TINJAUAN PUSTAKA
Kandungan Hara Urin Ternak Urin merupakan salah satu limbah cair yang dapat ditemukan di tempat pemeliharaan hewan. Urin di bentuk di daerah ginjal setelah dieliminasi dari tubuh melalui saluran kencing (urineary) dan berasal dari metabolism nitrogen dalam tubuh (urea, asam urat, dan keratin) serta 90 % urin terdiri dari air. Urin yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu eksternal, konsumsi air, musim dan lain sebagainya. Banyaknya feses dan urin yang dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat ternak. Seekor kambing dewasa mampu menghasilkan urin sebanyak kurang lebih 0,6-2,5 liter/hari sehingga bagi industri peternakan, urin merupakan komoditas yang sangat potensial untuk menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi. Rasio feses dan urin yang dihasilkan ternak adalah babi 1,2 :1 (55% feses, 45% urin), sapi potong 2,4 :1 (71% feses, 29% urin), kambing 1:1 (50% feses, 50 % urin), dan sapi perah 2,2 :1 (69% feses, 31% urin) (Rinekso et al. 2011). Jumlah kandungan urin yang dihasilkan tiap ternak dan urin kambing tanpa fermentasi dapat dilihat pada Tabel 1 Kandungan urin pada setiap ternak Nama ternak dan kotorannya Kuda Kerbau Sapi Kambing Babi
Nitrogen (%) 1,40 0,50 0,50 1,50 0,40
Fosfor (%)
Kalium (%)
0,02 0,15 1,00 0,13 0,10
1,60 1,50 1,50 1,80 0,45
Air (%) 90 92 92 85 87
Sumber: Lingga, 1991
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis urin kambing sesudah fermentasi selama 14 hari berdasarkan referensi SNI2803;2010;MS 417; part 6 and 8;1994; BPT 2015. Dapat di lihat pada tabel di bawah ini Tabel 2. Kandungan hara urin kambing fermentasi
Parameter Nitrogen Fosfor Kalsium Magnesium Kalium pH
Hasil 15.09 ppm 48.95 ppm 1,25 ppm 0.18 % 0.02 % 7.06
Metode Uji
Teknik ekstrasi
Kjeldahl Flamephothometry Flamephothometry AAS AAS Electrometry
Dengan H 2 SO 4 (C) Dengan HCl 25% Dengan HCl 25% Dengan HCl 25% Dengan HCl 25%
Sumber: Analisis laboratorium PT. Nusa Pusaka Kencana (2016)
Baunya yang khas urin ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urin sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangga (Prihmantoro dan Indriyani, 1994). Urin yang dihasilkan ternak sebagai hasil metabolisme mempunyai nilai yang sangat bermanfaat yaitu (a) kadar N dan K yang sangat tinggi, (b) urin mudah di serap tanaman dan (c) urin mengandung hormon pertumbuhan tanaman (Sastrosoedirjo dan Rifai, 1981). Urin sapi mengandung unsur-unsur kimia yang sangat dibutuhkan oleh tanaman seperti (N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk senyawa organik
antara lain: urea, amonia, kreatinin
dan keratin, asam.
Menurut Sutedjo (1994), kandungan unsur hara urin yang dihasilkan ternak tergantung
mudah
atau
sukarnya
makanan
dalam
perut hewan dapat
dicernakan. Penelitian Setyawati et al (2010), hasil penelitian terhadap lama waktu fermentasi untuk pupuk cair yang baik adalah 14 hari dengan sumber karbon yang berasal dari tetes tebu dengan hasil analisa yang didapatkan adalah Nitrogen
Universitas Sumatera Utara
3,745% sedangkan dalam penelitian Martinsari et al. (2009), didapatkan hasil bahwa dalam pembuatan pupuk organik cair melalui proses fermentasi dengan penambahan tetes tebu dapat meningkatkan mutu kualitas kandungan hara dalam pupuk tersebut, terutama nitrogen. Penelitian lain dari Anggraini (2012), menunjukkan hasil bahwa kandungan N dalam pembuatan pupuk cair dari urin kambing dan molasses memenuhi standar Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009. Hasil analisis tanah berdasarkan referensi SNI2803;2010;MS 417; part 6 and 8;1994; BPT 2016. Dapat di lihat pada tabel di bawah ini Tabel 3. Analisis Kandungan hara tanah area penelitian.
Parameter
Hasil
Metode Uji
Teknik ekstrasi
Nitrogen Karbon Kalsium Magnesium Kalium pH tanah
0.28 2.23. 1.33 % 0.57 % 0.29 %
Kjeldahl WalkleyBlack AAS AAS Flamephothometry pH 7
Dengan H 2 SO 4 (C) Dengan HCl 25% Dengan HCl 25% Dengan HCl 25% Dengan HCl 25%
Sumber: Analisis laboratorium PT. Nusa Pusaka Kencana (2016)
Tanah merupakan suatu sistem yang sangat komplek komposisi terdiri dari lebih kurang 50% fase padat, 25% fase cair dan 25% fase gas. Ketiga fase ini saling berinteraksi dan berinterelasi satu sama lain, fase padat tanah terdiri dari mineral sebagai hasil hancuran batuan induk dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa tanaman dan binatang, fase cair terdiri dari air diperkaya bendabenda padat terlarut, dan fase gas terdiri dari udara diperkaya oleh zat asam arang (Ismunadji, 1991)
Universitas Sumatera Utara
Tanah merupakan media alami bagi media pertumbuhan tanaman. Tanah yang produktif harus dapat menyediakan lingkungan yang optimum baik secara fisik, kimia, dan biologis untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi serta dapat digunakan secara berkelanjutan. Tanah secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran serta menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman, secara kimiawi, tanah berfungsi sebagai gudang penyuplai hara atau nutrisi. Sedangkan secara biologis, tanah berfungsi sebagai habitat bagi organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan unsur hara tanaman. Lahan pertanian yang digunakan secara terus menerus untuk penanaman tanaman pangan dapat menurun kualitas tanah dan produktifitas apabila tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai. (Arsyad, 2006). Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik (Sutanto, 2002) Pupuk memiliki beberapa jenis yang berbeda, diantaranya adalah: pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, humus dan pupuk organik buatan pada umumnya,
Universitas Sumatera Utara
pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkan dan penyemprotan di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman (Suriadikarta, 2006). Hara Nitrogen Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman terutanma pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai komponen pembentukan lemak, protein, dan persenyawaan lain (Marsono et al., 2001). Paker (2004) menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses pertumbuhan, sintetis asam amino dan protein serta merupakan merombak struktur klorofil, nitrogen akan mempengaruhi warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning. Kekurangan nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun bewarna kuning, tangkai tinggi kurus dan warna hijau daun memucat. Unsur nitrogen merupakan unsur hara yang sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang atau limbah cair urine (sapi, kambing, babi, kuda). Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Disamping mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K), pupuk kandang mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur Fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar dari kotoran cair. Kandungan unsur kalium dalam kotoran cair lima kali lebih besar dari kotoran padat. Sementara kandungan Nitrogen dalam kotoran cair hanya 2-3 kali lebih besar dari kotoran padat (Jamilin, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Hara Posfor Pospor disebut sebagai kunci kehidupan bagi tanaman karena unsur hara ini terlibat langsung dalam proses hidup tumbuhan. Unsur (P) adalah hara kedua setelah nitrogen (N) dalam frekuensi atau kegunaannya sebagai pupuk Kandungan fosfor (P 2 O 5 ) berkaitan dengan kandungan N dalam substrat, semakin besar nitrogen yang dikandung maka multiplikasi mikroorganisme yang merombak fosfor akan meningkat, sehingga kandungan posfor dalam pupuk cair juga meningkat. Kandungan posfor dalam substrat akan digunakan oleh sebagian besar mikroorganisme untuk membangun selnya. Proses mineralisasi fosfor terjadi karena adanya enzim fosfatase yang dihasilkan oleh sebagian besar mikroorganisme Posfor salah satunya terikat dalam bentuk P 2 O 5 di akhir proses dekomposisi. Posfor berada dalam dua bentuk, yaitu inorganik dan organik seperti asam nukleat, phitin dan lesitin (Sarief, 200). Dengan adanya sumber karbon dan nitrogen yang benar - benar tersedia, maka bakteri dan jamur dapat merombak lesitin dan asam nukleat dan membebaskan fosfor sebagai fosfat. Kalium (K 2 O) kalium hanya berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. dengan kehadiran bakteri dan aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium. Kalium diikat dan disimpan dalam sel oleh bakteri dan jamur, jika didegradasi kembali maka kalium akan menjadi tersedia kembali (Sopiandie, 2010). Standar mutu pupuk organik cair atau pasta adalah pH 4-8, kadar total N,P dan K< 2,00 %, secara umum pupuk organik mengandung unsur N, P dan K yang dibutuhkan oleh tanaman dengan sejumlah nutrisi yang terdiri atas 1-7% N, 2-
Universitas Sumatera Utara
12% P, dan 0 - 10% K dan nisbah C:N:P yang ideal untuk bahan organik tanah adalah 100:10:1 (Peraturan Menteri Pertanian, 2009). Kalium Kalium (K) berperan dalam menbantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi tanaman terhadap penyakit serta kekeringan (Marsono et al. 2001). Kalium tidak disentesis menjadi senyawa oleh tumbuhan, sehingga unsur hara ini tetap sebagai ion didalam tumbuhan. kalium berperan sebagai antivator dari sebagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fhotosintesis dan respirasi, serta enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur posisi osmotis sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur turgor sel ini, peran yang penting dalam proses membuka dan penutupnya stomata. (Lakitan, 2004). Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan kualitas produksi biasanya rendah baik daun, buah maupun biji seperti pada kedelai. (Leiwakabessy et al.,1998) Kebutuhan tanaman akan unsur kalsium dapat diproleh dari pemupukan salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal sebagai salah satu KCl (Sigit, 2001) mengatakan upaya pemupukan kalium harus memperhatikan asas efektifitas karena salian mudah larut dan tercuci bersama air perlokasi unsur kalium juga terikat dengan tanah.
Universitas Sumatera Utara
Urin Kambing Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisal. Produksi urin kambing - domba mencapai 0,6- 2,5 liter/hari dengan kandungan nitrogen 0,51 – 0,71%. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos atau pupuk organik (Sialalahi et al., 2004) Pupuk organik cair larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan (feses dan urin), dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Urin adalah zat-zat yang disekresikan melalui ginjal, zat-zat yang didapat didalamnya zat-zat makanan yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan saluran urine. Urin mempunyai zat pengatur tumbuh dan mempunyai sifat penolak hama atau penyakit tanaman (Said et al., 2006) Pupuk merupakan bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk menyediakan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan
Universitas Sumatera Utara
pupuk umumnya didasarkan pada sumber bahan yang digunakan pengaplikasian, bentuk, dan kandungan unsur haranya. (Simanungkalit, 2006). Pupuk organik dibedakan menjadi dua, yakni pupuk cair dan padat pupuk cair adalah larutan yang berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman yang mudah larut, kelebihan pupuk cair adalah mampu memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu pemberiannya dapat merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. Berdasarkan sumber bahan yang digunakan, pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk anorganik berasal dari bahan mineral dan telah diubah melalui proses produksi di pabrik sehingga menjadi senyawa kimia yang mudah diserap tanaman, pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makhluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula (Fadludin, 2013). Kandungan unsur hara urin kambing lebih baik dibanding dengan kandungan unsur hara pada fecesnya. Kandungan N, P dan K pada urin kambing berturut turut sebesar 1.35%, 0.05% dan 2.10%, sedangkan unsur hara pada feces sebesar 0.75%, 0.50% dan 0.45%. Apabila dibandingkan dengan urin ternak lainnya, seperti urin sapi, urin domba menunjukkan kualitas yang lebih baik, dimana kandunagn N, P dan K didalam urin sapi lebih rendah dibanding urin domba, yaitu berturut turut sebesar 1.0%, 0.5% dan 0.5%. (Santoso, 2013). Pemanfaatan limbah urin ternak ruminansia pada umumya sebagai salah satu pupuk organik memberikan hasil yang cukup menjanjikan, sehingga peternak sudah bisa memperoleh hasil sebelum ternak itu dijual. Harga urin yang sudah
Universitas Sumatera Utara
diolah dan menjadi pupuk cair, berkisar antara Rp 10.000 - Rp 15.000/liter. Penggunaan urin ini sangat berpotensi, sehingga perlu memberdayakan peternak agar semua produk dari ternak bisa digunakan untuk mendatangkan keuntungan secara ekonomis, meski awalnya perlu ada pendampingan terhadap peternak, terutama soal teknik atau cara menampung urin hingga proses pembuatan menjadi pupuk cair (Parnata et al., 2004) Potensi dalam bidang peternakan, maka perlu melihat peluang-peluang dari produk-produk peternakan yang dapat digunakan. Salah satu peluang, yang dapat digunakan yaitu kotoron dan limbah urine sebagai bahan baku pembuatan pupuk cair organik. Saat ini penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi dan tuntutan zaman saat ini keragaman jenis pupuk organik semakin bertambah ramah lingkungan dengan berkembangnya pertanian di indonesia. Dengan sentuhan inovasi teknologi, limbah urin kambing dapat diproses (fermentasi) menjadi pupuk cair dengan kandungan hara tinggi berbahan limbah urin (biourine) sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan salah satu pendapatan bagi peternak peteni pada umumya di indonesia (Musnawar, 2003). Hasil analisa menunjukkan bahwa produktivitas optimal pada rumput gajah yang diberikan pupuk cair urine kambing dengan dosis 15-20 liter/ha. Produksi rumput gajah mini Pennisetum purpureum schumach, rumput Setaria spachelata dan rumput Brachiaria brizanta. Perunit sebanyak 19,733 kg atau 9,85 kg per meter persegi, hal ini sesuai dengan Harjadi (1993) yang mengatakan bahwa produktivitas rumput dipengearuhi oleh faktor vegetatif atau pertumbuhan karene pada waktu tanaman tumbuh sangat membutuhkan unsur karbohidrat,
Universitas Sumatera Utara
apabila karbohidrat berkurang maka pembelahan sel menjadi lambat maka perkembangan sel tanaman menjadi lambat. Unsur Nitrogen berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan sel vegetatig, meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun, meningkatkan kadar protein dalam tubuh
tanaman,
meningkatkan
kualitas
tanaman
penghasil
daun
serta
meningkatkan mikroorganisme dalam tanah. Fermentasi Urin dengan Mikroorganisme Lokal Fermentasi adalah segala macam proses metabolis dengan bantuan dari enzim mikrobia (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu. Fermentasi merupakan proses biokimia yang dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan tersebut Proses fermentasi terjadi, bermacammacam perubahan komposisi kimia seperti: kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim– enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana (Sastrosupardi et al., 2004) Fermentasi urin kambing dengan bantuan mikroorganisme, yang diaplikasi pada tanaman sangat membantu dan menguntungkan petani karena dari segi biaya
Universitas Sumatera Utara
murah dan produksi meningkat dibandingkan dengan pupuk kimia fermentasi urine kambing dapat diaplikasikan melalui daun (Guntoro et al., 2006) Pupuk organik cair sebelum digunakan sebagai pupuk pertanian, urin kambing sebaiknya di fermentasi terlebih dahulu. Pada proses fermentasi menggunakan bantuan bakteri dekomposer atau bioaktivator seperti EM dari limbah buah-buahan, sayuran, tanaman dari pertanian dan
EM4 (Effective
Microorganism) sudah banyak beredar di toko pertanian (Rahayu et al., 2005) EM4 sama saja dengan MOL, dari aroma sudah sama. Dari sinilah ide mengkaji bagaimana membuat atau menghasilkan mikroorganisme lokal atau lebih sering dikenal dengan nama MOL. Dengan memanfaatkan bahan limbah yang ada di sekitar petani seperti buah-buahan busuk pisang, pepaya, mangga, rebung, urin kambing, bahkan sampai urin manusia, darah hewan, bangkai hewan, air cucian beras, dan sisa makanan (Saefudin et al., 2008) Urin ternak kambing dalam pembuatan pupuk cair membutuhkan bakteri pengurai. Bakteri pengurai yang umum digunakan adalah berupa produk EM4 yang telah beredar toko-toko pertanian ataupun yang bisa dibuat sendiri dari produk limbah masyarakat pertanian seperti limbah buah-buahan yang telah busuk, seperti pisang, pepaya, mangga, jeruk, rebung, batang pisang, tulang ikan keong dan urie ternak dll, sebagai energi yang digunakan oleh bakteri. EM merupakan Effective Microorganisme yang berguna untuk mempercepat proses penguraian ataupun pada pembuatan pupuk cair. EM mengandung sekitar 80 macam genus mikroorganisme, tetapi hanya ada lima golongan yang paling pokok, yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp (BAL), Streptomyces sp, ragi
Universitas Sumatera Utara
(yeast) dan Actinomycetes. Proses pembuatan pupuk cair dari urin kambing dapat berlangsung secara cepat sekitar empat sampai tujuh hari. Proses pengolahan yang baik dan benar akan menghasilkan pupuk cair yang tidak panas tidak berbau busuk, tidak mengandung hama dan penyakit serta tidak membahayakan pertumbuhan ataupun produksi tanaman (Sundari et al., 2012) Fermentasi urin bertujuan menghasilkan pupuk cair dengan bahan dasar urin dengan komposisi yang dihasilkan menjadi lebih baik, dengan sentuhan inovasi tekhnologi, limbah urine sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan salah satu pendapatan bagi setiap peternak. salah satu pupuk organik memberikan hasil yang cukup menjanjikan selain sebagai dekomposer. Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah (Yuniwati et al., 2012) Pengaruh Urin Kambing terhadap Produksi Hijauan Urin kambing dosis 15-20 liter/ha dengan konsentrasi 33% mampu menekan penggunaan pupuk kimia sampai 50% dengan tingkat produksi yang lebih tinggi ± 5% dibandingkan penggunaan pupuk kimia, memberikan respons yang sangat baik terhadap produksi hijauan Pennisetum purpureum, jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik ataupun kombinasi pupuk kandang dengan pupuk anorganik. Respon produksi hijauan Pennisetum purpureum dua kali (184 ton/ha/tahun) lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi Pennisetum purpureum yang tidak mendapat perlakuan pemupukan (kontrol). Pemberian pupuk anorganik N, P dan K baik secara terpisah maupun gabungan dari ketiga unsur tersebut tidak memberikan respon sebaik pemberian pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang bersama- sama dengan pupuk buatan
Universitas Sumatera Utara
(N, P dan K) tidak memberikan respon sebaik pupuk kandang secara tunggal. Bahkan dilaporkan kombinasi pupuk kandang dengan unsur anorganik menunjukkan
penurunan
produksi
hijauan
Pennisetum
purpureum
(Prawiradiputra, 1982). Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman hijauan adalah 10-20 ton/ha atau 1-2 kg/m2. menyatakan produktivitas tanaman hijauan berkisar 20-50 ton/ha. Pemberian pupuk kandang 20 ton/ha, pupuk organik urin ternak kambing dan padat yang sudah difermentasi dengan mikroorganisme juga dapat memenuhi kebutuhan hara hijauan, sayuran yang dibudidayakan secara organik. (Suhardi, 2013). Hasil penelitian Yaacob et al. (2013) dilahan pertanian menunjukkan bahwa pemberian urien kerbau fermentasi EM4 dengan dosis Perlakuan 15 ml + 20 ml air berpengaruh sangat nyata terhadap produksi jumlah anakan, berat segar dan produksi berat kering rumput gajah pada setiap pemotongan dengan produksi jumlah tunas 39.35, tinggi tanaman 142.045 cm. Produksi berat basah 13.16 Kg. Produksi hijauan yang kontinu, maka salah satu jalan yang harus ditempuh adalah pemupukan, namun penentuan jenis pupuk pada tanaman harus sesuai dengan kondisi tanah dan tanaman, unsur hara utama dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan, reproduksi, dan produksi, yaitu nitrogen, fosfat dan kalium. Pemberian pupuk nitrogen merupakan faktor penting dalam usaha peningkatan produksi dan kekurangan unsur hara tersebut akan menyebabkan tanaman menjad kerdil atau kecil, warna daun merah dan kekuning-kuningan (Susetyo, 1969).
Universitas Sumatera Utara
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisal, komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Bakteri yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui analisis. Seperti urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos atau pupuk organik dengan adanya fermentasi, maka zat - zat kompleks dalam urin tersebut akan dipecah oleh mikroorganisme akan mengalami perubahan bentuk senyawa yang lebih sederhana atau dengan kata lain proses fermentasi akan mengubah senyawa kimia kesubstrat organik. Perubahan sifat senyawa dalam urin tersebut akan memperkaya kandungan bahan kimia yang berguna bagi tanaman hijauan sehingga lebih mudah dicerna oleh tanaman selain dengan cara disiramkan pupuk jenis ini dapat digunakan langsung dengan cara disemprotkan pada daun atau batang tanama (Marsono, 2007). Pemupukan Hasil analisa menunjukkan bahwa produktivitas optimal pada rumput gajah yang diberikan pupuk cair urin kambing dengan dosis 0,5 ml/liter air. Produksi rumput gajah per unit sebanyak 19,733 kg atau 9,85 kg per meter persegi,
produktivitas
rumput
dipengearuhi
oleh
faktor
vegetatif
atau
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan karena pada waktu tanaman tumbuh sangat membutuhkan unsur karbohidrat, apabila karbohidrat berkurang maka pembelahan sel menjadi lambat maka perkembangan sel tanaman menjadi lambat. Unsur nitrogen berfungsi untuk pertumbuhan dan pembentukan sel meningkatkan pertumbuhan tanaman yang mudah dapat siserap oleh tanaman serta meningkatkan mikroorganisme dalam tanah. (Rica et al., 2012) Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan kedalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan produksidan hasil mutu tanaman (Greenhalga, 1973). Menurut Chandra et al. (1993) Mengemukakan bahwa hal- hal yang perlu diperhatikan pada setiap usaha pemupukan adalah tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah, jenis pupuk, dosis, waktu pemupukan dan cara pemupukan yang tepat agar sebagian besar dari pupuk yang diberikan dapat diserap akar tanaman. Pemupukan dapat dilakukan dalam bentuk pupuk organik maupun anorganik. Pupuk kandang merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan yang tercampur dengan sisa- sisa pakan dan alas kandang. Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat, dan kalium saja, tetapi karena mengandung hampir semua unsur hara makro (unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fosfat (P 2 O 5 ), Kalium (K 2 O) dan Air (H 2 O) dan mikro (Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan
Universitas Sumatera Utara
(Mn), dan Boron (Bo) yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah (Purbayanti et al., 2000) Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urin), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatanternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya (Soepardi, 1983). Pupuk kandang (termasuk urin) biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P 2 O 5 dan 0,5% K 2 O (Yodohusodo, 2005). Hijauan Makanan Ternak Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun - daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga (Darvis, 1996). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nasution, (1986) yang menyatakan makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun - daunan. Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa diberikan dalam dua macam bentuk, yakni hijauan segar dan kering. Hijauan sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan sangat penting, sebab hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan khususnya di Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan istimewa, karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah yang besar.- Sebagian besar pakan ruminansia adalah bahan pakan yang berserat tinggi dengan kecernaan rendah, oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
harus diusahakan agar ternak sebanyak mungkin mengkonsumsi makanan untuk mencukupi kebutuhannya akan zat - zat makanan (Hsieh, 1995). Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, termasuk Indonesia karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas,
kuantitas,
maupun
kontin
uitasnya
masih
sangat
terbatas
(Reksohadiprodjo, 1985). Pertumbuhan Hijauan Makanan ternak Peningkatan populasi ternak masih tergantung pada kemampuan suatu wilayah (carrying capacity) untuk menyediakan tanaman hijauan pakan ternak ruminansia. Hilangnya areal padang penggembalaan serta pengurangan lahan untuk peruntukan non pertanian dan ekstensifikasi pertanian mengakibatkan luas areal sumber tanaman pakan ternak semakin berkurang. Dengan demikian ketersediaan pakan hijauan, khususnya pada akhir musim kemarau sampai dengan awal musim hujan sering menjadi kendala utama bagi peternak di Indonesia. (Agus, 2008). Pakan merupakan salah satu faktor pembatas dalam pengembangan ternak. Pengembangan hijauan pakan hanya memungkinkan dilaksanakan di daerahdaerah yang masih jarang penduduknya atau di kawasan lahan marginal, pengembangan hijauan makanan ternak (HMT) harus berkompetisi dengan pengembangan tanaman ekonomis lainnya. Sementara itu, pengembangan sumber konsentrat juga harus berkompetisi dengan kebutuhan bahan pangan. Bahkan, pada masa mendatang pengembangan sumber pakan tersebut akan berkompetisi
Universitas Sumatera Utara
dengan pengembangan biofuel, seperti jagung, gandum, ubi kayu dan bahan pangan lainnya. (Suriadikarta et al., 2006) Hijauan makanan ternak (HMT) merupakan semua bahan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun daunan. Kelompok hijauan makanan ternak meliputi famili rumput (gramineae), leguminosa dan hijauan dari tumbuhan lain seperti kacang-kacangan serta limbah industri pertanian. Hijauan sebagai pakan ternak dapat diberikan dalam keadaan segar dan dalam keadaan kering. Hijauan sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan sangat penting. Hal ini disebabkan hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan. Sebagian besar pakan ruminansia adalah bahan pakan yang berserat tinggi dengan kecernaan rendah, oleh karena itu harus diusahakan agar ternak sebanyak mungkin mengkonsumsi makanan untuk mencukupi kebutuhannya akan zat-zat makanan. Dalam pengembangan ternak ruminansia di Indonesia, hijauan makanan ternak adalah faktor yang sangat penting dengan komposisi yang terbesar yaitu 70-80% dari total biaya pemeliharaan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Salah satu syarat tumbuh yang mempengaruhi produksi tanaman hijauan makanan ternak adalah kondisi tanah yaitu sifat fisik dan kimia tanah. Sifat fisik tanah ini terdiri dari warna, tekstur, stuktur dan drainase. Didalam tanah terjadi berbagai reaksi kimia karena tanah memiliki unsur-unsur kimia yang terlarut didalam air. Karena reaksi kimia tersebut nutrisi yang ada didalam tanah mudah diserap oleh tanaman. Namun apabila kondisi tanah tidak baik seperti miskin
Universitas Sumatera Utara
unsur hara yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah ini akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Rumput Gajah Mini Pennisetum purpureum schumach Rumput gajah (schumach) kerdil dikenal juga sebagai rumput Napier, berasal dari daerah Afrika yang kemudian menyebar dan diperkenalkan di daerahdaerah tropika, rumput gajah mini tumbuh alami seluruh asia tenggara (Reksohadiprojo, 2000). Taksonomi rumput gajah schumach sebagai berikut: Filum: Spermatophyta, Sub filum: Angiospermae, Kelas: Monocotyledanae, Ordo: Glumiflora, Famili: Gramenae, Sub family: anicoldea, Tribus: Pariceae, Genus : Pennisetum, Spesies: Pennisetum purpureum schumach. Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, mempunyai kandungan protein yang cukup tingi yaitu berkisar antara 14.35%, berakar dalam dan tinggi dengan rhizoma-rhizoma yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 1-2 m, dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas / buku. Tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, dan ujungnya runcing. Rumput gajah Pennisetum purpureum schumach merupakan salah satu rumput unggul mempunyai produksi dan kualitas yang cukup tinggi, menghasilkan rumpun anakan yang banyak dan mempunyai akar yang kuat batang yang tidak keras serta struktur daun yang muda sehingga sangat disukai oleh ternak dan pertumbuhan yang cepat. (Aganga et al., 2004)
Universitas Sumatera Utara
Akar rumput gajah berakar serabut dengan akar cabang yang tumbuh tegak lurus pada serabut tersebut. Akar ini menyerap unsur hara dalam tanah, sampai kedalaman 50 – 100. Selain menyerap unsur hara dari dalam tanah juga menyerap air dari sistim perakaran yang cukup kuat dan kokoh sehingga mampu juga menyerap air dari dalam tanah dengan kedalaman 50 – 100 cm dengan adanya akar ini daerah penyerapan unsur hara lebih luas dan tumbuh baik dan berproduksi tinggi apabila faktor iklim yang mempengaruhinya sesuai dengan ketinggian tempat suhu berkisar 10 – 35 0C (Novizan, 2002). Rumput gajah (Pennisetum purpureum schamach) sebagai pakan ternak yang merupakan hijauan unggul, dari aspek tingkat pertumbuhan, produktifitas dan nilai gizinya. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30 ton/ha/ tahun (Soegiri et al., 1982) Rumput Setaria spachelata Rumput Setaria berasal dari Afrika, yang mempunyai nama-nama spesifik diwilayahnya, dalam bahasa latin Setaria dikenal dengan nama Setaria sphacelata sedangkan dalam bahasa Inggris cukup dikenal dengan Setaria, Malaysia mengenal dengan sebutan Sekoi, Filipina mengenal dengan nama Bunga- bunga, sedangkan Vietnam mengenal rumput ini dengan sebutan Coduoi cho. Rumput Setaria pertama kali dibudidayakan sebagai tanaman pakan di Kenya, sehingga penanamannya meluas sampai kedaerah subtropika terutama Afrika, Asia, dan Australia, di Asia Tenggara tumbuhan ini banyak ditanam di Indonesia dan Malaysia (Mansyur el al., 2005)
Universitas Sumatera Utara
Taksonomi rumput setaria spachelata sebagai Phylum: Spermatophyta Sub phylum: Angiospermae, Class: Monocotyl, Ordo: Glumiflora, Family: Graminae, Sub Family: Panicoldea, Genus: Setaria, Spesies: Spachelata rumput ini memiliki rizoma yang pendek serta stolon. Akar rumput setaria majemuk dan juga berserabut dengan tumbuh di permukaan tanah, juga tumbuh dengan rhizom dan stolon yang sangat pendek dengan buku-buku yang rapat, pangkal batang biasanya bewarna kemerahan dan banyak menghasilkan anakan tenggara. (Aganga et al., 2004) Daun lebar agak berbulu pada permukaan atas takstur daun halus dan sangat lunak, bunga berbentuk tandan warna coklat keemasan kandungan protein 6-7% tergantung kultivar dengan produksi berat segar mencapai 100-110 ton/ha/tahun tergantung varietas tinggi dapat mencapai 2 m, klasifikasi rumput setaria (Spachelata) mempunyai ketinggian 1200 m dpl, dengan curah huja 7501000 mm/tahun, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah produksi hijauan rumput setaria (Sphacelata) dapat mencapai 100 ton rumput segar/ hektar/ tahun, pemotongan dapat dilakukan pada 35 – 40 hari (musim hujan) dan 60 hari musim kemarau. (Putri et al., 2008) Tanaman berumpun ini sangat bervariabel dan setiap jenis mempunyai ke intimewaan, beberapa dari yang ada berada dalam satu varietas, ada yang pendek, berdaun lebar, berakar kuat dan cepat tumbuh kembali setelah dilakukan pemotongan (Chheda, 1982). Setaria merupakan rumput penutup tanah padang pengembalaan dan rumput potong yang apat langsung diberikan pada ternak atau diawetkan dengan
Universitas Sumatera Utara
cara hey dan dengan silage. Beradaptasi baik dengan tanah asam dengan kesuburan rendah tahan terhadap kekeringan. Mudah dikembangkan pertumbuhan cepat sehabis pemanenan. (Nasution et al., 1986) Untuk mendapatkan produksi optimal, jarak tanam yang digunakan 70 x 90 cm. Dapat ditanam bersama leguminose seperti Siratro, Stylosanthes gracillis, Desmodium intorium. Pendangiran dilakukan pada saat tanaman masih muda atau setiap kali abis panen. pemupukan dengan menggunakan pupuk organik padat atau cair. Pemotongan atau penen dilakukan pada saat tinggi tanaman sekitar 90 cm atau tanaman berumur 30 hari. Sebaiknya panen dilakukan pada massa pertumbuhan vegetatif atau sebelum berbunga. Produksi hujauan segar pada berbagai umur dengan pemotongan 2-5 cm berkisar antar 160-170 ton/ha/thn. Kandungan zat dalam bahan kering dengan frekuensi pemotongan 30 hari terdiri atas PK 13,09 % SK 13,15 % Lemak 2,82 % BETN 44,94 % (Ginting et al., 2005) Rumput Brachiaria brizanth) Rumput Brachiaria brizantha berasal dari Afrika, rumput ini memiliki karakteristik tumbuh tegak, pangkal batang bercabang, tinggi hamparan kurang lebih satu meter dan pangkal daun berbulu lebat. Proses penanaman rumput ini menggunakan pols, hidup di tanah struktur ringan, Pada proses penanaman rumput Brachiaria brizantha, juga harus memperhatikan faktor lingkungan antara lain adalah ketersediaan nutrien yang berdampak langsung pada pertumbuhan produksi dan persistensi tanaman (Ginting el al., 1996)
Universitas Sumatera Utara
Taksonomi
rumput
Brachiaria brizantha sebagai berikut: Filum:
Spermatophyta Sub filum: Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida, Ordo: Poales, Famili: Poaceae, Genus: Brachiaria, Spesies : Brachiaria brizantha. Rumput ini dapat tumbuh pada curah hujan 1000 mm/tahun dengan pH 6-7. Rumput ini juga tahan terhadap kekeringan selama 6 bulan, cuaca dingin dan penggembalaan, dapat dikembangkan dengan stek, pols atau pun biji. Rumput ini dapat diperbanyak dengan pols, tumbuh membentuk hamparan lebat, tinggi hamparan dapat mencapai
30 – 45 cm dan tangkai yang sedang berbunga dapat mencapi
tinggi 1 m. Memiliki rhizoma yang pendek dan tinggi batang sekitar 30-200 cm, bentuk daun linear biasanya berukuran 10-100 cm x 3-20 mm, berbulu berwarna hijau gelap, bunga terdiri dari 2-16 tandan (Manullang, 2012). Rumput Brachiaria brizantha merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan nilai gizi yang cukup tinggi serta disukai ternak ruminansia pada umumnya. Nilai gizi rumput ini dipengaruhi oleh tatalaksana pemeliharaan, antara lain umur pada saat pemotongan, unsur hara, terutama unsur hara makro seperti unsur nitrogen. Produksi rumput Brachiaria brizantha, juga dipengaruhi oleh tinggi pemotongan. untuk pemotongan 0, 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm dari permukaan tanah. interval pemotongan yaitu 20, 30, 45 dan 60 hari menghasilkan produksi sebanyak 186,42; 190,98; 170,98 dan 195,18 ton/ha/tahun dengan rata-rata kandungan nutrisi yaitu: protein kasar 9,66%, BETN 41,34%, serat kasar 30,86%, lemak 2,24%, abu 15,96 dn TDN 51% sehingga sesuai kandungan protein kasarnya, Brachiaria tergolongkan ke dalam rumput yang unggul (Mathius et al., 1984).
Universitas Sumatera Utara
Defoliasi dan Interval Pemotongan Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun renggutan hewan waktu ternak itu digembalakan. Untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang optimal, sehat dan kandungan gizi tinggi, defoliasi harus dilakukan pada periode tertentu (Kusumo, 1992). Interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies. Frekuensi pemotongan berlaku pada batas tertentu, frekuensi yang semakin rendah akan mengakibatkan produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi dibandingkan
produksi
kumulatif
oleh
pemotongan
yang
lebih
sering
(Widjajanto et al., 1982) Semakin lama umur pemotongan pada tanaman akan meningkatkan kandungan serat kasarnya. Kandungan serat kasar erat hubungannya dengan umur tanaman. Semakin tua umur tanaman semakin meningkat kandungan serat kasarnya (Williamson, 1993). Pada musim penghujan secara umum Pennisetum purpureum sudah dapat dipanen pada usia 40-45 hari. Sementara itu pada musim kemarau berkisar 50-55 hari. Lebih dari waktu tersebut, kandungan nutrisi semakin turun dan batang semakin keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak) semakin banyak. Sedangkan mengenai panen pertama setelah tanam, menurut pengalaman kami dapat dilakukan setelah rumput berumur minimal 60 hari. Apabila terlalu
Universitas Sumatera Utara
awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik yang di panen lebih dari usia 2 bulan (Hardjowigono, 1989). Berdasarkan penelitian Dartius, (1995). Bahwa hasil analisis nilai gizi tanaman rumput pada gajah bahwa perlakuan interval pemotongan 4 minggu dianggap lebih baik, dengan menghasilkan komposisi kadar air dan kadar protein kasar yang lebih tinggi sebesar (82,79 %) dan (8,86 %) serta lemak kasar dan serat kasar yang lebih rendah sebesar (4,46 %) dan (33,20 %). Pengaruh Interval pemotongan adalah selang waktu antara suatu saat pemotongam sampai saat pemotongan berikutnya. yang utama dari interval pemotongan 8 minggu dan 10 minggu dianggap tanaman tersebut agak terlalu tua dalam hubungannya dengan beberapa analisis nilai gizi. Hal ini sesuai pendapat Lubis (1992), bahwa nilai gizi tanaman Pennisetum purpureum yang dipotong setiap 2 sampai 4 minggu menghasilkan komposisi kadar air dan protein kasar sebesar (85,50 %) dan (11,50 %) serta lemak kasar dan serat kasar sebesar (3,20 %) dan (29,3 %). Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pertumbuhan dan tinggi tanaman merupakan suatu proses pada tanaman yang menyebabkan berubahnya hasil dan ukuran tanaman untuk menjamin pertumbuhan yang optimal yang sehat dan kandungan gizi yang baik, defoliasi diharuskan dilakukan pada periode tertentu yakni pada akhir vegetatif atau menjelang berbunga. Di dalam praktek, biasanya defoliasi dilakukan 40 hari sekali pada musim penghujan dan 60 hari sekali di musim kemarau. Kesemuanya hanya bias dilakukan apabila pemeliharaan itu baik. Perlu dijelaskan di sini bahwa
Universitas Sumatera Utara
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kembali ialah adanya persediaan bahan makanan (food reserve) berupa karbohidrat di dalam akar dan tunggal yang ditanggalkan setelah defoliasi. Karbohidrat ini dihasilkan oleh proses asimilasi. Segera setalah defoliasikarbohidrat ini dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi untuk pertumbuhan kembali (Novizan, 2005). Lingga (2000). Menyatakan bahwa untuk memproleh pertumbuhan dan dan produksi yang optimum maka unsur hara dalam tanah harus tersedia bagi tanaman, bentuk larutan dalam air, dalam jumlah yang cukup dan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman dalam bentuk dan dapat diserap oleh sistem perakaran. Jumlah Anakan Rumput gajah Pennisetum purpureum schumach, rumput setaria spachelata, dan rumput Brachiaria brizanta merupakan rumput jenis unggul yang mampu tumbuh dan berproduksi baik sepanjang tahun di daerah tropis. keunggulan salah satunya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki tunas yang banyak, daun lebih luas, produksinya lebih tinggi dan memiliki batang yang kadar seratnya lebih rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang lebih akhir. Rumput ini juga memiliki perakaran yang kuat sehingga dapat berfungsi sebagai penahan erosi di tanah-tanah yang miring dan perbukitan (Reksohadiprodjo, 1994). Berdasarkan penelitian Jannah et al. (2012) melakukan pengamatan penggunaan pupuk kandang kambing (urine dan feses) untuk produksi hijauan dilaporkan bahwa penggunaan pupuk kandang secara tunggal sebanyak 10 L/ha/
Universitas Sumatera Utara
memberikan respons yang sangat baik terhadap produksi hijauan seperti: pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah tunas produksi berat segar dan berat kerin, jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk anorganik ataupun kombinasi pupuk kandang dengan pupuk anorganik. Respon produksi hijauan terhadap rumput gajah mini Pennisetum purpureum schumach dua kali (184 ton/ha/tahun) lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi Pennisetum purpureum schumach yang tidak mendapat perlakuan pemupukan (kontrol). Pemberian pupuk anorganik N, P dan K baik secara terpisah maupun gabungan dari ketiga unsur tersebut tidak memberikan respon sebaik pemberian pupuk kandang. Bahan Segar dan Bahan kering Produksi bahan segar dan bahan kering dipengaruhi oleh interval pemotongan dan adanya kencenderungan perubahan produksi segar dan kering seiring dengan lama interval pemotongan karena proporsi bahan kering yang dikandung oleh rumput yang berubah seiring dengan umur tanaman. Makin tua tanaman maka akan lebih sedikit kandungan airnya dan proporsi dinding selnya lebih tinggi dibandingkan dengan isi sel (Beever et al., 2000) Pada rerumputan konsentrasi nitrogen pada hijauan akan menurun ditandai dengan meningkatnya umur tanaman yang disebabkan meningkatnya bagian dinding sel dan menurunnya bagian silitol (Karsinah et al., 2008). Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Peningkatan total berat kering tanaman ini disebabkan oleh adanya peningkatan berat kering daun dan berat kering batang. (Skerman et al., 2002)
Universitas Sumatera Utara
Havlin, et al. (1999) menyatakan bahwa pemupukan dengan nitrogen akan dapat meningkatkan jumlah daun dan memperluas helai daun menyebabkan peningkatan proses fotosintesis sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun, anakan, batang bertambah sehingga produksi berat kering total tanaman juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada hasil penelitin dengan semakin meningkatnya dosis pupuk akan di ikuti oleh peningkatan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Untuk memperoleh produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan penggunaaan pupuk organik. Penyediaan unsur hara terutama nitrogen (N), pospor (P), dan kalium (K) Disamping upaya penyediaan unsur hara perlu juga dilakukan pemilihan jenis hijauan unggul yang cocok dan responsif terhadap pemu (Amilia, 20011). Syofiani (1998) menyatakan bahwa produksi selalu disebabkan adanya pertumbuhan dari rumput seperti tinggi tanaman bertambah dan jumlah anakan juga bertambah. Produksi setiap varietas berbeda- beda tergantung pada sifat genetik varietas tanaman tersebut. Hal ini sesuai pernyataan (Soegito et al., 1992) menyatakan setiap varietas tanaman memiliki produksi yang berbeda - beda tergantung kepada sifat genetik varietas tanaman itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Juli sampai dengan 6 November 2016 di lahan percobaan SMK Negeri 4 Simpang Semadam Kecamatan Semadam Kabupaten Aceh Tenggara dengan ketinggian tempat ± 1000 m di atas permukaan laut, dengan kelembaban udara 35% - 80% (pH) tanah 7,0 jenis tanah Regosol dan tekstur tanah lempung berpasir. Bahan dan Alat Bahan Urin kambing fermentasi mikroorganisme lokal seperti buah (pepaya, pisang, dan nenas), mikroorganisme lokal sebagai stater pengurai pada saat fermentasi molases sebagai sumber karbohidrat dan nitrogen bagi mikroorganisme saat fermentasi, Pastura yang terdiri dari tiga jenis yang pertama rumput gajah mini Pennisetum purpureum schumach, kedua rumput Setaria spachelata) dan ketiga rumput Brachiaria brizantha. Sebagai objek yang akan diteliti. Lahan terdiri dari 36 plot, dimana 1 plot berukuran 3 x 3 m, dengan jumlah 12 tanaman per plot. urin kambing fermentasi dengan mikroorganisme lokal buah (pepaya, pisang dan nenas) sebagai pupuk organik cair dan zat hara tanaman dari ketiga jenis hijauan yang akan diterapkan dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Alat Peralatan yang digunakan meliputi: blender untuk menghaluskan media pembuatan mikroorganiasme lokal, cangkul digunakan untuk membersihkan dan membalikkan lapisan topsoil tanah, gembor untuk menyiran tanaman apabila terjadi kekeringan, parang, gunting dan arit untuk memotong rumput, meteran sebagai alat untuk mengukur tinggi tanaman, kertas dan karung sebagai alas tempat hijaun saat pemotongan, timbangan sebagai alat penimbang bahan segar dan bahan kering dan oven sebagai alat pengeringan bahan segar hijuan sehingga diperoleh bahan kering. Metode Penelitian Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial faktor pertama dosis pupuk cair urin kambing terfermentasi (P) terdiri dari: P 0 = (kontrol) P 1 = 10 liter/ha P 2 = 15 liter/ha P 3 = 20 liter/ha Faktor kedua jenis rumput hijuan (R) yang terdiri dari: R 1 = rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach R 2 = rumput Setaria spachelata R 3 = rumput Brachiaria brizantha
Universitas Sumatera Utara
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali, sistem aplikasi pemupukan disiramkan pada pangkal batang. Ketiga varietas rumput objek yang diteliti dengan masing – masing dosis yang diterapkan, pemupukan pertama dilakuakan 10 hari susudah masa tanam, sedangkan yang ke dua 10 hari sesudah pemotongan pertama dan begitu juga yang ketiga. Hasil pengamatan dari setiap data yang diperoleh dianalisis secara statistik. Metode matematika Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial adalah sebagai berikut: Yijk = µ + βi + Rk + Pj + (R.P) Jk + Ɛijk Dimana : Yijk
: pengaruh pupuk cair hasil pengamatan dari perlakuan ulangan ke i, pada taraf ke j dan rumput pada ke k.
µ
: Nilai tengah umum
βi
: Efek block ke i
Rk
: Jenis Rumput (R) pada taraf ke-j
Pj
: pengaruh dosis (P) pada taraf ke-k
(P.R)jk : Jumalah Dosis (P) pada taraf ke-j dan Rumput (R) pada taraf ke-k Ɛijk
: Efek pengaruh dari galat percobaan dari perlakuan ulangan ke i, dosis (P) pada taraf ke - j dan jenis rumput (R) pada taraf ke - k.
Persiapan Bibit dan Pupuk Cair Fermentasi Pada persiapan ketiga jenis hijuan yang akan ditanam di kebun percobaan SMK Negeri 4 Simpang Semadam Kabupaten Aceh Tenggara dengan ketinggian tempat ± 1000 m di atas permukaan laut, dengan kelembaban udara 35% - 80% dengan jenis bibit rumput pertama rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach, kedua rumput Brachiaria brizantha dan ketiga rumput Staria spachelata.
Universitas Sumatera Utara
1. Pembuatan POC Fermentasi mikroorganisme lokal buah yaitu (pepaya, nenas dan pisang) sebayak 10 Kg. ditambahkan 2 kg. Gula merah dicairkan dan 10 liter air buah kelapa 4 buah ragi tempe. Dengan cara pembuatan sebagai berikut buah-buahan dihaluskan, dimasukkan ke dalam tong plastik, campurkan dengan air buah kelapa, masukkan gula merah yang telah dicairkan dan ragi tape, ditutup dengan rapat beri lubang udara dengan cara memasukkan selang plastik yang dihubungkan dengan botol yang sudah terisi air dan di biarkan selama 10 – 15 hari. 2. Perbandingan mikroorganisme lokal dengan urin kambing 1: 10 difermentasi dimasukkan kantong plastik sebayak 10 liter, ditambahkan mikroorganisme lokal buah (pepaya, nenas dan pisang) 1 liter diaduk secara arah jam guna mendapatkan kondisi homogen dan ditutup rapat agar mendapatkan kondisi anaerob didiamkan selama 14 hari, setelah 14 hari pupuk cair dapat digunakan. Persiapan Lahan Lahan percobaan peneliti dicangkul sekaligus tanah diratakan dengan kedalaman 20-40 cm, guna membalikkan posisi tanah serta membersihkan gulma tanaman pengganggu, lalu dibiarkan selama 4 hari. Kemudian tanah yang telah dicangkul digaru kembali agar menjadi gembur. Pencangkulan lahan dilakukan dua kali kedalaman rata-rata 20 cm, sehingga dengan dua kali pengolahan akan diperoleh kedalaman tanah lebih dari 20-40 cm. Tanah yang diolah dibuat bedengan untuk satu plot berukuran 3 × 3 m, dengan jarak antar plot 0,5 m, dan jarak antara ulangan 1 m dengan jumlah plot penelitian sebanyak 36 plot.
Universitas Sumatera Utara
Penanaman Penanaman dilakukan pada rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach, dengan menggunakan stek dimana satu buku berada didalam tanah sedangkan dua buku berada di atas permukaan tanah sedangkan rumput Setaria Spachelata dan rumput Brachiaria brizantha. Penanaman dengan menggunakan sobekan per rumpun sehingga terdapat 16 tanaman per plot dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm, dan ketiga jenis bibit hijauan yang ditanam. Pemupukan pemupukan pertama dilakukan 10 hari sesudah masa tanam, sedangkan yang kedua 10 hari sesudah pemotongan pertama dan begitu juga dengan yang ketiga. Pemupukan dilakukan diwaktu pagi hari mulai pukul 07.00 hingga selesai dengan cara menyiramkan pada sekeliling pangkal batang tanaman percobaan, pengaplikasian pupuk organik cair urin kambing fermentasi mikroorganisme dengan perbandingan dengan air 1:5 artinya 1 liter pupuk cair urin kambing fermentasi mikroorganisme, 5 liter air bersih dengan dosis konsentrasi pemberian P 0 tanpa pemberian pemupukan, P 1 (10 liter/plot/ha), P 2 (15 liter/plot/ha) dan P 3 (20 liter/plot/ ha ). Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan penyiraman pada sore hari bila tidak ada hujan turun. Penyiangan dilakukan pada umur 15-20 hari setelah tanam, guna menghindari tanaman pengganggu seperti gulma yang tumbuh di lahan percobaan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Pemotongan Pada saat setelah penanaman dilakukan penyeragaman tanaman dilakukan tiga kali pada umur 30 hari kedua pada umur 70 hari dan ketiga pada umur 110 hari sebelum pemanenan. Selanjutnya pengambilan data pengamatan dilakukan tiga (3) kali pemotongan pertama, kedua dan ketiga. Pemotongan dilakukan pada umur 40 hari, 80 hari dan 120 hari Peubah Amatan Pengamatan pengambilan data dilakukan empat (4) tanaman per plot/sampel, yang diamati sebagai berikut jumlah anakan, tinggi tanaman, produksi berat basah berat kering dan kandungan bobot kering tajuk dengan tiga kali masa pemotongan, pada pemotongan pertama pada umur 40 hari setelah masa tanam pemotongan kedua pada umur 60 hari dari bekas pemotongan pertama dan ketiga pada umur 120 hari dari bekas pemotongan ke dua setelah masa tanam. Sedangkan kandungan bobot kering tajuk diperoleh dari pemotongan ketiga pada akhir penelitian di analisis kandungan fosfor dan kalsium pada masing-masing dari ke 36 sampel. Jumlah Anakan Pengambilan data anakan dilakukan tiga (3) kali pengambilan data pertama dilakukan pada umur 40, 80 dan 120 hari Jumlah produksi anakan yang diamati empat (4) tanaman per plot/sampel, dari ke 36 sampel jumlah anakan dihitung pada umur 40 hari sebelum pemotongan pertama, anakan yang muncul dari dalam tanah atau tumbuh pada rhizoma batang, bukan yang tumbuh kesamping pada buku-buku batang, tanaman yang mempunyai anakan jika telah
Universitas Sumatera Utara
mempunyai daun artinya daun telah membuka dengan sempurna. Jumlah anakan dihitung pada pagi hari sebelum pemotongan pertama dijadikan sampel, dan begitu juga pada ulangan kedua dan ketiga. Tinggi Tanaman Pengambilan data tinggi tanaman dilakukan tiga (3) kali pengambilan data pertama dilakukan pada umur 40, 80 dan 120 hari yang diamati empat (4) tanaman per plot/sampel, dari ke 36 sampel. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi dengan cara menegakkan seluruh daun keatas sampai tegak lurus, kemudian dilakukan pengukuran secara vertikal pada bagian tanaman yang paling tinggi dari permukaan tanah sebelum pemotongan pertama, pengukuran kedua selanjutnya dari bekas pemotongan pertama, dan begitu juga dengan pengukuran ketiga. Produksi Berat Segar Pengambilan data berat segar dilakukan tiga (3) kali pengambilan data pertama dilakukan pada umur 40, 80 dan 120 hari dilakukan pemanenan dengan jarak pemotongan 15 cm dari permukaan tanah. Kemudian rumput di timbang per rumpun dalam setiap petak perlakuan sebagai nilai produksi bahan segar (kg) tanaman per plot/dari ke 36 sampel. Produksi Berat Kering Produksi berat kering (BK) dilakukan tiga (3) kali pengambilan data pertama dilakukan pada umur 40, 80 dan 120 hari dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 1050 C selama 48 jam, kemudian di timbang
Universitas Sumatera Utara
masing-masing berat kering rumput tersebut. Untuk menentukan persentase bahan kering dapat di gunakan rumus. BK = Berat setelah pengeringan x 100 % Berat segar Kandungan Fosfor dan Kalium Tajuk Pengambilan data tajuk dilakukan 120 hari pada pemanenan ketiga pada akhir penelitian penimbangan setelah dimasukkan dalam oven 70 OC selama 48 jam di analisis terhadap kandungan serapan P dan K pada ketiga varietas rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach, rumput Setaria spachelata dan rumput Brachiaria brizantha, dan berdasarkan model pendugaan kandungan fosfor dan kalsium tajuk dari respon ketiga jenis rumput terhadap perubahan keadaan lingkungan dan penyerapan unsur hara yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara