UPAYA PENERAPAN KARAKTER PENDIDIKAN RASULULLAH SAW. DI ERA MODERN (Oleh: Moh. S. Rahman) A. Pendahuluan Kehidupan Nabi Muhammad saw., adalah sumber suriteladan mulia yang harus diikuti, dan sumber syari’ah agama besar yang harus ditaati dan dipatuhi. Kecintaan seseorang kepada Allah swt., itu harus dibuktikan dengan kesetiaan kepada beliau. Dan sebagai seorang muslim yang percaya akan kenabiannya maka segala akhlak dan perilaku beliau sudah seyogyanyalah harus diteladani. Pendidikan bagi umat Islam merupakan hal yang sangat penting, dan karena hal tersebut maka Islam telah mewajibkan umatnya menuntut ilmu, dan juga dengan ilmu pengetahuan umat Islam tidak akan mudah dikelabuhi oleh non Islam (Barat) yang penguasaan teknologinya diakui lebih maju. Oleh karena itu Islam menganjurkan umatnya untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan tehnologi yang biasa disingkat dengan IPTEK. Walaupun tugas utama seorang Rasul adalah berdakwah dan skala dakwah yang diemban Rasulullah saw., begitu besar, ditambah kesibukan lain dalam mengendalikan roda pemerintahan negara Islam di Madinah, tapi beliau tetap mampu mengajar dan mendidik sahabatnya. Tidak heran dari mereka lahir pemimpinpemimpin baru yang meneruskan perjuangannya. Dan hal ini dapat dibaca dalam sejarah para sahabat tentang kegagahberanian mereka dan akhlak mereka yang terpuji. Dan sangatlah pantas beliau mendapat julukan Uswatun Hasanah.
Page |2
Rasulullah saw., adalah seorang pendidik mampu membentuk suatu pribadi yang sempurna terhadap para sahabatnya. Beliau tidak pernah mengajarkan sesuatu sebelum beliau sendiri yang mengerjakannya. Dalam hal ini ada 5 strategi Rasulullah saw., sebagai seorang pendidik, yaitu: 1. Rasulullah saw., telah memilih waktu yang tepat, yaitu seperempat siang (sekitar waktu dhuha), 2. Beliau memilih tempat yang cocok untuk bertemu para murid dalam rangka praktek belajar mengajar, yaitu masjid tempat yang paling mulia, 3. Sebagai seorang pendidik, Rasulullah saw., tidak pernah membedabedakan perlakuan terhadap murid-muridnya, baik yang baru maupun murid yang lama, 4. Rasulullah saw., sangat serius mendengarkan pertanyaan anak didiknya hingga pertanyaan itu selesai kemudian baru menjawabnya, 5. Rasulullah saw., selalu memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyampaikan segala ganjalan hatinya dalam bentuk pertanyaan.1 Sebagai seorang pendidik tentu masing-masing mempunyai strategi-strategi dalam mencapai suatu tujuan pendidikan, dan Rasulullah saw., telah mencontohkan hal tersebut. Suatu
penyakit
kronis
yang
harus
diperangi
yaitu,
kebodohan,
keterbelakangan, dan kemiskinan. Tentunya tidak harus menggunakan pedang untuk melawan penyakit tersebut. Senjata yang dibutuhkan adalah penggalian dan peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan. Bertitik tolak pada uraian-uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas yaitu: Bagaimana karakter pendidikan yang
1
Najib Khalid Al-Amir, Tarbiyah Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995) h.
93-99.
Page |3
ada dalam kehidupan Rasulullah Saw.,? dan bagaimana upaya menerapkan karakteristik pendidikan yang ada pada diri Rasulullah Saw., yang harus diteladani? B. Karakter Pendidikan Dalam Kehidupan Rasulullah Saw Umat Islam telah mengakui bahwa Rasulullah Saw benar-benar seorang pendidik yang agung, yang pantas untuk diteladani. Hal ini telah terbukti dengan keberhasilan beliau mendidik para sahabat beliau. Beberapa pendapat yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw adalah seorang pendidik, seperti tersebut di bawah ini: Di dalam kehidupan, banyak peristiwa yang dapat kita jadikan lahan untuk menanamkan ide-ide edukatif. Tampaknya pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mengambil hikmah dari suatu peristiwa dan memanfaatkannya untuk menanamkan konsep keimanan dan edukatif pada anak didiknya. Rasulullah Saw telah mencontohkan hal tersebut.2 Dalam buku Fiqhus Sirah, Al-Ghazaliy berpendapat bahwa: Selama dua puluh tiga tahun beliau hidup menerima wahyu ilahi berupa ayatayat Alquran –Karim. Selama kurun waktu itu ayat-ayat turun menurut berbagai peristiwa dan situasi yang terjadi pada waktu-waktu tertentu. Periode yang cukup panjang itu merupakan tahap belajar mengajar. Allah Swt, mengajar Rasul-Nya, sedang Rasulullah Saw mencamkan dan menghayati ilmu Ilahi yang diterimanya itu di dalam jiwa beliau hingga menjadi bagian dari hakekat hidup beliau sendiri. Setelah itu beliau mengajarkannya kepada orang-orang dengan penuh ketekunan dan kesungguhan.3
2
Najid Khalid Al-‘Amir, loc.cit.
3
Muhammad Al-Ghazaliy, Fiqhus-Sirah, diterjemahkan oleh Abu Laila et. All., dengan judul Fiqhus-Sirah (Menghayati Nilai-Nilai Riwayat Hidup Muhammad Rasulullah Saw.) Bandung: PT. Al-Ma’arif, t.th., h. 42-43.
Page |4
Sedangkan Najib Khalid Al’Amir dalam buku Tarbiyah Rasul mengatakan: “Rasulullah Saw merupakan karakter pendidikan yang menguasai semua aspek psikis anak didiknya”4 Kalau dilihat dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Rasulullah Saw benar-benar seorang pendidik yang sempurna untuk dijadikan teladan. a. Keistimewaan pendidikan Rasulullah Saw Keistimewaan-keistimewaan pendidikan Rasulullah Saw yaitu terletak pada: Keluhuran tujuan-tujuan dan kekuatan maknawinya. Yang dimaksud kekuatan maknawi dalam pendidikan Rasulullah Saw adalah suatu kekuatan yang tidak nampak, tetapi ia memiliki pengaruh yang besar untuk mencapai tujuan.5 Dalam mendidik Rasulullah Saw selalu mengutamakan pendidikan akhlak, karena akhlak adalah merupakan dasar yang utama dalam pembentukan pribadi manusia seutuhnya dan dengan pendidikan akhlak pula akan melandasi kestabilan kepribadian manusia secara keseluruhan. Bahkan Nabi sendiri menyatakan dalam sabdanya bahwa keimanan seseorang tidak sempurna, bila tidak disertai dengan akhlak yang baik. Seperti pendapat DR. Mahmud Ahmad Assayyid berikut ini: Pendidikan yang diarahkan oleh Rasulullah Saw, tidak pernah membentuk pribadi muslim yang menjilat kepada penguasa yang berlaku zhalim, justru yang diarahkan beliau, adalah seorang muslim yang berani menyatakan
4
Najib Khalid Al-‘Amir, op.cit., h. 110.
Muhammad Assayyid Ahmad al-Wakil, Hadzad-din baina jahli abna ‘ini wa kaidi a’daihi, diterjemahkan oleh Burhan Djamaluddin dengan judul Agama Islam Antara Kebodohan Pemeluk dan Serangan Musuhnya, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1988, h. 23. 5
Page |5
kebenaran dihadapan mereka. Tujuannya tidak lain adalah untuk menciptakan kesempurnaan akhlak dan kemaslahatan umat secara keseluruhan.6 Dari sinilah jelas bahwa Rasulullah Saw mengutamakan pendidikan akhlak, walaupun begitu beliau juga tidak mengesampingkan pendidikan yang lainnya. b. Tujuan pendidikan Rasulullah Saw Tujuan pendidikan Rasulullah Saw berbeda dengan tujuan pendidikan yang lainnya. Kalau pendidikan yang lain tujuannya hanya berlaku pada zaman dan keadaan di mana pendidikan itu berada dan juga hanya dilihat dari satu aspek saja yang lebih dipusatkan pada aspek alam dan kemanusiaan, sedangkan pendidikan Rasulullah Saw bisa dikatakan sempurna dan berlaku untuk selama-lamanya, tujuan pendidikan tersebut adalah: Lebih menitikberatkan perhatiannya pada usaha pembentukan manusia yang sempurna. Manusia dengan kualifikasi demikian akan berjalan secara serasi dan seimbang, antara kondisi jasmani dan rohaninya, antara akal dan akhlaknya, antara harkat dan kemasyarakatannya, serta keindahan (estetiknya). Dengan demikian manusia tersebut tidak saja tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan serasi, tetapi juga berguna bagi pembangunan masyarakatnya.7 Tidak seperti pendidikan yang lain pendidikan Rasulullah Saw ditujukan untuk kepentingan dunia dan kebahagiaan akherat dan tidak membedakan manusia menjadi berbagai golongan. Rasulullah Saw mendidik para sahabat menjadi manusia yang mendekati kesempurnaan, karena memang Rasulullah Saw adalah seorang pendidik yang agung seperti pendapat di bawah ini:
6
Ibid., h. 97.
7
Ibid., h. 28.
Page |6
Rasulullah telah mendidik mereka menjadi manusia yang tidak saja pandai dalam menyatakan pendapat, tetapi juga mampu menyesuaikan tingkah laku dengan ucapan-ucapannya, juga dalam perilaku kesehariannya. Dengan program, sistem dan metode yang disusun secara cermat dan berencana, pendidikan Rasulullah telah mengantarkan para sahabatnya menjadi pemegang prinsip aqidah yang sangat kuat. Meskipun dirangsang dengan kemewahan duniawi, para sahabat Nabi yang telah dididik, tidak akan terpengaruh. Mereka tepat teguh memegang erat akidahnya, apalagi melepaskan diri dari perjuangan membela kebenaran. (hak).8 Jelas tergambar bahwa pendidikan yang direncanakan Rasulullah Saw bertujuan sangat mulia dan hal itu bukan isapan jempol belaka, akan tetapi sudah terbukti pada para sahabat yang langsung dididik oleh Rasulullah Saw. c. Nilai lebih pendidikan Rasulullah Saw Pendidikan Rasulullah Saw sudah barang tentu memiliki kelebihankelebihan dibanding dengan pendidikan yang lain di antaranya adalah: Dengan metode dan sistem pendidikan yang disampaikan kepada para sahabat, beliau telah membentuk mereka menjadi manusia yang besar pada zamannya. Para sahabat tumbuh menjadi manusia yang memiliki tanggung jawab, rela berkorban, membela kebenaran, dan mampu menanggung penderitaan, di saat menegakkan ajaran-ajaran-Nya yang mulia. Semua itu dapat terlaksana, karena kepribadian Muhammad adalah sebagai teladan. Tidak mungkin terjadi kondisi umat dapat berubah dari keadaan jahiliyah menjadi masyarakat yang memiliki harkat kemanusiaan yang tinggi, seandainya tidak melalui bimbingan Rasulullah yang agung itu.9 Sebagai nilai lebih pendidikan Rasulullah Saw adalah untuk selalu menegakkan hukum dan berdiri di atas kebenaran: Rasulullah sendiri merupakan orang pertama yang mencurahkan perhatiannya pada upaya penegakan hukum. Beliau senantiasa menghendaki kepada para
8
Ibid., h. 29.
9
Ibid., h. 31.
Page |7
sahabatnya untuk berdiri di atas kebenaran. Karena kebenaran adalah di atas segalanya. Ia akan mengesampingkan unsur-unsur belas kasihan, hawa nafsu, ataupun hubungan kekeluargaan. Tidak ada maksud dan tujuan lain dari penegakkan hukum selain mengharapkan ridha Allah Swt dan bisikan hati nurani yang bersih tulus dan ikhlas.10 Begitu sempurnanya pendidikan Rasulullah Saw, kalau saja pendidikan Rasulullah Saw yang begitu sempurna bisa terwujud, tentu di dunia ini tidak ada kemungkinan, seperti yang disaksikan saat ini, tentu yang ada hanya rasa aman, tenteram bahagia seperti yang didambakan. Karena memang dalam pendidikan Rasulullah Saw bertujuan sangat mulia baik untuk kehidupan di dunia maupun kehidupan akherat. d. Azas keseimbangan dalam pendidikan Rasulullah Saw Dalam doa yang dipanjatkan oleh umat Islam selalu meminta kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akherat. Karena Islam memandang bahwa kehidupan di dunia adalah merupakan suatu perjalanan menuju kehidupan yang lebih langgeng. Oleh karena itu Islam menganjurkan umat manusia untuk menikmati keindahan dunia, tanpa harus melupakan kehidupan akherat. Keseimbangan dalam pendidikan Rasulullah maksudnya adalah: Keseimbangan yang dimaksud dalam pendidikan Rasulullah Saw, dimaksudkan agar seorang muslim memiliki pribadi yang utuh, mampu menjadi panutan bagi masyarakat sekelilingnya dan dapat menjadi pelaksana pembangunan. Untuk mencapai kearah tujuan seperti ini, Nabi mengisyaratkan adanya keterpaduan antara perkataan dan perbuatan, serta antara hukum yang telah ditetapkan dengan amaliah yang harus dilaksanakan.11
10
Ibid., h. 34.
11
Ibid., h. 39.
Page |8
e. Azas kekuatan batin (jiwa) dalam pendidikan Rasulullah Saw Di samping jasmani yang lebih ditekankan oleh Rasulullah Saw adalah pendidikan yang menjurus pada kekuatan batiniyah, seperti pendapat di bawah ini: Rasulullah Saw telah berhasil menanamkan nilai-nilai batiniyah yang sangat besar kekuatannya, dalam pembentukan pribadi para sahabat dan umatnya, dengan pandangan hati yang sangat luas, disertai perasaan yang kuat, Rasulullah Saw telah mampu melihat bahwa suatu masyarakat tidak bisa dibangun, hanya dengan kekuatan harta benda, dilengkapi dengan persenjataan yang kuat saja, tetapi yang lebih penting justru kemauan tinggi, wawasan jauh ke depan, semangat yang membara, serta akhlak yang baik. Masyarakat yang demikian akan dapat mengatur penggunaan potensi yang dimilikinya, baik potensi alam, harta benda maupun kekayaan lainnya, demi kemajuan mereka sendiri.12 Betapa kuat pengaruh batin seseorang untuk mendorong perbuatan dan semangatnya, karena apa saja yang dikerjakan seseorang, yang mendorong dan lebih dulu
timbul
adalah
batiniyahnya
sehingga
kekuatan
batin
tersebut
akan
mendorongnya sesuatu dengan ikhlas. Sudah barang tentu dimensi pendidikan yang ada pada diri Rasulullah Saw begitu luas dan sempurna. Penulis hanya memberikan sebagian kecil dari keluasan dimensi pendidikan Rasulullah Saw untuk dijadikan teladan dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada sekarang. C.
Upaya-Upaya
Penerapan
Karakter
Pendidikan
Rasulullah
Dalam
Kehidupan Modern Sebelum penulis menggambarkan tentang upaya-upaya penerapan karakter pendidikan Rasulullah Saw dalam kehidupan modern, sengaja penulis memberikan
12
Ibid., h. 44.
Page |9
gambaran tentang kehidupan modern. Karena selama ini terjadi kesalahpahaman bahwa modern itu adalah kebarat-baratan atau modern adalah westernisasi, padahal pemahaman tersebut adalah salah. a. Pengertian modern Modern dengan Barat berbeda dan sama sekali tidak identik karena keduanya memang jauh berbeda. Memang harus diakui bahwa kebudayaan Barat adalah kebudayaan modern, karena ia mengandung hakekat modernisasi, yakni ilmu dan teknologi modern, akan tetapi tidak semuanya kebudayaan Barat adalah modern, sebagaimana pendapat Sidi Gazalba dalam bukunya Modernisasi dalam persoalan bagaimana sikap Islam, berikut ini: Tetapi kebudayaan modern bukanlah kebudayaan Barat. Semisal dengan perbandingan: Sapi adalah hewan. Tetapi hewan bukanlah sapi. Kenapa demikian? Sebab yang menentukan bahwa suatu kebudayaan itu modern bukanlah nilai-nilai ilmu dan teknologi modern. Tiap kebudayaan yang menerima, memilih, memperkembang dan menerapkan ilmu dan teknologi modern dalam kehidupannya adalah kebudayaan modern.13 Bagaimana sebenarnya sifat-sifat manusia yang modern, dalam hal ini orang beranggapan bahwa manusia modern adalah manusia yang berpandangan seperti Barat. Padahal asumsi demikian adalah keliru. Di bawah ini pendapat Prof. Inkelas, Sarjana Barat dan ahli sosiologi pada Universitas Harvard, menuturkan tentang sifatsifat manusia modern: Pertama: Manusia modern siap sedia untuk pengalaman baru dan terbuka untuk pembaharuan dan perubahan.
13
Sidi Gazalba, Modernisasi Dalam Persoalan Bagaimana Sikap Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985, h. 38.
P a g e | 10
Kedua: Manusia modern mampu membentuk pendidikan tentang jumlah besar masalah dan issue (permasalahan) yang timbul. Ketiga: manusia modern dalam orientasi terhadap beberapa pendapat yang ada bersikap lebih demokratis. Keempat: Manusia modern berorientasi pada masa sekarang dan bukan masa lampau. Kelima: Manusia modern berorientasi pada dan terlibat dalam perencanaan (planning) serta pengorganisasian dan ia percaya padanya sebagai suatu cara mengatur kehidupannya. Keenam: Manusia modern percaya bahwa manusia dapat belajar sampai tingkat yang jauh untuk menguasai sekelilingnya guna memajukan tujuan dan sasarannya. Ketujuh: Manusia modern mempunyai kepercayaan, bahwa dunia ini dapat diperhitungkan, bahwa orang lain dan lembaga disekitarnya dapat diandalkan guna memenuhi kewajibannya dan tanggung jawabnya. Kedelapan: Manusia modern mempunyai kesadaran terhadap martabat orang lain dan cenderung menunjukkan respek terhadap mereka. Kesembilan: Manusia modern percaya kepada ilmu dan teknologi. Kesepuluh: Manusia modern percaya pada keadilan yang terbagi.14 Sedangkan pengertian kata modern itu sendiri dapat dijumpai dalam bahasa Inggris: Pertaining rerecent or present time (mengenai masa kini atau waktu sekarang). A Person or thing of modern times and thought (seseorang atau sesuatu yang berpikiran modern).15 Secara singkat dapat dikatakan bahwa pengertian kata modern yaitu bersifat kini atau yang baru. Walaupun sebenarnya kata modern belum jelas dan pengertiannya masih kabur. Dari pendapat di atas sudah jelas bahwa kata modern bukan berarti kebaratan, walaupun harus diakui bahwa di Barat memang sebagai pusat ilmu
14 15
Ibid., h. 39-41.
John M. Echols et. All., An English Indonesia Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia, 1988, h. 13.
P a g e | 11
pengetahuan dan teknologi, tetapi manusia yang modern adalah bukan manusia yang bergaya hidup seperti orang Barat. b. Upaya penerapan karakter pendidikan Rasul di Zaman modern Di era globalisasi memang banyak sekali tantangan yang dihadapi, misalnya tingginya daya tampung dan jelajah informasi dan teknologi yang diperoleh manusia yang mengakibatkan dia angkuh dan sombong. Dia akan selalu mengandalkan akalnya dan akan melupakan sang pencipta akal sendiri, bahkan bukan tidak mungkin dia akan menyembah dan memuja teknologi yang canggih, hal ini terjadi karena kemanjaan sikap egoisnya, sehingga dalam bertindak dan berbuat sesuatu seiring di luar control dan merugikan orang lain. Kemerosotan
akhlak,
meningkatnya
kriminalitas,
penganiyaan,
pemerkosaan dan tindakan kekerasan lainnya sebagai akibat dari pengaruh negatif era globalisasi dan IPTEK yang pada zaman Rasulullah Saw belum ada. Dalam menghadapi, mengatasi dan memikirkannya dibuatnya linglung. Kejadian-kejadian yang menurut nalar tidak mungkin terjadi nyatanya hal itu ada di depan mata. Kalau dilihat bagaimana sifat orang modern maka tidaklah sulit bagi Islam untuk memajukan Islam sejajar dengan Barat karena Islam tinggal menanamkan akidah yang kuat kepada umat Islam di zaman modern dan jalan yang terbaik adalah dalam bidang Pendidikan, di samping anak didik mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi modern juga diajarkan pendidikan agama yang kuat.
P a g e | 12
Diakui bahwa dalam pendidikan modern tidak ada unsur Islamnya sedikitpun,
bahkan
di
dalamnya
sengaja
disisipkan
paham
Barat
untuk
menghancurkan Islam. Negara atau masyarakat Islam tidak dapat mengisolasikan diri dari peradaban Barat dan juga pengaruh-pengaruh yang membahayakan, namun Islam dapat memberikan vaksinasi kepada anak didik agar supaya mereka dapat melawan infeksi Barat yang membahayakan itu. Diakui pula bahwa sumber ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah bangsa Barat, dan kalau Islam ingin maju mau tidak mau harus berhubungan dengan Barat baik langsung maupun tidak langsung dan pengaruh negatifnyalah yang harus diantisipasi. Sebagai cara untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut adalah dengan menanamkan rasa cinta kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw-Nya serta menanamkan akidah yang kuat sebagaimana yang diterapkan oleh Rasulullah Saw, seperti pendapat di bawah ini: Munculkan dan tanamkan dalam jiwa dan pribadi anak-anak kita kecintaan yang besar terhadap sosok pribadi pilihan Rabb semesta alam, sehingga anak-anak kita beraklak seperti akhlak beliau. Didiklah mereka agar senantiasa berintrospeksi. Terapkan bahwa segala aktifitas yang kita jalankan semata-mata karena mengharapkan keridhaan Allah Swt dan Rasulullah Saw-Nya. Juga, tanamkan dalam jiwa mereka sikap menolak kebatilan sebelum terlanjur direalisasikan menjadi perbuatan dan ucapan. Tanamkan rasa cinta kepada Allah Swt dan Rasul-Nya dalam jiwa anak-anak kita sejak kecil sebab faktorfaktor yang mematikan pemikiran jernih senantiasa mengelilingi mereka. Sehingga ketika dewasa, akhlak mereka mulia.16 Upaya-upaya tersebut di atas sudah tentu menghadapi kendala yang cukup besar, bagi mereka yang terlanjur terbius oleh kehidupan modern, tapi dengan cara 16
Najib Khalid Al-‘Amir, op.cit., h. 39.
P a g e | 13
yang maksimal tidak ada hal yang tidak mungkin dan pasti bisa diatasi. Bagi anakanak maka sedini mungkin harus ditanamkan akidah yang kuat, di sini peranan keluarga terutama para orang tua sangat menentukan. Pendidikan Rasulullah Saw adalah pendidikan yang sesuai dengan perkembangan di era modern. Sehingga tidak diragukan lagi keberhasilan pendidikan yang sesuai dengan metode pendidikan Rasulullah pasti akan berhasil, hal ini justru akan menghasilkan peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi dan berakhlak mulia. Terjadinya keseimbangan antara IPTEK dan IMTAQ, yang dengan IPTEK akan maju sesuai dengan perkembangan zaman sehingga umat Islam akan mendapat kemudahan-kemudahan dalam berbagai kehidupan. Sedangkan IMTAQ akan mengfilter dampak negatif yang timbul, sehingga dengan demikian terciptalah suatu kehidupan yang harmonis. D. Penutup Dari uraian yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Rasulullah Saw. Adalah seorang pendidik yang utama dan agung, beliau telah mendidik pada sahabat sehingga akhlak para sahabat pada waktu itu mendekati kesempurnaan. Sebagai seorang pendidik Rasulullah Saw. selalu menggunakan metode yang tepat untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada juga tidak hanya dengan satu metode, strategi yang digunakan Rasullah juga sangat jitu, beliau selalu menitik beratkan perhatian
P a g e | 14
pada usaha pembentukan manusia sempurna, dengan demikian akan terjadi keserasian dan keseimbangan antara jasmani dan rohani, antara akal dan akhlak, antara harkat kemanusiaan dan kemasyarakatan serta keindahan. Dengan demikian manusia tersebut tidak saja tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan serasi tetapi juga berguna bagi pembangunan masyarakat. 2. Begitu sempurnanya pendidikan Rasulullah Saw. dan sebagai orang Islam harus meneladaninya untuk peningkatan mutu pendidikan apalagi di era moderen, segala sesuatu tidak sesuai dengan Islam akan masuk dan akan mempengaruhi umat Islam. Dalam mengantisipasi dampak negatif yang timbul dibuthkan penanaman akidaj Islam yang kuat, sehingga terjadi keseimbangan antara IPTEK dab IMTAQ. E. Penutup John M. Echols et. All., An English Indonesia Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia, 1988. Muhammad Al-Ghazaliy, Fiqhus-Sirah, diterjemahkan oleh Abu Laila et. All., dengan judul Fiqhus-Sirah (Menghayati Nilai-Nilai Riwayat Hidup Muhammad Rasulullah Saw.) Bandung: PT. Al-Ma’arif, t.th. Muhammad Assayyid Ahmad al-Wakil, Hadzad-din baina jahli abna ‘ini wa kaidi a’daihi, diterjemahkan oleh Burhan Djamaluddin dengan judul Agama Islam Antara Kebodohan Pemeluk dan Serangan Musuhnya, Bandung: PT. AlMa’arif, 1988. Najib Khalid Al-Amir, Tarbiyah Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995). Sidi Gazalba, Modernisasi Dalam Persoalan Bagaimana Sikap Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1985.