Variasi Padat Tebar Berbeda Untuk Kultur Teripang Pasir (Holothuria scabra Jeager) Menggunakan Sistem Jaring Tancap Oleh : Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh padat tebar yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan kecepatan pertumbuhan berat teripang pasir (Holothuria scabra) yang dipelihara dalam kurungan tancap/pen. Benih teripang yang digunakan berukuran 5–7 cm, berat 30–40 g/ekor. Benih didapat dari alam sekitar Desa Teluk Tamiang Kecamatan Pulau Laut Barat Kabupaten Kotabaru. Wadah jaring yang digunakan yaitu dengan mesh size ½ inci, sebanyak 6 buah, masing-masing berukuran 1 x 1,5 x 1 meter. Perlakuan pada penelitian ini adalah variasi padat penebaran teripang pasir, yang terdiri dari 2 perlakuan dan 3 kali ulangan. 2 2 Perlakuan A1 : 15 ekor/m dan perlakuan A2 : 30 ekor/m . Rancangan yang digunakan adalah dengan membandingkan tingkat padat penebaran yang berbeda dan tingkat kelangsungn hidup sebelum dan sesudah kegiatan penelitian berlangsung yang diuji cobakan dengan menggunakan uji t (t-test). Hasil penelitian kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata individu yang tertinggi pada perlakuan A1 (93,3 %) dan perlakuan A2 (91,1 %), kecepatan pertumbuhan berat relatif tertinggi yaitu perlakuan A1 (118,25 %) dan perlakuan A2 (109,36%). Hasil perhitungan dengan uji t terhadap kelangsungan hidup (survival rate) dan kecepatan pertumbuhan berat teripang pasir (Holothuria scabra), tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua perlakuan.
ABSTRACT This research aims to know the influence of different stocking solid against the survival and growth of the heavy sea cucumber sand speed (Holothuria scabra) maintained in captivity tancap/pen. Seed used undersized 5-7 cm, heavy 30- 40 g/ tail. The seed harvested from nature around the village Bay Sea Island District of Tamiang Regency West Kotabaru. Research on treatment of this is variation of solid promised, which consists of 2 and 3-time 2 2 treatment of deuteronomy. A1 : 15 tail treatment/m and A2 treatment: 30 tail/m . The design used is by comparing different levels of dense promised and the level of survival rates of life before and after the research activities taking place that tested using the test t (t-test). The research results of survival (survival rate) averaged the highest individuals on treatment (93,3%) A1 and A2 (91.1%) treatment, the relative weight of the highest growth speed i.e. A1 treatment (118,25%) and treatment of the A2 (109,36%). Results of calculation with t test of survival (survival rate) and the speed of growth of the heavy sea cucumber sand, there is no noticeable difference between the two treatments.
Keyword : sea cucumber sand, solid stocking, culture, pen
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kabupaten Kotabaru dengan luas wilayah 14.489,69 Km, terletak di wilayah bagian Selatan dan Timur Kalimantan Selatan.
Daerah pantai sepanjang 41 km
dengan kedalaman laut sampai 40 m. Wilayah Kabupaten Kotabaru memiliki potensi
sumberdaya laut dan pulau-pulau sebanyak 45 buah pulau dengan 230 gunung, juga selat sebanyak 7 buah dan 5 teluk. Secara astronomis Kotabaru terletak antara 220 421 LS dan 11515 - 11630 BT, yang terdiri dari 20 Kecamatan, 5 Kelurahan dan 309 Desa. Potensi sumberdaya alam ini dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan perikanan atau pariwisata (Anonim, 2006). Daerah Kabupaten Kotabaru memiliki potensi sumberdaya laut yang cukup baik dan mendukung untuk melakukan usaha perikanan, khususnya usaha di bidang budidaya. Wilayah Kotabaru ini kaya akan biota laut yang mempunyai prospek yang baik di pasar lokal maupun Internasional. Potensi perairan pantai Kabupaten Daerah Tingkat II Kotabaru Kalimantan Selatan cukup besar. Salah satu daerah pengembangan budidaya laut yang ada di Kabupaten Kotabaru adalah daerah Teluk Tamiang, yaitu dearah yang dikenal sebagai sentral budidaya rumput laut. Selain itu juga budidaya laut teripang diarahkan dalam upaya memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan devisa Negara serta menjaga kelestarian sumberdaya hayati perairan itu sendiri. Karena benih alam teripang (Holothuria scabra) yang terdapat di daerah Teluk Tamiang ini melimpah, sangat sayang bila potensi ini tidak dikembangkan oleh masyarakat setempat. Indonesia dikenal sebagai negara pemasok teripang utama, namun diketahui tidak ada pola pengelolaan terhadap sumberdaya ini. Produk teripang di Indonesia terdiri atas banyak jenis. Penangkapan terhadap jenis-jenis mahal berakibat pada penurunan populasinya di berbagai lokasi. Kecenderungan ini terlihat dari makin sulitnya menemukan jenis tersebut di alam. Oleh karena itu perlu dikembangkan budidaya teripang ini khususnya di wilayah Kota Baru. B. Perumusan Masalah Masyarakat di Teluk Tamiang masih kurang mengetahui manfaat atau keuntungan dari teripang (Holothuria scabra),
kebanyakan masyarakat tidak
memperhatikan, akhirnya banyak benih yang dicuri oleh nelayan luar Kalimantan dan hasil tangkapan ini mereka jual ke daerah lain. Hal ini sangat merugikan masyarakat setempat. Permasalahan yang akan diteliti ini adalah mengenai budidaya teripang dengan sistem pen kultur dan dengan padat penebaran yang berbeda. Dimana belum diketahuinya secara pasti padat penebaran yang tepat yang akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan berat teripang (Holothuria scabra), dengan menggunakan sistem pen kultur.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh padat penebaran yang berbeda terhadap kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan teripang pasir(Holothuria scabra) yang dipelihara dalam kurungan tancap/pen. Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang aplikasi yang tepat dalam pemeliharaan sekaligus memberikan gambaran mengenai jumlah padat tebar yang cocok atau yang lebih baik bagi pertumbuhan Teripang pasir (Holothuria scabra), sehingga dapat dilanjutkan kepada skala yang lebih besar dikemudian hari. II.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Teluk Tamiang Kecamatan Pulau Laut Barat Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.
Waktu yang diperlukan dalam
penelitian ini sekitar 4 bulan meliputi persiapan penelitian, pelaksanaaan penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat 1. Wadah jaring mesh size ½ inci sebanyak 6 buah 2. Peralatan sampling seperti timbangan, scoop net, pengukur panjang, baskom dan ember. 3. Alat pengukur kualitas air in situ (thermometer, hand refraktometer, pH-meter, DOmeter dan Turbidimeter) b. Bahan 1. Benih teripang pasir (Holothuria scabra) dengan berat 30–40 g/ekor dan panjang (5 – 7cm). 2. Pupuk kandang berupa kotoran sapi sebagai pakan teripang. 3. Kayu (ring), balok sebagai patok kandang. 4. Dedak halus sebagai pencampur pupuk kandang. C. Prosedur Penelitian 1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan 2.
Penebaran benih teripang pasir (Holothuria scabra) dengan padat penebaran sesuai dengan perlakuan 15 dan 30 ekor/m2. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari agar terhindar dari stress.
3. Pada saat penebaran benih teripang, dilakukan pula penempatan campuran pupuk kandang dan dedak halus dengan perbandingan 1:1 yang dimasukkan dalam
karung goni berlubang sehingga dapat keluar sedikit demi sedikit, setiap karung goni diisi sebanyak 10–15 kg, pupuk ini berfungsi sebagai pakan tambahan teripang. 4. Pengamatan dan pengukuran parameter kualitas air 5. Parameter diamati dan diukur dengan interval waktu setiap 15 hari sekali, untuk mengetahui survival rate dan pertumbuhan relatif berat pada tiap-tiap perlakuan dan ulangan. Data yang diperoleh dianalisa kemudian ditarik kesimpulan. D. Metode Penelitian 1. Perlakuan Perlakuan dalam penelitian ini adalah variasi padat penebaran teripang pasir (Holothuria scabara), yang terdiri dari 2 perlakuan dan 3 kali ulangan sebagai berikut : 1. Perlakuan A1 : 15 ekor/m2 2. Perlakuan A2 : 30 ekor/m2 2. Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan adalah dengan membandingkan tingkat padat penebaran yang berbeda dan tingkat kelangsungn hidup sebelum dan sesudah kegiatan penelitian berlangsung yang diuji cobakan dengan menggunakan uji t (t-test). Bila dua macam perlakuan dibandingkan, maka yang dibandingkan adalah nilai tengahnya. Selisih dua nilai tengah ini dinyatakan berbeda nyata atau sangat nyata tergantung dari uji-t nya. Menurut Sastrosupadi (2000), uji t (t test) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Thitung =
X–µ
atau
t =
s/ n Dimana : X [A-B] = d s n
= = = =
d
atau
t =
sd
A -B s(A –B)
Rerata dari jumlah perlakuan Rerata dari selisih dari perlakuan A dan B Simpangan baku Terok pengacakan
E. Peubah a. Sintasan/Survival Rate Sintasan/survival rate dinyatakan sebagai persentase dari semua teripang yang hidup selama masa penelitian. Sintasan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: Ni S
=
X 100 % No
Keterangan : S = Sintasan No = Jumlah teripang awal penelitian (ekor) Ni = Jumlah teripang akhir penelitian (ekor) B. Pertumbuhan Relatif Berat Teripang Pertumbuhan relatif berat hewan uji dinyatakan sebagai pertambahan berat rata-rata selama masa pemeliharaan dan dinyatakan dalam persen, yang dirumuskan sebagai berikut : Wt – Wo GW =
x 100% Wo
Dimana :
GW : Pertumbuhan relative berat (%) Wt : Berat akhir rata-rata individu (g) Wo : Berat awal rata-rata individu (g)
C. Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Ho
=
Padat tebar berbeda tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan berat teripang jenis Holothuria scabra.
H1
=
Padat tebar berbeda berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan berat teripang jenis Holothuria scabra.
G. Analisis Data Berbeda atau tidaknya dua macam perlakuan dapat diketahui dari perbandingan t hitung. t0,05 (n – 1) < t hitung < t0,01 (n – 1)
terima H1 ; perbedaan A dan B nyata
thitung > t0,01(n -1)
terima H1 ; perbedaan A dan B sangat nyata
thitung < t0,05(n – 1)
terima H0 ; tidak ada perbedaan antara A dan B atau A dan B tidak berbeda nyata.
III. A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelangsungan Hidup (Survival Rate) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data rata-rata kelangsungan
hidup teripang pasir dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tabel 1. Rata-Rata Kelangsungan Hidup Teripang Pasir (Holothuria scabra) Selama Pemeliharaan.
A1
1 100,0
Ulangan 2 93,3
3 86,7
A2
93,3
90,0
90,0
Perlakuan
Rata-Rata (%) 93,3 91,1
Sumber : Data primer yang diolah
Rata-Rata Kelangsungan Hidup Teripang Pasir
100 95 1
(%) 90
2
85
3
80 A1
A2 Perlakuan
Gambar 1.
Rata-rata kelangsungan hidup teripang pasir (Holothuria scabra) pada dua perlakuan
Pada Tabel 1 terlihat tingkat kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata individu yang tertinggi terjadi pada perlakuan A1 (93,3 %) yaitu dengan padat tebar sebanyak 15 ekor/m2, dan pada perlakuan A2 (91,1 %) dengan padat tebar sebanyak 30 ekor/m2. Berdasarkan hasil perhitungan uji t terhadap tingkat kelangsungan hidup teripang pasir menunjukkan hasil bahwa thitung ( 0,25) < t0,05
(n-1)
( 4,30) yang berarti
terima H0 ; tidak ada perbedaan antara A1 dan A2 atau antara perlakuan A1 dan perlakuan A2 tidak berbeda nyata. B. Pertumbuhan Pertumbuhan relatif berat rata-rata teripang pasir pada masing-masing perlakuan dan ulangan selama percobaan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2.
Tabel 2. Rata-Rata Pertumbuhan Relatif Berat (%) Teripang Pasir (Holothuria scabra) Selama Pemeliharaan.
A1
1 112,24
Ulangan 2 129,76
3 112,74
RataRata(%) 118,25
A2
108,82
108,21
111,05
109,36
Perlakuan
Rata-Rata Pertumbuhan Relatif Berat Teripang Pasir
130 120
1
(%) 110
2
100
3
90 A1
A2 Perlakuan
Gambar 2. Rata-rata pertumbuhan relatif berat (%) teripang pasir (Holothuria scabra) pada dua perlakuan
Pada Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa kecepatan pertumbuhan relatif teripang pasir (Holothuria scabra) yang tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan A1 (118,25 % ) bila dibandingkan dengan perlakuan A2 yaitu hanya (109,36%). Bedasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji t pertumbuhan relatif berat (%) diperoleh t
hitung
(0,22) < t
0,05 (n-1)
( 4,30). Hal ini berarti terima H0 yaitu tidak
ada perbedaan antara A1 dengan A2 atau A1 dan A2 tidak berbeda nyata. C. Kualitas Air 1. Suhu Air Berdasarkan hasil pengukuran, kisaran suhu selama pemeliharaan teripang pasir berkisar antara 270C – 300C. Suhu laut yang optimum untuk pemeliharaan teripang pasir berkisar antara 220C – 320C (Sutaman,1993). 2. Oksigen Terlarut (DO) Kandungan oksigen terlarut yang terkandung di dalam perairan selama masa pemeliharaan teripang pasir berkisar antara 5,3 – 6,3 ppm Sutaman (1993)
menyatakan bahwa oksigen terlarut untuk budidaya teripang pasir berkisar antara 4 ppm – 8 ppm. 3. Salinitas Salinitas air laut yang terkandung di dalam pemeliharaan teripang pasir.
Hasil
pengukuran salinitas berkisar antara 29 – 32 ppt. Menurut Sutaman (1993), salinitas yang optimal untuk pemeliharaan teripang pasir berkisar antara 260/00 – 33o/oo. 4. Kadar pH Kisaran pH yang terdapat pada perairan tempat pemeliharaan teripang pasir yaitu antara 6,4 – 7,3.
Menurut Anonim (2003) standar pH yang baik bagi kehidupan
teripang adalah berkisar antara 6,5 – 8,5. 5. Kecerahan Air Laut Kecerahan air laut yang baik untuk budidaya teripang yaitu berkisar 50 cm- 150 cm (Sutaman, 1993). Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada perairan tempat pemeliharaan teripang pasir tersebut didapatkan hasil kecerahan air laut yaitu berkisar antara 45 – 70 cm. 6. Amoniak Menurut Sutaman (1993), kandungan amoniak yang sesuai bagi pertumbuhan teripang yaitu kurang dari 0,42 ppm. Adapun hasil pengukuran yang telah dilakukan, kandungan amoniak yang terdapat di perairan tersebut yaitu 0,05 ppm. IV.
KESIMPULAN
1. Hasil perhitungan dengan uji t terhadap kelangsungan hidup (survival rate) teripang pasir (Holothuria scabra), tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua perlakuan. Namun, tingkat kelangsungan hidup A1 (padat tebar 15 ekor/m2) lebih tinggi darI pada perlakuan A2 (padat tebar 30 ekor/m2 ). 2. Hasil perhitungan menggunakan uji t terhadap data pertumbuhan berat relatif teripang pasir juga tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan A1 dengan A2. Namun, kecepatan pertumbuhan berat relatif yang tertinggi yaitu pada perlakuan A1 (padat tebar 15 ekor/m2). Jadi dapat disimpulkan bahwa padat tebar 15 ekor/m2 memberikan hasil pertumbuhan yang lebih tinggi karena padat penebaran 15 ekor /m2 persaingan antar individu teripang pasir lebih sedikit dibandingkan perlakuan A2 (30 ekor/m2), baik persaingan ruang gerak maupun persaingan makanan. 3. Hasil analisa kualitas air, secara umum masih berada dalam batas toleransi yang
dapat menunjang tingkat kelangsungan hidup maupun pertumbuhan teripang pasir.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003. Departemen Kelautan dan Perikanan RI. Budidaya Teripang. Informasi; Teknologi 19/04/05. 4 halaman . http/www.Geogle.com. Accesed Minggu 24 September 2006 Effendie, M. I., 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta. 163 halaman.
Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara.
Martoyo, J. M, Aji, N. Dan Winanto, T., 1994. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya. Jakarta. 69 halaman. Notowinarto, 1995. Budidaya Teripang Pasir (Holothuria scabra). Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Perikanan. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. 26 halaman. Pedrotti,M.L.,and L.Fenaux. 1992. Dispersal of Echinoderm Larvae in a geographica area marked by upweling (Ligurian Sea.NW. Mediteran-can), Mar. Ecol. Prog. Ser. 86:217-227. Putra, Rozani. 1999. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Teripang Pasir (Holothuria scabra) Yang Dipelihara Di Dalam Bak Kayu dengan Variasi Padat Penebaran. Laporan Penelitian Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. 34 halaman. Rosidi, 2005. Pengelolaan Pembenihan Teripang Pasir (Holothuia scabra) di Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung. Laporan Praktek Lapang. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Djuanda. Bogor. 41 halaman. Sastrosupadi, Adji. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 39 halaman. Sutaman, 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Teripang. Penerbit Kanasius. Yogyakarta. 68 halaman.