STRATEGI PENGURANGAN PENGGUNAAN METIL BROMIDA UNTUK KARANTINA DAN PRA PENGAPALAN DI INDONESIA
ISMA NABERISA TARIGAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul Strategi Pengurangan Penggunaan Metil Bromida untuk Karantina dan Pra Pengapalan di Indonesia adalah karya saya dengan arahan Komisi Pembimbing. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan tinggi lain. Semua sumber informasi yang digunakan dalam penulisan tesis ini telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor,
Maret 2012
Isma Naberisa Tarigan NRP: P052094014
ABSTRACT
ISMA NABERISA TARIGAN. Methyl Bromide for Quarantine and Pre Shipment Reduction Strategies in Indonesia. Supervised by AKHMAD ARIF AMIN, SRI MULATSIH
Since January 1st, 2008, government of Indonesia set the import and consumption of methyl bromide, only for quarantine and pre shipment purposes. This policy was a consequence of the ratification of the Vienna Convention and Montreal Protocol by the government. The purposes of this study are: (1) conducting a review of national policies related to methyl bromide and its implementation, (2) conducting a requirement analysis of pesticides for quarantine and preshipment purposes, (3) looking for a strategic priority setting policy methyl bromide. This research was conducted in three cities: Jakarta, Surabaya and Makassar, using primary and secondary data. This study used descriptive analysis, trend analysis, and Analytical Hierarchy Process (AHP). The resulted showed that (1). Government policy sets ban on production, import procedures, distribution and use, were not implemented properly; (2). The Government was not successful to reduced methyl bromide consumption through the policy of import quotas. Consumption showed an increasing trend from year to year; (3). The most influence factor on policy was fumigation’s company compliance. A recommended policy strategy is developing monitoring systems of methyl bromide presence which integrated from import, distribution, and use; and coordinated only by one government agency.
Keyword: methyl bromide, policy, strategy, Analytical Hierarchy Process (AHP).
RINGKASAN
ISMA NABERISA TARIGAN. Strategi Pengurangan Penggunaan Metil Bromida untuk Karantina dan Pra Pengapalan di Indonesia. Dibimbing oleh: AKHMAD ARIF AMIN, SRI MULATSIH Pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk mengatur impor dan konsumsi metil bromida hanya untuk tujuan karantina dan pra pengapalan sejak 1 Januari 2008. Kebijakan ini merupakan konsekuensi dari ratifikasi Konvensi Wina dan Protokol Montreal yang ditetapkan pemerintah. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kebijakan nasional yang terkait dengan metil bromida dan implementasinya, (2) Menganalisis kebutuhan pestisida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan, (3) Menyusun prioritas strategi kebijakan pengaturan metil bromida. Penelitian dilakukan di tiga kota yaitu Jakarta, Surabaya dan Makassar, yang memiliki pelabuhan dengan volume ekspor impor tinggi dan merupakan pelabuhan yang diizinkan untuk impor metil bromida menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 38/M-DAG/PER/10/2010. Stakeholders yang terkait dengan kebijakan pengaturan metil bromida adalah Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian (Komisi Pestisida, Sub Direktorat Pengawasan Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian/petugas pengawas pestisida, dan Badan Karantina Pertanian), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, pemegang nomor pendaftaran/importir terdaftar, dan perusahaan fumigasi yang terdaftar di Badan Karantina Pertanian. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis trend, dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa kebijakan pemerintah inkonsisten dengan kebijakan sebelumnya bahkan inkonsisten dengan kebijakan yang lebih tinggi. Pemerintah telah menetapkan kebijakan pembatasan konsumsi metil bromida hanya untuk karantina dan pra pengapalan tetapi dalam implementasinya masih terjadi penyimpangan, baik pada tahapan distribusi maupun penggunaan. Rata-rata konsumsi metil bromida Indonesia untuk karantina dan pra pengapalan tahun 2005-2010 sekitar 306,45 MT. Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan kuota impor metil bromida hanya satu kali yaitu pada tahun 2008 sebesar 1320 MT sedangkan total kuota masing-masing importir yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian jauh lebih tinggi dari rata-rata konsumsi metil bromida. Analisis trend konsumsi metil bromida menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun. Perkiraan konsumsi tahun 2012-2015 yaitu: 368,32 MT (2012), 383,24 MT (2013), 398,35 MT (2014), dan 413,66 MT (2015). Kebijakan
pemerintah untuk menurunkan kuota impor tidak berhasil menurunkan konsumsi metil bromida secara bertahap melalui kebijakan penurunan kuota impor. Strategi kebijakan yang disarankan antara lain adalah: (a) Meningkatkan pengawasan impor dan distribusi metil bromida secara terpadu, yang dapat dicapai dengan menetapkan hanya satu institusi yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengkoordinasi instansi pemerintah yang terkait, membatasi jumlah importir dan menetapkan persyaratan yang tegas bagi distributor. (b) Meningkatkan koordinasi antar stakeholders terkait dalam menentukan kuota nasional. Strategi penetapan kuota yang dilakukan dapat mengikuti skenario Protokol Montreal tahun 2005 untuk negara berkembang atau skenario adaptasi Protokol Montreal yaitu dengan menetapkan penurunan kuota 30% setiap tahun. (c) Mengembangkan sistem informasi yang terpadu tentang ketersediaan pestisida, peralatan dan pelatihan pestisida terbatas. Sistem informasi terpadu yang disarankan adalah dengan membangun sistem informasi elektronik (website) yang dapat diakses semua stakeholder terkait dan menerbitkan majalah/buletin. (d) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas termasuk instansi terkait bahwa penggunaan metil bromida selain untuk karantina dan pra pengapalan telah dilarang serta telah tersedia pestisida pengganti. Pemerintah membuat kebijakan untuk mendorong perusahaan fumigasi beralih ke pestisida pengganti/ menggunakan metode lain seperti menetapkan harga minimum metil bromida serta memberikan insentif bagi importir pestisida pengganti dan peralatan fumigasinya. Insentif dapat berupa menurunkan bea masuk pestisida pengganti dan peralatan fumigasinya Kata kunci: metil bromida, kebijakan, strategi, Analytical Hierarchy Process (AHP).
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. pendidikan,
penelitian,
Pengutipan hanya untuk kepentingan
penulisan karya ilmiah,
penyusunan
laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
STRATEGI PENGURANGAN PENGGUNAAN METIL BROMIDA UNTUK KARANTINA DAN PRA PENGAPALAN DI INDONESIA
ISMA NABERISA TARIGAN
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Penguji luar komisi: Dr. Ir. Purnama Hidayat, MSc.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena tidak ada sesuatu hal yang mustahil bagiNya. Mengikuti pendidikan pascasarjana di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, adalah salah satu hal yang saya pintakan kepada Tuhan, walau jalan berliku mulai dari tidak disetujuinya permohonan pengalihan beasiswa tugas belajar yang saya dapatkan dari Kementerian Pertanian hingga harus menunggu kurang lebih dua tahun untuk dibukanya program PSL S2 kelas khusus. Penelitian yang berjudul “Strategi Pengurangan Penggunaan Pestisida Metil Bromida untuk Karantina dan Pra Pengapalan di Indonesia”, bertujuan untuk melakukan kajian terhadap kebijakan nasional yang terkait dengan metil bromida dan implementasinya, melakukan analisis kebutuhan pestisida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan, dan mencari prioritas strategi kebijakan pengaturan metil bromida. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Desember 2011 di 3 kota besar di Indonesia yang memiliki pelabuhan laut dengan volume ekspor/impor tinggi dan merupakan pelabuhan laut yang diijinkan untuk impor metil bromida sesuai Peraturan Menteri Perdagangan No. 38/M-DAG/PER/10/2010 yaitu Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penelitian hingga penyusunan tesis ini: 1. Bapak Dr. Drh. Akhmad Arif Amin selaku dosen pembimbing yang terus menyemangati ketika saya merasa putus harapan, kesulitan dalam memperoleh data-data; 2. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr., selaku dosen pembimbing dengan ketegasan dan kesabaran seorang ibu, memberikan bimbingan dan arahan untuk perbaikan tesis ini; 3. Ibu S. Sitepu - yang dengan caranya tersendiri memberikan doa dan dukungan terhadap setiap tahap pendidikan yang saya tempuh; 4. Sakti Simatupang - suami yang Tuhan berikan buat saya, atas pemakluman dan kesabaran selama saya menempuh pendidikan; 5. Anak-anakku Flo dan Tessa, yang tetap suka cita walau bapaknya ”diculik”; 6. Teman-teman Angkatan II Kelas Khusus PS-PSL IPB yang telah memberikan dukungan dan semangat untuk lulus bersama; 7. Teman-teman terkasih: Bapak Indro Sancoyo, Bapak Sholeh, Bapak Eka, Mbak Endang dan Bapak Bahrum yang setiap saat bersedia memberikan pertolongan; 8. Seluruh narasumber dan responden dari instansi pemerintah, importir dan perusahaan fumigasi yang telah bersedia memberikan informasi;
9. Teman-teman di sekretariat PS-PSL IPB: Mbak Ririn, Mbak Suli, Mbak Herlin, Mas Subur, dan Kang Iwan yang sangat membantu proses administrasi dan pembuatan surat-surat yang diperlukan selama pendidikan dan tesis ini. Akhir kata, saya berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pejabat pembuat kebijakan dan pemerhati masalah kebijakan pestisida dalam memperbaiki kebijakan yang sudah ada.
Bogor,
Maret 2012
Isma Naberisa Tarigan
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 23 April 1970, sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak S. Tarigan (Alm) dan Ibu S. br Sitepu. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN No. 060914 Medan pada tahun 1982, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Sunggal-Medan pada tahun 1985, dan selanjutnya menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 14 Medan. Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi pada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada pada tahun 1994. Sejak tahun 2002 hingga sekarang penulis bekerja di Kementerian Pertanian. Penulis pada tahun 2009 mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi program Magister di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL
..................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiii
I.
PENDAHULUAN ...................................................................... ...................................................................... 1.1. Latar Belakang 1.2. Kerangka Pemikiran ......... .......................................................... 1.3. Perumusan Masalah ...................................................................... 1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................... 1.5. Manfaat Penelitian .....................................................................
1 1 3 6 6 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2.1. Analisis Kebijakan ...................................................................... 2.2. Fumigasi .................................................................................. 2.2.1. Pestisida Metil Bromida .............................................. 2.2.2. Pestisida Sulfuril Fluorida .............................................. 2.2.3. Pestisida Fosfin ..........................................................
8 8 9 11 12 14
III. METODE PENELITIAN .......................................................... 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 3.2. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 3.3. Penentuan Sampel ...................................................................... 3.4. Metode Analisis ......................................................................
16 16 16 16 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
19
4.1. Stakeholders terkait Kebijakan Pengaturan Metil Bromida …..… 4.1.1. Kementerian Lingkungan Hidup .................................. 4.1.2. Kementerian Perdagangan .............................................. .............................................. 4.1.3. Kementerian Pertanian 4.1.3.1. Komisi Pestisida .............................................. 4.1.3.2. Sub Direktorat Pengawasan Pupuk dan Pestisida Direktorat Prasarana dan Sarana Pertanian (petugas pengawas pestisida) ...................... 4.1.3.3. Badan Karantina Pertanian .................................. 4.1.4. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai .................................. 4.1.5. Perusahaan Fumigasi .......................................................... 4.1.6. Pemegang Nomor Pendaftaran/Importir Terdaftar .......... 4.2. Ratifikasi Kesepakatan Internasional untuk Mengurangi Kerusakan Lapisan Ozon ..................................
20 21 21 21 21
viii
22 23 23 23 25 26
4.3. Kebijakan Nasional Pengaturan Metil Bromida ...................... 4.3.1. Kebijakan Pengadaan Metil Bromida ...................... 4.3.2. Kebijakan Penyaluran (Distribusi) Metil Bromida .......... 4.3.3. Kebijakan Penggunaan Metil Bromida ...................... 4.3.4. Kebijakan Pengawasan Metil Bromida ...................... 4.3.5. Kebijakan Penurunan Kuota Impor Metil Bromida .......... 4.4. Analisis Kebutuhan Metil Bromida ....... .................................. 4.5. Implementasi Kebijakan Pengaturan Metil Bromida .................. 4.6. Analisis Pemilihan Pestisida Fumigasi untuk Keperluan Karantina dan pra Pengapalan ...... .............................................. 4.7. Prioritas Strategi yang mempengaruhi Pengaturan Metil Bromida ........ ......................................................................
27 27 30 32 34 37 42 47
V. KESIMPULAN .................................................................................. 5.1. Kesimpulan .................................................................................. 5.2. Saran ........................................................................ .....................
60 60 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
62
LAMPIRAN ..............................................................................................
65
ix
51 53
DAFTAR TABEL Halaman 1 Metil bromida yang terdaftar di Indonesia ...........................................
12
2 Jenis, metode pengumpulan data dan analisis data berdasarkan tujuan penelitian .... ..........................................................
18
3 Konsumsi metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan negara ASEAN dan Amerika Serikat
..................
33
4 Konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan negara ASEAN dan Amerika Serikat ... ......................
43
5 Biaya fumigasi berdasarkan pestisida fumigasi yang digunakan ...........
56
x
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Kerangka pemikiran penelitian
.........................................................
6
2
Rata-rata penggunaan pestisida fumigasi oleh responden .................
24
3
Kekuatan dan kendala internal perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti ........... ............................................................
24
Kendala dan peluang eksternal perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti ... ................................................................
25
5
Impor dan distribusi metil bromida ... ................................................
32
6
Mekanisme pengawasan impor, distribusi, dan penggunaan metil bromida .....................................................................................
36
7
Kuota, realisasi impor dan konsumsi metil bromida ......................
39
8
Jumlah metil bromida yang terdaftar .................................................
40
9
Volume impor metil bromida dari beberapa negara ..........................
41
10 Fluktuasi harga metil bromida ...........................................................
41
11 Harga metil bromida dari beberapa negara ........................................
42
12 Analisis trend konsumsi metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan......................................................................................
44
13 Estimasi konsumsi dan strategi penurunan kuota skenario Protokol Montreal ………………………………………….............................
45
14 Estimasi konsumsi dan strategi penurunan kuota skenario adaptasi Protokol Montreal …......................................................................
46
15 Estimasi konsumsi dan strategi penurunan kuota skenario kebutuhan minimum ...........................................................................................
47
16 Tahapan persiapan fumigasi gerbong kereta Nusantara dengan metil bromida .....................................................................................
49
17 Tahapan pelaksanaan fumigasi gerbong kereta Nusantara tanpa alat pelindung diri ....................................................................
49
4
xi
18 Faktor yang mempengaruhi perusahaan fumigasi dalam memilih pestisida fumigasi. ................................................................................
52
19 Peringkat pestisida fumigasi yang dipilih perusahaan fumigasi. .........
52
20 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi kepatuhan perusahaan fumigasi. ...............................................................................................
54
21 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi pengawasan impor, distribusi, penggunaan dan pemberian sanksi yang tegas ...................
54
22 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi penetapan batas waktu penghapusan yang tegas. ......................................................................
55
23 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi waktu pemaparan pestisida pengganti. ...............................................................................
56
24 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi harga pestisida pengganti. .....
57
25 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi ketersediaan dana perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti. ...............
58
26 Bagan AHP kebijakan pengaturan metil bromida ................................
59
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1
Daftar responden pemegang nomor pendaftaran/ importir terdaftar metil bromida ......................................................................
65
Daftar responden perusahaan fumigasi
..............................................
66
3 Rekapitulasi jawaban responden atas kuesioner identifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi upaya pengurangan konsumsi metil bromida ......................................................................
67
4
Kebijakan pemerintah terkait pengaturan metil bromida .....................
76
5
Data impor metil bromida tahun 2006 – 2011
..................................
88
6
Perkiraan konsumsi metil bromida tahun 2012 – 2015 .........................
102
7
Data impor fosfin tahun 2009 – 2011 .................................................
103
8
Rekapitulasi jawaban responden atas kuesioner Analitycal Hierarchy Process (AHP) .....................................................................
106
2
xiii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Beberapa dekade belakangan ini dilaporkan bahwa telah terjadi penipisan lapisan ozon di Antartika dan fenomena penipisan lapisan ozon ini tampaknya semakin meluas akibat semakin meningkatnya konsumsi bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon. Kerusakan pada ozon diketahui dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti resiko tinggi terkena penyakit kanker kulit, katarak mata, dan menurunnya kekebalan tubuh pada manusia. Bahaya lainnya adalah bagi kehidupan pada ekosistem laut karena menurunnya produksi fitoplankton, terganggunya proses fisiologis dan perkembangan tumbuhan, serta tidak stabilnya suhu permukaan bumi. Bahan kimia yang mengandung klor dan brom merupakan bahan kimia perusak ozon yang utama. Beberapa jenis bahan kimia yang merupakan bahan perusak lapisan ozon (BPO) antara lain CFC (freon) dan isomernya, halon (halon-211, halon-1301, halon-2402), karbon tetraklorida (CCl4), metil kloroform (1,1,1-trikloroetana), HCFC (freon) dan isomernya, hidrobromo fluoro karbon HBFC-22B1 dan isomernya, bromo kloro metana (CH2BrCl) serta metil bromida (CH3Br). Menurut hasil penelitian Fabian dan Singh (1999), satu atom Cl dapat menguraikan sampai 100.000 molekul ozon dan bertahan 40-150 tahun di atmosfer. Fabian dan Singh melaporkan keberadaan gas bromin (CH3Br, CH2Br2 dan CHBr3) sangat sedikit di atmosfer, tetapi kerusakan ozon yang diakibatkan gas bromin lima puluh kali lebih tinggi dibandingkan gas klorin. Mengingat kerusakan lapisan ozon merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup manusia dan seluruh kehidupan di bumi, bangsa-bangsa di dunia sepakat melakukan kerja sama internasional untuk melindungi lapisan ozon yang diwujudkan dengan kesepakatan Protokol Montreal (1987) yang mengatur upaya pengurangan konsumsi BPO secara bertahap dan mengganti BPO dengan bahan lain yang tidak merusak lingkungan. Kesepakatan-kesepakatan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal diperbaharui secara berkala berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk itu Protokol Montreal mengalami
2
beberapa amandemen, yaitu: Amandemen London (1990), Amandemen Kopenhagen (1992), Amandemen Montreal (1997), Amandemen Beijing (1999), dan Amandemen Montreal (2007). Kebijakan
pertama
yang
ditetapkan
oleh
pemerintah
untuk
ikut
berpartisipasi mengurangi kerusakan lapisan ozon adalah Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer dan Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer. Kebijakan pemerintah selanjutnya terkait dengan kerja sama internasional dalam mendukung perlindungan lapisan ozon, yaitu: 1. Keputusan Presiden Nomor 92 Tahun 1998 tentang Pengesahan Montreal Protocol on Substances that Deplete
the Ozone Layer, Copenhagen 1992.
Pemerintah menyetujui untuk mengatur konsumsi metil bromida, sehingga konsumsi metil bromida tidak melebihi konsumsi tahun 1991 (Artikel 2H, Amandemen Kopenhagen) dan melarang impor metil bromida dari negara yang tidak
meratifikasi
Amandemen
Kopenhagen
(Artikel
4,
Amandemen
Kopenhagen). 2. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan Montreal Amendment to the Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer. Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2005 antara lain menyatakan bahwa Indonesia perlu mengembangkan sistem perizinan dalam rangka pengawasan dan pengendalian impor dan perdagangan untuk mencegah perdagangan ilegal BPO, Indonesia masih memerlukan metil bromida untuk keperluan di gudang, karantina dan pra pengapalan serta importasi hanya dapat dilakukan dari negara yang telah mengesahkan Amandemen Protokol Montreal. 3. Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2005 tentang Beijing Amendment to the Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer. Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2005 antara lain menyatakan bahwa Indonesia masih memerlukan hidro klorofluorokarbon dan menyetujui untuk mengatur konsumsi hidro klorofluorokarbon dengan cara melakukan ekspor dan impor dari negara yang telah mengesahkan amandemen.
3
Kebijakan pemerintah untuk mengawasi dan mengendalikan impor BPO khususnya metil bromida diamanatkan melalui beberapa peraturan, antara lain: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Metil bromida digolongkan dalam bahan berbahaya dan beracun (B3) yang terbatas digunakan (bahan berbahaya dan beracun yang dibatasi penggunaan, impor dan atau produksinya).
2. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24/M-DAG/PER/6/2006 tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon. Metil bromida hanya dapat diimpor ke wilayah pabean Indonesia sampai dengan 31 Desember 2007 melalui pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Sukarno Hatta, dan pelabuhan Merak. Pelaksanaan impor metil bromida (jumlah yang akan diimpor dan pelabuhan tujuan) harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri.
3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 33/M-Ind/Per/4/2007 tentang Larangan Memproduksi Bahan Perusak Lapisan Ozon serta Memproduksi Barang yang Menggunakan Bahan Perusak Ozon. Pengadaan metil bromida di Indonesia hanya melalui impor dan tidak boleh diproduksi di Indonesia.
4. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/12/2007 tentang
Ketentuan Impor Metil Bromida untuk Keperluan Karantina dan Pra Pengapalan. Sejak 1 Januari 2008, impor dan konsumsi metil bromida hanya untuk keperluan karantina (untuk mencegah masuk, menetap dan atau menyebarnya hama karantina) dan pra pengapalan (tindakan fumigasi untuk produk yang akan diekspor dalam jangka waktu paling lama 21 hari sebelum diekspor untuk memenuhi ketentuan dan atau pemintaan resmi dari negara pengimpor).
1.2. Kerangka Pemikiran Dalam rangka menghapus konsumsi metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan serta mengurangi konsumsi metil bromida secara
4
bertahap, Pemerintah Indonesia menetapkan beberapa kebijakan untuk mengatur pengadaan (impor), penyaluran (distribusi), dan penggunaan metil bromida. Pemerintah menetapkan bahwa pengadaan metil bromida di Indonesia hanya melalui impor, sedangkan penyaluran dan penggunaan metil bromida harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian (Permendag No. 24 Tahun 2006 Pasal 10). Pemerintah melarang penggunaan metil bromida selain untuk keperluan karantina dan pra pengapalan sejak tahun 2008 dan menurunkan konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan secara bertahap. Pestisida yang yang ideal sebagai pestisida fumigasi harus memiliki ciri-ciri: sangat beracun terhadap hama sasaran, tidak beracun terhadap tanaman dan vertebrata (termasuk manusia), murah, mudah digunakan, tidak berbahaya bagi makanan dan komoditas, tidak mudah meledak, tidak mudah terbakar, larut dalam air, tidak persisten, mudah dan cepat berdifusi menembus komoditas, stabil dalam keadaan gas, serta mudah terdeteksi oleh indera manusia. Data Kementerian Pertanian (2011) terdapat 27 pestisida yang terdaftar dan memperoleh izin Menteri Pertanian untuk keperluan fumigasi yaitu: 9 pestisida berbahan aktif metil bromida, 13 pestisida berbahan aktif alumunium fosfida, 3 pestisida berbahan aktif magnesium fosfida, 1 pestisida berbahan aktif sulfuril fluorida, dan 1 pestisida berbahan aktif fosfin. Setiap pestisida mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri, namun sampai saat ini metil bromida merupakan pestisida yang paling diminati dan perusahaan fumigasi enggan beralih ke pestisida pengganti. Metil bromida mempunyai kelebihan waktu pemaparan singkat (24 jam), daya penetrasi tinggi, kelarutan dalam air rendah sehingga relatif tidak meninggalkan residu, serta mempunyai bahan pendeteksi, namun merupakan BPO dan bersifat korosif terhadap logam tertentu. Sementara pestisida pengganti metil bromida, yaitu fosfin dan sulfuril fluorida mempunyai kelebihan dan kelemahan: 1. Pestisida fosfin bersifat mudah terbakar, korosif, kurang efektif pada suhu rendah, waktu pemaparan lambat (5-7 hari), berbau seperti bawang putih, bukan merupakan BPO, tetapi sudah ditemukan kasus resistensi pada beberapa hama sasaran.
5
2. Pestisida sulfuril fluorida mempunyai daya penetrasi tinggi, waktu pemaparan singkat (24 jam), kelarutan dalam air rendah sehingga relatif tidak meninggalkan residu, tidak bersifat korosif, bukan merupakan BPO, dapat digunakan pada komoditas yang tidak dapat difumigasi dengan metil bromida, namun kurang efektif mengendalikan hama pada fase telur dan tidak mempunyai bahan pendeteksi.
Meskipun pestisida pengganti telah tersedia dan pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan menghapus konsumsi metil bromida selain untuk
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Finnish
keperluan karantina dan pra pengapalan serta menurunkan kuota untuk keperluan
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Finnish
karantina dan pra pengapalan secara bertahap, namun kuota impor metil bromida setiap tahun tidak menunjukkan penurunan yang menyakinkan. Kebijakan penghapusan konsumsi metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan tidak maksimal tanpa pengawasan dan sanksi yang tegas, sedangkan penurunan kuota disinyalir akan menyebabkan berkurangnya metil bromida yang tersedia di pasaran dan memicu impor ilegal. Danim (2005) menyatakan bahwa kebijakan yang dibuat tanpa dukungan informasi/data lapangan, akan tidak efektif bahkan dapat menyebabkan masalah yang lebih besar. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis kebijakan pengaturan yang ada, mengetahui kebutuhan pestisida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan, dan mengetahui gambaran implementasi kebijakan pengaturan metil bromida, sehingga dapat diketahui prioritas strategi kebijakan pengaturan metil bromida.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Finnish Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Finnish Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Finnish Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Finnish Formatted: Font: (Default) Times New Roman
6
Kebijakan pengaturan metil bromida di Indonesia
Karantina dan pra pengapalan Penurunan kuota impor secara bertahap
Non karantina dan pra pengapalan Penghapusan konsumsi Tahun 2008
Formatted: Font: (Default) Arial Narrow, 11 pt, Bold Formatted: Font: (Default) Arial Narrow, 11 pt, Finnish Formatted: Font: (Default) Arial Narrow, 11 pt, Finnish
Ketersediaan pestisida pengganti
Sikap stakeholder
Formatted: Italian (Italy) Formatted: Font: (Default) Arial Narrow Formatted: Font: (Default) Arial Narrow
Analisis trend
Analisis kebijakan
Analytical Hierarchy Process
Formatted: Italian (Italy) Formatted: Font: (Default) Arial Narrow, Bold Formatted: Centered, Indent: First line: 0 cm, Line spacing: single
Rekomendasi prioritas strategi
Formatted: Font: Bold, Italian (Italy) Formatted: Font: (Default) Arial Narrow, Bold
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
Formatted: Italian (Italy) Formatted: Centered
1.3. Perumusan Masalah Masalah-masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah kebijakan terkait metil bromida yang ada sudah memadai dan sudah terimplementasi dengan baik? 2. Apakah pestisida yang tersedia mencukupi kebutuhan nasional untuk keperluan karantina dan pra pengapalan? 3. Bagaimana strategi pengaturan metil bromida?
Formatted: Font: (Default) Arial Narrow, 12 pt, Not Bold, Finnish Formatted: Font: (Default) Arial Narrow, Finnish Formatted: Font: (Default) Arial Narrow, 12 pt, Not Bold, Finnish Formatted: Font: (Default) Arial Narrow, Finnish Formatted: Finnish Formatted: Finnish Formatted: Centered Formatted: Finnish Formatted: Centered
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis kebijakan nasional yang terkait dengan metil bromida dan implementasinya.
2.
Menganalisis kebutuhan pestisida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan.
3.
Menyusun prioritas strategi kebijakan pengaturan metil bromida.
7
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai: 1. Informasi tentang kebijakan pengaturan metil bromida secara menyeluruh. 2. Informasi mengenai kebutuhan nasional akan pestisida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. 4. Masukan bagi pembuat kebijakan dalam menentukan prioritas strategi kebijakan pengaturan metil bromida.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Kebijakan Penelitian kebijakan merupakan proses penyelenggaraan penelitian untuk mendukung kebijakan atau análisis terhadap masalah-masalah sosial yang bersifat fundamental untuk membantu pengambil kebijakan dalam memecahkan masalah dengan cara menyediakan rekomendasi (Majchrzak 1984, diacu dalam Danim 2005). Dunn (2008) mendefinisikan analisis kebijakan sebagai suatu proses penelitian multi disiplin yang ditujukan untuk menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan informasi yang berguna untuk memahami dan memperbaiki kebijakan. Analisis kebijakan berawal dari lima pertanyaan tentang suatu kebijakan: (1) Apakah hakekat pertanyaan yang sedang dicari solusinya?; (2) Apakah aksi yang harus dipilih untuk menyelesaikan permasalahan?; (3) Apakah hasil yang didapat dengan memilih aksi penyelesaian tersebut?; (4) Apakah dengan mencapai hasil-hasil tersebut dapat menyelesaikan masalah?; (5) Apakah hasil yang diharapkan jika alternatif aksi lain yang dipilih? Selanjutnya Dunn (2008) menyebutkan bahwa 5 pertanyaan mengenai analisis kebijakan tersebut membutuhkan 5 tipe informasi, yaitu: 1. Masalah-masalah kebijakan (policy problems) merupakan informasi mengenai masalah-masalah
kebijakan,
termasuk
nilai
atau
kesempatan
yang
pencapaiannya dapat menghantar kepada penyelesaian masalah. Informasi mengenai masalah kebijakan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam análisis kebijakan, karena dapat mencegah kesalahan pada saat analisis memecahkan permasalahan. 2. Hasil kebijakan yang diharapkan (expected policy outcomes) merupakan kemungkinan konsekuensi atas sebuah desain kebijakan yang dibuat untuk memecahkan masalah. Informasi tentang kondisi-kondisi yang menyebabkan masalah, sangat penting dimiliki agar dapat menghasilkan kebijakan yang diharapkan.
9
3. Solusi kebijakan (preferred policies) merupakan solusi potensial atas sebuah masalah, yang diperoleh dari informasi tentang hasil-hasil kebijakan yang diharapkan. 4. Hasil kebijakan (observed policy outcomes) merupakan konsekuensi dari pelaksanaan solusi kebijakan yang diterapkan, tetapi kadang-kadang tidak jelas apakah suatu hasil merupakan pengaruh dari suatu kebijakan, karena suatu hasil dapat merupakan konsekuensi dari hasil atau faktor lain. 5. Kinerja kebijakan (policy performance) merupakan informasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap penilaian hasil kebijakan.
2.2. Fumigasi Fumigasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mencegah penyebaran organisme pengganggu dari suatu daerah ke daerah lain terhadap suatu komoditi dengan menggunakan pestisida berbentuk padat atau cair yang akan berubah bentuk menjadi gas pada suhu dan tekanan tertentu. Fumigasi merupakan salah satu persyaratan ekspor sesuai dengan ketentuan International Plant Protection Convention (IPPC), dimana setiap negara mempunyai hak untuk melakukan pencegahan penyebaran organisma pengganggu ke wilayahnya. Pestisida yang yang ideal sebagai fumigasi harus memiliki ciri-ciri antara lain: sangat beracun terhadap hama sasaran, tidak beracun untuk tanaman dan vertebrata (termasuk manusia), mudah diaplikasikan, tidak berbahaya bagi makanan dan komoditas, murah, tidak mudah meledak, tidak mudah terbakar, larut dalam air, tidak persisten, mudah dan cepat berdifusi menembus komoditas, stabil dalam keadaan gas (tidak akan mengembun menjadi cairan), serta mudah terdeteksi oleh indera manusia. Pestisida yang terdaftar dan memperoleh izin Menteri Pertanian untuk keperluan fumigasi terdiri dari 9 pestisida berbahan aktif metil bromida, 13 pestisida berbahan aktif alumunium fosfida, 3 pestisida berbahan aktif magnesium fosfida, 1 pestisida berbahan aktif sulfuril fluorida, dan 1 pestisida berbahan aktif fosfin (Kementerian Pertanian 2011). Metil bromida merupakan pestisida berspektrum luas yang telah digunakan secara komersial lebih dari 40 tahun untuk mengeradikasi hama seperti jamur, bakteri, virus soil-borne, serangga, tungau,
10
nematoda, dan tikus, akan tetapi metil bromida merupakan fumigan yang merusak lapisan ozon pada lapisan stratosfer (Marriott dan Schilling 2004, diacu dalam Sekhon 2010). Metil bromida dikategorikan sebagai BPO pada tahun 1992, dan penggunaannya diatur secara ketat dalam Protokol Montreal. Penggunaan metil bromida harus dikurangi secara bertahap sehingga diharapkan semua negara tidak lagi menggunakan metil bromida (phase out) pada tahun 2015 kecuali untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. EPA (1995) memberikan critical use exemption (CUE) untuk penggunaan pasca panen seperti food processing dan komoditas dalam penyimpanan sampai alternatif pengganti ditemukan. Ren et al. (2011) melakukan evaluasi terhadap beberapa alternatif pengganti metil bromida pada kayu pinus. Kayu pinus yang difumigasi (10 x 10 x 30 cm) dengan metil bromida dan sulfuril fluorida masing-masing dengan dosis 48 mg/l serta fosfin dengan dosis 1 mg/l selama 48 jam menunjukkan bahwa kayu pinus menyerap 70% metil bromida, 35% sulfuril fluorida, dan 25% fosfin. Dari hasil penelitian tersebut, Ren et al. menyimpulkan bahwa sulfuril fluorida dan fosfin dapat digunakan sebagai alternatif pengganti metil bromida yang cukup efektif. Yu et al. (2010) melaporkan hasil pengujian fumigasi sulfuril fluorida terhadap bambu yang akan diekspor dari China ke Amerika Serikat dengan dosis 96 g/m3 pada 15,9 °C, 80 g/m3 pada 21,5 °C, dan 64 g/m3 pada 26 °C selama 24 jam. Sebanyak 2424 larva, 90 kepompong, dan semua kumbang dewasa Chlorophorus annularis mati. Penelitian lain yang dilakukan terhadap kemasan kayu yang terserang kumbang Anoplophora glabripennis menunjukkan bahwa larva dan kepompong A. glabripennis dapat dikendalikan dengan sulfuril fluorida dosis 104 g/m3 pada suhu 15,6 °C selama 24 jam paparan (Barak et al. 2006). Rajendra dan Kumar (2008) melaporkan bahwa sulfuril fluorida dengan dosis 40 g/m3 untuk 24 jam pemaparan dan fosfin (magnesium fosfida dalam bentuk tablet) pada dosis 2 g/m3 untuk 96 jam pemaparan terbukti efektif untuk mengendalikan hama Lyctus africanus dan Sinoxylon sp., dan Dinoderus ocellaris pada palet kayu. Hasil uji terhadap S. zeamais, T. confusum, dan O. surinamensis yang difumigasi dengan Fumiguard 99 GA (sulfuril fluorida 99%), 100% larva dan imago mati pada dosis pemaparan 48 g/m3 (IPB 2009).
11
2.2.1. Pestisida Metil Bromida Pestisida metil bromida atau bromometana diidentifikasi berdasarkan Nomor Chemical Abstracts Service (No. CAS ) 74-83-9 atau Harmonized System Code (HS Code) 2903.39.00.00. Metil bromida merupakan bahan kimia organik yang diproduksi secara alamiah oleh pembakaran biomassa di laut mati dan bahan kimia yang merupakan buatan manusia (Singh dan Fabian 1999). Metil bromida merupakan gas halogen yang bereaksi sangat reaktif dengan molekul-molekul gas lainnya ketika berada di lapisan stratosfer. Metil bromida akan mengalami penguraian oleh sinar ultra vilolet dan menyebabkan lepasnya atom brom yang reaktif, selanjutnya atom brom ini akan bereaksi dengan ozon membentuk brom monoksida (BrO) yang juga bersifat sangat reaktif. Brom monoksida dan atom brom inilah yang secara berulang-ulang akan bereaksi dengan ozon atau oksigen sehingga terjadi reaksi penguraian ozon secara terus menerus. Reaksi
kimia
seperti inilah yang menyebabkan menurunnya jumlah molekul ozon di lapisan stratosfer (Fahey 2007). Kerusakan pada ozon diketahui dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti resiko tinggi terkena penyakit kanker kulit melanoma, meningkatkan kasus katarak dan kerusakan mata, kulit terbakar matahari, dan menurunnya kekebalan tubuh pada manusia. Bahaya lainnya bagi adalah terganggunya kehidupan pada ekosistem laut karena menurunnya jumlah fitoplankton, terganggunya proses fisiologis dan perkembangan tumbuhan terutama pada tanaman hortikultura, menurunnya kapasitas produksi tanaman serta terjadinya perubahan iklim atau
meningkatnya suhu permukaan bumi.
Kontribusi metil bromida terhadap perubahan iklim cukup signifikan tetapi cukup kecil dibanding kontribusi gas rumah kaca lainnya (Fahey 2007). Metil bromida sangat beracun bagi manusia karena dapat menyebabkan mata dan kulit terbakar (BPCP 2004). Toksisitas akut inhalasi metil bromida (LC50) pada tikus = 3,03 mg/l (Kato et al 1986, diacu dalam BPCP 2004), tetapi Duafala dan Gillis (1999) menyatakan tingkat paparan inhalasi metil bromida 5 mg/m3 menyebabkan luka pada epitel penciuman pada rongga pernafasan tikus. Sampai saat ini, metil bromida merupakan pestisida fumigasi yang banyak digunakan di beberapa negara. Hal ini disebabkan metil bromida mempunyai banyak keunggulan diantaranya efektif mengendalikan hama dengan spektrum
12
yang luas, waktu fumigasi lebih singkat, dan daya penetrasi tinggi (UNEP 1998), kelarutan dalam air rendah sehingga relatif tidak meninggalkan residu, serta tidak bersifat korosif terhadap logam. Namun demikian metil bromida merupakan salah satu bahan kimia yang dilaporkan dapat merusak lapisan ozon. Formulasi pestisida metil bromida mengandung 98% bahan aktif metil bromida dan 2% kloropikrin yang berfungsi sebagai bahan pendeteksi adanya kebocoran ketika melakukan fumigasi. Pestisida metil bromida berbentuk gas cair yang dikemas dalam tabung silinder yang terbuat dari baja dengan ukuran 20 kg dan 50 kg. Pada kemasan dilengkapi dengan label yang berisi keterangan mengenai
nama
dagang,
kandungan
bahan
aktif,
pemegang
nomor
pendaftaran/importir, nomor pendaftaran, dan kalimat peringatan ”hanya boleh digunakan oleh pengguna yang telah terlatih dan bersertifikat serta hanya digunakan untuk keperluan karantina dan pra pengapalan”. Pestisida metil bromida yang terdaftar dan memperoleh izin Menteri Pertanian seperti tersebut pada Tabel 1.
Tabel 1 Pestisida metil bromida yang terdaftar di Indonesia No
Nama Dagang
Pemegang Nomor Pendaftaran
1
Biometh 98 LG
PT Biotek Sarana Industri
2
Dupibrom 98 LG
PT Dua Pilar
3
H-Brom 98 LG
PT Harmed
4
Mebrom 98 LG
PT Grasse Arum Lestari
5
Metabrom 98 LG
PT Asomindo Raya
6
Metil-Gas 98 LG
7
PT Yanno Agro Science Indonesia Puskobrom 98 LG PT Puskopal Jakarta
8
Sinobrom 98 LG
9
Sobbrom 98 LG
PT Kirana Ekanusa Chemindo PT Anugerahkimia Ariwidya
Alamat Gd. I BPPT Lt. 15-26 Jl. MH Thamrin No. 8, Jakarta Ruko Niaga BSD City Sektor IV/63 Kel.Lengkong Wetan, Jakarta Wiguna Selatan 9/12 Tambak, Gunung Anyar, Surabaya Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta Jl. Tebet Raya No. 11 A Jakarta Jl. Pahlawan Seribu Serpong Tangerang Jl. Tabah Raya Komplek TNI AL Sunter, Jakarta Jl. Gunung Sahari Raya No. 5A Jakarta Jl. P. Jayakarta 73A Blok B. 1/8 Jakarta
Sumber: Kementerian Pertanian 2011 Beberapa produk yang diketahui bermasalah/rusak bila difumigasi dengan metil bromida adalah yang mengandung lemak antara lain produk makanan
13
berlemak, produk dari kulit, woll, produk jadi dari bahan yang berminyak, produk dari karet, vinil, lukisan minyak, produk asal tulang, bulu hewan, bulu burung, arang batu bara bentuk padat, cat berbasis sulfur, bahan kimia fotografi, kertas, kertas kaca tipis, kemasan polystyrene, bibit dan benih tanaman, bunga potong, artefak, batu yang mengandung kadar air tinggi, dan logam tertentu (seng, aluminium, perak, emas, kuningan). Pestisida alternatif yang dapat digunakan untuk fumigasi produk tersebut adalah pestisida sulfuril fluorida atau fosfin.
2.2. 2. Pestisida Sulfuril Fluorida Pestisida sulfuril fluorida merupakan gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak menyebabkan iritasi mata, dan tidak mengandung bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pendeteksi (EPA 1985). Di Amerika Serikat, pestisida sulfuril fluorida ditambahkan kloropikrin yang merupakan gas yang menyebabkan iritasi mata dan iritasi saluran pernafasan. Pestisida sulfuril fluorida di dunia diproduksi oleh 3 perusahaan besar dunia yaitu Dow AgroSciences (Vikane dan Profume), EnSystex of North Carolina (Zytho), dan Drexel Chemical Company (Master Fume). Sulfuril fluorida disimpan dalam kemasan silinder baja dengan ukuran 10 kg, 40 kg, dan 80 kg. Pestisida sulfuril fluorida merupakan gas rumah kaca yang dapat bertahan di atmosfer sekitar 36 tahun. Muhle (2011) menemukan bahwa konsentrasi gas sulfuril fluorida meningkat 4-6% per tahun antara tahun 1978 dan 2007. Muhle menghitung bahwa satu kilogram sulfuril fluorida yang dipancarkan ke atmosfer memiliki potensi pemanasan global sekitar 4.800 kali lebih besar dari satu kilogram karbon dioksida. Namun, jumlah sulfuril fluorida yang dilepaskan ke atmosfer (sekitar 2000 MT/tahun) jauh lebih rendah dibandingkan dengan karbon dioksida (sekitar 30 miliar MT/tahun). Pestisida sulfuril fluorida diidentifikasi berdasarkan nomor CAS 2699-79-8 atau HS Code 2812.900.000. Toksisitas akut inhalasi sulfuril fluorida pada beberapa hasil penelitian pada tikus berkisar 4130-4675 mg/m3. Pada pengujian 14 hari, dosis tertinggi sulfuril fluorida yang tidak menunjukkan efek kesehatan yang merugikan pada tikus dan kelinci (NOEL = 2,5 mg/kg/hari dan dosis 417
14
mg/m3). Tikus yang diuji dengan paparan sampai 333,60 mg/m3 tidak ditemukan adanya efek karsinogenetik (APVMA 2007). Sulfuril
fluorida
umumnya
sangat
postembromidayonic serangga (Kenaga
beracun
untuk
semua
tahap
1957; Bond dan Monro 1961, diacu
dalam HSDB 1991). Outram 1967, diacu dalam HDSB 1991 melaporkan telur dari banyak spesies serangga sangat resisten terhadap sulfuril fluorida dan mempunyai efek racun akut bagi manusia. Hal ini kemungkinan disebabkan sulfuril fluorida sangat cepat teraerasi dan apabila terhirup, efek toksisitas sulfuril fluorida sama dengan metil bromida. EPA (2004) melaporkan bahwa fumigasi produk makanan dengan sulfuril fluorida memungkinkan produk makanan mengandung residu dalam kadar yang tidak aman dan dapat mempengaruhi kualitas produk, karena ion fluorida dapat terikat pada protein dan lemak. Sementara itu APVMA (2007) melaporkan sulfuril fluorida akan berubah menjadi sulfat dan fluorida jika kontak dengan protein, sehingga fumigasi bahan makanan yang mengandung protein tinggi harus mempertimbangkan kemungkinan adanya residu.
2.2.3. Pestisida Fosfin Pestisida fosfin diidentifikasi berdasarkan No. CAS 20859-73-8 atau HS Code 3808.501.900. Fosfin sangat beracun terhadap semua bentuk kehidupan hewan, oleh karena itu paparan terhadap manusia bahkan untuk jumlah sedikit harus dihindari. Keracunan dapat terjadi akibat tertelan atau menghirup gas. Fosfin pada konsentrasi 2,8 mg/l, dapat mematikan manusia dalam waktu yang sangat singkat (Flury dan Zernik 1931, diacu dalam HSDB 1999). Nilai ambang batas yang ditetapkan untuk petugas fumigasi yang bekerja 40 jam/minggu sebesar 0,3 ppm. Fosfin merupakan fumigasi dengan peringkat tertinggi untuk fumigasi paling beracun dengan daya racun bersifat kronis (racun bekerja lambat) (Winks 1974, diacu dalam HSDB 1999). Fosfin mempunyai efek menghambat pernafasan serangga dengan daya racun yang sangat unik, yaitu sangat tergantung dengan keberadaan oksigen. Ketika oksigen tidak ada, fosfin tidak dapat diserap dan tidak toksik terhadap serangga (Bond et al. 1967, diacu dalam HSDB 1999).
15
Formulasi fosfin berbentuk tablet atau pelet dan biasanya merupakan fosfida logam (aluminium fosfida atau magnesium fosfida) dengan bahan-bahan tambahan seperti amonium karbamat dan amonium bikarbonat yang dapat mencegah terjadinya kebakaran serta parafin yang berfungsi untuk memperlambat penyerapan air dan pelepasan gas (Arifin et al. 2009)
16
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di tiga kota yaitu Jakarta (Pelabuhan Tanjung Priok), Surabaya (Pelabuhan Tanjung Perak), dan Makassar (Pelabuhan Sukarno Hatta). Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan pada kota yang memiliki pelabuhan dengan volume ekspor impor tinggi dan merupakan pelabuhan yang diizinkan untuk impor metil bromida menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 38/M-DAG/PER/10/2010. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember tahun 2011. Tahapan penelitian meliputi persiapan penelitian, inventarisasi kebijakan pengaturan metil bromida, pengumpulan data primer dan sekunder, analisis dan interpretasi data serta penulisan tesis.
3.2. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah review dokumen, survey (wawancara dengan kuesioner terstruktur terhadap stakeholders terkait) dan observasi langsung ke lapangan. Stakeholders yang terkait dalam implementasi kebijakan pengaturan metil bromida adalah Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian (Komisi Pestisida, Sub Direktorat Pengawasan Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian/petugas pengawas pestisida, dan Badan Karantina Pertanian), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, pemegang nomor pendaftaran/importir terdaftar, dan perusahaan fumigasi terdaftar. Untuk selanjutnya pemegang nomor pendaftaran disebut sebagai importir dan perusahaan fumigasi terdaftar disebut sebagai perusahaan fumigasi.
3.3. Penentuan Sampel Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive sampling). Responden dipilih berdasarkan keterwakilan kepentingan stakeholders terhadap kebijakan pengaturan metil bromida. Sampel yang dipilih adalah stakeholders
17
yang terlibat secara langsung dalam kebijakan pengaturan metil bromida, baik keterlibatan dalam pembuatan kebijakan maupun stakeholders yang terkena dampak kebijakan pengaturan metil bromida. Responden dari instansi pemerintah dipilih dengan kriteria pejabat/staf yang menangani tugas yang berkaitan langsung dengan metil bromida minimal 2 tahun. Responden dari importir metil bromida seperti disajikan pada Lampiran 1, dipilih empat importir dengan kriteria merupakan importir terdaftar > 2 tahun, dengan perincian 1 importir baru (> 2 tahun ) dan 3 importir lama (> 5 tahun). Responden dari pengguna dipilih sebanyak 10% dari perusahaan fumigasi yang terdaftar di Badan Karantina Pertanian, dengan perincian 3 perusahaan fumigasi di Makassar, 2 perusahaan fumigasi di Jakarta, dan 5 perusahaan fumigasi di Surabaya (Lampiran 2).
3.4. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif, analisis trend, dan
Analytical Hierarchy Process (AHP). Analisis deskriptif ditujukan untuk mengetahui gambaran implementasi kebijakan pengaturan metil bromida. Analisis trend digunakan untuk mengestimasi kebutuhan konsumsi pestisida fumigasi tahun 2012-2015. Data yang digunakan adalah data konsumsi metil bromida tahun 1995-2010, data impor metil bromida tahun 2006-2011, data impor pestisida fosfin dan sulfuril fluorida tahun 2009-2011. Pengolahan data analisis trend konsumsi pestisida fumigasi menggunakan perangkat lunak Minitab 14.12. Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan prioritas strategi kebijakan pengaturan metil bromida. Pengolahan data kuesioner AHP menggunakan perangkat lunak program Expert Choice.
18
Tabel 2 Jenis, metode pengumpulan data dan analisis data berdasarkan tujuan penelitian Tujuan Penelitian
Menganalisis semua kebijakan terkait metil bromida dan implementasinya
Jenis dan Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data Data primer/sekunder: Penelusuran Peraturan terkait kebijakan dokumen; pengaturan metil bromida wawancara mendalam
Menganalisis kebutuhan pestisida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan
Data primer/sekunder - Data konsumsi metil bromida (UNEP) - Data impor metil Bromida (Bea dan Cukai/BPS) - Data impor (Bea dan Cukai/BPS) - Daftar perusahaan fumigasi terdaftar (Barantan)
Menyusun prioritas strategi kebijakan pengaturan metil bromida (penurunan kuota metil bromida)
Sikap stakeholders terhadap kebijakan pengaturan metil bromida (penurunan kuota metil bromida)
Penelusuran dokumen
Kuesioner terstruktur dan wawancara mendalam
Analisis Data
Output
Deskriptif: Analisis isi dan implementasi kebijakan
Deskripsi implementasi kebijakan pengaturan metil bromida
Analisis Statistik: Analisis trend konsumsi metil bromida
Deskripsi kebutuhan metil bromida serta estimasi kebutuhan metil bromida tahun 2012-2015
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Prioritas strategi kebijakan pengaturan metil bromida (penurunan kuota metil bromida)
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metil bromida pertama kali terdaftar di Indonesia pada tahun 1973 dengan nama dagang Metabrom 980 atas nama PT Asomindo Raya (Keputusan Menteri Pertanian Nomor 280/Kpts/Um/6/1973). Perkembangan pendaftaran metil bromida berikutnya relatif lamban dibanding pestisida lainnya yaitu: a. Methyl Bromida atas nama PT Lindoteves Indonesia (Keputusan Menteri Pertanian Nomor 437/Kpts/Um/11/75). b. Brom-O-Gas atas nama NV Pancaratna (Keputusan Menteri Pertanian Nomor 321/Kpts/UM/5/1978). c. Methybrom atas nama Perwakilan Sumitomo Corporation (Keputusan Menteri Pertanian 85/Kpts/UM/2/1980). Pada tahun 1994, Menteri Pertanian menetapkan pembatasan penggunaan dan izin metil bromida. Berdasarkan pertimbangan Komisi Pestisida (surat Ketua Komisi Pestisida Nomor 3/Kompes/94), Menteri Pertanian memutuskan untuk tidak menerima lagi permohonan pendaftaran, mengurangi penggunaan secara bertahap, dan menghentikan penggunaan metil bromida pada tahun 1997 (Keputusan Menteri Pertanian Nomor 322/Kpts/TP.270/4/94). Dampak dari kebijakan tersebut, selama 8 tahun tidak ada permohonan pendaftaran metil bromida. Sesuai kebijakan Menteri Pertanian yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida, suatu pestisida yang telah memenuhi semua persyaratan teknis dan/atau administrasi akan mendapat ijin tetap (berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang kembali). Kebijakan ini berlaku pada permohonan pendaftaran metil bromida tahun 1973-2002, semua permohonan pendafttaran metil bromida yang telah memenuhi semua persyaratan teknis dan/atau administrasi, mendapat ijin tetap. Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 507/Kpts/SR.140/9/2006 menetapkan bahwa seluruh permohonan pendaftaran metil bromida, baik pendaftaran baru maupun pendaftaran ulang, mendapat ijin sementara (berlaku selama 1 tahun dan dapat diperpanjang kembali). Keputusan Menteri Pertanian ini merupakan cikal bakal
20
pemberian izin sementara bagi semua permohonan metil bromida. Pemberian izin sementara untuk metil bromida (Pasal 49) bertentangan dengan Pasal 13 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 24/Permentan/SR.140/4/2011 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida. Kebijakan ”setengah hati” seperti ini, dimana terdapat perbedaan kebijakan antara satu pestisida dengan pestisida lain, merugikan importir, karena izin sementara hanya berlaku selama 1 tahun dan importir mempunyai kewajiban untuk melakukan pendaftaran ulang paling lambat 90 hari kerja sebelum masa izin berakhir. Hasil wawancara dengan responden importir, 100% responden menyatakan keberatan dengan sistem perizinan yang membedakan status izin metil bromida dengan pestisida berbahan aktif lain, terlebih waktu yang diperlukan importir untuk proses perizinan/rekomendasi impor metil bromida sekitar 4 - 6 bulan, sehingga waktu efektif untuk impor metil bromida hanya 6 - 8 bulan. Metil bromida yang terdaftar tahun 1975-2004 adalah untuk mengendalikan hama gudang/penyimpanan hasil pertanian, tetapi sejak tahun 2005, pemegang nomor pendaftaran metil bromida, mendaftarkan produknya untuk mengendalikan serangga Tribolium castaneum pada karantina dan pra pengapalan. Pestisida Mebrom 98 LG (RI.1505/11-2002/S) yang terdaftar tahun 1978 untuk penggunaan pada penyimpanan hasil pertanian, organisme sasaran dan bidang penggunaannya berubah menjadi serangga Tribolium castaneum pada karantina dan pra pengapalan, walaupun belum melampirkan hasil pengujian (Keputusan Menteri Pertanian Nomor 518/Kpts/SR.140/9/2007).
4.1. Stakeholders terkait Kebijakan Pengaturan Metil bromida Menurut Danim (2005) stakeholders adalah pribadi atau kelompok yang turut memberikan masukan dalam proses pembuatan kebijakan atau yang menjadi sasaran keputusan suatu kebijakan. Danim (2005) juga membagi stakeholders menjadi stakeholders aktif (stakeholders terlibat dalam proses pembuatan kebijakan) dan pasif (stakeholders menjadi sasaran kebijakan). Dalam penelitian ini yang merupakan stakeholders aktif stakeholders aktif yaitu: Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian (Komisi Pestisida, Badan Karantina Pertanian dan Sub Direktorat Pengawasan Pupuk dan
21
Pestisida, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian/petugas pengawas pestisida), serta Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Sedangkan stakeholders pasif adalah pemegang nomor pendaftaran/importir terbatas dan perusahaan fumigasi yang terdaftar di Badan Karantina Pertanian. 4.1.1. Kementerian Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup merupakan instansi pemerintah yang bertugas untuk mengkoordinasi dan memfasilitasi kebijakan dan implementasi program perlindungan lapisan ozon termasuk kebijakan dan implementasi pengaturan impor dan penggunaan Metil bromida. Kementerian Lingkungan Hidup mengawasi impor metil bromida dengan cara menerbitkan surat rekomendasi impor kepada pemegang nomor pendaftaran, yang mengajukan permohonan sebagai importir. 4.1.2.
Kementerian Perdagangan Kementerian Perdagangan mempunyai kewenangan mengatur ekspor
dan/atau impor komoditi. Kementerian Perdagangan berperanan penting dalam menetapkan kebijakan impor BPO khususnya metil bromida, termasuk melakukan pengawasan terhadap impor dan penyaluran metil bromida. Setiap pemegang nomor pendaftaran yang akan melakukan impor metil bromida, harus mendapat persetujuan dari Kementerian Perdagangan untuk menjadi importir. Jumlah impor metil bromida yang diijinkan tidak melebihi kuota yang diijinkan oleh Menteri Pertanian dan diawasi dalam bentuk kartu kendali impor. 4.1.3. Kementerian Pertanian 4.1.3.1. Komisi Pestisida Komisi Pestisida merupakan lembaga non struktural yang beranggotakan 28 orang wakil dari instansi terkait baik di dalam maupun di luar Kementerian, komisi ini antar lain bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri
Pertanian
mengkoordinasi
dalam
pengawas
pengambilan
kebijakan
pestisida pusat
serta
di
bidang
menyampaikan
pestisida, laporan
pengawasan pestisida oleh pengawas pestisida pusat kepada Menteri Pertanian
22
(Keputusan Menteri Pertanian Nomor 847/Kpts/OT.160/2/2011 tentang Komisi Pestisida). 4.1.3.2. Sub Direktorat Pengawasan Pupuk dan Pestisida, Direktorat Prasarana dan Sarana Pertanian (petugas pengawas pestisida) Petugas pengawas pestisida yang selanjutnya disebut pengawas pestisida adalah pegawai negeri sipil baik di pusat maupun daerah yang memenuhi syarat untuk melakukan pengawasan pestisida. Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/SR.140/5/2007 jo to Keputusan Menteri Pertanian Nomor 517/Kpts/TP.270/9/2002 tentang Pengawasan Pestisida, pengawas pestisida mempunyai tugas: a. Melakukan pengawasan mutu bahan teknis dan formulasi pestisida dengan memperhatikan batas toleransi yang diperbolehkan untuk kadar bahan aktif di tingkat produksi, peredaran dan penggunaan. b. Melakukan pengawasan terhadap jenis dan jumlah pestisida, wadah, pembungkus, label serta publikasi pestisida. c. Melakukan pengawasan dokumen perizinan usaha, nomor pendaftaran dan dokumen administrasi lainnya di tingkat produksi dan peredaran. d. Melakukan pengawasan terhadap ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja. e. Melakukan pengawasan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, akibat pengelolaan pestisida. f. Melakukan pengawasan terhadap jenis dan dosis pestisida serta sasaran komoditas dan organisme sasaran yang diizinkan. g. Melakukan pengawasan efikasi dan resurjensi pestisida, akibat penggunaan pestisida. h. Melakukan pengawasan terhadap penerapan ketentuan sarana, peralatan yang digunakan untuk pengelolaan pestisida. i. Melakukan pengawasan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, akibat pengelolaan pestisida. j. Melakukan pengawasan terhadap residu pestisida pada produk pertanian dan media lingkungan. k. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemusnahan pestisida.
23
4.1.3.3. Badan Karantina Pertanian Badan Karantina Pertanian dalam penyelenggaraan perkarantinaan selalu berorientasi pada keselamatan lingkungan. Tugas dan fungsi Badan Karantina Pertanian adalah melindungi keselamatan sumberdaya alam hayati dari ancaman organisme pengganggu dan keselamatan manusia dari ancaman cemaran pangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37/Permentan/OT.140/7/2009 tentang Penggunaan Pestisida Berbahan Aktif Metil Bromida untuk Tindakan Perlakuan Karantina Tumbuhan dan Perlakuan Pra Pengapalan, Badan Karantina Pertanian sebagai instansi pembina perusahaan fumigasi mendukung kebijakan pengurangan
penggunaan
metil
bromida.
Badan
Karantina
Pertanian
mengembangkan metode praktik fumigasi yang baik dan benar kepada perusahaan fumigasi dengan melakukan program kerja sama dengan pemerintah Australia melalui Australian Fumigation Accreditation Scheme in Indonesia (AFASID). 4.1.4.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sesuai kebijakan pemerintah untuk melarang impor metil bromida selain
untuk keperluan karantina dan pra pengapalan dan menurunkan kuota impor metil bromida secara bertahap, maka instansi yang paling berperan dalam pengawasan impor metil bromida adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Data impor metil bromida dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan data yang paling mencerminkan jumlah metil bromida yang beredar di wilayah Republik Indonesia.
4.1.5.
Perusahaan Fumigasi Perusahaan fumigasi yang merupakan stakeholders pada penelitian ini hanya
perusahan fumigasi yang terdaftar di Badan Karantina Pertanian untuk melakukan tindakan perlakuan fumigasi dengan metil bromida (Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009). Perusahaan fumigasi yang menjadi responden dalam penelitian ini, 20% yang memiliki karyawan > 21 orang, 50% memiliki karyawan 11-20 orang, sementara 30% memiliki karyawan < 10 orang (Lampiran 3). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, 100% responden menyatakan telah mengetahui bahwa metil bromida menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan kerusakan lapisan ozon dapat mengganggu kesehatan manusia. Sebanyak 100% responden juga menyatakan telah mengetahui bahwa Indonesia telah meratifikasi
24
Protokol Montreal dan metil bromida tidak boleh digunakan selain untuk karantina dan pra pengapalan (Lampiran 3). Namun rata-rata responden menggunakan pestisida fumigasi dengan perbandingan 90% metil bromida, 10% fosfin, dan tidak ada responden yang telah menggunakan sulfuril fluorida. 0% 10% Fosfin Metil bromida 90%
Sulfuril fluorida
Gambar 2 Rata-rata penggunaan pestisida fumigasi oleh responden. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata responden menyatakan bahwa faktor kendala internal untuk beralih ke pestisida pengganti adalah peralatan personal safety yang langka dan mahal (38%), biaya fumigasi dengan pestisida pengganti yang lebih tinggi (35%) dan 27% disebabkan oleh perlunya pelatihan baru untuk pestisida pengganti, sedangkan kekuatan internal perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti 45% dipengaruhi oleh perusahaan telah memiliki karyawan/operator yang handal (Gambar 3). Kekuatan internal perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida Kesadaran pengganti menggunakan 45% 20% pestisida yang tidak merusak ozon. Perusahaan memiliki dana yang cukup (peralatan detektor, safety 35% dan pelatihan).
Kendala internal perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti 35%
27%
Bahan pendeteksi kebocoran (bahan pembau) tidak ada dalam formulasi sulfuril fluorida.
38%
Gambar 3 Kekuatan dan kendala internal perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti.
25
Seperti disajikan pada Gambar 4, rata-rata responden menyatakan bahwa kendala eksternal perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti adalah permintaan dari negara tujuan ekspor untuk melakukan fumigasi dengan metil bromida dan belum adanya kebijakan pemerintah yang tegas. Sebanyak 100% responden menyatakan bahwa pemerintah menetapkan standar ganda dalam mengawasi dan menindak perusahaan fumigasi. Perusahaan fumigasi yang terdaftar, diaudit sewaktu-waktu (audit investigasi) dan diaudit secara rutin setiap enam bulan (audit surveilen). Sementara pengawasan dan penindakan terhadap perusahaan fumigasi yang tidak terdaftar justru lebih longgar. Peluang perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti semakin besar apabila pemerintah membebaskan bea masuk pestisida pengganti dan perlengkapan fumigasi sehingga biaya fumigasi dengan pestisida pengganti lebih rendah serta apabila perusahaan eksportir dan/atau negara tujuan ekspor tidak mewajibkan fumigasi dengan metil bromida. Kendala eksternal perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti Belum ada 23% kebijakan dan 23% strategi pemerintah yang tegas. 20%
Permintaan negara tujuan 18% 16% ekspor.
Peluang eksternal perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida Bebas bea masuk pengganti bagi bahan dan 21% 36%perlengkapan fumigasi non MeBr. 14% 29%
Kesadaran klien tidak fumigasi dengan MeBr.
Gambar 4 Kendala dan peluang eksternal perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti. 4.1.6. Pemegang Nomor Pendaftaran/Importir Terdaftar Importir terdaftar metil bromida, selanjutnya disebut importir adalah perusahaan perdagangan yang mendapat penunjukan dari pemerintah untuk mengimpor dan mendistribusikan metil bromida (Peraturan Menteri Perdagangan No. 24 Tahun 2006). Pada Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009,
26
importir terdaftar merupakan pemegang nomor pendaftaran metil bromida yang diberikan oleh Menteri Pertanian dan ditunjuk sebagai importir oleh Menteri Perdagangan. 4.2. Ratifikasi Kesepakatan Internasional untuk Mengurangi Kerusakan Lapisan Ozon Kebijakan
pertama
yang
ditetapkan
oleh
pemerintah
untuk
ikut
berpartisipasi dengan negara-negara di dunia dalam mengurangi kerusakan lapisan ozon adalah Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer dan Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer. Ratifikasi kedua kesepakatan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah menyetujui untuk mengurangi kerusakan lapisan ozon dengan mengganti BPO dengan bahan lain yang tidak merusak lingkungan. Pada tahun 1992, negara-negara pihak sepakat untuk mengamandemen Protokol Montreal, namun Indonesia meratifikasi amandemen tersebut pada tahun 1998 melalui Keputusan Presiden No. 92 Tahun 1998 tentang Pengesahan Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer, Copenhagen 1992. Adapun Amandemen Kopenhagen menetapkan metil bromida, HBFC, dan HCFC sebagai BPO dan metil bromida hanya dapat diimpor dari negara pihak Protokol Montreal, serta konsumsi metil bromida sejak tahun 1995 tidak melebihi konsumsi tahun 1991 (tidak termasuk metil bromida yang digunakan untuk keperluan karantina dan pra pengapalan). Presiden Republik Indonesia pada tahun 2005 meratifikasi Amandemen Montreal melalui Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2005 tentang Pengesahan Amendemen Montreal. Dalam peraturan presiden ini, pemerintah kembali menegaskan bahwa Indonesia masih memerlukan metil bromida untuk keperluan karantina, pra pengapalan, dan di gudang serta Indonesia perlu mengembangkan sistem perizinan dalam rangka pengawasan dan pengendalian impor/perdagangan untuk mencegah perdagangan ilegal BPO. Ratifikasi Amandemen Montreal menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk mematuhi hak dan kewajiban yang timbul sebagai negara pihak untuk mengurangi konsumsi BPO khususnya metil bromida.
27
4.3. Kebijakan Nasional Pengaturan Metil Bromida Sebagai konsekuensi dari ratifikasi Protokol Montreal, Indonesia sebagai negara pihak telah menyetujui untuk mengganti BPO dengan bahan lain yang tidak merusak ozon atau dengan kata lain menghapus penggunaan BPO sampai batas waktu tertentu (Keputusan Presiden No. 23 Tahun 1992). Untuk menghindari ketidaksiapan sektor industri pengguna BPO beralih ke bahan lain yang diketahui lebih aman, penghapusan penggunaan BPO dilakukan secara bertahap. Dalam kaitannya dengan metil bromida, sejak ratifikasi Protokol Montreal, pemerintah telah menetapkan beberapa kebijakan dalam rangka mendukung
penghapusan
penggunaan
metil
bromida.
Berbeda
dengan
penghapusan penggunaan BPO lain seperti CFC dan HCFC dimana pemerintah telah berhasil menetapkan phase out secara total, penghapusan penggunaan metil bromida di Indonesia masih terlihat seperti kebijakan “setengah hati”. Kebijakan pemerintah menghapus penggunaan metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan serta menurunkan konsumsi untuk keperluan karantina dan pra pengapalan, diuraikan seperti berikut ini.
4.3.1. Kebijakan Pengadaan (Impor) Metil Bromida Metil bromida yang beredar di Indonesia tidak diproduksi di dalam negeri, tetapi diimpor sebagai produk siap pakai (metil bromida 98% dan kloropikrin 2%) dari China, Inggris, dan Belgia (Kementerian Pertanian 2011). Kebijakan pertama yang ditetapkan pemerintah dalam pengaturan metil bromida adalah pembatasan waktu perdagangan dan penggunaan metil bromida sampai 25 Januari 2005 (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 110/MPP/Kep/1/ 1998). Kebijakan lain sejalan dengan keputusan menteri tersebut adalah Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 111/MPP/Kep/1/1998 yang menetapkan pelarangan impor metil bromida sejak 27 Januari 1998 dan impor metil bromida yang L/C nya diterbitkan sebelum tanggal 31 Desember 1997, harus sudah tiba di Indonesia selambat-lambatnya tanggal 30 Juni 1998. Kedua kebijakan tersebut menggambarkan bahwa Kementerian Perindustrian dan Perdagangan sangat progresif dalam menyikapi Protokol Montreal dan amandemennya, namun kedua keputusan menteri tersebut di atas tidak
28
memperhatikan kebutuhan karantina dan pra pengapalan. Kedua keputusan menteri tersebut juga menunjukkan ketidakkonsistenan dengan Keputusan Presiden No. 92 Tahun 1998 yang mengesahkan Amandemen Kopenhagen. Sebagaimana pemerintah telah meratifikasi Amandemen Kopenhagen, seharusnya Menteri Perindustrian dan Perdagangan tidak melarang impor, perdagangan dan penggunaan metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. Pada tahun yang sama, Menteri Perindustrian dan Perdagangan menetapkan kebijakan baru yang terkait dengan BPO, metil bromida diizinkan untuk diimpor tetapi hanya untuk keperluan karantina, gudang dan pra pengapalan (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 410/MPP/Kep/9/1998 dan 411/MPP/Kep/9/1998). Untuk mencegah penggunaan metil bromida selain untuk keperluan karantina, gudang dan pra pengapalan, Menteri Perindustrian dan Perdagangan menetapkan pada kemasan tabung metil bromida harus disertai label dengan kalimat peringatan “digunakan hanya untuk karantina, di gudang dan pra pengapalan.” Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 410 Tahun 1998 juga inkonsisten dengan Keputusan Presiden No. 92 Tahun 1998, karena Amandemen
Kopenhagen
melarang
penggunaan
metil
bromida
di
gudang/penyimpanan hasil pertanian. Menindaklanjuti Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2005 tentang Amandemen Montreal, Menteri Perdagangan menetapkan kebijakan terkait metil bromida yaitu Peraturan Menteri Perdagangan No. 24 Tahun 2006. Peraturan tersebut inkonsisten dengan Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2005, Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 410 Tahun 1998 serta No. 411 Tahun 1998 yang memperkenankan impor metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan (Permendag No. 24 Tahun 2006 Pasal 2 Ayat 5: impor metil bromida diperkenankan sampai 31 Desember 2007). Kebijakan pemerintah yang melarang impor metil bromida setelah 1 Januari 2008 kembali menimbulkan keresahan di kalangan importir, perusahaan fumigasi dan Badan Karantina Pertanian sebagai instansi yang bertanggung jawab mencegah masuk dan menyebarnya organisme pengganggu di wilayah Republik Indonesia. Dengan pertimbangan bahwa Amandemen Montreal masih memperkenankan konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan serta alternatif
29
pengganti metil bromida belum tersedia, dan memperhatikan Surat Kepala Badan Karantina Pertanian 3415/88.540.420/L/11/07 dan Surat Deputi III, Kementerian Lingkungan Hidup No. B-103/Dep.III/KLH/12/2007, Menteri Perdagangan menetapkan kebijakan baru yang khusus mengatur impor metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-Dag/Per/12/2007). Adapun kebijakan yang ditetapkan sebagai berikut: 1. Metil bromida diimpor hanya untuk keperluan karantina dan pra pengapalan, sedangkan impor untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan dilarang sejak 1 Januari 2008 (Pasal 2). Peraturan Menteri Perdagangan No. 51 Tahun 2007 merupakan tonggak pelarangan impor dan penggunaan metil bromida di gudang/penyimpanan hasil pertanian. 2. Kemasan tabung silinder metil bromida harus disertai label yang
mudah
dibaca dan tidak mudah pudar atau rusak dengan kalimat peringatan “hanya untuk karantina dan pra pengapalan” atau “for quarantine and pre-shipment only” dari negara produsen (Pasal 4 Ayat 1). Pasal ini bertujuan untuk mencegah
penyalahgunaan metil bromida selain untuk karantina dan pra
pengapalan. 3. Penggunaan metil bromida pada produk yang diekspor hanya atas pemintaan resmi dari negara tujuan ekspor dan dilaksanakan paling lama 21 hari sebelum ekspor (Pasal 1). Apabila tidak ada permintaan dari negara tujuan ekspor, maka produk yang akan diekspor dapat difumigasi dengan pestisida lain atau menggunakan metode lain seperti heat treatment atau CO2. Pasal ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan metil bromida di Indonesia. Walaupun lahirnya Peraturan Menteri Perdagangan No. 51 Tahun 2007 dilatarbelakangi oleh adanya ”protes” Badan Karantina Pertanian, tetapi Peraturan Menteri Perdagangan No. 51 Tahun 2007 tidak mengatur/merubah semua kebijakan yang tertuang pada Peraturan Menteri Perdagangan No. 24 Tahun 2006. Perubahan Peraturan Menteri Perdagangan No. 24 Tahun 2006 secara yuridis formal ditetapkan pada tahun 2010 melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
38/M-DAG/PER/10/2010
tentang
Perubahan
Peraturan
Menteri
Perdagangan Nomor 24/M-DAG/PER/6/2006, yang antara lain menetapkan:
30
1. Metil bromida hanya dapat diimpor dari negara-negara yang termasuk dalam daftar yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup (Pasal 2 Ayat 3). 2. Metil bromida hanya dapat diimpor melalui 7 pelabuhan laut, yaitu: a. Pelabuhan Belawan, Medan b. Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta c. Pelabuhan Merak, Cilegon d. Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang e. Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya f. Pelabuhan Sukarno Hatta, Makassar g. Pelabuhan Batu Ampar, Batam (Pasal 2 Ayat 4). 3. Metil bromida hanya dapat dimpor untuk keperluan karantina dan pengapalan (Pasal 2 Ayat 5).
4.3.2.
Kebijakan Penyaluran (Distribusi) Metil Bromida Penyaluran metil bromida didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan dalam
mengedarkan metil bromida untuk penggunaan karantina dan pra pengapalan (Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009 Pasal 1 butir 12). Kebijakan pemerintah yang mengatur penyaluran (distribusi) metil bromida sangat sedikit dibanding kebijakan pemerintah yang mengatur impor dan penggunaan. Adapun kebijakan pemerintah yang mengatur penyaluran metil bromida, sebagai berikut: 1. Metil bromida hanya boleh didistribusikan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian (Peraturan Menteri Perdagangan No. 24 Tahun 2006 Pasal 10). 2. Penyaluran pestisida terbatas harus diatur sedemikian rupa dengan tujuan untuk mencegah penyimpangan penggunaan (Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian 2003). 3. Badan hukum (perusahaan) dapat menggunakan pestisida terbatas apabila diaplikasikan oleh karyawan yang telah memiliki sertifikat penggunaan pestisida terbatas (Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011). 4. Badan hukum (perusahaan) dapat melakukan fumigasi dengan metil bromida apabila telah terdaftar di Badan Karantina Pertanian (Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009).
31
5. Kepala Badan Karantina Pertanian mengusulkan pencabutan izin kepada Menteri Pertanian, apabila importir terbukti menyalurkan metil bromida selain kepada UPT Badan Karantina Pertanian dan/atau perusahaan yang telah terdaftar di Badan Karantina Pertanian (Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009 Pasal 12). Kebijakan pemerintah yang mengatur impor dan penyaluran (distribusi) serta stakeholders yang terkait sejak ditetapkannya keputusan Menteri Pertanian tentang pemberian izin sampai penyaluran (distribusi) pada tingkat pengguna (UPT Badan Karantina Pertanian dan/atau perusahaan fumigasi) diilustrasikan seperti pada Gambar 5.
32
Metil bromida hanya boleh didistribusikan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian (Permendag 24 Tahun 2006 Pasal 10).
Kementerian Pertanian Keputusan tentang Pendaftaran dan Izin Sementara
Kementerian Lingkungan Hidup Rekomendasi impor
- KLH memberikan persetujuan kepada Kemendag untuk penerbitan atau penolakan izin impor (PP 74 Tahun 2001 Pasal 9) - Jumlah metil bromida yang dapat diimpor ditetapkan oleh KLH (Permendag 24 Tahun 2006).
Kementerian Perindustrian
Permohonan menjadi importir terbatas harus disertai rekomendasi dari Kementerian Perindustrian (Permendag 24 Tahun 2006 Pasal 8). (Pasal 8)
Persetujuan rekomendasi impor
Kementerian Perdagangan Rekomendasi impor dan persetujuan importir terbatas
DitJen Bea dan Cukai Izin masuk
Persetujuan sebagai importir terbatas ditetapkan Direktur Jenderal ( Permendag 24 Tahun 2006 Pasal 8). Persetujuan jumlah, jenis, dan nomor HS, negara muat, pelabuhan tujuan dan waktu pengapalan. Permendag 24 Tahun 2006 Pasal 10). -
IMPORTIR
DISTRIBUTOR
UPT BADAN KARANTINA PERTANIAN
- Karyawan telah mendapat sertifikat penggunaan pestisida terbatas (Permentan No. 24 Tahun 2011) - Perusahaan telah terdaftar di Badan Karantina Pertanian (Permentan No. 37 Tahun 2009).
PERUSAHAAN FUMIGASI
Gambar 5 Impor dan distribusi metil bromida.
4.3.3.
Kebijakan Penggunaan Metil Bromida Kebijakan yang mengatur penggunaan metil bromida dapat dikatakan selalu
terkait dengan kebijakan impor, sehingga setiap perubahan kebijakan impor dapat dipastikan akan berdampak terhadap perubahan kebijakan penggunaan metil bromida. Sejak tahun 2008, pemerintah hanya mengijinkan penggunaan metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan dan melarang penggunaan pada bangunan/gedung arsip, gudang/penyimpanan hasil pertanian, lahan pertanian dan lain-lain (Peraturan Menteri Perdagangan No. 51 Tahun 2007).
33
Kebijakan pemerintah ini, merupakan kebijakan yang sangat berani karena negara anggota ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand bahkan Amerika Serikat masih mengizinkan penggunaan metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan (Tabel 3). Tabel 3 Konsumsi metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan negara ASEAN dan Amerika Serikat No
Negara Singapura Filipina
2005 (MT) 4 13,67
2006 (MT) 2 7,17
2007 (MT) 2 4
2008 (MT) 2,67 3
2009 (MT) 1,5 0
2010 (MT) 1,3 0
1 2 3 4
Malaysia Indonesia
18 53
18,83 38
17,5 16
13,67 0
5,67 0
8,83 0
5 6
Thailand Vietnam
243,33 156
235,17 160
203,33 154
177,83 139
73,83 123
100,50 128
7 8
Brunei Darusalam Laos
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
9 10
Myanmar Kamboja
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
11
Amerika Serikat
7255,00 6475,00 4302,33
3027,83
2272,17
2722,33
Sumber: United Nations Environment Programme 2011 MT: metrik ton Kebijakan pemerintah mengenai penggunaan metil bromida diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37 Tahun 2009, antara lain menetapkan: 1. Metil bromida digunakan oleh petugas karantina tumbuhan atau oleh fumigator yang memiliki sertifikat penggunaan pestisida terbatas, hanya untuk keperluan karantina dan pra pengapalan (Pasal 4). 2. Metil bromida digunakan untuk keperluan karantina dan pra pengapalan, apabila merupakan persyaratan negara tujuan atau tidak dapat diberi perlakuan dengan metode atau bahan lain (Pasal 5). 3. Penggunaan metil bromida selain untuk keperluan karantina dan pra pengapalan, dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (Pasal 7). 4. Penggunaan metil bromida harus dengan dosis yang tepat (Pasal 8).
34
5. Unit pelaksana teknis (UPT) Badan Karantina Pertanian dan perusahaan fumigasi harus mencatat dan melaporkan setiap penerimaan dan penggunaan metil bromida kepada Kepala Badan Karantina Pertanian (Pasal 10). 4.3.4. Kebijakan Pengawasan Metil Bromida Secara umum, Menteri Pertanian menetapkan pengawasan yang dilakukan terhadap pestisida harus meliputi pengawasan terhadap (1) Dokumen perizinan usaha, nomor pendaftaran dan dokumen administrasi lainnya di tingkat produksi dan distribusi; (2) Mutu formulasi pestisida di tingkat produksi, peredaran dan penggunaan; (3) Wadah, pembungkus, label serta publikasi pestisida; (4) Dosis pestisida serta sasaran komoditas dan organisme sasaran yang diizinkan (Peraturan Menteri Pertanian No. 42/Permentan/SR.140/5/2007). Pengawasan yang dilakukan terhadap metil bromida meliputi pengawasan impor, distribusi dan penggunaan di lapangan: 1. Pengawasan terhadap jumlah metil bromida yang diimpor, dilakukan melalui mekanisme kartu kendali dan pelaporan secara berkala oleh importir. Mekanisme kartu kendali yang dimaksudkan adalah pencatatan jumlah metil bromida yang diimpor sehingga tidak melebihi kuota yang ditetapkan untuk masing-masing importir. Dengan demikian setiap kali akan melakukan impor, importir wajib menyertakan kartu kendali/persetujuan impor dari Kementerian Perdagangan kepada petugas Bea dan Cukai. Pelaporan yang dimaksudkan dalam kaitannya dengan pengawasan impor adalah importir melaporkan realisasi impor secara tertulis setiap 3 bulan kepada Kementerian Perdagangan dengan tembusan Deputi IV Kementerian Lingkungan Hidup serta Kepala Pusat Perizinan dan Investasi, Departemen Pertanian (sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/710/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, berubah nama menjadi Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian). 2. Mekanisme pengawasan terhadap distribusi metil bromida dilakukan dengan mekanisme pelaporan. Setiap importir wajib untuk membuat laporan rencana distribusi selama 1 tahun dan laporan realisasi distribusi setiap 3 bulan (Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009 Pasal 10 dan Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 Pasal 44 Ayat 2).
35
3. Mekanisme pengawasan penggunaan metil bromida dilakukan secara tertulis oleh setiap UPT Badan Karantina Pertanian dan perusahaan fumigasi dengan membuat laporan rencana penggunaan dan realisasi penggunaan secara tertulis kepada Kepala Badan Karantina Pertanian (Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009 Pasal 13). 4. Pengawasan penyaluran dan penggunaan dilakukan oleh Petugas Penyidik Pengawai Negeri Sipil pupuk dan pestisida (PPNS) dan/atau Subdit Pengawasan Pupuk dan Pestisida serta Badan Karantina Pertanian. Badan Karantina Tumbuhan membatasi tugas dan fungsi pengawasan hanya terhadap perusahaan fumigasi yang telah terdaftar dan metil bromida yang digunakan untuk keperluan karantina dan pra pengapalan (Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009 Pasal 9).
Kebijakan pengawasan impor, distribusi dan penggunaan metil bromida yang telah ditetapkan oleh pemerintah seperti tersebut di atas, masih lemah karena kendala sumber daya manusia yang terbatas dan kurangnya koordinasi antar instansi terkait (Noerachman, T. 2011. Komunikasi pribadi. Kementerian Pertanian, Badan Karantina Pertanian. Jakarta). Kebijakan dan mekanisme pengawasan impor, distribusi, dan penggunaan metil bromida seperti disajikan pada Gambar 6.
36
- Impor MeBr hanya untuk keperluan karantina dan pra pengapalan (Permendag No. 38 Tahun 2010 Pasal 2 Ayat 5) - Melaporkan realisasi impor dan penyaluran MeBr kepada Ditjen Perdagangan Luar Negeri (Permendag 24 Tahun 2006). - Melaporkan rencana penyaluran setiap awal tahun dan realisasi penyaluran setiap 3 bulan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian (Permentan 37 Tahun 2009 Pasal 10), laporan kepada Mentan (Permentan 24 Tahun 2011 Pasal 44 Ayat 2). - Melaporkan perubahan asal bahan aktif ( Permentan 24 Tahun 2011 Pasal 48).
IMPORTIR
DISTRIBUTOR
UPT Badan Karantina Pertanian
Distributor MeBr mengikuti pelatihan dan mendapat sertifikat (Permentan 42/2007 Pasal 31).
PERUSAHAAN FUMIGASI
- MeBr hanya digunakan untuk keperluan karantina dan pra pengapalan (Permentan 37/2009 Pasal 7). - Melaporkan rencana dan realisasi penggunaan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian (Permentan 37/2009 Pasal 13). - Pengguna MeBr mengikuti pelatihan dan mendapat sertifikat (Permentan 42/2007 Pasal 31 dan Permentan No. 24/2011 Pasal 9). - Perusahaan dapat menggunakan MeBr jika sudah ada karyawan yang telah mendapat sertifikat (Permentan No. 24/2011 Pasal 10).
Gambar 6 Mekanisme pengawasan impor, distribusi, dan penggunaan metil bromida. Kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengaturan metil bromida termasuk kebijakan pemerintah untuk meratifikasi Konvensi Wina dan Protokol Montreal, pengaturan tatacara impor, distribusi, dan pembatasan penggunaan metil bromida disajikan pada Lampiran 4.
37
4.3.5. Kebijakan Penurunan Kuota Impor Metil Bromida Amandemen Montreal mewajibkan negara berkembang untuk mengurangi konsumsi metil bromida tahun 2005 sebesar 20% dari rata-rata konsumsi tahun 1995-1998 dan 100% pada tahun 2015, sedangkan tahun 2002 ditetapkan sebagai base line penurunan konsumsi. Perhitungan penurunan konsumsi ini tidak termasuk konsumsi untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. Konsumsi Indonesia tahun 1995-1998 berturut-turut sebesar 254 MT, 198 MT, 242 MT, dan 210 MT (SMERI 2000). Berdasarkan data tersebut konsumsi metil bromida tahun 2002 seharusnya dibekukan sebesar 226 MT dan konsumsi tahun 2005 sebesar 180,8 MT. UNEP (2011) melaporkan konsumsi Indonesia sebesar 390 MT. Data ini menggambarkan pemerintah tidak berhasil menurunkan konsumsi metil bromida bahkan pemerintah tidak berhasil mengendalikan konsumsi tetap konstan sesuai jumlah konsumsi yang ditetapkan sebagai base line. Sehingga dapat dikatakan selama kurun waktu tahun 1992-2005 belum ada kemauan politik pemerintah yang sungguh-sungguh (political will) untuk menurunkan konsumsi nasional. Kondisi ini merupakan implikasi dari rencana aksi phase out BPO yang diajukan oleh pemerintah kepada UNEP yaitu pembangunan Bank Halon, Pengelolaan CFC, dan Penggunaan Hidrokarbon sebagai alternatif pengganti BPO. Dari ketiga rencana aksi yang diajukan, tidak satupun terkait dengan metil bromida (SMERI 2000). Amandemen Kopenhagen (Artikel 1 Butir 6) mendefinisikan konsumsi sebagai produksi ditambah impor dikurangi ekspor dari zat yang dikendalikan (konsumsi= (produksi + impor) - ekspor). Oleh karena Indonesia tidak memproduksi (sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No. 33 Tahun 2007, pemerintah melarang produksi BPO) dan mengekspor metil bromida, maka dapat didefinisikan jumlah konsumsi sama dengan jumlah impor. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 24 Tahun 2006 Pasal 4, jumlah metil bromida yang dapat diimpor ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Fakta yang ditemukan tentang jumlah metil bromida yang dapat diimpor (kuota nasional): ”Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan kuota hanya satu kali yaitu tahun 2008 sebesar 1320 MT” (surat Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan kepada Direktur Jenderal
38
Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan No. B-3021/Dep.III/LH/ 4/2008 tanggal 24 April 2008). Kebijakan penetapan kuota sebesar 1320 MT tersebut, menunjukkan bahwa pemerintah tidak konsisten dalam menetapkan kebijakan penurunan konsumsi. Hal ini disebabkan jumlah kuota impor yang ditetapkan, tujuh kali lebih besar dibanding kebutuhan konsumsi tahun 2005. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup juga tidak aware melaksanakan tugas dan fungsi koordinasinya dalam menetapkan kuota impor nasional setiap tahun. Kuota impor metil bromida yang selama ini dipublish merupakan kuota metil bromida yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian berdasar pada jumlah kuota masing-masing importir. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa sejak tahun 2002, semua permohonan metil bromida mendapat izin sementara. Implikasi dari kebijakan tersebut adalah jumlah metil bromida yang dapat diedarkan importir adalah terbatas sesuai dengan jumlah komoditas, dosis atau konsentrasi dan aplikasi yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri (Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 Pasal 14). Namun pada kenyataannya, mengingat Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan kuota impor hanya pada tahun 2008, maka sejak tahun 2009 Kementerian Pertanian menetapkan kebijakan bahwa jumlah kuota metil bromida yang diberikan tidak melebihi 1320 MT, kuota menurun secara bertahap dan jumlah kuota metil bromida yang diberikan kepada masing-masing importir berdasarkan realisasi impor tahun (Purwanti, Y. 2011. Komunikasi pribadi. Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Jakarta). Gambar 7 menunjukan perbandingan total kuota yang diberikan Menteri Pertanian kepada semua importir dengan konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. Total kuota yang diberikan menunjukkan kecenderungan menurun dan lebih kecil dibandingkan kuota yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup, namun terlihat juga bahwa total kuota yang diberikan tahun 2007 lebih tinggi dari kuota tahun sebelum/sesudahnya (kebijakan larangan penggunaan metil bromida untuk non karantina dan pra pengapalan tahun 2008, akan berdampak pada menurunnya kebutuhan, tetapi Kementerian Pertanian justru memberikan kuota yang lebih besar). Berdasarkan Gambar 7,
39
dapat dilihat bahwa total kuota yang diberikan oleh Kementerian Pertanian tahun 2005-2010 lebih besar dari kebutuhan/konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. Dengan demikian dapat terlihat bahwa kebijakan penurunan kuota nasional tidak berhasil mengurangi konsumsi metil bromida. 1200
Kuota KLH = 1320 MT (MT)
1000 1)
800 600
2)
400
3)
200 0 2005
2006
2007
Konsumsi
2008
2009
Kuota Kementan
2010 Impor
Gambar 7 Kuota, realisasi impor, dan konsumsi metil bromida. Sumber: 1) Kementerian Pertanian 2011 2) United Nations Environment Programme 2011 3) Biro Pusat Statistik 2011 Kebijakan penurunan kuota metil bromida dan penghapusan penggunaan metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan, memberikan dampak yang cukup menarik: 1. Jumlah merek metil bromida yang terdaftar mengalami peningkatan setelah pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengurangi impor dan menghapus penggunaan metil bromida selain untuk keperluan karantina dan pra pengapalan
(Peraturan
Menteri
Perdagangan
No.
51
Tahun
2007).
Meningkatnya jumlah metil bromida yang terdaftar, menunjukkan indikasi bahwa minat pengusaha untuk melakukan investasi pada bisnis impor metil bromida juga meningkat (Gambar 8).
40
Gambar 8 Jumlah metil bromida yang terdaftar. Sumber: Kementerian Pertanian 2011 2. Metil bromida China masuk ke Indonesia sejak tahun 2008, sebelumnya metil bromida hanya berasal dari Belgia dan Inggris. Jumlah merek metil bromida China meningkat pada tahun 2010 yaitu 80% dari keseluruhan metil bromida yang terdaftar di Indonesia.
3. Data impor metil bromida tahun 2006-2008 menunjukkan bahwa dua metil bromida yang tidak terdaftar, masuk ke Indonesia melalui Pelabuhan Sukarno Hatta dan Tanjung Priok. Kedua metil bromida tersebut berasal dari Jerman dan Hongkong serta diimpor oleh importir yang tidak terdaftar. Sementara itu, satu importir terdaftar (PT Asomindo Raya) mengimpor metil bromida dari Amerika Serikat tahun 2008 (Lampiran 5). Fakta ini menggambarkan bahwa kebijakan pemerintah untuk menurunkan kuota metil bromida dan menghapus penggunaan metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan justru merangsang minat importir untuk mengimpor metil bromida.
4. Volume ekspor metil bromida China meningkat setiap tahun, bahkan hingga bulan September 2011, volume ekspor China (138 MT) telah melewati volume ekspor Belgia tahun 2011 (74 MT), hampir mendekati volume ekspor Belgia tahun 2010 (163 MT). Sementara volume ekspor Inggris menurun seiring dengan meningkatnya volume ekspor China (Gambar 9). Hal ini kemungkinan berkaitan dengan perjanjian free trade China-ASEAN tahun 2008 yang menetapkan tarif bea masuk komoditas dari China sebesar 0% (Peraturan
41
Menteri Keuangan Nomor 235/PMK.011/2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Dalam Rangka ASEAN-China Free Trade Area (AC-FTA)).
Volume (MT)
300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 2006
2007
Belgia
2008
2009
Inggris
2010
2011
China
Gambar 9 Volume impor metil bromida dari beberapa negara. Sumber: Biro Pusat Statistik 2011 5. Kebijakan penurunan kuota impor ternyata tidak mempengaruhi harga metil bromida. Penurunan kuota impor secara langsung akan mempengaruhi jumlah metil bromida yang beredar di pasaran. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, harga metil bromida akan naik jika metil bromida yang beredar lebih sedikit. Harga metil bromida (CIF/kg) di Indonesia berfluktuasi, namun
Jun-11
Feb-11
Sep-10
Mei-10
Des-09
Agst-09
Jul-08
Feb-09
Mar-08
Jul-07
Nop-07
Mar-07
Mar-06
7000,00 6000,00 5000,00 4000,00 3000,00 2000,00 1000,00 0,00 Agust-06
Harga CIF/Kg (US $)
tidak menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan harga (Gambar 10).
Gambar 10 Fluktuasi harga metil bromida. Sumber: Biro Pusat Statistik 2011 Berdasarkan data impor metil bromida dari BPS (2011), diketahui bahwa harga metil bromida yang berasal dari China sangat berfluktuasi yaitu berkisar 3,2-6,5 US$, sementara harga metil bromida yang berasal dari Inggris relatif stabil berkisar 5,14-5,37 US$. Harga metil bromida yang berasal Belgia pada tahun
42
2009-2010 relatif stabil antara 4,2-5,5 US$, namun mengalami peningkatan pada tahun 2011, yaitu 5,5 - 6,3 US$. 7,000
Harga CIF/Kg (US $)
6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 2006
2007
Belgia
2008
Inggris
2009
2010
2011
China
Gambar 11 Harga metil bromida dari beberapa negara. Sumber: Biro Pusat Statistik 2011 Harga metil bromida (CIF/kg) dari negara asal yang sama, tidak memperlihatkan peningkatan harga yang signifikan, sehingga tidak dapat disimpulkan bahwa peningkatan harga metil bromida merupakan dampak kebijakan penurunan kuota (Gambar 11). 4.4. Analisis Kebutuhan Metil Bromida Berdasarkan fakta yang ditemukan di atas, bahwa sampai saat ini Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan kuota nasional hanya satu kali dan kuota yang ditetapkan lebih besar dari rata-rata konsumsi, dapat dikatakan bahwa penetapan kuota tidak berdasar pada data kebutuhan/konsumsi metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan yang sesungguhnya di lapangan. Hal yang sama terjadi pada kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, jumlah total kuota masing-masing pemegang nomor pendaftaran/importir lebih besar dari kebutuhan/konsumsi metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan yang sesungguhnya di lapangan. Kedua fakta ini, mengakibatkan kuota yang ditetapkan oleh kedua kementerian tersebut tidak berdampak terhadap pengendalian konsumsi metil bromida seperti yang diamanatkan Protokol Montreal bahkan jumlah pestisida yang tersedia, baik yang disimpan maupun yang beredar di pasaran lebih besar dari kebutuhan metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan dan ini dapat menjadi faktor pemicu penggunaan metil bromida di luar
43
karantina dan pra pengapalan. Nugroho (2009) mengatakan bahwa kebijakan yang baik adalah kebijakan yang dibuat berdasarkan informasi/data yang sebenarnya di lapangan, kebijakan tidak bersifat terlalu akademis atau teknis, tetap kebijakan yang berdasar fakta di lapangan. Kebutuhan metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan di lapangan dapat diprediksi dari data konsumsi metil bromida. Konsumsi Indonesia untuk keperluan karantina dan pra pengapalan seperti disajikan pada Tabel 5, berfluktuasi/tidak menunjukkan penurunan yang nyata, bahkan konsumsi justru meningkat 75,6% ketika pemerintah menetapkan kebijakan penghapusan pengunaan non karantina dan pra pengapalan (tahun 2008). Hal ini menggambarkan bahwa upaya pemerintah untuk mengurangi penggunaan metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan kurang sungguh-sungguh (political will). Tabel 5 Konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan negara ASEAN dan Amerika Serikat No Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (MT) (MT) (MT) (MT) (MT) (MT) 1 Singapura 85 97,7 152,6 107,2 165,5 52,3 2 Filipina 73,13 90,82 91,83 71,7 48,04 72,22 3 Malaysia 252,29 284,45 300,19 222,36 4 Indonesia 337 211 250,2 439,2 288 313,3 5 Thailand 454,7 538,84 558,4 545,7 465,25 466,79 6 Vietnam 598,47 656 677 696 739 761 7 Brunei Darusalam 0 0 0 0 0 0 8 Laos 0 0 0 0 0,1 9 Myanmar 0 0 0 16 32 10 Kamboja 0 0 0 0 0 11 Amerika Serikat 2931,00 5088,94 2929,80 1212,10 2099,40 Sumber: United Nations Environment Programme 2011 MT: metrik ton
0 0 0 3843
Tabel 5 menunjukkan konsumsi metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan tidak menunjukkan kecenderungan menurun secara nyata. Setelah pemerintah menetapkan kebijakan larangan penggunaan metil bromida selain untuk karantina dan pra pengapalan, konsumsi metil bromida tahun 2008 justru meningkat 43,03% dibanding tahun 2007 dan konsumsi tahun 2010
44
meningkat 8,8% dari tahun 2009. Konsumsi Indonesia untuk karantina dan pra pengapalan menduduki peringkat tiga besar setelah Vietnam dan Thailand, tetapi jauh lebih rendah dibanding konsumsi Amerika Serikat. Hasil analisis trend menggunakan perangkat lunak Minitab 14.12 (Lampiran 6), untuk memprediksi konsumsi metil bromida pada tahun ke-t didapatkan persamaan matematika: Yt = 133,59 + 11,26t + 0,099t2 di mana: Y = konsumsi metil bromida (MT) t = waktu (tahun) Prediksi konsumsi metil bromida tahun 2012-2015 adalah sebagai berikut: 353,6 MT (2011), 368,32 MT (2012), 383,24 MT (2013), 398,35 MT (2014), dan 413,66 MT (2015). 450
Konsumsi (MT)
400 350 300
Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 13,90 MAD 34,85 MSD 2178,42
250 200 150 100 95 96 97 98 99 00 0 1 02 03 04 05 0 6 07 0 8 09 10 11 12 1 3 14 1 5 1 9 19 19 19 19 2 0 20 2 0 20 20 20 20 2 0 20 20 20 20 20 20 2 0 20
Tahun
Gambar 12 Analisis trend konsumsi metil bromida untuk karantina dan pra pengapalan tahun 2012 - 2015. Sumber: United Nations Environment Programme 2011 Untuk mengantisipasi prediksi kebutuhan pestisida fumigasi yang terus meningkat tersebut di atas, seyogyanya pemerintah menetapkan kebijakan yang tegas untuk mengendalikan konsumsi metil bromida. Hal ini terkait dengan amanat UndangUndang Dasar 1945 Pasal 28H bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara. Konsumsi metil bromida yang terus meningkat menunjukkan bahwa Indonesia tidak turut aktif melindungi lapisan ozon dan akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup.
45
Kebijakan yang dapat ditetapkan pemerintah untuk mengendalikan konsumsi metil bromida adalah dengan mengatur jumlah metil bromida yang beredar maksimal sama dengan jumlah yang dibutuhkan untuk keperluan karantina dan pra pengapalan melalui penetapan kuota nasional yang menurun secara bertahap, penetapan waktu dan kuota base line, serta jumlah metil bromida untuk keperluan yang tidak tergantikan. Berikut ini, disajikan beberapa skenario pengendalian konsumsi yang dapat dilakukan oleh pemerintah pada tahun 20122015. 1. Skenario Protokol Montreal Skenario penetapan kuota ini mengikuti skenario penurunan konsumsi yang ditetapkan oleh Protokol Montreal untuk negara berkembang pada tahun 2005. Apabila tahun 2012 diasumsikan sebagai base line penetapan kuota, maka perkiraan konsumsi tahun 2012 merupakan rata-rata konsumsi tahun 2005-2008. Dengan demikian kuota nasional tahun 2012 yang harus ditetapkan pemerintah sebesar 309,35 MT (kuota tahun 2013-2014 = kuota 2012) dan kuota tahun 2015 sebesar 247,48 MT.
(MT)
500 400 300 200 100 0 2012
2013
2014
Strategi penurunan kuota
2015
Gambar 13 Estimasi konsumsi dan strategi penurunan kuota Skenario Protokol Montreal. 2. Skenario Adaptasi Protokol Montreal Skenario penetapan kuota ini mengikuti skenario penurunan konsumsi yang ditetapkan oleh Protokol Montreal, namun setelah penetapan waktu dan kuota base line, kuota diturunkan secara bertahap setiap tahun. Berdasarkan kuota nasional tahun 2012 seperti pada skenario 1 di atas (= 309,35 MT), selanjutnya konsumsi dapat diturunkan dengan cara menurunkan kuota. Apabila diasumsikan penurunan kuota 30% setiap tahun (Badan Karantina Pertanian 2011), maka kuota
46
nasional tahun 2013-2015 berturut-turut sebagai berikut: 216,55 MT, 151,59 MT dan 106,05 MT. 500
(MT)
400 300 200 100 0 2012
2013 penurunan 2014 Strategi kuota Estimasi konsumsi MBr
2015
Gambar 14 Estimasi konsumsi dan strategi penurunan kuota Skenario Adaptasi Protokol Montreal. 3. Skenario Kebutuhan Minimum Skenario penetapan kuota ini dapat dilakukan dengan asumsi bahwa: a. Pestisida pengganti yang telah mendapat izin Menteri Pertanian (fosfin dan sulfuril fluorida) telah diuji efektif untuk mengendalikan organisme sasaran sesuai dengan izin yang diperoleh. b. Jumlah pestisida pengganti yang telah mendapat izin Menteri Pertanian mencukupi. Data BPS (2011) rata-rata ketersediaan fosfin sebesar 121.363 kg/tahun (Lampiran 7) dan ketersediaan sulfuril fluorida tahun 2010-2011 sebesar 15.406 MT (PT Johny Jaya Makmur). c. Kebutuhan minimum metil bromida yang tidak tergantikan adalah untuk komoditi ekspor yang harus difumigasi dengan metil bromida atas permintaan negara tujuan serta untuk keperluan penelitian yang diperkirakan sebesar 100 MT.
Apabila target waktu skenario kebutuhan minimum ditetapkan tahun 2015, maka kuota tahun 2012-2014 direncanakan menurun secara bertahap hingga tercapai kuota 100 MT yang merupakan asumsi kebutuhan minimum yang ingin di capai. Apabila diasumsikan konsumsi tahun 2011 merupakan rata-rata konsumsi enam tahun terakhir yaitu sebesar 306,45 MT (~300 MT)(UNEP 2011), maka skenario penurunan kuota secara bertahap sebagai berikut:
47
(300 MT – 100 MT) = 50 MT 4 Dengan demikian, kuota impor tahun 2012-2014 diturunkan 50 MT per tahun sehingga kuota impor metil bromida tahun 2015 sebesar 100 MT. 500
(MT)
400 300 200 100 0 2012
2013 2014 Strategi penurunan kuota Estimasi konsumsi MBr
2015
Gambar 15 Estimasi konsumsi dan strategi penurunan kuota skenario kebutuhan minimum. 4.5. Implementasi Kebijakan Pengaturan Metil Bromida Beberapa fakta di lapangan yang ditemukan terkait implementasi kebijakan pengaturan metil bromida diuraikan sebagai berikut: 1. Pelaksana pelatihan dan sertifikat penggunaan pestisida terbatas Dua peraturan tingkat menteri mengatur hal yang sama, yaitu Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 mengatur pemberian sertifikat penggunaan pestisida terbatas kepada orang yang telah mengikuti dan lulus pelatihan pestisida terbatas. a. Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 Pasal 9 menyatakan bahwa pemegang nomor pendaftaran/importir wajib melaksanakan pelatihan pestisida terbatas dan setiap orang yang akan menggunakan pestisida terbatas, harus telah lulus pelatihan penggunaan pestisida terbatas serta memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh Ketua Komisi Pengawasan Pestisida Provinsi. Sedangkan Peraturan Menteri Pertanian No. 37 Tahun 2009 Pasal 4 menegaskan bahwa petugas karantina tumbuhan dan operator perusahaan fumigasi harus memiliki sertifikat penggunaan pestisida terbatas. Berdasarkan informasi dari responden perusahaan fumigasi, diketahui bahwa pelatihan pestisida terbatas dilaksanakan oleh asosiasi perusahaan fumigasi (Ikatan Perusahaan Pengendali Hama
48
Indonesia) dan setiap orang yang akan mengikuti pelatihan dibebani biaya pelatihan yang cukup mahal. Kondisi ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 yang menyatakan pemegang nomor pendaftaran/importir wajib melaksanakan pelatihan pestisida terbatas. b. Sertifikat penggunaan pestisida terbatas diterbitkan oleh
Kepala Badan
Karantina Pertanian dan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Hal ini bertentangan dengan Pasal 9 Peraturan
Menteri Pertanian No. 24 Tahun 2011 menyatakan bahwa sertifikat penggunaan pestisida terbatas diterbitkan oleh
Ketua Komisi Pengawasan
Pestisida Provinsi.
2. Metil bromida masih digunakan untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan Hasil wawancara dengan narasumber diketahui bahwa metil bromida masih digunakan untuk fumigasi tanah, fumigasi gerbong kereta api dan fumigasi gedung arsip/perpustakaan serta fumigasi tidak sesuai dengan estándar Badan Karantina Pertanian (extra joss). a. Fumigasi menggunakan metil bromida pada gerbong kereta api Informasi dari pihak PT KAI (Nunik. 2011. Komunikasi pribadi. PT KAI, Stasiun Kota. Jakarta), organisme pengganggu yang sering ditemukan di gerbong kereta api seperti kecoa, kutu busuk dan tikus dikendalikan dengan cara penyemprotan, pengumpanan, dan fumigasi. Pengendalian hama tidak dilakukan oleh karyawan PT KAI, namun menunjuk pihak ketiga (perusahaan pest control yang tidak terdaftar di Badan Karantina Pertanian), sehingga pihak PT KAI tidak mengetahui pestisida yang digunakan.
Hasil investigasi
ditemukan bahwa: - Perusahaan pest control menggunakan metil bromida untuk “membasmi” kecoa, kutu busuk dan tikus di gerbong kereta api khususnya kereta api kelas eksekutif seperti kereta Bima, Argo Bromo dan kereta Nusantara. - Fumigasi biasanya dilakukan setiap ada keluhan dari penumpang dan/atau apabila gerbong kereta akan disewa oleh pejabat penting (Kereta Nusantara).
49
- Fumigasi metil bromida untuk Daerah Operasional I, dilakukan ketika kereta sedang dibersihkan di Depo Teknik Stasiun Kereta Api Manggarai, Jakarta. - Oknum fumigator tidak pernah mengikuti pelatihan pestisida terbatas (metil bromida). Gambar 16 dan 17 menunjukkan penyalahgunaan metil bromida pada gerbong kereta api. Fumigasi dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, oknum fumigator tidak menggunakan mask canister (alat pelindung diri), pakaian pelindung, alat pendeteksi kebocoran, alat pengukur waktu, dan alat pengukur kadar maksimum metil bromida.
Gambar 16 Tahapan persiapan fumigasi gerbong kereta Nusantara.
Gambar 17 Fumigasi gerbong kereta Nusantara tanpa alat pelindung diri. b. Fumigasi menggunakan metil bromida pada lahan pertanian Hasil wawancara dengan beberapa narasumber, disebutkan bahwa metil bromida masih digunakan untuk fumigasi lahan pertanian seperti lahan budi daya kentang dan stroberi serta lapangan golf. Wawancara secara terpisah dengan narasumber perusahaan fumigasi disebutkan bahwa metil bromida digunakan
50
untuk “membasmi” organisme pengganggu dalam tanah ketika pembukaan lapangan golf di Makassar (Nurdin, N. 2011. Komunikasi pribadi. PT PAN Asia Superintendence. Makassar) dan di Jakarta (Hamdan. 2011. Komunikasi pribadi. CV Anaya. Jakarta). Metil bromida disinyalir masih digunakan untuk fumigasi lahan budi daya kentang dan stroberi di Jawa Barat (Susanto, E.K. 2011. Komunikasi pribadi. Asesor metil bromida. Denpasar). c. Metil bromida masih digunakan pada gedung arsip Beberapa
perusahaan
fumigasi
disinyalir
pernah
dan/atau
masih
menggunakan metil bromida untuk fumigasi di gedung arsip/perpustakaan. Perusahaan fumigasi masih menggunakan metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan dengan pertimbangan waktu kerja, efektivitas dan biaya fumigasi dengan metil bromida yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan
pestisida
lain.
Disamping
itu
pengawasan
yang
longar
menyebabkan perusahaan fumigasi berani mengambil keuntungan dengan resiko yang minimal (Jono. 2011. Komunikasi pribadi. PT Metropest. Jakarta). 3. Penggunaan metil bromida tidak sesuai dengan standar Badan Karantina Pertanian Metil bromida masih banyak digunakan tidak sesuai dengan standar Badan Karantina Pertanian seperti fumigasi dengan dosis lebih tinggi/rendah, waktu pemaparan kurang, dan tidak dilakukannya aerasi (Susanto, E.K. 2011. Komunikasi pribadi. Asesor metil bromida. Denpasar). Extra joss merupakan istilah yang sudah sangat familiar diantara para fumigator yang berarti fumigasi dengan waktu pemaparan kurang dari 24 jam, dosis lebih rendah dari dosis anjuran, dan tanpa melakukan aerasi. Fumigasi extra joss dilakukan ketika truk dengan peti kemas berisi komoditi yang akan diekspor dalam perjalanan menuju kapal. Fumigasi extra joss sebenarnya cukup beresiko karena fumigasi tanpa aerasi menyebabkan komoditi yang diekspor masih mengandung metil bromida di atas batas maksimum residu, ketika tiba di negara tujuan dan fumigasi dengan dosis rendah memungkinkan hama sasaran masih ditemukan dalam keadaan hidup di negara tujuan. Permintaan fumigasi extra joss berawal dari permintaan eksportir yang tidak membutuhkan sertifikat fitosanitary dari Badan Karantina
51
Pertanian, namun importir di negara tujuan meminta dilakukan fumigasi dengan metil bromida. Adanya kemasan tabung kecil (ukuran 20 kg) disinyalir akan memudahkan penyalahgunaan di lapangan (praktek extra joss), karena oknum fumigator lebih mudah membawa tabung ukuran kecil bahkan hanya dengan menggunakan kendaraan roda dua. Kementerian Pertanian/Komisi Pestisida tidak mempunyai kebijakan yang mengatur ukuran minimal kemasan tabung metil bromida yang diizinkan (Purwanti, Y. 2011. Komunikasi pribadi. Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Jakarta).
4.6. Analisis Pemilihan Pestisida Fumigasi untuk Keperluan Karantina dan pra Pengapalan Berdasarkan hasil wawancara dengan responden perusahaan fumigasi, diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan fumigasi (fumigator) dalam memilih pestisida fumigasi, yaitu waktu pemaparan, tingkat efektivitas, harga pestisida, komoditi yang akan difumigasi, keamanan pestisida fumigasi terhadap kesehatan fumigator dan lingkungan kerja, serta faktor tingkat kepraktisan dalam menggunakan pestisida fumigasi. Pemilihan pestisida fumigasi berdasarkan faktor-faktor tersebut, menurut responden lebih dipengaruhi oleh perhitungan bisnis dalam upaya menekan biaya fumigasi daripada keamanan lingkungan (ozon). Gambar 18 menggambarkan bahwa responden menilai lama waktu pemaparan sebagai faktor yang paling berperan mempengaruhi perusahaan fumigasi dalam memilih pestisida fumigasi (bobot 0,334), diikuti oleh faktor komoditi yang akan difumigasi (bobot 0,28), efektivitas pestisida fumigasi (spektrum pengendalian organisme pengganggu), dan harga pestisida fumigasi (bobot 0,11). Faktor lama waktu pemaparan berpengaruh secara langsung terhadap biaya sewa lahan/depo. Semakin lama waktu pemaparan, biaya sewa lahan/depo semakin tinggi, sehingga biaya fumigasi semakin mahal.
52
Faktor yang mempengaruhi pemilihan pestisida fumigasi Waktu Komoditi iii Efek Harga Keamanan Praktis
.344 .280 .139 .110 .080 .048 Inconsistency Ratio =0.04
Gambar 18 Faktor yang mempengaruhi perusahaan fumigasi dalam memilih pestisida fumigasi. Berdasarkan enam faktor yang mempengaruhi perusahaan fumigasi untuk memilih pestisida fumigasi, hasil AHP menunjukkan responden memilih pestisida sulfuril fluorida sebagai pilihan pertama (bobot 0,448), diikuti metil bromida (bobot 0,443), dan terakhir pestisida fosfin (bobot 0,108). Hasil AHP ini, berbeda dengan kenyataan di lapangan, permintaan perusahaan fumigasi terhadap metil bromida masih sangat tinggi, dibandingkan permintaan terhadap sulfuril fluorida. Permintaan terhadap sulfuril fluorida masih terbatas untuk fumigasi perawatan di pabrik tepung dan pakan ternak (Sholeh. 2011. Komunikasi pribadi. PT Johny Jaya Makmur. Jakarta). Hal tersebut kemungkinan terkait dengan belum adanya kebijakan Kepala Badan Karantina/Menteri Pertanian yang menetapkan sulfuril fluorida dapat digunakan sebagai pestisida pengganti metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan. Kebijakan yang ada saat ini hanya berupa surat edaran Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati yang menyatakan sulfuril fluorida dapat digunakan sebagai pestisida pengganti metil bromida untuk kayu log impor (surat edaran Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nomor 5510/KT.040/L.B/8/2011 tanggal 25 Agustus 2011).
SF
.448
MeBr
.443
Fosfin
.108
OVERALL INCONSISTENCY INDEX = 0.03
Gambar 19 Peringkat pestisida fumigasi yang dipilih perusahaan fumigasi berdasarkan wawancara/survey.
53
4.7. Prioritas Strategi yang Mempengaruhi Upaya Pengaturan Metil Bromida Hasil penggabungan pendapat responden terkait faktor-faktor yang mempengaruhi upaya penghapusan penggunaan metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan dan penurunan kuota secara bertahap dengan menggunakan software Expert Choice menunjukkan rasio inkonsistensi sebesar 0,05 dengan urutan prioritas kepentingan: (1) Kepatuhan perusahaan fumigasi terhadap peraturan terkait pengaturan penggunaan metil bromida (bobot 0,292); (2) Pengawasan dan pemberian sanksi yang tegas (bobot 0,249); (3) Penetapan batas waktu yang tegas (bobot 0,198); (4) Waktu pemaparan fumigasi pestisida pengganti (bobot 0,12); (5) Harga pestisida
pengganti (bobot 0,08), serta
(5) Tersedianya dana perusahaan fumigasi untuk untuk melatih operator dan membeli peralatan fumigasi pestisida pengganti (bobot 0,061). Hasil analisis pendapat beberapa responden untuk setiap faktor yang mempengaruhi upaya penghapusan penggunaan metil bromida untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan dan penurunan kuota secara bertahap seperti diuraikan berikut ini. 1. Kepatuhan perusahaan fumigasi terhadap peraturan terkait pengaturan metil bromida Gambar 21 menunjukkan bahwa responden memandang Badan Karantina Pertanian sebagai stakeholder yang paling berperan dalam mengatasi faktor kepatuhan perusahaan fumigasi terhadap peraturan terkait pengaturan penggunaan metil bromida (bobot 0,196), selanjutnya petugas pengawas pestisida/Subdit Pengawasan Pestisida (bobot 0,176), dan Komisi Pestisida (bobot 0,164). Badan Karantina Pertanian memiliki peranan penting dalam melakukan pembinaan terhadap perusahaan fumigasi, agar perusahaan fumigasi taat/patuh (a) Menggunakan metil bromida hanya untuk keperluan
karantina dan pra
pengapalan sebagai alternatif terakhir apabila tidak dapat menggunakan metode/pestisida pengganti lain; (b) Menggunakan metil bromida sesuai standar Badan Karantina Pertanian (dosis, waktu pemaparan, dan waktu aerasi). Sesuai Peraturan Menteri Pertanian No. 42 Tahun 2007, petugas pengawas pestisida/Subdit Pengawasan Pupuk dan Pestisida mempunyai tugas dan fungsi mengawasi peredaran, penyimpanan, dan penggunaan pestisida serta memberikan bimbingan/pelatihan kepada pengguna pestisida terbatas. Fakta yang ditemukan di
54
lapangan, tugas dan fungsi pengawas pestisida/Subdit Pengawasan Pupuk dan Pestisida tidak terlihat nyata, hal ini terlihat dari tidak tersedianya data/laporan distribusi dan penggunaan metil bromida. Kepatuhan perusahaan fumigasi Barantan
.196
PSP/Pengawas.176 Kompes
.164
Bea & Cukai
.128
Kemendag
.108
Importir
.082
Fumigator
.082
KLH
.064 Inconsistency Ratio = 0.03
Gambar 20
Nilai bobot aktor yang mempengaruhi kepatuhan perusahaan fumigasi.
2. Pengawasan impor, distribusi, dan penggunaan metil bromida serta pemberian sanksi yang tegas. Gambar 21 menunjukkan bahwa responden memandang Badan Karantina Pertanian sebagai stakeholder yang paling berperan dalam melakukan pengawasan impor, distribusi dan penggunaan metil bromida (0,299), selanjutnya petugas pengawas pestisida/Subdit Pengawasan Pupuk dan Pestisida (bobot 0,209), dan Komisi Pestisida (bobot 0,172). Pengawasan dan sanksi yang tegas Barantan
.299
PSP/Pengawas .209 Bea & Cukai
.172
Kemendag
.140
Kompes
.083
KLH
.046
Fumigator
.028
Importir
.023 Inconsistency Ratio =0.05
Gambar 21 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi pengawasan impor, distribusi, dan penggunaan dan pemberian sanksi yang tegas.
55
3. Kebijakan penetapan batas waktu penghapusan yang tegas Gambar 22 menunjukkan bahwa responden memandang Kementerian Lingkungan Hidup sebagai stakeholder yang paling berperan dalam menetapkan batas waktu penghapusan yang tegas (bobot 0,298), selanjutnya Badan Karantina Pertanian (bobot 0,219), dan Komisi Pestisida (bobot 0,139). Kementerian Lingkungan Hidup merupakan instansi pemerintah yang berfungsi melakukan koordinasi dan fasilitasi kebijakan program perlindungan lapisan ozon termasuk kebijakan dan implementasi pengaturan metil bromida serta juga merupakan Indonesia national focal point dalam hal kebijakan yang menyangkut lingkungan hidup di dunia internasional. Penetapan batas waktu yang tegas KLH
.298
Barantan
.219
Kompes
.139
PSP/Pengawas.112 Kemendag
.094
Bea & Cukai
.052
Fumigator rr Importir
.047 .039 Inconsistency Ratio =0.05
Gambar 22 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi penetapan batas waktu penghapusan yang tegas. 4. Waktu pemaparan fumigasi pestisida pengganti Gambar 23 menunjukkan bahwa responden memandang perusahaan fumigasi sebagai stakeholder yang paling berperan dalam mengatasi kendala lamanya waktu pemaparan fumigasi dengan pestisida pengganti (bobot 0,37), selanjutnya Badan Karantina Pertanian (bobot 0,186) dan Komisi Pestisida (bobot 0,121). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden perusahaan fumigasi, pestisida pengganti yang paling banyak digunakan adalah alumunium/magnesium fosfin. Responden belum menggunakan sulfuril fluorida karena kekhawatiran tidak adanya bahan pendeteksi (pembau), dan harga peralatan pelindung diri serta alat deteksi kebocoran yang masih sulit didapatkan dan sangat mahal. Waktu pemaparan yang diperlukan dengan alumunium/magnesium fosfin sekitar 3 - 5
56
hari, sedangkan waktu pemaparan dengan metil bromida hanya 1 hari. Faktor waktu pemaparan ini jelas berpengaruh terhadap biaya fumigasi (sewa tempat dan upah tenaga kerja) yang harus dibebankan oleh perusahaan fumigasi kepada eksportir. Untuk mengatasi faktor ini, perusahaan fumigasi diharapkan tidak memandang dari segi keuntungan bisnis semata tetapi perusahaan fumigasi harus berupaya memberikan informasi/edukasi kepada eksportir. Waktu pemaparan pestisida pengganti MeBr Fumigator
.370
Barantan
.186
Kompes
.121
Importir
.091
Kemendag
.062
PSP/Pengawas .060
Bea & Cukai .057 KLH
.054 Inconsistency Ratio =0.04
Gambar 23 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi waktu pemaparan pestisida pengganti. 5. Harga pestisida pengganti Gambar 24 menunjukkan responden memandang importir sebagai stakeholder yang paling berperan dalam mengatasi kendala harga pestisida pengganti (bobot 0,249), selanjutnya Kementerian Perdagangan (bobot 0,202) dan Ditjen Bea dan Cukai (bobot 0,148). Hasil wawancara dengan responden perusahaan fumigasi, apabila sewa lahan/depo, lama waktu pemaparan, dan upah tenaga kerja diasumsikan tidak memberikan pengaruh terhadap biaya fumigasi, maka biaya yang diperlukan untuk melakukan fumigasi seperti ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Biaya fumigasi berdasarkan pestisida fumigasi yang digunakan No
Pestisida fumigasi Harga (Rp/kg) Dosis (g/m³) Biaya fumigasi (Rp/m3)
1
Metil Bromida
80.000
48
3.840
2
Sulfuril fluorida
147.000
48
7.056
3
Fosfin
667.000
6
4.000
57
Berdasarkan asumsi harga tersebut di atas, maka faktor harga pestisida pengganti masih relatif lebih tinggi dibanding harga metil bromida, bahkan harga pestisida sulfuril flourida 83,75% lebih tinggi dari harga metil bromida. Harga pestisida pengganti Importir
.249
Kemendag
.202
Bea & Cukai
.148
Fumigator
.141
Barantan
.076
Kompes
.064
PSP/Pengawas.064 KLH
.056 Inconsistency Ratio =0.03
Gambar 24 Nilai bobot aktor yang mempengaruhi harga pestisida pengganti. 6. Ketersediaan dana perusahaan fumigasi. Gambar 25 menunjukkan responden memandang perusahaan fumigasi sebagai stakeholder yang paling berperan dalam mengatasi kendala dana yang diperlukan untuk melatih operator dan membeli peralatan fumigasi pestisida pengganti (bobot 0,445), selanjutnya importir (bobot 0,215) dan Badan Karantina Pertanian (bobot 0,115). Berdasarkan hasil wawancara, perusahaan fumigasi akan mengikuti kebijakan pemerintah untuk beralih ke pestisida pengganti dan sebagai konsekwensinya mempersiapkan dana untuk melatih operator dan membeli peralatan fumigasi pestisida pengganti.
58
Ketersediaan dana untuk beralih ke pestisida pengganti Fumigator
.445
Importir
.215
Barantan
.115
KLH
.045
Kemendag
.045
Bea & Cukai .045 Kompes
.045
PSP/Pengawas.045 Inconsistency Ratio =0.02
Gambar 25
Nilai bobot aktor yang mempengaruhi ketersediaan dana perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pengaturan metil bromida, stakeholders yang berperan serta prioritas strategi alternatif yang ditawarkan disajikan pada Gambar 26.
59
Goal
Faktor
Stakeholders
Batas waktu (0,198)
Importir (0,008) Fumigator (0,009) KLH (0,059) Kemendag (0,019) Bea & Cukai (0,001) Barantan (0,043) Kompes (0,027) PSP Kementan (0,022)
Pengawasan (0,249)
Importir (0,006) Fumigator (0,007) KLH (0,011) Kemendag (0,035) Bea & Cukai (0,043) Barantan (0,074) Kompes (0,021) PSP Kementan (0,052)
Kesiapan perusahaan (0,061) Pengaturan MeBr
Kepatuhan fumigator (0,292)
Importir (0,013) Fumigator (0,027) KLH (0,003) Kemendag (0,003) Bea & Cukai (0,003) Barantan (0,007) Kompes (0,003) PSP Kementan (0,003) Importir (0,024) Fumigator (0,024) KLH (0,019) Kemendag (0,031) Bea & Cukai (0,038) Barantan (0,057) Kompes (0,048) PSP Kementan (0,051)
Efektifitas pestisida pengganti (0,12)
Importir (0,017) Fumigator (0,044) KLH (0,007) Kemendag (0,007) Bea & Cukai (0,022) Barantan (0,014) Kompes (0,027) PSP Kementan (0,022)
Harga pest pengganti (0,08)
Importir (0,020) Fumigator (0,011) KLH (0,005) Kemendag (0,016) Bea & Cukai (0,012) Barantan (0,006) Kompes (0,005)
Prioritas strategi alternatif
1. Pengawasan (0,500) 2. Kerjasama stakeholders (0,244) 3. Informasi dan sosialisasi (0,131) 4,Kerja sama internasional (0,076) 5, Insentif (0,048)
Overall Inconsistency Index =0,05
Gambar 26 Bagan hasil AHP kebijakan pengaturan pestisida metil bromida.
60
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan analisis data, maka dapat disimpulkan: 1. Pemerintah telah menetapkan kebijakan pembatasan penggunaan metil bromida hanya untuk keperluan karantina dan pra pengapalan tetapi dalam implementasinya masih terjadi penyimpangan, baik pada tahapan distribusi dan penggunaan. 2. Pemerintah tidak berhasil menurunkan konsumsi metil bromida secara bertahap melalui kebijakan penurunan kuota impor. Konsumsi metil brromida menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. 3. Prioritas strategi alternatif kebijakan yang diperoleh dari hasil AHP berturutturut adalah: a. Meningkatkan pengawasan impor dan distribusi metil bromida secara terpadu. Untuk meningkatkan pengawasan dan memudahkan koordinasi, pemerintah harus menetapkan hanya satu institusi yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengkoordinasi instansi pemerintah yang terkait, pemerintah harus membatasi jumlah importir dan menetapkan persyaratan yang tegas bagi distributor seperti distributor harus memiliki cabang minimal di 7 propinsi, mempunyai sertifikat ISO 14000 tentang sistem manajemen lingkungan, dan memiliki 5 karyawan yang telah memiliki sertifikat pelatihan metil bromida. b. Meningkatkan koordinasi antar stakeholder terkait dalam menentukan kuota nasional. Strategi penetapan kuota yang harus dilakukan dapat mengikuti skenario Protokol Montreal tahun 2005 untuk negara berkembang atau skenario adaptasi Protokol Montreal yaitu dengan menetapkan penurunan kuota 30% setiap tahun. c. Mengembangkan sistem informasi yang terpadu tentang ketersediaan pestisida fumigasi, peralatan dan pelatihan pestisida terbatas. Strategi ini dilakukan sebagai tindakan aplikasi yang harus dilakukan oleh instansi
61
pemerintah yang ditetapkan sebagai koordinator (butir a), misal dengan membangun sistem informasi elektronik (website) yang dapat diakses semua stakeholder terkait dan menerbitkan majalah/buletin. d. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas termasuk instansi terkait tentang larangan penggunaan metil bromida selain untuk karantina dan pra pengapalan serta pestisida pengganti yang tersedia. e. Pemerintah membuat kebijakan untuk mendorong beralih
ke
pestisida
pengganti/menggunakan
perusahaan fumigasi metode
lain
seperti
menetapkan harga minimum metil bromida serta memberikan insentif bagi importir pestisida pengganti dan peralatan fumigasinya. Insentif
dapat
berupa menurunkan bea masuk pestisida pengganti dan peralatan fumigasinya
5.2. Saran 1. Pemerintah harus menetapkan kuota berdasarkan data/informasi kebutuhan di lapangan dan kuota ditetapkan untuk jangka panjang dengan perencanaan yang matang mencakup target penurunan konsumsi yang ingin dicapai. 2. Pemerintah harus meningkatkan sosialisasi bahwa metil bromida hanya boleh digunakan untuk karantina dan pengapalan serta pestisida pengganti yang dapat digunakan untuk fumigasi. Sosialisasi yang dilakukan dapat berupa pembuatan brosur/leaflet, spanduk/baliho di tempat-tempat strategis, dan pertemuan sosialisasi dengan perusahaan fumigasi, importir, dan instansi pemerintah lainnya seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arifin et al. 2009. Gambaran umum fumigan fosfin. Modul Pelatihan Fumigasi Fosfin yang Baik dan Benar. SEAMEO BIOTROP. Bogor. [APVMA] Australian Pesticides and Veterinary Medicines Authority. 2007. Public Release Summary in Evaluation of The New Active Sulfuryl Fluoride on The Product Profume Gas Fumigant. http://www.apvma.gov.au /registration/assesment/docs/prs_sulfuryl fluoride. [21 Oktober 2011]. Badan Karantina Pertanian. 2011. Road map pengurangan dan penggantian penggunaan metil bromida untuk karantina tumbuhan dan pra pengapalan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Barak et al. 2006. Sulfuryl Fluoride as a Quarantine Treatment for Anoplophora glabripennis (Coleoptera: Cerambycidae) in Regulated Wood Packing Material. Journal of Economic Entomology 99(5):1628-1635 [terhubung berkala]. http://www.bioone.org/doi/abs/10.1603/0022-0493-99.5.1628#FN2 [21 Oktober 2011]. [BPS] Biro Pusat Statistik. 2011. Impor pestisida metil bromida tahun 2006-2011 dan fosfin tahun 2008-2011. Jakarta [BCPC] British Crop Protection Council. 2004. Pesticide Manual. 13 Edition. CDS Tomlin, editor. British Crop Protection Council. Inggris. Daojian Yu et al. 2010. Sulfuryl Fluoride as a Quarantine Treatment for Chlorophorus annularis (Coleoptera: Cerambycidae) in Chinese Bamboo Poles. Journal of Economic Entomology 103(2):277-283. [terhubung berkala]. http://www.bioone.org/doi/abs/10.1603/ec09292#aff1 [21 Oktober 2011]. Danim S. 2005. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Duafala T, Gillis M. 1999. Properties, Applications and Emissions of Man-Made Methyl Bromide. The Handbook of Environmental Chemistry: 4(E) Reactive Halogen Compounds in the Atmosphere. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. http://www.mendeley.com/research/properties-applicationsemissions-manmade-methyl-bromide/. [21 Oktober 2011]. Dunn NW. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. [EPA] Environmental Protection Agency. 2007. US Nomination For Methyl Bromide Critical Use Exemptions From The 2007 Phaseout Of Methyl
63
Bromide. http://www.epa.gov/ozone/science/ods/index.html. [21 Oktober 2011]. [EPA] Environmental Protection Agency. 2004. Methyl bromide critical use nominations for post harvest use on dry cured pork products. http://www.epa.gov/spdpublc/mbr/.[21 Oktober 2011]. [EPA] Environmental Protection Agency. 1985. Pesticide Fact Sheet Number 51: Sulfuryl Fluoride. http://www.google.co.id/search?hl=id&noj=1&q= Pesticide+ Fact + SheetNumber+51%3A+Sulfuryl+Fluoride&btnG. [21 Oktober 2011]. Fabian P, Singh ON. 1999. Reactive Bromine Compounds. Reactive Halogen Compounds in the Atmosphere. Reactive Halogen Compounds in the Atmosphere. The Handbook of Environmental Chemistry:4(E). SpringerVerlag Berlin Heidelberg. Berlin. http://www.mendeley.com/research/ properties-applications-emissions-manmade-methyl-bromide/. [21 Oktober 2011]. Fahey, DW. 2007. Twenty Questions and Answers About the Ozone Layer: 2006 Update. Scientific Assessment of Ozone Depletion: 2006. World Meteorological Organization. Geneva. [HSDB] Hazardous Substance Data Bank. 1999. Methyl Bromide. Maryland: National Library of Medicine. http://oehha.ca.gov/air/chronic_ rels/ pdf/ 74839.pdf. [8 Februari 2011]. [IPB] Institut Pertanian Bogor. 2009. Laporan Pengujian Efektivitas Fumigard 99 GA (Sulfuril Fluorida 99%) terhadap hama S. zeamais, T. confusum, dan O. surinamensis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kementerian Lingkungan Hidup. 2007. Kumpulan Peraturan Pemerintah tentang Program Perlindungan Lapisan Ozon. Unit Ozon Nasional Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. Kementerian Pertanian. 2003. Pedoman Teknis Pendaftaran Pestisida untuk Penggunaan Terbatas. Koperasi Pegawai Negeri Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian Kementerian Pertanian. Jakarta. Kementerian Pertanian. 2011. Pestisida Pertanian dan Kehutanan Tahun 2011. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian. Jakarta. Kementerian Perdagangan. 2011. Laporan Realisasi Impor Bahan Perusak Ozon Tahun 2005-2010. Direktorat Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan. Jakarta. Nugroho R. 2009. Public Policy. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
64
[SMERI] State Ministry for Environment Republic of Indonesia. 2000. Indonesia Country Program Update for the phase-out of Ozone Depleting substances under the Montreal Protocol. State Ministry for Environment Republic of Indonesia. Jakarta. Muhle J. 2011. Termite Killing Insecticide Remains a Greenhouse Gas Environmental Threat. http://www.azocleantech.com/news. aspx?newsID= 4896. [28 Desember 2011]. Rajendran S, Kumar VL. 2008. Sulfuryl Fluoride and Phosphine as Methyl Bromide Alternatives for Fumigation of Solid Wood Packaging. International Pest Control. 50(6):317-320. Ren. 2011. Penetration of methyl bromide, sulfuryl fluoride, ethanedinitrile and phosphine into timber blocks and the sorption rate of the fumigants. Journal of Stored Products Research 2011:47(2): 63-68. [terhubung berkala]. http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi. [9 Januari 2012]. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM). Jakarta. Sekhon. 2010. Sulfuryl fluoride fumigation effects on the safety, volatile composition, and sensory quality of dry cured ham. Meat Science 2010: 84(3):505-511. [terhubung berkala]. http://www.sciencedirect.com/science? _ob=ArticleURL&_udi. [8 Desember 2011]. [UNEP] United Nations Environtmental Programme. 1996. Environmental Effects Of Ozone Depletion. Stratospheric Ozone and Human Health Project. Pursuant to Article 6 of the Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer. Kenya: Oct 1996. http://www.ozone.unep.org/new_site/ en/Information. [25 Oktober 2011]. [UNEP] United Nations Environment Programme. Methyl Bromide Consumption. http://ozone.unep.org/new_site/en/Information. [25 Oktober 2011].
65
Lampiran 1 Daftar responden pemegang nomor pendaftaran/importir terdaftar metil bromida
No. 1
Nama Perusahaan PT Harmed
Nama Produk Alamat HBrom 98 LG Grand City Regency B-24, Surabaya
[email protected]
2
PT Grasse Arum Lestari
Mebrom 98 LG Taman Kebon Jeruk Blok A III No. 12-13, Jakarta
3
PT Kirana Ekanusa Chemindo
Sinobrom 98 LG Jl. Gunung Sahari Raya No. 5 A, Jakarta Pusat
[email protected]
4
PT Biotek Saranatama
Biometh 98 LG Jl. MH. Thamrin No. 8, Jakarta
[email protected]
66
Lampiran 2 Daftar responden perusahaan fumigasi No.
Nama Perusahaan Fumigasi Alamat CV Armanada Jl. Jagir Sidoresmo VI No 117, Nusantara Surabaya Email:
[email protected] PT Setrasari Jl. Ngagel Jaya Indah III/10-12, Surabaya Email:
[email protected] CV Prisma Karya Jl Purwodadi I No. 92, Surabaya Linarius
Bahan Fumigasi yang digunakan Metil bromida Aluminium fosfida
4
PT Citra Anugerah Nusantara
Jl. Ikan Cumi-Cumi No. 02, Surabaya Email:
[email protected]
Metil bromida Aluminium fosfida
5
CV Wahana Global Inspectindo PT Pan Asia Superintendence
Jl. Ikan Mungsing X/11, Surabaya Metil bromida Email:
[email protected] Aluminium fosfida Jl. Karantina No. 4B, Makassar Email:
[email protected]
Metil bromida Aluminium fosfida
7
CV Cahaya Timur
Metil bromida Aluminium fosfida
8
PT Agricon Putra Citra Optima
Jl. Sunu Komplek UNHAS Blok AX No. 1, Makassar Email:
[email protected] Jl. Badak No. 31, Makassar Email:
[email protected]
9
CV Anaya Kesuma
Jl. Kemuning Ujung No. 18, Utan Metil bromida Kayu Selatan - Jakarta Aluminium fosfida Email:
[email protected]
10
PT. Metro Pest Control
Gedung Cipta Jalan Kramat Asem No.1 Jakarta Email:
[email protected]
1
2
3
6
Metil bromida Aluminium fosfida Metil bromida Aluminium fosfida
Metil bromida Aluminium fosfida
Metil bromida Aluminium fosfida
Lampiran 3 Rekapitulasi jawaban responden atas kuesioner identifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi upaya pengaturan metil bromida
Nomor urut responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL
1 Pengetahuan potensi MeBr dalam merusak lapisan ozon
Ya X X X X X X X X X X 10
Tdk 0
2 Pengetahuan kerusakan lapisan ozon berdampak negatif bagi kesehatan manusia
Ya X X X X X X X X X X 10
Tdk 0
3 Pengetahuan kewajiban Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Protokol Ya X X X X X X X X X X 10
Tdk 0
Kesiapan Perusahaan Fumigasi 4 5 Jumlah Penggunaan tenaga kerja MBr telah dihapuskan tahun 2008 kecuali karantina dan pra pengapalan <10 X X X 3
11-20 X X X X X 5
>21 X X 2
Ya X X X X X X X X X X 10
Tdk 0
6 7 Tersedianya Tersedianya dana untuk alih operator yang pestisida bersertifikat/ fumigasi terlatih
Ya X X X X X X X X X X 10
Tdk 0
Ya X X X X X 5
Tdk X X X X X 5
8 Rencana menggantikan MeBr secara mandiri
Ya X X X X X 5
Tdk X X X X X 5
Lampiran 3 (Lanjutan)
1 2 Pertimbanga Pertimbangan Nomor n dosis dan dosis dan jenis urut jenis pestisida responden pestisida fumigasi berdasarkan berdasarkan spesies komoditas hama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL
3 Fumigasi dilakukan setelah pengambilan sampel terlebih dahulu untuk mengetahui spesies hama
Ya Tdk
Ya
Tdk
Ya
Tdk
X X X X 4
X X X 3
X X X X X X X 7
X X 2
X X X X X X X X 8
X X X X X X 6
Profil/Kepatuhan perusahaan fumigasi 4 5 6 Aplikator telah Penggunaan MeBr Biaya yang mendapatkan dibutuhkan untuk pelatihan 1 peti kemas fumigasi/ ukuran 20 ft bersertifikat (juta rupiah)
MeBr PH3 X X X X X X X X X X 10
X X X X X X X 7
SF X 1
Gudang Gedung Militer MeBr arsip * * X * * 1-1,2 X X 1,3 X 1,25 * * 3 1 0
7 Waktu yang dibutuhkan (hari)
PH3
SF
MeBr PH3
* * * * * * * * * *
* * * * * * * * * *
1 1-3 1 1 1-2 1 1-2 1 1
3-4 5 5 5-7 5 5 5 5 5-7 5
8 Tekanan/ permintaan khusus klien fumigasi dengan MeBr selain untuk kepentingan karantina dan pra pengapalan SF
Ya
Tdk
-
X X 2
X X X X X X X X 8
Lampiran 3 (Lanjutan)
Nomor urut responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL
Faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti 1 2 3 4 Kesadaran Perusahaan Perusahaan Alasan lain menggunakan memiliki dana memiliki pestisida yang yang cukup operator tidak merusak untuk yang handal ozon pelatihan terbatas dan membeli peralatan fumigasi X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 4 7 9 0
Faktor-faktor internal yang merupakan kendala perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti 5 6 7 8 Bahan Memerlukan Biaya Alasan lain pendeteksi pelatihan fumigasi kebocoran baru untuk dengan (bahan operator dan bahan non pembau) teknisi MeBr jauh tidak ada lebih mahal dalam formulasi SF X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 10 7 9
Lampiran 3 (Lanjutan) Faktor-faktor eksternal yang merupakan kendala perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti 1 Nomor Belum ada urut kebijakan dan responden strategi pemerintah yang tegas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL
X X X X X X X X X X 10
2 Permintaan negara tujuan ekspor
X X X X X X X 7
3 Perusahan fumigasi pesaing masih menggunakan MeBr
4 Kebijakan institusi pembina (Barantan)
5 Alat deteksi kebocoran dan personal safety non MeBr belum tersedia dan mahal
X X X X X X X X 8
X X X X X X X X X 9
X X X X X X X X X X 10
6 Alasan lain
Lampiran 3 (Lanjutan) Faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang bagi perusahaan fumigasi untuk beralih ke pestisida pengganti
Nomor urut responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL
1 Kesadaran perusahaan ekspor/impor (klien) tidak meminta komoditas difumigasi dengan MeBr X X X X X X X X 8
2 Perusahan pesaing telah lebih dahulu menggunakan non MeBr/metode pengendalian ramah lingkungan X X X X 4
3 Kebijakan pemerintah memberikan pembebasan bea masuk bagi bahan dan perlengkapan pestisida pengganti X X X X X X X X X X 10
4 Tersedia pestisida pengganti/metode pengendalian ramah lingkungan yang efektivitasnya sama dengan MeBr X X X X X X 6
5 Perusahaaan memperoleh citra yang baik karena menggunakan pestisida pengganti/metode pengendalian yang ramah lingkungan 0
6 Alasan lain
Negara tujuan
Lampiran 3 (Lanjutan)
Nomor urut responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL
Kebijakan yang harus ditetapkan oleh pemerintah dalam upaya mengurangi konsumsi MeBr secara bertahap/ penghapusan penggunaan MeBr untuk non karantina dan pra pengapalan 1 2 3 4 5 6 7 8 Apakah Penetapan Ketegasan Pembebasan Pengawasan Pemberian Rekomendasi Alasan lain kebijakan kuota impor penghentian bea masuk impor dan subsidi untuk dari Badan pemerintah MeBr yang impor MeBr bahan dan penggunaan pelatihan Karantina yang ada sudah tegas dan peralatan MeBr serta operator Pertanian cukup berkurang fumigasi non pemberian sanksi fumigasi non memadai minimal 10 % MeBr yang tegas MeBr dalam upaya per tahun mengurangi penggunaan MeBr secara bertahap Ya Tdk X -
X X X
X
X
X X X -
X X X X
X X X X
X
X X 3
X X X X 7
X X X X X 6
X X X X X 6
X X X X 8
X X X X X X 10
X X X X 8
X 2
Alternatif pengganti = MBr
Lampiran 3 (Lanjutan)
Nomor urut responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
1
2
3
2 Sesuai dengan permintaan negara tujuan ekspor 1 2 3
B B B B B C C C B B A 0 B 7 C 3
C C C C C B B B C C 0 3 7
A A A A A A A A A A 10 0 0
A A A A A A A A A A 10 0 0
Tdk merusak ozon
0 0 0
Keuntungan/potensi pestisida fumigasi yang terdaftar dan memperoleh izin 3 4 5 6 7 8 9 Sesuai Aplikasi Efektif Waktu Biaya Mudah Residu dengan mudah aplikasi murah didapatkan pada ketentuan singkat komoditas pemerintah
0 0 0
1
2
-
0 0 0
10 Tidak menimbulkan karat
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
A A A A A A A A A A 0 10 0 0 0 0
A C C C C B B B C C 1 3 6
B B B B B C C C B B 0 7 3
C C C C C B B B C C 0 3 7
A A A A A A A A A A 10 0 0
B B B B B C B C C C 0 6 4
C C C C C B C B B B 0 4 6
A A A A A A A A A A 10 0 0
C C C C C B B B C C 0 3 7
B B B B B C C C B B 0 7 3
A A A A A A A A A A 10 0 0
B C B B B C C C B B 0 6 4
C B C C C B B B C C 0 4 6
A A A A A A A A 8 0 0
B B B B B C B B 0 7 1
C C C C C B C C 0 1 7
C C C C C C C C C C 0 0 10
A A A A A A 6 0 0
B B B B B B 0 6 0
C C C C C C C C C C 10 0 0
A A A A A A 6 0 0
B B B B B B 0 6 0
Lampiran 3 (Lanjutan)
Nomor urut responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C
1 Merusak ozon
2 Resiko tingg bagi aplikator/ pekerja
Kerugian/resiko pestisida fumigasi yang terdaftar dan memperoleh izin 3 4 5 6 7 Biaya tinggi Efektivitas Sukar Waktu aplikasi Sulit rendah diaplikasi lama didapatkan
2
8 Penolakan dari Negara tujuan
1
2
3
1
2
3
1
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
A A A A A A A A A A 10 0 0
-
-
B B B B B B B B B B 0 10 0
C C C C C C C C C C 0 0 10
A A A A A A A A A A 10 0 0
B C A B C A B C A B C A B C A B C A B C A B C A B C A B C A 0 0 10 10 0 0 0 10 0
C C C C C C C C C C 0 0 10
A A A A A A A A A A 10 0 0
B B B B B B B B B B 0 10 0
C C C C C C C C C C 0 0 10
B B B B B B B B B B 0 10 0
A A A A A A A A A A 10 0 0
C C C C C C C C C C 0 0 10
B B B B B B B B B B 0 10 0
A A A A A A A A A A 10 0 0
B B B B B B B B B B 0 10 0
C C C C C C C C C C 0 0 10
A A A A A A A A A A 10 0 0
-
-
A A A A A A A A A A 10 0 0
Lampiran 3 (Lanjutan) Nomor urut responden
Sumber MeBr 1
>1
1 2 3 4 5
X X
-
6 7 8 9 10 TOTAL
X 4
X
X X 2
Bahan yang difumigasi dgn MeBr
Persentase penggunaan pestisida fumigasi
Pallet Kopi/ Triplek Furnitur Kacang- Hortikultura/ Pala kacangan bawang merah X X X X X X X X X X K hijau 20-30 ‘ 5
1
0
4
1
50 2
Catatan: 1. A = MeBr (metil bromida)
B = PH3 (fosfin)
2. Tanda * = responden tidak memberikan jawaban
C = SF (sulfuril fluorida)
MeBr
PH3
SF
90 75 100 80 *
10 25 20 *
-
75 50 50 * 520
* * * * * 55
0
Keterangan
PH3 utk perawatan tembakau Sejak 2010 PH3 utk jagung bibit, kacang tanah, kemiri
Lampiran 4 (Lanjutan)
No.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama
Komentar/analisis
- Setiap orang yang melakukan kegiatan impor B3 yang terbatas dipergunakan dan atau yang pertama kali diimpor, wajib mengikuti prosedur notifikasi (Pasal 7) yang disampaikan oleh otoritas negara pengekspor kepada instansi yang bertanggung jawab/KLH (Pasal 9). - Berdasarkan pertimbangan Komisi B3, KLH memberikan persetujuan kepada Kemendag sebagai dasar untuk penerbitan atau penolakan izin impor (Pasal 9). 3.
4.
Keppres No. 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan Vienna Convention dan Montreal Protocol As Adjusted And Amended by the Second Meeting of The Parties London, 1990 (13 Mei 1992)
- Kesepakatan mengganti penggunaan BPO dengan bahan lain yang tidak merusak lingkungan
- Ratifikasi yang dilakukan pemerintah menunjukkan komitmen Indonesia untuk mendukung upaya perlindungan lapisan ozon.
- Upaya pengurangan konsumsi BPO secara bertahap
- Pemerintah harus menunjukkan upaya nyata dalam mengurangi konsumsi metil bromida dan menggunakan metode/pestisida pengganti - Pengaturan tentang BPO/metil bromida yang pertama kali.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor - Tidak menerima lagi permohonan pendaftaran 322/Kpts/TP.270/4/94 tentang Pembatasan metil bromida. Penggunaan dan Izin Pestisida Berbahan Aktif Metil Bromida (28 April 1994). - Mengurangi penggunaan metil bromida secara bertahap - Menghentikan penggunaan metil bromida pada tahun 1997
- Kebijakan terlalu tergesa-gesa karena ratifikasi Protokol Montreal yang telah dilakukan pemerintah, tetapi tidak memperhatikan kebutuhan nasional.
Lampiran 4 (Lanjutan)
No. 5.
6.
7.
8.
9.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama
KepMenperindag No. 230/MPP/Kep/7/97 tentang Barang yang diatur tata niaga impornya KepMenperindag No. 25/MPP/Kep/1/1998 tentang Barang yang diatur tata niaga impornya KepMenperindag No. - Bahan perusak ozon dilarang diproduksi 110/MPP/Kep/1/1998 tentang Larangan Memproduksi dan Memperdagangkan - Bahan perusak ozon termasuk metil bromida BPO (HS: 2903.30.000) hanya boleh diperdagangkan (27 Januari 1998) dan digunakan hanya sampai 25 Januari 2005.
KepMenperindag No. 111/MPP/Kep/1/1998 tentang Barang yang diatur tata niaga impornya (27 Januari 1998)
Keppres No. 92 Tahun 1998 tentang Pengesahan Protokol Montreal Tentang Zat-Zat Yang Merusak Lapisan Ozon, Copenhagen, 1992 (23 Juni 1998)
- Pengawasan dilakukan oleh Unit Kerja Pembina Terkait (Departemen Perindustrian dan Perdagangan). Bahan perusak ozon termasuk metil bromida (HS: 2903.30.000) dilarang untuk dimpor sejak 27 Januari 1998 (Lampiran II)
- Mulai tahun 1995 tingkat konsumsi metil bromida tidak lebih dari tingkat konsumsi pada tahun 1991. - Pembatasan tingkat konsumsi tidak terrmasuk kuantitas yang digunakan untuk karantina dan
Komentar/analisis Pengaturan tentang BPO/metil bromida belum ada. Pengaturan tentang BPO/metil bromida belum ada. - Tatacara impor, distribusi dan penggunaan belum diatur. - Bertentangan dengan Keppres No. 23 Tahun 1992.
- Mengubah Lampiran I KepMenperindag No. 230/MPP/Kep/7/97 yaitu dengan menambahkan daftar baraang yang menggunakan BPO (Pasal 1). - Bertentangan dengan Keppres No. 23 Tahun 1992. Ratifikasi tidak diikuti dengan peraturan pelaksanaan di bawahnya.
Lampiran 4 (Lanjutan)
No.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama
Komentar/analisis
pra pengapalan (Artikel 2 H). Impor metil bromida hanya dari negara pihak Protokol Montreal (Artikel 4). 10.
11.
12.
KepMenperindag No. - Metil bromida diperkenankan untuk diimpor Bertentangan dengan Keppres No. 92 Tahun 410/MPP/Kep/9/1998 tentang Perubahan hanya untuk karantina, di gudang dan pra 1998. KepMenperindag No. pengapalan. 110/MPP/Kep/1/1998 (3 september 1998) - Label: “digunakan hanya untuk karantina, di gudang dan pra pengapalan. KepMenperindag No. - Impor diperkenankan hanya untuk karantina, - Sudah ada pengaturan tentang tatacara impor 411/MPP/Kep/9/1998 tentang Perubahan gudang dan pra pengapalan dan importir yang dan pembatasan importir. KepMenperindag No. ditunjuk yaitu: PT Dharma Niaga, PT Asomindo 111/MPP/Kep/1/1998 Raya dan NV Panca Ratna. - Bertentangan dengan Keppres No. 92 Tahun (3 september 1998) 1998. - Impor harus mendapat persetujuan Direktur Perdagangan Internasional berdasarkan pertimbangan Menteri Pertanian. KepMenperindag No. - Chlorofluorocarbon (CFC), khususnya CFC-11, - Pemerintah fokus pada pelarangan produksi 790/MPP/KEP/12/2002 CFC-12, CFC-113, CFC-114, dan CFC-115 dan penggunaan CFC. dilarang untuk diproduksi. - Sejak 1998-2005, tidak ada kebijakan baru - Barang yang mengandung CFC dilarang untuk yang mengatur upaya pembatasan dan diproduksi. pengurangan konsumsi metil bromida. - Bahan dan barang yang mengandung CFC masih boleh diperdagangkan dan dipergunakan sampai 1 Januari 2005.
Lampiran 4 (Lanjutan)
No. 13.
14.
15.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama
Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2005 - Bromochloromethane termasuk kategori bahan tentang Pengesahan Amandemen Beijing perusak lapisan ozon. atas Protokol Montreal (21 April 2005) - Indonesia masih membutuhkan hydrochlorofluorocarbon. Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2005 - Indonesia masih memerlukan metil bromida tentang Pengesahan Amendemen untuk karantina, pra pengapalan, dan Montreal atas Protokol Montreal pergudangan. Tentang Bahan- Bahan Yang Merusak - BPO hanya dapat diimpor dari negara yang telah Lapisan Ozon mengesahkan Amandemen Montreal. (10 Juli 2005) - Indonesia perlu mengembangkan sistem perizinan dalam rangka pengawasan dan pengendalian impor dan perdagangan untuk mencegah perdagangan ilegal BPO.
Komentar/analisis Sejak 1998-2005, tidak ada kebijakan baru yang mengatur upaya pembatasan dan pengurangan konsumsi metil bromida. Walaupun pemerintah meratifikasi Amandemen Kopenhagen dan Montreal, tetapi pemerintah juga menyatakan bahwa Indonesia masih memerlukan MeBr untuk karantina, pra pengapalan, dan pergudangan.
Permendag No. 24/M-Dag/Per/6/2006 - Metil bromida (No HS: 2903.30.20.00) termasuk - Bertentangan dengan Keppres No. 23 Tahun tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak BPO yang impornya diperkenankan sampai 31 1992, Keppres No. 92 Tahun 1998, Perpres No. Lapisan Ozon Desember 2007 (Pasal 2 ayat 5).. 46 Tahun 2005, KepMenperindag No. (22 Juni 2006) 410/MPP/Kep/9/1998 dan KepMenperindag - Metil bromida hanya dapat diimpor dari negaraNo. 411/MPP/Kep/9/1998. negara yang terdapat dalam daftar yang diterbitkan KLH (Pasal 2 ayat 3). - Sudah ada upaya pembatasan pelabuhan masuk metil bromida untuk memudahkan - Impor metil bromida hanya melalui 5 pelabuhan pengawasan. yang ditetapkan (Pasal 2 ayat 4). - KLH menetapkan jumlah metil bromida yang - Jumlah metil bromida yang dapat diimpor dapat diimpor (kuota impor) hanya 1 kali yaitu berpedoman pada volume metil bromida yang tahun 2008. ditetapkan oleh KLH (Pasal 4).
Lampiran 4 (Lanjutan)
No.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama
Komentar/analisis
- Impor metil bromida (jumlah, negara muat, pelabuhan tujuan dan waktu pengapalan) harus mendapat persetujuan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan (Pasal 10). Seluruh permohonan pendaftaran metil bromida, - Kebijakan pemberian izin sementara untuk metil baik pendaftaran baru maupun ulang, mendapat bromida merupakan kebijakan diskriminasi. ijin sementara (berlaku selama 1 tahun dan dapat diperpanjang) - Kebijakan yang ditetapkan tidak berdampak terhadap kemudahan terhadap pengawasan maupun penurunan kuota. BPO dilarang untuk diproduksi (Pasal 2). Tidak ada kebijakan baru yang mengatur pelaksanaan impor dan penurunan konsumsi.
16.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 507/Kpts/SR.140/9/2006
17.
Permenperind 33/M-IND/PER/4/2007 tentang Larangan Memproduksi Bahan Perusak Lapisan Ozon (17 April 2007) Permendag No. 51/M-Dag/Per/12/2007 - Impor metil bromida hanya untuk keperluan - Sudah ada upaya-upaya pembatasan tentang Ketentuan Impor Metil Bromida karantina dan pra pengapalan (Pasal 2 ayat 1). penggunaan metil bromida hanya untuk Untuk Keperluan Karantina dan Pra keperluan karantina dan pra pengapalan yaitu Pengapalan - Impor selain untuk keperluan karantina dan pra dengan mewajibkan kemasan yang diimpor (28 Desember 2007) pengapalan dilarang sejak 1 Januari 2008 (Pasal disertai label bertuliskan ”hanya untuk 2 ayat 2). karantina dan pra pengapalan” dan metil bromida hanya boleh digunakan apabila ada - Penggunaan metil bromida untuk produk yang permintaan resmi dari negara tujuan ekspor diekspor dilaksanakan dalam jangka waktu serta dilakukan maksimum 21 hari sebelum paling lama 21 hari sebelum diekspor dan hanya diekspor. hanya atas pemintaan resmi dari negara tujuan ekspor (Pasal 1). - Tidak ada kebijakan baru yang mengatur pelaksanaan impor dan penurunan konsumsi.
18.
Lampiran 4 (Lanjutan)
No.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama
Komentar/analisis
- Prosedur importasi metil bromida mengikuti ketentuan impor bahan perusak lapisan ozon (Pasal 3).
19.
- Label pada kemasan bertuliskan “hanya untuk karantina dan pra pengapalan” (Pasal 4 ayat 1). Permendag No. 38/M-DAG/PER/10/2010 - Metil bromida hanya dapat diimpor dari negaratentang Perubahan Permendag No. 24/M- negara yang terdapat dalam daftar yang DAG/PER/6/2006. diterbitkan KLH (Pasal 2 ayat 3). (1 Oktober 2010 ) - Metil bromida (No HS: 2903.30.20.00) hanya dapat dimpor untuk keperluan karantina dan pra pengapalan (Pasal 2 ayat 5).
Tidak ada kebijakan baru yang mengatur pelaksanaan penurunan konsumsi, perubahan yang terjadi dibandingkan Permendag 24/2010 adalah penambahan pelabuhan masuk BPO.
- Impor metil bromida hanya melalui 7 pelabuhan yang ditetapkan (Pasal 2 ayat 4). 20.
Permentan No. 24/Permentan/SR.140/4/2011 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida jo to Permentan No. 45/Permentan/SR.140/10/2009 jo to Permentan No. 07/Permentan/SR.140/2/2007 jo to Permentan No. 434.1/Kpts/TP.270/7/2001
- Metil bromida termasuk pestisida terbatas (Pasal 6 ayat 2 butir e). - Pengguna pestisida terbatas harus telah lulus pelatihan penggunaan pestisida terbatas serta memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh Ketua Komisi Pengawasan Pestisida Provinsi (Pasal 9 ayat 2).
- Permentan 24/2011, Permentan 42/2007 dan Permentan 37/2009 mengatur hal yang sama sehingga menimbulkan tumpang tindih pelaksanaan di lapangan (pelatihan, sertifikat penggunaan, dan laporan). - Metil bromida mendapat “perlakuan yang berbeda”, persyaratan lengkap dan benar tetapi mendapat ijin sementara.
Lampiran 4 (Lanjutan)
No.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama - Pemegang nomor pendaftaran/importir terdaftar wajib melaksanakan pelatihan pestisida terbatas dan berkoordinasi dengan Komisi Pengawasan Pestisida Provinsi atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 9 ayat 3). - Badan hukum/perusahaan dapat menggunakan pestisida terbatas apabila diaplikasikan oleh orang yang telah memiliki sertifikat penggunaan pestisida terbatas (Pasal 10). - Pestisida yang mendapat izin tetap dapat diperluas penggunaannya pada sasaran lain yang belum terdaftar. Untuk mendapatkan izin perluasan penggunaan, pemegang nomor pendaftaran harus melampirkan hasil pengujian (Pasal 16). - Pemegang nomor pendaftaran wajib menyampaikan laporan laporan 6 (enam) bulanan mengenai produksi/impor dan peredaran pestisida terbatas kepada Menteri Pertanian (Pasal 44 Ayat 2). - Pemegang nomor pendaftaran pestisida wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan produknya (Pasal 44 Ayat 3).
Komentar/analisis
- Metil bromida diuji hanya pada hama T. castaneum dan S. oryzae tetapi digunakan secara luas untuk mengendalikan hama.
Lampiran 4 (Lanjutan)
No.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama
Komentar/analisis
- Pemegang nomor pendaftaran yang tidak memproduksi dan atau tidak mengimpor formulasi pestisida yang didaftarkannya serta tidak membuat laporan selama 2 (dua) tahun berturut-turut dikenakan sanksi pencabutan nomor dan izin pendaftaran (Pasal 48 Ayat 3). - Pemegang nomor pendaftaran yang tidak melaporkan perubahan asal bahan aktif dikenakan sanksi pencabutan nomor pendaftaran dan izin (Pasal 48 Ayat 4). 21.
Permentan No. 42/2007 jo to Keputusan - Obyek pengawasan pestisida antara lain terhadap Menteri Pertanian Nomor kualitas dan kuantitas produk pestisida, dokumen 517/Kpts/TP.270/ 9/2002 tentang perizinan dan dokumen lainnya dan jenis serta Pengawasan Pestisida dosis pestisida serta sasaran komoditas dan organisme sasaran yang diizinkan (Pasal 4). - Pelaksanaan pengawasan pestisida sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan mulai tahap produksi, peredaran, penyimpanan, penggunaan serta pemusnahan (Pasal 5). - Tugas pengawas pestisida, antara lain melakukan pengawasan: a. Mutu bahan teknis dan formulasi pestisida di tingkat produksi, peredaran dan penggunaan;
Permentan 24/2011, Permentan 42/2007 dan Permentan 37/2009 mengatur hal yang sama sehingga menimbulkan tumpang tindih pelaksanaan di lapangan (pelatihan, sertifikat penggunaan, dan laporan).
Lampiran 4 (Lanjutan)
No.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama
Komentar/analisis
b. Jenis dan jumlah pestisida, wadah, pembungkus, label serta publikasi pestisida; c. Dokumen perizinan usaha, nomor pendaftaran dan dokumen administrasi lainnya di tingkat produksi dan peredaran; d. Jenis dan dosis pestisida serta sasaran komoditas dan organisme sasaran yang diizinkan (Pasal 11). - Pemerintah memberikan bimbingan/pelatihan kepada distributor, pengecer dan pengguna pestisida (Pasal 31). - Pelatihan pestisida terbatas diselenggarakan oleh Komisi Pengawasan Pestisida setempat dengan Pemegang Nomor Pendaftaran (Pasal 33) 22.
Permentan No. 37/Permentan/OT.140/7/2009 tentang Penggunaan Pestisida Berbahan Aktif Metil Bromida untuk Tindakan Perlakuan Karantina Tumbuhan dan Perlakuan Pra Pengapalan
- Perlakuan menggunakan metil bromida dilakukan oleh petugas Karantina Tumbuhan atau oleh pihak ketiga (perusahan fumigasi yang telah terdaftar di Barantan) (Pasal 4 Ayat 1). - Petugas harus memiliki sertifikat penggunaan pestisida terbatas (Pasal 4 Ayat 2).
- Permentan 24/2011, Permentan 42/2007 dan Permentan 37/2009 mengatur hal yang sama sehingga menimbulkan tumpang tindih pelaksanaan di lapangan (pelatihan, sertifikat penggunaan, dan laporan). - Sudah ada upaya membatasi penggunaan metil bromida hanya pada komoditi yang akan diekspor maksimum 21 hari dan apabila ada permintaan resmi dari negara tujuan.
Lampiran 4 (Lanjutan)
No.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama - Perlakuan yang dilakukan oleh pihak ketiga harus di bawah pengawasan Petugas Karantina Tumbuhan (Pasal 4 Ayat 3). - Metil bromida digunakan apabila tidak dapat dilakukan perlakuan dengan metode atau bahan lain serta merupakan persyaratan negara tujuan (Pasal 5). - Penggunaan metil bromida selain untuk keperluan karantina dan para pengapalan, baik oleh petugas karantina atau pihak ketiga dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku (Pasal 7). - Importir wajib memberikan laporan mengenai rencana penyaluran setiap awal tahun dan realisasi penyaluran setiap 3 bulan kepada Kepala Barantan (Pasal 10). - Apabila perusahaan tidak melakukan pelaporan, Kepala Barantan mengusulkan pencabutan izin pemegang nomor pendaftaran kepada Menteri Pertanian (Pasal 11). - Perusahaan menyalurkan metil bromida pada UPT Karantina atau pihak ketiga. Apabila perusahaan terbukti menyalurkan metil bromida
Komentar/analisis
Lampiran 4 (Lanjutan)
No.
Kebijakan/Peraturan
Pengaturan utama selain kepada UPT Karantina Pertanian dan/atau pihak ketiga, Kepala Barantan mengusulkan pencabutan izin pemegang nomor pendaftaran kepada Menteri Pertanian (Pasal 12). - UPT Karantina Tumbuhan dan/atau pihak ketiga wajib memberikan laporan rencana dan realisasi penggunaan kepada Kepala Barantan (Pasal 13). - Apabila UPT Karantina Tumbuhan dan/atau pihak ketiga tidak melakukan pelaporan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangundangan (Pasal 14). - Kepala Barantan melaporkan rencana dan realisasi penggunaan metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan kepada Menteri Pertanian untuk menjadi dasar dalam penetapan rencana kebutuhan dan impor metil bromida untuk keperluan karantina dan pra pengapalan (Pasal 15).
Komentar/analisis
Lampiran 5 Data impor metil bromida tahun 2006 – 2011
03/2006
Negara Asal Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 @ 50 Kg
16,000
0.633
03/2006
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 @ 50 Kg
16,000
0.633
03/2006
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 @ 50 Kg
16,000
0.744
03/2006
United Kingdom
T.Priok
15,000
4.833
03/2006
United Kingdom
T.Priok
15,000
4.833
03/2006
United Kingdom
T.Priok
15,000
3.917
04/2006
United Kingdom
T.Priok
15,000
4.833
05/2006
United Kingdom
T.Priok
15,000
4.833
05/2006
Germany
S-Hatta
Methyl Bromide 98 Pct+W/W Chloropicrine 2 Pct Methyl Bromide 98 Pct+W/W Chloropicrine 2 Pct Methyl Bromide 98 Pct+W/W Chloropicrine 2 Pct Methyl Bromide 98 Pct+W/W Chloropicrine 2 Pct Methyl Bromide 98 Pct+W/W Chloropicrine 2 Pct DT Methilbromide2 Pack Of 5 MSA Auer D5086845
0,25
78.200
Bln/Thn
P. Bongkar
Uraian Barang
Berat (Kg)
CIF/Kg
Importir PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. MSA Indonesia, Jl. Rajawali Selatan Raya Blok 1&2 Pademangan Timur Jakarta Utara
Pemasok Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16-03 Natwest Centre Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 MSA AUER GMBH, Thiemannstr. 1 12059 Berlin, Germany
89
07/2006
Negara Asal Belgium
T.Priok
07/2006
Belgium
07/2006
Bln/Thn
Berat (Kg)
CIF/Kg
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
3.250
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
3.250
Germany
S-Hatta
18
62.717
08/2006
Belgium
T.Priok
DT Methilbromide2 Pack Of 5 MSA Auer D5086845 Methyl Bromide 98 + Chloropicrine 2
16,000
3.350
08/2006
Germany
S-Hatta
23
119.457
10/2006
Belgium
T.Priok
15,600
3.350
10/2006
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50 Kg
16,000
3.250
10/2006
United Kingdom
T.Priok
15,000
4.833
12/2006
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98 Pct+W/W Chloropicrine 2 Pct Methyl Bromide 98 + Chloropicrine 2 Pct
16,000
3.350
233.641,25
310.268
TOTAL
P. Bongkar
Uraian Barang
DT Methilbromide2 Pack Of 5 MSA Auer D5086845 Methyl Bromide 98/2
Importir PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT. MSA Indonesia, Jl. Rajawali Selatan Raya Blok 1&2 K Pademangan Timur Jakarta Utara PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT. MSA Indonesia, Jl. Rajawali Selatan Raya Blok 1&2 K Pademangan Timur Jakarta Utara PT.Pancaratna, Jl.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih, Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta
Pemasok Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium MSA AUER GMBH, Thiemannstr. 1 12059 Berlin, Germany Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium MSA AUER GMBH, Thiemannstr. 1 12059 Berlin, Germany EMC, Nieuwstraat 10 2830 Willebroek Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium
Lampiran 5 (Lanjutan)
01/2007
Negara Asal Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
03/2007
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
3.420
04/2007
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
3.420
05/2007
United Kingdom
T.Priok
Methyl Bromide 98 + Chloropicrine 2 Pct
15,000
3.933
06/2007
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98 + Chloropicrine 2 Pct
15,600
3.700
06/2007
Hong Kong
T.Priok
Methyl Bromide
16,000
1.500
06/2007
United Kingdom
T.Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
15,000
3.933
07/2007
United Kingdom
T.Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
15,000
3.933
08/2007
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
15,600
3.700
08/2007
United Kingdom
T.Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
15,000
3.933
Bln/Thn
P. Bongkar
Uraian Barang
Berat (Kg) 32,000
CIF/Kg 3.250
Importir PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT. Tahtamuria Wahana Jl. Dukuh V No. 32, Dukuh, Jakarta Timur PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan
Pemasok Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 EMC, Nieuwstraat 10 2830 Willebroek Sun Plan Development LTD 8A Winghong Centre 18 Winghong Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 EMC, Nieuwstraat 10 2830 Willebroek Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16
91
Bln/Thn 09/2007
Negara Asal United Kingdom
P. Bongkar
Uraian Barang
T.Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
Berat (Kg) 15,000
CIF/Kg 3.933
09/2007
Germany
S-Hatta
DT Methylbromide-2 Pack Of 5 MSA D5086845
57
37.776
10/2007
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98 + Chloropicrine 2
15,600
3.700
10/2007
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
3.420
10/2007
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
3.420
11/2007
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
3.700
11/2007
Germany
S-Hatta
DT Methylbromide-2 Pack Of 5 MSA D5086845
3
230.667
11/2007
Germany
S-Hatta
DT Methylbromide-2 Pack Of 5 MSA D5086845
5
268.600
12/2007
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
3.700
Importir PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. MSA Indonesia, Jl. Rajawali Selatan Raya Blok 1&2 Pademangan Timur Jakarta Utara PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta PT. MSA Indonesia, Jl. Rajawali Selatan Raya Blok 1&2 Pademangan Timur Jakarta Utara PT. MSA Indonesia, Jl. Rajawali Selatan Raya Blok 1&2 KPademangan Timur Jakarta Utara PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta
Pemasok Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 MSA Auer GMBH, Thiemannstr. 1 12059 Berlin
EMC, Nieuwstraat 10 2830 Willebroek Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium MSA Auer GMBH, Thiemannstr. 1 12059 Berlin
MSA Auer GMBH, Thiemannstr. 1 12059 Berlin
Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium
Lampiran 5 (Lanjutan)
12/2007
Negara Asal Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
12/2007
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
Bln/Thn
TOTAL
P. Bongkar
Uraian Barang
Berat (Kg) 16.,000
CIF/Kg 3.700
16.000
3.700
297.865
601.039
Importir PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta
Pemasok Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium
93
01/2008
Negara Asal China
T.Priok
Methyl Bromide 98
02/2008
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98% + Chloropicrine 2%
15,600
4.000
02/2008
United Kingdom
T.Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
32,000
3.947
03/2008
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98% + Chloropicrine 2%
15,600
4.000
03/2008
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
3.700
03/2008
Belgium
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
3.700
03/2008
China
T.Priok
Methyl Bromide (Coa & Msds Terlampir
32,000
3.216
03/2008
United Kingdom
T.Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
16,000
3.931
04/2008
China
T.Priok
Methyl Bromida 98 % Baik Baru
8,000
4.100
04/2008
United Kingdom
T.Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
16,000
4.369
Bln/Thn
P. Bongkar
Uraian Barang
Berat (Kg) 16,000
CIF/Kg 4.000
Importir
Pemasok
PT.Nida Agro Mandiri, Jl.Asem Baris Raya No.116 Jakarta Selatan PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT.Pancaratna, JL.Bangun Timur No.18 Kel.Kayu Putih Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, No.12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta PT Kirana Ekanusa Chemindo, Jl.Gunung Sahari Raya No.5a , Jakarta Pusat PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT.Nida Agro Mandiri, Jl.Asem Baris Raya No.116 Kel.Kebon Baru Kec.Tebet Jakarta Selatan
Riyue Chemical Limited, 6f Sun And Moon Mansion No.2 South Taiping China Shing Tai Investment Limited, Flatc, 2/F, No.2 Shun Yun Street, Hunghom, Kowloon Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16
PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan
Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16
Shing Tai Investment Limited, Flatc, 2/F, No.2 Shun Yun Street, Hunghom, Kowloon Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Sinochem Tianjin Corporation, 58 Nanjing Road , Tianjin China Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 Riyue Chemical Limited, 6f Sun And Moon Mansion No.2 South Taiping China
Lampiran 5 (Lanjutan)
05/2008
Negara Asal Belgium
T.Priok
06/2008
Belgium
T.Priok
06/2008
China
T.Priok
06/2008
United States
T.Priok
07/2008
T.Priok
10/2008
United Kingdom Belgium
10/2008
Belgium
11/2008
Bln/Thn
P. Bongkar
Uraian Barang Methyl Bromide 98 + Chloropicrine 2 PCT Methyl Bromide 98 + Chloropicrine 2 Methyl Bromide (Coa & Msds Terlampir)
Berat (Kg) 16,000
CIF/Kg
Importir
Pemasok
3.550
PT. Dua Pilar, Ruko Pluit Mas Blok CC/12 Kel, Penjagalan, Jakarta PT. Dua Pilar, Ruko Pluit Mas Blok CC/12 Kel, Penjagalan, Jakarta PT Kirana Ekanusa Chemindo, Jl.Gunung Sahari Raya No.5A , Jakarta Pusat PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Jaksel
EMC, Nieuwstraat 10 2830 Willebroek EMC, Nieuwstraat 10 2830 Willebroek Sinochem Tianjin Corporation, 58 Nanjing Road , Tianjin China
16,000
3.650
16,000
3.417
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
16,000
4.369
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine Methyl Bromide 98/2 Cyl 50kg
16,000
4.369
16,000
4.200
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50 Kg
16,000
4.200
China
T.Priok
Methyl Bromide (Msds & Coa Terlampir)
16,000
3.417
12/2008
Belgium
T.Priok
16,000
4.200
12/2008
United Kingdom
T.Priok
Methyl Bromide 98/2 Cyl 50 Kg (COA Terlampir) Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
16,000
5.144
12/2008
United Kingdom
T.Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
16,000
5.144
359.200
84.62
TOTAL
T.Priok
PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Jaksel PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, No.12 Jakarta PT Kirana Ekanusa Chemindo, Jl.Gunung Sahari Raya No.5A , Jakarta Pusat PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A3/12 Jakarta PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Jaksel
Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16-03 Natwest Centre Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16-03 Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Sinochem Tianjin Corporation, 58 Nanjing Road , Tianjin China Mebrom N.V, Assenedestraat 4 9940 Reime Ertevelde Belgium Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16 Oak Enterprises Pte Ltd, 15 Mccallum Street, #16
95
01/2009
Negara Asal Belgium
T. Priok
01/2009
Belgium
T. Priok
01/2009
Belgium
T. Priok
02/2009
United Kingdom
T. Priok
05/2009
United Kingdom
T. Priok
06/2009
China
07/2009
Bln/Thn
P. Bongkar
Uraian Barang Methyl Bromide 98/2% 50 Kg Returnable Cylinders Methyl Bromide 98/2% 50 Kg Returnable Cylinders Methyl Bromide 98/2% 50 Kg Returnable Cylinders Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
Berat (Kg) 16,000
CIF/Kg 4.200
16,000
4.200
16,000
4.200
16,000
5.144
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
16,000
5.144
T. Priok
Methyl Bromide (Coa & Msds Terlampir)
16,000
3.417
Belgium
T. Priok
Methyl Bromide 98 % + Chloropicrine 2 %
16,000
4.700
08/2009
Belgium
T. Priok
15,600
4.400
08/2009
Belgium
T. Priok
Methyl Bromide 98/2 % Chloropicrine Sobbrom 98 Methyl Bromide 98/2% Chloropicrine In 35 Kg Returnable Cylinders
15,050
4.400
08/2009
United Kingdom
T. Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
14,700
5.146
Importir
Pemasok
PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, No.12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta I PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Kirana Ekanusa Chemindo Jl. Gunung Sahari Raya No. 5a, Jakarta - Pusat PT. Dua Pilar Ruko Pluit Mas Blok Cc/12 Kel. Pejagalan, Jakarta PT. Anugrahkimia Ariwidya Jl. P. Jayakarta 73a Blok B. 1/8 Jakarta Pusat PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta
Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim Oak Enterprises Pte Ltd 101 Cecil Street # 19-06/07, Tong Eng Building, Si Oak Enterprises Pte Ltd 101 Cecil Street # 19-06/07, Tong Eng Building, Singapore Sinochem Tianjin Corporation 58 Nanjing Road Tianjin,China
PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan
Oak Enterprises Pte Ltd 101 Cecil Street # 19-06/07, Tong Eng Building, Singapore
EMC Wstraat 10, 2830 Willebroek, Belgium Shing Tai Investment Limited Flat C, 2/F Shun Yun Street Hunghom, Kowloon. Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim
Lampiran 5 (Lanjutan) Bln/Thn 08/2009
Negara Asal United Kingdom
P. Bongkar
Uraian Barang
Berat (Kg) 14,700
CIF/Kg
T. Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
5.146
Methyl Bromide 98/2% Chloropicrine In 50 Kg Returnable Cylinders Methyl Bromide 98/2 % Chloropicrin Sobbrom 98 Methyl Bromide
16,000
4.400
15,600
4.400
16,000
3.417
09/2009
Belgium
T. Priok
10/2009
Belgium
T. Priok
10/2009
China
T. Priok
11/2009
United Kingdom
T. Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
14,700
5.150
12/2009
Belgium
T. Priok
Methyl Bromide 98/2% Chloropicrine In 50 Kg
16,000
4.400
250.350
71.864
TOTAL
Importir
Pemasok
PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, No.12 Jakarta PT. Anugrahkimia Ariwidya Jl. P. Jayakarta 73a Blok B. 1/8 Jakarta Pusat PT. Kirana Ekanusa Chemindo Jl. Gunung Sahari Raya No. 5a, Jakarta - Pusat
Oak Enterprises Pte Ltd 101 Cecil Street # 19-06/07, Tong Eng Building, Singapore Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim Oak Enterprises Pte Ltd 101 Cecil Street # 19-06/07, Tong Eng Building, Singapore Sinochem Tianjin Co.,Ltd 58 Nanjing Road ,Tianjin, China
PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, No.12 Jakarta
Oak Enterprises Pte Ltd 101 Cecil Street # 19-06/07, Tong Eng Building, Singapore Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim
97
01/2010
Negara Asal Belgium
Berat (Kg) 16,000
T. Priok
Methyl Bromide 98 % + Chloropicrine 2 %
4.700
01/2010
China
T. Priok
Methyl Bromide 98 %
8,000
5.230
01/2010
China
T. Priok
Methyl Bromide
16,000
3.417
01/2010
United Kingdom
T. Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
14,700
5.150
04/2010
China
T. Priok
Methyl Bromide
13,000
3.417
05/2010
Belgium
T. Priok
16,000
4.900
06/2010
Belgium
T. Priok
16,000
4.900
06/2010
Belgium
T. Priok
Methyl Bromide 98/2% Chloropicrin 50 Kg Cylinders Methyl Bromide 98/2% Chloropicrin 50 Kg Cylinders Methyl Bromide 98/2
16,000
5.300
06/2010
China
T. Priok
Methyl Bromide
15,000
5.150
Bln/Thn
P. Bongkar
Uraian Barang
CIF/Kg
Importir PT. Dua Pilar Ruko Pluit Mas Blok Cc/12 Kel. Pejagalan, Jakarta PT. Nida Agro Mandiri Jl.Asem Baris Raya No.116 Kel.Kebon Baru Kec.Tebet Jaksel PT. Kirana Ekanusa Chemindo Jl. Gunung Sahari Raya No. 5a, Jakarta – Pusat PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Kirana Ekanusa Chemindo Jl. Gunung Sahari Raya No. 5a, Jakarta – Pusat PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta PT. Dua Pilar Ruko Pluit Mas Blok Cc/12 Kel. Pejagalan, Jakarta PT. Nida Agro Mandiri Jl.Asem Baris Raya No.116 Kel.Kebon Baru Kec.Tebet Jaksel
Pemasok EMC Wstraat 10, 2830 Willebroek, Belgium Wenzhou Foreign Trade Industrial Product International Trade Centre No.8 Liming West China Sinochem Tianjin Co.,Ltd 58 Nanjing Road ,Tianjin, China Oak Enterprises Pte Ltd 101 Cecil Street # 19-06/07, Tong Eng Building, Singapore Sinochem Tianjin Co.,Ltd 58 Nanjing Road ,Tianjin, China Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim EMC Wstraat 10, 2830 Willebroek, Belgium Zhejiang Sunrise Chemicals Co Ltd No.455 Zhongshan East Road Ningbo China
Lampiran 5 (Lanjutan) Bln/Thn 06/2010
Negara Asal United Kingdom
P. Bongkar
Uraian Barang
Berat (Kg) 14,700
4.900
CIF/Kg
T. Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine Methyl Bromide 98/2% Chloropicrin 50 Kg Cylinders Methyl Bromide 98/2% Chloropicrin 50 Kg Cylinders Methyl Bromide 98% Min 50 Kgs Cylinders
16,000
4.900
16,000
4.900
16,000
5.187
07/2010
Belgium
T. Priok
07/2010
Belgium
T. Priok
07/2010
China
T. Priok
07/2010
United Kingdom
T. Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
14,700
4.900
08/2010
Belgium
T. Priok
16,000
4.900
08/2010
Belgium
T. Priok
16,000
5.300
09/2010
Belgium
T. Priok
Methyl Bromide 98/2% Chloropicrin 50 Kg Cylinders Methyl Bromide 98/2% Chloropicrin 50 Kg Cylinders Methyl Bromide 98/2
16,000
5.200
11/2010
China
T. Priok
Methyl Bromide
10,000
5.200
Importir
Pemasok
PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, Iii No.12 Jakarta PT. Dua Pilar Ruko Pluit Mas Blok Cc/12 Kel. Pejagalan, Jakarta
Astraco-Asia Trading Co.Pte.Ltd 101 Cecil Street#19-05/07 Tong Eng Building,Singapore Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim Sinochem Tianjin Co.,Ltd 58 Nanjing Road ,Tianjin, China
PT. Nida Agro Mandiri Jl.Asem Baris Raya No.116 Kel.Kebon Baru Kec.Tebet Jaksel
Ningbo Free Trade Zone Polaris Chem 368a Room 7nd Fl Xingnon Building Ningbo China
Astraco-Asia Trading Co.Pte.Ltd 101 Cecil Street#19-05/07 Tong Eng Building,Singapore Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim Ayoma Company Limited Unit 1411,14/F,Lippo Sun Plaza 28 Canton Road,Tsim EMC Wstraat 10, 2830 Willebroek, Belgium
99
Bln/Thn
Negara Asal
P. Bongkar
Uraian Barang
Berat (Kg)
CIF/Kg
Importir
11/2010
China
T. Priok
Methyl Bromide
10,000
6.450
PT. Nida Agro Mandiri Jl.Asem Baris Raya No.116 Kel.Kebon Baru Kec.Tebet Jaksel
12/2010
Belgium
T. Priok
Methyl Bromide 98/2 % Chloropicrine Sobbrom 98
19,200
5.500
PT. Anugrahkimia Ariwidya Jl. P. Jayakarta 73a Blok B. 1/8 Jakarta Pusat
295.300
99.488
TOTAL
Pemasok Ningbo Free Trade Zone Polaris Chem 368a Room 7nd Fl Xingnon Building Ningbo China Shing Tai Investment Limited Flat C, 2/F Shun Yun Street Hunghom, Kowloon..
Lampiran 5 (Lanjutan)
Bln/Thn 01/2011
Negara Asal China
P. Bongkar
Uraian Barang
T. Priok
Methyl Bromide 98% Min)
Berat (Kg) 16.000
CIF/ Kg 4,271
02/2011
United Kingdom
T. Priok
Methyl Bromide 98 Pct+2 Pct Chloropicrine
14.234
5,550
03/2011
Belgium
T. Priok
16.000
6,300
03/2011
China
T. Priok
Methyl Bromide 98/2% Chloropicrin In 50kg Steel Cylinders Methyl Bromide 98% Min
16.000
6,200
04/2011
Belgium
T. Perak
14.000
5,500
04/2011
China
T. Priok
Methyl Bromide 98/2% Choloropcirin In 20kg Returnable Mebrom Cylinders Methyl Bromide 98% Min
16.000
6,200
05/2011
Belgium
T. Priok
16.000
6,300
05/2011
China
T. Priok
Methyl Bromide 98/2% Chloropicr In 50kg Steel Cylinders Methyl Bromide 98% Min
16.000
6,200
05/2011
China
T. Priok
Methyl Bromide
10.000
6,650
Importir/Alamat Importir
Pemasok
PT. Kirana Ekanusa Chemindo Jl. Gunung Sahari Raya No. 5a, Jakarta - Pusat PT. Asomindo Raya Jl. Tebet Raya No. 11 A Rt.002/01 Tebet- Jakarta Selatan
Sinochem Tianjin CO., LTD 58 Nanjing Road, Tianjin, China
PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, No.12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, No.12 Jakarta PT. Harmed Wiguna Selatan 9/12 Gunung Anyar Tambak-Gunung Anyar Surabaya PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, No.12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, No.12 Jakarta PT. Grasse Arum Lestari Taman Kebun Jeruk , Blok A, No.12 Jakarta PT Nida Agro Mandiri Jl.Asem Baris Raya No.116 Kel.Kebon Baru Kec.Tebet Jaksel
Astraco-Asia Trading CO.PTE.LTD 101 Cecil Street#19-05/07 Tong Eng Building,Singapore Ayoma Company Limited Lippo Sun Plaza Rm 1411, 14f28 Canton Road Tsim Sinochem Tianjin CO., LTD 58 Nanjing Road, Tianjin, China Tuopu Company Limited Room 1301, 13/F Kowloon Centre, 29-39 Ashley Road, Kowloon Sinochem Tianjin CO., LTD 58 Nanjing Road, Tianjin, China Ayoma Company Limited Lippo Sun Plaza Rm 1411, 14f28 Canton Road Tsim Sinochem Tianjin CO., LTD 58 Nanjing Road, Tianjin, China Ningbo Free Trade Zone Polaris Chem Co.,Ltd 368a Room 7nd Fl..Xingnong Building Ningbo
101
06/2011
Negara Asal Belgium
T. Perak
06/2011
China
T. Priok
07/2011
China
T. Priok
08/2011
China
09/2011
Belgium
Bln/Thn
Berat (Kg) 14.000
CIF/ Kg 5,500
16.000
4,271
Methyl Bromide 98% Min
16.000
4,271
T. Priok
Methyl Bromide
32.000
6,500
T. Perak
Methyl Bromide 98/2% Chloropicrin In 20kg Returnable Mebrom Cylinders
14.000
6,300
226.700
80
P. Bongkar
Uraian Barang Methyl Bromide 98/2% Choloropcirin In 20kg Returnable Mebrom Cylinders Methyl Bromide 98% Min
TOTAL
Sumber : Biro Pusat Statistik 2011
Importir PT. Harmed Wiguna Selatan 9/12 Gunung Anyar Tambak-Gunung Anyar Surabaya PT. Kirana Ekanusa Chemindo Jl. Gunung Sahari Raya No. 5a, Jakarta - Pusat PT. Kirana Ekanusa Chemindo Jl. Gunung Sahari Raya No. 5a, Jakarta - Pusat PT. Nida Agro Mandiri Jl.Asem Baris Raya No.116 Kel.Kebon Baru Kec.Tebet Jaksel PT. Harmed Wiguna Selatan 9/12 Gunung Anyar Tambak-Gunung Anyar Surabaya
Pemasok Tuopu Company Limited Room 1301, 13/F Kowloon Centre, 29-39 Ashley Road, Sinochem Tianjin CO., LTD 58 Nanjing Road, Tianjin, China Sinochem Tianjin CO., LTD 58 Nanjing Road, Tianjin, China Ningbo Free Trade Zone Polaris Chemicals Co.,Ltd 368a Room 7nd Fl..Xingnong Building Ningbo Tuopu Company Limited Room 1301, 13/F Kowloon Centre, 29-39 Ashley Road,
Lampiran 6 Perkiraan konsumsi metil bromida tahun 2012- 2015 Quadratic Trend Model :
Yt = 133.591 + 11.2622*t + 0.0987920*t**2
450
Variable Actual Fits Forecasts
Konsumsi (MT)
400 350
Accuracy Measures MAPE 13.90 MAD 34.85 MSD 2178.42
300 250 200 150 100
Tahun
95 96 97 98 99 00 0 1 02 0 3 04 05 06 07 0 8 09 10 11 12 13 14 1 5 1 9 19 19 19 19 2 0 20 2 0 20 20 20 20 2 0 20 2 0 20 20 20 20 2 0 20
Data Konsumsi Length 16 NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 133.591 + 11.2622*t + 0.0987920*t**2 Accuracy Measures MAPE 13.90 MAD 34.85 MSD 2178.42 Time Konsumsi 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
177.8 138.6 169.4 147.0 210.0 190.4 189.0 252.0
Period 2011 2012 2013 2014 2015
Forecast 353.598 368.318 383.236 398.351 413.663
Trend Detrend
144.952 156.510 168.266 180.220 192.371 204.720 217.267 230.011
32.848 -17.910 1.134 -33.220 17.629 -14.320 -28.267 21.989
Time Konsumsi 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
252.0 252.0 337.0 211.0 250.2 439.2 288.0 313.3
Trend Detrend
242.952 256.092 269.428 282.963 296.695 310.624 324.751 339.076
9.048 -4.092 67.572 -71.963 -46.495 128.576 -36.751 -25.776
Lampiran 7 Data Impor Fosfin Tahun 2009 – 2011
Bln/Thn 03/2009
Negara Asal Germany
04/2009
China
04/2009
China
05/2009 07/2009
Hong Kong China
07/2009 07/2009
China China
07/2009
China
07/2009
China
07/2009
China
08/2009
China
10/2009
Uraian Barang Magnesium Phosphide Technical Grade ( Free Of Charge ) 6006 Kgs Aluminium Phosphide (Shenphos) 57% Tablets Knd Baru/Baik,5985 Kgs Aluminium Phosphide (Shenphos) 56% Pellets Alumunium Phosphide 56% Tablets
Belgium
P. Bongkar Cengkareng / S.Hatta (u) Tanjung Priok Tanjung Priok Tanjung Priok Tanjung Priok T. Perak Tanjung Emas Tanjung Emas Tanjung Emas Tanjung Emas Tanjung Priok T. Priok
Berat (Kg) 0
CIF (US $) 243
6,006
22,523
Importir PT. Berdikari ( PERSERO ) PT Biotek Saranatama
5,985
23,342
PT Biotek Saranatama
2,998
17,988
20,000
65,000
PT Grasse Arum Lestari PT Sari Kresna Kimia
Aluminium Phosphide Tablet 56% Aluminium Phosphide Tablets Alp 334 New Openers Aluminium Phosphide Tablets Alp 100 New Openers Aluminium Phosphide Tablets Alp 500 New Openers Aluminium Phosphide Tablets Alp 500 Old Openers 8001 Kgs. Aluminium Phosphide (Shenpos) 57% Tablets Almunium Phosphide65% Tablets
1,008 2,100
14,112 3,429
PT Harmed CV Delapan Samudra
1,050
1,840
CV Delapan Samudra
1,050
1,688
CV Delapan Samudra
5,250
8,152
CV Delapan Samudra
8,001
30,004
PT Biotek Saranatama
5,019
30,114
8,001
30,004
T. Priok
8001 Kgs Aluminium Phosphide (Shenphos) 57% Tablets Aluminium Phosphide 56% Tablets
8,820
52,920
T. Perak
Aluminium Phosphide Tablet 56% W/W
2,016
28,224
PT Grasse Arum Lestari PT BIOTEK SARANATAMA PT Grasse Arum Lestari PT Harmed
10/2009
China
T. Priok
11/2009
China
11/2009
China
Zinc Phosphide 80% P
Pemasok Detia Degesch Gmbh Shenyang Agrochemical & Fumitec (China) Shenyang Agrochemical & Fumitec (China) Shenyang Harvest Agrochemical (Hong Kong Sinochem Tianjin Corporation Tuopu Company Limited Jining High Tech. Dev. Zone Yongfeng C.P Jining High Tech. Dev. Zone Yongfeng C.P Jining High Tech. Dev. Zone Yongfeng C.P Jining High Tech. Dev. Zone Yongfeng C.P Shenyang Agrochemical & Fumitec (China) Shenyang Harvest Agrochemical (Hongkong) Shenyang Agrochemical & Fumitec (China) Shenyang Harvest Agrochemical (Hongkong) Toupu Company Limited
104
Bln/Thn 12/2009
Negara Asal China
P. Bongkar T. Priok
Uraian Barang Zinc Phosphide 80% P
12/2009
China
T. Priok
01/2010
China
T. Priok
8001 Kgs Aluminium Phosphide (Shenphos) 57% Tablets Zinc Phosphide 80% P
01/2010
China
T. Priok
04/2010 04/2010
China China
T. Perak T. Priok
08/2010
China
09/2010 10/2010
Berat (Kg) 20,000
CIF (US $) 66,000
Importir PT Sari Kresna Kimia
8,001
30,004
PT Biotek Saranatama
20,000
72,200
PT Sari Kresna Kimia
Almunium Phosphide56% Tablets
8,820
58,212
2,016 8,001
28,224 30,004
T. Priok
Aluminium Phosphide Tablet 56% W/W 8001 Kgs Aluminium Phosphide (Shenphos) 57% Tablets Zinc Phosphide 80%P
PT Grasse Arum Lestari PT Harmed PT Biotek Saranatama
20,000
73,000
PT Sari Kresna Kimia
India
T. Priok
Zinc Phosphide 80 %
5,000
17,500
T. Perak
Aluminium Phosphide Tablet 56% W/W
2,016
28,224
10/2010
Hongkon g China
PT Centa Brasindo Abadi PT Harmed
T. Priok
6,300
23,625
PT Biotek Saranatama
10/2010
China
T. Priok
1,004
7,026
PT Biotek Saranatama
11/2010
China
T. Priok
6300 Kgs. Aluminium Phosphide (Shenphos) 57% 1003.68 Kgs. Aluminium Phosphide (Fumitoxin) 57% Powder Zinc Phosphide 80% P
20,000
73,800
PT Sari Kresna Kimia
11/2010
China
T. Priok
6,300
23,625
PT Biotek Saranatama
11/2010
China
T. Priok
1,004
7,026
PT Biotek Saranatama
01/2011
Hong Kong China
T. Perak
2,016
28,224
PT Harmed
Shenyang Agrochemical & Fumitec (China) Shenyang Agrochemical & Fumitec (China) Jingjiang Sinamyang Import & Export Co., Shenyang Agrochemical & Fumitec (China) Shenyang Agrochemical & Fumitec (China) Tuopu Company Limited
8,820
52,920
PT Grasse Arum Lestari
Shengyang Harvest Agrochemical (Hongkong
02/2011
T. Priok
6300 Kgs. Aluminium Phosphide (Shenphos) 57% Tablets 1003.68 Kgs. Aluminium Phosphide (Fumitoxin) 57% Powder Aluminium Phosphide Tablet 56 % W/W Packed In 1 Kg / Bottle Alumunium Phosphide 56% Tablets
Pemasok Sinochem Tianjin Corporation Shenyang Agrochemical & Fumitec (China) Sinochem Tianjin Corporation Shenyang Harvest Agrochemical (Hongkong) Toupu Company Limited Shenyang Agrochemical & Fumitec (China) Jingjiang Sinamyang Import & Export Co., Shandhya Organic Chemicals Pvt Ltd Toupu Company Limited
105
Bln/Thn 02/2011
Negara Asal China
P. Bongkar T. Priok
02/2011
China
T. Priok
02/2011
China
T. Priok
03/2011 04/2011
China China
T. Priok T. Priok
04/2011
India
T. Priok
05/2011
India
T. Priok
Uraian Barang Aluminium Phosphide (Fumitoxin) 57% Powder Aluminium Phosphide(Shenphos)57%Tablets Aluminium Phosphide (Shenphos)56%Pellets Aluminium Phosphide 57 % Tablet Aluminium Phosphide(Shenphos) 57% Tablets Ratol 80 P ( Zinc Phosphide 80% ) 25 Kgs Drum Zinc Phosphide
06/2011
China
T. Priok
Zinc Phosphide 80% P (Kovinplus)
06/2011
India
T. Priok
07/2011 09/2011
China China
T. Priok T. Priok
09/2011
India
T. Priok
10/2011 10/2011 10/2011
China India India
T. Perak T. Priok T. Priok
Ratol 80p (Zinc Phosphide 80%) Chemical Name: Seng Fosfida 80% 6000 Kgs Of Zinc Phosphide 80% Dp Aluminium Phosphide(Shenphos) 57% Tablets Quickphos 56 THi00acr005/Hi00acr006(Aluminium Phosphide 56%) Aluminium Phosphide Tablet 56% W/W Ratcell 80p ( Zinc Phosphide 80% ) Ratol 80 P (Zinc Phosphide 80%)
Sumber : Biro Pusat Statistik 2011
Berat (Kg) 1,004
CIF (US $) 7,026
Importir PT Biotek Saranatama
3,150
11,813
PT Biotek Saranatama
3,150
11,813
PT Biotek Saranatama
3,000 6,006
18,000 22,523
PT. Pancaratna PT. Biotek Saranatama
3,000
13,500
6,000
23,400
20,000
72,600
PT. United Phosphorus Indonesia PT. Centa Brasindo Abadi Chemical INDUSTRY PT. Sari Kresna Kimia
3,000
21,450
6,000 10,017
24,000 37,564
8,000
72,000
PT United Phosphorus Indonesia
2,016 4,000 3,000
28,224 31,200 13,500
PT Harmed PT Excel Meg Indo PT United Phosphorus Indonesia
PT United Phosphorus Indonesia PT. Excel Meg Indo PT Biotek Saranatama
Pemasok Shenyang Agrochemical And Fumitec(China) Shenyang Agrochemical And Fumitec(China) Shenyang Agrochemical And Fumitec(China) Yi. X. Q Enterprise Shenyang Agrochemical And Fumitec(China) United Phosphorus Ltd Sandhya Organics Chemicals Pvt.Ltd Jingjiang Sinamyang Import&Export Co.,Lt United Phosphorus Ltd Iprochem Company Limited Shenyang Agrochemical And Fumitec(China) United Phosphorus Ltd
Toupu Company Limited Excel Crop Care Limited United Phosphorus Ltd
106
Lampiran 8 Rekapitulasi jawaban responden atas kuesioner AHP Compare the relative IMPORTANCE with respect to: GOAL
1=EQUAL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
3=MODERATE
Phaseout Phaseout Phaseout Phaseout Phaseout Pengawas Pengawas Pengawas Pengawas Dana Dana Dana Patuh Patuh Waktu
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
5=STRONG
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7=VERY STRONG
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
9=EXTREME
Pengawas Dana Patuh Waktu Harga Dana Patuh Waktu Harga Patuh Waktu Harga Waktu Harga Harga
107 Lampiran 8 (Lanjutan)
Compare the relative IMPORTANCE with respect to: Penetapan batas waktu yang tegas < GOAL 1=EQUAL 3=MODERATE 9=EXTREME
5=STRONG
7=VERY STRONG
1
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
5
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
6
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
7
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
8
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
11
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
12
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
13
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
14
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
15
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
16
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
17
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
18
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
19
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
20
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
21
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
22
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
23
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
24
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
25
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
26
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
27
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
Kompes
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
28
Fumigat KLH Kemendag
KLH Kemendag
PSP Kemendag
108
Lampiran 8 (Lanjutan) Compare the relative IMPORTANCE with respect to: Pengawasan dan sanksi yang tegas < GOAL 1=EQUAL 3=MODERATE 9=EXTREME
5=STRONG
7=VERY STRONG Node: 20000
1
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
5
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
6
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
7
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
8
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
11
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
12
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
13
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
14
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
15
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
16
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
17
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
18
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
19
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
20
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
21
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
22
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
23
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
24
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
25
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
26
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
27
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
28
Kompes
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
Fumigat KLH Kemendag
KLH Kemendag
PSP Kemendag
109 Lampiran 8 (Lanjutan)
Compare the relative IMPORTANCE with respect to: Dana untuk alih pestisida < GOAL Node: 30000 1
1=EQUAL 3=MODERATE 5=STRONG 7=VERY STRONG 9=EXTREME Importir 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fumigat
2
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
5
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
6
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
7
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
8
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
11
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
12
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
13
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
14
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
15
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
16
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
17
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
18
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
19
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
20
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
21
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
22
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
23
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
24
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
25
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
26
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
27
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
28
Kompes
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
KLH Kemendag
KLH Kemendag
Kemendag
110
Lampiran 8 (Lanjutan) Compare the relative IMPORTANCE with respect to: Kepatuhan perusahaan fumigasi < GOAL Node: 40000
1
1=EQUAL 3=MODERATE 5=STRONG 7=VERY STRONG 9=EXTREME Importir 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fumigat
2
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
5
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
6
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
7
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
8
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
11
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
12
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
13
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
14
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
15
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
16
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
17
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
18
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
19
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
20
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
21
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
22
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
23
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
24
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
25
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
26
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
27
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
28
Kompes
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
KLH Kemendag
KLH Kemendag
PSP Kemendag
111 Lampiran 8 (Lanjutan) Compare the relative IMPORTANCE with respect to: Lamanya fumigasi < GOAL Node: 50000
1
1=EQUAL 3=MODERATE 5=STRONG 7=VERY STRONG 9=EXTREME Importir 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fumigat
2
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
5
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
6
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
7
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
8
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
11
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
12
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
13
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
14
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
15
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
16
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
17
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
18
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
19
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
20
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
21
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
22
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
23
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
24
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
25
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
26
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
27
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
28
Kompes
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
KLH Kemendag
KLH Kemendag
Kemendag
112
Lampiran 8 (Lanjutan)
Node: 60000
Compare the relative IMPORTANCE with respect to: Harga < GOAL 1
1=EQUAL 3=MODERATE 5=STRONG 7=VERY STRONG 9=EXTREME Importir 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fumigat
2
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
3
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
5
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
6
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
7
Importir
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
8
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
9
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
11
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
12
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
13
Fumigat
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
14
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
15
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
16
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
17
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
18
KLH
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
19
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
B&C
20
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
21
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
22
Kemendag
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
23
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Barantan
24
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
25
B&C
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
26
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kompes
27
Barantan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
28
Kompes
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
PSP
KLH Kemendag
KLH Kemendag
PSP Kemendag