Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
EFEKTIFITAS PENGELOLAAN PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU Oleh: Aty Susanti Udin Syaefudin Sa’ud Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] [email protected] Abstract Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas pengelolaan pengembangan profesionalitas guru di Kabupaten Bogor yang mencakup: analisis kebutuhan, perencanaan, implementasi, evaluasi program dan merancang alternatif model pengembangan profesionalitas guru untuk pemerintah daerah yang efektif yang sesuai dengan ketentuan perundangan. Pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dengan studi kasus (case study research). Pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi dokumentasi. Penentuan partisipan melalui teknik purposive dan snowball yaitu Dinas Pendidikan, Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP), Kepala Sekolah dan Guru di Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukan bahwa empat temuan esensial terkait 1) Analisis kebutuhan sekolah terhadap guru profesional belum menyertakan kondisi-kondisi sekolah secara mendetail; 2) Sulitnya menyusun skala prioritas pemenuhan kebutuhan guru profesional; 3) Implementasi pelaksanaan pelatihan belum optimal; 4) Evaluasi faktor non teknis jarang menjadi perhatian para penyelenggara pelatihan. Sehingga perlu adanya perbaikan pada penyelenggaraan program pengembangan profesionalitas guru. Kata kunci: Efektifitas, pengelolaan, pengembangan dan profesionalitas guru Abstract The main aim of the study is to analyze the effectiveness of the management of teacher professional development in Bogor district that includes:need analysis, planning, implementation, evaluation and designing an alternative model of effectiveness of teachers professional development to local goverments in accordance with the provisions of the legislation. The research method used was a qualitative method. Qualitative research approach used is a case study, the process data collection is done through in depth interview and documentation. Determination of the respondents were purposively sampled and snowball. Responden are Dinas Pendidikan, Badan Kepegawaian Pendidikan Pelatihan (BKPP), Principal and Teachers in Bogor District. The result showed the essential findings related to: 1) analysis of the need for teacher professional school does not yet include the conditions detailed school; 2) the difficulty of preparing meet the needs of professional teachers; 3) implementation of training is not optimal; 4) evaluation of non-technical factors are rarely a concern amongst raining providers. So, need for improvement in teachers development program. Key words: Effectiveness, management, teachers professionalism and development
PENDAHULUAN Di era otonomi daerah, pengelolaan
peningkatan profesionalitas guru. PP 25/2010
pendidikan dilaksanakan secara otonom oleh
tentang
pemerintah daerah kabupaten/kota, mulai dari
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
menyatakan dengan jelas bahwa hampir seluruh
sampai evaluasi dan pengembangan.Dalam
kewenangan berkaitan dengan pendidikan SD,
konteks
daerah
SLTP dan SLTA akan berada di tangan
upaya
pemerintah daerah. Hanya penyelenggaraan
pendidikan
pendidikan tinggi yang menjadi kewenangan
program
pemerintah pusat. Perubahan kewenangan
ini,
kabupaten/kota mengembangkan secara
peran
pemerintah
berfokus
pada
pengelolaan
profesional,
termasuk
37
Kewenangan
Pemerintah
dan
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
pengelolaan belum sepenuhnya menjadikan
terjadi di kalangan guru kelas rendah atau kelas
pemerintah daerah menjadi lebih baik dalam
1-3.Adapun kompetensi guru SMP dan SMA
pengelolaan pendidikan . Hanya daerah-daerah
kondisinya lebih baik dibandingkan dengan
dengan
dukungan kebijakan politik yang
guru SD dan TK.Berdasarkan hasil uji
tinggi, kemampuan keuangan dan SDM yang
kompetensi awal (UKA) yang digunakan untuk
baik dapat mengoptimalkan upaya-upaya untuk
menyeleksi guru yang boleh ikut kuota
meningkatkan
Bagi
sertifikasi guru tahun 2012 secara nasional
daerah yang memiliki keterbatasan anggaran
melalui pendidikan dan latihan profesi guru
serta lemahnya komitmen maka slogan untuk
(PLPG),
meningkatkan
dibanding guru jenjang yang lain, bahkan di
profesionalitas
mutu
guru.
pendidikan
hanya
merupakan realitas tanpa objektivitas.
kompetensi
guru
bawahnya yaitu guru TK.
Dalam kenyataannya setelah 10 tahun
SD
terendah
Lebih lanjut,
kompetensi guru SD rata-rata adalah 36,85,
dicanangkannya otonomi daerah, pemerintah
sedangkan
daerah
Adapun rata-rata UKA guru SMP adalah 65,2
masih
program
belum banyak
peningkatan
guru.Menurut
melakukan
profesionalisme
Lembaga
Pusbang
Prodik
otonomi
kompetensi
lebih
rata-ratanya
58,87.
Hasil uji
kompetensi guru (UKG) yang diikuti oleh guru SD
jauh
TK
dan guru SMA adalah 83,4.
Kemdikbud (2014) jumlah pelatihan sesudah daerah
guru
jarang
bersertifikat, guru
juga SD
menunjukkan tetap
terendah.
diselenggarakan oleh pemerintah daerah.Dapat
Kompetensi pedagogik guru SD rata-rata
diamati
relatif
42,10, sedangkan guru TK rata-rata 44,31.
masalah
Adapun kompetensi profesional guru SD rata-
dibandingkan dengan SLTP dan SLTA.Sebagai
rata 41,26, sedangkan guru TK rata-rata 45,77,
contoh, persoalan potongan terhadap gaji guru
sedangkan nilai UKG yang diikuti oleh guru
sangat dirasakan oleh para guru SD yang
SMP rata-ratanya adalah 46,1 sedangkan guru
notabene
bahwa
mengandung
pendidikan lebih
berada
SD
banyak
bawah
kendali
SMA adalah 51,3 dan SMK sebesar 50,0.
persoalan
kualitas
Secara keseluruhan, rata-rata hasil UKG mulai
pendidikan tidak memperlihatkan perbedaan
dari guru TK sampai SMA adalah sebesar 44,5
yang signifikan (dalam arti lebih baik)
(dikutip dari kompas.com [04/08/12] dan
dibandingkan dengan jenjang pendidikan di
[06/09/12].
pemda.Sementara
di itu,
atasnya.
Penelitian Berdasarkan
fenomena
empirik,
bahwa
tersebut
peningkatan
menunjukkan profesionalitas,
kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, terkait
peningkatan kompetensi dan kualifikasi guru
dengan kompetensi guru untuk jenjang SD itu
belum
tidak lebih baik dari kompetensi guru taman
menunjukkan kinerja guru yang tinggi, hasil
kanak-kanak (TK).
Rendahnya kompetensi
KKM dan UAS murni relatif rendah, guru sulit
guru yang bisa berpengaruh terhadap kualitas
naik pangkat, rendahnya minat, kemampuan
layanan pendidikan siswa SD ini umumnya
dan kesempatan guru dalam membuat karya
38
optimal,
sertifikasi
guru
belum
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
ilmiah, guru tidak menguasai TIK, dan
dengan kemampuan profesionalitas di atas 80
koordinasi dengan dinas pendidikan yang
%. Selain tingkat dan kesesuaian pendidikan,
masih rendah. Hasil penelitian awal juga
sebaran guru profesional belum merata. Guru
menunjukkan
dan
profesional tersebar di beberapa daerah yang
pengembangan SDM guru sudah mencakup (1)
dekat dengan pusat kota. Sekolah-sekolah di
diagnosis kebutuhan pengembangan SDM, (2)
daerah yang jauh dari perkotaan tidak memiliki
desain perencanaan pengembangan SDM, (3)
guru profesional bahkan rasio jumlah guru yang
implementasi
program
mengajar dengan jumlah sekolah sangat rendah
pengembangan SDM, dan (4) evaluasi program
(Profil Pendidikan Kabupaten Bogor 2013-
pengembangan SDM.
2014).
bahwa
pengelolaan
pengembangan
Salah satu Kabupaten di Jawa barat yang konsisten
melaksanakan
Berdasarkan hasil observasi dan studi
program
dokumentasi maka diperoleh permasalahan
pengembangan profesionalisme guru adalah
kualitas guru di kabupaten bogor yaitu (1)
Kabupaten Bogor. Data dari Dinas Pendidikan
kurang memiliki bekal pengetahuan (didaktik,
Kabupaten
metodik,
Bogor
(2014)
menunjukan
materi)
dan
kreativitas
dalam
pemerintah Kabupaten Bogor telah banyak
pembelajaran; (2) belum mendapat peluang
melakukan
karir yang mendorong motivasi berprestasi; (3)
berbagai
upaya
dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Upaya-upaya
kurangnya
tersebut didasarkan pada isu-isu strategis
pelaksanaan dan dampak penataran atau diklat
pendidikan
guru,
di
Kabupaten
Bogor,
yang
evaluasi
terutama
di
dan
tingkat
monitoring
sekolah;
(4)
mencakup masih rendahnya rata-rata lama
kurangnya materi pendalaman kurikulum mata
sekolah (RRLS), penyebaran sarana pendidikan
pelajaran, pedagogik, media pembelajaran,
yang belum merata, masih tingginya jumlah
evaluasi
ruang kelas dalam kondisi rusak berat, masih
penyusunan/penulisan Karya Tulis Ilmiah
terbatasnya
unggulan,
(KTI); (5) penilaian angka kredit jabatan guru
rendahnya mutu lulusan, kebutuhan tenaga
dan uji sertifikasi guru dalam jabatan, yang
pendidik (guru) dan kependidikan yang belum
hanya menilai bukti fisik (portofolio) terdapat
seimbang, belum meratanya jumlah tenaga
banyak manipulasi bukti fisik, sehingga bukan
pendidik yang profesional dan berkualitas serta
rahasia lagi bahwa guru malas atau rajin,
memiliki kompetensi yang memadai, dan
mengajar 24 atau 8 jam/minggu, sama naik
implementasi Kurikulum 2013.
pangkat atau lulus sertifikasi; (6) Peningkatan
jumlah
sekolah
pembelajaran
dan
Adapun kondisi guru SD, SMP, dan
gaji dan tunjangan fungsional masih belum
SMA di Kabupaten Bogor berdasarkan latar
sebanding dengan tugas pokok dan fungsi guru
belakang pendidikannya pada tahun pelajaran
(yang semestinya), apa lagi bila dibanding
2013/2014, Jumlah guru dengan tingkat
dengan gaji atau tunjangan guru di negara lain;
pendidikan S1 belum sepenuhnya sesuai
(7) Masih banyak guru mengajar mata pelajaran
dengan harapan dinas pendidikan yaitu 100 %
yang tidak sesuai dengan latar belakang
39
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
pendidikannya atau disiplin ilmunya; dan (8)
pendidikan Pemerintah Kabupaten Bogor?
rendahnya kompetensi guru dalam menguasai
(4)Bagaimana
teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK)
profesionalitas guru yang dilakukan Dinas
atau ICT.
Pendidikan Pemerintah Kabupaten Bogor?
evaluasi
pengembangan
Praktek-praktek pengembangan SDM
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
baik melalui pelatihan profesionalitas guru
untuk:(1) Mendeskripsikan kebutuhan untuk
maupun jenjang pendidikan lebih tinggi belum
menganalisis pengembangan profesionalitas
sepenuhnya optimal.Menurut Castetter (1996,
guru
hlm 236) proses pengembangan guru dalam
Pemerintah Kabupaten Bogor.
suatu sistem pendidikan mencakup empat fase,
(2)
yaitu fase (1) diagnosing development needs,
menganalisis pengembangan profesionalitas
(2)
guru yang disusun oleh Dinas Pendidikan
design
of
development
plans,
(3)
yang
dilakukan
Dinas
Mendeskripsikan
pendidikan
perencanaan
untuk
implementing development programs, dan (4)
Pemerintah Kabupaten Bogor.
evaluating program. Pada prakteknya setiap
(3)
fase tersebut hanya dilakukan dengan penilaian
menganalisis pengembangan profesionalitas
makro dan tidak detail.Pada proses pelatihan
guru
yang diselenggarakan oleh Pemkab Bogor di
Pendidikan Pemerintah Kabupaten Bogor.
beberapa tempat diketahui bahwa proses
(4) Mendeskripsikan hasil evaluasi untuk
pelatihan lebih banyak menempatkan guru
menganalisis pengembangan profesionalitas
sebagai
guru
objek
yang
belajar
tentang
Mendeskripsikan
yang
yang
implementasi
diselenggarakan
dilakukan
Pemerintah Kabupaten Bogor.
menerima materi dan mengikuti sejumlah
(5)Mengembangkan
pengajaran yang besifat seperti mengumpulkan
pengembangan
pengetahuan bukan merefleksikan pengetahuan
profesional.
untuk membangun kesadaran guru tentang
yang
guru
agar
lebih
mengenai
pengelolaan
pengembangan
dalam
profesionalitas guru dengan bukti-bukti empiris
penelitian ini adalah: (1)Bagaimana analisis
dengan fokus pada praktek analisis kebutuhan,
kebutuhan
perencanaan
untuk
dikaji
hipotetik
dalam hal:(1) memperkaya ilmu pengetahuan
Berpijak dari latar belakang masalah, maka utama
Pendidikan
model
SDM
Dinas
Hasil penelitian ini memberi kemanfaatan
makna profesionalitas secara praktis.
permasalahan
oleh
Dinas
profesionalitas bukan subjek. Para guru hanya
untuk
pengembangan
pengembangan,
profesionalitas guru yang dilakukan Dinas
pengembangan
Pendidikan Pemerintah Kabupaten Bogor?
memberikan masukan bagi para pengambil
(2)Apa rencana pengembangan profesionalitas
kebijakan untuk merumuskan kebijakan yang
guru yang disusun oleh Dinas Pendidikan
dapat
Pemerintah Kabupaten Bogor? (3)Bagaimana
pengelolaan
implementasi pengembangan profesionalitas
guru,
guru
kebutuhan, perencanaan, implementasi, dan
yang
diselenggarakan
oleh
Dinas
40
serta
implementasi
memecahkan
yang
evaluasi
masalah
pengembangan berkaitan
dan
(2)
mengenai
profesionalitas
dengan
analisis
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
evaluasi
program
pengembangan
profesionalitas guru. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif
deskriptif.Pendekatan
dengan
metode
kualitatif
dipilih
daerah
lainnya
di
Indonesia
untuk
melaksanakan program tersebut. Berdasarkan
masalah
penelitian,
konteks
mengingat tujuan dari penelitian ini adalah
penelitian,
untuk memperoleh gambaran dan menganalisis
penelitian,
Efektifitas
dikumpulkan, serta uraian dan penjelasan dari
Pengelolaan
Pengembangan
Profesionalitas Guru oleh Pemerintah Daerah.
tujuan
rumusan
karakteristik
data
yang
beberapa pakar mengenai metode kualitatif dan
Cresswel (2008, hlm.46) menyebutkan
pendekatan
studi
kasus
maka
peneliti
bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti
berpendapat bahwa metode yang tepat untuk
menyandarkan diri pada pandangan partisipan,
penelitian iniadalah
bertanya dengan mendalam, mengumpulkan
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
data
studi kasus.
berupa
“kata”
menggambarkan
partisipan, data
Desain penelitian yang digunakan
tersebut serta melakukan penyelidikan secara
mengacu pada pendapat Berg (2007, hlm.292)
subyektif.
yaitu
Cara
dan
dari
untuk
menganalisis
dengan menggunakan
menentukan
fokus
deskriptif
(descriptive).
Peneliti
menyajikan teori deskriptif, yang membangun
menggunakan pendapat Yin (2012, hlm.29)
kerangka kerja keseluruhan untuk
yang
peneliti sepanjang studi. Pada penelitian kali ini
merekomendasikan
lima
elemen
komponen, yaitu : 1) pertanyaan-pertanyaan
teori
penelitian; 2) proporsinya ; 3) unit-unit
pengembangan sumber daya manusia, teori
analisisnya ; 4) logika yang mengaitkan data
efektifitas
dengan proporsi tersebut ; 5) kriteria untuk
profesionalitas guru berkelanjutan dijadikan
menafsirkan temuan-temuan.
sebagai dasar guna mengkaji masalah-masalah
Studi kasus dalam penelitian ini ditujukan
pengelolaan
untuk mengkaji secara mendalam fenomenafenomena
dalam
pengelolaan.Fenomena bagaimana
pelatihan
pendidikan,
dan
pengembangan
konsep
pengembangan
profesionalitas
guru di Kabupaten Bogor.
konteks
Desain penelitian yang disusun peneliti
adalah
adalah berisi tentang rencana untuk mencapai
pengembangan
tujuan penelitian. Desain disusun sebelum
dimaksud
pengelolaan
administrasi
diikuti
profesionalitas guru yang dilaksanakan di
peneliti
melakukan
Kabupaten Bogor dapat berjalan dengan efektif
sebenarnya.Desain dirancang bangun bersama
dan efisien sehingga mendorong pemerintah
dengan
penetapan
penelitian
fokus
yang
masalah
penelitianyaitu pada masa orientasi. Desain
41
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
penelitian
digunakan
agar
memberi
memberikan gambaran yang jelas tentang apa
pegangan yang lebih jelas kepada peneliti
yang akan dilakukan juga memberi gambaran
dalam
2)
tentang macam-macam kesulitan yang akan
yang
dihadapi yang mungkin juga telah dihadapi
melakukan
menentukan bertalian
penelitiannya,
batas-batas
dengan
1)
penelitian
tujuan
penelitian,
3)
oleh para peneliti lain.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mewujudkan visi dan misi PemKab Bogor
HASIL PENELITIAN Analisis
Kebutuhan
masih terbatas. Kegiatan pada level fungsional
Program
bukan sebagai kegiatan strategis
Pengembangan Guru Perencanaan kegiatan pengembangan
Perencanaan Program Pengembangan Guru
profesionlitas guru didasarkan pada kebutuhan.
Perencanaan program pengembangan
pengembangan profesional sebagai 1) amanah
profesionalitas guru disusun berdasarkan hasil
UU No 5 tahun 2014 pasal 70 dalam rangka
identifikasi masalah di dalam prakteknya kajian
kompetensi SDM melalui pendidikan dan
terhadap perencanaan yang dipilih sebagai
pelatihan 2) visi Pemkab Bogor untuk
tahapan dalam memecahkan masalah tidak
menyelenggarakan pendidikan bermutu,
3)
diuji secara kritis apakah rencana-rencana yang
semakin
dirumuskan sebagai langkah awal memecahkan
meningkat mendorong perlunya peningkatan
masalah pengembangan profesionalitas guru
profesionalitas guru di Pemkab Bogor 4)
tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Kebutuhan
masyarakat
yang
jumlah guru professional terutama guru bidang
Rencana pengembangan guru disusun
studi masih rendah.
berdasarkan kebijakan tentang pengembangan
Pemetaan masalah masih terbatas.
profesionalitas guru, Bentuk-bentuk program
Belum ada pemetaan masalah baik berdasarkan
disusun berdasarkan kebijakan terdahulu dan
struktur masalah (sederhana, agak rumit atau
disesuaikan dengan kemampuan anggaran
rumit)
Pemkab
serta
tingkat
masalah
dalam
Bogor,
Perumusan
perencanaan
pengembangan guru ( tingkatindividu, tingkat
melibatkan institusi melalui rapat koordinasi
persekolahan,
dengan mengundang semua kasubag umum
lemahnya
tingkat
sistem
kebijakan
insentif
seperti
bagi
professional).Pengembangan
guru
kepegawaian
program
kebutuhan
Dinas diklat,
untuk
mengetahui
Perencanaan
disusun
pengembangan guru belum mengikutsertakan
berdasarkan hasil analisis kebutuhan terhadap
kajian identifikasi masalah secara mendalam.
guru professional dan perencanaan belum
Penyelengaran
untuk
didukung oleh hasil identifikasi masalah-
memahami
masalah profesionalitas guru yang dilakukan
kesesuaian antara pendidikan pengembangan
dengan menggunakan analisis masalah yang
profesionalitas dengan strategi Pemkab untuk
tepat.
profesionalitas
guru
pelatihan yang
42
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
Implementasi
Program
metode dalam pelatihan professional.Evaluasi
Pengembangan
program pengembangan terbatas berdasarkan
Guru Tingkat
keterlaksanaan
berada
di
keterserapan anggaran.
tingkat 80 %. Tidak ada pengembangan atau inovasi
dalam
yang
sepenuhnya mencapai hasil yang diinginkan
diselenggarakan oleh pemerintah seperti Diklat
terutama untuk memecahkan masalah-masalah
untuk guru mata pelajaran, MGMP, KKG
mutu
bermutu, peningkatan profesi guru, program
termasuk pada karya ilmiah guru, manfaat
pendampingan
program
Program
program-program
Pencapaian hasil pengembangan belum
kurikulum
dan
diselenggarakan
workshop.
sesuai
dengan
dalam
penyelenggaraan
pelatihan
didistribusikan
belum
secara
pendidikan
sepenuhnya
merata
kepada
spesifikasi dan ketentuan. Di sekolah negeri
kelompok-kelompok guru terutama guru yang
belum dilakukan pengembangan program
berada di beberapa tempat terpencil, program
secara inovatif untuk mendukung tercapainya
pengembangan
tujuan pengembangan guru.
dilaksanakan memberikan kepuasan kepada
Implementasi
professional
yang
telah
peserta yaitu kompensasi pasca pelatihan
dilaksanakan sesuai dengan rencana, hambatan
berupa tunjangan profesi dan hasil program
pada program lebih bersifat teknis seperti
yang diinginkan masih terbatas hasilnya pada
fasilitas, ketepatan waktu antara narasumber
mutu pengajaran dan kemampuan guru. Secara
yang
kompeten,
keseluruhan belum ada evaluasi mendalam
implementasi program belum diikuti oleh
untuk mengukur dampak program terhadap
kegiatan-kegiatan atau praktek inovatif yang
mutu pendidikan di Kabupaten Bogor.
ditujukan untuk meningkatkan dan memelihara
PEMBAHASAN
dianggap
program
guru
kurang
kemampuan profesional yang telah diperoleh
Tuntutan terhadap mutu pada pendidik
terutama di sekolah-sekolah non unggulan dan
di Pemkab.Bogor merupakan wujud dari
pada implementasi program belum diikuti
adanya pemahaman dan kesadaran untuk
dengan pemantauan yang mendeskripsikan
mewujudkan mutu dalam pendidikan melalui
hubungan
hasil.
peningkatan kualitas guru sebagai tenaga
Pemantauan pada proses implementasi tidak
pendidik meskipun masih terbatas pada jumlah.
dijadikan sebagai sumber utama informasi
Kualitas guru belum menjadi fokus utama
tentang implementasi program pengembangan
dalam
profesionalitas guru.
profesionalitas guru dibandingkan dengan
Evaluasi Program Pengembangan Guru
jumlah. Hal ini dapat dilihat dari belum
antara
program
dengan
penyelenggaraan
pengembangan
Evaluasi yang dilakukan oleh Pemkab
optimalnya proses mewujudkan profesionalitas
terbatas
detail
pada kompetensi profesional pasca pelatihan
mengevaluasi aspek-aspek yang terkait dengan
terutama pada penelitian tindakan, kemampuan
pengembangan profesional secara teknis seperti
penguasaan materi pelajaran secara luas dan
bagaimana respon guru maupun kesesuaian
mendalam masih terbatas. Hal ini disebabkan
Bogor
dan
tidak
secara
43
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
lemahnya minat guru dalam mengoptimalkan
Sejalan dengan apa yang disampaikan
penggunaan referensi untuk mengembangkan
oleh Aruismunandar dan Ratnawati (2010)
kemampuan mengajar maupun pengembangan
bahwa Efektivitas pendidikan dan pelatihan
konsep. Penguasaan teori belajar dan prinsip-
yang selama ini dilaksanakan menjadi tidak
prinsip pembelajaran yang mendidik masih
terukur karena tidak ada jaminan mutu, bahwa
terbatas
termasuk
hasil
ideologi
dalam pendidikan.
pemahaman
mengenai
pelatihan
benar-benar
dapat
Pembentukan
diimplementasikan. Pendidikan dan Pelatihan
kompetensi guru merupakan proses yang
akhirnya dipandang sebagai kegiatan formalitas
berkelanjutan termasuk pasca pelatihan.Guru
semata, karena tidak memberikan pengaruh
yang profesional terus mengembangakan dan
yang signifikan terhadap kinerja guru. Sebagian
mengkonstruksi pengetahuannya baik melalui
besar penilaian efektivitas pelatihan hanya dari
praktek maupun melalui studi literatur. Hanya
aspek afektiof ( rasa senang) bukan kompetensi
sebagian kecil guru yang memiliki minat tinggi
terutama
pada penelusuran literatur, studi ilmiah secara
bagaimana dampaknya pada kinerja sekolah.
berkelanjutan.
dalam
Fakta
hal
empiris
pengetahuan
pasca
serta
pelatihan
Sejalan dengan apa yang disampaikan
profesionalitas guru kurang sejalan dengan
oleh Vince (2004, hlm 13 ) mengenai konsep
Parker et al (2011) yang mempertegas bahwa
PSDM
dan
pengembangan guru hendaknya berlandaskan
pembelajaran. Salah satu azas pembelajaran
pada platform manajemen SDM yang luwes
yaitu life long learning belum sepenuhnya
dan sistem informasi yang dapat memfasilitasi
menjadi
meningkatkan
kecukupan dan keadilan serta dukungan untuk
profesionlitas guru guna membawa perubahan
pengembangan guru. Kecukupan dan keadilan
pada profesionalitas guru secara berkelanjutan.
serta dukungan untuk pengembangan guru
terkait
dengan
landasan
perubahan
dalam
Realisasi dari kemampuan profesional
masih
terbatas
pada
pelatihan.Aplikasi
guru pasca pelatihan belum optimal baik dari
diprakteknya belum sepenuhnya didukung
keberlanjutan pembelajaran sebagai wujud
misalnya referensi ilmiah untuk melaksanakan
kesadaran realitas guru yang harus berpraktek
penelitian tindakan yang masih rendah.Hanya
belajar
hidup.Praktek-praktek
sebagian kecil sekolah yang menyediakan
penelitian tindakan masih lemah dan guru
sumber belajar /referensi bagi guru untuk
belum menyadari pentingnya suatu sistem
melakukan penelitian atau mengembangkan
dokumentasi untuk menjamin mutu pada
model-model pembelajaran sebagai hasil dari
pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan.
pelatihan profesional.Sistem informasi untuk
Guru terutama
mengaplikasikan hasil pelatihan di tempat kerja
seumur
di daerah
masih belum
mengoptimalkan fungsi prosedur, RPP untuk
masih terbatas.
penjaminan mutu pada pembelajaran dan
Pada prakteknya paradigma bahwa
pengajaran.
PSDM merupakan realisasi dari kedudukan MSDM
44
sebagai
mitra
strategis
belum
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
terbentuk.sebagian
para
penyelenggaran
pengembangan profesionalitas guru merupakan
pengembangan SDM berpandangan bahwa
kebutuhan strategis PemKab Bogor dalam
PSDM merupakan kegiatan yang ditujukan
mencapai visi, misi serta sasaran strategis
untuk memenuhi kebutuhan administratif atau
pendidikan.
hanya untuk memenuhi kegiatan operasional
Perencanaan
pengembangan
SDM
sehari-hari di sekolah. sesuai dengan hasil
merupakan kegiatan untuk menyusun langkah-
penelitian yang dilakukan Onchari & Kenge
langkah
(2008) dalam menelitiannya mengenai praktek-
keterampilan serta perilaku guru yang dapat
praktek pengembangan SDM berbasis inisiatif
meningkatkan profesionalitas guru.Hal ini
sebagai mentor menunjukan bahwa praktek
diperlukan agar guru mampu menghadapi
tersebut efektif meningkatkan kualitas pada
tantangan kebutuhan serta kinerjanya untuk
praktek-praktek pengajaran. Hasil penelitian ini
mewujudkan sekolah bermutu.
menunjukan bahwa pelatihan didasarkan pada
guna
memperoleh
Secara
pengetahuan,
umum
perencanaan
kebutuhan perlunya mentor untuk menjadi
Pengembangan SDM di PemkabBogor telah
profesional.
sesuai
Pertimbangan
dalam
dengan
rumusan
perencanaan
penyelenggaraan pelatihan adalah kebutuhan
pengembangan yaitu rencana-rencana yang
mentor bagi guru terutama guru pemula.
disusun berdasarkan analisis kebutuhan untuk
Pelatihan harus dapat meningkatkan inisiatif
memperoleh guru profesional yang memiliki
bagi
kemampuan menjalankan tuntutan profesi
guru
yang
berpengalaman
untuk
memberikan mentoring.Inisiatif tersebut jarang
sebagai
ditumbuhkan dalam pelatihan. Seharusnya
pengembangan
SDM
pihak pemkab menumbuhkan kebutuhan untuk
kesesuaiannya
dengan
berinisiatif bagi guru yang telah lulus pelatihan
lingkungan, kebutuhan maupun kemampuan
dan memperoleh sertifikat
dalam penyelenggaraannya serta kesiapan para
Proses pengembangan dan praktek-
induksi
profesionalitas
maupun
belum
teori
perencanaan
menggambarkan strategi,
konteks
Sejalan dengan hasil penelitian yang
pelatihan
sepenuhnya
Secara
peserta pelatihan untuk mengikutinya.
prakteknya baik yang dilaksanakan di sekolah seperti
guru.
dilakukan oleh Heneman& Milanowski (2008)
sesuai
bahwa pengembangan profesional merupakan
dengan harapan. Pengembangan SDM guru
kegiatan dibidang SDM yang dilaksanakan
seharusnya didasarkan tidakhanya kebutuhan
untuk meningkatkan efektivitas organisasi.
untuk
Hasil evaluasi yang dilakukan Pem. Kab belum
mewujudkan
sekolah
bermutu.Pengembangan profesionalitas guru
secara
merupakan fungsi dari SDM strategis.Hal ini
efektivitas
dapat
analisis
terhadap sekolah. Efektivitas hanya dinilai
kebutuhan yang sifanya menyeluruh tidak
berdasarkan tingkat kelulusan para peserta
hanya pada pemenuhan kebutuhan individu
didik bukan pada individu guru itu sendiri atau
dalam
kepada
dilihat
dari
pelaksanaan
dilakukannya
tugas.Perencanaan
45
detail
menggambarkan
pengembangan
terwujudnya
bagaimana
pr5ofesionlitas
sekolah
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
bermutu.Dibandingkan
dengan
sekolah-
pemahaman dan pengetahuan tentang teori-
sekolah bermutu di daerah yang lebih maju
teori perencanaan akan mengarahkan pada
maka
kemampuan
perkembangan
dan
peningkatan
profesionlitas guru masih dinilai kurang. Meskipun
perencanaan
belum
kemudian
(2011)
mengarah
pada
pengambilan
Saat ini perencanaan lebih banyak
bahwa
focus pada kegiatan praktis bukan perencanaan
perencanaan sebagai upaya antisipatif dan
sebagai pengetahuan yang akan mengarahkan
sebagai salah satu disiplin kajian. Perencanaan
keputusan-keputusan yang bersifat strategis
pendidikan dan pelatihan bagi guru belum
dalam pengembangan profesionalitas guru.
menjadi kajian sebagai sebuah disiplin ilmu
Perencanaan strategis itu sendiri didasarkan
bagi para guru , penyelenggaran kegiatan
pada visi dan misi. Perencanaan yang saat ini
maupun
disusun belum sepenuhnya menjadi sebuah
para
Hoch
masalah-
keputusan yang bersifat strategis.
sesuai dengan konsep perencanaan seperti oleh
memetakan
masalah menjadi lebih jelas dan sederhana
sepenuhnya dilakukan secara detail dan spesifik
disampaikan
untuk
pengambil
kebijakan.
Keterbatasan kajian pada perencanaan akan
kajian
mempengaruhi
keputusan-keputusan
bagaimana
praktek-praktek
perencanaan dalam penyelenggaraan pelatihan
disiplin
yang
akanmengarahkan strategis
dalam
pengembangan profesionalitas guru.
propfesionalitas guru. Keterbatasan inilah yang
Keberhasilan
pengembangan
terjadi di Pem.Kab. Bogor. Dari aspek kuantitas
professional guru dipengaruhi oleh beragam
peserta pelatihan yang meningkat belum diikuti
faktor.termasuk keberhasilan dalam menyusun
dengan
rencana yang sesuai dengan hasil identifikasi
perencanan
transformasi
pasca
pelatihan yang berkelanjutan.
dan analisis kebutuhan terhadap pengembangan
Sesuai dengan konsep Hoch (2011)
profesi guru. terkait dengan perencanaan
bahwa teori perencanaan menghubungkan ide
profesi dan mewujudkan pendidikan bermutu
yang berasal; dari kondisi objektif di lapangan
maka
dengan
disiplin ilmu sehingga memberikan
profesionalitas guru seyogyanya tidak hanya
focus pada penggunaan metode dan alat-alat
fokus pada berapa jumlah guru yang berhasil
yang meningkatkan pengetahuan mengenai
mengikutipelatihan
masalah-masalah kompleks secara terpisah.
sertifikasi. Sebgaian besar perencana dalam
Artinya bahwa penggunaan perencanaan akan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
mempermudah pemahaman mengenai masalah
masih focus pada jumlah peserta pelatihan.
yang
Program-program
kompleks
dalam
pengembangan
Perencanaan
pengembangan
atau
beasiswa
memperoleh
guru
untuk
profesionlitas guru. Kajian perencanaan secara
mengikuti pendidikan pada jenjang lebih tinggi
akademik baik oleh guru maupun oleh
belum sesuai dengan harapan.Hanya 20 % guru
penyelenggaran pengemabangan profesionlitas
yang
guru masih terbatas dan belum banyak
waktu.Sisanya sebagaian besar menyelesaikan
dilakukan serta menjadi perhatian.padahan
pendidikan lebih lama dari harapan.
46
menyelesaikan
pendidikan
tepat
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
Sesuai
dengan
mengenai
pengembangan
perencanaan dan pengembangan SDM seperti
dikembangkan
dikemukakan oleh Noe et al (2008) bahwa
Standar
proses pengembangan SDM didasarkan pada
banyak mengandung bias misalnya sistem
visi dan misi serta sasaran-sasaran. Pelatihan
dokumentasi dan pengendalian dokumen-
untuk pengembangan profesionalitas guru
dokumen dalam pelatihan yang terkadang
ditujukan untuk meningkatkan pelayanan jasa
kurang tepat. Praktek-prakltek pengembangan
pendidikan
profesionalitas seharusnya memiliki standar
,
konsep
mempercepat
kemampuan
profesionalitas
pada
yang
masing-masing
sekolah.
penyelenggaraan
pelatihan
profesionalitas guru serta mengumpulkan dan
mutu
berbagi pengetahuan tentang profesionalitas
berdasarkan
guru dan hasil refleksi kritis guru terhadap
pelanggan.Perencanaan
peran dirinya sebagai pendidik. Rancangan
profesionalitas guru masih berada disisi jumlah
pengembangan
belum
suatu
profesionalitas
kegiatan
mengembangkan
merupakan
sistematis
untuk
program-program
yang
ada
guna
secara
praktis
belum
pada
bersama
kebutuhan
dengan
mutu
dari
pengembangan
kualitas.Standar
mutu
profesionalitas
dalam sebagai
kegiatan pendukung penyelenggaraan jasa layanan pendidikan didasarkan pada sasaran-
dalam
saran mutu, visi dan misi mewujudkan
pengembangan profesional guru di Pemkab Bogor
disepakati
pengembangan
meningkatkan profesionalitas guru. Kegiatan
yang
guru
pendidikan bermutu.
mengacu
Implementasi
perencanaan
sepenuhnya pada suatu tahapan pengembangan
pengembangan profesionalitas guru merupakan
professional seperti digambarkan oleh Noe et al
fungsi dari manajemen.Sebagai sebuah sistem
(2008) yaitu mulai dari kegiatan Analisis
implementasi adalah realisasi rencana yang
kebutuhan, memastikan kesiapan guru, desain
didalamnya ada pengorganisasian sumber daya
lingkungan
kondusif,
dan pekerjaan.Salah satu aspek penting dalam
pengembangan
implementasi adalah tentang alokasi sumber
professional berjalan sesuai rencana, pemilihan
daya dan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan
metode dalam pengembangan profesinal guru
rencana yang ditetapkan oleh penyelenggara.
pelatihan
memastikan
dan
peoses
evaluasi
program
yang
pengembangan
Dalam
konsep
administrasi,
professional dengan menggunakan pendekatan
implementasi pengembangan profesionalitas
kuantitatif
guna
guru yang efektif dan efisien adalah kegiatan
menghasilkan informasi yang valid untuk
yang melibatkan semua orang dalam suatu
penilaian.
pelatihan dan pengembangan profesionalitas
maupun
Perencanaan
kualitatif
pengembangan
guru
termasuk
dalam
pengorganisasian
profesional perlu menyertakan bagaimana
pekerjaan.Pada prakteknya guru hanya menjadi
standar
pelaksana
mutu
setiap
praktek-praktek
dari
sebuah
pengembangan profesionalitas guru.Selama ini
pengembangan
belum
dilibatkan dalam penyusunan rencana maupun
ada
standar
penyelenggaraan
47
profesional.
perencanaan Guru
jarang
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
dalam proses implementasi secara terstruktur.
berdasarkan
Pihak
transparansi, dan akuntabilitas publik”. Praktek
penyelenggara
pengembangan
prinsip
dari
seperti ini.
bagaimana keberhasilan fungsi pengelolaan pengembangan
tersebut
akan
efisiensi,
profesionalitas guru perlu memperhatikan hal
Pelaksanaan
prinsip
keadilan,
menentukan
dapat
anggaran dalam lembaga pendidikan menjadi
dikreasikan dalam bentuk yang lebih inovatif
mitra stratgeis bagi pengambilan keputusan
dan efektif. Sebagai contoh program induski
dalam pengembangan profesionalitas guru.
dengan 1 : 10 tidak efektif memberdayakan
Evaluasi
tidak
hanya
guru terlebih disekolah dengan jumlah guru
bagaimana
professional lebih banyak. program induksi
dalam
dapat lebih efektif dikembangkan menjadi
terhadap pencapaian nilai.Evaluasi merupakan
kelompok-kelompok induksi yang membentuk
fungsi
suatu komunitas pembelajaran. Induksi cukup
keterkaitan
1: 3 guru belum professional.
Fungsi
Gambaran
mengenai
implementasi
keterserapan
mengukur
sebuah
dari
anggaran.Evaluasi
program
perlu
manajemen dengan
perencanaan,
dilakukan
dan
memiliki
fungsi-fuungi
seperti
organisasi,
leading.
Fungsi-fungsi tersebut merupakan sebuah
pelatihan diperoleh berdasarkan pengamatan
sistem yang berkelanjutan
terhadap proses pelatihan serta bagaimana
saling memiliki keterkaitan dan merupakan
pembelajaran
satu
yang
berkembang
selama
kesatuan
dan terintegrasi,
sistem yang
tidak
dapat
pelatihan sesuai dengan kebutuhan peserta
dipisahkan dan terintegrasi dalam suatu sistem
pelatihan yang bersifat duinamis sesuai dengan
di organisasi termasuk dalam penyelengaraan
tuntutan
pengembangan profesionalitas guru.
profesi.
keterklaksanaan
Guna
maka
dilakukan
terhadap
komponen
profesionalitas guru ditentukan oleh perubahan
pelatihan dengan mengacu pada kondisi
yang dialami setelah mengikuti pelatihan.
pelatihan, peserta, tutor, serta pihak manajemen
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggara maupun kebijakan pemerintah.
evaluasi pelatihan adalah cakupan program
beberapa
bentuk
mewujudkan
perbaikan
Efektivitas
sebuah
pengembangan
Pada implementasi anggaran, desain
latihan, tujuan, dampak jika program pelatihan
dan struktur dalam pengembangan pelatihan
tidak terjadi, kaidah mengenai evaluasi, biaya
menjadi
mengalokasikan
untuk merancang evaluasi kebutuhan terhadap
anggaran.Setiap pembagian kerja memerlukan
informasi tentang efektivitas pelatihan (Noe et
dukungan anggaran. Faktor penting dalam
al, 2011:411).
dasar
implementasi
untuk
anggaramn
yang
perlu
Terkait
dengan
evaluasi
diperhatikan agar terlaksana adalah adanya
ketercapaian
prinsip-prinsip pengelolaan dana. Dalam Pasal
penelitian menunjukan bahwa guru merasa
48 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang
puas, kepuasan itu sendiri bersifat dinamik dan
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan
tidak dapat dijadikan sebagai indikator guna
bahwa
menunjukan
“Pengelolaan
dana
pendidikan
48
profesionalitas
bahwa
guru,
tentang
pelatihan
hasil
efektif
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
mendorong profesionalitas guru.Hasil dari
maupun konsep diri untuk mengaplikasikan apa
pengembangan
yang
diberikan
profesionalitas
dapat
dilihat
guru
dari
yang
diperoleh
dalam
selama
proses
bagaimana
pengembangan dan pelatihan profesionalitas,
peningkatkan kinerja, menciptakan nilai yang
(2) tuntutan terhadap profesionalitas guru yang
mendorong kepuasan pelanggan terutama para
semakin tinggi. Guru dihadapkan pada satu
siswa atau pelanggan internal lainnya seperti
situasi yang menuntut dilakukannya praktek-
kepala sekolah.Keberhasilan pengembangan
praktek kerja professional termasuk dalam
profesionalitas dapat dilihat dari perubahan
kajian ilmiah. Dengan adanya sebuah model
perilaku kerja menjadi lebih efektif dan
pelatihan yang fokus
produktif.
individu maka secara mandiri para guru yang
Berdasarkan pendapat para ahli serta
pada aspek-aspek
telah mengikuti pelatihan dapat meningkatkan
hasil temuan di lapangan yang menunjukan
konsep
bahwa penilaian efektivitas pelatihan yang
keyakinan terhadap kemampuannya dalam
dilakukan
belum
menyusun karya ilmiah. Pasca pelatihan para
menyeluruh, maka konsep mengenai efektivitas
guru akan lebih mudah mengarahkan dirinya
pelatihan difokuskan pada evaluasi sebelum
pada tindakan-tindakan professional karena
pelatihan aspek non teknis (keyakinan diri,
telah terbentuk individu yang memiliki konsep
motivasi pelatihan, tugas, harapan peserta
diri, lebih termotivasi dan memiliki keyakinan
terhadap pelatihan). Fokus evaluasi pelatihan
untuk bertindak professional. Sejalan dengan
pada
hasil penelitian
oleh
proses
PemKab.Bogor
dapat
menggunakan
model
dirinya,
termotivasi,
memiliki
Caena (2013) bahwa guru
Kirkpatrik (1998) yaitu penilaian pada kriteria
harus memiliki kompetensi dasar agar dapat
reaksi peserta, pembelajaran, pelaksanaan tugas
efektif di kelas dan dapat meningkatkan
serta
Model
prestasi belajar siswa, (3) Pelatihan yang efektif
pelengkap lain yang dapat diintegrasikan
bukan hanya dilihat dari seberapa besarkah
adalah model Tharenou et al (2007) mengenai
perubahan kinerja atau sikap individu yang
evaluasi perilaku dan outcome nya pada
terjadi
organisasi.
efektivitas pelatihan dilihat seberapa besar guru
dampak pada
organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian maka dkembangkan
model
pasca
pelatihan
profesionalitas.
terus memaknai perannya dan melakukan
peningkatan
pembelajaran secara berkelanjutan. Persoalan
profesionalitas guru yang berkelanjutan yang
yang selama ini menghambat profesionalitas
didasarkan pada asumsi bahwa: (1) masalah-
guru terdiri dari persoalan yang berhubungan
masalah yang terkait dengan pengembangan
dengan
profesionalitas guru cukup kompleks. Pasca
berhubungan dengan kebijakan atau system dan
pelatihan banyak guru yang belum mampu
(4)
mengaplikasikan
pengembangan
dinyatakan dalam kebijakan akan mendorong
profesionalitas kedalam praktek nyata. Hal ini
meningkatnya efektivitas pelatihan. Dimensi
disebabkan lemahnya motivasi, keyakinan
dalam kebijakan lebih sulit dan setiap pilihan
hasil
49
individu
Keberadaan
dan
persoalan
dukungan
publik
yang
yang
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
kebijakan dalam pengembangan profesionalitas
yang dapat mendorong profesionalitas guru
tergantung pada pilihan pengambil kebijakan
secara berkelanjutan merupakan jawaban atas
bukan hanya pilihan yang rasional.Oleh karena
kompleksnya persoalan untuk meningkatkan
itu dukungan kebijakan terhadap sebuah model
profesionalitas guru.
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian Efektifitas
ini
mengkaji
Pengelolaan
tentang
tahapan pengembangan SDM yaitu analisis
Pengembangan
kebutuhan
(need
analysis),
perencanaan
Profesionalitas Guru oleh Pemerintah Daerah,
(planning), implementasi (implementation) dan
Studi kasus di Kabupaten Bogor. Secara umum
evaluasi (evaluation).
dapat
disimpulkan
pengembangan
bahwa
pengelolaan
profesionalitas
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
guru
dengan melakukan uji model pengelolaan
diKabupaten Bogor masih belum efektif, yang
pengembangan profesionaltas guru dengan
diukur dengan pengelolaan pengembangan
fokus
profesionalitas guru dengan kriteria sasaran
pengembangan
pengelolaan yang efektif, jika diukur dengan
efektivitasnya bagi sekolah sesuai dengan
baik dengan kriteria proses maupun kriteria
kategori.
penelitian
pada
bentuk-bentuk
profesionalitas
guru
serta
DAFTAR PUSTAKA
Aris munandar & Ratnawati(2010). Peningkatan
Castetter (1996).The Human Resource Function in
Profesional Guru Melalui Pendidikan dan
Educational Administration. New Jersey,
Latihan.UniversitasNegeri
hlm 236
Makassar(UNM).Tersedia
online:
Chalofsky, N.,Fdkk. Editor (2014) Handbook of
http://www.scribd.com/doc/84842113/Rat
Human Resource Development. New
na (Diakses: 28 Maret 2013).
Jersey.Wiley.
Berg, Bruce L. 2007. Qualitative Research
Caena,
Creswell,
J.
W.
(2003).
Research
Methodes for The Social Sciences. Boston:
Qualitative,
Pearson education. Inc.
Methods Approaches (2th ed). Thousand
F.
(2013).“Supporting
Competence Learning
Development
Teacher for
Quantitative
Design
and
Mixed
Oaks, California: SAGE Publications, Inc.
Better
Tersedia:http://www.uc.ac.id/.[6
Outcomes”.Education&
April
2012].
Training, European Commission, July
Heneman
III,
H.G.&Milanowski,
(2008).“Assessing
2013, 5-59.
Human
A.T.
Resource
Practices Alignment: Development and
50
Jurnal Administrasi Pendidikan Vol.XXIII No.2 Tahun 2016
Evaluation of a Process”, Consortium for
Pusbang
Prodik
Kemdikbud
(2014).
Policy Research in Education, 2008, 1-37.
Profesionalitas guru di era otonomi daerah
Kirkpatrick, D. (1998). Evaluation Training
Satori, D. dan Komariah, A. (2009). Methodology
Program.Second Edition. San Fransisco:
Penelitian Kualitatif. Bandung;Alfabeta.
Koehler. Kompas.com [04/08/12] dan [06/09/12].
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan.
Noe, R.A, Hollenbeck, J.R, Gerhart, B. & Wright, P.M.
(2010).Human
Management: Advantage.
Gaining (4thed.).
Bandung. Alfabeta.
Resources
Tharenou et al. (2007).A review and critique of
Competitive
research on training and organizational-
New
York:
level
Irwin/McGraw-Hill.
outcomes.
Human
Resource
Management Review 17 (2007) 251–273
Parker, D., Mahomed, H., Geyer, S. &Modise, G.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
(2011). Integrated Strategic Planning
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Framework for Teacher Education and
Nasional.
Development in South Africa, Teacher
Vince, R (2004). Rethinking Strategic Learning.
Development, 5 April 2011. Sambrook, J.
dan Stewart,S
NY. Routledge
(2007). Human
Yin, Robert, K. (2012). StudiKasus: Desain dan
ResourceDevelopment inthe Public Sector.
Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
NY. Routledge.
51