The Effect of Burial of Bauxite Sludge Waste to Seagrass Growth (Thalassia hemprichii)
Fendi Susanto Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected] Arief Pratomo Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected] Andi Zulfikar Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Abstract The purpose of this research was to determine the effect of burial of bauxite sludge waste against the growth of seagrass (Thalassia hemprichii). Experimental examples unit are according to the species of seagrass Thalassia hemprichii. Treatment variables to test example unit consists of THE control over the waste burial of different bauxite sludge : 0 gr; 100 gr; 250 gr; 500 gr, and 750 gr. Observation variable is the number of growth of long-leaf and the shoots mortality. The results showed that the statistical tests based on the 95% confidence level (α = 0,05), that there is no significant difference between the treatment of bauxite sludge burial to the relative growth of long-leaf and also the relative mortality among treatments shoots of seagrass (Thalassia hemprichii). Keywords: Burial, Bauxite Sludge, Seagrass, Thalassia hemprichii
1
PENGARUH PENIMBUNAN LUMPUR LIMBAH BAUKSIT TERHADAP PERTUMBUHAN LAMUN (Thalassia hemprichii)
Fendi Susanto Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Arief Pratomo Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Andi Zulfikar Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penimbunan lumpur limbah bauksit terhadap pertumbuhan lamun (Thalassia hemprichii). Unit contoh percobaan yaitu jenis lamun Thalassia hemprichii. Variabel perlakuan terdiri dari kontrol atas penimbunan lumpur limbah bauksit yang berbeda : 0 gr, 100 gr, 250 gr, 500 gr, dan 750 gr. Variabel pengamatan adalah jumlah pertumbuhan panjang daun dan kematian rumpun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik berdasarkan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara perlakuan penimbunan lumpur bauksit terhadap pertumbuhan relatif panjang daun dan juga kematian relatif rumpun lamun (Thalassia hemprichii). Kata kunci: Penimbunan, Lumpur Bauksit, Lamun, Thalassia hemprichii
2
I.
PENDAHULUAN
kekeruhan perairan yang diakibatkan oleh
Lamun adalah tumbuhan berbunga
berbagai
kegiatan
seperti
reklamasi,
yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri
penggalian pasir dan limbah tambang bauksit.
untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan
Akibat hal tersebut adalah menurunnya
ini terdiri dari rhizoma, daun dan akar.
kualitas
Dengan rhizoma dan akarnya, tumbuhan
kekeruhan
tersebut dapat menancapkan diri dengan
(Agustinus et al, 2010).
kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap
perairan
karena
dan
Pulau
meningkatnya
sedimentasi
Bintan
bauksit
perairan
termasuk
penting
hempasan gelombang dan arus. Padang
tambang
lamun juga dapat memperlambat air yang
(www.tekmira.esdm.go.id).
disebabkan oleh arus dan gelombang hingga
pertambangan
menyebabkan perairan sekitarnya menjadi
perusahaan pertambangan bauksit di Pulau
lebih tenang. Dengan demikian, lamun
Bintan pada umumnya belum menerapkan
bertindak sebagai penangkap sedimen dan
konsep pengelolaan pertambangan yang baik
sebagai pelindung pantai, pencegah erosi
dan benar (good mining practice) sehingga
(Nontji, 2007)
dapat
yang
menimbulkan
di
daerah Indonesia Kegiatan
dilakukan
dampak
oleh
lingkungan
Pulau Bintan termasuk kawasan yang
terhadap wilayah di sekitar pertambangan
mempunyai keanekaragaman lamun yang
tersebut (Agustinus et al, 2010). Limbah
tinggi. Potensi sumberdaya lamun di perairan
pertambangan bauksit yang umumnya berupa
Desa Teluk Bakau dilihat dari jenis yang
tailling lumpur merah (red mud), baik secara
ditemukan
langsung maupun tidak langsung terbuang di
tergolong
beranekaragam
jenisnya, karena memiliki 10 jenis lamun
perairan sekitar lokasi kegiatan.
yang ditemukan di perairan Desa Teluk Bakau,
antara
lain
sedimentasi
limbah
lumpur
acoroides,
tambang bauksit dapat menutupi tanaman
Cymodocea serrulata, Thalassia hemprchii,
lamun. Secara umum, penimbunan sedimen
Halodule
pasir terbukti mempunyai pengaruh terhadap
uninervis,
Enhalus
Hasil
Halophila
minor,
Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia,
jumlah
Syringodium isotifolium, Thalassodendron
fotosintesis, dan biomassa lamun (Craig et
ciliatum, Halophila. Sp. Sumberdaya lamun
al., 2008). Pengaruh tersebut telah diteliti
yang paling mendominasi adalah Enhalus
pada jenis Enhalus accoroides, Thalassia
acoroides (Sitorus, 2011).
hemprichii, Cymodocea sp., dan Halophylla
Namun begitu, ekosistem lamun di
tingkat
1994; Cabaço et al ,2008).
lingkungan dan kegiatan manusia. Ancaman dampak sedimentasi
pertumbuhan,
sp. (Duarte et al, 1997; Marba dan Duarte
pulau ini terancam degradasi akibat tekanan
utama adalah
rumpun,
Namun
dan
demikian,
pengaruh
sedimentasi lumpur bauksit terhadap lamun,
3
masih sedikit diketahui secara ilmiah. Oleh
mampu hidup secara permanen di bawah
karena itu penelitian dilakukan agar diperoleh
permukaan
pemahaman
rhizoma,
pengaruh
lebih dan
mendalam
dampak
mengenai
limbah
air
laut.
daun,
dan
Lamun akar
memiliki
sejati
yang
lumpur
beradaptasi secara penuh di perairan yang
tambang bauksit terhadap ekosistem lamun
salinitasnya cukup tinggi (McKenzie &
khususnya jenis Thalassia hemprichii di
Yoshida, 2009).
Pulau Bintan.
Spesies yang banyak ditemukan di
Secara khusus, penelitian mempunyai tujuan
untuk
mengetahui
Indonesia adalah Thalassia hemprichii dan
pengaruh
Enhalus acroides (Neinhius et al, 1989;
penimbunan sedimen limbah bauksit terhadap
Kiswara, 1996 dalam McKenzie & Yoshida,
pertumbuhan
2009).
lamun
jenis
Thalassia
hemprichii.
hemprichii adalah yang paling luas di seluruh
Adapun hipotesa awal peneliti sebagai
Indonesia dan terdapat di berbagai habitat
berikut : H0
Padang lamun jenis Thalassia
dan jenis substrat dan secara vertikal hidup di :
Semua
lumpur
perlakuan
penimbunan
zona intertidal sampai ke zona subtidal
bauksit
memberikan
(Brouns, 1985 dalam McKenzie & Yoshida,
limbah
pengaruh
yang
pertumbuhan
sama
Lamun
2009).
terhadap
jenis
Bijih bauksit umumnya berwarna
Thalassia
coklat kemerahan, coklat kekuning-kuningan,
hemprichii. perlakuan
penimbunan
kuning kecoklatan. Secara fisik, bijih bauksit
bauksit
memberikan
bersifat keras, berongga, dan fragmental
pengaruh yang tidak sama terhadap
dengan ukuran fragmen berkisar (1 mm - 1,5
pertumbuhan
cm). Komposisi fragmen dan matriks telah
H1
:
lumpur
Semua limbah
Lamun
jenis
Thalassia
mengalami pelapukan secara intensif dan
hemprichii. Manfaat hasil penelitian diharapkan
pada umumnya menjadi mineral lempung dan
dapat menjadi rujukan bagi kajian dampak
oksida besi. Lebih lanjut Agustinus et al,
tambang bauksit terhadap ekosistem lamun,
(2010) menyatakan bahwa bijih bauksit di
kebijakan
Bintan mengandung beberapa jenis mineral,
pengelolaan
dan
konservasi
ekosistem lamun di kawasan yang terdapat
seperti:
Gibbsitte
pertambangan bauksit, dan kemungkinan
(Fe2O3),
upaya rehabilitasi ekosistem lamun yang
[Al2Si2O2(OH)4] (termasuk jenis lempung).
terkena dampak tambang bauksit.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian
Goethite
[Al(OH)3], (Fe3O(OH),
Hematite Nacrite
bauksit mengandung mineral lempung yang II.
TINJAUAN PUSTAKA
berpotensi terjadinya kekeruhan perairan
Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkeping tunggal (Monokotil) yang
4
III.
Percobaan Acak Lengkap mengikuti standar
METODE PETA LOKASI PENELITIAN 104°35 '
104°40 '
104 °45'
rancangan Sokal & Rohlf (1995).
104 °50'
N
Dalam
Desa Malangrapat
1°5'
1°5 '
Kawal Laut Malangrapat Pulau Pulau Beral as Bakau Pulau Beral as Pasir Teluk Bakau
perancangan
percobaan
sebagai unit contoh percobaan. FENDI SUSANTO 100254241002 IKL_FIKP UMRAH
Kelurahan Kawal
Gambar 2. Gambar jenis lamun yang digunakan dalam penelitian (Sumber : McKenzie & Yoshida, 2009)
0°55'
0 °55 '
SKALA :
1:170798 2
0
2
4 Km
104°40 '
peneliti
menggunakan lamun Thalassia hemprichii
1°00 '
P. Mapur
104°35 '
ini,
# Titik Stasiun
P. Beralas Bakau
1°00'
#
melakukan
KETERANGAN :
P. Beralas Pasir Desa Teluk Bakau
penelitian
104 °45'
104 °50'
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di habitat padang lamun Pantai Bintan Timur, tepatnya di Desa Teluk Bakau Kecamatan Gunung
Variabel bebas yakni kontrol dan
Kijang Kabupaten Bintan. Lama percobaan
perlakuan, sementara variabel terikat yakni
selama 3 bulan. Alat dan bahan yang
pertumbuhan panjang daun dan jumlah
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
rumpun lamun. Variabel perlakukan terhadap
pada tabel 1.
unit contoh percobaan terdiri dari kontrol terhadap tingkat berat limbah lumpur bauksit
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan No Alat Kegunaan 1. Multitester Mengukur suhu, oksigen terlarut dan pH perairan 2. Salinometer Mengukur salinitas perairan 3. Kertas label dan Menandai unit kantong plastik percobaan 4. Pipa paralon Media unit PVC percobaan 5. Alat tulis dan Untuk mencatat lembar data data percobaan dan kualitas air 6. Kamera Untuk dokumentasi 7. Timbangan Untuk menimbang berat lumpur limbah bauksit No. Bahan Kegunaan 1. Lumpur bauksit Sebagai sampel perlakuan untuk unit percobaan
yang berbeda yaitu 0 gr; 100 gr; 250 gr; 500 gr, dan 750 gr. Lumpur bauksit yang diambil adalah lumpur halus yang berasal dari limbah penambangan bauksit di daerah Sei Carang. Karakteristik lumpur ini telah diteliti oleh Zulfikar (2012).
Substrat alami
Gambar 3. Bentuk rancangan paralon untuk perlakuan percobaan dan perlakuan terhadap lamun.
Metode penelitian yang digunakan
Pengulangan
perlakuan
dilakukan
mengadopsi metode penelitian Pratomo et al.
sebanyak 5 kali. Dengan demikian total
(2013)
jumlah unit contoh percobaan yang diamati
yaitu
menggunakan
Rancangan
5
sejumlah: kelompok x perlakukan (termasuk
Secara statistik, analisis pengaruh
kontrol) x ulangan = 1 x 6 x 5 = 30 unit
perlakuan
contoh percobaan.
menggunakan ANOVA satu arah pada nilai α
Pengamatan
variabel
pertumbuhan
terhadap
lamun
percobaan
= 0,05 terhadap hasil data pengamatan lamun
lamun yang diamati mengadopsi percobaan
percobaan.
Cabaço et al (2008), yaitu :
ANOVA, dilakukan uji terhadap asumsi
a)
tingkat
Panjang daun (P)
Sebelum
kenormalan
dilakukan
data
analisis
dengan
Uji
P = p2 – p1
Kosmolgorov-Smirnov karena ulangan unit
Pr = (p2 – p1)/p1 X 100
contoh percobaan kurang dari 30. Bila hasil
Dimana p1 adalah panjang daun pada awal
analisis menunjukkan terdapat perbedaan
percobaan, sedangkan p2 adalah panjang
nyata maka dilakukan analisis lanjutan
daun diakhir percobaan.
dengan Post Duncan untuk melihat perlakuan mana yang menghasilkan perbedaan nyata.
b)
Jumlah rumpun lamun (R)
Semua
M = m1 – m2
perhitungan
statistik
dilakukan
dengan menggunakan software SPSS.
Mr = (m1 – m2)/ m1 X 100 Dimana m1 adalah jumlah rumpun lamun di
IV.
awal percobaan, sedangkan m2 adalah jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN Keseluruhan perlakuan penimbunan
rumpun lamun di akhir percobaan.
lumpur limbah bauksit terhadap lamun jenis
Data penunjang yang diamati adalah
Thalassia hemprichii menunjukkan bahwa
kualitas
lamun
tidak adanya pengaruh yang signifikan.
percobaan berada. Data kualitas perairan
Menurut Cabaço et al (2008), jenis Thalassia
tersebut meliputi suhu, salinitas, pH, DO,
hemprichii merupakan salah satu jenis yang
sedimen pasir dan bauksit. Pengamatan data
cukup tahan terhadap erosi dan timbunan
suhu, salinitas, pH dan DO dilakukan setiap 2
sedimen pasir.
data
perairan
tempat
minggu sekali. Lalu, dicatat ke dalam lembar 4.1
data. Untuk sedimen pasir dan bauksit diambil
satu
kali
dan
di
Pertumbuhan Panjang daun
analisis
menggunakan metode Wentworth (Hutabarat dan Evans, 1985 dalam Hasanuddin, 2013). Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan statistik. Secara kualitatif, hubungan tingkat penimbunan lumpur selama 3
bulan
terhadap
pertumbuhan
lamun Gambar 3. Grafik Rata-rata Pertumbuhan Relatif Panjang Daun Lamun (Thalassia hemprichii)
percobaan dilihat secara grafis. Hubungan tersebut baik terhadap tingkat perpanjangan daun maupun tingkat kematian rumpun.
6
Uji statistik menggunakan software
jenis Thalassia hemprichii pada panjang daun
SPSS ver. 17. Untuk mengetahui pengaruh
adalah tidak ada beda nyata.
penimbunan lumpur limbah bauksit terhadap 4.2
pertumbuhan daun lamun jenis Thalassia
Mortalitas Rumpun Lamun
hemprichii dilakukan uji ANOVA. Sebelum dilakukan uji ANOVA, dilakukan uji terhadap asumsi tingkat kenormalan data pertumbuhan panjang
daun
lamun
menggunakan
Kosmolgorov-Smirnov Test, karena ulangan unit contoh percobaan kurang dari 30. Dari output SPSS diperoleh nilai probabilitas
Gambar 4. Grafik Rata-rata Mortalitas
sebesar 0,190. Dikarenakan hasil tersebut >
Relatif
0,05, maka data pertumbuhan relatif panjang daun
lamun
homogenitas
berdistribusi
normal.
dilakukan
menggunakan
Rumpun
Lamun
(Thalassia
hemprichii)
Uji
Untuk mengetahui mortalitas rumpun
Levene’s Test of Equality of Error Variances.
lamun
Diperoleh data nilai probabilitas sebesar
homogenitas dan uji ANOVA. Untuk uji
0,089 atau > 0,05, maka pertumbuhan relatif
terhadap asumsi tingkat kenormalan data
panjang daun lamun merupakan varians
mortalitas
populasinya sama. Dari kedua uji tersebut
diperoleh nilai probabilitas (Asymp. Sig. (2-
menandakan terpenuhinya kriteria untuk uji
tailed)) sebesar 0,000. Dikarenakan hasil
ANOVA.
tersebut <0,05, maka data mortalitas relatif
dilakukan
uji
rumpun,
normalitas,
dari
output
uji
SPSS
rumpun lamun berdistribusi tidak normal. Tabel 2. Output Uji ANOVA ANOVA Pertumbuhan daun Sum of Mean Squares df Square F Between 22937.92 5 4587.584 .619 Groups 0 Within 155709.6 21 7414.743 Groups 03 Total 178647.5 26 22
Sementara itu, untuk uji homogenitas dari Levene’s Test of Equality of Error Variances diperoleh data nilai probabilitas sebesar 0,012 Sig. .687
atau < 0,05, maka varians mortalitas relatif rumpun lamun
tidak sama. Karena data
mortalitas relatif rumpun lamun memiliki varians
yang
tidak
berdistribusi normal, dilakukan
uji
sama maka
ANOVA.
dan
tidak
tidak dapat Tapi
untuk
Output dari SPSS diperoleh F sebesar
mengetahui pengaruh penimbunan lumpur
0,619 dengan probabilitas 0,687 atau > 0,05,
limbah bauksit terhadap mortalitas relatif
maka diketahui nilai mean populasi adalah
rumpun lamun dapat diuji menggunakan
sama atau pengaruh penimbunan lumpur
Kruskal-Wallis Test.
limbah bauksit terhadap pertumbuhan lamun
7
salinitas 32,070/00, DO 6,61 mg/l dan pH 7,74.
Tabel 3. Output Uji Kruskal-Wallis Ranks Perlakuan N Mean Rank Mortalitas Kontrol 5 10.00 rumpun 0 gr 3 15.33 100 gr 5 18.10 250 gr 5 12.70 500 gr 5 17.60 750 gr 4 10.00 Total 27
Nilai tersebut terkategorikan baik dan dapat menunjang pertumbuhan lamun. Dari hasil analisis sedimen substrat diperoleh bahwa yang mendominasi adalah butiran pasir sangat halus yakni 57,65 %. Untuk
V.
1)
2)
lamun
secara
begitu
berpengaruh
atau
Uji statistik menunjukkan pengaruh
terhadap pertumbuhan lamun jenis
penimbunan lumpur limbah bauksit terhadap di
keseluruhan perlakuan. 4.3
daun
penimbunan lumpur limbah bauksit
> 0.05, maka tidak ada beda nyata pengaruh
lamun
pertumbuhan
terhadap
panjangnya tetap bertambah.
dan
probabilitas yang diperoleh adalah 0.186 atau
rumpun
pengaruh
tidak
kontrol. Diperoleh juga data statistik Kruskal7,496
mempunyai
pertumbuhan vertikal (panjang) daun
gram, 0 gram, 250 gram, 750 gram dan
sebesar
Secara kualitatif, penimbunan tersebut
horizontal (lebar). Sedangkan untuk
secara berurut yaitu perlakuan 100 gram, 500
relatif
KESIMPULAN DAN SARAN
adalah sebagai berikut:
yang paling tinggi sampai yang terendah
mortalitas
bauksit
Adapun kesimpulan dari penelitian ini
5 .186
(chi-square)
sedimen
23,91 %.
Dari nilai diketahui nilai pengaruh
Wallis
analisis
didominasi oleh butiran pasir sedang yakni
Test Statisticsa,b Mortalitas rumpun Chi-Square 7.496 df Asymp. Sig.
hasil
Thalassia
hemprichii
pertumbuhan
panjang
mortalitas
relatif
daun
rumpun
pada dan lamun
adalah tidak ada beda nyata.
Pengamatan Data Penunjang 3)
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
H0
diterima
yaitu semua
perlakuan penimbunan lumpur limbah bauksit memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan Lamun jenis
Thalassia
hemprichii
(baik
pertumbuhan panjang daun maupun mortalitas Gambar 5. Grafik Data Kualitas Perairan Dari perairan
hasil
diperoleh
pengukuran nilai
suhu
rumpunnya).
Dapat
disimpulkan pula bahwa Lamun jenis
parameter
Thalassia hemprichii cukup tahan
0
28,85 C,
8
terhadap penimbunan lumpur limbah
erosion on seagrasses: A review. Elsivier Ltd. Estuarine, Coastal and Shelf Science 79 (2008) 354–366. doi:10.1016/j.ecss.2008.04.021
bauksit. Adapun saran penelitian ini adalah
Craig, C., Echeverria, S. W., Carrington, E., Shafer, D. 2008. Short-Term Sediment Burial Effects on the Seagrass Phyllospadix scouleri. ERDC TNEMRRP-EI-03.
sebagai berikut: Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemulihan setelah perlakuan penimbunan.
Duarte, C.M., Terrados, J., Agawin, N.S.R., Fortes, M.D., Bach, S., Kenworthy, J., 1997. Response of a mixed Philippine seagrass meadow to experimental burial. Marine Ecology Progress Series 147, 285–294.
Perlunya dilakukan penelitian untuk jenis lain, tingkat berat limbah lumpur bauksit yang lebih tinggi dan waktu penimbunan yang lebih lama. Perlunya mengenai
dilakukan beda
penelitian
pengaruh
Hasanuddin, R. 2013. Hubungan Antara Kerapatan dan Morfometri Lamun Enhalus Acoroides dengan Susbstrat dan Nutrien di Pulau Sarappo Lompo Kab. Pangkep. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanuddin.
antara
sedimen pasir dan sedimen lumpur limbah bauksit. Bagi Pemerintah Daerah diperlukan
Marba,N. Duarte, C. M. 1994. Growth response of the seagrass Cymodocea nodosa to experimental burial and erosion. Ecology Progress Series. Vol. 107: 307-311
kebijakan pengelolaan dan konservasi ekosistem lamun di kawasan yang terdapat pertambangan bauksit, dan kemungkinan
upaya
rehabilitasi
McKenzie, L. J. & Yoshida, R.L. 2009. Seagrass-Watch: Proceedings of a Workshop for Monitoring Seagrass Habitats in Indonesia. The Nature Conservancy Coral Triangle Centre, Sanur, Bali, 9th May. (SeagrassWatch HQ, Cairns). 56pp.
ekosistem lamun yang terkena dampak tambang bauksit. VI.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus, E. T. S., Soebowo, E., Suriadharma, A., Tatang, A. dan Sukmayadi, D. 2010. Kajian Dampak Penambangan Bauksit di Daerah Kijang dan Sekitar Pulau Mamot Korelasinya dengan Kemungkinan Perubahan Ekosistem Perairan Pesisir Timur Pulau Bintan dan Perairan Pesisir Pulau Mamot. COREMAP II – LIPI. Jakarta.
Nontji. 2007. Laut Nusantara. Cetakan ke-5. Jakarta: Djambatan. Pratomo, A., Jaya Y.V, Susanto F. Pengaruh Penimbunan Lumpur Limbah Bauksit terhadap Lamun Jenis Cymodocea spp. Penelitian Dosen Pemula. UMRAH
Anonim. 2012. Memotivasi Percepatan Pembangunan Pabrik Pengolahan dan Pemurnian Bauksit. www.tekmira.esdm.go.id.Akses Maret 2013.
Sitorus. 2011. Kajian Sumberdaya Lamun Untuk Pengembangan Ekowisata di Desa Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Cabaço, S. Santos, R., Duarte, C. M.. 2008. The impact of sediment burial and
9
Sokal, R.R., Rohlf, F.J., 1995. Biometry. The Principles and Practice of Statistics in Biological Research, third ed. WH Freeman and Co., New York, 887 pp. Zulfikar, A. 2012. Analisis Kandungan Logam pada Limbah Tailing (Red Mud) Tambang Bauksit. Dinamika Pesisir. Vol.2. no.1. 2012. Hal.90-98.
10