E-Health Jadi 'Jembatan' Rumah Sakit dan Posyandu Ardhi Suryadhi - detikinet Jakarta - Indonesia pada 2009 ini dikatakan sudah memulai program implementasi e-Health. Nantinya, sistem ini diklaim akan menjadi jembatan penghubung bagi rumah sakit dengan Posyandu. Demikian dikatakan Zainal A. Hasibuan, Wakil Ketua Dewan TIK Nasional (DetikNas) saat memberi sambutan di pembukaan ICT Expo 2009 yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Senin (14/12/2009). "E-Health di Indonesia sudah jalan 2009 ini, dan akan dibangun dengan mengintegrasikan rumah sakit hingga Posyandu," ujarnya. DetikNas sendiri merupakan lembaga yang dibentuk Presiden SBY untuk memajukan TIK Indonesia. Ada 7 flagship yang dimiliki DetikNas, salah satunya soal penerapan e-Health. Dilanjutkan Zainal, penerapan e-Health di Indonesia sudah berjalan dan diawali dengan sharing data dari pemegang kartu asuransi di kalangan BUMN. "Diharapkan nantinya akan lebih ke hulu lagi. Targetnya, agar tak ada lagi pasien terlantar. Di sini nilai ICT dapat berperan untuk kemajuan bangsa," pungkasnya. ( ash / faw )
Jumat, 20/02/2009 06:33 WIB Jadikan Ponsel sebagai 'Dokter' Pribadi Fransiska Ari Wahyu - detikinet Barcelona - Sebuah ponsel dapat menyelamatkan nyawa dan menyediakan layanan kesehatan ke segenap penjuru dunia. Walhasil, mengantongi ponsel di saku seolah memiliki 'dokter' pribadi. Para tenaga medis dapat memanfaatkan ponsel untuk menyampaikan informasi kesehatan ke pasien atau mengumumkan mewabahnya suatu penyakit. Seperti dikutip detikINET dari AFP, Jumat (20/2/2009), Yayasan Rockefeller, Yayasan PBB dan Yayasan Vodafone membentuk kerjasama Mobile Health (mHealth) Alliance untuk meningkatkan penggunaan teknologi mobile di dunia kesehatan. Selain itu PBB dan Vodafone juga merilis sebuah penelitian bertajuk “mHealth for Development: The Opportunity of Mobile Technology for Healthcare in the Developing World," yang mencakup 51 program di 26 negara. Salah satu implementasinya adalah di Uganda. Di negara ini, sekitar 1500 warga pelanggan jaringan Celtel diminta menjawab kuis tentang HIV/AIDS. Pelanggan yang bisa menjawab kuis akan gratis airtime dan jika jawabannya salah, akan diberitahu jawaban yang benar. Di akhir kuis, pelanggan diimbau untuk melakukan tes kesehatan atau mengikuti penyuluhan di layanan kesehatan setempat. Dilaporkan bahwa jumlah orang yang memeriksakan kesehatan di pusat kesehatan meningkat, dari 1.000 menjadi 1.400 dalam tempo enam minggu.
Peran ponsel sebagai 'dokter' juga dirasakan di wilayah Amazon, Brazil. Ponsel menyebarkan informasi tentang mewabahnya demam berdarah. Sementara itu di Meksiko, diluncurkan layanan MedicalHome, di mana orang dapat menelepon atau berkirim sms untuk bertanya seputar masalah kesehatan. Peneliti juga terus berusaha mengembangkan peranan ponsel di dunia kesehatan. Misalnya, mengukur tingkat gula darah pada penderita diabetes dengan suatu alat yang terhubung ke ponsel, kemudian data tersebut dikirim ke dokter. Aplikasi lain misalnya digunakan untuk memantau kesehatan jantung atau penyakit Alzheimer. ( faw / faw ) Senin, 12/05/2008 16:14 WIB Racik Obat dengan Printer? Kenapa Tidak! Ardhi Suryadhi - detikinet Jakarta - Hampir semua orang tahu printer adalah perangkat untuk mencetak dokumen komputer. Namun suatu saat nanti, printer bakal bisa dipakai sebagai sarana untuk meracik obat-obatan sederhana. Setidaknya, itulah yang dikatakan Craig Mundie, Strategy Officer Microsoft dalam kunjungannya di Jakarta belum lama ini. Lalu, bagaimana cara kerjanya? Seperti diketahui, printer punya sistem cartridge untuk menampung cairan tinta. Menurut Craig, tak menutup kemungkinan suatu saat, bahan-bahan obat bisa diracik via cartridge printer ini. Hanya saja, tak dijelaskan lebih detail bagaimana konsep itu bekerja. Craig mengatakan, perangkat printer yang disebutnya sebagai 'apotek dalam boks' ini hanyalah salah satu perangkat masa depan di mana teknologi informasi dipakai untuk merawat kesehatan. Contoh lainnya, dalam demonya di ajang Government leaders Forum itu Craig memaparkan tentang ponsel yang dibekali teknologi untuk menganalisis pernafasan manusia. Gunanya misalnya untuk mendeteksi kandungan alkohol di tubuh pengemudi mobil secara praktis.
Bahkan bukan hanya itu, teknologi ponsel ini mungkin bisa dipakai untuk mendeteksi potensi penyakit lainnya. Lalu, ponsel itu bisa dibawa ke klinik kesehatan dan hasil diagnosanya kemudian bisa diproses via komputer. Dalam sekejap, print out resep obatnya pun bisa dicetak. Memang, rupa-rupa teknologi semacam itu saat ini belum tersedia secara umum. Namun Mundie menyatakan, perkembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas kesehatan amat pesat sehingga barangkali, tak butuh waktu lama untuk mewujudkannya. Bagaimana pendapat Anda? Diskusikan di detikINET Forum! ( ash / fyk )
Selasa, 01/12/2009 16:05 WIB Rekam Medis Online Masih Sebatas Cita-cita
Vera Farah Bararah - detikinet Jakarta - Data rekam medis pasien di Indonesia masih dalam bentuk kertas dan terpisah-pisah di rumah sakit mana pasien berobat. Sistem rekam medis online yang dicita-citakan bisa mempermudah pelayanan kesehatan ternyata masih memiliki banyak hambatan. Rekam medis online ini baru diujicobakan di Puskesmas Pasundan dan Puskesmas Banjar di Bandung. Ternyata didapatkan koneksi yang bagus dan kedua puskesmas ini bisa saling berbagi informasi mengenai kondisi kesehatan dari pasien yang berobat di kedua puskesmas tersebut. Uji coba 2 puskesmas itu baru tahap awal karena di Indonesia saja ada sekitar 8.000 lebih puskesmas sehingga masih jauh dari cita-cita integrasi e-Health di Indonesia. Belum lagi melangkah ke rumah sakit yang jumlahnya juga mencapai ribuan. Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bekerja sama dengan peneliti dari Australia National University (ANU) berhasil menciptakan sistem rekam medis online yang sharable dan longitudinal berbasis openEHR (Electronic Health Record). Sistem ini mampu menyimpan riwayat kesehatan seseorang sejak orang tersebut lahir, sehingga diharapkan bisa mengurangi kesalahan medis (medical error). "Dengan adanya elektronik ini seseorang bisa memiliki riwayat kesehatan yang lengkap sehingga datanya lebih akurat. Riwayat kesehatan yang bisa dikirim berupa teks, sinyal EEG atau sinyal lainnya dan bisa juga berupa gambar seperti rontgen," ujar Prof Tati Rajab Mengko dari ITB, dalam acara jumpa pers "Rekam Medis yang Sharable dan Longitudinal untuk mendukung E-Health di Indonesia" di Warung Daun, Cikini, Selasa (1/12/2009). Prof Tati menambahkan rekam medis itu sendiri menyangkut kondisi pasien, hasil laboratorium serta riwayat penyakit pasien itu sendiri. Penelitian mengenai rekam medis elektronik ini telah berjalan selama 3 tahun sejak tahun 2006. Mantan Ketua IDI Fachmi Idris juga memberikan apresiasi tinggi atas hasil penelitian ini yang berhasil menciptakan sistem untuk membuat rekam medis secara online. Tapi hasil ini belum bisa diterapkan karena masih memiliki beberapa hambatan seperti sistem pelayanan kesehatan yang masih belum bagus. "Sistem pelayanan kesehatan disini harus diperbaiki dulu baru teknologi ini bisa diterapkan, karena kalau belum diperbaiki teknologi ini tidak akan terlalu berguna," ujar Fachmi. Lebih lanjut Fachmi menambahkan, prinsip dari sharable ini harus memenuhi tiga hal yaitu privacy (privasi), security (jaminan keamanan) dan confidentiality (kerahasiaan) serta tetap tidak melanggar hak-hak dari pasien itu sendiri. Karena pasien memiliki hak untuk mendapatkan semua informasi kesehatan mengenai dirinya dengan pengecualian informasi ini dapat ditahan oleh dokter jika informasi tersebut bisa berdampak buruk pada kesehatan pasien. Informasi kesehatan bisa dipublikasikan jika pasien menyetujui dan pasien juga memiliki hak untuk tidak memberikan informasi kesehatan kepada siapapun. "Kalau prinsip longitudinal itu penting agar riwayat kesehatan orang tersebut dari lahir hingga kini masih tersimpan dengan baik sedangkan untuk prinsip sharable sebaiknya harus memiliki sistem rujukan yang baik dan tentukan batas-batas dari share data itu sendiri," tambahnya.
Jika rekam medis online ini akan diterapkan maka dibutuhkan undang-undang dan regulasi khusus dengan tetap menjaga etika serta prinsip normatif dan konservatif profesi kedokteran. Namun, jika bisa berhasil diterapkan di Indonesia diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Rabu, 03/03/2010 16:33 WIB Ribuan Info Obat Murah Bisa Diakses via SMS Achmad Rouzni Noor II - detikinet Jakarta - Dalam rangka menyediakan informasi kesehatan bagi masyarakat, salah satu operator seluler di Indonesia coba menyediakan ribuan informasi mengenai jenis obat beserta harganya yang terjangkau, hanya dengan cara akses lewat SMS. Informasi ini disediakan Telkomsel yang bekerja sama dengan Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI) saat meluncurkan layanan informasi farmasi. Melalui layanan yang diberi nama Telkomsel Pharmacy Center ini, pelanggan dapat memperoleh informasi mengenai beragam jenis obat dengan harga terjangkau hanya dengan pesan pendek alias SMS. Layanan ini menyediakan informasi lebih dari 11.000 jenis obat. Sehingga, pelanggan bisa memperkirakan harga obat sekaligus mendapatkan informasi alternatif jenis obat yang sama dengan perkiraan harga yang berbeda. "Kesehatan merupakan kebutuhan utama manusia yang tak ternilai harganya," kata VP Digital Music & Content Management Telkomsel Krishnawan Pribadi, di kantor pusat Telkomsel, Wisma Mulia, Jakarta, Rabu (3/3/2010). Tentunya kebutuhan akan informasi kesehatan juga seharusnya menjadi bagian dari gaya hidup sehat sehari-hari masyarakat, lanjut dia. "Untuk memperoleh informasi jenis dan harga obat, pelanggan cukup kirim SMS dengan cara mengetik, misalnya, OBAT [spasi] Vomitrol, lalu kirim ke 9333. Pelanggan akan menerima SMS balasan berisi nama obat, dosis penggunaan, jenis kemasan, dan harga obat. Untuk setiap SMS yang dikirim, pelanggan dikenakan biaya Rp 500," papar Krish. Ia menambahkan, kehadiran layanan Telkomsel Pharmacy Center ini diharapkan dapat memudahkan pelanggan dalam memperoleh informasi mengenai obat. Sehingga pelanggan, lanjut dia, tidak perlu lagi mendatangi apotek atau bertanya kepada dokter, karena semua informasi sudah tersedia di ponselnya. Menurut Ketua Umum LAFAI Yaslis Ilyas, masyarakat selama ini kurang memperoleh informasi yang jelas mengenai harga obat yang beredar di pasaran. Harga obat menjadi mahal karena konsumen selalu berada pada posisi yang lemah dibandingkan rumah sakit, apotek, perusahaan farmasi, atau dokter. "Dengan layanan infromasi farmasi ini sekarang masyarakat bisa mengetahui harga obat yang wajar sehingga diharapkan dapat menekan biaya kesehatan yang cukup signifikan," tukasnya.
Telkomsel sendiri mengaku tak memikirkan aspek komersial dalam menggelar layanan ini. "Kami dalam hal ini lebih mengutamakan aspek edukasi dan informasi alternatif bagi masyarakat, apalagi ini menyangkut masalah kesehatan. Yang paling penting bagi kami adalah layanan inovatif ini relevan dengan kebutuhan masyarakat," jelas Krish pada detikINET. ( rou / faw )