USAHA KONVEKSI BAJU KAOS BERMERK Oleh : Munawir ABSTRACT Ready made clothes from sock with brand name “One Man” and “New Levi” is one of micro business development of “UMKM” (Middle, Small and Micro Bisnis). Located in Cipadu Village, Larangan Subdistric, Kota Tangerang District is more favorable because near with the material clothes and to distribute in Tanah Abang Market Central Jakarta. It is a few model : Salur Lidi material with V corvee, Sablon Polos Katun Spandek material with V corvee, Sablon Teri material with oblong corvee and Salur material with salur corvee. The result of this business is fisibel and profitabel. Key words : Produsen, machine, textile, brand, consumer. PENDAHULUAN Usaha produksi baju kaos dengan merk “One Man” dan “New Levi” merupakan usaha pakaian konveksi yang sudah berjalan selama +1 tahun, dilakukan oleh salah seorang produsen/ wiraswastawan di daerah Kelurahan Cipadu, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang. Perbedaan yang unik dengan lainnya adalah di dalam sistem pengerjaannya dilakukan dengan diborongkan ke penjahit yang sudah terjalin ikatan hubungan, dengan upah sekitar Rp.29.000,-/lusin sampai dengan Rp.34.000,-/ lusin, yang tergantung dari model kaos yang dibuatnya. Sistem pemasarannya dengan menjual/menitipkan/menaruh kaos tersebut ke toko adiknya di daerah Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat. Usaha tersebut termasuk usaha mikro dengan modal masih relatif kecil dan karena kekurangan modal maka dalam pembelian bahan baku kain dibayar dengan giro jangka waktu 1-1,5 bulan. Giro berasal dari Toko Tanah Abang yang sudah dipercaya kredibilitasnya oleh penerima / penjual kain di Cipadu. Oleh karena pembayarannya dengan giro yang mempunyai jangka waktu jatuh temponya maka biasanya harga kain yang dibelinya sedikit dinaikkan lebih mahal bila dibandingkan dengan membeli secara tunai. Pemerintah sangat mendukung Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di berbagai bidang termasuk usaha mikro pada pembuatan baju kaos
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
bermerk tersebut. Pemberian merk / brand tentu dimaksudkan agar dapat diperoleh citra barang lebih meningkat dan konsumen lebih tertarik untuk membelinya. Pengembangan UMKM seperti pada pembuatan pakaian konveksi kaos tersebut, terdapat juga yang dilakukan oleh produsen lainnya seperti pada pakaian konveksi celana aladin, celana panjang olah raga / celana training, celana kolor pendek pria dan wanita dengan berbagai model / variasi, celana ledging, daster dan pakaian seragam sekolah mulai Play Group, Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) adalah sangat luar biasa dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Pengembangan UMKM tersebut yang akhirnya dapat mengembangkan dan menghidupkan ekonomi masyarakat yang dampaknya sangat luar biasa dapat dilihat pada penyerapan tenaga kerja dimana masyarakat yang mengganggur dapat bekerja, dapat memperoleh uang untuk menghidupi dirinya dan keluarganya, untuk menopang biaya sekolah anakanaknya, menopang kesehatan tubuhnya dan manfaat lainnya untuk kesejahteraan keluarganya, mulai dari titik penyedia tenaga kerja, produsen, pedagang pengumpul besar, pedagang distribusi di luar propinsi berupa pedagang pengumpul besar dan pedagang eceran sampai ke konsumen.
1
USAHA KONVEKSI BAJU KAOS BERMERK Oleh : Munawir
Saat ini telah ada KADIN UMKM (Kamar Dagang Induk Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang dibentuk sejak tanggal 15 Juni 2005 sebagai wadah ekonomi kerakyatan / UMKM spesilisasi pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang bersifat khusus, yang strukturnya ada di tingkat Provinsi, Kabupaten / Kota dan Kecamatan, yang merupakan kepanjangan dari KADIN Indonesia (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) yang dibentuk sesuai UU No.1 Th.1987 sebagai wadah konsultasi bagi pengusaha Indonesia yang bersifat umum (Elias L.Tobing, 2005 a : ii). Dijelaskan bahwa KADIN UMKM dalam rangka meningkatkan peranannya membangun ekonomi kerakyatan, untuk mengatasi permasalahan klasik yang perlu segera dipecahkan dan diatasi antara lain : (a). Rendahnya kualitas sumber daya manusia; (b). Terbatasnya terhadap sumber-sumber informasi; (c). Rendahnya kemampuan untuk meningkatkan pangsa pasar; (d). Rendahnya kemampuan dan terbatasnya akses terhadap sumber-sumber permodalan; (e). Rendahnya kemampuan penguasaan dan pemanfaatan serta akses terhadap teknologi; (f). Rendahnya kemampuan dalam mengembangkan organisasi dan manajemen, dlsbgnya (Elias L.Tobing, 2005 b : iii). Dengan keberadaan dan peran dari KADIN UMKM tersebut maka sangat diharapkan oleh para produsen / pengusaha UMKM khususnya pada usaha mikro dalam pembuatan baju kaos bermerk yang kami teliti ini dapat terbantu dan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada. Permasalahan utama yang dihadapi pengusaha / produsen pakaian konveksi baju kaos merk “One Man” dan New Levi” yaitu ketika pembelian kain menggunakan giro, harga kain dinaikkan sehingga harus berhitung apakah usahanya layak dilaksanakan dan diperoleh keuntungan ? PERUMUSAN MASALAH Dengan modal yang terbatas atau kekurangan modal maka salah satu cara untuk memperoleh tambahan modal untuk membeli kain dengan menggunakan giro yang konsekuensinya harga kain tersebut dinaikkan, yang harus selalu dilakukan perhitungan – perhitungan, sehingga yang menjadi permasalahan adalah “Apakah usahanya layak dilaksanakan dan diperoleh keuntungan” ?
2
HIPOTESA Usaha konveksi baju kaos merk “One Man” dan New Levi” layak dilaksanakan dan diperoleh keuntungan. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan pendekatan deskriptif analitis studi kasus dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir Moh, 1983: 63). Penelitian studi kasus ini dilakukan pada seorang pengusaha / produsen konveksi baju kaos merk “One Man” dan New Levi” di Kelurahan Cipadu, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang. Data yang digunakan berupa data primer yang bersumber dari pengusaha kaos merk “One Man” dan “New Levi” dan data lainnya yang relevan dan terkait. Data / informasi yang dikumpulkan antara lain yang berkaitan dengan : Aspek produksi. Aspek pemasaran. Aspek manajemen. Perhitungan biaya dan penerimaan serta keuntungan usaha, dengan R/C rasio. ASPEK PRODUKSI Domisili pengusaha / produsen dan lokasi usaha serta para penjahit yang mengerjakan pakaian konveksi baju kaos yang diberi merk “One Man” dan “New Levi” berada di daerah Kelurahan Cipadu, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, berdekatan dengan lokasi pembelian bahan baku kain di Cipadu dan tidak terlalu jauh pemasarannya ke Tanah Abang Jakarta Pusat, yang merupakan lokasi ideal dan akan diperoleh efisiensi pada ongkos transportasi dan lainnya. Sistem pengerjaan produksi kaos One Man dan New Levi dengan cara diborongkan kepada seorang penjahit yang mempunyai 8 orang anak buah, yang mempunyai mesin kam 2 buah, mesin obras 3 buah, mesin jahit 6 buah dan mesin MH 1 buah (untuk merapikan dibelakang leher).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
USAHA KONVEKSI BAJU KAOS BERMERK Oleh : Munawir
Sistem pengerjaan seperti ini meringankan produsen, dimana produsen tidak menanggung pembelian mesin-mesin, bahan pembantu (benang jahit , benang obras, dll.), pemeliharaan mesin-mesin dan tidak menanggung makan para pekerja. Produsen hanya melakukan pengawasan produksi (kuantitas dan kualitas) dan memberikan uang yang diperlukan / sistem bon uang dari pemborong pekerjaan. Upah borongan pengerjaan kaos One Man dan New Levi sesuai model dan jenis bahan yang digunakan sebagai berikut : Tabel 1. Upah borongan pengerjaan kaos One Man dan New Levi. No.
Model
Jenis Kain Salur
Upah (Rp./lusin)
1.
Leher V
2.
Leher Oblong Polos, Salur
29.000,-
3.
Leher Krah
34.000,-
Salur
Keterangan
dipasarkan secara lokal setempat dan juga dijual ke propinsi lainnya di Jawa dan Luar Jawa, dengan cara pengiriman dengan darat bila tujuannya ke Pulau Sumatera dengan ongkos Rp.1.500,-/Kg dan dengan ekspedisi kapal laut bila tujuannya di luar Pulau Sumatera dengan ongkos Rp.3.000,-/Kg. Pengepakan diperlukan biaya : karung 3 lapis (3 buah) seharga Rp.25.000,- (kecil) memuat 30-35 lusin s/d Rp.50.000,-(besar) memuat 50-100 kodi, tenaga pengepak Rp.30.000,- - Rp.50.000,-/pak. Rantai pemasaran kaos One Man dan New Levi dapat dijelaskan sebagai berikut : Produsen One Man & New Levi
Pedagang Besar Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat
Pedagang Grosir Prop. Jawa dan Luar Jawa
Pedagang kecil di Prop. Ybs
Konsumen di Prop. Ybs
31.000,-
Krah dalamnya kain keras
Rp.500,-/bh
ditanggung pemborong. Sumber : Data Primer.
Produk Kaos “One Man” dan “New Levi” yang dipasarkan : A dan B : Kaos Bahan Salur Lidi, Krah V. C dan D : Kaos Sablon Katun Spandek Polos, Krah V. E dan F : Kaos Sablon Teri Oblong dan Kaos Salur Ber-krah salur. Ukurannya sekitar : Panjang : 65 cm Lebar : 48 x 2 cm. Leher : 15 cm Lengan : 20 x 2 cm. Termasuk di dalam aspek produksi agar lebih menarik para konsumen, telah dibuat asesoris dan dilakukan finishing (strika, menghilangkan benangbenang dan bulu, packing dengan plastik). Asesoris antara lain berupa sablon ongkos biayanya Rp.2.000,/lusin, logo Rp.8.000,-/lusin, label one man dan new levi Rp.5.000,-/lusin (cetak 500-1.000 bh/sekali cetak). Finishing dengan berbagai kegiatan tersebut upahnya Rp.10.000,-/lusin (plastik ukuran 28x30 cm, harganya Rp.120,-/bh. ditanggung pengepak). ASPEK PASAR Pemasaran baju kaos One Man dan New Levi sudah mantap karena disalurkan / dijual di toko Tanah Abang milik adiknya, yang selanjutnya dijual /
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Harga jual kaos One man dan New Levi tanpa krah leher dari produsen ke pedagang Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat, sebesar Rp.210.000,- s/d Rp.220.000,-/ lusin, yang berkrah leher sebesar Rp.240.000,-/ lusin, selanjutnya dijual oleh pedagang Pasar tanah Abang sebesar Rp.240.000,- / lusin yang tanpa krah leher dan sebesar Rp.270.000,- / lusin yang berkrah leher. Bila penjualan ke luar propinsi / luar Jawa maka diperhitungkan ongkos kirimnya. Pemasaran merupakan sebuah faktor penting dalam suatu siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Pemasaran adalah termasuk salah satu kegiatan dalam perekonomian dan membantu dalam penciptaan nilai ekonomi (Swastha, 1979 : 4). Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatankegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan menciptakan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian merekan di bidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lain serta kemampuan dalam mengkombinasikannya. Pengertian pemasaran menurut William J.Stanton dalam bukunya Swastho B ( 1990 : 5 ) menyatakan bahwa : “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”.
3
USAHA KONVEKSI BAJU KAOS BERMERK Oleh : Munawir
Gambaran perkembangan harga bahan baku kain salur katun untuk kaos, 24 S, bulan Pebruari – Juli 2011 sebagai berikut : Tabel 2 : Harga Pembelian Kain Salur Katun, 24 S, Bulan Pebruari – Juli 2011. No.
Waktu
Harga Kain (Rp./Kg.)
1.
Januari 2011
45.000,-
2.
Pebruari 2011
45.000,-
3.
Maret 2011
47.000,- - 48.000,-
4.
April 2011
47.000,- - 48.000,-
5.
Mei 2011
48.000,-
6.
Juni 2011
48.000,-
7.
Juli 2011, Mgg I
48.000,-
8.
Juli 2011, Mgg II-IV
43.000,- - 45.000,55.000,-(katun spandek)
Sumber : Data Primer.
Harga pembelian kain oleh produsen kaos dari pedagang kain berfluktuasi mengikuti keadaan pasar, oleh karena dibayar dengan giro dalam jangka waktu 1-1,5 bulan maka harga pembelian ditambah sekitar Rp.3.000,-/Kg dari harga pasar yang semestinya. Dilihat dari aspek pemasaran maka untuk menarik para konsumen, telah dibuat asesoris dan dilakukan finishing (strika, menghilangkan benang-benang dan bulu, packing dengan plastik). Asesoris antara lain berupa sablon ongkos biayanya Rp.2.000,-/lusin, logo Rp.8.000,-/lusin, label one man dan new levi Rp.5.000,-/lusin (cetak 500-1.000 bh/sekali cetak). Finishing dengan berbagai kegiatan tersebut upahnya Rp.10.000,-/lusin (plastik ukuran 28x30 cm, harganya Rp.120,-/bh. ditanggung pengepak). ASPEK MANAJEMEN Pengusaha / produsen sebagai pemimpin atau manajer yang memproduksi konveksi baju kaos merk One Man Man dan New Levi selalu melakukan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan. Perencanaan ini merupakan aktivitas dia dalam menetapkan pembelian kain yang meliputi jenis kain, volume, harga, kapan, dimana, bagaimana dan mengapa dilakukan hal tersebut di Cipadu. Pengorganisasian ini merupakan aktivitas dia dalam menetapkan organisasinya dalam membeli kain, tenaga kerja dan sarana-sarana yang diperlukan,
4
menyerahkan kain kepada penjahit untuk diproses / dijahit menjadi baju kaos konveksi di Cipadu. Pengarahan ini merupakan aktivitas dia dalam menggerakkan dan mengarahkan para pelaksana atau bawahannya sehingga mereka mau melaksanakan tugasnya dengan baik yang berkaitan dengan produksi yang dikehendakinya dari penjahit dan pemasaran. Pengkoordinasian ini merupakan aktivitas dia dalam koordinasi atau kesatuan dan keselarasan tindakan yang berkaitan dengan produksi dan pemasaran sehingga dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Pengawasan ini merupakan aktivitas dia dalam mencegah terjadinya penyimpangan pelaksanaan dari rencana dan melakukan tindakan koreksi bila terjadi penyimpangan dengan maksud untuk menjamin tercapainya produksi dari penjahit dan pemasaran kaos one man dan new levi. Pengusaha / produsen mempunyai pembukuan sebagai buku kendali dalam buku besar yang dibuat dalam kolom-kolom (matriks) yang isinya antara lain : Tanggal Nota ; Nama Bahan ; Warna Bahan (dengan menempelkan secarik potongan bahan kain yang dikerjakan) ; Jumlah (Kg) bahan yang dikerjakan ; Harga bahan per Kg (Rp./Kg) ; Total Harga (Rp.) ; Jumlah Potongan Jadi Kaos Berapa Lusin ; Pemakaian Bahan (jumlah bahan menjadi berapa lusin kaos jadi) ; Model Barang (Kaos) : V, Oblong, Krah ; Ongkos Jahit ; Ongkos Sablon ; Ongkos Finishing ; Ongkos Bordir ; Modal Barang Jadi / Lusin (= Ongkos Produksi / Lusin) ; Modal Toko (misalnya Rp.210.000,-/ Lusin) ; Jumlah Barang Jadi (yang dijual) berapa lusin ; Total Harga Barang Jadi (= Nilai Penjualan =Harga / Lusin x Jumlah Lusin). PERHITUNGAN BIAYA DAN PENERIMAAN SERTA KEUNTUNGAN Menghitung pada aspek finansial dengan melakukan penghitungan biaya dan penerimaan serta keuntungan, sekaligus untuk menjawab hipotesa dan masalah yang dikemukakan di atas. Untuk menilai apakah usaha konveksi baju kaos one man dan new levi tersebut layak / tidak dan menguntungkan maka disini digunakan model / alat analisa R/C Rasio.
R/C Rasio =
Total Penerimaan ——————————— Total Biaya
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
USAHA KONVEKSI BAJU KAOS BERMERK Oleh : Munawir
Bila : R/C > 1 : usaha tersebut layak dilaksanakan dan diperoleh keuntungan. R/C < 1 : usaha tersebut tidak layak dilaksanakan dan tidak diperoleh keuntungan. R/C = 1 : usaha tsb belum memperoleh keuntungan, sehingga perlu pembenahan. Pengusaha / produsen memproduksi dengan volume kain beberapa kwintal untuk diproses / dijahit menjadi baju kaos konveksi one man dan new levi. Berapapun volume kain yang diproses karena menjahitnya diborongkan kepada seorang penjahit, maka dapat kami sederhanakan / simplikasikan untuk perhitungan biaya dan penerimaan serta keuntungan dalam satuan unit setiap 30 kg kain seperti pada tabel berikut. Tabel 3 : Perhitungan Biaya dan Penerimaan serta Keuntungan Usaha Kaos One Man dan New Levi per satuan 30 kg bahan kain. No.
Uraian
Volume
Harga Rp/sat.
Jumlah
Dalam memproduksi ketiga model tersebut yaitu model V, oblong dan krah bisa secara simultan ketigatiganya dapat juga bisa dua saja atau satu saja, yang tergantung dari ketersediaan bahan baku kain yang ada dan hal-hal lainnya yang mempengaruhinya. Pada tabel tersebut tampak bahwa dengan model / analisa R/C Rasio diperoleh hasil : a. Untuk kaos V : R/C = 1,25 à usaha tersebut layak dan diperoleh keuntungan (Rp.440 rb) b. Utk kaos oblong : R/C=1,20àusaha tersebut layak dan diperoleh keuntungan (Rp.360 rb) c. Utk kaos krah : R/C = 1,14 à usaha tersebut layak dan diperoleh keuntungan (Rp.310 rb) Jadi dengan demikian dari hasil perhitungan pada usaha ketiga model kaos (V, oblong, krah) tersebut dimana R/C > 1, maka usaha tersebut layak dan diperoleh keuntungan, sehingga hipotesa yang dikemukakan diatas benar atau dapat diterima dan sekaligus dapat menjawab permasalahan yang dikemukakan diatas.
(Rp.) I.
Biaya
1.
Bahan Kain
2.
Ongkos Pengerjaan
30 kg
a.=b. 45.000,c.
3.
Finishing
10 lusin
10 lusin
1.350.000,-
55.000,-
a. 31.000,- V
1.650.000,a.
310.000,-
b. 29.000,- oblong b.
290.000,-
c. 34.000,- krah
340.000,-
c.
10.000,-
Jumlah I
100.000,a. 1.760.000,b. 1.740.000,c. 2.090.000,-
II.
Penerimaan
1.
Penjualan
10 lusin
a.220.000,- V
a. 2.200.000,-
b.210.000,-oblong b. 2.100.000,c.240.000,-krah III.
R/C Rasio
c. 2.400.000,a. 1,25 (layak) b. 1,20 (layak) c. 1,14 (layak)
IV.
Keuntungan = I-II
a. . 440.000,b. 360.000,c.
Sumber : Analisa Data Primer.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
310.000,-
KESIMPULAN 1. Usaha produksi konveksi kaos merk One Man dan New Levi yang diteliti disini (studi kasus), lokasinya di Cipadu berdekatan dengan tempat bahan baku dan bahan penolong serta cukup berdekatan dengan tempat pemasaran ke Tanah Abang Jakarta Pusat.. 2. Sistem pengerjaan produksi kaos diborongkan ke penjahit yang sudah terjalin hubungannya dengan upah borongan sesuai model kaosnya dan sistem pemasarannya dengan menjual / menitipkan ke adiknya yang mempunyai toko di Tanah Abang. 3. Permodalannya terbatas sehingga dalam pembelian kain dibayar dengan giro yang konsekwensinya harga kain tersebut lebih mahal dibandingkan secara tunai. 4. Hasil perhitungan pada ketiga model kaos menunjukkan R/C > 1 yang menunjukkan bahwa ketiga usaha tersebut layak dan diperoleh keuntungan, sehingga hipotesa yang dikemukakan benar dan sekaligus dapat menjawab permasalahan yang ada.
5
USAHA KONVEKSI BAJU KAOS BERMERK Oleh : Munawir
5.
KADIN UMKM di tingkat Provinsi, Kabupaten / Kota dan Kecamatan sangat diharapkan perannya yang lebih besar dan nyata dalam membina / membantu usaha konveksi ini dalam mengatasi segala kendala / masalah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2005, Buku Panduan Apa dan Siapa KADIN UMKM (Kamar Dagang Induk Usaha Mikro Kecil dan Menengah), Dewan Pengurus Nasional KADIN UMKM, Jakarta. Assauri S, 1993, Manajemen Produksi dan
6
Operasi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Nazir, Moh, 1983, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Swastha B, 1979, Azas-azas Marketing, Liberty, Yogyakarta. Slamet R.M, 1983, Kepemimpinan, Lembaga Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S. ABSTRACT Based on the quantitative research model through both descriptive and inferential statistics, and used of multiple regression, showed that elements of the marketing mix and quality of services performed by hospital management in an integrated and balanced decisions can affect the patient in selecting a particular hospital as a place of choice in medical treatment when they are ill. Partially marketing mix elements that significantly positive influence against the decisions of choosing a hospital is the product, place, promotion, educated and skilled labor (Professional), and employees (People). Partially the elements of quality of service significantly positive influence on decisions of choosing a hospital is Tangible, Concern (Emphaty), and Reliability. This is possible because the patient is very concerned with health services product in accordance with her illness, a place that is easily accessible and organized with the support of a complete facility, more services information, health labor professionals and care, and compliance the performance of services with offered. Keyword: Marketing Mix, Quality of Service, Decisions of Choosing a Hospital PENDAHULUAN Sebuah rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang berfungsi menyelenggarakan upaya kesehatan baik kuratif, preventif, promotif, dan rehabilitatif. Rumah sakit terdiri dari unit-unit utama meliputi instalasi gawat darurat, instalasi rawat jalan, dan instalasi rawat inap termasuk unit perawatan Intensif Care Unit (ICU), serta dilengkapi unit-unit penunjang seperti instalasi laboratorium, instalasi radiologi, instalasi bedah, instalasi rehabilitasi medik, instalasi gizi, dan unit-unit penunjang lain, serta Administrasi Umum dan Keuangan. Supaya sebuah rumah sakit dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dengan rumah sakit-rumah sakit lain yang berada di sekelilingnya, maka setiap pusat pendapatan (revenue center) yang ada di rumah sakit tersebut harus dapat menghasilkan pendapatan yang optimal sesuai target dan standar yang telah ditetapkan. Sedangkan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Nomor 190/Menkes/SK/II/2004 Tanggal 26 Februari 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 250/ Menkes/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008, mempunyai kedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik dengan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap penderita penyakit paru secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang penanggulangan penyakit paru. Sebagai rumah sakit pemerintah, Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu tidak ditujukan untuk mencari laba (nirlaba), melainkan ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan paru secara menyeluruh (holistic) kepada masyarakat sesuai amanah Undang-Undang, secara konsisten memusatkan perhatiannya pada pemberian
7
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S.
layanan kesehatan paru terbaik atau pelayanan prima kepada pasiennya. Dalam usahanya memberikan pelayanan prima tersebut, rumah sakit memerlukan sumber pembiayaan yang sebagian didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dan sebagian lain dibebankan kepada rumah sakit sendiri untuk mencari sumber-sumber pendapatan sendiri. Apalagi sejak tanggal 26 Juni 2007 Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu resmi ditetapkan menjadi rumah sakit yang menggunakan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum (PPK-BLU) yang harus mampu untuk tumbuh dengan pola bisnis yang sehat dan diharapkan dari tahun ke tahun semakin mampu mengurangi beban subsidi dari APBN. Untuk mencari sumber pendanaan tersebut, Rumah Sakit menyusun rencana strategis lima tahunan dan rencana bisnis anggaran yang disusun tahunan, sebagai panduan tentang arah kegiatan, kebutuhan pengeluaran anggaran, dan rencana pemenuhan kebutuhan anggaran tersebut. Dengan demikian seluruh pusat pendapatan (revenue center) termasuk di dalamnya instalasi rawat jalan harus menyusun target pendapatan yang optimal dan jangan sampai penyusunan target pendapatan over budget (irasional) atau under budget (pesimistis). Sebagai Badan Layanan Umum Rumah Sakit (BLU RS) , dalam kaitan dengan pelayanan, nilai yang paling optimal untuk penilaian perbandingan tenaga dokter dan pasien yang dilayani di instalasi rawat jalan adalah 1 orang dokter merawat 25-30 orang pasien per hari. Begitu juga perbandingan perawat dengan pasien adalah 1 orang perawat melayani 25-30 orang pasien per hari. Dari sekian banyak unit revenue center yang ada di Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu, penulis berminat untuk mengamati fenomena yang terjadi di instalasi rawat jalan yang menurut penulis, keadaan realisasi pendapatannya belum optimal, karena masih under budget. Realisasi pendapatan tersebut merupakan fungsi dari perkalian antara banyaknya kunjungan pasien rawat jalan dengan tarif pemeriksaan kesehatan yang mereka bayar. Sehingga dengan demikian, banyak dan sedikitnya pasien yang berkunjung ke instalasi rawat jalan sangat mempengaruhi target pendapatan dan produktivitas kerja tenaga yang ada di instalasi rawat jalan.
8
Produktivitas kerja menunjukkan tingkat kemampuan pegawai dalam mencapai hasil (output) terutama dilihat dari sisi kuantitasnya. Oleh karena itu tingkat produktivitas setiap pegawai bisa berbeda, bisa tinggi atau bisa juga rendah, bergantung pada tingkat kegigihan dalam menjalankan tugasnya. Produktivitas kerja dapat diartikan sebagai hasil konkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu maupun kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Greeberg dalam Muchdarsyah (2003:12) dalam Tjutju dan Suwatno (2008:157) mendefinisikan produktifitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tetentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Paul Mali (dalam Nanang Fattah, 1996;16) dalam Tjutju dan Suwatno, (2008:158) menyatakan bahwa dalam mengukur produktivitas akan dilakukan dengan rujukan yang menggabungkan sisi efektifitas dan efesiensi. Efektifitas berkaitan dengan performance dan efesiensi dikaitkan dengan penggunan sumbersumber. Indeks produktivitas diukur berdasarkan penandingan atau rasio antara pencapaian performance dengan sumber-sumber yang dialokasikan. Dimensi efektifitas berkaitan dengan optimalisasi ketercapaian rencana kerja, baik dilihat dari aspek kualitas, kuantitas, durasi penyelesaian pekerjaan, dan ketepatan pengalokasian sumber daya organisasi. Pada dimensi efesiensi, pengukuran produktifitas merujuk pada realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan, apakah terjadi pemborosan, penyalahgunaan atau penyimpangan alokasi sumber daya yang menimbulkan ketidak tercapaian target produk. Fischer, Schoenfeldt, dan Shaw, yang dikutif Muchdarsyah (2003;22) dalam Tjutju dan Suwatno (2008:157) menyimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja bukan sekedar merupakan fungsi dari seberapa keras karyawan bekerja, melainkan juga sangat tergantung pada lingkungan kerja dan alur proses yang dilewatinya, misalnya kualitas pasokan bahan, rancangan kerja, perawatan mesin, penggantian (modernisasi) perlengkapan dan peralatan kerja, desain produk, proses produksi yang telah ditetapkan, serta iklim organisasi yang berkembang di dalamnya. Jika sebuah perusahaan manufaktur sangat memerlukan pasokan bahan baku, maka hubungannya dengan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagai perusahaan jasa kesehatan yang melayani pasien,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S.
maka produktivitas kerja tenaga dokter dan perawat khususnya di instalasi rawat jalan juga sangat dipengaruhi oleh pasokan berupa kunjungan pasien yang akan dilayani. Dari urian di atas diperoleh gambaran bahwa tingkat volume kunjungan pasien ke instalasi rawat jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu merupakan faktor penting yang dapat mem pengaruhi pencapaian target anggaran pendapatan instalasi rawat jalan yang optimal, dan merupakan salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dokter dan perawat di instalasi rawat jalan, yang menjadi salah satu indikator penilaian tingkat kinerja kesehatan Rumah Sakit Badan Layanan Umum. Kunjungan pasien ke instalasi rawat jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu sangat terkait erat dengan ilmu pemasaran yakni perilaku keputusan pembelian atau keputusan memilih. Dengan demikian, maka perilaku keputusan memlih rumah sakit oleh pasien menjadi materi kajian yang menarik untuk diteliti oleh penulis agar Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu dapat mengetahui halhal yang harus diperbaiki di masa yang akan datang untuk menciptakan keputusan memilih yang lebih baik, sehingga tingkat kunjungan pasien ke instalasi rawat jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu untuk tahun-tahun yang akan datang akan mencapai standar optimal yang pada akhirnya dapat mengoptimalkan pencapaian target anggaran pendapatan dan meningkatkan produktivitas tenaga dokter dan perawat di instalasi rawat jalan. Dari wawancara pendahuluan dengan pasien yang berobat di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu, penulis memperoleh hasil bahwa sebagian pasien merasa pelayanan di Instalasi Rawat jalan belum memuaskan karena: waktu tunggu yang lama, lokasi rumah sakit kurang strategis, dan tarif atau harga pelayanan kesehatan khususnya dokter spesialis paru dinilai masih mahal, serta pasien menilai bahwa promosi kesehatan mengenai berbagai layanan kesehatan yang ada di instalasi rawat jalan masih kurang. Berdasarkan fenomena yang terjadi dan merujuk pada hasil-hasil penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk mengambil judul peneltian “Pengaruh Bauran Pemasaran dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Memilih Rumah Sakit (Studi Empiris di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan uraian diatas, diperoleh fenomena masalah sebagai berikut : 1. Pencapaian target pendapatan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 tidak Optimal. Hal ini disebabkan karena tingkat volume kunjungan pasien tidak optimal. Sebagaimana diketahui, pendapatan merupakan fungsi dari perkalian antara volume kunjungan pasien dengan tarif pelayanan yang berlaku. 2. Volume kunjungan pasien yang tidak optimal dapat berakibat, timbulnya kapasitas tenaga kesehatan yang menganggur (idle capacity) baik dokter maupun perawat. 3. Semakin bertambah banyaknya rumah sakit yang berdiri di kota Bandung, akan menambah semakin ketatnya persaingan untuk memperoleh volume kunjungan pasien yang optimal, karena setiap rumah sakit akan berlomba-lomba memperbaiki kinerja pelayanannya dan pasien memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memilih rumah sakit mana yang akan dipilihnya untuk berobat. Keputusan pasien untuk memilih rumah sakit tempat berobat dari sekian banyak rumah sakit yang ada, dalam tinjauan ilmu manajemen pemasaran merupakan sebuah keputusan pembelian atau keputusan memilih. Oleh karena itu, perilaku keputusan memilih rumah sakit oleh para pasien merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mendapat perhatian dari manajemen pengelola rumah sakit yang bersangkutan. BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam penelitian difokuskan pada keputusan memilih rumah sakit. Adapun variabel prediktor yang dapat mempengaruhi keputusan memilih rumah sakit terdiri dari variabel bauran pemasaran dan kualitas pelayanan. Sedangkan variabel-variabel lain di luar variabel bauran pemasaran dan kualitas pelayanan yang dapat mempengaruhi keputusan memilih rumah sakit dianggap konstan (cateris paribus) dan tidak dimasukan ke dalam model penelitian ini. PERUMUSAN MASALAH Rumusan masalah penelitian ditetapkan sebagai berikut:
9
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S.
1.
2.
3.
Bagaimana pengaruh variabel bauran pemasaran dan kualitas pelayanan secara bersama-sama terhadap keputusan memilih di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu. Bagaimana pengaruh variabel bauran pemasaran secara parsial terhadap keputusan memilih di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu. Bagaimana pengaruh variabel kualitas pelayanan secara parsial terhadap keputusan memilih di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu.
TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitiani dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh variabel bauran pemasaran dan kualitas pelayanan secara bersama-sama terhadap keputusan memilih di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu. 2. Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh variabel bauran pemasaran secara parsial terhadap keputusan memilih di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu. 3. Untuk menjelaskan bagaimana pengaruh variabel kualitas pelayanan secara parsial terhadap keputusan memilih di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu. PEMBAHASAN 1. Data Umum responden yang menjadi sampel penelitian a. Data Pendidikan Responden Kebanyakan responden memiliki tingkat pendidikan SMU. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien yang berlatar belakang pendidikan SMU lebih banyak yang memilih berobat di Instalasi Rawat Jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu daripada responden yang berlatar belakang pendidikan SD, SMP, Diploma III, dan Sarjana. Responden dengan tingkat pendidikan sarjana merupakan responden yang paling sedikit jumlahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien yang berpendidikan tinggi belum menjadikan Instalasi Rawat Jalan RS Paru Dr. H. A.
10
b.
c.
d.
e.
f.
Rotinsulu sebagai prioritas pilihan utama mereka untuk berobat Data Umur Responden Mayoritas responden berada pada interval umur 49 - 60 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien dengan usia yang lebih tua, lebih rentan mengidap penyakit paru dan mereka telah menjadikan Instalasi Rawat Jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagai prioritas pilihan utama mereka untuk berobat paru. Data Pekerjaan Responden Kebanyakan responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien yang berlatar belakang pekerjaan sebagai wiraswasta lebih banyak yang memilih berobat di Instalasi Rawat Jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu daripada responden yang berlatang belakang pekerjaan sebagai PNS, Pegawai Swasta, Pensiunan, dan Ibu Rumah Tangga. Data Asal Daerah Responden Kebanyakan responden berasal dari Kota Bandung. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien yang memilih berobat di Instalasi Rawat Jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagian besar berasal dari Kota Bandung. Dengan demikian pasien dari luar kota Bandung masih belum begitu mengenal keberadaan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu. Data Jenis Kelamin Responden Kebanyakan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien yang memilih berobat di Instalasi Rawat Jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Data Frekuensi Berobat Responden Kebanyakan frekuensi berobat responden adalah tiga kali kunjungan. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien yang memilih berobat di Instalasi Rawat Jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagian besar adalah pasien yang loyal untuk tetap melakukan kontrol. Di sisi lain pasien baru di Instalasi Rawat Jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu tetap tumbuh.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S.
g.
2.
Data Jenis Pembayaran Responden Kebanyakan jenis pembayaran responden adalah dengan Jamkesmas dan Gakinda. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien yang memilih berobat di Instalasi Rawat Jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagian besar adalah pasien yang berasal dari keluarga miskin yang pembayarannya ditanggung oleh pemerintah. Untuk Jamkesmas pembayaran ditanggung oleh Kementerian Kesehatan, sedangkan GAKINDA ditanggung oleh pemerintah daerah asal pasien.
Analisis Deskripsi Variabel a. Jawaban Responden Atas Variabel Bauran Pemasaran 1) Jawaban Atas Sub Variabel Produk (Product) Hasil penelitian mengenai jawaban responden terhadap sub variabel produk adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 388 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden merasa cukup puas dengan produk jasa/pelayanan di poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu karena pelayanannya sesuai dengan kebutuhan pasien, memuaskan, dan mudah dimengerti. Walaupun demikian, masih ada minoritas responden merasa tidak puas dengan produk jasa/pelayanan di poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu yakni yang responden menjawab kurang setujuc dan tidak setuju. 2) Jawaban Atas Sub Variabel Harga (Price) Hasil penelitian mengenai jawaban responden terhadap sub variabel harga adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 308 (kategori
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kurang baik). Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden menilai bahwa harga pelayanan di poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu masih dinilai mahal. 3) Jawaban Atas Sub Variabel Tempat (Place) Hasil penelitian mengenai jawaban responden terhadap sub variabel tempat adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 413 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden menilai bahwa kesan keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik dan dekorasi di poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu sudah efektif tidak mengganggu lalu lintas pasien dan akses lokasi mudah dijangkau. 4) Jawaban Atas Sub Variabel Promosi (Promotion) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel promosi adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 350 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden menilai bahwa promosi dari mulut ke mulut mengenai hal-hal positif dalam pelayanan kesehatan di rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu, kegiatan mengenalkan produk jasa pelayanan kepada masyarakat misalnya melalui petugas poliklinik yang melakukan home visit ke rumah pasien bagi yang berhenti kontrol, serta pemasangan iklan pelayanan poliklinik pada katalog, poster, dan banner, dapat menarik minat pasien untuk selalu menggunakan jasa pelayanan kesehatan poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu. 5) Jawaban Atas Sub Variabel Terdidik
11
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S.
dan Terampil (Professional) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel Terdidik dan Terampil (Professional) adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 411 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden menilai bahwa petugas poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu baik dokter, maupun perawat telah bekerja secara professional, bertindak cepat, tanggap, tepat, dan terampil sesuai keahliannya. 6) Jawaban Atas Sub Variabel Karyawan (People) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel karyawan adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 342 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden menilai bahwa karyawan yang bertugas di poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu baik dokter maupun perawat, harus senantiasa meningkatkan kualitasnya melalui pendidikan, pelatihan, pengembangan, penerapan reward and punishment, dan berusaha menciptakan suasana kerja yang kompetitif namun tetap kooperatif. 7) Jawaban Atas Sub Variabel Masyarakat Sekitar (Public) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel masyarakat sekitar (public) adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 453 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas responden yang merupakan pasien di
12
poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu dan bagian dari masyarakat sekitar rumah sakit, menilai bahwa mereka merasa senang berobat dan merasa ada keterikatan dengan poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu, bersedia dengan sukarela menyebarkan informasi kepuasan pelayanan yang mereka terima kepada masyarakat lainnya, dan mereka mempunyai image positif terhadap RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu khususnya poliklinik rawat jalan. 8) Jawaban Atas Sub Variabel Kekuatan (Power) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel Kekuatan (Power) adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 329 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan mayoritas responden menilai bahwa Direksi sebagai wakil dari menteri Kesehatan selaku pemilik RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu, harus senantiasa berusaha menyukseskan program-program pelayanan kesehatan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu khususnya poliklinik rawat jalan. 9) Jawaban Atas Sub Variabel Tekanan (Pressure) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel Kekuatan (Power) adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 308 (kategori kurang baik). Hal ini mengindikasikan mayoritas responden menilai bahwa kemampuan direksi rumah sakit dalam menegosiasikan tarif pelayanan dengan ASKES masih kurang baik, karena masih ada tambahan biaya yang mesti dibayar pasien. Selain itu poliklinik rawat jalan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S.
b.
RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu harus meningkatkan kualitas pelayanan, karena masih terjadi komplain dari pasien ASKES. 10) Jawaban Atas Sub Variabel Hasil Kerja (Performance) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel Hasil Kerja (Performance) adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 340 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan mayoritas responden menilai bahwa Hasil Kerja dokter dan perawat cukup mampu meningkatkan derajat kesehatan pasien, meningkatkan image positif dan pendapatan rumah sakit. 11) Rekapitulasi Jawaban Responden Atas Variabel Bauran Pemasaran Hasil penelitian mengenai jawaban responden atas variabel Bauran Pemasaran adalah sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 364 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan secara umum, mayoritas responden menilai bahwa Bauran Pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat, promosi, professional, karyawan, masyarakat sekitar, kekuatan, tekanan, dan hasil kerja yang dilaksanakan oleh manajemen rumah sakit paru Dr. H. A. Rotinsulu di Poliklinik Rawat Jalan telah berjalan cukup baik. Jawaban Responden Terhadap Variabel Kualitas Pelayanan 1) Jawaban Atas Sub Variabel Keberwujudan (Tangibles) Hasil penelitian mengenai penjelasan responden terhadap sub variabel Keberwujudan (Tangibles) adalah sebagian besar responden menjawab baik. Sesuai dengan kriteria yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 411 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan mayoritas responden menilai bahwa aspek keberwujudan yang meliputi kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan, persiapan dan kebersihan alat, serta kebersihan penampilan petugas keadaannya cukup baik. 2) Jawaban Atas Sub Variabel Empati (Emphaty) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel Empati (Emphaty) adalah sebagian besar responden menjawab baik. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 389 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan mayoritas responden menilai bahwa aspek empati yakni kepedulian dokter dan perawat kepada semua pasien terlaksana cukup baik. 3) Jawaban Atas Sub Variabel Keandalan (Reliability) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel Keandalan (Reliability) adalah sebagian besar responden menjawab baik. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 403 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan, mayoritas responden menilai bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan di poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu telah dilaksanakan dengan tepat dan terpercaya sesuai dengan yang dijanjikan. 4) Jawaban Atas Sub Variabel Ketanggapan (Responsiveness) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel Ketanggapan (Responsiveness) adalah sebagian besar responden
13
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S.
menjawab baik. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 427 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan, mayoritas responden menilai bahwa dokter dan perawat yang bertugas di poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu telah melaksanakan tugas pelayanan kesehatan dengan tanggap. Artinya dokter dan perawat tanggap terhadap keluhan pasien dan bertindak cepat saat pasien membutuhkan. 5) Jawaban Atas Sub Variabel Jaminan (Assurance) Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap sub variabel Jaminan (Assurance) adalah sebagian besar responden menjawab baik. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 456 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan, mayoritas responden menilai bahwa dokter dan perawat yang bertugas di poliklinik rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu telah melaksanakan tugas pelayanan kesehatan dengan memberikan jaminan pelayanan yang cukup baik. Artinya pengetahuan dan kemampuan dokter dalam menetapkan diagnosa diyakini cukup tepat oleh pasien, dokter dan perawat memberikan pelayanan cukup ramah dan sopan, dan tanpa membedabedakan status sosial pasien. 6) Rekapitulasi Jawaban Responden Atas Variabel Kualitas Pelayanan Hasil penelitian mengenai Jawaban responden terhadap variabel Kualitas Pelayanan adalah sebagian besar responden menjawab baik. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 417 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan, mayoritas responden menilai bahwa Kualitas Pelayanan di poliklinik rawat
14
c.
jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu yang terdiri dari keberwujudan, empati, keandalan, ketanggapan, dan jaminan telah dilaksanakan cukup baik. Artinya kebersihan ruangan, kelengkapan dan kebersihan peralatan serta kebersihan penampilan petugas dilaksanakan cukup baik, kepedulian dokter dan perawat kepada pasien cukup baik, dokter dan perawat mampu untuk melaksanakan jasa pelayanan kesehatan yang diperjanjikan dengan tepat dan terpercaya, ketanggapan dokter dan perawat dalam memberikan tindakan yang cepat saat pasien membutuhkan dilaksanakan cukup baik, pengetahuan dan kemampuan dokter dalam menetapkan diagnosa diyakini cukup tepat oleh pasien, dokter dan perawat memberikan pelayanan cukup ramah dan sopan, dan tanpa membedabedakan status sosial pasien. Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Memilih Rumah Sakit Sebagian besar responden menjawab setuju. Sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, maka skor (nilai) yang diberikan mayoritas responden adalah 400 (kategori cukup baik). Hal ini mengindikasikan, mayoritas responden menilai bahwa dalam membuat keputusan memilih rumah sakit, pasien terlebih dahulu mengenali masalah penyakit yang dideritanya. Kemudian, didorong oleh keinginannya untuk sembuh, maka pasien tersebut mencari informasi mengenai beberapa rumah sakit yang dapat memberikan upaya penyembuhan. Dari sekian banyak rumah sakit yang dapat dijadikan tempat berobat, pasien dengan sadar dan rasional memilih RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagai tempat berobat. Keputusan ini didorong oleh pertimbangan kedekatan lokasi rumah sakit dengan tempat tinggal pasien, kebersihan ruangan pelayanan, suasana lingkungan rumah sakit yang nyaman, tarif pelayanan yang terjangkau, sikap positif dari kenalan, teman, dan keluarga yang pernah berobat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S.
di poliklinik RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu yang merasa puas dan sembuh.
jaminan terhadap keputusan memilih rumah sakit tidak signifikan atau diragukan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Bauran pemasaran dan kualitas pelayanan secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan memilih rumah sakit di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu. Jika pelaksanaan kegiatan bauran pemasaran dan kualitas pelayanan semakin baik, maka keputusan pasien untuk memilih instalasi rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagai tempat berobat akan semakin baik pula. Adapun besarnya pengaruh bauran pemasaran dan kualitas pelayanan terhadap keputusan memilih rumah sakit di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 69,60%. Artinya masih ada faktor-faktor lain di luar bauran pemasaran dan kualitas pelayanan yang dapat mempengaruhi keputusan memilih rumah sakit sebesar 30,40%. 2. Dari pengujian secara parsial terhadap unsurunsur bauran pemasaran diperoleh hasil bahwa unsur produk, tempat, promosi, tenaga kerja terdidik dan terampil, dan karyawan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan memilih rumah sakit di instalasi rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu. Dari kelima unsur tersebut unsur produk jasa/pelayanan merupakan unsur bauran pemasaran yang paling kuat pengaruhnya terhadap keputusan pembelian pasien. Sedangkan pengaruh positif unsur-unsur bauran pemasaran lainnya yaitu harga, masyarakat sekitar, kekuasaan, tekanan, dan hasil kerja terhadap keputusan memilih rumah sakit, tidak signifikan atau diragukan. 3. Dari pengujian secara parsial terhadap unsurunsur kualitas pelayanan diperoleh hasil bahwa unsur keberwujudan, empati, dan keandalan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap keputusan memilih rumah sakit di instalasi rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu. Dari ketiga unsur tersebut, unsur keberwujudan merupakan unsur kualitas pelayanan yang paling kuat mempengaruhi keputusan memilih rumah sakit. Sedangkan pengaruh positif unsur-unsur kualitas pelayanan lainnya yakni unsur ketanggapan dan
Saran 1. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa unsur-unsur bauran pemasaran harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya secara berimbang dan terintegrasi dengan peningkatan kualitas pelayanan, supaya dapat meningkatkan keputusan memilih rumah sakit oleh pasien saat mereka akan berobat. Jadi, setiap kali pasien membutuhkan pengobatan untuk penyakit paru yang dideritanya, maka pasien tersebut akan selalu menjatuhkan pilihannya kepada instalasi rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu sebagai tempat berobat, sekalipun banyak rumah sakit lain yang menawarkan jasa pelayanan kesehatan yang sama. 2. Produk pelayanan kesehatan yang ada di instalasi rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu harus senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan pasien terutama pelayanan penyakit paru. Produk pelayanan harus selalu memuaskan pasien dan mudah dimengeti. Selain itu dari sisi tempat, lokasi dan fasilitas-fasilitas di instalasi rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu harus mudah dijangkau, tersedia akses yang memadai untuk informasi rujukan, dan tata letak ruangan harus efektif dan memudahkan lalu lintas pasien. Dalam hal promosi, rumah sakit dapat meminta bantuan pasien untuk menyebarkan berita dari mulut ke mulut yang memperkuat hal-hal positif mengenai pelayanan di instalasi rawat jalan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu. Kegiatan public relation seperti kegiatan home visite dan kegiatan mengenalkan produk jasa pelayanan kepada masyarakat yang berkunjung ke rumah sakit harus ditingkatkan. Selain itu Pemasangan iklan pelayanan kesehatan memalui katalog, poster dan Banner harus senantiasa dijaga intensitasnya. Juga perlu dilakukan upaya promosi yang lebih luas melalui media massa seperti radio atau televisi. Profesionalisme dokter dan perawat yang telah dinilai baik oleh pasien harus dipertahankan. Selain itu, para petugas kesehatan baik dokter dan perawat harus senantiasa bekerjasama memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dan harus senantiasa meningkatkan kompetensi sesuai bidangnya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
15
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S.
3.
4.
Penampilan fisik yang meliputi kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan dan kebersihan peralatan medis dan non medis di instalasi rawat jalan, serta kebersihan penampilan petugas harus terus diupayakan pelaksanaannya dengan sebaikbaiknya. Tingkat kepedulian dokter dan perawat atas setiap keluhan pasien harus dipertahankan bahkan ditingkatkan untuk menjaga hubungan dekat dan perasaan keterikatan antara pasien dengan rumah sakit Keandalan jasa yang meliputi pelayanan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan yang tepat dan cepat, jadwal pelayanan yang dilaksanakan secara cepat, serta Prosedur pelayanan yang tidak berbelitbelit harus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi keputusan memilih rumah sakit, sedangkan dalam penelitian ini hanya bauran pemasaran dan kualitas pelayanan yang digunakan sebagai variabel prediktor terhadap keputusan memilih rumah sakit. Oleh karena itu penulis menyarankan kepada peneliti berikutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama untuk mempeluas variabel prediktor terhadap keputusan memilih rumah sakit, diantaranya adalah bauran promosi, atribut produk, strategi positioning, dan faktor emosional.
DAFTAR PUSTAKA Buchori Alma. (2003). Pemasaran Strategik Jasa Pendidikan. CV Alfabeta, Bandung. Cooper, Donald R. dan C. William Emory. (1996). Metode Penelitian Bisnis. Jilid I dan II. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Fandy Tjiptono. (2002). Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan keenam, Penerbit Andi Offset. Yogyakarta. Imam Ghozali. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Irine Diana S.W. (2008). Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan. Cetakan Pertama. Mitra Cendikia Press. Jogjakarta. Kasmir (2006). Etika Customer Service. Edisi Pertama. Penerbit. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kotler, Philip dan G. Armstrong (2001). Prinsip-
16
Prinsip Pemasaran, Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta. Kotler, Philip dan Kevin Lane (2007). Manajemen Pemasaran, Jilid 1. Edisi 12. Penerbit Indeks, Jakarta. Kotler, Philip dan Susanto, (2001). Manajemen Pemasaran Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Edisi Pertama. Jilid 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium (Terjemahan). Jilid I. PT. Prenhallindo. Jakarta. Lamb, Charles W.H, Joseph F. & Mc Daniel Carl. (2001). Pemasaran. Terjemahan oleh David Octarevia, Edisi Pertama, Jilid II. Salemba Empat. Jakarta. Nur Indriantoro, dan Bambang Supomo. (1999). Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen. Edisi Pertama. BPEE. Yogyaklarta. Rambat Lupiyadi. (2001). Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktik, Salemba Empat. Jakarta. Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2005). Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar. Jakarta. Simamora, Bilson. (2001). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitable. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Singgih Santoso. (2001). SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Elex Media Komputindo. Jakarta. Tjutju Yuniarsih dan Suwatno. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi dan Isu Penelitian. Cetakan kesatu. Alfabeta. Bandung. __________, Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu Tahun 20072009. __________, Struktur Oganisasi dan Tata Hubungan Kerja RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu Tahun 2009. __________, Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 550/Menkes/SK/VII/2009 tanggal 15 Juli 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum Rumah Sakit (BLU RS) __________, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 250/Menkes/PER/III/2008 tanggal 11 Maret 2008 tentang Struktur Oganisasi dan Tata Kerja RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd ABSTRACT The method of learning is one important factor in stimulating students to follow the learning with enthusiasm. So, the study was conducted with the objective of identifying and analyzing the variations in the methods by teachers in any learning emphasized in national standards, the magnitude of the influence of variations in the use of teaching methods to students’ motivation, obstacles faced by teachers in using a variety of learning methods. The research was conducted in November 2012 at the Junior High School (SMPN) 20 Kramat Jati, East Jakarta using survey methods correlational. Poplasi is a student of SMP 20 Jakarta Timur, the sample was taken as 200 students with proportional random sampling technique. The results stated that there are teachers who use conventional methods and monotonous, the use of varying methods of learning shown to influence student motivation, and many problems were found in a study using methods vary both material and immaterial from the teacher Keyword : Variation of learning method and student motivation A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apaapa, manakala tidak memiliki metode/cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya metode adalah syarat untuk efisiensinya aktivitas kependidikan Islam. Hal ini berarti bahwa metode termasuk persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat. Untuk mencapai tujuan pendidikan Islam tersebut di atas, tidak cukup hanya mengandalkan materi yang baik saja, karena hal itu bukanlah merupakan jaminan bagi keberhasilan pendidikan. Sebab, materi yang baik, apabila menggunakan metode yang tidak tepat, akan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
mengakibatkan materi tersebut terasa tidak menarik yang pada akhirnya akan dapat menghambat tercapainya tujuan dari proses belajar mengajar. Sedangkan materi yang sederhana, apabila menggunakan metode yang tepat, maka akan membuat materi tersebut terasa lebih menarik, sehingga dapat mencapai tujuan dari proses belajar mengajar. Dalam hal ini, peranan guru sangat penting untuk dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode, guru harus benar-benar memahami dan menguasai pelaksanaan metode yang dipilihnya. Selain itu, seorang guru juga harus mempertimbangkan aspek efektifitas dan relevansi suatu metode dengan materi yang disampaikan. Suatu materi yang disampaikan akan lebih mudah diterima oleh peserta didik dengan menggunakan metode. Metode mengajar merupakan suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat diterima oleh anak dengan baik. Oleh karena itu, terdapat berbagai cara
17
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
yang dapat ditempuh. Dalam memilih cara atau metode ini guru dibimbing oleh filsafat pendidikan yang dianut guru dan tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Di samping itu penting pula bagi guru untuk memperhatikan hakikat anak didik yang hendak dididik, dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan. Jadi metode itulah yang menentukan prosedur yang akan diikuti. Penggunaan metode dalam suatu mata pelajaran bisa lebih dari satu macam (bervariasi). Metode yang bervariasi dapat memotivasi anak didik. Metode variatif di sini, yaitu menggunakan beberapa metode mengajar dalam satu materi pelajarana. Seperti, menggunakan metode ceramah dan metode demonstrasi pada mata pelajaran fiqih ketika membahas masalah shalat. Bermacam-macam teknik dapat digunakan dalam interaaksi dan komunikasi, seperti: bermain, ceramah, tanya-jawab, diskusi, peragaan, eksperimen, tugas kelompok, sosio-drama, karyawisata dan modul. Dengan hanya menggunakan satu metode saja akibatnya materi pelajaran yang terus menerus diajarkan menjadi suatu proses yang membosankan bagi siswa. Ini membuat siswa menjadi pasif, dan dapat mempengaruhi motivasi belajar anak didik menjadi menurun. Motivasi merupakan situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tertentu dan tujuan atau akhir dari pada gerakan atau perbuatan. Yang dimaksud motivasi di sini adalah motivasi belajar, yaitu situasi atau keadaan yang dapat mendorong anak didik memiliki kemauan untuk belajar. Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang berkecimpung dalam kegiatan belajar dan mengajar. Pertanyaan yang selalu dikemukakan ialah: bagaimanakah memotivasi seseorang mempelajari apa yang harus dipelajarinya? Dalam kehidupan sehari-hari dijumpai orang dengan penuh antusias dan ketekunan melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedang dipihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas-malasan. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar. Dalam situasi sekolah, setiap anak memiliki motif atau dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan biologis dan psikologis. Di samping itu, anak memiliki pula sikap-sikap, minat, penghargaan dan cita-cita tertentu. Motif, sikap, minat dan sebagainya seperti
18
tersebut di atas akan mendorong seseorang untuk berbuat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, tetapi biasanya tidak sekaligus mencakup tujuan-tujuan belajar dalam situasi sekolah. Oleh sebab itu, tugas guru adalah menimbulkan motif yang akan mendorong anak berbuat untuk mencapai tujuan belajar. Tidak ada langkah-langkah atau prosedur yang sudah distandar untuk diikuti dalam memotivasi murid. Namun demikian, ada beberapa prinsip dan prosedur yang perlu mendapat perhatian agar tercapai perbaikan-perbaikan dalam memotivasi. Di antaranya, murid ingin bekerja dan akan bekerja keras bila ia berminat terhadap sesuatu. Ini berarti bahwa hasil belajar lebih baik bila murid dibangkitkan minatnya. Di antara usaha yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat anak didik adalah: menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode mengajar. Karena potensi yang dimiliki setiap anak didik itu berbeda-beda, mereka juga memiliki cara belajar dan memahami pelajaran yang berbeda pula. Oleh karena itu, penggunaan metode tanpa memvariasikannya akan membuat proses belajar mengajar menjadi kurang baik dan dapat menurunkan motivasi siswa dalam belajar. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Fokus masalah yang diteliti adalah penggunaan variasi metode oleh guru dan dampaknya terhadap motivasi belajar siswa yang kemudian dirumuskan kedalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah variasi penggunaan metode oleh guru dalam pembelajaran? 2. Seberapa besar pengaruh penggunaan variasi metode mengajar terhadap motivasi belajar siswa? 3. Bagaimanakah kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan variasi metode pembelajaran? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Variasi penggunaan metode oleh guru dalam pembelajaran seperti yang ditekankan dalam standar nasional pendidikan. 2. Besaran pengaruh penggunaan variasi metode mengajar terhadap motivasi belajar siswa.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
3.
Kendala yang dihadapi guru dalam menggunakan variasi metode pembelajaran. Selain tujuan di atas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi para guru menyadari betapa pentingnya penggunaan metode yang tepat dan variatif dalam menyampaikan materi kepada peserta didik dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. 2. Dapat berdaya guna terutama bagi pihak pengelola pendidikan dalam meningkatkan motivasi siswa demi kepentingan kualitas pendidikan yang lebih baik di masa yang akan datang. 3. Diharapkan pula penelitian ini berguna sebagai bahasan bacaan para guru tentang berbagai macam metode dalam pembelajaran. D. Kerangka Teori 1. Motivasi Belajar Siswa Secara etimologi, motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Secara terminologi, motivasi adalah dorongan (dengan sokongan moral); dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan sesuai tujuan tertentu (Soemanto, 1998: 43). Menurut Mc. Donald sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata dan Fauzan (2005: 159), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian motivasi yang dikemukakan oleh Mc. Donald yang lalu bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan, mengandung tiga elemen penting, bahwa: 1). Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophsyological yang ada pada organisme manusia. 2). Motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3). Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan yang menyangkut soal kebutuhan. Karenanya, timbulnya motivasi ini didorong oleh adanya tujuan kebutuhan dan keinginan. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan/ dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi 2 hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Tanpa motivasi, kegiatan belajar sulit untuk berhasil. Secara umum, ada 2 macam motivasi yang mempengaruhi kegiatan belajar seseorang (Abudin Nata & Fauzan, 2005: 160) : 1) Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif/berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. “Intrinsic motivations are inheren un the learning situations and meet pupil-needs and purpose”. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di mulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu dipahami bahwa orang yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakan itu bersumber pada satu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol/ seremonial.
19
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
2)
Motivasi Ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.Kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukan itu. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di mulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik ini dalam kegiatan belajar tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan seseorang itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar ada yang kurang menarik bagi seseorang, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar, peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hendaknya berusaha dengan berbagai cara. Menurut Usman (2006: 29-30) Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsik. 1) Kompetisi (persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain. 2) Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tujuan yang akan dicapainya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. 3) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan. 4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya
20
banyak memberikan kesempatan kepada anak didik untuk meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru. 5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar. 6) Mengadakan penilaian atau tes: Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Oleh karena itu, mempunyai 3 (tiga) aspek, yaitu: (1) keadaan terdorong dalam diri organisme, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan, misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan. (2) perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan. (3) tujuan (goal) yang dituju oleh perilaku tersebut. Kebutuhan, dipakai untuk menjelaskan adanya kekurangan yang pokok pada tubuh atau tuntutan yang lebih dipelajari atau gabungan antara adanya kekurangan yang pokok pada tubuh dan tuntutan yang lebih dipelajari. Dorongan (Drive), motif yang muncul untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makan, minum. Instink, kadang-kadang dipergunakan utnuk memberikan gambaran tentang kebutuhan fisik dan untuk menggambarkan perilaku rumit yang pada dasarnya warisan keturunan (iska, 2006: 39-40). 2.
Metode Pembelajaran Bervariasi Istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud”. Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran (Arief, 2002: 40).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
Menurut Zakiyah Daradjat (2002: 41) bahwa yang dimaksud dengan sistem penyampaian (metode) dalam garis besarnya adalah strategi penyampaian program belajar mengajar. Metode merupakan aspek yang sangat penting dan menentukan dalam pelaksanaan program belajar mengajar, terutaama apabila dipandang dari segi pendidikan sebagai proses. Metode mengajar adalah sistem penggunaan teknik-teknik di dalam interaksi dan komunikasi antara guru dan murid dalam pelaksanaan program belajar sebagai proses pendidikan. Jika dilihat dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para tokoh di atas, nampak saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Untuk itu, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara yang teratur yang harus dilalui oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta didik) hingga pengajaran menjadi berkesan sehingga dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Adapun pengertian kata bervariasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata variasi berarti bentuk (rupa) yang lain, yang berbeda bentuk (rupa). Dengan demikian bila kata metode pembelajaran dan bervariasi digabungkan menjadi metode pembelajaran bervariasi, maka dapat diartikan sebagai metode (cara) yang teratur harus dilalui oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta didik) yang bervariasi (bermacam-macam). 1. Macam-macam Metode Pembelajaran a. Metode Ceramah Yang dimaksud dengan metode ceramah yaitu cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai. Ciri yang menonjol dalam metode ceramah, dalam pelaksanaan pengajaran di kelas, adalah peranan guru tampak sangat dominan. Adapun murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah yang disampaikan oleh guru di depan kelas (Yusuf dan Anwar, 1995: 41). Keuntungan Metode Ceramah : 1) Bahan dapat disampaikan sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang singkat.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2) Guru dapat menguasai situasi kelas 3) Organisasi kelas lebih sederhana dan mudah dilaksanakan 4) Tidak terlalu banyak memakan biaya dan tenaga Kelemahan Metode Ceramah: 1) Dalam pengajaran yang dilakukan dengan metode ceramah, perhatian hanya berpusat pada guru dan guru dianggap murid selalu benar. Di sini tampak bahwa guru lebih aktif sedangkan murid pasif saja. 2) Pada metode ceramah ada unsur paksaan, karena guru berbicara (aktif) sedang murid hanya mendengar, melihat dan mengutip apa yang dibicarakan guru. Murid diharuskan mengikuti apa kemauan guru, meskipun ada murid yang kritis, namun semua jalanpikian guru dianggap benar oleh murid. 3) Untuk sekolah dasar metode ceramah ini, jika dilaksanakan 100% tidak baik, karena segala sesuatu akan ditelannya tanpa kritik bahkan muridnya sama sekali tidak mengerti apa yang diceramahkan gurunya. Kekurangan-kekurangan dari metode ceramah, menurut Zakiyah Darajat (1995: 289) teori dapat diatasi/dikurangi dengan menggunakan metode lain yaitu tanya jawab, atau memakai alat-alat peraga dan lain-lain. Dengan kata lain, dalam menyampaikan materi pelajaran guru harus menggunakan metode yang bervariasi, untuk menghindari kelemahan dari metode ceramah. b.
Metode Diskusi Diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah. Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan (mulyasa, 2005: 116).
21
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
Menurut Abdul Rahman Shaleh (2000: 66) bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh, guna memecahkan suatu masalah. Dalam metode ini siswa mempelajari sesuatu melalui cara musyawaraah di antara sesama mereka di bawah pimpinan atau bimbingan guru, hal ini perlu bagi kehidupan siswa kelas, bukan saja karena manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan seorang diri, melainkan juga karena melalui kerja sama atau musyawarah mungkin diperoleh suatu pemecahan yang lebih baik. Kelebihan Metode Diskusi : 1) Metode diskusi dapat merangsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri. 2) Melihat poin satu di atas maka kelebihan lainnya adalah metode diskusi dapat memotivasi siswa untuk menemukan argumen yang menguatkan pendapatnya 3) Menjadikan semua murid (anggota diskusi) turut aktif dan berperan dalam diskusi tersebut. Kelemahan Metode Diskusi 1) Kekurangan mampuan seseorang dalam mengarahkan aktivitas diskusi dapat menimbulkan berbagai peristiwa yang tidak diinginkan, mungkin pula ada beberapa murid yang belum lagi memahami hal-hal yang didiskusikan. 2) Dapat juga terjadi bahwa suasana diskusi menjemukan dan tidak bersemangat. 3) Karena pemimpin diskusi yang bertele-tele sehingga sukar bagi murid mengira-ngirakan apa sikap terbaik yang harus dilakukan. Pemimpin diskusi yang baik akan dapat menjaga kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dan sudah dipersiapkan
22
tindakan untuk mengatasi hal-hal negatif yang mungkin timbul dalam diskusi. c.
Metode Demonstrasi dan Eksperimen Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah: metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian, atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. To show atau memperkenalkan / mempertontonkan. Kalau demonstrasi titik tekannya terletak pada memperagakan, bagaimana jalannya proses tertentu. Maka pada eksperimen adalah melakukan percobaan/ praktek langsung atau dengan cara meneliti dan mengamati secara seksama. Dalam pelaksanaannya kedua metode ini dapat dipakai bersama-sama/bergantian. Kebaikan Metode Demonstrasi 1) Perhatian siswa dapat difokuskan kepada titik berat yang dianggap penting bagi guru. 2) Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalannya suatu proses tertentu melalui pengamatan dan percobaan siswa mendapatkan pengalaman praktis, yang biayanya bersifat tahan lama. 3) Menghindarkan pengajaran yang bersifat verbalisme, di mana siswa tidak bisa memahami dan mengerti apa yang diucapkan (pandai mengucapkan tapi tidak mengerti maksudnya), atau bisa membaca alQur ’an tetapi tidak bisa menulis dengan benar. 4) Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca buku, karena siswa telah memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatan langsung. 5) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab di waktu mengamati demonstrasi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
Kekurangan Metode Demonstrasi 1) Dalam pelaksanaannya demonstrasi memerlukan waktu dan persiapan yang matang, sehingga dapat menyita waktu yang cukup banyak. 2) Demonstrasi dalam pelaksanaannya banyak menyita biaya dan tenaga yang tidak sedikit (jika memakai alatalat yang mahal). 3) Tidak semua hal yang dapat didemonstrasikan di dalam kelas. 4) Demonstrasi akan menjadi tidak efektif bila siswa tidak turut aktif dan suasana gaduh. Kelebihan Metode Eksperimen 1) Melalui eksperimen siswa dapat menghayati sepenuh haati dan mendalam, mengenai pelajaran yang diberikan. 2) Siswa dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi dirinya, dan tidak hanya melihat orang lain, tanpa dirinya melakukan. 3) Siswa dapat mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan langkahlangkah dalam cara berpikir ilmiah. Hal ini dilakukan melalui pengumpulan data-data observasi memberikan penafsiran serta kesimpulan, yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. 4) Kemungkinan kesalahan dalam mengambil kesimpulan dapat dikurangi, karena siswa mengamati langsung terhadap suatu proses yang menjadi obyek pelajaran atau percobaan melakukan sesuatu. 5) Siswa mendapatkan pengalaman langsung dan praktis dalam kenyataan sehari-hari yang sangat berguna bagi dirinya. Kekurangan Metode Eksperimen 1) Apabiala sarana tidak tersedia atau kurang memadai, maka proses jalannya eksperimen akan menjadi tidak aktif. 2) Metode ini sulit dilaksanakan bila siswa belum matang untuk melaksanakan eksperimen.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
3) Memerlukan waktu yang panjang/ lama. 4) Memerlukan keterampilan/kemahiran dari pihak guru dalam menggunakan serta membuat alat-alat eksperimen. 5) Bagi guru yang telah terbiasa dengan metode ceramah serta rutin misalnya, cenderung memandang metode eksperimen sebagai suatu pemborosan dan memberatkan (Yusuf dan Anwar, 1995: 49). d.
Metode Tanya Jawab Yang dimaksud metode tanya jawab yaitu: suatu cara menyajikan materi pelajaran dengan jalan guru mengajukan suatu pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dijawab, bisa pula diatur pertanyaan-pertanyaan diajukan siswa lalu dijawab oleh siswa lainnya. Keunggulan Metode Tanya Jawab a) Situasi kelas menjadi hidup/dinamis, karena siswa aktif berpikir dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. b) Melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat secara argumentaataif dan bertanggung jawab. c) Mengetahui perbedaan pendapat antar siswa dan guru yang dapat membawa ke arah diskusi yang positif. d) Membangkitkan semangat belajar dan daya saing yang sehat di antara siswa. e) Dapat mengukur kemampuan dan penguasaan siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan. Kelemahan Metode Tanya Jawab 1) bila terjadi perbedaan pendapat, akan banyak menyita waktu untuk menyelesaikannya. 2) Tanya jawab dapat menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan/ materi pelajaran, hal ini jika guru tidak dapat mengendalikan jawaban atas segala pertanyaan siswanya.
23
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
3) Tidak cepat merangkum bahan pelajaran. 4) Tanya jawab akan dapat membosankan jika yang ditanyakan tidak ada variasi. e.
24
Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Pemberian tugas atau resitasi, berasal dari bahasa Inggris to cite yang artinya mengutip (re=kembali), yaitu siswa mengutip atau mengambil sendiri bagianbagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu belajar sendiri dan berlatih hingga sampai siap sebagaimana mestinya. Metode ini populer dengan membentuk PR (Pekerjaan Rumah). Sebetulnya bukan hanya itu/bukan hanya di rumah. Dengan kata lain metode resitasi dimaksudkan; yaitu guru menyajikan bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas kepada siswa, untuk dikerjakana dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran. Kebaikan Metode Pemberian Tugas (Resitasi) a) Hasil pelajaran lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan siswa. b) Siswa belajar dan mengembangkan inisiatif dan sifat mandiri. c) Memberikan kebiasaan untuk disiplin dan giat belajar. d) Dapat mempraktekkan hasil teori/ konsep dalam kehidupan yang nyata/ masyarakat. e) Dapat memperdalam pengetahuan siswa dengan spesialisasi tertentu. Kekurangan Metode Pemberian Tugas (Resitasi) 1) Siswa dapat melakukan penipuan terhadap tugas yang diberikan hanya dikerjakan oleh orang lain, atau menjiplak karya orang lain. 2) Bila tugas diberikan terlalu banyak diberikan, siswa dapat mengalami kejenuhan/kesukaran, dan hal ini dapat berakibat ketenangan batin siswa merasa terganggu. 3) Sukar memberikan tugas yang dapat memenuhi sifat perbedaan individu dan minat dari masing-masing siswa
4) Pemberian tugas cenderung memakan waktu dan tenaga serta biaya yang cukup berarti. f.
Metode Sosiodrama dan Bermain Peranan (Role Playing Method) Istilah sosiodrama dan bermain peran dalam metode merupakan dua istilah yang kembar, bahkan di dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan silih berganti. Sosiodrama yang dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Kebaikan Metode Sosiodram/Bermain Peran 1) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. 2) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan antusias. 3) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi 4) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri. 5) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan/membuka kesempatan bagi lapangan kerja. Kelemahan Metode Sosiodram/Bermain Peran 1) Sosiodrama dan bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak. 2) Memerlukan kretaifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. 3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan tertentu 4) Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain peranan mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai. 5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini. 6) Pada pelajaran agama masalah keimanan sulit disajikan melalui metode sosiodrama dan bermain peranan (Annahlawai, 1992: 243). g.
Metode Simulasi Metode simulasi (simulation) yaitu tiruan atua suatu perbuatan yang bersifat pura-pura saja. Sebagai metode mengajar simulasi dapat diartikan sebagai: suatu kegiatan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Maksudnya ialah siswa (dengan bimbingan guru) melakukan peran dan simulasi tiruan untuk mencoba menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Maka di dalam kegiatan simulasi, peserta atau pemegang peran melakukan lingkungan tiruan dari kejadian yang sebenarnya (Ahmadi, 2005: 83). Tujuan simulasi, antara lain: 1) Untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa dengan melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya. 2) Untuk melatih siswa menguasai keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun yang penting bagi kehidupan sehari-hari. 3) Untuk pelatihan pemecahan masalah 4) Untuk memberikan rangsangan atau kegairahan belajar siswa 5) Untuk merasakan atau memahami tingkah laku manusia dan situasisituasi masyarakat di sekitarnya. 6) Untuk melatih dan membantu siswa dalam memimpin, bergaul dan memahami hubungan antara manusia, bekerja sama dalam kelompok dengan efektif, menghargai dan memahami perasaan dan pendapat orang lain dan memupuk daya kreatifitas siswa.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Dengan demikian, penggunaan simulasi dalam proses belajar mengajar sesuai dengan kecenderungan pengajaran modern sekarang, yaitu meninggalkan pengajaran yang bersifat pasif, menuju kepada pembelajaran siswa yang bersifat individual dan kelompok kecil heuristik (mencari sendiri perolehan), dan aktif (CBSA). Sesuai dengan hal itu, simulasi memiliki tiga sifat utama yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, ialah: 1) Simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pengajaran di kelas, baik guru maupun siswa mengambil bagian di dalamnya. 2) Simulasi pada umumnya bersifat pemecahan masalah yang sangat berguna untuk melatih siswa melakukan pendekatan interdisiplin di dalam belajar. Di samping itu, juga mempraktekkan keterampilanketerampilan sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat. 3) Simulasi adalah model mengajar yang bersifat dinamis dalam arti sangat sesuai untuk menghadapi situasisituasi yang berubah yang membutuhkan keluwesan dalam berpikir dalam memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat berubah. Simulasi dilaksanakan oleh sekelompok siswa meskipun dalam beberapa hal dapat dilakukan secara individu (sendiri) atau berpasangan (dua orang). Bila dilakukan secara kelompok kecil, tiap kelompok dapat melakukan simulasi yang sama dengan kelompok lainnya atau simulasi yang berbeda dengan kelompok lainnya. Di dalam pelaksanaan simulasi harus terjadi proses-proses kegiatan yang menimbulkan (menghasilkan) domein efektif (misalnya: menyenangkan, menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas, gotong royong dan
25
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
sebagainya, domein psikomotorik (misalnya keterampilan berbicara, bertanya, berdebat, mengemukakan pendapat, memimpin, mengorganisir dan sebagainya) dan domein kognitif (misalnya memahami konsepkonsep tertentu, pengertian, teori dan sebagainya). Di samping itu dalam simulasi juga harus dapat dilakukan korelasi antara beberapa bidang studi atau disiplin situasi yang lengkap dan proses atau tahap dalam situasi tersebut, hubungan sebab akibat, percobaan-percobaan, fakta-fakta dan pemecahan masalah. Kelemahan-kelemahan Simulasi 1) Sering terjadi kegagalan akibat kurang persiapan, penjelasan, peralatan tidak sempurna, waktu dan kondisi siswa. 2) Kadang-kadang simulasi tidak sesuai dengan tingkat kedewasaan anak atau anak dituntut terlalu banyak di dalam memegang peranan sehingga ia tidak menguasainya dan kehilangan arah. Selain itu, pembagian tugas bagi para apemegang peranan kurang jelas atau penunjukkan peranan kurang tepat. 3) Simulasi seharusnya mewakili keadaan yang sebenarnya (mewakili realitias yang disederhanakan) dengan peniruan yang sangat teliti dari situasi yang sebenarnya sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Hal ini sulit dilaksanakan di sekolahsekolah. 4) Guru sering mengalami kesulitan dalam menggabungkan beberapa simulasi yang berhubungan satu sama lain dari satu topik, misalnya: kehidupan di pasar, di kantor pos, di stasiun, di bank dan sebagainya, sehingga kadang-kadang bersifat lepas atau saling bertentangan antara satu dengan yang lani (misalnya: pedagang yang menghendaki harga barang naik dengan konsumen yang menghendaki harga barang turun). h.
26
Metode Latihan (Drill) Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan dari apa yang telah dipelajari: Prinsip dan petunjuk menggunakan metode ini: 1) Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu. 2) Latihan untuk pertama kali hendaknya bersifat diagnisis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna. 3) Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan. 4) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa 5) Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna (Sabri, 2007: 60). Keunggulan Metode Latihan Siap (Drill) 1) Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya. 2) Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari. 3) Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa di saat berlangsungnya pengajaran. Kelemahan Metode Latihan Siap (Drill) 1) Dapat menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya. 2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. Dalam kondisi belajar ini pertimbangan inisiatif siswa selalu disorot dan tidak diberikan keleluasaan. Siswa menyelesaikan tugas secara status sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
3) Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah siswa melakukan seuatu secara mekanis, dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan bertindak secara otomtis. 4) Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pelajaran yang bersifat menghapal di mana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang bekenan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berpikir secara logis. i.
Metode Karyawisata Metode karyawisata adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa ke luar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan pokok bahasan. Sebelum keluar kelas guru terlebih dahulu membicarakan dengan anak-anak tentang hal-hal yang diselidiki, aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan. Untuk lebih terarahnya dalam beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan permasalahan yang akan diselidiki atau diobservasi. Keunggulan Metode ini 1) Dapat memberikan kepuasan terhadap keinginan anak-anak, dengan menyaksikan kenyataan-kenyataan, keindahan alam, dan sebagainya; 2) Dapat menambah pengalaman pada siswa, dan guru mempunyai kesempatan yang baik untuk menerangkan suatu objek dengan jelas; 3) Melatih siswa bersikap lebih terbuka, objektif dan luas pandangan mereka terhadap dunia luar. Kelemahan Metode ini 1) Metode ini akan gagal bila mana menemui objek yang kurang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan; 2) Waktu yang tersedia tidak mencukupi dan menyita waktu pelajaran; 3) Karyawisata membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
besar sehingga menjadi beban siswa dan guru itu sendiri. E.
Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2012 yang berlokasi di SMP Negeri Jakarta Timur. Metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan kuantitatif analisis regresi sederhana dengan menggunakan media SPSS sebagai alat analisisnya. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMP Negeri 20 Kramat Jati di Jakarta Timur yang terdiri dari 9 rombongan belajar untuk setiap levelnya. Penentuan obyek penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa SMP Negeri 20 ini merupakan pusat informasi SMP di kawasan Jakarta Timur sebagai sanggar yang membina sekolah-sekolah lainnya. Sedangkan sampelnya diambil 200 orang siswa dengan teknik proporsional random sampling dari kelas VII sampai kelas IX. Instrumen penelitian yang di gunakan untuk memperoleh data yang valid adalah angket bentuk skala Likert yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan media SPSS untuk dicari skor korelasi, regerasi, dan determinasinya. F.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian hasil penelitian dan pembelahan ini dikemukakan daskripsi data, uji persyaratan analisis dan pembahasan hasil penelitian, yaitu: 1. Deskripsi data Hasil penyebaran angket kepada responden diperoleh gambaran data sebagai berikut: Tabel 1 Deskripsi Data Penelitian X N
Valid
y 200
200
0
0
Mean
42.4950
43.1600
Median
42.0000
43.0000
46.00
42.00
6.58535
8.16995
43.367
66.748
Range
28.00
35.00
Minimum
30.00
27.00
Maximum
58.00
62.00
8499.00
8632.00
Missing
Mode Std. Deviation Variance
Sum
27
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
Untuk data variabel penggunaan metode bervariasi (x) diperoleh skor emiprik rata-rata 42,49 dan median 42,00, sedangkan data teoritik angket sebanyak 17 butir x 4 pilihan jawaban = 68 artinya bahwa penggunaan metode yang bervariasi berada di atas skor tengah teoritik yaitu 34. Dengan demikian dapat diartikan bahwa rata-rata guru telah menggunakan metode mengajar yang bervariasi. Untuk data variabel motivasi belajar (y) diperoleh skor empirik rata-rata 43,16 dan median 43,00, sedangkan data teoritik angket sebanyak 19 butir x 4 pilihan jawaban = 76 artinya bahwa motivasi belajar siswa berada di atas skor tengah teoritik yaitu 38. Dengan demikian dapat diartikan bahwa rata-rata motivasi belajar siswa cukup baik. 2. Uji persyaratan analisis Uji persyaratan analisis digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memeuhi syarat sehingga dapat dilakukan uji lanjutan yakni uji korelasi dan regresi. Pengujian persyaratan ini menggunakan Kolmogorov Smirnov melalui SPSS untuk mengetahui normalitas data dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Uji Normalitas Data Penelitian X N Normal Parameters
a
y 200
200
Mean
42.4950
43.1600
Std. Deviation
6.58535
8.16995
.053
.066
Most Extreme Differences Absolute Positive
.053
.046
Negative
-.042
-.066
Kolmogorov-Smirnov Z
.750
.930
Asymp. Sig. (2-tailed)
.628
.353
Ketentuan pengujian adalah : jika skor Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 maka distribusi tidak normal dan jika skor Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka distribusi normal. Pada table di atas diperolah skor Asymp. Sig (2-tailed) = 0,628 dan 0,353 > 0,05 yang berarti kedua variabel penelitian berdistribusi normal. Dengan demikian, data penelitian ini memenuhi syarat untuk dilakukan analisis korelasi dan regresi untuk penarikan kesimpulan. 3. Pembahasan temuan hasil penelitian Hasil pengolahan data penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut:
28
Tabel 3 Skor Korelasi dan Determinasi Model
R a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.365
.133
.129
7.62510
a. Predictors: (Constant), x
Pada tabel 3 di atas, diperoleh skor koefisien korelasi r = 0,365 dan skor sig. 0,000 < dari 0,05 yang berarti penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi memiliki hubungan positif dan signifikan dengan motivasi belajar siswa. Skor determinasinya r2 = 0,133 atau 13,3 % yang berarti bahwa sumbangan variabel penggunaan metode pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa adalah 13,3 % sedangkan sisanya merupakan pengaruh variabel lain yag tidak diteliti. Tabel 4 Skor Pengujian Koefisien Regresi Model 1
Sum of Squares
Regression
Df
Mean Square
1770.746
1
1770.746
Residual
11512.134
198
58.142
Total
13282.880
199
F 30.455
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), x b. Dependent Variable: y
Pada tabel 4 di atas diperoleh skor f hitung 30,45 dengan skor sig. nya 0,000 < 0,05 yang berarti koefisien regresi signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variasi perubahan pada motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh variasi yang terjadi pada variabel penggunaan metode pembelajaan yang bervariasi atau semakin variatif guru menggunakan metode dalam mengajar maka akan semakin membuat siswa termotivasi dalam mengikti proses pembelajaran tersebut. Tabel 5 Skor Koefisien Regresi Sederhana
Model 1
(Constant) X
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
23.911
3.529
.453
.082
Beta
T
.365
Sig.
6.775
.000
5.519
.000
a. Dependent Variable: y
Pada tabel 5 di atas, diketahui skor persamaan regresi linear sederhana Y = 23,91 + 0,45 X, yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 poin pada variabel motivasi belajar disumbang sebesar 0,45 oleh variabel penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa jika kita hendak meningkatkan motivasi belajar siswa maka terlebih dahulu perlu ditingkatkan kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan konteks dan tuntutan standar kompetesi dan kompetensi dasarnya. Temuan di atas menjadi penegasan bahwa di dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam metode yang dalam penggunaannya perlu disesuaikan dengan faktor, misalnya situasi sedang berlangsungnya proses mengajar belajar, alat-alat yang ada, kemampuan guru sendiri sebagai pelaksana metode, serta tingkat kemampuan murid, yang kesemuanya itu disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Akan tetapi sebenarnya di dalam hal aplikasi metode tersebut, faktor kemampuan guru dalam penguasaan terhadap metode itulah yang sangat menentukan berhasil tidaknya pendidikan/pengajaran, bukan semata-mata terletak pada corak metode beserta alat-alat yang tersedia. Bahkan bilamana perlu sikap dan kepribadian guru itu sendiri bisa dijadikan metode yang efektif. Bilamana guru telah melakukan mengajar di dalam kelas, maka berati ia telah melakukan komunikasi dengan murid dalam kelas itu. Komunikasi antara guru dengan murid terjadi bilamana guru dengan wibawanya sebagai pendidik mampu menimbulkan minat murid sehingga tercipa situasi belajar mengajar. Dengan demikian motivasi atau minat tersebut merupakan jembatan yang menghubungkan antara bahan pelajaran yang disajikan oleh guru dengan kegiatan menerima, mengolah serta menanggapi bahan tersebut dari pihak murid. Oleh karena itu, bilamana situasi keterjalinan yang didasari atas minat murid terhadap guru telah terbentuk, maka proses belajar dan mengajar telah terjadi diantara mereka. Untuk menimbulkan situasi yang demikian itu, salah satunya diperlukan metode pengajaran yang benar-benar dapat mengungkapkan minat bagi kegiatan belajar peserta didik. Metode pengajaran, baru dapat berfungsi dengan baik bilamana guru mampu menguasai metode yang dipilih seecara tepat dalam penerapannya. Agar metode tersebut dapat bekerja dengan efektif, maka guru sebagai penanggung jawab penggunaan metode perlu memperhatikan beberapa faktor, antara lain: kondisi murid/anak didik, alat-alat yang tersedia juga mengakibatkan penggunaan metode tertentu yang mungkin dapat dilaksanakan, materi pelajaran yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
hendak disajikan, situasi/sekitar di dalam mana anak sedang melaksanakan kegiatan belajar juga menuntut penerapan metode yang berlainan sesuai yang dibutuhkan, kemampuan guru sendiri dalam hal penguasaan terhadap berbagai metode adalah merupakan faktor yang menentukan efektif tidaknya penggunaan metode yang dipilih, tujuan atau cita-cita adalah hakikat yang menjadi pedoman pokok penggunaan metode pengajaran, dan pandangan hidup guru itu sendiri (Arifin, 1978: 151). Maka jelaslah guru merupakan factor kunci yang diharuskan mampu memahami serta mengetahui berbagai macam metode mengajar atau mendidik, yang kepentingannya sudah jelas yaitu agar dia dapat menyesuaikan metode yang dipilihnya dengan faktorfaktor tersebut di atas, sehingga ia menjadi pendidik yang dinamis dan fleksibel menurut berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya. Hal ni sejalan dengan pandangan bahwa guru dapat menggunakan bermacam-macam cara dan pendekatan agar peserta didik giat belajar, diantaranya melalui pemberian angka atau nilai, hadiah, persaingan, hasrat untuk belajar, ego-involvement, sering memberi ulangan, mengetahui hasil belajar yang dicapai, kerja sama, tugas yang “challenging,” minat, suasana yang menyenangkan, tujuan yang diakui dan diterima baik oleh murid, pujian, teguran dan kecaman, sarkasme (sindiran) dan celaan, hukuman dan standar/taraf aspirasi (level aspiration) (Nasution, 1995: 78). Sedangkan data kualitatif yang diperoleh hasil observasi dan wawancara tidak terstruktur dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah adalah banyaknya kendala yang dihadapi dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode yang bervariasi diantaranya adalah keterbatasan sarana prasarana, pola duduk masih konvensional, pelatihan guru masih jarang dilakukan, keterlibatan guru mengikuti kegiatan ilmiah diluar masih rendah, MGMP masih belum menyentuh pembahasan tentang metode pembelajaran akan tetapi lebih banyak pada konten materi, dan daya dorong atau keinginan guru untuk berlatih mengembangkan metode bervariasi yang lemah dan komunikasi profesi jarang dilakukan. Kendala-kendala di atas, kemudian menyebabkan tidak 100 % guru melakukan pembelajaran dengan bervariasi, sebagian mereka mengajar hanya mennjalankan kewajiban sehingga lemahnya inovasi dan kreativitas. Kondisi demikian salah satunya menjadi penyebab siswa merasa bosan dan jenuh
29
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: H. Syarif Hidayat
mengikuti pembelajaran, sedangkan untuk guru yang kreatif menggunakan metode yang menyenangkan cenderung menarik minat dan perhatian siswa dalam belajar. G.
Kesimpulan Sesuai hasil pembahasan di atas, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: 1. Masih terdapat guru yang menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni hanya ceramah saja, meskipun sebagian besar telah menggunakan metode secara bervariasi sesuai dengan konteks dan tuntutan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode yang bervariasi berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap motivasi siswa mengikuti proses pembelajaran. 3. Kendala yang dihadapi dalam menggunakan variasi metode diantaranya adalah kondisi sarana yang terbatas, posisi tempat duduk masih mengggunakan meja kursi, pemahaman guru masih kurang terhadap jenis-jenis metode pembelajaran, musyawarah guru mata pelajaran masih terfokus membahas konten materi tapi belum menyentuh tentang penggunaan metode yang menyenangkan. H. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka berdasarkan temuan di lapangan perlu penulis sampaikan sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan sejenis workshop atau up-grading guru yang mengkaji masalah metode-metode pembalajaran sehingga dapat memberikan pencerahan dan wawasan baru kepada para guru dalam melakukan proses pembelajaran. 2. Kepala sekolah perlu menekankan kepada kelompok MGMP agar diskusi dan pengakajian mata pelajaran tidak hanya terfokus pada konten materi tetapi juga perlu menemukan dan membahas metode-metode dalam pembelajaran dengan mengacu pada pola pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan) 3. Perlunya kebijakan kepala sekolah terkait dengan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana
30
sekolah sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ada. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Abu bin Ismail al-Bukhari. 1994. Shahih al-Bukhari, jus. 3. Libanon: Darul Fikri. Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultasi Tarbiyah Komponen MKDK. Bandung: Pustaka Setia. Cet. 2. An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung: CV. Diponegoro. Cet. 2. Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Cet. 1. Aripin, Jaenal dan Azharudin Lathif. 2006. Filsafat Hukum Islam: tasyri’ dan Syar’i. Jakarta: UIN Jakarta Press. Cet. 1. Daradjat, Zakiah, dkk. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 1. Daradjat, Zakiah. 2002. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang. Iska, Zikri Neni. 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan Bahan Kuliah dan Diskusi Mahasiswa. Jakarta: Kizi Brother. Cet. 1. Jalaluddin dan Usman Said. 1996. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cet. 2. Khalaf, Abdul Wahab. 1996. Ilmu Ushulul Fiqh. Terj. Oleh Masdar Helmy. Bandung: Gema Risalah Press. Cet. 1. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 2. Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta Bumi Aksara. ed. 2. Cet. 1. Nata, Abuddin dan Fauzan. 2005. Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Jakarta: UIN Jakarta. Cet. 1. Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi agama/IAAIN di Jakarta. 1984. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Cet. 2.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
“PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK” Oleh : SUMARSID ABSTRACT It is an open secret that most investors tend to chase stock companies with high profitability in the stock market due to the high profitability reflects that the company is able to generate high rates of return as well. The market price of the company's stock is high tend to be larger than similar companies with lower profitability. Based on the authors feel interested in doing research on the effect of profitability Operating Profit Margin to the market price of shares in the coal mining PT. Bukit Asam Tbk. From the analysis it is known that the Operating Profit Margin PT. Bukit Asam Tbk continues to increase from year to year, and the company's operations in the most efficient existing in 2009 with the Operating Profit Margin of 39.7%, so that every dollar of sales earned a profit of Rp. 0.397. While most inefficient state there in 2006 with a ratio of 18.6%. Here we see that in every dollar sales produced only Rp. 0.186 earnings The results of the analysis of the correlation coefficient r value of 0.63 obtained indicating that a strong relationship because the value of r close to 1. Relations between the two variables is strong, direct and positive means any increase or decrease in Operating Profit Margin Profitability will be followed by an increase or decrease in the market price of the shares of PT. Bukit Asam Tbk. Based on the analysis of the coefficient determinant of the results obtained 39.69%, which means the role or contribution Profitability Operating profit margin for the market price of the shares of PT. Bukit Asam Tbk is equal to 39.69%. Mean percentage of 39.69% Operating Profit Margin Profitability has a substantial contribution to the ups and downs of the stock market price PT. Bukit Asam Tbk, while the remaining 43.75% is influenced by other factors outside Profitability Operating Profit Margin are not conscientious writers include: Operating Profit, Turnover of working capital, and Accounts Receivable. As for suggestions that can convey the writer as an input for the company include: should PT. Bukit Asam Tbk is not simply trying to maximize profits, but more important is to try to enhance rentabilitasnya, and in order to make efforts to increase sales volume and lower total operating costs to a minimum in order to obtain greater profits and increase market share . PENDAHULUAN 1.1 Pandangan Umum Saat Indonesia mengalami krisis ekonomi, terjadi resesi, inflasi (kenaikan harga), kenaikan suku bunga, yang mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi menurun dan banyak perusahaan yang kinerjanya sangat tidak menggembirakan, termasuk perusahaan yang terdaftar di BEJ yang sekarang sudah
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
bergabung dengan BEI. Banyak perusahaan yang tidak sanggup membiayai operasional usahanya dan pailit. Menurunnya laba dan meningkatnya laba yang harus dibayar membuat perusahaan tidak lancar dalam membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Saham merupakan surat berharga sebagai bukti tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan,
31
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
khususnya perusahaan publik yang memperdagangkan sahamnya. Investasi dalam bentuk saham banyak dipilih investor karena saham mampu memberikan keuntungan yang menarik. Dalam aktifitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Indeks harga saham merupakan suatu indikator yang menunjukan pergerakan harga saham. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, pergerakan indeks harga saham menjadi semakin sulit diramalkan. Untuk menghasilkan keputusan investasi yang tepat, investor perlu untuk semakin menyempurnakan peralatan yang dipergunakan dalam membaca dan memperkirakan kondisi yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Sehingga investor dapat meminimalisasi kerugian yang dapat terjadi, keputusan investor dalam melakukan transaksi menanamkan modalnya dipasar modal atau saham diharapkan tepat sasaran dan memperoleh keuntungan yang diinginkan. Salah satunya dengan melihat indikator kinerja keuangan suatu perusahaan dengan rentabilitas yang tinggi, ataupun dengan indeks investor sehingga dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini. Pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat dan menjadi indikator penting bagi investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual atau menahan saham. 1.2 Identifikasi Masalah Rasio rentabilitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan. Dalam dunia usaha dengan peta persaingan seperti pada masa sekarang ini, sudah dapat dipastikan bahwa rentabilitas merupakan salah satu elemen penting dalam rangka memperhatikan kelangsungan bisnis yang dijalankan. Perusahaan dengan rentabilitas yang rendah, tentunya tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan perusahaan tersebut untuk meraih keuntungan yang diharapkan sebagai “modal” untuk melanjutkan aktivitas bisnis dikemudian hari. Namun sebaliknya, perusahaan
32
dengan rentabilitas yang tinggi akan dapat melanjutkan aktivitas bisnisnya sampai dengan jangka waktu yang cukup lama. Perusahaan semacam ini akan mempunyai cukup “persediaan” untuk melanjutkan operasinya di masa yang akan datang karena tingginya keuntungan yang diperoleh pada periode usaha sebelumnya. Kebanyakan investor mengasosiasikan rentabilitas perusahaan sebagai kinerja keuangan perusahaan. Mereka berpendapat bahwa kinerja keuangan yang baik adalah tingkat keuntungan yang tinggi. Hal ini sangatlah wajar bila ditinjau dari sudut pandang investor. Sebagai pemilik perusahaan, investor tentunya berharap bahwa modal yang ditanamkan pada suatu perusahaan akan dapat berkembang dengan pesat. Hal ini hanya mungkin terjadi bila modal tersebut ditanamkan pada perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi. Perusahaan semacam itu akan mempunyai cukup uang untuk dibagikan sebagai dividen bagi para pemilik perusahaan. Menurut kebanyakan investor, perusahaan semacam itu adalah perusahaan yang baik untuk dijadikan sebagai lahan investasi. Sudah merupakan suatu rahasia umum bahwa kebanyakan investor cenderung akan menanamkan dananya pada perusahaan yang mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi. Perilaku seperti ini tentunya juga terlihat pada pasar modal Indonesia. Harga pasar saham perusahaan yang tinggi cenderung akan lebih besar daripada perusahaan sejenis dengan rentabilitas yang lebih rendah. Hal ini dapat dimengerti secara logis. Kebanyakan investor akan memburu saham perusahaan dengan rentabilitas yang tinggi di bursa saham. Sesuai dengan hukum permintaan yang menyebutkan bahwa bila kuantitas produk yang ditawarkan berada dalam keadaan tetap sedangkan permintaan terhadapnya mengalami peningkatan, maka harga pasar saham perusahaan– perusahaan dengan rentabilitas yang tinggi, harga saham mereka akan bergerak naik karena banyaknya permintaan yang ada. Dengan demikian dapat diperoleh suatu gambaran bahwa terdapat pengaruh yang positif dari rentabilitas perusahaan terhadap harga pasar saham biasa.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
Berdasarkan pandangan umum yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis merumuskan masalahnya yaitu apakah ada pengaruh rentabilitas operating profit margin terhadap pasar saham ? 1.3 Batasan Masalah Dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada, maka penelitian ini hanya akan memfokuskan pembahasan pada rentabilitas Operating Profit Margin dan harga pasar saham biasa perusahaan PT. Bukit Asam Tbk dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Data yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian ini adalah akurat. Faktor lain yang mempengaruhi harga pasar saham perusahaan PT. Bukit Asam Tbk, selain rentabilitas Operating Profit Margin tidak dibahas dalam penelitian ini. 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan topik pembahasan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui pengaruh rentabilitas Operating Profit Margin terhadap harga pasar saham biasa pada perusahaan pertambangan PT. Bukit Asam Tbk, serta untuk mengetahui kontribusi rentabilitas Operating Profit Margin terhadap harga saham biasa pada perusahaan pertambangan PT. Bukit Asam Tbk. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori yang Relevan Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini merupakan kajian ilmu manajemen keuangan. Oleh karena itu, terlebih dahulu perlu dilakukan peninjauan teoritis atas beberapa hal penting yang terkait dengan ilmu manajemen keuangan. Manajemen keuangan, yang pada awalnya dikenal dengan nama Ilmu Belanja atau Pembelanjaan Perusahaan, baru diperkenalkan dan berkembang pada awal abad ke 20. Ilmu tersebut telah berkembang dengan pesat sekali. Manajemen keuangan merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhaan. Disebut sebagai manajemen keuangan karena manajemen ini digunakan untuk fungsi-fungsi keuangan. Kegiatan yang harus dijalankan dalam fungsi-fungsi keuangan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
antara lain personalia, produksi, pemasaran dan lainlain. Masing-masing fungsi tersebut memiliki kegiatan yang harus dijalankan guna mencapai tujuan perusahaan. Pelaksanaan manajemen keuangan pada setiap perusahaan berbeda-beda walaupun prinsip dasarnya sama. Hampir seluruh kegiatan perusahaan membutuhkan dana yang dari waktu kewaktu selalu mengalami perubahan. Hal ini disebut dengan aliran dana. Yang berwenang untuk mengatur aliran dana dalam perusahaan adalah manajemen keuangan. Dengan demikian manajemen keuangan adalah mengelola aliran dana suatu perusahaan agar dapat mencapai tujuan perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Berikut akan diuraikan mengenai pengertian manajemen keuangan dari beberapa pendapat di antaranya: menurut Susan Irawan (2006, p 1) memberikan pengertian bahwa : “Manajemen keuangan adalah seluruh aktifitas atau kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya serta upaya penggunaan dan pengalokasian dana tersebut secara efisien dalam memaksimalkan nilai perusahaan yaitu harga, di mana calon pembeli siap atau bersedia membayar jika perusahaan menjualnya.” Selanjutnya definisi manajemen keuangan yang dikemukakan oleh Suad Husnan (2010, p 4) : “Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut sebagai manajer keuangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur Keuangan, Manager Keuangan, Kepala bagian keuangan,dan sebagainya. Direktur Utama, Direktur Pemasaran, Direktur Produksi, dan sebagainya, mungkin sekali melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan untuk memperluas kapasitas pabrik,menghasilkan produk baru,jelas akan dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai Direktur,tidak terbatas hanya Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manager keuangan dan berbagai kegiatan-
33
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
kegiatan tersebut dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama yaitu; kegiatan menggunakan dana dan mencari pendanaan. Dua kegiatan utama tersebut disebut sebuagai fungsi keuangan”. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) menganai asset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut ada 3 fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu : a. Keputusan investasi b. Keputusan pendanaan c. Keputusan pengelolaan asset Sedangkan tujuan manajemen keuangan dalam suatu perusahaan adalah selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan itu sendiri, yaitu meningkatkan atau memaksimalkan nilai perusahaan yang berarti meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham, sedangkan koperasi adalah untuk memakmurkan dan mensejahterakan para anggotanya. 2.2 Konsep Rentabilitas 2.2.1 Pengertian Rentabilitas Di dalam sebuah perusahaan masalah rentabilitas lebih penting daripada masalah laba. Hal ini disebabkan laba yang besar saja bukanlah merupakan ukuran bahwa manajemen perusahaan telah bekerja dengan baik. Hal tersebut baru dapat diketahui setelah laba yang diperoleh dibandingkan dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan tidak hanya bagaimana cara untuk memperbesar laba tetapi adalah usaha untuk meningkatkan rentabilitasnya. Beberapa pendapat para ahli mengenai rentabilitas antara lain: Menurut Drs Lukman Syamsudin, dalam bukunya Manajemen Keuangan Perusahaan (2009, p 61) : “Rentabilitas merupakan alat untuk mengukur tingkat efektifitas pengelolaan (manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi”. Menurut Prof. Dr. Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (2010, p 35) : “Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aset
34
atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”. Sedangkan menurut Arief Sugiono dan Edy Untung (2009, p 70) : “Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengukur efektifitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal”. Menurut Prof. Dr. Dermawan Sjahril.,M.M. (2011, p 40) : “Rentabilitas merupakan pengukuran kemampuan dalam memperoleh laba dengan menggunakan aset atau modal perusahaan”. Menurut Munawir, Ak. Dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (2007, p 33) : “Rentabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan assetnya secara produktif”. Menurut Drs. H. Sutriso, M.M. Dalam bukunya Manajemen Keuangan (2009, p 16) : “Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja di dalamnya”. Dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. 2.2.2 Rasio-rasio Rentabilitas Terdapat beberapa pendapat mengenai apa saja rasio-rasio keuangan yang merupakan bagian dari rasio rentabilitas ini. Menurut Drs. S. Munawir Ak. (2007, p 86) rasio-rasio pengukur rentabilitas adalah : “Ratio operating income dengan operating assets, Turnover dari operating assets, Return on investment”. Prof. Dr. Dermawan Sjahril.,M.M. (2009, p 35) menuliskan rasio rentabilitas terdiri dari : “Rasio laba kotor, Rasio laba operasi, Rasio biaya operasi, Rasio laba bersih, Rasio laba bersih terhadap modal” .
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
Menurut Hendra S. Raharjaputra (2011, p 205) macam-macam rasio rentabilitas adalah: “Gross profit margin, operating profit margin, Net profit nargin, Total assets turnover, Return on investment dan Du pontformula”. Menurut Prof. Dr. Bambang Riyanto (2010, p 333) macam-macam rasio rentabilitas adalah: “Profit margin ratio, gross profit margin, operating margin ratio, operating ratio, rate on return on asset dan rate of return on investment”. a. Operating profit margin Rasio ini adalah untuk mengukur hubungan antara penjualan dengan laba bersih operasi. Laba Usaha Operating profit margin = ------------------ x 100% Penjualan Jika profit margin tidak sebanding dengan operating assets turnover maka perusahaan belum mencapai pengembalian yang memuaskan bagi para investor. Operating margin yang rendah dapat disebabkan oleh : 1. Harga jual rendah 2. Besarnya biaya yang dikeluarkan 3. Turunnya penjualan Sedangkan profit margin yang tinggi disebabkan oleh : 1. Harga jual yang tinggi 2. Biaya yang dikeluarkan rendah 3. Adanya kenaikan penjualan Profit margin yang baik adalah yang angka rasionya tinggi, hal ini berarti perusahaan mampu beroperasi dengan efisiensi yang tinggi dan dapat menekan struktur biaya perusahaan sehingga dapat memiliki kemampuan untuk bersaing dalam harga jual produknya. b.
Gross profit margin Rasio ini menunjukkan efisiensi dari produksi dalam hubungannya antara biaya produksi dengan harga penjualan. Laba kotor Gross profit margin = --------------- x 100% Penjualan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba kotor dalam setiap rupiah penjualan. Semakin besar gross profit margin menunjukkan rendahnya cost of good sold (harga pokok penjualan), maka akan semakin baik operasi perusahaannya karena harga pokok bisa turun. Gross profit margin yang tinggi berarti penjualan mengalami kenaikan yang lebih besar daripada ongkosnya atau biaya operasinya. c.
Operating rasio Rasio ini adalah untuk mengukur seberapa besar efisiensi biaya yang dipakai untuk menghasilkan penjualan bagi perusahaan. HPP+Biaya operasi Operating rasio = -------------------- x 100% Penjualan Operating rasio akan mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan. Dengan operating rasio yang tinggi menunjukkan suatu keadaan di mana perusahaan kurang baik. Hal ini disebabkan karena biaya penjualan yang meningkat, sehingga laba yang ada terserap untuk menutup biaya-biaya operasi. Jadi tinggi rendahnya operating rasio tergantung pada biaya operasi. Operating rasio yang baik adalah yang angkanya rendah karena berarti biaya-biaya operasi turun dalam menghasilkan penjualan yang berarti perusahaan bekerja secara efisien.
d.
Sales margin Rasio ini menunjukkan berapa keuntungan bersih yang didapat dari setiap rupiah penjualannya. Laba Bersih Net Profit Margin = ------------------- x 100% Penjualan
e.
Rate of return on assets Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam meraih laba usaha atas pendayagunaan aktiva usaha. Rasio ini juga dikenal sebagai earning power.
35
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
Laba sebelum Pajak Earning Power ---------------------- = x 100% Total Assets Dengan rasio ini dapat diketahui berapa besarnya keuntungan yang diperoleh per rupiah modal perusahaan. earning power yang baik adalah yang angkanya tinggi karena menunjukkan bahwa perusahaan dapat mendayagunakan aktiva usahanya semaksimal mungkin guna menghasilkan laba usaha. f.
g.
36
Rate of Return on Invesement (ROI) Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Laba Bersih Setelah Pajak rate of ROI = ---------------------------- x 100% Total Aktiva Cara lain untuk menghitung ROI adalah dengan du pont systems, yaitu : Laba Bersih Penjualan rate of ROI = ----------------- x ---------------Penjualan Total Aktiva ROI ini sebenarnya hasil perkalian dari Net profit dengan total asset turnover. Dengan demikian ROI dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan net profit margin atau meningkatkan total assets turnover. ROI yang baik adalah yang angkanya tinggi karena ini berarti perusahaan telah efisien dalam menggunakan seluruh modal atau aktiva usaha yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih perusahaan. Rate of Return on equity (ROE) Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam meraih laba bersih untuk para pemegang saham atau berapa banyak laba yang dihasilkan dari penggunaan modal sendiri perusahaan. Laba bersih ROE = ------------------------ x 100% Modal sendiri
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Data Secara fundamental harga suatu saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang bisa dilihat dari perkembangan perusahaan, neraca perusahaan, laporan rugi laba dan lain-lain. Pada umumnya apabila kinerja perusahaan mengalami perkembangan yang baik, akan bisa meningkatkan harga saham. Baik buruknya kinerja perusahaan tercermin dari rasio-rasio keuangan yang secara rutin diterbitkan oleh emiten. Banyak sekali rasio keuangan yang dapat dianalisis dan penting bagi investor, misalnya rasio rentabilitas. Penelitian ini akan membahas tentang analisis keuangan melalui rasio rentabilitas operating profit margin sebagai alat keputusan investasi dengan menggunakan data-data dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh PT. Bukit Asam Tbk. 3.1.1 Laporan Keuangan PT. Bukit Asam Tbk. Dalam melakukan analisa data ini, penulis mengambil data yang dapat mendukung penelitian melalui Laporan keuangan PT. Bukit Asam Tbk, yaitu neraca dan laporan rugi laba, yang nanti akan dianalisa dengan rasio rentabilitas operating profit margin. Hasil analisarasio rentabilitas operating profit margin akan digunakan sebagai variabel X, dan data harga pasar saham (closing price) PT. Bukit Asam Tbk selama periode tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 akan digunakan sebagai variabel Y. Sebelum analisa data tersebut dilakukan terlebih dahulu akan penulis sajikan laporan keuangan PT. Bukit Asam Tbk pada periode per 31 Desember tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan tahun 2010 sebagai berikut : a. Neraca Keuangan Neraca keuangan ini memuat semua informasi mengenai sumber dana dan equity. Dengan demikian, necara keuangan mencerminkan semua transaksi yang dibuat oleh perusahaan pada periode tertentu. Adapun neraca keuangan yang disajikan di sini adalah neraca PT. Bukit Asam Tbk untuk periode tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan tahun 2010, sebagai berikut :
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
Tabel 1 NERACA PT. BUKIT ASAM TBK (Dalam jutaan Rp) KETERANGAN ASET Kas dan setara kas Piutang usaha (bersih) Persediaan (bersih) Aset lancar lainnya Aset lancar Taksiran klaim atas kelebihan pembayaran pajak Investasi pada perusahaan asosiasi Property pertambangan Aset tetap (bersih) Aset tidak lancar lainnya Aset tidak lancar Jumlah aset KEWAJIBAN DAN EKUITAS Hutang usaha Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Kewajiban lancar lainnya Kewajiban lancar Penyisihan manfaat pensiun dan kesejahteraan karyawan Penyisihan beban pengelolaan lingkungan hidup setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu Tahun Kewajiban jangka panjang lainnya Kewajiban tidak lancar Jumlah kewajiban Hak minoritas Jumlah ekuitas Jumlah kewajiban dan ekuitas Sumber : PT. Bukit Asam Tbk
Tabel 3 NERACA PT. BUKIT ASAM TBK LANJUTAN KETERANGAN
2006
TAHUN 2005
2004
1.295.035 744.159 261.249 17.318 2.347.761 1.519
1.229.290 588.661 245.890 25.116 2.088.957 8.686
993.730 430.115 155.440 59.372 1.638.657 8.001
1.025 403.254 355.200 759.973 3.107.734
444.205 297.842 750.733 2.839.690
484.502 253.981 746.484 2.385.141
16.545 310.539 64.998 39.451 431.533 292.950
45.284 303.123 63.515 51.113 463.035 257.109
38.020 232.922 104.728 57.496 433.166 208.830
75.127
56.569
44.685
483 368.560 800.093 12.181 2.295.460 3.107.734
313.678 776.713 10.317 2.052.690 2.839.720
253.515 686.681 9.197 1.689.263 2.385.141
Tabel 2 NERACA PT. BUKIT ASAM TBK LANJUTAN
ASET Kas dan setara kas Piutang usaha (bersih) Persediaan (bersih) Aset lancar lainnya Aset lancar Taksiran klaim atas kelebihan pembayaran pajak Investasi pada perusahaan asosiasi Property pertambangan Aset tetap (bersih) Aset tidak lancar lainnya Aset tidak lancar Jumlah aset KEWAJIBAN DAN EKUITAS Hutang usaha Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Kewajiban lancar lainnya Kewajiban lancar Penyisihan manfaat pensiun dan kesejahteraan karyawan Penyisihan beban pengelolaan lingkungan hidup setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Kewajiban jangka panjang lainnya Kewajiban tidak lancar Jumlah kewajiban Hak minoritas Jumlah ekuitas Jumlah kewajiban dan ekuitas Sumber : PT. Bukit Asam Tbk
3.041.720 1.376.624 420.040 111.133 4.949.517 -
2.222.819 560.508 271.482 25.541 3.080.350 -
125.972 199.063 383.932 447.908 1.156.875 6.106.392
83.019 360.571 455.241 898.831 3.979.181
69.190 644.152 562.661 76.987 1.352.990 553.779
99.137 293.352 188.055 163.870 744.414 447.347
120.848
99.765
1.116 675.743 2.028.733 79.527 3.998.132 6.106.392
547.112 1.291.526 12.154 2.675.501 3.979.181
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
5.054.075 997.178 423.678 171.022 6.645.953
4.709.104 1.491.460 409.901 172.926 6.783.391 -
266.979 187.542 921.005 701.220 2.076.746 8.722.699
122.620 199.063 371.523 601.981 1.295.187 8.078.578
73.156 748.235 197.836 128.501 1.147.728 959.072
58.097 789.369 431.230 102.212 1.380.908 759.792
174.343
151.266
308 1.133.723 2.281.451 74.512 6.366.736 8.722.699
774 911.832 2.292.740 84.466 5.701.373 8.078.578
b.
(Dalam jutaan Rp) TAHUN 2008 2007
KETERANGAN
ASET Kas dan setara kas Piutang usaha (bersih) Persediaan (bersih) Aset lancar lainnya Aset lancar Taksiran klaim atas kelebihan pembayaran pajak Investasi pada perusahaan asosiasi Property pertambangan Aset tetap (bersih) Aset tidak lancar lainnya Aset tidak lancar Jumlah aset KEWAJIBAN DAN EKUITAS Hutang usaha Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Kewajiban lancar lainnya Kewajiban lancar Penyisihan manfaat pensiun dan kesejahteraan karyawan Penyisihan beban pengelolaan lingkungan hidup setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun Kewajiban jangka panjang lainnya Kewajiban tidak lancer Jumlah kewajiban Hak minoritas Jumlah ekuitas Jumlah kewajiban dan ekuitas Sumber : PT. Bukit Asam Tbk
(Dalam jutaan Rp) TAHUN 2010 2009
Laporan Laba Rugi Laporan Laba/Rugi merupakan hasil dari kegiatan operasional PT. Bukit Asam Tbk pada periode waktu tertentu. Dalam hal ini diambil data dari tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan tahun 2010. Di dalamnya terdapat informasi mengenai inflow assets (revenue), outflow assets (expences), dan kenaikan atau penurunan yang dihasilkan semua kegiatan tersebut. Laporan Laba/Rugi ini menjelaskan pendapatan dan pengeluaran pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan tahun 2010, dan dapat menjawab pertanyaan tentang besarnya laba atau kerugian yang dihasilkan oleh perusahaan, dan variabel-variabel pendapatan serta pengeluaran apa saja yang perlu diperhatikan. Berikut ini adalah tabel laporan Laba/ Rugi PT. Bukit Asam Tbkpada periode 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan tahun 2010.
37
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
Tabel 4 LABA RUGI PT. BUKIT ASAM TBK (Dalam Jutaan Rp kecuali laba bersih per saham) KETERANGAN Penjualan Harga pokok penjualan Laba kotor Beban usaha Laba usaha Pendapatan lain-lain (bersih) Bagian (rugi)/laba bersih dari perusahaan asosiasi Laba sebelum pajak penghasilan Pajak penghasilan Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan Laba bersih Laba bersih per saham Jumlah saham beredar Sumber : PT. Bukit Asam Tbk
2006 3.533.480 (2.198.407) 1.335.073 (678.297) 656.776 12.174 -
TAHUN 2005 2.998.686 (1.840.195) 1.158.491 (597.493) 560.998 92.247 -
2004 2.614.472 (1.573.069) 1.041.403 (538.056) 503.347 73.691 -
668.950
653.245
577.038
(180.771) (2.509)
(184.186) (1.999)
(155.576) (1.660)
485.670 211 2.304
467.060 210 2.304
419.802 197 2.304
Tabel 5 LABA RUGI PT. BUKIT ASAM TBK (Dalam Jutaan Rp kecuali laba bersih per saham) LANJUTAN KETERANGAN Penjualan Harga pokok penjualan Laba kotor Beban usaha Laba usaha Pendapatan lain-lain (bersih) Bagian (rugi)/laba bersih dari perusahaan asosiasi Laba sebelum pajak penghasilan Pajak penghasilan Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan Laba bersih Laba bersih per saham Jumlah saham beredar Harga pasar saham terhadap laba bersih per saham EBITDA Pengeluaran usaha Sumber : PT. Bukit Asam Tbk
TAHUN 2008 2007 7.216.228 4.123.855 (3.686.136) (2.501.030) 3.530.092 1.622.825 (1.036.150) (725.841) 2.493.942 896.984 56.687 114.514 1.043 (1.936) 2.551.672 (837.055) (6.846)
1.009.562 (282.750) (601)
1.707.771 741 2.304 9
726.211 315 2.304 38
2.622.156 4.644.957
1.082.001 3.153.831
Tabel 6 LABA RUGI PT. BUKIT ASAM TBK (Dalam Jutaan Rp kecuali laba bersih per saham) LANJUTAN KETERANGAN Penjualan Harga pokok penjualan Laba kotor Beban usaha Laba usaha Pendapatan lain-lain (bersih) Bagian (rugi)/laba bersih dari perusahaan asosiasi Laba sebelum pajak penghasilan Pajak penghasilan Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan Laba bersih Laba bersih per saham Jumlah saham beredar Harga pasar saham terhadap laba bersih per saham EBITDA Pengeluaran usaha Sumber : PT. Bukit Asam Tbk
38
TAHUN 2010 2009 7.909.154 8.947.854 (4.258.988) (4.104.301) 3.650.166 4.843.55. (1.346.008) (1.295.238) 2.304.158 3.548.315 301.057 217.039 (5.565) (3.352) 2.599.650 (600.713) 9.954
3.762.002 (1.032.675) (1.593)
2.008.891 872 2.304 26
2.727.734 1.184 2.304 15
2.669.063 5.531.862
3.844.559 5.315.389
Sebelum analisa data dilakukan terlebih dahulu akan penulis kemukakan penjelasan mengenai kinerja keuangan PT. Bukit Asam Tbk, yang telah disajikan di atas yaitu pada per 31 Desember 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan tahun 2010. PT. Bukit Asam Tbk memiliki struktur neraca yang cukup kuat. Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2004 posisi kas PT. Bukit Asam Tbk mencapai Rp.993.730.000, pada tahun 2005 mencapai lebih dari Rp. 1,2 trilliun, pada tahun 2006 Rp. 1,29 trilliun, akan tetapi pada tahun 2007mengalami penurunan yaitu Rp.2,2 triliun, dan pada tahun 2008 kas meningkat lagi yaitu mencapai lebih dari Rp. 3 triliun kemudian pada tahun 2009 meningkat lagi mencapai lebih dari Rp. 4,7 trilliun dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar Rp. 5,05 triliyun. Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2009 PT. Bukit Asam Tbk mencatat harga jual rata-rata ke pasar ekspor mencapai US$ 74,16 perton atau Rp. 750.000 perton. Hal ini memperlihatkan bahwa PT. Bukit Asam Tbk berhasil menjual batubara dengan harga yang tinggi tidak hanya ke pasar domestic melainkan juga ke pasar ekspor. PT. Bukit Asam Tbk memperkirakan bahwa dampak penurunan harga komoditas batubara yang terjadi tahun 2009 akan berdampak terhadap harga jual rata-rata PT. Bukit Asam Tbk pada tahun 2010. Posisi kas yang kuat ini memberi ruang yang luas bagi PT. Bukit Asam Tbk untuk melakukan ekspansi usaha di masa depan. Dengan struktur neraca seperti sekarang PT. Bukit Asam Tbk memiliki pilihan yang luas dalam mendanai ekspansi baik dengan menggunakan kas internal maupun dengan penerbitan hutang baru. 3.1.2 Data Harga Pasar Saham PT. Bukit Asam Tbk Saham PT. Bukit Asam Tbk diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode perdagangan PTBA sejak Initial Public Offering (IPO) Desember tahun 2002. Selain tercatat di papan utama, saham PTBA tercatat sebagai anggota dari Jakarta Mining Index, LQ45 (45 saham terlikuid di (BEI), Jakarta Islamic Index, Index Bisnis-27 dan Indeks Kompas 100.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
Seiring perkembangan transasksi di BEI, saham PT. Bukit Asam Tbk juga mengalami perkembangan harga dan volume transaksi yang dinamis. Setelah ditutup pada posisi Rp. 1,525 per saham pada tahun 2004 kemudian pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi Rp.1,800 per saham, demikian seterusnya harga saham PT. Bukit Asam Tbk terus meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2006 ditutup dengan harga Rp. 3,525 per saham, lalu pada tahun 2007 ditutup dengan harga Rp.12,000. Setelah ditutup pada posisi Rp. 6.900 per saham di akhir Desember 2008, harga saham PT. Bukit Asam Tbk sempat berada di level Rp. 8.200 per saham pada pertengahan Januari 2009. Lalu pada tahun 2010 posisi akhir saham PT. Bukit Asam Tbk ditutup pada harga Rp. 22.950 per saham. Pola perkembangan harga pasar saham (closing price) PT. Bukit Asam Tbk dari tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan tahun 2010, akan disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 7 HARGA SAHAM (CLOSING PRICE) PT. BUKIT ASAM TBK TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 SumbPT. Bukit Asam Tbk
HARGA SAHAM (Sebagai Variabel Y) 1,525 1,800 3,525 12,000 6,900 17,250 22,950
3.2 Pembahasan 3.2.1 Analisa Rasio Rentabilitas Operating Profit Margin Rasio ini adalah untuk mengukur hubungan antara penjualan dengan laba bersih operasi.Jika profit margin tidak sebanding dengan operating assets turnover maka perusahaan belum mencapai pengembalian yang memuaskan bagi para investor. Profit margin yang baik adalah yang angka rasionya tinggi, hal ini berarti perusahaan mampu beroperasi dengan efisiensi yang tinggi dan dapat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
menekan struktur biaya perusahaan sehingga dapat memiliki kemampuan untuk bersaing dalam harga jual produknya. Laba Usaha Operating profit margin =
x 100% Penjualan
503.347 2004
=
X 100 % = 19,3 2.614.472 560.998
2005
=
X 100 % = 18.7 2.998.685 656.775
2006
=
X 100 % =18,6 3.533.480 896.984
2007
=
X 100% = 21,8 4.123.855
2.493.934 2008
=
X 100% =34,6 7.216.228 3.548.315
2009
=
X 100% =39,7 8.947.854 2.304.158
2010
=
X 100% = 29,1 7.909.1
Tabel 8 ANALISA RASIO RENTABILITAS OPERATING PROFITMARGIN PT. BUKIT ASAM TBK TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Rentabilitas Operating Profit Margin (Sebagai Variabel X) (%) 19,3 18,7 18,6 21,8 34,7 39,7 29,1
Sumber : PT. Bukit Asam Tbk
39
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
Dari hasil analisis Rasio Rentabilitas Operating Profit Margin yang diperoleh maka diketahui bahwa Operating Profit Margin PT. Bukit Asam, Tbk terus mengalami peningkatandari tahun ke tahun, oleh karena itu perusahaan dianggap efisien dalam menjalankan kegiatan operasi sehari-hari perusahaan. Kegiatan operasi perusahaan yang paling efisien ada pada tahun 2009 dengan Operating Profit Margin sebesar 39,7%, sehingga setiap rupiah penjualannya menghasilkan laba sebesar Rp. 0,397. Sedangkan keadaan yang paling tidak efisien ada pada tahun 2006 dengan rasio 18,6%. Di sini terlihat bahwa dalam setiap rupiah penjualan hanya menghasilkan Rp. 0,186 laba usaha.
Selanjutnya dimasukkan kedalam rumus koefisien korelasi, perhitungannya sebagai berikut : n.∑XiYi – (∑Xi).(∑Yi) r = √ n.∑Xi2 – (∑Xi)2 . √ n. ∑Yi2 – (∑Yi)2 7. (1.981.668) – (181,8).(65.950) r = √7.(5.163,4) – (181,8)2 . √7.(1.033.866.250) – (65.950)2 13.871.673– 11.989.710 r = √36.144–.33.051 . √7.237.063.750– 4.349.402.500 1.881.963 r = √ 3093. √ 2.887.661.250 1.881.963 r = 55,61. 53.736,96
3.2.2 Analisa Koefisien Korelasi Merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui kedekatan hubungan antara variabel yang disimbolkan dengan ( r ). Jika nilai r positif ( + ) maka variabelnya berkorelasi positif, semakin dekat nilai r dengan nilai +1 maka menandakan semakin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya. Untuk lebih jelas akan penulis sajikan lembar kerja koefisien korelasi antara Rentabilitas Operating Profit Margin sebagai variabel X dan harga pasar saham PT. Bukit Asam Tbk sebagai variabel Y dalam tabel perhitungan korelasi berikut ini : Tabel 9 PERHITUNGAN KOEFISIEN KORELASI Tahun
X
2
Y
2
X
Y
2004
19,3
1.525
372,49
2.335.625
29.433
2005
18,7
1.800
349,69
3.240.00
33.660
2006
18,6
3.525
346
12.425.625
65.565
2007
21,8
12.000
475
144.000.000
261.600
2008
34,6
6.900
1.197
47.610.000
238.740
2009
39,7
17.250
1.576
297.562.500
684.825
2010 N= 7
29,1 181,8
22.950 65.950
847 5.163,4
526.702.500 1.033.866.250
667.845 1.981.668
Sumber : Data Hasil Olahan
40
XY
1.881.963 r = 2.988.312,35 r =
0,63
Hasil analisa koefisien korelasi untuk membuktikan bahwa Rentabilitas Operating Profit Margin mempunyai suatu pengaruh atau hubungan terhadap harga pasar saham PT. Bukit Asam, Tbk didapat nilai r sebesar 0,63 hal ini menunjukkan bahwa hubungan keduanya kuat karena nilai r yang mendekati angka 1. Hubungan kedua variabel yang kuat, searah dan positif artinya setiap kenaikan atau penurunan Rentabilitas Operating Profit Margin akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan harga pasar saham PT. Bukit Asam, Tbk. 3.2.3Analisa Koefisien Penentu Analisa koefisien penentu digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi dari variabel X (Rentabilitas Operating profit margin) terhadap naik turunnya variabel Y (harga pasar saham) PT. Bukit Asam Tbk. Setelah memperoleh hasil koefisien korelasi, maka perhitungan untuk koefisien penentu sebagai berikut: KP = r2 x 100 % KP = ( 0,63 )2 x 100 % KP = 0,3969 x 100 % KP = 39,69 %
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
Dari hasil analisa koefisien penentu (KP) yang diperoleh dari pengkuadratan nilai koefisien korelasi (r2) yaitu didapat hasil sebesar 39,69% yang artinya besar peranan atau kontribusi Rentabilitas Operating Profit Margin terhadap harga pasar saham PT. Bukit Asam, Tbk adalah sebesar 39,69%. Prosentase sebesar 39,69% berarti Rentabilitas Operating Profit Margin mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap naik turunnya harga pasar saham PT. Bukit Asam, Tbk, sedangkan sisanya sebesar 43,75% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar Rentabilitas Operating Profit Margin yang tidak penulis teliti di antaranya : Laba Usaha, Perputaran modal kerja dan Piutang Usaha. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan serta hasil analisa data yang diperoleh maka penulis menyimpulkan sebagai berikut : a.
b.
Hasil Analisa Rasio Rentabilitas Operating Profit Margin Dari hasil analisis diketahui bahwa Operating Profit Margin PT. Bukit Asam, Tbk terus mengalami peningkatandari tahun ke tahun, oleh karena itu perusahaan dianggap efisien dalam menjalankan kegiatan operasi sehari-hari perusahaan. Kegiatan operasi perusahaan yang paling efisien ada pada tahun 2009 dengan Operating Profit Margin sebesar 39,7%, sehingga setiap rupiah penjualannya menghasilkan laba sebesar Rp. 0,397. Sedangkan keadaan yang paling tidak efisien ada pada tahun 2006 dengan rasio 18,6%. Di sini terlihat bahwa dalam setiap rupiah penjualan hanya menghasilkan Rp. 0,186 laba usaha. Hasil Analisa Koefisien Korelasi Hasil analisa koefisien korelasi didapatkan bahwa Rentabilitas Operating Profit Margin mempunyai suatu pengaruh atau hubungan yang lemah terhadap harga pasar saham PT. Bukit Asam, Tbk hal ini dibuktikan dengan nilai r sebesar 0,63. Hubungan kedua variabel lemah, searah dan positif artinya setiap kenaikan atau
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
c.
penurunan Rentabilitas Operating Profit Margin akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan harga pasar saham PT. Bukit Asam, Tbk. Hasil Analisa Koefisien Penentu Hasil analisa koefisien penentu (KP) didapat hasil sebesar 39,69% yang artinya besar peranan atau kontribusi Rentabilitas Operating Profit Margin terhadap harga pasar saham PT. Bukit Asam, Tbk adalah sebesar 39,69%. Prosentase sebesar 39,69% berarti Rentabilitas Operating Profit Margin mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap naik turunnya harga pasar saham PT. Bukit Asam, Tbk, sedangkan sisanya sebesar 43,75% dipengaruhi oleh 7 faktor-faktor lain di luar Rentabilitas Operating Profit Margin yang tidak penulis teliti di antaranya : Laba Usaha, Perputaran modal kerja dan Piutang Usaha.
4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mencoba memberikan saran-saran kepada pihak PT. Bukit Asam, Tbk diantaranya sebagai berikut : a. Ditinjau dari hasil analisa rentabilitas operating profit margin maka perusahaan hendaknya mengetahui bahwa masalah rentabilitas adalah lebih penting dari masalah laba, karena laba yang besar belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan telah berjalan dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba dengan tingkat efisiensi perusahaan dalam melakukan operasi seharihari. Dengan demikian PT. Bukit Asam, Tbk hendaknya tidak hanya berusaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah berusaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. b. Agar PT. Bukit Asam, Tbk melakukan upayaupaya untuk meningkatkan rentabilitas operating profit margin misalnya dengan meningkatkan volume penjualan dan menekan total biaya operasional seminimal mungkin agar laba yang diperoleh semakin besar serta dapat meningkatkan harga pasar sahamnya.
41
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK Oleh : Sumarsid
DAFTAR PUSTAKA Husnan, Suad, 2010, Pembelanjaan Perusahaan, (Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta, Liberty. Irawan, Susan, 2006, Manajemen keuangan, Cetakan I, Bandung, Grassindo. Munawir, S., 2007, Analisa Laporan Keuangan, Cetakan 14, Yogyakarta, Liberty. Rahardjaputera,S. Hendra, 2011, Manajemen Keuangan dan Akuntansi Untuk Eksekutif Perusahaan, Jakarta, Salemba Empat. Riyanto, Bambang, 2010, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, Yogyakarta, BPFE. Sjahril, Dermawan, 2011, Dasar-dasar
42
Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, Yogyakarta, BPFE. Sugiono, Arief dan Edi Untung, 2009, Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan, Jakarta, Grasindo. Supranto, J., 2008, Statistika Teori dan Aplikasi, Jilid 1, Edisi 7, Jakarta,Erlangga. Sutrisno, 2009, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi 4, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka utama. Syamsudin, Lukman, 2009, Manajemen Keuangan Perusahaan, Yogyakarta, BPFE.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman Dosen DPK pada STIMA IMMI Jakarta. ABSTRACT The objective of this study to find of concept and principle that can make new theory about education business. This article using studi library, and empiric goes to many education institute for analized opportunity carries on business education in Indonesian, by studying theories about business, concerning type description carries on business education, plotting education business,education business strategy management, marketing carries on business education, financially carries on business education, and education business manner. The results of this study finds severally concept and principle about successful education business in Indonesian one did by level formal education institute university and nonformal on guidance studies and course. Concept and that principle are as follow : (1 ) how to choose education business types and how to establish education institutes, (2 ) plot education businesses, (3 ) education business strategy managements, (4 ) marketing carry on business education, (5 ) finance carry on business education, (6 ) manner carry on business education. Implication of the study can give positive contribution for developmental scholarship, and even bear areas new theories knowledge carry on business education. On the practical can give guidance for entrepreneur to establish education business and will increase ability,professional skill in managing education institute for over survive. LATAR BELAKANG Bagi entrepreneur dituntut untuk berfikir dengan bayak ide dan membaca peluang untuk menuju perubahan yang lebih baik dengan membuat suatu rencana bisnis . Namun demikian seorang entrepreneur tidak selalu terlepas dari dilemma bisnis yang dijalaninya. Bagaimana dia yakin bahwa bisnis yang didirikannya akan membawa hasil dengan baik. Solusinya adalah tentu dengan membuat rencana bisnis sesuai dengan konsep ilmu bisnis, dan jenis bisnis yang diminati.Bisnis pendidikan di Indonesia adalah bisnis yang paling menguntungkan,buktinya banyak lembaga-lembaga kursus terus berkembang bahkan dalam jangka waktu beberapa tahun dia menjadi perguruan tinggi. Contohnya, di kabupaten Karawang Jawa Barat lembaga kursus komputer ROSMA dalam jangka waktu 10 tahun menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Informasi dan Komputer,Lembaga pendidikan KHARISMA awalnya sekolah keperawatan, sekarang memiliki tiga perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Kesehatan,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Akademi Kebidanan, dan Sekolah Tinggi Manajemen Imformasi dan Komputer, dan banyak contoh-contoh lain yang lebih maju seperti lembaga pendidikan Bina Nusantara (BINUS)berkedudukan di Jakarta awalanya sebuah lembaga kursus computer, berkembang menjadi Akademi Komputer kemudian menjadi AMIK BINUS, kemudian menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Informasi dan Komputer, sekarang menjadi Universitas Bina Nusantara. Bisnis pendidikan dibidang bimbingan belajar seperti Ghanesha Operation atau PRIMAGAMA mendapatkan sukses luarbiasa, sekarang lembaga tersebut tersebar di 96 kota-kota seluruh Indonesia, target pasarnya adalah siswa-siswa SD,SMP, SMA, dengan Tujuan menghantarkan siswa untuk persiapan mengikuti Ujian Nasional, dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi. Contoh lain bisnis bimbingan belajar yang sukses adalah Sony Sugema College, berawal dari seorang pemuda di Bandung Jawa Barat bernama Sony Sugema, dimulai mengajar bimbingan bagi124 orang siswa kelas 3 SMU dengan tujuan agar
43
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman
bisa diterima pada ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN) di Indonesia,dengan modal awal Rp 1,5 juta digunakan untuk menyewa gedung dan sebagian untuk peralatan seperti kursi, meja belajar dan alat lainnya,. Pada saat itu Sony memandang bahwa UMPTN sebagai peluang bisnis yang mempunyai prospek sangat cerah. Dengan menggunakan metode mengajar konsep learning revolution,kemudian dikelola dengan baik dia berhasil menghantar siswa bimbingan setiap tahunnya 6000 siswa masuk ke perguruan tinggi negeri.sekarang bisnisnya telah dikembangkan menjadi wara laba (frenchise) bisnis pendidikan di seluruh Indonesia dengan nama perusahaan PT. Sonysugema Eduka, sejak tahun 2001 telah terdaftar di Direktorat Hak Cipta , Paten, dan Merk dengan nomor 01317- 1318, berkedudukan di Bandung Jawa Barat. Berbicara tentang bisnis pendidikan di Indonesia, tentu menjadi peluang yang sangat besar saat ini dilihat dari segi permintaan akan pelayanan pendidikan baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal, dari mulai taman kanak-kanak, pendidikan dasar dan menengah sampai pendidikan tinggi. Begitu juga permintaan pelayanan pendidikan kursus-kursus, pelatihan, bimbingan, dan kelompok belajar lainnya. Minat investasi dibidang bisnis pendidikan dari tahun ke tahun terus meningkat, sampai-sampai perusahaan raksasa rela melepas sebahagian sahamnya untuk mendirikan universitas. Pendidikan latihan, kursus-kursus dan bimbingan belajar menjamur di Indonesia. Misalnya bimbingan belajar yang melayani siswa Sekolah Dasar (SD),sekolah menengah pertama ( SMP), dan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk persiapan masuk perguruan tinggi. Beberapa tahun terakhir muncul juga pendidikan alternative yang disebut homeschooling, bisnis homeschooling memiliki prospek sangat cerah di kota- kota besar Indonesia disebabkan meningkatnya jumlah anak usia sekolah, dengan keterbatasan sekolah formal yang keberadaannya tidak merata di tiap daerah, bagi anak yang mempunyai mood belajar berbeda dengan kebanyakan anak-anak pada umumnya, dan bagi anak yang mempunyai talenta di bidang tertentu tidak menghalangi anak untuk terus berprestasi. Peluang bisnis pendidikan di Indonesia dipicu adanya perubahan struktur perekonomian Negara dari agraris menuju masyarakat industry, keadaan perubahan ini tentu memerlukan tenaga kerja yang mempunyai skil dan kompetensi di bidang profesi atau vokasi. Kedua adanya kesadaran masyarakat Indo-
44
nesia akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup. Hal ini dibuktikan adanya perubahan peningkatan daya saing masyarakat Indosesia di tingkat dunia, Menurut laporan Global Competitiveness 2010 yang dikeluarkan World Economic Forum (139 negara), Daya saing Indonesia meningkat 10 digit dari peringkat 54 tahun 2009 menjadi peringkat 44 tahun 2010. Peningkatan ini disebabkan bergulirnya tahapan pembangunan dari tahap tradisi ke tahap 2 efisiensi, menuju tahap 3 yaitu tahap inovasi dan bisnis. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS -2010) jumlah penduduk Indonesia mencapai 228 jiwa tersebar di 363 kabupaten , 33 propinsi dengan proporsi tenaga kerja penduduk Indonesia berdasarkan pendidikan adalah lulusan SD 51,50 %, SMP 18,90%, SMA 14, 60%, SMK, 7, 80 %%, Diploma I,II, III, 2, 70 %, Universitas 4, 60 %. Penduiduk Indonesia menuju Dependency Ratio yang semakin kecil artinya semakin besar proporsi usia produktif, dan semakin tinggi produktivitas ekonomi. Perubahan ini ditunjang dengan Visi Indonesia 2025 yaitu ; “Mengangkat Indonesia menjadi negara maju merupakan kekuatan 12 besar dunia di tahun 2025, dan 8 besar dunia pada tahun 2045. Ketiga, tumbuh suburnya lembaga bimbingan belajar bagi siswa SD, SMP, SMA, dikarenakan kecenderungan masyarakat Indonesia kurang percaya terhadap proses pembelajaran di sekolah, sehingga untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anaknya dimasukan ke lembaga kursus dan bimbingan belajar meskipun dengan biaya mahal. Sasaran bisnis pendidikan adalah mayoritas penduduk usia sekolah. Jumlah penduduk menurut sensus BPS -2005 yaitu terdiri atas ; jumlah penduduk usia 5-9 th. 23 juta, usia 10-14 th. 22 juta, usia 15-19 th. 21 juta, usia 2024 th, 20 juta, usia 25-29 th. 19 juta, usia 30-34 th. 18 juta, usia 38-39 th. 17 juta. Usia 40-44 th. 15 juta. Usia 45- 49 th. 12 juta, usia 50-54 th. 10 juta. Berdasarkan kondisi di atas, peluang bisnis pendidikan di Indonesia terbuka lebar sampai tahun 2045, Namun demikian agar bisnisnya dipastikan berhasil , perlu ada gambaran bagaimana cara bisnis pendidikan di Indonesia, maka dengan artikel ini bertujuan memberikan analisis terhadap peluang bisnis di Indonesia dengan membahas ;(1) deskripsi jenis,bisnis pendidikan, (2) merencanakan bisnis pendidikan,(3) manajemen strategi bisnis pendidikan, (4) pemasaran bisnis pendidikan, ( 5) keuangan bisnis pendidikan. (6) etika bisnis pendidikan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman
PEMBAHASAN A. Deskripsi Jenis Bisnis Pendidikan 1. Pengertian Bisnis Pemahaman tentang apa definisi bisnis tidak terlalu jelas dan tidak mudah, membuat definisi bisnis dengan lengkap dan baik biasanya didasarkan pada tiga factor yaitu; (1) orientasi-produk, jenis barang apa dan untuk pelanggan siapa produk barang dihasilkan agar pelanggan mendapatkan kepuasan,(2) jasa apa dan untuk pelanggan siapa yang membutuhkan jasa yang dihasilkan agar mendapatkan kepuasan,(3) bagaimana menggunakan teknologi untuk menghasilkan barang dan jasa agar kebutuhan pelanggan mendapatkan kepuasan. Bisnis adalah suatu kegiatan ekonomi melalui lembaga resmi yang diciptakan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh keuntungan. Menciptakan bisnis dilandasi dengan berbagai motivasi. Seseorang menciptakan bisnis untuk mendapat imbalan dari perusahaan yang didirikannya, ada orang termotivasi untuk mendapatkan penghasilan besar, untuk meningkatkan prestise karena memiilki bisnis, ada orang termotivasi mendirikan bisnis agar menjadi atasan dari karyawan perusahaan yang dimilkinya, dan orang termotivasi karena tidak mau bekerja di tempat lain, atau termotivasi untuk menciptakan lapangan kerja baru. Menurut Jeff Madura (2001) suatu bisnis akan mendapat nilai atau keuntungan apabila dikelola dengan baik menyangkut organisasi bisnis, lingkungan bisnis, manajemen perusahaan,,manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, dan manajemen pemasaran. Interaksi yang terjadi dalam bisnis menyangkut pemilik, pemegang saham, karyawan, kreditor, pemasok dan pelanggan, semuanya berinteraksi saling mendukung untuk menjaga kelangsungan bisnisnya. 2. Pengetian Pendidikan Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi manusia untuk menjadi manusia yang lebih baik. Menurut Tirta Raharja (2005) pengertian pendidikan atas dasar aspek sifat hakikat manusia menyangkut dimensi individu, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan menuju manusia seutuhnya. Karena sifat dan hakikatnya yang kompleks maka batasan pengertian pendidikan didasarkan atas fungsinya yaitu: a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya, sehingga arti pendidikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi lain.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
b.
c.
d.
Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi., yaitu suatu kegiatan yang sistematis dan terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik Pendidikan sebagai penyiapan warga negara. yaitu suatu kegiatan yang terencana untuk memberi bekal peserta didik menjadi warga negara yang baik. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja, yaitu kegiatan membimbing peserta didik sehingga mempunyai dasar untuk bekerja berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Menurut John Dewey (1964) pengertian pendidikan secara filosofis adalah pertama pendidikan sebagai keperluan untuk keberlangsungan hidup melalui pembaharuan diri yang terus menerus , kedua sebagai fungsi social melalui transfer pengetahuan kepada generasi berikutnya untuk bekal aktivitas social di masyarakat sesuai standar norma, ketiga pendidikan sebagai petunjuk arah mengembangkan potensi alami kepada suatu kecakapan dan keahlian tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ,Pendidikan dilaksanakan berdasarkan kepada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan di Indonesia dilaksanakan menurut jalur, dan jenis pendidikan . terdiri dari pendidikan formal,nonformal,dan informal.Jalur pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah,dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan meliputi pendidikan umum,kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Pendidikan dasar sebagai landasan jenjang pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara yang berusia 6 (enam) samapai 15 (lima belas) tahun pada jenjang pendidikan dasar tanpa dipungut biaya.
45
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman
Pendidikan dasar berbentuk: (1). Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat; (2) Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan Menengah merupakan lanjutan pendidikan terdiri atas:(1). Mendidikan Menengah Umum,(SMA),(2) Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK), (3) Madrasah Aliyah (MA), (4) Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk: (1) Akademi, (2) Politeknik, (3) Sekolah Tinggi, (4) Institut, (5) Universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/ atau vokasi. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, tambahan, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi:(1) Pendidikan Kecakapan Hidup, (2) Pendidikan Anak usia dini, (3) Pendidikan Kepemudaan, (4) Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, (5) Pendidikan Keaksaraan, (6) Pendidikan Kesetaraan paket A, paket B, paket C. (6) Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas: (1) Lembaga Kursus, (2) Lembaga Pelatihan, (3) Kelompok Belajar, (4) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, (5) Majlis Taklim. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
46
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Pendidikan Informal adalah pendidikan yang kegiatan dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk:(1) Taman Kanak-Kanak (TK),(2) Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk:(1) Kelompok Bermain (KB),(2) Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Berdasarkan deskripsi jenis dan jenjang pendidikan di atas maka peminat bisnis pendidikan dapat memilih jenis atau jenjang pendidikan apa yang layak dijadikan core business sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki. B. Merencanakan Bisnis Pendidikan Memilih jenis bisnis pendidikan di Indonesia akan disesuaikan dengan pertimbangan minat,, kemampuan, dan prosfek jenis bisnis pendidikan, Selanjutnya membuat rencana bisnis yang sempurna. Konsep yang digunakan entrepreneur dalam merencanakan bisnis dengan menerapkan lima fungsi bisnis yaitu; manajemen, pemasaran, keuangan, akuntansi, system informasi. Manajemen adalah cara bagaimana sumber-sumber pendidikan digunakan, pemasaran adalah bagaimana jasa pendidikan dikembangkan, dipromosikan kepada pelanggan, Keuangan adalah bagaimana cara mendapatkan dan menggunakan dana untuk operasi pendidikan, akuntansi adalah analisis suatu kondisi keuangan yang dipakai untuk opersi pendidikan, system informasi adalah penggunaan teknologi informasi dalam prosedur kerja, untuk memberikan informasi yang tepat dan cocok kepada pihak-pihak berkepentingan, seperti pemilik, karyawan, pemasok dan pelanggan. Membuat rencana bisnis pendidikan adopsi dari Jeff Madura (2001) harus berisikan (1) deskripsi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman
utama jenis bisnis,artinya mendiskripsikan jenis pendidikan apa yang akan didirikan (2) perkiraan lingkungan bisnis, bagaimana kondisi social ekonomi dan politik Negara (3) rencana manajemen menyangkut struktur organisasi, dan pengelolaan sumber, ( 4) rencana pemasaran, menyangkut target pasar, dan karakteristik jasa pendidikan yang di berikan , Selanjutnya penentuan harga uang pendidikan, dan rencana promosi ( 5) rencana keuangan, menyangkut kelayakan bisnis memprediksikan keuntungan dalam lima tahun kedepan, dan perkiraan dana yang dibutuhkan untuk mendirikan bisnis pendidikan. Mendirikan bisnis pendidikan diawali dengan membuat lembaga bisnis berupa yayasan yang bersifat nir laba, Selanjutnya membuat akte notaries berupa yayasan atau Badan Hukum Pendidikan (BHP) tercatat di Kementrian Hukum dan Ham di Jakarta, Setelah menjadi akte yayasan baru mengajukan perijinan operasional sekolah . Perijinan pendidikan non formal seperi kurus, pelatihan, kelompok belajar, taman kanak-kanak, sekolah dasar,sekolah menengah diajukan ke dinas pendidikan kabupaten/ kota, Sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi seperti akademi, politeknik, sekolah tinggi dan universitas diajukan ke Dirjen Dikti Kementrian Pendidikan di Jakarta melalui kantor Kopertis di tingkat propinsi.Sebagai ilustrasi dibawah ini contoh prosedur perijinan medirikan kursus, tman kanakkanak, sekolah dasar, sekolah menengah di kabupaten Karawang propinsi Jawa Barat. Prosedur perijinan mendirikan Sekolah Swasta tingkat TK, SD, SMP, SMA,SMK, dan Kursus, Surat ijin operasional penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Karawang Jawa Barat ditanda tangani bupati.,Permohonan ijin diajukan kepada dinas pendidikan kabupaten dengan persyaratan sebagai berikut: .Ijin operasional mendirikan sekolah swasta berdasarkan Peraturan Bupati No.20 Tahun 2009 Tentang Panduan Mendirikan Sekolah Swasta, dengan syarat-syarat sebagai berikut. Syarat Teknis (1) memiliki sarana prasaran, (2) daftar pengurus, pemilik, (3) daftar tenaga (kepala sekolah, guru, karyawan), (4) buku kurikulum, (5) daftar murid. Syarat Administrasi; (1) foto copy akte notaris pendirian yayasan, (2) rekomendasi dari dinas pendidikan kecamatan, (3)program kerja jangka pendek, (4) Surat pernyataan menggunakan kurikulum pemerintah, Prosedur pengajuan ijin mendirikan sekolah swasta adalah: (1) pemohon mengajukan kepada kantor Cabang Dinas Pendidikan di Kecanatan dengan waktu 1 hari, (2) Kantor Dinas
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Pendidikan Kecamatan melakukan penelitian dan survey lapangan, membutuhkan waktu 6 hari, (3) kantor Dinas Pendidikan mengeluarkan surat rekomendasi, memerlukan waktu 1 hari, selanjutnya disampaikan kepada kantor Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah, (4) Kantor Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah memproses rekomendasi ijin operasional memerlukan waktu 4 hari, (5) penandatangan rekomendasi ijin operasional oleh kepala Dinas Pendidikan Kabupaten cukup 1 hari, kemudian diajukan ke bupati (6) Bupati memproses ijin operasional melalui bagian hukum dan penandatangan oleh Bupati, memerlukan waktu 6 hari. Prosedur perijinan pendirian pendidikan tinggi diatur oleh Undang-Undang No 9 Tahun 2009 Tenang Badan Hukum Pendidikan Tinggi. Menyatakan anggota organ pemangku kepentingan BHP Pendidikan Tinggi terdiri atas : (1) pendiri atau wakil pendiri, (2) wakil organ representasi pendidik, (3) pimpinan organ pengelola pendidikan tinggi, (4) wakil tenaga kependidikan, (5) wakil unsure masyarakat. Sumber dana BHP pendidikan tinggi berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan. Sumber dana berasal dari : sumbangan penyelenggaraan pendidikan, hibah, wakaf, zakat, pembayaran nadzar, pimjaman, sumbangan dari perusahaan, atau penerimaan lain yang syah. Pengelolaan dana secara mandiri oleh badan hukum pendidikan didasarkan prinsip nirlaba, artinya tidak mencari laba, adapun hasil dari usaha kegiatan harus ditanamkan kembali kepada Badan Hukum untuk peningkatan kapasitas dan layanan pendidikan.Tenaga pengajar atau tenaga kependidikan PTS bisa PNS yang dipekerjakan (DPK), atau pegawai diangkat yayasan. Pengelolaan pendidikan dilaksanakan atas dasar; (1) otonomi pengelolaan akademik maupun non akademik, (2) akuntabilitas, (3) transparansi, (4) penjaminan mutu, (5) layanan prima. Menurut Kepmendiknas No. 234/U/2000. Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi Swasta. Syarat- syarat pendirian perguruan tinggi swasta adalah (1) rencana induk pengembangan (RIP) jangka 5 tahun berdasarkan studi kelayakan,yang berisikan program kegiatan akademik, (2) organisasi penyelenggar, (3) Sumberdaya Manusia, (4) sarana prasarana, (5) program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Tata cara pendirian Perguran Tinggi Swasta : (1) usul dari pendiri dipertimbangkan, (2) pemberian persetujuan, (3) penyampaian usul persetujuan pendirian, (3) pemberian persetujuan, (4)penetapan persetujuan, (5) penetapan statuta..
47
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman
Lampiran usul pendirian PTS adalah : (1) Referensi Bank tentang dana penyelenggaraan PTS, (2) akte notaris BHP- PTS, (3) anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BHP=PTS, (4) Surat tentang tidak terlibat pelanggaran hukum bagi pengurus BHP-PTS, (5) sertifikat tanah bangunan , atau perjanjian sewa gedung kantor, atau kampus. C.
Manajemen Strategi Bisnis Pendidikan Pengambilan keputusan dalam menjalankan bisnis apapun agar meraih sukses, dalam literature bisnis harus melakukan manajemen strategi. Menurut Wheelen, Thomas L, dan Hunger David, J.,(2002) mengatakan keputusan mengambil bisnis didasari atas konsep-konsep; (1) pengamatan lingkungan bisnis baik internal maupun eksternal. Secara internal diawali penyusunan struktur rantai komando, analis terhadap sumber daya manusia dari segi pengetahuan, keahlian, dan keterampilan.,dan sumber lain seperti asset, sarana dan prasarana, (2) menentukan strategi formulasi lembaga bisnis meliputi penentuan Visi, misi, tujuan organisasi, strategi pencapaian tujuan,dengan membuat rencana tindakan. (3) strategi pelaksanaan dengan membuat program kerja, kegiatan, pembiayaan, dan prosedur kerja,(4) melaksanakan evaluasi kinerja. Tujuan utama menjalankan bisnis adalah mencari keuntungan. Agar bisnis sukses dan memperoleh nilai, dalam pelaksanaanya berpedoman pada manajemen operasi. Jeff Madura (2001) menyatakan bahwa manajemen operasi adalah cara mengelola suatu proses agar sumberdaya yang ada menghasilkan barang dan jasa yang bermutu. Proses yang dipakai tentu akan mempengaruhi nilai atau keuntungan lembaga bisnis tersebut. Dalam bisnis pendidikan,manajemen operasinya adalah mengelola karyawan dan tenaga mengajar, sarana pra sarana pendidikan, kurikulum dan peserta didik. Di bawah ini adalah ilustrasi manajemen operasi pendidikan : Bagan Manajemen Operasi ( Sumber Adopsi dari Jeff Madura (2001). Manajenem operasi bisnis pendidikan harus mengidentifikasi tipe karyawan dan tenaga guru yang berkualitas dilihat dari pengetahuan, keahlian dan keterampilan di bidangnya. Biaya operasi yang diperlukan untuk menggaji sumberdaya manusia tergantung pada jumlah karyawan dan tingkat keterampilannya. Makin banyak jumlah karyawan, makin besar biaya yang dikeluarkan, demikian pula makin tinggi kualitas sumberdaya manusianya makin tinggi gajinya. Kualifikasi penggunaan sumberdaya manusia mengacu pada aturan yang dikeluarkan
48
kementrian pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan termasuk gedung untuk kantor dan ruang kelas untuk proses belajar mengajar mengacu pada standar yang ditetapkan pemerintah. Untuk itu pemilik bisnis harus membeli atau menyewa gedung. Biaya untuk membeli tentu lebih besar dari pada menyewa, tetapi pertimbangan menyewa tentu lokasi bisnis harus pindah apabila sudah habis waktu untuk menyewa. Nilai atau keuntungan yang diperoleh dari bisnis pendidikan adalah besar pengahsilan dikurangi pengeluaran biaya operasi. Untuk meningkatkan penghasilan adalah meningkatkan jumlah peserta didik, untuk meningkatkan jumlah peserta didik tentunya dengan peningkatan kualitas, dan pemilihan lokasi yang strategis. Pemilihan lokasi bisnis pendidikan merupakan sebuah keputusan penting dalam manajemen operasi, lokasi dapat mempengaruhi biaya operasi dan kemampuan daya saing dengan lembaga pendidikan lainnya. Oleh sebab itu perlu diperhatikan factorfaktor pemilihan lokasi yaitu; (1) sumber permintaan yaitu lokasi harus dekat kepada calon peserta didik, (2) akses ke tranfortasi. Memilih lokasi tempat pendidikan dekat kepada suimber utama transfortasi, akan mengurangi biaya bagi karyawan maupun peserta didik dalam proses pendidikan. Manajemen efektif diperlukan dalam bisnis pendidikan. Manajemen efektif dapat meningkatkan kinerja bisnis, dan oleh karena itu dapat meningkatkan nilai atau keuntungan bagi perusahaan. Menurut Jeff Madura (2001) manajemen efektif adalah melakukan fungsi fungsi manajemen yaitu perencanaan tugas-tugas dengan tepat, pengelolaan/ melaksanakan tugas-tugas tugas dengan tepat, komunikasi yang tepat dengan karyawan, pengawasan tugas-tugas dengan tepat. Kunci sukses untuk menjalankan bisnis melalui penerapan lima tugas manajer sesuai dengan konsep strategic manajemen yaitu : (1) Bisnis apa perusahaan didirikan dan membuat visi sesuai Tujuan jangka panjang, dan membuat misi yang jelas yang dapat dilaksanakan,(2) Menetapkan visi strategi dan misi kedalam tujuan terukur dan sasaran kinerja. (3) Menciptakan staretegi untuk mencapai hasil, (4) Memilih dan menerapkan strategi diinginkan yang efektif dan efisien, (5) Mengevaluasi kinerja, menelaah pengembangan baru, memulai koreksi pada arah tujuan jangka panjang, trategi, atau implementasi berdasarkan pengalaman nyata, mengubah kondisi, dan kesempatan baru.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman
Strategi manajemen yang digunakan lembaga pendidikan bimbingan belajar Sony Sugema College sehingga bisnisnya berhasil adalah pertama dirumuskan dengan visi yang berbunyi : to the best education in Indonesia” dengan misi : menjaga eksistensi dan kualitas pelayanan diterapkan dengan nilai-nilai yaitu : menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika, kebenaran dan ahlak, mengaktualisasikan, mengembangkan, dan memperlakukan sumberdaya manusia seutuhnya, inovasi terus menerus tanpa henti, komitmen terhadap dunia pendidikan, tumbuh dan berkembang secara wajar(alami) tanpa KKN, tanpa terlibat politik praktis, setiap sumberdaya manusia memilki mimpi/cita-cita tentang masa depannya. Program program yang dijalankan adalah program layanan pendidikan bimbingan belajar untuk kelas alumni, kls 3 SMU, kls 1,2 SMU, 3 smp, 3 SD, program khusus ITB, Kedokteran, program super intensip dan program super camp. Filosofi dasar yang digunakan adalah the fastest solution, yakni prinsip sederhana dalam memecahkan soal-soal dalam waktu singkat Filosofi ini bukan hapalan rumus-rumus, merupakan perwujudan metode belajar learning is fun,pada metode tersebut konsep-konsep ilmu yang rumit dijembatani melalui pendekatan konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari . Dalam perkembangannya filosofi berubah menjadi learning revolution. Dengan sentuhan teknologi, bimbel ini menjadi terkemuka di Indonesia, dengan staf pengajar berpengalaman,system pembelajaran terintegrasi dengan system informasi kumputerisasi dengan berbasis web,diikuti oleh siswa-siswi dari sekolah favorit di Indonesia SSC membimbing dan menghantarkan siswanya ke jenjang lebih tinggi dan favorit. Dalam tuntutan permintaan dari masyarakat untuk menjalin kerjasama, maka PT SONY SONIA EDUKa membuka mitra wara laba di 18 kota besar Indosesia. Fasilitas pendukung Sebagai pendukung tercapainya kualitas pelayanan, sejumlah infrastruktur pelayanan pendidikan dikembangkan,jaringan internet antar sekolah,pengadaan soft ware-soft ware pelajaran lewat internet, manajemen information system,vcd pelajaran, CD simulasi,disket simulasi. Demi memberikan pelayanan kepada siswanya, selalu menyediakan guru-guru berkualitas, dalam kegiatan KBMnya didukung oleh peralatan multimedia, computer, audio visual, dan system manajemen informatika, yang tersedia di setiap kelas. untuk membantu guru menerangkan materi pelajaran
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kepada siswa. Setiap siswa diberi keleluasaan dalam pemanfaatan fasilitas internet secara gratis. D. Pemasaran bisnis pendidikan Bagaimana seorang entrepreneur membuat sukses bisnisnya, jawabannya adalah merencanakan pemasaran dengan baik, Menurut Thompson, Strickland, dan Fulmer (1984) menyatakan bahwa strategi pemasaran dapat memberikan kekuatan dalam menentukan posisi daya saing. Produk jasa pendidikan yang berkualitas disesuaikan dengan segmen pasar jenis dan jenjang pendidikan. Target pasar bisnis pendidikan sasaranya mengacu pada jalur dan jenjang pendidikan yang tercantum dalam akte notaries, misalnya kursus, Tk, SD, SMP, SMK, atau perguruan tinggi Karakteristik produk jasa yang ditawarkan, yaitu jasa pendidikan sesuai akte notaris, dalam memilih jasa pendidikan tentunya disesuaikan dengan trend pasar, agar peminat, pelanggan menjadi banyak sehingga menguntungkan lembaga bisnis. Selanjutnya menentukan harga biaya pendidikan yang terjangkau oleh pasar. Berikutnya menentukan rencana promosi. Strategi pemasaran yang dipakai adalah berdasarkan konsep yang diberikan oleh Philip Kotler (1997) strategi pemasaran untuk memenuhi tantangan pasar adalah dengan cara-cara ; (1) meningkatkan kualitas, nilai dan kepuasan pelanggan, (2) meningkatkan hubungan dan memeliharanya, (3) pengelolaan dan pengintegrasian fungsi-fungsi bisnis, (4) membangun jaringan strategis, (5) membangun pemasaran langsung dan online , (6) menggunakan teknologi dalam proses pendidikan, (7) menjaga etika pemasaran. Philip Kotler (1997)mengatakan pengelolaan bisnis dengan baik adalah mengelola masa depannya adalah mengelola informasi, dilakukan melalui (1) merancang system informasi pemasaran, (2) memantau lingkungan bisnis meliputi lingkungan demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan politik/hukum, lingkungan social/budaya, (3) memantau perilaku konsumen,(4) dan menganalisis pesaing. Konsep pemasaran di atas digunakan dalam bisnis pendidikan sesuai dengan jenis dan tingkat jasa pendidikan yang dibangun. Permasalahan dalam pemasaran bisnis pendidikan di Indonesia adalah melihat kondisi permintaan atau peluang permintaan, lokasi disitu didirikan lembaga pendidikan. Potensi permintaan bisnis pendidikan saat ini dalam bisnis bimbingan belajar atau kursus adalah calon mahasiswa atau pelajar. Jika dihitung, jumlah siswa SMA saat ini ada 4,5 juta, yang lulusannya
49
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman
SMA sebanyak 1,5 juta hampir semua ingin mengikuti kuliah, sementara bangku tersedia di perguruan tinggi negeri 200 kursi, berarti hanya terserap 30 %. Potensi ini dibaca oleh pelaku-pelaku bisnis pendidikan, padahal mereka bukan kalangan pengajar, guru atau dosen, inilah mereka yang kemudian membuat pasar jasa pendidikan. Jika permintaan para calon mahasiswa ini mengharapkan kualitas yang tinggi, tentu kualitas pasar dan kualitas seluruh pelakunya akan tinggi pula. Sayangnya, kebanyakan para calon mahasiswa atau pelajar yang ingin kuliah atau kursus, dihadapkan pada kendala biaya terbatas. Di lain pihak, tuntutan akan kualitas yang tinggi membawa resiko tuntutan tersedianya dana yang besar bagi peserta didik, sementara kendala bagi masyarakat pada umumnya adalah sebagian besar biaya terpakai dalam pengeluaran konsumsi keluarga sehari-hari. Dengan porsi calon mahasiswa yang besar mengalami kendala ini, sang pelaku bisnis mulai berhitung: menyediakan jasa pendidikan dengan harga terjangkau bahkan pembayarannya bisa dicicil tiap bulan. Alasannya adalah tentu bukan karena calon pembeli yang mempunyai daya jangkau biaya yang terbatas, tetapi lebih pada pertimbangan agar peserta didik tetap menjadi banyak sehingga bisnis mereka bisa berjalan dan menguntungkan. Selain jumlah calon peserta didik, pelaku bisnis pendidikan juga mengurusi pengajar. Pengajar yang berkualitas, tentu ingin dihargai dengan gaji yang memadai. Namun demikian pengajar yang banyak terdapat di Indonesia adalah orang-orang yang bekerja mencari uang untuk makan sehari-hari. Kondisi ini cukup untuk menjadi alasan pelaku bisnis pendidikan memanfaatkan kondisi perekonomian para pengajar yang jumlahnya melebihi dari keperluan lembaga tersebut, artinya pengajar yang tersedia di Indonesia selalu “ready stock” Latar belakang tenaga pengajar adalah para sarjana dari berbagai disiplin ilmu terutama ahli pendidikan, mereka ini lulusan sarjana baru yang masih muda dalam proses pencarian lapangan kerja. Contoh bisnis pendidikan yang meraih sukses adalah lembaga bimbingan belajar ganesha operation. Ganesha Operation atau Primagama didirikan pada tahun 1982 sebagai lembaga bimbingan belajar, dengan perkembangannya pada tahun 2003 telah menjadi perusahaan go public dengan franchise sebanyak 126 outlet di 96 kota besar di Indonesia, Strategi pemasaran yang selama ini digunakan untuk meraih sukses dirumuskan berdasarkan analisis swot dengan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan,
50
peluang dan tantangan, maka untuk menentukan kinerja pemasaran dilakukan dengan konsep : (1) penentuan produk, (2) Penentuan harga, (3) penentuan lokasi, (4) penentuan promosi, (5) pemilihan orang. Konsep tersebut digambarkan dalam bagan sebagai berikut 1.
2.
3. 4.
5.
Produk: ditawarkan dalam bentuk program bimbingan yaitu : (1) program regular untuk siswa kelas 4,5,6 SD, kelas 1,2,3 SMP, kelas 1,2,3 SMA, lama bimbingan 1 tahun, masuk 3kali seminggu selama 90 menit, (2) program intensip untuk siswa kelas 4,5,6 SD, kelas 1,2,3 SMP, kelas 1,2,3 SMA, lama bimbingan 6 bulan setelah semester, masuk 6 kali seminggu selama 90 menit, (3) program SIPUN untuk kelas 6 SD, kelas 3 SMP, kelas 3 SMA, lama bimbingan 6 bulan sebelum ujian nasional, masuk 6 kali seminggu selama 90 menit, (4) program SPSB bagi lulusan SD yang ingin masuk ke SMP favorit, (5) program UM UGM untuk siswa kelas 3 SMA yang ingin masuk UGM, pelaksanaan 2-3 bulan sebelum ujian masuk UGM, masuk setiap hari selama 90 menit.(6) program FIKSE untuk semua lulusan SMA yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi negeri, pelaksanaan 1 bulan sebelum SPMB, masuk setiap hari selama 90 menit. Harga, biaya bimbingan untuk semua program adalah Rp 850.000, mendapat diskon 20 % apabila dibayar tunai. Tempat, dipilih tempat strategis di dalam kota Promosi dilakukan dengan cara (1) tes uji coba UAS, UAN, (2) sebar brosur golden moment, pada waktu kenaikan kelas, penerimaan raport, pemilihan orang untuk tutor dilakukan dengan tes tertulis, wawancara, micro teaching, dicoba jam mengajar
E. Keuangan Bisnis Pendidikan Kelayakan bisnis pendidikan dianalisa berdasarkan perkiaan keuntungan dari bisnis yang direncanakan, perkiraan keuntungan adalah perkiraan penerimaan dikurangi perkiraan pengeluaran. Sumber utama penerimaan dalam bisnis pendidikan adalah (1) uang pendaftaran, (2) uang bangunan/ DSP atau dana sumbangan pendidikan, (3) iuran bulanan untuk kursus, TK,SD,SMP, SMA,SMK/uang kuliah untuk perguruan tinggi persemester per SKS/satuan angka kredit, (4) uang ujian tengah dan akhir semester,(5) uang praktek, (6) uang penyelesaian akhirpendidikan/ wisuda. Uang penyelesaian akhir pada perguruan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman
tinggi meliputi; uang sidang skripsi, bimbingan, sidang proposal penelitian, kuliah kerja nyata/praktek lapangan, dan wisuda.Faktor utama yang mempengaruhi penerimaan adalah jumlah peserta didik yang mendaftar dan mengikuti proses pendidikan. Perkiraan pengeluaran pokok adalah bangunan, peralatan pendidikan, gaji karyawan, biaya operasional pendidikan, dan pemasaran. Kebutuhan dana yang dibutuhkan harus dibiayai oleh pemilik bisnis sebelum mendapatkan pemasukan. Besarnya dana yang dibutuhkan untuk memulai bisnis pendidikan tergantung pada jenis dan jenjang pendidikan yang akan dibangun pada bisnis pendidikan. Biaya yang diperlukan dalam bisnis pendidikan ada biaya jangka pendek dan jangka panjang. Biaya jangka pendek meliputi biaya tetap dan biaya variable yang meliputi pembayaran gaji tenaga pengajar, karyawan, pembelian sarana prasarana pendidikan, dan alat-alat proses belajar. Biaya jangka panjang adalah biaya skala ekonomis. Mengacu pada prinsip bisnis adalah memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Menurut Karl E. Case, dan Ray C. Fair (2007) mengatakan perusahaan yang tidak menghasilkan laba positif akan menderita kerugian, dalam hal ini perusahaan bisa menutup atau beroperasi terus dalam jangka pendek. Tetapi dalam bisnis pendidikan tidak bisa dengan begitu saja menutup bisnisnya karena ada aturan dan etika yang harus dipatuhi. Oleh karena itu dalam bisnis pendidikan harus memilki dana cadangan untuk operasionalnya, apalagi pada tingkat pendidikan tinggi bagi yang mendirikan perguruan tinggi diwajibkan memilki dana cadangan, kalau tidak ada uang cadangan yang mencukupi menurut referensi bank tidak akan keluar ijin operasionalnya . Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan sekarang ini diterapkannya otonomi pendidikan, artinya pengelolaan keuangan diserahkan pada lembaga masing-masing. Sehingga untuk menutupi biaya operasionalnya bisa mencari sendiri. Dengan kata lain, pergeseran isu lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial non-profit menjadi lembaga yang harus mempertimbangkan kemungkinan profit yang lebih besar. Bila tidak, ia akan mati dengan sendirinya, karena tidak bisa membiayai aktivitas pendidikannya. Persoalan ini, pada akhirnya bukan hanya berlaku bagi lembaga pendidikan swasta akan tetapi juga lembaga pendidikan negeri. Dengan demikian kegiatan bisnis pendidikan bukan lagi merupakan sesuatu yang dianggap tabu dan tidak etis. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
F. Etika bisnis Pendidikan Bisnis pendidikan artinya kegiatan ekonomi yang dilakukan melalui interaksi dalam proses pendidikan dengan memperhatikan kualitas dan etika. Menurut Jeff Madura (2001) etika bisnis adalah norma-norma yang harus dijalankan dalam aktivitas bisnis, yaitu adanya tanggung jawab social kepada lingkungan, tanggungjawab kepada komunitas, dan kepada pelanggan. Bisnis pendidikan dikatakan etis apabila menjaga kualitas sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah. Undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendikan Nasional pasal 50 ayat (2) menyatakan pemerintah menentukan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. Standar penyelenggaraan pendidikan mencakup; (1) standar isi, lingkup materi dan kompetensi, (2) standar proses pelaksanaan pembelajaran, (3) standar kompetensi lulusan, kualifikasi kemampuan lulusan, mencakup sikap, pengetahuan,dan keterampilan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, (8) standar penilaian pendidikan. Persoalannya bagaimana kode etik dan prinsipprinsip bisnis di sektor pendidikan ini dirumuskan, sehingga tidak mengabaikan kualitas pendidikan. Bahkan, bagaimana logika bisnis sektor pendidikan ini dirumuskan di atas prinsip, penyelenggaraan pendidikan dengan biaya serendah-rendahnya dengan kualitas setinggi-tingginya. Fenomena bisnis pendidikan pada akhirnya dapat dilihat sebagai sebuah kemungkinan dan kesempatan yang positif, baik dari sisi praktis bisnis maupun diri sisi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, dan bahkan melahirkan teori-teori baru bidang ilmu bisnis pendidikan. Pada sisi praktis, bisnis ini menciptakan lapangan kerja yang profesional, baik pada bidang manajemen pendidikan, ekonomi pendidikan, pemasaran dan lain sebagainya, serta akan meningkatkan kemampuan ,keterampilan dalam mengelola lembaga pendidikan tersebut untuk lebih survive. Agar perusahaan dalam bisnis pendidikan bisa survive, maka diperlukan ilmu pengetahuan baru yang mendukung kepentingan praktis pengelolaan bisnis pendidikan.sehingga lahirnya komunitas professional dalam bidang bisnis pendidikan bisa dipertanggungjawabkan secara akademik dan professional. Dan untuk itu, diperlukan suatu kajian yang spesifik dalam bidang tersebut, Sehingga bagi perguruan tinggi dan fakultas pendidikan dapat mengembangkan diri dari sebatas mencetak guru professional dalam ilmu pendidikan,yang mengusai
51
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman
metode, proses belajar, sarana pendidikan, tetapi dikembangkan juga menjadi ahli dalam bidang ekonomi, manajemen, dan bisnis pendidikan yang mempunyai peluang ekonomi lebih menjanjikan dan dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. KESIMPULAN Bisnis pendidikan di Indonesia adalah bisnis yang paling menguntungkan,buktinya banyak lembaga pendidikan terutama kursus dan bimbingan belajar terus berkembang pesat diawali dari pasar tingkat lokal merambah sampai pasar tingkat nasional. Bahkan berubah status dari kursus menjadi perguruan tinggi. Didukung dengan kebijakan pemerintah tentang tahapan pembangunan bisnis pendidikan di Indonesia memilki prospek yang cerah dalam kurun waktu 35 tahun kedepan, Pasar potensial adalah siswa SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa dengan jumlah puluhan juta siswa tersebar di kotakota seluruh Indonesia. Jenis bisnis pendidikan dipilih berdasarkan sasaran potensial yang diminati melalui jalur pendidikan formal atau nonformal. Prosedur perijinan mendirikan bisnis pendidikan relative mudah dan murah, apalagi pendidikan nonformal seperti kursus dan bimbingan belajar, begitu pula prosedur perijinan mendirikan sekolah swasta dari mulai TK,SD, SMP, SMA,SMK, cukup diajukan di tingkat kecamatan dan Kabupaten. Tenaga pengajar cukup banyak yaitu sarjana dari berbagai disiplin ilmu terutama ahli pendidikan yang baru lulus dalam proses pencarian lapangan kerja, dan sarjana senior yang beralih profesi. Fenomena bisnis pendidikan pada akhirnya dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dan bahkan melahirkan teori-teori baru bidang ilmu bisnis pendidikan. Pada sisi praktis, bisnis ini menciptakan lapangan kerja yang profesional, baik pada bidang manajemen pendidikan, ekonomi pendidikan, pemasaran dan lain sebagainya, serta akan meningkatkan kemampuan ,keterampilan dalam mengelola lembaga pendidikan tersebut untuk lebih survive. Dilihat secara akademik adanya bisnis pendidikan akan melahirkan cabang ilmu pengatahuan baru, dalam menunjang kepentingan praktis pengelolaan bisnis pendidikan tersebut adalah menjadi mutlak diperlukan adanya. Dan untuk itu, perlu dikembangkan suatu kajian yang spesifik dalam bidang tersebut, dan bukan mustahil untuk didirikannya progran studi yang relevan. Dengan adanya komunitas profesional dalam bidang bisnis pendidikan tersebut, maka lahirnya kecenderungan dan tuntutan bisnis dalam sektor pendidikan sedikit banyaknya bisa dipertanggung
52
jawabkan secara akademis dan profesional. Sehingga bagi perguruan tinggi dan fakultas pendidikan dapat mengembangkan sayapnya dari persoalan konvensional sebatas mencetak guru professional dalam ilmu pendidikan,yang memahami metode, proses belajar, sarana pendidikan, tetapi dikembangkan juga menjadi ahli dalam bidang ekonomi, manajemen, dan bisnis pendidikan yang mempunyai peluang ekonomi lebih menjanjikan. DAFTAR PUSTAKA Bryson, John M., Strategic Planning for Public and Nonprofit Organization, A Guide to Strengthening and Sustaining Organizational Achievement, Jossey Bass Publishers, San francisco, 1995. Case.Karl E., Fair Ray C., Principle of Economics 8th Edition, Published by Pearson Education, Inc. Upper Saddle River, New Jersey, 2007. Deway, John, Democracy and Education, Introduction to The Philosophy of Education, The Macmillan Company, New York, 1964. Kotler, Philip, Marketing Management, Prentice Hall inc. A Simon & Schuster Company, Upper Saddle River, New Jersey, 1997 Madura , Jeff, Introduction to Business 2nd Edition , Thomson Learning Asia, 60 Albert Street, Singapore, 2001. Thompson, Jr., Strickland A.J., Fulmer, William E., Readng in Strategic Management, Business Publications, Inc., Plano, Texas, 1984. Wheelen, Thomas L, dan Hunger David, J. Strategic Mangement and Business Policy, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey, 2002. Tri Cahyono, Bambang, Strategic Business Policy,,Graduate Program Modules.IPWI Publishing Company, Jakarta, Indonesia, 1999. Tirtaraharja, Umar., La Sulo, S.L, Pengantar Pendidikan, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005. Undang-Undang No 20. Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas, Jakarta. Undang-Undang No 9 Tahun 2009 Tenang Badan Hukum Pendidikan Tinggi. Kepmendiknas No. 234/U/2000. Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi Swasta. Peraturan Bupati No.20 Tahun 2009 Tentang Panduan Mendirikan Sekolah Swasta,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ISSN 1907 - 3666
Volume Desember 2010 Volume5,1,Nomor Nomor10, 3, Nopember 2007
Penanggung jawab/Pemimpin Umum : Dra. Yenny Budiasih, MBA Pemimpin Redaksi : Hj. Sri Wahyuningsih, SE, MM. Staf Ahli : Dr. Sugito Effendi, MSi. Dr. Mohamad Ilmi, M.Ec. Dr. Marinus R. Manurung, MPA Indri Astuti, S.Pd., MM., M.Pd. Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH. Noverdi Bross, Ph.D. Hadi Mulyo Wibowo, SH, MM. M. Riduan Karim, SE, MM Pelakasana Harian : H. Zaharuddin, SE, MM Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH Dr. Zulkifli Amsyah, MA. Tim Editing Budi Purnomo Sugito Hartadi Sirkulasi & Pemasaran Teorida Simarmata Dewi Listiorini
Alamat Redaksi : Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta Jl. Tanjung Barat No.11 Jakarta Selatan 12530 Telp. (021) 781 7823, 781 5142 Fax. (021) 781 5144 E-mail :
[email protected]
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
53
Volume Desember 2010 Volume5,1,Nomor Nomor10, 3, Nopember 2007
DARI REDAKSI Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen Volume 6, Nomor 11, bulan Mei 2011 dapat menjumpai pembaca sesuai waktu yang direncanakan. Dalam edisi ke tiga ini, redaksi Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen menyajikan beberapa topik antara lain:
Usaha Konveksi Baju kaos Bermerek
Pengaruh Bauran Pemasaran dan kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Memilih Rumah Sakit
Penggunaan Metode Pembelajaran Bervariasi dan Dampaknya Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 20 Jakarta Timur
Pengaruh Rentabilitas Operating Profit Margin Terhadap Harga Pasar Saham PT. Bukit Asam, Tbk.
Bisnis Pendidikan di Idonesia
Redaksi mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dengan penulis, dan dengan pembaca yang menggunakan jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen sebagai salah satu referensi. Besar harapan kami Jurnal ini turut memberikan kontribusi dalam pengembangan bisnis dan manajemen. Kami sangat terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan Jurnal kita pada edisi mendatang. Terima kasih Redaksi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
55
Volume Desember 2010 Volume5,1,Nomor Nomor10, 3, Nopember 2007
DAFTAR ISI USAHA KONVEKSI BAJU KAOS BERMERK Oleh : Munawir ------------------------------------------------------------------------------------
1
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH RUMAH SAKIT (Studi Empiris pada Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung) Oleh : Nur Ali dan Djodi A. Hussain S. -----------------------------------------------------------
7
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERVARISI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Di SMP NEGERI 20 JAKARTA TIMUR Oleh: Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd ---------------------------------------------------------------
17
PENGARUH RENTABILITAS OPERATING PROFIT MARGIN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM PT. BUKIT ASAM, TBK” Oleh : Sumarsid ------------------------------------------------------------------------------------
31
BISNIS PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Enjang Sudarman --------------------------------------------------------------------------
43
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
57