TESIS
PENGARUH BEBERAPA INDEKS SAHAM DAN INDIKATOR EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PASAR MODAL INDONESIA
I GUSTI AGUS ANDIYASA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
TESIS
PENGARUH BEBERAPA INDEKS SAHAM DAN INDIKATOR EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PASAR MODAL INDONESIA
I GUSTI AGUS ANDIYASA NIM : 1190662003
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
i
PENGARUH BEBERAPA INDEKS SAHAM DAN INDIKATOR EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PASAR MODAL INDONESIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GUSTI AGUS ANDIYASA NIM : 1190662003
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
ii
Lembar Pengesahan
Tesis Ini Telah Disetujui Tanggal: 9 Januari 2014
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
Dr. I.B. Anom Purbawangsa, SE.,MM NIP. 196200221987021002
Dr. Henny Rahyuda, SE.,MM.,Ak NIP. 197304202000122001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana
Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE., M.Si NIP. 195908011986012001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 195902151985102001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal: 6 Januari 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 3209/H14.4/HK/2013 Tanggal: 15 November 2013
Ketua: Dr. I.B. Anom Purbawangsa, SE.,MM Anggota: 1. Dr. Henny Rahyuda, SE.,MM.,Ak 2. Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS 3. Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si 4. Dr. Luh Gede Sri Artini, SE., M.Si
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: I GUSTI AGUS ANDIYASA
NIM
: 1190662003
PROGRAM STUDI
: MANAJEMEN
JUDUL TESIS
: PENGARUH BEBERAPA INDEKS SAHAM DAN INDIKATOR EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PASAR MODAL INDONESIA
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 9 Januari 2014
(I Gusti Agus Andiyasa)
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya/karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. I.B. Anom Purbawangsa, SE.,MM, pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesarbesarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. Henny Rahyuda, SE.,MM.,Ak, pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE., M.Si, Ketua Program Magister Manajemen Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS, Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si, dan Dr. Luh Gede Sri Artini, SE., M.Si yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan. dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis sekeluarga. Denpasar, Penulis vi
ABSTRAK
PENGARUH BEBERAPA INDEKS SAHAM DAN INDIKATOR EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PASAR MODAL INDONESIA Pasar Modal Indonesia mulai berkembang sangat pesat sejak akhir tahun 1988 sejalan dengan adanya rangkaian deregulasi perbankan dan pasar modal pada tahun 1986-1988. Hal ini ditambah lagi dengan makin bertambahnya dana asing yang masuk ke Indonesia yang akhirnya menyebabkan investor asing lebih dominan di Pasar Modal Indonesia. Dengan semakin berkembangnya kerja sama ekonomi regional maupun global, ekonomi dunia semakin terintegrasi dari tahun ke tahun. Kejadian yang terjadi di negara lain akan berdampak pula ke negara Indonesia tak terkecuali ke industri pasar modal. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh beberapa indeks saham dan indikator ekonomi global terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia (IHSG). Beberapa indeks saham global yang dipakai dalam penelitian ini yaitu indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks Shanghai (SSE), indeks UK:FT100 yang datanya diambil bulanan dari Januari 2008 sampai Desember 2012. Indikator ekonomi global yang digunakan dalam penelitian ini meliputi harga minyak dunia, harga emas dunia, dan kurs USD/IDR yang datanya diambil bulanan dari Januari 2008 sampai Desember 2012. Untuk mengetahui apakah beberapa indeks saham dan indikator ekonomi global mempunyai pengaruh positif atau negatif terhadap IHSG, alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa indeks Dow Jones, indeks Shanghai, dan indeks UK:FT100 berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG, sedangkan variabel indeks Nikkei 225, harga minyak dunia, harga emas dunia, dan kurs USD/IDR berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti tentang pengaruh beberapa indeks saham dan indikator ekonomi global terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia dapat menambahkan variabel indeks negara-negara Asia Pasific lainnya seperti: indeks Hangseng (Hongkong), indeks Kospi (Korea Selatan), indeks BSE (India) dan variabel makro ekonomi seperti: inflasi, BI rate, PDB (Produk Domestik Bruto). Kata Kunci: Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Indeks Shanghai (SSE), Indeks UK: FT100, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs USD/IDR
vii
ABSTRACT
THE INFLUENCES OF SEVERAL GLOBAL STOCK INDICES AND ECONOMIC INDICATORS TO THE CONDITION OF INDONESIAN CAPITAL MARKET Indonesian Capital Market very rapidly began to grow since the end of 1988 in line with a series of deregulations of banking and capital markets in 19861988. Both of these deregulations, which followed by the inflow of the foreign funds to Indonesia, eventually led to the dominance of the foreign investors in Indonesian Capital Market. With the developing movement of the regional economic and global economic cooperation, has led to increasingly the integrated of the world economy year by year. This economic conditions bring the progressive impact to all of the countries included Indonesia, which no exception to the capital markets industry. The main purpose of this study is to determine the effect of a stock indices and global economic indicators to the condition of Indonesian Capital Market (IHSG). The global stock indices that used in this study are: the Dow Jones index, Nikkei 225 index, Shanghai Composite Index (SSE), and UK : FT100 index, which taken monthly from January 2008 until December 2012. The Global economic indicators that used in this study include oil prices, gold prices, and the exchange rate USD / IDR that taken monthly from January 2008 until December 2012. To determine whether a stock index and global economic indicators have a positive or negative effect on IHSG, a tool already used in this study, which is using multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that the Dow Jones index, Shanghai index, and UK : FT100 index significantly give the positive effect to IHSG, while the Nikkei 225 index variable, world oil prices, gold prices, and the exchange rate USD/IDR giving negative effect to IHSG. Future studies wishing to examine the influence of multiple indices and global economic indicators of the condition of the Indonesian capital market can add a variable index of Asia Pacific countries such as: Hang Seng Index (Hong Kong), Kospi Index (South Korea), BSE index (India) and macroeconomic variables such as: inflation, BI rate, GDP (Gross Domestic Product). Keywords: Dow Jones Index, Nikkei 225 Index, Shanghai Composite Index (SSE), UK : FT100 Index, World Oil prices, World Gold prices, Exchange Rate USD / IDR
viii
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DALAM ............................................................................................. i PRASYARAT GELAR ...................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iv PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 14 1.2 Tujuan Penelitian..................................................................................... 14 1.3 Manfaat Penelitian................................................................................... 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ............................................................................................. 16 2.1.1 Investasi................ ................................................................................... 16 2.1.2 Pasar Modal..... ........................................................................................ 17 2.1.3 Bursa Efek...... ......................................................................................... 21 2.1.4 Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) ................................................... 22 2.1.5 Indeks Saham Global .............................................................................. 27 2.1.6 Indikator Ekonomi Global ....................................................................... 31 2.2 Empiris Variabel Penelitian..................................................................... 37 2.2.1 Pengaruh beberapa indeks saham global terhadap indeks harga saham . 37 2.2.2 Pengaruh indikator ekonomi global terhadap indeks harga saham ......... 41 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir dan Konseptual ......................................................... 46 3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 50 3.2.1 Pengaruh Perubahan Indeks Dow Jones terhadap Pergerakan IHSG...... 50 3.2.2 Pengaruh Perubahan Indeks Nikkei 225 terhadap Pergerakan IHSG ..... 51 3.2.3 Pengaruh Perubahan Indeks Shanghai terhadap Pergerakan IHSG ........ 52 3.2.4 Pengaruh Perubahan Indeks UK:FT100 terhadap Pergerakan IHSG ...... 53 3.2.5 Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia terhadap Pergerakan IHSG . 54 3.2.6 Pengaruh Perubahan Harga Emas Dunia terhadap Pergerakan IHSG .... 54 3.2.7 Pengaruh Perubahan Kurs (USD/IDR) terhadap Pergerakan IHSG ....... 55 ix
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian ............................................. 57 4.2 Variabel Penelitian .................................................................................. 57 4.2.1 Klasifikasi Variabel ................................................................................. 57 4.2.2 Definisi Operasional Variabel ................................................................. 58 4.3 Pengumpulan Data .................................................................................. 62 4.3.1 Jenis Data Menurut Sifatnya ................................................................... 62 4.3.2 Jenis Data Menurut Sumbernya .............................................................. 63 4.4 Metode Analisis Data .............................................................................. 63 4.4.1 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 64 4.4.2 Uji F......................................................................................................... 67 4.4.3 Uji t............................ .............................................................................. 68 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 69 5.1.1 Deskripsi Obyek Penelitian ..................................................................... 69 5.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian .................................................................. 70 5.1.3 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 80 5.1.4 Uji Hipotesis ............................................................................................ 86 5.2 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 94 5.2.1 Hipotesis 1 ............................................................................................... 94 5.2.2 Hipotesis 2 ............................................................................................... 95 5.2.3 Hipotesis 3 ............................................................................................... 96 5.2.4 Hipotesis 4 ............................................................................................... 96 5.2.5 Hipotesis 5 ............................................................................................... 97 5.2.6 Hipotesis 6 ............................................................................................... 97 5.2.6 Hipotesis 7 ............................................................................................... 98 5.3 Implikasi Penelitian ................................................................................. 99 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan................................................................................................. 100 6.2 Saran ....................................................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 103 LAMPIRAN ...................................................................................................... 108
x
DAFTAR TABEL
No.
Tabel
1.1
Pertumbuhan Rata-Rata Indeks Harga Saham di Beberapa Negara Periode tahun 2006 – 2012 ..................................................
2
1.2
Proporsi Kepemilikan Saham di Pasar Modal Indonesia .................
6
4.1
Tabel Durbin-Watson (D-W) ........................................................... 66
5.1
Statistik Deskriptif Variabel Dependen dan Variabel Independen ........................................................................ 71
5.2
Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 81
5.3
Nilai Durbin-Watson ........................................................................ 83
5.4
Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................. 84
5.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 85
5.6
Koefisien Determinasi ..................................................................... 86
5.7
Uji F ................................................................................................. 87
5.8
Uji t .................................................................................................. 89
xi
Halaman
DAFTAR GAMBAR
No.
Gambar
Halaman
1.1
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun 2002-15 Maret 2013 .........................................................................
4
1.2
Best Ten, Share of World GDP (%) 2012........................................
7
1.3
Sepuluh Besar Tujuan Eksport Indonesia (YoY) Periode Maret 2012 dan Maret 2013 .......................................................................
9
3.1
Kerangka Berpikir ............................................................................ 48
3.2
Kerangka Konseptual ....................................................................... 49
5.1
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun 2008 – 2012...................................................................................... 72
5.2
Pergerakan Indeks Dow Jones periode tahun 2008-2012 ................ 73
5.3
Pergerakan Indeks Nikkei 225 periode tahun 2008-2012 ................ 74
5.4
Pergerakan Indeks Shanghai periode tahun 2008-2012 ................... 75
5.5
Pergerakan Indeks UK:FT100 periode tahun 2008-2012 ................ 76
5.6
Pergerakan Harga Minyak Dunia periode tahun 2008-2012 ........... 77
5.7
Pergerakan Harga Emas Dunia periode tahun 2008-2012 ............... 78
5.8
Pergerakan Kurs USD/IDR periode tahun 2008-2012..................... 80
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Nama Lampiran
Halaman
1
Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Indeks Shanghai, Indeks UK:FT100, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs USD/IDR, IHSG periode Januari 2008 – Desember 2012 ........................................................ 108
2
Grafik Pergerakan IHSG, Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Indeks Shanghai, Indeks UK:FT100, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs USD/IDR ................................................ 111
3
Hasil Uji Statistik Deskriptif, Uji Multikolinearitas, Uji Normalitas, Uji Heterokedastisitas, Uji Autokorelasi, Regresi Linear Berganda.................................................................. 115
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pasar modal secara etimologi merupakan tempat bertemunya antara
pembeli dan penjual untuk memperjualbelikan modal atau efek dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal dapat digunakan sebagai sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Hartono, 2009). Pasar Modal selain memberikan keuntungan kepada
perusahaan penerbit
surat berharga, dapat juga
memberikan peluang keuntungan kepada investor. Pada satu sisi para penerbit (issuer atau emiten) melalui pasar modal dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang kelangsungan usaha, sedangkan bagi para investor, berinvestasi melalui pasar modal memberikan pilihan yang menarik. Investor dapat memilih obyek investasi dengan beragam tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang dihadapi. Pasar modal di Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukkan tempatnya sebagai bagian dalam instrumen perekonomian, dimana indikasi yang dihasilkannya banyak dipicu oleh para peneliti maupun praktisi dalam melihat gambaran perekonomian Indonesia. Kondisi tersebut juga telah ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia
yang semakin meningkatkan
komitmennya terhadap peran pasar modal melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, dimana dinyatakan 1
2
didalamnya bahwa pasar modal memiliki peran yang strategis dalam pembangunan nasional, sebagai salah satu sumber bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Terkait mengenai pasar modal di Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa pasar modal di negara Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang dengan pesat. Pertumbuhan dari harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tercermin dalam pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menunjukkan pertumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan regionalnya bahkan jika dibandingkan dengan beberapa negara besar di dunia. Pertumbuhan rata-rata IHSG selama 7 tahun terakhir mencapai 15,64% pertahun, dimana angka tersebut jauh diatas rata-rata indeks negara besar di Asia maupun Inggris (FTSE) dan Amerika (Dow Jones). Keterangan mengenai hal tersebut dijelaskan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut. Tabel 1.1. Pertumbuhan Rata-Rata Indeks Harga Saham di Beberapa Negara Periode tahun 2006 – 2012 CAGR
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
IDX : Indonesia
1,805.52
2,745.83
1,355.41
2,534.36
3,703.51
3,821.99
4,316.69
15,64%
KRX : Korea
1,434.46
1,897.13
1,124.47
1,682.77
2,051.00
1,825.74
1,997.05
5,67%
(06-12)
SET : Thailand
679.84
858.1
449.96
734.54
1,032.76
1,025.32
1,391.93
12,69%
BM : Malaysia
1,096.24
1,445.03
876.75
1,272.78
1,518.91
1,530.73
1,688.95
7,47%
SGX : Singapore
2,985.83
3,482.30
1,761.56
2,897.62
3,190.04
2,646.35
3,167.08
0,99%
TSE : Tokyo
17,225.83
15,307.78
8,859.56
10,546.44
10,228.92
8,455.35
10,395.18
-8,07%
HKeX : Hong Kong
19,964.72
27,812.65
14,387.48
21,872.50
23,035.45
18,434.39
22,656.92
2,13%
SSE : Shanghai
2,675.47
5,261.56
1,820.81
3,243.76
2,808.08
2,199.42
2,269.13
-2,71%
BSE : Bombay
13,786.91
20,286.99
9,647.31
17,464.81
20,509.09
15,457.07
19,513.45
5,96%
DJI : US
12,463.15
13,264.82
8,776.39
10,428.05
11,577.51
12,287.04
13,104.14
0,84%
FT100 : UK
6,220.81
6,456.90
4,434.17
5,412.90
5,899.90
5,553.23
5,897.81
-0,88%
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2013). Ket: CAGR (Capital Asset Growth Ratio)
3
Melihat pertumbuhan Pasar Modal Indonesia yang cukup pesat tersebut, ternyata pasar modal di Indonesia masih tergolong rentan terhadap kondisi makro ekonomi dunia secara umum. Sesungguhnya tidak menutup kemungkinan bahwa kondisi internal suatu negara dapat mempengaruhi pasar modalnya, namun berdasarkan historikal pergerakan IHSG, menjelang berakhirnya periode perdagangan saham di tahun 2008, IHSG sempat mengalami penurunan yang drastis sebesar 10,38% atau 168,052 poin ke level terendah 1.451,669 karena dipengaruhi oleh kepanikan para investor atas krisis keuangan yang terjadi di Amerika sejak akhir tahun 2007 yang telah memperburuk perekonomian AS secara keseluruhan dan berakibat pada timbulnya krisis keuangan dunia termasuk Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kejadian besar, seperti: bangkrutnya salah satu bank investasi terkemuka di AS, jatuhnya Indeks Dow Jones dan meningkatnya harga minyak dunia yang kemudian berdampak pada tingginya inflasi. Pada akhirnya, kejadian-kejadian tersebut membentuk efek yang sistemik dalam perlambatan pertumbuhan ekonomi di dunia. Di Indonesia, hal ini tercermin dari melemahnya kurs rupiah terhadap dolar AS yang menembus level Rp 9.416 per US$, peningkatan suku bunga (BI rate) hingga 9,25%, penurunan rata-rata nilai transaksi saham harian sebesar 9,46% dari Rp 4,22 triliun di kuartal III tahun 2007 menjadi Rp 3,82 triliun pada periode yang sama di tahun 2008 dan IHSG turun hingga level 1,832.507 atau mengalami penurunan sebesar 33,26 persen dari IHSG pada akhir tahun 2007 (Laporan Tahunan Bursa Efek Indonesia 2008). Kondisi pergerakan IHSG secara historikal dijelaskan melalui Gambar 1.1. pada halaman berikutnya.
4
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2013). Gambar 1.1. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun 2002 – 15 Maret 2013 Data empiris memperlihatkan bahwa dari tahun 2008 hingga akhir tahun 2012 terjadi fluktuasi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung mengalami kenaikan, seperti terlihat pada Gambar 1.1. Ini membuktikan bahwa indikator ekonomi beberapa tahun setelah krisis global melanda, gejala pemulihan kepercayaan semakin meningkat. Peningkatan bursa saham terlihat dari tingkat kepercayaan investor yang meningkat, dapat dilihat pada akhir tahun 2009 IHSG ditutup pada posisi 2,534.356 atau menguat sebesar 86,98% dibandingkan penutupan pada akhir 2008. Pada perdagangan hari terakhir pada tanggal 30 Desember 2010, IHSG ditutup pada posisi 3,703.512 atau menguat sebesar 46,13% dibandingkan penutupan pada akhir tahun 2009. Penutupan Desember 2011 IHSG ditutup pada posisi 3,821.992 atau menguat
5
3,20% . Pada akhir tahun 2012, IHSG ditutup pada posisi 4,316.687 atau menguat 12,94% dari tahun 2011 (www.idx.co.id). Efek dari kejadian di Amerika Serikat memberikan dampak pada Pasar Modal Indonesia tentu terdapat alasannya, salah satu yang seringkali menjadi penyebabnya adalah integrasi antar bursa. Masalah integrasi bursa saham antar negara ini telah dipelajari sejak akhir dekade 80-an, khususnya setelah jatuhnya Wall Street 1987. Sejak saat itu, beberapa ahli melakukan penelitian sejenis di berbagai belahan dunia. Pada umumnya para ahli sepakat bahwa bursa–bursa saham internasional saling terkait satu sama lain. Dalam hal ini, biasanya bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang lebih kecil. Mengingat Pasar Modal Indonesia masih dianggap sedang berkembang dengan baik, sehingga tidak dipungkiri bahwa investor asing ternyata tertarik untuk menginvestasikan dananya di Pasar Modal Indonesia. Sekalipun peranan dan jumlah investor domestik semakin meningkat akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat kebiasaan dari investor domestik untuk melakukan strategi follower pada investor asing atau setidaknya investor domestik menggunakan perilaku investor asing sebagai acuan (Cahyono, 2000). Berdasarkan data yang ditunjukan pada Tabel 1.2. dibawah ini, dijelaskan bahwa sejak tahun 2010 investor asing telah mendominasi proporsi kepemilikan saham di Pasar Modal Indonesia. Tercatat sampai dengan Februari 2013, kepemilikan saham oleh investor asing di Pasar Modal Indonesia masih dominan yaitu sebesar 59,15%, sedangkan investor domestik hanya sebesar 40,85%. Kondisi ini tentunya semakin menegaskan bahwa kondisi global memungkinkan untuk mempengaruhi pasar
6
modal di Indonesia.
Tabel 1.2. Proporsi kepemilikan saham di Pasar Modal Indonesia Periode tahun 2010 – 2013* Years Type
2010
Local Investor Individual Institution Others
(IDR Billion ) 701,519 124,143 575,943 1,433
Foreign Investor Individual Institution Others TOTAL
1,184,282 3,062 875,199 306,021 1,885,801
2011
2012
Feb-13
% (IDR Billion ) 37.20% 839,319 17.70% 150,951 82.10% 687,203 0.20% 1,166
% (IDR Billion ) 40.14% 1,040,619 17.98% 140,026 81.88% 899,339 0.14% 1,254
% (IDR Billion ) 41.21% 1,177,197 13.46% 154,629 86.42% 1,021,217 0.12% 1,351
% 40.85% 13.14% 86.75% 0.11%
62.80% 0.26% 73.90% 25.84%
59.86% 1.89% 72.52% 25.58%
58.79% 2.10% 69.07% 28.84%
59.15% 1.62% 68.74% 29.64%
1,251,886 23,704 907,916 320,266 2,091,205
1,484,385 31,145 1,025,196 428,044 2,525,005
1,704,792 27,671 1,171,804 505,317 2,881,988
Sumber : Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Ket : * per Februari 2013 Melihat pergerakan IHSG yang mengalami fluktuasi selama beberapa tahun terakhir, dan didorong oleh kondisi kepemilikan saham yang didominasi oleh investor asing serta kondisi mengenai keterkaitan dan hubungan antara pasar modal di beberapa negara, tentunya secara kasat mata dan logika hal tersebut menunjukkan bahwa pergerakan IHSG kemungkinan bukanlah merupakan pergerakan yang semata-mata bersifat spekulatif. Hal ini tentunya perlu untuk dibuktikan secara ilmiah. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya mengenai kejadian di tahun 2008, ternyata terdapat pendapat mengenai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks saham suatu negara, diantaranya adalah indeks harga saham negara sekitarnya, tingkat harga komoditas dunia terutama energi, nilai tukar mata uang, dll (Blanchard,2006).
7
Terkait mengenai indeks negara lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG, tentunya tidak seluruh indeks di dunia digunakan sebagai perbandingan, sebaiknya dilakukan komparasi data dan perbandingan terhadap beberapa bursa di dunia yang memungkinkan untuk dapat memberikan pengaruh terhadap pergerakan indeks di Pasar Modal Indonesia. Beberapa penelitian kadangkala menggunakan besarnya pengaruh ekonomi negara tersebut di dunia, pengaruh negara tersebut terhadap perekonomian Indonesia ataupun melihatnya berdasarkan penelitian sebelumnya yang melandasinya. Berdasarkan data yang diolah oleh International Monetary Fund (IMF), bahwa saat ini hanya terdapat beberapa negara saja yang mengontrol pertumbuhan ekonomi dunia. Kondisi ini dapat dilihat berdasarkan komposisi Gross Domestic Product (GDP) negara tersebut dan dikomparasikan dengan GDP dunia. Adapun sepuluh besar dari perbandingan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2. sebagai berikut.
Sumber : IMF (2012). Gambar 1.2. Best Ten, Share of World GDP (%) 2012 (based on GDP by PPP method, World total GDP ± USD82.76 trilion)
8
Pada Gambar 1.2 dapat dijelaskan bahwa negara Amerika Serikat memiliki komposisi GDP paling besar yang dikomparasikan dengan GDP dunia yaitu 18,91%. Hal ini menggambarkan bahwa negara Amerika Serikat mempunyai kekuatan paling besar untuk mengontrol ekonomi dunia. Urutan kedua dimiliki oleh negara Cina senilai 14,59%, diikuti oleh India (5,69%), Jepang (5,58%), Jerman (3,86%), Rusia (3,04%), Brazil (2,86%), Inggris (2,80%), Perancis (2,72%) dan Italia (2,22%). Berikutnya yang dapat dilakukan juga adalah menilai potensi negara lain terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan Gambar 1.3 dapat dijelaskan bahwa terdapat sepuluh negara yang menjadi tujuan ekspor terbesar Indonesia. Perubahan keadaan perekonomian di negara tersebut tentu akan memberikan pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada Indonesia. Apabila perekonomian negara tersebut mengalami keadaan resesi, ini tentu akan menyebabkan nilai ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut ikut menurun, sebab konsumen di negara tersebut dalam keadaan ekonomi yang sedang resesi tentu akan mengurangi tingkat pengeluarannya. Tentunya hal ini juga berdampak pada pertumbuhan laba perusahaan di Indonesia yang akhirnya berdampak juga pada pergerakan harga sahamnya.
9
Sumber : Bank Indonesia (2013). Gambar 1.3. Sepuluh Besar Tujuan Eksport Indonesia (YoY) Periode Maret 2012 dan Maret 2013
Beberapa penelitian terdahulu juga dapat digunakan sebagai perbandingan dalam menentukan indeks global yang dapat mempengaruhi IHSG. Menurut riset yang dilakukan oleh Yang et al. (2003) melalui risetnya “Stock Market Integration and Financial Crisis: The Case Of Asia ” menemukan bahwa baik sebelum dan sesudah krisis, pasar modal di Amerika Serikat dan Jepang tetap mempengaruhi pasar modal di Asia, salah satunya Indonesia. Darrat dan Zhong (2002) dalam risetnya “Permanent and Transitory Driving Forces in Asian-Pasific Stock Markets” menyatakan bahwa pasar modal di negara Amerika Serikat, Hongkong, Jepang dan Singapura memiliki pengaruh signifikan terhadap pasar modal di Asia Pasific. Karim et al. (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Integration of Stock Markets
Between Indonesia
and Its Major
Trading
Partners”
menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa dalam durasi tahun 1997 sampai dengan 2007, Pasar Modal Indonesia sangat terkait dengan kondisi pasar modal di
10
Amerika, Jepang dan China. Wong et al. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “The Relationship Between Stock Markets of Major Developed Countries and Asian Emerging Markets” menyatakan bahwa pasar modal di Amerika Serikat, Inggris dan Jepang memiliki keterkaitan pada beberapa negara di Asia yang termasuk dalam emerging market. Penelitian lainnya yang berkaitan dengan pengaruh indeks saham global adalah penelitian yang dilakukan oleh Valadkhani et al. (2006) yang berjudul “The Interplay Between the Thai and Several Other International Stock Markets”, menunjukkan bahwa pasar modal regional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Pasar Modal Thailand. Berdasarkan beberapa data dan perbandingan tersebut, maka dirasa perlu untuk memperhatikan indeks pasar modal dari negara Amerika Serikat (Dow Jones), Jepang (Nikkei 225), Cina (Shanghai), dan Inggris (UK:FT100). Keempat indeks ini dianggap mampu untuk mewakili indeks saham di Negara Amerika, Eropa, dan Asia, serta mampu mewakili kekuatan ekonomi dunia dan pengaruhnya terhadap Indonesia. Indeks Dow Jones, Nikkei, Shanghai dan UK:FT100 merupakan indeks yang dominan digunakan di negaranya masing-masing. Indeks Dow Jones diciptakan di Amerika Serikat pada tahun 1882 oleh Charles Dow, Edward Jones dan Charles Bergstresser. Sampai pada 26 Mei 1896, Dow dibagi menjadi indeks transportasi dan industrial, yang menciptakan apa yang kita kenal sebagai Dow Jones Industrial Average (www.nyse.com). Nikkei 225 merupakan indeks ratarata ekuitas Jepang di Bursa Saham Tokyo (Tokyo Stock Exchange - TSE) yang paling banyak dikutip, sebagaimana demikian pula dengan Dow Jones Industrial
11
Average di Amerika Serikat. Indeks ini telah dihitung setiap hari oleh surat kabar Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak tahun 1950 dan pernah dikenal dengan sebutan "Dow Jones Nikkei Stock Average". (www.tse.com). Indeks Shanghai (SSE) merupakan indeks statistik otoritatif yang banyak diikuti di dalam dan luar negeri untuk mengukur kinerja Pasar Modal Cina. Indeks SSE disusun dan diterbitkan oleh Shanghai Stock Exchange dengan beberapa seri yang terdiri atas 75 indeks, termasuk 69 indeks saham, 5 indeks obligasi dan 1 indeks dana, meliputi beberapa seri seperti ukuran pasar, sektor, gaya, strategi & seri tematik dan menjadi sistem indeks yang terus menerus ditingkatkan (www.sse.com). Indeks UK:FT100 atau yang sering disebut sebagai indeks FTSE100 dan Footsie merupakan indeks yang mewakili sekitar 81% dari kapitalisasi pasar seluruh London Stock Exchange. Indeks ini dikelola oleh FTSE Group yang merupakan anak perusahaan London Stock Exchange yang berasal sebagai perusahaan patungan antara Financial Times dan London Stock Exchange (www.ftse.com). Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, selain pergerakan indeks saham global, IHSG juga seringkali dianggap dapat dipengaruhi oleh indikator komoditas yang memiliki pasar spot serta diperjualbelikan antar negara, seperti: harga minyak dan harga emas. Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara harga minyak dunia terhadap pasar modal, di antaranya adalah penelitian Hayo dan Kuntan (2004) menemukan bukti bahwa pergerakan pasar modal di Rusia dipengaruhi oleh perubahan harga minyak dunia dan pergerakan pasar modal di Amerika Serikat (Indeks Dow Jones). Penelitian Kilian dan Park (2007) menunjukkan bahwa pergerakan harga minyak tidak
12
berpengaruh secara langsung pada pasar modal Amerika Serikat. Selain minyak, emas merupakan salah satu komoditi penting yang dapat mempengaruhi pergerakan bursa saham. Hal ini didasari bahwa emas merupakan salah satu alternatif investasi yang cenderung aman dan bebas risiko (Sunariyah, 2006). Hasil penelitian untuk variabel emas dunia memberikan kesimpulan yang berlawanan. Penelitian yang dilakukan oleh Twite (2002) dengan judul “Gold Prices, Exchange Rates, Gold Stocks and the Gold Premium”, menemukan hasil bahwa emas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi secara positif pergerakan
indeks
saham di Australia, sementara Smith
(2001) dalam
penelitiannya yang berjudul “The Price Of Gold And Stock Price Indices For The United States” menunjukkan bahwa harga emas dunia mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pergerakan indeks harga saham di Amerika Serikat. Faktor lain yang patut diperhatikan selain pergerakan indeks saham global dan indikator komoditas seperti harga minyak dan harga emas, maka yang berikutnya patut dipertimbangkan adalah nilai tukar. Nilai tukar sesungguhnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank sentral terhadap pasar uang. Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi, sehingga nilai tukar seringkali diindikasikan sebagai salah satu indikator kestabilan ekonomi suatu negara. Beberapa penelitian sudah dilakukan mengenai pengaruh kekuatan nilai kurs terhadap pasar modal, khususnya nilai tukarnya terhadap dollar. Luehrman (1991) menyatakan bahwa depresiasi mata uang suatu negara mempengaruhi perjanjian daya saing
13
perusahaan yang bergerak dalam kompetisi internasional yang memimpin peningkatan permintaan barang ekspor. Dominguez (2006), Di Iorio (2001), Savasa (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar memang penting untuk fraksi yang signifikan dari perusahaan, meskipun perusahaan yang terkena dan arah paparan tergantung pada nilai tukar tertentu dan bervariasi dari waktu ke waktu, menunjukkan bahwa perusahaan secara dinamis menyesuaikan perilakunya dalam menanggapi risiko nilai tukar. Perubahan nilai tukar sangat mempengaruhi perusahaan khususnya perusahaan yang tercatat di bursa sehingga akan berdampak terhadap perubahan indeks bursa di suatu negara. Penelitian yang dilakukan oleh Singh et al. (2010) yang berjudul “Macro economic factors and stock returns: Evidence from Taiwan” menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar akan mempengaruhi hampir semua portofolio investor pasar modal di negara tersebut. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang pengaruh indeks saham global, harga minyak dunia, harga emas dunia, kurs dollar terhadap rupiah cenderung tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Dengan adanya penelitian sebelumnya yang parsial, penulis ingin meneliti secara terintegrasi dengan judul ” Pengaruh Beberapa Indeks Saham dan Indikator Ekonomi Global terhadap Kondisi Pasar Modal Indonesia”.
14
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1) Apakah perubahan indeks Dow Jones berpengaruh signifikan terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia? 2) Apakah perubahan indeks Nikkei 225 berpengaruh signifikan terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia? 3) Apakah perubahan indeks Shanghai (SSE) berpengaruh signifikan terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia? 4) Apakah perubahan indeks UK:FT100 berpengaruh signifikan terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia? 5) Apakah perubahan harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia? 6) Apakah perubahan harga emas dunia berpengaruh signifikan terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia? 7) Apakah perubahan kurs dollar terhadap rupiah (USD/IDR) berpengaruh signifikan terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan
sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan indeks Dow Jones terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia.
15
2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan indeks Nikkei 225 terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia. 3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan indeks Shanghai (SSE) terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia. 4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan indeks UK:FT100 terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia. 5) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan harga minyak dunia terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia. 6) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan harga emas dunia terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia. 7) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh perubahan kurs dollar terhadap rupiah (USD/IDR) terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia. 1.4
Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris terhadap teori yang diuji mengenai pengaruh beberapa indeks saham dan indikator ekonomi global terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia, serta sebagai referensi bagi penelitian-penelitian yang serupa di masa yang akan datang. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi bagi investor individual dan institusional dalam berinvestasi di Pasar Modal Indonesia.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori
2.1.1
Investasi Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk
dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu (Hartono, 2009). Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset real seperti : tanah, emas, rumah dan aset real lainnya atau pada aset finansial seperti : deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya (Tandelilin, 2010). Menurut kamus umum besar bahasa Indonesia, pengertian investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Dalam berinvestasi, investor sebaiknya memperhatikan dana yang akan digunakan untuk berinvestasi, wahana investasi yang digunakan, tujuan berinvestasi, jangka waktu investasi, keuntungannya, dan risiko investasi. Adapun jenis–jenis investasi yang kita kenal sekarang ini dapat digolongkan sebagai berikut (Sekolah Pasar Modal, 2012): 1) Investasi kekayaan riil (real property) Investasi yang dilakukan pada aset yang tampak secara nyata seperti tanah, bangunan, dan yang secara permanen melekat pada tanah termasuk apartemen, ruko, kondominium, dan sebagainya.
16
17
2) Investasi kekayaan pribadi yang tampak (tangible personal property) Investasi yang dilakukan pada benda-benda seperti emas, berlian, barang antik, dan termasuk benda – benda seni seperti lukisan dan lain – lain. 3) Investasi keuangan (financial investment) Investasi yang dilakukan pada surat berharga baik yang ada di pasar uang (money market) seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang maupun surat berharga di pasar modal (capital market) seperti saham, obligasi, dan berbagai bentuk surat berharga pasar modal lainnya. 4) Investasi komoditas (commodity investment) Investasi yang dilakukan pada komoditas dalam artian barang seperti kopi, kelapa sawit dan lain- lain. Investasi pada sektor ini disebut sebagai perdagangan berjangka. 2.1.2
Pasar Modal Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun (Samsul, 2006). Menurut Undang – Undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995, definisi pasar modal (capital market) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Efek yang dimaksud dalam definisi Undang–Undang Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995 adalah setiap surat berharga berupa surat pengakuan hutang, surat
18
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Efek – efek yang terdapat dalam pasar modal diperdagangkan pada dua jenis pasar (Hidayat, 2010) : 1) Pasar Perdana Pasar Perdana adalah pasar dimana emiten atau perusahaan menjual saham atau surat berharga lain kepada publik untuk pertama kalinya. Membeli saham di pasar perdana berarti membeli saham pada saat penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO). 2) Pasar Sekunder Setelah penjualan melalui pasar perdana berakhir, saham kemudian akan diperjualbelikan di pasar sekunder yaitu melalui bursa efek. Investor yang sudah memiliki saham di pasar perdana bisa menjual atau membeli lagi saham tersebut, sedangkan bagi yang belum memiliki bisa membelinya di pasar sekunder. Pasar modal memiliki peranan besar bagi perekonomian suatu negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan)
19
dapat memanfaatkan dana tersebut untuk keperluan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakterisktik investasi yang dipilih (Sekolah Pasar Modal, 2012). Disisi lain, pasar modal itu sendiri keberadaannya memiliki manfaat bagi investor, masyarakat luas dan bagi perusahaan itu sendiri (Tjiptono dan Fakhruddin, 2001) antara lain yaitu: 1) Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2) Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi. 3) Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi suatu negara. 4) Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 5) Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim usaha yang sehat. 6) Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik. 7) Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek. 8) Alternatif investasi yang memberikan keuntungan dengan risiko yang dapat diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 9) Memberikan iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses terhadap kontrol sosial. 10) Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen profesional. 11) Sumber pembiayaan jangka panjang bagi emiten. Perkembangan sektor ekonomi global saat ini didominasi oleh peranan pasar modal, pasar komoditas, dan pasar uang. Globalisasi telah memungkinkan hubungan saling terkait dan saling mempengaruhi dari hampir seluruh pasar modal di dunia. Dengan kata lain, pasar modal di hampir seluruh dunia terintegrasi satu dengan yang lainnya. Integrasi pasar modal dapat digolongkan dalam full integrated market (pasar terintegrasi secara penuh), mild segmentation (bentuk antara) dan full segmentation (tersegmentasi secara penuh). Brook dan
20
Negro (2002) menyatakan makin terintegrasinya pasar-pasar modal dunia yang ditandai oleh makin tingginya korelasi antara return saham antar bursa saham. Penyebab makin tingginya korelasi adalah (1) bias yang makin menurun dalam pilihan portofolio, (2) makin beranekaragamnya penjualan dan pendanaan perusahaan-perusahaan, (3) fenomena sementara, konvergensi industri dan koordinasi kebijakan antar negara yang makin tinggi intensitasnya. Tujuan dari integrasi pasar modal sebenarnya adalah untuk menghubungkan pasar modal secara elektronik sehingga para anggota bursa dapat mengeksekusi perintah dari para investor untuk membeli saham dengan harga yang terbaik. Keadaan ini secara substansial akan meningkatkan kedalaman dan likuiditas dari pasar modal yang bersangkutan serta dapat mendorong pasar modal tersebut untuk berkompetisi lebih efektif. Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai integrasi pasar modal dunia, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Bhamra (2002) dengan judul ”International Stock Market Integration : A Dynamic General Equilibrium Approach” menemukan hasil bahwa ketika dua negara membuka pasar modalnya untuk investor dari masing-masing negara, maka akan didapatkan korelasi yang tinggi antara indeks saham di tiap negara. H. Kazi (2008) dengan judul “Is Australian stock market integrated to the equity markets of its major trading partners?” yang menemukan bahwa meskipun pasar yang dipilih terintegrasi namun tidak semua cukup signifikan. Pasar luar negeri yang signifikan bagi Australia adalah Inggris, Kanada dan Jerman dimana Inggris mendominasi. Saat ini sekitar 80% setiap pasar modal di dunia membuka diri untuk investor asing
21
dan tidak melakukan kontrol investasi yang
ketat (www.reuters.com), ini
berarti setiap pasar modal di dunia akan mempunyai hubungan baik kuat ataupun lemah. 2.1.3
Bursa Efek Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995, Bursa Efek adalah pihak
yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Secara umum, organisasi Bursa Efek memiliki beberapa fungsi yang dijabat oleh manajer atau direktur, yaitu: fungsi keanggotaan, fungsi pencatatan, fungsi perdagangan, fungsi pengawasan perdagangan (compliance), fungsi ketaatan aturan (surveillance), fungsi pemeriksaan internal, fungsi teknologi informasi, fungsi riset dan pengembangan, fungsi administrasi dan keuangan, fungsi hubungan masyarakat (Samsul, 2006). Di Indonesia hanya ada satu bursa yaitu PT Bursa Efek Indonesia. PT Bursa Efek Indonesia adalah gabungan dari PT. Bursa Efek Jakarta dan PT. Bursa Efek Surabaya yang merger pada tahun 2007. PT Bursa Efek Indonesia bersifat swasta dan merupakan SRO (Self Regulatory Organization) yaitu merupakan lembaga atau organisasi yang bisa mengatur dirinya sendiri dan berwenang untuk mengeluarkan peraturan bagi kegiatan usahanya. Di Pasar Modal Indonesia, SRO terdiri dari: PT Bursa Efek Indonesia sebagai fasilitator, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai lembaga kliring dan penjaminan, dan PT
22
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian. Pemegang saham dari PT Bursa Efek Indonesia sendiri adalah perusahaan efek yang telah memperoleh izin usaha sebagai perantara pedagang efek. Sebagai fasilitator, PT Bursa Efek Indonesia mempunyai tugas, yaitu : 1) Menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. 2) Menyediakan sarana pendukung serta mengawasi kegiatan anggota bursa efek. 3) Menyusun rancangan anggaran tahunan dan penggunaan laba bursa efek, dan melaporkannya kepada Bapepam-LK. 4) Bursa Efek Indonesia fokus pada perdagangan saham dan obligasi. 2.1.4
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan transparan bagi
investor tentang perkembangan Pasar Modal Indonesia, BEI menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini di BEI terdapat 13 macam indeks saham (www.idx.co.id): 1) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. 2) Indeks Sektoral Menggunakan semua perusahaan tercatat yang termasuk dalam masingmasing sektor. Sekarang ini ada 9 sektor yang ada di BEI yaitu sektor
23
Agriculture, Mining, Basic industry and chemicals, Miscellaneous industry, Consumer goods industry, Property, real estate and building construction, Infrastructure, utilities & transportation, Finance, Trade, services & investment. 3) Indeks LQ45 Indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteriakriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 4) IDX30 Indeks ini adalah indeks yang terdiri dari 30 (tiga puluh) saham yang konstituennya dipilih dari konstituen indeks LQ45. Metode perhitungan indeks ini sama dengan metode perhitungan pada indeks-indeks BEI lainnya, yaitu menggunakan metode Rata-rata Tertimbang Kapitalisasi Pasar (Market Capitalization Weighted Average). 5) Jakarta Islamic Index (JII) Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. 6) Indeks Saham Syariah Indoesia (ISSI) Indeks ini mencerminkan pergerakan saham-saham yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam dan LK. Komponen penghitungan ISSI adalah semua saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah
24
(DES) yang akan dievaluasi 6 bulan sekali yaitu setiap bulan Mei dan November, atau setiap ada pengumuman Daftar Efek Syariah dari Bapepam dan LK. 7) Indeks Kompas100 Indeks yang terdiri dari 100 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteriakriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 8) Indeks BISNIS-27 Kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan akuntabilitas dan tata kelola perusahaan. 9) Indeks PEFINDO25 Kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham perusahaan tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan
kriteria-kriteria seperti:
Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Faktor yang diperhatikan selain kriteria tersebut di
25
atas adalah faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 10) Indeks SRI-KEHATI Indeks ini dibentuk atas kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan
Keanekaragaman
Hayati
Indonesia
(KEHATI).
SRI
adalah
kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham perusahaan tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriterikriteria seperti: Total Asset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float. 11) Indeks Papan Utama Menggunakan saham-saham perusahaan tercatat yang masuk dalam papan utama. 12) Indeks Papan Pengembangan Menggunakan saham-saham perusahaan tercatat yang masuk dalam papan pengembangan. 13) Indeks Individual Indeks harga saham masing-masing perusahaan tercatat. IHSG atau kepanjangan dari Indeks Harga Saham Gabungan atau dalam sebutan bahasa Inggris biasa dikenal dengan Jakarta Composite Index (JCI) atau JSX Composite adalah salah satu bentuk indeks saham di Indonesia yang dipergunakan Bursa Efek Indonesia (dulunya bernama Bursa Efek Jakarta).
26
IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten (Buku Panduan Indeks, 2010). IHSG menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham perusahaan tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil, sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). (www.idx.co.id) Adapun formula untuk menghitung IHSG adalah sebagai berikut (www.idx.co.id) : IHSG =
∑ (Regular Closing Price * Number of Shares) Base Value
x 100
27
2.1.5
Indeks Saham Global Semenjak diijinkannya investor asing untuk menginvestasikan uang
mereka di Pasar Modal Indonesia, sejak itulah ada keterkaitan Pasar Modal Indonesia dengan pasar modal di negara lainnya. Pada penelitian ini, indeks saham global yang terkait dengan IHSG adalah indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks Shanghai (SSE), indeks UK:FT100. 2.1.5.1 Indeks Dow Jones Di pasar modal AS ada tiga indeks pasar saham utama. Indeks saham ini adalah Dow Jones Industrial Average, Nasdaq Composite dan Standard & Poor 500. Secara keseluruhan ketiga indeks ini berfungsi sebagai Security Market Indicator Series (SMIS). Ketiga indeks tersebut menyediakan sinyal dasar mengenai bagaimana kinerja pasar tertentu pada waktu tertentu pula, dimana dari ketiga indeks tersebut, Dow Jones Industrial Average (DJIA) merupakan yang paling banyak dipublikasikan dan didiskusikan. Dow Jones & Co didirikan pada tahun 1882 oleh Charles Dow, Edward Jones dan Charles Bergstresser, namun indeks rata-rata pertamanya tidak dipublikasikan di Wall Street Journal melainkan di pesaingnya Customer’s Afternoon Letter. Awalnya indeks ini tidak mengikutsertakan saham industrial, hanya fokus pada saham pertumbuhan pada masa itu, mayoritas saham perusahaan transportasi. Hal ini berarti indeks Dow Jones pertama menghitung sembilan saham perkeretaapian, perkapalan dan perusahaan telekomunikasi. Rata-rata harga saham ini akhirnya berevolusi menjadi rata-rata transportasi. Sampai pada 26 Mei 1896, Dow Jones dibagi menjadi indeks transportasi dan industrial, yang
28
menciptakan apa yang kita kenal sebagai Dow Jones Industrial Average (www.nyse.com). Rata-rata industri Dow Jones (Dow Jones Industrial Average – DJIA) adalah 30 besar perusahaan “blue chip” yang dihitung sejak 1896. Mereka telah lama mendominasi benak publik. Awalnya DJIA dihitung secara rata-rata sederhana atas saham yang ada di dalam indeks. Jika terdapat 30 saham di dalam indeks, harganya dijumlahkan semuanya dan dibagi 30. Persentase perubahan DJIA menjadi persentase perubahan harga rata-rata ke-30 saham tersebut (Bodie, Kane, Marcus, 2006). Indeks Dow Jones merupakan rata-rata indeks saham terbesar di dunia, oleh karena itu pergerakan indeks Dow Jones dapat mempengaruhi hampir seluruh indeks saham dunia termasuk IHSG. Pengaruh indeks Dow Jones terhadap IHSG diperkirakan positif dalam arti kenaikan indeks Dow Jones akan mengakibatkan naiknya IHSG di Bursa Efek Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya sentimen positif dari para investor terhadap kondisi ekonomi dunia. 2.1.5.2 Indeks Nikkei 225 Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham untuk Bursa Saham Tokyo (Tokyo Stock Exchange - TSE). Indeks ini telah dihitung setiap hari oleh surat kabar Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak tahun 1950. Indeks ini adalah harga rata-rata tertimbang (dalam satuan yen), dan komponennya ditinjau ulang setahun sekali. Saat ini Nikkei adalah indeks rata-rata ekuitas Jepang yang paling banyak dikutip, sebagaimana demikian pula dengan Dow Jones Industrial Average di Amerika Serikat. Bahkan dahulu antara 1975-1985, Nikkei 225 pernah
29
dikenal dengan sebutan "Dow Jones Nikkei Stock Average". Nikkei 225 mulai dihitung pada tanggal 7 September 1950, data sebelumnya dihitung mundur sampai ke tanggal 16 Mei 1949 (www.tse.com). Indeks ini dibuat untuk mencerminkan kondisi pasar saham, oleh karena itu pergerakan setiap indeks sektor industri dinilai setara dan tidak ada pembobotan
yang
lebih
untuk
sektor-sektor
industri
tertentu
(www.nni.nikkei.co.jp/e/cf/fr/market/nikkeiindex.cfm). Berbagai macam event yang terjadi di pasar saham Tokyo seperti stock split, perpindahan dan penambahan dari saham yang beredar akan memberi dampak atas perhitungan indeks dan bilangan pembaginya (divisor). 2.1.5.3 Indeks SSE (Shangai) Indeks SSE disusun dan diterbitkan oleh Shanghai Stock Exhange. Indeks SSE adalah indeks statistik otoritatif yang banyak diikuti di dalam dan luar negeri untuk mengukur kinerja Pasar Modal Cina. Indeks seri SSE terdiri dari 75 indeks, termasuk 69 indeks saham, 5 indeks obligasi dan 1 indeks dana, meliputi beberapa seri seperti ukuran pasar, sektor, gaya, strategi dan seri tematik dan menjadi sistem indeks yang terus menerus ditingkatkan. SSE Composite Index mengambil 19 Desember 1990 sebagai hari dasar dan total kapitalisasi pasar dari semua saham yang tercatat di hari yang sama dengan periode dasar, dengan dasar 100 poin. Indeks SSE diterbitkan dari tanggal 15 Juli 1991 dan adalah indeks yang paling banyak digunakan di Pasar Modal Cina.
30
Indeks seri SSE mengukur tren pasar di Pasar Modal Shanghai pada umumnya atau dari dimensi yang berbeda dan dapat merefleksikan kinerja dan pergerakan harga perusahaan di beragam industri. Indeks SSE menawarkan kepada investor tolak ukur yang berbeda untuk analisis portofolio. Pasar modal diatur untuk memainkan peran yang semakin penting dalam perekonomian nasional, indeks SSE secara bertahap akan menjadi barometer perekonomian Cina (www.sse.com). 2.1.5.4 Indeks FTSE 100 Indeks FTSE 100, yang juga disebut FTSE 100, FTSE, atau secara informal disebut “Footsie” merupakan indeks saham dari 100 saham perusahaan yang terdaftar di London Stock Exchange dengan kapitalisasi pasar tertinggi. Ini adalah salah satu indeks saham yang paling banyak digunakan dan dipandang sebagai ukuran kemakmuran bisnis. Indeks ini dikelola oleh Group FTSE, perusahaan patungan independen yang dimiliki oleh Financial Times dan London Stock Exchange. Namanya berasal dari dua perusahaan induk, tapi sejak itu telah terdaftar sebagai perusahaan terbatas yang berdiri sendiri. Indeks ini dihitung secara real time dan diterbitkan setiap 15 detik. Perusahaan yang masuk FTSE 100 mewakili sekitar 81 % dari seluruh kapitalisasi pasar di London Stock Exchange. Meskipun FTSE All-Share Index lebih komprehensif, FTSE 100 paling banyak digunakan sebagagai indikator Pasar Modal Inggris. Indeks terkait lainnya adalah indeks FTSE 250 (yang berisi daftar 250 perusahaan terbesar berikutnya setelah FTSE 100), Indeks FTSE 350
31
(yang merupakan penggabungan dari FTSE 100 dan 250), Indeks FTSE Small Cap dan Indeks FTSE Fledgling. FTSE All-Share adalah penggabungan FTSE 100, FTSE 250 dan FTSE Small Cap. Konstituen indeks tersebut ditetapkan triwulanan, perusahaan besar dalam indeks FTSE 250 akan dipromosikan jika kapitalisasi pasar mereka akan menempatkan mereka di sembilan puluh perusahaan teratas indeks FTSE 100. Komponen perusahaan harus memenuhi sejumlah persyaratan yang ditetapkan oleh group FTSE, termasuk penuh tercatat di Bursa Efek London dengan poundsterling atau harga mata uang Euro pada layanan perdagangan Bursa Elektronik, dan memenuhi tes tertentu pada nationality, free float, dan likuiditas (www.londonstockexchange.com). 2.1.6
Indikator Ekonomi Global
2.1.6.1 Harga Minyak Dunia Minyak mentah sama halnya dengan mata uang dan emas yang merupakan satu dari banyak indikator yang selalu terlibat dalam proses sistem ekonomi dunia. Volatilitas mengikuti peristiwa ekonomi dan politik suatu negara. Harga minyak mentah dunia diukur dari harga spot pasar minyak dunia, pada umumnya yang digunakan menjadi standar adalah West Texas Intermediate atau Brent. Minyak mentah yang diperdagangkan di West Texas Intermediate (WTI) adalah minyak mentah yang berkualitas tinggi. Minyak mentah tersebut berjenis light-weight dan memiliki kadar belerang yang rendah. Minyak jenis ini sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar, ini menyebabkan harga minyak ini dijadikan patokan bagi perdagangan minyak di dunia. Harga minyak mentah di
32
WTI pada umumya lebih tinggi lima sampai enam dolar daripada harga minyak OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dollar dibanding harga minyak Brent (www.useconomy.about.com/od/economicindicators/p/Crude_Oil.htm). Brent crude adalah bencmark minyak yang diproduksi di laut utara. Namanya berasal dari sebuah pertambangan di laut utara yang dibuka pada tahun 1970. Sebenarnya bisa disebut dengan brent, oseberg dan forties yang terletak antara pantai Norway dan Scotland. Brent adalah salah satu diantara banyak nama merk minyak, yang sedang dijual dibursa minyak utama dunia. Harga minyak brent adalah harga patokan sejak tahun 1971 untuk sekitar 40% dari tingkatan minyak diseluruh dunia, terutama untuk minyak Rusia-Ural. Itu sebabnya dijadikan benchmark untuk minyak. Harga minyak biasanya 1 dollar/barrel lebih rendah daripada harga WTI. Namun, telah dirubah pada tahun 2007 dan brent oil dikuotakan dengan WTI premium. Saat ini sedang didiskusikan mengenai penyesuaian untuk penggunaan brent oil sebagai patokan harga pada pasar minyak dunia. Hal ini terutama karena melemahnya produksi minyak mentah di laut
utara,
yang
mengakibatkan
jatuhnya
likuiditas
dan
menyebabkan
kebingungan selama pengaturan harga, baik minyak mentah campuran dan merek minyak yang lain (www.instafx.asia/trading/tentang-oil). Beberapa hal yang mempengaruhi harga minyak dunia antara lain (www.useconomy.about.com): 1)
Penawaran minyak dunia, terutama kuota suplai yang ditentukan oleh OPEC.
2) Cadangan minyak Amerika Serikat, terutama yang terdapat di kilang-
33
kilang minyak Amerika Serikat dan yang tersimpan dalam cadangan minyak strategis. 3) Permintaan minyak dunia, ketika musim panas, diperkirakan dari perkiraan jumlah permintaan oleh maskapai penerbangan untuk perjalanan wisatawan, sedangkan pada musim dingin ditentukan oleh jumlah permintaan terhadap permintaan penghangat ruangan sebagai akibat dari ramalan cuaca. Saat ini transaksi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia didominasi oleh perdagangan saham sektor pertambangan. Kenaikan harga minyak sendiri secara umum akan mendorong kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan harga minyak akan memicu kenaikan harga bahan tambang secara umum. Ini tentu mengakibatkan perusahaan pertambangan berpotensi untuk meningkatkan labanya. Kenaikan harga saham pertambangan tentu akan mendorong kenaikan IHSG. 2.1.6.2 Harga Emas Dunia Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas risiko (Sunariyah,2006). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun. Kelebihan lainnya dari emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Ketika akan berinvestasi, investor akan memilih investasi yang memiliki tingkat imbal balik tinggi dengan risiko tertentu atau tingkat imbal balik tertentu dengan risiko yang rendah. Investasi di pasar saham tentunya lebih berisiko daripada berinvestasi di
34
emas, karena tingkat pengembaliannya yang secara umum relatif lebih tinggi dari emas (www.investopedia.com). Salah satu harga emas yang menjadi acuan dalam perdagangan emas dunia dibentuk di Pasar Bursa Logam di London yaitu LME (London Metal Exchange). Pergerakan harga saham di pengaruhi oleh persediaan saham yang ada sehingga defisit neraca logam akan berimbas pada kenaikan harga logam
begitu juga
sebaliknya, selain itu harga saham juga dipengaruhi oleh spekulasi pelaku bursa (trader) serta situasi ekonomi dunia. London Metal Exchange merupakan pusat perdagangan dunia untuk logam industri. LME mempertemukan partisipan dari industri fisik dan komunitas keuangan untuk menciptakan pasar yang kuat dan teratur di mana selalu ada pembeli dan penjual, di mana selalu ada harga dan di mana selalu ada kesempatan untuk mentransfer atau mengambil risiko 24 jam sehari. Investor menghargai LME sebagai bursa berjangka yang dinamis tetapi juga untuk hubungan dekat dengan industri. Kemungkinan penyerahan fisik melalui jaringan internet gudang yang disetujui LME yang menjadikannya tempat yang sempurna untuk lindung nilai industri dan memberikan patokan harga yang mereka percaya. Bursa menyediakan produsen dan konsumen logam dengan pasar fisik terakhir, dan yang paling penting dari semua, dengan kemampuan untuk lindung nilai terhadap risiko naik dan turunnya harga logam dunia (www.lme.com). Proses penentuan harga emas dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul 10.30 (harga emas Gold A.M) dan pukul 15.00 (harga emas Gold P.M). Harga emas ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, Poundsterling
35
Inggris dan Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap sebagai harga penutupan pada hari perdagangan dan sering digunakan sebagai patokan nilai kontrak emas di seluruh dunia (www.goldfixing.com). 2.1.6.3 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008). Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni (Dornbusch dan Fischer, 2004) : 1) Selling Rate (kurs jual) yakni kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu. 2) Middle Rate (kurs tengah) adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh bank sentral pada suatu saat tertentu. 3) Buying Rate (kurs beli) adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu. 4) Flat Rate (kurs flat) adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller chaque, dimana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainnya.
36
Nilai tukar atau kurs mengukur nilai suatu valuta dari perspektif valuta lain. Sejalan dengan berubahnya kondisi ekonomi, nilai tukar juga bisa berubah secara substansial. Penurunan nilai valuta dinamakan dengan depresiasi (depreciation). Peningkatan nilai valuta dinamakan dengan apresiasi (appreciation) (Madura, 2000). Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro, 2010). Ada beberapa cara untuk mengendalikan kurs, antara lain (Amalia, 2007): 1)
Sistem standar emas Dalam sistem standar emas bergerak diantara titik-titik emas (titik ekspor dan impor).
2)
Sistem peningkatan kepada valuta asing Pemerintah mempunyai cadangan valuta asing lalu ikut beroperasi dalam pasar uang.
3)
Sistem kurs yang dikendalikan Pemerintah dapat menentukan dan merubah kurs valutanya terhadap valuta
37
asing menurut keperluan yang ditargetkan. Pasar valuta asing antar bank sampai saat ini merupakan pasar keuangan terbesar di muka bumi. Setelah dilakukan pengkoreksian terhadap penghitungan ganda, sehingga pembelian oleh satu bank yang merupakan penjualan bagi bank lain hanya dihitung satu kali, rata-rata perputaran harian hampir mencapai satu trilyun dollar. Pasar valuta asing sendiri merupakan sebuah kesepakatan informal dari bank komersial besar dan sejumlah pialang valuta asing. Para bank dan pialang tersebut dihubungkan dengan telpon, teleks dan jaringan komunikasi satelit yang disebut Society for Worlwide International Financial Telecomunications (SWIFT) (Levi, 2001). 2.2
Empiris variabel penelitian
2.2.1 Pengaruh beberapa indeks saham global terhadap indeks harga saham. Keterkaitan Pasar Modal Indonesia dengan pasar modal luar negeri dimulai setelah diperbolehkannya para investor asing untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia. Diperkenalkannya investor asing ke pasar tentu saja berfungsi sebagai katalis yang mendorong investasi lokal. Investasi asing berpengaruh dalam melihat perusahaan yang memberikan informasi keuangan paling transparan dan valuasi terbaik. Masuknya dana-dana asing ke pasar-pasar baru, berpengaruh jelas dan menguntungkan bagi pertumbuhan dan struktur pasar. Dalam beberapa tahun terakhir, peranan investor domestik makin meningkat, akan tetapi terdapat kebiasaan dari investor domestik untuk melakukan strategi follower pada investor asing atau setidaknya investor domestik
38
menggunakan perilaku investor asing sebagai acuan (Cahyono, 2000). Sehingga saat investor asing melepas sahamnya, investor domestik pun akan ikut melepas sahamnya sehingga indeks dapat berpotensi turun. Investor asing menanamkan modalnya pada bursa seluruh dunia sehingga antara bursa-bursa di dunia mempunyai keterkaitan secara global. Kejadian dan dinamika harga saham antara satu bursa dengan bursa yang lain saling mempengaruhi terutama dengan bursa dari negara-negara berdekatan, misalnya crash yang terjadi di bursa Amerika akan mengakibatkan crash pada bursa-bursa di Eropa dan Asia. Beberapa penelitian mengenai pengaruh indeks global terhadap indeks harga saham suatu negara sudah diteliti, antara lain : 1) Yang et al. (2003) melalui risetnya “Stock Market Integration and Financial Crisis: The Case Of Asia ” menemukan bahwa baik sebelum dan sesudah krisis, pasar modal di Amerika Serikat dan Jepang tetap mempengaruhi pasar modal di Asia, salah satunya Indonesia. 2) Darrat dan Zhong (2002) dalam risetnya “Permanent and Transitory Driving Forces in Asian-Pasific Stock Markets” menyatakan bahwa pasar modal di negara Amerika Serikat, Hongkong, Jepang dan Singapura memiliki pengaruh signifikan terhadap pasar modal di Asia Pasific. 3) Karim et al. (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Integration of Stock Markets Between Indonesia and Its Major Trading Partners” menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa dalam durasi tahun 1997 sampai dengan 2007, pasar
39
modal Indonesia sangat terkait dengan kondisi pasar modal di Amerika, Jepang dan China. 4) Wong et al. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “The Relationship Between Stock Markets of Major Developed Countries and Asian Emerging Markets” menyatakan bahwa pasar modal di Amerika Serikat, Inggris dan Jepang memiliki keterkaitan pada beberapa negara di Asia yang termasuk dalam emerging market. 5) Hayo dan Kuntan (2004) yang berjudul “The Impact of News, Oil Prices, and Global Market Developments on Russian Financial Markets”, menunjukkan bahwa Pasar Modal Amerika Serikat dan informasi mengenai harga minyak dunia memiliki pengaruh terhadap Pasar Modal Rusia. 6) Valadkhani et al. (2006) yang berjudul “The Interplay Between the Thai and Several Other International Stock Markets”, menunjukkan bahwa pasar modal regional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Pasar Modal Thailand. 7) H. Kazi (2008) dengan judul “Is Australian stock market integrated to the equity markets of its major trading partners?” yang menemukan bahwa meskipun pasar yang dipilih terintegrasi namun tidak semua cukup signifikan. Pasar luar negeri yang signifikan bagi Australia adalah Inggris, Kanada dan Jerman dimana Inggris mendominasi. 8) Pattarathammas dan Khanthavit (2009) yang berjudul “World and regional factors in stock market returns” yang hasilnya menunjukkan bahwa return pasar nasional dipengaruhi oleh faktor global dan regional.
40
9) Syriopoulos (2005) yang berjudul “Dynamic linkages between emerging European and developed stock markets: Has the EMU any impact?” yang menjelaskan bahwa pasar Eropa Tengah cenderung untuk menampilkan hubungan yang lebih kuat dengan rekan-rekan negara mereka, sedangkan pasar AS memegang peran yang berpengaruh terhadap dunia global. 10) Bhar dan Nikolova (2007) yang berjudul “Analysis of Mean and Volatility Spillovers Using BRIC Countries, Regional and World Equity Index Returns” yang menunjukkan bahwa Tingkat pengembalian indeks dunia dan tingkat pengembalian pasar AS kemungkinan besar memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian di Brazil, Rusia dan India. Cina adalah satusatunya negara di mana terdapat hubungan negatif efek volatilitas secara regional dan global. 11) Hasibuan dan Hidayat (2011) yang berjudul “Pengaruh Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)” yang menunjukkan hasil bahwa secara simultan variabel indeks harga saham global (Nasdaq, Taiex, Nikkei, Kospi) berpengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara parsial variabel indeks harga saham global (Nasdaq dan Kospi) berpengaruh terhadap IHSG secara signifikan, sedangkan variabel indeks Taiex dan Nikkei berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG. 12) Brook dan Negro (2002) menyatakan makin terintegrasinya pasar-pasar modal dunia yang ditandai oleh makin tingginya korelasi antara return saham antar bursa saham. Penyebab makin tingginya korelasi adalah (1) bias yang makin
41
menurun dalam pilihan portofolio, (2) makin beranekaragamnya penjualan dan pendanaan perusahaan-perusahaan, (3) fenomena sementara, dan atau konvergensi industri dan koordinasi kebijakan antar negara yang makin tinggi intensitasnya. 2.2.2 Pengaruh indikator ekonomi global terhadap indeks harga saham Di industri pasar modal, perusahaan yang tercatat di bursa efek pada suatu negara terbagi atas beberapa sektor. Di Bursa Efek Indonesia sendiri, perusahaan yang tercatat dikelompokkan menjadi 9 sektor yaitu: sektor Agriculture, Mining, Basic industry and chemicals, Miscellaneous industry, Consumer goods industry, Property, real estate and building construction, Infrastructure, utilities & transportation, Finance, Trade, services & investment. Sembilan sektor yang ada di BEI, pasti ada hal-hal atau indikator ekonomi global yang mempengaruhi harga saham yang masuk pada seluruh sektor yang ada di BEI. Misalnya, penurunan atau kenaikan harga batubara akan mempengaruhi harga saham perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan. Peristiwa korelasi antara indikator ekonomi global yang dimana pada penelitian ini mengambil indikator harga minyak, harga emas dan kurs dollar terhadap rupiah (USD/IDR) terjadi dikarenakan investor menganggap perubahan pada harga minyak, harga emas dan kurs dollar terhadap rupiah (USD/IDR) akan berdampak pada perubahan beberapa harga saham perusahaan di sektor yang sensitif pada perubahan indikator ekonomi global tersebut.
42
Beberapa penelitian
yang menunjukkan pengaruh indikator ekonomi
global (harga minyak, harga emas dan kurs USD/IDR) terhadap indeks harga saham diantaranya: 1) Gay (2008) dalam jurnalnya yang berjudul Effect of Macroeconomic Variables on Stock Market Returns for Four Emerging Economies: Brazil, Russia, India,and China. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai tukar, harga minyak dengan harga saham di negara Brasil, Rusia, India dan Cina. 2) Kilian dan Park (2007) dalam penelitian yang berjudul “The Impact of Oil Price Shocks on the U.S. Stock Market “, mereka meneliti pengaruh harga minyak dunia terhadap tingkat keuntungan agregat pasar modal di Amerika Serikat. Hasil penelitiannya adalah perubahan harga minyak dunia memiliki dua pengaruh bagi pasar modal di Amerika Serikat. Apabila kenaikan harga minyak dunia disebabkan oleh meningkatnya permintaan minyak dunia akibat ketidakpastian ketersediaan minyak di masa depan, maka hal ini akan membawa pengaruh negatif bagi pasar modal. Tetapi apabila meningkatnya harga minyak dunia disebabkan oleh peningkatan perekonomian global, maka akan memberikan dampak positif bagi pasar modal. 3) Twite (2002) dengan judul “Gold Prices, Exchange Rates, Gold Stocks and the Gold Premium”, menemukan hasil bahwa emas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi secara positif pergerakan indeks saham di Australia. 4) Sukono (2012) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IHSG di Bursa Efek Indonesia”, yang hasilnya menunjukkan semakin tinggi
43
kurs rupiah, maka para investor akan membeli dollar dari pada menanamkan modalnya ke pasar saham, sehingga harga saham akan turun dan IHSG akan turun juga. 5) Irianto (2007) dengan judul “Pengaruh Bunga Deposito, Kurs Rp/US$ dan Harga Emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”, yang hasilnya menunjukkan perubahan kurs rupiah terhadap dollar akan mempengaruhi IHSG secara negatif dan perubahan harga emas akan mempengaruhi IHSG secara positif. 6) Abdelaziz et al. (2008) dengan judul “Stock Prices, Exchange Rates, and Oil: Evidence from Middle East Oil-Exporting Countries” yang menunjukkan bahwa penyesuaian terhadap ekuilibrium jangka panjang di setiap pasar saham terjadi melalui perubahan harga minyak. 7) G. Gilmore (2009) dengan judul “The Dynamics of Gold Prices, Gold Mining Stock Prices and Stock Market Prices Comovements” yang menyatakan bahwa perubahan harga emas berpengaruh terhadap perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan sehingga mempunyai pengaruh terhadap indeks harga saham. 8) Menike (2006) yang berjudul “The Effect of Macroeconomic Variables on Stock Prices in Emerging Sri Lankan Stock Market” menunjukkan bahwa nilai tukar bereaksi negatif terhadap harga saham di Bursa Efek Colombo. 9) Smith (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “The Price Of Gold And Stock Price Indices For The United States” menunjukkan bahwa harga emas dunia mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pergerakan indeks harga saham di
44
Amerika Serikat. 10) Luehrman (1991) dalam penelitiannya yang berjudul “Exchange Rate Changes and The Distribution of Industry Value” menyatakan bahwa depresiasi mata uang suatu negara mempengaruhi perjanjian daya saing perusahaan yang bergerak dalam kompetisi internasional yang memimpin peningkatan permintaan barang ekspor. 11) Dominguez (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Exchange rate exposure” menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar memang penting untuk fraksi yang signifikan dari perusahaan khususnya perusahaan yang tercatat di bursa, meskipun yang perusahaan yang terkena dan arah paparan tergantung pada nilai tukar tertentu dan bervariasi dari waktu ke waktu, menunjukkan bahwa perusahaan secara dinamis menyesuaikan perilaku mereka dalam menanggapi risiko nilai tukar. 12) Di Iorio (2001) yang berjudul “Foreign Exchange Exposure and Pricing in the Australian Equities Market: A Fama and French Framework” menunjukkan bahwa beberapa industri memiliki respon asimetris terhadap fluktuasi faktor nilai tukar AUD/USD, dia juga menemukan bukti kuat dari risiko kurs dalam sektor sumber daya daripada di sektor industri dalam analisis data harian. 13) Savasa (2010) yang berjudul “The Impact of Macroeconomic Variables on Stock Return in Turkey: an ARDL Bounds Testing Approach”. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kedua hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara return saham dan luas pasokan uang, produksi industri, nilai tukar riil efektif, suku bunga domestik jangka panjang, dan suku bunga asing.
45
Menggunakan pendekatan ARDL untuk kointegrasi, peneliti menemukan bukti hubungan kointegrasi jangka panjang antara return saham dan berbagai variabel makro. Hasil dari tes stabilitas parameter menunjukkan bahwa struktur parameter tidak menyimpang normal selama periode analisis. 14) Singh et al. (2010) yang berjudul “Macroeconomic factors and stock returns: Evidence from Taiwan” menunjukkan bahwa nilai tukar dan PDB tampaknya mempengaruhi hasil dari semua portofolio, sementara tingkat inflasi, nilai tukar, dan jumlah uang beredar yang memiliki hubungan negatif dengan hasil portofolio untuk perusahaan besar dan menengah.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir dan Konseptual Pasar modal merupakan salah satu pilar ekonomi dari sebuah negara. Pasar
modal menjadi alternatif perusahaan untuk memperoleh dana jangka panjang dan menjadi salah satu alternatif investasi yang menguntungkan bagi para investor. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang, yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makro ekonomi secara umum. Pasar Modal Indonesia melalui fasilitator yaitu PT Bursa Efek Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bursa saham global. Biasanya untuk bursa-bursa saham yang berdekatan lokasinya, seringkali memiliki investor yang sama. Perubahan di satu bursa juga akan ditransmisikan ke bursa negara lain. Dalam hal ini, biasanya bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang lebih kecil. Investor asing menginvestasikan modalnya pada bursa seluruh dunia sehingga antara bursa-bursa di dunia mempunyai keterkaitan secara global. Kejadian dan dinamika harga saham antara satu bursa dengan bursa yang lain saling mempengaruhi, terutama dengan bursa dari negara-negara berdekatan misalnya crash yang terjadi di beberapa bursa negara-negara di Eropa akan mengakibatkan crash pada bursa-bursa di negara-negara Asia termasuk Indonesia.
46
47
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayo dan Kuntan (2004) yang berjudul “The Impact of News, Oil Prices, and Global Market Developments on Russian Financial Markets”, menunjukkan bahwa Pasar Modal Amerika memiliki pengaruh terhadap Pasar Modal Rusia. Penelitian lainnya yang berkaitan dengan pengaruh indeks saham global adalah penelitian yang dilakukan oleh Valadkhani et al. (2006) yang berjudul “The Interplay Between the Thai and Several Other International Stock Markets”, menunjukkan bahwa pasar modal regional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Pasar Modal Thailand. Selain pergerakan indeks saham global, IHSG juga sering dipengaruhi oleh indikator ekonomi global antara lain : harga minyak, harga emas, dan pergerakan kurs mata uang. Ketiga indikator ekonomi global ini sering memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia khususnya saham-saham perusahaan yang berada di sektor yang mempunyai korelasi terhadap ketiga indikator ekonomi global tersebut. Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh indikator ekonomi global terhadap pasar modal. Di antaranya adalah penelitian Hayo dan Kuntan (2004) dan menemukan bukti bahwa pergerakan pasar modal di Rusia dipengaruhi oleh perubahan harga minyak dunia dan pergerakan pasar modal di Amerika Serikat (Indeks Dow Jones). Penelitian yang dilakukan oleh Twite dengan judul “Gold Prices, Exchange Rates, Gold Stocks and the Gold Premium”, menemukan hasil bahwa emas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi secara positif pergerakan indeks saham di Australia. Penelitian yang dilakukan oleh Irianto (2007) yang berjudul pengaruh bunga deposito, kurs
48
Rp/US$ dan harga emas terhadap IHSG menunjukkan bahwa kurs Rp/US$ mempunyai pengaruh negatif terhadap IHSG. Berdasarkan
kajian
pustaka
dan
mengacu
pada
beberapa
hasil
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pengaruh beberapa indeks saham dan indikator ekonomi global terhadap indeks harga saham suatu negara, maka dapat dibentuk kerangka berpikir sebagai berikut: Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
Kajian Teori Investasi Pasar Modal Bursa Efek IHSG Indeks Saham Global Indikator Ekonomi Global
Hipotesis
Uji Statistik
Tesis
Kajian Empiris Yang et al. (2003), Darrat dan Zhong (2002), Karim et al. (2009), Wong et al. (2004), Hayo dan Kuntan (2004), Valadkhani et al. (2006), H. Kazi (2008), Pattarathammas dan Khanthavit (2009), Syriopoulos (2005), Bhar dan Nikolova (2007), Hasibuan dan Hidayat (2011), Brook dan Negro (2002), Gay (2008), Kilian dan Park (2007), Twite (2002), Sukono (2012), Irianto (2007), Abdelaziz et al. (2008), G. Gilmore (2009), Menike (2006), Smith (2001), Luehrman (1991), Dominguez (2006), Di Iorio (2001), Savasa (2010), Singh et al. (2010).
49
Berdasarkan beberapa studi empiris terdapat pengaruh beberapa indeks saham dan indikator ekonomi global terhadap IHSG,
kemudian
disusun
kerangka konseptual untuk melihat hubungan-hubungan antara variabel penelitian seperti terlihat pada Gambar 3.2 berikut:
Gambar 3.2 Kerangka Konseptual
Indeks Saham Global Dow Jones H1
Nikkei 225 Shanghai UK: FT100
H2 H3 H4
H1
H2 H3 H4
IHSG Indikator Ekonomi Global
H5
H5
Harga Minyak
H6 H6
H7 Harga Emas USD/IDR
H7
50
3.2
Hipotesis Penelitian
3.2.1
Pengaruh Perubahan Indeks Dow Jones terhadap Pergerakan IHSG Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, pengaruh Amerika
Serikat sangat besar bagi negara-negara lain, hal ini juga termasuk pengaruh dari perusahaan-perusahaan dan investornya di Bursa Efek yang terdapat di Amerika. Sehingga pergerakan indeks Dow Jones yang merupakan salah satu indeks dalam NYSE (New York Stock Exchange) akan berpengaruh pada pergerakan indeks negara-negara lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yang et al. (2003) melalui risetnya “Stock Market Integration and Financial Crisis: The Case Of Asia ” menemukan bahwa baik sebelum dan sesudah krisis, pasar modal di Amerika Serikat dan Jepang tetap mempengaruhi pasar modal di Asia, salah satunya Indonesia.. Penelitian yang dilakukan oleh Syriopoulos (2005) yang berjudul “Dynamic linkages between emerging European and developed stock markets: Has the EMU any impact?” yang menjelaskan bahwa pasar Eropa Tengah cenderung untuk menampilkan hubungan yang lebih kuat dengan rekanrekan negara mereka, sedangkan pasar AS memegang peran yang berpengaruh terhadap dunia global. Wong et al. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “The Relationship Between Stock Markets of Major Developed Countries and Asian Emerging Markets” menyatakan bahwa pasar modal di Amerika Serikat, Inggris dan Jepang memiliki keterkaitan pada beberapa negara di Asia yang termasuk dalam emerging market. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun yaitu: H1 : Perubahan indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG.
51
3.2.2
Pengaruh Perubahan Indeks Nikkei 225 terhadap Pergerakan IHSG Ekonomi negara Jepang sangat mempengaruhi perputaran ekonomi dunia.
Hal ini ditunjukan oleh hasil riset IMF yang menunjukan besaran GDP Jepang pada tahun 2012 berada pada urutan ke empat terbesar terhadap GDP Dunia, yaitu sebesar US$ 4,628 atau berada pada kisaran 5,58% dari total GDP Dunia (www.imf.org). Mengingat kondisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa indeks saham di Jepang juga sangat mempengaruhi pergerakan bursa di kawasan Asia. Indeks bursa Jepang yang sering menjadi patokan adalah indeks Nikkei 225. Indeks ini sebenarnya muncul pertama kali pada tahun 1950. Namun, koran ekonomi Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) baru menghitungnya secara harian sejak tahun 1971. Adapun angka indeks Nikkei sendiri merupakan angka rata-rata tertimbang harga saham-saham anggotanya. Sampai saat ini indeks Nikkei merupakan indeks yang paling diperhatikan oleh investor-investor saham di Asia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hashmi (2001) melalui risetnya “Interlinkage Among South East Asian Stock Market” menemukan bahwa baik sebelum dan sesudah krisis 1998, pasar modal di Amerika Serikat dan Jepang tetap mempengaruhi pasar modal di Indonesia. Darrat dan Zhong (2000) dalam risetnya “Permanent and Transitory Driving Forces ini Asian-Pasific Stock Markets” menyatakan bahwa pasar modal di negara Amerika Serikat, Hongkong, Jepang dan Singapura memiliki pengaruh signifikan terhadap pasar modal di Asia Pasific. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun yaitu: H2 : Perubahan indeks Nikkei 225 berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG.
52
3.2.3
Pengaruh Perubahan Indeks Shanghai terhadap Pergerakan IHSG Ekonomi Cina telah menjadi salah satu negara yang paling berpengaruh di
dunia. Selain Cina merupakan tujuan utama ekspor Indonesia, Cina juga telah menunjukan pertumbuhan yang signifikan dalam jangka waktu 15 tahun terakhir. Perubahan ini dipelopori oleh pertumbuhan infrastruktur yang kuat, kebijakan moneter pemerintah yang prudent, reformasi pajak fiskal dan kekuatan dari jumlah penduduknya yang terbesar di dunia. Sebagai gambaran, pada tahun 1981 hampir 85% penduduknya hidup dibawah garis kemiskinan bahkan menurut IMF menjadi nomer 5 negara termiskin di dunia, namun kini telah menjadi negara dengan GDP nomer 2 terbesar di dunia (www.imf.org). Serupa dengan negara lainnya, perekonomian di Cina juga dapat mengalami tekanan penurunan sebagai akibat dari krisis atau situasi lain seperti bencana, kenaikan inflasi, dll. Salah satu indeks yang diperhatikan investor di bursa Cina adalah indeks Shanghai (SSE). Indeks seri SSE mengukur trend pasar di Pasar Modal Shanghai pada umumnya atau dari dimensi yang berbeda dan dapat merefleksikan kinerja dan pergerakan harga perusahaan di beragam industri. Indeks SSE menawarkan kepada investor tolak ukur yang berbeda untuk analisis portofolio. Pasar modal diatur untuk memainkan peran yang semakin penting dalam perekonomian nasional, indeks SSE
secara
bertahap
akan
menjadi
barometer
perekonomian
China
(www.sse.com). Penelitian yang dilakukan oleh Karim et al. (2009) yang berjudul Integration of Stock Markets Between Indonesia and Its Major Trading Partners menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa dalam durasi tahun 1997 sampai dengan 2007, Pasar Modal Indonesia sangat terkait dengan kondisi pasar modal di Amerika,
53
Jepang dan China. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun yaitu: H3 : Perubahan indeks Shanghai berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG. 3.2.4
Pengaruh Perubahan Indeks UK:FT100 terhadap Pergerakan IHSG Bursa Saham London (London Stock Exchange) adalah sebuah bursa
saham yang terletak di London. Didirikan pada 1801, bursa ini merupakan salah satu bursa saham terbesar di dunia, dengan banyak pencatatan saham dari luar negeri dan juga perusahaan Britania Raya. Indeks FTSE 100 merupakan salah satu indeks yang melacak performa dari bursa di London. Indeks FTSE 100, yang juga disebut FTSE, atau secara informal disebut “Footsie” merupakan indeks saham dari 100 saham perusahaan yang terdaftar di London Stock Exchange dengan kapitalisasi pasar tertinggi. Ini adalah salah satu indeks saham yang paling banyak digunakan dan dipandang sebagai ukuran kemakmuran bisnis. Wong et al. (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “The Relationship Between Stock Markets of Major Developed Countries and Asian Emerging Markets” menyatakan bahwa pasar modal di Amerika Serikat, Inggris dan Jepang memiliki keterkaitan pada beberapa negara di Asia yang termasuk dalam emerging market. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun yaitu: H4 : Perubahan indeks UK:FT100 berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG.
54
3.2.5
Pengaruh Perubahan Harga Minyak Dunia terhadap Pergerakan IHSG Minyak mentah sama halnya dengan mata uang dan emas yang merupakan
satu dari banyak indikator yang selalu terlibat dalam proses sistem ekonomi dunia. Volatilitas mengikuti peristiwa ekonomi dan politik suatu negara. Harga minyak mentah dunia diukur dari harga spot pasar minyak dunia, pada umumnya yang digunakan menjadi standar adalah West Texas Intermediate (WTI). Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara harga minyak dunia terhadap pasar modal. Di antaranya adalah penelitian Hayo dan Kuntan (2004) menemukan bukti bahwa pergerakan pasar modal di Rusia dipengaruhi oleh perubahan harga minyak dunia dan pergerakan pasar modal di Amerika Serikat (Indeks Dow Jones). Penelitian yang dilakukan oleh Abdelaziz et al. (2008) dengan judul “Stock Prices, Exchange Rates, and Oil: Evidence from Middle East Oil-Exporting Countries” yang menunjukkan bahwa penyesuaian terhadap ekuilibrium jangka panjang di setiap pasar saham terjadi melalui perubahan harga minyak. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun yaitu: H5 : Perubahan harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG. 3.2.6
Pengaruh Perubahan Harga Emas Dunia terhadap Pergerakan IHSG Salah satu komoditi penting yang dapat mempengaruhi pergerakan bursa
saham adalah harga emas. Hal ini didasari bahwa emas merupakan salah satu alternatif investasi yang cenderung aman dan bebas risiko (Sunariyah, 2006).
55
Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun. Emas juga merupakan alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi
setiap
tahunnya. Salah satu harga emas yang menjadi acuan dalam
perdagangan emas dunia dibentuk di Pasar Bursa Logam di London yaitu LME (London Metal Exchange). London Metal Exchange sendiri merupakan pusat dunia untuk perdagangan logam industri. Apabila keadaan ekonomi dunia sedang dalam keadaan kurang baik, biasanya investor yang berinvestasi di pasar modal dan pasar uang memindahkan dananya ke investasi emas. Penelitian yang dilakukan oleh Smith (2001) dalam penelitiannya yang berjudul“The Price Of Gold And Stock Price Indices For The United States” menunjukkan bahwa harga emas dunia mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pergerakan indeks harga saham di Amerika Serikat. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun yaitu: H6 : Perubahan harga emas dunia berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. 3.2.7
Pengaruh Perubahan Kurs (USD/IDR) terhadap Pergerakan IHSG Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam
rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi, sehingga nilai tukar seringkali diindikasikan sebagai salah satu indikator kestabilan ekonomi suatu negara. Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs
56
rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Sukono (2012) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IHSG di Bursa Efek Indonesia”, yang hasilnya menunjukkan semakin tinggi kurs rupiah, maka para investor akan membeli dollar dari pada menanamkan modalnya ke pasar saham, sehingga harga saham akan turun dan IHSG akan turun juga. Singh et al. (2010) yang berjudul “Macro economic factors and stock returns: Evidence from Taiwan” menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar akan mempengaruhi hampir semua portofolio investor pasar modal di negara tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Irianto (2007) dengan judul “Pengaruh Bunga Deposito, Kurs Rp/US$ dan Harga Emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”, yang hasilnya menunjukkan perubahan kurs rupiah terhadap dollar akan mempengaruhi IHSG secara negatif Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dapat dibangun yaitu: H7 : Perubahan kurs (USD/IDR) berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian Rancangan penelitian merupakan rencana menyeluruh dari penelitian
mencakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai pada analisis akhir data yang selanjutnya disimpulkan dan diberikan saran. Suatu desain penelitian menyatakan struktur masalah penelitian maupun rencana penyelidikan yang akan dipakai untuk memperoleh bukti empiris mengenai hubungan-hubungan dalam masalah. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Kausalitas, yaitu menganalisis hubungan kausalitas antara variabel penelitian sesuai dengan hipotesis yang disusun. Penelitian ini menguji pengaruh beberapa indeks saham (Dow Jones, Nikkei 225, Shanghai, UK : FT100) dan indikator ekonomi global (Oil : WTI, Gold : LME, USD/IDR) terhadap pergerakan IHSG. Penelitian ini menggunakan periode penelitian dari tahun 2008-2012. 4.2
Variabel Penelitian
4.2.1
Klasifikasi Variabel Sebelum melakukan analisis data serta pengujian hipotesis, dilakukan
pengklasifikasian
variabel-variabel
dalam
model
penelitian.
Berikut
ini
merupakan variabel-variabel yang digunakan: 1) Variabel independen (variabel bebas) yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel 57
58
dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah indeks Dow Jones (X1), indeks Nikkei 225 (X2), indeks Shanghai (X3), indeks UK : FT100 (X4), harga Oil : WTI (X5), Gold : LME (X6), USD/IDR (X7). 2) Variabel dependen (variabel terikat) yang merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pergerakan IHSG (Y). 4.2.2
Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap variabel-variabel yang diteliti,
maka definisi operasional dari masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut: 1) Variabel Independen (1) Indeks Dow Jones (X1) Dow Jones Industrial Average (DJIA) adalah tolak ukur dari saham-saham Amerika yang dianggap sebagai pemimpin dalam ekonomi dan juga ada di Nasdaq dan NYSE. Dow Jones Industrial Average (DJIA) meliputi 30 perusahaan dengan kapitalisasi besar, yang dipilih secara subjektif oleh editor Wall Street Journal. Selama ini, perusahaan-perusahaan yang ada di indeks ini telah berubah untuk memastikan tolak ukurnya terhadap ekonomi. Sampai saat ini, hanya General Electric yang merupakan bagian dari sejarah awal indeks ini yang masih masuk ke dalam DJIA. Lainnya telah berubah-ubah (www.nyse.com). Satuan indeks pada dasarnya berupa persentase, namun dalam prakteknya penyebutan persentase tersebut seringkali tidak disebutkan, salah satunya mengingat angka indeks merupakan sebuah perbandingan dan lebih menekankan pada perubahan
59
sesuatu dari waktu ke waktu (Rimbawan, 2011). Periode indeks Dow Jones yang digunakan adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. (2) Indeks Nikkei 225 (X2) Nikkei 225 adalah sebuah indeks pasar saham untuk Bursa Saham Tokyo (Tokyo Stock Exchange - TSE). Indeks ini telah dihitung setiap hari oleh surat kabar Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak tahun 1950. Indeks ini
adalah
harga
rata-rata
tertimbang
(dalam
satuan yen),
dan
komponennya ditinjau ulang setahun sekali. Saat ini Nikkei adalah indeks rata-rata ekuitas Jepang yang paling banyak dikutip, sebagaimana demikian pula dengan Dow Jones Industrial Average di Amerika Serikat (www.nni.nikkei.co.jp/e/cf/fr/market/nikkeiindex.cfm).
Periode
indeks
Nikkei 225 yang digunakan adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. (3) Indeks SSE (X3) Indeks Shanghai (SSE) disusun dan diterbitkan oleh Shanghai Stock Exchange. Indeks Shanghai SSE adalah indeks statistik otoritatif yang banyak diikuti di dalam dan luar negeri untuk mengukur kinerja Pasar Modal Cina. Indeks seri SSE terdiri dari 75 indeks, termasuk 69 indeks saham, 5 indeks obligasi dan 1 indeks dana, meliputi beberapa seri seperti ukuran pasar, sektor, gaya, strategi dan seri tematik dan menjadi sistem indeks yang terus menerus ditingkatkan (www.sse.com). Periode indeks
60
Shangai (SSE) yang digunakan adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. (4) Indeks UK : FT 100 (X4) Perusahaan yang masuk FTSE 100 mewakili sekitar 81 % dari seluruh kapitalisasi pasar di London Stock Exchange. Meskipun FTSE All-Share Index lebih komprehensif, FTSE 100 paling banyak digunakan sebagai indikator Pasar Modal Inggris. Indeks terkait lainnya adalah indeks FTSE 250 (yang berisi daftar 250 perusahaan terbesar berikutnya setelah FTSE 100), Indeks FTSE 350 (yang merupakan penggabungan dari FTSE 100 dan 250), Indeks FTSE SmallCap dan Indeks FTSE Fledgling. FTSE AllShare adalah penggabungan FTSE 100, FTSE 250 dan FTSE SmallCap (www.londonstockexchange.com).
Periode
indeks
UK:FT100
yang
digunakan adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. (5) Oil : WTI (X5) Minyak mentah yang diperdagangkan di West Texas Intermediate (WTI) adalah minyak mentah yang berkualitas tinggi. Minyak mentah tersebut berjenis light-weight dan memiliki kadar belerang yang rendah. Minyak jenis ini sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar, ini menyebabkan harga minyak ini dijadikan patokan bagi perdagangan minyak di dunia. Harga minyak mentah di WTI biasanya lebih tinggi lima sampai enam dolar daripada harga minyak OPEC dan lebih tinggi satu hingga dua dolar dibanding
harga
minyak
Brent
(http://useconomy.about.com/od/
economicindicators/p/Crude_Oil.htm). Satuan untuk harga minyak mentah
61
dunia adalah barrel. Periode yang diambil datanya dari harga Oil : WTI adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. (6) Harga Emas Dunia (X6) Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas risiko (Sunariyah,2006). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun. Kelebihan lainnya dari emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. Satuan untuk harga emas dunia adalah troy-ounce. Periode yang diambil datanya dari harga emas dunia adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. (7) Kurs USD/IDR (X7) Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008). Periode yang diambil datanya dari kurs dollar terhadap rupiah adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. 2) Variabel Dependen IHSG (Y) meupakan perhitungan yang menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai
komponen perhitungan indeks.
Agar
IHSG dapat
menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang
62
mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham perusahaan tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil, sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan
harga
saham
perusahaan
tercatat
tersebut
berpotensi
mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. Adapun
formula
untuk
menghitung
IHSG
adalah
sebagai
berikut
(www.idx.co.id) : ∑ (Regular Closing Price * Number of Shares) IHSG =
Base Value
x 100
Periode IHSG yang digunakan adalah dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. 4.3
Pengumpulan Data
4.3.1
Jenis Data Menurut Sifatnya Jenis data menurut sifatnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif dan kualitatif. Masing-masing jenis data tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1) Data kuantitatif Merupakan kumpulan informasi dalam bentuk angka-angka yang dapat dinilai dan dihitung. Adapun yang dimaksud data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data bulanan indeks saham global (indeks Dow Jones, S&P 500, Nikkei 225, SSE, UK : FT 100) dan indikator ekonomi global (Oil : WTI,
63
harga emas dan kurs USD/IDR) yang diambil datanya dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 2) Data kualitatif Merupakan kumpulan data yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga tidak dapat dinilai dan dihitung. Adapun yang dimaksud data kualitatif dalam penelitian ini adalah hasil penelitian sebelumnya, data pendukung yang didapatkan di berbagai buku dan majalah (berupa pendapat para ahli dan hasil penelitian). 4.3.2
Jenis Data Menurut Sumbernya Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks SSE, indeks UK : FT 100, harga Oil : WTI, harga emas dan kurs USD/IDR selama bulan Januari 2008 sampai bulan Desember 2012. Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi yaitu berupa data publikasi. Data tersebut sudah dikumpulkan oleh pihak lain. Sumber data diperoleh dari PT Bursa Efek Indonesia, PT KSEI, Bank Indonesia, Bloomberg dan internet. 4.4
Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis
regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara , indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks SSE, indeks UK : FT 100, harga Oil:WTI, harga emas dan kurs USD/IDR terhadap IHSG. Seberapa
64
besar variable independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresi linier berganda berikut : Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + b6X6 + b7X7 + e Keterangan Y
= IHSG
b
= koefisien garis regresi
X1
= Indeks Dow Jones
X2
= Indeks Nikkei 225
X3
= Indeks Shanghai
X4
= Indeks UK : FT 100
X5
= Harga Oil : WTI
X6
= Harga Emas Dunia
X7
= Kurs USD/IDR
e
= standar error
4.4.1
Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2012). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, maka menunjukkan pola distribusi normal (Gujarati,
65
2006). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis dan uji statistik (Ghozali, 2012). 2) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntung sepanjang waktu, berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data urut waktu atau time series karena “gangguan” pada seseorang atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terhadap “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson (DW test). Uji ini hanya digunakan untuk korelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan
adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak
ada variabel lain diantara variabel bebas. Dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan secara umum diperlihatkan dalam tabel 4.1.
66
Tabel 4.1 Tabel Durbin-Watson (D-W) Dw
Kesimpulan
0 < d < dl
Ada autokorelasi positif
dl d du
Tidak ada autokorelasi positif
4- dl < d < 4
Ada autokorelasi negatif
4 - du d 4 – dl
Tidak ada autokorelasi negatif
du < d < 4 – du
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Sumber : Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS, Ghozali 2012.
3) Uji Multikolinearitas Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier di antara variabel-variabel dalam model regresi. Interpretasi dari persamaan regresi linier secara emplisit bergantung bahwa variabel-variabel beda dalam persamaan tidak saling berkorelasi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi dengan
sempurna,
maka
disebut
multikoliniearitas
sempurna.
Multikoliniearitas dapat dideteksi dengan besaran-besaran regresi yang didapat yaitu: a) Variasi besar (dari taksiran OLS). b) Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar, maka standar error besar sehingga interval kepercayaan lebar). c) Uji-t tidak signifikan. Suatu variabel bebas secara substansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana bisa tidak signifikan karena
67
variasi besar akibat kolinearitas. Bila standar error terlalu besar pula kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak signifikan. d) R² tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari t-test. Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi sehingga dapat menyesatkan interpretasi. 4) Uji Heterokedatisitas Uji heterokedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda, maka
disebut
heterokedatisitas,
sebaliknya
jika
tetap
disebut
homokedastisitas. Model yang baik adalah yang homokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas digunakan model glejser. Model ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (nilai absolute ei), maka tidak ada heterokedastisitas (Ghozali, 2012). 4.4.2
Uji F Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau : Ho : βi = 0 Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variable dependen. Hipotesis alternatif (Hi) bila semua parameter secara simultan
68
tidak sama dengan nol, atau Hi: βi ≠ 0 Artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria: a)
Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5 persen. Dengan kata lain kita menerima hipotesa alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima Hi. 4.4.3
Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut : a)
Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5 persen, maka Ho yang menyatakan βi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
b) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan t tabel,
kita
menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
Deskripsi Obyek Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah IHSG. IHSG
atau kepanjangan dari Indeks Harga Saham Gabungan atau dalam sebutan bahasa Inggris biasa dikenal dengan Jakarta Composite Index (JCI) atau JSX Composite adalah salah satu bentuk indeks saham di Indonesia yang dipergunakan Bursa Efek Indonesia (dulunya bernama Bursa Efek Jakarta). IHSG diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten (Buku Panduan Indeks Harga Saham, 2010). IHSG menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa perusahaan tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham perusahaan tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil, sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham perusahaan tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek
69
70
Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). (www.idx.co.id) 5.1.2
Deskripsi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
dependen dan variabel independen. Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah IHSG (Y). Variabel independen pada penelitian ini yang mempengaruhi IHSG adalah indeks Dow Jones (X1), indeks Nikkei 225 (X2), indeks Shanghai (X3), indeks UK:FT100 (X4), harga minyak dunia (X5), harga emas dunia (X6), kurs USD/IDR (X7). Hasil data statistik deskriptif yang telah diolah SPSS ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Variabel Dependen dan Variabel Independen Descriptive Statistics
Indeks Dow Jones Indeks Nikkei 225 Indeks Shanghai Indeks UK:FT100 Harga Minyak Harga Emas Kurs USD/IDR IHSG Valid N (listwise)
Sumber : Lampiran 3
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Minimum 7.062,93 7.568,42 1.728,79 3.830,09 39,03 1.560,00 8.498,00 1.241,54
Maximu 13.437,13 m 14.338,54 4.383,39 6.087,30 140,00 3.972,00 12.360,00 4.350,29
Mean 11.146,83 10.017,91 2.662,54 5.356,64 86,46 2.560,45 9.478,52 3.011,09
Std. Deviation 1.650,32 1.593,07 536,73 593,37 20,20 705,06 837,13 933,72
71
Pada Tabel 5.1, dengan jumlah pengamatan selama 60 bulan dimulai dari bulan Januari tahun 2008 hingga bulan Desember tahun 2012, dapat dilihat bahwa nilai terendah IHSG adalah 1.241,54 yang terjadi pada bulan November tahun 2008, sementara nilai tertinggi IHSG adalah 4.350,29 yang terjadi pada bulan Oktober tahun 2012. Nilai rata-rata IHSG adalah sebesar 3.011,09 dengan standar deviasi sebesar 933,72. Dengan nilai standar deviasi yang sangat besar ini menandakan bahwa nilai IHSG berfluktuasi tajam. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Sumber: Lampiran 2 Gambar 5.1. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode tahun 2008 – 2012 Dari grafik pada Gambar 5.1 dapat terlihat IHSG sempat mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2008. Penurunan IHSG yang cukup tajam pada tahun 2008 disebabkan oleh terjadinya krisis global, dimana rata-rata hampir pasar modal di dunia mengalami penurunan yang cukup tajam. Meskipun sempat
72
mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2008, IHSG akhirnya kembali berada pada level sebelum krisis di kisaran 2400-2500 pada akhir tahun 2009. Pada indeks Dow Jones yang merupakan indeks yang mewakili New York Stock Exchange, dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Indeks Dow Jones adalah sebesar 11.146.83, dimana nilai terendah adalah sebesar 7.062,93 yang terjadi pada bulan Februari 2009. Sementara nilai tertinggi adalah sebesar 13.437,13 yang terjadi pada bulan September 2012. Nilai standar deviasi dari indeks Dow Jones adalah sebesar 1.650,32. Ini menunjukkan bahwa Indeks Dow Jones cenderung berfluktuasi. Berikut disajikan grafik pergerakan Indeks Dow Jones selama periode pengamatan:
Sumber: Lampiran 2 Gambar 5.2. Pergerakan Indeks Dow Jones periode tahun 2008 – 2012
73
Dari grafik pada Gambar 5.2 dilihat bahwa secara umum Indeks Dow Jones selama periode pengamatan mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 indeks Dow Jones mengalami penurunan drastis. Hal ini disebabkan pada tahun 2008 terjadi krisis Subprime Mortgage di Amerika Serikat. Indeks Nikkei 225 dapat dilihat pada Tabel 5.1, dimana nilai rata-rata indeks Nikkei 225 adalah sebesar 10.017,91, dengan nilai terendah adalah 7.568,42 yang terjadi
pada
bulan
Februari
tahun 2009, sedangkan nilai
tertinggi adalah sebesar 14.338,54 yang terjadi pada bulan Mei tahun 2008. Nilai standar deviasi dari indeks Nikkei 225 adalah sebesar 1.593,07. Hal ini berarti bahwa selama periode pengamatan, indeks Nikkei 225 berfluktuasi cukup tajam. Berikut disajikan grafik indeks Nikkei 225 selama periode pengamatan dengan menggunakan MS Excel.
Sumber: Lampiran 2 Gambar 5.3. Pergerakan Indeks Nikkei 225 periode tahun 2008 – 2012
74
Pada grafik yang ditampilkan Gambar 5.3, dapat dilihat indeks Nikkei 225 pada tahun 2008 mulai mengalami penurunan karena diakibatkan oleh krisis ekonomi global yang berakibat pada jatuhnya indeks-indeks global. Hasil statistik deskriptif indeks Shanghai (SSE) yang ditunjukkan pada Tabel 5.1 menunjukkan nilai rata-rata indeks Shanghai (SSE) adalah sebesar 2.662,54, dengan nilai terendah adalah 1.728,79 yang terjadi pada bulan Oktober tahun 2008, sedangkan nilai tertinggi adalah sebesar 4.383,39 yang terjadi pada bulan Januari tahun 2008. Nilai standar deviasi dari Shanghai (SSE) adalah sebesar 536,73. Hal ini berarti bahwa selama periode pengamatan, indeks Shanghai (SSE) berfluktuasi cukup tajam. Berikut disajikan grafik indeks Shanghai (SSE) selama periode pengamatan dengan menggunakan MS Excel:
Sumber: Lampiran 2 Gambar 5.4. Pergerakan Indeks Shanghai periode tahun 2008 – 2012 Pada grafik yang ditampilkan Gambar 5.4, dapat dilihat indeks Nikkei 225 pada tahun 2008 mulai mengalami penurunan karena diakibatkan oleh krisis ekonomi
75
global dan sampai pada akhir tahun 2012 indeks Shanghai belum bisa kembali ke puncak tertingginya. Pada indeks UK:FT100, nilai rata-rata indeks UK:FT100 adalah sebesar 5.356,64, dengan nilai terendah adalah 3.830,09 yang terjadi pada bulan Februari tahun 2009, sedangkan nilai tertinggi adalah sebesar 6.087,30 yang terjadi pada bulan April tahun 2008. Nilai standar deviasi dari indeks UK:FT100 adalah sebesar 593,37. Hal ini berarti bahwa selama periode pengamatan, indeks UK:FT100 berfluktuasi cukup tajam. Berikut disajikan grafik indeks UK:FT100 selama periode pengamatan dengan menggunakan MS Excel:
Sumber: Lampiran 2 Gambar 5.5. Pergerakan Indeks UK:FT100 periode tahun 2008 – 2012 Pada grafik yang ditampilkan Gambar 5.5, dapat dilihat indeks UK:FT100 sempat mengalami penurunan pada tahun 2008 karena diakibatkan oleh krisis ekonomi global dan akhirnya pada tahun 2009 mulai bergerak naik dan mendekati nilai tertingginya.
76
Harga minyak dunia yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga minyak dunia yang terbentuk di pasar spot minyak Texas WTI (West Texas Intermediate). Dari hasil perhitungan pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa harga rata-rata minyak dunia selama periode pengamatan adalah sebesar $86.46/barrel, dengan harga tertinggi sebesar $140,00/barrel yang terjadi pada bulan Juni tahun 2008, sementara harga terendah sebesar $39,03/barrel yang terjadi pada bulan Desember tahun 2008. Nilai standar deviasi harga minyak dunia adalah sebesar 20,20. Secara umum harga minyak dunia selama periode pengamatan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut.
Sumber: Lampiran 2 Gambar 5.6. Pergerakan Harga Minyak Dunia periode tahun 2008 – 2012 Pergerakan harga minyak dunia yang terlihat pada grafik Gambar 5.6 menunjukkan bahwa harga minyak dunia mengalami penurunan yang drastis yang diakibatkan oleh penurunan jumlah permintaan minyak dunia karena krisis
77
ekonomi global. Setelah tahun 2008, harga minyak dunia perlahan-lahan mengalami kenaikan seiring dengan makin pulihnya perekonomian global. Data hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 5.1 menunjukkan harga ratarata emas dunia selama periode pengamatan adalah sebesar $2.560,45/troy-ounce dengan harga terendah adalah $1.560,00/troy-ounce yang terjadi pada bulan Oktober tahun 2008 sementara harga tertinggi adalah $3.972,00/troy-ounce yang terjadi pada bulan Februari tahun 2008. Nilai standar deviasi sebesar 705,06 menunjukkan bahwa harga emas cenderung berfluktuasi. Selain itu selama
periode pengamatan
ditemukan
bahwa
harga
emas
dunia
menunjukkan kecenderungan untuk selalu meningkat. Ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Sumber: Lampiran 2 Gambar 5.7. Pergerakan Harga Emas Dunia periode tahun 2008 – 2012
78
Grafik harga emas dunia yang ditunjukkan pada Gambar 5.7 dapat terlihat bahwa harga emas sempat mengalami penurunan pada pertengahan tahun 2008 yang diakibatkan oleh krisis ekonomi global. Pada menjelang penutupan akhir tahun 2008, harga emas dunia perlahan-lahan mengalami kenaikan dikarenakan investor di pasar modal maupun pasar uang beralih ke investasi emas untuk menghindari risiko ketidak pastian ekonomi global. Harga emas dunia kembali mengalami penurunan dimulai pada akhir tahun 2011 sampai dengan akhir tahun 2012 seiring membaiknya ekonomi global sehingga investor kembali berinvestasi ke pasar modal maupun pasar uang. Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dari hasil perhitungan uji statistik deskriptif yang telah diolah SPSS menunjukkan bahwa nilai rata-rata kurs USD/IDR selama periode pengamatan adalah Rp. 9.478,52. Nilai terendah kurs rupiah adalah sebesar Rp.8.498,00 yang terjadi pada bulan Juli tahun 2011. Sementara nilai tertinggi kurs rupiah adalah sebesar Rp.12.360,00 yang terjadi pada bulan November tahun 2008. Nilai standar deviasi kurs rupiah adalah sebesar 837,13. Ini menandakan bahwa selama periode pengamatan nilai kurs rupiah cenderung stabil dan tidak terlalu berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada grafik pergerakan kurs rupiah dibawah ini:
79
Sumber: Lampiran 2 Gambar 5.8. Pergerakan Kurs USD/IDR periode tahun 2008 – 2012 Dari grafik yang terlihat pada Gambar 5.8 menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD relatif stabil. Pergerakan kurs rupiah terhadap USD dapat dijaga dengan baik oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter Indonesia. Pada tahun 2008 ketika nilai kurs rupiah terhadap USD melemah, nilai IHSG turun dari tingkat 2400 ke tingkat 1000. 5.1.3
Uji Asumsi Klasik
5.1.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, residu dari persamaan regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan K-S yang tersedia dalam program SPSS. Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah dengan
80
membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila sig > alpha (Ghozali, 2012). Berikut disajikan hasil dari Kolmogorov-Smirnov test dalam Tabel 5.2 Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Unstandardized Residual 60 ,000 249,622 ,062 ,046 -,062 ,483 ,974
Sumber : Lampiran 3 Dari hasil pengujian normalitas, terlihat bahwa residual (galat) menyebar normal karena nilai sig = 0,974>0,05, sehingga asumsi normalitas terpenuhi. 5.1.3.2 Uji autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul dari observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
81
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena ”gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena ”gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok yang berbeda. Deteksi autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson (Ghozali, 2012). Penentuan ada tidaknya kasus autokorelasi didasari oleh kaidah tersebut di bawah ini. 0 < d < dl
= Ada autokorelasi positif
dl d du
= Tidak ada autokorelasi positif
4- dl < d < 4
= Ada autokorelasi negatif
4 - du d 4 – dl = Tidak ada autokorelasi negatif du < d < 4 – du
= Tidak ada autokorelasi positif atau negatif.
Berikut disajikan hasil perhitungan uji autokorelasi dengan menggunakan SPSS: Tabel 5.3 Nilai Durbin-Watson Model Summary b Std. Error of Adjusted R DurbinSquare the Estimate Watson Model R R Square a 1 ,964 ,929 ,919 265,89326 1,903 a. Predictors: (Constant), Kurs USD/IDR, Indeks Nikkei 225, Harga Emas, Indeks Dow Jones, Indeks Shanghai, Harga Minyak, Indeks UK:FT100 b. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Lampiran 3 Dari hasil SPSS yang terlihat pada Tabel 5.3 bahwa nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,903.
Nilai
Durbin-Watson
berdasarkan
tabel
dengan
derajat
82
kepercayaan sebesar 5% adalah dl sebesar 1,34 dan du sebesar 1,85, sehingga nilai 4-du adalah 2,15. Nilai Durbin Watson pada penelitian ini adalah 1,903, sehingga berada terletak diantara du dan 4-du, maka model regresi ini menunjukkan tidak adanya autokorelasi dan layak digunakan. 5.1.3.3 Uji Multikolinearitas Menurut Sudarmanto (2005) uji multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan
atau
menguji
ada
atau
tidaknya
hubungan
yang
linier
(multikolinieritas) antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas yang lain. Menurut Nugroho (2005) sebagai pedoman untuk mengetahui antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lain tidak terjadi multikolinieritas jika mempunyai VIF (Varian Inflatation Factor) kurang dari 10 dan angka Tolerance lebih dari 0,1. Hasil SPSS dari uji multikolinearitas ini bisa dilihat dari Tabel 5.4 berikut: Tabel 5.4 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
a Collinearity Statistics
Mode 1
a
Indeks Dow Jones Indeks Nikkei 225 Indeks Shanghai Indeks UK:FT100 Harga Minyak Harga Emas Kurs USD/IDR Dependent Variable: IHSG
Sumber : Lampiran 3
Tolerance ,652 ,885 ,651 ,405 ,721 ,765 ,545
VIF 1,534 1,131 1,536 2,467 1,387 1,307 1,834
83
Dari hasil uji multikolinearitas diperoleh hasil bahwa semua variabel independen dari model regresi tidak terdapat multikolinearitas yang ditunjukkan oleh nilai VIF yang dibawah 10 dan nilai tolerance yang lebih besar
dari 0,1.
Ini
menunjukkan bahwa model regresi ini layak untuk digunakan karena tidak terdapat variabel yang mengalami multikolinearitas. 5.1.3.4 Uji heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model regresi terjadi ketidaksamaan varians. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas digunakan model glejser. Model ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (nilai absolute ei), maka tidak ada heterokedastisitas (Ghozali, 2012). Hasil SPSS dari uji heterokedastisitas bisa dilihat dari tabel berikut: Tabel 5.5 Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficients a Unstandardized Coefficients Std. Model B Error 1 (Constant) -294,257 763,717 Indeks Dow Jones -,009 ,050 Indeks Nikkei 225 ,024 ,029 Indeks Shanghai -,034 ,073 Indeks UK:FT100 ,004 ,142 Harga Minyak -,082 2,871 Harga Emas -,006 ,050 Kurs USD/IDR ,047 ,050 a. Dependent Variable: Absolut Residual
Sumber : Lampiran 3
Standardized Coefficients Beta -,096 ,242 -,115 ,014 -,011 -,026 ,249
t -,385 -,184 ,821 -,459 ,027 -,029 -,117 ,932
Sig. ,702 ,855 ,416 ,648 ,979 ,977 ,907 ,356
84
Hasil uji heterokedastisitas yang ditampilkan pada Tabel 5.5 menunjukkan variabel indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks Shanghai, indeks UK:FT100, harga minyak dunia, harga emas dunia dan kurs USD/IDR memiliki nilai signifikansi 0,855; 0,416; 0,648; 0,979; 0,977; 0,907; 0,356 yang kesemuanya diatas 0,05. Berarti tidak terdapat heterokedastisitas dalam model ini, dengan kata lain semua variabel independen yang terdapat dalam model ini memiliki sebaran varians yang sama/homogen. 5.1.4 Uji Hipotesis 5.1.4.1 Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2012) Dalam perhitungan statistik ini nilai R2 yang digunakan adalah adjusted R square. Adjusted R square adalah suatu indikator yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu persamaan regresi. Nilai adjusted R2 telah dibebaskan dari
pengaruh derajat
kebebasan (degree of freedom) yang berarti nilai tersebut telah benar-benar menunjukkan bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah koefisien determinasi dari penelitian ini yang disajikan dalam Tabel 5.6:
85
Tabel 5.6 Koefisien Determinasi Model Summary
b
Adjusted R R Square Square Model R 1 ,964 a ,929 ,919 a. Predictors: (Constant), Kurs USD/IDR, Indeks Nikkei 225, Harga Emas, Indeks Dow Jones, Indeks Shanghai, Harga Minyak, Indeks UK:FT100 b. Dependent Variable: IHSG
Std. Error of the Estimate 265,89326
Sumber : Lampiran 3 Pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar 0,919. Hal ini dapat menunjukkan bahwa variasi variabel independen dalam penelitian ini mampu menjelaskan 91,9% variasi variabel dependen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 8,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen. Nilai koefisien korelasi (R Square) sebesar 0,929
menunjukkan
bahwa kuat hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 92,9%. 5.1.4.2 Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap semua variabel dependen (Ghozali,2012). Berikut hasil Uji F yang diolah menggunakan SPSS:
86
Tabel 5.7 Uji F ANOVA b Sum of Sig Mean Square F Squares df . a Regression 47761580 7 6823082,833 96,509 ,000 Residual 3676359,7 52 70699,224 Total 51437939 59 a Predictors: (Constant), Kurs USD/IDR, Indeks Nikkei 225, Harga Emas, Indeks Dow Jones, Indeks Shanghai, Harga Minyak, Indeks UK:FT100 b Dependent Variable: IHSG
Mode 1
Sumber : Lampiran 3 Dari hasil yang ditunjukkan pada Tabel 5.7 diperoleh nilai F hitung sebesar 96,509 dengan nilai signifikansi 0,000. Dikarenakan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks Shanghai, indeks UK:FT100, harga minyak dunia, harga emas dunia dan kurs USD/IDR tidak sama dengan nol, atau ketujuh variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap IHSG. 5.1.4.3 Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara parsial didalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2012). Untuk menginterpretasikan koefisien parameter
variabel independen dapat menggunakan unstandardized coeficients maupun standardized coeficients. Pada penelitian ini akan menggunakan standardized coeficients, hal ini disebabkan karena unit ukuran variabel independen tidak sama. Keuntungan dengan menggunakan standardized coeficients adalah mampu
87
mengeliminasi perbedaan unit ukuran pada variabel independen (Ghozali,2012). Berikut hasil SPSS dari Uji t yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 5.8 Uji t Coefficient a Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Mode Beta B Std. Error 1 (Constant) 4630,553 1292,449 Indeks Dow Jones ,313 ,084 ,553 Indeks Nikkei 225 -,286 ,049 -,487 Indeks Shanghai ,012 ,124 ,007 Indeks UK:FT100 ,351 ,240 ,223 Harga Minyak -2,494 4,859 -,054 Harga Emas -,066 ,084 -,050 Kurs USD/IDR -,398 ,085 -,357 a Dependent Variable: IHSG
t 3,583 3,724 -5,819 ,098 1,460 -,513 -,788 -4,697
Sig. ,001 ,000 ,000 ,922 ,150 ,610 ,434 ,000
Sumber : Lampiran 3 Pada
Tabel
5.8
dapat
disusun
persamaan
regresi
sebagai
berikut:
IHSG = 0,553 IDJ – 0,487 Nikkei + 0,007 Shanghai + 0.223 UK – 0,054 Minyak 0,050 Emas – 0,357 Kurs + e. Apabila digunakan dalam ilmu pasti, maka semua angka yang tertera dalam persamaan matematis pada Tabel 5.8 dapat diinterpretasikan lebih mendalam. Akan tetapi karena dalam penelitian ini termasuk ilmu sosial atau ekonomi, maka yang perlu dititikberatkan sebaiknya adalah tanda positif atau negatif yang terdapat di depan angka koefisien beta (Janie, 2012). Pada penelitian ini, penulis mencoba untuk menjelaskan beberapa hal terkait dengan t hitung dan nilai signifikansi yang ditunjukan pada tabel tersebut. Penjelasan mengenai persamaan garis regresi adalah sebagai berikut :
88
Secara parsial, koefisien indeks Dow Jones menunjukan nilai positif. Dengan mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan positif antara indeks Dow Jones dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada indeks Dow Jones akan berakibat pula pada kenaikan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel indeks Dow Jones sebesar 0,553; menunjukan bahwa jika indeks Dow Jones mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,553. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai thitung dari indeks Dow Jones adalah sebesar 3,724 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (3,724) lebih besar dari t tabel (1,671) maka terdapat pengaruh signifikan antara variabel indeks Dow Jones terhadap IHSG.
Secara parsial, koefisien indeks Nikkei 225 menunjukan nilai negatif. Dengan mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan negatif antara indeks Nikkei 225 dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada indeks Nikkei 225 akan berakibat pada penurunan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel indeks Nikkei 225 sebesar -0,487; menunjukan bahwa jika indeks Nikkei 225 mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami penurunan sebesar 0,487. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai thitung dari indeks Nikkei 225 adalah sebesar -5,819 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan
89
nilai t hitung (-5,819) lebih besar dari t tabel (1,671) maka terdapat pengaruh signifikan antara variabel indeks Nikkei 225 terhadap IHSG.
Secara parsial, koefisien indeks Shanghai menunjukan nilai positif. Dengan mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan positif antara indeks Shanghai dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada Shanghai akan berakibat pula pada peningkatan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel indeks Shanghai sebesar 0,007; menunjukan bahwa jika indeks Shanghai mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami peningkatan pula sebesar 0,007. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari indeks Shanghai adalah sebesar 0,098 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,922. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% dan nilai t hitung (0,098) lebih kecil dari t tabel (1,671) maka variabel indeks Shanghai berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG.
Secara parsial, koefisien indeks UK:FT100 menunjukan nilai positif. Dengan mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan positif antara indeks UK:FT100 dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada indeks UK:FT100 akan berakibat pula pada peningkatan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel indeks UK:FT100 sebesar 0,223; menunjukan bahwa jika indeks UK:FT100 mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami peningkatan pula sebesar 0,223. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari indeks UK:FT100 adalah sebesar 1,460 dengan
90
tingkat signifikansi sebesar 0,150. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% dan nilai t hitung (1,460) lebih kecil dari t tabel (1,671) maka variabel indeks Shanghai berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG.
Secara parsial, koefisien harga minyak menunjukan nilai negatif. Dengan mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan negatif antara harga minyak dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada harga minyak akan berakibat pada penurunan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel harga minyak sebesar -0,054; menunjukan bahwa jika harga minyak mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami penurunan sebesar 0,054. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari harga minyak adalah sebesar -0,153 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,610. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% dan nilai t hitung (-0,153) lebih kecil dari t tabel
(1,671) maka variabel harga minyak berpengaruh tidak signifikan
terhadap IHSG.
Secara parsial, koefisien harga emas menunjukan nilai negatif. Dengan mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan negatif antara harga emas dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada harga emas akan berakibat pada penurunan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel harga emas sebesar -0,050; menunjukan bahwa jika harga emas mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami penurunan sebesar 0,050. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari harga emas adalah
91
sebesar -0,788 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,434. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% dan nilai t hitung (-0,788) lebih kecil dari t tabel (1,671) maka variabel harga emas berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG.
Secara parsial, koefisien kurs USD/IDR menunjukan nilai negatif. Dengan mengasumsikan ketiadaan dari variabel-variabel independen lainnya, maka kondisi tersebut menunjukan adanya hubungan negatif antara kurs USD/IDR dengan indeks IHSG, dimana kenaikan pada nilai kurs USD/IDR akan berakibat pada penurunan angka indeks IHSG. Koefisien regresi variabel kurs USD/IDR sebesar -0,357; menunjukan bahwa jika kurs USD/IDR mengalami kenaikan sebesar 1 poin, maka indeks IHSG akan mengalami penurunan sebesar 0,357. Pada Tabel 5.8 juga dapat dilihat bahwa nilai t-hitung dari kurs USD/IDR adalah sebesar -4,697 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% dan nilai t hitung (-4,697) lebih besar dari t tabel (1,671) maka terdapat pengaruh signifikan antara variabel kurs USD/IDR terhadap IHSG.
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian 5.2.1
Hipotesis 1 Hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Indeks Dow
Jones berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa hipotesis 1 terbukti. Hasil ini menunjukkan bahwa kenaikan indeks Dow Jones akan mendorong kenaikan IHSG. Indeks Dow Jones sendiri merupakan rata-rata indeks saham terbesar di dunia, oleh karena itu
92
pergerakan indeks Dow Jones dapat mempengaruhi hampir seluruh indeks saham dunia termasuk IHSG. Pengaruh indeks Dow Jones terhadap IHSG adalah positif, yang dapat diartikan bahwa kenaikan indeks Dow Jones akan mengakibatkan pula pada naiknya IHSG di Bursa Efek Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya sentimen positif dari para investor terhadap kondisi ekonomi dunia. Pada Bab I Tabel 1.2 yang telah dijelaskan sebelumnya, investor asing terutama investor institusi lebih mendominasi proporsi kepemilikan saham di Pasar Modal Indonesia, sehingga segala sesuatu yang terjadi di Amerika tentunya akan mempengaruhi psikologi investor yang berinvestasi di Pasar Modal Indonesia. Hal ini mengkonfirmasi dan sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, seperti: Hayo dan Kuntan (2004), Yang et al. (2003), Darrat dan Zhong (2002), Karim et al. (2009), Wong et al. (2004), Syriopoulos (2005), Bhar dan Nikolova (2007) yang menyatakan bahwa pasar modal di Amerika Serikat mempunyai pengaruh terhadap pasar modal negara lain di dunia. 5.2.2
Hipotesis 2 Hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Indeks Nikkei 225
berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS yang telah dilakukan dalam penelitian ini, ternyata diperoleh hasil bahwa indeks Nikkei 225 menunjukan pengaruhnya kepada IHSG, namun pada arah yang sebaliknya, yaitu berpengaruh negatif. Dengan kondisi tersebut, maka hasil dari penelitian ini telah mengkonfirmasi hasil dari Hasibuan dan Hidayat (2011), namun berbanding terbalik dengan beberapa peneliti sebelumnya, seperti: Yang et
93
al. (2003), Darrat dan Zhong (2002), Karim et al. (2009), Wong et al. (2004). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan dari periode pengumpulan data akan berakibat pula pada kondisi ekonomi negara Jepang yang berbeda pula. Perbedaan kondisi ini ditunjukan dengan informasi yang dikeluarkan oleh Central Intelligent Agency (CIA) dalam bentuk Word Factbook 2012 yang menjelaskan bahwa ekonomi Jepang sedikit kontras dan mengalami perbedaan dengan beberapa negara besar lainnya, sejak Jepang telah jatuh ke dalam resesi hingga tiga kali sejak 2008. Dimulai dengan penurunan tajam nilai ekspor Jepang pada akhir 2008, kemudian dilanjutkan pada tahun 2011 dengan tekanan ekonomi akibat besaran utang yang mencapai 200% dari GDP justru disaat negara lainnya termasuk Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, kemudian dilanjutkan dengan terjadinya gempa besar berkekuatan 9,0 SL dan tsunami, bersamaan dengan laporan bulan Maret 2011 yang menunjukan gangguan besar disektor manufaktur. Hal ini tentunya menyebabkan aliran dana investor berpindah ke negara lainnya, salah satunya di Pasar Modal Indonesia. 5.2.3
Hipotesis 3 Hipotesis 3 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Indeks Shanghai
berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh bahwa hipotesis 3 terbukti. Indeks Shanghai yang mewakili Pasar Modal Cina memang memiliki pengaruh yang sangat besar dikarenakan ekspor dan impor Indonesia nilainya banyak ke negara Cina. Cina yang memiliki penduduk terbanyak di dunia dan dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat luar biasa, membuat Pasar Modal Cina sangat diperhatikan oleh investor global. Hal
94
ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya dari Karim et al. (2009) yang menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia sangat terkait dengan pasar modal Cina. 5.2.4
Hipotesis 4 Hipotesis 4 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Indeks UK:FT100
berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh bahwa hipotesis 4 terbukti. Hal ini mengkonfirmasi dan sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, seperti: Wong et al. (2004) dan H. Kazi (2008) yang menyatakan bahwa pasar modal di Inggris memberikan pengaruh terhadap pasar modal negara lain di dunia. Kondisi ini terjadi mengingat negara Inggris merupakan negara yang masuk dalam urutan 10 besar negara didunia yang memiliki GDP terbesar, sehingga kondisi ekonomi di negara Inggris tentunya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara lainnya baik dari aliran dana investasi maupun nilai ekspor dan impor. 5.2.5
Hipotesis 5 Hipotesis 5 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Harga minyak
dunia berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG”.
Berdasarkan
hasil
perhitungan diperoleh bahwa hipotesis 5 ternyata tidak terbukti. Ini disebabkan karena selama periode pengamatan, kenaikan harga minyak disebabkan karena ekonomi global
sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang
mengakibatkan permintaan terhadap minyak berkurang. Kejadian krisis politik di
95
negara-negara Timur Tengah juga mengakibatkan pasokan minyak menjadi berkurang sehingga menyebabkan harga minyak menjadi meningkat. Tentunya hal ini mengkonfirmasi penelitian Kilian dan Park (2007) yang menyatakan apabila kenaikan harga minyak dunia disebabkan oleh meningkatnya permintaan minyak dunia akibat ketidakpastian ketersediaan minyak di masa depan, maka hal ini akan membawa pengaruh negatif bagi pasar modal. 5.2.6
Hipotesis 6 Hipotesis 6 yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Harga emas dunia
berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa harga emas dunia memiliki pengaruh yang negatif terhadap IHSG sehingga hipotesis 6 terbukti. Hasil ini mengkonfirmasi penelitian dari Smith (2001) yang menunjukkan bahwa harga emas dunia berpengaruh secara negatif terhadap pergerakan indeks harga saham, sekaligus menentang apa yang telah disimpulkan oleh Twite (2002), Irianto (2007) dan G. Gilmore (2009) bahwa pergerakan harga emas berpengaruh secara positif terhadap pergerakan indeks di pasar modal. Indikasi bahwa harga emas berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG ini lebih dikarenakan emas merupakan salah satu komoditi alternatif investasi yang dianggap cenderung aman dan bebas risiko, sehingga apabila kondisi ekonomi kurang stabil dan berakibat pada ketidakstabilan di pasar modal, maka para investor akan beralih pada komoditi emas sebagai sarana investasi.
96
5.2.7
Hipotesis 7 Hipotesis 7 yang diajukan dalam penelitian ini adalah ”Kurs (USD/IDR)
berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG”. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil bahwa hipotesis 7 terbukti. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika nilai kurs rupiah terdepresiasi maka IHSG juga akan mengalami penurunan. Bagi investor, pergerakan nilai
tukar dollar terhadap rupiah (USD/IDR)
mengindikasikan situasi fundamental perekonomian Indonesia. Sehingga ketika (USD/IDR) nilainya meningkat, maka menunjukan bahwa rupiah sedang melemah dan kondiisi perekonomian Indonesia sedang tidak dalam kondisi yang stabil. Ketika kondisi perekonomian kurang stabil, maka investor kecenderungannya akan menjual saham-saham yang dimilikinya untuk menghindari risiko, dimana aksi jual saham ini tentunya akan mengakibatkan pelemahan IHSG. Hasil dari penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti: Sukono (2012), Irianto (2007), Menike (2006) dan Di Iorio (2001). 5.3
Implikasi Penelitian Bagi calon investor, akademisi maupun masyarakat umum yang ingin
berinvestasi di Pasar Modal Indonesia dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini: 1) Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa indeks Dow Jones, indeks Shanghai, indeks UK:FT100 memiliki pengaruh positif terhadap IHSG. Apabila terjadi kenaikan pada indeks Dow Jones, indeks Shanghai, indeks UK:FT100 maka IHSG cenderung naik. Begitu juga sebaliknya, apabila
97
terjadi penurunan pada indeks Dow Jones, indeks Shanghai, indeks UK:FT100 maka IHSG cenderung turun. 2) Indeks Nikkei 225, harga minyak dunia, harga emas dunia, dan kurs USD/IDR menunjukkan pengaruh negatif atau berlawanan terhadap IHSG. Apabila indeks Nikkei 225, harga minyak dunia, harga emas dunia, dan kurs USD/IDR mengalami kenaikan, maka IHSG cenderung bergerak beralawanan atau cenderung turun. Begitu juga sebaliknya, apabila indeks Nikkei 225, harga minyak dunia, harga emas dunia, dan kurs USD/IDR mengalami penurunan, maka IHSG cenderung bergerak beralawanan atau cenderung naik.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini menunjukkan bahwa meningkatnya indeks Dow Jones akan mengakibatkan peningkatan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila indeks Dow Jones mengalami penurunan akan mengakibatkan penurunan pada IHSG. 2) Indeks Nikkei 225 berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini
menunjukkan
bahwa
meningkatnya
indeks
Nikkei
225
akan
mengakibatkan penurunan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila indeks Nikkei 225 mengalami penurunan maka akan mengakibatkan kenaikan pada IHSG. 3) Indeks Shanghai berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini menunjukkan bahwa meningkatnya indeks Shanghai akan mengakibatkan peningkatan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila indeks Shanghai mengalami penurunan akan mengakibatkan penurunan pada IHSG. 4) Indeks UK:FT100 berpengaruh positif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini menunjukkan bahwa meningkatnya indeks UK:FT100 akan mengakibatkan peningkatan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila indeks UK:FT100 mengalami penurunan akan mengakibatkan penurunan pada IHSG. 98
99
5) Harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini
menunjukkan
bahwa
meningkatnya
harga
minyak
dunia
akan
mengakibatkan penurunan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila harga minyak dunia mengalami penurunan maka akan mengakibatkan kenaikan pada IHSG. 6) Harga emas dunia berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini menunjukkan bahwa meningkatnya harga emas dunia akan mengakibatkan penurunan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila harga emas dunia mengalami penurunan maka akan mengakibatkan kenaikan pada IHSG. 7) Kurs USD/IDR berpengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG. Kondisi ini menunjukkan bahwa meningkatnya kurs USD/IDR akan mengakibatkan penurunan pada IHSG, begitu pula sebaliknya apabila kurs USD/IDR mengalami penurunan maka akan mengakibatkan kenaikan pada IHSG. 6.2
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa
saran yang ingin disampaikan, antara lain: 1) Penelitian selanjutnya yang ingin meneliti tentang pengaruh beberapa indeks saham dan indikator ekonomi global terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia dapat menambahkan variabel indeks negara-negara Asia Pasific lainnya seperti: indeks Hangseng (Hongkong), indeks Kospi (Korea Selatan), indeks BSE (India) dan variabel makro ekonomi Indonesia seperti: inflasi, BI rate, PDB (Produk Domestik Bruto). Mengingat pergerakan IHSG cenderung dipengaruhi oleh saham-saham berkapitalisasi besar, maka pada penelitian
100
selanjutnya dapat menggunakan indeks sektoral ataupun indeks lainnya sebagai variabel independen. 2) Bagi para investor yang berinvestasi di Pasar Modal Indonesia hendaknya memperhatikan pergerakan indeks Dow Jones, indeks Nikkei 225, indeks Shanghai, indeks UK:FT100, harga minyak dunia, harga emas dunia dan kurs USD/IDR sebelum melakukan keputusan investasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelaziz, Mohamed., Chortareas, Georgios., Cipollini, Andrea. 2008. Stock Prices, Exchange Rates, and Oil: Evidence from Middle East OilExporting Countries, Research Paper School of Accounting Finance and Management, pp 1 – 27. Alder, M. and Dumas, B. 1984. Exposure to Currency Risk: Definition and Measurement, Financial Management, Volume 13, pp. 41-50. Amalia, Lia. 2007. Ekonomi Internasional, edisi pertama. Yogyakarta: Graha ilmu. Bhar, Ramaprasad dan Nikolova, Biljana. 2007. Analysis of Mean and Volatility Spillovers Using BRIC Countries, Regional and World Equity Index Returns, Journal of Economic Integration, Volume 22, pp. 369-381. Bhamra, Harjoat S. 2002. International Stock Market Integration : A Dynamic General Equilibrium Approach. Avaliable: www.emerald.com. Blanchard, Olivier. 2006. Macroeconomics, 4th edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Bodie, Zvi., Kane, Alex., Marcus, Alan.J. 2006. Investments, 6th Ed. Zuliani Dalimunthe dan Budi Wibowo (penerjemah). Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Brooks, Robin dan Del Negro, Marco. 2002. International Stock Returns and Market Integration : A Regional Perspective, IMF Working Paper. Buku Panduan Indeks Harga Saham. 2010. Jakarta: BEI. Cahyono, Jaka E. 2000. 22 Strategi dan Teknik Meraih Untung di Bursa Saham, Jilid 1. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Darrat, Ali F and Zong, Maosen. 2002. Permanent and Transitory Driving Forces ini Asian-Pasific Stock Markets, The Financial Review, Volume 37, pp.35-52. Di Iorio, Amalia dan Faff, Robert. 2001. Foreign Exchange Exposure and Pricing in the Australian Equities Market: A Fama and Frenc Framework, School of Economics and Finance. Dornbusch, Rudiger and Stanley F. 2004. Macro Economic. Julius A.Mulyadi (Penerjemah). Ekonomi Makro. Jakarta: Media Global Edukasi. 101
102
Dominguez, Kathryn M.E. dan L.Tesar, Linda. 2006. Exchange rate exposure, Journal of International Economics, Volume. 68, pp.188-218. Gay, Jr, Robert.D. 2008. Effect of Macroeconomic Variables on Stock Market Returns for Four Emerging Economies: Brazil, Russia, India, and China, International Business & Economics Research Journal, Volume 7, pp.3. Ghozali, Iman. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20. Semarang : BP UNDIP. G. Gilmore, Claire. 2009. The Dynamics of Gold Prices, Gold Mining Stock Prices and Stock Market Prices Comovements, Research in Applied Economics, Vol. 1, No. 1: E12. Gujarati, Damodar. R. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hayo, Bernd and M. Kuntan, Ali. 2004. The Impact of News, Oil Prices, and Global Market Development on Russian Financial Markets, William Davidson Institute Working Paper, No. 656. Hashmi, Amir Rafique and Xingyn, Liu. 2001. Interlinkage Among South East Asian Stock Market, Journal of International Money and Finance and the University of Rome Tor Vergata. Harjito, D. Agus dan B. McGowan, Carl. 2007. Stock Price and Exchange Rate Causality: The Case of Four Asean Countries, Southwestern Economic Review. Hartono, Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Keenam. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Hasibuan, Ali Fikri dan Hidayat, Taufik. 2011. Pengaruh Indeks Harga Saham Global Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jurnal Keuangan dan Bisnis, Volume 3, No 3. H. Kazi, Mazharul. 2008. Is Australian stock market integrated to the equity markets of its major trading partners?, International Review of Business Research Papers, Vol.4 No.5, pp.247-257 . Hidayat, Taufik. 2010. Buku Pintar Investasi. Jakarta: Mediakita. Irianto, Guntur. 2007. Pengaruh Bunga Deposito, kurs Rp/US$ dan Harga Emas terhadap IHSG. Jurnal Manajemen Mutu, Volume 6, No.2
103
Janie, Dyah Nirmala Arum. 2012. Statistik Deskriptif & Regresi Linier Berganda Dengan SPSS. Semarang: Semarang University Press. Karim, B. A., Majid, M. S. A., dan Karim, S. A. A. 2009. Integration of Stock Markets Between Indonesia and Its Major Trading Partners, Gajah Mada International Journal of Business, Volume 11, No.2. Kilian, Lutz and Park, Cheolbeom. 2007. The Impact of Oil Prices Shocks on the U.S. Stock Market, Research Paper, Department of Economics, University of Michigan. Kuncoro.M. 2010. Manajemen Keuangan Internasional : Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Laporan tahunan Bursa Efek Indonesia 2008. Jakarta: BEI. Levi, Maurice D. 2001. Keuangan International, buku 1. Yogyakarta: ANDI. Luehrman, T.A. 1991. Exchange Rate Changes and The Distribution of Industry Value, Journal of International Business Studies, Volume 22, pp. 619-649. Madura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan Internasional, edisi keempat. Jakarta: Erlangga. Mankiw, Gregory N. 2006. Principle of Economics 3th. Chriswan Sungkono (penerjemah). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat. Menike, L.M.C.S. 2006. The Effect of Macroeconomic Variables on Stock Prices in Emerging Sri Lankan Stock Market, Sabaragamuwa University Journal, Volume 6, No. 1, pp 50-67. Nurhayati, Mafizatun. 2010. Analisis Integrasi Pasar Modal Kawasan Asean Dalam Rangka Menuju Masyarakat Ekonomi Asean. Nugroho, Agus. 2005. Strategi Jitu: Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : Andi Pattarathammas, Suluck dan Khanthavit, Anya. 2009. World and regional factors in stock market returns, International Journal of Managerial Finance, Vol. 5, No. 2, pp. 222 - 242. Rimbawan, Nyoman Dayuh. 2011. Statistik Deskriptif Untuk Ekonomi dan Bisnis. Denpasar: Udayana University Press.
104
Savasa, Bilal and Samiloglub, Famil. 2010. The Impact of Macroecomomic Variables on Stock Return in Turkey: an ARDL Bounds Testing Approach. Afyon Kocatepe Üniversitesi İİBF Dergisi, pp. 12-1. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Salvatore, Dominick. 2008. Theory and Problem of Micro Economic Theory, 3rd Edition. Rudi Sitompul (penerjemah). Teori dan Soal-soal Mikro Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Sekolah Pasar Modal. 2012. Jakarta: BEI. Singh, Tarika., Mehta, Seema and M. S. Varsha. 2010. Macroeconomic factors and stock returns: Evidence from Taiwan, Prestige Institute of Management, Gwalior, pp.25. Smith, Graham. 2001. The Price of Gold and Stock Prices Indices For the United States, Adrienne Roberts FT Personal Finance, pp.14. Sukono, Bambang. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IHSG di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2011. Sudarmanto,Gunawan.R. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Syriopoulos, Theodore. 2005. Dynamic linkages between emerging European and developed stock markets: Has the EMU any impact?, International Review of Financial Analysis, pp. 41– 60. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi, Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius. Tjiptono, Darmadji dan Fakhruddin, Hendy.M. 2001. Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Twite, Garry. 2002. Gold Prices, Exchange Rates, Gold Stocks and the Gold Premium, Australian Journal of Management, Volume: 27, pp.123-140. Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995
105
Valadkhani, Abbas, Chancharat Surachai and Havie Charles. 2006. The Interplay Between the Thai and Several Other International Stock Markets, Working Paper University of Wollongong, pp. 06-18. Wong, W. K., Penm, Jack., Terrel, R. D., and Lim, K. Y. C. 2004. The Relationship Between Stock Markets of Major Developed Countries and Asian Emerging Markets, Journal of Applied Mathematics and Decision Sciences, Vol.8, pp. 201-218 . Yang, J., Kolari, J., and Min, I. 2003. Stock Market Integration and Financial Crisis: The Case of Asia, Applied Financial Economics, Vol.13, pp.477486. www.idx.co.id www.nyse.com www.wikipedia.org www.nni.nikkei.co.jp/e/cf/fr/market/nikkeiindex.cfm www.sse.com www.londonstockexchange.com www.useconomy.about.com/od/economicindicators/p/Crude_Oil.htm www.instafx.asia/trading/tentang-oil www.useconomy.about.com www.investopedia.com www.lme.com www.goldfixing.com www.imf.org www.reuters.com www.tse.com www.ftse.com
Lampiran 1 : Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Indeks Shanghai, Indeks UK:FT100, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs USD/IDR, IHSG periode Januari 2008 – Desember 2012 Tanggal
Indeks Nikkei 225 13,592.47 13,603.02 12,525.54 13,849.99 14,338.54 13,481.38 13,376.81 13,072.87 11,743.61 8,576.98 8,512.27 8,859.56 7,994.05 7,568.42 8,109.53 8,828.26 9,522.50 9,958.44 10,356.83 10,534.14 10,133.23 10,034.74 9,345.55
Indeks Shanghai 4,383.39 4,348.54 3,472.71 3,693.11 3,433.35 2,736.10 2,775.72 2,397.37 2,293.78 1,728.79 1,871.16 1,832.91 1,990.76 2,082.85 2,373.21 2,477.57 2,632.93 2,959.36 3,412.06 2,860.69 2,779.43 2,995.85 3,195.30
Indeks UK:FT100 5,879.80 5,884.30 5,702.10 6,087.30 6,053.50 5,625.90 5,411.90 5,636.60 4,818.77 4,377.34 4,288.01 4,392.68 4,149.64 3,830.09 3,926.14 4,243.71 4,417.94 4,249.21 4,608.36 4,908.90 5,133.90 5,044.55 5,190.68
Harga Minyak
Harga Emas
Kurs USD/IDR
IHSG
91.75 101.84 101.58 113.46 127.35 140.00 124.08 115.46 96.37 67.81 54.43 39.03 41.68 44.76 49.66 51.12 66.31 69.89 69.45 72.74 70.61 77.00 77.28
3,211.00 3,972.00 3,385.00 3,370.00 3,525.00 3,540.00 3,050.00 2,541.00 2,121.00 1,560.00 1,610.00 1,676.00 1,780.00 1,938.00 2,103.00 2,716.00 2,615.00 2,244.00 2,274.00 2,440.00 2,136.00 2,160.00 2,436.00
9,267.00 9,071.00 9,229.00 9,232.00 9,315.00 9,228.00 9,098.00 9,153.00 9,451.00 11,050.00 12,360.00 11,038.00 11,375.00 12,000.00 11,700.00 10,625.00 10,295.00 10,208.00 9,928.00 10,053.00 9,665.00 9,585.00 9,461.00
2,627.25 2,721.94 2,447.30 2,304.52 2,444.35 2,349.11 2,304.51 2,165.94 1,832.51 1,256.70 1,241.54 1,355.41 1,332.67 1,285.48 1,434.07 1,722.77 1,916.83 2,026.78 2,323.24 2,377.25 2,467.59 2,367.70 2,415.84
106
1/31/2008 2/29/2008 3/31/2008 4/30/2008 5/30/2008 6/30/2008 7/31/2008 8/29/2008 9/29/2008 10/31/2008 11/28/2008 12/30/2008 1/30/2009 2/27/2009 3/31/2009 4/30/2009 5/29/2009 6/30/2009 7/31/2009 8/28/2009 9/30/2009 10/30/2009 11/30/2009
Indeks Dow Jones 12,650.36 12,266.39 12,262.89 12,820.13 12,638.32 11,350.01 11,378.02 11,543.55 10,365.45 9,325.01 8,829.04 8,668.39 8,000.86 7,062.93 7,608.92 8,168.12 8,500.33 8,447.00 9,171.61 9,544.20 9,712.28 9,712.73 10,344.84
10,548.51 10,067.33 10,321.03 10,856.63 11,008.61 10,258.99 9,774.02 10,465.94 10,014.72 10,788.05 11,118.49 11,006.02 11,569.71 11,891.93 12,226.34 12,319.73 12,763.31 12,569.79 12,414.34 12,143.24 11,284.54 10,913.38 11,955.01 12,045.68 12,217.56 12632.91 12952.07
10,546.44 10,198.04 10,101.96 11,089.94 11,057.40 9,639.72 9,382.64 9,537.30 8,824.06 9,369.35 9,202.45 9,937.04 10,228.92 10,237.92 10,624.09 9,755.10 9,849.74 9,693.73 9,816.09 9,833.03 8,797.78 8,700.29 8,988.39 8,434.61 8,455.35 8802.51 9723.24
3,262.60 2,989.29 3,060.62 3,109.11 2,870.61 2,655.92 2,398.37 2,637.50 2,638.80 2,655.66 2,978.84 2,820.18 2,759.58 2,790.69 2,905.05 2,928.11 2,887.04 2,743.47 2,762.08 2,701.73 2,612.19 2,359.22 2,468.25 2,333.41 2,199.42 2292.61 2428.487
5,397.86 5,188.52 5,278.22 5,679.64 5,553.29 5,195.17 4,916.87 5,258.02 5,225.22 5,548.62 5,675.16 5,528.27 5,971.01 5,862.94 5,994.01 5,908.76 6,069.90 5,989.99 5,945.71 5,815.19 5,129.92 5,128.48 5,544.22 5,505.42 5,572.28 5681.61 5871.51
79.28 72.89 78.17 83.76 86.15 74.55 75.63 78.95 71.92 79.97 81.43 84.11 89.84 92.19 96.97 106.72 112.86 102.70 95.42 95.70 85.37 79.20 93.19 100.36 98.83 98.48 107.07
2,531.00 2,450.00 2,595.00 2,628.00 2,577.00 2,519.00 2,425.00 2,589.00 2,720.00 2,737.00 3,040.00 3,506.00 3,814.00 3,840.00 3,550.00 3,378.00 3,391.00 3,475.00 3,107.00 3,110.00 3,094.00 2,928.00 2,942.00 3,000.00 3,175.00 1737.8 1711.3
9,436.00 9,353.00 9,345.00 9,100.00 9,010.00 9,268.00 9,074.00 8,949.00 9,045.00 8,928.00 8,940.00 9,017.00 8,998.00 9,050.00 8,823.00 8,710.00 8,585.00 8,537.00 8,577.00 8,498.00 8,535.00 8,790.00 8,853.00 9,138.00 9,067.00 8,995.00 9,074.00
2,534.36 2,610.80 2,549.03 2,777.30 2,971.25 2,713.92 2,913.68 3,069.28 3,081.88 3,501.30 3,635.32 3,531.21 3,703.51 3,409.17 3,470.35 3,678.67 3,808.93 3,836.97 3,888.57 4,130.80 3,841.73 3,549.03 3,790.85 3,715.08 3,821.99 3941.69 3985.21
107
12/30/2009 1/29/2010 2/25/2010 3/31/2010 4/30/2010 5/27/2010 6/30/2010 7/30/2010 8/31/2010 9/30/2010 10/29/2010 11/30/2010 12/30/2010 1/31/2011 2/28/2011 3/31/2011 4/28/2011 5/31/2011 6/30/2011 7/29/2011 8/26/2011 9/30/2011 10/31/2011 11/30/2011 12/30/2011 1/31/2012 2/29/2012
3/30/2012 4/27/2012 5/31/2012 6/29/2012 7/31/2012 8/31/2012 9/28/2012 10/31/2012 11/30/2012 12/28/2012
13212.04 13228.31 12393.45 12880.09 13008.68 13090.84 13437.13 13096.46 13025.58 12938.11
10083.56 9520.89 8542.73 9006.78 8695.06 8839.91 8870.16 8928.29 9446.01 10395.18
2262.789 2396.316 2372.234 2225.431 2103.635 2047.522 2086.169 2068.88 1980.117 2233.252
5768.45 5777.11 5320.86 5571.15 5635.28 5711.48 5742.07 5782.7 5866.82 5925.37
103.02 104.93 86.53 84.96 88.06 96.47 92.19 86.24 88.91 90.8
1669.3 1664.8 1562.6 1604.2 1610.5 1685.3 1771.1 1719.1 1710.9 1655.9
9,165.00 9,185.00 9,400.00 9,430.00 9,439.00 9,581.00 9,589.00 9,608.00 9,594.00 9,638.00
4121.55 4163.98 3832.82 3955.58 4142.34 4060.33 4262.56 4350.29 4276.14 4316.69
108
109
Lampiran 2 : Grafik Pergerakan IHSG, Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei 225, Indeks Shanghai, Indeks UK:FT100, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs USD/IDR.
110
111
112
113
Lampiran 3 : Hasil Uji Statistik Deskriptif, Uji Multikolinearitas, Uji Normalitas, Uji Heterokedastisitas, Uji Autokorelasi, Regresi Linear Berganda
Statistik Deskriptif Data Uji
Descriptive Statistics
Indeks Dow Jone
N 60
Minimum 7.062,93
Maximum 13.437,13
Mean 11.146,83
Std. Deviation 1.650,32
Indeks Nikkei 225
60
7.568,42
14.338,54
10.017,91
1.593,07
Indeks Shanghai
60
1.728,79
4.383,39
2.662,54
536,73
Indeks UK:FT100
60
3.830,09
6.087,30
5.356,64
593,37
Harga Minyak
60
39,03
140,00
86,46
20,20
Harga Emas
60
1.560,00
3.972,00
2.560,45
705,06
Kur s IDR/USD Kurs USD/IDR IHSG
60
8.498,00
12.360,00
9.478,52
837,13
60
1.241,54
4.350,29
3.011,09
933,72
Valid N ( listwise)
60
Uji Multikolinearitas Variables Ent ered/Removed b
Model 1
Var iables Entered Kur s IDR/USD, Kurs USD/IDR, Indeks IndeksNikkei Nikkei225, 225, Indeks Dow Jone, Harga Emas, Harga Minyak, Indeks Shanghai, a Indeks UK:FT100
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: IHSG
Var iables Removed .
Method Enter
114
Coefficients a
Collinearity Statistics Model 1
Indeks Dow Jone
Tolerance ,652
VIF 1,534
Indeks Nikkei 225
,885
1,131
Indeks Shanghai
,651
1,536
Indeks UK:FT100
,405
2,467
Harga Minyak
,721
1,387
Harga Emas
,765
1,307
USD/IDR Kurs IDR/USD
,545
1,834
a. Dependent Var iable: IHSG
Collinearity Diagnostics a
Var iance Pr oportions
Model 1
Dimension 1
Eigen value 4,201
Condition Index 1,000
(Cons tant) ,014
Indeks Dow Jone ,014
Indeks Nikkei 225 ,013
2
1,029
2,021
,001
,000
,054
3
,891
2,171
,039
,175
,255
4
,628
2,585
,001
,171
,020
5
,393
3,271
,297
,119
,074
6
,354
3,446
,239
,086
,462
7
,347
3,481
,023
,265
,120
8
,158
5,155
,387
,170
,001
a. Dependent Variable: IHSG Collinearity Diagnostics a
Var iance Pr oportions
Model 1
Indeks Shang hai ,012
Indeks UK: FT100 ,012
Harga Minyak ,015
Harga Emas ,015
Kurs Kur s USD/IDR IDR/USD ,010
2
,141
,013
,100
,068
,075
3
,003
,028
,001
,050
,019
4
,040
,010
,089
,455
,062
5
,004
,005
,523
,104
,061
6
,057
,142
,251
,049
,017
7
,503
,136
,019
,241
,039
8
,239
,656
,001
,019
,718
Dimension 1
a. Dependent Variable: IHSG
115
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandar dized Residual 60
N Normal Parameters a,b
Mean
,000
Std. Deviation Most Extreme Differences
249,622
Absolute
,062
Positive
,046
Negative
-,062
Kolmogorov-Smirnov Z
,483
Asymp. Sig. ( 2-tailed)
,974
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Uji Heterokedastisitas Variables Entered/Removed b
Model 1
Variables Removed
Variables Entered Kurs IDR/USD, USD/IDR, Indeks IndeksNikkei Nikkei 225, Harga Emas, Indeks Dow Jone, Indeks Shanghai, Harga a Minyak, Indeks UK:FT100
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Var iable: Absolut Residual
Coefficients a Unstandar dized Coefficients Model 1
B -294,257
Std. Error 763,717
Indeks Dow Jone
-,009
,050
Indeks Nikkei 225
,024
,029
Indeks Shanghai
-,034
,073
(Constant)
Indeks UK:FT100
Standardized Coefficients Beta
t -,385
Sig. ,702
-,096
-,184
,855
,242
,821
,416
-,115
-,459
,648
,004
,142
,014
,027
,979
Harga Minyak
-,082
2,871
-,011
-,029
,977
Harga Emas
-,006
,050
-,026
-,117
,907
,047
,050
,249
,932
,356
Kurs IDR/USD USD/IDR
a. Dependent Variable: Absolut Residual
116
Uji Autokorelasi Variables Entered/Removed b
Model 1
Variables Entered Kurs IDR/USD, USD/IDR, Indeks IndeksNikkei Nikkei 225, Harga Emas, Indeks Dow Jone, Indeks Shanghai, Harga Minyak, Indeks a UK:FT100
Variables Removed
Method
.
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Var iable: IHSG
Model Summary b
Model 1
R ,964a
R Square ,929
Adjusted R Square ,919
Std. Error of the Estimate 265,89326
DurbinWatson 1,903
a. Predictors: (Constant), Kur Kurs USD/IDR,Indeks IndeksNikkei Nikkei 225, Harga Emas, s IDR/USD, 225, Harga Emas, Indeks Dow Jone, Indeks Shanghai, Har ga Minyak, Indeks UK:FT100 b. Dependent Var iable: IHSG
Regresi Linear Berganda Variables Entered/Removed b
Model 1
Variables Removed
Variables Entered Kurs IDR/USD, USD/IDR, Indeks IndeksNikkei Nikkei 225, Harga Emas, Indeks Dow Jone, Indeks Shanghai, Harga a Minyak, Indeks UK:FT100
.
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Var iable: IHSG
Model Summary b
Model 1
R ,964a
R Square ,929
Adjusted R Square ,919
Std. Error of the Estimate 265,89326
a. Predictors: (Constant), Kurs KursIDR/USD, USD/IDR,Indeks IndeksNikkei Nikkei 225, 225, Harga Emas, Indeks Dow Jone, Indeks Shanghai, Harga Minyak, Indeks UK:FT100 b. Dependent Var iable: IHSG
117
ANOVAb
Model 1
Regression
Sum of Squares 47761580
Residual Total
df 7
Mean Square 6823082,833
3676359,7
52
70699,224
51437939
59
F 96,509
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), Kurs KursIDR/USD, USD/IDR,Indeks IndeksNikkei Nikkei 225, Harga Emas, Indeks 225, Harga Emas, Indeks DowDow Jone, Indeks Shanghai, Harga Minyak, Indeks UK:FT100 b. Dependent Variable: IHSG
Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1
Standardized Coefficients
B 4630,553
Std. Error 1292,449
t 3,583
Sig. ,001
Indeks Dow Jone
,313
,084
Indeks Nikkei 225
,553
3,724
,000
-,286
Indeks Shanghai
,012
,049
-,487
-5,819
,000
,124
,007
,098
Indeks UK:FT100
,922
,351
,240
,223
1,460
,150
-2,494
4,859
-,054
-,513
,610
Harga Emas
-,066
,084
-,050
-,788
,434
Kurs IDR/USD USD/IDR
-,398
,085
-,357
-4,697
,000
(Constant)
Harga Minyak
a. Dependent Var iable: IHSG
Beta