UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL) PADA SISWA KELAS V SD N 1 KALINANAS WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ROHMATUL KHASANAH WIDIYATININGSIH NIM : 11409091 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2011
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama
: Rohmatul Khasanah Widiyatiningsih
NIM
: 11409091
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: UPAYA
MENINGKATKAN
BELAJAR
PAI
PENDEKATAN
DENGAN
PRESTASI
MENERAPKAN
KONTEKSTUAL
PADA
SISWA KELAS V SD N 1 KALINANAS WONOSEGORO BOYOLALI TAHUN 2011 Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 16 Agustus 2011 Pembimbing
Drs. Kastolani, M.Ag. NIP.
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertabda tangan di bawah ini : Nama
: Rohmatul Khasanah Widiyatiningsih
NIM
: 11409091
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 16 Agustus 2011 Peneliti
Rohmatul Khasanah W NIM : 11409091
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orangorang berilmu pengetahuan beberapa derajat” (Q.S. Al-Mujadilah : 11)
Meyakini sesuatu secara otomatis akan mengubah cara berfikir dan membuatnya nyata di benak. “Setiap ujian dan masalah pasti ada jawaban dan jalan keluarnya” (penulis)
. اِنﱠ ﻣَﻊَ اﻟْﻌُﺴْﺮِ ﯾُﺴْﺮًا. ﻓَﺎِنﱠ ﻣَﻊَ اﻟْﻌُﺴْﺮِ ﯾُﺴْﺮًا
PERSEMBAHAN Untuk kedua orang tuaku, Suami dan Anakku “tercinta”, Para Dosenku, Saudara-saudaraku, Serta sahabat-sahabat seperjuanganku
v
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji hanya bagi Allah yang telah memberikan taufiq dan hidayahnya kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umatnya. Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur yang tiada terkira, penulisan skripsi dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL) PADA SISWA KELAS V SD N 1 KALINANAS KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011” ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah satu guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga. Kami haturkan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak yang telah membantu sehingga terwujudnya skripsi ini. Peneliti yakin, atas pertolongan Allah sehingga skripsi ini dapat terwujud. Adapun pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini adalah : 1. Ketua STAIN Salatiga 2. Ketua Jurusan Tarbiyah 3. Ketua Program Studi PAI Ekstensi 4. Pembimbing Skripsi Drs. Kastolani, M.Ag atas segala ilmu, waktu, tenaga dan bimbingannya yang telah diberikan kepada peneliti dengan penuh kesabaran serta keikhlasannya
vi
5. Segenap Dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan motivasi 6. Kepala Sekolah SD N 1 Kalinanas kecamatan wonosegoro kabupaten Boyolali Sutarji, S.Pd yang telah memberikan ijin penelitian dengan mudah 7. Teman-teman Guru dan Karyawan SD N 1 Kalinanas kecamatan Wonosegoro kabupaten Boyolali yang telah memberikan dukungan, saran, kritik serta serta membantu kelancaran penelitian, sehingga skripsi ini dapat terwujud 8. Siswa-siswi SD N 1 Kalinanas kecamatan Wonosegoro kabupaten Boyolali yang telah membantu peneliti dalam pengumpulan data Penulis yakin skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kesalahan serta kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami skripsi ini dapat bermanfaat kepada pihak-pihak yang terkait secara khusus dan bagi semua pembaca secara umum. Amin…Amin… Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 16 Agustus 2011
Penulis
vii
ABSTRAK
Widiyatiningsih, Rohmatul, Khasanah. 2011. Upaya Meningkatkan Belajar PAI Dengan Menerapkan Pendekatan Kontekstual (CTL) Pada Siswa Kelas V SD N 1 Kalinanas Wonosegoro Boyolali Tahun 2011. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Kastolani, M.Ag. Kata Kunci: prestasi belajar dan pendekatan kontekstual (CTL).
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar dengan menerapkan pendekatan kontekstual (CTL) pada matapelajaran PAI kelas V SD N 1 Kalinanas Wonosegoro Boyolali. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah apaka dengan menerapkan pendekatan kontekstual (CTL) dalam pembelajaran PAI dapat meningkatkan prestasi belajar? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (classroom action research). Temuan penelitia ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan pendekatan kontekstual (CTL) pada pembelajaran PAI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I 73%, kemudian pada siklus II meningkat sehingga mencapai 85%, kemudian pada siklus III mencapai 93%. Berdasarkan penerapan pendekatan kontekstual (CTL) ini, pemahaman siswa pada matapelajaran PAI pokok bahasan puasa dapat meningkat karena selain siswa memahami konsep materi, siswa langsung menerapkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i HALAMAN NOTA PEMBIMBING……………………………………………. .ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii MOTTO…………………………………………..………………………………iv PERSEMBAHAN……………………………………………………………...…iv KATA PENGANTAR………………………………………………………….....v ABSTRAK...…………………………………………………………………….viii DAFTAR ISI....………………………..……………………………………….....ix DAFTAR TABEL………………………………………………………………....x BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………….1 B. Rumusan Masalah……………………………………………..5 C. Tujuan Penelitian……………………………………………...5 D. Hipotesis Penelitian……………...…………………………….5 E. Manfaat Penelitian…………………………………………….5 F. Definisi Operasional…………………………………………...6 G. Metodologi Penelitian…………………………………………8
BAB II
: LANDASAN TEORI A. PRESTASI BELAJAR 1. Pengertian Prestasi Belajar……………………………….14 B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam…………………….16 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam………………………...17 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam………………………...18 C. PENDEKATAN KONTEKSTUAL 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual……………………...19 2. Tujuan
Pendekatan
Kontekstual
(CTL)
Dalam
Pembelajaran PAI……………………………………….. 22 3. Komponen Pendekatan Kontekstual (CTL)……………...25
ix
4. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)……………….27 BAB III
: PELAKSANAAN PENELITIAN A. Setting Penelitian…………………………………………….33 1. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian………………33 2. Rancangan Penelitian………………………………...34 3. Instrumen Penelitian………………………………….36 4. Kriteria Penilaian…………………………………….37 B. Pelaksanaan Penelitian……………………………………….39 1. Diskripsi Pelaksanaan Siklus I..……………………...39 2. Diskripsi Pelaksanaan Siklus II………………………43 3. Diskripsi Pelaksanaan Siklus III……………………..47
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penilaian Persiklus…………………………….52 1. Siklus I……………………………………………….52 2. Siklus II………………………………………………55 3. Siklus III……………………………………………...59 B. Pembahasan…………………………………………………..63 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa……………………...63 2. Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran……………..63
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………..64 B. Saran…………………………………………………………64
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...65 LAMPIRAN-LAMPIRAN: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran……………………………………..67 2. Gambar Siklus I, II dan II 3. Gambar Sruktur Organisasi 4. Riwayat Hidup Penulis…………………………………………………..83
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel Model Penelitian…………………………………………………..35 2. Tabel Pelaksanaan Penelitian Siklus I…………………………………....41 3. Tabel Pelaksanaan Penelitian Siklus II…………………………………..45 4. Tabel Pelaksanaan Penelitian Siklus III………………………………….49 5. Tabel Hasil Penelitian Silkus I…………………………………………...53 6. Tabel Hasil Penelitian Siklus II…………………………………………..56 7. Tabel Hasil Penelitian Siklus III…………………………………………60
xi
1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rumusan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peseta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepeda Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Potensi dasar yang harus digali dan dikembangkan dalam rumusan UU No.20 tahun 2003 tersebut, menurut Muhammad Arifin dalam Nurdin (2010: 37) disebut dengan propotensi reflexes (kemampuan dasar yang secara otomatis dapat berkembang). Dalam terminology Islam disebut dengan fitrah. Konsep tentang fitrah manusia sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Rum: 30
َ ﻟَﺎ ﺗَﺒْﺪِﯾْﻞ. ﻓِﻄْﺮَتَ اﷲِ اﻟﱠﺘِﻲْ ﻓَﻄَﺮَ اﻟﻨﱠﺎ سَ ﻋَﻠَﯿْﮭَﺎ.ﻓَﺎَ ِﻗﻢْ وَﺟْﮭَﻚَ ﻟِﻠﺪﱢﯾْﻦِ ﺣَﻨِﯿْﻔًﺎ .َ وَﻟﻜِﻦﱠ اَﻛْﺜَﺮَ اﻟﻨﱠﺎسِ ﻟَﺎ ﯾَﻌْﻠَﻤُﻮْن.ُ ذﻟِﻚَ اﻟﺪﱢﯾْﻦُ اﻟْﻘَﯿﱢﻢ.ِﻟِﺨَ ْﻠﻖِ اﷲ
2
Artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Berdasarkan tarjamah ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa fitrah manusia adalah potensi dasar manusia yang memiliki sifat kebaikan dan kesucian untuk menerima rangsangan (pengaruh) dari luar menuju kesempurnaan dan kebenaran. (Nurdin: 2010) Selain potensi dasar (fitrah) manusia, dalam rumusan UU No.20 tahun 2003 tersebut, juga terdapat ciri manusia yang berkualitas yaitu mereka yang tangguh iman dan taqwanya serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian usaha integrasi Pendidikan Islam kedalam pendidikan nasional mendapatkan dasar hukum yang kuat, sekaligus menunjukkan pengakuan bangsa terhadap sumbangan besar pendidikan Islam dalam upaya mendidik dan mencerdaskan bangsa. Namun hal ini merupakan tantangan yang memerlukan respon positif dari para pemikir dan pengelola pendidikan Islam untuk lebih meningkatkan kualitasnya, baik dalam menghadapi semakin tingginya tuntutan terhadap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun perlunya pemantapan penghayatan dan pengamalan ajaran agama. Oleh karena itu pembaharuan dalam pendidikan harus dilakukan. (Azra dalam Muhaimin: 2004).
3
Untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut guru harus selalu proaktif dan responsif terhadap semua fenomena-fenomena yang dijumpai di kelas. Sejalan dengan pernyataan di atas, saat ini upaya perbaikan pendidikan dilakukan dengan pendekatan kons-struktivis. Oleh karena itu guru tidak hanya sebagai penerima pembaharuan pendidikan, namun ikut bertanggung jawab dan ber-peran aktif
dalam
melakukan
pembaruan
pendidikan
serta
mengem-bangkan
pengetahuan dan keterampilannya melalui penelitian tindakan dalam pengelolaan pembelajaran di kelasnya. Secara mikro (praksis pembelajaran) perlu ditemukan cara terbaik untuk menyampaikan konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep-konsep tersebut sebagai suatu kompetensi yang berguna. Di samping itu, guru dituntut kemampuannya
untuk
berkomunikasi
secara
efektif
dengan
siswanya.
Konsekuensi logis dari tuntutan profesionalitas ini adalah kemampuan menemukan pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat, sesuai dengan kekhasan mata pelajaran tertentu. Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang diwajibkan untuk kurikulum dijenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikn tinggi, sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sisdiknas tersebut. Dengan demikian, pembelajaran PAI tidak bisa dianggap remeh karena merupakan mata pelajaran yang
4
diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran PAI harus terus ditingkatkan. Selama ini pendidikan di SD N 1 Kalinanas, khususnya mata pelajaran PAI di kelas 5 hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta, walaupun banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterima, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam substansi materinya. Dampaknya sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan. Mereka sangat perlu untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat tinggal dan masyarakat pada umumnya dimana mereka akan hidup. Siswa memiliki kesulitan memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai pengetahuan utama. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa adalah pendekatan kontekstual (CTL). Pendekatan kontekstual atau Contextual Teacing and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. (Muslich: 2008).
5
Melalui pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari itu sangat berguna bagi kehidupannya, sehingga akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha menggapainya. B. RUMUSAN MASALAH Apakah dengan menerapkan Pendekatan Kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar PAI pada siswa kelas V SDN 1 Kalinanas Kec.Wonosegoro Kab.Boyolali tahun 2011? C. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui efektifitas Pendekatan Kontekstual dalam meningkatkan prestasi belajar PAI pada siswa kelas V SDN 1 Kalinanas Kec.Wonosegoro Kab.Boyolali. D. HIPOTESIS TINDAKAN Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar PAI E. MANFAAT PENELITIAN 1. Hasil temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang penerapan pendekatan kontekstual pada pelajaran PAI.
6
2. Sebagai salah satu strategi atau upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada matapelajaran PAI. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 4. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis. 5. Sebagai sumbangan pemikiran mengembangkan proses kegiatan belajar mengajar di Sekolah. F. DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak terjadi salah persepsi tentang judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Meningkatkan prestasi belajar Prestasi belajar adalah suatu rangkaian pengertian yang terdiri dari dua rangkaian kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti “hasil usaha”. Sedangkan menurut W.J.S. Poerdaminto prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan seterusnya.
7
Kata perstasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pengajaran. Bahwa yang dimaksud prestasi adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan dalam suatu hal. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masingmasing, sebagaimana yang telah dijelaskan Drs. Zaenal Arifin (1990: 02) Dalam penelitian ini, prestasi belajar adalah sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam. (Achmadi: 1992). Dalam penelitian ini, Pendidikan Agama Islam adalah merupakan suatu matapelajaran yang ada dan menjadi kurikulum di SDN 1 Kalinanas Wonosegoro Boyolali.
8
3. Pendekatan Kontekstual (CTL) Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong
siswa
membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinyadengan penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari (Muslichs: 2008). Dalam penelitian ini Pendekatan Kontekstual (CTL) adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran PAI. G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan oleh peneliti atas dasar kesadaran untuk meningkatkan kinerja, oleh karena itu penelitian ini dilakukan atas dasar kerelaan. Ciri terpenting dari penelitian tindakan adalah bahwa penelitian tersebut merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah, sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. (Arikunto: 2010) Dari ciri tersebut menurut Arikunto penelitian tindakan dapat dilakukan dengan tujuan, setting dan lokasinya sekaligus tertuang dalam namanya, antara lain:
9
1. Penelitian tindakan partisipatori (participatory action research) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menekankan keterlibatan masyarakat agar merasa ikut serta memiliki program kegiatan tersebut serta berniat ikut aktif memecahkan masalah berbasis masyarakat. 2. Penelitian tindakan kritis (critical action research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menekankan adanya niat yang tinggi untuk bertindak memecahkan masalah dan menyempurnakan situasi. 3. Penelitian Tindakan kelas (classroom actiaon research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan penyampurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. 4. Penelitian tindakan institusi (institutional action research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh pihak pengelola sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan untuk meningkatkan kinerja, proses, dan produktivitas lembaga. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab penelitian ini menggambarkan bagaimana suatu bentuk teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai.
10
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto: 2010). Penelitian tindakan kelas ini berupaya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas, khususnya pada matapelajaran PAI pada siswa kelas V SDN 1 Kalinanas Wonosegoro Boyolali. Dalam penelitian ini, guru dalam waktu yang sama juga sebagai peneliti, sehingga guru terlibat langsung dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil. 2. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Kalinanas Wonosegoro Boyolali tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 15 siswa, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan, sebagaimana digambarkan dalam lampiran. 3. Laangkah-langkah PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) mengamati (observasi), dan (4) merefleksi. Tindakan penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus sebab setelah dilakukan refleksi yang meliputi analisis dan penilaian terhadap proses
11
tindakan, akan muncul permasalahan atau pemikiran baru sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang, pengamatan ulang, tindakan ulang serta dilakukan refleksi ulang. Siklus ke-1 bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep materi dalam pmbelajaran PAI, yang kemudian digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan tindakan pada siklus ke-2. Sedangkan siklus ke-2 dilakukan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep materi dalam pmbelajaran PAI setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus ke-2, yang dilanjutkan dengan siklus ke-3. Kesimpulan diambil atas dasar perubahan hasil tes antara siklus ke-1 ke siklus berikutnya. Dari perubahan hasil tes, jika menunjukkan kenaikan positif secara signifikan berarti terjadi peningkatan hasil pembelajaran. Tetapi jika sebaliknya, maka perlu refleksi dan perbaikan pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan antara siklus selanjutnya. Sedangkan perubahan hasil non tes baik dari observasi, wawancara maupun jurnal, diungkap apa adanya sesuai hasil yang telah terkumpul sebagai perbandingan antara siklus ke-1 dengan siklus berikutnya. 4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan instrument tes formatif. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat
12
kemampun pembelajaran konsep materi sesaat setelah proses pembelajaran PAI dilaksanakan pada kelas V SDN 1 Kalinanas Wonosegoro Boyolali tahun ajaran 2011/2012. Pada setiap siklus guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan konsep materi dalam pembelajaran PAI. 5. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini ada tiga yaitu: observasi, wawancara, dan jurnal. Observasi digunakan untuk mengetahui tentang respon dan sikap siswa terhadap pemahaman konsep materi dalam pmbelajaran PAI, respon dan sikap siswa terhadap pendekatan kontekstual (CTL), dan siswa yang menunjukkan gejala khusus dalam penerapan pendekatan kontekstual (CTL). Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan dan sikap siswa dalam pelaksanaan pendekatan kontekstual (CTL), penyebab siswa kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan motivasi yang menjadikan siswa bersemangat mengikuti proses pendekatan kontekstual (CTL). Jurnal digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul dan tercatat atau terekam pada saat penerapan pendekatan kontekstual (CTL) baik yang bersifat maju maupun mundur untuk mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya.
13
6. Analisis Data Teknik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini adalah teknik deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut: a. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata untuk menemukan tingkat pemahaman konsep ibadah puasa para siswa dalam pembelajaran PAI. Nilai persentase dihitung dengan ketentuan sebagai berikut: NK NP = ------ x 100% R Keterangan: NP = Nilai persentase NK = Nilai komulatif R = Jumlah responden b. Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara dan jurnal diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis. Data kuantitatif dan kualitatif ini kemudian dikaitkan sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan penerapan pendekatan kontekstual (CTL), yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman konsep materi dalam pembelajaran PAI secara klasikal, dan peningkatan prestasi siswa.
14
BAB II TELAAH TEORITIK A. PRETASI BELAJAR 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah suatu rangkaian pengertian yang terdiri dari dua rangkaian kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Kata perstasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiata, antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pengajaran. Bahwa yang dimaksud prestasi adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan dalam suatu hal. Prestasi adalah kata yang identik dengan hasil yang berarti sesuatu yang telah dicapai atau sesuatu yang telah dilakukan. Prestasi adalah: Sesuatu yang diadakan atau dibuat oleh usaha atau kegiatan yang mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud (W.J.S. Poerwadarminta, 1976: 348). Belajar adalah proses transfer yang ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, tingkah laku dan kemampuan seseorang yang relatif sebagai
15
hasil dari latihan dan pengalaman yang terjadi melalui aktivitas mental yang bersifat aktif, konstruktif, komulatif dan berorientasi pada tujuan (Mu’ti, 1998: 94). Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,
pemahaman,
tingkahlaku,
kecakapan,
keterampilan dan
kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar (Ahmadi & Amri: 2011). Menurut W.J.S. Poerdaminto prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan seterusnya. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masingmasing, sebagaimana yang telah dijelaskan Drs. Zaenal Arifin (1990: 02). Dari berbagai uraian pengertian tersebut diatas, dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran.
16
B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam
meyakini,
memahami,
menghayati dan mengamalkan agama
Islammelalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 1994). Menurut Achmadi (1992: 103) pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar lebuh mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran islam. Sedangkan yang dimaksut dengan Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah mata pelajaran yang wajib diberikian pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar, sebagaimana yang diamanatkan dalam UndangUndang No.20 tahun 2003: “Bahwa peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
17
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pandidikan agama Islam berintikan tiga aspek yaitu iman, ilmu dan amal. Seluruh rangkaian pendidikan Islam termasuk pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk manusia beriman dan taqwa kepada Allah SWT. Dengan iman dan taqwa tersebut, manusia mampu melihat dirinya dan segala kejadian di dunia ini termasuk perkembangan masyarakatnya di bawah cahaya Tuhan (Nur Ilahi), sehingga tidak hanyut dalam pengejaran kebendaan (materialisme) yang berlebihan (Achmadi, 1992: 104). Setiap muslim wajib mengimani, meyakini kesempurnaan dan kemutlakan kebenaran Islam sebagai satu system hidup, satu kebulatan ajaran yang universal dan eternal. Konsekuensinya setiap muslim harus mengilmui (mengkaji) Islam. Oleh karena itu aspek ilmu yang dimaksud sebagai tujuan pendidikan agama Islam ialah memberikan pengertian, pemahaman yang sedalamdalamnya dan seluas-luasnya tentang ajaran Islam yang secara garis besar meliputiaqidah, syari’ah dan akhlaqul-Islami. Karena amal merupakan perwujudan dari iman dan ilmunya, maka dengan amalnya seseorang dapat diukur seberapa jauh keberhasilan pendidikan agama yang telah dicapainya. Dengan demikian, evaluasi pendidikan agama Islam mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik menjadi sangat penting untuk dilaksanakan.
18
Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar yaitu memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang agama Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga Negara serta untuk mengikuti pendidikan pada tingkat satuan pendidikan berikutnya. 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam di Sekolah berfungsi : 1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. 2. Penyaluran, yaitu menyalurkan siswa yang memiliki bakat khusus dibidan agama, agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain. 3. Perbaikan, kekurangan
yaitu dan
memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
kelemahan-kelemahan
siswa
dalam
kekurangankeyakinan,
pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan seharihari.
19
4. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negative dari lingkungannya atau dari budaya asing yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 5. Penyesuaian, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. 6. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 7. Pengajaran,
yaitu
menyampaikan
pengetahuan
keagamaan
yang
fungsional. C. PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL) 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual (CTL) Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa
menguatkan,
memperluas
dan
menerapkan
pengetahuan
dan
keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan (Widyaningrum, 2005: 3). Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa
20
membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (US Departement of Education: dalam Muslich: 2008). Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar (Nurhadi dalam Muslich: 2008). Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Pendekatan ini selaras dengan konsep KBK yang sedang diberlakukan saat ini. Kehadiran KBK juga dilandasi oleh pemikiran bahwa berbagai kompetensi
akan
terbangun
secara
mantab
dan
maksimal
apabila
pembelajaran dilakukan secara kontekstual, yaitu pembelajaran yang didukung situasi dalam kehidupan nyata (Muslich: 2008). Untuk memahami secara lebih mendalam konsep pembelajaran kontekstual, COR (Center for Occupational Research) di Amerika menjabarkannya menjadi 5 konsep bawahan yang disingkat REACT, yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transfering.
Relating adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata. Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan
21
situasi sehari-hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan.
Eksperiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inquiry.
Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar kedalam penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi kedalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan.
Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagai informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi, tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain.
Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan
dan
pengalaman
berdasarkan
konteks
baru
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.
untuk
22
2. Tujuan pendekatan kontekstual (CTL) dalam pembelajaran PAI Pendidikan Agama Islam sebagai rumpun pelajaran mulai tingkat dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi yang serat dengan muatan norma, nilai-nilai dan aktualisasi diri, sudah barang tentu menuntut adanya sejumlah kompetensi yang dimiliki siswa, sesuai dengan kurikulum 2004, kompetensi yang harus dimiliki siswa mencakup tiga hal yaitu: kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Gabungan dari ketiga jenis kompetensi tersebut yang akan melahirkan life skills (keterampilan hidup). Oleh sebab itu, tuntutan penguasaan kompetensi yang komprehensif ini akan berimplikasi pada proses pembelajaran dan penilaian. Dengan mengimplementasikan pendekatan kontekstual (CTL) dalam pembelajaran PAI diharapkan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik baik dalam pemahaman mengenai materi ajaran-ajaran agama yang diperolehnya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk life skills yang berakhlak serta berkepribadian. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centeret daripada teacher centered.
23
Guru harus melaksanakan hal-hal sebagai berkut: 1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa. 2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4. Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau tori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya. Dalam pembelajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan memindahkan/mentransfer (transferring). 1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti kontruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan
24
demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. 2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif. 3. Menerapkan dimaksud siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistic dan relevan. 4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan, sebaliknya siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata. 5. Mentransfer. Disinilah peran guru yang dituntut profesionalismenya untuk membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan memfocuskan pada pemahaman siswa bukan hanya sekedar hapalan. Menurut Blanchard (dalam Muslich: 2008) ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks. 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan
25
temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian otentik. 3. Komponen-komponen CTL Untuk penerapannya, pendekatan kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama yaitu: 1. Konstruktivisme (Constructivism). Merupakan landasan berpikir CTL yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya. 2. Menemukan (Inquiry). Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan ini merupakan sebuah siklus yang terdiri dari obserfasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan. 3. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang diawali dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya ini berguna untuk: 1) menggali informasi,
26
2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “sharing” antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. 5. Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar. 6. Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berfikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran , guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
27
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessement). Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil. 4. Strategi pembelajaran kontekstual 1. Pembelajaran berbasis masalah Sebelum memulai proses KBM di dalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena
kemudian mencatat
masalah-masalah yang muncul, kemudian tugas guru adalah merangsang siswa untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada, mengarahkan
siswa
untuk
bertanya,
membuktikan
asumsi,
dan
mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka. 2. Memenfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru
memberikan
penugasan
yang
dapat
dilakukan
diberbagai
kontekslingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga dan lingkungan. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar kelas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa
28
yang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran. 3. Memberikan aktivitas kelompok Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. 4. Membuat aktivitas belajar mandiri Peserta didik mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan
sedikit
atau
bahkan
tanpa
bantuan
guru.
Agar
dapat
melakukannya, siswa harus lebih memerhatikan bagaimana mereka memproses informasi , menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan
pengetahuan
yang
mereka
peroleh.
Pengalaman
pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji coba terlebih dahulu, menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi, serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning) 5. Membuat aktivitas belajar kerjasama dengan masyarakat Sekolah dapat melakukan kerjasama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu
29
dilakukan guna meberikan pengalaman belajar secara langsung, dimana siswa dapat termotifasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerjasama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja, misalnya meminta siswa untuk magang ditempat kerja. 6. Menerapkan penilaian autentik Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (dalam Muslih: 2008), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi para siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru, yaitu portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Portofolio merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan siswa dalam konteks belajar
di
kehidupan sehari-hari.
Siswa
diharapkan untuk
mengerjakan tugas tersebut lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar. Selain itu, portofolio juga memberikan kesempatan yang lebih luas untuk berkembang serta memotivasi siswa. Penilaian ini tidak perlu penilaian angka, melainkan melihat pada proses siswa sebagai pembelajar
30
aktif. Sebagai contoh, siswa diminta untuk melakukan survey mengenai bacaan niat puasa Ramadhan, do’a buka puasa, syarat sah puasa, rukun puasa dan hal-hal yang membatalkan puasa di lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat setempat dimana siswa tinggal. Tugas
kelompok
dalam
pembelajaran
kontekstual
berbentuk
pengerjaan proyek. Kegiatan ini merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Isi dari konteks akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata sehingga tugas ini dapat meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai contoh siswa diminta membentuk kelompok untuk mewawancarai tokoh agama atau ustadz setempat mengenai ibadah-ibadah yang dilaksanakan pada bulan ramadhan Dalam penilaian melalui demonstrasi, siswa diminta menampilkan hasil penugasan kepada orang lain mengenai hasil kompetensi yang telah mereka kuasa. Para penonton/pendengar (dalam hal ini guru dan siswa lain pada saat bukan giliran estafet) dapat memberikan evaluasi pertunjukan siswa. Sebagai contoh siswa diminta mendemonstrasikan satu persatu secara estafet membaca Q.S Al-Lahab. Bentuk penilaian yang terakhir adalah laporan tertulis. Bentuk laporan tertulis dapat berupa surat, petunjuk pelatihan teknis, brosur, esai penelitian,
31
esai singkat. Siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan berfikir yang lebih tinggi agar dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, siswa diberi tugas untuk bertanya atau mewawancarai kiyai atau ustadz setempat mengenai bacaan dan gerekan shalat tarawih, guru memberikan petunjuk teknis wawancara, kemudian hasil dari wawancara tersebut ditulis oleh siswa sebagai laporan hasil wawancara. John A. Zahorik (dalam Muslich: 2008) mencatat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, antara lain: 1. Pengaktifan pengatahuan yang sudah ada (activating knowledge) 2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, baru kemudian memerhatikan detailnya. 3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (a) konsep sementara (hipotesis), (b) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi), dan atas dasar tanggapan itu (c) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. 4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (appliying knowledge). 5. Melakukan
refleksi
(reflecting
pengembangan pengetahuan tersebut.
knowledge)
terhadap
strategi
32
Berdasarkan uraian tentang pendekatan kontekstual (CTL) tersebut diatas, penulis berpendapat bahwa dalam pembelajaran PAI, dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) sangatlah tepat dan sesuai dengan karakteristik PAI yang serat dengan muatan norma-norma, nilai-nilai, dan aktualisasi diri dalam kehidupan sehari-hari. CTL, dengan penekanan pada belajar melakukan, menyediakan sebuah jalan menuju keunggulan akademik yang dapat diikuti oleh semua siswa. Menggunakan CTL berarti memberi para siswa kesempatan untuk menemukan makna dan arti diri dalam pelajaran akademik dengan benarbenar mengaitkan pelajaran yang diperoleh dari sekolah dengan kehidupan sehari-hari. Siswa boleh membangun keterkaitan dengan berbagai cara. Inti dari keterkaitan tersebut adalah untuk menarik minat dan sekaligus menantang para siswa agar mereka melihat makna dalam pelajaran, sehingga mereka termotivasi untuk mencapai tujuan akademik yang tiggi. CTL tidak mengajak untuk mengesampingkan cara-cara pengajaran yang lain. CTL ditawarkan sebagai sebuah pendekatan yang holistic terhadap pendidikan yang dapat digunakan oleh semua siswa, baik yang berbakat maupun yang mengalami kesulitan belajar. CTL memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengembangkan pengetahuan, harapan, bakat mereka dan, mengetahui informasi terbaru, serta menjadi sebuah anggota masyarakat demokrasi yang cakap dan terampil.
33
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. SETTING PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) atau penelitian operasional, yaitu suatu penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran tertentu dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat atau kelompok sasaran tersebut. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab penelitian ini menggambarkan bagaimana suatu teknik dalam pembelajaran diterapkan serta bagaimana mengupayakan hasil yang diinginkan dapat dicapai. 1. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian a. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN 1 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. b. Waktu Penelitian Waktu Penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus tahun 2011.
34
c. Subyek Penelitian Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SDN 1 Kalinanas Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali tahun 2011. 2. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010: 130) Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka dalam penelitian ini menggunakan model dari Kurt Lewin yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Kurt Lewin dalam Arikunto (2010: 131) penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: 1). Perencanaan atau planning, 2). Tindakan atau acting, 3). Pengamatan atau observing, dan 4). Refleksi atau reflecting. Empat komponen tersebut diatas kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Tanggart, mereka memendang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua komponen yang ke-2 dan ke-3 yaitu tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi (reflecting), dari terselesaikannya refleksi lalu disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan
35
dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seterusnya (seperti bentuk sepiral). Jangka waktu untuk suatu siklus dan langkah-langkah dalam suatu siklus sangat tergantung konteks dan setting permasalahan, bisa jadi dalam hitungan hari atau minggu, tetapi dapat juga dalam hitungan semester atau bahkan tahunan. Arikunto (2010: 131) Adapun model penelitian tindakan dari kedua ahli tersebut, yaitu Kemmis dan Mc Taggart yang menggambarkan adanya empat langkah dan pengulangannya (seperti spiral) disajikan dalam bagan berikut ini:
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
36
?
Adapun penjelasan bagan tersebut dalam penelitian ini adalah: 1. Perencanaan, sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan penelitian, dan membuat rencana tindakan termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan yang mengenakan tindakan di kelas, yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa tentang puasa serta mengamati hasil atau dampak diterapkannya pendekatan kontekstual (CTL). 3. Refleksi, peneliti bersama-sama subjek peneliti (dalam hal ini adalah siswa yang diajar) mendiskusikan dampak implementasi rancangan tindakan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat (dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh guru wali kelas), baik siswa maupun pengamat diperkenenkan mengemukakan pendapat
tentang apa yang dialami dalam penelitian ini
diharapkan adanya kemungkinan usul penyempurnaan pada bagian mana yang dirasa belum berjalan dengan baik.
37
4. Perencanaan, rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi tersebut untuk melaksanakan pada siklus berikutnya. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Rancanga Persiapan Pembelajaran (RPP). Merupakan pedoman peneliti dalam mengajar dan disusun untuk tiap-tiap silkus. RPP berisi kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran serta kegiatan belajar mengajar. 2. Tes Formatif. Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang aqkan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman siswa tentang ibadah pada pokok bahasan puasa. 4. Kriteria Penilaian Untuk mempermudah evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa, maka perlu dirumuskan criteria penilaian sebagai berikut: 1. Kategori Istimewa 2. Kategori Sangat Baik 3. Kategori Baik 4. Kategori Cukup 5. Kategori Kurang
38
Prosentase dan jumlah kategori 1, 2 dan 3 menunjukkan tingkat keberhasilan pembelajaran. Kriteria ini diberikan dengan pertimbangan bahwa pelaksanaan memahami pengertian puasa dan ketentuan-ketentuan puasa Ramadhan, serta praktek amalan-amalan ibadah puasa pada bulan Ramadhan yang baik dan benar bagi siswa merupakan pekerjaan yang tidak mudah untuk dicapai kesempurnaannya. Pengelolaan hasil penilaian pada ahir satuan pelajaran (tes formatif) ini mempergunakan pendekatan ukuran mutlak yaitu persentase yang mutlak dikuasai/dikerjakan masing-masing peserta didik. Hasil pengolahan inikita tafsirkan sesuai dengan fungsinya sebagai berikut: 1. Apabila hasil yang dicapai seorang peserta didik dalam keseluruhan soal-soal tes itu 75% atau lebih, maka peserta didik tersebut dianggap telah berhasil, telah menguasai bahan pelajaran dalam satuan pelajaran tersebut. Dan apabila demikian halnya, maka peserta didik tadi berarti “siap” untuk menerima satuan bahasan berikutnya. 2. Apabila hasil yang dicapai seorang peserta didik kurang dari 75%, maka peserta didik tersebut boleh mengikuti satuan pelajaran berikutnya, tetapi dengan syarat bahwa dia harus tetap harus berusaha untuk mempelajari kembali satuan pelajaran yang kurang memuaskan tersebut. Dalam hal ini, peserta didik yang demikian harus mendapatkan bantuan khusus dari guru, terutama pada bagian-
39
bagian materi yang berhubungan dengan kesulitan yang dialami peserta didik tersebut (tentunya dengan mempertimbangkan waktu yang tersedia. Dari penafsiran diatas terhadap hasil penilaian formatif, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa penilaian secara tes formatif sangat penting dalam usaha memperbaiki atau menyempurnakan hasil proses belajar mengajar. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut : NK NP = ------ x 100% R
Keterangan: NP = Nilai persentase NK = Nilai komulatif R = Jumlah responden B. PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Diskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Rencana Awal
40
Perencanaan dimulai dengan mempersiapkan materi dengan pokok bahasan puasa, sub pokok bahasan pengertian puasa, ketentuan puasa Ramadhan, cara melakukan puasa Ramadhan dan hikmah puasa. Adapun materi pelajaran berupa pengertian puasa serta ketentuan-ketentuan puasa Ramadhan. Ternyata siswa saya mengalami kesulitan dalam memahami materi yang berkaitan dengan pengertian puasa, kemudian sebagai guru saya berusaha untuk memperbaiki strategi dalam proses kegiatan belajar mengajaryakni dengan mengimplementasikan pendekatan kontekstual (CTL). 2. Pelaksanaan a. Guru mengucapkan salam b. Guru melakukan apersepsi c. Guru menerangkan materi pelajaran mengenai pokok bahasan puasa. Waktu yang dipergunakan untuk menerangkan materi ini selama 20 menit. d. Kemudian guru bertanya kepada siswa dan mereka menjawab pertanyaan dari guru. Waktu yang dipergunakan untuk Tanya jawab materi selama 10 menit. e. Selanjutnya guru memberikan penjelasan tentang materi yang ditanyakan kepada siswa. Waktu yang digunakan untuk menjelaskan selama 10 menit. Setelah itu guru memberikan tugas secara individu selama 35 menit. Selain itu guru memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya dirumah.
41
3. Pengamatan/Pengumpulan Data Selama pembelajaran langsung dilakukan observsi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar pada proses pembelajaran PAI pokok bahasan puasa. Pada pembelajaran ini siswa yang masuk sebanyak 15 siswa. Guru mengamati kebanyakan siswa yang duduk di belakang tidak memperhatikan dan berbicara dengan teman sebangkunya. Ketika ditanya tentang syarat wajib puasa kebanyakan siswa yang duduk di belakang tidak tahu dan tidak paham, sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan. Suasana kelas tampak gaduh dan sulit dikendalikan. Hasil observasi pada pertemuan I dapat diketahui pada table di bawah ini:
Tabel Hasil Kegiatan Belajar Mengajar Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL)
Nama Sekolah
: SD N 1 Kalinanas
Pokok Bahasan
: Puasa
Kelas/Semester
: V/1
Hari/Tanggal
: 19 Juli 2011
42
No
Nama
Skore
Nilai
1
Riyanti
10
67
2
Rondiyah Mulyani
10
67
3
Isrofan Faitul Anam
7
47
4
Tri Nuryanti
13
87
5
Anggi Maulana Putra
12
80
6
Wiko Nikender
12
80
7
Putri Muna Nafiah
12
80
8
Dwi Inggit Zilfani
10
93
9
Annisa Mahardika
14
67
10
Elisa Diyah Pasha
13
93
11
Ari Bambang Widiyanto
7
87
12
Arya Bagus Pradiyan
14
47
13
Andrian Riski B
9
93
14
Gunawan Suprihatin
8
53
15
Muhammad Fiqih
13
87
Jumlah/rata-rata
1095/73
Keterangan:
Nilai = Jumlah perolehan skor/Jumlah skor x 100
Tabel Observasi Siklus I Skor No
Komponen 1
2
3
4
5
43
1
Guru a. Persiapan Mengajar
v
b. Apersepsi
v
c. Memotivasi Siswa
v
d. Pengelolaan Kelas
v
e. Mengaktivkan siswa
v
f. Penguasaan Materi
v
g. Penggunaan Metode
v
h. Penyampaian Materi
v
i. Pengelolaan Waktu
v
j. Merespon Pertanyaan
v
k. Memberi Penguatan
v
l. Evaluasi
v
m. Performent 2
v
Siswa a. Kehadiran
v
b. Keaktifan
v
c. Perhatian
v
d. Pemahaman Materi e. Mengerjakan Soal
v v
f. Memecahkan Masalah
v
g. Menyimpulkan Isi Pembelajaran
v
44
h. Sikap
v
Keterangan skor: 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Istimewa Kategori Sangat Baik Kategori Baik Kategori Cukup Kategori Kurang
Berdasarkan Tabel di atas jumlah nilai observasi kegiatan guru dan siswa masih kurang memuaskan, menurut kategori tingkat keaktifan siswa, berarti dalam mengikuti pelajaran siswa kurang aktif. 4. Refleksi Hasil belajar siklus I ini blum menunjukkan hasil yang memuaskan, nilai rata-rata hasil kegiatan siswa belum memuaskan dan sebagian siswa belum aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan maupun mengemukakan pendapat selama pembelajaran di kelas berlangsung. Ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, siswa terlihat sibuk sendiri, suasana kelas tampak gaduh dan sulit dikendalikan. Maka dapat dketahui bahwa pembelajaran pada siklus I belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PAI pokok bahasan puasa. Maka pada siklus II peneliti menugaskan siswa mempelajari materi puasa sub pokok bahasan mengenal ibadah bulan Ramadhan. Guru menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran tersebut. 2. Diskripsi Pelaksanaan Siklus II 1. Rencana yang direvisi
45
Perencanaan di mulai dengan membentuk kelompok diskusi. Siswa yang berjumlah 15 siswa dibagi menjadi 3 kelompok sehingga masing-masing kelompok berjumlah 5 siswa. Materi pelajaran yang diajarkan pada siklus II ini masih Ibadah pokok bahasan Puasa, yaitu mengenal Ibadah pada bulan Ramadhan dan melaksanakan Tadarus Al-Qur’an. Proses pembelajaran Ibadah pokok bahasan puasa ini menggunakan pendekatan kontekstual yang diterapkan oleh guru secara langsung dalam pembelajaran di kelas. Guru bersama siswa kemudian meminta setiap kelompok untuk mendemonstrasikannya. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus II dapat diuraikan sebagai berikut: a. Guru
mengawali
pembelajaran
dengan
mengucapkan
salam
dan
menanyakan jumlah siswa yang hadir. b. Guru melaksanakan apersepsi. c. Guru membagi siswa dalam kelompok diskusi, kemudian memberi tugas yang berkaitan dengan tadarus Al-Qur’an, waktu yang digunakan untuk berdiskusi selama 10 menit. d. Guru memberi tugas kepada siswa untuk mempresentasikan di depan kelas hal-hal yang berkaitan dengan tadarus Al-Qur’an, waktu untuk presentasi adalah 3 menit untuk masing-masing kelompok.
46
e. Pada saat presentasi guru memberi kesempatan pada siswa yang lain untuk bertanya maupun mengutarakan pendapatnya terhadap hasil presentasi yang telah disampaikan temannya, masing-masing kelompok dengan waktu 7 menit. f.
Guru menindaklanjuti pembelajaran itu dengan menerangkan materi pelajaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan tadarus Al-Qur’an, waktu yang digunakan selama 10 menit.
g. Guru bersama-sama siswa mendemonstrasikan tadarus Al-Qur’an secara estafet selama 10 menit. h. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pembelajaran entang tadarus Al-Qur’an. i.
Guru memberikan tugas secara individu selama 15 menit
j.
Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
3. Pengamatan/Pengumpulan Data Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajara PAI. Pada pembelajaran ini siswa yang masuk sebanyak 15 siswa. Guru mengamati, ternyata pada setiap kelompok masih didapati siswa yang kurang memperhatikan pelajaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tadarus Al-Qur’an, dan masih berbicara dengan teman didekatnya tentang hal-
47
hal yang tidak berkaitan dengan maeri pmbelajaran. Melalui serangkaian pertanyaan yang disampaikan kepada siswa, sebagian diantaranya belum memahami dan bahkan tidak tau apa yang di diskusikan dalam kelompoknya. Hasil observasi pada pertemuan ke-2 ini dapat dilihat pada table berikut: Tabel Hasil Kegiatan Belajar Mengajar Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL)
Nama Sekolah
: SD N 1 Kalinanas
Pokok Bahasan
: Puasa
Kelas/Semester
: V/1
Hari/Tanggal
: 02 Agustus 2011
No
Nama
Skore
Nilai
1
Riyanti
12
80
2
Rondiyah Mulyani
13
87
3
Isrofan Faitul Anam
7
47
4
Tri Nuryanti
14
93
5
Anggi Maulana Putra
12
80
6
Wiko Nikender
13
87
7
Putri Muna Nafiah
12
80
8
Dwi Inggit Zilfani
9
60
9
Annisa Mahardika
15
100
48
10
Elisa Diyah Pasha
13
87
11
Ari Bambang Widiyanto
10
67
12
Arya Bagus Pradiyan
15
100
13
Andrian Riski B
10
67
14
Gunawan Suprihatin
9
60
15
Muhammad Fiqih
14
93
Jumlah/rata-rata
1188/79
Keterangan:
Nilai = Jumlah perolehan skor/Jumlah skor x 100
Tabel Observasi Siklus II Skor No
Komponen 1
1
2
3
Guru a. Persiapan Mengajar
v
b. Apersepsi
v
c. Memotivasi Siswa
v
d. Pengelolaan Kelas
v
e. Mengaktivkan siswa
v
f. Penguasaan Materi
v
g. Penggunaan Metode
v
h. Penyampaian Materi
v
i. Pengelolaan Waktu
v
4
5
49
j. Merespon Pertanyaan
v
k. Memberi Penguatan
v
l. Evaluasi
v
m. Performent 2
v
Siswa a. Kehadiran
v
b. Keaktifan
v
c. Perhatian
v
d. Pemahaman Materi e. Mengerjakan Soal
v v
f. Memecahkan Masalah
v
g. Menyimpulkan Isi Pembelajaran
v
h. Sikap
v
Keterangan skor: 6. 7. 8. 9. 10.
Kategori Istimewa Kategori Sangat Baik Kategori Baik Kategori Cukup Kategori Kurang
Berdasarkan Tabel di atas jumlah nilai observasi kegiatan siswa belum memuaskan menurut kategori tingkat keaktifan siswa, berarti dalam mengikuti pelajaran siswa masih kurang aktif, karena anggota kelompok masih terlalu banyak dan siswa belum terbiasa diskusi. Maka pada pertemuan selanjutnya peneliti yang sekaligus sebagai
50
guru menyimpulkan bahwa perlu diadakan siklus selanjutnya. Pada silkus III peneliti akan melanjutkan penerapan pendekatan kontekstual pada proses pembelajaran PAI 4. Refleksi Hasil belajar siklus II ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan, nilai rata-rata hasil kegiatan siswa belum memuaskan dan sebagian siswa belum aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan maupun mengemukakan pendapat selama pembelajaran di kelas berlangsung. Ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, siswa terlihat sibuk sendiri, suasana kelas tampak gaduh dan sulit dikendalikan. Maka dapat dketahui bahwa pembelajaran pada siklus I belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran PAI pokok bahasan puasa. Maka pada siklus II peneliti menugaskan siswa mempelajari materi puasa sub pokok bahasan mengenal ibadah bulan Ramadhan. Guru menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran tersebut. 3. Diskripsi Pelaksanaan Siklus III 1. Rencana yang direvisi Pembelajaran pada siklus ke III ini diawali dengan pembentukan kelompok dengan mengadakan perubahan anggota kelompok yang semula 3 kelompok masing-masing kelompok berjumlah 5 siswa sekarang menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok berjumlah 3 siswa.
51
Materi pelajaran yang diajarkan pada siklus III ini masih tentang Ibadah pokok bahasan Puasa, yaitu Mengenal Amalan Ibadah bulan Ramadhan melaksanakan Shalat Tarawih. Proses pembelajaran Ibadah pokok bahasan puasa ini menggunakan pendekatan kontekstual yang diterapkan oleh guru secara langsung dalam pembelajaran di kelas. Guru bersama siswa mengadakan kesepakatan untuk melaksanakan buka puasa dan Shalat Tarawih bersama-sama di Sekolahan. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus III dapat diuraikan sebagai berikut : a. Guru
mengawali
pembelajaran
dengan
mengucapkan
salam
dan
menanyakan jumlah siswa yang hadir. b. Guru melaksanakan apersepsi . c. Guru membagi siswa dalam kelompok diskusi, kemudian memberi tugas yang berkaitan dengan Shalat Tarawih, waktu yang digunakan untuk berdiskusi selama 10 menit. d. Guru memberi tugas kepada siswa untuk mempresentasikan di depan kelas hal-hal yang berkaitan dengan Shalat Tarawih, waktu untuk presentasi adalah 3 menit untuk masing-masing kelompok. e. Pada saat presentasi guru memberi kesempatan pada siswa yang lain untuk bertanya maupun mengutarakan pendapatnya terhadap hasil presentasi
52
yang telah disampaikan temannya, masing-masing kelompok dengan waktu 7 menit. f.
Guru menindaklanjuti pembelajaran itu dengan menerangkan materi pelajaran tentang hal-hal yang berkaitan dengan Shalat Tarawih, waktu yang digunakan selama 10 menit.
g. Guru besrta staf SD N 1 Kalinanas bersama-sama siswa mendemonstrasikan Do’a dan adab buka puasa, Niat puasa Ramadhan dan Shalat Tarawih diluar jam pelajaran h. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan materi pembelajaran tentang Shalat Tarawih. i.
Guru memberikan tugas secara individu selama 15 menit
j.
Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
3. Pengamatan/Pengumpulan Data Selama pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajara PAI. Pada pembelajaran ini siswa yang masuk sebanyak 15 siswa. Guru mengamati, ternyata siswa sangat antusias dalam mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran, meskipun sebagian kegiatan dilaksanakan diluar jam pembelajaran. Karena siswa mengalami dan mempraktekkannya secara langsung, sehingga siswa mengerti dan
mampu memahami materi
53
pembelajaran. Hasil observasi pada pertemuan ke-3 ini dapat dilihat pada table berikut: Tabel Hasil Kegiatan Belajar Mengajar Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) Nama Sekolah
: SD N 1 Kalinanas
Pokok Bahasan
: Puasa
Kelas/Semester
: V/1
Hari/Tanggal
: 09 Agustus 2011
No
Nama
Skore
Nilai
1
Riyanti
12
80
2
Rondiyah Mulyani
12
80
3
Isrofan Faitul Anam
9
60
4
Tri Nuryanti
15
100
5
Anggi Maulana Putra
13
87
6
Wiko Nikender
13
87
7
Putri Muna Nafiah
12
80
8
Dwi Inggit Zilfani
10
67
9
Annisa Mahardika
15
100
10
Elisa Diyah Pasha
14
93
11
Ari Bambang Widiyanto
10
67
12
Arya Bagus Pradiyan
15
100
54
13
Andrian Riski B
10
67
14
Gunawan Suprihatin
10
67
15
Muhammad Fiqih
13
87
Jumlah/rata-rata
1222/81
Keterangan:
Nilai = Jumlah perolehan skor/Jumlah skor x 100
Tabel Observasi Siklus III Skor No
Komponen 1
1
2
Guru a. Persiapan Mengajar
v
b. Apersepsi
v
c. Memotivasi Siswa
v
d. Pengelolaan Kelas
v
e. Mengaktivkan siswa
v
f. Penguasaan Materi
v
g. Penggunaan Metode
v
h. Penyampaian Materi i. Pengelolaan Waktu
v v
j. Merespon Pertanyaan
v
k. Memberi Penguatan
v
l. Evaluasi
v
3
4
5
55
m. Performent 2
v
Siswa a. Kehadiran
v
b. Keaktifan
v
c. Perhatian
v
d. Pemahaman Materi
v
e. Mengerjakan Soal
v
f. Memecahkan Masalah
v
g. Menyimpulkan Isi Pembelajaran
v
h. Sikap
v
Keterangan skor: 11. Kategori Istimewa 12. Kategori Sangat Baik 13. Kategori Baik 14. Kategori Cukup Kategori Kurang Berdasarkan table diatas, diketahui jumlah nilai observasi kegiatan siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran. 4. Refleksi Hasil dari siklus III dalam pembelajaran PAI pokok bahasan Ibadah Puasa dengan menerapkan pendekatan kontekstual menunjukkan adanya kemajuan pada siswa, bahkan siswa terlihat sangat antusias dalam mengikutu serangkaian
56
kegiatan pembelajaran meskipun ada kegiatan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran. Berdasar pada tindakan yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menerapkan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat dari nilai ulangan kegiatan siswa serta peran aktif siswa dalam mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran.
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penilaian Persiklus 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran 1 soal tes formatif I dan alat alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada 21 Juli 2011 di kelas V SD N 1 Kalinanas dengan jumlah siswa 15. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses kegiatan belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah wali kelas V SD N 1 Kalinanas. Pada akhir proses kegiatan belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
58
Tabel Hasil Evaluasi Belajar Siklus I No
Nama
Skore
Nilai
1
Riyanti
10
67
2
Rondiyah Mulyani
10
67
3
Isrofan Faitul Anam
7
47
4
Tri Nuryanti
13
87
5
Anggi Maulana Putra
12
80
6
Wiko Nikender
12
80
7
Putri Muna Nafiah
12
80
8
Dwi Inggit Zilfani
10
93
9
Annisa Mahardika
14
67
10
Elisa Diyah Pasha
13
93
11
Ari Bambang Widiyanto
7
87
12
Arya Bagus Pradiyan
14
47
13
Andrian Riski B
9
93
14
Gunawan Suprihatin
8
53
15
Muhammad Fiqih
13
87
Jumlah/Rata-rata
Tabel Hasil Observasi Siklus I
1095/73
59
Skor No
Komponen 1
1
2
3
4
Guru a. Persiapan Mengajar
v
b. Apersepsi
v
c. Memotivasi Siswa
v
d. Pengelolaan Kelas
v
e. Mengaktivkan siswa
v
f. Penguasaan Materi
v
g. Penggunaan Metode
v
h. Penyampaian Materi
v
i. Pengelolaan Waktu
v
j. Merespon Pertanyaan
v
k. Memberi Penguatan
v
l. Evaluasi
v
m. Performent 2
5
v
Siswa a. Kehadiran
v
b. Keaktifan
v
c. Perhatian
v
d. Pemahaman Materi e. Mengerjakan Soal
v v
60
f. Memecahkan Masalah
v
g. Menyimpulkan Isi Pembelajaran
v
h. Sikap
v
Tabel Persentase Hasil Evaluasi Belajar Siklus I KATEGORI
INTERVAL
FREKWENSI
PERENTASE
Istimewa
91-100
2
13%
Sangat Paham
81-90
3
20%
Paham
71-80
3
20%
Sedang
61-70
3
20%
Kurang
41-60
4
27%
Tingkat keberhasilan pada siklus I adalah 13% + 20% + 20% + 20% = 73% siswa yang mengerti dan memahami pengertian dan ketentuan-ketentuan puasa pada bulan Ramadhan sebanyak 8 siswa. Hal ini menunjukkan siswa kurang memahami penjelasan dari guru. Hasil observasi kurang memuaskan, karena perhatian siswa masih diperoleh secara paksa. Meskipun hanya tahap awal, perhatian belum tumbuh secara alamiah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memahami mata pelajaran PAI pokok bahasan puasa hanya sebesar 73% lebih kecil dari prosentase ketuntasan
61
yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksutkan dan digunakan guru dengan penerapan pendekata kontekstual (CTL). c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : 1. Guru masih kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Guru masih kurang baik dalam hal pengelolaan waktu. 3. Siswa masih kurang antusias selama pembelajaran berlangsung. d. Revisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dealam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
62
3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa lebih antusias. 2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan belajar aktif serta lembar observasi guru dan siswa. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada bulan Juli 2011 di kelas V, SD N 1 Kalinanas dengan jumlah siswa 15 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru, adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah wali kelas V SD N 1 Kalinanas. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
63
Tabel Hasil Evaluasi Belajar Siklus II No
Nama
Skore
Nilai
1
Riyanti
12
80
2
Rondiyah Mulyani
13
87
3
Isrofan Faitul Anam
7
47
4
Tri Nuryanti
14
93
5
Anggi Maulana Putra
12
80
6
Wiko Nikender
13
87
7
Putri Muna Nafiah
12
80
8
Dwi Inggit Zilfani
9
60
9
Annisa Mahardika
15
100
10
Elisa Diyah Pasha
13
87
11
Ari Bambang Widiyanto
10
67
12
Arya Bagus Pradiyan
15
100
13
Andrian Riski B
10
67
14
Gunawan Suprihatin
9
60
15
Muhammad Fiqih
14
93
Jumlah/Rata-rata
1188/79
Tabel Hasil Observasi Siklus II Skor No
Komponen 1
2
3
4
5
64
1
Guru a. Persiapan Mengajar
v
b. Apersepsi
v
c. Memotivasi Siswa
v
d. Pengelolaan Kelas
v
e. Mengaktivkan siswa
v
f. Penguasaan Materi
v
g. Penggunaan Metode
v
h. Penyampaian Materi
v
i. Pengelolaan Waktu
v
j. Merespon Pertanyaan
v
k. Memberi Penguatan
v
l. Evaluasi
v
m. Performent 2
v
Siswa a. Kehadiran
v
b. Keaktifan
v
c. Perhatian
v
d. Pemahaman Materi e. Mengerjakan Soal
v v
f. Memecahkan Masalah
v
g. Menyimpulkan Isi Pembelajaran
v
65
h. Sikap
v
Tabel Persentase Hasil Evaluasi Belajar Siklus II KATEGORI
INTERVAL
FREKWENSI
PERENTASE
Istimewa
91-100
4
27%
Sangat Paham
81-90
3
30%
Paham
71-80
3
20%
Sedang
61-70
2
13%
Kurang
41-60
3
30%
Tingkat keberhasilan pada siklus II adalah 27% + 30% + 20% +13% = 80%. Siswa yang belum aktif dalam berdiskusi dan kurang memperhatikan ketika estefet tadarus tiba pada gilirannya sebanyak 5 siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mencapai 80% atau ada 12 siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari pada siklus I, adanya peningkatan tersebut disebabkan karena sebelum mengahiri pelajaran guru memberi tugas pada siswa untuk mempelajari pelajaran berikutnya dirumah, serta menginformasikan bahwa setiap ahir pelajaran akan selalu diadakan tes. Sehingga pada pertemuan berikutnya siswa termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai memahami apa yang dimaksud guru dengan penerapan pendekatan kontekstual.
66
c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus II antara lain : 1. Guru dalam memotifasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3. Guru harus lebih bersabar dalam membimbing siswa berdiskusi untuk menemukan hal-hal baru yang berkaitan dengan materi serta dalam mempraktekkan tadarus Al-Qur’an secara estafet. 4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. 5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. 3. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 3, tes soal formatif III dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar obserfasi pengelolaan
67
cara belajar aktif penerapan pendekatan kontekstual dan lembar observasi aktif guru dan siswa. b. Tahap Kegiatan dan Pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 di kelas V dengan jumlah siswa 15 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah wali kelas V SD N 1 Kalinanas. Pada ahir proses kegiatan belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan . Instrumen yang digunakan adalah soal tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut : Tabel Hasil Evaluasi Belajar Siklus III No
Nama
Skore
Nilai
1
Riyanti
12
80
2
Rondiyah Mulyani
12
80
68
3
Isrofan Faitul Anam
9
60
4
Tri Nuryanti
15
100
5
Anggi Maulana Putra
13
87
6
Wiko Nikender
13
87
7
Putri Muna Nafiah
12
80
8
Dwi Inggit Zilfani
10
67
9
Annisa Mahardika
15
100
10
Elisa Diyah Pasha
14
93
11
Ari Bambang Widiyanto
10
67
12
Arya Bagus Pradiyan
15
100
13
Andrian Riski B
10
67
14
Gunawan Suprihatin
10
67
15
Muhammad Fiqih
13
87
Jumlah/Rata-rata
1222/81
Tabel Hasil Observasi Siklus III Skor No
Komponen 1
1
2
Guru a. Persiapan Mengajar b. Apersepsi
v v
3
4
5
69
c. Memotivasi Siswa
v
d. Pengelolaan Kelas
v
e. Mengaktivkan siswa
v
f. Penguasaan Materi
v
g. Penggunaan Metode
v
h. Penyampaian Materi i. Pengelolaan Waktu
v
j. Merespon Pertanyaan
v
k. Memberi Penguatan
v
l. Evaluasi
v
m. Performent 2
v
v
Siswa a. Kehadiran
v
b. Keaktifan
v
c. Perhatian
v
d. Pemahaman Materi
v
e. Mengerjakan Soal
v
f. Memecahkan Masalah
v
g. Menyimpulkan Isi Pembelajaran
v
h. Sikap
v
Tabel Persentase Hasil Evaluasi Belajar Siklus III
70
KATEGORI
INTERVAL
FREKWENSI
PERENTASE
Istimewa
91-100
4
27%
Sangat Paham
81-90
3
20%
Paham
71-80
3
20%
Sedang
61-70
4
27%
Kurang
41-60
1
6%
Tingkat keberhasilan pada siklus III adalah 27% + 20% + 20% + 27% = 94% hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar pada siklus III ini secara klasikal telah tercapai, adanya peningkatan tersebut karena adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual dan siswa juga sudah terbiasa dengan model pembelajaran tersebut sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang diberikan.
c. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan penerapan pendekatan kontekstual. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :
71
1. Selama proses kegiatan belajar mengajar guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi prosentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar. Dan sudah terlihat bahwa keaktifan lebih dominant pada siswa sehingga peran guru hanya sebagai fasilitator, pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher center) namun sudah berpusat pada siswa (student center). 3. Kekurangan pada silkus-siklus sebelumnya sudah pengalami perbaikan sehingga pada siklus III ini menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. d. Revisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan pendekatan kontekstual pada pembelajaran PAI dengan baik, yang dapat dilihat dari keaktifan siswa pada saat kegiatan proses belajar mengajar, hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang semakin meningkat lebih baik, sehingga tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah adadengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar kedepannya lebih baik lagi dan prestasi peserta didiknya semakin meningkat, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
72
B. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Melalui hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual memiliki dampak yang positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Ketuntasan belajar secara klasikal semakin meningkat dari siklus I ketuntasan belajar 73%, siklus II mengalami peningkatan sehingga mencapai 80% dan siklus III mengalami peningkatan mencapai 94%. Dengan demikian ketuntasan belajar secara klasikal sudah tercapai. 2. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses penerapan pendekatan kontekstual terlihat semakin meningkat pada tiap siklusnya. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada tiap siklusnya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
73
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Setelah diterapkannya pendekatan kontekstual (CTL) pada pembelajaran PAI, hasil evaluasi (prestasi belajar) siswa tentang Ibadah puasa mengalami peningkatan. Hasil evaluasi siswa pada siklus I adalah 73%, siklus II mengalami peningkatan menjadi 80%, dan siklus III mengalami peningkatan menjadi 94%. 2. Pendekatan kontekstual (CTL) cukup evektif dalam pembelajaran PAI. Hal ini apat dilihat dari tingkat keaktivan siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa semakin aktif mengajukan pertanyaan, begitu pula sebaliknya apabila guru memberikan pertanyaan siswa mampu untuk menjawabnya. B. Saran Hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya, agar proses kegiatan belajar mengajar PAI pada pokok bahasan Ibadah Puasa lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut : 1. Untuk melaksanakan penerapan pendekatan kontekstual (CTL), dibutuhkan persiapan yang matang, guru harus mampu memilih topic yang benar-benar bisa untuk diterapkannya pendekatan kontekstual, sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswanya dengan kegiatan- kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang
74
sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, konsepkonsep belajar yang baru, keterampilan baru, sehingga siswa dengan sendirinya mampu nmemecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Untuk penelitian yang serupa, hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih optimal.
75
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media. Ahmadi, Lif Khoiru & Amri, Sofan. 2011. Paikem Gembrot, Jakarta: PT Prestasi Pustaka Karya. Arifin, Zainal. 1998. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur, Bandung: Remaja Karya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Agama Republik Indonesia, 1994. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SD, Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan Wawasan Kependidikan Guru Agama. Departemen Dalam Negeri. 2003. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. DePotter, Bobby.1999. Quantum Teaching, dalam Ary Nilandari (Tarjamah), Bandung: Kaifa. Hatta, Ahmad. 2009. Tafsir Qur’an Perkata Dilengkapi Dengan Ashbabun Nuzul dan Terjemah, Jakarta: Maghfiroh Pustaka.
76
Muhaimin. 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Belajar Mu’ti, Abdul. 1998. Proses Belajar Pendekatan Kognitif PBM-PAI di Sekolah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muslich, Mansur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara. Nurdin, Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Vembiriarto. 1990. Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset. W.J.S. Poerdarminto. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widyaningrum, Retno. 2005. Cendekia; Pengajaran Yang Berasosiasikan Dengan Pembelajaran Kontekstual. STAIN Ponorogo: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan Jurusan Tarbiyah.