Educational Management 1 (1) (2012)
Educational Management
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman
PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA DMS (DUAL MODE SISTEM) DI STAIN PEKALONGAN Elis Nursetialloh Prodi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
Sejarah Artikel: Diterima Januari 2012 Disetujui Februari 2012 Dipublikasikan Juni 2012
Motivasi berprestasi dapat digunakan sebagai alat penilaian bagi guru yang menggunakan model pengajaran DMS (Dual Mode System). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengalaman mengajar peserta DMS terhadap motivasi berprestasi dan juga pengaruh pengalaman mengajar dan kompetensi pedagogis terhadap motivasi berprestasi siswa DMS. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah 369 siswa dari DMS di Pekalongan STAIN. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik proporsional random sampling, dengan penentuan jumlah sampel berpedoman pada tabel Krejcie. Berdasarkan tabel, maka untuk jumlah populasi guru 369 sampelnya adalah 191 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner valid dan reliabel kepada responden. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pengalaman mengajar berpengaruh positif signifikan terhadap guru motivasi berprestasi dari partisipasi perkuliahan DMS, (2) kompetensi pedagogik memiliki dampak positif yang signifikan terhadap motivasi guru berprestasi dari partisipasi perkuliahan DMS, (3) keduanya mengajar pengalaman dan kompetensi pedagogik memiliki dampak positif yang signifikan terhadap motivasi berprestasi guru dari DMS partisipasi perkuliahan.
Keywords: Teaching Experience Pedagogical Experience Achievement Motivation
Abstract Achievement motivation can be used as the assessment tools for teachers who join DMS (Dual Mode System) lecturing model. The purposes of this study are to know and analyze the influence of experience in teaching DMS participant toward achievement motivation and also the influence of teaching experience and pedagogical competence toward the achievement motivation of DMS student. This research employs quantitative approach by correlational research method. The population of this research is 369 students of DMS at STAIN Pekalongan. The sample of this research is taken by random purposive sampling. The decision the amount of the purposive sampling follows Krejcie’s table. According to the table the sample of this research is 191. The data collection employs the valid and reliable questionnaire to the respondents. The result of the study shows; (1) teaching experience has significant positive impact toward teachers’ achievement motivation of DMS lecturing participation, (2) pedagogic competence has significant positive impact toward teachers’ achievement motivation of DMS lecturing participation, (3) both teaching experience and pedagogic competence has significant positive impact toward teachers’ achievement motivation of DMS lecturing participation
© 2012 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233 Email:
[email protected]
ISSN 2252-7001
Elis Nursetialloh / Educational Management 1 (1) (2012)
sosial untuk mengerjakan sesuatu yang berharga atau penting dengan baik dan sempurna untuk memenuhi standar keunggulan dari apa yang dilakukan seseorang. Luthans sebagaimana dikutip Toha (1986:45) mengemukakan karakteristik dari orang-orang yang berprestasi tinggi, antara lain adalah (1) suka mengambil resiko yang moderat, (2) memerlukan umpan balik yang segera, 3) memperhitungkan keberhasilan dan (4) menyatu dengan tugas. STAIN Pekalongan merupakan salah satu perguruan tinggi agama Islam Negeri (PTAIN) yang diberi kepercayaan untuk menjadi LPTK mitra penyelenggara program DMS dari 30 LPTK mitra seluruh Indonesia. Angkatan perdana, ada sekitar 370 guru yang mengikuti program DMS (dual mode sistem) di STAIN Pekalongan. Mereka merupakan guru-guru MI dan guru PAI di sekolah yang tersebar di seluruh wilayah karesidenan Pekalongan. Realitas inilah yang menarik untuk diteliti dan dikaji, yaitu pengaruh pengalaman mengajar dan penguasaan kompetensi pedagogik terhadap motivasi berprestasi mahasiswa DMS (dual mode sistem) di STAIN Pekalongan. Hipotesis yang dijadikan landasan berpijak dalam rangka menjawab penelitian tersebut adalah: Pengalaman mengajar berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berprestasi mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan. Penguasaan kompetensi akademik berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berprestasi mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan. Pengalaman mengajar dan penguasaan kompetensi pedagogik secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berprestasi mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan.
Pendahuluan Program kuliah DMS (Dual Mode Sistem) adalah model perkuliahan yang menggunakan dua sistem atau cara, yaitu dengan sistem tatap muka (pertemuan kuliah di dalam kelas) dan BM (belajar mandiri). Artinya, beberapa mata kuliah dilaksanakan dengan pembelajaran tatap muka, sedangkan sebagian mata kuliah dengan sistem BM (belajar mandiri). Kurikulum program DMS sudah diatur dan ditentukan oleh kementerian agama, termasuk buku referensi sebagai salah satu fasilitas pendukung juga sudah disediakan. Program kuliah DMS ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas para guru madrasah ibtidaiyah dan para guru PAI di sekolah. Pada pertengahan tahun 2009, kementerian agama meluncurkan program peningkatan kualifikasi S.1 bagi guru madrasah ibtidaiyah dan pendidikan agama Islam (PAI) pada sekolah melalui program kuliah DMS. Pada tahun pertama diluncurkan, tercatat 10.000 peserta program DMS (dual mode sistem) untuk kuota Direktorat Pendidikan Islam, yang berasal dari guru MI dan PAI. Kuota Direktorat PAIS tercatat sejumlah 1.150 peserta. Program ini dilaksanakan di 18 lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) induk dan 30 lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) mitra yang tersebar di seluruh Indonesia. LPTK induk dan LPTK mitra ini dituntut untuk bisa bekerjasama dan bersinergi secara baik dalam pelaksanaan program ini. Program ini dilaunching pada pekan pertama bulan September 2009, yang ditandai dengan digelarnya kuliah perdana di semua LPTK penyelenggara program DMS (dual mode sistem). Salah satu sasaran dari program ini adalah meningkatnya kualitas dari guru-guru yang mengajar di MI (madrasah ibtidaiyah) dan guru PAI pada sekolah. Keseriusan Direktorat Pendidikan Islam untuk melaksanakan program DMS (dual mode sistem) terlihat pada kegiatan koordinasi yang digelar pada tanggal 8 september 2009 di Hotel Millenium Jakarta. Kegiatan tersebut melibatkan seluruh LPTK Induk dan Mitra serta Bidang Mapenda Kanwil Departemen Agama. Salah satu sasaran kegiatan tersebut adalah terkomunikasikannya berbagai hal menyangkut teknis-operasional dalam pelaksanaan program dual mode sistem kepada LPTK dan Bidang Mapenda. Guru sebagai seorang pendidik yang telah memiliki pengalaman mengajar dan penguasaan kompetensi pedagogik, tentunya dalam mengikuti program DMS akan berbeda dengan program kuliah reguler pada umumnya. Para guru akan lebih memiliki motivasi berprestasi, yaitu motif
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif dan studi korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang sedang mengikuti kuliah program DMS yang berasal dari berbagai daerah di karesidenan Pekalongan. Berdasarkan dokumentasi yang ada di STAIN Pekalongan, jumlah semula sebanyak 372 orang. Tiga orang tidak aktif, sehingga berjumlah 369 orang. Mereka tersebar ke dalam 10 kelas, dengan 2 klasifikasi, yaitu kelas pendidikan guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) sebanyak 8 kelas, dan kelas guru pendidikan agama Islam (GPAI) sebanyak 2 kelas. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik proporsional random 55
Elis Nursetialloh / Educational Management 1 (1) (2012)
sampling, dengan penentuan jumlah sampel berpedoman pada tabel Krejcie W. Morgan. Krejcie dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5 %. Jadi sampel yang diperoleh mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi. Penggunaan teknik ini didasarkan pada asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Berdasarkan tabel dimaksud, maka untuk jumlah populasi guru 369 sampelnya adalah 191 orang. Hal ini karena jumlah 369 berada pada posisi antara jumlah 360 dan 380. Jumlah 360 sampelnya adalah 186, sedangkan jumlah 380 sampelnya adalah 191, sehingga lebih aman diambil sampel yang paling tinggi daripada sampel yang paling rendah. Dengan cukup besarnya sampel yang diambil, diharapkan dapat diperoleh hasil penelitian yang tingkat akurasinya juga cukup besar. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu dua variabel bebas atau independent variable, yaitu pengalaman mengajar (X1) dan kompetensi pedagogik (X2), serta satu variabel terikat atau dependent variable, yaitu motivasi berprestasi (Y). Penelitian ini bermaksud menemukan dan mengukur besarnya hubungan variabel bebas (1) pengaruh pengalaman mengajar (X1) dan penguasaan kompetensi pedagogik (X2) secara sendirisendiri terhadap motivasi berprestasi mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan (Y), dan (2) pengaruh pengalaman mengajar dan penguasaan kompetensi pedagogik (X1 + X2) secara bersamasama terhadap motivasi berprestasi mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan (Y). Penelitian ini menggunakan instrumen yang berbentuk kuesioner atau angket. Perumusan pertanyaan dalam kuesioner atau angket didasarkan pada indikator-indikator dari variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat. atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden. Angket atau kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Teknik pengumpulan datanya dengan cara menyebarkan angket kepada responden yang dijadikan sampel penelitian untuk memperoleh jawaban yang berkaitan dengan variabel penelitian. Pada penelitian ini, uji validitas yang digunakan adalah validitas konstruk atau validitas logis (logical validity. Validitas ini digunakan mengingat yang diukur terkait dengan gejala psikologis. Proses validitas instrumen ini adalah: ( 1 ) menyusun instrumen pengumpulan data berdasarkan nalar, logika dan paradigma teoritis yang ada serta definisi operasional variabel, (2) berdasarkan definisi variabel tersebut ditentukan indikator-indikator variabel, baru disusun item atau butir-butir pertanyaan, (3) instrumen tersebut 56
kemudian dikonsultasikan pada dosen pembimbing sebagai tenaga ahli yang menguasai dan mernahami permasalahan/variabel yang akan diteliti, dan (4) menerapkan atau uji coba kepada sasaran yang memiliki latar belakang sama. Uji coba dilakukan terhadap subjek sebanyak 30 responden yang tidak termasuk sampel penelitian, kemudian data dari hasil uji coba ini dianalisis. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total (Sugiyono, 2002:258). Pengujian kesahihan (validitas) secara empirik digunakan rumus cronbach alpha pearson correlation dengan menggunakan bantuan kompuetr SPSS versi 13.0. Berikut ini adalah tabel uji coba tersebut. Pengujian validitas data menunjukkan bahwa korelasi antar masing-masing skor butir pertanyaan terhadap total skor butir pertanyaan menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masing-masing butir pertanyaan pada masing-masing variabel adalah valid atau shahih. Data yang dikumpulkan dalam instrument penelitian ini layak dianalisis lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan koefisien cronbach alpha untuk mengetahui konsistensi internal penelitian. Pengujian ini dalam kerangka untuk menentukan konsistensi jawaban responden terhadap suatu instrumen penelitian yang diajukan. Suatu konstruk atau instrumen dikatakan reliabel apabila memberikan nilai cronbach alpha di atas 0,60 (Imam Gozhali, 2000). Konsistensi internal penting agar hasil penelitian menjadi sesuatu yang dapat diterima atau reliabel. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha variable pengalaman mengajar sebesar 0,863, kompetensi pedagogik sebesar 0,860, dan motivasi berprestasi sebesar 0,810. Semua nilai cronbach alpha > 0,6, artinya variable penelitian tersebut adalah reliable atau handal untuk digunakan pengolahan data selanjutnya. Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variable atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan handal atau reliable jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Imam Ghozali, 2001). Pengukuran dengan one shot atau pengukuran sekali saja digunakan dalam penelitian ini. Suatu konstruk atau variable dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Nunally, 1969 dalam Imam Ghozali, 2001) Hasil pengolahan data menunjukkan nilai cronbach alpha variable pengalaman mengajar sebesar 0,870, kompetensi pedagogik sebesar 0,870, dan
Elis Nursetialloh / Educational Management 1 (1) (2012)
motivasi berprestasi sebesar 0,810. Kesemua nilai cronbach alpha > 0,6, yang berarti variable penelitian tersebut adalah reliable atau handal untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikut yang dilakukan adalah mengadakan analisis terhadap sernua data yang telah terkumpul. Cara yang ditempuh peneliti adalah mernberikan skore untuk setiap jawaban per item soal dari angket yang disebarkan kepada para responden. Kernudian seluruh skor dijumlahkan secara keseluruhan, kemudian dianalisis secara statistik.
Hasil dan Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman mengajar dan kompetensi pedagogik terhadap motivasi berprestasi guru-guru yang sedang mengikuti kuliah program DMS di STAIN Pekalongan. Data yang diperoleh dari kuesioner dianalisis melalui dua tahap, yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik inferensial. Hasil analisis statistik deskriptif data penelitian pengalaman mengajar (X1), kompetensi pedagogik (X2), dan motivasi berprestasi dapat terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data Pegalaman Mengajar, Kompetensi Pedagogik, dan Motivasi Berprestasi N
Minimum
Maximum
Men
Std.Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Pengalaman Mengajar
192
25.00
62.00
38.9688
5.32396
Kompetensi Pedagogik
192
34.00
50.00
44.028
3.45799
Motivasi Berprestasi
192
33.00
50.00
42.0052
3.93334
Valid N (listwise)
192
Tabel 2. Deskripsi Data Pengalaman Mengajar Mahasiswa DMS No
Interval
Kriteria
Frekuensi Persentase
1.
56-65
Sangat Tinggi (ST)
1
1%
2.
45-55
Tinggi (T)
29
15%
3.
35-44
Cukup (C)
128
67%
4.
24-34
Rendah (R)
34
18%
5.
13-23
Sangat rendah (SR)
0
0%
192
100
Jumlah Berdasarkan tabel 1. dapat dijelaskan bahwa data pengalaman mengajar diperoleh mean sebesar 38.9688 dengan stándar deviasi sebesar 5.32396. Data kompetensi Pedagogik diperoleh mean sebesar 44.0208 dengan stándar deviasi 3.45799, dan data motivasi berprestasi diperoleh mean sebesar 42.0052 dengan stándar deviasi sebesar 3.93334. Secara rinci dengan distribusi frekuensi deskripsi masing-masing data dijelaskan sebagai berikut. Data pengalaman mengajar butir instrumen penelitian sebanyak 13 butir pertanyaan dengan 5 pilihan, sehingga skor butir dapat ditentukan sebagai berikut. Skor tertinggi 5 x 13 = 65 Skor terendah 1 x 13 = 13 Range = 52 Interval kelas = 52 : 5 = 10.4 Secara rinci deskripsi pengalaman menga-
jar mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan berdasarkan kriteria mutlak yang telah ditetapkan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pengalaman mengajar mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan menurut persepsi mahasiswa secara berturut-turut sangat tinggi 1%, tinggi 15%, cukup 67%, rendah 18%, dan sangat rendah 0%. Sedangkan diperoleh mean atau skor rata-rata pengalaman mengajar sebesar 38.9688 yang terletak pada interval 35 - 44 dalam kategori cukup. Data kompetensi Pedagogik mahasiswa butir instrumen penelitian sebanyak 10 butir pertanyaan dengan 5 pilihan, sehingga skor butir dapat ditentukan sebagai berikut. Skor tertinggi 5 x 10 = 50 kor terendah 1 x 10 = 10 Range = 40 57
Elis Nursetialloh / Educational Management 1 (1) (2012)
Interval kelas = 40:5 =8 Secara rinci kompetensi pedagogik mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan berdasarkan
kriteria mutlak yang telah ditetapkan pada bab 3 secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kompetensi Pedagogik Mahasiswa DMS
No 1 2 3 4 5
Interval 43 – 50 35 – 42 27 – 34 19 – 26 10 – 18
Kriteria Sangat Tinggi (ST) Tinggi (T) Cukup (C) Rendah (R) Sangat Rendah (SR) Jumlah
Frekuensi 131 60 1 0 0 192
Persentase 68% 31 % 1% 0% 0% 100
Tabel 4. Deskripsi Data Motivasi Berprestasi Mahasiswa DMS
No. 1 2 3 4 5
Interval 43 – 50 35 – 42 27 – 34 19 – 26 10 – 18 Jumlah
Kriteria Sangat tinggi (ST) Tinggi (T) Cukup (C) Rendah (R) Sangat Rendah (SR)
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan secara berturut-turut sangat tinggi 68%, tinggi 31%, cukup 1%, rendah 0%, dan sangat rendah 0%. Sedangkan diperoleh mean atau skor rata-rata sebesar 44.0208 yang terletak pada interval 43 – 50 dalam kategori sangat tinggi. Dengan demikian, kompetensi pedagogik mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan adalah sangat tinggi. Data motivasi berprestasi mahasiswa program DMS di STAIN Pekalongan butir instrumen penelitian sebanyak 10 butir pertanyaan dengan 5 pilihan, sehingga skor butir dapat ditentukan sebagai berikut. Skor tertinggi 5 x 10 = 50 Skor terendah 1 x 10 = 10 Range = 40 Interval kelas = 40 : 5 =8 Berdasarkan kriteria tersebut di atas variabel motivasi berprestasi dapat dideskripsikan seperti pada tabel 4. Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa motivasi berprestasi mahasiswa program DMS di STAIN Pekalongan secara berturut-turut sangat tinggi 41%, tinggi 58%, cukup 1%, rendah tidak ada, dan sangat rendah tidak ada. Sedangkan diperoleh mean atau skor rata-rata motivasi berprestasi sebesar 42.0052 yang terletak pada
Frekuensi 79 111 2 0 0 192
Persentase 41% 58% 1% 0% 0% 100
interval 35 - 42 dalam kategori tinggi. Dengan demikian motivasi berprestasi mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan adalah tinggi. Dalam menganalisis digunakan regresi. Sebelum melakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan terhadap variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Pengujian ini dilakukan agar tampak validitas dari masing-masing item yang akan dipertanyakan atau pernyataan dalam kuesioner. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi model regresi. Untuk menghitung normalitas menggunakan komputer program SPSS versi 13.00. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0.05, maka data penelitian berdistribusi normal. Hasil uji normalitas model regresi diperoleh nilai p value untuk variabel pengalaman mengajar sebesar 0,103, untuk variabel kompetensi pedagogik sebesar 0,059 dan untuk variabel motivasi berprestasi sebesar 0,095. Ketiganya melebihi 0,05 yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Uji homogenitas dalam rangka untuk mengetahui kesamaan varian model regresi yang diperoleh dalam penelitian ini. Pengujiannya dapat dilihat dari scater plot, apabila diperoleh titik-titik yang menyebar secara acak dan tidak membentuk pola teratur, maka dapat disimpulkan bahwa 58
Elis Nursetialloh / Educational Management 1 (1) (2012)
model di sini tidak mengandung heteroskedastisitas atau bersifat homogen. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 13.00. Dengan bantuan komputer program SPSS versi 13.00 ini dapat diperoleh hasil uji homogenitas yang sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan. Hasil uji homogenitas tersebut dapat dilihat pada grapik berikut ini. Titik tersebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu, dapat disimpulkan bahwa model regresi bersifat homogen. Uji persyaratan selanjutnya adalah uji multikolinieritas, untuk mengetahui ada tidaknya korelasi di antara sesama variabel bebas. Model regresi dalam penelitian ini dapat memenuhi syarat apabila tidak terjadi multikolinieritas atau adanya korelasi di antara vaiabel bebas (Santosa 1999: 293). Kriteria yang digunakan untuk menguji korelasi sesama variabel bebas (multicollinearity). Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF. Apabila nilai VIF < 10, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung multikolinieritas. Berdasarkan pada hasil analisis uji multikolinieritas sebagaimana pada lampiran diperoleh nilai VIF sebesar 1,111 < 10. Hal ini mengandung pengertian bahwa antara variabel bebas tidak mengandung multikolinieritas. Pengujian hipotesis I yang menyatakan ada pengaruh pengalaman mengajar terhadap motivasi berprestasi menggunakan análisis regresi sederhana. Hasil analisis regresi tersebut diperoleh model regresi Y = 31,64 + 0,266X1. Model tersebut menunjukkan bahwa dengan bertambahnya pengalaman mengajar akan diikuti dengan tingginya motivasi berprestasi. Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai t hitung= 5,319 dengan p value = 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara nyata ada pengaruh yang positif dan signifikan pengalaman mengajar terhadap motivasi berprestasi guru. Pengujian hipotesis II yang menyatakan ada pengaruh kompetensi pedagogik terhadap motivasi berprestasi menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil análisis regresi tersebut diperoleh model regresi Y = 19,705 + 0,507X2. Model tersebut menunjukkan bahwa dengan bertambahnya kompetensi pedagogik akan diikuti dengan tingginya motivasi berprestasi. Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai thitung = 6,856 dengan p value = 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa secara nyata ada pengaruh yang positif dan signifikan kompetensi pedagogik terhadap motivasi berprestasi guru. Untuk menguji besarnya pengaruh secara bersama pengalaman mengajar mahasiswa DMS
di STAIN Pekalongan dan kompetensi pedagogik mereka terhadap motivasi berprestasi mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan secara bersama-sama digunakan analisis regresi linier berganda. Koefisien regresi untuk variabel pengalaman kerja sebesar 0,180 dan untuk variabel kompetensi pedagogik sebesar 0,419 serta diperoleh konstanta sebesar 16,537, sehingga model regresi yang diperoleh sebagai berikut: Y = 16,537 + 0,180X1+ 0,419 X2. Model tersebut menunjukkan bahwa: a. Setiap terjadi kenaikan satu persen pengelaman mengajar guru akan diikuti kenaikan motivasi berprestasi sebesar 0,180, apabila variabel lainnya dianggap tetap; b. Setiap terjadi kenaikan satu persen kompetensi pedagogik akan diikuti kenaikan motivasi berprestasi guru sebesar 0,419, apabila variabel lainnya dianggap tetap. Model regresi tersebut diuji kebermaknaannya dengan menggunakan rumus uji F. Kriteria pengujiannya adalah apabila nilai p value < 0,05, maka hal ini dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Hasil uji simultan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Hasil uji F diperoleh F hitung = 31,816 dan nilai p value = 0,000. Karena nilai signifikansi < 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti Ha yang berbunyi ada pengaruh yang signifikan secara simultan pengalaman mengajar dan kompetensi pedagogik terhadap motivasi berprestasi guru diterima. Berdasarkan nilai R square sebesar 0,252 menunjukkan bahwa secara simultan pengalaman mengajar dan kompetensi pedagogik memberikan kontribusi terhadap motivasi berprestasi guru sebesar 25,2%, selebihnya dari faktor lain di luar kedua variabel tersebut. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan dalam kategori tinggi 58%. Di samping itu, diperoleh mean atau skor ratarata sebesar 42.0052, yang terletak pada interval 35 – 42 dalam kategori tinggi. Hasil analisis deskriptif pengalaman mengajar mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan menunjukkan cukup, yaitu sebesar 38.9688. Terdapat pengaruh pengalaman mengajar mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan terhadap motivasi berprestasi mereka sebesar 12,5%, dan pengaruh ini merupakan yang kecil dibandingkan dengan pengaruh variabel bebas kompetensi akademik mahasiswa DMS yang diteliti. Pengaruh pengalaman mengajar mahasiswa DMS terhadap motivasi berprestasi mereka menunjukkan 59
Elis Nursetialloh / Educational Management 1 (1) (2012)
hasil koefisien regresi yang positif dan signifikan. Pengalaman mengajar merupakan salah satu faktor yang penting dalam keikutsertaan para guru terhadap program kuliah DMS, yaitu dalam kaitan untuk peningkatan kompetensi mengajar mereka. Hal ini berarti bahwa jika pengalaman mengajar mahasiswa DMS semakin lama dan banyak, maka motivasi berprestasi mahasiswa DMS semakin meningkat. Hasil ini sesuai dengan realita bahwa untuk peningkatan motivasi berprestasi dalam proses pembelajaran, dibutuhkan sebuah pengalaman yang cukup lama dan banyak. Motivasi berprestasi yang dimiliki oleh para guru yang mengikuti kuliah program DMS yang berasal dari berbagai daerah di karesidenan Pekalongan tergolong tinggi. Tingginya motivasi berprestasi mereka ditunjukkan dari tingkat kepercayaan diri yang tinggi, adanya kebutuhan bahwa melalui perkuliahan dapat memadukan teori dan praktik. Ada alasan tersendiri bagi para guru tersebut mengikuti perkuliahan agra dapat menggunakan kemampuan intelektual yang baik, sehingga para guru tersebut cenderung mengikuti perkuliahan dengan sungguh-sungguh dan semangat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Para guru memandang bahwa dengan sistem perkuliahan yang dilakukan di STAIN Pekalongan semakin banyak memperoleh wawasan dan pengalaman. Menurut sebagian besar guru, pekerjaan merupakan sebuah tantangan yang menyenangkan dan sebagai ajang latihan dalam pengambilan keputusan. Sebagian besar guru berpendapat bahwa kegagalam merupakan sebuah proses menuju keberhasilan. Rasa optimis yang kuat tersebut sebagai bukti adanya dorongan yang kuat dari para guru untuk menunjukkan prestasinya, seperti yang diungkapkan oleh Hilgard, motivasi berprestasi merupakan motif sosial untuk mengerjakan seuatu yang berharga atau penting dengan baik dan sempurna untuk memenuhi standar keunggulan dari apa yang dilakukan seseorang. Apa yang dilakukan seseorang pada dasarnya adalah untuk memperoleh pengakuan dari orang lain terhadap prestasi yang telah dicapainya terlebih lagi apabila prestasi tersebut dapat melebihi teman-temannya. McClelland mengungkapkan motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan pada seseorang untuk berhasil dalam berkompetisi dengan suatu standar keunggulan (standar of excellence). Motivasi����������������������������������� berprestasi para guru tersebut tidak lepas dari pengalamannya dalam mengajar. Hal ini terbukti dari hasil uji parsial diperoleh p value = 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa pengalaman mengajar secara signifikan berpengaruh po-
sitif terhadap motivasi berprestasi. Pengalaman mengajar guru tidak hanya dilihat dari lamnya mengajar namun dilihat pula dari beragamnya mata pelajaran yang pernah diampu, beragamnya tempat mengajar serta sedikit banyaknya diklat dan seminar yang pernah diiikutinya. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar guru memiliki pengalaman mengajar melebihi 20 tahun. Waktu yang tergolong lama dalam memberikan pengalaman yang berharga bagi guru. Berdasarkan data hanya sebagian kecil guru yang mengajar antara 1-3 mata pelajaran, sebagian besar pernah mengajar 4 – 15 mata pelajaran, bahkan sebagian besar guru pernah mengajar antara 1 sampai 2 sekolah, sehingga memberikan pengalaman mengajar yang berharga dalam melaksanakan pembelajaran. Pengalaman mengajar tersebut memberikan kontribusi pada motivasi berprestasi yang kuat. Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut akan berdampak positif pada motivasi seseorang untuk meningkatkan prestasinya. Pengalaman��������������������������� kerja seseorang dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja (Simanjuntak, 2005). Dengan demikian guru yang lebih lama mengajar dan diikuti dengan seringnya mengikuti pelatihan akan terbuka cakrawala pola pikirnya sehingga dapat memberikan dorongan yang kuat untuk selalu meningkatkan prestasi kerjanya. Bentuk riilnya adalah mengikuti perkuliahan secara sungguh-sungguh sebagai wujud meningkatkan prestasinya. Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. Seorang guru harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan yang berupa kegiatan-kegiatan seperi seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya secara langsung dapat menjadi daya pendorong untuk meningkatkan prestasinya. Hasil 60
Elis Nursetialloh / Educational Management 1 (1) (2012)
analisis deskriptif menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru yang mengikuti kuliah program DMS yang berasal dari berbagai daerah di karesidenan Pekalongan tergolong kategori sangat tinggi, yaitu 44.0208 yang terletak antara interval 43-50. Namun demikian, terdapat beberapa guru yang mengikuti kuliah program DMS yang kompetensi pedagogiknya rendah dan sangat rendah. Sangat tingginya kompetensi pedagogik mahasiswa DMS ditunjukkan oleh beberapa indikator seperti pemahaman guru terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, serta evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan. Sangat tingginya kompetensi pedagogik yang dimiliki para guru mahasiswa DMS memberikan pengaruh terhadap kuatnya dorongan untuk meraih prestasi ketika mengikuti perkuliahan. Keberpengaruhan ini karena dalam dirinya sudah ada wawasan yang kuat tentang kependidikan dan perencanaan yang baik melalui pengalaman mengajar yang lama. Hal ini dibuktikan dari hasil uji parsial dengan nilai p value = 0,000 < 0,05. Artinya, semakin tinggi kompetensi pedagogik guru semakin tinggi pula motivasi berprestasinya dalam mengikuti perkuliahan. Seseorang yang sudah memiliki pemahaman baik tentang pendidikan dan mendapatkan tambahan wawasan di perkuliahan akan cenderung memiliki tanggungjawab moral yang kuat untuk terus menggali dan mengembangkan kemampuan intelektualnya. Begitu juga, kondisi tersebut mendorong kepercayaan dirinya, sehingga berusaha untuk meningkatkan prestasi guna meraih kesuksesan, meningkatkan kecakapan dan kemampuan, melakukan hubungan antar pribadi secara positif dan menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab secara pribadi. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel kompetensi pedagogik terhadap motivasi berprestasi, yaitu 19,4%. Temuan penelitian ini, bahwa pengaruh kompetensi pedagogik terhadap motivasi berprestasi merupakan pengaruh yang besar atau dominan dalam meningkatkan motivasi berprestasi mahasiswa DMS. Hal ini adalah sesuatu yang wajar karena semakin kompeten guru peserta kuliah DMS, maka akan semakin terdorong mereka untuk berprestasi. Koefisien regresi yang bertanda positif, berarti bahwa semakin tinggi kompetensi mahasiswa DMS, maka akan semakin termotivasi untuk berprestasi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah kompetensi guru peserta kuliah DMS, maka akan semakin rendah juga motivasi berprestasi mere-
ka. Hal ini sesuai dengan teori bahwa ada korelasi signifikan antara kompetensi dengan dorongan untuk berprestasi. Semakin tinggi kompetensi seseorang, semakin tinggi juga dorongan untuk berprestasi. Ini adalah sebuah keniscayaan. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh garis persamaan regresi Y = 16,537 + 0,180X1 + 0,419 X2. Hasil ini menunjukkan tanda yang positif dan sesuai dengan teori, serta dapat dimaknai bahwa semakin tinggi pengalaman mengajar dan kompetensi pedagogik mahasiswa program DMS, maka semakin tinggi juga motivasi berprestasi mereka. Hasil persamaan garis regresi tersebut dapat pula dimaknai sebagai berikut: a. Setiap terjadi kenaikan satu persen pengalaman mengajar guru akan diikuti kenaikan motivasi berprestasi sebesar 0,180, apabila variabel lainnya dianggap tetap; b. Setiap terjadi kenaikan satu persen kompetensi pedagogik akan diikuti kenaikan motivasi berprestasi guru sebesar 0,419, apabila variabel lainnya dianggap tetap. Berdasarkan pada hasil analisis regresi di atas diketahui bahwa secara simultan pengalaman mengajar dan kompetensi pedagogik memberikan kontribusi terhadap motivasi berprestasi guru sebesar 25,2%, selebihnya dari faktor lain di luar kedua variabel tersebut, sebesar 74,8%. Dengan demikian, terdapat pengaruh yang cukup signifikan pengalaman mengajar dan kompetensi pedagogik terhadap motivasi berprestasi mahasiswa DMS. Menurut Robbins, motivasi adalah kesediaan untuk mengerahkan upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan. Pengkondisian ini didorong oleh upaya untuk memenuhi kebutuhan individual. Wahjosumidjo (1984:50) berpendapat bahwa motivasi dapat diartikan sebagai suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri sesorang. Proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsic dan extrinsic. Faktor di dalam diri seseorang bisa berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan, sedangkan faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagi faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik faktor ekstrinsik maupun faktor instrinsik motivasi timbul karena adanya rangsangan. Tampak jelas dari teori di atas bahwa motivasi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pengalaman dan kompetensi. Karenanya, rasional sekali apabila semakin berpengalaman dalam mengajar yang ditunjukkan dengan masa kerja yang lama, banyaknya bidang studi yang diam61
Elis Nursetialloh / Educational Management 1 (1) (2012)
pu, dan banyaknya tempat atau lokasi mengajar, akan semakin mendorong motivasi mahasiswa DMS untuk berprestasi. Begitu juga, semakin tinggi kompetensi pedagogik mahasiswa DMS yang salah satunya ditunjukkan oleh banyaknya fasilitas pendukung pendidikan mereka seperti mengikuti seminar dan diklat, maka semakin berkorelasi dengan motivasi berprestasi mereka. Sebagaimana dijelaskan bahwa dorongan untuk berprestasi tidak hanya dipengaruhi oleh seberapa banyak pengalaman mengajar dan seberapa besar kompetensi pedagogik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Faktor pengalaman mengajar dan kompetensi pedagogik hanya sebesar 25,2%, sedangkan faktor di luar keduanya sebesar 74,8%. Faktor di luar keduanya itu misalnya keluarga, kompensasi, budaya organisasi, dan lain sebagainya yang tidak diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan cukup jelas terhadap pengaruh variabel pengalaman mengajar dan variabel kompetensi pedagogik atas motivasi berprestasi mahasiswa DMS di STAIN Pekalongan.
galaman mengajar dan penguasaan kompetensi pedagogik secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi berprestasi guru dalam mengikuti program DMS. Daftar Pustaka Knoers & Haditono. 1999. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Cetakan ke-12. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Muslich, Masnur. 2009. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Bandung: Remaja Rosdakarya Purnamasari, Dian Indri. 2005. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Hubungan Partisipasi dengan Efektifitas Sistem Informasi. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan Purwadarminta. 1995. Kamus Bahasa Indonesia Purwadarminta. Jakarta Santosa, Singgih. 1999. SPSS Statistik Parametrik. Jakarta Gramedia: Penerbit PT Elex Media Komputindo Simanjuntak, Payama J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Yogyakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi UII Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Toha, Miftah. 1986. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: TamitaUtama Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesioal. Bandung: Remaja Rosdakarya Wahjosumijo. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Simpulan Simpulan penelitian ini adalah (1) pengalaman mengajar secara signifikan berpengaruh positif terhadap motivasi berprestasi guru dalam mengikuti program kuliah DMS (2) penguasaan kompetensi pedagogik secara signifikan berpengaruh positif terhadap motivasi berprestasi guru dalam mengikuti program kuliah DMS (3) pen-
62