HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA FISIK DENGAN STRES KERJA PADA PERSONIL DETASEMEN PENGENDALIAN PANGKALAN (DENDALLAN) PANGKALAN UDARA UTAMA AHMAD YANI SEMARANG Syafmarini, Unika Prihatsanti* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Stres kerja adalah reaksi fisik, psikologis, dan perilaku individu yang muncul di lingkungan kerja sebagai kombinasi antara sumber-sumber stres atau stressor pada pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara persepsi terhadap lingkungan kerja fisik dengan stres kerja pada personil Detasemen Pengendalian Pangkalan (Dendallan) Pangkalan Udara Utama Ahmad Yani Semarang. Populasi penelitian ini adalah seluruh personil di Pangkalan Udara Utama Ahmad Yani Semarang. Sampel penelitian sebanyak 48 personil dengan teknik sampling simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui dua skala psikologi, yaitu skala stres kerja (34 aitem valid α = 0.927) dan skala persepsi terhadap lingkungan kerja fisik (30 aitem valid α = 0.927). Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi rxy = -0.466 dengan p= 0,001 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan hipotesis terdapat hubungan negatif antara persepsi terhadap lingkungan kerja fisik dengan stres kerja. Semakin positif persepsi terhadap lingkungan kerja fisik, maka stres kerja semakin rendah. Sebaliknya, semakin negatif persepsi terhadap lingkungan kerja fisik, maka stres kerja semakin tinggi. Persepsi terhadap lingkungan kerja fisik memberikan sumbangan efektif sebesar 21,7% terhadap stres kerja. Sisanya sebesar 78,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kata kunci : stres kerja, persepsi terhadap lingkungan kerja fisik, personil dendallan *Penulis penanggung jawab
1
RELATIONSHIP BETWEEN PERCEPTIONS OF THE PHYSICAL WORK ENVIRONMENT WITH WORK STRESS TO BASE CONTROL DETACHMENT PERSONNEL (DENDALLAN) MAIN AIR BASE AHMAD YANI SEMARANG Syafmarini, Unika Prihatsanti* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
[email protected],
[email protected] ABSTRACT Work stress is a physical, psychological, and behavior reaction of individuals that appear in the work environment as a combination of sources of stress or stressors on the job. This study aims to examine the relationship between perceptions of the physical work environment with work stress to Base Control Detachment personnel (Dendallan) Main Air Base Ahmad Yani Semarang. The study population was all the personnel in the Main Air Base Ahmad Yani Semarang. The study sample as many as 48 personnel with simple random sampling technique. Data collection was conducted through two psychological scales, the scale of job stress (34 aitem valid α = 0927) and the scale of perception of the physical work environment (30 aitem valid α = 0927). The results showed a correlation coefficient r xy = -0.466 with p = 0.001 (p <0.05). These results suggest the hypothesis there is a negative relationship between perceptions of the physical work environment with job stress. The more positive perceptions of the physical work environment, the lower the stress of work. Otherwise, the more negative perceptions of the physical work environment, the higher the job stress. Perceptions of the physical work environment contributed 21.7% effective against work stress. The remaining 78.3% is influenced by other factors not examined in this study.
Keywords: work stress, perception of the physical work environment, personnel dendallan *Responsible Author
2
terbesar keamanan wilayah berada
PENDAHULUAN
dalam tanggung jawab divisi ini.
Sumber daya manusia merupakan
Terbatasnya jumlah personil sementara
salah satu faktor pemegang peranan
besarnya tanggung jawab yang harus
penting dalam suatu organisasi untuk
dijalankan dapat berpengaruh kepada
mencapai sasarannya, tidak terkecuali
tingkat stres para personil.
pada organisasi militer seperti TNI. Organisasi
militer
Stres
inipun
situasi
membutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas
menjalankan
untuk
dapat
tugas-tugas
yang
yang
yang
melaksanakan
tugas
kegiatan
di
pada
dendallan
pekerjaan,
individual,
dapat
dan
karakteristik
stressor
di
luar
organisasi. Stres kerja dapat muncul
instalasi
dalam gejala fisik, psikologis, dan perilaku. Gejala fisik yang muncul saat
wilayah
orang mengalami stres diantaranya
tanggung jawab Lanumad A. Yani. Keberadaan
yang
kombinasi antara sumber-sumber stres
pangkalan udara, serta melaksanakan daerah
penting
mendefinisikan stres kerja sebagai
pemeliharaan umum terhadap alat
pengamanan
sangat
pekerjaan. Greenberg (2003, h. 273)
untuk
pelayanan
dan
hambatan-
dalam hal ini adalah stres pada
navigasi dan komunikasi, melakukan
fasilitas
besar,
2002, h. 303). Stres yang dimaksud
pangkalan udara, pelayanan fasilitas
peralatan
sangat
kondisi fisik seseorang (Hariandja,
merupakan
pangkalan udara utama Ahmad Yani mempunyai
tekanan
mempengaruhi emosi, pikiran, dan
pengendalian
salah satu divisi utama pelaksana dari
yang
atau
hambatan, dan adanya kesempatan
di wilayah Indonesia.
(dendallan)
ketegangan
sebagai
yang sedang menghadapi tuntutan
satu unsur penting penjaga keamanan
pangkalan
diartikan
emosional yang dialami seseorang
diberikan kepada mereka sebagai salah
Detasemen
dapat
terdapat
sangat
perubahan
dalam
metabolisme, meningkatnya laju detak
dibutuhkan karena tanggung jawab 3
jantung dan pernapasan, meningkatnya tekanan
darah,
sakit
kepala
Lingkungan kerja yang paling
dan
berpengaruh dalam pekerjaan adalah
serangan jantung. Gejala psikologis,
lingkungan
fisik.
seperti ketegangan, kecemasan, mudah
Sedarmayanti
(2001,
marah,
menunda-
lingkungan kerja fisik adalah semua
nunda. Gejala perilaku yang muncul
keadaan berbentuk fisik yang terdapat
diantaranya
di
kebosanan,
dan
perubahan
dalam
tempat
kerja
Menurut h.
yang
31),
dapat
produktivitas, absensi, dan tingkat
mempengaruhi karyawan baik secara
keluarnya karyawan (Robbins, 2002,
langsung maupun
h. 309).
Seorang
Kecenderungan stres kerja yang dialami
seorang
karyawan
dipengaruhi
faktor
dipengaruhi
oleh
dilingkungan
selain
mendukung
kerja untuk
langsung.
yang
bekerja
fisik
yang
bekerja
secara
juga
optimal akan menghasilkan kinerja
eksternal
yang baik, sebaliknya jika seorang
dalam organisasi, salah satunya adalah
karyawan bekerja dalam lingkungan
faktor
Menurut
kerja fisik yang tidak memadai akan
Nitisemito (2000, h. 183) lingkungan
membuat karyawan menjadi malas,
kerja adalah segala sesuatu yang ada
cepat lelah, sehingga kinerjanya akan
disekitar para pekerja yang dapat
menurun.
lingkungan
mempengaruhi
internal
karyawan
tidak
faktor
kerja.
dirinya
dalam
Lanumad A. Yani merupakan
tugas-tugas
yang
salah satu pusat pangkalan udara milik
dibebankan. Lingkungan kerja akan
TNI angkatan darat dengan luas
berdampak
kerja
wilayah sebesar 3.461.274 m2 yang
manusia. Lingkungan kerja yang baik
digunakan juga sebagai landasan udara
akan mampu menunjang pencapaian
komersil oleh PT. (Persero) Angkasa
hasil yang optimal dalam melakukan
Pura I Bandara A. Yani. Adanya dua
pekerjaan.
fungsi bandar udara yang digunakan
menjalankan
terhadap
hasil
secara bersamaan, berpengaruh kepada 4
lingkungan
kerja
Dendallan
dalam
operasi udara
militer. yang
para
personil
Berdasarkan informasi yang diperoleh
melaksanakan
dari salah satu personil dendallan
Fungsi
pangkalan
bahwa
kondisi
menjadi
kebisingan bandara berpengaruh pada
pangkalan udara militer dengan tugas
kondisi fisik dan psikologis mereka,
pengamanan wilayah berubah fungsi
menurutnya kawasan lingkungan kerja
menjadi bandar udara komersil yang
dendallan berada pada kondisi yang
berakibat pada
cukup bising meskipun belum terdapat
lingkungan
seharusnya
mengungkapkan
perubahan kondisi
kerja.
Lingkungan
standarisasi
tingkat
kebisingan
di
pangkalan udara yang didesain untuk
Lanumad Ahmad Yani. Selain itu
operasi militer berubah fungsi menjadi
ruang kerja yang dibagi atas atas
bandar udara yang komersil sehingga
beberapa bagian, yaitu tower PPL,
berdampak
stasiun
pada
perubahan
pemantau
cuaca,
pos
lingkungan kerja fisiknya. Banyaknya
pengamanan, dan ruang kantor belum
pesawat komersil yang beroperasi
memiliki peredam sehingga kebisingan
dikawasan ini juga mengakibatkan
yang terjadi disekitar lingkungan kerja
meningkatnya suhu udara disekitar
personil mengganggu aktifitas dan
wilayah tersebut dan berpengaruh pada
konsentrasi dari personil dendallan.
kondisi lingkungan kerja yang cukup
Besarnya tanggung jawab yang
bising.
diberikan, membuat setiap personil
Menurut
menteri
harus memiliki kondisi kesehatan yang
standar
prima dan bekerja sama dengan baik.
kebisingan dalam lingkungan kerja
Selain itu, mereka juga harus mampu
maksimal 85 dBA, kondisi kebisingan
untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang melebihi standar kebisingan yang
tempat mereka ditugaskan terutama
telah ditetapkan bisa menjadi salah
pada
satu pemicu timbulnya stres kerja
pengamanan
kepada
personil mampu untuk menjalankan
kesehatan
peraturan mengenai
para
personil
Dendallan. 5
saat
melakukan pangkalan
agar
tugas para
tugas yang diberikan kepada mereka
monitoring, evaluasi, pelaporan, dan
dengan baik. Personil dendallan juga
pengawasan. Kegiatan monitoring ini
dituntut untuk bekerja sesuai dengan
mencakup
prosedur kesehatan dan keselamatan
pelaksanaan pelayanan kesehatan dan
kerja di Lanumad A. Yani yang
keselamatan
mencakup pelaksanaan 5 M, yaitu
pencatatan dan pelaporan. Hal ini
mesin yang mencakup peralatan dan
sesuai
pemeliharaan,
dilakukan
manusia
sebagai
pemantauan
kerja,
dengan di
serta
hasil
kegiatan
pelaksanaan Lanumad
A.
yang Yani,
operator, media yakni cuaca, misi
dimana setiap satu minggu sekali
pelaksanaan tugas, serta manajemen
diadakan pemantauan dan pelaporan
pelaksanaan.
hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan
Menurut Depnaker RI tahun 2005, kesehatan
kerja
setiap satu minggu sekali dalam
dan
kegiatan safety meeting. Selanjutnya
dalam
kegiatan evaluasi keselamatan kerja
rangka mencegah, mengurangi, dan
juga dilakukan dalam tiga tahap, yaitu
menanggulangi terjadinya kecelakaan
setiap satu minggu sekali berupa
dan
evaluasi rutin, setiap tiga bulan untuk
adalah
dan
segala
pemikiran
daya
yang
dampaknya
langkah
keselamatan
dan keselamatan kerja yang dilakukan
dilakukan
melalui
identifikasi,
pengendalian menerapkan
upaya
langkah-
analisa,
dan
evaluasi profesiensi, dan evaluasi yang
dengan
dilakukan setiap enam bulan sekali
pengendalian
untuk ilmu penerbangan. Sementara
bahaya sistem
bahaya secara tepat dan melaksanakan
itu
perundang-undangan
tentang
dilaksanakan setiap 6 bulan dan satu
kerja.
tahun sekali. Pelaporan dilakukan
Personil dendallan menerapkan K3
setiap satu minggu sekali pada safety
sesuai
meeting
kesehatan
dan
dengan
penyelenggaraan
keselamatan
tindak K3
yang
lanjut
evaluasi
untuk
untuk
kesehatan
memastikan
K3
telah
berjalan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan oleh Depnakertans meliputi,
berlaku. Sementara itu, pengawasan 6
dilakukan secara langsung oleh kepala
bintara dan tamtama yang bekerja di
bagian pengawasan kesehatan dan
Lanumad A. Yani Semarang dengan
keselamatan
yang
karakteristik sampel personil bintara
dilaporkan kepada direktur kesehatan
dan tamtama Lanumad A. Yani, divisi
dan keselamatan terbang kerja.
Dendallan dengan masa kerja minimal
terbang
kerja
Setiap karyawan memiliki persepsi
satu tahun sebanyak 48 personel.
yang berbeda mengenai lingkungan
Pengambilan sampel dalam penelitian
kerja fisik. Karyawan yang memiliki
ini
persepsi positif terhadap lingkungan
random
kerja fisik dapat meningkatkan kualitas
pengumpulan data yang digunakan
dan produktivitas suatu perusahaan.
dalam penelitian ini ada dua yaitu
Sebaliknya karyawan yang memiliki
skala stres kerja (34 aitem valid α =
persepsi buruk terhadap lingkungan
0.927) dan skala persepsi terhadap
kerja fisik akan berdampak pada
lingkungan kerja fisik (30 aitem valid
timbulnya stres kerja pada karyawan
α = 0.927). Skala stres kerja yang
tersebut,
digunakan pada penelitian ini mengacu
sehingga
berpengaruh
terhadap perusahaan. Penelitian
ini
menggunakan
teknik
sampling.
simple Metode
kepada gejala-gejala stres kerja yang bertujuan
untuk
dikemukakan oleh Robbins (2002, h.
mengetahui hubungan antara persepsi
309)
terhadap lingkungan kerja fisik dengan
psikologis, dan aspek perilaku. Skala
stres kerja pada personel Detasemen
persepsi terhadap lingkungan kerja
Pengendalian Pangkalan (Dendallan)
fisik disusun berdasarkan aspek-aspek
Pangkalan Udara Utama Ahmad Yani
persepsi dari Schiffman (Sukmana,
Semarang.
2003, h. 55) yaitu aspek kognisi dan aspek
METODE
yaitu
afeksi
aspek
yang
fisik,
aspek
kemudian
dikombinasikan dengan aspek-aspek
Populasi yang digunakan dalam
lingkungan kerja fisik dari Robbins
penelitian ini adalah seluruh personil
(2002, h. 180) yaitu suhu, kebisingan, 7
penerangan,
mutu
udara,
dan
Detasemen Pengendalian Pangkalan
rancangan ruang kerja. Metode analisis
(Dendallan) Pangkalan Udata Utama
data yang digunakan dalam penelitian
Ahmad Yani Semarang dapat diterima.
ini adalah analisis regresi sederhana.
Menurut Moekijat (2002, h. 135)
Penelitian ini menggunakan analisis
lingkungan
statistik dengan program komputer
menyenangkan,
Statistical Product and Social Sciences
mengakibatkan
(SPSS) versi 16.0.
pekerjaan yang baik.
kerja
Berdasarkan stres
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
penelitian
kerja
fisik enak,
harus dan
kebiasaan-kebiasaan
hasil
pada
saat
kategorisasi penelitian,
diperoleh hasil sebanyak 2.08% (1 dari
menunjukkan
48) sampel penelitian berada pada
koefisien korelasi rxy = -0.466 dengan
kategori sangat rendah, 54.16% (26
p=
ini
dari 48) sampel berada pada kategori
terdapat
rendah, 43.75% (21 dari 48) sampel
persepsi
berada pada kategori tinggi, dan 0%
terhadap lingkungan kerja fisik dengan
sampel penelitian berada pada kategori
stres kerja. Semakin positif persepsi
sangat tinggi. Hasil penelitian ini juga
terhadap lingkungan kerja fisik, maka
menunjukkan bahwa persepsi terhadap
stres
lingkungan kerja fisik memberikan
0,001
(p<0,05).
menunjukkan hubungan
hipotesis
negatif
kerja
Hasil
antara
semakin
rendah.
Sebaliknya, semakin negatif persepsi
sumbangan
terhadap lingkungan kerja fisik, maka
terhadap stres kerja. Sisanya sebesar
stres kerja semakin tinggi.
78,3% dipengaruhi oleh faktor lain
Hasil tersebut membuktikan bahwa
efektif
sebesar
21,7%
yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan
negatif
KESIMPULAN DAN SARAN
antara
persepsi terhadap lingkungan kerja
Berdasarkan analisis data dapat
fisik dengan stres kerja pada Personil
disimpulkan bahwa terdapat hubungan 8
negatif
antara
terhadap
kantor. Hal ini diharapkan bisa
lingkungan kerja fisik dengan stres
meningkatkan kualitas serta kinerja
kerja
personil
pada
persepsi
personil
Detasemen
dan
menciptakan
Pengendalian Pangkalan (dendallan)
lingkungan kerja yang kondusif
Lanumad A. Yani Semarang. Persepsi
dengan
terhadap
fasilitas yang telah disediakan di
lingkungan
memberikan
kerja
sumbangan
fisik efektif
2. Bagi
Beberapa saran yang dapat peneliti berdasarkan
pihak
semua
Detasemen
Pengendalian
hasil
Pangkalan
Lanumad A. Yani Semarang
penelitian ini adalah :
Lingkungan tempat
1. Bagi subjek penelitian
kerja
kerja
Persepsi terhadap lingkungan
pengendalian
kerja fisik berada pada kategori
menciptakan
tinggi dan stres kerja berada pada
rendah
kategori rendah. Oleh karena itu
Disarankan
personil dendallan Lanumad A.
untuk
Yani
disarankan
menjaga
tempat kerja.
sebesar 21,7% terhadap stres kerja.
kemukakan
tetap
fisik
detasemen
pangkalan stres
bagi
tetap
dapat
kerja
para bagi
di
yang
personilnya. pihak
kantor
mempertahankan
untuk
tetap
kenyamanan kerja para personil.
persepsi
yang
Hal ini disebabkan karena tugas
cenderung positif tersebut sehingga
dan tanggung jawab personil yang
stres
cukup tinggi, maka diperlukan
mempertahankan
yang
pekerjaan Pada
saat
personil
ditimbulkan dapat
dari
diminimalisir.
pelaksanaan diharapkan
lingkungan
tugas,
nyaman
untuk
dendallan
kerja
saat
fisik
yang
bertugas.
Pihak
dapat
menciptakan
mematuhi dan menggunakan alat-
lingkungan kerja yang lebih baik
alat
dengan
yang
berkaitan
dengan
melengkapi
fasilitas-
kesehatan dan keselamatan kerja
fasilitas yang dibutuhkan terutama
yang telah ditetapkan oleh pihak
yang berkaitan dengan kesehatan 9
dan
keselamatan
para
kerja, seperti komunikasi, tuntutan
personil saat bertugas misalnya
tugas, kepemimpinan organisasi,
earcup yang digunakan pada saat
dan konflik antara kelompok kerja
bertugas
sehingga hasil yang didapat bisa
diluar
kerja
ruangan
dan
memberi peredam suara didalam
lebih baik.
ruang kerja untuk mengurangi kebisingan yang ditimbulkan dari
DAFTAR PUSTAKA
suara pesawat yang beroperasi di
Departemen
bandara Ahmad Yani. Selain itu, pihak
dendallan
juga
Transmigrasi
bisa
memberi
pendingin
ruangan dan menutup pos jaga dengan kaca untuk mengurangi masuknya debu dan panas di ruangan.
Ini
dilakukan
kondusif
dan
meningkatkan
Pengawasan
Ketenagakerjaan
Nomor
22/djppk/v/2008
Behavior
Kep.
Petunjuk
Teknis Pelayanan
in
8th
Organizations
edition. New Jersey : Prentice Hall.
Bagi peneliti selanjutnya yang
Hariandja, Marihot Tua Efendi, Yovita
tertarik untuk meneliti mengenai
Lardiwati.
persepsi terhadap lingkungan kerja kerja
Pembinaan
Jenderal
Greenberg, J. Baron, R.A. 2003.
kenyamanan
stres
Direktur
Kesehatan Kerja.
dapat
3. Bagi peneliti selanjutnya
dan
Direktorat
Keputusan
Penyelenggaraan
personil saat bertugas.
fisik
R.I
dan
Ketenagakerjaan.
tentang
agar
lingkungan kerja fisik di dendallan tetap
Kerja
Jenderal Pembinaan Pengawasan
melakukan modifikasi ruang kerja misalnya
Tenaga
Sumber
dapat
2002. Daya
Pengadaan,
memperluas sampel dan variabel
Manusia
Peningkatan
dan berpengaruh terhadap stres
:
Pengembangan,
Pengkompensasian,
lain yang diduga turut berperan
Manajemen
dan Produktifitas
Pegawai. Jakarta : PT. Grasindo. 10
Keputusan
Menteri
Republik
Kesehatan
Indonesia
Daya Manusia). Jakarta : Ghalia
Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002
Indonesia.
tentang
Robbins, Stephen P. 2002. Perilaku
Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Organisasi. Jakarta : Prenhallindo.
Kerja Perkantoran dan industri
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya
Moekijat. (2002). Manajemen Tenaga
Manusia dan Produktivitas Kerja.
Kerja dan Hubungan Kerja.
Mandar Maju, Bandung: Alfabeta.
Bandung: Pionir Jaya. Nitisemito,
A.
2000.
Sukmana,
Manajemen
O.
2003.
Dasar-Dasar
Psikologi Lingkungan. Malang :
Personalia (Manajemen Sumber
UMM Press.
11