilakukan terdiri dari
tubuh bergerak mengikuti irama dan
6 komponen sederhana (transfer,
meningkatkan kepekaan dopamine
postur,
sel dalam subtansia nigra. Efek yang
meraih,
menggenggam,
aktivitas fisik dan berjalan) yang
dihasilkan
diiringi dengan alunan musik. Musik
bergerak normal lagi walau tanpa
bisa menyentuh individu baik secara
iringan musik.
fisik, psikososial, emosional, dan
Hasil
spiritual (Campbell, 2006; Nilsson,
kemampuan koordinasi motorik otak
2008; Chiang, 2012). Gelombang
yang terlatih lama kelamaan akan
suara musik yang dihantarkan ke
menunjukkan perbaikan. Dari hasil
otak berupa energi listrik melalui
penelitian
jaringan syaraf akan membangkitkan
Fernandez (2012) latihan gerak 3 kali
gelombang otak yang dibedakan atas
seminggu selama 30-45 menit akan
fekuensi alfa, beta, theta, dan delta.
memperbaiki
Terapi musik yang dipilih adalah
perkembangan penyakit parkinson.
berirama
Meskipun
March
yang
mampu
sebelumnya
dan
oleh
memperlambat
intervensi tidak
non
dimainkan
akan diterima oleh
gejala utama Parkinson, terapi ini
system pendengaran dan diteruskan
membantu dalam menjaga kesehatan
ke
pasien
kemudian
farmakologi
menunjukkan,
otak.
koklearis
yang
penyelidikan
dapat
menstimulasi
saraf
Musik
Lama-kelamaan
secara
memperbaiki
keseluruhan.
menginduksi
thalamus
dan
Peregangan, penguatan dan latihan
hipotalamus
(forebrain)
untuk
keseimbangan diiringi dengan alunan
mengaktifkan
hormon
serotonine
musik memberikan kontribusi pada
yang menimbulkan efek nyaman dan
penderita
Parkinson
untuk
menyenangkan sehingga merangsang
melakukan kegiatan sehari-hari. akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek
METODE Penelitian
ini
menggunakan
diobservasi
sebelum
dilakukan
rancangan Pra-Experimental dengan
intervensi, kemudian diobservasi lagi
metode One-group pra-post test
setelah intervensi untuk mengetahui
design
yaitu
mengungkapkan
penelitian
yang
efektivitas terapi musik dan latihan
hubungan
sebab
gerak. Populasi dalam penelitian ini
adalah 15 orang. Penelitian ini
terapi musik dan latihan gerak
menggunakan
dengan perbaikan tingkat koordinasi
teknik
probability
sampling
sampling
dengan
gerak.
pendekatan simple random sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini
Hasil
adalah pemberian terapi musik dan
Data Umum
latihan
1. Karakteristik
gerak
pada
penderita
Berdasarkan Jenis Kelamin
Parkinson dan variabel terikat dalam penelitian
ini
adalah
perbaikan
Responden
Tabel 5.1 Karakteristik Responden
tingkat koordinasi gerak. Kelompok
Berdasarkan
subjek
Kelurahan Kramatjegu pada Tanggal
dilakukan
diobservasi
sebelum
intervensi,
kemudian
Jenis
Kelamin
di
20 Mei – 19 Juni 2015
terapi musik dan latihan gerak.
Jenis Frekuensi Presentase Kelamin (%) Laki-laki 13 86.7 Perempuan 2 13.3 Total 15 100 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa
Teknik
penderita parkinson berjenis kelamin
diobservasi lagi setelah intervensi untuk mengetahui adanya perbedaan sebelum
dan
sesudah
analisis
data
diberikan
dilakukan
dengan uji statistik dengan analisis
laki-laki
univariate dan analisis bivariate.
perincian 13 orang (86.7%) dan
Analisis univariate dilakukan tiap
berjenis perempuan 2 orang (13.3%)
variabel
2.
dari
sedangkan
hasil
penelitian,
analisis
bivariate
paling
banyak
Karakteristik
dengan
Responden
Berdasarkan Usia
dilakukan terhadap dua variabel yang diduga saling berpengaruh. Data
Tabel 5.2 Karakteristik Responden
dikelompokkan
Berdasarkan
berdasarkan
dan
sub
ditabulasi
variabel
yang
diteliti. Data yang sudah di analisis,
Paired
40-44 tahun 45-49 tahun 50-54 tahun
dengan
derajat
kemaknaan jika p < α = 0,05 maka H0
diterima
yang
artinya
ada
pengaruh yang signifikan antara
Kelurahan
19 Juni 2015 Usia
test
di
Kramatjegu pada Tanggal 20 Mei –
kemudian diuji dengan uji statistik T
Usia
Frekuensi Presentase (%) -
-
4
26.7
55-59 5 33.3 tahun >60 6 40.0 tahun Total 15 100 Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari
tahun sebanyak 4 orang (26.7%), dan berusia 55-59 tahun sebanyak 5 orang (33.3%) dan berusia >60 tahun sebanyak 6 orang (40.0%).
15 responden yang berusia 50-54 Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Kramatjegu pada Tanggal 20 Mei – 19 Juni 2015 Pendidikan Frekuensi Presentase (%) SD SMP 2 20.0 SMA 9 60.0 D-III 2 13.3 S-1 1 6.7 Total 15 100 Tabel 5.3 menunjukkan dari 15 responden pendidikan SMP sebanyak 2 orang (20.0%), pendidikan SMA sebanyak
9
orang
(60.0%),
pendidikan D-III sebanyak 2 orang (13.3%)
dan
pendidikan
S-1
sebanyak 1 orang (6.7%).
3.
Karakteristik
Responden
Berdasarkan Agama
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama di Kelurahan Kramatjegu pada Tanggal 20 Mei – 19 Juni 2015 Agama Frekuensi Presentase (%) Islam 10 66.7 Kristen 4 26.7 Hindu 1 6.7 Total 15 100
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 15
responden
sebagian
besar
beragama islam sebanyak 10 orang (66.7%), beragama Kristen sebanyak 4 orang (26.7%) dan beragama Hindu 1 orang (6.7%)
4.
Karakteristik
Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Kramatjegu pada Tanggal 20 Mei – 19 Juni 2015 Pekerjaan Frekuen Presentas si e (%) Ibu rumah 2 13.3 tangga 5 33.3 Buruh 4 26.7 pabrik/petani 4 26.7 wiraswasta Purnawirawa n Total 15 100 Tabel 5.5 menunjukkan dari 15 responden 2 orang sebagai ibu rumah tangga (12.5%), buruh pabrik atau petani sebanyak 5 orang (33.3%), wiraswasta
sebanyak
(26.7%),
dan
4
orang
Purnawirawan
sebanyak 4 orang (26.7%).
5. Karakteristik
Responden
Data khusus
Berdasarkan
Menderita
1. Tingkat
Lama
Koordinasi
Gerak
Parkinson
Responden Berdasarkan Sebelum
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menderita Parkinson di Kelurahan Kramatjegu pada Tanggal 20 Mei – 19 Juni 2015 Lama Frekuensi Presentase menderita (%) stroke 1-3 tahun 4 26.7 3-5 tahun 4 26.7 >6 tahun 7 46.7 Total 15 100 Tabel 5.6 menunjukkan lama
Dilakukan
menderita
parkinson
dari
15
responden sebanyak 4 orang 1-3
Terapi
Musik
dan
Latihan Gerak Tabel 5.8 Tingkat Koordinasi Gerak Responden Berdasarkan Sebelum Dilakukan Terapi Musik dan Latihan Gerak Di Kelurahan Kramatjegu pada Tanggal 20 Mei – 19 Juni 2015
Variabel
Frekuensi Presentase (%) Sepenuhnya 0 0 Independen Sebagian 3 20.0 Independen 12 80.0 Kurang Independen Total 15 100
tahun (26.7%), 3-5 tahun (26.7%)
Tabel 5.8 menunjukkan 15 responden
dan > 6 tahun sebanyak 7 orang
yang memiliki kemampuan kordinasi
(46.7%).
sebagian independen adalah 3 orang (20.0%) dan yang memiliki kemampuan
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluarga yang Menderita Parkinson
Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Keluarga yang Parkinson di Kelurahan Kramatjegu pada Tanggal 20 Mei – 19 Juni 2015 Keluarga Frekuensi Presentase Stroke (%) Ada 3 21.4 Tidak ada 11 78.6 Total 15 100 Tabel 5.7 menunjukkan dari 15 responden
ada
keluarga
yang
mengalami parkinson sebanyak 3 orang (21.4%) dan 11 orang (78.6%) tidak ada keluarga yang mengalami parkinson.
kurang independen sebesar 12 orang (80.0%). 2.
Tingkat
Koordinasi
Gerak
Penderita Responden Berdasarkan Setelah Dilakukan Terapi Musik dan Latihan Gerak Tabel 5.9 Tingkat Koordinasi Gerak Responden Berdasarkan Setelah Dilakukan Terapi Musik dan Latihan Gerak Di Kelurahan Kramatjegu pada Tanggal 20 Mei – 19 Juni 2015
Variabel
Frekuensi Presentase (%) Sepenuhnya 0 0 Independen Sebagian 11 73.3 Independen 4 28.7 Kurang Independen
Total
Tabel
15 100 5.9 menunjukkan
responden yang berjumlah 15 orang sebanyak 11 orang (73.3%) setelah
PEMBAHASAN Analisa Tingkat Koordinasi Gerak Penderita
Parkinson
Sebelum
Terapi Musik dan Latihan Gerak
dilakukan terapi musik latihan gerak
Berdasarkan hasil data awal
kemampuannya menjadi sebagian
didapatkan bahwa responden dalam
independen dan 4 orang (28.7%)
penelitian ini berjumlah 15 orang
kemampuan
(100%). Terdapat 3 orang (20%)
koordinasi
geraknya
tetap kurang independen. 3.
dengan
Pengaruh Terapi Musik dan
Latihan Gerak Terhadap Perbaikan Koordinasi Gerak Tabel 5.10 Pengaruh Terapi Musik dan Latihan Gerak Terhadap Perbaikan Koordinasi Gerak
ρ N value Pre test 2.80 0.414 15 0.001 Post test 2.27 0.458 15 Tabel 5.10 menunjukkan rataKelompok Mean SD
kemampuan
sebagian
independen dan 12 orang (80%) dengan
kemampuan
kurang
independen. Data ini menunjukkan adanya
perbedaan
sebaran
nilai
kemampuan koordinasi hal tersebut dapat dikarenakan jenis kelamin, usia, lama menderita Parkinson dan adanya
keturunan.
perbandingan
Dimana
laki-laki
rata sebelum dilakukan terapi musik
perempuan
dan latihan gerak adalah 2.80 dengan
Parkinson pada penelitian adalah 1 :
standar deviasi 0.414 dan rata-rata
4 (2 orang perempuan dan 13 orang
setelah dilakukan latihan menelan
laki-laki) dengan tingkat kemampuan
2.27 dengan standar deviasi 0.458,
koordinasi
dan didapatkan ρ value 0.001 yang
nilainya ada dalam rentang sebagian
artinya
independen dan kurang independen.
terdapat
pengaruh
terapi
Hasil
musik dan latihan gerak terhadap
yang
dan
menderita
berimbang,
ini
sesuai
Kisaran
dengan
peningkatan kemampuan koordinasi
penelitian terbaru terbaru dari tujuh
gerak.
studi
yang
melaporkan
bahwa
penyakit Parkinson terjadi 1,5 kali lebih besar pada pria dibandingkan pada
perempuan.
peningkatan
Kemungkinan
risiko
penyakit
Parkinson pada pria adalah gaya
yang memiliki kemampuan kurang
hidup, paparan racun, trauma kepala,
independen terdapat 6 orang (40.0%)
pelindung
saraf
estrogen,
yang berusia lebih dari 60 tahun.
disfungsi
mitokondria,
atau
X
Hasil ini lebih banyak daripada
genetik.
penderita Parkinson di usia lain
(Wooten G F et al, 2005). Namun
dengan kemampuan koordinasi gerak
adanya
dalam
yang sama. Hasil ini hampir mirip
diperdebatkan.
dengan peryataan Benito-Leon J
Semakin tingginya prevalensi dan
(2006) bahwa Onset dari parkinson
insiden Parkinson pada pria di
jarang terjadi sebelum usia 50 tahun
berbagai studi epidemiologi telah
dan peningkatan tajam dari kejadian
mendorong hipotesis bahwa hormon
ini terlihat setelah usia 60 tahun dan
seks perempuan entah bagaimana
tarwoto (2007) ikut menguatkan
akan melindungi
saraf dari
pendapat bahwa hampir 1-2 %
kerusakan. Sehingga dilakukanlah
populasi penderita Parkinson berusia
percobaan
lebih dari 60 tahun dan seiring
linkage
oleh
faktor
risiko
peran
Parkinson
estrogen
masih
sel
pada
wanita
postmenopause dengan Parkinson
berkembangan
dan
menyerang
hasil
signifikan
terhadap
jaman
umur
yang
muda
pada pasien yang menerima estrogen.
kelamin yang signifikan.
Hal ini mungkin dikarenakan sifat
Analisa Tingkat Koordinasi Gerak
dari
Penderita
yang
merupakan
antioksidan alami tubuh (Saunders-
adanya
semakin
perbaikan fungsi motorik terlihat
estrogen
tanpa
Parkinson
Parkinson
bias
jenis
Setelah
Terapi Musik dan Latihan Gerak
Pullman, 2006).
Hasil penelitian didapatkan
Selain jenis kelamin yang
bahwa responden dalam penelitian
dinilai dapat mempengaruhi sebaran
ini berjumlah 15 orang (100%) yang
penyakit
juga
telah dilakukan terapi musik dan
dianggap memiliki andil besar dalam
latihan gerak. Kemudian didapatkan
mempengaruhi tingkat kemampuan
hasil sebanyak 11 orang (73.3%)
koordinasi
setelah dilakukan terapi musik dan
Parkinson,
gerak
usia
pada
pasien
Parkinson. Dalam penelitian, dari 12
latihan
gerak
menjadi
sebagian
orang (80.0%) penderita Parkinson
independen dan 4 orang (28.7%)
tetap
pada
kemampuan
kurang
independen.
keturunan. Pada responden tidak dijumpai adanya infeksi dan riwayat
Responden
yang
tidak
tumor. Parkinson umumnya diduga
mengalami
kemajuan
dalam
hasil dari interaksi kompleks antara
kemampuan
koordinasi
gerak
lingkungan
dan
faktor
memiliki beberapa faktor jika ditilik
genetik.Namun
dari usia, responden dengan usia
monogenetik
lebih
memiliki
berperan penting dalam kebanyakan
prognosis yang tidak cukup baik
kasus Parkinson. Meskipun dalam
dalam terapi musik dan latihan gerak
beberapa
ini. Beberapa penelitian mengatakan
bahwa
bahwa Parkinson dengan usia lebih
dikaitkan
dari 60 tahun memiliki skor lebih
terjadinya Parkinson. Dalam banyak
tinggi untuk mengalami kekakuan,
kasus
bradikinesia dan gangguan aksial
keturunan tidak bisa dijadikan acuan
jika dibandingkan dengan penderita
utama (Hardy J et al,2005). Sejak
Parkinson dengan usia menengah
tahun 1997, beberapa keluarga telah
atau sekitar 45-60 tahun. Perbedaan
diidentifikasi dengan parkinsonisme
ini mungkin disebabkan perawatan
dengan rumus pewarisan Mendel
medis
dengan
dari
60
yang
tahun
lebih
perkembangan
lama
tampaknya
penelitian riwayat dengan
modus
ditemukan
keluarga
telah
risiko
tinggi
warisan
jelas
tidak
penyakit
dan
bentuk
kurang
monogenetik sekarang diperkirakan
agresif atau kurang kuatnya pasien
menyebabkan sekitar 10% dari kasus
usia tua, perbedaan onset penyakit,
Parkinson.
atau
faktor genetika pada Parkinson baru-
pengaruh
penyakit,
dari
penyebab
dari
kondisi
komorbiditas (Diederich NJ, 2005). Dalam data 4 orang (26,7%)
Pengetahuan
tentang
baru ini diulas secara luas. Sehingga banyak
penilaian
klinis
yang
menggambarkan
awal
yang tetap tidak mengalami kenaikan
dianggap
hasil, 3 orang (66,7%) diantaranya
gejala penyakit Parkinson, salah
merupakan penderita Parkinson yang
satunya yaitu kejadian demensia di
memiliki riwayat penyakit keluarga
usia yang relatif muda (Healy DG et
dengan Parkinson dan 1 orang
al, 2006).
(33,3%)
tidak
memiliki
riwayat
Berdasarkan dari data hasil
(73.3%) yang sebelumnya pada pre
setelah dilakukan terapi musik dan
test hanya 3 orang (28.7%) dan yang
latihan gerak selama tiga minggu
mendapatkan
dari
kurang
15
responden
penderita
nilai
kemampuan
independen
berkurang
parkinson yang mengalami gangguan
menjadi 4 orang (8.7%) pada post
koordinasi
test yang sebelumnya ada 12 orang.
gerak,
11
responden
mengalami peningkatan kemampuan
Kemungkinan
tidak
koordinasi gerak dan 4 orang tidak
berubahnya
4
ada
kemampuan
kurang
independen
test
dikarenakan
peningkatan
kemampuan
post
orang
dengan
koordinasi gerak dikarenakan tidak
dalam
kooperatif dengan prosedur saat
keterlambatan dalam penanganan.
dilakukan terapi musik dan latihan
Kebanyakan orang yang didiagnosis
gerak.
dengan penyakit Parkinson tidak berkonsultasi dengan ahli terapi fisik
Analisa Efektivitas Terapi Musik
sampai
dan
masalah mobilitas jelas. Namun, ada
Latihan
Gerak
Dengan
Hasil analisis uji paired Tdidapatkan ada peningkatan
kemampuan
koordinasi ρ value
besarnya
sudah
memiliki
kemungkinan bahwa program latihan
Perbaikan Koordinasi Gerak
test
mereka
gerak
yang ketat yang berfokus pada masalah terelakkan
diantisipasi, dengan
yang
tak
perkembangan
yaitu 0,001
penyakit, dapat membantu pasien
dimana nilai ρ value lebih kecil dari
yang belum menunjukkan masalah
nilai α 0,05 dengan kata lain H0
mobilitas (Herman T et al, 2007).
ditolak, yang berarti ada pengaruh pemberian terapi musik dan latihan gerak
terhadap
peningkatan
kemampuan koordinasi gerak pada penderita Parkinson. Dapat dilihat dari sebaran nilai terjadi peningkatan pada
penderita
parkinson
yang
mendapat nilai kemampuan sebagian independen
sebanyak
12
orang
Temuan baru yang menarik dalam ilmu saraf mengenai efek latihan gerak pada plastisitas saraf dan pelindung saraf otak terhadap degenerasi
syaraf
menunjukkan
bahwa program latihan yang intens dapat meningkatkan fungsi otak pada pasien
dengan
gangguan
neurologis. Secara khusus, penelitian
pada
hewan
telah
menunjukkan
neurogenesis, peningkatan
sintesis
jumlah
atau
gaya
tarik-menarik
antara dua neuron. Meskipun tidak
dopamin dan meningkatkan dopamin
sepenuhnya
di striatum dengan latihan secara
(Kerja menyeluruh pada reseptor)
rutin (Van Praag H 1999.Keus SH,
muncul
2007). Perubahan tersebut dapat
jumlah koneksi sinaptik dan daya
mempengaruhi pemulihan perilaku
tarik antar koneksi neuron dalam
sebagai hasil dari neuroplastisitas
ganglia basal. Diketahui dopamin
(kemampuan otak untuk membuat
dan reseptor D2 meningkat setelah
koneksi sinaptik baru) pelindung
latihan gerak yang diberikan pada
saraf, perlambatan degenerasi saraf
penderita Parkinson (Giselle M,
dan merangsang ganglia basalis.
2007). Sedangkan menurut Dibble et
Penelitian
menunjukkan
bahwa ganglia basalis memainkan peran penting dalam peralihan tugas dan seleksi informasi yang tidak relevan sebelum mengeksekusi suatu tindakan atau gerakan (Yehene E, 2008). Peran penting dopamin dan reseptor (misalnya D2) adalah untuk mengatur
sirkuit
dalam
ganglia
basalis yang terlibat dalam gerakan. Sirkuit adalah daerah otak yang bekerja
sama
untuk
dipahami,
untuk
dopamine
mengatur
kedua
al., Peningkatan yang diamati dalam volume otot mungkin penting untuk meningkatkan kekuatan otot dan mobilitas pasien Parkinson. Selain itu, pelatihan intensitas tinggi dapat meminimalkan
kerugian
dalam
integritas tulang, menjaga kekuatan otot eksentrik dan mempromosikan metabolisme
dan
struktural
plastisitas
dalam
sistem
muskuloskeletal (Pang & Mak 2009, Falvo et al. 2007).
mengkoordinasikan kegiatan seperti
Penderita
yang
berjalan. Sirkuit ini terdiri dari sel-
peningkatan
kemampuan
dalam
sel otak yang berkomunikasi satu
melakukan
koordinasi
gerak
sama lain melalui kontak yang
mengikuti latihan gerak dengan baik.
disebut
Dimulai
sinapsis.
Sinapsis
berisi
dari
mengalami
latihan konsentrasi
yang
nomor protein pada permukaannya
memerlukan
dan
yang berfungsi untuk mengadakan
kesabaran tinggi diiringi motivasi
koneksi bersama-sama dan mengatur
dari keluarga untuk penderita selama
menjalani terapi musik dan latihan
motivasi dan emosional, yang dapat
gerak. Bahwa musik meningkatkan
menjelaskan. Hal ini juga diketahui
ekstremitas irama gerakan, gaya
bahwa variabel psikososial, seperti
berjalan dan pembekuan pada pasien
emosional atau stres psikososial,
dengan Parkinson bukan hal baru
sangat mempengaruhi kelainan gaya
dalam
literatur
berjalan dan postur dan penampilan
terapi
musik
klinis, ini
meskipun
sangat
jarang
motor lain (Claudio pacheti, 2015).
digunakan. Terapi musik dan Latihan gerak bisa dijadikan alternatif dan pengobatan
pendamping
penderita
Parkinson
Simpulan
bagi
Berdasarkan penelitian yang
untuk
telah dilakukan peneliti di Kelurahan
mengembalikan fungsi koordinasi
Kramatjegu
dapat
gerakannya. Apabila penderita tidak
bahwa terapi musik dan latihan gerak
mengikuti latihan secara teratur,
yang dilakukan selama tiga minggu
maka hasil yang diperoleh tidak akan
mampu memberikan pengaruh yang
maksimal. Hal ini sesuai dengan data
signifikan
yang diperoleh bahwa dari 15 orang
kemampuan koordinasi gerak pada
(100%) sebanyak 11 orang (73,3%)
penderita parkinson.
terhadap
disimpulkan
peningkatan
mengalami peningkatan kemampuan kordinasi gerakan dan 4 orang (28,7%)
tidak
Saran
mengalami
Berdasarkan hasil penelitian
peningkatan kemampuan koordinasi
yang telah dilakukan, maka peneliti
gerak dikarenakan penderita tersebut
dapat memberikan beberapa saran
tidak aktif dan kurang kooperatif
yang
dalam mengikuti kegiatan terapi
pihak yang terkait adalah sebagai
musik
berikut:
dan
latihan
gerak.
dapat
disampaikan
kepada
Membaiknya kinerja motor terkait
1.
Bagi responden
terutama
untuk
perubahan
Disarankan untuk untuk mengikuti
bradikinesia.
Umumnya,
Latihan
program terapi musik dan latihan
gerak berfungsi sebagai penguatan
gerak yang telah diberikan oleh
program bermotor tapi ini jenis
terapis dan kontrol rutin di rumah
intervensi biasanya kurang dalam
sakit bila ada gangguan.
2.
Bagi profesi keperawatan
Penelitian
ini
diharapkan
Boonstra TA, van der Kooij H,
untuk
MunnekeM, Bloem BR. 2008. Gait
memberikan masukan bagi profesi
disorders and balance disturbances
keperawatan
in
agar
lebih
Parkinson's
disease:
clinical
memperhatikan keadaan penderita
update and pathophysiology. Current
Parkinson
Opinion in Neurology 21:461-471.
yang
mengalami
gangguang koordinasi gerak. 3.
Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan desain, instrumen dan variabel yang lebih variatif. Mungkin studi emosional pasien Parkinson perlu diteliti.
Cohen, Louis, Lawrence Manion, Keith Morrison (2007). Research Methods in Education 6th edition. London :Routledge (e-book) Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi ed. 3. Jakarta: EGC (ISBN: 9789794489888)
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, George Sp.S , dr. Wita J.
Allen NE, Hons B, Canning CG, et
Suwono, SP.S, dr. Budi Riyanto,
al.
muscle
Sp.S & dr. Yuda Turana, Sp.S. 2009.
weakness and reduced muscle power
Panduan Praktis Diagnosis dan Tata
in Parkinson's disease. Movement
Laksana Penyakit Saraf. Jakarta :
Disorders 24(9):1344-1351
EGC (ISBN: 978-979-448-968-0)
2009.
Bradykinesia,
Dasar
Dibble LE, Hale TF, Marcus RL, et
Keperawatan. EGC: Jakarta (ISBN :
al. 2006. High-intensity resistance
978-979-448-914-7)
training
Asmadi.
2008.
Konsep
amplifies
muscle
hypertrophy and functional gains in Bernatzky,
Gunther,
Patrick
persons
Bernatzky,
Horst-Peter
Hesse,
disease. Mov Disord (e-book)
Wolfgang
Staffen,
with
Parkinson's
Gunther
Ladurner. 2005. Stimulating music
Djohan. 2006. Terapi musik: Teori
increases motor coordination in
dan
patients
Yogyakarta
Parkinson
afflicted
with
Morbus
Aplikasi.
Galangpress:
Efendy, Ferry dan Makhfudli. 2009.
Helen C. Roberts, Hayley J. Denison,
Keperawatan Kesehatan Komunitas :
Helen J. Martin, Harnish P. Patel,
Teori
dalam
Holly Syddall, Cyrus Cooper dan
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Avan Aihie Saye. 2011. Peninjauan
medika (ISBN :979-24-9930-X)
pengukuran
dan
Praktik
dalam E.
Kelly,
Valerie
Alexis
J.
Eusterbrock, and Anne ShumwayCook. 2012. A Review of Dual-Task
kekuatan studi
pegangan
klinis
dan
epidemiologis: menuju pendekatan standar. Umur Penuaan. Jakarta : EGC
Walking Deficits in People with Parkinson's Disease: Motor and
Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010).
Cognitive
Buku
Contributions,
Mechanisms,
and
Clinical
Implications
Ajar
Fondamental
Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7, EGC : Jakarta.
Feigin, V, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan
Pudjiastuti, Sri Surini, Budi Utomo
Pemulihan Stroke. Jakarta : PT.
AMF. 2005. Fisioterapi Pada Lansia.
Bhuana Ilmu Populer
Jakarta : EGC
Fernandez, Hubert. 2012. Update in
Rachmawati,
The
of
Sebagai Pembentuk Budi Pekerti.
Cleaveland
Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan
Medical
Parkinson
Management
Disease,
Yeni. 2005.
Musik
Clinic Journal of Medicine.
Taman
Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture
Rianawati,
Notes : Neurology. Edisi 8. Jakarta :
Arisetijono,
Erlangga
widodo Mardi S., Machlusin Husna. 2012.
Harold, Ellis. 2010. Guyton and Hall Textbook Of Medical Phsiology ed.
Sri
budhi,
Shandevi
Pendidikan
Eko Nandar,
Kedokteran
Berkelanjutan Neurologi Malang. Malang : UB Press
12. Saunders (e-book) Ronald Wszolek.
F.
Pfeiffer,Zbigniew Parkinson's
K.
Disease,
Second Edition. 2013 (international
Screening Test : Petunjuk Praktis
book number 13:978-1-4398-0715
Pemeriksaan. Jakarta : EGC
ebook:PDF) Syafruddin. 2011. Ilmu Kepelatihan Santoso, Hanna dan Ismail, Andar.
Olahraga. Padang: UNP Press
2009. Memahami Krisis Lanjut Usia : Uraian Medis dan Pedagogispastor.
Jakarta:
Gunung
Mulia.
(ISBN : 978-979-687-549-8) Santoso, 2009.
Heru Denver
Wahito
Nugroho
Developmental
Tarwoto,Ns, Keperawatan
S.Kep,
Dkk.
Medikal
2007. Bedah
Gangguan Sistem Saraf. Jakarta : Cv. Sagung Seto.