ANALISIS PENGARUH INDIKATOR FUNDAMENTAL DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM (Studi Empiris pada PT Bursa Efek Indonesia)
Disusun Oleh:
Ahmad Fauzi 105081002411
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
ANALISIS PENGARUH INDIKATOR FUNDAMENTAL DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM (Studi Empiris Pada PT Bursa Efek Indonesia)
Disusun Oleh :
Ahmad Fauzi 105081002411
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 1430 H
ANALISIS PENGARUH INDIKATOR FUNDAMENTAL DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM (Studi Empiris Pada PT Bursa Efek Indonesia)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Ahmad Fauzi 105081002411
Dibawah Bimbingan : Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Indoyama SE. MAB
NIP. 131 474 891
NIP. 150 330 729
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 1430 H
Hari ini Selasa Tanggal 16 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ahmad Fauzi, NIM : 105081002411, dengan judul skripsi “ANALISIS PENGARUH INDIKATOR FUNDAMENTAL DAN
MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM (Studi Empiris Pada PT Bursa Efek Indonesia)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasaruddin, SE, MAB Ketua
Prof. Dr.Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
Titi Dewi W, M.Si Sekretaris
ANALISIS PENGARUH INDIKATOR FUNDAMENTAL DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM (Studi Empiris Pada PT Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Ahmad Fauzi 105081002411 Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Indoyama Nasaruddin, SE, MAB
NIP. 131 474 891
NIP. 150 330 729
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 150 317 955
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 1430 H
ANALISIS PENGARUH INDIKATOR FUNDAMENTAL DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM (Studi Empiris pada PT Bursa Efek Indonesia)
Disusun Oleh:
Ahmad Fauzi 105081002411
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. 2. 3. 4.
Nama Tempat Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat
: Ahmad Fauzi : Jakarta, 13 November 1985 : Laki-laki : Jl. Rawa Bebek RT 09/011 Kel. Penjaringan Kec. Penjaringan Jakarta Utara
5. Telepon
: (021) 6670375 : (021) 94424395
6. E-mail
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN 1. Sekolah dasar : MI Nurul Islam 2. Sekolah Menengah Pertama : MTs Darussalam Subang Jawa Barat 3. Sekolah Menengah Atas : MA Darussalam Subang Jawa Barat 4. S1 : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen Keuangan
III. Latar belakang keluarga 1. 2. 3. 4. 5.
Ayah Tempat dan Tanggal Lahir Ibu Tempat dan Tanggal Lahir Alamat
: H. anwar : Lamongan, 22-11-1963 : Hj. Mustamiah : Lamongan, 14-5-1969 : Jl. Rawa Bebek RT 09/011
Kel. Penjaringan Kec. Penjaringan 6. Telepon 7. Anak ke Dari
: (021) 6670375 : 1 dari 4 bersaudara
ANALISIS PENGARUH INDIKATOR FUNDAMENTAL DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM (Studi Empiris Pada PT Bursa Efek Indonesia)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Ahmad Fauzi 105081002411
Dibawah Bimbingan : Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Indoyama SE. MAB
NIP. 131 474 891
NIP. 150 330 729
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 1430
Hari ini Selasa Tanggal 09 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian
Komprehensif
atas
105081002411,
dengan
judul
INDIKATOR
FUNDAMENTAL
nama
skripsi
Ahmad
“ANALISIS
DAN
MAKRO
Fauzi,
NIM
:
PENGARUH EKONOMI
TERHADAP BETA SAHAM (Studi Empiris Pada PT Bursa Efek Indonesia)”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasaruddin, SE, MAB
Titi Dewi W, M.Si
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr.Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
ANALISIS PENGARUH INDIKATOR FUNDAMENTAL DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM (Studi Empiris Pada PT Bursa Efek Indonesia)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Ahmad Fauzi 105081002411
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Indoyama Nasaruddin, SE, MAB
NIP. 131 474 891
NIP. 150 330 729
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 150 317 955
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 1430 H
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika tingkat resiko yang akan diterima investor. Cara yang digunakan untuk mengetahui nilai beta dengan menggunakan SIM (Single Index Model) dimana model ini mengguanakan beta sebagai parameter resiko sistematis. Penelitian ini menggunakan data indikator fundamental (Erning Pershare (EPS), Price earning ratio (PER), return on Equaty (ROE)) dan indikator makro (Suku Bunga Indonesia, Inflasi) yang didapat dari Pusat Referensi Pasar Modal Indonesia. Metode penelitian ini adalah Purposive Sampling, dari 30 saham anggota setiap periodenya, terpilih 20 perusahaan yang konsisten diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode januari 2004 sampai dengan desember 2008. Penelitian ini menggunakan metode statistik Stuctural Equation Modelling (SEM) dengan menggunakan uji Goodness Fit yang mana setiap variabel mengguanakan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) And Return On Equity (ROE), Suku Bunga Indonesia (SBI) dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
Kata kunci : Beta Saham, Singel Index Model, Resiko Sistematis, Erning Pershare, Price Earning Ratio, Return On Investasi, Suku Bunga Indonesia, Dan Inflasi
ABSTRACT
The research aims to understand the dynamic of high risk would be received investors. One way is Single Index Model (SIM) which beta is taken as systematic risk parameter. This research uses of fundamental (Earning Per Share, Price Earning Ratio and Return On Equity) and macro economic indicators (Risk Free Interest and Inflation).from indonesia Capital Market Reference Center. Method of the research is Purposive Sampling, from 30 stocks listed every period, there are 20 stocks of research company that are traded which are consistent in Indonesia Stock Exchange from January 2004 till December 2008. This research uses Structural Equation Modelling statistic method. With Goodness Fit Test that level significant is 5% to each test. The result of the research suggest that Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) And Return On Equity (ROE), Risk Free Interest And Inflation Influence Significant To Share Beta.
Key word:
Share Beta, Single Index Model, Systematic Risk, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Equity, Risk Free Interest, And Inflation
KATA PENGANTAR Puji tuhan dengan segala kerendahan hati dan ketulusan jiwa, hanya kepada-Nya lah kita patut bersujud dan bersimpuh, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis masih diberi kekuatan dalam penyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa mengalir deras kepada manuaia pilihan, makhluk utama, Sang Revolusioner peradaban manusia, Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, para keluarganya, sahabatnya dan seluruh umatnya. Sebagai insan biasa, penulis menyadari bahwa segala kerja keras, cucuran keringat, dan terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamya kepada:
1.
Prof. DR. Abdul Hamid, MS selaku dekan fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Pembimbing satu.yang saya muliakan dan patuhi
2.
Indoyama SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen dan dosen pembimbing dua yang telah memberikan arahan, perhatian; masukan sekaligus insprirator yang sangat berarti, sehingga saya mampu menyelesaikan Skripsi ini dengan baik
3.
Prof. DR. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu dekan 1 yang saya junjung tinggi akan kediplisinan keilmuan atas konsentrasi manajemen keuangan yang saya pilih, serta nasehat dan arahan.
4.
Indra Wijaya MM. selaku dosen Investasi dan Pasar modal yang telah banyak memberikan dorongan, arahan dan membantu dalam skripsi ini
5.
Seluruh Staf Dosen Program Studi manajemen atas bekal ilmu pengetahuan yang tidak ternilai harganya dan mudah-mudahan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis kelak.
6.
Kedua Orang tuaku yang aku cintai (Bapak Anwar & Ibu mustamiah), memanjatkan
yang doa
tidak untuk
henti-hentinya keselamatan
mendorong serta dan
keberhasilan
penulis. Beliau jua memberi pengertian pentingnya mencari ilmu agar hidup ini berguna dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain allâhummaghfirlîî wa liwâlidayya warhamhummâ kamâ rabbayânî shighîrâ.
7.
Imam akbar yang telah banyak memberikan masukan dan pengajaran dan kedua orangtuanya yang selalu memotivasi dan memberikan nasehat
8.
Untuk Arif sahabatku, makasih banyak atas waktu dan computer yang telah mendukung dan membantu gw dalam beberapa urusan. Ateng dan Kiwil kapan mau damai! Ingat masa sepiring berdua kalian. Persahabatan kalian lebih mahal daripada wanita. Mashari makasih banyak dah banyak Bantu gw dan selalu jadi patner saya yang terbaik. Feby jangan terlalu jauh. ingat persahabatan lebih berharga. Untuk black makasih banyak dah sering mengoperasionalkan komputer. anak-anak kosan (doni, maharis, andi, iip, komeng, ebong, choink, irma, Elvira ddl) makasih dah lama jadi sahabat yang terindah dan terkenang.
budi
9.
santoso
Walaupun
kenal
kontribusi dalam sisi keilmuan
baru,
telah
memberikan
dan untuk kawan-kawan
Manajemen A angkatan 2005 dan Manajenen konsentrasi keuangan yang tidak saya sebutkan satu per satu, kalian adalah orang-orang hebat. Siti Sumiati, satu-satunya sahabat wanita yang amat mengenal dan membantu.
Untuk sahabat kosan “GAYO BUILDING” makasih banyak,
10.
terutama mas Amien, Dedi, mas ali, ical, rozak, didi, dodo yang memberikan semangat yang unik atas penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, Amin. Sekali lagi semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis sendiri, Amin.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2009
Peneliti
Ahmad Fauzi
DAFTAR ISI
ABSTRACT .........................................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................................iii DAFTAR ISI.........................................................................................................v DAFTAR TABEL...................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian......................................................1 B. Perumusan Masalah ...............................................................9 C. Tujuan Penelitian......................................................................10 D. Manfaat Penelitian..................................................................11
BAB II
KAJIAN TEORI A. Pasar Modal..............................................................................12 1. Pengertian Pasar Modal ...........................................12 2. Instrumen Pasar Modal ..............................................15 3. Fungsi Pasar Modal.....................................................16 B. Saham ........................................................................................17 1. Pengertian Saham ......................................................17 2. Jenis-jenis Saham .......................................................18
C. Resiko Investasi .........................................................................22 D. Beta Saham ..............................................................................29 E. Indikator-indikator yang Mempengaruhi Beta Saham....36 1. Fundamental Perusahaan ........................................36 2. Makro Ekonomi............................................................40 F. Kerangka Pemikiran ................................................................45 G. Hipotesis.....................................................................................46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian...................................................47 B. Metode Penentuan Sampel........................................... 47 C. Metode Pengumpulan Data ...........................................50 D. Metode Analisis ....................................................................51 1. SIM (Single Index Model).........................................51 2. SEM (Structural Equation Modelling) ....................52 E. Operasional Variabel...........................................................55
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASA A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................... 58 B. Analisis Deskriptif .................................................................. 62 C. Penemuan dan Pembahasan .......................................... 73 D. Analisa Penulis ...................................................................... 64
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan............................................................................ 84 B. Saran-saran ........................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 86
KATA PENGANTAR Puji tuhan dengan segala kerendahan hati dan ketulusan jiwa, hanya kepada-Nya lah kita patut bersujud dan bersimpuh, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis masih diberi kekuatan dalam penyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa mengalir deras kepada manuaia pilihan, makhluk utama, Sang Revolusioner peradaban manusia, Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, para keluarganya, sahabatnya dan seluruh umatnya. Sebagai insan biasa, penulis menyadari bahwa segala kerja keras, cucuran keringat, dan terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamya kepada:
11.
Prof. DR. Abdul Hamid, MS selaku dekan fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Pembimbing satu.yang saya muliakan dan patuhi
12.
Indoyama SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen dan dosen pembimbing dua yang telah memberikan arahan, perhatian; masukan sekaligus insprirator yang sangat berarti, sehingga saya mampu menyelesaikan Skripsi ini dengan baik
13.
Prof. DR. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu dekan 1 yang saya junjung tinggi akan kediplisinan keilmuan atas konsentrasi manajemen keuangan yang saya pilih, serta nasehat dan arahan.
14.
Indra Wijaya MM. selaku dosen Investasi dan Pasar modal yang telah banyak memberikan dorongan, arahan dan membantu dalam skripsi ini
15.
Seluruh Staf Dosen Program Studi manajemen atas bekal ilmu pengetahuan yang tidak ternilai harganya dan mudah-mudahan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis kelak.
16.
Kedua Orang tuaku yang aku cintai (Bapak Anwar & Ibu mustamiah), memanjatkan
yang doa
tidak untuk
henti-hentinya keselamatan
mendorong serta dan
keberhasilan
penulis. Beliau jua memberi pengertian pentingnya mencari ilmu agar hidup ini berguna dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain allâhummaghfirlîî wa liwâlidayya warhamhummâ kamâ rabbayânî shighîrâ.
17.
Imam akbar yang telah banyak memberikan masukan dan pengajaran dan kedua orangtuanya yang selalu memotivasi dan memberikan nasehat
18.
Untuk Arif sahabatku, makasih banyak atas waktu dan computer yang telah mendukung dan membantu gw dalam beberapa urusan. Ateng dan Kiwil kapan mau damai! Ingat masa sepiring berdua kalian. Persahabatan kalian lebih mahal daripada wanita. Mashari makasih banyak dah banyak Bantu gw dan selalu jadi patner saya yang terbaik. Feby jangan terlalu jauh. ingat persahabatan lebih berharga. Untuk black makasih banyak dah sering mengoperasionalkan komputer. anak-anak kosan (doni, maharis, andi, iip, komeng, ebong,
choink, irma, Elvira ddl) makasih dah lama jadi sahabat yang terindah dan terkenang.
budi
19.
santoso
Walaupun
kenal
kontribusi dalam sisi keilmuan
baru,
telah
memberikan
dan untuk kawan-kawan
Manajemen A angkatan 2005 dan Manajenen konsentrasi keuangan yang tidak saya sebutkan satu per satu, kalian adalah orang-orang hebat. Siti Sumiati, satu-satunya sahabat wanita yang amat mengenal dan membantu.
Untuk sahabat kosan “GAYO BUILDING” makasih banyak,
20.
terutama mas Amien, Dedi, mas ali, ical, rozak, didi, dodo yang memberikan semangat yang unik atas penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, Amin. Sekali lagi semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis sendiri, Amin.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2009
Peneliti
Ahmad Fauzi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008 ini, terjadi akibat kredit macet properti. Hal ini ternyata diikuti dengan ambruknya lembaga-lembaga keuangan di negeri Paman Sam tersebut. Sebelum krisis, Alan Granspan selaku ketua Fed Bank USA menerapkan suku bunga rendah pada kisaran 1 hingga 2 persen. Hal tersebut menjadi suatu masalah ketika lembaga keuangan pemberi kredit pemilikan rumah (KPR) di Negeri Paman Sam tersebut, banyak menyalurkan kredit kepada penduduk yang sebenarnya tidak layak mendapatkan
pembiayaan.
Akhirnya
banyak
penduduk
yang
berspekulasi untuk meminjam uang di Bank dengan bunga rendah dan mengekredit
rumah
dengan
bunga
tetap
selama
tiga
tahun.
Kemudahan pemberian kredit justru ketika harga produksi properti di USA sedang naik. Pasar properti yang bergairah membuat spekulasi di sektor ini meningkat. Kredit properti memberikan suku bunga tetap selama tiga tahun yang membuat banyak orang membeli rumah dan berharap dapat menjual kembali sebelum suku bunga disesuaikan
Sementara itu untuk memberikan kredit, lembaga pembiayaan tersebut pada umumnya meminjam dana dalam jangka pendek dari pihak lain, yakni pasar uang. Oleh karena itu, ketika terjadi kredit macet di sektor properti, maka surat hutang yang ditopang oleh jaminan debitur yang berkemampuan pembayaran rendah itu, mengalami penurunan harga, sehingga mempengaruhi likuiditas keuangan pasar uang dan sistem perbankan.. Secara rasional dampak krisis ekonomi USA terhadap Indonesia relatif kecil, karena praktis hanya beberapa saja investor Indonesia yang menanamkan sahamnya di pasar keuangan AS yang nilainya menurun drastis. Akan tetapi, krisis keuangan di USA mengakibatkan pengeringan likuiditas sektor perbankan dan institusi keuangan non bank yang disertai berkurangnya transaksi di sektor keuangan, akan memaksa para investor dari institusi keuangan USA agar melepas kepemilikan saham-saham mereka di pasar modal Indonesia untuk memperkuat kembali likuiditas keuangan institusi mereka. Dampak rill dari aksi tersebut, akan menjatuhkan nilai saham dan mengurangi volume penjualan saham di BEI (Bursa Efek Indonesia) yang mengakibatkan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) menurun tajam. Hal ini menyebabkan uang Rupiah hasil penjualan yang diperoleh (return) akan dibelikan Dollar USA yang mengakibatkan nilai tukar rupiah semakin menurun. Bukan hanya itu krisis global akan mengancam perdagangan beberapa produk Indonesia yang di ekspor ke USA dan kawasan Uni
Eropa yang berlangsung cukup lama. Sedangkan di dalam negeri produk yang sama telah kalah bersaing dengan produk impor China. Meninjau dari kenyataan krisis global ini, maka dalam berinvestasi di
pasar
modal
investor
perlu
menyangkut berbagai dinamika
memiliki
sejumlah
informasi
yang
beta saham. Hal ini bertujuan agar
resiko dapat diminimalisir, sehingga mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan. Ketidakpastian untuk memperoleh imbal hasil yang diharapkan di masa yang akan datang mencerminkan resiko. Dua kemungkinan yang akan dihadapi investor perolehan tingkat keuntungan terbesar dengan resiko tertentu atau tingkat keuntungan tertentu dengan resiko terkecil. Dan apabila investor dihadapkan pada dua alternatif investasi yang akan memberikan tingkat keuntungan yang sama tetapi mempunyai resiko yang berbeda maka pemodal akan memilih investasi dengan resiko terkecil. Husnan (2006) menyatakan bahwa salah satu masalah yang sering dihadapi oleh para analisis investasi modal adalah penaksiran resiko yang dihadapi investor. Teori keuangan menyatakan apabila resiko investasi meningkat, maka investor mensyaratkan tingkat keuntungan yang semakin besar. . Sementara itu, dalam konteks portofolio risiko dibedakan menjadi dua (Halim 2006 : 23) yaitu resiko sistematik (systematic risk) dan risiko tidak
sistematik (unsystematic risk). Risiko sistematik(systematic risk) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs valas, inflasi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sehingga sifatnya umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan. Risiko tidak sistematik (unsystematic risk) merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat Sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur modal, struktur asset, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, dan lain-lain. Oleh karena itu seorang investor perlu melakukan analisis tentang risiko saham. Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta saham. Mengetahui beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu sekuritas menunjukkan
kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas
terhadap perubahan perubahan pasar (Halim, 2006: 25). Faktor fundamental yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan,
misalnya
adanya
pemogokan,
tuntutan
pihak
lain,
penelitian yang tidak berhasil, kinerja perusahaan (tingkat profitabilitas, tingkat likuiditas, leverage, deviden, asset growth, ukuran perusahaan,
dan lain-lain). Sedangkan faktor ekonomi makro yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan, misalnya tingkat suku bunga, tingkat inflasi, perubahan nilai kurs, perubahan GDP, dan lain-lain. (Iqbal, 2006) Hartono,J (2006) melakukan penelitian tentang analisa karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah di bursa efek Jakarta yang menggunakan Erning Pershare, deviden pay out ratio, current ratio, ROI, dan elclicality sebagai variable fundamental perusahaan. Dan tingkat suku bunga, inflasi, dan nilai kurs sebagai variable makro. Kedua varaibel tersebut tersebut terdapat pengaruh significant positif terhadap beta dan retun.
Penelitian yang dilakukan oleh benzion dan shalit (2006) tentang size, leverage dan deviden record as determinanat of equity risk mengggunakan beta sebagai pengukur resiko. Pengukur resiko saham dalam panelitian mereka disebabkan karena beta sebagai parameter resiko systematis akan dapat dipakai untuk mengerstimasikan tingkat keuntungan yang diharapkan. Hal itu akan banyak dipengaruhi oleh factor-faktor
fundamental
perusahaan
(firm’s
fundamental)
dan
karacteristik pasar (market characteristic)
Budiarti (2001) meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi Beta saham selam periode Juli 1992 – Desember 1994. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari enam variabel yang mempengaruhi beta saham yaitu variabel leverage
financial,
likuiditas,
pertumbuhan aktiva,
varibilitas
keuntungn,
ukuran
perusahaan dan Beta akuntansi hanya tiga variabel saja yang berpengaruh signifikan terhadap Beta secara partial setelah dilakukan uji asumsi klasik yaitu asset growth, ukuran perusahaan dan operating leverage. Hasil uji F menunjukkan secara simultan variabel–variabel independen berhubungan signifikan terhadap Beta. Selanjutnya Tandelilin (2006) meneliti tentang faktor – faktor yang mempengaruhi risiko sistematik (beta) pada beberapa saham BEJ. Varibel fundamental yaitu menggunakan 20 rasio keuangan yang digolongkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar modal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel fundamental secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap risiko sistematik (Beta), sedangkan faktor ekonomi makro seperti PDB, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga pengaruhnya tidak signifikan dengan risiko sistematik (Beta). Retnaningdiah
(2006)
meneliti
faktor
–
faktor
fundamental
terhadap Beta. Faktor – faktor tersebut adalah asset growth, financial leverage, size, operating leverage dan liquidity. Sampel yang digunakan 38 perusahaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel asset growth, size, dan operating leverage berpengaruh secara signifikan terhadap Beta. Beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta atau risiko sistematik adalah M. Iqbal Aruzzi dan Bandi (2007), hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
variabel
fundamental
(tingkat
profitabilitas dan beta akuntansi) baik secara parsial maupun secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham JII (Jakarta Islamic Index) sedangkan variabel tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII (Jakarta Islamic Index). Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian Tandelilin (2005) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel ekonomi (tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan perubahan GDP) secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematik ( beta saham). Selain
Tendellin
beberapa
penelitian
terdahulu
juga
telah
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi risiko sistematik atau beta. Beberapa penelitian tentang Beta saham untuk pasar modal di luar negeri telah dilakukan Chung (2000), penelitian ini meneliti pengaruh financial leverage, operating leverage, dan risiko bisnis secara bersama-sama terhadap beta saham biasa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah financial dan operating leverage merupakan faktor utama yang mempengaruhi beta saham, begitu pula dengan risiko bisnis merupakan faktor penting yang mempengaruhi beta saham. Sehingga dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
secara bersama-sama antara operating dan financial leverage terhadap risiko sistematis saham biasa. Hasil penelitian Natarsyah, Syahib (2006), menunjukkan bahwa ada suatu hubungan positif antara beta dengan return. Dari hasil penelitianpenelitian di luar negeri dapat diambil kesimpulan bahwa variabelvariabel fundamental atau keuangan mempunyai pengaruh terhadap beta saham. Dan variabel ekonomi secara simultan tidak berpengaruh terhadap beta saham. Po. Haryanto (2004) meneliti tentang masalah yang sama, dimana hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel yang secara konsisten berpengaruh secara positif terhadap beta saham. Variabel Industri tidak berpengaruh, variabel leverage operasi dan leverage finansial memberikan hasil yang tidak konsisten antara satu skenario metode pengukuran dengan metode yang lain, sedangkan untuk variabel leverage finansial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap beta. Miswanto dan Husnan (2002), juga meneliti dimana hasil penelitian ini mempunyai kesimpulan yaitu bahwa ciclycality dan firm size mempunyai
pengaruh
yang signifikan terhadap beta. Uji
parsial
menunjukkan bahwa variabel ciclycality dan firm size mempunyai pengaruh yang signifikan tetapi operating leverage tidak berpengaruh, uji simultan juga menunjukkan bahwa variabel ciclycality dan firm size memiliki pengaruh signifikan.
Indriastuti (2001) mencoba menguji pengaruh beberapa faktor fundamental terhadap saham biasa untuk masa sebelum krisis dan selama krisis ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable likuiditas, financial leverage dan pertumbuhan aktiva berpengaruh terhadap beta saham, dan secara bersama-sama, variabel-variabel tersebut berpengaruh secara signifikan. Dinamika krisis global memberikan pengaruh terhadap keputusan investor untuk berinvestasi di pasar modal. Apa yang terjadi di USA, hal serupa pun dapat terjadi di Indonesia. Indonesia yang notabennya sebagai negara yang sedang tumbuh dan berkembang di segala sector dan selalu menuntut pembangunan secara berkala. Oleh karena itu saham propertipun menjadi salah satu titik sentral
acuan stabilnya
perekonomian dan pasar modal Indonesia. Jika tidak terdapat control di dalamnya akan berakibat fatal seperti yang terjadi di USA, maka analisis factor fundamental dan makro ekonomi menjadi sangat penting untuk melihat problem resiko saham-saham property di Indonesia. Dari fenomena yang tejadi pada tahun 2008 ini, peneliti tetarik untuk melakukan penelitian analisis fundamental dan makro ekonomi terhadap beta saham pada perusahaan-perusahaan properti di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam penelitian ini beta saham digunakan sebagi variable terikat sedangkan fundamental dan makro ekonomi sebagai variable bebas. Adapun fundamental perusahaan meliputi : Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio(PER), Return On Equity (ROE. Sedangkan
makro ekonomi meliputi : Tingkat Suku Bunga, dan Inflasi. Pertimbangan utama terhadap variabel yang digunakan bahwa data yang relatif tersedia
dan
mudah
didapatkan.
Sedangkan
untuk
metode
perhitungannya cukup sedehana. Saham-saham teraktif ialah suatu daftar yang dikeluarkan oleh BEI selaku penyelenggara perdagangan efek, yakni untuk mengelompokkan 20 saham properti dan real estate yang dinilai paling aktif di bursa efek dalam kurun waktu 3 bulanan (quarterly). Alasan dipilihnya tahun 20042008 karena periode tersebut dinilai sangat aktual untuk menerangkan kondisi bursa saat ini.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 3. Bagaimana pengaruh variabel fundamental Earning Per Share (EPS), Price Earning, Ratio Return On Equity (ROE) dan variable makro ekonomi (Tingkat Suku Bunga dan Inflasi) terhadap beta pada saham-saham teraktif yang diperdagangkan di BEI jika dianalisis secara parsial terhadap beta pada pada saham-saham teraktif yang diperdagangkan di BEI 4. Bagaimana pengaruh seluruh variabel fundamental Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER ), Return On Equity (ROE), dan
makro ekonomi
(Tingkat Suku Bunga dan Inflasi) jika dianalisis
secara simultan terhadap beta pada saham-saham teraktif yang diperdagangkan di BEI
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis pengaruh varaibel fundamental, Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio, Return On Equity (ROE) dan makro ekonomi (Tingkat Suku Bunga dan Inflasi) terhadap beta jika dianalisis secara parsial terhadap beta pada saham-saham teraktif yang diperdagangkan di BEI 2. Untuk menganalisis pengaruh variabel fundamental Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (ROE), dan variabel makro ekonomi (Tingkat Suku Bunga dan Inflasi) terhadap beta jika dianalisis secara simultan terhadap beta pada sahamsaham teraktif yang diperdagangkan di BEI.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang manajemen keuangan an dan pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang)
5. Bagi akademisi d) hasil studi diharapkan dapat dijadikan suatu uji kelayakan dan kepatutan sebagai lulusan mahasiswa FEIS tahun 2008
e) hasil
studi
diharapkan
sebagai
literatur
hasanah
dalam
mengembangkan pengetahuan manajemen keuangan dan pasar
6. Bagi investor penelitian dapat dijadikan informasi tentang dinamika beta saham yang terjadi, sebagai landasan keputusan untuk berinvestasi di pasar modal
7. Dapat dijadikan referensi dan bahan pertimbangan bagaimana pergerakan beta saham perusahaan dapat di pengaruhi indikator fundamental dan makro ekonomi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA G. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Dalam arti Sempit, pasar modal adalah tempat pasar teorganisir yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan underwriter. Adapun dalam arti menengah pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga–lembaga yang memperdagangkan warkat–warkat kredit (biasanya yang berjangkalebih dari 1 tahun ) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotok tabungan dan deposito berjangka. Sedangkan dalam arti Luas pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bank–bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan, surat berharga/klaim jangka pendek–panjang primer dang yang tidak langsung. Di Indonesia dikenal 2 definisi lainnya tentang pasar modal yaitu :
a. Menurut Keppres No. 60 tahun 1988, “ pasar modal adalah bursa
yang
merupakan
saran
utnuk
mempertemukan
penawar dan peminta dana jangka panjang dalam bentuk efek, sebagaimanan dimaksud dalam undang – undang no. 15 tahun 1952 tentang bursa “. b. Menurut Undang – Undang No. 15 1952 , “ Bursa ialah bursa – bursa perdagangan di Indonesia , yang didirikan untuk perdagangan
uang
dan
efek
efek
termasuk
semua
pelelangan efek”. (Nasarudin dan Surya, 2006 : 4) Secara formal , menurut Suad Husnan (2006:3) pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas jangka panjang yang dapt diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun erusahaan swasta. Dengan demikian , pasar modal merupakan dalah satu bentuk kegiatan dari lembaga keuangan non bank sebagai sarana untuk memperluas sumber – sumber pembiayaan perusahaan. Aktivitas ini terutama ditujukan bagi perusahaan. Aktivitas
ini
terutama
ditujukan
bagi
perusahaan
yang
membutuhkan dana dalam jumlah besar dan penggunaannya diperlukan untuk jangka panjang . Dana dalam jumlah besar dan penggunaan dalam jangka panjang seringkali tidak dapat
dipenuhi oelh lembaga perbankan, sehingga sumber dana alternatif dapat dicari melalui pasar modal. Sebagai sumber dana eksternal, pasar modal mempunyai pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi kepentingannya untuk saling mengisi, yakni
calon
pemodal
di
satu
pihak
dan
emiten
yang
membutuhkan dana jangka menengah atau panjang di pihak lain, atau dengan kata lain pasar modal adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah dan jangka panjang. Oleh karena itu, fungsi pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan (saving surplus unit) kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan (Darmaji dan Fakhrudin, 2006 : 1) Bertemunya pihak yang memerlukan modal jangka panjang dengan pihak yang bersedia menawarkan modal tersebut disebabkan karena di satu pihak banyak perusahaan yang memerlukan dana jangka panjang dalam jumlah yang besar dan di pihak lain banyak anggota masyarakat mempunyai dana menganggur meskipun dalam jumlah yang tidak besar. Untuk dapat memanfaatkan dana tersebut perusahaan menawarkan surat-surat berharga dalam bentuk saham dan obligasi melalui pasar modal.(Husnan, 2006 : 7)
Saham dan obligasi merupakan surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal namun mempunyai bentuk yang berbeda.
Saham
memberikan
indikasi
kepemilikan
atas
perusahaan yang mengeluarkan, para pemegang saham dapat turut menentukan arah kebijaksanaan perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan berhak atas pembagian keuntungan perusahaan berupa dividen. Sebaliknya, pemegang saham juga turut menanggung risiko jika perusahaan mengalami kerugian. Sedangkan obligasi adalah surat bukti hutang jangka panjang dengan bunga tetap yang harus di tanggung oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut selama jangka waktu dana obligasi itu dipergunakan. Apabila seseorang membeli satu atau lebih surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal berarti orang tersebut telah menyertakan secara langsung dana yang
dimilikinya ke dalam komposisi modal perusahaan.
Pemodal yang menanamkan dananya dalam bentuk surat-surat berharga dapat menerima keuntungan sesuai dengan risiko yang mereka tanggung atas investasi pada surat berharga tersebut. (Usman dkk, 2007 : 8) 2. Instrument Pasar Modal Dalam
pasar
modal
diperdagangkan, yaitu a. Saham
terdapat
instrument
yang
umum
saham merupakan penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau disebut emiten. Sunariah (2007: 30) mengemukakan bahwa saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan suatu perseoraan terbatas (PT) atau biasa disebut emiten b. Obligasi Menurut Ahmad Rodoni (2006:168) Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman sengan yang diberi pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi. Pada dasarnya memiliki obligasi sama persis memiliki deposito
deposito
berjangka.
Hanya
saja
obligasi
dapat
diperdagangkan. Obligasi juga memberikan penghasilan tetap berupa bunga yang dibayarkan dengan jumlah yang tetap pada waktu yang telah ditentukan.
3. Fungsi pasar modal Pasar modal yang biasa disebut sebagai bursa efek (stock excahange) mempunyai fungsi sebagai berikut: (Sartono, 2007 : 2728)
a. menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah dibawakan kepada masyarakat. b. Menciptakan harga pasar yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme pasar. c. Memperluas proses partisipasi masyarakat dalam pemilikan saham-saham perusahaan. d. Meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan kireteria psarnya secara efesien yang akan menunjang pertumbuhan rill ekonomi secara keseluruhan e. Menjembatani hubungan antara pemilik modal (investor) dengan peminjam dana (emiten). Para investor meminta instrument pasar modal untuk keperluan investasi portofolio sehingga
pada
akhirnya
dapat
memaksimumkan
penghasilan 4. Berdasarkan
jenis
transaksi,
aktivitas
pasar
modal
dapat
dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu: (Dahlan Siamat, 2006 : 57-58) a. Pasar Perdana Pasar perdana adalah penjualan perdana efek/sertifikat atau penjualan yang dilakukan sesaat sebelum perdagangan di pasar sekunder. Pada saat ini efek/sertifikat diperdagangkan dengan harga emisi dan bagi perusahaan yang menerbitkan sahamnya di pasar ini akan memperoleh dana dengan menjual sekuritas seperti saham dan obligasi.
b. Pasar Sekunder Pasar sekunder adalah penjualan efek/sertifikat setelah pasar
perdana
berakhir.
Pada
pasar
ini
efek
yang
diperdagangkan dengan harga kurs. c. Bursa Paralel (Pasar Luar Bursa) Bursa Paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek Jakarta, dengan bentuk pasar sekunder, diatur dan diselenggarakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi dan dibina oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam). H. Saham 1. Pengertian Saham Menurut Dahlan Siamat (2006 : 385), saham merupakan suatu bukti atau tanda kepemilikan bagian modal dari suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham merupakan instrumen yang paling dominanan diperdagangkan. Menurut Dwiyanti (2006 :11), saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di bursa efek jakarta. Saham didefinisikan sebagai penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selember kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapapun jumlahnya) dari suatu perusahaan yang
menerbitkan
saham
tersebut,
sesuai
dengan
proporsi
kepemilikannnya yang tertera pada saham. Manfaat dari kepemilkan saham meliputi deviden dan capital gain. Deviden merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada seluruh pemilik saham. Sedangkan capital gain adalah selisih dari harga jual dengan harga beli. Saham dikelompokkan pada surat berharga yang memberikan hasil tidak tetap (kecuali untuk jenis saham tertentu) sehingga penetapan hargannya sangat sulit. Penetapan harga yang sangat sulit ini dikarenakan harus memperhatikan juga kepentingan investor dan perusahaan. (Huda dan Mustapha, 2006 : 60) 2. Jenis-Jenis Saham Jenis-jenis saham dapat ditinjau dari berbagai sisi yaitu dari cara peralihan dan segi manfaatnya (Huda dan Mustapha, 2006 : 62-66) a. Ditinjau dari cara peralihan 1.
saham atas unjuk (beerer stock) diatas sertifikat saham ini tidak dituliskan nama pemilknya. Dengan demikian saham atas unjuk, seseorang pemilik sangat mudah untuk menghasilkan dan memindahkanya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Oleh karena itu siapa saja yang memegang sertifikat saham atas unjuk, Ialah dianggap sebagai pemilik dan
berhak untuk memperalihkanya, berhak atas pembagian deviden, dan berhak untuk hadir dan mengeluarkan suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). 2.
Saham atas nama Diatas sertikikat saham ditulis nama pemiliknya. Cara peralihannya harus memenuhi suatu prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknaya
dicatat
dalam
buku
perusahaan
yang
memuat daftar nama pemegang saham. Jika sertifikat saham ini hilang, pemilik dapat memintakan pergantian karena namanya sudah ada didalam buku perusahaan. Suatu masalah akan muncul , yaitu apabila jual beli saham atas nama berlangsung dengan cepat di bursa efek dan bahkan kemungkinan sering terjadi bahwa sejumlah saham yang sama diperdagangkan beberapa kali dalam satu hari, walaupun saham tersebut masih atas nama pemilik pertama dalam buku perusahaan. b. Ditinjau dari segi manfaatnya 2) Saham Biasa (Common Stock) saham biasa menunjukkan kepemilikan dalam suatu perusahaan perseroaan terbatas, tetapi bagi investor tertentu selembar saham biasa hanyalah selembar kertas yang dibedakan menjadi dua ciri
(a)
Ia memberikan hak kepada pemiliknya atas deviden, tetapi hanya perusahaan memiliki laba yang merupakan sumber dana bagi pembayaran deviden dan jika hanya memilih membayar
deviden
dari
pada
menahan
seluruh laba (c)
saham dapat dijual di kemudian hari, dengan harapan harga menjulang tinggi dari pada harga
belinya. Jika
dalam
kenyataannya
harganya lebih tinggi dari harga belinya, maka investor mendapatkan keuntungan. Saham biasa selalu muncul dalam setiap struktur modal saham
perseraan
menempatkan
terbatas.
pemiliknya
paling
Saham junior
biasa terhadap
pembagian deviden dibandingkan dengan saham preferen. Demikian juga terhadap hak atas harta kekayaan perusahaan setelah dilikuidasi. 2). Saham Preferen (Preffered Stock) Merupakan saham yang berikan deviden yang tetap besarnya. Besarnya pembayaran deviden tidak terpengaruhi oleh laba yang diperoleh perusahaan. Di dalam prakteknya terdapat beraneka ragam jenis saham preferen diantaranya, yaitu:
d) Commulative Preferred Stock saham preferen jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya komulatif dalm suatu persentase atau jumlah tertentu dalam arti bahwa jika pada tahun tertentu deviden yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sana sekali. Maka hal ini akan diperhitungkan pada tahun-tahun
berikutnya.
Pembaran
deviden
pada
pemegang saham preferen sellu didahulukan dari pemegang saham biasa. e) non commulative prefered pemegang saham jenis ini mendapatkan prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu presentase atau jumlah tertentu, akan tetapi tidak bersifat komulatif. Dengan demikian jika pada suatu tahun tertentu deviden yang dibayarkan kurang dari yang ditentukan atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini tidak dioperhitungkan pada tahun berikutnya. Sepanjang pemegang saham preferen tidak menerima pembagian deviden secara penuh, pemegang saham tidak berhak atas pembagian deviden. Jika pembagian penuh telah diterima oleh pemegang saham preferen, maka mereka tidak berhak lgi untuk mendapatkan
tambahan deviden yang dibagiakan untuk pemegang saham biasa. f) partipating prefered stock pemilik saham preferen jenis ini disam ping memperoleh deviden tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh extra deviden apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sasaran itu dapat berupa kuntungan penjualan perusahaan dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun. Deviden reguler saham preferen jenis ini lebih kecil dari pada ratarata deviden reguler saham prefen lainnya. Setelah deviden dibayarkan penuh kepada para pemegang saham preferen, mereka juga mendaparkan deviden extra bersama-sama dengan pemegang saham biasa bila target yang telah ditetapkan tersebut dapat tercapai. 3). Saham istimewa (Convertible Prefered Stock) Pemegang
saham
istimewa
mempunyai
hak
lebih
dibandingkan pemegang saham lainnya . hak lebih itu tertama dalam penunjukkn direksi. I.
Resiko Investasi
Dalam berinvestasi, selalu terdapat hal yang tidak dapat dihindari yaitu adanya risiko. Menurut Reilly et al. (2005:III) risiko dapat diartikan “Risk is the uncertainty that an investment will earn its expected rate of return” dari pengertian tersebut dinyatakan bahwa risiko merupakan ketidaktentuan atas investasi yang akan diperoleh terhadap imbal hasil yang diharapkan. Sedangkan Sharpe (2005) menyatakan “Risk is the think for measuring of actual return deviation to expected return”. Jones (2000:10) mendefinisikan “Risk is defind as the change that actual return on an investment will be different from the expected return” . Risiko merupakan perubahan dimana return aktual dari investasi akan berbeda-beda terhadap imbal hasil yang diharapkan. Menurut Scott et al. (2008:182) “Risk the chance that an out come other than expected will occur”. Hal tersebut didukung oleh pendapat Brigham et al. (2006:192) ‘Risk can be defined as the chance that some unfavorable event will occur”. Keown et.al. (2007:469) mendefinisikan “Risk the likely variability associated with expected revenue or income streams”. Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa risiko adalah penyimpangan yang terjadi antara actual return dari yang telah diperkirakan sebelumnya yaitu imbal hasil yang diharapkan (expected return). Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi yaitu :
1. Risiko suku bunga dimana perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, artinya jika suku bunga meningkat maka harga saham akan turun, ceteris paribus, demikian sebaliknya jika suku bunga turun harga saham akan naik. 2. Risiko
pasar.
berubahnya Perubahan
Fluktuasi indeks
pasar
pasar
pasar
biasanya saham
dipengaruhi
oleh
ditunjukkan
oleh
secara
keseluruhan.
banyak
faktor
serta
munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan politik. 3. Risiko inflasi. Risiko inflasi biasa disebut sebagai risiko daya beli, jika inflasi meningkat biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasikan penurunan daya beli yang dialaminya. 4.
Risiko
financial.
perusahaan
Risiko
untuk
ini
berkaitan
menggunakan
dengan
keputusan
pinjaman
dalam
pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan, semakin besar risiko financial yang diahadapi perusahaan. 5. Risiko likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu saham yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di
pasar
sekunder,
semakin
cepat
suatu
saham
bisa
diperdagangkan maka semakin likuid saham tersebut. 6. Risiko nilai tukar mata uang. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai mata uang domestik terhadap nilai mata uang Negara lain dan sering disebut sebagai currency risk atau exchange rate risk. 7. Risiko Negara atau country risk. Risiko ini berkaitan dengan kondisi stabilitas politik suatu negara. Adapun risiko itu sendiri memiliki dua jenis karakteristik yaitu risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi (diversified-risk) dan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi (undiversified-risk). Risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi investasi terhadap berbagai macam saham adalah risiko yang hanya mempengaruhi perusahaan atau saham tertentu saja tanpa mempengaruhi perusahaan atau saham lainnya, risiko ini biasa disebut juga unsystematicrisk atau spesific-risk. Sedangkan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi adalah risiko yang mempengaruhi seluruh saham yang ada di bursa sehingga dengan menginvestasikan dana ke berbagai macam sekuritas tidak dapat menghilangkan risiko tersebut, risiko ini biasa disebut juga systematic-risk atau market-risk.
Risiko un-systematic atau risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi tidak relevan (karena dapat dihilangkan) bagi para pemodal, karena pemodal sangat memperhatikan mengenai risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko sistematis atau risiko pasar adalah risiko yang disebabkan adanya kemungkinan ketidakstabilan pada kondisi ekonomi, politik dan sosial yang akan berpengaruh langsung pada seluruh saham yang ada di bursa atau dengan kata lain kondisi tersebut berpengaruh pada pasar secara keseluruhan. Perubahan
kondisi
ekonomi, politik
dan
sosial
akan
berpengaruh pada risiko investasi di bursa, kalau perubahan tersebut bersifat positif, maka akan menurunkan risiko, demikian juga sebaliknya. Gambar. 2.1 Resiko Sistematik dan Unsistematik
Dengan
adanya
perubahan
risiko
investasi
tersebut
maka
pengharapan investor untuk memperoleh return juga akan berubah. Dimana sesuai dengan teori keuangan bahwa ada hubungan yang positif dan linier antara tingkat risiko dan tingkat return. Atau dengan kata lain bahwa apabila ada peningkatan risiko akan diikuti oleh tingkat pengharapan return yang semakin tinggi pula oleh para investor, demikian juga sebaliknya. Pengharapan terhadap tingkat return yang semakin tinggi oleh para pemodal diwujudkan dengan melakukan aksi jual sekuritas untuk menurunkan harga sekuritas sehingga return sekuritas diharapkan meningkat (dengan laba perusahaan yang sama apabila dibagi dengan harga saham yang lebih rendah akan menghasilkan return yang, lebih tinggi). Sehingga risiko dan return adalah ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Investasi saham akan memberikan keuntungan atau return dalam dua cara, yaitu menjual saham hingga harganya menguat, sering disebut sebagai capital gain atau menunggu dividend, yaitu bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Menurut Jogiyanto, (1998) menyatakan bahwa: return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu, return total sering disebut return saja. Return total terdiri dari Capital gain dan yield Return = Capital gain (loss) + Yield Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. dan yield dianggap tidak
diperhitungkan sehingga dengan demikian, return total dapat di nyatakan sebagai berikut :
Ri
= Pt – Pt-1
Pt-1 Ri
= Return investasi untuk periode t
Pt
= Harga saham sekarang (periode t)
Pt-1
= Harga saham periode lalu (periode t-1) Dengan cara yang sama, tingkat pengembalian pasar (rate of
market return). Jika digunakan IHSG adalah :
Rm = IHSGt – IHSGt-1
IHSGt-1 Rmt
=
Return
pasar untuk periode t IHSGt
= merupakan indeks pasar periode t
IHSGt-1 = merupakan indeks pasar periode t-1 Return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan mengalikan masing-masing hasil masa depan (outcome) dengan
probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut, secara matematik, return ekspektasi dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto, 1998).
Keterangan : E (Ri)
= Perolehan diekspektasi suatu aktiva atau sekuritas
Ri
= Hasil masa depan ke-i
Pi
= Probabilitas hasil masa depan ke-i
n
= jumlah dari hasil masa depan Disamping mengestimasi return yang diharapkan dari suatu
investasi saham, investor juga perlu menghitung berapa besarnya risiko yang terkait dengan investasi pada saham yang bersangkutan. Risiko sebagai sisi lain dari return menunjukkan kemungkinan penyimpangan return yang diharapkan dari return actual yang diperoleh. Banyak metode yang tersedia untuk mengukur risiko, meskipun tidak ada metode yang standar, tetapi secara umum risiko diukur dalam bentuk probabilistik atau dalam bentuk varians (standar deviasi). Alat ukur yang paling umum digunakan untuk menjelaskan sejauh mana penyimpangan expected return dari actual return adalah dengan varians atau standard deviasi.
Varians
maupun
standar
deviasi
merupakan
besarnya
penyebaran variabel random diantara rata-ratanya, semakin besar penyebarannya, semakin besar varians atau standar deviasi investasi tersebut. Secara matematis rumus untuk menghitung varians atau standar deviasi adalah sebagai berikut
J.
Beta Saham Risiko sistematis atau risiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihindarkan), disebut juga dengan risiko pasar. Risiko ini berkaitan dengan kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan dalam perekonomian secara makro, risiko tingkat bunga, risiko politik, risiko inflasi, risiko nilai tukar dan risiko pasar. Risiko ini mempengaruhi semua perusahaan dan karenanya tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta. Pengertian beta menurut Jones (2006:178) adalah “Beta a measure of valatility, or relative systematic risk”. Dimana pengertian volatilitas adalah sebagai fluktuasi dari return suatu sekuritas dalam suatu periode tertentu. Jika fluktuasi return sekuritas secara statistik mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta dari sekuritas tersebut
bernilai 1. Misalnya apabila return pasar naik sebesar 5%, maka investor akan menghargapkan kenaikan return sekuritasnya sebesar 5% pula. Scott et al. (2008:201) yang menyatakan bahwa “Beta a measure stock’s volatility relative to an average stock”. Lain halnya dengan pendapat Brealey, et. al. (2006:290) yang mendefinisikan “beta is a sensitivity of a stock’s return to the return on the market portofolio”. Sedangkan menurut Ross et al. (2008:431) beta adalah “The amount of systematic risk present a particular risky asset relative to that in an average risky asset”. Dapat disimpulkan bahwa beta adalah pengukur volatilitas suatu risiko sistematis pada sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar). Secara matematis menurut Bodie et al.(2008:166) beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: NΣXY – (ΣX )(ΣY) β = ___________________________ NΣX2 - (ΣX) 2 keterangan:
X = Return pasar (Rm) Y = Return saham (Ri) N = Jumlah data β = Beta saham Atau dapat dinyatakan dengan rumus: Ross et al. (2008 : 285) Cov (Ri.Rm) Βi
= Var (Rm)
Keterangan: βI
= Beta saham
Cov
= Covarian
Var
= Varians
Ri
= Return saham
Rm
= Return Pasar
Mengetahui beta suatu sekuritas atau beta suatu portofolio merupakan hal yang penting untuk menganalisa sekuritas atau portofolio tersebut. Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematis dari sekuritas tersebut yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Salah satu model yang sering digunakan untuk mengestimasi beta suatu sekuritas
atau portofolio adalah Constant Risk Market Model. Model ini sering digunakan karena kesederhanaan penghitungan, disebut sederhana karena model ini digunakan untukmemprediksi beta satu sekuritas tanpa memperhatikan kondisi pasar yang ada. Adapun Constant Risk Market Model ini memiliki beberapa model yang sering digunakan yaitu : Model Indeks Tunggal, CAPM , APT 1.
Model Indeks Tunggal Model Indeks Tunggal dikembangkan oleh (William Sharpe, 1963,
p.203) sebagai salah satu alternatif model untuk mengestimasi risiko dari suatu sekuritas. Model Indeks Tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari satu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik, demikian juga dengan kebalikannya jika indeks harga saham turun, maka kebanyakan saham mengalami penurunan harga. Hal ini menunjukkan bahwa return dari sekuritas mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan - perubahan nilai pasar. Model Indeks Tunggal dapat dirumuskan sebagai berikut (Charles P Jones, 200, p.645) (Bodie et.al., 2008 :283),:
Ri ei
= a + βi (Rm) +
Dimana : Ri
= Tingkat pengembalian saham i
a
= Intercept (konstanta)
β
= Perubahan tingkat pengembalian saham
terhadap
perubahan pasar Rm
= tingkat penegembalian pasar
ei
= kesalahan acak
sedangkan untuk mencari beta masing-masing saham, dimana: 5.) Tingkat
keuntungan
pasar
(Rm)
dihitung
dengan
menggunakan data index harga saham gabbungan perbulan selama periode januari 2005 samapai desember 2008 dengan rumus dibawah ini
IHSGt – IHSGt-i Rm = IHSGt-i
6.) Tingkat keuntungan saham I ditentukan menggunakan perubahan harga saham yang terjadi setiap bulan selama periode januari 2005 samapai dengan desember 2008, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ri
= Pt – Pt-1
Pt-1 2.
Model CAPM (Capital Asset Pricing Model) CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat return yang diharapkan dengan resiko dari asset beresiko pada saat kondisi pasar seimbang. Model ini pertama kali dikembangkan oleh W. F. Sharpe, Litnter, dan Jan Mossin. Semua model yang mereka gunakan dimulai dari model normative Markowitz, yakni mereka hanya menambah asumsi bahwa analisis yang
dilakukan
adalah
resiko
surat-surat
berharga
secara
individual dalam konteks keseimbangan umum pasar modal. Dengan CAPM dapat diartikan sebagai penentan harga aktiva modal tertentu (saham) yang dikaitkan dengan keuntungan portofolio pasar. Artinya, model ini mencoba menentukan berapa harga aktiva (saham) yang seharusnya bersedia dibayar oleh investor. Keseluruhan investasi yang dapat silakukan dianggap sebagai portofolio pasar yang juga memiliki harapan keuntungan.
Terdapat beberapa asumsi dalam penerapan CAPM, yaitu Para investor mempunyai harapan yang homogen. Baik mengenai harapan keuntungan, simpangan baku masingmasing aktiva, maupun mengenai korelasi keuntungan antar surat berharga yang diperbandingkan. Pasar modal bersifatr sempurna Karena tidak ada biaya transaksi, tidak ada pajak, dan pasar modal diamggap efesien. Para investor mempunyai horizon waktu yang sama. Investor dapat meminjam dan memberi pinjaman dalam tingkat bunga yang sama, Investor adalah penghindar resiko. Keuntungan saham-saham berdistribusi normal. a.
Capital Market Line ( Garis Pasar Modal)
CML merupakan garis yang menunjukkan semua kemungkinan kombinasi portofolio efisien yang terdiri dari aktiva-aktiva berisiko dan aktiva bebas risiko, yang menghubungkan keseimbangan antara expected return dan simbangan baku. Rumus CML
E(RP) = R +
E(Rm – Rf)
σm
Dengan kemiringan CML sebesar
Kemiringan CML =
E(Rm – Rf)
σm
f) Security Market Line (Garis Pasar Surat Berharga)
SML merupakan Garis yang menghubungkan tingkat return yang diharapkan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). SML dapat digunakan untuk menilai sekuritas secara individual dalam kondisi pasar yang seimbang. Risiko sekuritas adalah beta, karena pada
pasar
seimbang
portofolio
yang
terbentuk
sudah
terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang relevan adalah risiko sistematis (beta). Beta menujukkan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar. Semakin tinggi beta maka semakin sensitive sekuritas tersebut terhadap perubahan pasar. Beta dapat digunakan untuk membanding risiko sistematis antara satu sekuritas dengan sekuritas lain.
E(Ri) = Rf + βi [E(RM) – Rf]
3.
Model APT (Arbitrage Pricing Model)
APT dikembangkan oleh Stephen Roos sebagai model alternative
untuk
penentuan
harga
asset,
beberapa teori tidak serumit CAPM. CAPM
yang
dalam
memerlukan
sejumlah besar asumsi yang dibuat oleh harry Markowitz saat mengembangkan model dasar nilai tengah varians (meanvarians). Estimasi return yang diharapkan dengan APT tidak terlalu dipengaruhi portofolio pasar seperti dlm CAPM. Akan tetapi, APT didasari oleh pandangan bahwa return yang diharapkan dari suatu sekuritas bisa dipengaruhi oleh beberapa sumber risiko lainnya (tidak hanya diukur dengan beta).
CAPM pada dasarnya merupakan model APT yang hanya mempertimbangkan satu factor risiko yaitu risiko sistematis. Salah satu kritik atas model APT terhadap CAPM adalah adanya kesulitan dalam menentukan faktor-faktor risiko yang relevan Model APT mengasumsikan investor percaya bahwa return sekuritas akan ditentukan oleh sebuah model factorial dengan n factor risiko
E(Ri) = RF + bi1 (premi risiko untuk faktor 1) + bi2 (premi risiko untuk faktor 2) + … + bin (premi risiko untuk faktor n) K.
Indicator-Indikator Yang Mempengaruhi Beta Saham 1. Fundamental Perusahaan a. Return On Equity (ROE) Return on equity menggambarkan sejauh mana kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
yang
tersedia bagi pemegang saham (earning available for common stockholder’s) agar bisa terlihat seberapa besar kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba, maka diperlukan perhitungan laba bersih yang sudah dikurangi dengan biaya bunga dari modal asing (cost of debt) dan pajak perseroan (income tax). Sedangkan modal yang dihitung adalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan, ROE bisa dihitung dengan formula sebagai berikut
D ari sudut pandang investor ROE merupakan salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di
masa mendatang. Dengan mengetahui tingkat ROE, investor dapat menilai prospek perusahaan di masa mendatang. Dengan mengetahui tingkat ROE, investor dapat melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ROE sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan
investor
di
suatu
perusahaan
mampu
memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diharapkan investor, ROE akan berubah jika EAT atau equity
mengalami
perubahan.
Dalam
menentukan
pilihannya, investor biasanya akan mempertimbangkan perusahaan yang mampu memberikan kontribusi ROE yang lebih besar. Bagi investor semakin tinggi ROE menunjukkan risiko investasi kecil. Atau dengan kata lain dikatakan
bahwa
semakin
tinggi
ROE
akan
mengakibatkan beta saham tersebut semakin rendah sebaliknya bila ROE rendah akan mengakibatkan beta sahamnya semakin tinggi. (Purnomo, 2000) b. Earning Per Share (EPS) Informasi
earning
per
share
suatu
perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui
dari
informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun tidak semua
perusahaan
mencantumkan
besarnya
EPS
perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, besarnya EPS dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan
laporan
rugi
laba
perusahaan.
Rumus
untuk
menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut : (Rosyadi, 2002)
c. Price Earning Ratio Informasi PER mengindikasikan besarnya Rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu Rupiah earnings perusahaan atau dengan kata lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu Rupiah earning perusahaan. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa PER juga merupakan ukuran harga relatif dari saham perusahaan. Rumus PER juga dapat ditulis sebagai berikut : (Brigham. E.F, 2006)
Keterangan :
D1/E1
=
Tingkat
dividend
payout
ratio
yang
diharapkan k
= Tingkat return yang diharapkan
g
= Tingkat pertumbuhan yang diharapkan Dari persamaan di atas, ada tiga komponen untuk
menghitung PER,
yaitu :
a1. Dividend payout ratio (DPR) yang diharapkan yang menunjukkan
besarnya
dividen
yang
akan
dibayarkan perusahaan dari total earning yang diperoleh perusahaan b2.
Tingkat
return
yang
diisyaratkan
(k)
yang
menunjukkan tingkat return yang diisyaratkan investor atas suatu saham, sebagai kompesasi atas risiko yang harus ditanggung investor. Secara matematis tingkat return yang diisyaratkan adalah :
c2. Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g), yang merupakan fungsi daribesarnya ROE dan tingkat laba ditahan perusahaan
2. Makro Ekonomi a. Suku Bunga factor suku bunga ini sangat penting, karena semua orang selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar
termasuk
investor
saham.
Dengan
adanya
perubahan tingkat suku bunga, tingkat pengembalian hasil
berbagai
sarana
investasi
akan
mengalami
perubahan. Adapaun yang dimaksud suku bunga disini adalah suku bunga yang diberlakukan Bank Indonesia, yakni
selaku
bank
central
dengan
mengeluarkan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Langkah Bank Indonesia untuk menaikkan dan menurunkan tingkat suku bunga SBI merupakan bagian dari kebijakan moneter, untuk mengontrol perekonomian nasional. Menaikkan suku bunga SBI tersebut akan menyebabkan suku bunga dipasar uang naik dan investor dari pasar modal cenderung memindahkan dananya ke pasar uang ataupun sebaliknya. Hal ini mengakibatkan harga suatu saham bias naik atau bahkan sebaliknya, yang pada akhirnya akan menyebabkan harga saham secara keseluruhan berpengaruh.
Dalam literature ekonomi moneter terdapat 4 aliran teori utama yang membahas mengenai tingkat suku bunga, yaitu : 1). Teori klasik (loanable funds) Menurut teori klasik, tingkat bunga adalah harga dan penggunaan dana investasi (loanable funds). Tingkat bunga adalah suatu indicator dalam memutuskan apakah seseorang aka melaksanakan investasi atau menabung. Dalam teori leonable fund, sering dikatakan bahwa
tingkat
kekuatan bunga
bunga
ditentukan
oleh
kekuatan-
rill dari produktifitas. Pada prinsipnya tingkat
adalah
harga
yang
harus
dibayar
atas
pengguanaan dana untuk setiap unit waktu yang ditentukan melalui interaksi permintaan dan penawaran. 2). Teori neo klasik Teori ini diformulasikan oleh ekonom swedia, Knut Wicksell. Teori ini memberikan tempat untuk factor-faktor moneter bank uang (Bank Money) yang mempengaruhi suku bunga, yakni jumlah penawaran loanable funds tidak hanya tersiri dari tabungan rill seperti dinyatakan dalam teori klasik. Akan tetapi pada teori neo klasik loanable funds didukung oleh jumlah kredit bank yang
disediakan
oleh
system
perbankan.
Jadi
untuk
memperoleh fungsi penawaran dari loanable funds, dalam daftar tabungan harus ditambah dengan kredit money dari Bank. 3). Teori Keynes The liquidity preference theory of interest rate yang diterangkan pleh John Maynard Keynes pada tahun 1926,
dalam
bukunya
unemployment,
“the
general
interest
Mengatakanbahwa
theory
and
kemampuan
of
money.” orang
untuk
menabung tergantung lebih banyak pada tingkat pendapatannya sementara tingkat bunga berperan kedua dalam mempengaruhi keptusan orang untuk menabung. Tingkat bunga didefinisikan menurut Keynes bahwa balas jasa untuk melepaskan liquiditas selama kurun waktu tertentu. Sebabnya adalah bahwa tingkat bunga itu sendiri tidak lain adalah perbandingan sejumlah
uang
yang
dapat
diperoleh
bilamana
pengendalian uang itu dilepaskan untuk ditukarkan dengan hutang dengan kurun yang ditentukan. 4). Teori modern
Teori
modern
atau
biasa
dianggap
teorineo
Keynesian memandang masalah penetapan tingkat bunga dengan mempertimbangkan dua sector, yaitu sector moneter dan non moneter. Teori ini menyatakan bahwa tingkat tabungan dan investasi tidak ada hubungan sama sekali dengan penentuan tingkat bunga. b.
Inflasi
Pengertian inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. (Iskandar Putong, 2006 : 103) 2) Berdasarkan parah tidaknya Inflasi : a). Inflasi ringan
(di bawah 10% setahun)
b). Inflasi sedang
(antara 10 - 30% setahun)
c) Inflasi. berat
(antara 30 - 100% setahun)
d) Hiperinflasi
(di atas 100% setahun)
2. Berdasarkan penyebab dari Inflasi a.)
Demand inflation / Inflasi permintaan
Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai macam barang terlalu
kuat. misalnya, karena bertambahnya
pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang
ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, b)
Cost inflation / Inflasi penawaran.
Inflasi ini timbul karena kenaikan biaya produksi, yaitu karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak) 3. Berdasarkan asal dari Inflasi a) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat b) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem perekonomian terbuka (open economy system). Dan, inflasi ini dapat ‘menular’ baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor 5
Rumus Laju Inflasi
laju inflasi adalah laju tingkat harga umum dari tahun ketahun dan biasanya diikuti dengan kenaikan harga pada tahun tertentu dari tahun sebelumnya
laju inflasi dihitung
dengan rumus :
IHKt - IHKt-1 LAJU INFLASI =
IHKt-1
L.
Kerangka Pemikiran
RETURN INVESTASI
RETURN MARKET
BETA
Variabel Fundamental EPS, PER, ROE
Variabel Endogen Makro Ekonomi
SBI, Inflasi
UJI GOODNESS FIT
HIPOTESIS
KESIMPULAN
KEPUTUSAN
HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ho
Tidak
terdapat
pengaruh
signifikan
atara
variable
Fundamental (EPS, PER dan ROE,) dan variable Makro Ekonomi (SBI dan Inflasi) saham
secara parsial terhadap beta
Ha
Terdapat pengaruh signifikan atara variable Fundamental (EPS, PER dan ROE) dan variable Makro Ekonomi (SBI dan Inflasi) secara parsial terhadap beta saham
2. Ho
Tidak
terdapat
pengaruh
signifikan
atara
variable
Fundamental (EPS, PER dan ROE) dan variable Makro Ekonomi (SBI dan Inflasi) secara simultan terhadap beta saham Ha
Terdapat pengaruh signifikan atara variable Fundamental (EPS, PER dan ROE) dan Makro Ekonomi (SBI dan Inflasi) secara simultan terhadap beta saham
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
B. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
adalah
penelitian
asosiatif
karena
dalam
penelitian ini penulis akan berusaha menganilisa seberapa besar pengaruh fundamental dan makro ekonomi terhadap beta saham pada 20 saham properti teraktif di BEI yang mengeluarkan laporan keuangan tahun buku jauari 2004 sampai dengan desember 2008. Dengan pertimbangan bahwa 20 saham teraktif dapat mewakili keseluruhan pasar karan frekuensi perdangan yang besar.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling di mana populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti dan sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian. Peneliti akan berusaha agar dalam sampel terdapat wakil-wakil segala lapisan populasi.
Dengan demikian maka diusahakan agar sampel tersebut memiliki ciri-ciri yang esensial, strata apa yang harus diwakili, tergantung pada penilaian atau pertimbangan dari peneliti. Teknik ini dipilih dengan maksud agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Data yang diperoleh adalah kurun waktu antara tahun 2004 – 2008. Penelitian ini mengambil obyek penelitian sektor property di Bursa Efek Indonesia.
Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah : 5. Terdaftar 30 saham property yang diterbitkan BEI selama kurun waktu 2005 -2008 mennrut buku Jakarta Stock Exchange (JSX) quarterly index 6. Saham aktif selam kurun waktu tersebut, karena emiten yang sahamya tidak aktif diperdagangkan akan mengganggu proses analisis. 7. Mengeluarkan laporan keuangan untuk tahun buku 1 Januari 2004 sampai Desember 2008 8. Memiliki data yang dibutuhkan
Table 3.1 Kireteria Sample Penelitian NO
1
KIRETERIA SAMPLE
JUMLAH EMITEN
MASUK KE 30 SAHAM PROPERTI TERAKTIF YANG DITERBITKAN BEI SELAMA KURUN WAKTU 2004 -
30
2008 2
TERUS BERADA DI DAFTAR PERUSAHAAN PROPERTI TERAKTIF TANPA PERNAH ABSEN SELAMA KURUN WAKTU 2004-2008
20
3
MENGELUARKAN LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN BUKU 1 JANUARI 2004 SAMPAI 31 DESEMBER 2008
20
4
MEMILIKI DATA PENELITIAN
20
YANG
DIBUTUHKAN
DALAM
Setelah dikoreksi dengan kireteria tersebut, maka diperoleh 20 emiten yang akan dijadikan sample dalam penelitian ini, seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini: Table 3.2 Daftar Dua Puluh Perusahaan Sampel Penelitian
NO
EMITEN
KODE
1
BIPP
Bhuwanatala Indah Permai Tbk
2
BKSL
Bukit Sentul Tbk
3
BMSR
Bintang Mitra Semestaraya Tbk
4
CTRA
Ciputra Development Tbk
5
DART
Duta Anggada Realty Tbk
6
DUTI
Duta pertiwi Tbk
7
GMTD
Gowa Makassar Tourism Development Tbk
8
JPRT
Jaya Real Property Tbk
9
KIJA
Kawasan Industri Jababeka Tbk
10
LPCK
Lippo Cikarang Tbk
11
LPKR
Lippo Karawaci Tbk
12
MDLN
Modernland Realty Tbk
13
OMP
Indonesia Prima Property Tbk
14
PWON
Pakuwon Jati Tbk
15
PWSI
Panca Wiratarna Sakti Tbk
16
RBMS
Ristia Bintang Mahkosejati Tbk
17
SIPP
Suryainti Permata Tbk
18
SMDM
Suryamas Duta Makmur Tbk
19
SRMA
Summarecon Agung Tbk
20
SSIA
Surya Semesta Internusa Tbk
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder yang sipergunakan dalam penelitian ini, meliputi : 3. Riset Kepustakaan Yaitu berasal dari buku-buku kuliah dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan masalah skiripsi ini, 4. Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan
dari
JSX
Monthly
Statistics,
Capital
Market
Electronics Document (CMED), laporan keuangan tahunan beberapa perusahaan, dan Indonesia Capital Market Directory yang dipublikasikan di Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Jakarta.
D. Metode Analisis 1. SIM (Sngle Index Model) Teknik analisis data menggunakan single index model dimana return saham dan return pasar diregresikan dengan rumus dibawah ini :
Ri
= a + βi (Rm) +
ei Dimana : Ri
= Tingkat pengembalian saham i
a
= Intercept (konstanta)
β
= Perubahan tingkat pengembalian saham perubahan
terhadap
pasar
Rm
= tingkat penegembalian pasar
ei
= kesalahan acak
sedangkan untuk mencari beta masing-masing saham, dimana: 7.) Tingkat
keuntungan
pasar
(Rm)
dihitung
dengan
menggunakan data index harga saham gabbungan perbulan selama periode januari 2005 samapai desember 2008 dengan rumus dibawah ini
IHSGt – IHSGt-i Rm =
IHSGt-i
8.) Tingkat keuntungan saham I ditentukan menggunakan perubahan harga saham yang terjadi setiap bulan selama periode januari 2005 samapai dengan desember 2008, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
= Pt – Pt-1
Ri
Pt-1
2. Struktural Equation Modelling (SEM) Structural
equation
modeling
(SEM)
merupakan
gabungan dari dua Metode statistic yang terpisah yaitu analisis factor (factor analisis) yang dikembangkan di Ilmu Psikologi dan Psikonometri serta model persamaan simultan (simultaneous equation modeling) yang dikembangkan di Ekonometrika.
Dalam
Structural
Equation
Model
(SEM)
terdapat
sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian
sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel
dependent
dengan
satu
atau
beberapa
variabel
independent. Masing-masing variabel dependen dan independent dapat berbentuk faktor (atau konstruk, yang dibangun dari beberapa variabel indikator). Tentu saja variabel-variabel itu dapat berbentuk sebuah variabel tunggal yang diobservasi atau yang diukur langsung dalam sebuah proses penelitian. Pemodel Persamaan struktural semacam itu telah luas dikenal dalam penelitian-penelitian manajemen melalui berbagai nama antara lain : causal modeling, causal analisys, simultaneous equation modeling atau analisis struktur kovarians. Seringkali SEM juga disebut sebagai path analysis atau Conformatory Factor Analysis, karena sesungguhnya kedua nama ini adalah jenis-jenis SEM yang khusus Untuk menjawab tujuan manganilisis data, yaitu menganalisis pengaruh varaibel Fundamental (Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio) dan Makro Ekonomi (SBI dan Inflasi) terhadap beta saham maka digunakan analisis SEM. Dalam analisis SEM terdapat tujuh langkah yang harus dilalui yaitu
a.
Pengembangan Diagram Alur (path diagram)
Diagram
alur
akan
hubungan-hubungan
mempermudah
kausal
biasanya
dalam
dinyatakan
melihat dalam
bentuk persamaan. Dalam model SEM digunakan construk atau factor yang mempunyai pijakan teoritis yang cukup untuk mejelaskan berbagai bentuk hubungan alur sebab akibat dari berbagai konstruk yang digunakan
Gambar 3.1 Diagram Jalur penelitian
INFLASI
SBI
0,
ROE
BETA
1
PER
EPS
b.
Pengujian Goodness Of Fit Indicess Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model Hair et, al. (2006:15) pada dasarnya berbagai jenis fit index yang akan digunakan adalah untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan. Tujuan peneliti melakukan pengujian dengan menggunakan fit index adalah untuk mengukur validitas model yang disiapkan beberapa index kesesuaian akan cut off value-nya untuk digunakan dalam
e1
menguji apakah model dapat diterima atau ditolak, Ferdinand (2007:45), ditunjukkan dengan Tabel 3.3
Goodness or fit indicess untuk evaluasi model
E.
GOODNESS OF FIT
CUT OF VALUE
X' – CHI SQUARE
DIHARAPKAN NILAINYA KECIL DENGAN DF = 0 NILAI TABELNYA = 0
CMIN/DF
<2.00
RMSEA
<0.08
GFI
>0.90
TLI
>0.90
CFI
>0.94
NFI
>0.90
PROBABILITY
>0.05
Operasional Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu independent ( variable bebas ) dan dependen ( variable terikat). 3. variable independent a. Fundamental Perusahaan, meliputi
Earning Per Share (EPS)
Price Earning Ratio (PER)
Return On Equity (ROE)
b. Makro Economi, meliputi
Suku Bunga Indonesia
Inflasi
4. Variable dependen Variable dependen dalam penelitian ini adalah beta. Secara garis besar penerapan beta saham ini mempergunakan sim (single index model) (Bodie et.al., 2008 ;283), maka dirumuskan sebagai berikut :
Ri
= a + βi (Rm) + ei
Dimana : Ri
= Tingkat pengembalian saham i
a
= Intercept (konstanta)
β
= Perubahan tingkat pengembalian saham terhadap perubahan pasar
Rm
= tingkat penegembalian pasar
ei
= kesalahan acak
sedangkan untuk mencari beta masing-masing saham, dimana: 3.) Tingkat
keuntungan
pasar
(Rm)
dihitung
dengan
menggunakan data index harga saham gabbungan perbulan selama periode januari 2005 samapai desember 2008 dengan rumus dibawah ini
IHSGt – IHSGt-i Rm = IHSGt-i
4.) Tingkat keuntungan saham I ditentukan menggunakan perubahan harga saham yang terjadi setiap bulan selama periode januari 2005 samapai dengan desember 2008, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ri
= Pt – Pt-1
Pt-1 Keterangan : Ri
= tingkat pengembalian saham i
a
= Intercept (konstanta)
β
=
perubhan tingkat pengembalian saham I
terhadap
perubahan pasar
Rm
= tingkat penegembalian pasar
ei
= kesalahan acak
Pit
= harga saham i pada waktu t
Pit-1
= harga saham i pada waktu t-1
IHSGt
= Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t
IHSGt-I = Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1
BAB IV ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Pasar Modal Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal
telah ada sejak tahun 1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan
dari
pemerintah
kolonial
kepada
pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan
operasi
sebagimana mestinya.
bursa
efek
tidak
dapat
berjalan
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977. Pada tanggal 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Berdasarkan kepres RI No. 52 tahun 1976 pasar modal diaktifkan kembali, pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong.
Pada jaman orde baru inilah perkembangan pasar
modal dapat di bagi menjadi 2, yaitu tahun 1977 sampai dengan 1987 dan tahun 1987 sampai dengan sekarang. Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 sampai dengan 1987 mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan
fasilitas
kepada
perusahaan-perusahaan
yang
memanfaatkan dana dari bursa efek. Fasilitas-fasilitas yang telah diberikan antara lain fasilitas perpajakan untuk merangsang masyarakat agar mau terjun dan aktif di Pasar Modal. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya. Untuk mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal,
yaitu
Paket
Kebijaksanaan
Desember
1987,
Paket
Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988. Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari total emisi. Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek. Pakto
88
ditujukan
pada
sektor
perbankkan, namun
mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan perkembangan
pajak pasar
ini
berdampak
modal.
Sebab
positif
terhadap
dengan
keluarnya
kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal. Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Karena tiga kebijaksanaan inilah pasar modal menjadi aktif untuk periode 1988 hingga
sekarang. 2. Perkembangan Pasar Modal Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia mencapai level 2.745,826 pada sesi terakhir perdagangan tanggal 28 Desember 2007 dan memposisikannya sebagai salah satu indeks bursa berkinerja terbaik di dunia tahun 2007 (posisi ke-2 setelah China) dengan prosentase peningkatan yang mencapai 52% dibandingkan IHSG tahun 2006. IHSG pada tanggal 11 Desember 2007 pernah mencapai level 2.810,962 yang merupakan indeks tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Indikator utama pasar modal lainnya juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Nilai kapitalisasi pasar di BEJ meningkat 59% dari Rp. 1.249,1 triliun di tahun 2006 menjadi Rp. 1.988,3 triliun di tahun 2007. Dalam periode yang sama, total nilai transaksi saham di BEJ meningkat 135,62%, dari Rp. 445,71 triliun menjadi
Rp. 1.050,2 triliun di
tahun 2007. Sejalan dengan
peningkatan tersebut, nilai transaksi saham harian di BEJ juga meningkat 131,52%, dari Rp. 1,84 triliun/hari di tahun 2006 menjadi Rp. 4,26 triliun/hari di tahun 2007. Industri Reksa Dana Indonesia juga menemui momentum kebangkitannya kembali pasca penurunan kinerjanya yang cukup tajam di tahun 2005. Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana tumbuh sebesar 75,02% dari Rp 52,28 triliun di tahun 2006 menjadi Rp. 91,5 triliun di
tahun 2007. Jumlah Reksa Dana mengalami peningkatan dari 399 Reksa Dana di tahun 2006 menjadi 469 Reksa Dana di tahun 2007 atau tumbuh sebesar 17,54%. Penggabungan BEJ dan BES merupakan salah satu strategi yang telah dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia Tahun 2005-2009 dalam rangka restrukturisasi lembaga Bursa Efek. Penggabungan BEJ dan BES ini juga telah masuk sebagai salah satu program dalam Paket Kebijakan Sektor Keuangan (PKSK) yang telah ditetapkan pada tahun 2006. Tujuan utama dari program penggabungan ini adalah untuk menciptakan sinergi dan efisiensi dalam kegiatan di Pasar Modal Indonesia. Pada tanggal 30 Oktober 2007, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BEJ dan BES telah menyetujui Rancangan
Penggabungan
BEJ
dan
BES
yang
kemudian
dituangkan dalam Akta Penggabungan. Selanjutnya Bursa Efek hasil penggabungan berganti nama menjadi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) yang resmi beroperasi menggunakan nama baru tersebut sejak tanggal 1 Nopember 2007.
B. Analisis Deskriptif Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan micosoft exel windows 2003, SPSS dan AMOS 16.0, untuk
dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari variable-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variable independent; Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio, Inflasi, danTingkat Suku Bunga). Sedangkan variabel dependen; BETA saham. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
4. Beta saham Bursa Efek Indonesia (BEI) Beta saham merupakan gambaran tingkat kepekaan (sensitivitas) dari perubahan perubahan return saham terhadap perubahan return pasar, sehinggga perolehan beta dapat disimpulkan a. jika B = 1, mengggambarka bahwa keuntungan saham berubah secara proporsional (sebesar rata-rata) dengan keuntungan pasar. Hal ini menunjukkan bahwa resiko sistematis saham sama dengan (sebesar rata-rata) resiko pasar. b. Jika B > 1, menggambarkan bahwa keuntungan saham meningkat
meningkat
lebih
besar
(diatas
rata-rata)
dibandingkan keuntungan pasar. Hal ini menunjukkan bahwwa resiko sistematis saham sama dengan sebesar ratarata resiko pasar. c. Jika B < 1, menggambarkan bahwa keuntungan saham meningkat lebih kecil dibawah rata-rata dibandingkan keuntungan pasar. Hal ini menunjukkan bahwa resiko sistenatis saham lebih kecil dibawah rata-rataresiko pasar.
Beta saham merupakan tingkat resiko sistematis saham, yang dalam hal ini diperoleh dengan pendekatan Single Index model, yaitu dengan meregresikan return saham dengan return pasar. Table 4.1 Beta saham emiten teraktif pada sector property dan real estate di BEI 2004-2008 NO
EMITEN
2004
2005
2006
2007
2008
1
BIPP.JK
2.78
1.646
1.519
1.005
0.23
2
BKSL
1.96
1.65
1.02
0.64
2.04
3
BMSR
1.44
2.45
2.31
3.27
0.84
4
CTRA
1.80
2.10
1.00
0.82
0.90
5
DART
-2.59
0.22
3.15
1.74
0.89
6
DUTI
1.55
1.86
1.51
1.195
-0.18
7
GMTD
0.55
-1.56
-0.915
1.46
-0.74
8
JPRT
-0.34
1.471
-0.888
0.47
1.299
9
KIJA
2.59
2.26
0.909
0.64
1.32
10
LPCK
1.471
-0.56
-0.57
1.926
-0.723
11
LPKR
0.728
1.08
0.59
-1.075
0.65
12
MDLN
1.06
1.99
1.442
1.395
1.058
13
OMP
-1.75
-0.50
4.39
-0.93
-1.37
14
PWON
1.25
-0.73
0.94
0.06
-0.11
15
PWSI
-1.62
0.40
-1.09
6.43
-0.30
16
RBMS
1.682
1.41
1.01
1.91
-0.15
17
SIPP
1.63
1.65
2.06
0.86
0.36
18
SMDN
-0.18
5.92
-1.43
0.46
0.24
19
SRMA
1.96
1.87
1.159
0.60
-0.06
20
SSIA
2.40
1.775
1.607
0.35
-0.04
TERTINGGI
2.78
5.92
4.39
6.43
2.04
TERENDAH
-2.59
-1.56
-1.09
-1.075
-1.37
RATA-RATA
0.918865
1.32039
0.985413
1.161324
0.308205
Diatas menggambarkan bahwa beta saham di BEI dengan ratarata 0.308205 sampai 1.32039 dengan nilai terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu, -2.59 (PT. Duta Realty Development) dan tertinggi terjadi pada tahun 2007 6.43 (PT. Panca Wiratama Sakti.Tbk). Pada tahun 2004 rata-rata beta sebesar 0.918865 lebih kecil dari satu, hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI memiliki resiko sistenatis yang lebih kesil dari resiko pasar. pada tahun 2004 terdapat 13 perusahaan yang betanya
lebih dari satu dan 7
perusahaan yang kurang dari satu. Untuk tahun 2005
rata-rata beta adalah 1.32039, hal ini
menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan BEI meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan pasar. Pada tahun 2005 terdapat 15 perusahaannya yang betanya lebih dari satu dan 5 perusahaan betannya kurang dari satu. Pada tahun
2006 rata-rata beta
adalah 0.985413 hal ini
menggambarka bahwa pada tahun tersebut indek di BEI memiliki resiko sistenatis yang lebih kesil dari resiko pasar. pada tahun 2006
terdapat 13 perusahaan yang betanya
lebih dari satu dan 7
perusahaan yang kurang dari satu. Pada tahun
2007 rata-rata beta
adalah 1.161324 hal ini
menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan BEI meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan pasar. Pada tahun 2007 terdapat 10 perusahaannya yang betanya lebih dari satu dan 10 perusahaan betannya kurang dari satu. Pada tahun
2008 rata-rata beta adalah 0.308205 hal ini
menggambarka bahwa pada tahun tersebut indek di BEI memiliki resiko sistenatis yang lebih kesil dari resiko pasar. pada tahun 2008 terdapat 5 perusahaan yang betanya
lebih dari satu dan 15
perusahaan yang kurang dari satu.
4. EPS (Earning Per Share) Merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan jumlah saham beredar Table 4.2 earning per share teraktif pada sector Properti Dan Real Estate di BEI 2004-2008 EMITEN
2008
2007
2006
2005
2004
1
BIPP.JK
-0.05
-0.01
-0.05
-0.02
0.04
2
BKSL
0.07
0.04
0.05
-0.09
-0.14
3
BMSR
-0.05
0.02
-0.02
-0.01
-0.01
4
CTRA
0.12
0.10
0.07
0.20
-0.30
5
DART
0.07
0.07
0.17
0.21
-0.31
6
DUTI
0.09
0.14
0.16
0.13
0.13
7
GMTD
0.15
0.15
0.13
0.13
0.12
8
JPRT
1.54
1.34
1.09
0.53
-0.34
9
KIJA
0.02
0.03
0.10
0.05
0.09
10
LPCK
0.03
0.01
0.01
0.08
0.02
11
LPKR
0.23
0.51
0.18
0.15
0.17
12
MDLN
0.02
0.00
0.02
-0.11
0.10
13
OMP
-0.05
0.02
0.03
-0.03
0.00
14
PWON
1.94
1.74
1.14
2.34
2.14
15
PWSI
-0.49
-0.43
-0.46
-0.37
-0.40
16
RBMS
0.01
0.01
0.00
-0.02
-0.01
17
SIPP
0.14
0.28
0.24
0.20
0.18
18
SMDN
-0.01
-0.10
0.08
-0.26
-0.11
19
SRMA
0.15
0.50
0.61
0.77
0.79
20
SSIA
-0.02
0.04
0.05
0.01
-0.18
Terendah
-0.49
-0.43
-0.46
-0.37
-0.40
Tertinggi
1.94
1.74
1.14
2.34
2.14
Rata-rata
0.20
0.22
0.18
0.19
0.10
Diatas menggambarkan bahwa beta saham di BEI dengan rata-rata
0.10 sampai 0.22 dengan nilai terendah terjadi pada
tahun 2006 yaitu, -0.49 PT. Panca Wiratama Sakti.Tbk). dan tertinggi terjadi pada tahun 2007 2.34 (PT. Pakuwon Jati.Tbk).
Pada tahun 2008, 2007 dan 2006 terdapat 2 perusahaan yang EPS-nya lebih dari satu, yaitu PT. Jaya Real Property dan PT. Pakuwon Jati. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pertumbuhan perusahaan yang berkembang yaitu, kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan perlembar saham. Sedangkan pada tahun 2005 dan 2004 hanya terdapat satu perusahaan yang lebih dari satu yaitu, PT. Pakuwon Jati Tbk.. Melihat rata-rata dari tahun 2004 sampai 2008 EPS-nya kurang dari satu, Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pertumbuhan perusahaan di sector Property dan Real Estate yang kurang berkembang yaitu, ketidakmampuan perusahaan di sector ini dalam menghasilkan keuntungan perlembar saham 4
PER (Price Earning Ratio) Merupakan Informasi earning per share suatu perusahaan menunjukkan
besarnya
laba
bersih
perusahaan
yang
siap
dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan; sebagai ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai pada saham tersebut.
Table 4.3
Price Earning Ratio teraktif pada sector property dan real estate di BEI 2004-2008 No
EMITEN
2008
2007
2006
2005
2004
1
BIPP.JK
-947.73
-9794.11
-686.43
-2582.39
1836.08
2
BKSL
5905.61
20338.09
11759.26
-5218.22
-3773.02
3
BMSR
-6766.79
8571.71
-2555.76
-6243.57
-9394.11
4
CTRA
1556.80
6833.30
9895.12
1398.93
-1545.64
5
DART
3050.05
7289.06
2289.06
1177.44
-485.04
6
DUTI
11112.47
6206.64
5806.32
4846.14
6101.55
7
GMTD
1260.03
2099.17
3228.55
1825.40
6499.96
8
JPRT
816.58
3368.99
3345.66
1831.69
-1617.44
9
KIJA
2167.11
7002.56
1190.71
1857.95
1223.92
10
LPCK
7707.89
22338.09
17338.09
2465.42
15537.03
11
LPKR
1185.18
1325.48
1838.93
2027.27
2386.03
12
MDLN
2031.28
-10394.11
11367.24
-1347.02
1036.77
13
OMP
-8955.19
14579.26
10440.35
-1652.98
-10194.11
14
PWON
923.95
2281.53
5900.60
1176.12
976.50
15
PWSI
-127.58
-140.81
-34.64
-271.23
-59.85
16
RBMS
16338.09
15487.57
21338.09
-6054.33
-9194.11
17
SIPP
1584.51
3581.34
1850.81
952.27
1057.60
18
SMDN
-9594.11
-1932.08
2342.97
-134.36
-659.06
19
SRMA
1357.35
2159.29
1879.84
956.95
859.66
20
SSIA
-9994.11
19338.09
9153.22
18338.09
-2492.12
Terendah
-9994.11
-10394.11
-2555.76
-6243.57
-10194.11
Tertinggi
16338.09
22338.09
21338.09
18338.09
15537.03
Rata-rata
1030.57
6026.96
5884.40
767.48
-94.97
Diatas menggambarkan bahwa PER saham di BEI dengan rata-rata -94.97 sampai 6026.96 dengan nilai terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu, -10394.11 (PT.Moderland Realty.Tbk). dan tertinggi terjadi
pada
tahun
2007,
yaitu
68112.2
(PT.Ristia
Bintang
Mahkosejati.Tbk). Pada tahun 2008 rata-rata PER sebesar positif 1030.57, hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI memiliki pertumbuhan saham yang sehat. Pada tahun 2008 terdapat 15 perusahaan yang PER-nya positif dan 5 perusahaan yang PER-nya negative. Pada tahun 2007 rata-rata PER negative sebesar 6026.96, hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI memiliki pertumbuhan saham yang sehat (llayak) . Pada tahun 2007 terdapat 15 perusahaan yang PER-nya
positif dan 5
perusahaan yang PER-nya negative. Pada tahun 2006 rata-rata PER sebesar positif 5884.40 , hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI memiliki pertumbuhan saham yang sehat (layak) . pada tahun 2006 terdapat 17 perusahaan yang PER-nya positif dan 3 perusahaan yang PER-nya negative
Pada tahun 2005 rata-rata PER negative sebesar 767.48, hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI memiliki saham yang sehat (layak) . pada tahun 2005 terdapat 12 perusahaan yang PER-nya positif dan 8 perusahaan yang EPS-nya negative Pada tahun 2004 rata-rata PER negative sebesar --94.97, hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI memiliki saham yang tidak sehat (tidak layak) . pada tahun 2004 terdapat 10 perusahaan yang PER-nya positif dan 10 perusahaan yang EPS-nya negative
5. Return On Equaty (ROE) Return
on
equity
menggambarkan
sejauh
mana
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham (earning available for common stockholder’s) agar bisa terlihat seberapa besar kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan laba
Table 4.5 Return On Equaty (ROE)teraktif pada sector property dan real estate di BEI 2004-2008 No
EMITEN
2008
2007
2006
2005
2004
1
BIPP.JK
-0.36
-0.03
-0.24
-0.07
0.15
2
BKSL
0.11
0.08
0.08
-0.18
-0.25
3
BMSR
-0.05
0.02
-0.02
-0.01
-0.01
4
CTRA
0.10
0.08
0.07
-0.43
1.09
5
DART
0.16
0.20
0.31
0.54
0.07
6
DUTI
0.04
0.06
0.07
0.06
0.05
7
GMTD
0.09
0.09
0.09
0.09
0.09
8
JPRT
0.23
0.28
0.24
0.16
0.33
9
KIJA
0.02
0.02
0.08
0.04
0.22
10
LPCK
0.02
0.01
0.01
0.07
0.02
11
LPKR
0.11
0.25
0.14
0.14
0.20
12
MDLN
0.04
0.00
0.03
0.36
-0.34
13
OMP
-0.18
0.06
0.09
-0.10
-0.01
14
PWON
0.13
0.12
0.07
0.34
0.27
15
PWSI
0.15
0.11
0.13
0.11
0.13
16
RBMS
0.01
0.01
0.00
-0.02
-0.01
17
SIPP
0.07
0.15
0.15
0.15
0.14
18
SMDN
-0.02
-0.40
0.13
-0.37
0.19
19
SRMA
0.06
0.11
0.17
0.18
0.23
20
SSIA
-0.02
0.03
0.04
0.01
-0.28
Terendah
-0.36
-0.40
-0.24
-0.43
-0.34
Tertinggi
0.23
0.28
0.31
0.54
1.09
Rata-rata
0.04
0.06
0.08
0.05
0.11
Tabel 4.5 diatas menggambarkan bahwa ROE saham di BEI dengan rata-rata -0.04 sampai 0.11 dengan nilai terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu,
-0.43 (Suryamas Duta MakmurTbk).
dan
tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu 1.09 (Ciputra DevelopmentTbk
Pada tahun 2008 rata-rata ROE
sebesar 0.04, hal ini
mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI mengalami beta (resiko) yang rendah. Pada tahun 2008 terdapat 16 perusahaan yang ROE-nya positif dan 4 perusahaan ROE-nya negatif Pada tahun 2007 rata-rata ROE positif sebesar
0.06, hal ini
mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI mengalami beta (resiko) yang rendah. Pada tahun 2008 terdapat 18 perusahaan yang ROE-nya positif dan 2 perusahaan yang ROE-nya negatif Pada tahun 2006 rata-rata ROE positif sebesar yaitu 0.08, hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI mengalami beta (resiko) yang rendah. Pada tahun 2006 terdapat 19 perusahaan yang ROE-nya positif dan 1 perusahaan yang ROEnya negatif Pada tahun 2005 rata-rata ROE negatif sebesar yaitu -0.05, hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI mengalami beta (resiko) yang tinggi. Pada tahun 2005 terdapat 12 perusahaan yang ROE-nya positif dan 8 ROE-nya negative. Pada tahun 2004 rata-rata ROE sebesar lebih dari satu yaitu 0.11, hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut indek di BEI
mengalami beta (resiko) yang tinggi. Pada tahun 2004 terdapat 19 perusahaan yang ROE-nya positif dan 1 perusahaan yang ROEnya negative. 1.5
Suku Bunga Indonesia Dan Inflasi
2004
2005
2006
2007
2008
SBI
0.0742
0.0744
0.1273
0.09
0.0796
INFLASI
0.06
0.10
0.13
0.06
0.10
Terjadi kenaikan SBI sejak tahun 2004 sampai dengan 2006 yaitu berkisar 7.4%, 7,44% dan 12,73%, akan tetapi SBI semakin turun sejak tahun 2007 samapaidengan 2008 yang berkisar 9% dan 7,39%. Terjadi kenaikan inflasi sejak tahun 2004 hingga 2006 yaitu berkisar 6%, 10%, dan 13%, akan tetapi pada tahun 2007 turun berkisar 6% dan menaik kembali pada tahun 2008
C.
Penemuan Dan Pembahasan 1.
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Pada langkah ini kesesuaian model (Goodness of Fit) dievaluasi mengggunakan berbagai kriteria berupa seperangkat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data menggunakan pemodelan SEM, yaitu:
Tabel 4.6 Measurement Model – Goodness of fit
Goodness of fit
Cut of Value
Hasil model
Keterangan
X' – Chi Square
Diharapkan nilainya kecil dengan DF = 0 nilai tabelnya = 0
0
Baik
CMIN/DF
<2
0
Baik
GFI
> 0.90
0.998
Baik
CFI
>0.94
1
Baik
NFI
> 0.90
1
Baik
2
Nilai X – Chi Square tidak dapat dihitung karena nilai DF yang terbentuk sebesar 0. Hal ini menunjukkan bahwa Ho yang menyatakan tidak terdapat perbedaan antara matrik kovarians sampel dengan matrik kovarians populasi yang diestimasi dapat diterima. Artinya matrik kovarians sampel dengan matriks kovarians populasi yang diestimasi adalah sama, sehingga model fit. The minimum Sample Discrepancy Function – CMIN/DF merupakan indeks kesesuaian parsimonious yang mengukur hubungan goodness of fit model dan jumlah koefisien-koefisien yang diestimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat kesesuaian. Hasil CMIN/DF sebesar 0 yang nilainya lebih kecil dari nilai yang direkomendasikan CMIN/DF <2,0, menunjukkan model fit yang baik
Berdasarkan
analisis
terhadap
goodness
of
fit
–
GFI
mencerminkan tingkat kesesuian model secara keseluruhan. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan GFI < 0,90. Sementara hasil pengujian sebesar 0.998 menunjukkan bahwa model baik. Comparative Fit Index – CFI , merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan model null. Nilai yang direkomendasikan CFI > 0,90. Sementara hasil pengujian sebesar 1,00, menunjukkan bahwa model adalah baik. Normed Fet Index - NFI Merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan Null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at all) sampai 1 (perfect fit). Tidak terdapat nilai absolute yang dijadikan standar, tetapi umumnya dirokomendasikan sama atas > 0.90. sementara hasil pengujian sebesar 1.00 menunjukkan bahwa model baik. 5. Menyusun Path Diagram untuk menyatakan hubungan kausalitas Gambar 4.1Path Digram Interpretasi Indikator Yang Mempengaruhi Beta Saham
0.42 INFLASI
0.996 0.52
9.18
SBI
0.748
8.77
0.755 0.908
4.78 ROE
1.53
0.64
0.612
0.824
0,33 -.0844
8.30
.94
0.612
EPS
0,58 0.911 .00 PER
Keterangan
● ● ●
Regression Weight Means Correlation
BETA
0,07 1
e1
● ●
Intercept Error
6. Analisis Jalur Berdasarkan model diagram jalur dalam penelitian ini yang hanya menggunakan satu substruktur, maka untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu analisis regresi dan analisis korelasi karena model dalam penelitian ini sama dengan model regresi berganda.
b. Analisis Regresi Pada analisis regresi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu melihat pengaruh secara gabungan (simultan) dan melihat pengaruh secara parsial. Dengan persamaan stukturalnya BETA
=
1.527 + 0.331 EPS + 0.584 PER + + 0.636 ROE + 0.701 SBI + 0.794 Tabel 4.7 INFLASI
Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate BETA <--- INFLASI
41.806
S.E.
C.R.
11.178 3.740
P ***
Label
t
par_11 3.727
Estimate BETA <---
SBI
-52.474
S.E.
C.R.
16.705 -3.141
P
Label
t
.002
par_12 3.153
BETA <--- ROE
4.780
.345 13.847
***
par_13 13.612
BETA <--- PER
.000
.000 -6.441
***
par_14 6.396
BETA <---
.939
.173
***
par_15 5.428
EPS
5.431
Tabel 4.8 Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate BETA <--- INFLASI
.794
BETA <---
SBI
-.701
BETA <---
ROE
.636
BETA <---
PER
-.584
BETA <---
EPS
.331
(3) Pengaruh variabel Fundamental (EPS, PER, ROE) dan makro
ekonomi
(SBI
dan Inflasi)
terhadap variabel
endogenus Beta secara parsial Ho:
Tidak terdapat pengaruh signifikan atara variable Fundamental (EPS, PER dan ROE,) dan variable Makro Ekonomi (SBI dan Inflasi) terhadap beta saham
secara parsial
H1:
Terdapat pengaruh signifikan atara variable Fundamental (EPS, PER dan ROE) dan variable Makro Ekonomi (SBI dan Inflasi) secara parsial
f) EPS Hasil pengujian dengan analisis Jalur dapat diketahui bobot koefisien regresi terstandarisasi EPS terhadap beta saham adalah sebesar 0.338 dengan nilai p-value (0.001). Diperoleh T-hitung untuk variabel independent EPS adalah sebesar 5.428 sementara nilai T-tabel adalah sebesar 1.984467 yang berarti bahwa nilai T-hitung lebih besar dari nilai T-tabel (5.428 > 1.984467) Hal ini berarti EPS berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal
ini
peningkatan
kemungklinan kemampuan
terjadi
perusahaan
karena dalam
menghasilkan keuntungan perlembar saham bagi pemiliknya
yang
menimbulkan
akan
semakin
ketertarikan
profitable
berinvestasi
dan pada
perusahaan tersebut, walaupun dengan resiko yang tinggi. (Hartono : 2006).
g) PER Hasil pengujian dengan analisis Jalur
dapat
diketahui bobot koefisien regresi terstandarisasi PER terhadap beta saham adalah sebesar 0.584 dengan nilai p-value (0.001). Diperoleh T-hitung untuk variabel independent EPS adalah sebesar 6.396 sementara nilai T-tabel adalah sebesar 1.984467 yang berarti bahwa nilai T-hitung lebih besar dari nilai T-tabel (6.396 > 1.984467). Hal ini berarti PER berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini kemungkinan terjadi karena investor mengetahui informasi pandapatan yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang diharapkan, maka akan semakin tinggi pula PER. PER merupakan indicator yag dapat digunakan untuk menentukan apakah harga saham tertentu dinilai terlalu tinggi (overvalue) ataupun terlalu rendah (undervalue), sehingga para investor dapat menentukan kapan sebaiknya .(A.Zubaidi :2006)
h) ROE
Hasil pengujian dengan analisis Jalur dapat diketahui bobot koefisien regresi terstandarisasi ROE terhadap beta saham adalah sebesar 0.636 dengan nilai p-value (0.001). Diperoleh T-hitung untuk variabel independent ROE adalah sebesar 13.612 sementara nilai T-tabel adalah sebesar 1.984467 yang berarti bahwa nilai T-hitung lebih besar dari nilai T-tabel (13.612 > 1.984467). Hal ini berarti EPS berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Hal ini kemungkinan terjadi karena ROE yang tinggi dari suatu perusahaan bisa berarti investasi pada perusahaan itu mempunyai resiko yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, ROE yang rendah bisa berarti resiko yang rendah. Penggunaan modal sendiri oleh pemilik perusahaan menjadikan ROE mengandung resiko yang besar, oleh karena dari kemungkinan ROE diperbesar ke arah positif maupun negatif. Maksudnya pemilik modal dapat secara simultan menjual atau membeli saham dalam jumlah yang besar sehingga sekuritas dalam masyarakat cenderung mengalami pergerakan secara signifikan. Hal ini tidak hanya berlaku pada transaksi perorangan, akan tetapi
juga berlaku pada transaksi investasi antar perusahaan (Budiarti :2003) i) SBI Hasil pengujian dengan
analisis Jalur
dapat
diketahui bobot koefisien regresi terstandarisasi SBI terhadap beta saham adalah sebesar 0.701 dengan nilai pvalue
(0.02).
Diperoleh
T-hitung
untuk
variabel
independent SBI adalah sebesar 3.153 sementara nilai Ttabel adalah sebesar 1.984467 yang berarti bahwa nilai Thitung lebih besar dari nilai T-tabel (3.153 > 1.984467). Hal ini berarti SBI berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima Hal ini terjadi karena Tingkat suku bunga mempengaruhi
risiko
(beta)
saham,
hal
ini
disebabkan karena seorang investor dalam memilih alternatif investasi akan cenderung memilih investasi yang menguntungkan, jika tingkat suku bunga lebih tinggi daripada return saham maka akan lebih menguntungkan memilih investasi yang bebas risiko seperti deposito, obligasi daripada investasi yang penuh risiko seperti saham dan sebaliknya. Ketika tingkat suku bunga tinggi maka return saham akan cenderung terjadi perubahan atau rendah. Return
saham naik turun sesuai dengan permintaan investor. (Halim, 2003).
j)
Inflasi Hasil pengujian dengan
analisis Jalur
dapat
diketahui bobot koefisien regresi terstandarisasi Inflas terhadap beta saham adalah sebesar 0. 794 dengan nilai pvalue
(0.001).
Diperoleh
T-hitung
untuk
variabel
independent Inflasi adalah sebesar 3.727 sementara nilai Ttabel adalah sebesar 1.984467 yang berarti bahwa nilai Thitung lebih besar dari nilai T-tabel (3.727 > 1.984467). Hal ini berarti Inflas berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima Tingkat inflasi menunjukkan adanya kenaikan tingkat harga umum, dimana nilai uang sebagai refleksi tingkat harga umum tidak stabil. Dengan adanya inflasi, kemampuan daya beli masyarakat rendah, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga agar
masyarakat
menabung,
dengan
tujuan
menstabilkan kondisi ekonomi. Hal ini menyebabkan investor cenderung investasi pada investasi yang
bebas risiko daripada saham. Risiko (beta ) saham menjadi tinggi (Tandellin :2002)
(4) Pengaruh variabel Fundamental (EPS, PER, ROE) dan Makro Ekonomi (SBI dan Inflasi) terhadap variabel endogenus Beta secara simultan Untuk mengetahui apakah model regresi diatas sudah benar atau salah, diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan angka F sebagaimana tertera dalam tabel dibawah ini :
Table 4.9 Uji F ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
b
df
Mean Square
194.432
5
38.886
7.162
94
.076
201.594
99
F 510.374
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), INFLASI, EPS, ROE, PER, SBI b. Dependent Variable: BETA
Ho:
Tidak terdapat pengaruh signifikan atara variable Fundamental (EPS, PER dan ROE,) dan variable Makro
Ekonomi (SBI dan Inflasi)
secara parsial terhadap
beta saham
H1:
Terdapat pengaruh signifikan atara variable Fundamental (EPS, PER dan ROE) dan variable Makro Ekonomi (SBI dan Inflasi) secara parsial
Berdasarkan hasil output SPSS yang ditunjukan oleh tabel diatas bahwa nilai F-hitung sebesar 510.374
sementara F tabel
sebesar 2.466476 ini berarti bahwa nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel (510.374 > 2.466476 ). Hal ini berarti bahwa HO ditolak dan H1 diterima, artinya variabel-variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Beta sejak januari 2004 hingga desember 2008. Keputusan untuk menolak HO dan menerima H1 juga diambil jika nilai signifikansi F lebih kecil dengan taraf signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5%. Dari hasil analisis ditemukan nilai F sebesar 0.000 < 0.05 Dari uaraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua variabel independen yaitu EPS, PER, DER, SBI dan Inflasi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap Beta selama periode penelitian yaitu sejak januari 2004 hingga desember 2008.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan
analisis
dan
pembahasan
hasil
penelitian
dengan
menggunakan uji Goodness Fit mengenai pengaruh indikator fundamental dan makro ekonomi terhadap beta saham periode januari 2004 sampai dengan desember 2008, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 3. Secara parsial hasil penelitian menyatakan bahwa indicator Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio, Inflasi, dan Suku Bunga Indonesia berpengaruh signifikan terhadap beta saham dengan tingkat signifikasi dibawwah 5% 4. Secara simultan hasil penelitian menyatakan bahwa
indicator Return On
Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio, Inflasi, dan Suku Bunga Indonesia berpengaruh signifikan terhadap beta saham dengan tingkat signifikasi dibawwah 5% B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan saran yang bias bermanfaat, diantaranya : 5. investor diharapkan memperhatikan kondisi resiko sistematis saham (beta) sebelum melakukan investasinya, karena nilai beta saham dapat dijadikan sebagai penggambaran fluktuasi return saham. 6. untuk investor yang ingin mengetahui berapa tingkat resiko yang akan dihadapinya dalam melakukan investasi di sector property dan Real Estate
BEI maka disarankan untuk memperhatikan EPS, PER, ROE, SBI dan Inflasi karena berpengaruh significant terhadap beta saham. 7. Peneliti menyadari kemungkinan terjadi kekurangan cukup data baik dari, Variable fundamental dan makro ekonomi yang diwakili dengan beberapa indicator hanya memberikan sumbangsih 50%, masih terdapat indicator lain yang dapat dijadikan acuan penelitian, seperti Current Ratio, ROA, NPM, GNP, GDP, situasi politik, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. 8. bagi penelitian selanjutnaya diharapkan menambah variable-variabel independent dalam menganalisis indicator – indicator yang mempengaruhi beta saham, baik dari sisi fundamental perusahaan ataupun Makro Ekonomi.
TINJAUN PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Fama, E.F , “Stock Return, Real Activity, Inflation and Money”, Journal of Political Economy, 84, 545-565, 2000
Rasimaviciuse, Gediminas.” The Influence of Fundamental, economic factors to stock returns and risk” journal of financial economics. p. 86-92, 2003 Zubaidi, A. ‘’Faktor-Faktor Fundamental Keuangan Yang Mempengaruhi Resiko Saham’’ . Jumal Bisnis dan Manajemen : ISSN 1411 – 9366, 2006
Indriastuti, Dorothea R., Analisis Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap Beta Saham(Studi kasus di Bursa Efek Jakarta : Perbandingan periode sebelum dan selama krisis),Prespektif, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. Vol.6, No. 1, Juni, h, 11 – 25. 2006.
Aruzzi, M. Iqbal, dan Bandi, ‘’Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Rasio Profitabilitas, dan Beta Akuntansi Terhadap Beta Syariah di Bursa Efek Jakarta’’, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VI, 2006
Bowman, Robert G. The Teoritical Relationship Between Systematic Risk and Financial (Accounting) Variable, The Journal of Finance, Vol XXXIV, No. 3, June, p. 617-630, 2002
Natarsyah, Syahib, Analisa Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15, No. 3, hal. 294-312, 2006
Rodoni, Ahmad. Bank dan Lembaga keuangan Lainnya. Center for Social and Economics Studies (CFEF). Jakarta, 2006
Halim, Abdul. Analisis Investasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2006
Astuti, Pudji dan Husnan. Pengaruh Fundamental terhadap Beta saham, Tesis, UGM, 2007
Tandelilin, Eduardus. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE, 2001
Bodie, Kane and Marcus, Investment. Irwin,Homewood, 2008
Po. Haryanto, “Pengaruh Operating And Financial Leverage Terhadap Risiko Sistematis Pada Beberapa Perusahaan Unggulan di Bursa Efek JakartaPeriode 1998—2001” Tahun 2006
Ross, A Stephen. Westerfield, Randolph W. Jordan, Bradford D. 2008. Fundamentals of Corporate Finance.Sixth edition. New York: Mc Graw-Hil, 2008
Jogiyanto. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. 2006
Rodoni, Ahmad, “Analisis Investasi Dan Teori Portofolio”, Murai Kencana, Jakarta 2006
Ghozali, Imam, “Model Persamaan Structural Konsep Dan Aplikasi Dengan Program AMOS 16.0” UNIVERSITAS DIPONEGORO. Semarang 2008