Penerapan Metode Guided .... (Tri Rahmawati Shalihah) 525
PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS V NETRAL D THE IMPLEMENTATION OF GUIDED DISCOVERY METHOD TO IMPROVE SCIENCE PROCESSING SKILL Oleh: Tri Rahmawati Shalihah. PGSD/PSD,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains menggunakan metode guided discovery. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), menggunakan model Kemmis dan Taggart.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta yang berjumlah 10 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan test. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode Guided Discovery pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan ketrampilan proses sains. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta setelah menggunakan metode guided discovery. Keterampilan proses pada tahap pratindakan diperoleh rata-rata 45%, pada siklus I menjadi 61,84% dan pada siklus II menjadi 77,89%. Penggunaan metode Guided Discovery hingga siklus II diperoleh > 75% dari seluruh siswa mencapai kriteria tinggi dalam keterampilan proses sains dan 75% siswa mendapat nilai tes ≥ 75 saat siklus II. Kata kunci : keterampilan proses sains, metode guided discovery Abstract The research aims to improve the science processing skill using guided discovery method. This was classroom action research by Kemmis and Taggart model. The subject were 25 students of fifth grade of SD Netral D Yogyakarta. Data Collection using observation and test. To analyse quantitative data was using quantitative descriptive and qualitative descriptive. The result of the research shows that there is an increasing science processing skill of grade V students of Netral D elementary school Yogyakarta after implementing guided discovery method. The skill processing on pre-action cycle achieved the mean of 35,56%. In the first cycle the mean increase to 60,64% and 77,89%in the second cycle. The implementation of Guided Discovery method until the second cycle achieve > 75% of all students reach the high criteria on science processing skill, while 75% of students get≥ 75 test score. Keywords: guided discovery method, science processing skill
perubahan
PENDAHULUAN Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahannya berupa bentuk tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Perubahan yang diperoleh dari belajar adalah perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga belajar merupakan hal
Belajar Menurut Daryanto (2009: 2), adalah sebagai suatu proses atau usaha yang dilakukan
seseorang
untuk
memperoleh
laku
yang
baru
secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi
dengan
lingkungannya.
Sedangkan Menurut Hernawan (2007: 2) belajar adalah
proses
perubahan
perilaku,
dimana
perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi bukti hasil dari belajar
yang penting dalam pendidikan.
tingkah
itu
adalah
terjadinya
perubahan
tingkahlaku yang bersifat positif bagi individu dari segala aspek. Keberhasilan belajar tidak terlepas dari proses belajar mengajar disekolah. Ciri proses
526 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke-6 2017
belajar yang baik adalah banyaknya siswa yang
fakta-fakta,
aktif dan kondusifnya suasana belajar, sehingga
prinsip saja tetapi juga merupakan proses
hasilnya tercapai semua tujuan belajar. Hal
penemuan. Dari pendapat Trianto tersebut dapat
tersebut sesuai dengan pendapat Nana Sudjana
diketahui pembelajaran IPA lebih menekankan
(2006: 28) proses belajar mengajar adalah suatu
pada proses, jika siswa mampu memahami
proses yang mengandung serangkaian kegiatan
semua
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
mengaitkannya dengan konsep, fakta yang ada
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
serta mampu menerapkannya dalam kehidupan
mencapai tujuan tertentu.
sehari-hari.
Usman
menyatakan
bahwa
Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai macam karakter siswa. Selain itu, setiap
siswa
memiliki
perkembangan
intelektual yang berbeda antar satu siswa dengan siswa yang lainnya, maka guru yang harus mampu menguasai pembelajaran dan
penting
dalam
mensukseskan
proses
pembelajaran. Pengetahuan dan pengalaman belajar
siswa
bertambah
sesuai
perkembangannya melalui perantara guru yang
Siswa mendapatkan pengetahuan dan dari
berbagai
macam
mata pelajaran yang ada di sekolah, salah satunya adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang telah diajarkan guru. IPA merupakan
kumpulan
pengetahuan
yang
berkaitan dengan manusia beserta gejala alam sekitarnya. IPA mempunyai manfaat yang besar untuk perkembangan teknologi baik dalam
bidang
teknologi,
kesehatan,
bahwa
Ilmu
(2010:153) Pengetahuan
mengemukakan Alam
prinsip-
siswa
Samatowa khusus
mampu
(2006:
untuk
1)
IPA di
alamiah. rasa ingin tahu siswa merupakan bagian dari keterampilan proses siswa yang harus dikembangkan. Pembelajaran
IPA
disekolah
dasar
mengacu pada standar isi pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan
(permendiknas
2006:148)
disebutkan bahwa pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam masalah,
dan
membuat
keputusan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar harus menggunakan metode yang tepat untuk mengembangkan ketrampilan proses siswa. Berdasarkan
hasil
observasi,
siswa
menganggap bahwa pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit. Hal ini disebabkan mata pelajaran karena banyak materi yang harus dihafalkan. Selama proses pelajaran berlangsung metode yang digunakan lebih bersifat informatif saja sebatas ceramah dan diskusi atau tanya
sumberdaya alam dan sebagainya. Trianto
maka
atau
untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara
sekitar,memecahkan
mengajarkan pembelajaran.
pengalaman belajar
proses
konsep,
sekolah dasar hendaknya membuka kesempatan
disesuaikan dengan karakter siswa yang ada. Guru atau tenaga pendidik memiliki peran
konsep-
(IPA)
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa
jawab. Siswa lebih banyak mendengar,mencatat dan menghafalkan materi yang
disampaikan
guru. Pada materi yang seharusnya dilakukan dengan percobaan, hanya dijelaskan melalui gambar. Siswa belum pernah dilibatkan dalam
Penerapan Metode Guided .... (Tri Rahmawati Shalihah) 527
kegiatan praktek atau demonstrasi, sehingga
pembelajaran, kurang memahami penjelasan
keterampilan proses sains siswa masih kurang.
materi, kurang mampu memahami konsep, dan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
tidak dapat mengembangkan pengetahuan secara
guru, pada proses pembelajaran IPA masih
mandiri, sehingga keterampilan proses IPA
menggunakan
siswa tidak berkembang. Berdasarkan uraian
metode
konvensial
yang
menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.
tersebut
Strategi yang digunakan dalam pembelajaran
perbaikan dalam pembelajaran menggunakan
yaitu ekspositori (ceramah, diskusi, tanya jawab,
metode
penugasan) yang belum melibatkan siswa untuk
keterampilan
proses
aktif. Media yang digunakan hanya gambar.
pembelajaran
IPA.
Pemahaman
tentang
guru
pembelajaran menerapkan
baik,
namun
dalam
metode-metode guru
pembelajaran.
kurang Guru
merasa
yang
perlu
dapat
diadakan
mengembangkan siswa Perbaikan
dalam dapat
dilakukan dengan adanya penggunaan metode belajar tertentu yang dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran IPA. Semiawan dalam Patta Bundu (2006:4)
mengenal model belajar seperti Contextual Teaching Learning, Cooperative learning,active
peneliti
menyatakan bahwa.
learning, Guided Discovery, dan sebagainya.
IPA dalam arti luas merupakan pelajaran
Namun, guru jarang menerapkan metode tersebut
dan penerjemahan pegalaman manusia tentang
dikarenakan
dunia fisik dengan cara teratur dan sistematik,
kurang
memahami
cara
melaksanakannya dalam pembelajaran. Selama cenderung
proses
pasif
dan
mencakup
semua
aspek
pengetahuan
yang
pembelajaran
siswa
dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas
guru
pusat
pada fakta dan konsep saja tetapi pada aplikasi
adalah
prosesnya
informasi. Saat guru memberikan pelajaran
pengetahuan
dan
siswa terlihat kurang semangat mengikuti
pemelekan pikir manusia.
mengacu
pada
pelajaran. Terdapat siswa yang mengantuk dan
Dari pengertian diatas dapat diketahui
mengobrol dengan teman sebangkunya. Ketika
bahwa pembelajaran IPA didasarkan dari proses
diberi pertanyaan guru secara lisan terdapat
yang berjalan dalam pembelajaran dan . Jika
siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan
siswa belum memahami proses yang ada dalam
guru
IPA maka siswa tidak akan mampu berpikir Dari berbagai permasalahan yang ada,
pembelajaran
konsep
dan
mengaplikasikannya pada kehidupan. Salah satu
potensi siswa dan kurang menekankan pada
metode yang dapat menjadikan siswa aktif dan
keterampilan proses siswa. Karena proses
paham terhadap konsep yang ada adalah metode
perolehan pengetahuan hanya dari guru dan
penemuan terbimbing atau Guided Discovery.
sumber utama pembelajaran
Guided discovery menekankan pada kemampuan
di
kurang
pemahaman
memaksimalkan
Hampir
IPA
dalam
setiap
adalah guru.
pertemuan,
guru
siswa
untuk
memperoleh
ilmu
dengan
menyampaikan materi dengan ceramah dan
memahami suatu konsep yang berorientasi pada
siswa hanya mendengarkan saja. Hal ini
keterampilan proses. Metode ini membuat siswa
menyebabkan
belajar secara aktif.
siswa
kurang
tertarik
pada
528 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke-6 2017
Carin & Sund (1993: 103) menyatakan
Setting Penelitian
bahwa untuk anak usia sekolah dasar paling tepat
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Netral
ialah menggunakan metode guided discovery
D Yogyakarta. Penelitian ini digunakan dalam
yaitu gabungan antara pendekatan ekspositori
mata pelajar IPA kelas V semester II dengan
dan pendekatan inkuiri. Maksudnya dalam
materi Sifat-sifat cahaya. Siklus penelitian ini
pembelajaran
terdiri
disekolah
dasar
tetap
ada
atas
perencanaan,
dan
tindakan
bimbingan dari guru agar proses pembelajaran
oberservasi,
efektif dan siswa mampu mengembangkan
berulang-ulang sampai indikator pencapaian
keterampilan proses IPA dan menemukan sendiri
PTK ini dapat tercapai.
dan
refleksi
yang
dilakukan
konsep-konsep IPA. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Setiawan (2008: 3) bahwa metode
Model Penelitian
penemuan terbimbing merupakan metode yang
Dalam penelitian ini model penelitian yang
mendorong
digunakan
siswa
untuk
berpikir
sendiri
adalah
model
penelitian
yang
berdasarkan bahan yang difasilitasi oleh guru.
dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart.
Dalam pendapat tersebut siswa berpikir sendiri
Penelitian ini
tanpa adanya pemberitahuan fakta dari guru.
siklus. Dalan setiap siklus terdiri dari beberapa
Dengan menemukan sendiri dan menyelidiki
tahapan,
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan
pengamatan, dan refeksi.
dilaksanakan
yaitu
:
dalam
perencanaan,
beberapa
pelaksanaan,
tahan lama dalam ingatan, dan tidak mudah dilupakan oleh anak.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: 1. Observasi berupa lembar observasi aktivitas
METODE PENELITIAN
guru dalam mengajar menggunakan metode
Jenis Penelitian Penelitian
ini
merupakan
tindakan
kelas.
jenis
penelitian
Guided Discovery.
ini,
2. Tes berupa data hasil tes siswa disetiap akhir
mahasiswa bertindak sebagai peneliti. Pada
siklus yang berupa soal pilihan ganda
pelaksanaannya, guru berperan memberikan
berjumlah 20 soal pada setiap siklus.
Dalam
penelitian
tindakan kepada siswa sedangkan peneliti melakukan
pengamatan
terhadap
kegiatan
3. Dokumentasi
berupa
foto
Discovery
dilakukan untuk mengetahui dampak dari
lapangan, hasil observasi, dan
kegiatan yang telah dilakukan.
setiap akhir siklus.
Penelitian
tindakan
saat
pembelajaran menggunakan metode Guided
pembelajaran yang berlangsung. Penelitian ini
Subjek Penelitian
pada
berlangsung,
catatan
hasil
hasil
tes
Teknik Analisis Data kelas
ini
mengambil
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang
subjek siswa kelas V SD Netral D Yogyakarta
digunakan adalah teknik analisis data deskriptif
yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 13
kualitatif dan deskriptif kuantitatif.Data yang
siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
dianalisis
secara
dekriptif
kualitatif
berupa
Penerapan Metode Guided .... (Tri Rahmawati Shalihah) 529
lember observasi untuk guru dan siswa, dan data
kurang mampu memprediksi dan menyimpulkan
yang dianalisis secara kuantitatif berupa tes hasil
hasil pemikiran sendiri dengan tepat. Selain itu
belajar siswa.
mereka
belum
mampu mengkomunikasikan
hasil belajarnya baik HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
secara
lisan
maupun
tulisan. Menurut Conny Semiawan (2008: 137)
Penelitian ini dilakukan untuk kelas V
rendahnya
keterampilan
SD Netral D Yogyakarta yang terdiri dari
membawa
akibat
siklus I dan II, setiap siklus terdiri dari dua
memahami konsep IPA yang abstrak, sehingga
pertemuan.
untuk
konsep tersebut tidak dimilikinya secara tuntas.
meningkatkan keterampilan proses IPA siswa
Oleh karena itu, perlu dilaksanakan penelitian
dengan metode guided discovery. Setiap siklus
tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan
dilakukan
keterampilan proses dasar IPA siswa.
Penelitian
bertujuan
observasi terhadap keterampilan
proses
siswa
dasar
kesulitan
IPA dalam
proses IPA siswa. Keterampilan proses yang
Pada tindakan siklus I menggunakan
diamati adalah keterampilan proses dasar yang
metode guided discovery guru belum optimal
terdiri
dari
mengamati,
mengklasifikasi,
dalam
menjalankan
memprediksi,
mengukur,
menyimpulkan,
discovery. pada tahap pre-activity discussion di
langkah-langkah
guided
metode
awal pembelajaran guru sudah memberikan
pembelajaran
motivasi, menyampaikan rumusan masalah dan
meliputi langkah-langkah preparation, pre-
menyampaikan langkah kegiatan yang akan
activity discussion, data collect, follow up.
dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah yang
mengkomunikasikan.
Pelaksanaan
discovery
guided
dalam
Berdasarkan
hasil
dilakukan
sebelum
diketahui
bahwa
observasi
dilakukan
yang
tindakan,
disampaikan, siswa didorong untuk membuat hipotesis.
Namun,
setelah
itu
guru
belum
pembelajaran
mengajak siswa untuk membuat hipotesis dari
menggunakan metode ceramah, sehingga siswa
rumusan masalah yang disampaikann guru. Saat
lebih
Proses
pengumpulan data guru juga belum optimal
pembelajaran yang seharusya praktikum juga
dalam membimbing siswa. Pada langkah follow
dilakukan dengan ceramah, sehingga siswa
up guru juga belum memberikan reward baik
cenderung pasif selama kegiatan pembelajaran.
secara verbal maupun non verbal untuk.
banyak
proses
mendengarkan.
Pada siklus I proses pembelajaran dengan
Hal demikian sesuai dengan pendapat Srini M. Iskandar (1997:50) jika pelajaran IPA tanpa
kelompok
keterampilan
keterampilan
kebosanan
proses pada
diri
akan siswa
menimbulkan dan
tidak
besar
membuat
proses
siswa
pengembangan kurang
optimal.
Pembagian kelompok tersebut berakibat pada
memberikan gambaran yang benar tentang
banyaknya
IPA.
percobaan dan membuat keterampilan proses Hasil
observasi
juga
menunjukkan
siswa
yang
kurang
dalam
rendah.
keterampilan proses IPA siswa.
mengamati siswa yang kurang teliti. Siswa juga
saat
sains siswa kurang berkembang. Keaktifan siswa
bahwa keterampilan proses sains siswa masih Hal ini dilihat dari kemampuan
aktif
setiap
kegiatan
yang
menunjang
Proses pembelajaran yang belum optimal
530 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke-6 2017
menyebabkan keterampilan proses sains siswa
Hal ini dibuktikan dengan rata-rata persentase
yang belum mencapai kriteria, oleh karena itu
keterampilan
penelitian dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
meningkat menjadi 77,89%. Selain itu siswa
Pelaksaan proses pada siklus II berdasarkan
yang memiliki keterampilan proses IPA dengan
refleksi pada siklus I. Perbaikan pelaksaan
kriteria tinggi mengalami peningkatan menjadi
metode guided discovery dalam pembelajaran.
20 siswa (80%) dari 25 siswa. Keberhasilan yang
Pada siklus II sudah melakukan semua
proses
IPA
pada
siklus
II
diperoleh dari siklus II merupaka perbaika dari
discovery.
siklus I, dimana bimbingan guru kepada siswa
Pada tahap pembuatan hipotesis guru sudah
lebih maksimal sehigga keterampilan proses
mendorong siswa untuk mengajukan hipotesis
meningkat.
langkah
dalam
metode
guided
disampaikan
Pembentukan kelompok pada siklus II
guru. Pembagian kelompok menjadi lebih
terdiri dari 2 sampai 3 orang tiap kelompok.
kecil lebih (2-3orang) mengoptimalkan siswa
Pembentukan kelompok pada siklus II lebih
dalam pengumpulan data dan pengolahan
efektif dibandingkan siklus I. Pembagian tugas
data. Siswa lebih aktif dalam melaksanakan
dan kerjasama siswa dalam kelompok lebih
percobaan dan dapat menunjang keterampilan
merata. Siswa lebih fokus dengan kegiatan
proses IPA siswa. Selain itu, Keterlibatan
kelompok untuk menemukan pengetahuan yang
siswa
memberikan
mereka bangun sendiri. Siswa mencermati setiap
kesempatan kepada siswa untuk menemukan
langkah-langkah kegiatan yang dilakukan. Guru
pegetahua melalui keterampilan proses sains
juga memberikan bimbingan maksimal kepada
dasar.
siswa yang bertanya dan kesulitan.
dari
rumusan
secar
masalah
aktif
yang
dapat
Adanya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan
proses
sains
siswa
sudah
mengumpulkan
batasan data
dan
waktu mengolah
ketika data
mengalami peningkatan dari sebelum ada
menghasilkan efektifnya kerja kelompok siswa.
tindakan ke siklus I. Hal ini ditunjukkan
Hal ini bertujuan agar siswa lebih fokus dan
dengan rata-rata persentase ketrampilan proses
bertanggung jawab dengan kegiatan
IPA pada pratindakan hanya 45% menjadi
mereka laksanakan. Sesuai dengan pendapat
61,84% di siklus I meskipun demikian hasil
Carin & Sund (1989:104) pembelajaran melalui
tersebut belum mecapai kriteria keberhasilan
guided discovery membuat siswa mejadi lebih
tindakan yang telah direncanakan karena hanya
bertaggung jawab atas pembelajaran mereka
sebayak 4 siswa dari 22 siswa yang memiliki
sendiri.
yang
keterampilan proses IPA dengan kriteria tinggi.
Berdasarkan hasil pegamatan terhadap
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan peneliti
proses pembelajaran IPA menggunakan metode
beserta guru kelas yaitu minimal 75% dari
guided discovery dan keterampilan proses IPA
seluruh siswa memiliki keterampilan proses
siswa yang telah diuraikan diatas, menunjukkan
dengan kriteria tinggi.
bahwa
pembelajaran
menggunakan
metode
Keterampilan proses pada siklus II
guided discovery telah diterapkan secara optimal
mengalami peningkatan dari kondisi siklus I.
dan mampu meningkatkan keterampilan proses
Penerapan Metode Guided .... (Tri Rahmawati Shalihah) 531
sains
siswa.
Keterampilan
proses
sains
metode
guided
discovery yang
digunakan,
melalu6,05%. Hal ini dapat dilihat rata-rata
sedangkan keterampilan proses IPA ditinjau dari
keterampilan proses sains pada siklus I sebesar
kriteria
61,84% meningkat menjadi 77,89% pada siklus
Peningkatan keterampilan proses IPA tersebut
II. Dengan demikian, penelitian ini dikatakan
terjadi
berhasil
discovery sebagai berikut (1) guru menyiapkan
dan
siklus
dalam
penelitian
ini
keterampilan
karena
proses
penggunaan
IPA
siswa.
metode
guided
materi alat dan bahan untuk pembelajaran (2)
dihentikan. Hasil penelitian juga sejalan dengan
guru
memberikan
motivasi
motivasi
dan
penelitaian
yang
dilakukan
Nur
Anifah.
apersepsi berupa pertayaan diawal pembelajaran,
Penelitian
yang
dilakukan
Nur
Anifah
(3)guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (4)
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
guru memberikan penjelasan langkah pelajaran
keterampilan proses mengamati dan hasil
meggunakan metode guided discovery, (5) guru
belajar
melalui
menyampaikan rumusan masalah secara lisan
metode guided discovery siswa kelas V SD
dan membimbing siswa membuat hipotesis (6)
Negeri Kepuhan, Sewon. Persamaan penelitian
guru membimbing siswa dalam pengumpulan
yang dilakukan dengan Nur Anifah adalah
dan analisis data (7) siswa mempresetasikan
sama-sama
hasil diskusi, membuat kesimpulan.
ilmu
pengetahuan
meggunakan
alam
metode
guided
Penggunaan
guided
discovery
perbedaan penelitian terletak pada subjek,
sesuai langkah tersebut dilakukan
dengan
tempat,
optimal
discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD,
dan
waktu
penelitian.
Perbedaan
siswa
metode
sangat
dalam
berdampak
pada
lebih mendalam terletak pada keterampilan
pembelajaran
proses yang diamati dalam penelitian. Nur
peningkatan keterampilan proses
anifah
hanya
Pada siklus pertama siswa dengan kriteria tinggi
mengambil satu keterampilan proses yaitu
sebayak 5 siswa atau sebesar (20%), dan
mengamati sedangkan dalam penelitian ini
meningkat pada siklus II menjadi 20 siswa atau
meliputi enam keterampilan proses dasar yaitu
sebesar
mengamati,
memprediksi,
memenuhi kriteria keberhasilan tindakan yaitu
dan
75% siswa menempati kriteria skor keterampilan
memilih
hasil
belajar
megklasifikasi,
mengukur,
dan
meyimpulkan
proses
mengkomunikasikan.
80%.
dasa
sehingga
antusias
Peningkatan
IPA tinggi
IPA
tersebut
dengan
siswa.
sudah
presentase
minimal 75. KESIMPULAN DAN SARAN Saran
Kesimpulan dan
Berdasarkan hasil penelitian keterampilan
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
proses IPA siswa dengan menggunakan metode
penerapan metode guided discovery mampu
guided discovery pada siswa kelas V SD Netral
meningkatkan keterampilan proses IPA siswa
D Yogyakarta, maka peneliti dapat memberikan
kelas V SD Netral D Yogyakarta. Proses
saran sebagai berikut. Peggunaan metode guided
pembelajaran ditinjau dari langkah-langkah
discovery dapat digunakan untuk meningkatkan
Berdasarkan
hasil
penelitian
532 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 5 Tahun ke-6 2017
keterampilan proses dasar IPA siswa. Guru harus memahami
langkah-langkah
kegiatan
dalam
metode guided discovery. Siswa juga harus berpartisipasi aktif dalam setiap pembelajaran agar hasilnya optimal.
DAFTAR PUSTAKA Carin, A.Arthur & Sund, Robert B. (1993). Teaching Science Through Discovery. Ohio: Memil Publishing Company, A Bell & Houwell Information Company. Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran. Jakarta : AV Publisher. Herry, Hernawan, Asep. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.M. Nana Sudjana. (2006). Dasar-Dasar dalam Proses Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Patta Bundhu. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Setiawan. (2008). Strategi Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. Usman Samatowa. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.