SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176
UJI STABILITAS POLIMER PNIPA BERTANDA IODIUM-125 SEBAGAI SUMBER RADIASI TERAPI Indra Saptiama, Herlina, Sriyono, Abidin, Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR)-BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Telp/Fax 021-7563141 Email untuk korespondensi :
[email protected]
ABSTRAK UJI STABILITAS POLIMER PNIPA BERTANDA IODIUM-125 SEBAGAI SUMBER RADIASI TERAPI. Poli-N-isopropilakrilamida (PNIPA) merupakan polimer peka temperatur yang berpotensi dikembangkan di bidang medis dan farmasi. Salah satunya adalah sebagai sumber radiasi terapi untuk radioterapi lokal pada jenis kanker tertentu dan paliatif nyeri sendi (peradangan sendi) dengan menginjeksikan polimer PNIPA yang bertanda radioaktif pada organ yang sakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil penandaan iodium-125 pada PNIPA, analisa struktur monomer NIPA, polimer PNIPA, polimer PNIPA-I dan kestabilan 125I-PNIPA. PNIPA disintesis dari monomer NIPA melalui polimerisasi radikal bebas menggunakan inisiator redoks APS dan TEMED. PNIPA ditandai dengan iodium125 dengan radioaktivitas masing-masing sebesar 0.9; 2.3; 7.4; 13 mCi. Analisa struktur monomer NIPA, polmer PNIPA, polimer PNIPA-I menggunakan analisa 1H-NMR dengan pelarut CDCl3. Uji kestabilan PNIPA-125I dilakukan dengan menggunakan media air untuk mengetahui lepasan iodium-125. Hasil penandaan iodium-125 menunjukkan semakin besar radioaktivitas iodium-125 yang digunakan maka rendemen penandaan semakin besar dan turun pada radioaktivitas diatas 8 mCi. Radioaktivitas iodium-125 terbesar yang tertanda pada polimer PNIPA sebesar 1,9 mCi dalam 1 ml polimer PNIPA. Hasil analisa 1HNMR menunjukkan adanya pergeseran kimia dari proton vinil yakni δ = 5.4 ppm dan δ = 6.1 ppm pada NIPA menjadi δ = 1.6 ppm dan δ= 2.1 ppm setelah disintesis menjadi polimer PNIPA. Hasil uji stabilitas polimer bertanda I-125 menunjukkan terjadi penurunan radioaktivitas sebesar 84.5 % iodium-125 yang terlepas dari polimer selama 10 hari inkubasi dalam media air. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi polimer PNIPA dengan menggunakan campuran monomer/polimer lain sehingga iodium-125 dapat terikat secara kuat dan tidak mudah terlepas. Kata kunci: Polimer, iodium-125, terapi radiasi, PNIPA, NMR
ABSTRACT STABILITY TEST PNIPA POLYMER LABELLING IODINE-125 AS THERAPY RADIATION SOURCE. Poly-N-isopropylacrylamide (PNIPA) is a thermosensitive polymer which is potentially developed for medical application and pharmacy. One of them is therapy radiation source for local radiotherapy in certain cancer and palliative join pain (joint inflamation) by injecting labeled PNIPA into the diseased organ. This research is conducted to know iodine-125 labelling on PNIPA, structure analysis of NIPA monomer; PNIPA polymer; PNIPA-I polymer and stability of PNIPA-125I. PNIPA was sinthesized from NIPA monomer through free radical polimerization used initiator redox APS and TEMED. PNIPA was labelled by iodine-125 with radioactivity of 0.9; 2.3; 7.4; 13 mCi respectively. Structure NIPA monomer; PNIPA polymer; PNIPA-I polymer was analyzed by 1H-NMR with CDCl3 solvent. The stability test of PNIPA-125I was conducted in water to determine 125I leaching. The result of iodine-125 labelling showed the more iodine-125 radioactivity was used the more labelling yield was resulted, and decreased at higher than 8 mCi radioactivities. The biggest iodine-125 radioactivity labelled PNIPA was 1.9 mCi in 1 ml PNIPA polymer. The result of 1H-NMR analysis showed the chemical shifts of the vinil proton δ = 5.4 ppm and δ = 6.1 ppm in NIPA to δ = 1.6 ppm and δ = 2.1 ppm in PNIPA polymer synthesis. The result of stability test PNIPA polymer showed that occured decline radioactivity of iodine-125 that was 84.5 % iodine-125 leaching from the polymer during 10 days incubation in water. Therefore, it is necessary to modify PNIPA through introducing other monomer/polymer so that iodine-125 can bonded strongly and not leached easily.
STTN-BATAN & PTAPB BATAN
284
Indra Saptiama, dkk
SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 Keywords: Polymer, iodine-125, radiation therapy, PNIPA, NMR biodegradable akan tetapi tidak toksik. Selain itu, PENDAHULUAN PNIPA secara perlahan akan keluar dari tempat target terapi karena kesetimbangan fisis antara fasa Polimer peka temperatur adalah polimer cairan dan padatan. PNIPA keluar dari tubuh yang memiliki kepekaan terhadap stimulus melalui hepatobiliary route dan renal exretion temperatur. Perubahan temperatur pada lingkungan [Hruby M et al., 2011]. Pada penelitian polimer akan mempengaruhi fasa polimer. Berbagai sebelumnya, polimer peka temperatur PNIPA telah polimer peka temperatur berbahan dasar kopolimer berhasil disintesis melalui polimerisasi radikal N-isopropilakrilamida(NIPA), Nisopropilmeta menggunakan inisiator ammonium persulfat (APS) akrilamida (NIPMA), elastin merupakan polimer dan tetraetilendiamin (TEMED) serta yang larut dalam air pada temperatur rendah dikarakterisasi. Polimer PNIPA memiliki (temperatur ruang) dan dapat mengendap pada saat temperatur transisi sekitar 33 oC [ Awaludin R et di atas temperatur transisinya (mendekati al., 2011]. Selain itu, telah dilakukan optimalisasi temperatur tubuh) secara reversibel [Hruby M et al., sintesis polimer PNIPA agar polimer memiliki 2005 ]. Polimer peka temperatur tersebut banyak viskositas yang optimal dalam penggunaan menarik perhatian karena berpotensi dikembangkan aplikasinya sebagai sumber radiasi terapi dan di bidang aplikasi medis dan farmasi[Hruby M et penandaan iodium-125 [Saptiama I., 2012]. al., 2007]. Fenomena kelarutan yang terjadi pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polimer peka temperatur adalah khas, diduga karena karakterisasi hasil penandaan iodium-125 pada adanya dua gugus fungsi (amphilik) yang berperan PNIPA dari sisi penggunaan jumlah radioaktif aktif yakni gugus hidrofilik dan hidrofobik pada iodium-125, analisa struktur PNIPA setelah setiap masing-masing polimer. Pada temperatur penandaan dan kestabilan PNIPA dalam medium rendah, polimer larut karena interaksi gugus air. hidrofilik dengan pelarut lebih kuat dibandingkan dengan interaksi gugus hidrofobik dengan METODOLOGI pelarutnya, sebaliknya pada saat temperatur dinaikkan hingga diatas temperatur transisi Bahan dan Peralatan interaksi gugus hidrofobik antara polimer dengan polimer lebih kuat sehingga polimer cenderung Bahan yang digunakan dalam penelitian ini menggumpal dan tidak larut [RZAEV et al, 2007]. antara lain monomer N-isopropilakrilamida, larutan Kombinasi radionuklida sebagai sumber amonium persulfat (APS) dan N,N,N’,N’ radiasi dan polimer peka temperatur sebagai Tetramethyl-1,2-diamino ethane (TEMED) yang pembawa (carrier) menjadi sebuah material yang dipasok dari Aldrich dengan spesifikasi proanalis. menjanjikan di bidang radioterapi. Polimer peka Bahan pendukung lainnya yakni Aquabidest dari temperatur yang dapat ditandai dengan radionuklida IPHA, Natrium Iodida (NaI), iodogen (1, 3, 4, 6memberikan peluang untuk ditanamkan kedalam Tetrachloro-3a-6a-diphenylglucoluril) sebagai tubuh sebagai terapi jarak dekat (brachyterapi). bahan oksidator, dan diklorometan yang dipasok Larutan polimer yang membawa radioisotop terapi dari Merck dengan speisifikasi proanalisis. ditanamkan ke dalam tubuh melalui injeksi, dimana Radioisotop Iodium-125 diperoleh dari Pusat pada saat di dalam tubuh secara perlahan polimer Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN. akan mengendap dan berada pada tempat tersebut Peralatan yang digunakan adalah timbangan dalam jangka waktu tertentu bergantung pada analitis ACCULAB ALC-110.4, stirring hotplate radioisotop yang digunakan [Kucka J et al., 2010]. Health Magnetic Stirrer, Isotherm Laboratory Aplikasi dari polimer peka temperatur bertanda Incubator dari Esco, peralatan gelas dari PYREX, antara lain digunakan sebagai pereda rasa sakit dan termometer alkohol bersakala 0-100 oC. pada peradangan arthrosis dimana polimer peka Pengukuran radioaktivitas I-125 menggunakan dose temperatur bertanda diinjeksikan ke dalam calibrator ATOMLAB 100plus. Analisa proton persendian (joint) yang rusak dan berperan (1H) Nuclear Magnetic Resonance (NMR) merk menekan aktivitas sel darah putih [Hruby M et al., DELTA menggunakan frekuensi sebesar 500 MHz 2007]. Selain itu, aplikasi lainnya adalah radioterapi pada temperatur 30 oC menggunakan pelarut CDCl3 pasca pembedahan tumor untuk mencegah dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tumbuhnya lagi sel tumor yang masih tertinggal dan Kimia (LIPI-KIMIA), Serpong. radioterapi lokal pada sel kanker tertentu[Kucka J et al., 2010]. Pada penelitian ini digunakan polimer peka temperatur berbahan dasar kopolimer N-isopropil akrilamida (NIPA). Meskipun poli Nisopropilakrilamida (PNIPA) secara kimia bukan Indra Saptiama, dkk
285
STTN-BATAN & PTAPB-BATAN
SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 Tata Kerja Sintesis Polimer Poli-N-isopropilakrilamida (PNIPA) Polimerisasi dilakukan dengan melarutkan 2.24 gr monomer N-isopropilakrilamida dalam 40 ml aqubidest dan distirer hingga larut. Kemudian larutan ditambahkan inisiator polimer 0.16 gr amonium persulfat (APS) dan 0.12 ml N,N,N’,N’ Tetramethyl-1,2-diamino ethane (TEMED). Larutan distirer selama 1 jam pada temperatur ruangan. Setelah itu, larutan dipanaskan pada temperatur 40 o C sampai terbentuk 2 fasa larutan yakni fasa gel dan fasa cairan. Fasa gel merupakan polimer PNIPA yang terbentuk dan fasa cairan merupakan residu reaksi. Kedua fasa dipisahkan dengan cara dekantasi sehingga mendapatkan polimer PNIPA yang lebih murni. Polimer PNIPA diambil sebanyak 5 mg untuk digunakan sebagai sampel analisa 1HNMR menggunakan pelarut CDCl3. Penandaan Polimer Poli-N-isopropilakrilamida (PNIPA) dengan Iodium-125 Sebanyak 6 mg iodogen dilarutkan dengan 1 ml larutan diklorometan dalam tabung reaksi. Larutan dalam tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air hingga larutan menguap habis. Larutan iodium-125 dan 2 ml polimer PNIPA ditambahkan ke dalam tabung reaksi tersebut dan diaduk selama 15 menit. larutan dipanaskan sebentar kemudian terbentuk gel dengan cairan yang keduanya dipisahkan secara dekantasi. Radioaktivitas I-125 yang tidak tertandai yang ada pada cairan diukur dengan menggunakan dose calibrator. Rendemen penandaan dihitung dengan menggunakan rumus ;
Uji Kestabilan Polimer PNIPA Pada Medium Air Sebanyak 1 ml PNIPA bertanda I-125 diambil kemudian dimasukkan dalam vial 5 ml dan ditambahkan 10 ml aquabidest. Polimer bertanda I-125 diinkubasi di dalam inkubator pada temperatur 37 oC selama 10 hari. Secara bertahap dilakukan pengamatan dan dilakukan pengukuran radioaktivitas Iodium-125 dalam cairan untuk mengetahui lepasan Iodium-125 dilakukan secara akumulatif hingga 10 hari. Lepasan iodium-125 dihitung berdasarkan ;
C : radioaktivitas I-125 akhir D : radioaktivitas I-125 awal
HASIL DAN PEMBAHASAN Polimer PNIPA telah berhasil ditandai dengan iodium-125 dengan menggunakan iodogen (1, 3, 4, 6-tetrakloro-3α-6α-diphenilglucoluril) sebagai oksidator. Iodogen memiliki peranan penting untuk mengoksidasi I- menjadi I+ yang bereaksi secara beda fasa sehingga diharapkan dapat bereaksi dengan gugus amina (NH 2) pada polimer N-isopropilakrilamida. Setelah penandaan dengan iodium-125, polimer PNIPA tidak mengalami perubahan wujud serta masih memiliki temperatur transisi yang sama sebelum penandaan yang dapat dilihat pada Gambar 1.
A = Radioaktivitas Iodium-125 pada polimer PNIPA B = Radioaktivitas Iodium-125 yang diberikan Penandaan Polimer Poli-N-isopropilakrilamida dengan NaI Sebanyak 6 mg iodogen dilarutkan dengan 1 ml larutan diklorometan dalam tabung reaksi. Larutan dalam tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air hingga larutan menguap habis. Sebanyak 115 uL Larutan NaI 230 uM dan 2 ml polimer PNIPA ditambahkan ke dalam tabung reaksi tersebut dan diaduk selama 15 menit. larutan dipanaskan sebentar kemudian terbentuk gel dengan cairan yang keduanya dipisahkan secara dekantasi. Polimer PNIPA + NaI diambil sebanyak 5 mg untuk digunakan sebagai sampel analisa 1H-NMR menggunakan pelarut CDCl3
STTN-BATAN & PTAPB BATAN
Gambar 1. Sebelum dan Sesudah Penandaan I-125 Pada Polimer PNIPA
Untuk mengetahui kapasitas reaksi polimer PNIPA terhadap penandaan iodium-125 dilakukan variasi besaran radioaktivitas iodium-125. Berikut profil grafik penandaan iodium-125 pada polimer PNIPA.
286
Indra Saptiama, dkk
SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 Analisa 1H-NMR yang dilakukan pada monomer N-isopropilakrilamida dalam larutan CDCl3 memberikan serapan pada daerah yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Spektrum 1H-NMR Proton Larutan Monomer N-isopropilakrilamida Dalam CDCl3
Gambar 2. Trend Penandaan I-125 Pada PNIPA
Pada Gambar 2. menunjukkan semakin besar radioaktivitas iodium-125 yang digunakan maka semakin besar radioaktivitas iodium-125 yang tertandai pada PNIPA. Namun, pada saat radioaktivitas iodium-125 yang diberikan diatas 8 mCi, radioaktivitas iodium-125 pada PNIPA menurun. Begitu juga dengan tren randemen penandaan, mengalami penurunan meskipun radioaktivitas iodium-125 ditingkatkan. Radioaktivitas iodium-125 terbesar yang tertanda pada polimer PNIPA sebesar 1,9 mCi dalam 1 ml polimer PNIPA. Dari sisi radioaktivitas iodium-125 telah cukup untuk memenuhi radioaktivitas yang diperlukan untuk sumber radiasi terapi dosis rendah akan tetapi rendemen penandaan yang dihasilkan masih jauh dari harapan. Analisa struktur dengan 1H -NMR dilakukan pada monomer N-isopropilakrilamida, polimer Nisopropilakrilamida, dan polimer Nisopropilakrilamida setelah penandaan menggunakan NaI untuk mengetahui perubahan struktur monomer menjadi polimer PNIPA serta perubahan struktur polimer PNIPA setelah penandaan. Analisa proton 1H-NMR menggunakan frekuensi sebesar 500 MHz pada temperatur 30 oC menggunakan pelarut CDCl3
Posisi H
δ (ppm)
Jumlah puncak
integrate
a
1.0332-1.0474
2
12.014
b
5.4226-5.4459
3
2.000
c/d
6.1074-6.1243
3
3.788
e
ND
-
-
f
3.9944-4.0100
8
2.009
1
Spektrum H-NMR dari monomer Nisopropilakrilamida (Gambar 2) memperlihatkan sejumlah puncak yang muncul yakni δ = 1.03-1.04 ppm (a) merupakan puncak khas dari proton metilen, puncak pada δ = 5.4 ppm tampak proton dari vinil, puncak pada δ = 6.1 ppm tampak proton dari vinil, puncak pada δ = 3.9 - 4.0 ppm tampak proton dari -CH sedangkan proton yang terikat pada atom N tidak terlihat pada spektrum 1H-NMR diatas. Selain itu angka banding banyaknya proton yang tak ekuivalen adalah 6:1:2:1 yang menunjukkan 6 proton dari dari 2 molekul metilen yang ekivalen, 1 proton dari posisi trans vinil, 2 proton yang ekivalen dari posisi cis vinil, serta 1 proton dari –CH. Hal ini menunjukkan bahwa spektrum pada Gambar 2. merupakan spektrum 1HNMR dari monomer N-isopropilakrilamida.
Gambar 4. Hasil NMR Polimer Poli-NIsopropilakrilamida
Analisa proton NMR yang dilakukan pada polimer poly- N-isorpopilakrilamida sebelum penandaan iodium-125 dalam larutan CDCl3 memberikan serapan pada daerah yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis Spektrum NMR Proton Polimer N-isopropilakrilamida Dalam CDCl3
Gambar 3. Hasil NMR Monomer N-isopropilakrilamida
Posisi H
Indra Saptiama, dkk
287
δ (ppm)
Jumlah puncak
integrate
STTN-BATAN & PTAPB-BATAN
SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 a
1.1172-1.1768
1
9.238
a
1.1087
1
3.915
b
1.6127
1
0.929
b
1.6172
1
0.243
c
2.1095
1
0.391
c
2.0971
1
0.151
d
3.9760
1
1.508
d
3.9623
1
0.616
e
3.1964
1
1.300
e
3.3981
1
0.600
Analisa proton NMR yang dilakukan pada polimer poly- N-isorpopilakrilamida sebelum penandaan iodium-125 dalam larutan CDCl3 memberikan serapan pada daerah yang dapat dilihat pada Tabel 2. Spektrum 1H NMR dari hasil sintesis polimer N-isopropilakrilamida memperlihatkan sejumlah puncak yang muncul yakni, δ = 1.1 ppm yang merupakan puncak dari metilen, puncak pada δ = 1.6 ppm tampak proton dari vinil polimer, puncak pada δ= 2.1 ppm tampak proton dari vinil polimer, puncak pada δ = 3.9 ppm tampak proton dari -CH, puncak pada δ = 3.1 ppm tampak proton dari gugus amina. Spektrum 1H NMR tersebut juga telah mendekati hasil yang diperoleh dari literatur [F. Zeng et al., 1997]. Adanya pergeseran kimia dari proton vinil yakni δ = 5.4 ppm dan δ = 6.1 ppm yang terdapat pada spektrum 1H NMR monomer N-isopropilakrilamida menjadi δ = 1.6 ppm dan δ= 2.1 ppm menunjukkan terjadinya tranformasi ikatan pada gugus vinil. Hal ini menunjukkan telah terbentuk polimer Nisopropilakrilamida (PNIPA) hasil sintesis dari monomer N-isopropilakrilamida.
Gambar 5. Hasil NMR Polimer Poli-N-isopropilakrilamida + NaI
Analisa proton NMR yang dilakukan pada polimer poly- N-isorpopilakrilamida +NaI dalam larutan CDCl3 memberikan serapan pada daerah yang dapat dilihat pada Tabel 3. Spektrum 1H NMR dari hasil penandaan I-125 pada polimer Nisopropilakrilamida memperlihatkan sejumlah puncak yang hampir sama dengan hasil spektrum 1 H NMR hasil sintesis polimer Nisopropilakrilamida yakni δ = 1.1 ppm yang merupakan puncak dari metilen, puncak pada δ = 1.6 ppm tampak proton dari vinil polimer, puncak pada δ= 2.1 ppm tampak proton dari vinil polimer, puncak pada δ = 3.9 ppm tampak proton dari -CH. Terjadi pergeseran kimia pada proton dari amina dari δ = 3.1 ppm menjadi δ = 3.3 ppm. Hal ini menunjukkan proton berada dalam lingkungan magnetik yang berbeda. Diduga karena adanya atom Iodium yang masuk ke dalam lingkungan proton yang menyebabkan terjadi pergesaran kimia tersebut. Perbandingan persentasi banyaknya proton pada -CH dan pada amina tidak jauh berbeda baik sebelum dan setelah penandaan yakni dH : eH adalah 53%:47% sebelum penandaan sedangkan 50%:50% setelah penandaan. Hal ini menunjukkan bahwa penandaan iodium-125 pada polimer PNIPA hanya terjadi secara fisik (adsorpsi) tidak terjadi secara kimia. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain untuk dapat meningkatkan penandaan I-125 sehingga tidak hanya terjadi secara fisik tetapi secara kimia. Selanjutnya adalah untuk mengetahui kestabilan iodium-125 pada PNIPA dilakukan uji kestabilan dalam medium air. Uji kestabilan dilakukan dengan menginkubasi polimer bertanda iodium-125 didalam inkubator selama 10 hari dan dilihat lepasan iodium-125 dalam cairan. Berikut adalah grafik hasil inkubasi polimer PNIPA bertanda selama 10 hari.
Analisa proton NMR yang dilakukan pada polimer poly- N-isorpopilakrilamida +NaI dalam larutan CDCl3 memberikan serapan pada daerah yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis Spektrum NMR Proton Larutan Polimer poli- N-isopropilakrilamida +NaI Dalam CDCl3 Posisi H
δ (ppm)
Jumlah puncak
STTN-BATAN & PTAPB BATAN
Integrate
288
Indra Saptiama, dkk
SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 Oleh karena itu penandaan iodium-125 pada polimer PNIPA hanya terjadi secara fisik tidak terjadi secara kimia. Hal ini didukung oleh uji kestabilan yang dilakukan dengan menggunakan medium air dimana terjadi penurunan radioaktivitas iodium-125 pada polimer akibat terlepas setelah 1 hari diinkubasi hingga mencapai 84.5 % iodium125 yang terlepas dari polimer. Oleh sebab itu, diperlukan modifikasi polimer PNIPA dengan menggunakan campuran monomer/polimer lain sehingga I-125 dapat terikat secara kuat dan tidak mudah terlepas. Gambar 6. Inkubasi Polimer PNIPA Bertanda I-125 Pada Medium Air
Pada Gambar. 6 menunjukkan lepasan akumulatif I-125 dan radioaktivitas I-125 pada polimer PNIPA, pada inkubasi hari ke-1 lepasan I125 meningkat secara drastis hingga mencapai 84.5% sehingga radioaktivitas I-125 pada polimer menjadi 186.7 uCi. Hal ini menunjukkan banyaknya iodium-125 yang terlepas dari polimer PNIPA. Pada inkubasi hari ke-2 hingga hari ke-10 Iodium-125 terlepas sedikit demi sedikit dari polimer PNIPA yang dapat terlihat pada Gambar.6 dimana persentasi lepasan I-125 meningkat secara perlahan. Sehingga pada hari ke-10 radioaktivitas I-125 pada polimer PNIPA sebesar 54.59 uCi. Hal ini menunjukkan belum stabilnya polimer PNIPA yang telah ditandai dengan I-125 pada medium air, dan memperkuat dugaan sebelumnya dengan menggunakan 1H-NMR bahwa I-125 yang ditandai pada polimer PNIPA hanya terikat secara fisik sehingga I-125 yang ada pada polimer PNIPA mudah terlepas.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan bahwa penandaan Iodium-125 pada polimer PNIPA tidak merubah wujud fisik maupun temperatur transisi secara signifikan. Hasil penandaan Iodium125 pada polimer PNIPA dengan besaran radioaktivitas bervariasi menunjukkan semakin besar radioaktivitas I-125 yang digunakan maka rendemen penandaan semakin besar dan turun pada radioaktivitas di atas 8 mCi. Radioaktivitas iodium125 terbesar yang tertanda pada polimer PNIPA sebesar 1,9 mCi dalam 1 ml polimer PNIPA. Dari sisi radioaktivitas iodium-125 telah cukup untuk memenuhi radioaktivitas yang diperlukan untuk sumber radiasi terapi dosis rendah. Hasil analisa 1HNMR menunjukkan telah berhasil polimerisasi radikal dari monomer N-isopropilakrilamida (NIPA) menjadi polimer poli-N isopropilakrilamida. Selain itu, tidak terjadi perubahan spektrum 1H-NMR dari polimer PNIPA sebelum dan sesudah penandaan dengan iodium. Indra Saptiama, dkk
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pusat Penelitian Kimia LIPI - Serpong atas pengukuran 1H-NMR dan Tim proses pembuatan iodium-125 yang diketuai Bapak Daya Agung Sarwono serta Bapak Hotman Lubis selaku kepala bidang radioisotop.
DAFTAR PUSTAKA 1. Hruby M, Kucka J, Lebeda O, et al. New biodegradable thermoresponsive polymer for possible radiotherapeutic applications. Journal of controlled release 119 (2007) 25-33. 2. Hruby M, Pouckova P, Zadinova M, et al. Thermoresponsive polymeric radionuclide delivery system- An injectable brachytherapy. European journal of pharmaceutical sciences 42 (2011) 484-488. 3. Hruby M, Subr V, Kucka J, et al. Thermoresponsive polymer as promising new materials for local radiotherapy. Applied radiation and isotope 63 (2005) 423-431. 4. Kucka J, Hruby M, Lebeda O. Biodistribution of a radiolabelled thermoresponsive polymer in mice. Applied radiation and isotopes 68 (2010) 1073-1078. 5. Z.M.O. RZAEV,Sevil Dincer, Erhan Piskin. Functional copolymers of Nisopropylacrylamide for bioengineering applications. Prog. Polym. Sci. 32 (2007) 534595. 6. F. Zeng et al. N.m.r Investigation of phase separation in poly ( N- isopropyl acrylamide)/ water solutions. Polymer. 38 (1997) 55395544. 7. Awaludin R, Herlina. Sintesis dan karakteristik polimer termosensitive PNIPA untuk sumber radiasi terapi, Jurnal Widya Riset LIPI 2011. 8. Awaludin R. Sintesis polimer termosensitive PNIPA dengan polimerisasi radiasi untuk sumber radiasi terapi, PPI PDIPTN 2011, PTAPB Yogyakarta, 13 Juli 2011. 289
STTN-BATAN & PTAPB-BATAN
SEMINAR NASIONAL VIII SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012 ISSN 1978-0176 9. Saptiama I, Awaludin R, Herlina, dkk. Optimalisasi sintesis dan penandaan dengan I125 pada PNIPA sebagai sumber radiasi brakiterapi. PPI PDIPTN 2012, PTAPB Yogyakarta, 16 Mei 2012. TANYA JAWAB Pertanyaan 1.
Bagaimana anda bisa menerangkan I+ dalam sistem periodik? I- adalah halogen yang tidak mudah menjadi I+. (Sahat Simbolon)
Jawaban 1.
[I-] diubah menjadi [I+] dibantu dengan oksidator Iodogen meskipun bentuk [I+] tidak stabil. Secara simultan [I+] yang terbentuk akan menyerang gugus molekul yang memiliki kerapatan elektron yang besar yaitu N-H pada molekul PNIPA.
STTN-BATAN & PTAPB BATAN
290
Indra Saptiama, dkk