FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 93-98
Efek Diversifikasi Perusahaan Properti Terhadap Harga Saham Di Indonesia Octavilia dan Njo Anastasia Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:
[email protected] ;
[email protected] AbstrakโAnalisa pengaruh diversifikasi perusahaan properti dilakukan pada 16 perusahaan properti yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2012. Dengan menggunakan uji korelasi dan kointegrasi untuk melihat hubungan dan tren jangka panjang dari pergerakan harga saham-saham tersebut, serta uji non-parametrik untuk mengetahui hubungan pergerakan harga saham dengan strategi diversifikasi perusahaan. Perubahan harga saham suatu perusahaan memungkinkan dalam jangka panjang untuk mempengaruhi perubahan dari harga saham perusahaan lain. Pergerakan tersebut dipengaruhi oleh kesamaan pada strategi tipe properti akan tetapi tidak pada strategi diversifikasi lokasi yang dilakukan oleh perusahaan. Strategi diversifikasi perusahaan berkaitan dengan ukuran perusahaan. Kata KunciโDiversifikasi, Harga saham, Kointegrasi, Ukuran Perusahaan Abstract-Analysis of the influence of diversified property compan y performed in 16 property companies listed on the Indonesia Sto ck Exchange (IDX) during the period 2008-2012. using the corre lation and cointegration test to see relationships and long-term tr ends of stock price movements, as well as non-parametric test to d etermine the relationship of stock price movements with corporate diversification strategy. Changes in a company's stock price in th e long run to allow the influence of the change in the stock price of other companies. The movement is affected by the similarity in the type of property strategy but not the location diversification st rategy undertaken by the company. Corporate diversification strat egies related to firm size. Kata KunciโDiversifikasi, Harga saham, Kointegrasi, Ukuran P erusahaan.
1.
PENDAHULUAN
Dalam portofolio perusahaan properti, strategi diversifikasi yang digunakan terbagi menjadi dua, yaitu diversifikasi menurut tipe properti dan lokasi. Di Indonesia, kategori tipe properti dibagi menjadi residensial, perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan, industrial, dan rumah sakit. Tipe properti residensial sendiri terbagi menjadi perumahan, apartemen, dan kondominium, sedangkan pusat perbelanjaan terdiri dari pertokoan dan mal. Dengan lokasi yang tersebar pada beberapa provinsi di Indonesia, seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Banten, dan Jawa Timur. Dari 45 perusahaan properti yang tercatat di BEI pada tahun 2012, terdapat 16 perusahaan yang memiliki diversifikasi baik dalam tipe properti dan lokasi yang melakukan listing sebelum dan sampai dengan pertengahan tahun 2008. 16 saham perusahaan properti tersebut akan dianalisa apakah perubahan harga saham-saham property dapat bergerak bersama (berkointegrasi) dalam jangka
Gambar 1. Komposisi Pendapatan Menurut Tipe Properti dari 45 Perusahaan tahun 2012.
panjang. Strategi diversifikasi portofolio properti dengan lokasi ataupun tipe properti lebih efektif dalam mengurangi volatilitas dari return properti (Wit, 2009). Piet, Hoesli, MacGregor, dan Nanda (1995) mengungkapkan bahwa return dari tipe properti yang berbeda didorong oleh siklus bisnis yang berbeda, seperti perkantoran oleh jenis pekerjaan kantor, pertokoan oleh penjualan ritel, dan properti industri oleh output manufaktur. Demikian juga terdapat perbedaan kinerja antar daerah dalam setiap jenis properti. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa diversifikasi tipe properti lebih bermanfaat dalam mengurangi risiko portofolio dibandingkan dengan diversifikasi lokasi. Hal ini berbeda dengan pandangan para praktisi properti mengenai lokasi, lokasi, dan lokasi yang dianggap sebagai kunci utama dalam properti. Miles & McCue (1984) menemukan diversifikasi tipe properti menghasilkan risk-adjusted cash yields yang lebih tinggi daripada diversifikasi geografis, serta menyimpulkan bahwa diversifikasi tipe properti lebih efisien (dalam Lee & Byrne, 1998). Sirmans & Worzala (2003) dalam penelitiannya mengenai Diversification Benefits of International Direct Real Estate Investment menyimpulkan bahwa diversifikasi tipe properti dan wilayah sama-sama penting, akan tetapi diversifikasi wilayah tampak lebih penting (dalam Wit, 2009). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sing & Patel (2001) yang menguji pengaruh diversifikasi portofolio properti terhadap harga saham pada periode 1983-1994, menyatakan bahwa harga saham-saham perusahaan yang bergerak bersama tidak dipengaruhi oleh adanya kesamaan strategi diversifikasi baik tipe properti maupun lokasi yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dilihat dari Net Asset Value (NAV) berdasarkan kapitalisasi pasar yang dimiliki
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 93-98
perusahaan. Penelitian ini menguji apakah terdapat kesamaan dalam strategi diversifikasi (tipe properti maupun lokasi) dan NAV perusahaan pada saham-saham yang berkiontegrasi. 2. TEORI PENUNJANG A. Portofolio Teori portofolio berdasarkan pada asumsi bahwa diversifikasi mengurangi risiko. Markowitz (1959) mengembangkan sebuah model yang dapat mengidentifikasi proporsi dana yang optimal untuk ditempatkan pada setiap aset. Portofolio dianggap efisien karena pada tingkat risiko tertentu memberikan expected return yang maksimal atau risiko minimal pada tingkat imbal hasil tertentu (dalam Brown & Matysiak, 2005). Risiko portofolio hanya dapat dikurangi dengan menginvestasikan dana, minimal pada dua aset dan manfaat dari diversifikasi baru muncul apabila imbal hasil dari aset-aset tersebut memiliki koefisien korelasi yang negatif. Dimana koefisien korelasi yang negatif ini menunjukkan hubungan yang berlawanan arah. Brown & Matysiak (2005) mengungkapkan bahwa pada properti contohnya bangunan pusat perbelanjaan dengan gedung kantor memiliki korelasi return properti yang negatif. Saat tingkat suku bunga mengalami kenaikan, hal ini mengurangi tingkat pengeluaran individu untuk dibelanjakan, yang dapat menurunkan imbal hasil dari pusat perbelanjaan. Bertentangan dengan gedung kantor yang kurang dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga. B. Diversifikasi Diversifikasi didefinisikan dalam konteks varians rata-rata sebagai penghapusan seluruh risiko non-sistematis oleh Seiler, Webb, dan Myer (1999). Dalam industri properti, risiko non-sistematis muncul dari berbagai macam sumber seperti masa kontrak sewa, hutang operasional dan keuangan, campuran penyewa, dan lokasi. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh siklus bisnis (lokal, regional, nasional, dan internasional), tren gaya hidup (demografis, pekerjaan, dan pendapatan), serta tingkat inflasi dan suku bunga (Viezer, 2000). Landasan strategi diversifikasi adalah untuk mengurangi risiko non-sistematis pada properti yang dibagi menjadi dua, yaitu diversifikasi tipe properti dan diversifikasi geografis (Ling & Archer, 2005). Hal ini dikuatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Piet et al. (1995) dan Lee & Byrne (1998), bahwa pendekatan konvensional diversifikasi terbagi pada dua kelompok diatas. Permintaan dan penawaran pada berbagai macam tipe properti tidak digerakkan oleh tekanan ekonomi yang sama. Pada diversifikasi tipe properti, permintaan terhadap berbagai macam ruang yang dapat disewa merupakan permintaan turunan. Contohnya, penurunan permintaan atas barang manufaktur menyebabkan penurunan permintaan pada kawasan industri. Juga sama seperti permintaan untuk ruang perkantoran yang berasal dari jasa yang disediakan oleh penyewa gedung perkantoran, seperti perusahaan hukum, bank, perusahaan asuransi, dan perusahaan perantara properti. Sedangkan permintaan untuk daerah ritel di pasar lebih cyclical dibandingkan dengan yang lainnya, karena berkaitan langsung dengan populasi pada daerah perdagangan dan tingkat pengeluaran populasi tersebut. Investor dapat mengurangi risiko portofolio dengan memiliki beberapa atau semua kategori tipe properti.
Strategi diversifikasi lainnya adalah diversifikasi berdasarkan wilayah geografis. Meskipun kondisi ekonomi dapat memiliki pengaruh yang signifikan pada pasar properti, kondisi pasar lokal lebih berperan penting daripada tren ekonomi nasional. Portofolio properti dengan wilayah yang terdiversifikasi memberikan risk-adjusted return yang lebih tinggi dibandingkan portofolio properti yang hanya terkonsentrasi pada satu wilayah. C. Net Asset Value (NAV) NAV adalah nilai yang mendasari aset properti yang dimiliki bersama aset lainnya, setelah disesuaikan dengan hutang dan kewajiban lain dari perusahaan (Liow, 2003), dan juga merupakan nilai buku dari aset berwujud per lembar saham yang diterbitkan. Ling & Archer (2005) menyebutkan NAV sama dengan estimasi total nilai pasar dari aset yang mendasari REIT, dikurangi dengan semua hutang yang memiliki klaim pada arus kas termasuk surat gadai (mortgage). NAV menjadi salah satu indikator untuk nilai fundamental saham, selain pendapatan dan deviden, dimana hubungannya dengan harga saham bergerak ke arah yang sama dalam jangka panjang (Sing, Liow, dan Chan, 2002). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sing & Patel (2001), NAV digunakan sebagai ukuran perusahaan yang dihitung dengan menggunakan kapitalisasi pasar. Berdasarkan kapitalisasi pasar tersebut, kelompok NAV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu besar, sedang, kecil. Kapitalisasi pasar adalah harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar di pasar. Manurung (2006) membagi kapitalisasi pasar saham menjadi 3, yaitu besar, menengah, dan kecil. Saham berkapitalisasi pasar besar memiliki kapitalisasi pasar diatas Rp 1 trilyun, kapitalisasi menengah antara Rp 100 milyar sampai dengan Rp 1 trilyun, dan saham dengan kapitalisasi pasar kecil memiliki kapitalisasi pasar dibawah Rp 100 milyar. D. Hubungan Antar Konsep Dalam diversifikasi portofolio yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan properti adalah melakukan pengembangan bukan pada satu macam tipe properti dan lokasi. Strategi diversifikasi yang dilakukan perusahaan berbeda-beda, ada beberapa perusahaan yang hanya berkonsentrasi pada pembangunan tipe properti yang berbeda-beda dalam satu wilayah atau perusahaan yang melakukan pembangunan satu jenis properti di wilayah yang berbeda-beda. Akan tetapi ada beberapa perusahaan melakukan pembangunan berbagai macam tipe properti yang terletak pada lokasi yang berbeda-beda. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan pada usaha dan besarnya portofolio diversifikasi perusahaan. Gyourko dan Nelling (1996) dalam penelitiannya yang menguji pengaruh dari dua strategi berdasarkan pengukuran pasar atas diversifikasi dan risiko sistematis menyimpulkan bahwa terdapat efek yang signifikan terhadap ukuran perusahaan pada strategi diversifikasi dan baik diversifikasi tipe properti dan wilayah geografis mempengaruhi kinerja saham perusahaan dalam jangka panjang (dalam Sing dan Patel, 2001). Pergerakan harga saham itu sendiri berkaitan dengan nilai fundamental yang dimiliki, dimana nilai fundamental saham dapat diukur dengan pendapatan, deviden, dan juga NAV (Sing, Liow, & Chan, 2002). Hasil
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 93-98
penelitian yang dilakukan Barkham dan Ward (1999), ditemukan adanya hubungan linear antara perusahaan properti di Inggris dengan NAV perusahaan (dalam Liow, 2003). Semakin besar perbedaan antara harga saham dan nilai fundamental aset, akan semakin kuat mengembalikan pergerakan harga saham terhadap nilai fundamental (Chiang et al., 1995, dalam Sing, Liow, & Chan, 2002). Dalam penelitian mengenai mean reversion of Singapore property stock, Sing, Liow, dan Chan (2002) menemukan adanya hubungan searah dalam jangka panjang antara harga saham dengan NAV. Sebagai salah satu wakil dari nilai fundamental, NAV secara signifikan menjelaskan pergerakan jangka pendek dari perubahan harga saham. Akan tetapi NAV tidak memiliki penjelasan hubungan terhadap perubahan harga dari saham-saham yang tidak bergerak bersama (berkointegrasi). NAV digunakan oleh Sing & Patel (2001) dalam penelitiannya mengenai efek diversifikasi perusahaan untuk membagi kategori ukuran perusahaan menjadi besar, sedang, dan kecil. Pengaruh diversifikasi terhadap harga saham ini akan dilihat melalui NAV yang dimiliki oleh perusahaan. Dimana NAV itu sendiri terbentuk dari harga saham dan jumlah saham yang beredar.
3.
METODOLOGI PENELITIAN
Dengan 16 sampel penelitian yang dipilih berdasarkan purposive sampling dengan kriteria saham perusahaan tercatat di BEI selama periode 2008-2012, mempublikasikan laporan keuangan tahun 2012 setelah audit, memiliki diversifikasi tipe properti dan lokasi. Dikatakan memiliki diversifikasi dalam tipe properti apabila dalam portofolio perusahaan memiliki lebih dari 1 jenis properti dilihat berdasarkan pendapatan perusahaan. Dan diversifikasi lokasi apabila bangunan properti yang dimiliki perusahaan berada pada wilayah dengan provinsi yang berbeda. Berikut ini adalah kode saham dan nama perusahaan yang menjadi sampel serta komposisi portofolio perusahaan berdasarkan tipe properti. Tabel 1. Daftar Perusahaan Sampel
Uji pertama yang dilakukan adalah uji korelasi bivariat pada 16 saham sampel dengan menggunakan log dari harga saham. Uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan diantara saham-saham tersebut melalui koefisien korelasi yang dimiliki. Melalui uji korelasi ini akan terbentuk
Gambar 2. Komposisi Portofolio Berdasarkan Tipe Properti
pasangan-pasangan saham, dan pasangan saham yang memiliki korelasi kuat (r selanjutnya akan di uji kointegrasi. Uji kointegrasi ini dikemukakan oleh Engle dan Granger (1987) untuk melihat pergerakan bersama dari perubahan antara harga saham satu dengan yang lain secara parsial (dalam Sing & Patel). Pada uji kointegrasi parsial ada dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, menggunakan regresi ordinary least square (OLS) dengan ๐๐ก sebagai variabel dependen dan ๐๐ก sebagai variabel independen, dimana ๐ฆ๐ก dan ๐ฅ๐ก merupakan dua sampel yang berpasangan hasil dari uji korelasi. Dengan persamaan berikut ini, ๐๐ก = ๐ผ + ๐ฝ๐๐ก + ๐๐ก (3.1) Dengan ๐๐ก merupakan log harga saham ๐ฆ๐ก ; ๐๐ก adalah log harga saham ๐ฅ๐ก ; ๐ผ adalah konstanta; ๐ฝ adalah vektor kointegrasi; dan ๐๐ก adalah residual. ๐ป0 : ๐๐ก โ I(0), tidak terdapat kointegrasi ๐ป1 : ๐๐ก = I(0), terdapat kointegrasi Tahap kedua, nilai residual akan diuji menggunakan unit root test untuk mengestimasi kointegrasi. Nilai residual diuji menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test untuk menguji apakah nilai residual stasioner atau tidak stasioner. Nilai absolut ADF t-statistik yang dihasilkan oleh seri residual dibandingkan dengan nilai kritis absolut MacKinnon. Jika nilai absolut yang dihasilkan ADF t-statistik lebih besar maka, residual dinyatakan stasioner, terima : ฮด < 0) data stasioner. Data seri residual yang stasioner menyatakan terdapat kointegrasi, terima dengan level signifikansi yang digunakan yaitu 5%. Untuk melakukan dua uji selanjutnya diperlukan untuk membuat pengelompokkan saham berdasarkan NAV dan diversifikasi tipe properti dan lokasi. Dimana NAV akan menunjukkan ukuran dari perusahaan, 16 saham perusahaan sampel dikelompokkan dalam kategori besar, sedang, dan kecil. Sedangkan saham-saham yang memiliki kesamaan dalam tipe properti dan lokasi juga dibentuk menjadi kelompok sendiri. Ukuran perusahaan berdasarkan kapitalisasi pasar dapat dilihat pada Gambar 3, sedangkan pengelompokkan saham-saham sampel dapat dilihat pada tabel 2. Uji tanda merupakan metode analisis statistik non parametrik dimana data yang diukur mempunyai skala pengukuran nominal. Uji tanda ini digunakan untuk melihat hubungan antara diversifikasi dan NAV dengan kointegrasi harga saham. Setelah mendapatkan pasangan saham yang memiliki hubungan kointegrasi, dan ukuran perusahaan sudah jelas berdasarkan kelompok NAV, sampel kemudian akan dianalisa menggunakan uji tanda untuk menguji pasangan saham-saham yang terkointegrasi (didapatkan dari uji kointegrasi parsial sebelumnya). Dengan memberikan
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 93-98
Tabel 3. Pasangan Saham Hasil Uji Korelasi Bivariat
Gambar 3. Ukuran Perusahaan Berdasarkan Kapitalisasi Pasar Tabel 2. Pengelompokkan Saham-saham Sampel Berdasarkan Strategi Diversifikasi dan NAV
Tabel 4. Unit root test ADF seri residual
tanda positif jika terdapat kemiripan strategi diversifikasi tipe properti, lokasi, dan atau NAV. Dan tanda negatif untuk mengamati perbedaan yang terdapat pada saham yang menjadi pasangan kointegrasi. Selanjutnya, nilai signifikansi dihitung dengan menggunakan one sample binomial test. H0 : ฮผ = 0.5, tidak ada kesamaan strategi diversifikasi (tipe properti,lokasi,NAV) H1 : ฮผ โ 0.5, ada kesamaan strategi diversifikasi (tipe properti,lokasi,NAV) 4.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Uji Korelasi Bivariat Uji korelasi bivariat dengan menggunakan bentuk logaritma dari harga saham dan menghasilkan nilai korelasi seperti yang disajikan pada tabel 3. Dari 16 saham yang menjadi sampel, hanya terdapat 7 saham yang membentuk 13 pasangan saham yang memiliki hubungan yang kuat. Dibuktikan dengan koefisien korelasi yang dimiliki mempunyai nilai diatas 0.5. Tanda positif pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa saham-saham bergerak ke arah yang sama. Selanjutnya 13 pasangan saham ini akan menjadi variabel dependen dan variabel independen dalam persamaan regresi ordinary least square (OLS) yang akan dilakukan pada kointegrasi parsial. Kointegrasi Parsial Tabel 4 adalah hasil dari uji stasionersitas menggunakan ADF test.
ADF t-statistic merupakan nilai yang dihasilkan dari hasil uji unit root test pada seri residual . Jika nilai absolut dari ADF t-statistic lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis absolut pada tabel MacKinnon pada berbagai tingkat kepercayaan 1%, 5%, dan 10%, maka seri residual dinyatakan stasioner (tolak ). Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% berdasarkan nilai kritis MacKinnon sebesar -2.875, seri residual dari 13 pasangan saham dinyatakan stasioner pada tingkat level. Seri residual yang stasioner pada tingkat level menolak dari kointegrasi. Pasangan-pasangan saham dinyatakan berkointegrasi dan variabel independen mempengaruhi secara signifikan, akan tetapi yang dihasilkan dari persamaan regresi hanya berada pada angka 0.25 sampai 0.48, yang berarti variabel independen hanya dapat menjelaskan sebesar 25% - 48% dari perubahan harga saham yang menjadi variabel dependen. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang juga cukup signifikan mempengaruhi perubahan harga saham, selain perubahan dari harga saham lain yang menjadi variabel independen. Uji Tanda Pada uji tanda, tanda positif menandakan adanya kemiripan tipe properti, lokasi, dan atau NAV pada portofolio kedua perusahaan yang berkointegrasi. Sedangkan tanda negatif menandakan perbedaan pada portofolio kedua perusahaan.
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 93-98
Tabel 5. Uji Tanda
dan Patel (2001) yang menyatakan bahwa perubahan harga saham suatu perusahaan yang bergerak bersama dengan perubahan harga saham perusahaan lain tidak bergantung pada kesamaan strategi diversifikasi lokasi yang dilakukan. Akan tetapi penelitian ini menentang hasil yang menyatakan tidak ada pengaruh dari kesamaan diversifikasi tipe properti dan NAV terhadap saham-saham yang berkointegrasi. Walaupun saham-saham tersebut dapat bergerak bersama, perubahan harga saham dari suatu perusahaan tidak memiliki penjelasan yang cukup kuat terhadap perubahan harga saham perusahaan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ada faktor-faktor lain yang juga secara signifikan dapat mempengaruhi dan menjelaskan perubahan pada harga saham perusahaan, selain perubahan pada harga saham yang bergerak bersama tersebut. 5.
Dengan metode one-sample binomial test pada tingkat signifikansi 5%, kategori tipe properti dan NAV memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 yang menghasilkan keputusan tolak . Sedangkan kategori lokasi memiliki nilai signifikansi 0.581 yang menghasilkan keputusan terima . Hasil uji tanda dari tipe properti dan NAV yang menyatakan tolak , menyimpulkan bahwa kointegrasi yang dimiliki oleh pasangan saham dipengaruhi oleh adanya kesamaan strategi diversifikasi dari tipe properti yang dimiliki oleh perusahaan dan kesamaan dalam ukuran perusahaan. Akan tetapi tidak dipengaruhi oleh strategi diversifikasi lokasi yang dilakukan perusahaan. Pembahasan Dari 16 saham perusahaan sampel, ditemukan 7 saham yang membentuk 13 pasangan saham yang memiliki hubungan yang kuat, dimana perubahan harga saham suatu perusahaan diikuti oleh perubahan harga saham perusahaan lain ke arah yang sama. Dengan menggunakan log harga saham sebagai alat untuk mengetahui perubahan dari harga saham, hubungan korelasi yang kuat ini dibuktikan dengan adanya pergerakan bersama (kointegrasi) dalam jangka panjang pada 13 pasangan saham (tabel 4) Pada hasil uji tanda ditemukan hanya ada 8 dari 13 pasangan saham (tabel 5) yang bergerak bersama yang memiliki kemiripan dalam diversifikasi lokasi. Sedangkan semua pasangan saham yang berkointegrasi tersebut memiliki kesamaan strategi diversifikasi tipe properti dan berada dalam ukuran yang sama berdasarkan Tabel 7.perusahaan Unit root tes NAV perusahaan. Hasil yang tidak signifikan pada uji tanda berdasarkan kategori lokasi ini membuktikan bahwa pergerakan bersama dari saham-saham tersebut tidak bergantung pada kesamaan lokasi dalam portofolio yang dimiliki perusahaan. Tetapi dipengaruhi oleh kesamaan NAV dan strategi diversifikasi tipe properti. Pengaruh diversifikasi terhadap harga saham hanya berasal dari tipe properti, hal ini dapat dilihat melalui hasil signifikan yang diperoleh dari NAV dan tipe properti. Dimana NAV itu sendiri terbentuk dari harga saham dan jumlah lembar saham yang beredar. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam satu kelompok tipe properti, lokasi, atau NAV yang sama dapat secara serempak mempengaruhi perubahan dari harga saham perusahaan lain. Hasil penelitian ini mendukung sebagian dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sing
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai efek diversifikasi perusahaan properti terhadap harga saham, dapat disimpulkan bahwa saham-saham properti bergerak bersama secara parsial dalam jangka panjang, saham-saham yang bergerak bersama memiliki kesamaan dalam NAV dan strategi diversifikasi tipe properti,dan saham-saham properti dapat bergerak secara bersama-sama dalam jangka panjang. Temuan ini menunjukkan bahwa saham-saham properti yang memiliki market value yang besar bergerak bersamasama, memiliki implikasi bahwa investor yang berminat untuk berinvestasi pada industri properti cukup memilih salah satu dari 7 sampel dalam penelitian ini dan tidak perlu memilih lebih dari 1 saham properti, karena dapat berakibat pada meningkatnya resiko portofolio. Pertimbangan ini diberikan terkait dengan prinsip dalam portofolio yang menyatakan bahwa investor harus memilih saham-saham yang berkorelasi negatif atau bergerak berlawanan arah untuk membagi resiko dalam portofolio. Dari hasil penelitian ini tidak dapat menjelaskan mengapa saham tertentu berpengaruh terhadap saham properti lainnya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Misalnya, meneliti tentang perilaku para pialang saham/broker dalam keputusan diversifikasi portofolio investor di industri properti. Pengembang properti juga disarankan untuk tetap melakukan pembangunan properti, karena properti masih menjadi kebutuhan primer, perusahaan sebaiknya melakukan diversifikasi dalam tipe properti agar tetap bertahan di dalam industri properti. DAFTAR PUSTAKA Brown, G. R., & Matysiak, G. A. (2005). Real Estate Investment: A Capital Market Approach. Prentice-Hall. Lee, S., & Byrne, P. (1998). Diversification by sector, region or function? A mean absolute deviation optimisation. Journal of Property Valuation & Investment, 16(1) , 38-56. Ling, D. C., & Archer, W. R. (2005). Real Estate Principles A Value Approach. McGraw-Hill. Liow, K. H. (2003). Property Company Stock Price and Net Asset Value: A Mean Reversion Perspective. Journal of Real Estate Finance and Economics, 27(2) , 235-255.
FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 93-98
Manurung, A. H. (2007). Reksa Dana Revisi. Kompas.
Investasiku Edisi
Piet, M. E., Hoesli, M., MacGregor, B. D., & Nanda, N. (1995). Real estate portfolio diversification by property type and region. Journal of Property Finance, 06(3) , 39-59. Seiler, M. J., Webb, J. R., & Myer, F. N. (1999). Diversification Issues in Real Estate Investment. Journal of Real Estate Literature, 7(2) , 163-179. Sing, T. F., & Patel, K. (2001). Effect of portfolio diversification on property investment company stock prices: 1983-1994. Journal of Property Investment & Finance, 19(4) , 390-411. Sing, T. F., Liow, K. H., & Chan, W. J. (2002). Mean reversion of Singapore property stock prices towards their fundamentals values. Journal of Property Investment & Finance, 20(4) , 374-387. doi:10.1108/14635780210435056. Viezer, T. W. (2000). Evaluating "Within Real Estate" Diversification Strategy. Journal of Real Estate Portfolio Management, 6(1) , 75. Wit, I. d. (2009). International Diversification Strategies for Direct Real Estate. Journal of Real Estate Finance and Economics , 433-457. doi:10.1007/s11146-009-9173-3.