TOPIK UTAMA POLISI WANITA : IDENTITAS DIRI & KOMUNIKASI
Edwin Rizal Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung Abstract The police and the community is a real symbiosa that can not be separated, because the existence of police actually recruited directly from the public. This linkage, very much in the community that makes the police as a role model and idol. Law enforcement relies on the help of the police, meaning that if there is violation of law, or there was a crime, the police institution with the power and authority required to take legal action. Without the police, then the existence of the rule of law was limited to a non-significant. As a law enforcement agency, a police duty to have a cautious attitude and behavior of people suspicious of any potential violations of law. This reality of people's lives due to the occurrence of law violations and criminal acts must be restored as its original state, is to create a sense of security and order within society. Policewoman identical with the existence of a woman in a masculine world. But a woman is still a woman, wherever she was living environment. In its existence, the woman is not a figure that other, a distinguished figure of a man -in the sense as human beings consist of flesh and blood, because gender- differentiated only based on purely biological elements, like a creature that has created God. As if to deny and will not recognize the inevitability of women's involvement in the police profession, women were already engaged in policing the world as a police woman in Indonesia for more than 61 years. Although in reality their job is just limited to the administrative field, but their existence has been six decades can not be ruled out. With a limited amount, which is about 3.8 percent of the total Police in Indonesia, making barriers in idealizing embodiment desire to empower women in the world's police force. With a limited amount, it is impossible Polwan can effectively help provide legal services. Keywords : Policewoman, self-identitiy, communication perbedaan sosial dan biologis antara pria dan
Pendahuluan Sejak menjadi profesi formal dan
perempuan, menjadi bahan pertimbangan da-
kelembagaan kepolisian menjadi lembaga yang
lam penelitian Rabe-Hemp (2008) menjelaskan
diakui masyarakat secara formal pada perten-
bahwa perempuan dapat membawa kemampu-
gahan abad ke-19 di Amerika Serikat, profesi
an
ini dipandang oleh mayoritas masyarakat
kepolisian, seperti empati yang besar dan ke-
secara tradisional sebagai profesi yang hanya
mampuan berkomunikasi, serta sedikitnya
melibatkan pria. Hingga saat ini pria masih
penggunaan
menjadi
kelembagaan
bangannya dunia kepolisian, kepolisian mod-
kepolisian, dan tampaknya tidak akan berubah
ern telah berubah untuk siap menghadapi tugas
dalam waktu-waktu ke depan. Berdasar pada
yang baru, yaitu polisi lingkungan warga, hub-
mayoritas
dalam
dan
keahlian
lain
kekerasan.
pada
Dengan
organisasi
berkem-
PENTINGNYA Era Pentingnya Perspektif KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan ARTIFAKTUAL Artifaktual : Polisi Wanita : Identitas Diri dan Komunikasi DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi Komunikasi MODIFIKASI Modifikasi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Antarmanusia ANTARMANUSIA
ungan dengan masyarakat dan penyelesaian
polisi tidak secara otomatis diperlakukan
masalah di dalam masyarakat. Menanggapi hal
secara objektif egaliter, tetapi lebih dimotivasi
tersebut,
dengan kebijakan politis.
para
peneliti
yang
feminis
Dalam
mengungkapkan bahwa perempuan lebih co-
konteks
Indonesia,
sejarah
cok untuk tugas-tugas kepolisian tertentu ka-
kelahiran Polisi Wanita (Polwan) di Indonesia
rena kemampuan dan keahlian mereka yang
tak jauh berbeda dengan proses kelahiran
unik dan berbeda di banding pria.
Polisi Wanita di negara lain. Penanganan dan bahwa
penyidikan terhadap kasus kejahatan yang
sebenarnya perempuan mulai menjadi polisi
melibatkan kaum wanita, kenakalan anak-anak
pada tahun 1910, tetapi hingga 1970an
dan remaja, perkelahian antar pelajar yang
keberadaan mereka pada lembaga kepolisian
terus meningkat dan kasus kejahatan wanita
tetap dibatasi pada jumlah dan posisi tertentu
yang memprihatinkan menjadi ranah para
saja. Kesempatan mereka untuk berkarier di
perempuan
bidang kepolisian ternyata tetap dibatasi pada
tersebut. Dewasa ini adalah tantangan amat
bidang tertentu saja dikarenakan dasar stereo-
serius bagi korps polisi wanita untuk lebih
tip dan persepsi yang dimiliki oleh masyarakat
berperan dan membuktikan eksistensinya di
kebanyakan. Polisi wanita juga dalam perjalan-
tubuh Polri. Tugas Polwan di Indonesia terus
an tugasnya masih didiskriminasikan, yaitu
berkembang tidak hanya menyangkut masalah
mulai dari proses perekrutan, promosi jabatan,
kejahatan wanita, anak-anak dan remaja,
tugas yang diemban, posisi jabatan hingga pa-
narkotika dan masalah administrasi bahkan
da pelecehan (de Guzman dan Frank, 2004).
berkembang jauh hampir menyamai berbagai
Fakta
lain
mengungkapkan
Bentuk diskriminasi yang dialami oleh
di
dalam
institusi
kepolisian
tugas Polisi prianya.
polisi wanita disebabkan pencitraan yang
Polwan di Indonesia lahir pada 1
dimunculkan pada lembaga kepolisian yang
September 1948, berawal dari kota Bukit
dianggap masuk dalam dunia maskulin, dan
Tinggi Sumatera Barat tatkala pemerintah
akhirnya hanya perempuan yang dapat menem-
Indonesia menghadapi Agresi militer II oleh
patkan dirinya dan memenuhi persyaratan ke-
Belanda, pengungsian besar-besaran yang
maskulinan yang dapat masuk pada dunia
terjadi antara lain dari semenanjung Malaya
kepolisian tersebut. Situasi ini menjadi hal
yang
yang wajar karena dunia kepolisian dianggap
menimbulkan
sama dan sebangun dengan model militeristik.
Mereka tidak mau diperiksa apalagi digeledah
Dengan demikian, lembaga kepolisianpun
secara fisik Polisi pria. Mulai saat itulah
akhirnya
secara
terasakan betapa perlunya seseorang yang juga
tradisional diperuntukkan bagi pria, sehingga
perempuan untuk melaksanakan berbagai tugas
akhirnya bila perempuan direkrut menjadi
kepolisian dalam menangani berbagai tindakan
menjadi
lembaga
yang
sebagian
besar
suatu
kaum
permasalahan
wanita baru.
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU Keintiman Perilaku COPING Era Pentingnya sebagai Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Landasan Komunikasi Baru Kewirausahaan Komunikasi dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI Perkawinan : Stres STRES : Polisi Wanita : Identitas Diri dan Komunikasi dalamMENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Sebuah StudiMATA Komunikasi Tinjauan Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Interaksi Komunikasi Intrapersonal MPK MPKSimbolikl Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia
tertentu kepada kaum yang juga perempuan.
Polisi wanita bila dibandingkan dengan polisi
Tanggal 1 September tersebut hingga saat ini
pria,
secara resmi dinyatakan sebagai hari kelahiran
memperhatikan kasus-kasus yang berkaitan
Polisi Wanita yang akrab dipanggil Polwan.
dengan pelecehan dan penyerangan seksual
akan
lebih
tertarik
dan
lebih
Profesi polisi dalam ranah maskulin
pada perempuan, sehingga penyelesaian kasus-
diasosiasikan sebagai natur-nya, seperti pula
kasus tersebut lebih komprehensif dan tuntas,
halnya
penegak
bahkan faktanya menunjukkan keberadaan
hukum sebagai suatu profesi yang lekat dengan
perempuan sebagai polisi lebih memunculkan
perilaku agresif, kekuatan fisik dan solidaritas.
kenyataan
Young (dalam Rabe-Hemp, 2008), dalam
berkaitan dengan perempuan tersebut (Meier
tulisannya pada An Inside Job: Policing and
dan Nicholson-Crotty, 2006) .
dengan
mengasosiasikan
banyaknya
kasus-kasus
yang
Police Culture in Britain, Clarendon Press,
Pertumbuhan jumlah polisi wanita
Oxford, 1991, mengatakan bahwa ekspektasi
dipercayai dapat memberikan dampak yang
yang dimunculkan dari citra polisi sebagai
positif
pemberantas kriminal dan penegak hukum
penanganan
adalah
dan
dengan perempuan. Semakin seringnya polisi
maskulinitas, yang berbanding terbalik dengan
pria berinteraksi dengan polisi wanita, mereka
citra perempuan yang bersifat feminine dengan
menjadi lebih sensitif terhadap issue-issue
sensitive, memahami dan penuh kelembutan.
gender yang muncul. Perubahan ini dapat
kasar,
penuh
kekerasan
bagi
lembaga
kepolisian
kasus-kasus
yang
dalam
berkaitan
Penelitian yang dilakukan Rabe-Hemp
mempengaruhi sikap para perempuan dalam
mengatakan bahwa perempuan yang menjadi
memandang lembaga kepolisian yang ada,
polisi harus menghadapi dua pilihan, apakah
terutama dalam situasi yang berkait dengan
akan mempertahankan identitas gendernya,
keterlibatan emosional mereka. Bila polisi
ataukah mengedepankan identitas polisinya
wanita dapat meningkatkan fungsinya pada
sebagai
yang
lembaga kepolisian tersebut, diharapkan dapat
membuat
mempercepat penyelesaian kasus-kasus yang
perempuan harus dapat menjalankan profesi
menimpa perempuan. Meier dan Nicholson-
tersebut dalam kondisi idealnya, karena jika
Crotty pun menambahkan bahwa Polisi wanita
tidak, perempuan tersebut akan mendapat cap
dapat memunculkan rasa sensitif pada kolega
’polisi manja’, dan dianggap bukan sebagai
prianya
polisi ’sebenarnya’.
pelecehan dan penyerangan seksual pada
polisi
ditempelkan
wanita.
pada
citra
Pelabelan polisi
berkaitan
dengan
kasus-kasus
Persentase perempuan yang menjadi
perempuan, dan pada akhirnya, keberadaan
polisi secara positif dapat dikaitkan dengan
polisi wanita secara positif dapat berbagi
pelaporan tentang pelecehan dan penyerangan
pengalaman kepada koleganya tentang betapa
seksual kepada perempuan yang meningkat.
penting dan seriusnya kasus yang berkaitan
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
58
Keintiman PENTINGNYA Era Pentingnya sebagai Perspektif Landasan KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan Komunikasi ARTIFAKTUAL Artifaktual Perkawinan : : Polisi Wanita : Identitas Diri dan Komunikasi DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Sebuah Studi Komunikasi Tinjauan MODIFIKASI Modifikasi Interaksi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Simbolikl Antarmanusia ANTARMANUSIA
dengan perempuan tersebut, dari sisi dan posisi
memerlukan konsentrasi yang intensif, dan
perempuan.
lebih mudah terputus-putus. Karena itu tingkat
Realitas tersebut sejatinya beranjak
keterampilan perempuan dianggap rata-rata
pada kategorisasi jenis kelamin sebagai kriteria
lebih rendah dibanding laki-laki (Sunaiyah,
dalam pembagian kerja di mana secara seksual,
2009). Lebih jauh Sunaiyah menambahkan
laki-laki
dan
bahwa dasar pembagian lapangan kerja antara
perempuan sebagai pengasuh (nurture) dalam
lain adalah relasi kuasa dan status. Pembagian
masyarakat modern alih-alih kesetaraan gender
fungsi
(Sunaiyah, 2009). Megawangi
anatomi biologis masih sulit ditinggalkan.
sebagai
pemburu
(hunter)
(1999: 24)
yang mengacu kepada perbedaan
mengatakan, bahwa data statistik di seluruh dunia
menunjukkan
selalu
menunjukkan
Profesi Polisi Sebagai Penegak Hukum
bahwa angka partisipasi perempuan dalam
Polisi, dalam segala maknanya, adalah
pasar kerja dan politik selalu lebih kecil
sebuah profesi. Ada seperangkat standar atau
daripada pria, termasuk juga angka perempuan
tolok-ukur tertentu
yang diterima di Akademi Militer atau
dengan profesi lain. Dikatakan demikian
Akademi
serta
karena untuk menjadi ―atau untuk dapat
implikasinya dalam posisi-posisi strategis.
disebut sebagai― polisi, seseorang dituntut
Dengan kata lain, perempuan hanya menjadi
untuk memiliki kepakaran intelektual dan
subtitusi
teknis, menjalani pelatihan dan pendidikan,
Kepolisian
dan
misalnya,
bahkan
seolah-olah
yang membedakannya
mempunyai kompetensi, tergabung dalam
disubtitusikan. Pekerjaan yang diperuntukkan kepada
suatu organisasi, serta hidup dengan disiplin
laki-laki umumnya yang dianggap sesuai
dan kode etik, tertentu sebagaimana telah
dengan kapasitas biologis, psikologis, dan
disepakati dan digariskan oleh profesi polisi itu
sosial sebagai laki-laki, yang secara umum
sendiri. Yang juga penting adalah, seorang
dikonsepsikan sebagai orang yang memiliki
polisi dituntut untuk mempunyai komitmen
otot lebih kuat, tingkat risiko dan bahayanya
terhadap pelayanan publik. Dalam hal ini,
lebih tinggi karena bekerja di luar rumah, dan
selain memiliki karekteristik sebagaimana
tingkat ketrampilan dan kerjasamanya di dalam
disebut di atas, polisi yang profesional
kelompok masyarakat lebih tinggi. Sementara
dimaknai sebagai polisi yang memenuhi
itu, pekerjaan yang diperuntukkan kepada
standar yang telah disepakati bersama di dalam
perempuan ialah yang umumnya sesuai dengan
profesi polisi dan yang setiap pikiran, sikap,
kapasitas biologisnya sebagai perempuan, yang
kata,
secara umum dikonsepsikan sebagai orang
profesionalisme polisi itu sendiri (Indarty,
lemah dengan tingkat risiko lebih rendah,
2009).
cenderung
bersifat
mengulang,
dan
perbuatannya
dijiwai
oleh
tidak Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU Keintiman Perilaku COPING Era Pentingnya sebagai Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Landasan Komunikasi Baru Kewirausahaan Komunikasi dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI Perkawinan : Stres STRES : Polisi Wanita : Identitas Diri dan Komunikasi dalamMENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Sebuah StudiMATA Komunikasi Tinjauan Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Interaksi Komunikasi Intrapersonal MPK MPKSimbolikl Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia
Keberadaannya
sendiri
ditengah
wewenang,
sebagaimana
diatur
dalam
masyarakat sangatlah urgen dan krusial. Polisi
peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dan masyarakat merupakan suatu simbiosa
untuk secara merdeka dan rasional menentukan
yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan,
arah tindakan dan/atau mengatur diri-nya
karena pola perekrutan polisi murni langsung
sendiri.
dari masyarakat. Sehingga begitu eratnya
memungkinkan
keterkaitan
banyak
kebijakan, mengambil keputusan, bersikap,
dimasyarakat yang menjadikan polisi sebagai
berpendapat, bertindak, serta mencapai tujuan
sosok panutan dan idola. Namun di lain pihak,
yang telah dicanangkan atau dipilih-nya
cukup
yang
sendiri, tanpa bergantung pada ―atau tanpa
memandang berbeda, dan dari sudut pandang
adanya intervensi dari― pihak manapun
yang berbeda pula terhadap polisi dan institusi
(Mabes Polri dalam Indarti, 2009).
tersebut,
banyak
sangat
pula
masyarakat
Ini
berarti, polisi
kemandirian
untuk
membuat
bisa
Satjipto Raharjo (dalam Rahardi, 2007)
dipungkiri terjadi karena ulah segelintir oknum
mengatakan bahwa polisi disamping sebagai
polisi yang melanggar sumpah jabatan mereka.
pemelihara Kamtibmas juga sebagai aparat
Polisi adalah bagian struktural dari bangunan
penegak
masyarakat, baik masyarakat modern maupun
pidana. Lebih jauh Raharjo menambahkan
masyarakat tradisional (Rahardi (ed.), 2007).
bahwasanya polisi adalah aparat penegak
Polisi adalah penjaga keamanan, ketertiban
hukum jalanan yang langsung berhadapan
dan ketenteraman masyarakat. Bahkan di
dengan
Indonesia,
belum
kadangkala harus berlumuran dengan darah
dilepaskan dan masih merupakan bagian dari
korban kejahatan, pelaku tindak kejahatan,
Angkatan Bersenjata Indonesia, polisi tidak
atau bahkan darah dirinya sendiri. Sudah tidak
saja bertugas sebagai penjaga dan pelaksana
berbilang jumlah aparat polisi yang bermandi
Kamtibmas, tetapi juga melaksanakan doktrin
darah dan meregang nyawa, gugur dalam
dan kebijakan yang sudah melekat pada ketiga
melaksanakan tugasnya, dan ini adalah salah
angkatan lainnya
satu resiko yang menjadi konsekuensi profesi
kepolisian
tersebut.
pada
Hal
masa
ini
tidak
Kepolisian
yang bersifat
defensif,
dalam
masyarakat
dan
proses
peradilan
penjahat.
Polisi
yang idealnya adalah sebagai pengayom dan
ofensif dan destruktif. Sebagai
hukum
suatu
institusi
yang
menyandang tugas amat berat dalam menjaga
pelindung masyarakat dari segala gangguan dan ancaman yang ada.
Kamtibmas, kemandirian polisi – dalam arti
Polisi adalah organ paling depan bagi
tidak boleh dipengaruhi dalam pelaksanaan
ditegakkannya kembali hukum yang dilanggar.
tugasnya – sangatlah diperlukan. Kemandirian
Dalam sistem peradilan pidana, polisi bertugas
polisi dalam pengertian di mana polisi
mengurai permasalahan dalam suatu kasus
memiliki
kejahatan, mulai dari proses penyelidikan dan
baik
hak,
kekuasaan,
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
maupun
60
Keintiman PENTINGNYA Era Pentingnya sebagai Perspektif Landasan KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan Komunikasi ARTIFAKTUAL Artifaktual Perkawinan : : Polisi Wanita : Identitas Diri dan Komunikasi DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Sebuah Studi Komunikasi Tinjauan MODIFIKASI Modifikasi Interaksi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Simbolikl Antarmanusia ANTARMANUSIA
penyidikan,
pembuatan
berita
acara
pemeriksaan dan menyerahkannya pada aparat penuntut, dalam hal ini institusi kejaksaan.
mengusahakan ketaatan warga masyarakat terhadap peraturan-peraturan negara. Bagaimanapun, polisi adalah hukum
tersebut,
yang senyatanya hidup dalam masyarakat (the
polisi
living law) (Rahardi, 2007). Penegakan hukum
dipertaruhkan dalam menangkap tersangka
bergantung pada bantuan polisi, artinya jika
pelaku tindak kejahatan, sebab bila tidak
terjadi pelanggaran hukum, atau terjadi suatu
tertangkap,
dan
tindak kejahatan, maka institusi kepolisian
ketertiban masyarakat menjadi taruhannya.
dengan kekuasaan dan kewenangannya wajib
Sehingga akhirnya rekam jejak keberhasilan
mengambil tindakan hukum. Tanpa polisi,
polisi dalam menangkap penjahat ini terkadang
maka keberadaan hukum hanya sebatas aturan
menjadi tolok ukur keberhasilan polisi sebagai
yang tidak bermakna. Sebagai agen penegak
institusi secara keseluruhan.
hukum,
Dalam
melaksanakan
profesionalisme
dan
tugasnya nama
keamanan,
baik
ketentraman
menjadi
kewajiban
polisi
untuk
Dalam Undang-Undang Kepolisian no.
memiliki sikap waspada dan curiga terhadap
2 tahun 2002 disebutkan bahwa Kepolisian
setiap perilaku masyarakat yang potensial
merupakan salah satu fungsi pemerintahan
terhadap
negara dibidang pemeliharaan keamanan dan
seimbangan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
terjadinya pelanggaran hukum dan tindakan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan
kejahatan harus dipulihkan seperti keadaan
kepada
semula, ini untuk menciptakan rasa keamanan
masyarakat,
serta
terbinanya
ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. UU tersebut secara
pelanggaran
hukum.
kehidupan
Ketidak
masyarakat
akibat
dan ketertiban di dalam masyarakat. Seolah menafikan dan tak mengakui
jelas memaparkan tugas pokok dan fungsi
keniscayaan
polisi dalam tugas kesehariannya. Tugas pokok
dalam profesi polisi, ternyata perempuan sudah
polisi yang tercerminkan dalam beberapa
berkiprah dalam dunia kepolisian sebagai
fungsi tersebut dijabarkan dari pasal 13 dan 14
polisi wanita di Indonesia selama lebih dari 61
UU Kepolisian tahun 2002 tersebut tidak jauh
tahun. Meski dalam kenyataannya tugas
berbeda dengan tugas kepolisian sebagaimana
mereka baru sebatas pada bidang administratif,
di atur oleh UU no. 13 tahun 1961 yang telah
tetapi keberadaan mereka yang sudah enam
jauh ada sebelumnya yang menyatakan bahwa
dasawarsa tidak bisa dikesampingkan. Sifat
polisi bertugas memelihara keselamatan orang,
khas dari seorang perempuan membuat Polwan
benda dan masyarakat, termasuk memberi
dibutuhkan dalam penanganan kasus-kasus
perlindungan dan pertolongan. Polisi juga
tertentu. Kasus kekerasan dalam rumah tangga
bertugas
(KDRT), misalnya, korban terbesar adalah
menjalarnya
mencegah penyakit
dan
memberantas sosial,
juga
perempuan.
akan
Untuk
keterlibatan
perempuan
menghindari
trauma
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU Keintiman Perilaku COPING Era Pentingnya sebagai Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Landasan Komunikasi Baru Kewirausahaan Komunikasi dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI Perkawinan : Stres STRES : Polisi Wanita : Identitas Diri dan Komunikasi dalamMENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Sebuah StudiMATA Komunikasi Tinjauan Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Interaksi Komunikasi Intrapersonal MPK MPKSimbolikl Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia
KDRT
"sarangnya", mereka tidak lagi hanya berkutat
memerlukan pendamping selama pemeriksaan
hanya berada di kantor mengurus bidang
penyidikan. Polwan adalah pilihan tepat guna
administrasi.
memperoleh
dalam
menggambarkan Polwan ibarat sapu pembersih
proses penyidikan maupun pemulihan kondisi
lantai, Polwan adalah sapu yang masih bersih.
psikologis korban.
Kenakalan petugas maupun sopir di jalan raya
terhadap
laki-laki,
maka
korban
keterangan-keterangan
Selanjutnya
Sulistiyono
Kehadiran Polwan diperlukan pula
akan tereduksi dengan kehadirannya. Niatan
pada penanganan kasus kekerasan seksual pada
kolusi para sopir yang melakukan pelanggaran
wanita (perkosaan). KUHP menyebutkan, yang
akan berkurang, jika sudah berhadapan dengan
dimaksud
sosok Polwan.
korban
perkosaan
adalah
perempuan. Dengan kehalusan perasaan dan
Dengan jumlah yang masih terbatas,
empati Polwan, diharapkan dapat memperoleh
yaitu sekitar 3,8 persen dari total keseluruhan
informasi yang tepat dari korban dalam
Polisi yang ada di Indonesia, menjadikan
pembuatan
kendala dalam idealisasi pengejawantahan
berita
acara
pemeriksaan
Kemudian
dalam
keinginan Polri memberdayakan perempuan di
penggeledahan,
guna
dunia kepolisian. Dengan jumlah yang terbatas
penyidik
dapat
itu, tidak mungkin Polwan bisa efektif
baik
tempat
membantu memberikan pelayanan hukum,
maupun badan. Disyaratkan dalam penjelasan
misalnya kepada perempuan yang menjadi
Pasal 37 KUHAP bahwa pemeriksaan hingga
korban kekerasan. Idealnya jumlah Polwan
rongga badan perempuan dilakukan oleh
adalah 20 persen dari keseluruhan jumlah
petugas
Polri. Pada tahun 2003 jumlah polwan baru
(Sulistiyono,
2007).
pelaksanaan
tugas
kepentingan
penyidikan,
melakukan
penggeledahan,
perempuan
atau
dari
petugas
kesehatan. Jelas, upaya tersebut dibutuhkan
9.000
orang,
jumlah
itu
sangat
kurang
kehadiran Polwan.
mengingat jumlah seluruh anggota Polri saat
Maraknya unjuk rasa anarkis sekarang
ini 260.000 orang (data hingga September
juga
Polri
2003), pada tahun 2007 peningkatan yang
mempertimbangkan penempatan Polwan di
terjadi sangat tidak signifikan, yaitu hanya
garis terdepan. Pengunjuk rasa akan segan
menjadi 11.706 orang, bila dibandingkan
untuk menghujat, mengeluarkan kata-kata
dengan jumlah seluruh polisi di Indonesia
kasar, atau niat untuk bertindak anarkis jika di
yaitu
depannya adalah seorang wanita. Dalam
prosentasenya hanya 3,25 persen. Prosentase
pelaksanaan tugas rutin, Polwan juga banyak
polwan sendiri dari tahun ke tahun hanya
terlihat di jalan raya. Masih banyaknya
sekitar tiga persen dari seluruh jumlah polisi,
komplain dari masyarakat mengenai pelayanan
angka tersebut menunjuk bahwa seorang
bidang lalu lintas, membuat Polwan keluar dari
polwan melayani 11.000 perempuan Indonesia
ini,
membuat
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
pimpinan
sebesar
360.381
orang,
berarti
62
Keintiman PENTINGNYA Era Pentingnya sebagai Perspektif Landasan KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan Komunikasi ARTIFAKTUAL Artifaktual Perkawinan : : Polisi Wanita : Identitas Diri dan Komunikasi DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Sebuah Studi Komunikasi Tinjauan MODIFIKASI Modifikasi Interaksi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Simbolikl Antarmanusia ANTARMANUSIA
Keanggotaan
yang jumlahnya sekitar 50 persen dari
dalam
kelompok
itu
memberi dinamika psikologis tersendiri pada
keseluruhan jumlah penduduk.
individu di mana
pada saat kelompok
memperoleh kesuksesan, self esteem individu
Identitas Diri Polisi Wanita Teori identitas sosial diperkenalkan
akan ikut naik atau sebaliknya. Dalam situasi
oleh Henry Tajfel dan John Turner pada 1979
inilah, maka
individu akan mempertinggi
di mana seseorang menggunakan kelompok
ketertarikan kepada kelompoknya. Identitas
sosial tertentu yang dipandangnya dapat
personal sesungguhnya berelasi kuat dengan
memberikan perasaan positif tertentu pada
perilaku komunikasinya di mana identitas
dirinya. Menurut Hogg & Abrams (1998), teori
sosial terkait dengan perilaku kelompok.
tersebut bersimpul pada tiga pilar, yakni
(Tajfel dalam Feldman, 1998).
komparasi.
Dengan melihat uraian tersebut, studi
Proses kategorisasi menghasilkan persepsi
tentang polisi wanita ini merujuk pada
stereotipe, yaitu persepsi terhadap anggota
bagaimana perilaku-perilaku komunikasinya
suatu kelompok yang memiliki karakteristik
dalam ranah sosial menjadi
tertentu yang dapat dijadikan acuan untuk
polisi wanita tersebut. Tubuh dan nama
membedakannya dari kelompok lain. Dengan
menjadi bentuk identitas sendiri bagi polisi
kata lain, berlangsung proses pengelompokan
wanita, namun dalam ranah sosial polisi wanita
objek yang dilakukan untuk memahami objek
tidak
tersebut
antropologis tersebut yang menjadikannya
kategorisasi,
di
identifikasi
mana
dan
kategorisasi
individu
hanya
dipandang
identitas bagi
dari
dua
ciri
merupakan proses pengelompokan individu
eksis dalam masyarakat.
dalam upaya memahami lingkungan sosialnya.
wanita
Tajfel
sosial
perilaku dia pada keseharian dan tindakan
mengaitkan
komunikasinya yang tidak berbeda dengan
menyatakan,
dikonsepsikan pengetahuan
identitas
dengan individu
tentang
perasaan
lebih
dipandang
Identitas polisi dalam
perilaku-
kelompok polisi lainnya.
memiliki suatu kelompok sosial tertentu dan
Meskipun demikian, ada hal-hal yang
emosi, juga evaluasi signifikan yang dihasilkan
spesifik dari polisi wanita tersebut untuk
dari keanggotaan suatu kelompok.
menunjukkan identitasnya yang berbeda atas
Setiap individu mengidentifikasikan
intitusi kepolisian yang dipersepsikan oleh
dirinya lebih dengan kelompoknya di mana
masyarakat lebih pada intitusi yang lebih
ketika terjadi peningkatan identifikasi terhadap
“kelaki-lakian”. Melalui kodratnya sebagai
kelompok maka dia akan
merubah dari
perempuan, polisi wanita mengubah persepsi
orientasi personal menjadi kelompok. Artinya,
masyarakat tentang polisi yang “cenderung
penanda kelompok digunakan dalam rangka
kaku” dan berkesan keras dengan sentuhan-
mencari konsep diri yang dipandang positif.
sentuhan komunikasinya yang lebih lembut Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU Keintiman Perilaku COPING Era Pentingnya sebagai Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Landasan Komunikasi Baru Kewirausahaan Komunikasi dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI Perkawinan : Stres STRES : Polisi Wanita : Identitas Diri dan Komunikasi dalamMENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Sebuah StudiMATA Komunikasi Tinjauan Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Interaksi Komunikasi Intrapersonal MPK MPKSimbolikl Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia
dan tidak “menakutkan” di mata masyarakat.
otomatis membuat diri seorang perempuan
Melalui uniform-uniform yang dipakainya,
menjadi
penampilan, gaya bicara, cara menghampiri
dikategorikan sebagai maskulin.
laki-laki,
atau
dalam
arti
seseorang atau masyarakat pada umumnya,
Tatanan kehidupan bermasyarakat tidak
polisi wanita ingin menunjukkan identitas
dapat berjalan normal tanpa keberadaan insti-
yang sesungguhnya sebagai polisi yang sesuai
tusi kepolisian. Polisi lah garda terdepan pene-
dengan tupoksi dalam intitusi kepolisian
gakan hukum dalam suatu komunitas masyara-
tersebut.
kat. Tugas pokok dan fungsi polisi yang begitu
Begitu pentingnya identitas diri akan
eratnya dengan dunia pemberantasan kejahatan
polisi wanita tersebut, maka dalam penelitian
ini membuat seolah-olah dunia polisi masuk
ini akan lebih jauh lagi mengekplorasi hal-hal
menjadi ranah maskulin, profesi yang berat
yang terkait dengan identitas itu sendiri,
dan erat kaitannya dengan kekerasan dan tin-
terutama dalam perilaku-perilaku keseharian
dak penanganan lewat kekerasan. Dengan ban-
dan
polisi
yaknya intrepretasi, pandangan, pendapat serta
wanita yang bersinggungan dengan masyarakat
ide yang mengungkapkan bahwa perempuan
secara langsung maupun tidak langsung.
lebih lemah daripada laki-laki membuat profesi
Demikian halnya dengan identitas diri polisi
polisi seolah-olah menutup dirinya dalam
wanita sebagai sebuah eksistensi diri atas
menerima gender lain selain laki-laki.
tindakan-tindakan
komunikasi
institusi kepolisian yang saat ini lebih banyak
Fenomena keberadaan polisi wanita ini
dihuni oleh polisi maskulin. Penelitian ini
sudah sering menjadi wacana dalam berbagai
tentu saja tidak berupaya untuk membanding-
situasi. Meskipun saat ini keberadaan polisi
bandingkan
dan
wanita di Indonesia sudah diakui, namun
maskulinitas dalam kepolisian. Akan tetapi
ternyata masih menghadapi banyak kendala
jika ada unsur-unsur tersebut dapat dianggap
dalam
sebagai ilustrasi saja untuk menunjukkan
dengan kodrat perempuannya yang melekat,
bahwa terdapat identitas tersendiri bagi polisi
apapun posisi dan profesinya. Stigmatisasi
wanita.
perempuan yang halus, lemah lembut dan
antara
feminimitas
pelaksanaan
tugasnya
sehubungan
senantiasa mengedepankan perasaan terkadang Penutup
dianggap menjadi faktor yang mengurangi
Pada akhirnya, perempuan sebagai
profesionalisme perempuan dalam tugas-tugas
seorang perempuan dalam ranah profesi yang
kepolisian-nya, meskipun dalam situasi lain
lekat dengan dunia laki-laki, dalam hal ini
tidak dapat dinafikan stigma tersebut justru
polisi, berusaha menempatkan dirinya untuk
diperlukan.
seolah-olah setara dengan rekan kerjanya yang laki-laki. Pensimbolan diri sebagai polisi tidak Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
64
Keintiman PENTINGNYA Era Pentingnya sebagai Perspektif Landasan KOMUNIKASI Komunikasi Baru Kewirausahaan Komunikasi ARTIFAKTUAL Artifaktual Perkawinan : : Polisi Wanita : Identitas Diri dan Komunikasi DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Sebuah Studi Komunikasi Tinjauan MODIFIKASI Modifikasi Interaksi Komunikasi Intrapersonal KOMUNIKASI Simbolikl Antarmanusia ANTARMANUSIA
Daftar Pustaka Adams, V (2000). Male and female : Differences between them, Allyn & Bacon, Needham Heights Bayley, David H. (1994). Police for the Future, Oxford University Press, New York Bogdan, Robert dan Taylor, Steven .J (1992). Introduction to Qualitative Research Methods. John Wiley, New York Brown, Jennifer M. (1998). Aspects of discriminatory treatment of women police officers serving in forces in England and Wales Source, dalam The British Journal of Criminology: An International Review of Crime and Society [0007-0955], vol:38 iss:2 pg:265 -282, UK Budiman, Arief (1981), Pembagian Kerja Secara Seksual ; Sebuah Pembahasan Sosiologis tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat, Gramedia, Jakarta Budiman, Kris (1999), Feminografi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta ____________ (2000), Feminis Laki-laki dan Wacana Gender, Yayasan Indonesiatera, Magelang De Beavouir, Simone (2003). Second sex : Fakta dan mitos, Pustaka Promethea, Surabaya De Guzman, Melchor C. dan Frank, James (2004). Policewomen and their problems: the Philippine context. Dalam jurnal Policing: An International Journal of Police Strategies and Management, vol. 27, no. 3, p. 396-412, Indiana & Ohio Dick, Gavin dan Metcalfe, Beverley (t.th.). The progress of female police officers? An empirical analysis of organisational commitment and tenure explanations in two UK police forces, Kent Business School, University of Kent, Canterbury, dan The Business School, University of Hull, Hull, UK Dick, Penny dan Cassell, Catherine, (t.th.). The position of policewomen: a discourse analytic study, Sheffield University Management School, Sheffield Djamin, Awaloedin, dkk. (2006). Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia, dari jaman Kuno sampai Sekarang, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jakarta Hogg, M & Abrams, D (2001). Intergroup relations, Psychological Press, Philadelphia Horne, Peter (t.th.). Policewomen: Their First Century and the New Era. Mercer County Community College, Trenton, New Jersey Indarti, Erlyn (2009), Membangun Profesionalisme dan Kemandirian Polisi, Mewujudkan Demokrasi, Komisi Kepolisian Nasional, Jakarta Lindsey, L.L (1990). Gender roles : A sociological perspective. Prentice Hall, New Jersey Lusiana, Y (2004). Model integrasi informasi politik, Fakultas Psikologi UI Megawangi, Ratna (1999), Membiarkan Berbeda; Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, Mizan, Bandung Meier, Kenneth J. dan Nicholson-Crotty, Jill (2006). Gender, Representative Bureaucracy, and Law Enforcement: The Case of Sexual Assault, Dalam Public Administration Review, Nov/ Dec 2006. Vol. 66, Iss. 6; p. 850, Washington. Mulyana, D (2000). Komunikasi antarbudaya : Panduan berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, Remaja Rosdakarya, Bandung. Muluk, H (1995). Teori representasi sosial, Fakultas Psikologi UI, Jakarta Natarajan, Mangai, (2008). Women Police in a Changing Society: Back Door to Equality, Ashgate, Burlington Nordholt, Henk Schulte, (ed.) (2005), Outward Appearances; Trend, Identitas, Kepentingan, LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta Oakley, A (1972). Sexuality, sex, gender and society, dalam Stevie Jackson & Sue Scott (ed) Feminism and Sexuality, Colombia Press, New York Oudang, M. (1952). Perkembangan Kepolisian di Indonesia, Mahabarata, Jakarta Pace, R. Wayne dan Faules, Don F. (ed) Deddy Mulyana (2001). Komunikasi Organisasi; Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU Keintiman Perilaku COPING Era Pentingnya sebagai Coping Perspektif MAHASISWA Mahasiswa Landasan Komunikasi Baru Kewirausahaan Komunikasi dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI Perkawinan : Stres STRES : Polisi Wanita : Identitas Diri dan Komunikasi dalamMENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Sebuah StudiMATA Komunikasi Tinjauan Mata Modifikasi KULIAH Kuliah Interaksi Komunikasi Intrapersonal MPK MPKSimbolikl Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia
Postmes, Tom dan Jetten, Jolanda. (2006). Individuality and the Group; Advances in Social Identity, sage Publication, London Prabasmoro, A.P (2006). Kajian budaya feminis : Tubuh, sastra dan budaya pop, Jalasutra, Jogjakarta Rabe-Hemp, Cara (2008). Survival in an “all boys club”: policewomen and their fight for acceptance, dalam Criminal Justice Sciences, Illinois State University, Illinois. _______________ (2008). Female officers and the ethic of care: Does officer gender impact police behaviors? dalam Journal of Criminal Justice 36, 426–434, Illinois State University, Illinois. Rahardi, Pudi (2007), Mengenal Figur Polisi Kita, LaksBang Pressindo, Yogyakarta Scarborough, Kathryn E., dan Collins, Pamela A. (2002) Women in Public and Private Law Enforcement, Butterworth-Heinemann, Woburn Sulistyo, Hermawan, (2010). Derap Langkah Polri, Pensil-324, Jakarta Sunaiyah, Salma (2009), Pembagian Kerja Perspektif Gender, Institut Agama Islam Tri Bhakti, Jakarta Suwarni, (2009), Perilaku Polisi; Studi atas Budaya Organisasi dan Pola Komunikasi, Nusa Media, Bandung Tabah, Anton (1996), Polisi dan Kekerasan Penyidikan
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
66