KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
DRAFT AJUAN PERBAIKAN SISTEM PEMBINAAN MAHASISWA AFIRMASI DI ITB
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS KABINET KM ITB 2014/2015
1
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
Hasil studi dan fakta lapangan mahasiswa Afirmasi Papua 2012 dan mahasiswa Afirmasi Kalbar 2013 ITB memiliki peraturan akademik yang mengikat mahasiswanya. Salah satu aturan pada peraturan akademik ITB membahas tentang status kelulusan. Pada bagian ini, pembahasan akan dikerucutkan pada aturan kelulusan tahun pertama atau disebut Tahap Persiapan Bersama (TPB). Aturan ini tercantum pada Buku Peraturan Akademik ITB dan terangkum dalam materi IPK SSDK yang disediakan oleh Lembaga Tahap Persiapan Bersama ITB dan telah disosialisasikan kepada mahasiswa TPB. Berikut intisari persyaratan kelulusan TPB pada referensi, a. Seorang mahasiswa dinyatakan lulus TPB bila memiliki IP ≥ 2,00 tanpa nilai E dan T dengan batas waktu 2 semester (semester I & II); b. Mahasiswa TPB yang belum lulus TPB setelah 2 semester dengan IP ≥ 1,00 diberi kesempatan memperpanjang waktu studi TPB maksimum 2 semester lagi; c. Mahasiswa TPB, yang setelah dua semester dan semester pendek di TPB mempunyai IP < 1,00 diharap mengajukan surat pengunduran d. Mahasiswa TPB, yang setelah diberi kesempatan memperpanjang waktu studi TPB maksimum 2 semester mempunyai IP < 2,00 diharap mengajukan surat pengunduran. Aturan-‐aturan ini mengikat semua mahasiswa tidak terkecuali mahasiswa afirmasi. Setelah program afirmasi berjalan sejak tahun 2012, implikasi dari berlakunya aturan ini telah terlihat baik untuk mahasiswa afirmasi Papua maupun mahasiswa afirmasi Kalbar. Berikut catatan-‐ catatan yang Kabinet KM-‐ITB kumpulkan dari waktu ke waktu untuk masalah afirmasi ini. Afirmasi Papua 2012 Pada tahun 2012, ITB menerima 15 mahasiswa Papua jalur Afirmasi. Setelah 2 semester berjalan ditambah tambahan semester pendek untuk memperbaiki nilai, 14 dari 15 mahasiswa dinyatakan harus mengundurkan diri karena IPK mereka di bawah 1,00. Pada saat itu, beruntung UPI masih bersedia menerima 6 diantaranya sebagai mahasiswa Afirmasi pindahan. 1 mahasiswa memiliki kesempatan untuk lolos TPB karena IPK dia saat itu mencapai 1,00 lebih sedikit. Namun pada akhirnya mahasiswa tersebut menyatakan tidak sanggup lagi untuk melanjutkan studi di ITB dan memilih untuk pindah kampus. Sayangnya sampai saat ini, November 2014, mahasiswa tersebut masih kesulitan mendapatkan Universitas. Menurut para pendamping belajar afirmasi dari kabinet KM-‐ITB 2013-‐2014, mereka memiliki semangat belajar yang rendah. Ditambah lagi kecenderungan mereka untuk tidak terbuka membuat pendekatan personal lebih sulit dilakukan. Para pendamping juga
2 SELARAS PERGERAKAN SATU INDONESIA
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
menceritakan jika ada beberapa anak yang masih belum mampu memecahkan soal matematika pecahan untuk anak SD. Ini menunjukan perbedaan yang sangat tajam tentang kualitas pendidikan di daerah mahasiswa tersebut dengan di ITB. Afirmasi Kalimantan Barat 2013 Pada tahun 2013, ITB kembali menerima 15 mahasiswa melalui jalur Afirmasi. Kali ini giliran putra-‐putri daerah dari Kalimantan Barat yang memiliki kesempatan mengenyam pendidikan di ITB. Para mahasiswa afirmasi Kalimantan Barat lebih terbuka dalam mengemukakan pendapat dan memiliki ketangkasan sosial lebih baik dibanding mahasiswa afirmasi Papua. Mereka pada umumnya memiliki semangat juang yang cukup baik. Tabel 1. Asal SMA dari mahasiswa afirmasi dan akreditasi serta jarak ke Pontianak Asal SMA SMA Maniamas Ngabang SMA N 1 Ngabang MAN 1 Sekadau Hilir SMA N 1 Seponti SMA N 1 Menjalin SMA N 1 Jagoi Babang SMA KaryaBudi Putussibau SMK N 1 Sintang SMA N 2 Sekayam SMA N 1 Manis Mata
Jumlah Mahasiswa 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
Akreditasi Jarak ke Pontianak (km) B 179 A 0 237 B 666 93.3 C 244 570 A 306 209 A 805
3
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
Gambar 1. Peta persebaran asal SMA mahasiswa afirmasi Setelah 2 semester berjalan ditambah semester pendek untuk memperbaiki nilai, 4 dari 15 mahasiswa afirmasi Kalbar harus mengundurkan diri dikarenakan IPK mereka di bawah 1,00. Sayangnya, di periode ini tidak ada Universitas mitra Afirmasi yang bersedia menerima pindahan dari mahasiswa afirmasi ITB. Sebelas mahasiswa lainnya belum ada yang memiliki IPK di atas 2.00 , artinya mereka semua masih belum lolos TPB dan terancam harus mengundurkan diri pada akhir tahun ajaran 2014/2015. Berikut IPK mahasiswa Kalimantan Barat yang belum mengundurkan diri setelah menjalani 3 semester di ITB Tabel 2. Daftar IPK terakhir sebelas mahasiswa afirmasi Kalimantan Barat No.
IPK Nama
Terakhir
1.
A
1,2
2.
B
1,8
3.
C
1,96
4.
D
1,75
5.
E
1,18
6.
F
1,36
7.
G
1,68
8.
H
1,33
9.
I
1,12
10.
J
1,14
11.
K
1,06
Hanya 3 anak yang memiliki IPK di atas 1,5. Meskipun secara umum hasil mahasiswa Afirmasi Kalbar lebih baik dibanding mahasiswa afirmasi Papua, namun tetap saja mereka masih kesulitan untuk memenuhi aturan yang diberlakukan oleh ITB. Kabinet KM-‐ITB melalui Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa telah menyediakan sarana belajar untuk mereka berupa tutorial yang mencapai 3 kali seminggu. Selain itu, LTPB juga telah memberikan tambahan tutorial kepada mahasiswa afirmasi tersebut dengan frekuensi yang sama. Namun diperlukan pendekatan lain untuk mensukseskan program Afirmasi ini. Para mahasiswa Afirmasi Kalbar menyatakan ada perbedaan mencolok tentang lingkungan belajar di Kalimantan dan di Bandung, di ITB khususnya. Ini bukan tentang intelegensi, tapi lebih ke bekal prakuliah. Mereka menyatakan bahwa pengajaran di daerahnya memiliki tingkatan yang lebih rendah dibanding di kota, sehingga mereka sedikit banyak
4
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
kebingungan dengan materi yang diajarkan. Jika mereka difasilitasi program matrikulasi sebelum kuliah, mereka berkata mereka akan jauh lebih siap untuk mensukseskan program afirmasi ini. Afirmasi 2014 Berbeda dengan tahun-‐tahun sebelumnya yang hanya menerima mahasiswa afirmasi dari satu daerah saja, Kali ini ITB menerima 10 mahasiswa afirmasi dari berbagai daerah. Daerah-‐daerah tersebut adalah Aceh, Jabar bagian terpencil, Kalimantan, dan Papua. Sampai saat ini belum ada evaluasi untuk mahasiswa Afirmasi 2014 dikarenakan periode semester pertama mereka belum selesai dan tidak ada nilai untuk dievaluasi. Ke depannya, Kabinet KM-‐ ITB akan melakukan evaluasi serupa. KAJIAN PSIKOLOGIS MAHASISWA AFIRMASI Ilmu biologi perilaku menjelaskan tentang beberapa hal diantaranya mengenai kecenderungan nature makhluk hidup hewan dan manusia umumnya berperilaku. Manusia dan hewan memiliki kecenderungan untuk berperilaku (‘behavioural predisposition’) yang merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor seperti yang dijelaskan pada ilustrasi di bawah ini:
GB
= kontribusi dari genotip
EB
= kontribusi dari lingkungan
D / IB = kontribusi interaksi antara genotip dan lingkungan
A
= kapasitas perilaku sesuai dengan anatomi
P
= kapasitas mekanisma faal
Gambar 2. secara ilmiah menjelaskan bahwa kecenderungan perilaku makhluk hidup
yakni hewan dan manusia ‘post natal’ (pasca lahir) sebagian besar dipengaruhi lingkungan. Lingkungan menjadi faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan gen dalam membentuk perilaku.
5
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
Gambar 2. Kontribusi genotip dan lingkungan terhadap perilaku (Goodenough et al, 2000) Hal ini menjadi alasan yang kuat mengenai kualitas anak afirmasi berbeda cukup signifikan dengan anak yang bersekolah di daerah dengan sistem pendidikan yang telah maju. Jauhnya akses ke internet, pustaka yang terbatas, pendidikan perilaku dan persaingan yang kecil, menjadikan mereka banyak mengalami ‘culture shock’ dalam menghadapi kehidupan kampus ITB. Sudah sewajarnya untuk menyukseskan program afirmasi ITB harus memberikan ‘treatment’ dan pensuasanaan yang berbeda dengan teman-‐temannya yang lain. Solusi lain untuk membina dengan baik afirmasi yang berasal dari daerah yang cukup jauh tertinggal perkembangannya dibandingkan pulau Jawa, maka perlu adanya waktu tambahan yang diberikan agar anak afirmasi dapat beradaptasi dengan baik. Tinjauan Undang-‐Undang dan Peraturan Pemerintah Terkait Afirmasi 1. UNDANG-‐UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI Pasal 74 ayat 1 PTN wajib mencari dan menjaring calon Mahasiswa yang memiliki potensi akademik tinggi, tetapi kurang mampu secara ekonomi dan calon Mahasiswa dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal untuk diterima paling sedikit 20% (dua puluh Persen) dari seluruh Mahasiswa baru yang diterima dan tersebar pada semua program studi.
6
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
2. PERATURAN PEMERINTAH NO 46 TAHUN 2014 Definisi: Pendidikan layanan khusus pada pendidikan tinggi adalah pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di perguruan tinggi bagi mahasiswa yang berasal dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, serta mahasiswa yang mengalami bencana alam atau bencana social, dan mahasiswa yang tidak mampu dari segi ekonomi. Sasaran: Calon mahasiswa dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal Kejaran: Pendidikan dan pembelajaran Kewajiban Perguruan Tinggi: a. Menyediakan kuota dan atau prioritas bantuan pendidikan (beasiswa) bagi mahasiswa yang berasal dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal b. Pendidikan dan atau pembelajaran khusus yang diberikan oleh Perguruan Tinggi tempat program afirmasi ini dilakukan dapat berupa: -‐ Penyediaan layanan pendampingan -‐ Penyediaan asrama untuk tahun pertama -‐ Cara lain yang efektif dapat dilaksanakan oleh masing-‐masing perguruan tinggi Kewajiban Pemerintah Kementerian terkait wajib memberikan penguatan (afirmasi) dan bagi Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan khusus. Penguatan dana ini ditujukan untuk perluasan dan peningkatan mutu pelaksanaan penddidikan khusus. 3. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 40.DIKTI/Kep/2013 •
Bahwa Perguruan Tinggi Negeri pelaksana program Afirmasi Pendidikan Tinggi bertanggung jawab dan wajib menyampaikan laporan kemajuan prestasi akademik mahasiswa penerima Bantuan Afirmasi Pendidikan Tinggi setiap semester kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kedbudayaan melalui Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Program Afirmasi yang dicanangkan oleh pemerintah pada dasarnya bertujuan untuk
perluasan dan peningkatan mutu pelaksanaan pendidikan khusus. Institut Teknologi Bandung merupakan salah satu institusi pendidikan yang juga dipercaya memegang peranan dalam menyukseskan Program Afirmasi ini. ITB memiliki kewajiban untuk melakukan penyaringan
7
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
terhadap mahasiwa kurang mampu serta mahasiswa yang berasal dari daerah terdepan, terluar, dan tertinggal sebanyak 20% dari total mahasiswa yang diterima.
Jumlah mahasiswa program afirmasi di ITB dari tahun 2012, 2013, dan 2014 adalah
sebanyak 43 orang. Jumlah ini telah memenuhi kuota yang ditetapkan oleh dikti untuk dipenuhi oleh ITB setiap tahunnya. Namun sayangnya keberjalanan program afirmasi di ITB masih memiliki banyak kekurangan. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa mahasiswa afirmasi angkatan pertama terpaksa harus di drop out dan sebagian dipindahkan ke universitas lain akibat Indeks Prestasi yang sangat kecil sehingga mereka dinyatakan tidak lulus Tahap Persiapan Bersama (TPB).
ITB sebagai lembaga pendidikan yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan program
afirmasi di institusinya sudah seharusnya dapat menjamin pembentukan dan pelaksanaan sistem yang baik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 disebutkan bahwa perguruan tinggi diwajibkan untuk memberikan pendidikan dan pembelajaran kepada mahasiswa pendidikan khusus (afirmasi) berupa penyediaan layanan pendampingan, penyediaan asrama untuk tahun pertama, serta cara lain yang efektif dapat dilaksanakan oleh masing-‐masing perguruan tinggi. Dari tiga hal ini, baru satu yang telah berjalan dengan baik yaitu penyediaan asrama untuk tahun pertama. Sebaliknya, dua hal lainnya dirasa kurang berjalan. Program penyediaan layanan pendampingan nampaknya belum dilakukan oleh ITB secara efektif. Program pendampingan yang ada selama ini dilakukan oleh Kabinet KM-‐ITB dibawah Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa. Pendampingan yang dilakukan masih berupa tutorial mata kuliah Kalkulus, Fisika, dan Kimia dari kakak tingkat pada program studi terkait. Namun memang disamping kepentingan tutorial, pendampingan yang dilakukan oleh kakak tingkat ini juga difungsikan sebagai pendamping di kehidupan social.
Permasalahan terkait sistem afirmasi ternyata bukan hanya terletak pada masalah
pendampingan. ITB masih belum memiliki penanggungjawab terkait kasus afirmasi. Hal ini baru terlihat berdasarkan laporan dari mahasiswa afirmasi yang tidak tahu harus menghubungi siapa di ITB untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Ketidakjelasan penanggungjawab ini mempersulit birokrasi dalam penyelesaian kasus akademik dari mahasiswa afirmasi. Bukan berarti mahasiswa afirmasi harus dikhususkan dibandingkan mahasiswa lainnya. Namun, mengingat mahasiswa afirmasi berasal dari latar belakang pendidikan serta budaya yang berbeda dengan yang ada di ITB, maka sangat penting untuk dibentuk suatu badan yang akan mengawasi dan memastikan perkembangan sosial dan akademik dari mahasiswa afirmasi tersebut. Akan lebih baik jika program afirmasi ini berada
8
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
di satu direktorat tersendiri mengingat mahasiswa afirmasi harus mendapatkan perhatian lebih. Tiga tahun menjalankan program afirmasi, seharusnya memberikan ITB banyak pelajaran. Mahasiswa afirmasi asal Papua yang merupakan angkatan afirmasi pertama di ITB tercatat sudah tidak ada lagi yang bertahan. Mereka terpaksa mengundurkan diri karena indeks prestasi yang tidak cukup untuk dinyatakan lulus dari Tahap Persiapan Bersama (TPB). Begitu juga dengan mahasiswa angkatan 2013 yang merupakan angkatan kedua afirmasi. Hingga saat ini, 11 dari mereka masih belum bisa memenuhi peraturan akademik ITB. Evaluasi terhadap 13 mahasiswa angkatan ketiga belum bisa dilakukan mengingat proses satu semester ini belum selesai. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk tidak belajar apapun. Jika melihat kembali kepada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014, pemerintah memang tidak menetapkan jumlah mahasiswa yang harus diterima oleh ITB melalui jalur afirmasi. Untuk itu ITB seharusnya lebih bijak dalam menentukan jumlah mahasiswa afirmasi yang akan diterima disesuaikan dengan kemampuan ITB dalam memanajemen sistem afirmasi. Sehingga pada akhirnya, jumlah mahasiswa yang terpaksa harus mengundurkan diri dapat diminimalisasi sebisa mungkin. ITB bisa dikatakan tertinggal dibandingkan dua perguruan tinggi lain, yaitu IPB dan UPI terkait penanganan permasalahan sistem afirmasi. Pendampingan akademik di dua perguruan tinggi ini telah dilakukan oleh dosen yang memang mumpuni di bidangnya. Selain itu juga diberikan pendampingan oleh kakak tingkat mereka untuk mengenalkan bagaimana budaya yang ada disana sehingga tidak terjadi shock culture bagi mahasiswa yang harus segera beradaptasi dengan lingkungan yang jelas jauh berbeda dari lingkungan tempat tinggal mereka. Bukan hanya mengenai pendampingan, masalah sistem pengelolaan afirmasi pun ITB jauh tertinggal dibandingkan kedua universitas tersebut. Di UPI misalnya. Program afirmasi telah dipegang oleh suatu badan tersendiri yag fungsinya mengatur bagaimana metode untuk meningkatkan kualitas akademik dari mahasiswa afirmasi itu sendiri. Pembekalan pun dilakukan sebelum mahasiswa ini memasuki masa perkuliahan yang mengharuskan mereka untuk bisa bersaing dan mengikuti ritme perkuliahan setiap harinya. Memang tidak ada peraturan dari pemerintah yang mengharuskan suatu perguruan tinggi dimana program afirmasi itu dilakukan untuk membentuk suatu badan khusus, namun dengan terbentuknya sistem yang baik dan lebih terstruktur akan memudahkan dalam memantau kemajuan akademik dari mahasiswa afirmasi tersebut. Mahasiswa afirmasi memang merupakan pelajar terbaik yang dikirimkan oleh sekolah dan daerah asal mereka. Namun, yang harus diingat adalah pendidikan yang mereka terima disana tidaklah sama dengan pendidikan di tanah jawa (yang selalu dianggap maju). Shocking
9
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
culture menjadi sangat mungkin untuk terjadi bagi mahasiswa afirmasi akibat perbedaan budaya dan ritme akademik yang sangat tinggi. Untuk itu, mahasiswa afirmasi sudah sebaiknya mendapatkan perhatian lebih terkait bagaimana perkembangan kehidupan akademik dan sosialnya. Hal ini bukan berarti mengistimewakan mereka, tetapi menghargai pencapaian mereka yang dengan susah payah mengejar mimpi hingga ke Institut Teknologi Bandung. Akan sangat sayang jika mereka gagal karena system yang belum berjalan dengan baik. Ini sangat memperihatinkan mengingat mahasiswa afirmasi ini memiliki tujuan yang sangat mulia terkait dengan pembangunan daerah nya masing-‐masing, sehingga ketika afirmasi ini gagal, tujuan yang diniatkan dari awal tidak akan tercapai secara seutuhnya. Untuk itu kami, Kabinet Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung melalui Kementerian Advokasi dan Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa memberikan beberapa usulan untuk ditindaklanjuti terkait persoalan program afirmasi ini, yaitu 1. Pembentukan suatu badan yang bertugas sebagai penanggungjawab yang akan mengurus mahasiswa afirmasi yang masih ada 2. Pembentukan sistem pendampingan akademik yang langsung dipegang oleh dosen pengampu mata kuliah, khususnya untuk Kalkulus, Fisika, dan Kimia agar setidaknya ada jaminan keberterimaan materi perkuliahan. 3. Pembentukan sistem pendampingan social yang dilakukan oleh kakak tingkat guna memperkenalkan bagaimana budaya di lingkungan sekitar untuk menghindari terjadinya shocking culture, setidaknya untuk Tahap Persiapan Bersama (TPB). 4. Peninjauan ulang jumlah kuota penerimaan mahasiswa afirmasi baru dengan menyesuaikan kemampuan manajerial ITB terhadap sistem afirmasi 5. Melakukan Tahap Persiapan Afirmasi dikarenakan mahasiswa afirmasi ini memiliki standar yang beda ketika masuk, maka dipersiapkan agar memenuhi standar sebelum kuliah formal di ITB dengan usulan Tahap Persiapan ini selama satu tahun (melihat kondisi ril mahasiswa afirmasi 2 tahun terakhir) 6. Melakukan evaluasi terhadap kemajuan perkembangan akademik mahasiswa afirmasi. Ketika program atau pembenahan tidak dilakukan diharapkan ITB tidak menerima mahasiswa afirmasi dikarenakan akan merugikan mahasiswa afirmasi yang mengikuti program ini. Demikian penjelasan dari kami, diharapkan dapat dibaca dan mengerti situasi dari kondisi afirmasi yang terjadi saat ini, mengingat sangat pentingnya dan dibutuhkannya tanggungjawab lebih terhadap mahasiswa afirmasi ini. Terimakasih atas perhatiannya, mohon maaf bila ada kesalahan baik dari segi konten penyampaian dan teknis penyampaian.
10
KEMENTRIAN ADVOKASI DAN KESEJAHTERAAN MAHASISWA
KEMENKOAN DINAMISASI KAMPUS
KABINET KM ITB 2014/2015
DAFTAR PUSTAKA Goodenough, Judith., Betty McGuirre., Robert A. Wallace. 2000. Perspective on Animal Behaviour. New York: John Wiley & Sons Inc. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 40.DIKTI/Kep/2013. Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2014. Undang-‐Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi Pasal 74 Ayat 1. Web : http://maps.google.com http://maniamas.org http://referensi.data.Kemendikbud.go.id
11