PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411 - 4216
Teknologi Elektrodeionisasi Kontinu untuk Proses Rafinasi Gula: Pengaruh Parameter Operasi terhadap Kinerja Proses I K. Wiguna1, I N. Widiasa2, dan I G. Wenten2 KPP Bioteknologi – Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung, 40132 2 Dept. Teknik Kimia – Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung, 40132 1
Abstrak Untuk menghasilkan gula kualitas tinggi yang dikenal sebagai “refined sugar”, perlu dilakukan proses penyisihan komponen anorganik dan warna sebelum tahap evaporasi. Sekarang ini, teknologi penyisihan komponen anorganik dan warna yang umum digunakan dalam industri gula adalah menggunakaan resin penukar ion. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan teknologi elektrodeionisasi kontinu (EDI) sebagai alternatif terhadap teknik resin penukar ion konvensional. Stack EDI yang digunakan memiliki tiga kompartemen diluat, dua kompartemen konsentrat, satu kompartemen anoda, dan satu kompartemen katoda. Membran penukar kation komersial MC-3470 dan membran penukar anion MA-3475 digunakan sebagai lapisan perpindahan selektif untuk stack EDI ini. Semua kompartemen diluat dan konsentrat dijejali dengan resin penukar ion campuran (resin penukar kation asam kuat, purolite C-100E dan resin penukar anion basa kuat tipe I, purolite A-400). Semua pengujian dilakukan pada temperatur kamar. Unit EDI ini dioperasikan secara batch dan kontinu. Untuk setiap variasi, selalu digunakan larutan gula segar. Laju alir dan rapat arus masing-masing divariasikan pada rentang 0,5 – 2,0 cm.s-1 dan 0 – 140 A.m-2. Operasi EDI secara batch menunjukkan bahwa komponen ionik dapat disisihkan secara efektif dengan teknik elektrodeionisasi. Pada operasi dengan laju alir rendah dan rapat arus tinggi, pH diluat cenderung di bawah 5 akibat dari ketidakseimbangan laju perpindahan ion dari bulk ke resin dan dari resin ke kompartemen diluat. Selain itu, rapat arus, laju alir, dan konsentrasi gula juga berpengaruh terhadap laju transfer massa dan efisiensi arus. Key Words: Elektrodeionisasi, Membran penukar ion, Rafinasi gula, Resin penukar ion Pendahuluan Gula tebu merupakan salah satu bahan pokok masyarakat yang banyak digunakan sebagai bahan pangan dan bahan baku berbagai industri kimia seperti industri farmasi. Di Indonesia, konsumsi gula tebu diperkirakan mencapai 3,3 juta ton per tahun dengan hanya 10% dari total konsumsi digunakan dalam industri. Untuk pemanis, gula tebu dapat memiliki kualitas sedang, namun kualitas harus benar-benar terjamin untuk kebutuhan farmasi ataupun industri lainnya. Proses produksi gula tebu dalam skala industri secara umum melibatkan tahapan-tahapan proses yang dimulai dengan penggilingan tebu, pemisahan ampas dengan larutan gula, klarifikasi, evaporasi, kristalisasi, dan pengeringan. Dari keseluruhan tahap tersebut, yang paling menentukan kualitas gula yang dihasilkan adalah proses klarifikasi yang bertujuan untuk menyisihkan komponen anorganik terlarut dan warna dari larutan gula. Dengan kombinasi proses kimia dan fisik, kadar anorganik dan warna dalam produk gula yang dihasilkan masih relatif tinggi. Untuk menghasilkan gula kualitas tinggi (refined sugar), perlu dilakukan proses penyisihan komponen anorganik dan warna sebelum tahap evaporasi. Sejak tahun 1970-an, banyak paten tentang deionisasi dan penyisihan warna dari larutan gula telah diusulkan [1-15]. Pada prinsipnya, metode yang diusulkan dalam paten tersebut berbasis pada penggunaan material seperti resin penukar anion, resin penukar kation, dan karbon aktif atau berdasarkan pemisahan molekular pada tekanan tinggi. Meskipun metode yang diusulkan oleh Othmer [3] telah mampu mengekstrak komponen gula dari larutannya, namun metode ini tampaknya tidak kompetitif untuk aplikasi industrial. Belakangan ini, potensi nanofiltrasi [15] menjadi teknik yang ramah lingkungan, tetapi memerlukan biaya energi yang relatif tinggi karena viskositas larutan gula. Oleh karena itu, proses deionisasi pada hampir seluruh industri gula masih menggunakan kolom resin konvensional yang harus diregenerasi dengan larutan basa dan asam pekat secara periodik. Siklus regenerasi resin penukar ion umumnya setiap 6 jam. Selain membutuhkan banyak bahan kimia, perlu disadari bahwa proses ini memerlukan banyak tenaga operator dan menghasilkan banyak limbah cair. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja elektrodeionisasi kontinu (EDI) pada proses pemurnian gula. Pengaruh berbagai parameter operasi terhadap kinerja proses diamati dalam penelitian ini. Parameter-parameter operasi tersebut meliputi rapat arus, laju alir umpan, dan konsentrasi gula. Kinerja EDI didasarkan pada pH, laju transfer ion, dan efisiensi arus.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
F-24-1
Prinsip Elektrodeionisasi Elektrodeionisasi adalah proses pemisahan komponen ionik bergaya dorong beda potensial listrik yang merupakan sinergi antara proses elektrodialisis dan proses pertukaran ion. Proses ini dapat beroperasi secara kontinu tanpa membutuhkan regenerasi kimia. Berdasarkan sudut pandang ini, EDI jauh lebih unggul dibandingkan dengan kolom penukar ion konvensional. Skematik proses EDI pada umumnya ditunjukkan pada Gambar 1. Sebuah stack EDI terdiri dari kompartemen diluat, kompartemen konsentrat, dan kompartemen elektroda. Kompartemen diluat dijejali dengan resin penukar ion campuran. Keberadaan resin penukar ion ini akan mengakomodasi perpindahan arus listrik dan meningkatkan perpindahan komponen ionik dari ruah larutan menuju membran penukar ion. Karena konsentrasi ion meningkat pada kompartemen konsentrat dan berkurang pada kompartemen diluat maka proses ini dapat digunakan untuk tujuan pemurnian ataupun pemekatan.
Gambar 1. Skematik umum proses elektrodeionisasi Dalam proses EDI, perpindahan komponen ionik melalui membran penukar ion digerakkan oleh tiga gaya dorong, yaitu beda konsentrasi, beda potensial listrik, dan beda tekanan hidrostatik:
J i = −D i
dc i z i Fc i D i dE + + ci J v dx RT dx
(1) Beda tekanan hidrostatik antara kompartemen diluat dan kompartemen konsentrat umumnya sangat kecil, oleh karena itu, perpindahan ion melalui membran penukar ion dapat dinyatakan dengan persamaan Nernst-Plank:
J i = −D i
dc i z i Fc i D i dE + dx RT dx
(2) Ada beberapa model matematik lain yang telah diusulkan untuk menggambarkan perpindahan ion melalui membran penukar ion, antara lain model kapiler [19], penentuan koefisien difusi [20], profil konsentrasi dalam larutan dan pada resin penukar ion di kompartemen diluat [21] dan model perpindahan ion dan air simultan [22]. Jika gradien konsentrasi dan perpindahan konvektif dapat diabaikan, jumlah kation atau anion yang dipindahkan melalui membran penukar ion adalah berbanding lurus dengan rapat arus: I= zFQ∆C/η (3) Efisiensi arus, η, kurang dari 100% akibat dari kebocoran arus, selektivitas membran penukar ion, hidrodinamika stack, aliran konvektif, dan dissosiasi air [16-17]. Secara teoritik, 1 Faraday arus listrik (setara dengan 26.8 ampere selama 1 jam) akan memindahkan 1 gram-ekivalen kation dan 1 gram-ekivalen anion dari setiap kompartemen diluat. Karena adanya pengaruh medan listrik, kation dalam larutan akan tertarik ke arah katoda dan anion ke arah anoda dengan resin penukar ion bertindak sebagai media penghantar [18]. Ketika ion yang tersedia di dalam
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
F-24-2
kompartemen diluat tidak cukup untuk mengakomodasi aliran arus listrik, reaksi pemecahan molekul air menjadi ion H+ dan OH¯ terjadi di kompartemen diluat. Konsentrasi ion H+ dan OH¯ yang relatif tinggi ini dapat meregenerasi resin penukar ion secara kontinu sehingga dapat dipandang bahwa resin penukar ion tersebut tidak akan mencapai kondisi jenuhnya. Eksperimental Kofigurasi unit elektrodeionisasi (EDI) yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Stack EDI yang digunakan memiliki tiga kompartemen diluat, dua kompartemen konsentrat, satu kompartemen anoda, dan satu kompartemen katoda. Membran penukar kation komersial MC-3470 dan membran penukar anion MA-3475 digunakan sebagai lapisan perpindahan selektif untuk stack EDI ini. Semua kompartemen diluat dan konsentrat dijejali dengan resin penukar ion campuran (resin penukar kation asam kuat, purolite C-100E dan resin penukar anion basa kuat tipe I, purolite A-400). Logam platina dan stainless steel masing-masing digunakan untuk anoda dan katoda. Jarak antara membran penukar kation dan membran penukar anion (internal spacer) adalah 3 mm. Power supply (model PAB, buatan Kikusui Electronics Corp.) digunakan untuk membangkitkan sumber arus DC eksternal.Semua pengujian dilakukan pada temperatur kamar. Unit EDI ini dioperasikan secara batch dan kontinu. Untuk setiap variasi, selalu digunakan larutan gula segar. Laju alir dan rapat arus masing-masing divariasikan pada 0,5 – 2,0 cm.s-1 and 0 – 140 A.m-2.
Gambar 2 Foto unit EDI yang digunakan untuk penelitian ini Hasil dan Diskusi Tahanan elektrik stack Nilai tegangan terhadap rapat arus dapat juga dialurkan sebagai V/i terhadap 1/i untuk menentukan tahanan elektrik spesifik stack EDI. Seperti diperlihatkan pada Gambar 3, tahanan elektrik spesifik menurun dengan peningkatan rapat arus. Fenomena ini diduga kuat karena terjadinya dissosiasi air menjadi ion H+ dan OH¯ di dalam kompartemen diluat. Karena pembentukan ion H+ dan OH¯, resin penukar ion tetap sangat konduktif dan hampir tidak bergantung pada konduktivitas larutan sehingga dapat menjaga distribusi arus dalam sistem EDI yang terdiri dari multikompartemen tersusun seri [18]. Tingkat dissosiasi air merupakan fungsi dari tegangan terpasang. Semakin tinggi tegangan, semakin banyak produksi ion H+ dan OH¯ yang akan menurunkan tahanan elektrik stack EDI. Selain itu, tahanan elektrik spesifik stack hampir tidak bergantung pada konsentrasi gula. Hal ini juga memperkuat hipotesis bahwa aliran arus dalam kompartemen diluat lebih banyak dimediasi oleh resin penukar ion. Operasi curah Kelayakan teknis sistem EDI untuk rafinasi gula dapat dilihat dari tingkat penyisihan komponen ionik maksimum yang bisa dicapai. Pemahaman ini diperoleh dengan melakukan eksperimen batch, yaitu diluat dikembalikan ke dalam tangki umpan. Profil konduktivitas diluat terhadap waktu selama 480 menit operasi ditampilkan pada Gambar 4. Jelas terlihat bahwa laju penurunan konduktivitas hidrolisat pada menit-menit awal operasi sangat tajam. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi garam pada menit-menit awal masih tinggi sehingga laju difusi ion ke permukaan resin penukar ion dapat menyeimbangi perpindahan ion akibat beda potensial listrik. Ketika konsentrasi garam dalam diluat rendah, laju perpindahan ion dikendalikan oleh laju difusi ion ke permukaan resin penukar ion dan efisien arus menjadi berkurang. Dengan operasi batch, penyisihan komponen ionik hampir mencapai 100%. Hasil ini menunjukkan bahwa secara teknis proses EDI dapat diterapkan untuk proses rafinasi gula. Namun perlu diperhatikan, penurunan konsentrasi garam mungkin disertai oleh penurunan JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
F-24-3
pH diluat. Kondisi pH diluat sangat bergantung pada rapat arus dan komposisi resin penukar ion yang ditempatkan di dalam kompartemen diluat [23]. Sebagaimana yang diharapkan, intensitas warna diluat berkurang secara signifikan tanpa muncul kembali dalam konsentrat. Hal ini berarti bahwa selama proses EDI juga terjadi pemutusan ikatan senyawa-senyawa yang merupakan colour body dari larutan gula. Senyawa ini diperkirakan dalam bentuk kompleks organik-anorganik karena sangat dipengaruhi oleh pH. Jika ikatan putus, komponen anorganik berpindah ke konsentrat sedangkan komponen organiknya tetap dalam diluat. Oleh karena itu, warna tersebut tidak muncul kembali dalam konsentrat. 250
30 25 20 15 Air distilasi Kons. 50 g/l Kons. 100 g/l Kons. 300 g/l
10 5
10 Konduktivitas
200 150
6
100
4
50
2
0
0 0
1
2
3
0
4
1/I (m2A -1)
Gambar 3. Tahanan elektrik spesifik stack EDI sebagai fungsi rapat arus dan konsentrasi gula
8
pH pH
Konduktivitas diluat (mS/cm)
Tahanan elektrik stack spesifik (kohm.cm2)
35
100 200 300 400 Waktu operasi (menit)
0 500
Gambar 4. Profil konduktivitas dan pH diluat selama operasi sistem batch
8
20
6
15
4
10 pH Konduktivitas
2
5
0
0 0
4
8
12
16
Rapat Arus (A/m 2)
25
0.4
20
0.3 Laju TransferM assa
0.2
15
EfesiensiA rus
10 0.1
5
0
Efesiensi Arus (%)
25
Laju Transfer Massa (mg/m 2.s)
10
Konduktivitas ( µ S/cm)
pH
Pengaruh rapat arus dalam operasi kontinu Dalam aplikasi sistem EDI untuk proses rafinasi gula, resin penukar ion yang berada di dalam kompartemen diluat dapat dibedakan menjadi dua daerah. Pada daerah pertama (dekat aliran masuk), seluruh resin tetap dalam bentuk garamnya karena konsentrasi garam masih relatif tinggi. Pada daerah kedua (larutan diluat keluar), resin penukar kation dan resin penukar anion masing-masing terkonversi secara elektrokimia menjadi bentuk hidrogen dan hidroksil sehingga keduanya lebih konduktif dibandingkan dengan larutan. Prediksi pertukaran ion dan regenerasi elektrokimia resin penukar ion dalam produksi air ultramurni telah diberikan oleh Verbeek dkk [21]. Secara teoritik, jumlah ion yang dipindahkan melalui membran penukar ion berbanding lurus dengan rapat arus. Kenaikan rapat arus akan meningkatkan jumlah ion yang berpindah dari kompartemen diluat ke kompartemen konsentrat. Seperti dapat dilihat pada Gambar 5, peningkatan laju perpindahan ion tidak sebanding dengan kenaikan rapat arus. Peningkatan rapat arus tidak memberikan kenaikan laju transfer ion yang signifikan. Dengan kata lain, efisiensi arus semakin kecil dengan peningkatan rapat arus sehingga peningkatan laju perpindahan ion akan lebih efektif dengan meningkatkan luas membran (jumlah pasang sel). Berdasarkan pertimbangan ini, sangat direkomendasikan untuk beroperasi pada rapat arus lebih kecil dari 10 - 30 A/m2.
0 0
5
10
15
Rapat Arus (A/m 2)
Gambar 5. Pengaruh rapat arus terhadap pH produk, konduktivitas produk, laju transfer massa, dan efesiensi arus
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
F-24-4
Pengaruh laju alir Perpindahan ion dari kompartemen diluat ke kompartemen konsentrat dapat dipandang melalui dua mekanisme yang berturutan. Mula-mula ion berpindah dari bulk ke resin penukar ion karena adanya beda konsentrasi, kemudian dilanjutkan dengan perpindahan ion dari resin ke kompartemen konsentrat karena adanya beda potensial listrik. Mekanisme mana yang dominan mengendalikan perpindahan ion, bergantung pada kondisi operasi sistem EDI. Pengaruh laju alir terhadap konduktivitas dan pH diluat, laju transfer ion, dan efisiensi arus ditunjukkan pada Gambar 5. Pada laju alir rendah, lapisan film di sekitar resin penukar ion sangat dominan sehingga proses dikendalikan oleh perpindahan ion dari bulk ke resin penukar ion. Hal ini juga mengakibatkan ketidakseimbangan jumlah muatan ion yang berpindah dan terjadinya elektrolisis air. pH diluat cenderung bersifat asam. Hal ini berarti bahwa ion H+ yang dihasilkan dari elektrolisis air lebih banyak berada pada aliran diluat, sedangkan ion OH- lebih banyak berpindah ke kompartemen konsentrat untuk mempertahankan kenetralan muatan ion secara elektrokimia. Karena ion H+ memiliki mobilitas lebih tinggi daripada kation yang lain, maka konduktivitas diluat juga meningkatkan seiring dengan penurunan pH diluat. Selain itu, peningkatan laju alir akan meningkatkan laju transfer ion dan efisiensi arus.
20 15
4
10
pH
6
pH
2
Konduktivitas
0 0.0
2.0 4.0 Laju Alir (l/jam )
5 0 6.0
20 15
0.2 10 Laju TransferM assa
0.1
5
EfesiensiA rus
0.0 0.0
2.0 4.0 Laju Alir (l/jam )
Efesiensi Arus (%)
8
0.3 Laju Transfer Massa (mg/m 2.s)
25 Konduktivitas ( µ S/cm)
10
0 6.0
Gambar 5. Pengaruh laju alir terhadap pH produk, konduktivitas produk, laju transfer massa dan efesiensi arus
Pengaruh konsentrasi gula Pengaruh konsentrasi gula dapat ditinjau berdasarkan konsep difusi molekular suatu komponen di dalam campuran. Peningkatan konsentrasi gula akan menurunkan difusi molekular garam mineral dari bulk ke resin penukar ion. Akibatnya, laju transfer ion dan efisiensi arus juga menurun. Namun, hasil pengujian menunjukkan bahwa laju transfer massa dan efisiensi arus sedikit meningkat dengan peningkatan konsentrasi gula. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh peningkatan konsentrasi garam lebih dominan daripada penurunan koefisein difusi molekular jika konsentrasi gula ditingkatkan. Sementara itu, pengaruh konsentrasi gula terhadap pH dan konduktivitas diluat masih sangat acak. Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif perlu dilakukan uji yang lebih banyak.
4 pH
2
Konduktivitas
0 0
20
40
60
Konsentrasi Gula (%)
15 0.2 10 0.1 Laju TransferM assa
5
EfesiensiA rus
0.0
0 0
10 20 30 Konsentrasi Gula (%)
40
Gambar 6. Pengaruh konsentrasi gula terhadap pH produk, konduktivitas produk, laju transfer massa dan efesiensi arus
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
F-24-5
Efesiensi Arus (%)
pH
6
Laju Transfer Massa (mg/m 2.s)
8
20
0.3 Konduktivitas (mS/cm)
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
10
Kesimpulan Kinerja sebuah sistem elektrodeionisasi untuk proses pemurnian gula telah diinvestigasi. Studi ini dilakukan untuk skala laboratorium. Berbagai parameter operasi, yaitu rapat arus, laju alir, dan konsentrasi gula, telah diteliti dalam rentang operasi praktis. Semua pengujian dilakukan pada temperatur kamar. Unit EDI ini dioperasikan secara batch dan kontinu. Untuk setiap variasi, selalu digunakan larutan gula segar. Laju alir dan rapat arus masing-masing divariasikan pada rentang 0,5 – 2,0 cm.s-1 dan 0 – 140 A.m-2. Operasi EDI secara batch menunjukkan bahwa komponen ionik dapat disisihkan secara efektif dengan teknik elektrodeionisasi. Pada operasi dengan laju alir rendah dan rapat arus tinggi, pH diluat cenderung di bawah 5 akibat dari ketidakseimbangan laju perpindahan ion dari bulk ke resin dan dari resinn ke kompartemen diluat. Selain itu, rapat arus, laju alir, dan konsentrasi gula juga berpengaruh terhadap laju transfer massa dan efisiensi arus. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Walon, R.G.P., Process of refining enzymatically produced levulose syrups, U.S. Patent 4,040,861 August 1977 Farag, S.A., Norman, L.W., Process for decolorizing solutions with peroxide, U.S. Patent 4,076,552 February 1978 Othmer, D.F., Solvent refining of sugar, U.S. Patent 4,116,712 September 1978 Bosnjak, M., Sugar refining process, U.S. Patent 4,119,436 October 1978 Cartier, P.G., Purification of sugars using emulsion anion exchange resins, U.S. Patent 4,247,340 January 1981 Rousseau, G., Lamotte, C., Decationization of aqueous sugar solutions, U.S. Patent 4,329,183 May 1982 Ikari, Y., Yokohama, S., Katoh, K., Itaya, R., Kaga, T., Method for refining sugar solutions, U.S. Patent 4,362,571 December 1982 Otte, J.N.A., Method for the production of high fructose syrup, U.S. Patent 4,523,960 June 1985 Rosene, M.R., Sweetener solution purification process, U.S. Patent 4,587,953 May 1986 Stringfield, R.T., Goltz, H.R., Norman, S.I., Bharwada, U.J., LaBrie, R.L., Process for decolorizing aqueous sugar solutions via adsorbent resins, and desorption of color bodies from the adsorbent resins, U.S. Patent 4,950,332 August 1990 Kawasaki, K., Maekawa, F., Method for refining sugar liquor, U.S. Patent 4,968,353 November 1990 LaBrie, R.L., Bharwada, U.J., Process for demineralising a sugar-containing solution, U.S. Patent 5,094,694 March 1992 Gil, E.G., Wright, H.P., Process for producing refined sugar from raw juices, U.S. Patent 5,281,279 January. 1994 Pease, S.F., Weiss, S.M., Process for purifying sugar solutions, U.S. Patent 5,893,947 April 1999 Donovan, M., Hlavacek, M., Process for purification of low grade sugar syrups using nanofiltration, U.S. Patent 6,406,546 June 2002 Rautenbach, R., Albrecht, R., Membrane Processes, 2nd ed., John Wiley & Sons Ltd, New York, (1989) Mulder, M., Basic Principles. of Membrane Technology, 2nd ed., Kluwer Academic Publishers, Dodrecht, (1996) G.C. Ganzi, J.H. Wood, C.S. Griffin, Water purification and recycling using the CDI process, Environmental Progress 11(1), 1992. Koter, S., (2002), Transport of Simple Electrolyte Solutions through Ion Exchange Membranes – the Capilarry Model, J. Membr. Sci., 206, 201 – 215 Miyoshi, H., (1998), Diffusion Coefficients of Ions through Ion Exchange Membrane in Donnan Dialysis Using Ions of Different Valence, J. Membr. Sci., 141, 101 – 110 Verbeek, H.M., Fürst, L., Neumeister, H., “Digital Simulation of an Electrodeionization Process, Computers Chem. Engng, 22, S913-916, (1998) Ling, L-P., Leow, H-F., and Sarmidi, M.R., (2002), Citric Acid Concentration by Electrodialysis: Ion and Water Transport Modelling, J. Membr. Sci., 199, 59 – 67 Iurash, C.A., Nikonenko, V.N., Pismenskaya, N.D., Zabolotsky, V.I., and Volodina, E.I., (1999), Dependence of Salt and Water Ion Fluxes through Ion-Exchange Membranes under Electrodialysis on the Ion-Exchange Bed Composition, Desalisation, 124, 105 – 113
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
F-24-6