URGENSITAS ILMU ASBĀB AL NUZŪL DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN Misnawati Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh Email:
[email protected];
[email protected] ABSTRACT Some people argue that knowing the asbâb al-nuzûl it is useless just because they assume that trying to understand the Qur'an by putting it into the historical context is the same as limiting his message in space and time. The reason they were not there, because it is basically impossible position the message of the Qur'an as a text that is outside of the universal and the revelation of the revelation except through the understanding that should the meaning of Qur'an in historical context. Kata kunci: Asbâb al-Nuzûl, al-Qur`an Pendahuluan Al-Qur`an diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi manusia dalam upaya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Karena itu al-Qur`an turun sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu ada ayat-ayat al-Qur`an yang turun tanpa sebab dan ada pula yang turun setelah terjadinya peristiwa. Ayat-ayat alQur`an yang diturunkan tanpa sebab itu banyak ditujukan kepada hal-hal umum yang memang untuk menjadi petunjuk kepada manusia. Namun sahabat-sahabat yang hidup di zaman Nabi Saw. menyaksikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Nabi Saw., yang peristiwa-peristiwa tersebut memerlukan penjelasan syari`ah Allah Swt. Sebab-sebab yang khusus inilah yang dibahas dalam asbâb al-nuzûl. Jadi kalau diklasifikasikan kondisi di atas menjadi dua: 1. Satu bagian yang turun dari Allah Swt sebagai permulaan –tanpa berkaitan dengan sebab-sebab khusus, namun berkaitan dengan sebab umum, dan itu adalah petunjuk untuk manusia. Bagian inilah yang mewarnai ayat-ayat al-Qur`an dan tidak membutuhkan pembahasan. 2. Satu bagian yang turun berkaitan dengan sebab-sebab khusus, yang disebut dengan asbâb al-nuzûl. Ayat-ayat yang termasuk bagian ini lebih sedikit, sehingga para ulama secara khusus mempelajari dan menemukan penjelasannya. Pengetahuan tentang asbâb al-nuzûl amatlah diperlukan bagi orang-orang yang hendak memperdalam pengertian ayat-ayat al-Qur`an. Mengingat begitu pentingnya ilmu ini sehingga ‘Ali bin al-Madîniy, beliau adalah Syaikh alBukhâriy, menyusun ilmu ini secara khusus. Kemudian diikuti oleh al-Wâhidiy dengan kitabnya asbâb al-nuzûl. Setelah itu dilanjutkan oleh al-Ja`bariy yang Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
1
meringkas kitab al-Wâhidiy dengan membuang sanad-sanadnya dan tidak menambah satu juga. Lalu Ibnu Hajr menyusun sebuah kitab tentang asbâb alnuzûl. Muncul pula karangan al-Suyûthy dimana beliau berkata tentang dirinya bahwa kitab yang disusunnya itu merupakan suatu himpunan yang tidak terikat, tidak ada orang yang menyusun seperti kitabnya tersebut yaitu Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb al-Nuzûl.1 Pengertian Asbâb al-Nuzûl. Al- Zarqaniy mendefinisikan asbâb al-nuzûl dengan: 2
.ﻣﺎ ﻧﺰﻟﺖ اﻟﻶﻳﺔ أو اﻟﻶﻳﺎت ﻣﺘﺤ ّﺪﺛﺔ ﻋﻨﻪ أو ﻣﺒﻴّﻨﺔ ﳊﻜﻤﻪ أﻳّﺎم وﻗﻮﻋﻪ
Sesuatu yang menjadi sebab turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat yang terkadang karena adanya peristiwa atau menjelaskan hukum-hukumnya pada saat peristiwa itu terjadi Manna’ Al-Qaththân memberi defenisi asbâb al-nuzûl dengan 3
.ﻣﺎ ﻧﺰل اﻟﻘﺮآن ﺑﺸﺄﻧﻪ وﻗﺖ وﻗﻮﻋﻪ ﻛﺤﺎدﺛﺔ أو ﺳﺆال
Sesuatu yang menyebabkan turunnya al-Qur`an berkenaan dengan waktu terjadinya peristiwa baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan. Sedangkan Shubhi al-Shâlih memberi pengertian asbâb al-nuzûl dengan: 4
.ﻣﺘﻀﻤﻨﺔ ﻟﻪ أو ﳎﻴﺒﺔ ﻋﻨﻪ أو ﻣﺒﻴّﻨﺔ ﳊﻜﻤﻪ زﻣﻦ وﻗﻮﻋﻪ ّ ﻣﺎ ﻧﺰﻟﺖ اﻟﻶﻳﺔ أو اﻟﻶﻳﺎت ﺑﺴﺒﺒﻪ
Sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat yang terkadang mengandung suatu peristiwa sebagai jawaban atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan asbâb al-nuzûl adalah peristiwa yang melatarbelakangi turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat atau pertanyaan yang dilontarkan kepada Nabi Saw. Dari definisi di atas jelas bahwa sebab-sebab turunnya ayat dapat dilihat dari dua hal: 1. Terjadinya suatu peristiwa, lalu turunlah ayat yang menjelaskannya. Peristiwa yang menjadi sebab turunnya ayat al-Qur`an terkadang berasal dari: a. Rasulullah Saw. sebagaimana terjadi pada sebab turunnya surat `Abasa, yakni ketika Ibnu Ummi Maktum menemui Nabi Muhammad Saw., sementara Nabi Saw. Sedang berbicara dengan pemuka-pemuka Quraisy serta berusaha mengajak mereka masuk Islam. Ibnu Ummi Maktum berkata:’ Ya Rasulullah, ajari aku apa yang telah diajarkan Allah kepada tuan.”Dia terus memanggil Rasul berulang kali. Saat itu Rasul kurang memperdulikannya karena beliau sibuk menyambut kelompok Quraisy. Lalu turunlah surat `Abasa. Sejak saat itu, jika _____________ 1
Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur`ân, Cet. 3 (Al-Riyâdh: Maktabah AlMa’ârif li al-Nasyr wa al-Tauzî’, 2000), 75. Lihat juga Muhammad ‘Abd. Al-‘Adhîm al-Zarqâni, Manâhil al-‘Irfân fi ‘Ulûm Al-Qur`ân, jilid 1 (Beirut: Dâr al-Ihyâ` al-Turâts al-‘Arabiy, tt), 101 2 Ibid. 3 Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits…, 78 4 Shubhi al- Shâlih, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur`ân, Cet. 26 (Libanon: Dâr al-Ilm li alMalâyîn, 2005), 132. 2
Misnawati: Urgensi Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Penafsiran al-Qur’an
Rasulullah melihat Ummi Maktum, Beliau berkata: “Selamat datang wahai orang yang menyebabkan Allah menegurku.”5 b. Sekelompok sahabat. Para sahabat membela orang-orang munafik dan berhubungan dengan orang-orang Yahudi- karena adanya relasi di antara mereka (berupa kekerabatan, berteman, sumpah setia, sepersusuan), lalu Allah menurunkan ayat 118 dari surat Âli `Imrân. c. Orang-orang munafik, Yahudi, atau Musyrik. Peristiwa yang dilaporkan oleh Ibnu Abbas bahwa pada suatu hari Nabi Saw. Naik ke atas bukit Shafa lalu menyeru manusia,” Wahai manusia di pagi ini, berkumpullah.” Setelah mereka berkumpul, Nabi Saw. Berkata: “ Bagaimana pendapat kalian bila saya beritahukan bahwa ada musuh yang akan datang dari balik bukit itu, kalian percayakah kepada saya?” Mereka menjawab,” Kami tidak pernah mengetahui engkau berdusta.” Beliau bersabda,” Saya adalah pemberi peringatan bagi kalian terhadap azab yang amat dahsyat.” Lalu Abu Lahab berteriak,” Celakalah kau, kau hanya mengumpulkan kami untuk ini?” kemudian pergi. Maka turunlah surat Lahab,” yang berbunyi:
ٍ َات َﳍ ٍ َﺖ ﻳَ َﺪا أَِﰊ َﳍ ﺐ َوﺗَ ﱠ ْ ﺗَـﺒﱠ َ ﺼﻠَﻰ ﻧَ ًﺎرا َذ ْ َ( َﺳﻴ2) ﺐ ُ( َو ْاﻣَﺮأَﺗُﻪ3) ﺐ َ ( َﻣﺎ أَ ْﻏ َﲎ َﻋْﻨﻪُ َﻣﺎﻟُﻪُ َوَﻣﺎ َﻛ َﺴ1) ﺐ ِ ( ِﰲ ِﺟ4) ﺐ ِ َاﳊَﻄ (5) ﻴﺪ َﻫﺎ َﺣْﺒ ٌﻞ ِﻣ ْﻦ َﻣ َﺴ ٍﺪ ْ ََﲪﱠﺎﻟَﺔ
Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa. 2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. 3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. 4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. 5. Yang di lehernya ada tali dari sabut. 2. Adanya pertanyaan yang diajukan kepada Nabi Saw. Lalu turun ayat untuk menjawabnya. Asbâb al-Nuzûl berupa pertanyaan dapat dipilah menjadi tiga: a. Pertanyaan tentang masa lalu, seperti yang terdapat dalam surat al-Kahfi ayat 83: 1.
ِ ْ َﻚ َﻋ ْﻦ ِذي اﻟْ َﻘﺮﻧـ ﲔ ﻗُ ْﻞ َﺳﺄَﺗْـﻠُﻮ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ِﻣْﻨﻪُ ِذ ْﻛًﺮا َ ََوﻳَ ْﺴﺄَﻟُﻮﻧ ْ
Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya". b. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu, seperti yang terdapat dalam surat al-Isrâ` ayat 85:
وح ِﻣ ْﻦ أ َْﻣ ِﺮ َر ﱢﰊ َوَﻣﺎ أُوﺗِﻴﺘُ ْﻢ ِﻣ َﻦ اﻟْﻌِْﻠ ِﻢ إِﱠﻻ ﻗَﻠِ ًﻴﻼ ِ ﻚ َﻋ ِﻦ اﻟﱡﺮ َ ََوﻳَ ْﺴﺄَﻟُﻮﻧ ُ وح ﻗُ ِﻞ اﻟﱡﺮ
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". c. Pertanyaan tentang masa yang akan datang, seperti yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 215:
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِﲔ واﻟْﻴَﺘَ َﺎﻣﻰ واﻟْﻤﺴﺎﻛ ِ ﲔ َواﺑْ ِﻦ اﻟ ﱠﺴﺒِ ِﻴﻞ َ َﻳَ ْﺴﺄَﻟُﻮﻧ َ َ ﻚ َﻣﺎ َذا ﻳُـْﻨﻔ ُﻘﻮ َن ﻗُ ْﻞ َﻣﺎ أَﻧْـ َﻔ ْﻘﺘُ ْﻢ ﻣ ْﻦ َﺧ ْﲑ ﻓَﻠﻠْ َﻮاﻟ َﺪﻳْ ِﻦ َو ْاﻷَﻗْـَﺮﺑ ََ َ ِ ِِ ِ ٍ ِ ﻴﻢ ٌ َوَﻣﺎ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮا ﻣ ْﻦ َﺧ ْﲑ ﻓَﺈ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﺑﻪ َﻋﻠ _____________ 5
Mûsâ Syâhain Lâhain, Al Âli’u Al Hisân fî `Ulûm Al-Qur’ân, Cet. I, (Al Qâhirah: Dâr Al- Syurûq, 2002), 182. Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
3
Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya. Cara Mengetahui Asbâb al-Nuzûl Asbâb al-Nuzûl adalah peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah Saw. Oleh karena itu tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan yang shahih dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung turunnya ayat al-Qur`an. Al-Zarqâniy berkata: Tidak boleh mengatakan tentang sebab-sebab turun ayat al-Qur`an melainkan melalui riwayat dan mendengar dari orangorang yang menyaksikan turunnya ayat dengan mengetahui sebab-sebab serta membahas pengertiannya6 Tidak ada kemungkinan ijtihad untuk mengetahui asbâb al-nuzûl , bahkan tidak diperbolehkan karena hal itu sama halnya membahas al-Qur`an tanpa menggunakan ilmu. Mûsâ Syâhain Lâhain berkata: Tidak boleh ada perkataan tentang asbâb al-nuzûl melalui akal dan ijtihad.7 Jika terdapat sebab turunnya ayat yang berasal dari sahabat, maka ia termasuk maqbûl karena perkataan sahabat termasuk dalam hukum hadîts marfû` di mana tidak ada jalan untuk berijtihad di dalamnya. Adapun asbâb al-nuzûl dengan hadîts mursal( hadits yang gugur dari sanadnya seorang sahabat dan berakhir sampai tâbi`în), maka riwayat seperti ini tidak diterima kecuali apabila sanadnya shahih dan dikuatkan oleh hadîts mursal lainnya dan tâbi`în tersebut termasuk imam tafsir yang mengambil dari sahabat seperti Mujahid, `Ikrimah dan Sa`id bin Jâbir.8 Para ulama salaf sangatlah keras dan ketat dalam menerima berbagai riwayat yang berkaitan dengan asbâb al-nuzûl. Hal ini dititikberatkan pada seleksi pribadi para rawi, sanad, dan matan. Tetapi sikap kritis mereka tidak dikenakan pada materi asbâb al-nuzûl yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi Saw. Mereka berasumsi bahwa apa yang dikatakan sahabat Nabi Saw. yang tidak masuk dalam lapangan penukilan dan pendengaran, dapat dipastikan ia mendengar ijtihadnya sendiri.9 Jadi jelaslah bahwa seseorang tidak boleh mengatakan begitu saja tentang asbâb al-nuzûl tanpa ada dasar yang kuat dari hadits. Kita mengetahui pondasi yang kuat yang dianut oleh para ulama untuk menjaga ilmu tafsir dari penyimpangan dan pencampuradukkan.
_____________
6 Muhammad ‘Abd. Al-‘Adhîm al-Zarqâni, Manâhil al-‘Irfân fi ‘Ulûm Al-Qur`ân,jilid 1 (Beirut: Dâr al-Ihyâ` al-Turâts al-‘Arabiy, tt), 108. 7 Mûsâ Syâhain Lâhain, Al Âli’u Al Hisân…, 133. 8 Muhammad ‘Abd. Al-‘Adhîm al-Zarqâni, Manâhil…, 108. Lihat juga Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur`an: Studi Kompleksitas al-Qur`an, terj. Amirul Hasan dan Muhammad Halabi, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), 185. Dan juga Shubhi al-Shâlih, Mabâhits…, 134. 9 Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur`an, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 66.
4
Misnawati: Urgensi Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Penafsiran al-Qur’an
Ungkapan – ungkapan yang Digunakan dalam Asbâb al-Nuzûl Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa asbâb al-nuzûl itu harus berupa periwayatan yang dilaporkan oleh sahabat atau tabi`in. Laporan itu terdapat dalam kitab-kitab hadits, kitab-kitab tentang asbâb al-nuzûl, atau kitabkitab tafsir. Bunyi laporan itu memberi petunjuk tentang kebenaran dan cakupan asbâb al-nuzûl yang dilaporkan. Bunyi laporan atau ungkapan – ungkapan yang dipakai dalam asbâb al-nuzûl itu berbeda. Secara garis besar ungkapan-ungkapan tersebut terbagi kepada: 1. Sharîh (jelas) Suatu informasi tentang asbâb al-nuzûl dipandang jelas bila menggunakan ungkapan:
...ﺳﺒﺐ ﻧﺰول اﻵﻳﺔ ﻛﺬا.أ Sebab turun ayat ini adalah… Atau apabila memakai huruf fâ’( ) اﻟﻔﺎءta`qibiyyah yang masuk kepada materi turunnya ayat setelah disebutkan peristiwa seperti:
ﺣﺪث ﻛﺬا و ﻛﺬا ﻓﻨﺰﻟﺖ اﻵﻳﺔ.ب Telah terjadi ini dan ini lalu turunlah ayat. Contohnya:
, إذا أﺗﻰ اﻟﺮﺟﻞ اﻣﺮأﺗﻪ ﻣﻦ ﺧﻠﻔﻬﺎ ﰲ ﻗﺒﻠﻬﺎ ﺟﺎء اﻟﻮﻟﺪ أﺣﻮل: ﻛﺎﻧﺖ اﻟﻴﻬﻮد ﺗﻘﻮل:ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﻗﺎل َﱏ ِﺷْﺌﺘُ ْﻢ﴾ ) أﺧﺮﺟﻪ اﻟﺒﺨﺎرى و أﻫﻞ اﻟﺴﻨﻦ و ث ﻟﱠ ُﻜ ْﻢ ﻓَﺄْﺗُـ ْﻮا َﺣ ْﺮﺛَ ُﻜ ْﻢ أ ﱠ ٌ ﴿ ﻧِ َﺴﺎ ُؤُﻛ ْﻢ َﺣْﺮ:ﻓﻨﺰﻟﺖ 10 .(ﻏﲑﻫﻢ Dari Jâbir berkata: Orang-orang Yahudi mengatakan: Kalau seseorang menyetubuhi istrinya dari belakang maka maka naknya akan lahir bermata juling. Maka turunlah ayat: “ Istri-istrimu adalah lading bagimu, maka datangilah ladng itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai,”(Diriwayatkan oleh Bukhari, Ahli Sunan, dan selain mereka). Hadits ini mengandung ungkapan yang sharîh karena adanya peristiwa yang kemudian diikuti oleh huruf fâ` ( ) اﻟﻔﺎءta`qibiyyah yang masuk kepada materi turunnya ayat. Atau berupa pertanyaan seperti: 11
. ﺳﺌﻞ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﻋﻦ ﻛﺬا ﻓﻨﺰﻟﺖ اﻵﻳﺔ.ج ُ
Rasulullah Saw. ditanya tentang ini maka turunlah ayat. Contohnya:
, ﻛﻨﺖ أﻣﺸﻲ ﻣﻊ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﺑﺎﳌﺪﻳﻨﺔو و ﻫﻮ ﻳﺘﻮّﻛﺄ ﻋﻠﻰ ﻋﺴﻴﺐ:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻗﺎل ﻓﻘﺎم ﺳﺎﻋﺔ ورﻓﻊ رأﺳﻪ, ﺣ ّﺪﺛﻨﺎ ﻋﻦ اﻟﺮوح: ﻓﻘﺎﻟﻮا, ﻟﻮ ﺳﺄﻟﺘﻤﻮﻩ:ﻓﻤﺮ ﺑﻨﻔﺮ ﻣﻦ اﻟﻴﻬﻮد و ﻓﻘﺎل ﺑﻌﻀﻬﻢ ّ ّرﰊ وﻣﺎ أوﺗﻴﺘﻢ ﻣﻦ اﻟﻌﻠﻢ إﻻ ّ ﴿ ﻗﻞ اﻟﺮوح ﻣﻦ أﻣﺮ: ﰒّ ﻗﺎل,ﺣﱴ ﺻﻌﺪ اﻟﻮﺣﻲ ّ ,ﻓﻌﺮﻓﺖ أﻧّﻪ ﻳﻮﺣﻰ إﻟﻴﻪ 12
.() أﺧﺮﺟﻪ اﻟﺒﺨﺎري.(۸۵ :ﻗﻠﻴﻼ ﴾) اﻹﺳﺮاء
_____________ 10
Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits…, 86. Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits…, 85. 12 Muhammad ‘Abd. Al-‘Adhîm al-Zarqâni, Manâhil…, 111. 11
Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
5
Dari Ibnu Mas`ûd berkata: Aku pernah berjalan kaki bersama dengan Rasulullah Saw. di Madinah. Nabi berdiri sambil bersandar pada sebuah tongkat. Lalu beberapa orang Yahudi lewat dan sebahagian dari mereka berkata:” Tanyakan kepada Muhammad itu. Lalu mereka itu bertanya: Terangkanlah kepada kami tentang ruh. Kemudian Nabi diam sebentar dan mengangkat kepalanya, maka aku tahu bahwa Beliau sedang menerima wahyu. Kemudian berkata: Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhanku. Dan tidaklah kamu diberi ilmu melainkan sedikit. (al-Isrâ`: 85). (Hadits riwaayat Bukhari). Ketiga ungkapan di atas jelas menunjukkan sebab turunnya ayat. 2. Muhtamilah (yang mengandung atau masih kemungkinan) atau Ghairu Sharîh(tidak jelas). Suatu informasi tentang asbâb al-nuzûl mengandung dua kemungkinan yaitu ungkapan yang mengandung asbâb al-nuzûl atau menafsirkan makna ayat bila diungkapkan dengan menggunakan kata-kata:
ﻧﺰﻟﺖ ﻫﺬﻩ اﻵﻳﺔ ﰲ ﻛﺬا.أ Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Contohnya adalah: Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan selainnya:
أﺗﺪرى ﻓﻴﻢ أﻧﺰﻟﺖ ﻫﺬﻩ اﻵﻳﺔ؟: "ﻧﺴﺎؤﻛﻢ ﺣﺮث ﻟﻜﻢ" ﻓﻘﺎل اﺑﻦ ﻋﻤﺮ:ﻗﺮأت ذات ﻳﻮم:ﻋﻦ ﻧﺎﻓﻊ ﻗﺎل .()أﺧﺮﺟﻪ اﻟﺒﺨﺎري وﻏﲑﻩ.أدﺑﺎرﻫﻦ ﻧﺰﻟﺖ ﰲ إﺗﻴﺎن اﻟﻨﺴﺎء ﰲ: ﻗﺎل, ﻻ:ﻗﻠﺖ ّ
Dari Nâfi` berkata: “Pada suatu hari aku pernah membaca ayat yang berbunyi: Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka Ibnu `Umar berkata: ‘Apakah kamu tahu dalam hal apa ayat ini diturunkan? Aku berkata: tidak. Katanya ayat ini diturunkan berkaitan dengan seseorang yang mendatangi istrinya itu dari belakang. Ungkapan yang dikemukakan oleh Ibnu Umar dalam hadits tersebut tidak jelas menunjukkan sebab turunnya ayat, tapi ungkapan seperti ini mengandung kemungkinan bahwa peristiwa itu adalah sebab turun ayat tersebut atau peristiwa itu mencakup makna yang dikandung ayat. Karena di sini Ibnu Umar hanya mengambil kesimpulan dan menafsirkannya. Jadi cara mengetahui maksud dari ungkapan tersebut adalah dengan melihat kepada qarinahnya di mana ungkapan yang mengandung tafsir jika disebutkan di dalamnya makna yang menunjukkan kepada ayat, sedangkan ungkapan yang mengandung sebab turunnya ayat jika disebutkan seseorang atau peristiwa di dalamnya. Atau dengan kata-kata:
.أﺣﺴﺐ ﻫﺬﻩ اﻵﻳﺔ ﻧﺰﻟﺖ ﰲ ﻛﺬا أو ﻣﺎ أﺣﺴﺐ ﻫﺬﻩ اﻵﻳﺔ ﻧﺰﻟﺖ ﰲ ﻛﺬا.ب Saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan atau saya kira ayat ini idak diturunkan kecuali berkenaan dengan Contohnya adalah:
ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ اﻟﺰﺑﲑ أ ّن اﻟﺰﺑﲑ ﺧﺎﺻﻢ رﺟﻼً ﻣﻦ اﻷﻧﺼﺎر ﻗﺪ ﺷﻬﺪ ﺑﺪرا ﻣﻊ اﻟﻨﱮ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ إﱃ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﰲ ﺷﺮاج ﻣﻦ اﳊﺮة وﻛﺎن ﻳﺴﻘﻴﺎن ﺑﻪ ﻛﻼﳘﺎ اﻟﻨﺨﻞ ﻓﻘﺎل ﰒّ أرﺳﻞ اﳌﺎء," اﺳﻖ ﻳﺎ زﺑﲑ:ﳝﺮ ﻓﺄﰉ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻘﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ّ ﺳﺮح اﳌﺎء ّ اﻷﻧﺼﺎرى
6
Misnawati: Urgensi Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Penafsiran al-Qur’an
ﻓﺘﻠﻮن وﺟﻪ رﺳﻮل اﷲ ّ آن ﻛﺎن اﺑﻦ, ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ:إﱃ ﺟﺎرك" ﻓﻐﻀﺐ اﻷﻧﺼﺎرى و ﻗﺎل ّ ﻋﻤﺘﻚ؟ ﰒّ أرﺳﻞ اﳌﺎء إﱃ,ﺣﱴ ﻳﺮﺟﻊ إﱃ اﳉﺪر ّ " اﺳﻖ ﻳﺎ زﺑﲑ ﰒّ أﺣﺒﺲ اﳌﺎء:ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﰒّ ﻗﺎل واﺳﺘﻮﻋﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﻟﻠﺰﺑﲑ ﺣ ّﻘﻪ وﻛﺎ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ."ﺟﺎرك ﻓﻠﻤﺎ أﺣﻔﻆ رﺳﻮل اﷲ اﻷﻧﺼﺎرى ّ ,ﻗﺒﻞ ذﻟﻚ أﺷﺎر ﻋﻠﻰ اﻟﺰﺑﲑ ﺑﺮأى أراد ﻓﻴﻪ ﺳﻌﺔ ﻟﻪ و ﻟﻸﻧﺼﺎرى ﴿ ﻓﻼ ورﺑّﻚ: ﻣﺎ أﺣﺴﺐ ﻫﺬﻩ اﻷﻳﺔ إﻻ ﰲ ذﻟﻚ: ﻓﻘﺎل اﻟﺰﺑﲑ,اﺳﱰﻋﻰ ﻟﻠﺰﺑﲑ ﺣ ّﻘﻪ ﰲ ﺻﺮﻳﺢ اﳊﻜﻢ ( )أﺧﺮﺟﻪ اﻟﺒﺨﺎرى و ﻣﺴﻠﻢ و أﻫﻞ٦٥ :ﺣﱴ ﳛﻜّﻤﻮك ﻓِﻴَﻤﺎ ﺷﺠﺮ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﴾ )اﻟﻨﺴﺎء ّ ﻻ ﻳﺆﻣﻨﻮن 13 .(اﻟﺴﻨﻦ و ﻏﲑﻫﻢ
Dari `Abdullah bin Zubair bahwa Zubair pernah bermusuhan dengan seseorang dari kalangan Anshar yang ikut dalam perang Badar bersama Nabi Saw. Orang ini pernah bertemu dengan Nabi Saw. Di Syirâj di daerah Hirah. Kedua orang ini minum air pelepah kurma. Orang Anshar tersebut berkata: Berilah aku air! Zubair enggan memberinya. Rasulullah Saw. berkata: Berilah dia air minum wahai Zubair. Lalu Zubair memberikan air minum itu kepada orang yang berdiri di dekatnya. Maka Orang Anshar itu marah dan berkata: Wahai Rasulullah! Dia adalah anak bibimu. Maka wajah Rasulpun merah lalu berkata: Berilah dia air minum wahai Zubair! Zubair belum memberikan air minum sebelum dia kembali dari dinding tembok. Setelah itu dia memberikan air tersebut kepada orang yang berdiri di dekatnya. Rasulullah Saw. berulang kali mengatakan kepada Zubair . Sebelum itu Rasulullah Saw. telah mengisyaratkan kepada Zubair dengan akal yang maksudnya ia dan orang Anshar tersebut masih mempunyai kelapangan. Rasulullah berulang kali menyuruh orang Anshar itu untuk meminta haknya kepada Zubair, ini merupakan hukum terang-terangan. Zubair berkata: Aku tidak mengira ayat ini akan turun melainkan pada waktu itu. (Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sehingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan itu). (al-Nisâ`: 65). (Diriwayatkan oeh Bukhari, Muslim, Ahli Sunan, dan selain mereka ). Peristiwa tersebut memang merupakan asbâb al-nuzûl atau peristiwa itu merupakan kandungan ayat. Makna dari ayat tersebut adalah seseorang baru dikatakan beriman bila ia mematuhi keputusan Nabi Saw. mengenai penyelesaian pertengkaran mereka. Mengenai riwayat asbâb al-nuzûl yang menggunakan ungkapan ghair sharîh atau muhtamilah, Al Zarkasyi mengatakan:
ﻓﺈﻧّﻪ ﻳﺮﻳﺪ, ﻧﺰﻟﺖ ﻫﺬﻩ اﻵﻳﺔ ﰲ ﻛﺬا:ﻗﺪ ﻋﺮف ﻣﻦ ﻋﺎدة اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ و اﻟﺘﺎﺑﻌﲔ أ ّن أﺣﺪﻫﻢ إذا ﻗﺎل 14 . ﻻ أ ّن ﻫﺬا ﻛﺎن اﻟﺴﺒﺐ ﰲ ﻧﺰوﳍﺎ,ﺗﺘﻀﻤﻦ ﻫﺬا اﳊﻜﻢ ّ ﺑﺬﻟﻚ أ ّن ﻫﺬﻩ اﻵﻳﺔ
“Sungguh orang tahu kebiasaan para sahabat Nabi dan tabi`in, jika salah seorang di antara mereka berkata:” Ayat ini diturunkan berkenaan dengan…, maka yang dimaksud adalah ayat itu mencakup ketentuan hukum ini, bukan bermaksud menerangkan sebab turunnya ayat” _____________ 13
Ibid., 86. Al-Zarkasyiy, Al-Burhân fi ‘Ulûm al-Qur`ân, jilid I ( Beirut: Dar al-Fikr, 1988), 56.
14
Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
7
Berbilangnya riwayat Asbâb al-Nuzûl Tidak semua ayat memiliki satu versi riwayat asbâb al-nuzûl. Adakalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat asbâb al-nuzûl. Tentu saja hal ini tidak akan menjadi persoalan bila riwayat-riwayat itu tidak mengandung kontradiksi. Bentuk variasi itu terkadang dalam redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat asbâb al-nuzûl dalam satu ayat dari sisi redaksi, ada beberapa jalan keluar yaitu: 1. Apabila riwayat-riwayat asbâb al-nuzûl menggunakan ungkapan muhtamilah atau ghairu sharîh maka tidak perlu dipermasalahkan karena yang dimaksud oleh setiap ungkapan tersebut hanyalah tafsir semata dan bukan sebagai asbâb al-nuzûl.15 2. Jika ungkapan asbâb al-nuzûl menggunakan riwayat yang sharîh sedangkan yang lainnya tidak sharîh maka yang dijadikan pegangan adalah riwayat yang sharîh. Contohnya: Riwayat asbâb al-nuzûl yang menceritakan riwayat kasus seorang laki-laki yang menggauli istrinya dari belakang. Dalam kasus tersebut sebagaimana yang sudah dicontohkan di atas, riwayat Jâbirlah yang dipakai karena ia menggunakan ungkapan yang sharîh ( jelas ). 3. Jika ada dua riwayat asbâb al-nuzûl yang satu shahih dan riwayat yang satu lagi tidak shahih maka yang dijadikan pegangan adalah riwayat yang shahih. Contohnya: Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
ﻳﺎ: ﻓﺄﺗﺘﻪ اﻣﺮأة ﻓﻘﺎﻟﺖ, اﺷﺘﻜﻰ اﻟﻨﱯ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﻓﻠﻢ ﻳﻘﻢ ﻟﻴﻠﺔ أو ﻟﻴﻠﺘﲔ:ﻋﻦ ﺟﻨﺪب ﻗﺎل ﻣﺎ ودﻋﻚ رﻛﺐ. واﻟﻠﻴﻞ إذا ﺳﺠﻰ."واﻟﻀﺤﻰ: ﻓﺄﻧﺰل اﷲ, إﻻّ ﻗﺪ ﺗﺮﻛﻚ, ﻣﺎ أراى ﺷﻴﻄﺎﻧﻚ,ﳏﻤﺪ ّ . .(وﻣﺎ ﻗﻠﻰ" ) أﺧﺮﺟﻪ اﻟﺸﻴﺨﺎن و ﻏﲑﳘﺎ 16
Dari Jundab berkata: Rasulullah Saw. Menderita skit sehingga tidak mendirikan shalat malam selama dua atau tiga malam. Lalu datanglah kepadanya seorang wanita kemudian ia berkata: Ya Muhammad! Saya melihat syaithanmu telah meninggalkanmu. Lalu turunlah ayat: “ Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap). Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.(QS. Al- Dhuha:1-3). (HR. Bukhari dan Muslim dan selain mereka berdua). Versi kedua yang diriwayatkan oleh Al-Thabrâni dan Ibnu Abi Syaibah:
ﺟﺮوا ً أ ّن: ﻋﻦ ﺣﻔﺺ ﺑﻦ ﻣﻴﺴﺮة ﻋﻦ ّأﻣﻪ ﻋﻦ ّأﻣﻬﺎ و ﻛﺎﻧﺖ ﺧﺎدم رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ اﻟﻨﱯ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ ّ ﻓﻤﻜﺚ, ﻓﺪﺧﻞ ﲢﺖ اﻟﺴﺮﻳﺮ ﻓﻤﺎت, دﺧﻞ ﺑﻴﺖ اﻟﻨﱯ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﻳﺎ ﺧﻮﻟﺔ ﻣﺎ ﺣﺪث ﰲ ﺑﻴﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ:وﺳﻠّﻢ أرﺑﻌﺔ أﻳّﺎم ﻻ ﻳﻨﺰل ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻮﺣﻲ ﻓﻘﺎل ﻓﺄﻫﻮﻳﺖ ﺑﺎﳌﻜﻨﺴﺔ ﲢﺖ, ﻟﻮ ﻫﻴّﺄت اﻟﺒﻴﺖ و ﻛﻨﺴﺘﻪ: ﻓﻘﻠﺖ ﰲ ﻧﻔﺴﻲ.وﺳﻠّﻢ؟ ﺟﱪﻳﻞ ﻻ ﻳﺄﺗﻴﲏ
وﻛﺎن إذا ﻧﺰل ﻋﻠﻴﻪ أﺧﺬﺗﻪ,اﻟﻨﱯ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﺗﺮﻋﺪ ﳊﻴﺘﻪ ّ ﻓﺄﺧﺮﺟﺖ اﳉﺮو ﻓﺠﺎء,اﻟﺴﺮﻳﺮ : ﴿ واﻟﻀﺤﻰ﴾ إﱃ ﻗﻮﻟﻪ:اﻟﺮﻋﺪة" ﻓﺄﻧﺰل اﷲ _____________ 15
Rosihan Anwar, Ulum…, 70. Muhammad ‘Ali al-Shâbûniy, al-Tibyãn fi ‘Ulûm al-Qur`ân (Mesir: Dâr alShâbûniy: 1999), 24. 16
8
Misnawati: Urgensi Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Penafsiran al-Qur’an
17
.() أﺧﺮﺟﻪ اﻟﻄﱪاﱐ و اﺑﻦ ﺷﻴﺒﺔ.﴾﴿ ﻓﱰﺿﻰ
Dari Hafash bin Maisarah, dari ibunya, dia adalah khadam Rasulullah Saw.: Seekor anjing masuk ke dalam rumah Rasulullah Saw. dan bersembunyi di bawah tempat tidur sampai mati. Karena itu selama empat hari Rasulullah tidak menerima wahyu. Nabi berkata: Wahai Khaulah! Apakah yang telah terjadi di rumah Rasulullah Saw.? Sehingga Jibril tidak datang kepadaku. Maka akupun (Khaulah) berkata: Alangkah baiknya jika kuperiksa langsung keadaan rumahnya dan menyapu lantainya. Lalu aku masukkan sapu ke bawah tempat tidur dan aku keluarkan bangkai anjing darinya. Kemudian Nabi Saw. datang dalam keadaan dagu gemetar. Karena itu, ketika menerima wahyu, dagu Nabi selalu bergetar. Maka Allah menurunkan surat al-Dhuhâ … sampai fatardhâ.(QS. Al-Dhuhâ:1-3). (HR. Thabrani). Hâfidh bin Hajar berkata dalam kitab Syarah Bukhari bahwa kisah keterlambatan Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Saw. karena anak anjing memang masyhur, tapi keberadaannya sebagai asbâb al-nuzûl adalah gharîb (asing) dan sanadnya ada yang tidak dikenal. Maka di sini yang dijadikan pegangan adalah riwayat lain yang shahih. 4. Jika kedua riwayat asbâb al-nuzûl sama-sama shahih tetapi salah satu riwayatnya ada murajjih (penguat)nya sedangkan yang lain tidak maka yang dijadikan pegangan adalah riwayat yang râjih (kuat). Hal ini disebabkan oleh sanadnya lebih shahih atau karena perawinya menyaksi-kan sendiri ketika peristiwa tersebut terjadi.18 Contohnya: Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Mas`ud berkaitan dengan turunnya surat al-Isrâ` ayat 85. Sedangkan hadits satu lagi yang diriwayatkan oleh Tirmuzi yaitu:
اﺳﺄﻟﻮﻩ ﻋﻦ اﻟﺮوح. أﻋﻄﻮﻧﺎ ﺷﻴﺄ ﻧﺴﺄل ﻫﺬا اﻟﺮﺟﻞ: ﻗﺎﻟﺖ ﻗﺮﻳﺶ ﻟﻠﻴﻬﻮد:ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒّﺎس ﻗﺎل .(۸۵ : )اﻹﺳﺮاء... وﻳﺴﺌﻠﻮﻧﻚ ﻋﻦ اﻟﺮوح:ﻓﺴﺄﻟﻮﻩ ﻓﺄﻧﺰل اﷲ Dari Ibnu `Abbâs berkata: Orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi: Berilah kepada kami sesuatu yang akan ditanyakan kepada lelaki ini (Nabi Saw.). Mereka menjawab: Bertanyalah kepadanya tentang ruh. Maka merekapun bertanya kepadanya, Maka Allah menurunkan ayat: Dan mereka akan menanyakan kepadamu tentang ruh….(QS. Al-Isrâ`: 85). Kedua riwayat tersebut berstatus shahih, tetapi mayoritas ulama lebih mendahulukan hadits Bukhari dari pada Tirmizi karena hadits Bukhari lebih râjih (kuat) di mana di sini Ibnu Mas`ud menyaksikan sendiri kejadian tersebut, sedangkan hadits Tirmizi tidak râjih karena Ibnu `Abbas hanya mendengarnya dari orang lain. 5. Apabila kedua riwayat asbâb al-nuzûl tersebut sama–sama shahih dan tidak mungkin dilakukan tarjih antara keduanya maka perlu dilakukan studi kompromi (jama`), karena waktunya yang berdekatan.20 Dalam _____________ 17
Muhammad ‘Abd. Al-‘Adhîm al-Zarqâni, Manâhil…, 110-111. Shubhi al- Shâlih, Mabâhits…, 145. 19 Ibid. 20 Ibid., 112. 18
Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
9
istilah ‘Ulûm al-Qur`ân hal ini bisa disebut dengan “ ta`addudu al-sabab wa al-nâzil wâhid” (berbilangnya sebab sedangkan turunnya sekali). Contohnya: Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari melalui `Ikrimah yang berbunyi:
ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒّﺎس رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ أ ّن ﻫﻼل ﺑﻦ أﻣﻴّﺔ ﻗﺬف اﻣﺮأﺗﻪ ﻋﻨﺪ اﻟﻨﱯ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﻳﺎ رﺳﻮل: ﻓﻘﺎل." " اﻟﺒﻴّﻨﺔ أو ﺣ ﱞﺪ ﰲ ﻇﻬﺮك: ﻓﻘﺎل اﻟﻨﱯ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ.ﺑﺸﺮﻳﻚ ﺑﻦ ﲰﺤﺎء
" : ﻓﺠﻌﻞ اﻟﻨﱯ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﻳﻘﻮل, إذا رأى أﺣﺪﻧﺎ ﻣﻊ اﻣﺮأﺗﻪ رﺟﻼ ﻳﻨﻄﻠﻖ ﻳﻠﺘﻤﺲ اﻟﺒﻴّﻨﺔ,اﷲ ﻳﱪئ ﻇﻬﺮي ّ و اﻟﺬي ﺑﻌﺜﻚ:اﻟﺒﻴّﻨﺔ أو ﺣ ﱞﺪ ﰲ ﻇﻬﺮك"ﻓﻘﺎل ّ وﻟﻴﻨﺰﻟﻦ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﻣﺎ,ﺑﺎﳊﻖ إﱐّ ﻟﺼﺎدق ﺣﱴ ﺑﻠﻎ ﴿ إن ﻛﺎن ﻣﻦ ّ ﴾ ... و أﻧﺰل اﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﴿ واﻟﺬﻳﻦ ﻳﺮﻣﻮن أزواﺟﻬﻢ, ﻓﻨﺰل ﺟﱪﻳﻞ,ﻣﻦ اﳊ ّﺪ 21 .(٩-٦ :اﻟﺼﺎدﻗﲔ﴾)اﻟﻨﻮر
Dari Ibnu `Abbas ra. Bahwa Hilal bin Umayyah menuduh istrinya di depan Nabi Saw. berzina dengan Syarîk bin Samhâ`. Nabi Saw. bersabda: “Buktikanlah kalau tidak engkaulah yang akan menanggung resikonya”. Lalu ia berkata: Wahai Rasulullah! Apabila salah seorang dari kami melihat orang mencampuri istrinya, maka apakah akan dibiarkan saja? Nabi Saw. berkata sekali lagi: “Buktikanlah kalau tidak engkaulah yang akan menanggung resikonya”. Ia berkata: Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan benar, aku ini betul-betul benar. Dan aku berharap supaya aku lepas dari resikonya. Lalu Allah menurunkan ayat melalui Jibril: “ Dan orang-orang yang menuduh istrinya berzina…hingga sampai jika suaminya itu termasuk orang yang benar. (QS. Al-Nûr: 6-9). Dan hadits riwayat Bukhari dan Muslim berbunyi:
إﺳﺄل رﺳﻮل اﷲ ﻋﻦ: ﺟﺎء ﻋﻮﳝﺮ ﺑﻦ ﻧﺼﺮ إﱃ ﻋﺎﺻﻢ ﺑﻦ ﻋﺪي ﻓﻘﺎل:ﻋﻦ ﺳﻬﻞ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ ﻗﺎل رﺟﻞ وﺟﺪ ﻣﻊ اﻣﺮأﺗﻪ رﺟﻼ أﻳﻘﺘﻠﻪ ﻓﻴﻘﺘﻞ ﺑﻪ أم ﻛﻴﻒ ﻳﺼﻨﻊ؟ ﻓﺴﺄل ﻋﺎﺻﻢ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ ِ ﻓﺂﺗﺎﻩ ﻓﻘﺎل,ﻵﺗﲔ رﺳﻮل اﷲ ﻓﻸﺳﺄﻟﻨّﻪ ّ و اﷲ: ﻓﺄﺧﱪ ﻋﺎﺻﻢ ﻋﻮﳝﺮا ﻓﻘﺎل,وﺳﻠّﻢ ﻓﻌﺎب اﻟﺴﺎﺋﻞ ِﱠ ﻳﻦ ﻳَـْﺮُﻣﻮ َن َ َواﻟﺬ: إﻧّﻪ ﻗﺪ أُﻧﺰل ﻓﻴﻚ و ﰲ ﺻﺎﺣﺒﺘﻚ ﻗﺮآ ٌن و ﺗﻼ اﻵﻳﺔ اﻟﻜﺮﳝﺔ:ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ 22 .(٩-٦ : ) اﻟﻨﻮر...اﺟ ُﻬ ْﻢ َوَﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ َﳍُ ْﻢ ُﺷ َﻬ َﺪاءُ إِﱠﻻ أَﻧْـ ُﻔ ُﺴ ُﻬ ْﻢ َ أ َْزَو
Dari Sahl bin Sa`d berkata: `Uwaimir bin Nashr datang kepada `Ȃshim bin `Adi lalu ia berkata: “tanyakan kepada Rasulullah tentang seorang laki-laki yang mendapati istrinya bersama seorang laki-laki, apakah ia boleh membunuhnya atau apa yang harus ia lakukan? `Âshimpun ber-tanya kepada Rasulullah Saw. lalu ia menghilang. Kemudian Âshim mengabarkan kepada `Uwaimir lalu ia berkata: “Demi Allah, sungguh aku telah mendatangi Rasulullah dan menanyakan hal tersebut, kemudian aku meninggalkannya, maka Rasulullah bersabda: “ Sesungguhnya Allah telah menurunkan kepadamu dan sahabatmu al-Qur`an dan iapun membacakan ayat yang mulia: “ Dan orang_____________ 21
Muhammad ‘Ali al-Shâbûniy, al-Tibyãn…, 26. Lihat juga Muhammad ‘Abd. Al‘Adhîm al-Zarqâni, Manâhil…, 112. 22 Muhammad ‘Ali al-Shâbûniy, al-Tibyãn…, 26. 10
Misnawati: Urgensi Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Penafsiran al-Qur’an
orang yang menuduh istrinya berzina dan tidak mampu mendatangkan saksi kecuali diri mereka sendiri…(QS.al-Nûr: 6-9). Kedua riwayat ini berkualitas shahih dan tidak mungkin dilakukan studi tarjih antara keduanya. Karena itu perlu dikumpulkan kedua riwayat tersebut karena waktu terjadinya peristiwa tersebut berdekatan. Ibnu Hajr berkata:’ Tidak dilarang orang mengumpulkan beberapa sebab”.23 6. Jika kedua riwayat tidak mungkin dilakukan studi tarjih dan tidak bisa dikumpulkan karena waktunya yang berjauhan maka hendaklah kita anggap bahwa ayat tersebut turun berulang kali. Dalam istilah ‘Ulûm alQur`ân hal ini bias disebut ta`addudu al-nuzûl (berulangnya turun ayat). Contohnya: Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang berbunyi:
" ﳌﺎ ﺣﻀﺮت أﺑﺎ ﻃﺎﻟﺐ اﻟﻮﻓﺎةُ دﺧﻞ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻨﱯ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ و ﻋﻨﺪﻩ:ﻋﻦ اﳌﺴﻴّﺐ ﻗﺎل ّ ﻋﻢ ﻗﻞ ﻻ إﻟﻪ إﻻّ اﷲ أي " :ﻢ ﻠ وﺳ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﻰ ﻠ ﺻ اﻟﻨﱯ ﻓﻘﺎل ,ﺔ أﻣﻴ أﰊ ﺑﻦ أﺑﻮ ﺟﻬﻞ و ﻋﺒﺪ اﷲ ّ ّ ّ ّ ْ ﻓﻘﺎل أﺑﻮ ﺟﻬﻞ و ﻋﺒﺪ اﷲ أﺗﺮﻏﺐ ﻋﻦ ﻣﻠّﺔ ﻋﺒﺪ اﳌﻄﻠّﺐ؟ﻓﻠﻢ ﻳﺰاﻻ,ﻛﻠﻤﺔ أﺣﺎج ﻟﻚ ﺎ ﻋﻨﺪ اﷲ
" ﻷﺳﺘﻐﻔﺮ ّن: ﻓﻘﺎل اﻟﻨﱯ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ, ﻫﻮ ﻋﻠﻰ ﻣﻠّﺔ ﻋﺒﺪ اﳌﻄﻠّﺐ:ﺣﱴ ﻗﺎل ّ ﻳﻜﻠﻤﺎﻧﻪ ِ ﻣﺎ َﻛﺎ َن ﻟِﻠﻨِ ﱠ:ﻟﻚ ﻣﺎ ﱂ أﻧّﻪ ﻋﻦ ذﻟﻚ" ﻓﻨﺰﻟﺖ ِ ِ ِ : )اﻟﺘﻮﺑﺔ...ﲔ َ ﻳﻦ آَ َﻣﻨُﻮا أَ ْن ﻳَ ْﺴﺘَـ ْﻐﻔُﺮوا ﻟ ْﻠ ُﻤ ْﺸ ِﺮﻛ ﱢ َ َ ﱠﱯ َواﻟﺬ 24 .(١١٣
Dari al-Musayyab berkata: Di saat-saat Abu Thâlib akan wafat, Nabi Saw. masuk dan di sampingnya ada Abû Jahal dan `Abdullah bin Abi Umayyah dan berkata: Wahai Paman! Ucapkanlah kata: “Tidak ada Tuhan selain Allah, karena dengan kata tersebut Paman daaapat berada di sisi Allah. Abû Jahal dan `Abdullah berkata: Apakah engkau sudah membenci agama `Abd al-Muthallib? Keduanya senantiasa mengucapkan kata-kata tersebut hingga ia berkata: Ia itu agama `Abd al-Muthallib, Lalu Nabi Saw. berkata: Sesungguhnya Aku akan meminta ampun untuk Paman. Maka turunlah ayat: Tidak boleh bagi Nabi dan orang-orang yang beriman meminta ampun untuk orang-orang musyrik…(QS. Al-Taubah:113). Hadits yang lain diriwayatkan oleh Tirmizi berbunyi:
, ﲰﻌﺖ رﺟﻼ ﻳﺴﺘﻌﻔﺮ ﻷﺑﻮﻳﻪ و ﳘﺎ ﻣﺸﺮﻛﺎن ﻓﻘﻠﺖ ﺗﺴﺘﻐﻔﺮ ﻷﺑﻮﻳﻚ و ﳘﺎ ﻣﺸﺮﻛﺎن:ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﻗﺎل : اﺳﺘﻐﻔﺮ إﺑﺮاﻫﻴﻢ ﻷﺑﻴﻪ و ﻫﻮ ﻣﺸﺮك ﻓﺬﻛﺮت ذﻟﻚ ﻟﺮﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠّﻢ ﻓﻨﺰﻟﺖ:ﻓﻘﺎل 25
.(١١٣ : ﴾)اﻟﺘﻮﺑﺔ... ﴿ ﻣﺎ ﻛﺎن ﻟﻠﻨﱯ
Dari `Ali berkata: Aku pernah mendengar seseorang memintakan ampun untuk kedua orang tuanya yang musyrik, lalu aku berkata: Engkau memintakan ampun kepada kedua orang tuamu yang keduanya mati dalam keadaan musyrik. Ia berkata: Ibrahim telah meminta ampun untuk ayahnya yang meninggal dalam keadaan musyrik. Lalu aku beritahukan kepada Rasulullah Saw. Kemudian turunlah ayat: Tidak boleh bagi Nabi…(QS. Al-Taubah:113). _____________ 23
Ibid. Ibid. 25 Ibid. 24
Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
11
Kedua riwayat ini sama-sama shahih dan tidak mungkin dilakukan studi tarjih dan kompromi karena waktunya yang berjauhan, maka kita anggap ayat ini turun lebih dari satu kali. Contoh lain adalah dua riwayat asbâb al-nuzûl yang melatarbelakangi turunnya surat al-Ikhlâsh. Satu riwayat mengatakan surat ini turun untuk menjawab pertanyaan kelompok musyrikin Mekkah. Riwayat yang lain mengatakan bahwa surat ini turun untuk menjawab kelompok Ahli Kitab di Madinah. Karena kedua riwayat sama-sama shahih dan tidak mungkin untuk dilakukan studi tarjih dan jama` maka kita anggap surat tersebut juga turun dua kali. Kaidah dalam Menerapkan Asbâb al-Nuzûl Persoalan yang penting dalam asbâb al-nuzûl misalnya terjadinya peristiwa atau ada suatu pertanyaan, kemudian turunlah ayat untuk memberikan penjelasan atau jawabannya, tetapi ungkapan ayat tersebut menggunakan lafadh `âm(umum), sehingga mempunyai cakupan yang luas dan tidak terbatas pada kasus pertanyaan itu. Maka persoalannya adalah apakah ayat tersebut harus dipahami dari keumuman lafadh ataukah dari sebab khusus itu. Dengan kata lain apakah ayat itu berlaku secara khusus atau umum? Gambaran logis terhadap umum dan khususnya lafadh dan sebab ada empat bentuk karena lafadh itu ada yang `am dan khas yaitu: 1. Jika jika sebab `âm dan lafadh juga `âm maka tidak ada masalah karena keduaduanya `âm dengan menetapkan hukum yang `âm untuk sebab yang `âm juga. Contohnya firman Allah dalam surat al-Fath ayat 18:
ِِ ِ ِﱠﺠﺮة َ َﲔ إِ ْذ ﻳـُﺒَﺎﻳِﻌُﻮﻧ َ ﻟَ َﻘ ْﺪ َرﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ِﻦ اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ َ ﻚ َْﲢ َ َ ﺖ اﻟﺸ
Sesungguhnya Allah Telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon…(QS. Al-Fath:18). 2. Jika sebabnya khâsh dan lafadhnya juga khâsh maka ditetapkanlah hukum khâsh terhadap seseorang yang khusus adanya sebab dengan melihat bahwa antara lafadh dan sebab keduanya khash. Di sini ulama juga mempunyai pendapat yang sama tidak ada pertentangan.26 Contohnya firman Allah dalam surat Lahab:
( َوَﻻ أَﻧَﺎ َﻋﺎﺑِ ٌﺪ َﻣﺎ3) ( َوَﻻ أَﻧْـﺘُ ْﻢ َﻋﺎﺑِ ُﺪو َن َﻣﺎ أ َْﻋﺒُ ُﺪ2) ( َﻻ أ َْﻋﺒُ ُﺪ َﻣﺎ ﺗَـ ْﻌﺒُ ُﺪو َن1) ﻗُ ْﻞ ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟْ َﻜﺎﻓُِﺮو َن ِ ِ ِ (6) ﱄ ِدﻳ ِﻦ َ ( ﻟَ ُﻜ ْﻢ دﻳﻨُ ُﻜ ْﻢ َو5) ( َوَﻻ أَﻧْـﺘُ ْﻢ َﻋﺎﺑ ُﺪو َن َﻣﺎ أ َْﻋﺒُ ُﺪ4) َﻋﺒَ ْﺪ ُْﰎ
Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. Kandungan ayat ini bersifat khusus dan sebab turun ayat juga khusus yaitu kasus Abu Lahab dan ayat ini berlaku khusus karena baik makna mauoun sebab turunnya khusus. 3. Adapun jika sebab `âm sedangkan lafadh khâsh maka itu adalah bentuk yang mesti ada namun tidak ada dalam al-Qur`an. 4. Jika sebabnya khâsh sedangkan lafadhnya `âm dan bentuk ini ada dalam alQur`an maka di sini ada dua pendapat: _____________ 26
12
Mûsâ Syâhain Lâhain, Al Âli’u Al Hisân…, 137.
Misnawati: Urgensi Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Penafsiran al-Qur’an
a. Jumhur ulama berpendapat bahwa pelajaran yang dapat diambil adalah umumnya lafadh dan bukan khususnya sebab:
( ) اﻟﻌﱪة ﺑﻌﻤﻮم اﻟﻠﻔﻆ ﻻ ﲞﺼﻮص اﻟﺴﺒﺐ.
Al-Suyûthi memberikan alasan bahwa itulah yang dilakukan oleh para sahabat dan golongan lain. Ini dapat dibuktikan antara lain ketika turun ayat dhihâr dalam kasus Salamah bin Sakhr, ayat li`ân dalam kasus Hilâl bin Umayyah di atas serta kasus ayat qazaf dalam tuduhan `Aisyah berzina, ternyata kemudian juga berlaku terhadap lainnya yang serupa.27 Contohnya: ayat Li`an yang turun ketika Hilâl bin Umayyah menuduh istrinya di hadapan Nabi Saw. berzina dengan Syarîk bin Samhâ`. Sebabnya khusus turun berkaitan dengan peristiwa tersebut sedangkan lafadhnya `âm yaitu:
﴾ ...﴿ واﻟﺬﻳﻦ ﻳﺮﻣﻮن أزواﺟﻬﻢ Dia adalah
اﺳﻢ ﻣﻮﺻﻮل
dan ditetapkanlah hukum li`an yang diambil dari
lafadh `âm yaitu semua orang yang menuduh istrinya berzina. Selain dari peristiwa Hilâl tidak perlu kepada dalil lain. b. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa ungkapan satu lafadh al-Qur`an harus dilihat dari segi khususnya sebab bukan dari segi umumnya lafadh
.اﻟﻌﱪة ﲞﺼﻮص اﻟﺴﺒﺐ ﻻ ﺑﻌﻤﻮم اﻟﻠﻔﻆ Jadi cakupan ayat tersebut terbatas pada kasus yang menyebabkan turunnya sebuah ayat. Adapun terhadap kasus lain yang serupa kalaupun akan mendapat penyelesaian yang sama maka hal itu bukan diambil dari pemahaman terhadap ayat itu, melainkan dari dalil lain yaitu dengan qiyas apabila memang memenuhi syarat-syarat qiyas, ayat qadzaf misalnya diturunkan khusus berkaitan dengan kasus Hilâl dengan istrinya. Jika ada kasus lain yang serupa dengan kasus tersebut maka hukumnya ditetapkan dengan jalan qiyas. Faedah Mengetahui Asbâb al-Nuzûl dalam Penafsiran al-Qur’an Al-Zarqâni mengatakan bahwa ada sebahagian orang berpendapat bahwa mengetahui asbâb al-nuzûl merupakan hal yang sia-sia saja karena mereka beranggapan bahwa mencoba memahami al-Qur`an dengan meletakkan ke dalam konteks historis adalah sama dengan membatasi pesannya dalam ruang dan waktu tertentu. Alasan mereka itu tidaklah ada dasarnya, karena memang tidak mungkin menguniversalkan pesan al-Qur`an di luar masa dan tempat di turunkannya wahyu kecuali melalui pemahaman yang seharusnya terhadap makna al-Qur`an dalam konteks historis. Mengetahui sebab-sebab turunnya ayat itu banyak faedahnya, di antaranya: 1. Mengetahui hikmah penetapan hukum. Memikirkan pemeliharaan syar`i bagi kemashlahatan umum baik bagi seorang mukmin maupun bukan dalam menanggulangi peristiwa-peristiwa yang terjadi. Adapun seorang mukmin maka akan bertambahlah nilai keimanannya. Namun jika ia seorang mukmin maka dengan keluasan hukum tersebut akan mendorongnya untuk beriman _____________ 27
Al-Zarkasyiy, Al-Burhân…, 47-48.
Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
13
ketika ia mengetahui bahwa penetapan hukum Islam itu terutama sekali untuk menjaga kemashlahatan manusia. Contohnya peristiwa Khaulah binti Tsa`labah, ketika dia didhihar oleh suaminya sendiri yang bernama Aus bin alShâmit. Perempuan itu pergi kepada Rasulullah mengadukan peristiwanya itu. Aisyah berkata:
إﱐّ ﻷﲰﻊ ﻛﻼم ﺧﻮﻟﺔ ﺑﻨﺖ ﺛﻌﻠﺒﺔ و ﳜﻔﻰ,ﻛﻞ ﺷﻲء ّ " ﺗﺒﺎرك اﻟﺬي وﺳﻊ ﲰﻌﻪ:ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻗﺎﻟﺖ ! ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ: و ﻫﻲ ﺗﻘﻮل, ﻋﻠﻰ ﺑﻌﻀﻪ و ﻫﻲ ﺗﺸﺘﻜﻲ زوﺟﻬﺎ إﱃ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ,إﱐ أﺷﻜﻮ ﻟﻴﻚ ّ اﻟﻠﻬﻢ ّ أﻛﻞ ﺷﺒﺎﰉ و ﻧﺸﺮت ﻟﻪ ﺑﻄﲏ ّ ﺳﲏ و اﻧﻘﻄﻊ وﻟﺪي ﻇﺎﻫﺮ ّ ﺣﱴ إذا ﻛﱪ ّ !ﻣﲏ 28 ِ ِ .ﻚ ِﰲ َزْوِﺟ َﻬﺎ َ ُ ﻗَ ْﺪ َﲰ َﻊ اﻟﻠﱠﻪُ ﻗَـ ْﻮَل اﻟﱠِﱵ ُﲡَﺎدﻟ:ﺣﱴ ﻧﺰل ﺟﱪﻳﻞ ﺆﻻء اﻵﻳﺎت ّ ﻓﻤﺎ ﺑﺮﺣﺖ:ﻗﺎﻟﺖ
Dari `Â’isyah berkata:” Keberkahan itu diberikan kepada orang yang nyaring pendengarannya tentang sesuatu. Sesungguhnya aku benar-benar mendengar perkataan Khaulah binti Tsa`labah. Sebahagiannya disembunyikan kepadaku. Dia mengadukan suaminya kepada Rasulullah Saw., katanya: Ya Rasulullah! Aku memberi makan anak laki-lakiku, dan aku telah mewariskan kepadanya perutku sampai dia besar. Anak laki-laki itu telah terputus dariku karena ia telah mendhiharku. Ya Allah ya Tuhan, aku mengadukan hal ini kepada engkau. Kata `Âisyah: perempuan ini selalu mengadukan halnya yang demikian itu sampai Jibril menyampaikan ayat yang berbunyi: “ Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan – perempuan yang mengajukan gugatan kepada engkau tentang suaminya Aus bin al-Shâmit). ( QS. Al- Mujadilah: 1 ). Lalu Allah mensyari`atkan kaffarat untuk dhihar sebagai rahmat untuk Khaulah dan orang-orang yang senasib dengannya, juga sebagai pemeliharaan keluarga dalam masyarakat Islam dari perceraian serta sebagai benteng perpecahan untuk anak keturunan. 2. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidak-pastian dalam menangkap pesan-pesan al-Qur`an. Ibnu Daqîq al-`Îd berkata: 29
.ﻗﻮي ﰲ ﻓﻬﻢ ﻣﻌﺎﱐ اﻟﻘﺮآن ّ ﺑﻴﺎن ﺳﺒﺐ اﻟﻨﺰول ﻃﺮﻳﻖ
Penjelasan terhadap sebab-sebab turunnya ayat adalah metode yang ampuh untuk memahami makna al-Qur`an. Al-Wâhidi berkata: 30
.ﻗﺼﺘﻬﺎ وﺑﻴﺎن ﻧﺰوﳍﺎ ّ ﻻ ﳝﻜﻦ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺗﻔﺴﲑ اﻵﻳﺔ دون اﻟﻮﻗﻮف ﻋﻠﻰ
Tidak mungkin menginterpretasikan al-Qur`an tanpa mempertimbangkan aspek kisah dan sebab-sebab turunnya ayat. Contohnya firman Allah Swt. Dalam surat al-Baqarah: 115:
ِ ِ ِِ ِِ ﱡ ﻴﻢ ُ َوﻟﻠﱠﻪ اﻟْ َﻤ ْﺸ ِﺮ ُق َواﻟْ َﻤ ْﻐ ِﺮ ٌ ب ﻓَﺄَﻳْـﻨَ َﻤﺎ ﺗُـ َﻮﻟﻮا ﻓَـﺜَ ﱠﻢ َو ْﺟﻪُ اﻟﻠﱠﻪ إ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َواﺳ ٌﻊ َﻋﻠ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.(QS.al-Baqarah:115). Menangkap dhahir ayat tersebut di atas bahwa manusia boleh shalat ke arah manapun yang dia kehendaki. Tidak wajib menghadap qiblat _____________ 28
Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits…,77-78. Muhammad ‘Ali al-Shâbûniy, al-Tibyãn…, 18. 30 Ibid. 29
14
Misnawati: Urgensi Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Penafsiran al-Qur’an
dan tidak tergantung dalam perjalanan ataupun berada di rumah. Juga tidak memandang apakah shalat fardhu atau shalat sunnat. Persoalan ini akan menjadi jelas apabila diketahui sebab-sebab turunnya ayat. Ayat tersebut turun berkaitan dengan shalat seorang musafir dalam perjalanan. 3. Mudah dalam menghafal, memahami dan memantapkan kepastian hukum dalam ingatan dan pikiran. 4. Pengetahuan tentang siapa yang dituju oleh sebuah ayat akan menjadi jelas, sehingga tidak dibenarkan menduga-duga siapapun sebagai orang yang bertanggung jawab. Contohnya surat al-Ahqaf: 17 yang berbunyi:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎل ﻟَِﻮاﻟِ َﺪﻳْ ِﻪ أ ﱟ َ ََواﻟﱠ ِﺬي ﻗ ْ ُف ﻟَ ُﻜ َﻤﺎ أَﺗَﻌ َﺪاﻧ ِﲏ أَ ْن أ َُﺧَﺮ َج َوﻗَ ْﺪ َﺧﻠَﺖ اﻟْ ُﻘُﺮو ُن ﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒﻠﻲ َوُﳘَﺎ ﻳَ ْﺴﺘَﻐﻴﺜَﺎن اﻟﻠﱠﻪ ِ ِ ِ َ َوﻳـﻠ ِ ﻮل ﻣﺎ ﻫ َﺬا إِﱠﻻ أ .ﲔ َ َﺳﺎﻃ ُﲑ ْاﻷَﱠوﻟ َ َ ُ ﻚ آَﻣ ْﻦ إِ ﱠن َو ْﻋ َﺪ اﻟﻠﱠﻪ َﺣ ﱞﻖ ﻓَـﻴَـ ُﻘ َْ َ
Dan orang yang Berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa Aku akan dibangkitkan, padahal sungguh Telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka".( QS.al-Ahqaf:17) Dalam ayat ini dijelaskan bahwa orang yang durhaka kepada orang tuanya akan masuk neraka. Ayat ini digunakan oleh Marwan, Gubernur Muawiyah di Hijaz, untuk menangkap `Abdurrahmana bin Abû Bakr al-Shiddîq, karena ia tidak mau membai`at Yazid putra Muawiyyah yang diangkat oleh ayahnya untuk menggantikannya sebagai khalifah. `Abdurrahman lari ke `Aisyah menjelaskan bahwa makna ayat itu tidak seperti yang dipahami Marwan, karena ia tahu betul berkenaan dengan siapa ayat itu turun. 5. Apabila ada lafadh yang diturunkan itu berbentuk `am dan ada dalil yang mentakhsishkannya maka cukup dengan mentakhsishkannya, terhadap apa yang selain dari yang digambarkannya itu, dan tidak sah mengeluarkannya. Suatu lafadh kadang bersifat umum dan kadang dikhususkan oleh dalil-dalil tertentu, maka tidak boleh mengeluarkan sebab dari hukum ayat dengan cara ijtihad dan ijma`. Karena masuknya sebab berarti qath`i, dan keluarnya sebab dengan dalil khusus berarti ijtihad; padahal ijtihad adalah dhanni, maka tidak boleh mengeluarkan yang qath`i bersama dengan dhanni. Contohnya firman Allah surat al-Nûr ayat: 23-25 yang berbunyi:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ إِ ﱠن اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ ﻳـﺮﻣﻮ َن اﻟْﻤﺤ ِ (23) ﻴﻢ ٌ ﺼﻨَﺎت اﻟْﻐَﺎﻓ َﻼت اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨَﺎت ﻟُﻌﻨُﻮا ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َو ْاﻵَﺧَﺮةِ َوَﳍُ ْﻢ َﻋ َﺬ َ ْ ُ ُ َْ َ ٌ اب َﻋﻈ اﳊَ ﱠﻖ ْ ( ﻳَـ ْﻮَﻣﺌِ ٍﺬ ﻳـُ َﻮﻓﱢﻴ ِﻬ ُﻢ اﻟﻠﱠﻪُ ِدﻳﻨَـ ُﻬ ُﻢ24) ﻳـَ ْﻮَم ﺗَ ْﺸ َﻬ ُﺪ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ أَﻟْ ِﺴﻨَﺘُـ ُﻬ ْﻢ َوأَﻳْ ِﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َوأ َْر ُﺟﻠُ ُﻬ ْﻢ ِﲟَﺎ َﻛﺎﻧُﻮا ﻳَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن ﲔ ْ َوﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن أَ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ُﻫ َﻮ ُ ِاﳊَ ﱡﻖ اﻟْ ُﻤﺒ
Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar, lagi yang
Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
15
menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).QS. al-Nûr: 23-25). Ayat ini turun khusus pada `Aisyah atau salah seorang istri Nabi Saw. Menurut Ibnu `Abbâs ayat ini berbunyi: Orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan baik-baik diturunkan khusus pada `Aisyah dan istri-istri Nabi. Allah tidak akan menerima taubat orang-orang yang berbuat demikian. Sedangkan orang yang menuduh selain istri Nabi berzina, maka Allah masih menerima taubat mereka itu. Setelah itu ia membaca surat al-Taubah ayat: 45.31 Jadi dengan pengkhususan ini kita juga ikut mengkhususkan keumuman ayat pertama(Surat al-Nûr ayat 23). Tetapi takhsis terhadap ayat pertama tidak mencakup sebab turunnya yaitu menuduh Aisyah berzina maka tetaplah pada keumumannya tanpa menerima taubat orang yang menuduhnya. Karena masuknya sebab pada lafadh ayat pertama yang `am adalah qath`i dan mengeluarkannya, yakni yang dikemukakan pada ayat kedua (Surat al-Nûr ayat 4-5) adalah ijtihad yang dhanni, sedangkan yang qath`i tidak bisa dikeluarkan dengan dhanni. 6. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-Qur`an, bagi ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang khusus bukan lafadh yang umum. Kesimpulan Asbâb al-Nuzûl adalah sesuatu yang menjadi latar belakang turunnya sebuah ayat maupun beberapa ayat baik karena adanya peristiwa maupun karena adanya pertanyaan. Peristiwa yang terjadi tersebut baik yang berkaitan dengan Rasulullah Saw., sahabat, atau orang munafik dan kafir. Sedangkan pertanyaan ada yang berkaitan dengan masa lalu, sedang terjadi peristiwa, maupun masa yang akan datang yang diajukan kepada Nabi Saw. Asbâb al-Nuzûl ini hanya bisa diketahui melalui periwayatan dari orangorang yang melihat langsung ketika peristiwa itu terjadi. Jadi di sini tidak ada jalan untuk berijtihad. Adapun ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam riwayat tersebut ada yang sharîh dan ada pula yang tidak. Sehingga ini juga nantinya berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam beberapa periwayatan dalam asbâb al-nuzûl tersebut.
_____________ 31
16
Manna’ Al-Qaththân, Mabâhits…,80.
Misnawati: Urgensi Ilmu Asbab al-Nuzul dalam Penafsiran al-Qur’an
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Zarkasyiy, Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur`an, jilid II Beirut: Dar al-Fikr, 1988. Fahd bin Abdurrahman al-Rûmi, Ulumul Qur`an: Studi Komplesitas al-Qur`an, terj. Amirul Hasan dan Muhammad Halabi, Yogyakarta: Titian Ilahi,1996. Mannâ’ al Qaththân, Mabâhits fi ‘Ulûm al-Qur`ân, Riyâdh: Maktabah alMa’ârif li al-Nasyr wa al-Tauzî’, 2000. Muhammad Abd. al-‘Adhîm al-Zarqâniy, Manâhil al-‘Irfân fi ‘Ulûm al-Qur`ân, jilid I, Beirut: Dâr Ihyâ` al-Turâts al-‘Arabiy, t.t. Muhammad ‘Ali al-Shâbûniy, al-Tibyãn fi ‘Ulûm al-Qur`ân, Mesir: Dâr alShâbûniy: 1999. Mûsâ Syâhain Lâhain, Al Âli’u Al Hisân fî `Ulûm Al-Qur’ân,Cet.I, Al Qâhirah: Dâr Al- Syurûq,2002. Rosihan Anwar, Ulum Al-Qur`an, Bandung: Pustaka Setia, 2012. Shubhi al- Shâlih, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur`ân,Cet. 26, Libanon: Dâr al-Ilm li al-Malâyîn, 2005.
Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
17