Retreat Pemuridan Reformed Injili Indonesia – April 2010
Edisi 18 Musim Dingin 2010
Doa
REIN REIN diterbitkan oleh Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V. REIN diterbitkan dua kali setahun. Penasihat: Ev. Steve Hendra Redaksi: Christian Adi Hartono Erna Chandrawati Herawaty Poppy Permadi Shaniyl Jayakodiy Sonja Mondong Stephen Tahary William Aries Tandarto
Alihbahasa: Bravo Santoso Daniel Thie Fungky Hendra Ivonne Tjitra Thomas Mondong Dukungan koreksi bahasa: Roy Homanangan Saragih
Pembimbing/Pengawas: Departemen Pembinaan MRII Berlin e.V. Penanggung Jawab: Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V. c/o Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastrasse 50 12045 Berlin Semua artikel di dalam Buletin REIN hanya boleh diperbanyak dan dikutip di dalam bentuk artikel yang utuh, tanpa mengurangi atau pun menambahkan isi dari artikel tersebut. Cover: Hans Multscher, 1400-1467 „Die schlafenden Jünger in Gethsemane” Flügelaltar von Hans Mutschler (1458), Sterzing - Südtirol
DAFTAR ISI Pesan Redaksi
1
Doa - Suatu Pernyataan Prioritas Hidup
2
Pdt. Agus Marjanto Doa
11
Ev. Yadi S. Lima Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
20
Pdt. Thomy J. Matakupan Resensi Buku: Andrew Murray - The Prayer Life
33
William Aries Tandarto Biografi: Georg Müller
35
Herawaty Kesaksian Doa
39
Erna Chandrawati SEPUTAR MRII-BERLIN Shaniyl Jayakodiy
41
1
Pesan Redaksi Pembaca REIN yang terkasih, hari berganti hari, bulan demi bulan, tak terasa waktu telah berjalan sedemikian rupa sehingga kita telah sampai di bulan terakhir di tahun 2010 ini. Seiring dengan bergulirnya waktu, terjadi pula dinamika di dalam redaksi ReIn. Kami bersyukur kepada Tuhan untuk keaktifan Saudara Sanga Lawalata di redaksi. Tak lupa kami berdoa untuk Saudara Stephen Tahary yang sedang bekerja dalam tahap akhir studinya mau pun untuk Saudari Sonja Mondong yang bekerja di Hamburg. Syukur dan doa, kedua hal itulah yang sering kita ucapkan. Tetapi sebenarnya apakah yang kita mengerti dari doa? Kepada siapa kita ucapkan doa? Untuk apa kita berdoa? Seringkali kita mendengar “doa adalah napas orang Kristen” dan bernapas dengan benar tentunya sangat penting untuk kesehatan kita. Maka berdoa dengan cara dan pengertian yang benar adalah satu hal yang tak boleh lepas dari kehidupan orang Kristen mau pun setiap orang pada umumnya. Kami bersyukur kepada Tuhan sekali lagi bahwa melalui edisi ini para pembaca boleh mendapatkan pengertian tentang doa dan tentunya untuk dukungan para pembaca sekalian untuk buletin ReIn di dalam doa. Soli Deo Gloria
Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Suatu Pernyataan Prioritas Hidup
2
Doa Suatu Pernyataan Prioritas Hidup Pdt. Agus Marjanto Kisah Para Rasul 2:23,31; 2 Korintus 4:6; Keluaran 33:133:1-34:9
Jikalau saat ini saudara dan saya diberi satu kesempatan untuk meminta satu permintaan saja kepada Tuhan dan pasti akan dikabulkan Tuhan, apa yang akan kita minta? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan menyatakan prioritas hidup kita, menentukan tujuan hidup kita, menentukan dorongan hidup kita dan menentukan nilai apa yang paling berharga dalam seluruh hidup kita. Firman dalam Keluaran 33 adalah satu peristiwa dari hidup Musa yang paling krusial. Peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat signifikan. Para theolog menggambarkan bahwa peristiwa ini akan dikonversikan menjadi satu peristiwa dalam Perjanjian Baru. Tiga ribu orang mati. Kemudian pada waktu Perjanjian Baru, Roh Kudus turun, tiga ribu orang akan diselamatkan. Ini adalah peristiwa tertinggi yang menjadi kesulitan dalam hidup Musa. Musa sudah melawan Firaun. Musa sudah berjalan di tengah-tengah laut dan seluruh umat Israel diselamatkannya. Musa sudah berjalan di padang gurun dengan berlelah-lelah dan mengharapkan manna dan penyertaan Tuhan setiap hari. Musa sudah mendapatkan tantangan dari umat Israel yang luar biasa tegar tengkuk. Ketika mereka mau menantang Tuhan melalui Musa di Masa dan Meriba, Musa sudah mengalami banyak pasang surut kehidupan. Tetapi, tidak ada yang lebih menegangkan, lebih menyakitkan dari pada peristiwa ini. Tiga ribu orang mati karena Tuhan marah kepada Israel. Karena Israel menghasut Harun dan membuat lembu emas. Musa harus membunuh semua orang yang dipimipinnya dengan susah payah keluar dari Mesir dengan tangannya sendiri. Ada ribuan perasaan dalam diri Musa. Musa pasti marah, kecewa, malu, menyesal, sedih, gagal, dan pasti menyalahkan diri. Dia marah melihat ketidaktaatan Israel. Sedih melihat orang-orang yang dikasihinya, yang dikeluarkan dari Mesir dengan susah payah harus mati di depannya dan jumlahnya ribuan. Dia pasti menyesal: “Oh, mengapa aku harus meninggalkan Israel dalam waktu yang seketika? Kalau aku tidak meninggalkan, mungkin mereka masih beribadah kepada Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
3
Doa - Suatu Pernyataan Prioritas Hidup
Yahwe.” Musa pasti takut sekali karena saat itu Tuhan marah kepada Israel dengan luar biasa dahsyat. Musa pasti merasa gagal sebagai pemimpin. Saudara bisa bayangkan, ribuan orang yang kita pimpin dihancurkan dan dimurkai oleh Tuhan. Dan Musa pasti merasa malu. Salah satu kesulitan bagi Musa adalah ketika dia menyeberangi laut dan masuk ke padang gurun. Sebelum masuk ke tanah Kanaan, banyak bangsa-bangsa berusaha berperang dan terus menerus berusaha untuk mematahkan iman Israel. Kalau mereka tahu ada ribuan orang mati pada hari itu, semua bangsa akan bertanya kepada Musa: “Hai Musa, apakah engkau tahu mengapa Tuhan mengeluarkan umat Israel dari Mesir? Jawabannya satu: Untuk mematikannya di padang gurun.” Ini menjadi celaan bagi seluruh hidup Musa. Musa sedih, marah, dan sulit sekali. Ini adalah titik krusial tertinggi dalam hidupnya. Di tengah kondisi itu, Tuhan datang dan berbicara kepada Musa: “Musa, engkau sekarang berdiri, berjalanlah ke tanah perjanjian yang Aku sudah janjikan kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Dan Aku akan mengirimkan malaikat-Ku di depanmu. Aku akan membasmi melalui malaikat-Ku seluruh orang Kanaan, orang Hewi, orang Feris, orang Yebus, semuanya.” Musa akan masuk ke satu tanah yang diidam-idamkan puluhan, ratusan generasi, ribuan tahun, yaitu tanah perjanjian. Di tengah kesulitan itu, Tuhan memberikan Firman-Nya. Biarlah kita mengerti apa yang Alkitab katakan. Biarlah kita mengerti ketika Tuhan berbicara dan berinteraksi dengan umat pilihan-Nya. Biarlah Alkitab menjadi prinsip bagaimana kita berespon kepada Tuhan dengan benar. Saat ini saya akan berbicara mengenai satu hal yang diminta Musa. Ini merupakan satu doa yang terbesar diantara seluruh doa yang pernah ada di dalam Perjanjian Lama, satu doa terbesar yang pernah diucapkan oleh seorang ciptaan pada Penciptanya. Apa yang Musa minta di tengah depresi, lelah mental dan fisik seperti ini? Di tengah berkat Tuhan yang datang, apa yang dia minta? Musa meminta satu hal: Penyertaan Allah lebih dari semua berkat. Ketika saya membaca kalimat-kalimat Tuhan ini: “Musa, engkau sekarang berdiri, pergi ke tanah yang Aku janjikan kepada Abraham, Ishak dan Yakub, ke tanah perjanjian, tanah yang berlimpah dengan susu dan madu, dan Aku akan mengirimkan malaikat-Ku dan malaikat-Ku akan menghancurkan semua bangsa yang ada di tanah Kanaan”, itu berarti: satu janji dari pada seluruh generasi sekarang ada di tangan Musa. Dan Tuhan berkata: “Aku akan mengirimkan malaikat-Ku tetapi Aku tidak akan memimpin kamu, tidak akan memimpin bangsa ini karena bangsa ini adalah bangsa yang tegar tengkuk.” Kalau saudara tanya saya, maka saya berkata kepada Tuhan: “Puji Tuhan, Engkau Allah yang setia. Puji Tuhan, Engkau besar dan mulia. Kasih setia-Mu untuk selama-lamanya.” Kemudian saya Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Suatu Pernyataan Prioritas Hidup
4
akan pergi, berjalan menuju tanah Kanaan, karena ini yang saya idamidamkan seumur hidup. Tetapi Musa tidak. Musa berlutut, bertiarap, dan menyatakan: “Jika Engkau sendiri tidak memimpin kami, janganlah suruh kami keluar dari tempat ini. Jika Engkau tidak memimpin kami, jangan biarkan aku melangkah satu langkah dari gurun yang mematikan ini.” Musa lebih baik mati di padang gurun bersama dengan Tuhan yang ada di hadapannya dari pada dia mendapatkan seluruh janji tanah Israel. Perhatikan, apa yang Musa akan dapatkan jika dia masuk dalam tanah perjanjian? 1. Kemenangan, karena ini adalah janji Tuhan: “Aku akan menghancurkan semua suku Kanaan.” 2. Mukjizat, karena yang membantu Musa adalah malaikat yang tidak terlihat. 3. Kemakmuran, karena tanah itu penuh dengan susu dan madu. 4. Masa depan, karena kalau masuk ke tanah itu, dia akan beranak cucu dan namanya besar. 5. Nama besar sepanjang masa. Kalau kita membaca Alkitab, kita mengerti bahwa yang memasukkan orang Israel ke tanah Kanaan adalah Yosua, bukan Musa. Jikalau Musa mengambil berkat ini, maka yang memasukkan orang Israel ke tanah Kanaan adalah Musa. Musa orang yang besar. Dia mengeluarkan Israel dari Mesir dan memasukkan Israel ke tanah Kanaan. Lima berkat ini ditunggu-tunggu oleh seluruh manusia: kemenangan, mukjizat, kemakmuran, masa depan, dan nama besar. Siapa yang tidak suka dan tergiur dengan seluruh berkat ini? “Bukankah berkat ini halal? Bukankah berkat ini dari Engkau, Tuhan? Bukankah Engkau sendiri yang memberikannya kepadaku?” Tetapi perhatikan, diantara seluruh keinginan, permintaan, dan doa, ada satu doa yang tertinggi dalam Perjanjian Lama: “Jikalau Engkau sendiri tidak memimpin kami keluar dari tempat ini, jangan biarkan kami keluar, jangan biarkan kami bergerak dari gurun ini.” Ini mencengangkan hidup kita. Satu doa yang mencerminkan spiritualitas Musa, apa yang seharusnya kita sebagai orang Kristen itu minta. Kita minta apa di hadapan Tuhan? “Oh, orang yang aku kasihi sakit. Oh, perusahaanku sekarang hancur. Oh, masa depanku sulit sekali.” Kemarin kami mengadakan persekutuan wilayah. Setelah sharing dan membaca Firman, kemudian hampir pulang, ada satu ibu menemui saya. Dari beberapa tahun yang lalu dia bergereja di tempat kami. Suaminya meninggal dan dia sulit sekali sebagai single parent. Dia bekerja dan kemudian berkata: “Pak Agus, tolong doakan. Dua bulan lagi perusahaan saya akan tutup. Pasti. Dan tidak ada kemungkinan lagi.” Hati saya hancur dan berdoa dalam hati. Ketika itu saya teringat akan Firman ini: “Ketika kita berdoa, kita minta kepada Tuhan satu hal yang tertinggi, yaitu penyertaan Tuhan dalam seluruh hidup kita.” Apakah yang paling membahagiakan, paling berharga, dan paling bernilai Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
5
Doa - Suatu Pernyataan Prioritas Hidup
dari hidup kita? Karir? Tidak. Keluarga? Tidak. Seluruh pekerjaan? Tidak. Nama besar? Tidak. Kemakmuran? Tidak. Apa yang membedakan kita, umat perjanjian Allah dengan umat lain di seluruh dunia yang tidak mengenal Allah? Satu hal: Allah hadir di tengah-tengah kita. God with us. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah buku orang Kristen. Mengapa Alkitab kita dikatakan sebagai Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Karena di situ banyak sekali janji-janji Allah. Ketika sendiri, ada janji Tuhan untuk menghibur. Ketika dalam gelap, ada janji untuk terang yang diberikan. Ketika sedang kuatir, ada janji Tuhan yang memberi kepastian. Tetapi apakah kita sadar bahwa janji yang paling tinggi, yang membedakan kita umat Allah dengan seluruh bangsa yang lain adalah God with us? Tuhan hadir di tengah kita. Saya tidak tahu apa yang menjadi respon orang Israel ketika mendengar doa Musa. Tetapi saya yakin, banyak sekali orang Israel akan berkata: “Musa, engkau bodoh. Engkau mengecewakan kami. Kami sudah ikut engkau. Mengapa ketika nenek moyang kami berada dalam penderitaan, mereka tetap memiliki kekuatan untuk bertarung dan hidup? Mengapa kami masih memiliki kekuatan untuk hidup? Karena kami punya pengharapan, dan pengharapan itu adalah tanah perjanjian. Itu satu-satunya alasan mengapa kami bisa bertahan hidup. Tetapi sekarang berkat itu engkau buang.” Doa ini meminta satu hal yang paling fokus: Penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Apa yang kita minta untuk gereja? Gereja yang besar? Gereja yang kaya? Program yang banyak? Tidak!. Satu yang harus kita minta: penyertaan Tuhan. Kalau ini tidak ada, tidak ada gunanya semua. Kalau Tuhan tidak sertai, seluruh ibadah kita kosong. Seluruh keberhasilan tidak ada guna dan tidak berfungsi. Tetapi Musa tidak berhenti sampai disini saja. Iman yang sejati akan terus bergerak maju meminta sesuatu kepada Tuhan, satu-satunya pribadi yang bisa memuaskan hidup kita. Ada kalimat kedua yang Musa minta kepada Tuhan: “Show me Thy glory, nyatakan kemuliaan-Mu kepadaku, Tuhan.” Musa meminta pengenalan Allah yang “tuntas” dalam kehidupannya! Ini adalah suatu doa untuk mengenal secara intim pribadi Tuhan pencipta kita!. Mengenal Allah dalam seluruh kemuliaan-Nya adalah jawaban bagi seluruh pencarian jiwa kita. Ketika melihat Perjanjian Lama, saudara akan menemukan doa-doa yang luar biasa berkuasa, yang membuat hati kita bergetar. Doa Yakub menyatakan: “Aku tidak akan membebaskan dan melepaskan Engkau sebelum Engkau memberikan aku berkat.” Saudara melihat doa Abraham yang meminta dengan gigih, bagaimana dia bersyafaat untuk Sodom dan Gomora. Doa Elisa, ketika Elia akan diangkat: “Aku minta double portion, dua bagian rohmu di dalam hidupku.” Tetapi ada satu doa yang memiliki pengertian tertinggi, dan ini diucapkan oleh Musa, bukan Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Suatu Pernyataan Prioritas Hidup
6
saja menggetarkan hati tetapi menghancurkan seluruh kesombongan kita: “Show me Thy glory, Lord, nyatakan kemuliaan-Mu kepadaku.” Ini satu doa yang meminta bukan saja: “Tuhan sertai aku”, ini adalah doa yang meminta: “Engkau siapa Tuhan? Aku ingin kenal Engkau. Aku mau Engkau bukakan diri-Mu.” Doa meminta pengenalan akan Allah. Bukan meminta berkat dan penyertaan saja, tetapi meminta Tuhan membuka diri-Nya untuk kita kenal. Ini satu teriakan terbesar dalam hati Musa. Jika saudara lihat, orang-orang kudus Tuhan sepanjang zaman selalu memiliki satu pengertian, satu urgensi, satu desakan seperti ini yang lahir dari tulang sum-sumnya yang paling dalam. Abraham Kuyper, dalam buku devotion-nya, menyatakan bahwa Mazmur 42: “Seperti rusa merindukan sungai yang berair, demikian juga jiwaku merindukan Engkau ya Allah,” dia kemudian berkata: Rusa itu mengembara sepanjang hari mencari sungai. Ketika tiba di pinggir sungai, ternyata dia tidak menemukan apa-apa selain anak sungai yang kering. Padahal jika tidak menemukan air, dia akan mati. Apa yang akan dilakukan rusa tersebut? Rusa jantan ini akan mengangkat kepalanya, menengadah ke langit, dan kemudian menyakiti kerongkongannya yang kering tersebut dengan sebuah jeritan yang tajam, menggema, dan seluruh pepohonan bisa mendengarnya. Seperti itulah urgensi desakan jiwa seorang manusia yang merindukan mengenal Allah. “Show me Thy glory, Lord.” Kadang dalam hidup, kita menjumpai konteks kehidupan yang membuat kita speechless, tidak mengerti mesti berkata apa. Suatu hari saya membesuk satu keluarga di RS. Ciptomangunkusumo, Rumah sakit yang boleh dikatakan tidak terlalu baik. Keluarga ini memiliki seorang anak laki-laki, 2 tahun, down- syndrome dan leukemia. Dokter menyatakan tinggal beberapa waktu lagi, bahkan sebenarnya beberapa jam setelah saya membesuk. Di tengah lorong RS itu, terbersit satu kalimat dalam hati saya: Apa yang harus saya doakan dalam konteks hidup orang seperti ini? Hati saya sudah hancur mendengar kisahnya. Dan Tuhan, apa yang harus orang ini doakan? Bagaimana kami menghiburnya? Seluruh perkataan, pun seorang hamba Tuhan, tidak bisa menghiburnya. Maka sebelum sampai di kamarnya, ayat ini muncul. Musa meminta: “Show me Thy glory.” Suatu saat saya mengunjungi satu ibu yang terkena tumor di otaknya. Tubuhnya berbaring dan tidak ada satu anggota tubuhnya yang bisa digerakkan kecuali kelopak matanya saja. Dia terbaring berbulan-bulan sambil menunggu ajal. Dia masih muda dan anaknya sekitar 5 tahun. Karena dia tidak mungkin bisa mengurusi anak, maka anaknya harus dititip pada saudaranya di Jakarta. Anak ini harus sekolah dari Senin sampai Jumat. Ketika Sabtu, anaknya yang kecil itu pulang dan kemudian melihat ibunya dan dia cium. Demikian minggu demi minggu. Melihat kondisi manusia yang tubuhnya disia-siakan oleh waktu dan hanya menunggu satu ajal saja. saya teringat akan Westminster Catechism: Apakah Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
7
Doa - Suatu Pernyataan Prioritas Hidup
tujuan hidup manusia? To glorify Him and to enjoy Him forever. Memuliakan Dia dan menikmati Dia selama-lamanya. Tapi saya bertanya kepada Tuhan: “Bagaimana mungkin seorang seperti ini, di tengah kasurnya, seorang yang tinggal menunggu ajal dan tidak ada kemungkinan lain, di mana seluruh waktu dihabiskan dalam kesia-siaan, bisa memuliakan Engkau dan menikmati Engkau selamanya?” Jawabannya satu: Jika orang ini diberikan anugerah oleh Tuhan bisa melihat kemuliaan Allah yang besar tersebut. “Show me Thy glory, Lord.” Hanya orang yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan bertindak! Dan Hanya manusia yang mengenal penciptanya, yang dapat hidup memuliakan, dan menikmati Dia!! Keluaran 33 ini menyatakan suatu doa dari Musa. Ini cerita. Ini fakta. Tetapi bukan itu saja, ini adalah nubuatan. Keluaran 33 memberikan satu nubuatan kepada satu pribadi. Ketika Musa meminta: “Tuhan, nyatakan kemuliaanMu”, Tuhan menyatakan: “Tidak ada satu orang pun yang bisa melihat Aku dan tetap hidup. Tetapi Engkau beroleh kasih karunia di hadapan-Ku. Maka besok, engkau harus berada di lekukan gunung itu, dan Aku akan berjalan dengan seluruh kegemilangan-Ku. Tetapi engkau tidak mungkin akan menatap wajah-Ku yang gemilang itu. Karena tidak ada seorang pun yang menatap Aku bisa tetap hidup. Aku akan menudungi engkau dengan tanganKu ketika Aku lewat. Dan ketika Aku sudah lewat, maka Aku akan menariknya dan engkau akan melihat punggung-Ku.” Apa yang Tuhan mau katakan sebenarnya? Musa tidak pernah bertemu, memandang, dan melihat kemuliaan Tuhan. Musa hanya melihat berkas kemuliaan Tuhan yang lewat. Dalam apa yang Tuhan jelaskan, kita memiliki tiga prinsip pokok, tiga elemen dasar seseorang itu bergaul dan mengenal Allah: 1. Ketika Allah menyatakan diri, maka sekaligus pada waktu yang sama Dia menyembunyikan diri. Banyak orang ingin melihat Tuhan. Agama-agama ingin berjumpa dengan Tuhan. Agama-agama menyatakan bahwa Yesus Kristus itu bukan Tuhan karena Dia adalah manusia saja. Apakah kita mengerti bahwa ada satu prinsip theologia, satu prinsip dalam Perjanjian Lama, bahwa ketika Allah itu menyatakan diri, Allah itu pada waktu yang sama akan menyembunyikan diri-Nya? Musa diminta bersembunyi di balik gunung batu itu. Allah sendiri lewat tetapi Dia menyembunyikan diri-Nya dengan tangan yang menutupi Musa. Allah menyatakan kemuliaan-Nya sekaligus menyembunyikan kemuliaan-Nya. Sekali lagi, ini bukan saja cerita, bukan saja sejarah. Ini adalah nubuatan yang menunjuk kepada pribadi Yesus Kristus, Allah yang berinkarnasi. Dia adalah Allah yang mengambil bentuk daging. Filipi 2:5-8 menyatakan bahwa Dia adalah Allah, Allah yang tidak mempertahankan hak-Nya. Dia turun menjadi manusia, menjadi hamba, Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Suatu Pernyataan Prioritas Hidup
8
disalah mengerti, dibunuh, dipaku di atas kayu salib, dan akhirnya harus dikubur. Siapakah Yesus? Dia manusia biasa? Tidak. Dia adalah Allah yang menyatakan diri. “Oh, tidak mungkin Dia Allah yang menyatakan diri. Bukankah Dia itu manusia?” Ini satu kunci theologia yang ada dalam Perjanjian Lama: Sekali Allah berbicara, sekali Allah menyatakan diri, sekaligus Dia akan menyembunyikan diri-Nya. Allah dalam diri Yesus Kristus, Allah oknum kedua, Allah Tritunggal, yang menyatakan diri kepada dunia, sekaligus Dia menyembunyikan diri-Nya. Itu sebabnya kita bisa mengerti Ibrani 1 yang menyatakan: “Cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah, itulah Yesus Kristus.” Dimana mulianya? Dimana kira-kira Allahnya? Dia adalah Allah yang menyatakan diri sekaligus menyembunyikan diri-Nya. 2 Korintus 4:6 berkata: “Dia adalah kemuliaan Allah, kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Yesus Kristus.” Prinsip pertama dari seorang yang diberikan anugerah untuk bertumbuh mengenal Allah, yaitu mengerti bahwa Allah yang menyatakan diri adalah sekaligus Allah yang menyembunyikan diri-Nya. 2. Ketika Allah menyatakan diri-Nya, Dia sekaligus juga memberikan proteksi, perlindungan kepada umat-Nya. Alkitab berkata dalam Keluaran 33: “Musa, engkau minta Aku menyatakan kemuliaan-Ku padamu. Tidak ada seorang pun yang bisa memandang Aku dan tetap hidup.” Ini yang dihadapi Yesaya di Bait Suci ketika Yesaya sedang melakukan tugas keimamannya. Tiba-tiba Tuhan muncul dengan kesucian-Nya dan seluruh Serafim berseru: “Suci, suci, suci.” Langsung Yesaya mengatakan: “Cilaka aku, karena mataku sendiri sudah melihat Allah yang besar, Tuhan semesta alam, Yahwe Zebaoth.” Kata yang dikatakan dalam kitab Yesaya itu: “Cilaka aku,” dalam bahasa aslinya, yaitu seperti gelas yang dilepaskan, kemudian jatuh ke tanah, hancur berkeping-keping. Seseorang yang melihat Allah tidak mungkin kuat tahan berdiri menghadapi KesucianNya! . Kesucian-Nya membuat kita yang berdosa binasa!. Maka jika Allah berkenan menyatakan diri-Nya, maka sekaligus Dia juga akan melindungi orang yang dipilihNya tersebut!. Ketika Allah itu datang, kita berpikir: “Oh, Tuhan kasih dong, maka aku pasti bisa bertemu dengan Tuhan.” Orang Karismatik terlalu berani: “Aku bertemu dengan Tuhan kemarin. Aku diangkat ke sorga. Kadang berjabat tangan dengan Yesus Kristus.” Perhatikan, setelah 33 ½ tahun, Allah Bapa di sorga tidak pernah memperbolehkan manusia salah mengerti tentang Yesus Kristus. Stefanus melihat Yesus Kristus berdiri di sebelah kanan Allah. Paulus ketika bertemu dengan Yesus Kristus, dia terjungkir balik karena kesucian-Nya. Yohanes, murid yang paling dekat diantara tiga murid yang paling dekat dengan Yesus Kristus, biasa bersender pada Yesus Kristus, biasa begitu dekat dengan Yesus Kristus, ketika melihat Kristus dalam kemuliaan-Nya, Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
9
Doa - Suatu Pernyataan Prioritas Hidup
dia langsung jatuh tersungkur karena Yesus Kristus itu berubah menjadi satu pribadi yang begitu putih suci. Di pulau Patmos dia mendapatkan penglihatan dan sadar bahwa Yesus yang dia kenal selama ini bukan yang sebenarnya ada. Ini bukan yang dulu yang bisa aku dekati. Dia adalah yang mulia. Allah itu mulia. Allah itu adalah Allah yang adil, Allah yang besar, Allah yang suci dan Allah yang kasih. Ketika Musa meminta kemuliaan Allah, maka dia minta pribadi Allah. Dan pribadi Allah itu adalah seluruh dari pada sifat Allah itu dinyatakan. Tuhan berkata: “Jikalau Aku tidak memberi anugerah kepadamu, tidak mungkin ada yang bisa melihat wajahKu dan tetap hidup.” Itu sebabnya Tuhan mengatakan: “Musa, engkau pergi besok ke sana, ke gunung itu. Pastikan satu hal: tidak ada binatang dan tidak ada manusia.” Mengapa? Karena manusia, makhluk hidup yang lain pun, tidak akan sanggup bertemu dan memandang Tuhan yang lewat. Maka perhatikan baik-baik. jikalau Alkitab menyatakan kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Yesus Kristus, itu seharusnya membuat kita bersyukur. Karena Allah yang ditemui oleh Musa di Keluaran 33 adalah Allah yang hadir dalam Yesus Kristus bagi kita. Tidak ada satu orang yang bisa tahan dengan kesucian Tuhan. Tetapi jikalau selama 33½ tahun Yesus mengajar, memberikan pertolongan, menyembuhkan, memberikan belas kasihan, dan orang begitu dekat dengan Kristus tanpa harus mati, itu adalah perlindungan yang dari Tuhan. Ketika Allah menyatakan diri, sekaligus Dia akan menyembunyikan diri-Nya. Ketika Allah menyatakan diri, sekaligus Dia akan menjaga umat-Nya. 3. Prinsip ketiga adalah: Seseorang dapat mengenal Allah dan bertumbuh mengenal Allah, itu adalah karena anugerah semata. Hal ketiga kita ambil dari kalimat Tuhan: “Oh Musa, engkau minta Aku menyatakan kemuliaanKu, Aku akan berbelas kasihan kepada siapa Aku berbelas kasihan.” Seperti saya sudah katakan, Keluaran 33 banyak sekali disinggung oleh teolog-teolog dan membandingkannya dengan hari Pentakosta, Roh Kudus turun. Apa yang sesungguhnya terjadi pada hari Pentakosta? Perhatikan baik-baik, pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus itu turun dan memberikan kekuatan kuasa kepada para murid, murid-murid Yesus, khususnya Petrus, berkhotbah. Dia tidak berkhotbah mengenai doktrin Roh Kudus. Dia berkhotbah tentang Yesus Kristus, Allah yang mulia tetapi yang tersembunyi: “Engkau orang Israel, engkau sudah membunuh dan menyalibkan Yesus Kristus, tetapi sebenarnya Dia adalah Mesias yang dibangkitkan oleh Allah.” Ini adalah satu rahasia dari pekerjaan Roh Kudus yang sejati, yaitu mencelikkan manusia melihat terobosan dari kehinaan Kristus, akhirnya bisa melihat kemuliaan Yesus. Yesus ituTuhan yang mulia! Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Suatu Pernyataan Prioritas Hidup
10
Kristus adalah Tuhan yang berjumpa dengan Musa, yang menyatakan kemuliaan-Nya. Saya teringat satu kalimat Yesus Kristus: “Diantara semua nabi, Yohanes Pembaptis adalah nabi yang terbesar. Tetapi dibandingkan dengan Yohanes Pembaptis, anak-anak Kerajaan Allah lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis.” Apa maksudnya? Yohanes Pembaptis adalah nabi yang tidak pernah membuat mukjizat, tetapi mengapa dia bisa disebut sebagai nabi yang paling besar diantara seluruh nabi? Adalah karena satu hal: Seluruh nabi dalam Perjanjian Lama menubuatkan Yesus Kristus, mengharapkan Yesus datang. Tetapi, satu-satunya nabi dalam Perjanjian Lama yang hadir di dalam Perjanjian Baru, nabi terakhir, yaitu Yohanes Pembaptis, dia bukan saja menubuatkan, dia langsung menunjuk: “Ini Yesus, Anak domba Allah.” Dia bukan saja menubuatkan, dia melihat langsung Yesus Kristus. Tetapi Alkitab juga menyatakan: “Diantara seluruh nabi, Yohanes Pembaptis yang paling besar. Dan dibandingkan dengan Yohanes Pembaptis, kita lebih besar.” Apakah kita sadar akan kalimat itu? Apa sesungguhnya yang dikatakan oleh Yesus bahwa kita lebih besar? Apakah kita lebih besar dari Musa? Apakah kita lebih besar pelayanannya dari pada Yohanes Pembaptis? Tidak pernah. Yang menyebabkan kita lebih besar bukan karena kebesaran nama kita tetapi kita diberikan privilege, hak istimewa oleh Tuhan untuk mengerti karya Yesus Kristus dan pribadi Yesus Kristus secara tuntas. Ini adalah anugerah!! Dan kita mendapatkan anugerah itu karena kuasa Roh Kudus yang hadir pada hari Pentakosta. Ribuan tahun yang lampau sampai hari ini, Dia bekerja di tengah-tengah gereja-Nya. Puji Tuhan jika kita diberi kesempatan boleh memandang kemuliaan Allah dalam wajah Yesus Kristus. Ini adalah satu privilege, anugerah, hak istimewa yang besar sepanjang zaman. Nabi-nabi mengharapkannya. Yohanes Pembaptis melihatnya, kita mendapatkan keseluruhan cerita dan berkat yang Tuhan berikan melalui Firman dan melalui kuasa Roh Kudus-Nya. Saudara-saudara, jika kita diberi satu kesempatan oleh Tuhan untuk meminta dan pasti akan dikabulkan, apa yang saudara akan minta? Mintalah: “Tuhan sertai hidupku, apapun saja yang terjadi, satu hal yang aku mau tahu, Engkau beserta aku atau tidak. Itu cukup bagiku. Tuhan, sertai hidupku.” Dan yang kedua: “Show me Thy glory, Lord. Nyatakan kemuliaan-Mu kepadaku ya Tuhan.” Inilah yang seharusnya menjadi prioritas dari hidup dan permohonan doa kita. Dua hal ini: 1.Penyertaan Tuhan dalam hidup kita sehari-hari, 2.Pertumbuhan pengenalan akan pribadi Allah yang hidup, keduanya dikerjakan oleh Roh Kudus yang hadir dalam hidup kita, Roh Kudus yang menyertai hidup kita, Roh Kudus yang memberikan pertumbuhan kepada gereja-Nya. Puji Tuhan, untuk Dia menyertai dan membukakan kepada kita seluruh kemuliaan Kristus. Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
11
Doa
WbT Ev. Yadi S. Lima
Pengantar
Doa adalah sesuatu yang sangat akrab dengan kehidupan kita. Saya kira semua orang mengetahui apa arti kata ini dan sebagian besar pasti pernah berdoa, apapun pandangannya mengenai makna dari kegiatan ini. Tidak hanya orang-orang Kristen, semua agama pasti mengenal yang namanya doa – bahkan orang-orang yang mengaku sebagai ateis-pun kemungkinan besar pernah berdoa, atau setidaknya akan menganggap orang yang sedang berdoa dengan tulus dan dengan niat yang baik, sebagai sesuatu yang tidak jahat atau memiliki nilai yang baik, walau pun mungkin orang-orang yang mengaku Ateis berbeda pendapat dengan para penganut agama-agama mengenai bagaimana doa itu bekerja. Dalam artikel ini saya akan membahas pertanyaan-pertanyaan yang umum kita tanyakan seputar doa, seperti: Apakah yang sebenarnya kita perbuat ketika kita berdoa? Apakah doa kita dapat mengubah keputusan Tuhan yang mahakuasa dan mahasempurna? Jika doa kita dapat mengubah keputusan Tuhan, bagaimanakah kita dapat mengetahui apa yang sebaiknya kita minta karena mungkin saja apa yang kita minta bukanlah sesuatu yang yang kita inginkan untuk terjadi pada akhirnya? Mungkin kita akan menyesali permintaan yang Tuhan kabulkan setelah kita memilikinya beberapa saat. Jika doa tidak dapat mengubah keputusan Tuhan yang maha berdaulat atau di sisi lain, kita mungkin saja sedang meminta Tuhan untuk melakukan sesuatu yang kurang baik bagi kita atau bagi dunia pada umumnya melalui doa kita. Mengapa kita harus berdoa padahal jelas kita tidak dapat mengetahui apa yang terbaik untuk dimintakan kepada Tuhan? Seperti kata Paulus, siapakah kita untuk menjadi penasehat Tuhan? Pertanyaan-pertanyaan ini mengasumsikan doa adalah suatu usaha untuk mendapatkan sesuatu dari Tuhan atau untuk meminta-Nya mengubah suatu keadaan atau setidaknya menolong kita dalam mengubah keadaan itu. Tetapi doa tentu saja bukan hanya berurusan dengan hal-hal ini. Kita tidak selalu meminta Tuhan melakukan ini atau itu ketika kita berdoa. Terkadang kita hanya mengutarakan ucapan syukur kita kepada-Nya, memuji kebesaran-Nya yang melampaui kata-kata dan imajinasi kita, atau mungkin Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa
12
kita hanya ingin meluangkan waktu untuk berdiam diri di dalam kesadaran akan kehadiran-Nya. Asumsi dari doa-doa ucapan syukur, pujian dan pemujaan kepada Tuhan, atau sekedar suatu keheningan tanpa kata di hadapan-Nya adalah selain suatu tindakan meminta atau memohon, doa dalam konteks yang lebih luas adalah suatu komunikasi yang bersifat membangun, memperbaiki, dan mengakui relasi antara manusia dengan Penciptanya. Pertanyaan-pertanyaan di atas tentu saja tidak relevan dengan jenis-jenis doa seperti ini. Ada jenis-jenis pertanyaan lain yang relevan dengan doa yang bukan termasuk tindakan permohonan kepada Tuhan, misalnya: Apakah Tuhan yang maha kuasa dan maha baik tidak dapat menjalin relasi itu tanpa kita harus terlebih dahulu berdoa? Pertanyaanpertanyaan ini dan pertanyaan-pertanyaan lain yang relevan dengannya akan kita diskusikan dalam artikel berikut ini.
Mengapa berdoa jika doa toh tidak dapat mengubah apa yang Tuhan telah tetapkan? Asumsi dari pertanyaan ini adalah kemahatahuan, kemahabaikan, kemahasempurnaan, dan kemahakuasaan Tuhan yang akan melahirkan kesulitan untuk menghindari problem fatalisme. Secara umum kita melihat dua kecenderungan dalam melihat permasalahan ini. Kecenderungan pertama adalah “pasrah” kepada kehendak Tuhan atau nasib, probabilitas, atau apa pun. Orang-orang yang mengambil sikap seperti ini biasanya, secara negatif dapat menjadi apatis, atau secara positif mereka menjadi tidak mudah kecewa dan penuh dengan ucapan syukur, karena memang tidak terlalu banyak berharap. Golongan ini mungkin diwakili oleh para fatalis dari agama-agama tertentu (sebagian orang menuduh kelompok Reformed dengan predestinasinya jatuh ke dalam golongan ini, tetapi tentu saja permasalahnnya tidak sesederhana itu), kaum Stoa di Yunani dan sikap “nrimo” ala Jawa, bahkan beberapa tokoh rasionalis ateis tertentu menganjurkan sikap seperti ini, walau dengan latar belakang berbeda. Albert Ellis misalnya, mengajak kita untuk menanggalkan kepercayaan irasional berupa pengharapan tak realistis bahwa hidup akan memberikan hal-hal yang “baik” dan menjauhkan halhal yang “buruk” dari kita. Sekali kita bisa menerima bahwa hal-hal yang tidak kita inginkan dapat saja terjadi kepada kita dan dapat menerimanya sebagai suatu realitas hidup dan berbuat yang terbaik yang kita bisa dalam segala keterbatasan kita, kita akan menjauhkan diri dari rasa frustrasi dan kemarahan yang tidak perlu. Dengan demikian kita akan bisa lebih rileks dan menikmati hidup apa pun yang kita alami. Ini terdengar seperti suatu nasehat waras yang juga diajukan oleh kaum Stoa dan dengan cara yang Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
13
Doa
sedikit berbeda, juga oleh kaum Epicurean, beberapa ribu tahun yang lalu. Orang-orang seperti ini, jika mereka mengasumsikan adanya Tuhan, mereka akan banyak berdoa demi kelancaran hidupnya. Wajar saja, karena segala sesuatu ada di tangan Tuhan, maka kita harus baik-baik menjada relasi dan koneksi dengan Dia. Kecenderungan kedua adalah sikap proaktif. Di sini kita mengambil tanggung jawab penuh untuk hidup kita. Kita tidak menimpakan tanggung jawan kepada Tuhan, takdir, nasib, peruntungan, atau apa pun. Contoh yang baik mungkin adalah Benjamin Franklin yang mengatakan bahwa Tuhan menolong orang-orang yang menolong dirinya sendiri. Masuk akal juga. Jika hal-hal baik terjadi pada kita itu karena kepandaian, kecermatan, keberanian, dan disiplin kita. Jika hal-hal buruk terjadi, yah, tidak ada siapa pun yang bisa disalahkan kecuali diri kita sendiri. Sikap seperti ini tentu lebih baik dalam hal mengambil tanggung jawab yang memang Tuhan berikan pada kita untuk hidup kita. Tetapi seringkali orang-orang dari jenis kedua ini menjadi kurang berdoa, karena toh hasil dari segala sesuatu tidak terletak pada kehendak dan ketetetapan Tuhan, tetapi pada usaha kita masing-masing. Immanuel Kant sendiri mengambil sikap bahwa doa tidak seharusnya menjadi alat untuk mengubah kehendak Tuhan, semacam mantera untuk memanipulasi Sang Ilahi. Doa, bagi Kant, adalah suatu cara untuk mencondongkan hati kita kepada tugas-tugas dan tanggung-jawab moral yang mutlak, yang hukumhukumnya sudah tertulis di dalam nurani kita. Efek doa tidaklah dirasakan oleh Tuhan, tetapi oleh kita sendiri. Kita berdoa, kata Kant, demi kita sendiri lebih setia pada tanggung jawab moral kita, bukan supaya keadaan berubah. Terkait dengan pertanyaan ini adalah pertanyaan bagaimana Tuhan bertindak di dalam ciptaan – bagaimanakah relasi tindakan ilahi dengan hukum alam? Bagaimanakah peristiwa-peristiwa supernatural didefinisikan di tengah rutin-rutin natural yang biasa? Ataukah mungkin dikotomi supernatural dan natural ini sendiri tidak terlalu berguna sehingga harus diganti. Bagaimanakah kita dapat mengatakan bahwa hal-hal tertentu yang terjadi secara alamiah atau melalui agensi manusia sebagai jawaban Tuhan atas doa kita? Sebagai ilustrasi mari kita simak dua contoh berikut. Contoh yang pertama adalah dari kesembuhan melalui obat-obatan dan tindakan dokter yang diklaim sebagai jawaban Tuhan atas doa si pasien dan temantemannya. Jika si pasien tidak berdoa, tentu saja hukum alam tetap berlaku. Sebagai contoh pada kasus operasi usus buntu. Bagian usus yang meradang itu dioperasi, dibersihkan, dan diberikan treatment antibiotik untuk memerangi kerja bakteri patogen. Jika keadaan pasien seperti kebanyakan orang-orang normal dan tidak ada kesalahan prosedural, hampir pasti si Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa
14
pasien akan terhindar dari kematian dan akan sembuh seperti sediakala dalam hitungan hari atau minggu, terlepas dari dia berdoa atau tidak. Contoh kedua adalah dari peristiwa-peristiwa alamiah yang belum kita ketahui penjelasannya dan tidak terlalu sering terjadi. Kita mengetahui beberapa masyarakat di jaman kuno yang menganggap beberapa peristiwa alamiah tertentu sebagai “kutukan Tuhan” atau “berkat Tuhan” padahal kita tahu sekarang bahwa itu adalah hal-hal yang dapat dijelaskan secara alamiah. Misalnya ketika terjadi wabah pes di Eropa beberapa ratus tahun yang lalu, banyak orang Yahudi atau perempuan-perempuan tua (yang kemungkinan menderita Schizophrenia) yang dibunuh karena dianggap menggunakan sihir untuk menebarkan kutuk pada seisi kampung. Kita sekarang tahu bahwa wabah pes itu disebabkan oleh penularan mikroorganisme patogen tertentu oleh karena faktor higienis yang tidak baik (misalnya menyimpan mayat selama beberapa hari, sementara orangorang Yahudi langsung menguburkannya pada hari yang sama). Tentu saja dikotomi supernatural dan natural ini tidak banyak berguna dan mengakibatkan banyak masalah. Sesungguhnya Tuhan bekerja penuh waktu dalam memelihara ciptaan. Seperti pemazmur katakan, Ia tidak pernah terlelap di dalam menjaga ciptaan-Nya. Jika memakai istilah natural dan supernatural kita seharusnya mengatakan bahwa semua peristiwa natural adalah suatu peristiwa supernatural. Tentu ini adalah pemakaian istilah yang tidak konsisten. Maka saya mengusulkan untuk menanggalkan saja dikotomi ini karena Tuhan bekerja di dalam dan melalui segala sesuatu khususnya di dalam diri umat Allah yang menghidupi Firman-Nya. Saya percaya jika kita berangkat dari pandangan mengenai keterlibatan Tuhan yang penuh waktu dan menyeluruh dalam penciptaan mau pun dalam pemeliharaan ciptaan-Nya, kita tidak akan jatuh ke dalam anggapan bahwa Tuhan hanya kadang-kadang saja terlibat dalam ciptaan. Tuhan tidak hanya bertindak dalam peristiwa-peristiwa akbar nan langka yang kemudian kita sebut sebagai “campur tangan Tuhan” atau mujizat. Tanpa menyangkali bahwa kadang-kadang Tuhan memakai cara-cara yang tidak biasa dia pakai, saya mau mengingatkan bahwa pada sebagian besar waktu yang lain pun Tuhan juga sedang “campur tangan”. Sesungguhnya saya merasa kurang nyaman dengan istilah “campur tangan Tuhan”, “intervensi Tuhan” dan sejenisnya karena ini bisa memberikan kesan Tuhan tidak dengan penuh waktu memelihara alam ciptaan. Mungkin pandangan seperti ini kita serap dari Deisme ketimbang dari Alkitab. Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yang adalah Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus selalu aktif bekerja dalam setiap detik sejarah yang terjadi. Setiap jamur dan semut yang ada di hutan dan kebun bertumbuh dan bergerak dalam pengawasan Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
15
Doa
dan pengaturan Tuhan yang penuh kasih sayang. Tidak ada hal-hal di mana Ia tidak turut “campur tangan”. Tapi kalau demikian adanya, buat apa lagi kita berdoa? Toh Tuhan akan tetap menerbitkan matahari dan menurunkan hujan baik kita mendoakannya mau pun tidak. Dia akan tetap memberikan kita hari ini “roti kita yang secukupnya” baik kita mendoakannya mau pun tidak. Jadi sekali lagi, buat apa berdoa? Mengapa kita berpikir jika Tuhan toh terlibat senantiasa dalam memelihara ciptaan tidak ada lagi gunanya berdoa? Saya kira jawabannya adalah karena kita beranggapan doa adalah alat untuk membujuk Tuhan mengubah keputusan-Nya atau suatu “cambuk rohani” untuk memecut Tuhan agar Dia bekerja lebih cepat atau lebih baik . Atau suatu “corong TOA” yang terarah ke surga untuk menyampaikan rengekan-rengekan rohani kita (atau rayuan-rayuan gombal, jilatan-jilatan kita kepada-Nya) agar Dia mengabulkan permintaan kita. Dengan demikian kita menganggap Tuhan sama seperti bos kita yang narsis tapi maha kuasa (dengan uang dan koneksi yang dia miliki) yang bisa kita setir kiri dan kanan melalui puja-puji dan tindakan cari muka kita. Pandangan seperti ini tentu saja salah. Tuhan memang dalam banyak hal memelihara ciptaan dengan baik walau pun kita lalai mendoakannya (ayo, kapan terakhir kali anda berdoa syafaat sungguhsungguh agar matahari mau terbit esok hari?), tetapi Ia tetap menyuruh kita berdoa meminta kebutuhan kita, menyampaikan keluh-kesah kita, mengutarakan ucapan syukur dan rasa cinta kita pada-Nya. Buat apa? Saya kira jawabannya sederhana saja. Tuhan mau memperlakukan kita sebagai agen yang PERSONAL. Memang orang-orang fasik tidak berdoa dan tetap menikmati rotinya setiap hari, sementara kita yang berdoa “berilah kami pada hari ini roti kami yang secukupnya” juga menikmatinya, tetapi dengan perasaan yang berbeda! Bagi kita ada cinta dalam seketul roti itu. Itu adalah pemberian dari tangan Sang Pencipta sendiri! Bayangkan, betapa Ia mengairi ladang-ladang gandum dengan air sungai yang mungkin berasal dari gletser-gletser di pegunungan Alpen, bagaimana Ia memerintahkan air dan sinar mentari dan semua elemen ciptaan untuk menumbuhkan tiaptiap batang gandum yang tak lepas dari pengamatan-Nya. Bagaimana ia memelihara burung-burung pipit dengan bulir-bulir gandum yang tercecer, tetapi tidak secara berlebihan, karena Ia juga memberikan inteligensia kepada Pak Tani untuk membuat orang-orangan sawah demi menakutnakuti burung-burung itu. Lalu bagaimana Ia bekerja dalam mekanisme rumit bursa komoditas pertanian yang meregulasi harga-harga dan mempengaruhi motivasi Pak Tani untuk menanam jenis tanaman yang mana, dan sebagainya dan sebagainya sampai akhirnya Ia menghadirkan sebongkah roti itu di meja kita. Betapa indahnya! Jika kita tidak berdoa Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa
16
untuk pemeliharaan ini, kita seperti seorang anak tak tahu diri yang selalu pulang jam 4 subuh dalam keadaan mabuk dan bangun jam 1 siang ketika papa dan mama sudah pergi kerja lalu menemukan roti dan keju dan ham (dan beberapa kaleng bir kesukaannya) selalu tersedia di meja dan kulkas tanpa pernah mengingat sedetik pun bahwa itu berasal dari kedua orang tuanya yang memperhitungkan kehadirannya di rumah dengan cinta. Doa mungkin tidak merubah keputusan Tuhan menjadi sesuatu yang kita dambakan, Ia selalu melakukan yang Ia pikir terbaik bagi kita, dan memang demikian, tetapi doa menguatkan relasi personal kita dengan Sang Penyedia yang penuh cinta itu. Dengan demikian kehidupan yang kita jalani di hadapan-Nya tidak menjadi tawar dan mekanis, tetapi menjadi suatu dialog yang hangat dan personal dengan Sang Lain yang mengenal kita luar dalam itu. Bagi Dia tiap-tiap kita dan tiap-tiap ekor burung di udara sama-sama diperlakukannya dengan begitu penuh perhatian dan cinta. Seperti pemazmur katakan, “He covers the sky with clouds; he supplies the earth with rain and makes grass grow on the hills. He provides food for the cattle and for the young ravens when they call.” (Mazmur 147: 8-9). Kita tidak tahu apa yang burungburung itu pikirkan ketika mereka menerima makanannya dari Allah, tapi yang pasti tiap-tiap kita yang diberikan karunia untuk berfungsi secara jauh lebih kompleks daripada burung-burung itu, kita bisa menikmati persekutuan yang begitu indah dengan Sang Pencipta di dalam doa. Mengapa mengabaikan kesempatan yang begitu indah? Doa memang tidak dapat mengubah ketetapan Tuhan yang sempurna (kita toh tidak akan ingin juga mengubahnya jika kita tahu apa konsekuensinya). Itu memang bukan tujuan doa. Tuhan menghendaki kita berdoa karena Ia mau memperlakukan kita tidak secara mekanis-impersonal melainkan sebagai agen-agen personal yang bebas.
Mengapa Berdoa jika Tuhan Selalu Memberikan yang Terbaik bagi Kita? Pertama-tama tentu saja karena Tuhan menyuruh kita berdoa. Kita dapat membaca di dalam kisah-kisah dalam Alkitab bagaimana Allah Israel dan umat-Nya berinteraksi dalam doa. Bagaimana Allah digambarkan menjawab permintaan mereka, bahkan dalam beberapa kasus Ia dikatakan sampai mengubah keputusan-Nya karena doa. Pada tahapan ini mari kita kesampingkan dahulu pertanyaan, “Bagaimanakah mungkin Allah yang maha sempurna, maha tahu, maha baik, dan maha kuasa perlu mengubah keputusan-Nya – sekecil apa pun?” Pertanyaan ini tentu saja lumrah kita tanyakan, apalagi mengingat bahwa yang meminta adalah manusia-manusia yang bukan hanya terbatas dalam wawasan dan bijaksana, tetapi juga Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
17
Doa
manusia-manusia berdosa yang seringkali permintaannya didorong oleh nafsu-nafsu berdosa yang mencerminkan keegoisan, kepicikan, dan kelicikan hatinya. Bayangkan jika Tuhan mengabulkan doa para pendukung Hitler, yang tentu saja adalah orang, orang Kristen juga – di era perang dunia ke-2. Atau, dalam kasus yang lain, doa siapakah yang harus Tuhan kabulkan, apakah para pendukung pasukan Oranye ataukah para supporter kesebelasan Spanyol dalam piala dunia yang baru lalu? Dalam hal ini pertanyaannya adalah, “Apakah yang harus kita doakan?” Atau dengan kata lain, “Bagaimanakah kita seharusnya berdoa?” Bagaimanakah kita tahu apa yang harus didoakan? Apakah bedanya berdoa, “Jadilah kehendak-Mu ya Tuhan” dengan mengatakan “Masa bodoh, saya tidak peduli apa pun yang akan terjadi karena toh itu akan terjadi tanpa bisa saya ubah.” Dengan kata lain, apakah beda antara sikap berserah pada kehendak Tuhan dengan sikap fatalistis yang menyerah pada nasib secara pasif? Apakah bedanya “berserah” dengan “terserah”? Saya akan menghampiri permasalaha ini dari doa yang Tuhan kita ajarkan, “Bapa kami yang di dalam surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di dalam surga!” Tentu saja doa ini tidak sama dengan mengatakan, “Lakukan yang Kau mau lah Tuhan, terserah saja, kehendak saya toh tidak akan Engkau turuti!” Atau dalam bahasa gaul, “Elu kan boss-nya, jadi ya udah terserah elu aja deh, gua mah amin aja apa lu kata.” Ketika kita mengatakan “Jadilah kehendak-Mu!” atau “Datanglah kerajaan-Mu!” kita mengatakannya dengan suatu kerinduan yang tulus dan kuat bahwa kehendak Tuhan bagi segenap ciptaan – yaitu pemulihan ciptaan pada kemuliaannya yang semula digenapi – kemungkinan besar melalui kita. Jadi doa ini bukanlah suatu tanda bahwa kita menyerahkan remote control nya pada Tuhan. Bukan! Tentu saja dari semula Tuhan yang pegang setir-nya. Mana pernah kita bisa mengendalikan hidup kita sepenuhnya? Terlalu banyak faktor-X dalam hidup yang tak bisa kita prediksi mau pun rekayasa. Ini sudah bukan rahasia lagi. Jadi apa artinya dong mengatakan “Jadilah Tuhan, kehendak-Mu!” Ini adalah suatu konfesi aktif kita di hadapan-Nya untuk dipakai dalam keseluruhan diri kita untuk mewujudkan kerajaan-Nya! Memang kerajaan itu sudah datang di dalam Kristus Yesus, kerajaan itu sedang datang di dalam tubuh Kristus yaitu kumpulan orang percaya (kita-kita ini) dan masih terus akan digenapi sampai kedatangan kristus yang kedua nanti! Jadi faktor eskatologis ini harus menjadi nafas dari seluruh doa kita. Mungkin ada kesamaannya dengan ucapan yang sering diutarakan para bikkhu, “Kiranya segala mahluk berbahagia” , walau pun tentu saja kita tak bisa menerima pandangan realitas yang siklikal dan cenderung ateistik dari mereka, tetapi kita bisa Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa
18
mengapresiasi adanya rasa prihatin yang mendalam akan penderitaan segala mahluk dalam ciptaan dan kerinduan agar mereka dibebaskan dari penderitaan dan kesia-siaannya, yang juga dapat kita lihat dalam pengutaraan Paulus di Roma 8. Sewaktu kita mengatakan kepada Allah, “Datanglah kerajaan-Mu!” kita tidak sedang menyuruh Allah untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki, kita juga bukan sedang berkata, “Terserahlah Tuhan! Suka-suka elu!” melainkan kita sedang berkata, “Amin!” kepada pekerjaan Tuhan di dalam Kristus yang melakukan penebusan yang menjadi awal era yang baru di mana segenap ciptaan turut bersorak sorai menantikan pembebasannya dengan penuh harapan. Sewaktu kita mengatakan “Amin!” pada kedatangan kerajaan-Nya itu, kita pun sedang mendedikasikan hidup kita bagi Kerajaan itu, kita bersuka-cita di dalam cara-cara hidup yang baru, yang telah dimulai di dalam peristiwaperistiwa seputar Yesus dari Nazareth itu. Jadi mengapa berdoa jika toh Tuhan akan tetap memberikan yang terbaik bagi kita? Pertama, kita harus ingat bahwa doa bukan melulu urusan diri dan keinginan kita secara egois, tetapi doa adalah suatu sikap terbuka kepada bagaimana Tuhan memandang ciptaan-Nya. Di dalam doa kita mengambil waktu untuk meresapi kesengsaraan, kehancuran, dan kesia-siaan di dalam kehidupan dan meratapinya. Ambil waktu untuk menangisi kehancuran ciptaan yang indah. Misalnya, cobalah untuk mengingat orang yang paling kita benci, atau yang tingkah lakunya paling membuat kita jijik. Lalu di dalam doa cobalah untuk melihat orang itu dengan mata yang penuh belas kasihan dari Yesus Kristus. Ingatlah bagaimana mahluk Tuhan yang satu itu sesungguhnya sedang bergumul dengan dosa. Dengarkan jeritannya minta tolong. Rasakan kesengsaraannya, kesepiannya, rasa frustrasinya, kemarahannya, dan ketidakberdayaannya. Sesungguhnya banyak orangorang yang paling menyebalkan atau menyebabkan kita mendadak menderita hipertensi akut, adalah orang-orang yang hidupnya tidak bahagia dan menyedihkan. Di balik tawa sinis dan keji mereka ada kesepian. Dibalik senyum palsu mereka ada tangisan. Mungkin tangisannya adalah, “Kasihilah aku. Mengapa tidak ada orang yang dengan tulus menerima aku?” Maka hati Anda akan mulai berangsur-angsur memandang dia dengan iba. Apalagi jika anda mengingat bahwa orang-orang seperti ini diciptakan Tuhan untuk suatu hidup yang penuh kemuliaan dan keindahan. Dari titik ini kita akan dapat mengatakan “Amin!” pada datangnya kerajaan Tuhan dengan lebih tulus. Bahkan kita akan mulai tergerak untuk menjalani panggilan kita sebagai tubuh Kristus yang menubuhkan datangnya kerajaan itu di dalam dunia. Jangan batasi pekerjaan Tuhan hanya dalam dunia manusia, pandang juga kehancuran ciptaan yang lain: hewan-hewan, pepohonan, gletser, lautan, dan ikan-ikannya. Dengarkan gema keluhan Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
19
Doa
mereka menantikan pembebasan itu. Lalu ucapkan syukur karena Allah telah menjawab kesengsaraan segala mahluk itu di dalam tindakan penebusan-Nya. Tentu hal ini akan asing bagi kita jika di dalam doa yang kita ingat hanyalah melulu self pity kita yang sempit. Coba amati secara obyektif, apakah yang menjadi isi doa Anda dan apa yang menyebabkan anda marah atau kecewa pada Tuhan karena doa yang tidak dijawab? Jika isinya adalah melulu karena permintaan saya yang ini atau itu yang hanya seputar urusan keinginan egois kita yang kemudian kita rasa tidak dijawab Tuhan, maka mintalah Tuhan untuk memperluas cakrawala keprihatinan anda. Have pity toward other creatures and have delight in the fact that their Creator has already done something real to liberate them. Maka ketika anda berdoa, hati anda akan terjalin dengan hati Tuhan sama seperti dua orang sahabat atau kekasih yang saling bercakap-cakap dan memadu hati dalam satu gelora cinta yang membarakan setiap denyut nadi dan kontraksi otot untuk menghidupi kemerdekaan dan menjadi agen pembebasan dalam pekerjaan penebusan yang telah Bapa kita mulai di dalam Kristus Yesus. Dalam doa kita menjalin kesatuan hati dengan Tuhan, kesedihan-Nya akan menjadi kesedihan kita, keprihatinan-Nya akan menjadi keprihatinan kita, dan pengharapan yang Dia berikan akan menjadi kekuatan kita untuk menapaki hidup di jalan Kristus menjadi agen pembaruan ciptaan, sebagai tubuh Kristus dalam dunia.
Siapakah Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? - Lukas 15:4 Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
20
DOA UNGKAPAN KASIH KEPADA ALLAH Pdt. Thomy J. Matakupan Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. - Mat 22:37-8 Pendahuluan
Jika langsung kepada inti masalah bagaimana melihat aspek kasih kepada Allah di dalam doa, maka dapat dipastikan kalau semua orang percaya mengatakan bahwa mereka mengasihi Allah yang ditunjukkan dengan jalan berdoa. Namun jika ditanyakan seberapa ukuran kasih kepada Allah itu, maka sangat sulit menjawabnya. Jika sekarang kita dihadapkan pada skala dengan ukuran 1 – 10 untuk menentukan tingkatan kasih kepada Allah. Maka kalau mau jujur kita pasti takut menaruhnya di angka 7 – 9 bukan? Mengapa? Kita tidak berani memastikannya karena secara pasti kita tahu bahwa kita kurang kasih kepada-Nya. Namun kalau menaruh di angkat 6 ke bawah, kita tidak berani melakukannya karena kita tidak mau menunjukkan bahwa kita juga kurang mengasihi-Nya. Kenyataan ini hanya mau menjelaskan saja bahwa kita tidak tahu bagaimana mengasihi Allah itu sebenarnya. Tidak mudah membahas hal ini oleh karena aspek subyektivitas sangat memainkan peran di sini. Di tambah lagi ketika berbicara tentang kasih berarti berbicara tentang sesuatu yang bersifat abstrak. Jadi jika demikian, ukuran kasih kepada Allah tidak terletak pertama-tama pada sebuah pengakuan, mau pun tindakan apa pun di dalam tingkah laku beragama, termasuk di dalamnya berdoa yang dilakukan orang percaya. Ada baiknya aspek ini dibahas secara sedikit lebih luas karena ternyata ada kaitan yang sangat erat sekali antara pengalaman iman di dalam doa kepada Allah yang membentuk kedewasaan iman dan sikap kasih kepada Allah. Semua ini entah disadari atau tidak sangat mempengaruhi sikap kasih kita kepada Allah. Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
21
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
Fase Pertumbuhan Iman dan Kasih
Pengalaman pertumbuhan iman itu nampaknya memiliki kemiripan dengan pengalaman pertumbuhan manusia pada umumnya. Ada fase-fase tertentu yang harus dilewati dan setiap fase mempunyai keunikan tersendiri dan memberikan gambaran tingkat kedewasaan seseorang. Fase-fase itu adalah: Fase Kebergantungan : Kenikmatan
Di dalam tahap awal perjalanan imannya seorang percaya pasti diajar untuk mengasihi Allah dan segera mereka akan menemukan gairah kehidupan imannya itu sungguh nyata. Dapat diperkirakan kesenangan demi kesenangan rohani menjadi isu utama di dalam hidupnya. Inilah masa indah itu. Kehidupan doa di dalam level ini menjadi suatu sukacita dan aktivitas yang dicari dengan berbagai modelnya. Mulai dari doa liturgi harian (pagi-siang-malam), doa syafaat, doa puasa, doa semalam-suntuk, doa peperangan, dan sebagainya. Jawaban terhadap doa yang disampaikan kepada Allah, baik yang diterima sendiri mau pun mendengar kesaksian orang lain akan menjadi bahan untuk memantapkan, menetapkan, dan menerapkan kasih kepada Allah. Setiap orang di dalam fase ini akan menyatakan bahwa ia menemukan cintanya kepada Allah. Fase Transisi: Penyapihan
Namun pertumbuhan iman akan membawa kepada realita lain. Ternyata semua pengalaman iman fase awal ini segera harus berubah. Semua kesenangan berubah menjadi ketidaksenangan, dan Allah yang berada di balik semua itu. Ia harus melakukannya karena waktunya sudah tiba bagi setiap anak-anak-Nya untuk bertumbuh. Di dalam fase ini, doa mulai dilihat sebagai realita. Bahwa tidak semua yang diminta akan diberikan sesuai harapan. Meski demikian, banyak orang percaya tetap berupaya mencari jalan bagaimana supaya kembali kepada setiap kesenangan awal sebelumnya. Mengapa? Mereka menikmatinya dan mengatakan bahwa iman mereka bertumbuh pesat di dalam saat itu. Inilah pembodohan rohani karena dibalik itu sebenarnya sebuah ungkapan penolakan terhadap cara Allah membawa mereka kepada kedewasaan iman. Aspek kasih kepada Allah di dalam fase ini mulai dipertanyakan oleh karena kekecewaan demi kekecewaan yang dialami. Sikap antara mengasihi dan tidak mengasihi menjadi kurang jelas batasannya. Di satu sisi ingin mengasihi seperti ”kasih mula-mula” namun di lain sisi susah untuk menyatakannya. Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
22
Fase Kedewasaan: Realita Hidup
Kedewasaan iman. Di dalam aspek ini ia harus belajar tentang mengasihi dalam arti sebenarnya. Kasih kepada Allah bukan seperti kasih di dalam fase pertama yang sangat penuh dengan kegairahan. Namun fase ini sangat terkondisi. Memang di dalam bagian itu seseorang diajarkan apa yang namanya kebergantungan kepada Allah. Seruan kepada Allah di dalam doa, segera menemukan jawabannya dan hal ini menjadi dasar mengapa dapat mengasihi-Nya. Tetapi sekarang semua berbeda. Kasih di dalam kebergantungan itu harus dilihat sebagaimana seharusnya, yaitu kasih di dalam kedewasaan iman. Kasih di dalam fase ini ditandai dengan unsur pemahaman yang lebih utuh akan Diri Allah yang diikuti dengan tindakan di dalam ketaatan dan pertanggungjawaban. Orang Kristen dipaksa melihat realita hidup dan harus mencari dan menemukan Allah di dalam realita tersebut. Bukan berhadapan dengan berbagai kesulitan dalam realita hidup dan meminta Allah menyelesaikannya. Mencari dan menemukan Allah mempunyai makna yang sangat mendalam di dalam ukuran kasih kepada-Nya. Di sinilah biasanya kesulitan di dalam doa (baca: ”kasih”) itu muncul itu muncul. Mereka tahu bahwa ada Allah yang menguasai dan mengatur semuanya. Bahwa hanya kehendak Dia sajalah yang berlaku dan hanya kepada Dia saja semua bakti disampaikan. Pernyataan ini hampir tidak menemui kesulitan. Meski demikian ternyata tidak semudah yang dinyatakan. Kalau orientasi kehidupan iman sangat ditandai dengan apa yang dapat aku lakukan – bahkan yang terbaik sekalipun – kepada Allah, maka pada titik pertama tindakan itu justru yang menjadi penyebab mengapa orang percaya tidak dapat belajar dan menemukan kasihnya kepada Allah. Apakah dengan semakin banyak berdoa, maka menunjukkan bukti kasih kepada Allah? Terlalu sederhana dan kekanak-kanakkan jika menilainya demikian. Namun tidak berarti bahwa hal ini tidak dapat dipakai sebagai ukuran. Yang dimaksud adalah ternyata ada semacam bias yang tidak terlihat dengan mata iman, yang justru membawa kepada kesalahan demi kesalahan yang tidak disadari sampai pada akhirnya kita menemukan bahwa kita kurang mengasihi-Nya. Memang tidak salah kalau karena mengasihi maka melakukan dan melakukan sebagai tanda mengasihi. Bias yang dimaksud di atas adalah karena Allah memberikan semua yang dipinta pada-Nya di dalam doa, maka seseorang dapat mengasihi-Nya. Hal ini akan menjadi pemicu baginya untuk mengulanginya dengan doa-doa yang lainnya. Namun bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya. Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
23
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
Alkitab memberikan catatan tentang upaya seseorang yang bertanya hal apa lagi yang harus ia lakukan untuk mendapatkan perkenanan Allah. Jikalau pertanyaan ini dilihat lepas dari motif mencobai, maka pertanyaan ini tidak dapat diremehkan karena mau menunjukkan apa yang ada di dalam pikiran orang tersebut. Pertanyaan ini dijawab oleh Kristus secara tidak langsung, melainkan dengan cara mengembalikannya pada esensi, yaitu mengasihi Allah sebagai yang utama dan pertama dan mengasihi sesama. Dengan kata lain, jika seseorang bergiat bagi Allah dengan berbagai macam tingkah laku agamanya – termasuk berdoa, tetapi tidak didasari dengan perasaan kasih kepada-Nya, maka semuanya itu sama dengan tidak mengasihi Allah.1 Catatan ini mengharuskan kita membongkar kenyataan kasih kepada Allah di dalam doa bahwa ternyata ada beberapa relasi yang tercipta tatkala seseorang berdoa yang mungkin sekali tidak tersadari. Tingkat kedewasaan iman akan membawa seseorang melihat dengan jelas apa yang sedang ia lakukan. Relasi terhadap Diri Sendiri : Keharusan kondisional
Setelah seseorang menjadi percaya kepada Kristus, maka pelajaran bagaimana berdoa menempati posisi pertama dari semua yang perlu diketahui di dalam upaya memahami kehidupan barunya itu.2 Namun perlu diperhatikan bahwa sejalan dengan berlalunya waktu pengalaman ini adalah pengalaman yang kondisional. Maksudnya seseorang akan terus berdoa jika ia menemukan suatu kenikmatan dan kesenangan di dalam doa itu. 1
Alkitab segera memberikan contoh tentang seorang pemuda yang kaya itu. Ia datang kepada Kristus dan mempertanyakan hukum mana lagi yang harus aku lakukan sehingga dapat memiliki hidup kekal itu. Ia adalah seorang pemuda dengan disiplin rohani yang sangat tinggi sehingga semua hukum Tuhan – menurut pengakuannya – sudah ia lakukan semenjak muda. Yang menarik, Tuhan Yesus tidak mengoreksi pernyataan pemuda ini. Namun Ia kemudian menyatakan satu hal yang susah untuk dipenuhi pemuda ini, menjual seluruh hartanya dan mengikuti Kristus. Alkitab mengatakan bahwa pemuda ini menjadi sedih hatinya karena hartanya banyak.
Pelajaran tentang berdoa kepada Allah didalam nama Tuhan Yesus dan dengan perantaraan Roh Kudus. Tentang berdoa dengan mengucap syukur, mengakui dosa dan mengajukan permintaan. Tentang apakah doa yang salah dan apakah doa yang benar, dan masih banyak lagi. 2
Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
24
Yang dimaksud dengan “sesuatu” di sini adalah perasaan itu sendiri. Ada banyak pengalaman berdoa sebenarnya lebih mementingkan dampak terhadap perasaan sendiri daripada Allah. Orang Kristen lebih banyak disibukkan memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan yang baik yang mereka pikir patut diterima dari Allah. Tempat perasaan di sini sangat signifikan sekali. Perasaan ini akan sangat berubah jika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, misalnya: Doa yang tidak menemukan jawaban
Adanya jawaban terhadap semua doa yang disampaikan pada Allah akan membangkitkan sukacita. Namun bagaimana jika doa itu tidak mendapatkan jawaban sesuai dengan yang diharapkan? Dapat diperkirakan reaksi yang seperti apa yang akan muncul. Pelajaran tentang doa mengajarkan bahwa doa yang tidak mendapatkan jawaban karena salah berdoa dan karena itu perlu memikirkan ulang permintaan itu dan mulai berdoa lagi dengan permintaan yang baru. Kalau perlu untuk memastikan ketidakegoisan ditambah dengan kata-kata, “Bukan kehendakku yang jadi, melainkan kehendak-Mu.” Meski pun demikian tetap saja tidak mendapatkan jawaban Tuhan. Ia tetap tidak memberikan yang diminta. Jika hal ini terus menerus terulang, apakah berdoa menjadi suatu pengalaman yang indah lagi? Doa yang lama tidak terjawab
Berdoa dengan tidak jemu-jemu adalah pelajaran berikutnya. Hal ini dilakukan oleh karena berusaha mempercayai pernyataan Alkitab bahwa doa harus dilakukan dengan cara demikian. Setiap orang Kristen juga tahu bahwa Allah akan menjawab doanya seturut dengan kehendak dan waktu Allah. Pada awalnya pengalaman ini akan dilakukan dengan penuh sukacita. Namun akan segera lain jika jawaban yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung tiba. Semakin lama jawaban diberikan akan membuat perubahan di dalam keinginan untuk terus berdoa. Tentu saja di dalam poin ini hal kemungkinan bahwa Allah sebenarnya telah memberikan jawaban atas doa itu (yang tidak disadari) dikesampingkan. Jika merasa sudah cukup lama doa itu tidak terjawab, maka mungkin sekali keinginan untuk berdoa menjadi sirna atau bahkan lupa pernah mendoakannya. Doa tanpa hasrat
Berapa banyak orang percaya ketika sedang berdoa, mereka tidak berada di dalam doanya sendiri. Berdoa tanpa hati dan dorongan untuk berdoa. Tidak peduli dengan seberapa banyaknya catatan pokok doa yang tertera di Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
25
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
secarik kertas di depannya atau yang tertata rapi di dalam pikirannya. Orang sedemikian sebenarnya tidak mau berdoa, namun karena sebuah kewajiban rohani ini tidak terhindarkan demi untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang Kristen yang memiliki Allah, maka mengharuskannya berdoa. Tidak adanya hasrat menunjukkan semua ini dilakukan sebagai keterpaksaan dan pada akibatnya akan menyurutkan minat. Di dalam kondisi seperti ini, kasih kepada Allah tidak tahu harus diletakkan di mana atau mungkin harus dipertanyakan, ada atau tidak. Banyak orang percaya yang mengalami hal ini dan mulai tidak berdoa lagi dan mulai berpikir untuk apa berdoa. Sikap semacam ini tidak akan memberikan kesempatan baginya untuk belajar bagaimana mengasihi Allah di dalam doanya. Menariknya lagi jika ada peristiwa yang tidak diharapkan terjadi di dalam hidupnya, justru ia akan mempertanyakan apakah Allah masih mengasihi dia atau tidak. Tidak adanya hasrat dan dorongan di dalam berdoa itu mau mengatakan, ”Saya tidak tahu, apakah saya mengasihi Dia atau tidak.” Kesulitan untuk mengasihi Allah di dalam doa ternyata diakibatkan oleh bagaimana seseorang menanggapi dan membangun relasinya dengan Allah. Relasi yang salah akan membuatnya susah atau bahkan tidak tahu bagaimana mengasihi Dia. Relasi CopyCopy-paste relasi Horisontal
Di sadari atau tidak, pengalaman seorang kristen dengan Allahnya terbentuk dari semacam pemindahan relasi dengan sesama. Padahal pengalaman dengan sesama jauh berbeda dengan pengalaman bersama Allah. Mengapa berbeda? Tentu saja relasi dengan Allah adalah relasi ketundukkan dan ketaatan. Tidak seorang pun yang akan membantah pernyataan ini. Meski demikian, harus diakui bahwa ternyata relasi ketundukkan dan ketaatan kepada Allah itu tetap saja dijiwai dengan relasi horisontal dengan sesama. ”Bukankah saya sudah bersikap baik kepada Allah dengan cara melakukan semua yang Ia perintahkan.” ”Saya berdoa dengan sungguh-sungguh dan dengan motivasi yang tulus dan murni.”
Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
26
”Saya bahkan berdoa agar kehendak-Nya yang terjadi dan Nama-Nya yang dipermuliakan.” ”Saya bahkan sepenuhnya.”
mengatakan
bahwa
saya
mengasihi-Nya
dengan
Kalimat-kalimat seperti di atas menyatakan sikap frustasi terhadap Allah. Mengapa demikian? Inilah dampak dari pola relasi horisontal dengan sesama manusia di pakai untuk melihat relasi vertikal dengan Allah. Seseorang akan bersikap baik kepada sesamanya jika ia merasa orang itu bersikap baik kepadanya atau dapat memberikan keuntungan tertentu. Namun akan lain jadinya jika relasi itu ditandai dengan sikap curiga dan tidak dapat mempercayainya. Mengapa seseorang dapat bersikap baik kepada Allah? Karena Ia melakukan hal yang baik, mendengar dan menjawab doa-doa. Karena Ia memperhatikan dan peduli terhadap kebutuhan. Ia baik karena tidak pernah mengecewakan dan meninggalkan. Mengatakan kasih kepada-Nya dalam kondisi ini pasti mudah dilakukan. Bagaimana jika Ia bungkam, tidak mengatakan apa pun. Tidak tahu Ia berada di mana saat diperlukan dan dibutuhkan.3 Hati ingin tetap mengasihi, tetapi pada saat yang bersamaan hati memberontak pada kenyataan. Relasi TawarTawar-Menawar
”Tuhan, saya berjanji akan melakukan ini atau itu jika Engkau mengabulkan doa saya.” Relasi ini adalah relasi tawar menawar. Allah di dalam doa orang-orang dengan jiwa semacam ini mencoba mengajukan sebuah penawaran tertentu yang dikira sepadan dengan apa yang akan diberikannya kepada Allah kepadanya. Bagaimana sikap kasih dapat bertumbuh dengan cara seperti ini? Kasih dibuktikan di dalam jiwa yang memberi seutuhnya dan tidak mengharapkan balasan. Kebalikannya jiwa tawar-menawar berasumsi bahwa saya mempunyai sesuatu yang berharga yang dapat ditukarkan dengan keinginan Allah. Jika Allah tidak memenuhi apa yang saya diminta, 3 Tidak mengherankan jika buku-buku yang membahas tema semacam ini menjadi laku keras. Hal ini menunjukkan kebutuhan orang kristen yang ingin memahami misteri ketersembunyian Allah ini.
Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
27
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
maka saya juga tidak akan memberikan yang saya punya. Orang-orang semacam ini harus bersiap hati untuk menjadi kecewa karena Allah tidak akan menuruti keinginan mereka. Allah tidak akan pernah berada pada posisi setara yang kepada-Nya kita dapat mengajukan penawaran dan kita tidak pernah pula berada pada posisi penawar sampai kapan pun. Relasi TuanTuan-Hamba
Secara doktrinal, kita tahu pasti bahwa Allah adalah Tuan dan manusia adalah hamba. Status sedemikian menyebabkan kita tidak berada pada posisi lebih dari-Nya dan bahwa kita hanyalah melakukan semua yang diperintahkannya. Meski demikian, ternyata di dalam berelasi dengannya posisi ini menjadi terbalik. Memang Allah tetap berposisi utama, namun Ia dapat diperintah, didayagunakan oleh karena kemahakuasaan yang dimilikiNya. Orang yang hidup dengan jiwa seperti ini akan suka memperhadapkan Allah dengan semua janji yang pernah diberikan-Nya. Bahwa Ia yang sudah berjanji, maka Ia pula harus menepatinya. Kalau Ia melakukannya, maka Dia akan tetap menjadi Allah dalam hidup. Memang tidak salah kalau mengetahui bahwa Allah akan menggenapi janji-Nya, namun tetap perlu diingat bahwa Ia akan menggenapkan janji-Nya itu jika sesuai dengan kehendak-Nya. Relasi Keuntungan
Mengapa saya percaya kepada Allah? Karena saya dapat memperoleh keuntungan daripada-Nya. Tidak ada kepercayaan yang melihat Allah mereka sebagai yang tidak berkuasa. Adalah bodoh jika mempercayai Allah yang sedemikian. Allah pasti berkuasa dan karenanya kita dapat menggunakan kuasa-Nya itu dan kuasa-Nya hanya diberikan bagi orangorang yang percaya. Doa orang dengan pola relasi semacam ini hanya berputar-putar pada bagaimana dapat ”merayu” Allah agar Ia menunjukkan kekuasaan-Nya. Di bagian lain, doa terlihat sangat manipulatif, yaitu menyanjung Allah setinggi-tingginya dan kemudian mengajukan permohonan untuk dituruti. Cara seperti ini tidak memberikan tempat sedikitpun untuk belajar mengasihi Allah.
Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
28
Sikap Kasih kepada Allah di dalam Doa
“Mengasihi Allah di dalam doa” adalah sesuatu yang abstrak dan jika diterapkan tanpa pengertian yang tuntas, maka akan menjadikan pengalaman iman itu menjadi humanistik. Orang dapat mengatakan bahwa ia mengasihi Allah, atau lebih tepatnya merasa mengasihi Allah. Namun perlu ditegaskan bahwa pengalaman mengasihi ini sangat kondisional. Jika tidak ada keberatan atau konflik, maka mudah menyapa Allah dengan hati yang penuh kasih. Perasaan ini akan berkembang menjadi merasa dekat dan akrab dengan Allah. Sebenarnya hal ini lebih banyak bersifat imajinasi. ”Bayangkan Allah berada di depan engkau dan sedang bercakap-cakap akrab denganmu.” Di bagian lain ada yang mengatakan bahwa kasih kepada Allah berarti mengungkapkan semua yang dirasakan dan dipikirkan secara spontan kepada-Nya. Bukankah tidak ada ketertutupan di dalam hidup orang yang saling mengasihi? Sikap kasih kepada Allah di dalam doa tidak dapat lepas dari pengajaran Alkitab tentang Allah dan bagaimana kita memberikan respon terhadap semua yang dipahami itu. Dia adalah Allah
Kasih kepada Allah di dalam doa harus berdasar pada pengakuan dan penerimaan bahwa Dia adalah Allah. Setiap kesalahan pengalaman iman seperti yang diutarakan di atas bersumber pada ketidakjelasan melihat posisi Allah sebagai Allah. Kesalahan demi kesalahan pengalaman iman seperti yang diutarakan di atas bersumber pada ketidak-jelasan atau bahkan ketidaktahuan posisi ini. Dia adalah Allah karena itu Ia berhak atas semua yang dikehendaki-Nya. Lalu, apakah karena Dia adalah Allah maka Ia harus mendapatkan hak memperoleh kasih kita kepada-Nya? Di belakang pertanyaan ini ada semacam pemberontakkan tersamar, sebuah ketidakpuasan melihat posisi Allah yang jika terus dipaksakan akan menjadikan kehidupan iman itu menjadi belenggu saja. Pada waktu kita berdoa, maka ungkapan kasih kepada Allah pertama-tama dinyatakan melalui pengakuan bahwa Allah adalah Allah, dan karenanya itu Ia dapat membuat kasih kita kepada-Nya tumbuh dan berkembang sejalan dengan pengalaman iman berjalan bersama-Nya. Kita tidak punya daya apa pun untuk dapat memiliki perasaan kasih kepada-Nya kecuali meminta pada-Nya agar memberikannya pada kita. Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
29
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
Mengakui Kedaulatan Pemeliharaan MutlakMutlak-Nya
Pengakuan dan penerimaan bahwa Allah berdaulat atas segalanya akan segera menghentikan pergumulan iman yang tidak perlu. Kedaulatan Allah menghentikan semua jawaban terhadap realita hidup. Allah memang berada di balik semua fenomena yang ada. Suka atau tidak suka, mau menerima atau menolaknya. Yang disebut sebagai ”pergumulan” di dalam doa, sebenarnya adalah masalah melihat dan menerima kedaulatan Allah di dalam pemeliharaanNya. Pergumulan itu muncul karena kita merasa ada sesuatu yang terasa kurang tepat sedang terjadi. Pasti Allah meluputkan sebuah pertimbangan ketika Dia melaksanakan kehendak-Nya itu. Tentu saja dalam kondisi seperti ini sulit bagi kita untuk menerima Dia bukan? Atau paling tidak, tidak mengetahui apakah perlu mengasihi Allah yang sedemikian atau tidak. Kita menempatkan diri pada posisi netral. Mengasihi Allah di dalam Doa berarti menyatakan pengakuan dan penerimaan bahwa Ia tidak pernah salah. Meski hati masih susah menerima, tetapi tidak mencurigai atau mempersalahkan Dia. Ungkapan Syukur: Kesempatan tetap datang kepada kepada Nya
Mengasihi Allah di dalam doa berarti sebuah ungkapan syukur karena adanya kesempatan yang Ia berikan bagi kita untuk datang dan menyatakan sesuatu kepada Nya. Harus di akui bahwa ada banyak hal yang salah ketika kita berdoa karena hendak memuaskan hawa nafsu sendiri (Yak 4:3). Meski demikian, tetap saja Allah yang penuh kasih itu tetap bersedia mengajarkan bagaimana seharusnya kita datang pada-Nya. Bagaimana jika Allah mendendam dan tidak mentolerir semua kesalahan yang kita perbuat? Kesempatan untuk tetap datang padanya ini adalah salah satu yang disebut sebagai menikmati anugerah Allah dalam hidup. Menahan Diri karena tidak Mengerti
Terlalu cepat kita mengutarakan kekecewaan dan penyesalan kepada Allah di dalam doa karena melihat Nya sebagai yang salah memperlakukan kita atau mengijinkan peristiwa yang kita tidak sukai dialami. Apakah Allah mengetahui semua konsekuensi dari tindakannya? Pasti! Lalu, mengapa kita begitu cepat bereaksi menunjukkan ketidak puasan? Karena kita tidak memahami keutuhan rencana Allah. Hal yang perlu dilakukan agar sikap kasih kepada Allah bertumbuh adalah menahan diri karena belum mengerti sepenuhnya apa yang Ia maksudkan. Doa orang percaya di dalam konteks Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Doa - Ungkapan Kasih Kepada Allah
30
ini adalah meminta Allah menolong agar dari mulut yang sama tidak keluar puji dan pujaan kepada Allah sekaligus umpatan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap-Nya. Rendah Hati & Pengakuan Keterbatasan Diri
Petrus mengatakan kali ketiga, ”Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau ...” (Yoh 20:17). Meski demikian pernyataannya kali ini didasari dengan kerendahan hati dan keterbatasan diri. Ia yang sebelumnya merasa dapat mengasihi Yesus ternyata dengan mudah menghianatinya. Kita sebenarnya juga tidak tahu bagaimana harus mengasihi Allah. Kita berpikir aktivitas rohani adalah buktinya. Petrus pun melakukan hal yang sama. Kita hanya baru dapat mengetahui bagaimana mengasihi Allah jika kita menemukan kasih Allah itu lebih dahulu menyapa, mengoreksi, mengajarkan tentang kasih pada kita. Baru kita tahu bagaimana seharusnya mengasihi Dia kembali. Allah membawa kita menemukan sifat-Nya yang kita rasa baik seperti, kebaikan, kemurahan, kesetiaan, kelemah-lembutan dll. Namun juga menemukan sifat-Nya yang kita rasa ”kejam” seperti keadilan, kekuasaan, murka-Nya dll. Jika demikian, doa yang patut kita sampaikan pada-Nya untuk urusan ini adalah meminta Dia dengan rendah hati mau menyatakan Diri-Nya pada kita dan meminta Dia menolong kita bagaimana dapat mengasihi Dia.
Bapa di Sorga, kami tahu bahwa Engkau menunjukkan Diri-Mu agar dapat mengasihi kami dan menunjukkan cara bagaimana kami dapat mengasihi-Mu kembali. Tolong kami yang rapuh dan susah untuk mengasihi-Mu. Jika Engkau tidak memberikannya kepada kami, maka kami tidak pernah dapat mengasihi seperti yang Engkau minta. Tapi hal ini bukan menjadi alasan mengapa kamu sulit mengasihi-Mu. Kami hanya memiliki kasih yang terkondisi saja ya Tuhan. Bolehkan kami meminta agar dapat merasakan luapan kasih-Mu itu? Inilah yang akan kami jadikan alasan mengapa kami harus mengasihi-Mu. Demikian permintaan kami ini. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin.
Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
31
Pak Wii Wi brangkat ke Amerika untuk mempresentasikan hasil projekt penelitiannya… Wi berhasil meyakinkan para pendengar atas ide dari projek yg dibuatnya..
Trima kasih…
Selamat saudara Wi.. anda telah membawa perkembangan yg sangat pesat atas perusahaan ini.. dan saudara akan dipromosikan.
Ahh.. aku tidak ada siapa-siapa di sini.. suka citaku begitu besar, tp di sisi lain aku merasa sedih karna ak tidak bisa berbagi rasa suka cita ini..
Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
32 Grrr… Kamu dasar perempuan buat susah saja… !!!
Kamu sangat berubah sekarang.. dulu kamu sangat ngertiin aku.. sekarang kamu kerjanya meyodorkan semua kesalahan ke aku..
Aku tinggalkan keluarga dan teman-teman demi dia... tapi sekarang dia berubah... tidak ada yg bisa mengerti perasaanku sekarang ini... kemana aku harus pergi?
Lis selalu mendapat kesulitan utk menghubungi sobawtnya di Indonesia.. berhubung waktu yg berbeda dan kegiatan yg sibuk.. Hurff... Susah banget sih untuk cocokin waktu buat telfonan dan ngobrol..
Kepada Tuhan kita bisa mencurahkan apa saja yg kita rasakan, suka, duka, dan masalah-masalah lainnya. Kita tidak perlu nyocokin waktu, kita tidak usah pusing dgn pulsa yg mahal, setiap saat Tuhan selalu ada buat kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dan Dia yg paling mengerti kebutuhan kita semua. Sadarkah saudara? Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
33
Resensi Buku
Resensi Buku Andrew Murray - THE PRAYER LIFE William Aries Tandarto Bahasa: Inggris ISBNISBN-13: 978978-1846857102 Tahun terbit : 2007 2007 Jumlah halaman : 108 Penerbit: Diggory Press
Buku The Prayer Life karangan Andrew Murray ini sangat baik untuk dibaca terutama bagi kita sebagai anak-anak Tuhan yang sedang bertumbuh untuk mau belajar lebih dalam lagi mengenai arti dan pengaruh doa dalam hidup mengikut Tuhan. Fokus utama dalam buku ini adalah tentang the sin of prayerlessness. Murray menjelaskan apakah makna dan penyebab dari sin of prayerlessness dan mengapa itu merupakan suatu kekecewaan besar kepada Tuhan, yang sebagai dampak tentunya menghambat kehidupan spiritualitas kita bersama dengan Kristus. Bagaimana kita dapat dilepaskan dan dibebaskan dari dosa ini serta hidup kembali diperdamaikan dengan Tuhan juga akan dijelaskan secara tuntas di dalam buku ini. Murray mengatakan bahwa secara teori umat Kristen tahu dan sadar bahwa Tuhan adalah yang paling mulia dan patut diprioritaskan atas apa yang telah Dia perbuat dalam kehidupan kita. Dan sepatutnya kita juga bersuka cita dan bersyukur karena kesempatan yang diberikan oleh Tuhan untuk dapat sharing dengan Dia dalam doa mengenai berbagai pengalaman dan pergumulan hidup. Alangkah indahnya bila persekutuan yang erat bersama dengan Dia dapat terjalin. Namun seringkali yang menjadi pertanyaan adalah apakah kita sungguh-sungguh menghargai suatu privilege dalam doa itu? Jika kita jujur, mungkin sebagian besar dari hati kecil kita akan mengatakan “tidak“. Berapa banyak waktu yang kita luangkan untuk doa sebenarnya sudah menjawab pertanyaan di atas. Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Resensi Buku
34
Berbagai alasan dapat kita utarakan, bukan? Namun alasan kuat untuk ini semua adalah karena kita tidak melihat dan mengalami suka cita baik dalam berdoa mau pun bersekutu dengan Tuhan. Coba kita bandingkan, jika ada suatu hal yang minat dihati kita, contohnya hobi kita. Bukankah kita rela meluangkan waktu sebanyak-banyaknya demi menikmati itu semua bahkan kita bersedia untuk berkorban. Jika hal demikian terjadi, pernahkah kita berpikir dan sadar bahwa kita sudah tidak lagi menghormati Tuhan? Cenderung kita sudah menduakan Tuhan, bukan? Kita seharusnya menangis dan mengaku dosa kita dan mohon belas kasihan Tuhan karena kita adalah orang yang terkutuk di hadapanNya. Saudara-saudara, doa merupakan penentu detak jantung hidup kita karena melaluinya dapat dilihat dengan jelas bagaiamana kondisi kerohanian dan persekutuan kita dengan Tuhan. Dosa kekurangan berdoa (Sin of Prayerlessness) adalah bukti kehidupan kerohanian kita sedang dalam kondisi yang lemah dan kritis. Kita tidak perlu banyak berbicara mengenai pelayanan atau misi penginjilan jika kehidupan doa kita belum beres. Kebanyakan orang Kristen secara tidak sadar sudah tidak memberikan lagi ruang bagi Roh Kudus untuk menguasai hati dan pikiran kita sehingga menyebabkan kita tidak lagi mempunyai hati yang sungguh untuk datang kepada Tuhan. Cenderung pada saat kita berdoa, membaca firmanNya atau dalam mengikuti kebaktian sekalipun pikiran kita melayang-layang dan pandangan hati kita pun tidak focus kepada Tuhan. Hal ini sangatlah menyakiti hati Tuhan. Mari kita mengintrospeksi diri kita masing-masing dan mengingat kembali akan kasih dan pengorbanan Kristus dalam hidup kita sehingga kita dapat lebih menghargai arti dan pentingnya suatu persekutuan dengan Tuhan yang merupakan satu-satunya kekuatan kita. Karena hanya melalui suatu fellowship yang intim dengan Tuhan kita dapat lebih mengenal Tuhan dan rencanaNya serta berjalan dalam terang dan kebenaranNya. Kiranya cerita sharing singkat melalui buku ini dapat menyadarkan kita sekali lagi untuk menjadi anak-anak Tuhan yang taat dan mengasihi Dia sepenuh hati. Let us thank God heartily as often as we pray that we have His Spirit in us to teach us to pray. Thanksgiving will draw our hearts out to God and keep us engaged with Him; it will take our attention from ourselves and give the Spirit room in our hearts. - Andrew Murray (1828-1917) Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
35
Biografi
Biografi GEORG MÜLLER Herawaty Nama Keluarga: Müller Nama: Georg Tanggal lahir: 27.09.1805 Tempat lahir: Kroppenstedt
Sejak masa kecilnya, Georg memiliki pontensi untuk menjadi seorang playboy, pencuri, dan pemabuk. Ia berkali-kali dimasukkan ke penjara karena suka berfoya-foya di hotel mewah, tetapi tidak sanggup membayar. Akhirnya hutangnya pun menumpuk. Ketika di masa sekolah menengah atas di Nordhausen, ia sempat bertekad untuk benar-benar serius di dalam studinya, tetapi sayangnya sangat lah tidak mungkin bagi ia untuk mengatur uang. Ketika ia menerima uang dari ayahnya, ia merekayasa pencurian uang tersebut. Ia berlari menuju kantor direktur dan mengatakan bahwa semua uang kiriman ayahnya hilang dicuri. Semua merasa kasihan terhadapnya. Teman-temannya bahkan mengumpulkan uang yang cukup banyak sampai akhirnya ia bisa membayar hutang-hutangnya. Dengan berjalannya waktu, sang ibu direktur yang telah menjaganya selama ia sakit seperti ibu kandungnya sendiri mulai tidak mempercayai Georg. Georg sendiri juga merasa tidak nyaman lagi. Betapa sering ia memutuskan untuk bertobat dan berniat untuk mengubah hidupnya, tapi dengan sangat cepat pula ia akhirnya melanggar keputusan itu. Atas keinginan ayahnya, Georg melanjutkan studinya dalam bidang Theologi di Halle. Melalui Beta Müller, Georg mengenal sebuah persekutuan wilayah di kediaman bapak Wagner. Georg merasa sungkan atas kehadirannya di tempat itu, tetapi Wagner menyambutnya dengan hangat dan mempersilahkan ia untuk datang kapan saja, rumah dan pintu akan terbuka baginya dengan suka cita. Georg merasakan sesuatu yang sangat berarti di dalam persekutuan itu. Sejak saat Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Biografi
36
itu, ia berdoa dengan sangat tekun dan membiarkan firman Tuhan berbicara dalam hidupnya. Georg terpanggil untuk menjadi misionaris untuk membagikan kabar baik dari Tuhan bagi manusia. Ketika ia menyampaikan niatnya kepada ayahnya untuk menjadi misionaris, ayahnya sangat kecewa, sedih, dan marah. Betapa banyak biaya yang sudah dikeluarkan ayahnya dengan harapan bahwa anaknya akan menjadi pendeta yang layak. Georg tetap pada pendiriannya. Ia tahu bahwa sejak saat itu ia tidak akan lagi mendapat dukungan keuangan dari ayahnya. Penyertaan Tuhan nyata atas diri Georg. Tidak lama kemudian Georg mendapat pekerjaan sebagai penerjamah bagi seorang pendeta Amerika, Dr. Tholuck. Di dalam waktu beberapa bulan ia berhasil menyebarkan sekitar 200 surat misionaris dan traktat. Dr. Tholuck menyarankan Georg agar menjadi misionaris di London untuk melayani komunitas Yahudi. Georg mendapat kesulitan dalam mengurus visa karena ia diwajibkan untuk menyelesaikan wajib militernya. Georg mencoba untuk mendapat pengecualian dengan tujuan misionaris, tetapi akhirnya ditolak. Ketika Georg akan memulai wajib milliternya, ia tibatiba sakit keras selama beberapa bulan dan akhirnya ia pun dibebaskan dari wajib militer tersebut. Pada tahun 1829, Georg berangkat ke Inggris dengan tujuan menjadi seorang misionaris bagi orang-orang Yahudi. Di sana ia mengenal Anthony Norris Groves, seorang dokter gigi yang sangat beriman dan bergantung kepada Tuhan. Selama masa penyembuhannya, Georg menetap di Teignmouth. Di sana ia mengenal Henry Craik yang menjadi sahabat dan rekan kerjanya. Ketika di London, Georg menyatakan keinginannya untuk menjadi misionaris yang tidak harus mendapat gaji yang tetap, tetapi ia mendapat penolakan. Akhirnya ia kembali ke Teignmouth dan menjadi seorang pengkhotbah di sebuah gereja kecil pada tahun 1830. Di tahun yang sama, Georg menikah dengan Mary Groves, saudari dari Anthony Norris Groves. Mary mendampingi Georg dengan setia selama 40 tahun lamanya. Ia memutuskan untuk tidak menerima gaji yang tetap dan bergantung pada persembahan dari jemaat. Di dalam gereja yang sangat kecil dengan jumlah jemaat yang tidak banyak, hal tersebut tentunya adalah keputusan yang sangat sulit. Pada tahun 1832, Henry Craik mengundang Georg untuk pindah ke Bristol untuk membantu pelayanan penginjilannya. Georg datang ke Bristol dan kemudian kembali ke Teignmouth bersama-sama dengan Henry Craik untuk menguji diri dan menunggu pimpinan Tuhan. Setelah berdoa dengan tekun dan mengalami berbagai ujian, keduanya meninggalkan Teignmouth dan pindah ke Bristol pada bulan Mei 1832. Henry Craik melayani di Kapel Gideon dan Georg melayani di Kapela Bethesda. Walau pun mereka berdua bukanlah Hamba Tuhan resmi di sana yang berarti Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
37
Biografi
bahwa mereka tidak mendapat gaji yang tetap, mereka berdua menjadi berkat yang sangat luar biasa bagi kedua kapel tersebut. Di dalam waktu yang singkat persekutuan tersebut berkembang menjadi sekitar 668 orang jemaat. Georg menjalankan banyak kegiatan-kegiatan sosial di Bristol. Walau pun ia tidak mempunyai pendapatan yang tetap, ia memberikan semua yang ia punya bagi orang-orang miskin. Ia bangun pagi-pagi dan berjalan ke jalanan untuk memanggil anak-anak miskin untuk datang kepadanya dan memberikan roti buat sarapan mereka. Kemudian ia memberikan pengajaran Alkitab dan mengajar mereka untuk membaca. Hal tersebut dilakukannya juga kepada orang-orang dewasa. Pada tahun 1834, bersama dengan Henry Craik, ia memulai satu acara pengajaran tulisan bagi Inggris dan luar negeri. Tujuan mendirikan sekolah Kristen tersebut adalah untuk menyebarkan firman Tuhan dan menjalankan misi tersebut di dalam dasar iman. Misi tersebut hanya didukung oleh karyawan yang beriman dan mereka tidak bersedia menerima dukungan bagi yang tidak beriman, sehingga tidak menimbulkan hutang. Tanpa ada modal awal, misi ini pun dimulai hanya dengan iman. Pada akhir tahum 1835, Georg memutuskan untuk mendirikan rumah yatim piatu. Di sinilah dimulainya “keajaiban bagi Bristol“, yang pada akhirnya menampung 2000 anak yatim piatu di dalam 5 rumah besar. Pada awalnya, Georg mempunyai 2 prinsip dasar: pertama, jangan pernah memohon bantuan kepada manusia melainkan hanya kepada Tuhan, Bapa kita; yang kedua, jangan sampaikan keluar keadaan keuangannya, berapa sulitpun itu. Tujuannya bukan hanya membantu anak-anak yatim piatu itu, tetapi juga untuk memperkuat anak-anak Tuhan yang beriman, dan untuk menunjukan kepada mereka yang tidak beriman bahwa Tuhan adalah perdengar doa-doa. Iman Georg mendatangkan hikmat. Georg dan rekan-rekan kerjanya tidak mendapat kesulitan keuangan, walau pun biaya yang dibutuhkan sekitar 30.000 Pounds. Jangan pernah tinggalkan Tuhan di dalam kesulitan apa pun. Dengan pengertian yang sangat sederhana mengenai berdoa, Georg menyimpulkan 5 points bagaimana manusia harus dekat dengan Tuhan: - Percaya yang sepenuhnya atas karya dan perantaraan Tuhan Yesus Kristus sebagai dasar kedekatan kita kepada Tuhan - Memisahkan diri dari setiap dosa yang kita sadari - Percaya kepada janji Tuhan melalui firman-Nya - Memohon atas kehendak-Nya dengan motivasi rohani dan bukan keinginan sendiri - Bertekunkan di dalam doa, di dalam menunggu dan bertekun. Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Biografi
38
Georg memiliki padangan yang sangat jelas dalam hubungan antara doa dan hidup di dalam Terang. Dan ia berusaha terus menyampaikan prinsipprinsip penting ini. Pekerjaannya di panti asuhan terus berkembang. Pada tahun 1849, mereka meninggalkan tempat yang mereka sewa dan pindah ke tempat yang baru di Ashley Down. Pada awal tahun 1870, lima rumah yang dibuka dan bisa menampung 2000 anak-anak yatim piatu, pekerja-pekerja, dan para guru. Pada bulan Januari 1866, Henry Craik, yang sejak 34 tahun menjadi rekan kerja Georg, meninggal dunia. Kemudian pada tanggal 6 Februari 1870, istri Georg meninggal dunia. Anak perempuannya kemudian menikah dengan James Wright, karyawan Georg yang menjadi penerus Georg di rumah yatim piatu. Georg sendiri kemudian menikah untuk kedua kalinya dengan Susanne Grace Sanger yang telah dia kenal selama 25 tahun sebagai seseorang yang takut akan Tuhan. Di masa tuanya, Georg banyak berpergian untuk menjalankan misinya. Ia mengunjungi Eropa, Asia, Amerika, Afrika, dan juga Australia. Di dalam perjalanan ini, ia mendapat banyak kesempatan membawa banyak jiwa-jiwa baru melalu Injil yang sederhana. Kekuatan dari hidupnya yang penuh berkat itu hanya didasarkan pada iman yang sederhana kepada Tuhan dan firmanNya. Ia sangat mencintai firman-Nya dan membacanya bukan hanya dalam waktu tertentu, tetapi di dalam setiap kesempatan yang ada. Ia menjalankan firman-Nya di dalam kehidupannya dan selalu mendapat kepastian akan kebenaran firman-Nya. Sumbangan yang didapatkan bagi pekerjaan di panti asuhan, sebagai jawaban dari doa-doanya, mencapai lebih dari 1 miliyar Pounds Sterling. Ia juga mendapat sekitar 400.000 Pound sebagai distribusi dalam bentuk Alkitab dan traktat untuk mendukung misi pekerjaannya. Ia selalu mengatakan, “Saya adalah seorang yang berbahagia“. Ia melihat dirinya sebagai seorang yang berdosa yang seharusnya mendapat neraka, tetapi ia bisa mengenal Tuhan Yesus yang menjadi Juru Selamatnya. Pada tanggal 10 Maret 1898 pagi hari, Georg Müller dipanggil kembali ke rumah Bapa. Sehari sebelumnya, ia masih sibuk seperti biasa dan masih mengikuti persekutuan doa. Ia pergi dengan tiba-tiba dan tanpa rasa sakit. Ketika wasiatnya diumumkan, harta yang ia miliki selain perabotan di appartmentnya hanyalah 60 Pounds. Sumber: 1) Roger Steer, „ George Müller -Vertraut mit Gott“, CLV. 2) http://de.wikipeia.org/wiki/George_M%C3%BCller_%28Waisenhausl eiter%29 3) http://www.soundwords.de/artikel.asp?id=161 Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
39
Kesaksian Doa
Kesaksian Doa Erna Chandrawati
Pernahkah Saudara berhadapan dengan pengemis, yang dengan keras kepala meminta-minta di hadapan Saudara? Saya pernah bertemu dengan pengemis seperti itu, yang selama kurang lebih 5 menit meminta-minta di depan saya. Tetapi, waktu saya dengan iba mau memberi, saya mendapati tas saya telah terbuka. Ternyata dia seorang pencuri yang berkedok pengemis. Hal itu membuat saya marah, seorang pencuri sama sekali tidak patut menerima iba dari seseorang. Waktu saya memperhatikan keberadaan saya di hadapan Tuhan, kadang atau mungkin justru sering saya seperti pencuri yang berkedok pengemis itu. Berdoa memelas meminta sesuatu. Setelah diberi ternyata lupa berterima kasih. Seperti 10 orang kusta yang disembuhkan, hanya satu yang berbalik berterima kasih dan sembilan orang sisanya lari dengan mencuri kemuliaan Allah. Tuhan Yesus mengajar kita bagaimana kita harus berdoa dengan benar, yang diringkasnya di dalam Doa Bapa Kami. Inti yang dapat saya ambil melaluinya, yaitu pertama, kita berdoa untuk kebutuhan rohani kita, meminta kepada Bapa supaya kita mengenal keberadaan kita, mengenal, dan melakukan kehendak Allah. Yang kedua, inti yang dapat saya ambil, yaitu kita berdoa untuk kebutuhan jasmani kita, meminta kepada Bapa untuk memenuhi kebutuhan keseharian kita dan mengenal keberadaan kita yang penuh dengan dosa, yang tidak bisa melawan kuasa kedagingan kita. Benar bahwa Tuhan Yesus mengajar kita untuk meminta, tapi bukan sebagai pengemis, melainkan sebagai anak. Sebagai anak, sewaktu kita meminta, kita mengenal kepada siapa kita meminta, yaitu Bapa kita. Sebagai pengemis, kita tidak harus mengenal kepada siapa kita meminta, berapa uang yang dia punya, yang kita tahu cuma apa yang kita butuhkan waktu itu. Kemungkinan besar kita sebagai pengemis juga berterima kasih untuk pemberian yang kita dapatkan, tapi terima kasih yang bagaimana? Karena pengemis, kita juga bisa mengemis kepada yang lain, tidak harus kepada Tuhan, memang dasarnya mental pengemis. Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Kesaksian Doa
40
Tetapi sewaktu kita meminta kepada Tuhan sebagai anak, kita mengenal kepada siapa kita meminta, yaitu kepada Bapa kita. Sebagai anak, Tuhan juga yang mendidik dan membesarkan kita. Dia tahu apa yang kita butuhkan dan kita sebagai anak seharusnya juga tahu apa yang Tuhan inginkan dari kita. Sama seperti seorang anak kecil yang tangannya usil hendak mengambil mainan temannya, sewaktu melihat papanya yang melihat ke arah dia dengan memberikan suatu tanda, anak ini tahu apa arti tanda tersebut, kalau papanya tidak suka akan hal tersebut. Satu doa yang tidak pernah saya lupakan, yaitu doa ibu saya, sewaktu saya jauh dari Tuhan. Tidak biasanya saya menguping doa seseorang. Hari itu kira-kira jam 3 pagi, saya bangun dan pergi ke kamar mandi. Dalam perjalanan dari kamar tidur saya ke kamar mandi, saya mendengar ibu saya ternyata sudah bangun untuk bersaat teduh dan dia sedang mendoakan saya, supaya saya kembali kepada Tuhan. Saat itu juga Roh Kudus bekerja dan menegur saya. Doa yang Tuhan jawab seketika itu juga. Dia Bapa kita, Dia tahu apa yang kita butuhkan. Ibu saya dalam hal ini tahu apa yang saya butuhkan, dia juga tahu apa kehendak Tuhan terhadap dirinya sebagai seorang ibu. Biarlah kita sebagai anak Allah, belajar untuk mengenal Bapa kita dan mengenal diri kita, dan biarlah di dalam doa-doa kita, kita makin peka akan kehendak Tuhan, belajar menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Tuhan.
”Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” - Yesaya 9: 6 -
Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
41
Seputar MRII-Berlin
Seputar MRIIMRII-BERLIN Shaniyl Jayakodiy
Tanpa terasa sudah hampir setengah tahun berlalu sejak REIN edisi musim semi. Kami mengucap syukur dan bersukacita akan pimpinan Tuhan, atas waktu, dan acara-acara yang telah kami lalui. Kami merayakan bersama pergantian tahun memasuki tahun 2010. Pada kesempatan tersebut kami menilik tahun yang telah berlalu, berbagi pengalaman, dan berdoa meminta pimpinan dan pemeliharaan Tuhan di tahun yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini juga diadakan Retret Pemuridan Reformed Injili (RPRI). Retret tahun ini merupakan retret ke 13 yang diadakan di Jerman. Jumlah peserta retret kali ini berjumlah 86 peserta. Banyak peserta yang tidak berasal dari kota-kota di Jerman, melainkan juga dari negara-negara Eropa yang lain mengikuti retret kali ini. Jumlah peserta retret tahun ini merupakan rekor selama diselenggarakannya retret pemuridan. Yang juga istimewa, yaitu peserta-peserta yang hadir mewakili semua kelompok usia. Retret yang bertema “Mengenal Diri, Mengenal Zaman, dan Mengenal Tuhan“ ini dipimpin oleh Penginjil Steve Hendra dan Penginjil Yadi Lima. Kami mengucap syukur atas kesempatan kami boleh bersama-sama mempelajari Firman Tuhan secara intensif untuk saling berbagi dan untuk melayani Tuhan. Di bulan April kami mendapat kesempatan mengunjungi penjara Plötzensee dan membawakan beberapa lagu kristiani di dalam kebaktian di penjara tersebut. Setelah selesai kebaktian, kami melanjutkan dengan perbincangan. Dengan cinta kasih Allah kami saling berbagi pengalaman dengan suasana yang santai. Melalui perbincangan tersebut, kami berharap satu atau yang lain mendapat berkat. Kami berharap mereka dapat menemukan damai dan penghiburan di dalam Tuhan. Sebagaimana diinformasikan di edisi sebelumnya, akan diadakan konser pada bulan April. Meski pun telah melakukan banyak persiapan, sangat disayangkan bahwa koor Eliata batal mengadakan konser di Jerman pada bulan April tersebut. Penyebabnya tak lain adalah aktivitas gunung berapi yang terjadi di Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Seputar MRII-Berlin
42
negara Islandia, yang menyebabkan semua transportasi udara di Eropa lumpuh. Koor ini berasal dari Jakarta. Sebagian besar anggotanya adalah murid sekolah menyanyi dari Ibu Renata Lim. Meski pun tidak dapat hadir dalam acara konser ini, tidak berati bahwa acara batal diadakan, melainkan koor dari gereja kami, ynag dalam jangka waktu yang singkat mempersiapkan diri secara intensif untuk tampil sebagai koor pengganti. Akan tetapi yang terlebih istimewa adalah suksesnya penampilan perdana dari ansambel angklung dari gereja kami. Lagu “Jesu bleibet meine Freude“ dengan iringan istrument angklung sebagai contohnya, bagi para tamu undangan merupakan sebuah pengalaman tersendiri. Begitu juga pada malam tersebut kami bisa memuji dan memuliakan Tuhan bersama dengan para tamu undangan. Di bulan Juni, Koor Eliata mengadakan kunjungan ke Jerman dan tampil di hadapan tamu undangan yang lebih dari konser sebelumnya, di tempat yang sama, yaitu gereja “Ev. Heiligen-Geist-Gemeinde.“ Konser musik ke tiga diadakan pada bulan Juli yang bertempat di Französischen Dom, Gendarmenmarkt. Lebih dari 250 tamu undangan memenuhi konser kali. Pada konser tersebut, paduan suara dibawakan oleh Koor GRII Singapura. Sepanjang konser ditampilkan karya-karya kristiani dari Bach, Händel, Mendelsohn, Mozart, H.Schütz dan Hammerschmidt. Seperti semua pelayanan kami, disetiap konser selalu ada pengabaran Firman Tuhan di tengah-tengah acara oleh Pdt. Billy Kristanto, yang dibawakan dengan referensi sebuah karya musik. Kami mengucap syukur kepada Tuhan atas semua kesempatan untuk mengadakan konser seperti ini dan kesempatan boleh melayani Tuhan bersama-sama dengan saudara seiman. Pada bulan Agustus tahun ini, kami mengadakan piknik bersama di „Climb Up“ yang berlokasi di Strausberg. Disana kami menikmati waktu BBQ dan outbound bersama. Di akhir acara kami mendengarkan renungan singkat yang dibawakan oleh Penginjil Steve. Di bulan September kami melayani di acara „Martin's Day“ di kota Wittenberg. Di sana kami kembali menampilkan ansambel angklung dan koor dan melakukan penginjilan. Pada peringatan hari Reformasi di bulan Oktober, kami juga mengadakan kebaktian bersama dengan gereja Martin Luther. Pada bulan Juli, Pdt. Billy Kristanto telah menyelesaikan pendidikan doktor di bidang musik. Pada kesempatan ini, istri dan ayah beliau kembali berada di Jerman. Pada kesempatan ini juga, ayah beliau, Pdt. Rudy kembali melayani di Eropa. Kami mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat dan pimpinan-Nya atas Pdt. Billy dan atas pelayanan beliau yang melalui beliau kami boleh menerima berkat yang berlimpah dari Tuhan. Namun demikian sangat Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
43
Seputar MRII-Berlin
disayangkan bahwa beliau tidak lagi akan sering berada di Eropa. Beliau pada saat ini melayani di GRII Singapura. Akan tetapi kami yakin dan percaya bahwa semua rencana Tuhan itu baik adanya. Berita sukacita selanjutnya adalah saudara dan saudari kami di dalam Kristus, Daniel Nugraha dan Sonja Mondong telah menyelesaikan pendidikan mereka, Daniel Nugraha yang tinggal di Indonesia datang ke Jerman untuk mempertahankan desertasinya dan telah menyelesaikan pendidikan doktornya di bulan Agustus. Sementara itu Sonja Mondong telah menyelesaikan pendidikan sarjananya. Ia telah pindah ke kota Hamburg dan bekerja di sana. Kami berharap akan berkat dan pimpinan Tuhan atas masa depan Pdt. Billy, Daniel, Sonja, dan keluarga mereka. Pada tahun ini, ada dua pasangan yang memasuki ikatan pernikahan. Mereka adalah Swen dan Vera di bulan Juni dan Shanyil dan Ivonne di bulan Juli. Pada tahun ini ada dua keluarga yang dikaruniai bayi, yaitu keluarga Oehlschläger pada bulan Juni dikaruniai anak kedua, yang diberi nama Robert. Keluarga Chayadi pada bulan Oktober mendapatkan anak pertama bernama Theodor. Kami juga memohon kepada Tuhan agar Tuhan Yesus sendiri yang menjadi kepala di dalam keluarga mereka dan supaya mereka bertumbuh di dalam cinta kasih Tuhan dan menjadi saksi-Nya. Pertumbuhan juga terjadi di gereja, yaitu pada bulan Juli saudara dan saudari kami Sanga, David, Asiel dan Marliana juga resmi menjadi anggota gereja kami. Melihat kembali waktu yang telah lalu saudara seiman kami, Nikolay pada bulan Desember 2009 telah meninggalkan Jerman dan saudari seiman kami, Poppy pada bulan Febuari telah kembali ke Indonesia. Pada bulan Oktober David dan Irma juga pindah ke kota Freiburg untuk melanjutkan studi. Kami mengucap syukur atas waktu yang boleh kami lalui bersama, di mana kami boleh diberi kesempatan untuk melayani Tuhan bersama dan juga bertumbuh bersama. Kami mengharapkan pimpinan Tuhan atas mereka, untuk masa depan, dan pertumbuhan iman mereka. Begitulah beberapa acara yang telah lalu yang dapat kami laporkan. Kami mengucap syukur atas anugerah, cinta kasih, dan kesetiaan yang Allah berikan secara berlimpah kepada setiap orang di dalam Yesus, yang dengan penuh keyakinan kami alami juga. Di akhir tahun ini, beberapa pelayanan yang berkaitan dengan masa Natal telah menanti kami. Liputan tentang pelayananpelayanan tersebut dan acara-acara lainnya di waktu mendatang akan kami informasikan di edisi berikutnya. Sampai bertemu di edisi selanjutnya. Soli Deo Gloria Buletin REIN Edisi 18 - Musim Dingin 2010
Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V.
Gereja Reformed Injili Indonesia Persekutuan Doa Penginjilan Kebaktian Umum Kebaktian Anak-anak
: Minggu, 15:15 : Minggu, 16:00 : Minggu, 16:00
Penelaahan Alkitab
: Sabtu, 16:00
Bertempat di : Ev.Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastr. 50-51 U7, U-Bhf. Rathaus Neukölln 12045 Berlin
Persekutuan Wilayah : setiap Jumat ke-2 dan ke-4, 19:00 Untuk keterangan tempat lebih lanjut harap menghubungi Sekretariat.
Sekretariat MRII-Berlin : c/o Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastrasse 50 12045 Berlin Tel. (+49)30-87337853 / (+49)1791458691
http://www.grii.de/berlin email:
[email protected]
Nomor Rekening: MRII Berlin e.V. Kto.Nr. 0257576 BLZ. 100 700 24 Bankinst. Deutsche Bank