Tuti Rachmawti, Supervisi Pendidikan sebagai Upaya ....
SUPERVISI PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU Tuti Rachmawati ABSTRAK Kepala Sekolah harus mampu mengelola kinerja guru di sekolahnya. Dalam menjalankan tanggungjawabnya mengelola kinerja, kepala sekolah berkontribusi pada peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan sebagai upaya mendapatkan hasil yang lebih baik. Penelitian yang telah penulis lakukan dengan judul Pengaruh Supervisi Pendidikan Terhadap Kinerja Guru Pada Sekolah Dasar di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20 Kota Bandung bertujuan ingin mengetahui dan mengidentifikasi masalah sejauhmana pelaksanaan supervisi pendidikan dan sejauhmana Kinerja guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20; serta sejauhmana pengaruh supervisi pendidikan terhadap kinerja guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20. Kebijakan pendidikan harus ditopang oleh pelaku pendidikan yang berada di front terdepan yakni guru melalui interaksinya dalam pendidikan. Upaya meningkatkan mutu pendidikan perlu dilakukan secara bertahap dengan mengacu pada rencana strategis. Keterlibatan seluruh komponen pendidikan (guru, kepala sekolah, masyarakat, komite sekolah, dewan pendidikan, dan institusi) melalui perencanaan yang baik dan merealisasikan program pendidikan yang diluncurkan. Supervisi pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan kinerja guru. Kinerja guru akan dapat ditingkatkan bila supervisi pendidikan kepala sekolah dalam bentuk kepemimpinan dan pengawasan ditingkatkan. Kata Kunci: Supervisi, Kinerja Guru ABSTRACT Principal should be able to manage the performance of teachers in the school. In carrying out its responsibilities to manage performance, principals contribute to the improvement of overall organizational performance in an effort to get better results. This study that has been done under the title Influence Supervision Education Performance Against Teacher In Primary Schools Environmental Education Department Bandung Cluster 19 and 20 Bandung, aims to find to identify problems extent the implementation of the supervision of education and the extent to which performance of teachers in the Bandung City Education Department cluster 19 and 20; Extent of the influence of education on the supervision of teacher performance in the environment Bandung City Education Department Cluster 19 and 20. The education policy should be supported by education actors who are in the forefront the teachers through their interaction in education. An effort to improve the quality of education needs to be done in stages with reference to the strategic plan. The involvement of all components of education through good planning and realization of educational programs are launched.
43
44
Coopetition, Vol VII, Nomor 1, Maret 2016, 43 - 52
Educational supervision conducted by the Principal positive and significant impact on teacher performance changes. Teacher performance will be improved if the educational supervision of the principal in the form of enhanced leadership and supervision. Keywords: supervision, teacher performance
1. PENDAHULUAN Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi dan kinerja guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guruguru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lingkungan. Meningkatkan kualitas pendidikan bukan perkara yang mudah, diperlukan adanya keterkaitan yang erat dari berbagai faktor dengan memperhatikan kondisi masa lalu, masa kini dan masa depan yang sulit diramalkan. Ketidakfahaman dalam memperkirakan kebutuhan masa depan menimbulkan sulitnya memecahkan berbagai masalah pendidikan, baik yang menyangkut kualitas, relevansi, efisiensi, maupun efektivitas pendidikan. Proses pendidikan yang berkualitas ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang ada di dalam sekolah itu dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend dan Butterworth (1992:35) dalam bukunya Your Child’s Scholl, ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pendidikan yang berkualitas, yakni: 1. keefektifan kepemimpinan kepala sekolah 2. partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf, 3. proses belajar-mengajar yang efektif, 4. pengembangan staf yang terpogram, 5. kurikulum yang relevan, 6. memiliki visi dan misi yang jelas, 7. iklim sekolah yang kondusif, 8. penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan,
9. komunikasi efektif baik internal maupun eksternal, dan 10. keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik. Kebijakan pendidikan harus ditopang oleh pelaku pendidikan yang berada di front terdepan yakni guru melalui interaksinya dalam pendidikan. Upaya meningkatkan mutu pendidikan perlu dilakukan secara bertahap dengan mengacu pada rencana strategis. Keterlibatan seluruh komponen pendidikan (guru, Kepala Sekolah, masyarakat, Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, dan isntitusi) dalam perencanaan dan merealisasikan program pendidikan yang diluncurkan sangat dibutuhkan dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan. Untuk melengkapi dan mendukung pemaparan tulisan ini, penulis mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20, dan dari observasi pendahuluan terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran siswa yang perlu dioptimalkan antara lain: 1. Pemahaman guru dalam menciptakan sistem proses pembelajaran sebagaimana mestinya. 2. Masih terdapat kemampuan yang rendah dari siswa yang perlu mendapat dukungan kinerja guru 3. Sistem kerjasama guru di tingkat Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20. 4. Belum terpenuhinya aspek kognitif dan afektif dalam proses pembelajaran. 5. Pemahaman guru terhadap materi-materi kurikulum yang harus diajarkan kepada siswa. 6. Kesesuaian kurikulum antara sekolah dengan dunia tenaga kerja yang akan menerima lulusan. 7. Cara kerja guru masih parsial (belum menyeluruh) sehingga kegiatan belajar mengajar belum terlaksana dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dengan judul Pengaruh Supervisi Pendidikan Terhadap Kinerja Guru
Tuti Rachmawti, Supervisi Pendidikan sebagai Upaya ....
pada Sekolah Dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20 Kota Bandung (2011) penulis mengidentifikasi masalah sebagaimana berikut: 1. Sejauhmana pelaksanaan supervisi pendidikan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20. 2. Sejauhmana Kinerja guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20. 3. Sejauhmana pengaruh supervisi pendidikan terhadap kinerja guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20. 4. Kebijakan apa saja yang harus dilakukan oleh pihak terkait agar supervisi pendidikan dan kinerja guru meningkat. 2. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 2.1 Objek Penelitian Objek yang diteliti sebanyak 35 responden yaitu kepala sekolah dan guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut ini: Tabel 1. Sumber Data dan Cara Penarikan Unit Kerja
Sumber Data Jumlah Jumlah Populasi Sampel 21 21 14 14
Cara Penarikan/ data S/I S/I
Kepala Sekolah Administrasi dan TU SD Guru Tetap 192 35 RS/R Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20 Keterangan: I = Informan R = Responden RS = Random Sampling S = Sensus
2.2. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis mengadakan pengamatan dan penyebaran kuisioner kepada responden yaitu kepala sekolah dan guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20, sedangkan data yang dijadikan sumber dalam penelitian ini berupa data yang sudah ada sebelumnya maupun berupa arsip-arsip dan dokumen yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20 serta buku-buku literatur yang mendukung. Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 1. Sumber Data Primer Data yang diperoleh dari sumber data secara langsung melalui kuesioner yang
45
disebarkan kepada sejumlah responden yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili, 2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu sumber data penelitian dimana subjeknya tidak berhubungan langsung dengan objek penelitian tetapi membantu dan dapat memberikan informasi untuk bahan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder diperoleh dari data yang ada yang berupa catatancatatan, dokumen-dokumen, laporanlaporan yang berhubungan dengan keadaan umum masalah yang diteliti. 2.2. Metode Penelitian Irawan (2000:59) mengungkapkan bahwa Metode yang bersifat eksploratoris yang dipakai manakala belum diketahui secara persis dan spesifik objek penelitiannya, dan baru pada tahap “membuka hutan”. Belum diketahui secara detail apa isi hutan tersebut, dan apa saja yang menarik dan penting untuk diteliti. Data adalah unsur paling penting dalam penelitian. Semua penelitian mengandung data, tanpa data penelitian tidak akan berjalan dan tidak bisa disebut sebagai penelitian. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini berbentuk eksploratif yaitu mencari dan menemukan kemudian mengungkapkan permasalahan yang diteliti, yaitu mengenai supervisi pendidikan oleh kepala sekolah dan kinerja guru, serta untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan supervisi pendidikan dan kinerja guru tersebut. Metode penelitian yang dilakukan penulis yaitu dengan metode kuantitatif analisis yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesa yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008:14). 3. SUPERVISI PENDIDIKAN Sesuai dengan gambaran di atas bahwa salah satu upaya peningkatan kinerja guru adalah melalui supervisi pendidikan.
46
Coopetition, Vol VII, Nomor 1, Maret 2016, 43 - 52
Pelaksanaan supervisi pendidikan perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan memberikan pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaannya, baik kepala sekolah dan pengawas menggunakan lembar pengamatan yang berisi aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam peningkatan kinerja guru dan kinerja sekolah. Untuk mensupervisi guru digunakan lembar observasi yang berupa alat penilaian kemampuan guru, sedangkan untuk mensupervisi kinerja sekolah dilakukan dengan mencermati bidang akademik, kesiswaan, personalia, keuangan, sarana dan prasarana, serta hubungan masyarakat. Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super” dan “visi” yang mengandung arti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan (Mulyana, 2002:154). Supervisi pada dasarnya adalah upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah yang berintikan program pengajaran dengan ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti guru, sarana dan prasarana, kurikulum, sistem pengajaran dan penilaian. Yang melaksanakan supervisi bertugas dan bertanggungjawab memperhatikan perkembangan unsur-unsur tersebut secara berkelanjutan. Menurut Ngalim Purwanto (1979:12) menyatakan bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan efektifitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan. Dalam definisi ini supervisi dipandang sebagai sub sistem dari sistem administrasi sekolah. Sebagai sub sistem, supervisi tidak terlepas dari administrasi yang juga menyangkut non-guru. Namun titik berat supervisi tersebut adalah perbaikan pengembangan kinerja profesional yang menangani para peserta didik.
Berdasarkan kajian pustaka dan uraian di atas maka kegiatan supervisi pada dasarnya diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut: 1. Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik. 2. Mengembangkan dan mencari metodemetode belajar yang baru dalam proses pembelajaran yang baik dan lebih sesuai. 3. Mengembangkan kerjasama yang baik dan harmonis antara guru dengan siswa, guru dengan sesame guru, guru dengan kepala sekolah dan seluruh staf sekolah yang berada dalam lingkungan sekolah yang bersangkutan. 4. Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru serta pegawai sekolah dengan cara mengadakan pembinaan secara berkala, baik dalam bentuk seminar, workshop, in service training, up grading, dan sebagainya. Yang diukur dalam supervisi pendidikan yaitu kepemimpinan dan pengawasan. Fungsi kepemimpinan melekat pada seorang supervisor karena dia adalah pemimpin, begitu pula pengawasan, karena pada hakekatnya supervisor adalah pengawas yang tugas pokoknya melakukan pengawasan, sedangkan fungsi pelaksana terdapat pada supervisor, karena dia adalah para pelaksana di lapangan yang dalam istilah bukunya adalah pejabat fungsional, sama halnya dengan guru dan kepala sekolah. 1. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah mereka yang mempunyai tugas memimpin organisasi atau salah satu unit kerjanya. Pemimpin yang dapat menumbuhkan, memelihara serta mengembangkan usaha dan iklim yang kooperatif dalam suatu organisasi, dapat dikatakan sebagai pemimpin yang efektif. Untuk mencapai kondisi/ tujuan yang lebih baik, maka hendaklah pemimpin itu mampu mempengaruhi bawahannya agar mau diajak bekerja sama untuk tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan adalah sifat atau kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang berguna untuk mempengaruhi mereka yang dipimpinnya. Kepemimpinan supervisor pendidikan dicirikan oleh kemampuan; meningkatkan
Tuti Rachmawti, Supervisi Pendidikan sebagai Upaya ....
semangat kerja, mendorong kreativitas, mengakomodir, membimbing dan Memberikan Keteladanan 2. Pengawasan Melihat begitu pentingnya supervisor/ pengawas dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran di sekolah maka sekarang ini pengawas telah ditetapkan sebagai pejabat-pejabat fungsional penuh yang konsekuensinya adalah bahwa setiap pengawasan harus memiliki wawasan dan kemampuan profesional melebihi kemampuan dan profesional guru, kepala sekolah dan seluruh staf dalam bidang pendidikan. Bila tidak, maka keberadaan pengawas tidak akan membawa pengaruh apapun terhadap kondisi pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh sebab itu memahami pentingnya supervisi mutlak harus dihayati setiap pengawas sekolah yaitu mengamati kinerja guru, mengendalikan kerja guru dan memantau kerja guru Berdasarkan hasil penilaian responden terhadap indikator-indikator di atas berikut penulis sajikan rekapitulasi penilaian indikator supervisi pendidikan dari hasil yang telah diolah sebagaimana berikut: Tabel 2 Sub Variabel Kepemimpinan
Rekapitulasi Penilaian Indikator Supervisi Pendidikan Indikator Meningkatkan Semangat Kerja Mendorong Kreativitas Mengakomodir
Harapan 175
Nilai Kenyataan 115
Kriteria
175
104
175
90
Membimbing
175
101
Keteladanan
175
109
Jumlah………………..
875
519
175 175 175 525
129 138 141 408
Cukup Baik Cukup Baik Kurang Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik
1.400 175
927 115,87
Cukup Baik
Pengawasan
Mengamati Mengendalikan Memantau Jumlah ……………….. Total Skor Pelaksanaan Supervisi Rata-Rata Pelaksanaan Supervisi
Sumber: Hasil penelitian diolah
Hasil rekapitulasi tentang supervisi pendidikan oleh kepala sekolah termasuk dalam kriteria cukup baik, dengan memperoleh total skor sebesar 927 dan nilai rata-rata sebesar 115,87. Hal ini menunjukkan bahwa
47
pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah pada Sekolah Dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20 Kota Bandung mempunyai kemampuan cukup baik, hal ini harus menjadi perhatian dari Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pendidikan. Kepemimpinan kepala sekolah terdapat indikator yang kurang baik sedangkan sisanya mempunyai indikator yang cukup baik. Sedangkan pengawasan kepala sekolah semua indikator memperoleh penilaian baik. Berdasarkan hal tersebut kepemimpinan kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi pendidikan perlu terus ditingkatkan.
4. KINERJA GURU Permasalahan sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuan bagi sekolah. Investasi yang dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia ini tidaklah kecil jumlahnya, namun hasilnya seringkali sulit untuk dirasakan dalam jangka pendek, perlu waktu dan kesabaran serta metode yang tepat untuk mampu menghasilkan sumber daya manusia yang diinginkan. Secara etimologis istilah kinerja berasal dari kata job performance atau Actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Untuk lebih memahami pengertian kinerja berikut ini akan dipaparkan berkaitan dengan kinerja guru sebagai berikut : Kinerja (performance oleh Bernardin dan Russel (1993:379), didefinisikan sebagai : “……the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time periods’ (catatan hasil dan keuntungan yang dihasilkan oleh fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas tertentu selama periode waktu tertentu) Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegra (2000:1) mendefinisikan jiwa kinerja guru (prestasi kerja) adalah: “Kinerja guru (prestasi guru) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.” Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengevaluasi secara sistematis sifat dan
48
Coopetition, Vol VII, Nomor 1, Maret 2016, 43 - 52
perilaku individu karyawan yang mempengaruhi kinerjanya, Dalam hal ini Suprihanto (2000:8) mengemukakan bahwa tujuan penilaian pelaksanaan pekerjaan (kinerja) sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui keadaan keterampilan dan kemampuan setiap pegawai secara rutin. 2. Untuk dipergunakan sebagai dasar perencanaan bidang personalia, khususnya penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu kerja dan hasil kerja. 3. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai seoptimal mungkin sehingga antara lain dapat diarahkan jenjang kariernya atau perencanaan karier, kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan; 4. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara guru dan atasan 5. Mengetahui kondisi sekolah secara keseluruhan dari bidang personalia khususnya kinerja pegawai. 6. Secara pribadi bagi pegawai dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan masingmasing sehingga memacu perkembangannya. Sebaliknya bagi atasan yang menilai akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahannya sehingga dapat memotivasi bawahannya. 7. Hasil evaluasi kinerja dapat bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan di bidang personalia secara keseluruhan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari tiga dimensi yang berbeda, yaitu: 1. Kinerja sebagai keluaran (0utput) yakni dengan melihat apa yang telah dihasilkan pegawai.lebih ditekankan pada hasil kerja yang dicapainya dalam kurun waktu tertentu. Hasil penilaian kinerja pegawai kemudian dibandingkan dengan tugas dan tanggung jawabnya yang telah ditentukan dalam uraian tugasnya (job description) 2. Kinerja sebagai proses kerja, pada dimensi ini kinerja seorang pegawai dinilai dari prosedur-prosedur yang telah ditempuh pegawai atau kelompok pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Bila dalam proses kerjanya mencapai target yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka kinerja pegawai atau kelompok
pegawai tercapai dengan efektif, namun sebaliknya apabila dalam proses pencapaian tagetnya terdapat penyimpangan atau pelanggaran hukum, maka kinerja dinyatakan tidak tercapai secara efektif. 3. Kinerja secara kontektual, yakni penilaian kinerja seorang pegawai dilihat dari kemampuannya dengan asumsi bahwa jika seorang pegawai mampu mengerjakan pekerjaannya, maka kinerja juga akan baik. Dengan kata lain apabila seorang pegawai mempunyai pengalaman, pendidikan dan keterampilan, serta ditempatkan dalam posisi yang tepat, maka secara kontektual sudah yakin kinerjanya akan baik. Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah untuk melakukan komunikasi yang berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya. Dalam mengembangkan manajemen kinerja guru, di dalamnya harus dapat membangun harapan yang jelas serta pemahaman tentang fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para guru: 1. Seberapa besar kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah dan melakukan pekerjaan dengan baik. 2. Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerjasama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang. 3. Bagaimana prestasi kerja akan diukur. 4. Mengenali hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya. Penilaian kinerja adalah sustu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah guru telah melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Secara keseluruhan meneliti berbagai hal seperti disiplin kerja, kemampuan kerja sesuai dengan jabatannya. Dengan adanya penilaian kinerja diharapkan dapat menunjukkan prestasi kerja guru secara teratur sehingga dapat bermanfaat bagi sekolah dan juga guru itu sendiri dalam meningkatkan kinerja sekolah. 1) Kuantitas Kerja Guru Setiap organisasi atau sekolah mengharapkan organisasi bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya kuantitas pekerjaan
Tuti Rachmawti, Supervisi Pendidikan sebagai Upaya ....
2) Kualitas Kerja Guru Setiap guru dituntut untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. Untuk menambahkan standar kualitas guru, diperlukan tiga pola pembinaan guru, yakni uji kompetensi, penilaian kinerja, dan diklat secara berkelanjutan dan berjenjang, sehingga kualitas guru semakin meningkat. Indikator penilaian terhadap kualitas kerja guru, pada penelitian yang penulis lakukan yaitu memahami landasan pendidikan, memahami kebijakan pendidikan, memahami tingkat perkembangan siswa, memahami pendekatan pembelajaran sesuai dengan materi serta mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran. Penilaian responden terhadap indikatorindikator kinerja guru yang meliputi kuantitas kerja dan kualitas kerja, hasil penilaian tersebut direkapitulasi sebagaimana dalam table berikut: Tabel 3 Rekapitulasi Untuk Kinerja Guru
Kuantitas Kerja
Indikator
Menyusun rencana pembelajaran Melaksanakan pembelajaran Menilai prestasi belajar Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran
Kenyataan
Sub Variabel
Harapan
Nilai
175
134
Baik
175
112
Cukup Baik
175
123
Baik
175
92
Cukup Baik
Kriteria
Sub Variabel
Indikator
Memanfaatkan 175 kemajuan IPTEK Menghasilkan 175 Pekerjaan yang baik dan optimal dalam KBM Menerapkan 175 kerjasama Ketepatan 175 waktu dalam rencana pembelajaran Pencapaian 175 target kurikulum Jumlah……… 1575 ……….. Kualitas Memahami 175 Kerja landasan pendidikan Memahami 175 kebijakan pendidikan Memahami 175 tingkat perkembangan siswa 175 Memahami pendekatan pembelajaran sesuai dengan materi Mampu 175 melaksanakan evaluasi pembelajaran Jumlah 825 ……………….. Total Skor Variabel Kinerja Guru 2.450 Rata-Rata 175 Sumber: Hasil penelitian diolah
Kenyataan
Nilai Harapan
dari para guru. Begitu pula halnya dengan guru yang ada di Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20 kuantitas pekerjaan setiap guru sangat diperlukan karena hal ini menunjang maju mundurnya kegiatan sekolah. Kuantitas kerja merupakan jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh guru dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaannya. Kuantitas kerja meliputi menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar siswa, melaksanakan tindak lanjut evaluasi pembelajaran, memanfaatkan kemajuan IPTEK, menghasilkan Pekerjaan yang baik dan optimal dalam KBM, Menerapkan kerjasama, Ketepatan waktu dalam rencana pembelajaran, dan pencapaian target kurikulum
49
Kriteria
74
Kurang Baik
111
Cukup Baik
138
Baik
120
Baik
114
Cukup Baik
1.019
Cukup Baik
143
Baik
131
Baik
134
Baik
137
Baik
131
Baik
676
Baik
1.695 121,07
Baik
Tabel tersebut di atas dengan menggunakan 14 indikator dari kinerja guru diperoleh total skor sebesar 1.695 dengan rata-rata penilaian terhadap variabel kinerja guru artinya bahwa kinerja guru termasuk dalam kinerja baik, dimana terdapat 1 indikator dengan penilaian kurang baik, yaitu pemanfaatan IPTEK, 4 indikator dengan penilaian cukup baik yaitu pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan tindak lanjut evaluasi pembelajaran, menghasilkan pekerjaan yang baik dan optimal dalam kegiatan belajar mengajar dan pencapaian target kurikulum. Table tersebut di atas menunjukkan bahwa kinerja guru termasuk dalam katagori cukup baik, apabila dilihat dari kuantitas kerja maka penilaian responden terhadap kinerja guru cukup baik, namun
50
Coopetition, Vol VII, Nomor 1, Maret 2016, 43 - 52
apabila dilihat dari kualitas kerja guru maka penilaian responden baik. 5. PENGARUH SUPERVISI PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA GURU Sesuai dengan tujuan penelitian yang penulis lakukan yaitu untuk mengkaji pengaruh supervisi terhadap kinerja guru, supervisi pendidikan dinilai dari dimensi kepemimpinan dan pengawasan. Sedangkan variabel kinerja guru dinilai dari dimensi kuantitas kerja dan kualitas kerja. Pembahasan selanjutnya adalah mengkaji pengaruh supervisi pendidikan terhadap kinerja guru dengan menggunakan metode statistik korelasi. Hasil perhitungan dari pengaruh supervisi pendidikan oleh kepala sekolah terhadap kinerja guru dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4. Koefisien Pengaruh Supervisi Pendidikan Terhadap Kinerja Guru Keterangan
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinan
Pengaruh Supervisi Pendidikan Terhadap Kinerja Guru
0,600
36%
Signifikansi Uji F Signifikan 18.595
Signifikan
Sumber: Hasil Penelitian
Dalam tabel tersebut di atas dapat dengan gambar sebagai berikut:
Gambar 1 Koefisien Pengaruh Supervisi Pendidikan Terhadap Kinerja Guru Sumber: Hasil Penelitian
Gambar tersebut menunjukkan bahwa supervisi pendidikan oleh kepala sekolah terhadap kinerja guru dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,600 dan koefisien determinan sebesar 0,360 atau 36% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 0,640 atau 64% dengan hasil uji F sebesar 18,595 lebih besar dari nilai berarti signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru 36% dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi
pendidikan, dan sisanya sebesar 64% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian. Kuantitas kerja diukur dengan indikator kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai prestasi belajar siswa, melaksanakan tindak lanjut evaluasi pembelajaran, memanfaatkan kemajuan IPTEK, menghasilkan pekerjaan yang baik dan optimal dalam KBM, Menerapkan kerjasama, ketepatan waktu dalam rencana pembelajaran, dan pencapaian target kurikulum. kualitas kerja guru diukur dengan indikator dalam memahami landasan pendidikan, memahami kebijakan pendidikan, memahami tingkat perkembangan siswa, memahami pendekatan pembelajaran sesuai dengan materi dan mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran. Kinerja guru yang ditentukan oleh dimensi kuantitas dan kualitas kerja dipengaruhi oleh kepala sekolah dalam melakukan supervisi pendidikan yang meliputi kegiatan kepemimpinan yang diukur dengan indikator kemampuan kepala sekolah dalam meningkatkan semangat kerja, mendorong kreativitas, mengakomodir, membimbing dan memberikan keteladanan, serta pengawasan yang diukur dengan mengamati kinerja guru, mengendalikan kerja guru dan memantau kerja guru. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja guru yang diukur dengan indikatorp = 0,640 indikator seperti tersebut di atas perlu didukung dengan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah melalui kepemimpinan dan pengawasan. Peranan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah menjadi penting dalam meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas proses belajar mengajar. Lebih jauh lagi kegiatan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah perlu lebih ditingkatkan dan diefektifkan karena variabel ini menentukan kinerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. 6. KEBIJAKAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU MELALUI SUPERVISI PENDIDIKAN Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kegiatan supervisi pendidikan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru, maka
Tuti Rachmawti, Supervisi Pendidikan sebagai Upaya ....
diperlukan tindakan-tindakan positif yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi terutama yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan kepemimpinan dan kemampuan pengawasan kepala sekolah. Pihak-pihak terkait yang harus berperan aktif dalam meningkatkan kemampuan supervisi kepala sekolah seperti: 1. Kepala sekolah harus selalu berupaya meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan pengawasan sebagai bagian dari kegiatan supervisi pendidikan, selain itu kepala sekolah harus mampu melakukan perubahan-perubahan terhadap pelaksanaan supervisi pendidikan, serta kepala sekolah harus secara berkesinambungan melaksanakan supervisi pendidikan. 2. Pihak guru harus menerima dengan terbuka setiap tindakan kepala sekolah yang bermakna supervisi terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan oleh para guru, dengan demikian akan terjadi kerjasama yang saling menguntungkan antara fihak kepala sekolah dan guru yang akhirnya akan berdampak positif terhadap efektifitas proses belajar mengajar. 3. Kepala sekolah diberikan peluang dan kesempatan seluas-luasnya untuk melaksanakan supervisi pendidikan kepada para guru dalam melaksanakan tugasnya. 4. Pengawas sekolah selaku Pembina sekolah harus meningkatkan kegiatan pengawasan terhadap sekolah-sekolah yang diawasinya khususnya para kepala sekolah dalam pelaksanaan tugasnya melakukan supervisi terhadap guru. 5. Dinas Pendidikan Kota Bandung melaksanakan monitoring, mengevaluasi, menyediakan panduan supervisi dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan terhadap kepala sekolah terutama dalam kepemimpinan dan pengawasan kepala sekolah. Untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, para guru tidak hanya disupervisi akan tetapi juga harus diberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kinerjanya melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, workshop, penataran, studi banding dan adanya kerjasama antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, serta guru dengan sekolah lainnya.
51
7. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pendidikan yang diukur dengan dimensi kepemimpinan dan pengawasan yang dinilai 35 orang responden dinilai cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pendidikan pada Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20 mempunyai kemampuan cukup baik. 2. Penilaian responden terhadap kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan proses belajar mengajar dinilai baik. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru-guru yang ada di Dinas Pendidikan Kota Bandung Gugus 19 dan 20 dinilai baik. 3. Supervisi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan kinerja guru. Kinerja guru akan dapat ditingkatkan bila supervisi pendidikan kepala sekolah dalam bentuk kepemimpinan dan pengawasan ditingkatkan. 4. Supervisi pendidikan sangat tepat untuk dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja guru. 7.2. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan maka ada beberapa hal yang perlu untuk dilakukan perbaikan sesuai dengan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepemimpinan dan pengawasan kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi perlu untuk ditingkatkan terutama kemampuan kepala sekolah dalam mengakomodir keluhan dan keinginan guru. 2. Koordinasi kerja antara guru dengan kepala sekolah perlu lebih diintensifkan mengingat pada saat ini kesibukan kepala sekolah dluar kegiatan sekolah sedkit menghambat pelaksanaan koordinasi kerja. Dengan lebih diintensifkannya koordinasi kerja antara guru dengan kepala sekolah, maka guru akan lebih mampu memahami tindakan yang perlu dilakukan, sehingga pekerjaan bisa tetap diselesaikan dengan baik oleh guru.
52
Coopetition, Vol VII, Nomor 1, Maret 2016, 43 - 52
3. Perlu dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan terhadap kepala sekolah terutama dalam pelaksanaan supervisi pendidikan untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi terhadap guru. DAFTAR PUSTAKA A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung _______, (2005), Evaluasi Kinerja SDM , Penerit PT. Refika Aditama, Bandung M. Manullang & Marihot Manullang (2001) Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit BPPE, Yogjakarta. Mohamad Nazzar (1988) Metode Penelitian, PT Ghalia Indonesia Bandung. Mulyana, (2002) Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Neagly and Evans, (1964) Hand Book for Effective Supervision of Instruction. Ngalim Purwanto (1979) Administrasi Pendidikan, Bandung Angkasa.
Payaman J. Simajuntak (2005) Manajemen Dan Evaluasi Kinerja Penerbit Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta. Rahmat Jalaludin (1997) Metode Penelitian Komunikasi PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Riduwan (2002) Skala Pengukurasn Variabelveriabel Penelitian, Alfabeta Bandung. Soedijato (2000) Pendidikan Nasional Sebagai Wahana Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan Membangun Peradaban Negara, CINAPS Jakarta. Sondang P. Siagian (2004), manajemen Sumebr Daya Manusia, Penerbit PT. Bui Aksara Jakarta. Sugiyono (2001) Statistik Non Parametik Untuk Penelitian, CV Alfabeta Bandung. Sudjana, (1992) Metode Statistik, Tarsito Bandung Sunarto & R. Sahedhy Noor (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia Penerbit BPFE Yogjakarta. Townsend, Diana & Butterworth. 1992. Your Child’s Scholl. New York: A Plime Book.