Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
1
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BAYAM DURI (amaranthus spinosus) TERHADAP BAKTERI staphylococcus aureus DAN pseudomonas aeruginosa DENGAN METODE DIFUSI AGAR Rr. Sulistyaningsih, Firmansyah, Ami Tjitraresmi Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang
ABSTRAK Tumbuhan Bayam duri (Amarhantus spinosus L.) secara empiris digunakan untuk mengobati berbagai penyakit diantaranya eksim, disentri dan diare. Aktivitas antibakteri dari daun bayam duri ini masih belum banyak diteliti. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri serta menentukan nilai Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dari ekstrak etanol bayam duri (Amarhantus spinosus L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Penelitian ini meliputi ekstraksi daun bayam duri, penapisan fitokimia, kromatografi lapis tipis terhadap ekstrak bayam duri, uji aktivitas antibakteri, penentuan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) dengan metode difusi agar dan uji banding dengan ekstrak daun sukun (Artocarpus communis Forst.). Hasil pengujian aktivitas antibakteri daun bayam duri menunjukkan bahwa ekstrak daun bayam duri memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus sedangkan pada Pseudomonas aeruginosa tidak menunjukan aktivitas antibakteri. Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) ekstrak daun bayam duri (Amarhantus spinosus L.) terhadap Staphylococcus aureus terletak pada rentang konsentrasi 7.000-6.000 ppm. Hasil uji banding daun bayam duri (Amarhantus spinosus L.) dengan ekstrak daun sukun (Artocarpus communis Forst.) terhadap Staphylococcus aureus sebesar 1 : 54,075. Penapisan fitokimia menunjukkan bahwa daun bayam duri (Amarhantus spinosus L.) mengandung alkaloid dan saponin.
Kata kunci: Amarhantus spinosus L., Aktivitas antibakteri, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
2
ABSTRACT
Spinach spine plant (Amarhantus spinosus L.) are empirically used to treat various diseases including eczema, dysentery and diarrhea. Antibacterial activity of Spinach spine plant is still not much studied. The purpose of this research is conducted to determine the antibacterial activity and determine the value of the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of ethanol extract of Spinach spine plant (Amarhantus spinosus L.) against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. This research involves the extraction of Spinach spine plant, phytochemical screening, thin layer chromatography of spinach extract thorns, antibacterial activity assay, determination of Minimum InhibitoryCconcentration (MIC) with diffusin methods and comparisons with leaf extract of breadfruit (Artocarpus communis Forst.). The test results of antibacterial activity of spinach spines plant showed that spinach leaf extracts have antibacterial activity against Staphylococcus aureus while the Pseudomonas aeruginosa did not show antibacterial activity.Minimum Inhibitory Concentration (MIC) Spinach spine plant (Amarhantus spinosus L.) against Staphylococcus aureus is located in the concentration range 7000-6000 ppm. The test results Spinach spine plant (Amarhantus spinosus L.) versus leaf extract of breadfruit (Artocarpus communis Forst.) Against Staphylococcus aureus at 1 : 54,075. Phytochemical screening showed that Spinach spine plant (Amarhantus spinosus L.) contain alkaloids and saponins. Key words : Amarhantus spinosus L., antibacterial activity, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus menyembuhkan
PENDAHULUAN Tumbuhan Bayam duri (Amarhantus
berbagai
penyakit,
diantaranya eksim, disentri, menurunkan
spinosus L.) secara empiris digunakan
panas
sebagai obat yang memiliki aktivitas
(diuretik), menghilangkan racun (anti-
antibakteri.
toksin)
Bayam
duri
dapat
(antipiretik),
peluruh
menghilangkan
kemih
bengkak,
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
3
menghentikan diare dan membersihkan darah. sakit (Jawetz,2007).
gram positif yang merupakan salah satu dari
Kulit dan membran mukosa selalu mengandung
berbagai
mikroorganisme, mikroorganisme
tiga jenis dari genus Staphylococcus dan
kelompok
bersifat patogen bagi manusia (Jawetz,
diantaranya
2007). Pseudomonas aeruginosa adalah
yang
bakteri gram negatif dan terlihat sebagai
berperan mencegah timbulnya kolonisasi
bakteri tunggal, Pseudomonas aeruginosa
dan mikroorganisme penyebab penyakit
menghasilkan beberapa eksotoksin yang
karena pengaruh bakteri dari luar. Jika flora
berperan penting dalam
normal terganggu, maka mikroorganisme
Bakteri ini menimbulkan infeksi pada luka
dari
dan
dan luka bakar, menimbulkan nanah hijau
menyebabkan
kebiruan yang dikarenakan adanya pigmen
luar
flora
Staphylococcus aureus adalah bakteri
dapat
berproliferasi
normal
berkolonisasi
hingga
penyakit (Jawetz, 2007). Bakteri yang menyebabkan infeksi pada kulit umumnya adalah
bakteri
Streptococcus
Staphylococcus
patogenisitas.
piosianin.( Jawetz,2007) Zat antibakteri adalah zat yang dapat
dan
membunuh atau menghambat pertumbuhan
(Abdallah et al., 2007).
bakteri, sehingga dapat digunakan untuk
Pseudomonas
aeruginosa
juga
mencegah atau mengatasi infeksi bakteri.
menyebabkan mayoritas ruam dan infeksi
Zat ini dapat merupakan metabolit sekunder
kulit. Pada tahun 1995-1996 menurut Pusat
dari mikroba tertentu (antibiotika), diisolasi
Pengendalian
dari tumbuhan atau hewan dan hasil sintesis
Penyakit dan Pencegahan
Amerika Serikat (CDC), dilaporkan wabah
kimia
penyakit yang ditularkan melalui air, 25%-
sintesis).
nya merupakan dermatitis (gatal, sakit
sintesis (obat-obat modern) yang terlalu
kulit). CDC melaporkan bahwa 7 dari 9
sering dapat menyebabkan menurunnya
wabah
resistensi inang sehingga inang menjadi
dermatitis
disebabkan
Pseudomonas aeruginosa .
oleh
(kemoterapeutika, Penggunaan
zat
antibiotika antibakteri
lebih rentan terhadap infeksi (Jawetz,2007).
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
4
Berdasarkan latar belakang di atas maka
fisiologis, amonia (Merck), kloroform
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
(Bratachem), asam klorida 2 N (Merck),
mengenai aktivitas ekstrak etanol bayam
kalium hidroksida 5%, pereaksi Mayer,
duri
pereaksi Dragendorff, serbuk magnesium,
terhadap
bakteri
Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
amil alkohol (Merck), pereaksi besi (III) klorida, larutan gelatin 1%, pereaksi
METODE
vanilin-asam sulfat, eter (Merck), pereaksi
Alat Alat
yang
digunakan
pada
Liebermann-Buchard
Bakteri
uji
:
penelitian ini adalah maserator, rotary
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
evaporator
aeruginosa
(Buchi
Rotavapor R-300),
yang
diperoleh
dari
otoklaf (Hirayama), inkubator (Sakura IF-
Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit
4), cawan petri berdiameter 5 cm, 10 cm,
Hasan Sadikin Bandung.
dan 15 cm (Pyrex), jangka sorong,
Medium pertumbuhan bakteri :
mikropipet volume 20-200 µL (Eppendorf),
Nutrient Agar (Oxoid) dan Mannitol Salt
perforator
Phenol-Red Agar (Merck)
berdiameter
(Memmert),
penangas
7
mm,
air,
oven
timbangan
Metode
digital (Mettler Toledo), tip mikropipet,
Pengumpulan dan Determinasi Bahan :
pelat silika gel, bejana KLT, dan alat-alat
Bahan tumbuhan yang digunakan adalah
gelas
di
daun bayam duri (Amaranthus spinosus)
dan
yang diperoleh dari Perkebunan Manoko,
yang
Laboratorium
umum
digunakan
Mikrobiologi
Lembang,
Laboratorium Farmakognosi. Bahan Bahan tumbuhan : Simplisia daun bayam duri (Amaranthus spinosus) yang diperoleh
dari
Perkebunan
Manoko,
Lembang, Jawa Barat. Bahan kimia : etanol 70% (Bratachem), aquadest, NaCl
Jawa
Barat.
tumbuhan
dilakukan
Taksonomi
Jurusan
di
Determinasi Laboratorium
Biologi
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran.
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
5
Ekstraksi : Simplisia daun bayam duri
dimasukkan
(Amaranthus
kemudian
spinosus
L.),
dirajang,
ke
dalam
cawan
petri,
ditambahkan
media
MSA
diekstraksi dengan cara maserasi selama
sebanyak 20 ml yang sudah hangat.
3x24 jam menggunakan pelarut etanol 70%,
Campuran
kemudian diuapkan dengan menggunakan
dihomogenkan, lalu dibiarkan memadat.
rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak
Setelah itu, dibuat lubang-lubang dengan
kental, lalu diuapkan lagi di atas penangas
perforator (d=7,00 mm). Pada tiap lubang
air pada suhu 40oC sampai berat ekstrak
kemudian diisikan suspensi ekstrak daun
konstan.
bayam duri dalam pelarut aquadest dengan
tersebut
kemudian
konsentrasi 20%, 10%, 5%, dan 1% Penapisan
Fitokimia
Ekstrak
:
sebanyak 50 µL menggunakan mikropipet.
Pemeriksaan golongan alkaloid, flavonoid,
Cawan
tanin,
dan
diinkubasikan selama 18 – 24 jam di dalam
seskuiterpenoid, steroid dan triterpenoid,
inkubator pada suhu 370C. Diameter
kuinon, dan saponin.
hambat ditandai dengan adanya zona
polifenolat,
monoterpenoid
petri
bening
di
tersebut
sekitar
lubang,
kemudian
Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak :
diameter
Ekstrak
menggunakan jangka sorong. Perlakuan
dianalisis
komponen-
hambatnya
kemudian
sama
diukur
dilakukan
dengan
komponennya dengan kromatografi lapis
yang
pada
bakteri
tipis dengan fase diam silika gel 60 F254,
Peudomonas aeruginosa dimana media
pengembang kloroform : metanol (9:1), dan
yang digunakan diganti dengan NA.
deteksi sinar tampak, sinar UV 254nm, sinar UV 366nm.
Penentuan
Konsentrasi
Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Minimum (KHM) Ekstrak : Penentuan
: Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan
KHM
dengan metode difusi agar dengan teknik
pengenceran agar. Sampel ekstrak dengan
perforasi. Sebanyak 20 µL suspensi bakteri
berbagai konsentrasi, dimasukkan sebanyak
dilakukan
dengan
Hambat
metode
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
6
0,5 ml ke dalam cawan petri berdiameter 5
Setelah memadat, dibuat lubang-lubang
cm lalu dicampurkan dengan 4,5 ml media
dengan perforator. Ke dalam lubang-lubang
MSA yang masih cair hingga diperoleh
tersebut dimasukkan ekstrak daun sukun
medium uji dengan berbagai konsentrasi.
dengan konsentrasi 90000 ppm, 70000
Campuran tersebut dihomogenkan, lalu
ppm, 50000 ppm, 30000 ppm, dan 10000
dibiarkan
ppm masing-masing sebanyak 50 µl.
memadat.
Pada
permukaan
masing-masing agar digoreskan suspensi
Cawan-cawan
bakteri
ose.
dalam inkubator pada suhu 37 oC selama
tersebut
18-24 jam. Diameter zona hambat yang
diinkubasikan dalam inkubator pada suhu
dihasilkan ekstrak daun sukun dan ekstrak
37 oC selama 18-24 jam. KHM ditentukan
daun bayam duri diukur. Diameter hambat
pada cawan dengan konsentrasi ekstrak
(mm) ekstrak daun sukun dipetakan pada
terkecil yang masih mampu menghambat
sumbu y dan log konsentrasi (ppm) ekstrak
pertumbuhan bakteri uji, yang ditunjukkan
daun sukun dipetakan pada sumbu x,
dengan tidak adanya pertumbuhan koloni
kemudian dibuat kurva hubungan serta
bakteri. Hasil tersebut dibandingkan dengan
persamaan regresi liniernya. Kemudian,
kontrol negatif (agar) dan kontrol positif
diameter zona hambat dari ekstrak daun
(agar ditambah suspensi bakteri uji).
bayam duri yang paling aktif dipetakan ke
Uji
Antibakteri
dalam persamaan regresi linier dari ekstrak
Ekstrak Daun Bayam Duri dengan
daun sukun yang diperoleh, sehingga
Ekstrak Daun sukun : Uji banding ini
diperoleh konsentrasi ekstrak daun sukun
dilakukan dengan metode difusi agar
yang memiliki aktivitas yang setara dengan
menggunakan teknik perforasi. Sebanyak
ekstrak bayam duri. Nilai banding diperoleh
40 µL suspensi bakteri dimasukkan ke
dengan persamaan sebagai berikut:
dalam cawan petri lalu ditambahkan 40 mL
Nilai banding
uji
menggunakan kawat
Selanjutnya
Banding
cawan-cawan
Aktivitas
MSA yang masih cair bersuhu 40 oC lalu dihomogenkan dan dibiarkan memadat.
tersebut
diinkubasikan
Konsentrasi sampel dari kurva baku 100% Konsentrasi sampel sebenarnya
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Monoterpenoid &
-
Seskuiterpenoid
-
Steroid /
-/-
Triterpenoid
-
telah dikumpulkan dari daerah Lembang
Kuinon
+
dirajang hingga diperoleh simplisia daun
Saponin
Hasil
Pengumpulan
Bahan
dan
Determinasi Bahan tumbuhan daun bayam duri yang
bayam
duri
yang
berwarna
hijau
kecoklatan. Hasil determinasi dari daun
Keterangan: + = terdeteksi
bayam duri yang dilakukan di Jurusan
- = tidak terdeteksi
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak
Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran
Analisis kromatografi lapis tipis ekstrak
menunjukkan
bahwa
tumbuhan
yang
dilakukan dengan kondisi sebagai berikut:
dimaksud adalah Amaranthus spinosus L.
Fase diam : silika gel 60 F254
suku Amaranthaceae.
Pengembang : kloroform : metanol ( 9: 1 )
Hasil Ekstraksi
Deteksi
Dari hasil ekstraksi simplisia sebanyak 1089
gram
sebanyak
diperoleh 154,3
ekstrak
gram
kental
: sinar tampak, sinar UV 254 nm, sinar UV 366 nm,
Hasil KLT ekstrak dapat dilihat pada Tabel
sehingga
2.
rendemennya adalah 13,34%.
Tabel 2 Hasil Kromatografi Lapis Tipis
Hasil Penapisan Fitokimia
Ekstrak
Tabel 1 Hasil Penapisan Fitokimia Simplisia Daun Bayam Duri Golongan Senyawa
Ekstrak
Alkaloid
+
Flavonoid
-
Polifenolat
-
Tanin
-
Sinar
Sinar UV
Rf
0,95
Tampak
254 nm
366 nm
Kuning
Biru
Merah
Hijau 0,86
Hijau
muda kebiruan kehitaman
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
8
Merah 0,78
0,75
-
-
muda
Antibakteri Ekstrak terhadap
Merah
Staphylococcus aureus dan
muda
Pseudomonas aeruginosa
-
Merah 0,68
-
Tabel 3 Hasil Pengujian Aktivitas
-
Konsentra
Pseudomon
-
Staphylococc muda
si Ekstrak
as us aureus
0,62
0,58
0,52
-
-
-
Merah
(ppm)
muda
200.000
+
-
Merah
100.000
+
-
muda
50.000
+
-
Ungu
10.000
+
-
Ungu
Keterangan: + aktivitas antibakteri
aeruginosa
-
-
-
0,50
-
-
Merah
0,48
-
-
muda
0,32
-
-
Merah muda
Keterangan : - = tidak terdeteksi
=
memberikan
- = tidak memberikan aktivitas antibakteri Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak
daun
bayam
duri
masih
menunjukkan aktivitas antibakteri hingga Hasil Pengujian Aktivitas Ekstrak Uji
aktivitas
ekstrak
Staphylococcus aureus sedangkan pada
dilakukan dengan konsentrasi 200.000,
bakteri Pseudomonas aeruginosa tidak
100.000, 50.000, dan 10.000 ekstrak daun
menunjukkan aktivitas antibakteri.
bayam duri dengan metode difusi agar.
Hasil Penetapan Konsentrasi Hambat
Hasil uji aktivitas antibakteri dapat dilihat
Minimum (KHM) Ekstrak
pada Tabel 3.
antibakteri
konsentrasi 10.000 ppm terhadap bakteri uji
Penetapan minimum
konsentrasi
ekstrak
dilakukan
hambat pada
konsentrasi ekstrak 10.000, 7000, 6000,
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
9
5000, dan 4000 ppm untuk bakteri
hambat. Data konsentrasi dan zona hambat
Staphylococcus aureus. Hasil uji KHM
ekstrak daun sukun dapat dilihat pada Tabel
ekstrak dapat dilihat pada Tabel.
6, sedangkan data konsentrasi dan zona
Tabel 4 Hasil Penentuan KHM Ekstrak terhadap Staphylococcus aureus
hambat ekstrak daun bayam duri dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 6
Hasil Penetapan Diameter
Konsentrasi Ekstrak
Hasil
(ppm)
uji
10.000
-
7.000
-
Konsentrasi
6.000
+
Ekstrak daun
Diameter Hambat
5.000
+
sukun
(mm)
4.000
+
(ppm)
Hambat
ekstrak
daun
sukun
terhadap Staphylococcus aureus
Diameter Rata-rata (mm)
Keterangan : +
= ada pertumbuhan
Log C
bakteri
I
II
C -
=
tidak
ada
pertumbuhan bakteri
Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa konsentrasi
III
hambat
minimum
ekstrak
10000
4
11,58 11,64
11,58
11,60
30000 4,477 11,88 11,90
11,92
11,90
50000 4,698 12,26 12,36
12,28
12,30
70000 4,845 12,42 12,44
12,52
12,46
90000 4,954 12,62 12,58
12,66
12,62
terhadap Staphylococcus aureus berada
Keterangan: diameter lubang = 7,00
pada konsentrasi antara 7000-6000 ppm.
mm
Hasil Uji Banding Ekstrak Daun Bayam
Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat
Duri dengan Ekstrak daun sukun
dibuat kurva hubungan log konsentrasi
Untuk mendapatkan nilai banding,
(ppm) ekstrak daun sukun dengan rata-rata
diperlukan kurva baku Ekstrak daun sukun,
zona hambat (mm) ekstrak daun sukun
yang merupakan plot antara log konsentrasi
terhadap bakteri uji. Hasilnya dapat dilihat
Ekstrak daun sukun terhadap diameter zona
pada Gambar 1.
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
h a m b a t
Z o n a
e k s t r a k
10
Dari data tabel 7 pada konsentrasi
12.8 12.6 12.4 12.2 12 11.8
y = 1,489x + 5,255 R= 0,994
100.000 ppm ekstrak daun bayam duri memberikan diameter hambat rata-rata
4.4
4.6
4.8
5
log konsentrasi
Gambar 1.
Kurva hubungan antara
terhadap bakteri Staphylococcus aureus sebesar 15,28 mm. Nilai ini kemudian disubstitusikan
dengan
menggunakan
(ppm)
persamaan regresi linier aktivitas daun
ekstrak daun sukun dengan rata-
sukun terhadap Staphylococcus aureus
rata
(mm)
yaitu y = 1,489 x + 5,255 sehingga
terhadap
didapatkan nilai x = 6,733 dan anti-log =
logaritma
konsentrasi
diameter
hambat
ekstrak daun sukun
5.407.543,229 ppm. Nilai anti-log ini
Staphylococcus aureus Dari kurva pada Gambar 1, diperoleh
menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak
persamaan regresi linier y = 1,489 x + 5,255
daun sukun yang memberikan diameter hambat
Tabel
7
Hasil
Hambat
Pengukuran Diameter Ekstrak
terhadap
Staphylococcus aureus
diperoleh
adalah
sebesar
ppm.
Nilai
banding
dengan
membandingkan
konsentrasi ekstrak daun bayam duri dengan konsentrasi ekstrak daun sukun.
(mm)
Konsentrasi ekstrak daun bayam duri
Ekstrak Staphylococcus (ppm)
Rata-rata
5.407.543,229
mm
Diameter Hambat Konsentrasi
100.000
15,28
sebesar 100.000 ppm dibandingkan dengan
aureus
konsentrasi
daun
sukun
sebesar
15,20
5.407.543,229 ppm, sehingga diperoleh
15,24
nilai banding ekstrak daun bayam duri
15,40
dengan ekstrak daun sukun terhadap
15,28
Staphylococcus aureus sebesar 1 : 54,075.
Keterangan: diameter lubang = 7,00
Nilai banding ini berarti bahwa untuk
mm
menghasilkan diameter hambat yang sama
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016 1
bagian
ekstrak
11
daun
bayam
duri
aeruginosa merupakan penelitian tahap
sebanding dengan 54,075 bagian ekstrak
awal,
daun sukun.
antibakteri ekstrak terhadap bakteri lain
SIMPULAN DAN SARAN
perlu dilakukan agar dapat melengkapi data
Simpulan
penelitian
Dari
hasil
ini,
pengujian
aktivitas
aktivitas
antibakteri
dari
dapat
tumbuhan ini. Dengan adanya aktivitas
disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun
antibakteri yang terkandung dalam daun
bayam
bayam duri, perlu dilakukan pengujian
duri
penelitian
sehingga
(Amaranthus
spinosus)
memiliki aktivitas antibakteri terhadap
aktivitas
Staphylococcus aureus sedangkan pada
ekstrak serta analisis lebih lanjut untuk
bakteri Pseudomonas aeruginosa tidak
mengetahui dan mengisolasi senyawa aktif
memiliki aktivitas antibakteri. Konsentrasi
antibakteri
hambat minimum ekstrak etanol daun
tumbuhan ini.
bayam
duri
terhadap
Staphylococcus
aureus terletak antara konsentrasi 7.0006.000
ppm.
Nilai
antibakteri
banding
aktivitas
yang
dari
fraksi-fraksi
terkandung
dalam
DAFTAR PUSTAKA Abdallah M., Zaki S.M., El-Sayed A. and Erfan
D.
2007.
Evaluation
of
antibakteri ekstrak etanol daun bayam duri
secondary bacterial infection of skin
dengan ekstrak daun sukun terhadap
diseases in Egyptian inpatients and
Staphylococcus aureus adalah 1 : 54,075.
outpatients and their sensitivity to
Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun bayam duri terdeteksi senyawa alkaloid dan saponin. Saran Penelitian
antimicrobial. Egyptian Dermatology Online Journal. 3(2): 3. Jawetz, E., Mulnich, J.L. and Adelberg, E, A. 2007. Mikrobiologi Kedokteran.
mengenai
aktivitas
Alih bahasa Huriawati hartanto. Edisi
antibakteri ekstrak etanol daun bayam duri
ke-23. CV. EGC Penerbit Buku
(Amaranthus
Kedokteran Jakarta. hlm. 225-227,
spinosus)
uji
terhadap
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
266-268.
Farmaka Vol. 14 No. 1 2016
12
Pelczar, M. and Chan,S. Chapter 19, 2008. Dasar – Dasar Mikrobiologi 1 & 2. Jakarta: UI-Press. hlm. 175-176. Tortora,
et.
al.
,Chapter
12,2008.
Microbiology an Introduction. 12 th edition. Addison Wesley Longman, Inc. California. p. 531-536 , 549.