Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY
BAB
7
AQIDAH
STANDAR KOMPETENSI 11: Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah.
KOMPETENSI DASAR: 11.1. Menjelaskan pengertian beriman kepada Rasul Allah. 11.2. Menyebutkan nama dan sifat-sifat Rasul Allah. 11.3. Mempraktikkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II. AQIDAH ISLAM
29
A. Iman kepada Rasul-rasul Allah Perlu diperhatikan: Iman kepada rasul-rasul Allah, seperti halnya iman kepada kitab-kitab Allah, merupakan konsekuensi logis atau akibat langsung dari iman kepada Allah. Keberadaan Rasul-rasul Allah ini juga terkait dengan keberadaan kitab-kitabNya. Para rasul Allah inilah yang mendapatkan amanat menerima wahyu atau pesan-pesan Allah yang terkumpul ke dalam kitab, yang kemudian di sampaikan kepada umat manusia umumnya. Rasul Allah adalah utusan Allah yang mengemban tugas sangat berat dari Allah untuk menyampaikan pesanpesan Allah kepada umat manusia. Rasul Allah ini juga disebut nabi yang berarti pembawa berita dari Allah untuk manusia. Nabi dan rasul adalah manusia istimewa yang dipilih oleh Allah untuk tugas-tugas mulia yang tidak diberikan kepada sembarang manusia. Karena itulah Allah selalu membimbing nabi dan rasul-Nya ini agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-naiknya. Nabi dan rasul ini juga memiliki sifat-sifat yang istimewa yang mengiringi tugas mereka yang amat berat.
Untuk mendalami materi tentang iman kepada Rasul-rasul Allah, berikut akan diuraikan pengertian iman kepada Rasul Allah, kedudukan dan fungsi rasul Allah, sifat-sifat nabi dan rasul Allah, para rasul Allah yang bergelar Ulul Azmi, Muhammad Saw. sebagai rasul terakhir, dan kakna fungsional dari beriman kepada rasul Allah 1. Pengertian iman kepada rasul Allah Untuk mengawali uraian tentang iman kepada rasul Allah ini, terlebih dahulu dijelaskan pengertian nabi dan rasul. Kata nabi berasal dari kata naba’a, artinya pemberitahuan yang besar faedahnya, yang menyebabkan orang mengetahui sesuatu. Huruf hamzah dalam kata naba’a yang kemudian menjadi kata nabi dibuang. Nabi, dengan demikian berarti duta atau utusan Allah atau orang yang memberi informasi tentang Allah. Nabi juga disebut rasul, yang artinya utusan. Kata nabi dan rasul sering dipakai secara bergantian dalam al-Quran. Orangnya sama, tetapi kadang-kadang disebut nabi, kadang-kadang disebut rasul, bahkan sekali-kali disebut nabi dan rasul sekaligus. Adapun sebabnya adalah, karena seorang nabi mempunyai dua kesanggupan, yaitu menerima pemberitahuan dari Allah, dan menyampaikan risalah itu kepada manusia. Kesanggupan yang pertama disebut nabi, dan kesanggupan yang kedua disebut rasul. Namun demikian kata rasul mempunyai cakupan yang lebih luas, karena para malaikat pun disebut rasul.
BAB II. AQIDAH ISLAM
30
Carikan gambar yang sesuai dengan iman kepada rasul Allah bisa gambar salah satu Nabi (seperti Adam atau yang lain) atau gambar yang lain
Sebagian ulama ada yang berpendapat, bahwa nabi dan rasul adalah orang yang menerima wahyu dari Allah. Jika orang itu diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan wahyu itu kepada umatnya, maka ia dinamakan nabi dan rasul. Tetapi, jika orang itu tidak diberi tugas untuk menyampaikan wahyu itu kepada umatnya, maka ia dinamakan nabi. Setelah mengetahui arti nabi dan rasul, maka dapatlah diketahui bahwa iman kepada nabi atau rasul Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah mengutus sebagian dari manusia sebagai nabi dan rasul yang diberi tugas untuk menyampaikan pesan-pesan Allah kepada umat manusia. Pesan-pesan Allah ini disampaikan melalui wahyu yang terkumpul dalam kitab dan shuhuf. 2. Kedudukan dan fungsi rasul Allah Seperti telah dijelaskan sebelumnya, iman kepada kitab-kitab Allah adalah bagian dari rukun iman. Karena wahyu Allah itu akan menjadi pedoman bagi kehidupan manusia, maka wajarlah apabila untuk keperluan tersebut ditunjuk orang yang akan menjadi perantara sampainya pedoman tersebut. Dengan demikian mengimani para rasul merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mengimani kitab Allah. Allah berfirman:
ِ ِ اﻻ ِﺧ ِﺮ واﻟْﻤ َﻼۤﺋِ َﻜ ِﺔ واﻟ ِ ِ ِ ِ َْﻜﺘ ِ ِ (١٧٧ :ﻴﻦ )اﻟﺒﻘﺮة َ ﺒﻴﺎب َواﻟﻨ َ َ َ ٰ ْ ﻪ َواﻟْﻴَـ ْﻮمﺮ َﻣ ْﻦ َء َاﻣ َﻦ ﺑﺎﻟﻠ ﻦ اﻟْﺒ َوﻟَﻜ Artinya: “Tetapi kebaikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan para nabi” (QS. al-Baqarah (2): 177). Kerasulan atau kenabian adalah pemberian dari Allah kepada seorang hamba-Nya yang dikehendaki dengan tidak didahului oleh suatu usaha tertentu. Kerasulan seseorang tidak diperoleh melalui suatu usaha dari yang bersangkutan. Kerasulan sesorang semata-mata merupakan pemberian Allah. Allah memberikan titel kerasulan ini kepada siapa yang dikehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
ِ َ ال إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ وء ِ (٣٣ :ﻴﻦ )آل ﻋﻤﺮان َ َاﺻﻄََﻔﻰ ء ْ َﻪن اﻟﻠ ِإ ً ُاد َم َوﻧ َ ال ﻋ ْﻤ َﺮا َن َﻋﻠَﻰ اﻟ َْﻌﺎﻟَﻤ َ َ َ َ ْ َ ﻮﺣﺎ َو َء Artinya: “Sesungguhnya Allah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga ‘Imran atas seluruh alam” (QS. Ali ‘Imran (3): 33). Diutusnya para rasul kepada umat manusia dengan membawa serangkaian pedoman dan petunjuk kehidupan adalah bukti dari kasih sayang Allah. Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang menginginkan agar manusia hidup dengan baik dalam kehidupan dunianya, yang pada akhirnya juga baik dalam kehidupan
BAB II. AQIDAH ISLAM
31
akhiratnya. Dinyatakan dalam al-Quran bahwa tidak ada suatu umat pun di dunia ini yang tidak diutus kepada mereka seorang Nabi. Firman Allah:
(٢٤ :ﻻ َﺧ َﻼ ﻓِ َﻴﻬﺎ ﻧَ ِﺬ ٌﻳﺮ )ﻓﺎﻃﺮِﻣ ٍﺔ إ ُﻖ ﺑَ ِﺸ ًﻴﺮا َوﻧَ ِﺬ ًﻳﺮا َوإِ ْن ِﻣ ْﻦ أ ْﺤ َ َﺎۤ أ َْر َﺳﻠْﻨإِﻧ َ ﺎك ﺑِﺎﻟ
Artinya: “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan” (QS. Fathir (35): 24). Allah juga berfirman:
ِ ُﻮل ﻓَِﺈ َذا ﺟﺎۤء رﺳﻮﻟُﻬﻢ ﻗ ٌ ﻣ ٍﺔ َر ُﺳُﻞ أ َوﻟِ ُﻜ (٤٧ :ﻀ َﻲ ﺑَـ ْﻴـﻨَـ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺎﻟ ِْﻘ ْﺴ ِﻂ َو ُﻫ ْﻢ َﻻ ﻳُﻈْﻠَ ُﻤﻮ َن )ﻳﻮﻧﺲ ُْ َُ َ َ Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya” (QS. Yunus (10): 47). Begitu banyak rasul atau nabi yang diutus oleh Allah kepada umat manusia. Ada sebuah hadits, demikian kata Maulana Muhammad Ali, yang menyebutkan jumlah para nabi itu 124.000 orang, tetapi yang disebutkan namanya dalam alQuran hanya 25 orang. 25 orang yang disebutkan dalam al-Quran adalah: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Luth, Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’kub, Yusuf, Ayub, Syu’aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman, Zulkifli, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakariya, Yahya, Isa, dan Muhammad. Jumlah para nabi yang demikian banyak ini secara umum menunjukkan bahwa manusia memerlukan pedoman atau bimbingan dalam kehidupan mereka. Kedudukan para rasul di hadapan Allah adalah sebagai duta atau utusanNya. Adapun fungsi dari para duta atau utusan ini adalah: a. Menyampaikan risalah Allah yang diwahyukan kepada mereka. Dalam surat alMaidah dinyatakan: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya” (QS. al-Maidah (6): 67). Dalam surat anNahl juga dikatakan:
ِ َ وﻣﺎۤ أَﻧْـﺰﻟْﻨَﺎ َﻋﻠَﻴ (٦٤ : ِﺬي ا ْﺧﺘَـﻠَ ُﻔﻮا ﻓِ ِﻴﻪ َو ُﻫ ًﺪى َوَر ْﺣ َﻤﺔً ﻟَِﻘ ْﻮٍم ﻳُـ ْﺆِﻣﻨُﻮن َ◌)اﻟﻨﺤﻞ َﻦ ﻟ َُﻬ ُﻢ اﻟﻻ ﻟِﺘُﺒَـﻴِﺎب إ ْ َ ََ َ َﻚ اﻟْﻜﺘ Artinya: “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (QS. an-Nahl (16): 64). Dalam kaitannya dengan fungsi menyampaikan risalah ini terkandung beberapa tugas yang ada pada pundak seorang nabi atau rasul. Tugas-tugas itu antara lain mengajarkan tauhid dan mengajak umat manusia untuk mengimani Allah Yang Esa. Tugas ini erat kaitannya dengan rukun iman yang pertama. Allah berfirman:
ِ ُﻻ ﻧِﻮل إ ِ ِ ِ ﻻۤ أَﻧَﺎ ﻓَﺎ ْﻋﺒ ُﺪِﻪُ َﻻۤ إِﻟَﻪَ إﻮﺣﻲ إِﻟَﻴ ِﻪ أَﻧ ٍ ﻚ ِﻣ ْﻦ ر ُﺳ (٢٥ :ون )اﻷﻧﺒﻴﺎء ْ ُ َ َ َوَﻣﺎۤ أ َْر َﺳﻠْﻨَﺎ ﻣ ْﻦ ﻗَـ ْﺒﻠ
BAB II. AQIDAH ISLAM
32
Artinya: “Tidak Kami mengutus seorang rasul yang sebelum kamu (Muhammad), melainkan Kami memberi wahyu kepadanya, yaitu bahwa tiada Tuhan melainkan Aku sendiri, maka sembahlah Aku” (QS. al-Anbiya’ (21): 25). Para nabi juga disebut sebagai mubasysyir (penyampai kabar gembira) dan mundzir (pemberi peringatan). Kabar gembira berkaitan imbalan yang akan diterima oleh mereka yang berbuat kebaikan; dan pemberi peringatan berkaitan dengan amanat yang menjadi tangung jawabnya sehingga tidak sampai menyimpang dan menyeleweng.
ِ ﻣﺔً و ُﺎس أَﻛﺎ َن اﻟﻨ ِ ِ ﻖ ﻟِﻴﺤ ُﻜﻢ ﺑـﻴﻦ اﻟﻨ ْﻜﺘﺎب ﺑِﺎﻟْﺤ ِ ِ ِ َﻴﻦ ُﻣﺒ ﻴﻤﺎ َ اﺣ َﺪةً ﻓَـﺒَـ َﻌ َ ﺎس ﻓ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ﻳﻦ َوأَﻧْـ َﺰ َل َﻣ َﻌ ُﻬ ُﻢ اﻟ َ ﻳﻦ َوُﻣ ْﻨﺬ ِر َ ﺸ ِﺮ َ ﺒﻴﻪُ اﻟﻨﺚ اﻟﻠ َ ُ (٢١٣ :ا ْﺧﺘَـﻠَ ُﻔﻮا ﻓِ ِﻴﻪ )اﻟﺒﻘﺮة Artinya: “Manusia adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan” (QS. al-Baqarah (2): 213). b. Di samping menyampaikan risalah Allah, para rasul Allah itu memberi contoh atau teladan dalam memprakraktikkan ajaran-ajaran Allah tersebut. Para rasul adalah orang pertama yang mempraktikkan ajaran yang diterimanya dari Allah. Mereka mempelopori dan mempropagandakan ajaran-ajaran yang telah diterimanya dari Allah. Teladan seorang Nabi diharapkan dapat membangkitkan iman yang hidup dalam hati para pemeluknya, sekaligus membawa perubahan dalam kehidupan mereka. 3. Sifat-sifat nabi dan rasul Allah Seperti disebutkan di muka, para nabi merupakan teladan bagi sekalian umatnya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi seorang yang menjadi teladan memiliki sifat suci dari dosa, bahkan lebih dari itu, dia harus memiliki akhlak yang luhur. Untuk kepentingan tersebut, Allah akan menjaga dan memelihara para nabi dan rasul-Nya dari melakukan perbuatan-perbuatan salah dan dosa. Keadaan yang demikian dari para nabi dan rasul disebut ma’shum atau suci dari dosa. Allah menyatakan dalam al-Quran:
(١٦١ :ﻞ )آل ﻋﻤﺮان ُﻲ أَ ْن ﻳَـﻐ َِوَﻣﺎ َﻛﺎ َن ﻟِﻨَﺒ Artinya: “Tidak mungkin bagi seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang” (QS. Ali ‘Imran (3): 161). Dalam ayat yang lain Allah menegaskan:
ِ ﻪُ َﻛﺎ َنﺎب إِﺑـﺮ ِاﻫﻴﻢ إِﻧ ِ ِ ِ (٤١ :ﺎ )ﻣﺮﱘﻳ ًﻘﺎ ﻧَﺒِﻴﺻﺪ َ َ ْ ََواذْ ُﻛ ْﺮ ﻓﻲ اﻟْﻜﺘ Artinya: “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi” (QS. Maryam (19): 41).
BAB II. AQIDAH ISLAM
33
Sebagai manusia pilihan, para nabi dan rasul senantiasa terpelihara dari perbuatan maksiat. Mereka senantiasa memperlihatkan akhlak yang mulia dan mencerminkan kehidupan yang diliputi kesucian. Allah telah mengaruniakan kepada mereka pertolongan dan anugerah untuk dapat mencapai kesempurnaan kemanusiaannya. Dengan demikian sudah sepantasnya kalau perilaku mereka menjadi anutan dan teladan. Selain terpelihara dari melakukan maksiat, para rasul juga memiliki beberapa sifat utama, yaitu shiddiq, amanah, fathanah, dan tabligh. Pertama, shiddiq artinya jujur, seorang rasul tentu saja harus jujur. Bagaimana mungkin ia dapat diteladani kalau ia adalah seorang pembohong. Allah berfirman: “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi” (QS. Maryam (19): 41). Kedua, amanah artinya dapat dipercaya. Seorang rasul mendapat amanat atau kepercayaan dari Allah untuk menyampaikan risalah-Nya. Para rasul telah dengan baik mengemban amanat Allah tersebut. Mereka telah berusaha keras dan sabar menyampaikan ajaran Allah kepada umat manusia. Sifat amanah ini berhubungan erat dengan sifat tabligh, yaitu menyampaikan. Allah berfirman: “Tidak mungkin bagi seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang” (QS. Ali ‘Imran (3): 161). Ketiga, tabligh, artinya menyampaikan. Para rasul memiliki tugas pokok untuk menyampaikan pesan-pesan Allah kepada umat manusia. Karena itu sifat ini menjadi satu atau melekat pada diri seorang rasul. Menyembunyikan pesan Allah dan tidak disampaikan kepada orang banyak berarti pengkhianatan atas amanat yang diembannya. Allah berfirman:
(٦٧ :ﺖ ِر َﺳﺎﻟَﺘَﻪُ )اﳌﺎﺋﺪة ُ ﺮ ُﺳ ـ َﻬﺎ اﻟﻳَﺎۤأَﻳ َ ﻚ ِﻣ ْﻦ َرﺑ َ ْﻎ َﻣﺎۤ أُﻧْ ِﺰ َل إِﻟ َْﻴﻮل ﺑَـﻠ َ ْﻐَﻢ ﺗَـ ْﻔ َﻌ ْﻞ ﻓَ َﻤﺎ ﺑَـﻠ ْ ﻚ َوإِ ْن ﻟ Artinya: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya” (QS. al-Maidah (5): 67). Keempat, fathanah, artinya cerdas. Seorang rasul senantiasa tanggap terhadap apa pun yang terjadi pada umatnya, dan dia akan memberikan yang terbaik untuk kemaslahatan umatnya. Allah berfirman:
ِ ِ ِ ﻛﻠْﻨَﺎ ﺑِﻬﺎ ﻗَـﻮﻣﺎ ﻟَﻴﻮةَ ﻓَِﺈ ْن ﻳ ْﻜ ُﻔﺮ ﺑِﻬﺎ ﻫ ُﺆَﻻ ِء ﻓَـ َﻘ ْﺪ و ﺒـْﻜﺘﺎب واﻟْﺤ ْﻜﻢ واﻟﻨ ِ َ ِأُوﻟَۤﺌ ِ (٨٩ :ﻳﻦ )اﻻﻧﻌﺎم َ َ ْ َ ُ َﻳﻦ ءَاﺗَـ ْﻴـﻨ ُ َ َ ُ َ َ َ ﺎﻫ ُﻢ اﻟ َ ﺴﻮا ﺑ َﻬﺎ ﺑ َﻜﺎﻓ ِﺮ َ ﻚ اﻟﺬ ُ ْ ًْ َ َ Artinya: “Mereka itulah (para rasul) orang-orang yang Kami beri kitab, hikmah, dan nubuwwah, oleh sebab itu jikalau mereka (orang-orang kafir) tidak mempercayainya, tentulah Kami akan memberikannya kepada golongan yang tidak mengingkarinya” (QS. al-An’am (6): 89). 4. Para rasul Allah yang bergelar Ulul ‘Azmi Ulul ‘Azmi maksudnya adalah teguh hati dalam menjalankan amanat dan kerja keras dalam mewujudkan cita-cita, sehingga setiap halangan, besar ataupun
BAB II. AQIDAH ISLAM
34
kecil, dapat dilalui dan akhirnya amanat itu dapat dijalankan dengan baik dan citacitanya tercapai. Keteguhan dan kesabaran dalam melaksanakan amanat ini merupakan salah satu kunci para rasul di dalam kesuksesan mengembanan tugas risalah mereka. Menurut pada ulama, dari 25 orang rasul yang disebut namanya dalam alQuran, ada lima rasul yang mendapatkan gelar Ulul ‘Azmi. Kelima orang rasul itu adalah: Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad. Ini berarti, bahwa lima orang rasul ini menghadapi tantangan yang sangat luar biasa ketika mereka mengemban amanat menyampaikan risalah dari Allah. Akan tetapi, dalam menghadapi tantangan dan hambatan tersebut mereka tetap tegar dan sabar. Kelima nabi ini, ketika menghadapi tantangan dan hambatan, tidak mudah mengeluh apalagi menyerah. Mereka senantiasa berusaha keras agar umatnya dapat menerima ajaran yang disampaikannya. Dengan penuh kesabaran, mereka hadapi caci maki dan hinaan yang dilakukan umatnya kepada dirinya. Bahkan mereka pun mengalami pengusiran dari umat yang menolak ajarannya. Namun demikian, mereka tetap teguh dalam mengemban amanat Allah terebut. Allah berfirman:
ِ ِ ﺎﻋﺔً ِﻣ ْﻦ ﻧَـ َﻬﺎ ٍر َ ﻻ َﺳِﻮﻋ ُﺪو َن ﻟَ ْﻢ ﻳَـﻠْﺒَﺜُﻮاۤ إ َ ُ ُﻬ ْﻢ ﻳَـ ْﻮ َم ﻳَـ َﺮْو َن َﻣﺎ ﻳﺮ ُﺳ ِﻞ َوَﻻ ﺗَ ْﺴﺘَـ ْﻌ ِﺠ ْﻞ ﻟ َُﻬ ْﻢ َﻛﺄَﻧـ ﺻﺒَـ َﺮ أُوﻟُﻮ اﻟ َْﻌ ْﺰم ﻣ َﻦ اﻟ ْ َﻓ َ ﺎﺻﺒِ ْﺮ َﻛ َﻤﺎ ِ ﻻ اﻟْ َﻘﻮم اﻟْ َﻔِﻚ إ (٣٥ :ﺎﺳ ُﻘﻮ َن )اﻷﺣﻘﺎف ُ َﺑََﻼغٌ ﻓَـ َﻬ ْﻞ ﻳُـ ْﻬﻠ ُْ Artinya: “Maka bersikap sbarlah kamu sebagaimana sabarnya rasul yang termasuk ulul ‘azmi” (QS. al-Ahqaf (46): 35). 5. Muhammad Saw. sebagai rasul terakhir Kedatangan seorang rasul atau nabi pada umumnya beruntun. Artinya seorang rasul akan datang setelah rasul yang sebelumnya wafat. Namun demikian, tidak dapat dipastikan berapa lama rentang waktu atau masa dari satu rasul ke rasul yang lain. Lagi pula tidak dapat dipastikan bahwa kedatangan rasul tersebut di tempat yang sama atau di tempat lain. Yang dapat dipastikan adalah kedatangan seorang rasul ke rasul yang lain, bagaikan sebuah bangunan, adalah untuk memperbaiki bangunan yang telah rusak. Rangkaian kedatangan para rasul di berbagai tempat dan umat berkaitan erat dengan kehidupan suatu umat. Pada umumnya, para rasul akan hadir di lingkungan kehidupan suatu umat yang rusak. Karena itu, peran mereka adalah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat yang telah rusak tersebut. Di lain pihak rangkaian tersebut dapat juga dilihat dalam pengertian bahwa risalah Ilahi tersebut dari waktu ke waktu terus disempurnakan seiring dengan perkembangan kehidupan umat manusia. Namun demikian, bukan berarti bahwa pengetahuan Allah tidak sempurna. Maksudnya adalah bahwa pada masa rasulrasul tertentu, seiring dengan perkembangan manusianya, syariat yang dapat diterapkan bisa berbeda-beda. Dari serangkaian diutusnya para rasul tersebut, ternyata Allah menetapkan bahwa kerasulan Muhammad merupakan kerasulan yang terakhir. Nabi Muhammad merupakan khatamul anbiya (penghujung para nabi). Allah berfirman:
BAB II. AQIDAH ISLAM
35
ِ ٍ ﻤ ٌﺪ أَﺑﺎ أ ﻣﺎ َﻛﺎ َن ﻣﺤ ِ ِ َ َﻜﻦ رﺳ ِ ِ (٤٠ :ﻴﻦ )اﻷﺣﺰاب َ َ َُ َ ُ َ ْ َﺣﺪ ﻣ ْﻦ ِر َﺟﺎﻟ ُﻜ ْﻢ َوﻟ َ ﺒﻴﻪ َو َﺧﺎﺗَ َﻢ اﻟﻨﻮل اﻟﻠ Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi ia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi” (QS. al-Ahzab (33): 40). Ada beberapa konsekuensi dari kedudukan Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir. Pertama, dengan berakhirnya kerasulan pada kenabian Muhammad berarti bahwa ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad telah sempurna dan menyempurnakan ajaran para nabi sebelumnya. Allah berfirman:
ِ ِ ﺖ َﻋﻠَﻴ ُﻜﻢ ﻧِ ْﻌﻤﺘِﻲ ور ِْ ﻴﺖ ﻟَ ُﻜ ُﻢ (٣ :اﻹ ْﺳ َﻼ َم ِدﻳﻨًﺎ )اﳌﺎﺋﺪة ُ ﺿ ُ اﻟْﻴَـ ْﻮ َم أَ ْﻛ َﻤﻠ َ َ َ ْ ْ ُ ْﺖ ﻟَ ُﻜ ْﻢ دﻳﻨَ ُﻜ ْﻢ َوأَﺗْ َﻤ ْﻤ Artinya: “Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu itu untukmu semua, dan Aku telah melengkapkan kenikmatan-Ku padamu, dan Aku telah rela Islam itu sebagai agama untukmu semua” (QS. al-Maidah (5): 3). Kedua, dengan posisinya sebagai nabi terakhir berarti bahwa ajaran yang dibawanya, yaitu agama Islam, bersifat mendunia, untuk seluruh umat manusia. Allah berfirman:
ِ ِ ﺎس ﺑ ِﺸﻴﺮا وﻧَ ِﺬﻳﺮا وﻟ ِ ﻦ أَ ْﻛﺜَـ َﺮ اﻟﻨ َﻜ (٢٨ :ﺎس َﻻ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن )ﺳﺒﺎء َ ََوَﻣﺎۤ أ َْر َﺳ ْﻠﻨ َ ً َ ً َ ِ ﺔً ﻟﻠﻨﻻ َﻛﺎﻓِﺎك إ Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Saba (34): 28. Ketiga, karena kedudukannya sebagai penutup serangkaian para nabi, maka Nabi Muhammad adalah rasul untuk semua umat manusia. Allah berfirman: “Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua” (QS. al-A’raf (7): 158).
B. Hikmah Beriman kepada Rasul-rasul Allah 6. Makna fungsional dari beriman kepada rasul Allah Beberapa makna fungsional dari mengimani para rasul Allah di antaranya adalah sebagai berikut: a. Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang menginginkan agar manusia dapat menjalani kehidupan mereka di dunia dengan baik dan benar. Oleh karena itu, ditunjuklah di antara hamba-Nya untuk menjadi perantara sampainya bimbingan tersebut. b. Tidak semua umat manusia dapat menerima bimbingan dan petunjuk yang dibawa seorang rasul atau nabi. Tidak semua orang dapat menerima bimbingan dan petunjuknya, sekalipun dinyatakan bahwa bimbingan dan petunjuk itu baik
BAB II. AQIDAH ISLAM
36
dan benar adanya. Ada kecenderungan dalam diri umat manusia untuk mengikuti hawa nafsunya. c. Untuk mengajak manusia ke jalan yang baik dan benar ternyata tidak mudah, diperlukan adanya kerja keras dan kesabaan. Para nabi dan rasul menghadapi tantangan yang berat bahkan sangat berat ketika mereka menyampaikan ajaranajaran Allah. Namun demikian, seberat apa pun tantangan itu, mereka menghadapinya dengan sabar. Sampai akhirya, mereka pun kemudian berhasil.
MUTIARA HIKMAH Sufyan berkata, “Barang siapa yang mencintai orang yang mencintai Allah Swt., maka ia telah mencintai Allah. Barang siapa yang memuliakan orang yang memuliakan Allah, maka ia sungguh telah memuliakan-Nya.” Sahal berkata, “Tanda-tanda orang yang mencintai Allah itu adalah mencintai al-Quran. Tanda mencintai Allah dan al-Quran adalah mencintai Nabi Saw. Tanda mencintai Nabi Saw. adalah mencintai sunnahnya. Tanda mencintai sunnahnya adalah mencintai akhirat. Tanda mencintai akhirat adalah membenci dunia. Tanda membenci dunia adalah ia tidak mengambil darinya selain apa yang bisa dijadikan bekal dan dapat menyampaikan ke akhirat.” Nabi Saw. bersabda: “Barang siapa yang mencintai sunnahku, maka sungguh ia telah mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku, maka ia bersamaku pada hari kiamat di surga.”
PELATIHAN A.
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d!
1. Seorang yang diberi wahyu oleh Allah dan diminta untuk mendakwahkan kepada umatnya disebut: a. malaikat b. nabi c. rasul d. wali 2. Seorang rasul atau nabi yang terpelihara dari melakukan perbuatan dosa disebut: a. syafaat b. karamah c. ma’shum d. amanah 3. Seorang rasul harus menyampaikan ajaran Allah kepada umatnya, sifat rasul yang demikian disebut: a. karamah b. amanah c. fathanah d. tabligh 4. Para rasul yang sangat gigih lagi sabar dalam mengemban risalah Allah mendapat gelar: a. Ulul Albab b. Habibullah c. Ulul Arham d. Ulul ‘Azmi 5. Kedudukan Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir disebut: a. rahmatan lil ‘alamin b. kaffatan lin nas c. khatamul anbiya d. khalifatullah fil ardli
BAB II. AQIDAH ISLAM
37
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan singkat dan tepat! 1. Tiga di antara para rasul yang mendapat gelar Ulul ‘Azmi adalah (1)..., (2) ..., dan (3)... 2. Sifat dari seorang yang diberi wahyu oleh Allah mesti amanat, artinya ... 3. Para rasul disebut sebagai mubasysyir, artinya ..., dan juga mundzir, artinya .... 4. Yang membedakan antara nabi dan rasul terletak pada sifat ... 5. Sifat rasul yang terpelihara dari berbuat dosa disebut ... C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan tepat! 1. Jelaskan mengapa Allah menunjuk seseorang untuk mendakwahkan perintah dan ajaran-Nya kepada umat manusia! 2. Jelaskan konsekuensi dari kedudukan Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi yang terakhir! 3. Mengapa lima Rasul dari rasul-rasul Allah ada yang disebut Ulul ‘Azmi? 4. Tunjukkan satu ayat al-Quran yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi terakhir! 5. Jelaskan dengan singkat fungsi diutusnya nabi dan rasul! D. Proyek! 1. Untuk tugas individu, silahkan kamu membaca beberapa kisah nabi atau rasul, lalu buatlah ringkasan dari isi cerita yang kamu baca! 2. Untuk tugas kelompok, diskusikan beberapa hikmah yang dapat dipetik dari iman kepada Rasul Allah, dan buatlah laporannya!
BAB II. AQIDAH ISLAM
38