SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016
Pembelajaran IPA Materi Karakteristik Bunyi Tabung Reaksi Dimanfaatkan Melantunkan Irama Lagu. Pembelajaran untuk Melayani Kecerdasan Majemuk Peserta Didik SMPN 2 Pandaan USTADI SMP Negeri 2 Pandaan E-mail:
[email protected] TEL: 0343 63195 ABSTRAK: Peserta didik memiliki kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences), dimana kecerdasan dalam bidang angka atau logika (Logical-Mathematical Intelligence) hanyalah merupakan sebagian kecil dari berbagai kecerdasan yang mungkin dimiliki oleh peserta didik. Fisika sebagai salah satu ilmu yang biasanya dipelajari melalui pendekatan secara matematis sehingga seringkali ‘ditakuti’ dan cenderung ‘tidak disukai’ karena pada umumnya yang memiliki kecerdasan Logical Mathematical sajalah yang ‘menikmati Fisika’. Hasil tes intelejensi di kelas 8C menunjukkan bahwa hanya 6 peserta didik yang dominan memiliki kecerdasan bidang angka atau logika dari 39 anak. Tujuan penerapan pembelajaran materi bunyi di SMPN 2 Pandaan Jawa Timur ini adalah bagaiamana melayani kecerdasan majemuk yang dimiliki peserta didik sehingga seluruh peserta didik mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran dengan metode inkuiri ini diarahkan untuk menemukan hubungan antara tinggi-rendahnya bunyi yang dihasil dengan panjang kolom udara pada tabung reaksi saat diditiup dan saat dipukul. Pembelajaran dengan menggunakan media peluit dan 5 tabung reaksi yang berisi air dengan ketinggian berbeda diakhir pembelajaran peserta didik didorong untuk menerapkan bunyi tabung yang dihasilkan untuk melantukkan lagu. Hasil belajar yang diperoleh selama pembelajaran, nilai kinerja semua peserta didik berada di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 sehingga seluruh peserta didik tuntas pada sub kompetensi dasar ini. Nilai rata-rata kinerja 76,7. Nilai penguasaan materi, semua peserta didik memperoleh nilai 85,5 Pembelajaran ini menarik tetapi menggunakan waktu yang cukup lama saat diinginkan peserta didik menerapkan bunyi tabung reaksi untuk melantunkan lagu. Kata Kunci: “kecerdasan majemuk”, “pembelajaran bunyi”, “hasil belajar peserta didik”.
PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Nash, dalam bukunya The nature of Nature Science mengatakan bahwa: ”science is a way of looking at the world”. Tujuan ilmu pengetahuan alam adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan memberikan sumbangan untuk kesejahteraan umat. (Depdiknas, 2005). Pembelajaran IPA juga harus membiasakan peserta didik untuk bekerja dan berfikir ilmiah. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam kita diharapkan membantu peserta didik belajar dengan merangsang mereka untuk berfikir, melakukan kegiatan fisik, mengembangkan bahasa dan sosialisasi serta mengembangkan harga diri mereka dalam alokasi waktu yang tersedia. IPA-Fisika menguraikan dan menganalisis struktur dan peristiwa yang terjadi dialam, teknik dan lingkungan di sekitar kita. Menurut Depdiknas (2004) dalam proses tersebut ditemukan sejumlah aturan atau hukum-hukum di alam yang dapat menerangkan gejala alam tersebut secara logis dan rasional. Proses menguraikan dan menganalisis tersebut didasarkan pada penerapan struktur logika sebab akibat (kausalitas). Pada gilirannya proses menguraikan dan menganalisis tersebut bertujuan untuk memahami gejala alam. Maksud memahami di sini adalah dapat menyesuaikan gambaran dalam jiwa manusia dengan pengalaman fisis. Lebih lanjut memahami gejala alam diperlukan untuk perkembangan pembangunan bagi kesejahteraan manusia. Dengan demikian sangat dibutuhkan proses penerusan pemahaman konsepkonsep IPA-Fisika. Pembelajaran merupakan wahana dalam upaya meneruskan ISBN 978-602-71279-1-9
PFMO-95
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016 pengetahuan tentang IPA-Fisika. Pembelajaran diuraikan bagaimana cara memahami pengetahuan yang sudah tersusun dalam rumpun ilmu IPA-Fisika yang kita kenal sekarang. Agar terselenggara proses penerusan pengetahuan diperlukan sejumlah metode ataupun pendekatan yang mampu mengantarkan peserta didik pada tahap penguasaan konsep-konsep tersebut sehingga pada akhirnya masalah tentang IPAFisika dapat dipecahkan. Menurut Bloom revisi (Anderson, 2001) kemampuan pemahaman konsep adalah hal penting dalam kemampuan intelektual yang selalu ditekankan di sekolah. Kemampuan pemahaman konsep suatu materi subjek merupakan hal terpenting dalam pengembangan intelektual. Dalam pembelajaran IPA-Fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar. Hanya dengan penguasaan konsep IPA-Fisika seluruh permasalahan dapat dipecahkan, baik permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bentuk soal. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran IPA-Fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut. Sangat disayangkan mata pelajaran IPA-Fisika pada umumnya justru dikenal sebagai mata pelajaran yang “ditakuti” dan tidak disukai murid-murid. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar peserta didik. Peserta didik menemukan kenyataan bahwa pelajaran IPA-Fisika adalah pelajaran ‘berat’ dan serius. Peserta didik mengatakan pelajaran fisika mengharuskan pemahaman konsep dan penyelesaian soal yang rumit dengan pendekatan matematis hingga kegiatan praktikum yang menuntut mereka melakukan segala sesuatunya dengan sangat teliti dan cenderung “membosankan”. Akibatnya tujuan pembelajaran yang diharapkan, menjadi sulit dicapai. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata mata pelajaran sains (khususnya IPA-Fisika) di kelas 8C sebesar 6,2. tahun. Mata pelajaran IPA-Fisika juga menjadi momok bagi para peserta didik karena hubungannya erat dengan matematika. Kemampuan matematis peserta didik yang lemah secara otomatis akan mengalami kesulitan dalam memahami IPA-Fisika, karena sebagian besar penyelesaian soal-soal dilakukan melalui pendekatan secara matematis. Artinya, peserta didik yang memiliki kecerdasan dalam bidang angka atau logika (Logical-Mathematical Intelligence) saja yang dapat memahami pelajaran dengan baik. Padahal tidak semua peserta didik memiliki kemampuan yang cukup dalam bidang matematika. Hasil tes intelegensi di kelas 8C menunjukkan bahwa hanya 6 peserta didik yang dominan memiliki kecerdasan bidang angka atau logika dari 39 anak. Gardner dan Hatch (dalam Campbell, 2002) menuliskan bahwa peserta didik memiliki Multiple Intelligence. Sedikitnya ada 8 macam kecerdasan yang salah satu atau beberapa diantaranya dapat dimiliki oleh seorang peserta didik, yaitu: a. Linguistic Intelligence (LI), peserta didik dengan kecerdasan linguistik yang menonjol biasanya senang membaca, pandai bercerita, senang menulis cerita atau puisi, senang belajar bahasa asing, mempunyai perbendaharaan kata yang baik, pandai mengeja, suka menulis surat atau e-mail, senang membicarakan ide-ide dengan teman-temannya, memiliki kemampuan kuat dalam mengingat nama atau fakta, menikmati permainan kata. Kecerdasan dalam bidang ini menuntut kemampuan peserta didik untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti yang berkaitan dengan proses berpikirnya. b. Musical Intelligence (MI), peserta didik yang memiliki kecerdasan dalam musikal biasanya senang menyanyi, senang mendengarkan musik, mampu memainkan instrumen musik, mampu membaca not balok/angka, mudah mengingat melodi atau nada, mudah mengenali banyak lagu yang berbeda-beda, mampu mendengar perbedaan antara instrumen yang berbeda-beda yang dimainkan bersama-sama, suka bersenandung/bernyanyi sambil berpikir atau mengerjakan tugas, mudah menangkap irama dalam suara-suara disekelilingnya, senang membuat suara-suara ISBN 978-602-71279-1-9
PFMO-96
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016 musikal dengan tubuhnya (bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan jari atau menghentakkan kaki), senang mengarang/menulis lagu-lagu atau rap-nya sendiri dan mudah mengingat fakta-fakta dengan mengarang lagu untuk fakta-fakta tersebut. c. Logical Mathematical Intelligence (LMI), seseorang dengan kecerdasan logikamatematika yang tinggi biasanya memiliki ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah mengerjakan matematika dalam benaknya, suka memecahkan misteri, senang menghitung, suka membuat perkiraan, mudah mengingat angka-angka serta skor-skor (skor sepak bola, skor games, berapa tingginya gedung tertinggi di dunia, dll), menikmati permainan yang menggunakan strategi seperti catur atau game strategi, memperhatikan antara perbuatan dan akibatnya (yang dikenal dengan sebab-akibat), senang menghabiskan waktu dengan mengerjakan kuis asah otak atau teka-teki logika, menemukan cara kerja komputer, mengelola informasi kedalam tabel atau grafik. Mereka mampu menggunakan komputer lebih dari sekedar bermain game. d. Visual-Spatial Inteligence (VSI), peserta didik yang memiliki kecerdasan visual spasial dalam menggunakan gambar biasanya lebih mengingat wajah ketimbang nama, suka menggambarkan ide-idenya atau membuat sketsa untuk membantunya menyelesaikan masalah, berpikir dalam bentuk gambar-gambar serta mudah melihat berbagai objek dalam benaknya, dia juga senang membangun atau mendirikan sesuatu, senang membongkar pasang, senang bekerja dengan bahan-bahan seni seperti kertas, cat, spidol atau crayon, senang menonton film atau video, senang bermain video games, memperhatikan gaya berpakaian, gaya rambut, model mobil, motor atau hal sehari-hari lainnya, senang membaca atau menggambar peta hanya untuk bersenang-senang, senang melihat foto-foto/gambar-gambar serta membicarakannya, senang melihat pola-pola dunia disekelilingnya, senang mencoratcoret, menggambar segala sesuatu dengan sangat detail dan realistis, mengingat halhal yang telah dipelajarinya dalam bentuk gambar-gambar, belajar dengan mengamati orang-orang yang sedang mengerjakan banyak hal, senang memecahkan teka-teki visual/gambar serta ilusi optik dan suka membangun model-model atau segala hal dalam 3 dimensi. Peserta didik dengan kecerdasan visual biasanya kaya dengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan imaginatif. e. Bodily Kinesthetic Intelligence (BKI), peserta didik yang memiliki kecerdasan dalam memahami tubuh cenderung suka bergerak dan aktif, mudah dan cepat mempelajari keterampilan-keterampilan fisik serta suka bergerak sambil berpikir, mereka juga senang berakting, senang meniru gerak-gerik atau ekspresi teman-temannya, senang berolahraga atau berprestasi dalam bidang olahraga tertentu, terampil membuat kerajinan atau membangun model-model, luwes dalam menari, berjoget atau berdansa, senang menggunakan gerakan-gerakan untuk membantunya mengingat berbagai hal, mempunyai koordinasi serta kesadaran yang baik terhadap tempo dan senang beristirahat. Peserta didik dengan kecerdasan tubuh biasanya lebih mengandalkan kekuatan otot-ototnya. f. Interpersonal Intelligence (IeI), jika seseorang memiliki kecerdasan dalam memahami sesama biasanya ia suka mengamati sesama, mudah berteman, suka menawarkan bantuan ketika seseorang membutuhkan, menikmati kegiatan-kegiatan kelompok serta percakapan yang hangat dan mengasyikkan, senang membantu sesamanya yang sedang bertikai agar berdamai, percaya diri ketika bertemu dengan orang baru, suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan teman-temannya, mudah menerka bagaimana perasaan sesamanya hanya dengan mengamati mereka, mengetahui bagaimana cara membuat sesamanya. Mereka bersemangat untuk bekerja sama atau bagaimana agar mereka mau terlibat dalam hal-hal yang diminatinya, lebih suka bekerja dan belajar bersama ketimbang sendirian, senang meyakinkan orang tentang sudut pandangnya terhadap sesuatu, mementingkan soal ISBN 978-602-71279-1-9
PFMO-97
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016 keadilan serta benar-salah dan senang untuk menolong sesama. Peserta didik yang memiliki kecerdasan interpersonal biasanya disukai teman-temannya karena ia mampu berinteraksi dengan baik dan memiliki empati yang besar terhadap temantemannya. g. Intrapersonal Intelligence (IaI), peserta didik yang memiliki kecerdasan dalam memahami diri sendiri biasanya lebih suka bekerja sendirian daripada bersamasama, suka menetapkan serta meraih sasaran-sasarannya sendiri, menjunjung tinggi kepercayaan. Peserta didik intarpersonal tidak terlalu mengkhawatirkan apa kata orang dibandingkan dengan kebanyakan orang lainnya. Peserta didik ini juga mengetahui bagaimana perasaannya dan mengapa demikian dan seringkali ia menghabiskan waktu hanya untuk merenungkan dalam-dalam tentang hal-hal yang penting baginya. Peserta didik dengan kecerdasan intrapersonal biasanya sadar betul akan bidang yang menjadi kemahirannya dan bidang dimana dia tidak terlalu mahir. Anak senang membuat catatan harian atau membuat jurnal harian, senang menuliskan ide-idenya, kenangan-kenangannya, perasaan-perasaannya atau sejarah pribadinya. Peserta didik seperti ini biasanya sadar betul akan siapa dirinya dan ia sangat senang memikirkan masa depan dan cita-citanya di suatu hari nanti. h. Naturalist Intelligence (NI), seorang yang memiliki kecerdasan dalam memahami alam biasanya suka binatang, pandai bercocok tanam dan merawat kebun di rumah atau di lingkungannya, peduli tentang alam serta lingkungan, senang ke taman, kebun binatang atau menikmati keindahan di aquarium. Selain itu ia juga senang berkemah atau mendaki gunung di alam bebas, senang memperhatikan alam dimanapun dia berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan acara yang berbedabeda, senang memelihara binatang, mempunyai ingatan yang kuat tentang detail tempat-tempat yang pernah dia kunjungi serta nama-nama hewan, tanaman, orang dan berbagai hal lainnya, banyak bertanya tentang orang, tempat dan hal yang dia lihat di lingkungan atau di alam sehingga dia bisa lebih memahaminya. Ia mampu memahami serta mengurus dirinya sendiri di situasi atau tempat yang baru dan berbeda. Ia juga sangat memperhatikan lingkungan di sekitarnya (di sekolah atau di rumah). Peserta didik ini biasanya senang mencari tahu tentang sesuatu kemudian mengelompokkannya ke dalam kategori tertentu, misalnya senang mengamati burung, bebatuan atau mencatat jenis mobil yang berbeda-beda. Peserta didik dengan kecerdasan ini biasanya tahu persis kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Atas dasar-dasar itulah pembelajaran untuk memecahkan masalah adalah: Bagaimana menyusun proses pembelajaran untuk melayani semua Multiple Intelegence peserta didik sehingga dapat menaikkan hasil belajar IPA-Fisika peserta didik kelas 8C SMP Negeri 2 Pandaan. Pembelajaran ini dilakukan dengan empat pikiran utama: menemukan sendiri, menggunakan hasil penemuannya, bermakna dan menyenangkan untuk melayani semua peserta didik. Pembelajaran ini kemudian ditulis dengan judul ”Pembelajaran IPA Materi Karakteristik Bunyi Tabung Reaksi Dimanfaatkan Melantunkan Irama Lagu. Pembelajaran untuk Melayani Kecerdasan Majemuk Peserta Didik SMPN 2 Pandaan”. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif diskriptif dari sebuah best practice pembelajaran IPA-Fisika. Metode Penelitian memuat rancangan pembelajaran yang digunakan dengan model pembelajaran inkuiri (Yuliati, 2008). Data dikumpulkan melalui tes tulis di akhir pembelajaran dan hasil pengamatan selama pembelajaran. Pembelajaran ini dirancang dengan mengembangkan model pembelajaran inkuiri dengan lebih menekankan pada aspek kebermaknaan untuk melayani kecredasan majemuk peserta didik. Pengembangan pembelajaran dilaksanakan dengan langkahlangkah: 1). Menidentifikasi kecredasan majemuk peserta didik, 2) Merancang rencana pembelajaran beserta lembar kerja peserta didik, 3) Menyediakan alat dan bahan, 4) ISBN 978-602-71279-1-9
PFMO-98
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016 Menentukan instrumen penilaian, 5) Melaksanakan dan mengobservasi pembelajaran, 6) Mengolah data hasil penilaian, dan 7) Menyimpulkan hasil pembelajaran. Pembelajaran dikembangkan untuk membelajarkan standar kompetensi: (6) Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari dan dengan kompetensi dasar (6.2) Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang berlangsung selama 2 x 40 menit memiliki tiga tujuan yaitu: (1) peserta didik menemukan hubungan antara tinggirendahnya bunyi yang dihasil dengan panjang kolom udara pada tabung reaksi saat diditiup, (2) peserta didik menemukan hubungan antara tinggi-rendahnya bunyi yang dihasil dengan panjang kolom udara pada tabung reaksi saat dipukul dan (3) menggunakan tabung reaksi untuk melantunkan Irama Lagu Identifikasi tipe kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik di kelas 8C dilakukan dengan memberi tes kecerdasan. Instrumen tes diadopasi dari hunting internet sumber Learning Disabilities Resources Community, Greg gay dan J. Ivanco. Masing-masing kecerdasan berisi sepuluh pernyataan yang harus dijawab peserta didik dengan mengisi angka 1 untuk sangat tidak setuju, 2 untuk tidak setuju, 3 untuk agak setuju, 4 jika setuju dan 5 jika sangat setuju. Selanjutnya masing-masing peserta didik menjumlahkan skor pada masing-masing kecerdasan. Skor tertinggi merupakan kecerdasan dominan yang dimiliki peserta didik. Rancangan pembelajaran dikembangkan berdasar pada sintaks pembelajaran kooperatif dengan proses untuk melayani kecerdasan majemuk. Rancangan pembelajaran dapat dilahat pada tabel berikut: Tabel 1: Pengembangan Pembelajaran Kooperatif dan MI Langkah Pembelajaran Kecredasan majemuk yang
Sintaks Pembelajaran Kooperatif
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
2. Menyajikan informasi
3. Mengoragnisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar 4. Membimbing kelompok belajar bekerja dan belajar 5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan
ISBN 978-602-71279-1-9
Guru menyapaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Guru meniup sebuah peluit mainan yang tutup diujungnya dapat ditarik memanjangmemendek. Terdengar suara tinggi- rendah. “Mengapa hal ini terjadi” Guru mengingatkan kembali pengertian tinggi rendah bunyi. Dengan menggunakan dua garputala yang berbeda dipukulkan dan selanjutnya ditempelkan kepalanya di papan tulis, guru mengingatkan kembali bunyi tinggi dan bunyi rendah Guru membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Untuk menemukan hubungan antara tinggi kolom udara dengan tinggi nada yang dihasilkan Guru membimbing kelompok-kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas dan mengambil kesimpulan. Guru mengevalusi hasil belajar kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Evaluasi individu dilakukan dengan memberi 2 soal uraian. Guru memberi penghargaan kepada peserta didik yang berhasil meniup/memukul tabung reaksi untuk melantunkan irama musik/lahu. Perhargaan juga diberikan kepada peserta didik yang berhasil mengerjakan tes tulis dengan sempurna.
MI VSI NI
terlayani
MI VSI LMI
BKI, IeI, MI, VSI, LI LMI, IaI, NI LI, LeI IaI, LMI BKI, IeI, MI, VSI LI, LMI, IaI NI MI
PFMO-99
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016 Berikut disajikan skema proses pembelajaran PENYELIDIKAN-1 MENEMUKAN HUBUNGAN TINGGI RENDAH BUNYI DENGAN KOLOM UDARA TABUNG REAKSI SAAT DITIUP
DISKUSI KELAS-1 MENYIMPULKAN HUBUNGAN TINGGI RENDAH BUNYI DENGAN KOLOM UDARA TABUNG REAKSI SAAT DITIUP
DISKUSI KELAS-2 MENYIMPULKAN HUBUNGAN TINGGI RENDAH BUNYI DENGAN KOLOM UDARA TABUNG REAKSI SAAT DIPUKUL
PENYELIDIKAN-2 MENEMUKAN HUBUNGAN TINGGI RENDAH BUNYI DENGAN KOLOM UDARA TABUNG REAKSI SAAT DIPUKUL
MENGGUNAKAN HASIL PENYELIDIKAN MELANTUNKAN IRAMA LAGU DENGAN TABUNG REAKSI
Gambar 1. Skema Proses Pembelajaran
HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Peserta didik Penilaian dilakukan untuk mengetahui kinerja peserta didik dalam melakukan penyelidikan dan penguasaan materi hasil penyelidikan. Penilaian kinerja dilakukan selama proses penyelidikan berlangsung. Dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja, guru memberi tanda A, B, C dan K (amat baik, baik, cukup dan kurang) pada lembar instrumen. Selama waktu 20 menit peserta didik melakukan penyelidikan. Disediakan 5 tabung reaksi beserta raknya, air dan penggaris. Masing-masing tabung reaksi diberi label A, B, C, D dan E. Peserta didik mengisi tabung reaksi dengan tinggi air yang berbeda beda sehingga menghasilkan panjang kolom udara yang berbeda.
Gambar 2: Peserta didik mengisi tabung reaksi dengan air (hijau)
ISBN 978-602-71279-1-9
PFMO-100
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016 Selanjutnya ujung tabung reaksi ditiup secara bergantian. Suara terdengar bersautan antara kelompuk satu dengan kelompok yang lain. Kelas menjadi amat meriah dengan bunyi tabung reaksi yang merdu-melengking. Guru membimbing kelompok yang belum dapat membunyikan tabung reaksi dengan cara mengarahkan peserta didik tersebut bertanya atau melihat kelompok lain yang sudah dapat melakukannya. Ada kelompok yang masih kurang memahami pengertian panjang kolom udara, mereka mengukur tinggi air dalam tabung reaksi, pembimbingan juga dilakukan kepada kelompok tersebut. Berdasarkan data diharapkan peserta didik dalam kelompoknya dapat menyimpulkan bahwa tinggi rendahnya bunyi yang dihasilkan oleh tabung reaksi saat ditiup dipengaruhi oleh panjang kolom udaranya. Setelah semua kelompok telah melakukan penyelidikan dan mengisi tabel data dilakukan diskusi kelas pertama. Diskusi kelas ini bertujuan mengambil kesimpulan hasil penyelidikan bersama. Diskusi kelas dilakukan dengan menunjuk dua kelompok yang berbeda hasil kesimpulannya, dan kelompok lain menanggapi Penilaian kinerja yang dilakukan meliputi dua unsur yaitu: kemampuan melakukan penyelidikan dan kemampuan melaksanakan diskusi. Tabel 1. Hasil Penilaian Kinerja
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Kecerdasan Linguistik Musikal Logika Matematika Visual Spasial Bodi Kinestetik Interpersonal Intrapersonal Naturalis Rata-rata
Jumlah Peserta didik 6 5 6 7 4 3 5 3
Penyelidikan Diskusi
Rata-rata nilai kinerja
75 82 80
80 76 80
77.5 79,0 80,0
80 79 76 75 72 77.3
72 74 76 78 76 76.5
76,0 76.5 76,0 76.5 74,0 76.7
Berdasarkan data di atas terlihat hanya peserta didik yang memiliki kecerdasan naturalis memliki kemampuan pemyelidiakan lebih rendah dari yang lain. Peserta didik dengan kecerdasan musical amat cekatan dalam melakukan penyelidikan terutama saat mengidentifikasi bunyi tabung reaksi saat ditiup dan saat dipukul. Peserta didik dengan kecerdasan visual lebih cekatan dalam mengisi tabung reaksi dan mengurutkannya dalam rak tabung reaksi dibanding peserta didik lain. Hal yang menarik, peserta didik dengan kecerdasan logika matematika mengalami kesulitan meniup tabung reaksi sehingga menghasilkan bunyi. Kemampuan peserta didik dalam diskusi terlihat menonjol pada peserta didik dengan kecerdasan linguistik dan kecerdasan logika matematika. Kemampuan mengutarakan pendapat banyak didominasi oleh peserta didik dengan kecerdasan linguistik tetapi kemampuan menmbuat kesimpulan masih dimotori oleh peserta didik yang memiliki kecerdasan logika matematika. Kinerja peserta didik dalam pelakukan penyelidikan rata-rata 76,7 artinya secara keseluruhan telah melebihi kriteria ketuntasan minimal. Ketuntasan kemampuan kinerja peserta didik meningkat terjadi dipicu oleh penataan anggota kelompok yang heterogen. Sato (2014) yang menyatakan bahwa heterogenitas dapat membentuk komunitas belajar lebih efektif. Pada pembelajaran ini heterogenitas terjadi pada jenis kelamin dan jenis kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Pemahaman materi pembelajaran ISBN 978-602-71279-1-9
PFMO-101
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016 Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan melantunkan lagu dengan membunyikan tabung reaksi dengan dipukul atau ditiup bersama dengan arahan guru. Guru menunjuk 5 orang peserta didik. Satu peserta didik memegang satu tabung reaksi yang berbeda-beda panjang kolom udaranya, sehingga terbentuk 5 formasi yaitu tabung A, tabung B, tabung C, tabung D dan tabung E. Dengan notasi label tabung yang telah dituliskan di papan tulis guru mempimpin untuk membentuk suatu lagu “Burung Kakak Tua”. Jika masih tersedia waktu peserta didik diberi kesempatan untuk mengekspresikan rasa seni bermain musik dengan alat musik tabung reaksi yang telah terisi air. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi pengalaman kepada peserta didik tentang aplikasi terhadap apa yang telah mereka temukan, dan yang lebih penting menanamkam kepada mereka rasa senang mata pelajaran IPA-Fisika. Tes akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran. Masing-masing peserta didik diberikan selembar kertas soal berisi 3 pertanyaan. Selanjutnya hasil pekerjaan dikoreksi oleh peserta didik itu sendiri dengan panduan kunci jawaban dari guru. Berikut nilai hasil tes penguasaan materi pembelajaran Tabel 2. Hasil Penilaian Penguasaan Materi
No. 1 2
Jenis Kecerdasan
Jumlah Peserta didik 6 5 6
Rata-rata nilai kinerja
Linguistik 83.3 Musikal 100,0 Logika 95,8 3 Matematika 4 Visual Spasial 7 79,1 5 Bodi Kinestetik 4 68.7 6 Interpersonal 3 81,2 7 Intrapersonal 5 90.0 8 Naturalis 3 87,5 Rata-rata 85.5 Berdasarkan data di atas kelima peserta didik dengan kecerdasan musikal menguasai materi pembelajaran secara sempurna. Kegiatan membunyikan bunyi tabung dan melantukan lagu dengan memanfaatkan bunyi tabung berhasil menaikkan rasa senang dan pemahaman terhadap materi pembelajaran. Peserta didik dengan kecerdasan logika matematika memperoleh nilai baik, akan tetapi peserta didik dengan kecerdasan bodi kinestetik rata-rata masih belum tuntas penguasaan materi pembelajaran. Secara keseluruhan nilai rata-rata penguasaan materi pembelajaran 85,5 dan telah mencapai di atas kriteria ketuntasan minimal yakni 75. Hasil pembelajaran ini sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif dengan dilakukannya kerja kelompok pada langkah pembelajaran (Depdiknas, 2003). Kerja kelompok menfasilitasi semua peserta didik untuk menemukan sediri konsep. Kahle (2002), bahwa penerapan pendekatan inkuiri meningkatkan potensi intelektual peserta didik, dikarenakan mereka mendapat kesempatan untuk mencari dan menemukan keteraturan dan aspek lainnya melalui observasi dan eksperimen mereka sendiri Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan kemajemukan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap peserta didik. Peserta didik digali kreativitasnya agar mereka dapat mempelajari IPA-Fisika sesuai kecerdasannya. Hal ini nampak pada nilai kemampuan kinerja peserta didik 76,7. Peserta didik yang memiliki kecenderungan musikal bersemangat saat meniup tabung reaksi dan menghasilkan bunyi bernada tertentu. Peserta didik inilah yan paling awal dapat meniup tabung reaksi sehingga ISBN 978-602-71279-1-9
PFMO-102
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016 menghasilkan bunyi indah. Begitu pula saat menggunakan hasil penemuan/ penyelidikan untuk melantunkan irama musik. Melalui penerapan rancangan pembelajaran IPA-Fisika ini telah menggugurkan anggapan bahwa pelajaran IPA-Fisika itu sulit dan tidak menyenangkan. Karena melalui guru memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk mempelajari IPA-Fisika sesuai dengan ragam kecerdasan yang dimilikinya. Peserta didik yang memiliki kecenderungan kecerdasan visual-spasial dan bodi kinestetik juga terlayani saat mengisi tabung reaksi dengan air dan mengukur ketinggian kolom udara. Peserta didik dengan kecerdasan logika matematika sangat menonjol sangat menerjemahkan perintah tentang mengukur tinggi kolom udara. Melalui pembelajaran yang melayani kecerdasan majemuk ini peserta didik belajar untuk menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing, misalnya peserta didik yang biasanya dianggap bodoh karena selalu mendapat nilai buruk dalam pelajaran IPA-Fisika ternyata mampu membuat lagu dengan menggunakan konsep IPA-Fisika dengan sangat indah. Metode ini juga sangat efektif karena mampu meningkatkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam bentuk interaksi baik antara peserta didik dengan guru maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Bahkan interaksi ini lebih didominasi oleh interaksi antara peserta didik dengan peserta didik sedangkan guru hanya bersifat sebagai moderator saja. Peserta didik dengen kecerdasan linguistic menjadi motor saat diskusi. Tanya jawab antar peserta didik berjalan dengan sangat baik dan setiap penilaian yang diberikan oleh guru maupun peserta didik lainnya mampu memacu dirinya untuk lebih menggali konsep-konsep materi yang diajarkan sehingga menghasilkan rasa keingintahuan dan percaya diri yang tinggi. Hal ini terlihat pada tingginya frekuensi berpendapat dan menghargai pendapat teman saat berdiskusi. Oleh karena itu secara keseluruhan metode ini mampu menciptakan rasa belajar IPA-Fisika yang menyenangkan yang pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan minat dan motivasi peserta didik pada pelajaran IPA-Fisika. Indikator terakhir yang diharapkan tentu saja adalah adanya hasil belajar IPA-Fisika khususnya. KESIMPULAN Pembelajaran IPA materi karakteristik bunyi tabung reaksi dimanfaatkan melantunkan irama lagu. Pembelajaran untuk melayani mecerdasan majemuk peserta didik SMPN 2 Pandaan dapat berjalan dengan baik. Hal ini teramati dari seluruh sintak pembelajaran koopertif telah dilaksanakan oleh guru dan siswa. Proses pembelajaran juga dapat melayani 8 macam kecerdasan yang dimiliki siswa (multiple intellegence) sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran juga telah menggugurkan anggapan bahwa pelajaran IPA-Fisika itu sulit dan tidak menyenangkan.
Hasil pembelajaran IPA materi karakteristik bunyi tabung reaksi dimanfaatkan melantunkan irama lagu. Pembelajaran untuk melayani kecerdasan majemuk peserta didik SMPN 2 Pandaan menghasilkan nilai baik dan tuntas. Nilai kinerja siswa selama proses pembelajaran dengan nilai rata-rata 76,7 dan penguasaan materi siswa rata-rata 85,5. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampikan kepada kolega guru yang telah bersedia menjadi pengamat pembelajaran dan mengambil data kinerja peserta didik. Terima kasih juga disampaikan kepada kepala SMPN 2 Pandaan yang telah memberi fasilitas dan motivasi untuk mengembangkan pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.(Ed.). 2001. A Taxonomy for Learning and Assesing; A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York: Longman ISBN 978-602-71279-1-9
PFMO-103
SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2016 Campbell, Linda dkk. 2002. Multiple Intelligences, Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inisiasi Press Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas, 2004. Hakikat sains. Bahan Pelatihan Terintergrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. Jakarta. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas, 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Depdiknas Kahle. J.B et al. 2002. Inquiry. A Guide for Teaching and Learning. Washington DC: National Academy Press Sato, M. 2014. Mereformasi Sekolah. Konsep dan Praktek Komunitas Belajar. Jakarta: PELIA/IDCJ Slavin, Robert. E. 2008. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik. Bandung, Nusa Media Yuliati, L. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika “Teori dan Praktik”. Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) Universitas Negeri Malang.
ISBN 978-602-71279-1-9
PFMO-104