PERAN MGMP DAN SUPERVISOR DALAM SUPERVISI AKADEMIK BAGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI SMA/SMK SE-KOTA SALATIGA TAHUN 2016
Oleh MUH. SUKRON NIM. M2.14.010
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
ii
iii
iv
ABSTRAK Peran MGMP dan Supervisor dalam Supervisi Akademik Bagi Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI SMA/SMK Se-Kota Salatiga Tahun 2016. Tesis. Salatiga, Fakultas Tarbiyah, Jurusan PAI Konsentrasi Supervisi Pendidikan Islam IAIN Salatiga, 2016. Tujuan penelitian: (1) mengetahui bagaimana kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatig; (2) bagaimana peran MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI; (3) bagaimana peran Supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari organisasi dan perilaku yang diamati pada latar alamiah dan individu tersebut secara menyeluruh. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode induktif. Pelaksanaan kegiatan MGMP PAI SMA/SMK berjalan baik dengan mengacu pada AD/ART dan program kerja yang disusun oleh pengurus MGMP dengan berbagai kendala yang dihadapi. Peran MGMP dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI: (1) memilih metode pembelajaran yang efektif dan efisien, menentukan metode evaluasi, menertibkan; (2) mengadakan pelatihan metode dan pembuatan perangkat pembelajaran, menyusun kisi-kisi soal, mengkaji buku PAI; (3) mengadakan IHT, memecahkan masalah, serta menentukan cara bimbingan siswa. Peran supervisor dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI adalah: (1) membimbing guru PAI dalam menyusun administrasi pembelajaran; (2) memotivasi untuk aktif mengikuti kegiatan MGMP, mendalami materi, serta meningkatkan kemampuan menggunakan metode pembelajaran dan keterampilan di bidang IT. MGMP PAI berperan pada pendalaman materi, penguasaan metode pembelajaran dan keterampilan menggunakan ICT sedang supervisor pada peningkatan kemampuan pada pembuatan administrasi. Dengan demikian MGMP mempunyai peran lebih dominan di bandingkan supervisor dalam mengembangkan kompetensi profesionalisme guru PAI.
v
ABSTRACT The role MGMP and Supervisor in Academic Supervision of Professional Competence Development For PAI Teachers SMA/SMK Salatiga Year 2016. Thesis. Salatiga, Faculty tarbiyah, the Department of Supervision of Islamic Education Concentration PAI IAIN Salatiga, 2016. Research purposes: (1) to understand how the activity of MGMP PAI SMA/SMK Salatiga; (2) the role of MGMP PAI SMA/SMK Salatiga for the development of professional competence of PAI teachers; (3) the role of Supervisor PAI SMA/SMK Salatiga for the development of professional competence of PAI teachers. This study is a qualitative research that produces descriptive data in the form of words written or spoken of organization and behavior observed and directed at natural background and the individual as a whole. Data were analyzed using the inductive method. The implementation of PAI MGMP SMA/SMK goes well with reference to the AD/ART and work programs drawn up by the board MGMP with various obstacles. The role of MGMP in developing the professional competence of PAI teachers at SMA/SMK Salatiga: (1) to discuss and choose the method of learning effective and efficient, determine the method of PAI evaluation, requires each member MGMP create and submit a learning device; (2) training methods and learning tools manufacture, construct lattice matter, reviewing the PAI book; (3) hold IHT, identify problems solving, and determine how to implement the guidance. The role of supervisors in developing the professional competence of PAI teachers are: (1) to guide teachers in preparing PAI learning administration; (2) motivated to be more active to take part in MGMP, steeped in the material, and to improve the ability of the methods and use of ICT skills.
vi
PRAKATA Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad sang pembawa risalah Islam, keluarga, sahabat, tabi’in serta seluruh muslimin dan muslimat. Keberhasilan dunia pendidikan tidak bisa diraih dengan mudah, perlu ada intregasi positif dari semua unsur pendidikan termasuk di antaranya pengawas, guru dan organisasi profesi (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Salah satu indikasi keberhasilan pendidikan bisa dilihat dari kompetensi profesional seorang guru. Guru diharapkan senantiasa mengembangkan kompetensinya demi terwujudnya tujuan pendidikan. MGMP dan supervisor mempunyai peran yang krusial bagi pengembangan kompetensi profesional guru, maka perlu adanya usaha yang optimal dalam upaya mewujudkan keberadaan MGMP dan supervisor yang efektif demi peningkatan kualitas pendidikan. Tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab, mencakup pendahuluan, kajian teori, deskriptif data penelitian, analisis data penelitian dan penutup. Fokus penelitian ini adalah peran MGMP dan supervisi dalam supervisi akademik bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK se-Kota Salatiga. Peneliti menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada semua yang terlibat dalam penelitian ini sehingga tesis ini dapat terselesaikan, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, di antaranya: 1. Dr. H. Zakiyudin, M.Ag. selaku pembimbing tesis. 2. Rektor dan Direktur Program Pascasarjana IAIN Salatiga beserta staf. 3. Segenap dosen Pascasarjana IAIN Salatiga. 4. Kasi Pakis Kemenag Kota Salatiga dan pengawas PAI SMA/SMK Kota Salatiga. 5. Kepala sekolah, Ketua MGMP dan seluruh guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga 6. Teman-teman mahasiswa seperjuangan Program Pascasarjana IAIN, terutama konsentrasi Supervisi Pendidikan Islam. 7. Keluarga besar bapak Musa terutama istriku Nurul Faizah dan anakku Nayla Faza Azka Aqila. 8. Bapak dan Ibu tercinta beserta saudara-saudaraku. Peneliti menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan pada tesis ini maka peneliti berharap suatu saat ada peneliti yang bersedia melakukan penelitian yang sejenis guna kemajuan pendidikan. Salatiga, Juni 2016 Muh. Sukron NIM. M2.14.010 vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................
iii
ABSTRAK ........................................................................................................
iv
PRAKATA ........................................................................................................
vi
DAFTAR ISI .....................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................
1
B. Rumusan dan Batasan masalah .............................................
5
C. Signifikansi Penelitian ..........................................................
6
D. Kajian Pustaka ......................................................................
8
E. Metodelogi Penelitian ...........................................................
14
F. Sistematika Penulisan ...........................................................
22
MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) A. Pengertian MGMP ..............................................................
23
B. Standar Pengembangan MGMP ...........................................
24
viii
BAB III
C. Standar Operasional Penyelenggaraan MGMP .....................
28
D. Supervisi Akademik .............................................................
34
KEGIATAN MGMP PAI SMA/SMK KOTA SALATIGA A. Gambaran umum MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga ......
41
1. Latar belakang ................................................................. 42 2. Visi, Misi dan Tujuan....................................................... 43 B. Kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga .................. . 43 C. Kendala dalam Pengembangan Kompetensi Guru PAI............ 53 D. Peran MGMP PAI..................................................................... 53
BAB IV
PERAN
SUPERVISOR
BAGI
PENGEMBANGAN
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
BAB V
A. Kegiatan Supervisor..............................................................
71
B. Pendekatan Supervisor ..........................................................
83
C. Problematika Supervisor .......................................................
87
D. Solusi Problematika Supervisor ............................................
94
E. Peran Supervisor ...................................................................
95
PENUTUP A. Simpulan ..............................................................................
99
B. Saran ....................................................................................
100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
103
ix
LAMPIRAN ......................................................................................................
106
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................
142
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Halaman
Pedoman Wawancara Permohonan Izin Penelitian Surat keterangan Pelaksanaan Penelitian Surat Keterangan Pelaksanaan Wawancara SK Pengurus MGMP PAI SMK Kota Salatiga Susunan Pengurus MGMP PAI Kota Salatiga Instrumen Pemantauan Guru Penilaian Kinerja Guru
xi
106 107 108 109 221 223 224 226
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dari sudut pandangan masyarakat luas, pada hakekatnya guru merupakan wakil masyarakat di lembaga pendidikan. Guru merupakan unsur masyarakat yang diharapkan mampu mempersiapkan masyarakat sebaik-baiknya. 1 Tujuan pembentukan pemerintahan negara Indonesia, sebagaimana yang tersurat pada pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2 Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.3
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan pada sekolah formal. Secara
subtansial tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah mengasuh, membimbing, mendorong, mengusahakan, dan menumbuh kembangkan taqwa.4 Manusia merupakan makhluk Allah SWT yang
1
Muhammad Surya, Bunga Rampai Guru dan Pendidikan, Jakarta: Balai Pustaka,
2004, 22. 2
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia
ketiga. 3
Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab II Pasal 6. Nusa Putra dan Santi Lisna Wati, Penulisan Kualitatif Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 1. 4
2
paling sempurna dibanding makhluk lain membutuhkan proses pendidikan untuk membina dan mengembangkan potensi dirinya sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk berketuhanan. Filosofi ini sebagaimana tersurat dalam rumusan pengertian pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.5
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diharapkan guru mampu meningkatkan profesionalismenya melalui pelatihan, penulisan karya ilmiah, pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).6 Dengan demikian KKG dan MGMP memiliki peran penting dalam mendukung pengembangan profesional guru. Pengawas, kepala sekolah dan guru merupakan tenaga pendidik dan kependidikan yang mutlak terstandarisasi kompetensinya secara nasional. Karena pengawas, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur yang berperan aktif dalam pendidikan. Guru sebagai pelaku pembelajaran yang secara langsung berhadapan dengan para siswa di ruang kelas, dan pengawas serta kepala
sekolah
adalah
pelaku
pendidikan
dalam
pelaksanaan
tugas
kepengawasan dan menejerial pendidikan. Ketiga unsur tersebut (pengawas, kepala sekolah dan guru) tentunya mempunyai peran masing-masing yang saling mengisi dan melengkapi. Hanya 5
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 ayat (1), Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan: Kelompok Kerja Guru (KKG) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2008, 2. 6
3
saja sampai saat ini peran dari ketiga unsur tersebut belum bisa berfungsi dengan maksimal. Masih banyak hal-hal yang perlu dievaluasi dan disempurnakan terutama dalam tataran implemantasi akan tugas dan tanggung jawab yang harus diemban. Pemerintah telah menyelenggarakan berbagai macam diklat dan pelatihan untuk semua guru dari tingkat SD, SMP dan SMA/K sederajat, guna meningkatkan pemahaman guru terhadap kurikulum yang diselenggarakan sekaligus meningkatkan profesionalisme guru. Tuntutan tentang pentingnya profesionalisme juga diterangkan oleh Rasulullah dalam haditsnya yang berbunyi:
اذا: قال رسول اهلل صل ى اهلل عليه وسلم:عن أىب هريرة رضى اهلل عنه قال... 7 .وسد األمر اىل غري اهله فانتظر الساعة Di sekolah dasar, ada Kelompok Kerja Guru (KKG), di SMP dan SMA terdapat MGMP (Musyarah Guru Mata Pelajaran. KKG dan MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profcsional guru mata pelajaran, KKG maupun MGMP merupakan wadah yang sangat efcktif untuk peningkatan kualitas guru.8 Dinas Pendidikan Kota juga mendorong agar setiap guru senantiasa aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Diharapkan MGMP menyusun dan melaksanakan program kerja sebaik
7
Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughirah, Bardizbah Al Bukhari Al Ja’fi, Shahih Bukhari: Beirut: Dar-Al kutb Al Ilmiyah,1992, Juz I, 26. 8 Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat: Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa, Jakarta: Grasindo, 118.
4
mungkin dengan melibatkan pengawas sebagai pembimbing sekaligus sebagai motivator. Untuk mewujudkan peran KKG dan MGMP dalam pengembangan profesionalisme guru, maka peningkatan KKG dan MGMP merupakan masalah yang mendesak untuk direalisasikan. 9 Pelaksanaan pengawasan pendidikan merupakan realisasi dari fungsi manajemen pendidikan. Pengawasan dapat diarahkan pada kegiatan akademik dan administratif (manajerial). Pelaksanaan pengawasan kegiatan akademik yaitu pelaksanaan pengawasan terhadap kegiatan proses pembelajaran yang meliputi pengawasan kegiatan guru pandidikan agama Islam dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran agama Islam. SMA dan SMK kota Salatiga berdiri di lingkungan yang penduduknya heterogen, mulai dari PNS, wira usaha, buruh maupun petani. Murid-murid pun juga memeluk agama yang beragam, Islam, Kristen, Katholik dan Budha. Oleh karena itu guru Pendidikan Agama Islam membutuhkan bantuan inovasi dan motivasi serta bimbingan dari Pengawas akademik untuk membantu meningkatkan kinerja mereka. Dalam pengamatan penulis yang kemudian menunjukkan kegelisahan, selama ini supervisor dalam melaksanakan tugasnya masih saja memiliki pandangan bahwa kegiatan supervisi merupakan kegiatan inspeksi yang menitik beratkan pada mencari kesalahan guru. Kegiatan yang dilakukan oleh pengawas sebatas monitoring, melihat data-data siswa dan memeriksa administrasi guru.
9
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 2.
5
Kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pun selama ini terasa baru berupa kegiatan rutinitas yang cenderung program kerjanya masih monoton dan terkesan hanya sebatas ajang silaturokhim. MGMP jarang melaksanakan
kegiatan
berupa
pelatihan
yang
mampu
meningkatkan
kompetensi profesionalisme guru. Dari fenomena di atas kiranya penting bagi para pengawas khususnya pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk melaksanakan tugasnya sebagai supervisor dengan sebaik mungkin, salah satu caranya berupa pemanfaatan kegiatan MGMP yang mampu membantu pelaksanaan supervisi akademik agar tujuan Pendidikan Agama Islam dapat terwujud. Oleh karena itu penulis merencanakan melakukan penelitian dengan judul Peran MGMP dan Supervisor dalam Supervisi Akademik bagi Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI SMA/SMK se-Kota Salatiga Tahun 2016.
A. Rumusan Masalah Sesuai pengamatan penulis terdapat beberapa permasalahan dalam kegiatan MGMP dan supervisor PAI SMA/SMK di antaranya sebagai berikut; pertama, kegiatan MGMP baru sebatas ajang silaturrohim; kedua, kurangnya respek dan partisipasi guru terhadap kegiatan MGMP; ketiga, supervisor melaksanakan tugasnya baru sebatas inspeksi; dan ke empat, frekuensi kunjungan supervisor masih rendah. Penelitian ini dibatasi hanya pada wilayah Kota Salatiga pada tahun 2016. Sasarannya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA/SMK se-Kota Salatiga yang berjumlah 47 orang, dan pengawas PAI berjumlah 2 orang.
6
Adapun obyek penelitiannya pada peran MGMP dan supervisor dalam supervisi akademik guna pengembangan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK seKota Salatiga. Agar penelitian dapat terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam supervisi akademik? 2. Bagaimana peran MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga menunjang pengembangan kompetensi profesional guru PAI? 3. Bagaimana peran Supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI?
B. Signifikansi Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam supervisi akademik. 2. Untuk mengetahui peran MGMP SMA/SMK Kota Salatiga yang dapat mengembangkan profesionalisme guru PAI. 3. Untuk mengetahui peran supervisor SMA/SMK Kota Salatiga yang mampu mengembangkan kompetensi profesional guru PAI.
7
Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Ditinjau dari aspek pengembangan ilmu (teoritis), penelitian ini dapat memberikan
sumbangan
terhadap
perkembangan
ilmu
administrasi
pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan studi lanjutan yang relevan dan sebagai bahan kajian tentang upaya peningkatan profesionalisme guru. 2. Manfaat Praktis Ditinjau dari aspek praktis maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pengawas PAI Bahwa informasi dan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh, akan dijadikan dasar untuk memberikan masukan kepada para pengawas sekolah yang mudah-mudahan berguna sebagai bahan rujukan dalam menyusun strategi kepengawasan terutama dalam memberikan motivasi terhadap guru agar para guru dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya. b. Pengurus MGMP PAI Pengurus MGMP dapat menggunakan hasi penulisan ini sebagai bahan rujukan dalam menyusun strategi pengelolaan kegiatan MGMP yang ideal pada periode berikutnya.
8
c. Guru Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran guru terhadap manfaat MGMP dan menjadikan MGMP sebagai wadah untuk menumbuhkan motivasi guna meningkatkan kompetensi profesionalnya secara berkelanjutan. d. Dinas terkait Hasil penelitian ini dapat meningkatkan bentuk perhatian akan keberlangsungan kegiatan MGMP sehingga dinas terkait (Kementrian Agama) akan lebih perduli dan berupaya untuk memberikan fasilitas dalam rangka memajukan MGMP demi peningkatan profesionalisme guru.
C. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu penulis melakukan kajian pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu baik yang berupa jurnal maupun tesis. Sadi (2014),
dalam penelitiannya yang berjudul Keaktifan Mengikuti
MGMP dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru PAI SMP di Kabupaten Wonosobo, berkesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan
mengikuti MGMP dengan GPAI SMP di Kabupaten Wonosobo, sehingga apabila keaktifan mengikuti MGMP baik, maka kinerjanya akan meningkat, demikian sebaliknya. Terdapat pula hubungan antara etos kerja dan kinerja
9
GPAI SMP Kabupaten Wonosobo. Semakin tinggi etos kerja, maka semakin meningkat kinerjanya, demikian sebaliknya.10 Sholikhah (2015), dalam tesisnya yang berjudul Kegiatan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (KKG PAI SD) dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Kotagede Yogyakarta berkesimpulan bahwa Ketercapaian kinerja ialah pemberian
motivasi kerja, bentuknya berupa pembinaan langsung dari pengawas, kegiatan KKG yang mampu memotivasi kinerja para guru antara lain adalah kegiatan studi banding, kegiatan sosial dan lesson study. Keaktifan guru dalam kegiatan KKG PAI mempengaruhi kinerja yang dihasilkan di sekolah tempat tugas masing-masing. Guru yang aktif akan mendapat banyak manfaat dari berbagai kegiatan KKG. 11 Retoliah (2014),dalam penelitiannya yang berjudul Kinerja Pengawas dalam Meningkatkan Kinerja Guru PAI di Kota Paluberkesimpulan bahwa Kinerja
pengawas PAI dalam pelaksanaan program kepengawasan hasilnya bervariasi, ada beberapa pengawas PAI yang berhasil dengan baik, mereka bekerja keras sesuai dengan fungsi dan wewenangnya. Selain itu beberapa pengawas bekerja tidak maksimal karena adanya hambatan di lapangan karena adanya dualisme pengawasan. 12
10
Sadi, “Keaktifan Mengikuti MGMP dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru PAI SMP di Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Pendidkan Agama Islam, Volume 1 Nomor 2, (Desember 2014), 42-43. 11 Sholikhah, Kegiatan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (KKG PAI SD) dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Kotagede Yogyakarta, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2015, 144. 12 Retoliah, ”Kinerja Pengawas dalam Meningkatkan Kinerja Guru PAI di Kota Palu”, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 2, No. 2, (Desember, 2014), 364-387.
10
Raden Roro Suci Nurdiyanti (2013), dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Manajemen Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru serta Implementasinya pada Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung, berkesimpulan bahwa semakin efektif penyelenggaraan MGMP semakin
tinggi kompetensi profesional guru ekonomi di Kota bandung. Efektifitas MGMP berpengaruh secara positif terhadap kompetensi pedagogik guru. Artinya
Semakin
efektif
penyelenggaraan
MGMP
semakin tinggi
kompetensi pedagogik guru ekonomi di Kota Bandung. 13 Arif Rahman (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Pola Pembinaan Peningkatan Profesionalitas Guru SMK Kota Medan Kunci sukses implementasi
pola pembinaan profesional guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Medan berkesimpulan bahwa pemberdayaan selurh komponen baik internal maupun eksternal sekolah. Pemberdayaan seluruh komponen bertujuan menciptakan sinergi dalam nenentukan tujuan dan program pembinaan profesionalitas guru SMK. Dengan keterlibatan semua unsur terkait dalam menentukan tujuan dan program pembinaankemampuan profesional guru maka keberlangsungan pembinaan dan harapan stakeholder mengenai guru SMK dapat terpenuhi. 14 Ani Widayati (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Studi tentang Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran dalam Meningkatkan Profesionalisme
13
Raden Roro Suci Nurdiyanti, Pengaruh Manajemen Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru serta Implementasinya pada Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013, 145-146. 14 Arif Rahman, “Pola Pembinaan Peningkatan Profesionalitas Guru SMK Kota Medan”, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Vol. 10, No. 1, (April 2013), 23-38.
11
Guru Akutansi SMK di Yogyakarta berkesimpulan bahwa program kerja MGMP
disusun tiap tahun dan diadakan evaluasi setiap akhir tahun. Kendala yang dihadapi MGMP adalah pendanaan yang belum optimal dan pengaturan waktu untuk pelaksanaan program kerja relatif sulit. Usaha yang dilakukan oleh MGMP untuk mengatasi kendala adalah dengan mengadakan iuran bagi guru-guru agar program kerja dapat terlaksana dan menggunakan waktu libur sekolah untuk pelaksanaan program kerja. 15 Tri Martiningsih (2008) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG (Kelompok Kerja Guru) terhadap Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan Pekalongan Utara berkesimpulan bahwa semakin baik persepsi guru terhadap supervisi akademik akan diikuti
dengan semakin tingginya kompetensi guru profesional SD di kecamatan Pekalongan Utara. Semakin baik partisipasi guru dalam KKG akan diikuti dengan semakin tingginya kompetensi profesional guru SD di kecamatan Pekalongan Utara.16 Menurut penulis, secara umum penelitian-penelitian di atas belum bisa mewakili peran MGMP Pendidikan Agama Islam dan supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesional guru, karena penelitian tersebut dilakukan di tempat atau lokasi yang punya karakteristik berbeda dengan Kota Salatiga.
15
Ani Widayati, “Studi tentang Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Akutansi SMK di Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, Vol. IX, No.1, (Maret 2013), 27-28. 16 Tri Martiningsih, Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG (Kelompok Kerja Guru) terhadap Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan Pekalongan Utara, Universitas Negeri Semarang, 2008, 83.
12
D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian ini termasuk kategori penelitian lapangan (field research), yang berarti sebuah studi penelitian yang mengambil data autentik secara obyektif atau studi lapangan. 17 Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak bisa dipakai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan caracara kuantifikasi. 18 Penelitian ini menekankan pada quality atau hal terpenting suatu barang atau jasa yang berupa kejadian, fenomena dan gejala sosial yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep teori.19 Pada penelitian lapangan ini peneliti terlibat langsung dalam berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan oleh MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga. Tidak ada hitungan matematika ataupun statistik yang rumit, tidak ada hipotesis deduktif yang abstrak. Sebaliknya, adanya interaksi sosial atau tatap muka langsung dengan subyek penelitian dalam suatu lingkungan tertentu. Data dikumpulkan dari hasil observasi terhadap segala kegiatan tersebut.
17
Azwar Saifudin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, 21. Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, 4. 19 M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Arruz Media, 2014, 25. 18
13
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA dan SMK se-Kota Salatiga (kecuali SMA/SMK Kristen) yang berjumlah 19 sekolah dengan 47 guru dan 2 pengawas PAI. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Mei 2016. Tidak semua dari 19 sekolah 47 guru dijadikan subyek penelitian. Untuk sekolah peneliti menggunakan model sample yang mewakili kriteria sekolah dengan mutu pendidikan tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan untuk guru dengan kriteria guru PNS dan non PNS. Peneliti memilih Kota Salatiga karena Kota Salatiga mempunyai ciri khusus yang belum tentu dijumpai pada kota/kabupaten lain. Ciri khusus tersebut di antaranya berupa persaingan antar guru (Islam dan non Islam) di sekolah dalam menanamkan keimanan pada diri siswa. Hal ini terjadi dimungkinkan karena jumlah guru dan siswa yang non muslim mencapai 20%. Fakta ini tercermin di SMA Negeri 3 Salatiga tempat peneliti mengajar. 3. Data Penelitian Bahan atau materi penelitian terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan baik data primer maupun data sekunder. Data primer berasal dari kegiatan di lapangan MGMP GPAI SMA/SMK Kota Salatiga, sedang data sekunder berupa hasil wawancara dengan pengawas, guru PAI, siswa dan instansi yang terlibat dalam Pendidikan Agama Islam. 4. Teknik Pengumpulan Data
14
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penulisan, karena tujuan utama dari penulisan adalah mendapatkan data.20 Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
a. Teknik Wawancara Dalam penelitian ini peneliti menerapkan teknik wawancara mendalam (depth interview) karena teknik ini merupakan teknik pengumpulan data yang khas dalam penelitian kualitatif. Penggunaan metode ini didasarkan pada dua alasan. Pertama; dengan wawancara peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subyek yang diteliti, tetapi apa yang tersembunyi jauh di dalam subyek penelitian. Kedua; apa yang ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa kini dan juga masa mendatang. Dengan melakukan wawancara peneliti berusaha untuk menggali informasi dari guru PAI, pengawas PAI dan kepala sekolah tentang pernik-pernik pelaksanaan kegiatan MGMP dan supervisi akademik yang mencakup keaktifan dan respek anggota terhadap kegiatan MGMP, efektivitas kegiatan MGMP dan supervisi akademik, serta peran MGMP dan supervisor
dalam supervisi akademik
bagi pengembangan
kompetensi profesional guru.
20
2006, 224.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,Bandung: Alfabeta,
15
b. Teknik Pengamatan/Observasi Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, mencakup proses pengamatan dan ingatan. 21 Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. 22 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik observasi yaitu observasi partisipatif dan observasi terus terang atau samar (gabungan obervasi terus terang dan samar). Yang dimaksud dengan observasi partisipatif adalah sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan memahami gejala-gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan atau dipahami oleh warga yang diteliti. 23 Adapun yang dimaksud dengan observasi terus terang, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada subyek penelitian sebagai sumber data. Subyek penelitian mengetahui dari awal sampai akhir tentang aktifitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam melaksanakan observasi. Hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan 21
Sugiyono, Metode Penelitian ..., 145. M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian, ..., 165. 23 M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian, ..., 166. 22
16
secara terus terang, peneliti tidak diizinkan untuk melaksanakan observasi. Peneliti melakukan observasi pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
oleh
MGMP
dan
pengawas
PAI.
Peneliti
juga
melaksanakan kunjungan kelas untuk mengamati proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam. Dari hasil observasi tersebut diharapkan peneliti mendapatkan data-data tentang pelaksanaan kegiatan MGMP, teknik supervisi yang dilakukan pengawas dan kompetensi profesional yang dimiliki guru PAI.
c. Teknik Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
pelengkap
dari
penggunaan
metode
observasi
dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. 24 Dengan teknik dokumentasi peneliti dapat memperoleh data berupa AD/ART MGMP, struktur organisasi, program kerja, foto-foto kegiatan, notulen kegiatan, daftar hadir peserta kegiatan dan Laporan
24
Sugiyono, Metode Penelitian, ..., 240.
17
Pertanggung Jawaban (LPJ) pengurus MGMP. Selain itu peneliti juga mengambil data berupa program kerja pengawas, catatan-catatan pengawas dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik dan penilaian kinerja guru PAI.
d. Triangulasi Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.25 Triangulasi data berarti menggunakan bermacam-macam data, menggunakan lebih dari satu teori, berbagai teknik analisa dan melibatkan beberapa peneliti. 26 Triangulasi data ini diterapkan oleh peneliti saat mendapatkan data yang bebeda dari hasil wawancara pada sumber data yang berbeda, yaitu dengan cara mengkroscek dokumentasi yang ada sehingga dari dokumen tersebut peneliti bisa mengetahui manakah data yang lebih falid. Dengan demikian triangulasi bisa dipahami sebagai pengecekan data di lapangan yang diperoleh dari wawancara kemudian di crosscheck dengan observasi dan dibuktikan lagi dengan data dokumen. Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama atau bisa mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
25
Sugiyono, Metode Penelitian, ..., 241. Conny R. Semiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya, Jakarta: Grasindo, 2014, 134. 26
18
5. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti merujuk pada Model Miles dan Huberman, yaitu aktifitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction (merangkum, memilih dan memilah data), data display (penyajian data) dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi) 27. Agar lebih jelas proses kegiatan dari analisis data tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar model analisis interaktif (interactive model)28
Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa data yang telah didapatkan dikumpulkan semua, kemudian disajikan satu persatu, setelah itu membuat rangkuman dengan memilah dan memilih data, langkah selanjutnya adalah mengambil kesimpulan dari data yang telah didapat.
27 28
Sugiyono, Metode Penelitian,...., 246. Sugiyono, Metode Penelitian, ..., 247.
19
6. Keabsahan Data Untuk menentukan validitas data peneliti menggunakan model triangulasi, yaitu mengulang atau klarifikasi dengan aneka sumber, dan jika yang diperlukan triangulasi data dapat dilakukan dengan cara mencari data-data yang lain sebagai pembanding.29 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. 30 Dalam penelitian ini peneliti mengecek data hasil wawancara dengan pengawas, guru Pendidikan Agama Islam dan kepala sekolah tentang peran MGMP dalam supervisi akademik terhadap peningkatan kompetensi profesional Guru PAI SMA/SMK se-Kota Salatiga, kemudian penulis menyesuaikannya dengan dokumen berbentuk instrumen yang ada.
E. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam tesis ini, maka peneliti membuat sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjadi dasar akan penulisan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, signifikansi penulisan (tujuan dan manfaat), kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II mengulas tentang kajian teori Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), supervisi akademik, dan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam. 29
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Folklor, Yogyakarta: Medpress, 2009,
30
M. Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian, ..., 322.
224.
20
Bab III berupa deskripsi data penelitian, menyajikan profil organisasi MGMP PAI SMA/SMA Kota Salatiga, serta pelaksanaan kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatga dalam pengembangan kompetensi guru PAI. Bab IV analisis data dan hasil penelitian, pada bab ini peneliti menganalisisperan supervisor dalam supervisi akademik dan implikasinya bagi pengembangan kompetensi profesional Guru PAI SMA/SMK se-Kota Salatiga. Bab V merupakan bab penutup. Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran. Dalam bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitiannya. Selain itu peneliti akan memberikan saran-saran kontruktif terkait peran MGMP dan supervisor dalam mengembangkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam.
21
BAB II KERANGKA TEORI
A. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) 1. Pengertian MGMP PAI KKG dan MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profcsional guru mata pelajaran, KKG maupun MGMP mcrupakan wadah yang sangat efcktif untuk peningkatan kualitas guru.31 Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam disingkat MGMP PAI adalah kegiatan profesional untuk membina hubungan kerjasama secara koordinatif dan fungsional antara sesama guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas pada SLTP dan SLTA. MGMP mcrupakan wadah yang sangat efcktif untuk peningkatan kualitas guru.32 MGMP dapat diartikan sebagai proses interaksi edukatif antara guru mata pelajaran tertentu yang menekankan pada prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah ini sangat dianjurkan
dalam Islam, sehingga harus
senantiasa ditegakkan. Sebagaimana firman Allah dalam QS: Ali Imran ayat 159;
.َو
و ِواورهم ِو اْرألَوم ِور فَوِوذَوا ع م فَوَفتَفوَّك ل علَوى اللَّك ِوه ِو َّك اللَّكه ُهِو ُّب الْر تَفوِّك لِو... َو َو ْر َو َو َو ْر َو َو ْر َو َو ْر ُه ْر ُه َو َو
Terjemahnya: ... dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
31
Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat: Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa, Grasindo, 118. 32 Mulyana A.Z,Rahasia Menjadi Guru Hebat: Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa, Grasindo, 118.
22
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya. 33 Ayat tersebut menekankan pentingnya musyawarah dalam segala urusan, termasuk MGMP PAI sebagai suatu wadah bagi para guru untuk saling bertukar pikiran, bertukar pengalaman dan memecahkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan tugas profesional guru. Dalam hal ini, musyawarah merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan dalam memberdayakan MGMP PAI sebagai wahana dalam pengembangan profesi guru, karena profesionalisme guru semestinya mencerminkan keahlian dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam kaitannya, MGMP PAI yang merupakan tempat kegiatan guruguru PAI untuk melaksanakan musyawarah dalam upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan mengajar, guru dapat berdiskusi untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Dengan saling bertemunya sesama guru PAI yang difasilitasi oleh pengurus MGMP serta adanya pendampingan dari pengawas PAI tentunya akan menimbulkan interaksi yang positif. Pemasalahan yang dihapadi oleh masing-masing guru dapat didiskusikan baik secara formal ataupun sekedar obrolan santai yang bisa memberikan solusi akan masalah yang dihadapi berkenaan dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah masing-masing.
33
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran, 1989, 103.
23
Indikator dari MGMP meliputi dua standar yaitu standar pengembangan dan standar operasional. Standar pengembangan di antaranya adalah melakukan penelitian, penulisan karya ilmiah, seminar, lokakarya dan penerbitan jurnal. 34 Adapun standar operasional yaitu mencakup penyusunan draft awal program, pembahasan program, revisi program dan finalisasi program. 35 2. Standar Pengembangan MGMP Dalam pengembangan MGMP ada hal-hal pokok yang menjadi standar yaitu: a. Standar Program 1) Menyusun program MGMP dimulai dari menyusun Visi, Misi, Tujuan, sampai kalender kegiatan. 2) Program
MGMP
terdiri
dari
program rutin dan
program
pengembangan. 3) Program
rutin
sekurang-kurangnya
terdiri
dari:
a)
Diskusi
permasalahan pembelajaran; b) Penyusunan silabus, Program Semester, dan Rencana Program Pembelajaran; c) Analisis kurikulum; d) Penyusunan instrumen evaluasi pembelajaran; dan d) Pembahasan materi dan pemantapan menghadapi Ujian Nasional. 4) Program pengembangan dapat dipilih sekurang-kurangnya tiga dari kegiatan-kegiatan tersebut: a) Penelitian; b) Penulisan Karya Tulis Ilmiah; c) Seminar, lokakarya, colloquium (paparan hasil penelitian)
34
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 7. Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional Penyelenggaraan Kelompok Kerja Guru (KKG) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Departemen Pendidikan Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2008, 14. 35
24
dan diskusi panel; d) Pendidikan dan pelatihan berjenjang; e) Penerbitan jurnal MGMP; e) Penyusunan website MGMP; f) Forum MGMP; g) Kompetisi kinerja guru; h) Peer coaching; i) Lesson study; j) Professional Learning Community; k) TIPD (Teacher Internatonal Professional)/kerja sama MGMP internasional) dan Global Gateway (kemitraan lintas negara).36 b. Standar Organisasi 1) Organisasi MGMP terdiri dari: pengurus dan anggota. SK pengesahan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan mempunyai AD/ART. 2) Pengurus MGMP terdiri dari: Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Bidang, dipilih oleh anggota berdasarkan AD/ART. 3) Anggota KKG terdiri dari guru kelas, guru agama dan guru penjaskes di SD/MI. 4) Anggota MGMP terdiri dari guru mata pelajaran di SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SLB/MALB.37 c. Standar Pengelolaan 1) Pengelolaan keseluruhan program MGMP menjadi tanggung jawab ketua MGMP. 2) Pelaksanaan masing-masing program dilakukan oleh panitia yang dipimpin oleh seorang penanggung jawab berdasarkan surat keputusan ketua MGMP.
36 37
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 7. Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 8.
25
3) Pelaksanaan masing-masing program berpedoman pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang disusun oleh pengurus MGMP. 4) Panitia membuat proposal kegiatan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan dan evaluasi kegiatan. 5) Pengurus memantau dan mengevaluasi kegiatan. 38 d. Standar Sarana dan Prasarana 1) Sarana dan prasarana yang tersedia di setiap MGMP sekurangkurangnya adalah: ruang/gedung untuk kegiatan MGMP, komputer, media pembelajaran, OHP//LCD proyektor, telepon dan faximile. 2) Sarana dan prasarana tambahan yang tersedia sekurang-kurangnya ada tiga dari: laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium Micro Teaching, perpustakaan, audio visual Aids (AVA), handy cam dan kamera digital, internet dan davinet (Digital Audio Visual Network)39 e. Standar Sumber Daya Manusia 1) Pendidik yang menjadi pembina kegiatan MGMP harus memiliki kriteria: memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1, memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun dan memiliki keahlian yang relevan dengan materi yang disampaikan. 2) Pendidik pada butir 1 dapat terdiri dari: instruktur, guru inti, pemandu/tutor, pengawas, kepala sekolah, widyaiswara dan dosen.40 38
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 8. Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 9. 40 Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 9. 39
26
f. Standar Pembiayaan 1) Pembiayaan kegiatan MGMP mencakup sumber dana, penggunaan dan pertanggung jawaban. 2) Sumber
dana
kegiatan
anggota/sekolah,
MGMP
dapat
terdiri
dari:
iuran
Dinas Pendidikan Propinsi, Kabupaten/Kota,
Departemen, donatur, unit produksi, hasil kerja sama, masyarakat dan sponsor yang tidak mengikat dan sah. 3) Dana MGMP hanya dapat digunakan untuk membiayai program rutin dan program pengembangan. 4) Pertanggungjawaban keuangan MGMP mengacu pada sistem pelaporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 41 g. Standar Penjaminan Mutu 1) Kegiatan MGMP perlu disertai sistem penjaminan mutu yang akan melihat kesesuaian antara standar dan pemenuhannya. 2) Data untuk penjaminan mutu doperoleh dengan melakukan pemantauan dan evaluasi. 3) Pelaksanaan penjaminan mutu yag meliputi mekanisme pemantauan dan evaluasi serta pelaporannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART). 4) Laporan
meliputi
subtansi
kegiatan
dan
dan
administrasi
disampaikan kepada ketua MGMP, ketua KKKS/MKKS dan kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.42
41 42
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 10. Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 10.
27
3. Standar Operasional Penyelenggaraan MGMP Agar pelaksanaan kegiatan MGMP dapat lebih terarah dan mencapai sasaran, maka perlu adanya standar operasioanal penyelenggaraan, yaitu: a. Standar Operasional Organisasi 1) Mekanisme Pembentukan Pengurus MGMP a) Dinas Pendidikan Kabupaten mengundang pengurus MKKS untuk merencanakan pembentukan kembali pengurus MGMP yang masa baktinya sudah habis. b) MMKS mengundang pengurus MGMP untuk merencanakan pembentukan kembali pengurus MGMP. c) Para pengurus MGMP mengundang seluruh anggota untuk mengadakan rapat anggota dalam rangka pembentukan kembali pengurus MGMP. d) Rapat anggota MGMP membentuk formatur pengurus. e) Formatur terpilih membentuk pengurus MGMP. f) Susunan pengurus diserahkan oleh tim formatur untuk disahkan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. g) Pengurus menyusun AD/ART.43
43
Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional Penyelenggaraan Kelompok Kerja Guru (KKG) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Departemen Pendidikan Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2008, 12.
28
2) Penyusunan Anggaran Dasar (AD) a) Menentukan mukadimah b) Menentukan nama dan dasar pendirian c) Menentukan kedudukan, sifat dan tujuan d) Menentukan organisasi e) Menentukan masa kepengurusan dan pemilihan pengurus f) Menentukan keanggotaan g) Menentukan program 3) Rekrutmen Ulang Anggota a) Menentukan persyaratan anggota, termasuk persyaratan tambahan yang berasal dari peraturan-peraturan pemerintah b) Melakukan pendaftaran ulang anggota
29
b. Standar Opersional Penyusunan Program Tabel 2.1 Standar operasional penyusunan program 44 No 1
2
3
4
5
6
Agenda Analisis SWOT
Pelaksana Uraian Kegiatan Pengurus dan Melakukan analisis anggota kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Brainstorming Pengurus dan Melakukan diskusi: anggota 1. Menentukan akar masalah 2. Menyusun alternatif pemecahan masalah 3. Menentukan program sesuai skala prioritas 4. Menunjuk anggota khusus 5. Menjelaskan tugas dan jadwal kerja tim Penyususnan draft Tim khusus 1. Menyusun outline awal program 2. Menyusun draf awal program Pembahasan Pengurus, 1. Menyimak paparan program anggota, kepala draft awal program sekolah, dan 2. Memberi tanggapan pengawas 3. Menindak lanjuti sekolah Revisi program Tim khusus Perbaikan draft sesuai dengan masukan dalam pembahasan Finalisasi program Tim khusus dan Tim khusus melakukan KKKS/MKKS perbaikan, KKKS/MKKS mengesahkan
c. Standar Operasional SDM a. Prosedur operasional penentuan nara sumber yang bersifat temporer mengikuti langkah-langkah berikut: a) Pengurus mengidentifikasi kompetensi yang akan dikembangkan. b) Pengurus mengidentifikasi nara sumber sesui dengan kebutuhan.
44
Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional, ..., 14.
30
c) Pengurus menghubungi nara sumber disertai surat permohonan dan proposal kegiatan. d) Meminta nara sumber untuk menyiapkan materi dan media. b. Prosedur operasional penentuan instruktur/guru inti/pendamping mengikuti langkah-langkah berikut: a) Pengurus mengidentifikasi kompetensi yang akan dikembangkan. b) Pengurus mengidentifikasi instruktur sesuai kebutuhan. c) Pengurus menunjuk instruktur disertai dengan surat tugas dan proposal kegiatan. d) Meminta instruktur untuk menyiapkan materi dan media. 45 d. Standar Operasional Sarana dan Prasarana Tabel 2.2 Standar operasional sarana dan prasarana 46 No Agenda 1 Persiapan kegiatan tahunan 2 Penentuan gedung/ruangan yang diperlukan 3 Permohonan penggunaan gedung
4
Persetujuan
5
Penggunaan gedung
45
Pelaksana Pengurus
Uaraian Melakukan persiapan kegiatan tahunan
Pengurus
Mementukan kegiatan
tempat
Pengurus
Mengajukan permohonan penggunaan gedung untuk kegiatan rutin kepada kepala sekolah Kepala sekolah Mengeluarkan surat keputusan persetujuan penggunaan gedung Pengurus dan Menggunakan gedung anggota untuk kegiatan
Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional, ..., 16. 46 Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional, ...,17.
31
e. Standar Operasional Pengelolaan Dalam penyusunan program MGMP telah dipilih program-program yang menjadi prioritas, baik rutin mauoun pengembangan. 47 Keseluruhan program menjadi tanggung jawab bersama seluruh anggota. Tetapi masing-masing program mempunyai tim yang dipimpin oleh seorang koordinator program. f. Standar Operasional Pembiayaan Prosedur operasional pengusulan, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana MGMP sesuai tabel berikut. Tabel 2.3 Standar operasional pembiayaan48 No Kegiatan 1 Penentuan jenis program 2 Analisis biaya 3 Pengusulan biaya 4 Pembahasan
5
Pencairan dana
Pelaksana Panitia pelaksana
Uraian kegiatan Menetapkan program
Panitia dan Membuat rencana pengurus anggaran biaya Panitia pelaksana Mengusulkan rencana anggaran biaya Panitia pelaksana Melakukan revisi dan pengusulan ulang sesuai rekomendasi Penyandang dana Pemberian dana kepada anitia pelaksana kegiatan
g. Standar Operasional Penjaminan Mutu 1) Pengurus MGMP menghubungi unit penjaminan mutu internal yang te;ah ditunjuk sebelumnya atau unit penjaminan miutu eksternal yang ada. 47
Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional, ...,19. 48 Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional, ..., 21.
32
2) Pengurus mengidentifikasi standar-standar MGMP yang sudah ditetapkan. 3) Pengurus mengumpulkan dokumen-dokumen standar dan dokumen pendukung. 4) Pengurus menyerhkan dokumen untk diaudit. 5) Tim audit membuat daftar pertanyaan berdasarkan standar yang tersedia. 6) Tim audit melakukan uji pemenuhan standar. 7) Tim audit menyusun daftar temuan. 8) Tim audit dan pengurus melakukan verifikasi temuan dan menandatangani temuan. 9) Tim audit menyusun daftar usulan perbaikan. 10) Tim audit menyerahkan hasil temuan dan daftar usulan perbaikan kepada pengurus MGMP.49 Mengacu pada standar-standar yang ada pada MGMP diatas, MGMP merupakan organisasi yang berada pada sistem pembinaan profesional yang memberikan masukan tentang berbagai masalah pendidikan dan pengajaran di sekolah. Agar pembinaan bisa maksimal maka pembinaan profesional di atas perlu adanya bimbingan dan pembinaan dari pengawas atau supervisor.
49
Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional, ..., 23
33
B. Supervisi Akademik 1. Pengertian Supervisi Akademik Menurut M. Ngalim Purwanto, supervisi adalah segala bantuan dari pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.50 Supervisi juga diartikan sebagai usaha dari pengawas sekolah dalam membimbing guru-guru dan petugas lainnya dalam pengajaran. 51 Inti supervisi pendidikan adalah bagaimana guru dapat melakukan proses pembelajaran yang sebaik-baiknya sehingga para peserta didik dengan mudah melakukan proses pembelajaran. 52 Supervisi diartikan sebagai layanan yang bersifat membimbing, memfasilitasi, memotivasi serta menilai guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan profesisecara efektif. 53 Sahertian juga mendefinisikan supervisi sebagai usaha mestimuli, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual ataupun kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. 54 Adapun menurut Glickman yang dikutip oleh Prasojo, supervisi akademik adalah rangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
50
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, 76. 51 A A. Ketut Jelantik, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional Panduan Menuju PKKS, Yogyakarta: Deepublish, 2012, 88. 52 Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media, 2002, 25. 53 Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan Kapasitas Guru:Memperdayakan pengawas sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, 3. 54 Pie A Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:Rineka Cipta, 2010, 17.
34
Dari beberapa definisi supervisi di atas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan dan pembimbingan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif guna mencapai tujuan pendidikan. 2. Tujuan, Fungsi dan Peranan Supervisi Supervisi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam proses dan hasil pembelajaranmelalui pemberian layanan
profesional
kepada
guru.55
Tujuan
supervisi
adalah
memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. 56 Sedangkan menurut Sahertian tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan untuk melakukan kualitas mengajar guru dikelas yang pada gilirannya meningkatkan kualitas siswa. Adapun tujuan supervisi menurut Glickman yang dikutip oleh mengembangkan
Prasojo adalah untuk membantu guru
kompetensinya,
mengembangkan
kurikulum
dan
mengembangkan kelompok kerja guru.57 Dari beberapa tujuan supervisi diatas, peneliti lebih condong kepada konsep dari tujuan supervisi yang di kemukakan oleh Glickman yang mencakup pada kompetensi guru, kuri kulum dan kelompok kerja guru yang didalamnya terdapat KKG dan MGMP. Sebagaimana
pengertian supervisi
yang
berarti
suatu
aktivitas
pembinaan dan pembimbingan yang direncanakan untuk membantu para guru 55 56
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan, ..., 5. Binti Maunah, Supervisi Pendidkan Islam Teori dan Praktik, Yogyakarta:Teras,
2009, 26. 57
Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, ..., 86.
35
dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif guna mencapai tujuan pendidikan. Maka ada beberapa tanggapan tentang fungsi dari supervisi. Supervisi pendidikan mempunyai fungsi utama untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. 58 Menurut Purwanto fungsi-fungsi supervisi itu menyangkut beberapa hal diantaranya, 1) dalam bidang kepemimpinana, 2) hubungan kemanusiaan, 3) pembinaan proses kelompok, 4) bidang administrasi personel dan 5) dalam bidang evaluasi. 59 Sedangkan menurut Swearingin yang dikutip oleh Sahertian ada delapan fungsi supervisi: 1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah 2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah 3) Memperluas pengalaman guru-guru 4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif 5) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus 6) Menganalisis situasi belajar-mengajar 7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf.60 Dari beberapa fungsi supervisi yang telah dirumuskan oleh tokoh diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa fungsi dari supervisi pendidikan adalah untuk membantu guru dalam melaksanakan tugasnya secara efektif.
58
Pie A Sahertian, Konsep Dasar, ..., 21. M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi, ..., 86 60 Pie A Sahertian, Konsep Dasar, ..., 21. 59
36
3. Keterampilan Supervisor Keterampilan atau skill dapat dikonotasikan sebagai sekumpulan pengetahuan dan kemampuan yang harus dikuasai. 61 Keterampilan supervisor adalah sekumpulan pengetahuan dan kemampuan yang dikuasai dalam pembinaan guru. Menurut Alfonso yang dikutip oleh Masaong, ada tiga jenis keterampilan supervisor, ketrampilan teknis (technical skill), keterampilan manajerial (managerial skill)dan keteramilan manusiawi (human skill).62 Ketika seorang supervisor mempunyai tiga keterampilan tersebut tentu dia akan menjadai supervisor yang baik. Namun bagi seorang supervisor juga perlu dibekali secara personal maupun profesional sifat-sifat yang sesuai dengan profesinya. Seorang supervisor hendaknya mempunyai ciri-ciri pribadi sebagai guru yang baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan melaksanakan human relation yang baik. Supervisor atau pengawas PAI adalah guru pegawai negeri sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas Pendidikan Agama Islam yang tugas,
tanggungjawab,
dan
wewenangnya
melakukan
penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah. 63
pengawasan Dalam hal ini
indikator dari pengawas PAI adalah: 1) Melakukan penyusunan program. 2) Pengawasan, pembinaan, pembimbingan dan pengembangan profesi guru PAI. 61
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan, ...., 74. Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pengembangan dan Pengembangan, ..., 74. 63 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bab I, Pasal 4. 62
37
3) Pemantauan Standar Nasional PAI. 4) Penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan. 5) Pelaporan pelaksanaan tugas pengawasan. 64 a. Kompetensi Profesional Guru PAI Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 65 Indikator kompetensi profesional guru memuat beberapa hal antara lain: 1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola fikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. 4) Mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan
dengan
melakukan tindakan reflektif. 5) Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
pengembangan diri. 66
64
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah ..., Bab II Pasal 4. 65 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen,Surabaya: Kesindo Utama, 2006, h. 4. 66 Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
38
C. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) 1. Pengertian Kompetensi Profesional Kompetensi dalam dunia kerja maupun dalam dunia pendidikan adalah upaya peningkatan mutu, secara umum kompetensi terdiri dari ketampilan, pengetahuan, sikap dan tingkah laku inti yang dibutuhkan bagi terwujudnya kinerja yang efektif dalam melaksanakan tugas. 67 Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya.68 Kemampuan atau kompetensi adalah kewenangan atau kecakapan untuk menentukan atau memutuskan satu hal. 69 Menurut Broke dan Stone, Kompetensi adalah gambaran hakekat kualitatif dan perilaku guru yang tampak berarti. 70 Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa pengertian kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 71 Di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tentang Guru dan Dosen (2005) dijelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut: 1) memiliki bakat, minat, dan panggilan jiwa; 2) memiliki komitmen untuk 67
Darmono, Perpustakaan sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, Jakarta: Grasindo, 2012, 261. 68 Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014, 209. 69 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan sekolah , , Bandung: CV. Ruhama, 1990, 95. 70 Muh Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007, 17. 71 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen,Surabaya: Kesindo Utama, 2006, 4.
39
meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan ahlak mulia; 3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai bidang tugas, memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas; 4) memililki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; 5) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; 6) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; 7) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; 8) memiliki organisasi profesi yang memililki kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Kompetensi profesional guru memuat beberapa hal antara lain: 1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola fikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. 4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri. 72 Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas
72
Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
40
profesi keguruan dengan pra syarat berupa bekal pengetahuan yang dimilikinya. Kompetensi profesional sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas guru sebagai pendidik agar tujuan pendidikan dapat tercapai. 2. Konsep Pengembangan Profesi Guru Dalam
peneilian
ini,
pengembangan
sumber
daya
manusia
dikontekstualisasikan dalam posisi guru sebagai sumber daya manusia dalam proses pendidikan. Istilah pengembangan sumber daya manusia dalam konteks keguruan sering dikenal dengan istilah teacher professional development.73 Aktifitas-aktifitas tersebut meliputi pengembangan diri, pendidikan lanjutan, dan kolaborasi dengan teman sejawat. Menurut Ricard & Farrel yang dikutip oleh Edi pengembangan profesional guru ialah: Development generally refers to general growth not focused on a specific job. It serves a longer-term goal and seeks to facilitate growth of the teachers understanding of teaching and of themselves as teacher. It ofthen involves examining different dimension of a teacher’s practice as a basis for reflective review and can hence be seen as bottom up.74
Yang artinya: pada umumnya pengembangan mengacu pada pertumbuhan yang tidak hanya berfokus pada pekerjaan tertentu, tetapi juga melayani tujuan jangka panjang dan juga berusaha untuk memfasilitasi kebutuhan guru terhadap pemahaman dirinya sendiri dalam mengajar sebagai seorang guru dengan melakukan
refleksi
terhadap
apa
yang
pengidentifikasian jati diri.
73 74
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, ..., 345. Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, ..., 346.
telah
dipraktekkan
sebagai
41
Menurut Castetter yang dikutip oleh Aedi
ada lima model
pengembangan guru yaitu, (1) pengembangan diri secara individual; (2) observasi atau penilaian; (3) keterlibatan dalam proses pengembangan atau pebaikan; (4) pelatihan; dan (5) inquiry.75 Menurut Syaefudin dan Kurniatun ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pengembangan, yaitu: pertama, dilakukan untuk semua jenis tenaga pendiddikan dan kependidikan. Kedua, berorientasi kepada perubahan tingkah laku. Ketiga, Mendorong peningkatan kontribusi individu terhadap organisasi pendidikan. Keempat, diarahkan pada pendidikan dan pelatihan sebelum maupun sesudah menduduki jabatan. Kelima, pemenuhan tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja dan ketahanan organisasi pendidikan. Keenam, pengembangan menyangkut jenjang karir.76
75 76
Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, ..., 350. Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan, ..., 352.
42
BAB III KEGIATAN DAN PERAN MGMP PAI SMA/SMK KOTA SALATIGA DALAM SUPERVISI AKADEMIK BAGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
A. Gambaran Umum MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga 1. Latar Belakang Menurut wawancara dengan Untoro selaku ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga periode 2013-2018, bahwa adanya MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga adalah atas instruksi dari Dinas Pendidikan Kota Salatiga kepada kepala sekolah (MKKS). Untuk meninjak lanjutinya maka para guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga
diwajibkan untuk menjadi pengurus atau anggota
sekaligus mengikuti kegiatan MGMP PAI. Pada awalnya MGMP PAI SMA dan SMK Kota Salatiga berdiri sendirisendiri. Baru pada tahun 2013 MGMP PAI SMA dan SMK Kota Salatiga bergabung menjadi satu organisasi. Hal itu dikarenakan pasifnya MGMP PAI SMA Kota Salatiga dalam melaksanakan kegiatan yang waktu itu hanya beranggotakan 10 guru PAI dari 4 SMA yang ada di Kota Salatiga, yaitu SMA N 1 Salatiga, SMA N 2 Salatiga, SMA N 3 Salatiga dan SMA Muhammadiyah Salatiga.77 Dari latar belakang di atas, maka terbentuklah MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga yang merupakan wadah komunikasi, konsultasi dan tukar
77
Wawancara dengan Drs.Untoro, M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
43
pengalaman antar guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga. Sehingga nantinya diharapkan adanya
peningkatan
kompetensi
profesionalisme
guru
PAI
SMA/SMK Kota Salatiga.
2. Visi, Misi dan Tujuan Visi MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga adalah menjadikan MGMP sebagai wadah pemberdayaan dan pengembangan profesi guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga. Sedangkan misinya adalah meningkatkan efektivitas, efisiensi tugas
dan
fungsi
organisasi,
meningkatkan
keterampilan
dan
sikap
profesionalitas guru dalam mengelola pembelajaran serta meningkatkan kemampuan
guru
PAI
dalam
mengembangkan
media
pembelajaran,
meningkatkan minat, kreativitas, kompetensi siswa dan mutu PAI.78 Adapun tujuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI SMA/SMK Kota Salatiga yaitu: Membina dan mengembangkan pengetahuan guru-guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga.Membina dan meningkatkan kemampuan profesi guru-guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga. a. Membina dan mengembangkan pengetahuan bagi siswa SMA/SMK dan masyarakat pada umumnya. b. Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari
78
AD/ART Anggaran Dasar MGMP PAI SMK Kota Salatiga.
44
cara penyelesaian yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan sekolah.79 Mengacu pada standar MGMP yang telah dirumuskan oleh Direktorat Profesi Pendidik bahwa pelaksanaan kegiatan MGMP harus lebih terarah dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.80 Maka MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga telah berusaha untuk menjalankan roda organisasi dengan sebaik mungkin dengan menyusun AD/ART serta membuat program kerja yang berorientasi pada pengembangan kompetensi profesional guru PAI.
B. Kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga Menurut Untoro (Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga) bahwa pelaksanaan kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga mengacu pada program kerja MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga yang terbagi menjadi dua, yaitu Program Rutin dan Program Pengembangan. 1. Kegiatan Rutin Program Rutin MGMP mencakup dua kegiatan, yaitu: pertama, kegiatan rutin bulanan yang dilaksanakan satu kali dalam satu bulan. Dan kedua, kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan satu kali dalam satu tahun. a. Kegiatan Rutin Bulanan Kegiatan rutin yang pertama berupa pertemuan atau musyawarah yang dilakukan pada awal bulan atau minggu pertama, biasanya dilaksanakan pada hari Senin. Pada kegiatan rutin ini selain para guru PAI membahas
79 80
AD/ART Anggaran Dasar MGMP PAI SMK Kota Salatiga, Bab I Pasal 4. Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 10.
45
segala macam permasalahan atau isu yang berkembang berkenaan dengan dunia pendidikan yang menyangkut tentang kebijakan pemerintah maupun fenomena yang terjadi di sekitarnya khususnya tentang Pendidikan Agama Islam , juga menghadirkan supervisor (pengawas) PAI untuk menjadi pemateri guna memberikan motivasi ataupun informasi terbaru dari Kemenag, baik dari Kemenag Kota, Kemenag Provinsi maupun Kemenag Pusat. Materi atau agenda untuk pertemuan rutin
telah ditentukan oleh
pengurus MGMP pada saat penyusunan program kerja. Materi tersebut meliputi: pertama, pendalaman dan pengayaan materi Pendidikan Agama Islam. Kedua, bedah buku pelajaran PAI. Ketiga, sosialisasi Kurikulum 2013. Keempat, peningkatan metode pembelajaran. Kelima, peningkatan keterampilan penggunaan IT. Keenam, peningkatan keterampilan menyusun soal. Ketujuh,
peningkatan kemampuan melakukan bimbingan kepada
siswa. Kedelapan, pembahasan kisi-kisi Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) PAI. Kesembilan, pembahasan kunci jawaban soal UASBN PAI dan koreksi bersama hasil UASBN PAI. Akan tetapi dalam tataran pelaksanaan program kerja rutin bulanan tidak menutup kemungkinan materi dan jadwal pelaksanaan kegiatan akan berubah karena disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang muncul pada saat itu. Bahkan bisa jadi dalam satu bulan MGMP mengadakan dua
46
kali pertemuan yang dikarenakan penting dan mendesaknya agenda tersebut.81 Selama melaksanakan penelitian, peneliti mengikuti dua kali pertemuan rutin MGMP. Yang pertama saat pembahasan persiapan UASBN Pendidikan Agama Islam (PAI). Pada pertemuan rutin ini dengan panduan ketua MGMP dan pengawas PAI para pengurus dan anggota MGMP membahas kisi-kisi soal UASBN PAI. Sedangkan pertemuan yang kedua berupa pembahasan kunci jawaban soal UASBN PAI serta teknik koreksinya. Pertemuan rutin ini diselenggarakan di tempat (sekolah) yang berbeda-beda secara bergilir. Hal ini dikarenakan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga belum mempunyai gedung pertemuan ataupun kantor sektretariat sendiri. Dengan belum adanya kantor sekretariat, sebenarnya menjadikan kinerja para pengurus kurang maksimal karena koordinasi pengurus menjadi kurang efektif. Berkas-berkas (surat-surat) penting menyangkut
data-data
dan
laporan-laporan
kegiatan
MGMP
PAI
SMA/SMK Kota Salatiga yang telah diselenggarakan pun menjadi kurang terawat dan mengakibatkan hilangnya berkas tersebut yang dikarenakan belum/tidak adanya tempat khusus penyimpanan berkas.82 Anggota MGMP yang aktif mengikuti kegiatan pertemuan rutin bulanan mencapai 80%. Data tersebut dapat dilihat dari buku/lembar daftar hadir yang ada. Setiap kali pertemuan rata-rata dihadiri oleh 38 guru PAI, 81
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 82 Hasil wawancara dengan Drs. Hadiyanto guru PAI SMA Negeri 3 Salatiga mantan Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016.
47
sedang total guru PAI SMA/SMK ada 47 orang.83 Ada beberapa guru yang merasa
kurang
respek
terhadap
kegiatan
pertemuan
rutin
yang
diselenggarakan oleh MGMP, sehingga partisipasi mereka terhadap kegiatan MGMP termasuk rendah. Setidaknya ada beberapa faktor yang membuat mereka tidak begitu respek terhadap kegiatan MGMP. Faktor yang pertama muncul dari diri pribadi guru tersebut (internal) dan faktor kedua dari luar (eksternal). Faktor internal berupa: pertama, anggapan mereka bahwa kegiatan rutin MGMP merupakan kegiatan yang tidak begitu bermanfaat karena mereka merasa tidak mendapatkan tambahan pengetahuan maupun informasi yang up to date. Kedua, bagi mereka pertemuan yang diadakan sebulan sekali terkesan terlalu sering sehingga menjadikan mereka enggan untuk berangkat. Guru-guru PAI yang punya anggapan seperti ini biasanya adalah guru yang sudah berusia lanjut yang masa kerjanya tinggal satu sampai tiga tahun lagi. Ketiga, mereka enggan untuk berangkat karena pertemuan MGMP diadakan pada jam efektif mengajar sehingga harus meninggalkan jam pelajaran, padahal masih banyak materi pelajaran yang belum disampaikan kepada siswa. Guru yang seperti ini biasanya guru yang memang selama ini terkenal kurang bersosialisasi dengan teman-teman atau guru-guru PAI yang lain. Dan keempat adalah kesibukan yang harus dijalani oleh guru PAI mulai dari membuat administrasi pembelajaran seperti Prota, Promes dan silabus juga banyaknya beban mengajar, adanya tugas tambahan seperti menjadi wali kelas, pembina SKI, dan pembina pramuka. 83
Daftar hadir kegiatan rapat rutin bulanan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga.
48
Sedangkan faktor eksternal berupa tidak adanya izin dari kepala sekolah jika guru PAI tersebut meninggalkan jam pelajaran. Kepala sekolah yang tidak mau memberi izin guru PAI untuk mengikuti kegiatan rutin MGMP biasanya mereka adalah orang-orang yang memang kurang peduli terhadap Pendidikan Agama Islam, baginya Pendidikan Agama Islam hanya dijadikan pelajaran kelas dua sehingga kegiatan MGMP dirasa tidak begitu penting. 84 b. Kegiatan Rutin Tahunan Adapun kegiatan rutin selanjutnya adalah kegiatan rutin tahunan berupa halal bihalal. Kegiatan ini dilaksanakan setahun sekali pada bulan Syawal untuk ajang silaturrohim dan saling memaafkan antara pengurus, anggota MGMP dan pengawas PAI SMA/SMK Kota Salatiga. Kegiatan ini sekaligus untuk mengevaluasi pelaksanaan program kerja yang telah berjalan selama satu tahun. Dana dari pertemuan tahunan ini berasal dari iuran anggota yang setiap tahunnya bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang ada. Biasanya kegiatan rutin tahunan berupa halal bihalal tersebut dilaksanakan di luar sekolah (resto atau rumah makan) sehingga seolah-olah kegiatan tahunan tersebut hanya sekadar acara makan-makan bersama.85 2. Kegiatan Pengembangan Adapun kegiatan pengembangan yang dilaksanakan oleh MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga berupa pelatihan, diklat maupun workshop yang bekerjasama dengan MGMP Provinsi Jateng, Kemenag Kota Salatiga, 84
Hasil wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa, M.PdI. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016. 85 Hasil wawancara dengan Agus Waluyo, S.PdI Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga Pada hari Senin, 07 Maret 2016.
49
Kemenag Provinsi Jateng dan Kemenag Pusat 86. Program pengembangan yang diadakan berupa: a. Pelatihan Kurikulum 2013 (K13) Pelatihan Kurikulum 2013 dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2014. Sebelum adanya pelatihan K13, MGMP telah melakukan sosialisasi tentang K13 kepada segenap guru PAI sehingga saat guru PAI mengikuti pelatihan paling tidak mereka sudah mempunyai sedikit pengetahuan sebagai modal atau bahan mengikuti pelatihan. Pelatihan K13 ini diselenggarakan oleh Kemenag Pusat dengan menggandeng pengurus MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga sebagai panitia daerah. Pelatihan berlangsung selama empat hari bertempat di hotel/resto Kayu Arum Salatiga. Dengan pelatihan K13 diharapkan semua guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga benar-benar faham akan konsep dari K13 yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan mampu untuk mengimplementasikannya dalam pembuatan administrasi, metode pembelajaran dan penilaian.87 b. Pelatihan Model Pembelajaran Selama ini mayoritas dari guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga saat mengajar masih menggunakan metode yang monoton. Mereka cenderung
selalu
menggunakan
metode
ceramah
yang
baru
dikombinasikan dengan tanya jawab yang terkadang ngelantur kemanamana yang membuat peserta didik jenuh dan mengantuk. Peserta didik 86
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 87 Hasil wawancara dengan Durrotur Rosyidah Guru PAI SMK Darmo Lestari pada hari Selasa, 08 Maret 2016.
50
menjadi sangat pasif, mereka enggan mengikuti pelajaran dengan seksama. Dengan adanya pelatihan model pembelajaran diharapkan guru PAI menguasai banyak metode yang diterapkan sesuai dengan materi pelajaran dan kondisi peserta didik yang ada sehingga peserta didik dalam mengikuti pelajaran menjadi lebih antusias. 88 Bagi guru yang masih muda model pembelajaran bukanlah menjadi masalah bagi mereka. Mereka telah menerapkan beberapa model pembelajaran yang cukup fariatif. Pembelajaran tidak hanya berada di dalam kelas dan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, tapi ada kalanya peserta didik diajak keluar kelas jika memang materi pelajarannya lebih tepat jika disampaikan di luar kelas. Peserta didik pun diperbolehkan untuk mencari materi pelajaran dari internet bukan hanya bersumber pada buku pelajaran dan penjelasan guru semata. 89 c. Pelatihan ICT Pelatihan ICT terselenggara pada bulan Februari 2016 yang diikuti oleh 30 guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga. Penyelenggaraan pelatihan ICT ini berdasar pada program kerja yang telah disusun oleh MGMP. Untuk masalah pendanaan MGMP melayangkan proposal pada Kemenag Pusat, sehingga 100% dana yang dikeluarkan berasal dari Kemenag Pusat. Dari pelaksanaan pelatihan ICT tersebut tampak sekali bahwa kemampuan guru dalam bidang IT tergolong masih rendah. Masih banyak guru yang microsof word saja belum bisa apalagi program-program yang lain. 88
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 89 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
51
dalam pelatihan tersebut guru-guru PAI dibimbing untuk membuat bahan pengajaran berupa power point.90 Pelatihan ICT berlangsung selama satu hari dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Namun ketika dilihat dari segi hasil pelatihan tersebut, ternyata hingga waktunya habis masih ada beberapa guru yang sama sekali belum paham dan belum bisa membuat power point. Kebanyakan dari mereka adalah guru-guru yang sudah lanjut usia yang sebentar lagi hampir pensiun. Berbeda halnya dengan guru-guru muda, sebelum diadakan pelatihan pembuatan power point mereka sudah menguasainya sehingga dalam pelatihan tersebut secara otomatis justru disibukkan dengan ikut membimbing para guru yang belum menguasai.91 d. Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah pada periode kepemimpinan Drs. Untoro, S.Pd belum terealisasi. Namun pada periode sebelumnya MGMP
PAI
telah
melaksanakan
pelatihan
pembuatan
modul
pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hanya saja kedua pelatihan tersebut belum ada tindak lanjutnya terutama pada pelatihan pembuatan PTK, sehingga setelah pelatihan guru enggan untuk melakukan penelitian dalam rangka membuat PTK demi meningkatkan kemampuannya dalam penulisan karya ilmiyah.92
90
LPJ Tahunan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga Periode 2015-2016. LPJ Tahunan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga periode 2015-2016. 92 Wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 91
52
Dari berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan oleh MGPM tersebut diharapkan semua guru Pendidikan Agama Islam yang tergabung dalam wadah MGMP SMA/SMK Kota Salatiga akan semakin berkembang tingkat profesionalismenya. Karena profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam melaksanakan tugasnya sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal seperti minat dan bakat dan faktor eksternal seperti lingkungan sekitar, sarana dan prasarana, serta sebagai latihan yang dilakukan guru. Standar sumberdaya manusia sebagai pengurus dan anggota MGMP harus memiliki kriteria: memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1, memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun dan memiliki keahlian yang relevan dengan materi yang disampaikan.93 Semua guru Pendidikan Agama Islam yang menjadi anggota MGMP telah menyelesaikan pendidikan prajabatan sampai dengan perguruan tinggi atau sering dikenal dengan Sarjana Pendidikan Agama Islam. Bahkan tidak sedikit yang sudah berijazah S2. Hal ini menunjukkan bahwa profesi guru PAI tersebut sudah dapat dikatakan sebagai tenaga profesional. Tuntutan akan profesionalisme guru adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, oleh karena itu MGMP sebagai salah satu organisasi profesi guru PAI sangat berperan dalam proses pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru. Akan tetapi organisasi ini tentunya akan menjalankan perannya dengan baik apabila semua anggota MGMP yang berstatus guru PAI bersama-sama membangun konsolidasi dan 93
Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan, ..., 7.
53
semangat untuk selalu berusaha memperbaiki kinerja sebagai guru Pendidikan Agama Islam. Adanya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman modern seperti sekarang ini membawa tantangantantangan tersendiri terhadap kehidupan beragama dan juga menuntut guru Pendidikan Agama Islam untuk mampu berperan menampilkan nilai-nilai agama yang dinamis serta dapat mengarahkan kemajuan-kemajuan itu. Tugas seorang guru pendidikan agama Islam tidak semudah tugas guru mata pelajaran yang lain, karena dalam hal ini tugas guru tersebut tidak selesai hanya pada penyampaian materi saja, akan tetapi lebih dari itu semua seorang guru PAI harus dapat menanamkan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan agama kepada peserta didiknya. Disamping menjadi teladan yang baik bagi mereka dalam bertindak dan bergaul dimasyarakat. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan pada sekolah formal. Secara subtansial tujuan Pendidikan Agama Islam adalah mengasuh, membimbing, mendorong, mengusahakan, dan menumbuh kembangkan taqwa.94 Berangkat dari kesadaran akan tuntutan dan tantangan-tantangan tersebut, maka eksistensi Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) di Kota Salatiga sangat dibutuhkan oleh segenap guru Pendidikan Islam. Karena sebagai organisasi profesi guru, MGMP Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan mengembangkan
94
Nusa Putra dan Santi Lisna Wati, Penulisan Kualitatif Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 1.
54
kreativitas dan inovasi dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru PAI serta memperluas wawasan dan pengetahuan guru PAI dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
C. Kendala MGMP PAI dalam Pengembangan Kompetensi Profesi Guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga Serta Solusinya 1. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga antara lain : a. Kurangnya antusias dan semangat
para guru anggota PAI
SMA/SMK Kota Salatiga dalam mengikuti kegiatan MGMP. Kurangnya antusias ini dikarenakan kesibukan dan kerja masingmasing guru ditambah lagi sebagian dari mereka menganggap bahwa kegiatan MGMP kurang begitu bermanfaat karena hanya sebagai ajang ngobrol sesama guru PAI dan sebagai alasan untuk meninggalkan tugas mengajar di sekolah.95 Kendala inilah yang dirasa paling berat karena apabila dari awal tidak ada antusias dan semangat dari guru PAI untuk samasama memajukan MGMP maka Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) tidak mungkin akan dapat berjalan dengan baik.96 b. Keuangan yang minim dikarenakan terbatasnya sumber dana mengakibatkan terhambatnya kelancaran suatu program kegiatan. 95
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro, M.Pd Guru PAI SMK Negeri 1 Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 96 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
55
Suatu kegiatan tentunya akan berjalan dengan lancar apabila didukung dari berbagai pihak, baik itu berupa dukungan moral maupun materi. Akan tetapi yang sering terjadi suatu kegiatan terhambat bahkan seringkali mengalami kegagalan dikarenakan minimnya pendanaan. Hal yang sama juga dialami MGMP PAI di Kota Salatiga. Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan MGMP sangat terbatas, donatur tetap hanya datang dari pihak sekolah dan iuran pribadi masing-masing anggota, sedangkan dari pihak luar organisasi masih jarang.97 c. Stagnasi kepengurusan berakibat pada tidak adanya regenerasi pengurus dan pembaharuan program kerja. Kepengurusan organisasi MGMP PAI tingkat SMA/SMK Kota Salatiga dalam tiap periode masih dijabat oleh orang-orang yang sama, hal ini karenakan
masih banyak orang yang beranggapan
bahwa leadership (sikap dan jiwa kepemimpinan) itu tidak semua orang memiliki, sehingga menurut mereka hanya orang-orang tertentu yang pantas untuk menduduki posisi sebagai pengurus, selain itu sebagian guru mempunyai aktivitas di luar sekolah sehingga mereka keberatan jika dibebani menjadi pengurus MGMP PAI. Hal ini diperparah dengan kepengurusan MGMP yang hanya terdiri dari guru-guru SMK saja, tidak ada satupun guru SMA yang menjadi pengurus MGMP. Ini bermula dari tidak berjalannya
97
Hasil wawancara dengan Abdullah, M.PdI, sebagai sekretaris MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
56
MGMP SMA kemudian bergabung dengan MGMP SMK sehingga dalam perjalanan organisasi guru-guru PAI SMA merasa kurang mendapatkan tempat yag berujung pada kendornya semangat untuk aktif dalam kegiatan.98 d. Kurang pekanya para guru PAI terhadap pembaharuan kurikulum dan perkembangan media pembelajaran berbasis informasi teknologi (IT). Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bagi sebagian guru menjadi “momok” tersendiri. Karena di satu sisi dengan adanya perkembangan tersebut maka akan memudahkan transfer knowledge antara guru dengan siswanya akan tetapi disisi lain membawa tantangan-tantangan baru bagi guru PAI karena dengan perkembangan IPTEK yang semakin pesat sudah seharusnya seorang guru PAI juga dapat mengimbanginya yaitu dengan cara mengefektifkan
pembelajaran
multimedia
atau
yang
berbasis
informasi teknologi ( IT).99 e. Kurang perhatiannya kepala sekolah terhadap MGMP PAI Bagaimanapun perhatian seorang pemimpin kepada anak buahnya sangat berpengaruh dalam pelaksanaan kinerja. Demikian dengan kurangnya perhatian kepala sekolah terhadap kegiatan MGMP PAI menjadikan guru PAI enggan untuk mengikutinya. Ironisnya ada beberapa sekolah yang kepala sekolahnya tidak memperbolehkan 98
Hasil wawancara dengan Nur Munafiin, SThI. Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Rabu, 02 Maret 2016. 99 Hasil wawancara dengan Heru Mulyanto S.PdI. guru PAI SMK Negeri 2 Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016.
57
guru PAI mengikuti MGMP dengan alasan guru PAI tersebut tidak boleh meninggalkan tugas utamanya sebagai guru yaitu mengajar. f. Tidak adanya hari khusus MGMP PAI Selama ini setiap kali MGMP mengadakan kegiatan pertemuan rutin selalu pada jam efektif mengajar dikarenakan memang di Kota Salatiga untuk saat ini tidak ada hari khusus MGMP PAI. Hal ini berbeda pada periode sebelumnya yang mana dari Dinas Pendidikan dan para kepala sekolah menyetujui bahwa pada hari Senin merupakan hari MGMP PAI sehingga setiap hari Senin guru PAI tidak mempunyai jam mengajar. Kalaupun punya jam mengajar paling hanya dua atau tiga jam pada jam pelajaran awal sehingga guru PAI bisa mengikuti kegiatan MGMP. 2. Solusi dalam mengatasi kendala pelaksanaan kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga adalah: a.
Memberikan
bimbingan
dan
pengarahan
akan
pentingnya
mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) kepada guru-guru PAI SMA Kota Salatiga dengan meminta bantuan kepala sekolah, pengawas PAI maupun pengawas SMA/SMK.100 b.
Memperbanyak link atau jaringan luar seperti organisasi guru yang lain, perguruan tinggi, perusahaan, atau Dinas terkait untuk
100
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
58
mendukung setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP baik dari segi materi atau nonmateri.101 c.
Pergantian
pengurus
hendaknya
dengan
mempertimbangkan
pengalaman dan kompetensi seseorang, sehingga nantinya akan terjadi perkembangan yang berkelanjutan dalam organisasi. Dalam hal ini alangkah baiknya
jika kepengurusan MGMP
PAI
SMA/SMA Kota Salatiga juga melibatkan guru PAI SMA.102 d.
Meningkatkan kesadaran para guru PAI akan pentingnya “melek” teknologi sehingga pembelajaran yang dilakukan di sekolah tidak monoton dan sesuai dengan perkembangan zaman dan bisa membangkitkan
antusias
peserta
didik
dalam
mengikuti
pembelajaran. e.
Menjalin
komunikasi intensif dengan kepala
sekolah
serta
menyampaikan akan pentingnya kegiatan MGMP PAI demi peningkatan kompetensi profesional guru PAI yang akan berimbas pada peningkatan prestasi dan pembentukan akhlak mulia peserta didik.103 f.
Pengurus MGMP menetapkan jadwal/hari pertemuan secara berganti tidak selalu pada hari tertentu sehingga apabila guru PAI terpaksa meninggalkan jam pengajar, maka kelas yang ditinggal bukanlah kelas yang sama. Dengan demikian materi yang diajarkan
101
Hasil wawancara dengan Drs. Hadiyanto guru PAI SMA Negeri 3 Salatiga mantan Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016. 102 Hasil wawancara dengan Agus Waluyo guru PAI SMA Negeri 3 Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016. 103 Wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
59
oleh guru PAI di sekolahnya akan berimbang dari satu kelas dengan kelas yang lain. selain itu waktu kegiatan pun diusahakan pada jam-jam akhir bukan pada awal pelajaran.104
D. Peran MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam Supervisi Akademik Bagi Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI a. Kondisi (Kualitas dan Profesionalisme) Guru PAI Sebelum Mengikuti MGMP dan Indikator Peningkatan Profesionalisme Guru PAI Kondisi (Kualitas dan Profesionalisme) Guru PAI Sebelum Mengikuti MGMP Kualitas dan Profesionalisme Guru PAI SMA di Kota Salatiga Sebelum mereka mengikuti kegiatan MGMP secara aktif dapat dilihat dari kondisi sebagai berikut: Pertama, tidak sedikit para guru yang lebih senang melaksanakan tugas sebagaimana yang biasa dilakukannya dari waktu ke waktu seperti membuat Prota, Promes dan RPP hanya sekedar copy paste milik teman dan cara mengajarnya hanya menggunakan metode ceramah
(inovasi
dalam
pembelajaran
kurang).
Keadaan
ini
menunjukkan kecenderungan tingkah laku guru PAI yang lebih mengarah pada cara-cara yang biasa dilakukannya dalam melaksanakan tugas (bersifat konservatif).105 Kedua, kurang adanya motivasi untuk selalu meningkatkan kinerja diri atau profesionalisme terbukti mereka enggan untuk membuat
104
Wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa M.Pd. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga sebagai Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016. 105 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
60
karya ilmiah baik berupa melakukan penelitian ataupun menulis (mengirimkan) artikel tentang pendidikan di media massa.106 Ketiga, minimnya pengetahuan dan wawasan guru PAI tentang info atau berita terbaru dunia pendidikan (isu-isu edukatif) karena kengganan mereka membaca buku maupun mengikuti seminar.107 Keempat, kurangnya kreativitas dan skill (keahlian) guru PAI dalam mengembangkan materi pelajaran, mereka hanya terpacu pada materi yang ada pada buku pelajaran sehingga tanpa disadari materi yang diajarkan kadang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman.108 Kelima, masih banyaknya guru PAI di lapangan yang belum melengkapi administrasi pembelajaran dan sebagian para guru PAI terkadang masih menggantungkan silabus yang dibuat oleh tim MGMP.109 Keenam, sebagian para guru PAI belum bisa menerima perubahan dalam pembelajaran, misalnya dalam hal penguasaan teknologi dan informasi mereka belum mampu menggunakan IT sebagai media untuk pembelajaran padahal dengan menggunakan IT proses pembelajaran akan lebih menarik minat siswa.110
106
Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016 107 Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 108 Hasil wawancara dengan Nur Munafiin, SThI. Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Rabu, 02 Maret 2016. 109 Hasil wawancara dengan Nur Hadi S.Ag. guru PAI SMA Muhammadiyah Salatiga pada hari Kamis, 17 Maret 2016. 110 Hasil wawancara dengan Heru Mulyanto S.PdI. guru PAI SMK Negeri 2 Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016.
61
b. Indikator peningkatan profesionalisme guru PAI setelah mengikuti kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga Adanya peningkatan profesionalisme guru PAI SMA di Kota Salatiga setelah mereka bergabung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan MGMP dapat dilihat dari kondisi sebagai berikut: Pertama, Tumbuhnya kemampuan
para
guru
PAI untuk selalu membenahi kinerjanya
sebagai seorang guru dengan mengikuti perubahan-perubahan positif yang ada mulai dari kesadaranakan tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh guru PAI.111 Kedua, guru PAI termotivasi untuk menjadi lebih baik dalam segala hal yang bersifat personal maupun sosial yang dikarenan banyak bersinggungan dengan orang lain (sesama guru PAI dan para pengawas PAI) sehingga dengan seringnya berinteraksi dan berdiskusi menjadikan wawasan menjadi bertambah.112 Ketiga, para guru PAI mengetahui berita atau isu-isu terbaru tentang dunia pendidikan karena MGMP adalah sebagai mediator dari Dinas
Pendidikan
dan
Kemenag
dalam
penyampaian
kebijakan
pendidikan, perubahan kurikulum, dan isu-isu kebijakan pendidikan lainnya. Keempat, dengan adanya training dan penataran maka kreativitas dan skill guru PAI akan semakin tumbuh dan terasah. Dengan demikian,
111
Hasil wawancara dengan Nur Hadi S.Ag. guru PAI SMA Muhammadiyah Salatiga pada hari Kamis, 17 Maret 2016. 112 Hasil wawancara dengan Heru Mulyanto S.PdI. guru PAI SMK Negeri 2 Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016
62
memungkinkan terwujudnya ide-ide terbaru daam upaya peningkatan kompetensi profesional secara bertahap dan terus-menerus.113 Kelima, guru PAI menjadi lebih mahir dan terampil dalam membuat
perangkat
pembelajaran
seperti:
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP), portofolio, program semester (Promes), dan program tahunan (Prota) setelah mengikuti MGMP setelah aktif mengikuti kegiatan MGMP. Keenam,
adanya
kesadaran dan keinginan untuk
dapat
menggunakan media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi sehingga selain menguasai mata pelajaran, guru PAI juga tidak gaptek (gagap teknologi).114 1. Peran MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam pengembangan kompetensi profesional guru PAI Eksistensi suatu organisasi akan diakui apabila organisasi tersebut telah menjalankan perannya dengan baik. Hal itu kemudian membawa implikasi positif bagi para anggotanya dan juga instansi atau masyarakat lain pada umumnya. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru PAI SMA maka MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga telah menjalankan perannya, antara lain: a. Dalam Peningkatan Efektifitas Pembelajaran 1) Membahas dan memilih metode PAI yang efektif dan efisien 113
Hasil wawancara dengan Nur Hadi S.Ag. guru PAI SMA Muhammadiyah Salatiga pada hari Kamis, 17 Maret 2016. 114 Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Seasa, 08 Maret 2016.
63
Dalam kegiatan ini para guru PAI biasanya mengawali dengan sharing pengalaman mengenai kegiatan belajar-mengajar yang mereka lakukan sehari-hari. Dari sini kemudian ditemukan metode yang dirasakan kurang efektif dan efisien dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sebagai contoh penggunaan metode ceramah oleh sebagian para guru PAI dirasa kurang menyentuh aspek afektif dan psikomotorik para siswa sehingga perlu dikombinasikan demonstrasi,
dengan atau
metode
dengan
lain
seperti
penggunaan
tanya
multimedia
jawab, sebagai
pendukung proses pembelajaran. Kegiatan ini akan memberi manfaat kepada guru PAI dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah.115 2) Pembahasan tentang pendalaman dan pengembangan materi PAI Menurut guru-guru PAI yang tergabung dalam MGMP, materi Pendidikan
Agama
Islam
tingkat
SMA/SMK
yang
telah
direkomendasikan oleh Kemenag dan Dinas Pendidikan Nasional kurang luas dan mendalam. Sehingga melalui MGMP ini para guru PAI
bersama-sama
membahas
tentang
pendalaman
dan
pengembangan materi. Sebelumnya pengurus membagi anggotanya menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkatan kelas yang mereka ajar, kemudian setiap kelompok tersebut membahas tentang materi dan pengembangannya, akan tetapi masih mengacu pada
115
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
64
silabus yang ada sehingga nantinya tidak akan keluar dari koridor standar kurikulum.116 3) Menentukan dan menetapkan cara-cara evaluasi PAI Evaluasi merupakan cara untuk mengukur hasil belajar siswa. Dalam kegiatan MGMP PAI ini selain membahas tentang materi dan metode biasanya juga dibahas tentang cara evaluasi. Hal ini diawali dengan mengukur sejauh mana efektifitas penggunaan alat penilaian yang digunakan oleh masing-masing guru PAI dalam proses belajarmengajar di sekolah. Kemudian apabila ada sebagian guru yang merasa kesulitan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa
maka
kemudian para guru PAI tersebut memilih cara yang paling tepat untuk mengevaluasi siswa dalam pembelajaran PAI. 117 4) Mewajibkan setiap anggota MGMP (guru PAI SMA) untuk membuat dan menyerahkan perangkat pembelajaran yang telah dibuatnya seperti: silabus, program tahunan (Prota), program semester (Promes), rencana pelaksanaan pengajaran (RPP), dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Dengan menyerahkan segala administrasi tersebut secara otomatis guru PAI telah menyelesaikan tugas administrasinya. Dari berbagai administrasi yang telah dikumpulkan tersebut diadakan penyempurnaan
116
Hasil wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa M.PdI. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga sebagai Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016. 117 Hasil wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa M.PdI. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga sebagai Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016.
65
secara bersama-sama sehingga menghasilkan administrasi yang lebih baik. 118
b. Dalam Peningkatan Kreativitas dan Skill (Keahlian) Guru PAI Untuk peningkatan Kreativitas dan skill guru PAI usaha yang dilakukan oleh MGMP adalah sebagai berikut:119 1) Mengadakan pelatihan-pelatihan penggunaan metode atau perangkat pembelajaran. Pelatihan dilakukan karena biasanya guru Pendidikan Agama Islam cenderung menerapkan metode pembelajaran yang monoton atau kurang berfariasi sehingga pada akhirnya akan berdampak pada pengetahuan, pemahaman dan penghayatan agama oleh siswa terbatas. 2) Menyusun bahan ajar untuk siswa dalam bentuk modul yang berisi rangkuman materi, tugas-tugas, evaluasi, dan kegiatan yang harus dikerjakan oleh siswa. Dalam pembuatan modul ini biasanya dibagi berdasarkan tingkat kelas yang mereka ajar, Kemudian masingmasing kelompok guru dari mulai kelas X sampai XII diberi tugas untuk menyusun modul yang disesuaikan dengan materi atau buku pedoman pengajaran. Setelah selesai kemudian dicetak. Selanjutnya modul ini disebarkan kepada semua guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga.
118
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga sebagai Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 119 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro, M.Pd. sebagai ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
66
3) Menyusun kisi-kisi soal ujian dan semester Dalam penyusunan kisi-kisi soal, mula-mula semua guru diberi tugas untuk membuat butir-butir soal kemudian setelah semua soal tersebut terkumpul pengurus MGMP menyeleksi soal-soal yang dirasa tepat dan akurat selanjutnya dijadikan soal untuk ujian semester. Setiap guru PAI anggota MGMP dibebani tugas untuk membuat kisi-kisi soal ujian menjelang pelaksanaan ujian semester. 4) Membahas dan mengkaji buku PAI (pokok, pelengkap, pedoman, buku bacaan) Adanya perkembangan zaman dan kurikulum pendidikan menuntut perkembangan dan penyesuaian materi ajar untuk siswa. Hal ini dilakukan agar materi yang disampaikan oleh guru PAI selalu up to date. Oleh karena itu MGMP dalam satu kesempatan selalu menyempatkan untuk membahas dan mengkaji buku-buku PAI. c. Dalam Peningkatan Pengetahuan dan Wawasan Pendidikan Agama Islam 1) Mengadakan In House Training (IHT) Kegiatan ini berupa sosialisasi kurikulum baru, pengembangan kurikulum, metode dan lain-lain. Menurut Drs. Untoro, M.Pd selaku ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga IHT yang pernah dilaksanakan selama kepengurusannya yaitu mengenai sosialisasi K13 serta perangkat pembelajarannya.120
120
Hasil wawancara dengan Heru Mulyanto S.PdI. guru PAI SMK Negeri 2 Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016
67
2) Mengadakan bedah buku dan seminar Kegiatan semacam ini dilakukan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, dan Kemenag yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan guru PAI. Adapun seminar yang pernah diselenggarakan oleh MGMP PAI Kota Salatiga antara lain pada bulan
Februari
2015
mengenai
kebijakan
DITPAIS
dalam
pengembangan Pendidikan Agama Islam pada sekolah tentang sertifikasi guru. 3) Mengidentifikasi masalah dan cara memecahkan masalah yang ditemui dalam proses belajar mengajar Setiap guru PAI mempunyai masalah yang berbeda-beda. Ada guru PAI yang bermasalah saat mengajarkan mawaris yang dikarenakan guru tersebut punya kelemahan dalam berhitung, ada pula yang bermasalah saat mengaajar SKI karena guru tersebut tidak pandai bercerita dan masih banyak masalah yang lain. dari berbagai masalah yang ada diidentivikasi bersama-sama kemudian dicari solusinya agar guru yang mempunyai masalah dalam mengajar mendapatkan solusinya.121 4) Menentukan cara pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan PAI di sekolah Setelah membahas tentang problematika dalam kegiatan belajarmengajar, pengurus MGMP PAI juga mengadakan diskusi untuk
121
Hasil wawancara dengan Heru Mulyanto S.PdI. guru PAI SMK Negeri 2 Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016
68
menentukan cara bimbingan dan penyuluhan. Sebelumnya salah satu pengurus dipilih untuk memimpin jalannya diskusi tersebut. Kemudian
para
anggota
saling
mengajukan
pendapat
dan
argumennya mengenai cara seorang guru dalam melakukan bimbingan konseling yang baik. Dari diskusi tersebut akhirnya diperoleh alternatif cara seorang guru untuk menjadi konselor yang mempunyai tugas membimbing dan memberi penyuluhan tentang ajaran agama Islam kepada siswanya.122 Eksistensi MGMP PAI merupakan wadah untuk memperoleh informasi dan pengalaman yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun peran MGMP PAI menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah untuk: a. Menjadi forum konsultasi antara sesama Guru Pendidikan Agama Islam. b. Meningkatkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab sebagai pendidik agama Islam yang bertujuan menanamkan keimanan (Tauhid) dan ketaqwaan terhadap Allah swt. c. Menumbuhkan kegairahan Guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Pendidikan Agama Islam. d. Memeratakan kemampuan dan kemahiran Guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar termasuk
122
Hasil wawancara dengan Heru Mulyanto S.PdI. guru PAI SMK Negeri 2 Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016
69
penguasaan
berbagai
metode
belajar
mengajar
sehingga
dapat
menunjang usaha peningkatan pemerataan mutu Pendidikan Agama Islam. e. Menampung segala permasalahan yang dialami oleh GPAI dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan bertukar pikiran serta mencari cara penyelesaiannya sesuai dengan karakteristik pelajaran PAI, Sekolah dan Lingkungan. f. Membantu GPAI dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan KBM PAI. g. Membantu GPAI memperoleh informasi tehnis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan PAI, kebijaksanaan kurikuler PAI dan mata pelajaran yang bersangkutan. h. Membantu GPAI untuk bekerjasama dalam meningkatkan kegiatankegiatan intra dan ekstra kurikuler PAI. i.
Memperluas wawasan dan saling tukar menukar informasi dan pengalaman dalam rangka mengikuti pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan metode/teknik mengajar PAI. 123 Mengacu pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tentang
peran MGMP di atas, maka Peranan MGMP Pendidikan Agama Islam di Kota Salatiga dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI sesuai datadata yang ada di lapangan dapat dilihat dari komitmen organisasi tersebut sebagai wadah kegiatan profesional untuk membina hubungan kerjasama 123
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) pada SLTP dan SLTA, Jakarta: Dikdasmen, 1994, 14-15.
70
secara koordinatif dan fungsional antara sesama guru Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya direalisasikan dalam bentuk kegiatan riil seperti pembahasan mengenai pengembangan kurikulum, proses pembelajaran (yang meliputi: persiapan mengajar, media pembelajaran, evaluasi) dan yang lebih penting lagi yaitu mengusahakan terjadinya sharing experience (berbagi pengalaman) di antara para guru PAI. Jika seorang guru menghadapi masalah atau persoalan yang berkenaan dengan tugasnya dan tidak dapat diselesaikan sendiri, ia dapat bertanya dan berdiskusi dengan guru lain. Begitu juga sebaliknya, jika seorang guru berhasil dalam mendidik siswanya, ia dapat berbagi pengalaman dengan guru lainnya. Kegiatan lain yang diselenggarakan oleh MGMP adalah mengadakan seminar dan bedah buku, hal ini terkait dengan peran MGMP PAI SMA di Kota Salatiga sebagai organisasi yang selalu berupaya untuk menambah wawasan dan kompetensi anggotanya yaitu guru Pendidikan Agama Islam.124 Dari berbagai usaha dan kegiatan yang telah diselenggarakan oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (MGMP PAI) untuk meningkatkan profesionalisme guru PAI, maka peran yang dijalankan oleh MGMP PAI tingkat SMA/SMK di Kota Salatiga tergolong cukup baik karena dengan bergabung dalam wadah MGMP, para guru PAI telah menunjukkan ciri-ciri sebagai guru professional, yaitu adanya komitmen pada pekerjaannya dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri,
124
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga sebagai Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
71
guru menguasai secara mendalam bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya serta menguasai cara mengajarnya kepada siswa, guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan dapat belajar dari pengalaman dirinya maupun orang lain.125 Kemudian yang lebih penting lagi yaitu guru memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas, memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Tentunya akan sangat disayangkan apabila MGMP PAI masih dipandang sebelah mata mengingat perannya yang signifikan dalam meningkatkan profesionalisme guru.
Dalam perjalanannya organisasi
MGMP PAI memerlukan dukungan dan bantuan dari berbagai instansi dan lembaga terkait seperti: Dinas Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Agama Islam, lembaga penjamin mutu pendidikan (LPMP), institusi sekolah, dan stakeholder lainnya. Karena tanpa dukungan dan bantuan dari semua elemen masyarakat peran MGMP PAI ini tidak akan berjalan baik dan lancar.
125
Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
72
BAB IV PERAN SUPERVISOR DALAM SUPERVISI AKADEMIK BAGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PAI SMA/SMK KOTA SALATIGA
A. Kegiatan Supervisor Menurut Kholis selaku Kasi PAKIS Kemenag Kota Salatiga, jumlah supervisor PAI di kantor Kementrian Agama Kota Salatiga ada lima orang. Dari kelima orang tersebut terdapat dua orang yang berstatus sebagai pengawas PAI SMA/SMK yaitu Drs. Wahid Hasyim, M.Pd.I. dan Drs. Taqwim. Pengawas yang pertama (Drs. Wahid Hasyim, M.Pd.I.) adalah pengawas senior, Drs. Wahid Hasyim, M.Pd.I. merupakan ketua Pokjawas. Sedangkan Drs. Taqwim adalah pengawas baru. Drs. Taqwim menjadi pengawas PAI selama dua tahun.126 Seberapa jauh peran supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga (Drs. Wahid Hasyim, M.Pd.I. dan Drs. Taqwim) dalam supervisi akademik bagi pengembangan kompetensi tentunya bisa dilihat dari apa kegiatan yang telah direncanakan, dilaksanakan serta dievaluasi oleh kedua supervisor tersebut dan bagaimana supervisor dalam melaksanakan kegiatannya sebagai wujud nyata atas tanggung jawabnya sebagai seorang supervisor.
126
Hasil wawancara dengan Nur Kholis Kasi PAKIS Kemenag Salatiga pada hari Rabu, 02 Maret 2016.
73
Kegiatan supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga terdiri dari kegiatan rutin harian, kegiatan rutin bulanan dan kegiatan rutin tahunan. 127 1. Kegiatan Rutin Harian Kegiatan rutin harian yang selalu dilakukan oleh pengawas/supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga adalah: pertama, mengisi daftar hadir kemudian mengikuti apel pagi yang dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB di halaman kantor Kemenag Kota Salatiga bersama dengan karyawan Kementrian Agama Kota Salatiga yang lain. Apel ini berlangsung kurang lebih selama 45 (empat puluh lima) menit. Dalam apel pagi ada informasi maupun himbauan yang disampaikan oleh Kepala Kemenag ataupun pembina apel. Kedua, pada jam 08.00 WIB supervisor membuat atau mengisi rencana kegiatan harian yang diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Kemenag Kota Salatiga sebagai bentuk pengesahan. Ketiga, pada jam 09.00 WIB melaksanakan kunjungan ke sekolah-sekolah (SMP dan SMK Islam Sudirman Salatiga) untuk melakukan observasi, bimbingan maupun penilaian individual guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga yang mencakup masalah administrasi pembelajaran, penguasaan materi dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAI. Pelaksanaan observasi tersebut dengan cara menemui guru PAI di kantor guru kemudian memeriksa administrasi pembelajaran, melihat dan mengamati cara guru mengajar di kelas kemudian merefleksikan dan mengavaluasi proses KBM yang baru saja dilaksanakan. Ketiga,
127
Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016.
74
mengikuti apel sore. Apel sore dilaksanakan pada pukul 03.00 WIB sampai selesai, pelaksanaan apel sore berlangsung selama 30 menit, kemudian mengisi daftar hadir lalu pulang.128 Supervisor dalam melaksanakan tugas supervisinya melakukan observasi dan pemeriksaan perangkat administrasi mencakup dua puluh tujuh item yang harus dimiliki oleh guru.129 Menurut Hasyim selaku Pengawas PAI SMA/SMK Kota Salatiga kedua puluh tujuh item tersebut adalah: 1) Silabus Jika mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP) setiap guru diharuskan
membuat/menyusun
kurikulum.
Sedangkan
untuk
Kurikulum 2013 guru tidak perlu membuat silabus karena silabus telah disusun dari pusat. Keawajiban guru hanyalah memilikinya sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran.130 2) Kalender Pendidikan Setiap guru diwajibkan mempunyai kalender pendidikaan. Kalender pendidikan dibuat/disusun oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga kemudian disebarkan ke seluruh sekolah di Kota Salatiga dan setiap guru menggandakan kalender pendidikan tersebut.
128
Hasil observasi dengan Drs, Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 129 Hasil wancara dengan Drs. Wahid Hasyim Pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari 130 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
75
3) Program Tahunan Program tahunan merupakan rancangan program yang dibuat oleh guru pada awal semester berisi tentang program-program yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun. Dalam pembuatan program tahunan tentunya tidak lepas dari kelender pendidikan yang ada dan menjadikan kalender pendidikan sebagai acuannya. 4) Program Semester Guru membuat dua program semester dalam satu tahun (semester gasal dan semester genap). Program semester merupakan turunan dari program tahunan, jika program tahunan sifatnya masih global maka program semester lebih terperinci.131 5) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan guru dalam mengajar sehari-hari. Sehingga dalam proses mengajar guru harus mengacu pada RPP. Dengan adanya RPP menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi runtut. Materi tidak melebar kemana-mana, peserta didik dapat terkondisikan dengan baik karena adanya metode pembelajaran yang sesuai dan waktu pembelajaran tidak akan terasa terlalu panjang ataupun terasa pendek (guru bisa mengajar tepat waktu).132
131
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 132 Hasil wawancara dengan Drs. Hadiyanto guru PAI SMA Negeri 3 Salatiga mantan Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016.
76
6) Rencana Pelaksanaan Harian Rencana Pelaksanaan Harian (RPH) mempunyai kemiripan dengan RPP. Hanya saja kalau satu RPP bisa untuk dua sampai tiga pertemuan sedangkan RPH dalam satu hari satu pertemuan.133 7) Buku Pelaksanaan Harian/Bulanan Buku pelaksanaan harian merupakan catatan terhadap apa yang telah dilaksanakan dalam setiap hari yaitu saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ada kalanya pelaksanaan harian sesuai dengan RPH maupun RPP tapi ada kalanya berbeda dengan RPH atau RPP. Hal ini dikarenakan situasi dan kondisi yang ada di lapangan (kelas). 134 8) Presensi siswa Presensi siswa merupakan buku yang berfungsi untuk mengecek kehadiran siswa. Dari presensi siswa seorang guru bisa mengetahui tingkat kehadiiran siswa yang akan membantu guru dalam menyesuaikan tindakan yang sifatnya personal kepada peserta didik.135 9) Catatan Hambatan Belajar Siswa Setiap peserta didik tentunya mempunyai permasalahan yang berbeda-beda dalam mengikuti pelajaran PAI. Ada di antara peserta didik yang mempunyai masalah dengan materi al-Qur’an dan Hadis, ada yang bermasalah dengan materi fiqih ada juga peserta didik yang 133
Hasil wawancara dengan Drs. Hadiyanto guru PAI SMA Negeri 3 Salatiga mantan Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016. 134 Hasil wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa, M.PdI. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016. 135 Hasil wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa, M.PdI. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016.
77
mempunyai masalah dengan cara guru mengajar. Semua masalahmasalah yang dihadapi oleh peserta didik hendaknya guru bisa mengetahuinya karena dengan mengetahui masalah-masalah tersebut guru dapat menyikapinya dengan bijak dan menerapkan metode pembelajaran yang dirasa paling tepat/sesuai bagi peserta didik. 136 10) Buku Pegangan Guru dan Siswa Setiap guru hendaknya mempunyai buku pegangan guru dan buku pegangan siswa. Dengan mempunyai buku pegangan guru dan buku pegangan siswa seorang guru dapat mengkolaborasikan materi yang ada sekaligus mengecek apakah materi yang ada di buku tersebut telah sesuai atau belum karena dikawatirkan ada materi yang bertolak belakang sehingga guru mampu mengklarifikasi hal tersebut di depan peserta didik.137 11) Analisis Kriteria Ketuntasan Minimal Analisis Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dibuat oleh guru pada awal tahun pelajaran. Dengan KKM tersebut guru memberi batasan minimal nilai yang harus dicapai oleh peserta didik. Jika peserta didik belum mampu mencapai KKM, maka diadakan remidi agar KKM dapat tercapai.138
136
Hasil wawancara dengan Agus Waluyo, S.PdI Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga Pada hari Senin, 07 Maret 2016. 137 Hasil wawancara dengan Agus Waluyo, S.PdI Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga Pada hari Senin, 07 Maret 2016. 138 Hasil wawancara dengan Durrotur Rosyidah Guru PAI SMK Darmo Lestari pada hari Selasa, 08 Maret 2016.
78
12) Kisi-kisi Soal Kisi-kisi soal dibuat oleh guru dengan tujuan peserta didik mengetahui
gambaran
umum
soal-soal
ulangan
yang
akan
dikerjakannya sehingga peserta didik dalam belajar bisa fakus pada materi tertentu.139 13) Soal-soal Ulangan Untuk mengadakan evaluasi ataupun ulangan baik ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan akhir semester tentunya guru harus membuat soal-soal ulangan. Soal-soal ulangan tersebut disesuaikan dengan materi pelajaran yang sudah diajarkan. Bentuk soal bisa berupa tes tertulis maupun tes lisan. 140 14) Buku Informasi Penilaian Buku informasi penilaian berguna untuk memberikan informasi kepada peserta didik, wali kelas dan wali murid akan nilai-nilai ulangan yang telah dikerjakan siswa. Dengan demikian jika ada nilai siswa yang dirasa tidak sesuai, siswa, wali kelas maupun wali murid bisa meminta klarifikasi kepada guru mapel.141 15) Analisis Butir Soal Dengan menganalisis tingkat kesulitan soal akan menghindari dari jebloknya hasil ulangan siswa karena mereka kesulitan dalam mengerjakan soal, bisa juga menghindari dari terlalu cepatnya siswa 139
Hasil wawancara dengan Durrotur Rosyidah Guru PAI SMK Darmo Lestari pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 140 Hasil wawancara dengan Nur Munafiin, SThI. Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Rabu, 02 Maret 2016. 141 Hasil wawancara dengan Heru Mulyanto S.PdI. guru PAI SMK Negeri 2 Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016.
79
dalam mengerjakan soal dikarenakan bagi siswa soal terlalu mudah untuk dikerjakan.142 16) Analisis Hasil Ulangan Setelah mengadakan ulangan tentunya perlu adanya analisis hasil ulangan agar ulangan di waktu yang akan datang bisa lebih baik lagi, baik dari hasil ulangan maupun proses pelaksanaan ulangan.143 17) Program Remedial Program remedial ini diperuntukkan bagi peserta didik yang nilanya belum tuntas (belum mencapai KKM). Dengan adanya program remidial diharapkan pemahaman siswa terhadap materi yang dirasa sulit bisa bertambah yang nantinya ketika mengerjakan soal ulangan mampu mendapatkan nilai yang lebih baik (mencapai KKM)144 18) Program Pengayaan Program pengayaan diperuntukkan bagi peserta didik yang dianggap telah benar-menar menguasai materi pelajaran dengan baik sehingga ketika hanya mempelajari materi pelajaran yang sama dengan temantemannya justru akan membuat mereka bosan karena merasa tidak mendapatkan tambahan ilmu. Oleh karena itu dengan adanya
142
Hasil wawancara dengan Heru Mulyanto S.PdI. guru PAI SMK Negeri 2 Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016. 143 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 144 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
80
program pengayaan mampu mengakomodir para siswa yang menginginkan mendapat tambahan ilmu.145 19) Daftar Pengembalian Hasil Ulangan Daftar pengembalian hasil ulangan pada dasarnya hanya sebagai alat penertiban administrasi. Dengan adanya daftar ini guru dapat mengecek apakah hasil ulangan telah dikembalikan kepada siswa atau belum.146 20) Buku Ulangan Bergilir Guru membuat/memiliki buku ulangan bergilir yang digunakan siswa dalam mengerjakan ulangan secara bergilir. Dengan adanya buku ulangan bergilir hasil ulangan siswa dapat terarsipkan dengan baik.147 21) Daftar Nilai Setiap guru tentu harus mempunyai daftar nilai siswa sesuai kelas masing-masing yang mempermudah guru untuk menganalisa nilai tersebut sekaligus sebagai acuan dalam penilaian di buku raport. 148 22) Laporan Penilaian Akhlak Mulia Salah satu penilaian yang harus dimiliki oleh guru selain aspek kognitif dan psikomotorik adalah aspek afektif. Dengan adanya laporan penilaian akhlak mulia menjadikan guru bisa menilai aspek 145
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 146 Hasil wawancara dengan Drs. Hadiyanto guru PAI SMA Negeri 3 Salatiga mantan Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016. 147 Hasil wawancara dengan Drs. Hadiyanto guru PAI SMA Negeri 3 Salatiga mantan Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Kamis, 03 Maret 2016. 148 Hasil wawancara dengan Agus Waluyo guru PAI SMA Negeri 3 Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016.
81
afektif tersebut dengan baik sesuai pada catatan tingkah laku peserta didik dalam kesehariannya.149 23) Buku Tugas Terstuktur Buku tugas struktur berfungsi sebagai alat untuk memantau peserta didik dalam mengerjakan tugasnya. Sehingga dengan adanya buku ini guru mampu memberi penilaian secara obyektif. 150 24) Buku Tugas Mandiri Buku tugas mandiri berfungsi untuk memantau peserta didik adalam melaksanakan tugas-tugas mandirinya sehingga dengan buku ini perkembangan pendidikan siswa dapat diketahui oleh guru dengan baik.151 25) SK Pembagian Tugas SK pembagian tugas dibuat oleh kepala sekolah dan setiap guru harus memilikinya sebagai bukti fisik bahwa guru tersebut benarbenar mengajar di sekolah.152 26) Buku Kemajuan Kelas Dengan mempunyai buku kemajuan kelas seorang guru bisa mengetahui perkembangan proses pembelajaran di kelas tersebut, mulai dari materi yang diajarkan, antusiasme peserta didik dalam mengikuti pelajaran dan kendala yang dihadapi saat mengajar di 149
Hasil wawancara dengan Nur Hadi S.Ag. guru PAI SMA Muhammadiyah Salatiga pada hari Kamis, 17 Maret 2016. 150 Hasil wawancara dengan Nur Hadi S.Ag. guru PAI SMA Muhammadiyah Salatiga pada hari Kamis, 17 Maret 2016. 151 Hasil wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa M.PdI. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga sebagai Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016. 152 Hasil wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa M.PdI. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga sebagai Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016.
82
kelas sehingga guru mampu menerapkan metode yang tepat dalam mengajar.153 27) Jadwal Mengajar Jadwal pelajaran tidak dibuat oleh guru, melainkan oleh bidang kurikulum
pada
satuan
pendidikan
tertentu.
Guru
hanya
melaksanakan pembelajaran sesuai jadwal yang telah ada. Dengan adanya
jadwal
pembelajaran
memudahkan
supervisor
untuk
menentukan pelaksanaan kunjungan kelas.154 Selain supervisor memeriksa kelengkapan administrasi guru, supervisor juga melaksanakan penilaian kinerja guru. Adapun indikator dari kinerja guru adalah sebagai berikut: pertama, guru memetakan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), mengidentifikasi materi pembelajaran, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai waktunya. Kedua, guru menyertakan informasi yang tepat dan mutakhir dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, guru menyusun materi, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta membantu peserta didik memahami konsep pembelajaran. Keempat, guru melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap dan didukung contoh pengalaman diri sendiri.
Kelima,
guru memiliki jurnal
pembelajaran, catatan masukan dari kolega atau hasil penilaian proses pembelajaran
sebagai
hasil
pembelajarannya.
Keenam,
guru
memanfaatkan hasil kinerjanya untuk merencanakan dan melaksanakan 153
Hasil wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa M.PdI. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga sebagai Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016. 154 Hasil wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa M.PdI. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga sebagai Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016.
83
pembelajaran selanjutnya dalam program Pengembangan Keprofesian Berklelanjutan (PKB). Ketujuh, guru dapat mengaplikasikan pengalaman PKB dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran dan tindak lanjut. Kedelapan, guru melakukan penelitian, pengembangan inovatif, mengikuti kegiatan ilmiah dan aktif melaksanakan PKB. Kesembilan, Guru dapat memanfaatkan TIK dalam berkomunikasi dan pelaksaan PKB155 2. Kegiatan Rutin Bulanan Kegiatan rutin bulanan yang dilakukan oleh supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga adalah menghadiri pertemuan rutin MGMP yang telah diagendakan oleh pengurus MGMP. Dalam pertemuan rutin bulanan MGMP ini supervisor bertugas memberikan informasi tentang dunia pendidikan sekaligus memberikan tambahan wawasan kepada guru PAI. Selain itu pengawas memberi motivasi kepada guru PAI untuk senantiasa melaksanakan segala tugas dengan sebaik mungkin. 156 Dalam menghadiri pertemuan rutin bulanan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga sebagai bentuk pelaksnaan kegiatan rutin bulanan, ada kalanya semua supervisor PAI dapat menghadirinya, namun terkadang hanya seorang supervisor jasa yang bisa hadir
155
Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 156 Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016.
84
dikarenakan adanya agenda yang bersamaan yang harus dihadiri oleh supervisor.157 3. Kegiatan Rutin Tahunan Kegiatan rutin selanjutnya adalah kegiatan rutin tahunan. Dalam kegiatan rutin tahunan ini paling tidak ada dua kegiatan yang harus dilakukan oleh supervisor PAI SMA/SMK yaitu membuat perencanaan program selama satu tahun dan melakukan evaluasi program kerja. Selain dari ketiga kegiatan rutin tersebut ada kegiatan yang sifatnya insidental yaitu apabila supervisor mendapat tugas untuk mengikuti diklat ataupun mendapat tugas menjadi pemateri dalam sebuah seminar yang waktunya tidak dapat diprediksi oleh supervisor. 158 Ada juga kegiatan insedental yang terjadi karena adanya informasi penting dari Kemenag yang harus segera disosialisasikan sekaligus ditindak lanjuti kepada dan oleh guru PAI. 159
157
Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 158 Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 159 Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016.
85
B. Pendekatan Supervisor Dalam melakukan pendekatan kepada guru PAI supervisor tidak hanya menggunakan satu pendekataan saja, akan tetapi kombinasi dari berbagai pendekatan (direktif dan non direktif). Dari sini, diketahui bahwa terdapat fleksibilitas dalam melaksanakan supervisi.160 Terdapat pola hubungan yang masih canggung antara supervisor dan guru dalam pelaksanaan supervisi akademik. Pengawas saat mengadakan kunjungan ke sekolah/kelas untuk melakukan pengawasan, bimbingan dan penilaian terkesan sebagai atasan yang memeriksa mengamati dan menilai bawahan. Hal ini berdampak pada terciptanya suasana kurang harmonis antara supervisor dan guru.161 Salah satu tugas supervisor guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga adalah mengembangkan
kompetensi
profesional
guru.
Usaha
pengembangan
kompetensi guru tersebut telah dilaksanakan supervisor dengan teknik individu dan kelompok. Teknik individu dapat dicontohkan supervisor dengan kunjungan atau observasi kelas dan percakapan pribadi. Sedangkan untuk teknik kelompok berupa diskusi, seminar, rapat yang dijembatani oleh MGMP.162 Di SMA/SMK Kota Salatiga kegiatan supervisi yang telah dilakukan oleh supervisor selaku pengawas adalah observasi kelas dan percakapan individual (individual conference), rapat guru dan pendampingan terhadap guru dengan memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap kinerja guru terutama 160
Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 161 Hasil wawancara dengan Drs. Jaka Rebawa M.PdI. guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga sebagai Ketua MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016. 162 Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016.
86
dalam menyusun rencana pembelajaran, menyusun tes dan melaksanakan proses pembelajaran yang berbasis IT.163 Bentuk batuan dan pengawasan yang dilakukan supervisor kepada guru PAI adalah mengawasi dan membimbing guru dalam menyusun persiapan mengajar, mengawasi ketertiban administrasi guru PAI dengan memberikan lembaran evaluasi bulanan maupun tahunan. Selain itu supervisor juga melakukan koordinasi dengan kepala sekolah tentang kinerja guru PAI. 164 Dalam melaksanakan supervisi akademik pengawas PAI menerapkan metode reward dan punishtment. Reward diberikan kepada guru PAI yang berprestasi atau guru PAI yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik berupa ucapan selamat atau pujian. Sedangkan punishment diberikan kepada guru PAI yang dianggap belum melaksanakan tugasnya dengan baik. Punishment yang diterapkan oleh pengawas PAI biasanya dengan memanggil guru PAI yang bersangkutan untuk menghadap ke kantor pengawas sekaligus untuk
mendapatkan
bimbingan
dan
pengarahan
agar
meningkatkan
kinerjanya.165 Untuk
menganalisa
kinerja
supervisor
dalam
mengembangkan
kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga peneliti mengacu indikator pada Peraturan Menteri Agama Indonesia. Adapun indikator dari pengawas PAI tersebut adalah: 1) Melakukan penyusunan program. 163
Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 164 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 165 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
87
2) Pengawasan, pembinaan, pembimbingan dan pengembangan profesi guru. 3) Pemantauan Standar Nasional Pendidikan Agama Islam. 4) Penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan. 5) Pelaporan pelaksanaan tugas pengawasan. 166 Sesuai dengan data-data di lapangan yang telah peneliti uraikan, bahwasanya supervisor PAI SMA/SMK di Kota Salatiga telah melaksanakan tugas-tuganya sesuai dengan indikator yang ada, hanya saja dari kelima indikator yang ada belum bisa dilaksanakan dengan maksimal. Supervisor baru melaksanakan tugasnya berupa penyusunan program, pengawasan, pemantauan dan penilaaian san, pemantauan dan penilaaian saja. Untuk pembimbingan dan pengembangan profesi guru belum di laksanakan dengan maksimal. Hal ini terlihat dari kinerja para supervisor yang masih terkesan mencari-cari kesalahan guru PAI dengan memeriksa kelengkapan administrasi guru. Supervisi yang efektif menurut Zepeda dan Ponticell yang di kutip oleh Aedi adalah ketika: pertama, supervisi dapat membantu guru dalam melakukan pembelajaran. Kedua,
supervisor dan guru bergabung bersama-sama dalam
menentukan perubahan yang dibutuhkan. Ketiga, supervisor memberikan fokus perhatian pada praktik pembelajaran. Keempat, supervisor memahami tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kelima, supervisor sering melakukan observasi.167 Mengacu pada pendapat Zepeda dan Ponticell tentang supervisi yang efektif maka dapat dilihat dari kinerjanya sesuai data-data yang telah diuraikan, 166
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah ...., Bab II Pasal 4. 167 Aedi Nur, Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014, 327.
88
bahwa supervisor guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga belum menerapkan kelima kriteria di atas dengan maksimal. Supervisor dan guru belum bergabung bersama-sama dalam menentukan perubahan yang dibutuhkan. Supervisor belum memberikan fokus perhatian pada praktik pembelajaran. Supervisor belum memahami tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Supervisor masih jarang melakukan observasi. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa usaha supervisor dalam mengembangkan kompetensi profesional guru beluk maksimal.
C. Problematika
Supervisor
dalam
Pengembangan
Kompetensi
Profesional Guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga Dalam usaha supervisor untuk mengembangkan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga menemui berbagai macam problematika. Problematika tersebut adakalanya muncul dari diri para guru PAI dan dan ada pula yang muncul dari diri pengawas/supervisor. Problematika yang muncul dari guru PAI di antaranya berupa: 1. Kurangnya gairah keilmuan guru Salah satu dari tujuan pengawas/supervisor adalah peningkatan kualitas guru. Hanya saja selama ini masih banyak guru yang menempa dirinya dengan berbagai kegiatan ilmiah tidak serta merta untuk meningkatkan kualitasnya. Ada di antara mereka yang mengikuti kegiatan ilmiah karena kewajiban organisasi sehingga melakukannya karena rasa terpaksa sekedar mengikuti perintah atasan (kepala sekolah) dengan demikian tidak mampu menyerap keilmuan yang terkandung pada acara ilmiah yang diikuti. Maka
89
ketika acara telah selesai maka peserta tidak mendapatka apa-apa kecuali rasa capek dan pegal karena berlama-lama duduk.168 Kurangnya gairah keilmuan ini menjadi kendala utama pengembangan kualitas khususnya pada kompetensi profesional guru. Di sisnilah pekerjaan berat bagi supervisor karena bagaimana pun mengubah mental dan kesadaran guru yang telah terbentuk sejak lama bukanlah pekerjaan mudah. 169 2. Rendahnya minat dan keterampilan guru PAI dalam pembuatan karya ilmiah Membuat karya ilmiah merupakan hal wajib yang harus dilakukan oleh guru. Dengan membuat karya ilmiah menjadikan guru selalu mau untuk membaca buku, berfikir dan berefleksi yang akan akan berimbas pada bertambah luasnya pengetahuan dan wawasan guru. Guru akan semakin pandai dan bisa semakin bijak dalam memandang dan menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi. 170 Selain itu pembuatan karya ilmiah merupakan salah satu syarat wajib bagi guru yang menginginkan kenaikan pangkat. Berapa banyak guru yang hingga bertahun-tahun lamanya berhenti di IV/a yang dikarenakan guru tersebut enggan untuk membuat karya ilmiah baik itu berupa penulisan arikel di media massa dan jurnal pendidikan, membuat PTK maupun mengarang buku pendidikan.
168
Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Seasa, 08 Maret 2016. 169 Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Seasa, 08 Maret 2016. 170 Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Seasa, 08 Maret 2016.
90
3. Rendahnya minat guru PAI melakukan penelitian atau studi banding yang yang dikarenakan tidak adanya anggaran sekolah Selama ini minat guru PAI untuk melakukan penelitian tergolong masih rendah, terbukti dari 47 guru PAI SMA/SMK yang ada di Kota salatiga pada tahun ini (2016) tidak ada satu guru pun yang melakukan penelitian. Hal ini terjadi karena guru PAI enggan mengeluarkan dana penelitian yang menghabiskan cukup banyak biaya dan waktu. Padahal dengan melakukan penelitian akan didapatkan teori-teori baru yang nantinya akan sangat berguna bagi guru secara pribadi dan bagi pengembangan keilmuan secara umum. 171 4. Masih ada guru PAI sudah merasa puas menyelesaikan (berijazah) S1 Pada dasarnya guru PAI SMA/SMK yang menempuh/telah menyelesaikan pascasarjana lumayan banyak. Hanya saja kebanyakan dari mereka yang menempuh/telah menyelesaikan adalah guru-guru PAI yang berstatus PNS. Sedangkan guru PAI non PNS yang baru menempuh/telah menyelesaikan pasca sarjana sangat sedikit sekali. Hal ini bisa dilihat dari keberadaan guru PAI SMA di Kota Salatiga. Dari delapan guru PAI PNS tinggal dua orang yang belum melanjutkan kuliah di pascasarjana. Hal ini dikarenakan bagi guru non PNS biaya kuliah di pasca sangat mahal jika dibandingkan dengan honor yang diterima, apalagi bagi guru yang belum sertifikasi. 172
171
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 172 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
91
5. Teknik dan metode pembelajaran guru PAI yang masih monoton Selama ini teknik dan metode pembelajaran guru PAI masih monoton terutama yang dilakukan oleh guru-guru PAI yang hendak pensiun. Jangankan menggunakan teknik dan metode yang berfariasi, sebagian dari mereka ada juga guru yang masih muda bernggapan bahwa masuk kelas saja itu sudah dirasa bagus dari pada ditinggal ngobrol dikantor guru. Terkadang guru PAI meninggalkan tugas agar dikerjakan oleh siswa kemudian siswa disuruh untuk mengumpulkan tugas tersebut di meja guru yang bersangkutan, sedang guru tersebut tidak ada dikarenakan baru keluar sekolah menyelesaikan urusan lain diluar urusan atau pekerjaannya sebagai seorang guru.173 Mayoritas dari guru PAI saat mengajar menggunakan metode ceramah yang membuat siswa bosan dan enggan untuk mengikuti pelajaran dengan seksama. Siswa malah menyibukkan diri dengan mainan HP secara sembunyi-sembunyi bahkan diantara mereka sampai ada yang tertidur ketika dalam guru berceramah tidak mengandung unsur humor yang membuat siswa tertawa.174 6. Aktivitas guru PAI yang terlalu padat Aktivitas guru yang terlalu padat sangat mengangu waktu, tenaga dan pikiran guru. Salah satu contohnya adalah guru PAI di SMA Negeri 1 Salatiga ada yang mempunyai jadwal mengajar sampai 42 jam. Bagaimana guru tersebut bisa mengembangkan kompetensi profesionalnya karu 173
Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 174 Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016.
92
waktunya hanya habis untuk mengajar. Belum lagi ada tugas lain yang harus diselesaikan oleh guru seperti tugas sebagai wali kelas, pembina SKI ataupun pembina pramuka. 175 7. Masih adanya guru yang tidak mau disupervisi Hal ini terjadi karena guru tersebut merasa lebih senior dibanding dengan supervisor. Adakalanya senioritas itu diukur dari sudut usia dan adakalanya dilihat dari dulu waktu menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Guru tersebut merasa gengsi jika disupervisi oleh pengawas yang umurnya lebih muda atau pengawas yang saat kuliah dulu menjadi adik kelasnya. Selain itu salah satu alasan kenapa seorang guru tidak mau disupervisi disebabkan ia belum siap atau belum membuat administrasi guru sehingga saat hendak disupervisi dia menolak atau menghindar dengan berbagai macam alasan. 176 Sedangkan faktor yang muncul dari supervisor di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Mengedepankan formalitas mengabaikan esensi Masih terdapat supervisor yang melakukan pekerjaannya hanya sebatas formalitas. Ia hanya datang, menanyakan keberadaan administrasi guru dan meminta tanda tangan kepala sekolah sebagai bukti telah melakukan observasi.177
175
Hasil wawancara dengan Agus Waluyo guru PAI SMA Negeri 3 Salatiga pada hari Senin, 07 Maret 2016. 176 Hasil wawancara dengan Drs. Wahid Hasyim, M.PdI. pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 177 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
93
2. Pandangan salah supervisor terhadap makna supervisi Selama ini pandangan supervisor terhadap peran dan fungsi supervisi masih terjebak pada pola lama, yaitu baru sekedar memeriksa dan mencari kesalahan guru, tanpa memberi solusi agar guru tersebut memperbaiki kesalahannya. Hal ini masih berlaku di Kota Salatiga walaupu sudah ada juga supervisor yang telah menggunakan paradigma baru terhadap fungsi supervisi yaitu membimbing dan membantu guru yang mempunyai masalah dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik. 178 3. Lemahnya kreativitas. Seorang supervisor membutuhkan kreativitas tinggi untuk mencari solusi dari permasalahan-permasalahan ang terjadi di sekolah. Supervisor harus jeli dalam membaca masalah, menganalisis dan mengurai faktor penyebab serta langkah yang ditempuh sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.179 4. Regulasi pengangkatan supervisor yang belum tepat Sering kali regulasi pengangkatan supervisor terkesan asal-asalan. Biasanya guru yang menjadi kepala sekolah cukup lama dan sebentar lagi mau pensiun diangkat menjadi pengawas sehingga kinerja dari pengawas tersebut kurang maksimal.180
178
Hasil wawancara dengan Nur Munafiin, SThI. Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Rabu, 02 Maret 2016. 179 Hasil wawancara dengan Nur Munafiin, SThI. Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Rabu, 02 Maret 2016. 180 Hasil wawancara dengan Nur Munafiin, SThI. Guru PAI SMA Negeri 1 Salatiga pada hari Rabu, 02 Maret 2016.
94
5. Masih rendahnya penguasaan ICT. Rendahnya penguasaan ICT supervisor menjadikan kinerja supervisor kurang maksimal. Supervisor dalam melaksanakan tugas berupa pembuatan administrasi tentang supervisi masih manual atau meminta bantuan bahkan dibuatkan oleh orang lain. Ini merupakan masalah yang sangat krusial, mana mungkin seorang supervisor mampu mendorong para guru agar tidak gaptek padahal dirinya sendiri juga gaptek.181 6. Belum sesuainya disiplin ilmu yang dimiliki supervisor Keilmuan ataupun disiplin ilmu yang dimiliki oleh pengawas belum sesuai. Dari dua pengawas PAI SMA/SMK Kota Salatiga tidak ada satupun yang lulusan dari program supervisi. Supervisor yang satu walaupun lulusan S2 tapi bukan jurusan supervisi pendidikan, sedang supervisor yang satunya malah baru S1, padahala di Kota Salatiga sudah banyak guru PAI yang telah S2.182 7. Kurangnya komunikasi antara supervisor dan guru yang disupervisor Komunikasi antara supervisor dan guru PAI selama ini masih terkesan sebagai komunikasi antara atasan dan bawahan yang tidak jarang pengawas mencari-cari kesalahan yang dilakukan oleh guru, dengan demikian guru PAI merasa enggan untuk berinteraksi secara langsung dengan pengawas
181
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 182 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
95
untuk meminta bantuan dan bimbingan saat mendapat masalah dalam melaksanakan tugas mengajarnya.183
D. Solusi Problematika Supervisor dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga Seorang supervisor dalam mejalankan kinerjanya tentu tidak lepas dari problematika, tetapi problematika itu menjadi spirit yang terus menjadi langkah maju supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga guna mengembangkan kompetensi profesional guru PAI. Problematika itu terkait dengan sistem pembelajaran yang masih klasik, kurangnya kemampuan guru PAI dalam menggunakan dan memanfaatkan IT, pembuatan karya ilmiah, , dan banyaknya pekerjaan di SMA/SMK Kota Salatiga dalam pengembangan mutu sekolah yang mengakibatkan jadwal supervisi terbengkalai. 184 Selama ini solusi yang telah diterapkan oleh supervisor untuk meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga adalah: 1. Mengikutkan guru PAI dalam pelatihan pembuatan karya ilmiah. 2. Menganjurkan mereka untuk mengadakan penelitian atau studi banding yang tentu saja sekolah memberikan anggaran untuk kegiatan tersebut. 3. Menganjurkan guru PAI untuk melanjutkan studi/kuliah. 4. Menganjurkan guru PAI untuk memperkaya teknik dan metode pembelajaran. 183
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 184 Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016.
96
5. Menambah guru PAI agar aktivitas mereka tidak terlalu padat sehingga mereka dapat mengikuti pelatihan-pelatihan. 6. Mengoptimalkan keberadaan MGMP sebagai wahana peningkatan kompetensi profesional guru PAI. 185 Menurut Sahertian tujuan supervisi ialah memberikan layanan dan bantuan untuk melakukan kualitas mengajar guru dikelas yang pada gilirannya meningkatkan kualitas siswa. Adapun tujuan supervisi menurut Glickman yang dikutip oleh
Prasojo adalah untuk membantu guru mengembangkan
kompetensinya, mengembangkan kurikulum dan mengembangkan kelompok kerja guru.186 Mengacu pada tujuan supervisi di atas maka menurut peneliti supervisor dalam mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan supervisi akademik telah melakukan langkah-langkah yang tepat. Hanya saja dalam pelaksanaannya kurang bisa berjalan dengan optimal yang dikarenakan berbagai kendala yang ada di antaranya belum harmonisnya hubungan supervisor dan guru PAI, belum adanya dana yang mencukupi dan belum sinerginya antara Kemenag dan Dinas Pendidikan.
E. Peran Supervisor dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga Supervisor merupakan profil sentral dalam dunia pendidikan. Supervisor tidak hanya sekadar mencari-cari kesalahan dan kelemahan guru saja, akan 185
Hasil wawancara dengan Drs. Taqwim pengawas PAI SMP dan SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 08 Maret 2016. 186 Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan, ..., 86.
97
tetapi lebih diutamakan fungsinya sebagai pembimbing. Setiap guru tentunya senantiasa mendambakan profil supervisor yang ideal yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh guru termasuk guru PAI. Maka supervisor hendaknya bisa menjadi patner atau mitra kerja guru. Disamping itu, supervisor juga berperan penting dalam meningkatkan kompetensi guru termasuk kompetensi profesional. Berkenaan dengan hal ini supervisor harus mampu memotivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya.187 Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat dijelaskan karakteristik supervisor profesional, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Sabar dan penuh pengertian. 2. Mampu menjadi tauladan. 3. Mampu menjadi pendorong/motivator. 4. Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas. 5. Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas. 6. Membantu guru menyelesaikan permasalahan yang dihadapi berkenaan dengan pelaksanaan tugasnya sebagi seorang tenaga pendidik. 7. Mendukung pengembangan keprofesionalan guru. 8. Selalu berinovasi dalam dunia pendidikan. 9. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi. 188 Fenomena dari hasil wawancara dan observasi yang peneliti temui di SMA/SMK Kota Salatiga menggambarkan tentang profil supervisor sebagai 187
Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016. 188 Hasil wawancara dengan Drs. Untoro M.Pd. sebagai Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Selasa, 01 Maret 2016.
98
sosok yang disegani karena kewibawaannya di mata guru. Kewibawaan ini bukan karena perasaan takut guru terhadap supervisor, walaupun juga masih ada supervisor yang disegani oleh guru karena guru tersebut tidak ingin mendapat kendala dalam pengesahan administrasi yang ia buat.189 Supervisor memiliki peranan yang lebih ditekankan untuk memberikan peluang pengembangan profesional bagi para guru dan menyediakan peluang sumber daya seperti materi pelajaran, media, buku dan sebagainya yang dibutuhkan oleh guru.190 Mengacu pada pendapat peranan supervisor di atas maka dari data-data yang
ada,
menurut
peneliti
tingkat
keberhasilan
supervisor
dalam
mengembangkan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK Kota Salatiga dapat ditunjukkan oleh: 1. Menumbuhkan kesadaran terhadap guru PAI untuk meningkatkan kinerjanya dengan selalu memberi motivasi dan arahan kepada guru PAI. 2. Meningkatkan penguasaan guru dalam membuat administrasi mencakup prota, promes dan RPP. 3. Meningkatkan kedisiplinan guru dalam mengajar dengan mengadakan kunjungan kelas baik yang terjadwal maupun insidental. Supervisor juga mengukur kinerja guru PAI melalui hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dengan menganalisis nilai evaluasi yang didapat peserta didik. Berkaca dari fenomena yang ada saat peneliti melakukan observasi, menurut peneliti, supervisor telah berhasil dalam meningkatkan 189
Hasil wawancara dan observasi kunjungan kelas bersama Drs. Taqwim pengawas PAI SMA/SMK Kota Salatiga pada hari Rabu, 09 Maret 2016 di SMK Sudirman Salatiga. 190 Aedi Nur, Pengawasan Pendidikan Tinjauan ..., 359.
99
kompetensi profesional guru PAI dalam satu hal seperti peningkatan keterampilan dalam membuat administrasi, tetapi belum maksimal pada hal lainnya seperti masih adanya beberapa guru yang hingga saat masih “gaptek” serta masih banyak guru PAI yang belum mampu membuat karya ilmiah serta masih monotonnya metode mengajara Guru PAI. Dari hasil penelitian terhadap MGMP PAI SMA/SMK dan supervisor PAI Kota Salatiga, ternyata dari setiap masing-masing mempunyai peran menonjol yang berbeda-beda. MGMP PAI lebih berperan pada pendalaman materi, penguasaan metode pembelajaran dan peningkatan keterampilan menggunakan ICT sedang supervisor mempunyai kecenderungan pada peningkatan kemampuan pada pembuatan administrasi guru. Dengan demikian dari peran-peran yang ada dari MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga maupun supervisor PAI SMA/SMK Kota Salatiga, MGMP mempunyai peran lebih dominan di bandingkan dengan supervisor dalam upaya mengembangkan kompetensi profesionalisme guru PAI.
100
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Setelah peneliti menyajikan data dan mendeskripsikannya serta melakukan analis secara keseluruhan sebagaimana terlihat dalam bab-bab sebelumnya maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Kegiatan yang dilaksanakan oleh MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga belum berjalan dengan baik sesuai dengan program kerja yang disusun oleh pengurus. Terbukti masih ada beberapa program kerja yang belum terealisasi dikarenakan kendala yang dihadapi dilapangan. 2. Peran MGMP dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI SMA/SMK di Kota Salatiga antara lain: Pertama, membahas dan memilih metode pembelajaran PAI yang efektif dan efisien. Kedua, memperdalam dan mengembangkan materi PAI. Ketiga, menentukan dan menetapkan cara-cara evaluasi PAI. Keempat, mewajibkan setiap anggota MGMP untuk membuat dan menyerahkan perangkat pembelajaran. Kelima, mengadakan pelatihanpelatihan penggunaan metode atau perangkat pembelajaran. Keenam, menyusun kisi-kisi soal ujian dan semester. Ketujuh, membahas dan mengkaji buku PAI (pokok, pelengkap, pedoman, buku bacaan). Kedelapan, mengadakan In House Training (IHT) untuk sosialisasi kurikulum baru, pengembangan kurikulum, dan metode pembelajaran dan pelatihan ICT.
101
3. Peran supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SMA/SMK di Kota Salatiga adalah: Pertama, memotivasi guru untuk meningkatkan kedisiplinan, memperdalam materi, memperkaya metode pembelajaran dan meningkatkan keterampilan menggunakan media pembelajaran terutama yang berbasis ICT. Kedua, membimbing guru PAI dalam membuat administrasi pembelajaran. Ketiga, membina guru PAI yang kinerjanya masih lemah. 4. Peran MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru PAI lebih dominan dibandingkan dengan supervisor.
B. Saran
1. Bagi Guru PAI Hendaknya guru Pendidikan Agama Islam: Pertama, berusaha untuk senantiasa meningkatkan kualitas atau kompetensi professional secara terus menerus, salah satunya melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI dengan aktif mengikuti setiap kegiatan yang telah diprogramkan oleh MGMP. Kedua, dalam mengikuti segala kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP didasari kesadaran penuh untuk meningkatkan kompetensi profesional bukan semata-mata hanya ingin kumpul-kumpul dengan teman sebatas ajang silaturrokhim saja. Ketiga, tidak segan-segan untuk meminta masukan, bimbingan dan arahan supervisor saat mendapati masalah berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar.
102
2. Bagi pengurus MGMP MGMP yang merupakan wadah bagi guru PAI dalam melaksanakan kegiatan guna meningkatakan kompetensi profesional hendaknya: pertama, menjalankan roda organisasi sesuai dengan standar MGMP yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan dan Kemenag. Kedua, melaksanakan semua program kerja yang telah dicanangkan dengan sebaik mungkin. Ketiga, mengakomodir keinginan dan kebutuhan semua anggota MGMP. Keempat, menjalin komonikasi yang intensif dengan dinas terkait (Dinas Pendidikan dan Kemenag). 3. Bagi supervisor Untuk meningkatkan kompetensi profesional guru PAI supervisor hendaknya: pertama, memperdalam pemahaman akan konsep supervisi. Kedua, mengenal dengan baik guru-guru PAI binaannya. Ketiga, meningkatkan frekuensi kunjungan sekolah/kelas. Keempat, meningkatkan kemampuan/keterampilan dalam mengoperasikan media (ICT). Kelima, melakukan bimbingan terhadap guru yang punya masalah dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Bagi instansi terkait Hendaknya bagi instansi terkait (Kemenag dan Dinas Pendidkan) lebih memperhatikan keberadaan MGMP PAI SMA/SMK dengan senantiasa memonitoring kegiatan MGMP sekaligus memberikan bantuan dana untuk melaksanakan kegiatan ataupun bantuan sarana dan prasarana untuk peningkatan kinerja pengurus MGMP.
103
5. Bagi civitas akademik Untuk pengembangan keilmuan hendaknya ada dari civitas academik yang melakukan penelitian tentang MGMP maupun supervisi dari aspek yang lain, yang difokuskan pada peran MGMP dan supervisor dalam pengembangan kompetensi pedagogik ataupun kepribadian.
104
DAFTAR PUSTAKA AD/ART Anggaran Dasar MGMP PAI SMK Kota Salatiga masa bakti 20132018. Aedi, Nur. Pengawasan Pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2014. Ani, Widayati,“Studi tentang Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Akutansi SMK di Yogyakarta”, Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, Vol. IX, No.1, 2013. Azwar, Saifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Darmono. Perpustakaan sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo, 2012, 261. Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan sekolah. Bandung: CV. Ruhama, 1990, 95. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran, 1989. Direktorat Profesi Pendidik, Standar Pengembangan Kelompok Kerja Guru (KKG) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2008. Direktorat Peningkatan Mutu Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan, Standar Operasional Penyelenggaraan Kelompok Kerja Guru (KKG) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Departemen Pendidikan Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2008. Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Folklor. Yogyakarta: Medpress, 2009. Ghony, M. Djunaedi dan Almanshur, Fauzan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogjakarta: Arruz Media, 2014. Ja’fi, Imam Abi Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Mughirah Bardizbah Al Bukhari. Shahih Bukhari: Beirut: Dar-Al kutb Al Ilmiyah,1992, Juz I. Jurotun. “Model Supervisi Akademik Terpadu Berbasis Pemberdayaan MGMP untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Matematika”, Jurnal
105
Penelitian Tindakan Sekolah dan Pengawasan, Volume. 2, No. 1, (2015):18-34. Jelantik, A A. Ketut. Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional Panduan Menuju PKKS. Yogyakarta: Deepublish, 2012, 88. Martiningsih, Tri, “Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG (Kelompok Kerja Guru) terhadap Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan Pekalongan Utara”, Tesis, Universitas Negeri Semarang, 2008. Masaong, Abd. Kadim. Supervisi Pengembangan dan Pengembangan Kapasitas Guru:Memperdayakan pengawas sebagai Gurunya Guru. Bandung: Alfabeta, 2013. Mulyana A.Z. Rahasia Menjadi Guru Hebat: Memotivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa. Jakarta: Grasindo, 2009. Nurdiyanti, Raden Roro Suci. “Pengaruh Manajemen Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru serta Implementasinya pada Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung”, Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013. Permen Diknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Prasojo. Lantip Diat dan Sudiyono. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media, 2002. Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014. Putra Nusa, dan Wati, Santi Lisna. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rahman Arif, “Pola Pembinaan Peningkatan Profesionalitas Guru SMK Kota Medan”, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Vol. 10, No. 1, (2013): 2338. Retoliah, ”Kinerja Pengawas dalam Meningkatkan Kinerja Guru PAI di Kota Palu”, Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 2, No. 2, (Desember, 2014), 364387.
106
Sadi, “Keaktifan Mengikuti MGMP dan Etos Kerja terhadap Kinerja Guru PAI SMP di Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Pendidkan Agama Islam, Volume 1 Nomor 2 (Desember 2014): 42-43. Sahertian, Pie A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:Rineka Cipta, 2010, 17. Semiawan, Conny R Metodologi. Penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya. Jakarta: Grasindo, 2014. Shodiq, Muhammad dan Muttaqin, Imam. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Sholikhah, “Kegiatan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (KKG PAI SD) dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di Kecamatan Kotagede Yogyakarta”, Tesis, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2006. Sukmandari, “Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Partisipasi Guru dalam MGMP terhadap Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP di Kabupaten Jepara”, Jurnal JM, Volume 1, Nomor 3, (Desember 2012): 313-329. Surya, Muhammad. Bunga Rampai Guru dan Pendidikan. Jakarta:Balai Pustaka, 2004, 22. Usman, Muh. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.
107
PEDOMAN WAWANCARA
A. Ketua MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga 1. Apakah Visi dan Misi MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga? 2. Apa saja Program Kerja MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga? 3. Bagaimana pelaksanaan Program Kerja MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga? 4. Bagaimana partisipasi anggota MGMP dalam mengikuti kegiatan yang diprakarsai oleh MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga ? 5. Usaha apa saja yang dilaksanakan oleh MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga yang bisa mendukung pengembangan kompetensi profesional guru PAI? 6. Apa saja pelatihan yang pernah diselenggarakan MGMP? 7. Apa tindakan pengurus MGMP jika mendapati guru PAI yang tidak aktif dalam MGMP? 8. Apakah MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga telah menerbitkan jurnal? 9. Kendala apakah yang dihadapi MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dalam melaksanakan program kerja? 10. Apa tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
108
B. Pengawas PAI 1. Apa saja program kerja pengawas PAI? 2. Bagaimana pelaksanaan program kerja tersebut? 3. Apa saja kendala yang dihadapi pengawas PAI dalam melaksanakan program kerja? 4. Bagaimana usaha untuk menyelesaikan kendala tersebut? 5. Sejauh mana pengawas PAI dalam membina keberadaan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga? 6. Adakah
guru
PAI
SMA/SMK
Kota
Salatiga
yang
kompetensi
profesionalnya masih rendah? 7. Apa penyebab dari masih adanya guru PAI Kota Salatiga yang mempunyai kompetensi perofesional rendah? 8. Apa usaha pengawas PAI untuk meningkatkan kompetensi profesional guru PAI? 9. Model supervisi apa saja yang telah Bapak terapkan dalam supervisi akademik? 10. Seberapa sering Bapak melakukan kunjungan ke sekolah/kelas dalam rangka supervisi akademik? 11. Apa
saja
kendala
yang
dihadapi
ketika
sekolah/kelas dalam rangka supervisi akademik?
melakukan
kunjungan
109
C. Guru PAI 1. Apakah Anda menguasai seluruh materi struktur, konsep dan pola fikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu? 2. Menurut Anda materi apakah yang paling sulit dalam mengajar PAI? 3. Apakah Anda menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu? 4. Usaha apa yang anda lakukan untuk pendalaman dan pengayaan materi? 5. Metode belajar apakah yang anda terapkan dalam mengajar PAI? 6. Apakah anda menguasai banyak metode pembelajaran? 7. Dari sekian metode pembelajaran, manakah yang lebih anda kuasai? 8. Selama ini apa yang anda lakukan setelah selesai mengajar di kelas? 9. Apakah Anda memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri? 10. Apakah anda mempunyai kendala dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi? 11. Pelatihan apa saja yang pernah anda ikuti? 12. Apakah anda pernah menulis artikel di media massa, membuat publikasi ilmiah atau mengarang buku? 13. Kendala apakah yang anda hadapi saat mengajar PAI di kelas? 14. Bagaimana usaha Anda untuk menyelesaikan kendala dalam mengajar PAI? 15. Apakah anda aktif mengikuti kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga?
110
16. Apa yang anda dapat saat mengikuti kegiatan MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga? 17. Menurut Anda apa peran MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga bagi pengembangan kompetensi profesional guru PAI? 18. Seberapa sering anda mendapat kunjungan dari pengawas dalam rangka supervisi akademik? 19. Dalam masalah supervisi akademik bantuan apakah yang pernah anda dapatkan dari pengawas? 20. Apakah pengawas memberikan arahan dan bimbingan dalam hal metode pembelajaran, pembuatan administrasi dan teknik evaluasi? 21. Di antara MGMP PAI SMA/SMK Kota Salatiga dan supervisor manakah yang lebih berperan dalam mengembangkan kompetensi profesional guru PAI?
111
BIOGRAFI PENULIS
Nama
: Muh. Sukron
Tempat/Tanggal lahir
: Boyolali, 15 Juli 1980
Alamat
: Tiris, RT. 01, RW. 12, Candi, Ampel, Boyolali
Jenjang pendidikan
:
1. SD Muhammadiyah 7 Surakarta (1987-1991) 2. MI Tukangan Ampel (1991-1993) 3. SMP Negeri 1 Ampel (1993-1996) 4. MA Tremas (1998-2001) 5. STAIN Salatiga (2002-2006)