DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK (Penelitian Kualitatif Deskriptif pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
(Skripsi)
Oleh RIZKI HARY PURNOMO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK
DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK (Penelitian Kualitatif Deskripstif pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Rizki Hary Purnomo
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan percakapan kritis matematis siswa pada pembelajaran Socrates saintifik. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran tahun pelajaran 2016/2017. Data penelitian ini merupakan data kualitatif tentang percakapan kritis matematis siswa yang diperoleh melalui catatan lapangan, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa: (1) Percakapan kritis matematis lebih sering muncul jika siswa diberikan permasalahan yang memuat indikator interpretasi atau analisis, (2) Pada saat percakapan kritis matematis berlangsung, indikator analisis merupakan indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang sering dimunculkan oleh siswa, (3) Percakapan kritis matematis lebih sering muncul pada saat guru dan siswa menggunakan pertanyaan Socrates tipe klarifikasi, dan (4) Pada saat percakapan kritis matematis
Rizki Hary Purnomo berlangsung, langkah communicating merupakan langkah saintifik yang sering dilakukan oleh siswa.
Kata kunci: percakapan kritis matematis, metode Socrates, pendekatan saintifik.
DESKRIPSI PERCAKAPAN KRITIS MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SOCRATES SAINTIFIK (Penelitian Kualitatif Deskriptif pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Rizki Hary Purnomo
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kecamatan Gotong Royong, kota Bandar Lampung, provinsi Lampung pada tanggal 25 November 1994. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Hotnandes, S.Sos. dan Ibu Elly Purwalia, S.Sos. Penulis memiliki tiga orang adik laki-laki yang bernama Nashir Annur, Fuad Azka, dan Athhar Qinthara.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Bhayangkari pada tahun 2001, pendidikan dasar di SD Negeri 2 Rawa Laut pada tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Bandarlampung pada tahun 2010, dan pendidikan menengah atas di SMA YP Unila pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) pada tahun 2016 di Desa Sumber Ringin, Kecamatan Sendang Agung, dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Sendang Agung, Kabupaten Lampung Tengah.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam organisasi tingkat jurusan Himasakta (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta) sebagai kepala divisi penelitian dan pengembangan pada periode 2015/2016 kabinet Siap Berkarya.
MOTTO “Apabila sesuatu yang kamu harapkan tidak terjadi, maka bersyukurlah dengan apa yang terjadi.” (Penulis)
PERSEMBAHAN ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ Alhamdulillahirobbil’alamiin ....
Terucap syukur kepada Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya, dengan rasa syukur, bahagia, serta rasa sayangku yang tulus dan ikhlas. Kupersembahkan, karya besar pertamaku kepada: Ayah dan Ibu tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran. Terimakasih atas do’a, semangat, kasih sayang, kerja keras tanpa lelah dan segala hal yang telah engkau lakukan demi kesuksesanku. Adik-adik tersayang: Nashir, Fuad, dan Qinthara yang senantiasa memberi semangat saat aku kesulitan dan mengingatkanku untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan lebih baik. Para Pendidik terhebat yang telah mendidikku dengan ketulusan dan kesabaranya, serta menjadi inspirasi bagiku. Teman-teman seperjuangan serta Sahabat-sahabatku yang senantiasa mengingatkan ketika aku melakukan kesalahan, senantiasa membantu serta menyemangatiku. Almamater tercinta.
SANWACANA
Bismillaahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Deskripsi Percakapan Kritis Matematis Siswa pada Pembelajaran Socrates Saintifik (Penelitian Kualitatif deskriptif pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Dosen Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.
4. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran, perhatian, sumbangan pemikiran, motivasi dan semangat selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran demi terselesaikannya skripsi ini. 6. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan masukan serta kritik dan sarannya. 7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 8. Ayah (Hotnandes, S.Sos.) dan Ibu (Elly Purwalia, S.E.) atas segala doa, dukungan, kesabaran, perhatian, dan cinta yang tiada henti tercurah untukku. 9. Adik-adikku yang kubanggakan Nashir Annur, Fuad Azka, dan Athhar Qinthara yang senantian memberikan dukungan dan bantuan kepada kakakmu ini. 10. Bapak Arif Halmizan, S.Pd. selaku guru mitra dan seluruh perangkat sekolah serta staff SMP Negeri 22 Pesawaran yang telah memberikan kemudahan selama penelitian. 11. Siswa/siswi kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran Tahun Pelajaran 2016/2017, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin. 12. Bapak Wiyono, S.Pd selaku guru pamong PPL dan keluarga besar SMP Negeri 2 Sendang Agung, terimakasih untuk dukungan, bantuan, dan semangat yang telah diberikan selama ini.
ii
13. Keluarga besar Bapak Lanjar dan Ibu Siti Masruroh, dan rekan seperjuangan KKN-KT Unila Desa Sendang Agung Tahun 2016, terimakasih atas kebersamaan dan bantuan selama ini. 14. Rekan-rekan seperjuanganku selama menjalankan penelitian sebagai Tim Penelitian Kualitatif, terima kasih atas kerja sama, semangat, motivasi, masukan, dan arahan sehingga penelitian dan pembuatan skripsi kita berjalan lancar. 15. Keluarga Besar Himasakta kabinet Siap Berkarya dan khususnya Presidium yang telah memberikan dukungan, semangat, dan motivasi. 16. Sahabat serta teman-temanku : Dina Cahya Fadilla, Husain Khairi, Sayu Yuni, Amalia Listiani, Nina Iswanti, Purnama Dewi, Riffki Amalia, Ana Wahyu Nurrohmah, Fitri Anita Sari, Chintya Martanovi, Djakia Ulfa, Evi Tirto Nanda, Shinta Khairunnisa, Siti Khodjiah, Julia Sekar Mentari, Ariesta Yanada Putri, Annisa Vibra, Nindya Lukita, dan Ewid Nur Anisa terimakasih untuk kebersamaan serta segala bentuk bantuan selama ini. Kalian sangat berarti. 17. Kakak-kakak tingkatku : Kak Ferdi, Mbak Nova, Mbak Mbul, Mbak Lelly, Mbak Nana, Mbak Utary, Kak Riki, Kak Agung Cahyono, Kak Andi, Kak Agung Laksono, Kak Pandji, Mbak Zahra, Mbak Thalita, Mbak Nuy, dan Mbak Erma terimakasih untuk kebersamaan, nasihat, kritik dan saran, serta segala bentuk bantuan selama ini. 18. Adik-Adik tingkatku : Siti Rohibah, Ratih, Mukaromah, Dermawati, Ana Dianti, Dessy, Jo, Agung, Adi, Syifa, Hanani, Faqih, dan Ridwan terimakasih untuk kebersamaan, kritis dan saran, serta segala bentuk bantuan selama ini.
iii
19. Teman-teman seluruh angkatan 2013 kelas A dan B Pendidikan Matematika Unila, terimakasih atas kebersamaan dan bantuan selama ini. 20. Almamater tercinta yang telah menjadi tempat belajar serta mendewasakan diri. 21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung,
Juli 2017
Penulis
Rizki Hary Purnomo
iv
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....................................................................
1
B. Pertanyaan Penelitian .........................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................
8
D. Manfaat Penelitian .............................................................................
9
E. Ruang Lingkup...................................................................................
10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Percakapan Matematis .......................................................................
12
B. Kemampuan Berpikir Kritis...............................................................
15
C. Metode Socrates .................................................................................
19
D. Pendekatan Saintifik...........................................................................
22
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...............................................................................
27
B. Subjek Penelitian................................................................................
27
C. Teknik Pengumpulan Data.................................................................
29
D. Instrumen Penelitian...........................................................................
31
E. Teknik Analisis Data .........................................................................
32
F. Tahap-tahap Penelitian.......................................................................
34
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..................................................................................
36
1. Pertemuan Pertama ...........................................................................
37
2. Pertemuan Kedua ..............................................................................
64
3. Pertemuan Ketiga..............................................................................
78
4. Pertemuan Keempat ..........................................................................
97
B. Pembahasan ....................................................................................... 105 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ........................................................................................... 114 B. Saran .................................................................................................. 114 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah Berpikir Kritis serta Kaitannya dengan Kemampuan berpikir Kritis ...........................................................
18
Tabel 2.2 Jenis-jenis Pertanyaan Socrates Serta Contohnya..........................
22
Tabel 4.1 Tabel yang diisi oleh P13 dan P1 ..................................................
42
Tabel 4.2 Tabel perbandingan yang terdapat pada LKPD .............................
43
Tabel 4.3 Tabel pada bahan ajar ....................................................................
44
Tabel 4.4 Salah satu hasil dari pengeisian tabel milik P1 ..............................
47
Tabel 4.5 Jawaban P23 saat mengerjakan tabel perbandingan senilai...........
50
Tabel 4.6 Tabel B pada yang terdapat pada LKPD........................................
51
Tabel 4.7 Tabel C yang terdapat pada LKPD ................................................
52
Tabel 4.8 Jawaban P1 pada tabel di bahan ajar..............................................
55
Tabel 4.9 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang termuat pada permasalahan yang diberikan (1) ..........................................
61
Tabel 4.10 Pertanyaan Socrates pada masing-masing transkrip (1) ..............
62
Tabel 4.11 Langkah-langkah saintifik pada masing-masing transkrip (1).....
63
Tabel 4.12 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pada masing-masing transkrip (1) ...............................................
vii
63
Tabel 4.13 Hasil diskusi soal pertama kemlompok matematis tinggi ...........
68
Tabel 4.14 Hasil diskusi soal kedua kelompok matematis tinggi .................
70
Tabel 4.15 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis sedang ............
72
Tabel 4.16 Hasil diskusi kelompok matematis rendah...................................
76
Tabel 4.17 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang termuat pada permasalahan yang diberikan (2)........................................
76
Tabel 4.18 Pertanyaan Socrates pada masing-masing transkrip (2) ..............
77
Tabel 4.19 Langkah-langkah saintifik pada masing-masing transkrip (2).....
77
Tabel 4.20 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pada masing-masing transkrip (2) ...............................................
78
Tabel 4.21 Tabel yang diberikan guru kepada siswa .....................................
82
Tabel 4.22 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis tinggi...............
87
Tabel 4.23 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis sedang .............
89
Tabel 4.24 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis rendah .............
91
Tabel 4.25 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang termuat pada permasalahan yang diberikan (3)........................................
94
Tabel 4.26 Pertanyaan Socrates pada masing-masing transkrip (3) ..............
95
Tabel 4.27 Langkah-langkah saintifik pada masing-masing transkrip (3).....
96
Tabel 4.28 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pada masing-masing transkrip (3) ...............................................
96
Tabel 4.29 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis tinggi dan kelompok matematis sedang ......................................................
99
Tabel 4.30 Hasil diskusi soal pertama kelompok matematis rendah ............ 100
viii
Tabel 4.31 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang termuat pada permasalahan yang diberikan (4)........................................ 103 Tabel 4.32 Pertanyaan Socrates pada masing-masing transkrip (4) .............. 104 Tabel 4.33 Langkah-langkah saintifik pada masing-masing transkrip (4)..... 104 Tabel 4.34 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pada masing-masing transkrip (4) ............................................... 105 Tabel 4.35 Permasalahan yang diberikan kepada siswa pada setiap pertemuan .................................................................................... 107 Tabel 4.36 Indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang dimunculkan siswa pada setiap pertemuan ................................. 109 Tabel 4.37 Tipe pertanyaan Socrates yang digunakan guru dan siswa pada setiap pertemuan.......................................................................... 110 Tabel 4.38 Langkah-langkah saintifik yang dilakukan siswa pada setiap pertemuan .................................................................................... 112
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1 Suasana pada saat siswa mangamati permasalahan yang diberikan ..................................................................................
38
Gambar 4.2 Saat P1 dan P13 menghitung warna name tag ..........................
42
Gambar 4.3 Perwakilan dari kelompok A dan kelompok B ..........................
48
Gambar 4.4 P1 saat menjelaskan jawaban tabel C.........................................
53
Gambar 4.5 Jawaban P4 dan P1.....................................................................
59
Gambar 4.6 Suasana pada pertemuan kedua..................................................
65
Gambar 4.7 Suasana pembelajaran pada jam pertama...................................
85
Gambar 4.8 Suasana pembelajaran pada jam kedua ......................................
86
Gambar 4.9 Denah rumah yang dibagikan ke siswa ......................................
93
Gambar 4.10 Suasana pembelajaran pada jam pertama pertemuan keempat
91
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRANA: INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................ 119 Lampiran A.2 Lembar Kerja Peserta Didik ............................................ 171 Lampiran A.3 Daftar Kode Siswa .......................................................... 177 Lampiran A.4 Catatan Lapangan ............................................................ 178 Lampiran A.5 Hasil Wawancara ............................................................ 193 LAMPIRAN B: LAIN-LAIN Lampiran B.1 Kartu Kendali Bimbingan Skripsi .................................. 201 Lampiran B.2 Daftar Hadir Seminar Proposal ....................................... 204 Lampiran B.3 Daftar Hadir Seminar Hasil ............................................ 206 Lampiran B.4 Surat Izin Penelitian Pendahuluan .................................. 208 Lampiran B.5 Surat Izin Penelitian ........................................................ 209 Lampiran B.6 Surat Keterangan Penelitian ............................................ 210
xi
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat sejalan dengan globalisasi, menuntut tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetitif. Untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan kompetitif, dibutuhkan banyak cara, salah satunya adalah menyelenggarakan pendidikan yang efektif dan bermutu. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal, sehingga menjadi manusia yang berkualitas dan kompetitif. Oleh karena itu, pendidikan dibutuhkan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan kompetitif.
Barnadib (1995:17) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai kemajuan atau taraf hidup yang lebih baik. Pernyataan tersebut sejalan dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dalam Depdiknas (2013:3) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif agar peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemudian, menurut UU No.20 tahun 2003 Pasal 3, pendidikan
2 nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mandiri dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa.
Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang terdiri dari rangkaian pendidikan formal dan non formal mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi. Hal tersebut didukung dengan diselenggarakannya program wajib belajar sembilan dan dua belas tahun. Berbagai mata pelajaran diajarkan pada jenjang tersebut, diantaranya ilmu agama, bahasa, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan matematika.
Diantara mata pelajaran tersebut, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kline dalam Simanjuntak (1993:64) bahwa kemajuan bidang matematika pada sebuah negara memberikan pengaruh terhadap perkembangan negara tersebut. Matematika perlu diajarkan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerjasama. Johnson dan Mykelebust dalam Abdurrahman (2012:202) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan yang kuantitatif dan mempunyai fungsi teoritis untuk memudahkan proses berpikir. Oleh karena itu, sudah seharusnya mata pelajaran matematika dikuasai oleh siswa dari setiap jenjang pendidikan karena mempunyai
3 banyak manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa, terutama dalam kemampuan berpikir.
Ada beberapa macam kemampuan berpikir, salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, kemampuan berpikir kritis diperlukan agar siswa dapat mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Cabera dalam Fachrurazi (2011) mengatakan bahwa penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan hanya sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga harus dijadikan sebagai proses fundamental yang memungkinkan siswa agar mampu bersaing pada masa mendatang yang kompetitif. Kemudian, Fahrurazi (2011) menyatakan bahwa mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis harus dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa harus menjadi tujuan utama agar dapat bersaing dimasa mendatang.
Kemampuan berpikir kritis tentang ilmu matematika disebut dengan kemampuan berpikir kritis matematis. Melalui pembelajaran di sekolah, kemampuaan berpikir kritis matematis setiap siswa dapat dikembangkan. Sabandar dalam Mahmuzah (2014) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika dapat dikembangkan dengan cara menghadapkan siswa pada masalah yang kontradiktif dan baru, sehingga siswa mampu mengkonstruksi pikirannnya sendiri untuk mencari kebenaran dan alasan yang jelas. Sebelumnya, Lambertus (2009) menyatakan bahwa melatih keterampilan berpikir kritis dalam
4 pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pemberian soal-soal tidak rutin atau tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, asalkan penyajiannya disesuaikan dengan perkembangan kognisi anak. Oleh sebab itu, untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis, siswa harus dibiasakan dengan permasalahan yang tidak rutin serta berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Pada umumnya pendidik melihat perkembangan kemampuan berpikir kritis matematis siswanya hanya dari kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Akan tetapi, ada hal lain yang seharusnya diperhatikan oleh pendidik dalam melihat perkembangan kemampuan berpikir kritis yaitu proses siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Menurut Lambertus (2009:137) berpikir kritis paling sedikit memuat tiga hal, salah satunya adalah terjadinya proses pemecahan masalah dalam suatu konteks interaksi dengan diri sendiri, dunia orang lain dan atau lingkungannya. Oleh sebab itu, intraksi siswa dalam memecahkan masalah perlu mendapatkan perhatian pendidik, salah satu bentuk intraksi tersebut adalah percakapan yang dilakukan siswa dalam memecahkan masalah.
Bradford (2007:41) menjelaskan bahwa percakapan adalah sebuah sarana yang dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang bagaimana sebuah proses dalam berkerja, mangajukan pertanyaan kepada teman, dan membandingkan perspektif mereka dengan orang lain. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, percakapan adalah suatu sarana yang berfungsi untuk menambah dan mengonstruksi pengetahuan siswa. Kemudian, percakapan yang berkaitan tentang ilmu matematika disebut sebagai percakapan matematis.
5 Melalui percakapan matematis, seorang pendidik dapat mengetahui apakah siswa telah memahami materi yang diberikan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Anderson et.al (2003:5) yakni “teacher can spot students misunderstandings much more easily when they are revealed by a discussion instead of remaining unspoken”. Selanjutnya Anderson et.al (2011) merincikan lima faktor utama pentingnya percakapan matematis di kelas sebagai berikut : “ Five major reasons that talk is critical in teaching and learning : (1) Talk can reveal understanding and misunderstanding; (2) Talk supports robust learning by boosting memory; (3) Talk supports deeper reasoning; (4) Talk supports language development; (5) Talk support development of social skills” Bedasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa percakapan matematis merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian pendidik untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa.
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian dalam pecakapan matematis di kelas adalah partisipasi siswa. Pastisipasi siswa dalam percakapan matematis di kelas memegang peranan penting. Hal ini sesuai dengan pernyataan NCTM (1991) sebagai berikut: “Partisipasi siswa dalam percakapan di kelas dapat meningkatkan perkembangan dari pemahaman konsep, kosakata matematis, kemampuan matematis, dan kemampuan pemecahan masalah dengan membiarkan siswa berbagi dan mengeksplor pengetahuan dan pertanyaan mereka antarteman sebaya.”
Jika untuk dapat menciptakan percakapan matematis diperlukan partisipasi siswa yang aktif di kelas, maka perlu dibentuk lingkungan pembelajaran yang mampu menciptakan partisipasi siswa yang aktif dalam percakapan di kelas. Kenyataannya saat ini secara umum pendidik masih menggunakan metode ceramah dalam
6 penyampaian materi. Hal ini tentunya mengurangi peluang terjadinya partisipasi siswa dalam percakapan di kelas sehingga percakapan matematis yang seharusnya dapat menjadi perhatian pendidik tidak muncul. Hal tersebut disebabkan peran guru yang sangat mendominasi percakapan dikelas. Padahal dalam uraian di atas, percakapan matematis merupakan hal yang perlu mendapatkan pehatian pendidik dalam melihat perkembangan kemampuan siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMP Negeri 22 Pesawaran pada tanggal 27 September 2016, diperoleh bahwa dalam proses pembelajaran guru matematika kelas 7 di SMP tersebut tidak memerhatikan percakapan matematis yang terjadi di dalam kelas. Hal ini diperjelas bahwa guru tersebut masih menggunakan metode ceramah di dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hanya memerhatikan hasil latihan dan ulangan yang diberikan, serta tidak memerhatikan percakapan yang terjadi di dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
Hasil wawancara di SMP Negeri 22 Pesawaran juga menunjukkan bahwa metode mengajar yang digunakan guru kurang mampu menciptakan partisipasi siswa yang aktif sehingga percakapan matematis di kelas tidak tercipta. Guru hanya menggunakaan metode ceramah pada saat menyampaikan materi pelajaran, sehingga aktivitas dan partisipasi siswa pada pembelajaran tersebut hanya sebatas untuk memerhatikan, mendengar, mencatat, mengerjakan tugas, dan menjawab pertanyaan dari guru secara bersama-sama. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pembelajaran yang dapat membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga memungkinkan muncul percakapan matematis di kelas. Pembelajaran
7 yang dianggap baik dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah pembelajaran Socrates saintifik.
Pembelajaran Socrates saintifik adalah pembelajaran di kelas yang menggunakan metode Socrates dan pendekatan saintifik. Metode Socrates dianggap sebagai metode yang baik untuk meningkatkan partisipasi siswa karena dengan metode ini guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran sehingga mampu memunculkan percakapan matematis. Hal ini sesuai dengan pendapat Jones, Bagford dan Walen dalam Yunarti (2011:47) bahwa metode Socrates adalah sebuah proses diskusi yang dipimpin guru untuk membuat siswa mempertanyakan validitas penalarannya atau untuk mencapai suatu kesimpulan.
Dengan menggunakan metode Socrates, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru akan meningkatkan partisipasi siswa sehingga mampu memunculkan percakapan matematis di kelas. Akan tetapi, pembelajaran dengan metode Socrates dapat membuat kebanyakan siswa merasa bosan dan takut karena diberikan pertanyaan terus menerus. Lammendola dalam Baharun (2014:5), menyatakan bahwa salah satu kelemahan metode Socrates adalah dapat menciptakan lingkungan belajar yang menakutkan. Untuk itu, perlu diadakan variasi pendekatan yang dilakukan untuk mengiringi metode pembelajaran Socrates ini, salah satunya yaitu pendekatan saintifik.
Menurut Lazim (2013), pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,
8 merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan ini dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar serta dapat mengurangi rasa bosan dan takut yang diakibatkan oleh metode Socrates, karena siswa diberi kebebasan dalam mengeksplorasi ide yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan untuk menjawab masalah yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran dengan metode Socrates dan pendekatan saintifik dapat menunjang percakapan kritis matematis siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan percakapan kritis matematis siswa dengan metode Socrates dan pendekatan saintifik di kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran.
B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana deskripsi percakapan kritis matematis siswa di kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran pada pembelajaran Socrates saintifik selama proses pembelajaran berlangsung?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan percakapan kritis matematis siswa di kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran pada pembelajaran Socrates saintifik saat pembelajaran berlangsung.
9 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pemikiran yang positif dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan pengetahuan matematika serta dapat dijadikan referensi bagi dunia pendidikan khususnya mengenai cara mendeskripsikan percakapan kritis matematis siswa pada pembelajaran Socrates saintifik. Hal tersebut terjadi karena percakapan siswa dapat mencerminkan pola berpikirnya.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi calon guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk menyelesaikan persoalan dalam proses pembelajaran matematika, sehingga proses pembelajaran yang berlangsung dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan, serta bermakna bagi siswa. b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dalam menciptakan suasana belajar yang baik, agar siswa menjadi nyaman, sehingga terciptanya percakapan matematis dan kebermaknaan dalam pembelajaran dapat tercapai. c. Bagi sekolah, dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan kepala sekolah memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru di SMP Negeri 22 Pesawaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di kelas.
10 d. Bagi peneliti lain, dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan ini dapat menjadi referensi yang bagi yang ingin meneliti dengan menggunakan variabel penelitian yang sama.
E. Ruang Lingkup Dengan memerhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara penyusun dengan pembaca. 1.
Percakapan kritis matematis merupakan percakapan matematis yang ditinjau dari kemampuan berpikir kritis. a. Percakapan matematis adalah percakapan yang muncul akibat dari adanya kegiatan menemukan pengetahuan dalam matematika yang dalam hal ini kegiatan tersebut dipersempit dalam pembelajaran. b. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kompleks dalam aktivitas mental seperti interpretasi, analisis, dan evaluasi.
2.
Pembelajaran Socrates santifik merupakan pembelajaran dengan menggunakan metode Socrates dan pendekatan santifik. a. Metode Socrates adalah metode yang memuat dialog atau diskusi yang dipimpin oleh guru melalui serangkaian pertanyaan tersusun untuk menguji validitas keyakinan siswa akan suatu objek dan membuat kesimpulan yang benar akan objek tersebut. b. Pendekatan saintifik adalah kegiatan pembelajaran yang melatih siswa dalam melakukan prosedur ilmiah yang terdiri atas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar, dan mengomunikasikan.
11 3.
Percakapan kritis matematis siswa pada pembelajaran Socrates saintifik yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah percakapan kritis matematis pada materi perbandingan dan skala.
12
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Percakapan Matematis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) percakapan diartikan sebagai sebuah perundingan mengenai suatu masalah dengan cara bertukar pikiran. Selanjutnya, Bradford (2007) menyatakan bahwa percakapan dapat dipahami secara luas sebagai sebuah sarana yang untuk menambah pengetahuan melalui memberitahu bagaimana prosedur kerja, saling bertanya antara teman sejawat dan membandingkan antar sudut padang satu dengan lainya. Bradford juga menyatakan bahwa percakapan adalah suatu alat atau cara untuk mengonstruksi pengetahuan. Dengan demikian, percakapan adalah sebuah perundingan suatu masalah dengan cara bertukar pikiran dan sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan.
Percakapan dapat memuat berbagai topik sesuai dengan keperluannya, salah satunya yaitu percakapan matematis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), matematis diartikan sebagai hal yang bersangkutan dengan matematika atau bersifat matematika. Oleh sebab itu, pada penelitian ini yang dimaksud dengan percakapan matematis adalah percakapan yang timbul akibat adanya kegiatan perundingan suatu masalah dalam matematika dan dalam hal ini kegiatan tersebut terjadi dalam pembelajaran matematika.
13 Pengertian mengenai percakapan matematis (discourse) juga dikemukakan oleh The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 1991 yaitu: “discourse as ways of representing, thinking, talking, agreeing, and disagreeing; the way ideas are exchanged and what the ideas entail; and as being shaped by the tasks in which students engage as well as by the nature of the learning environment.” Percakapan matematis dinilai sangat penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa ahli pendidik yang melakukan penelitian serta uji coba penerapan percakapan matematis pada berbagai tingkatan pendidikan siswa. Anderson et.al (2003:6) mengatakan bahwa: “Classroom talk may support and promote student learning in mathematics both directly and indirectly. Classroom dialogue may provide direct access to ideas, relationships among those ideas, strategies, procedures, facts, mathematical history, and more. Through classroom discourse, all of these aspects of mathematical thinking can be discussed, dissected, and understood.” Selain itu, menurut Anderson dan para peneliti lain, percakapan matematis berperan penting dalam mengembangkan konsep dan membangun hubungan berbagai ide matematika.
Dalam percakapan matematis, siswa memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini dinyatakan oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) pada tahun 1991 yaitu: “Students should engage in making conjectures, proposing approaches and solutions to problems, and arguing about the validity of particular claims. They should learn to verify, revise, and discard claims on the basis of mathematical evidence and use a variety of mathematical tools. Whether working in small or large groups, they should be the audience for one another's comments that is, they should speak to one another, aiming to convince or to question their peers.”
14 Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa percakapan matematis harus difokuskan dalam memaknai ide-ide matematis, penggunaan ide-ide matematis yang sesuai, dan menyelesaikan berbagai masalah.
Corwin, Storeygard, dan Price dalam Bradford (2007:41) menjelaskan manfaat percakapan dan menyediakan contoh percakapan di dalam kelas untuk mengklarifikasi perbedaan antara pangkal pertanyaan yang mendorong siswa untuk memberikan jawaban yang benar, dan tipe percakapan yang mendorong siswa untuk mengeksplor ide-ide matematis dan menyelesaikannya secara kreatif. Kemudian Corwin, Storeygard, dan Price menyatakan bahwa: “Participating in mathematical conversations is central to developing strong mathematical ideas. Talking allows students to compare their methods and discuss their ideas and theories with their classmates. Classmates’ questions or counter assertions often force a student to examine her own mathematical concepts or ideas. When students begin to comment on each other’s methods and ask each other questions, confusion is clarified. Expressing their assumptions in the context of a conversation helps students articulate and refine their ideas.” Pernyataan tersebut mempertegas bahwa percakapan matematis merupakan bagian penting dalam mengembangkan ide-ide matematis yang dalam hal ini kemampuan berpikir kritis siswa.
Hasil penelitian kualitatif Larriva dalam Bradford (2007:47) mendeskripsikan dan membandingkan berbagai macam gaya komunikasi siswa dalam hubungannya dengan keberhasilan akademinya. Analisisnya memberikan beberapa gagasan yang mempengaruhi keberhasilan dalam percakapan yang dilakukan siswa yaitu kesopanan, kenyamanan, gangguan, intonasi, sirkulasi percakapan, identitas kelas dan sasaran kelas. Larriva kemudian menyimpulkan bahwa guru yang memegang
15 peranan penting yang dapat mengatur jalannya pembelajaran sehingga siswa lebih interaktif, terutama untuk memunculkan percakapan matematis siswa.
Hasil penelitian Li (1998) dalam Bradford (2007:44) memberikan tiga petunjuk untuk guru matematika agar bekerja produktif dalam percakapan di kelas: 1.
Membuat perbedaan jelas dan koneksi antar konsep matematis
2.
Menjaga ide-ide matematis tetap hidup
3.
Menyampaikan makna matematis secara jelas
Dengan demikian, percakapan matematis sudah seharusnya diperhatikan dan dikembangkan lebih lanjut oleh guru dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih menggali ide-ide matematis yang ada dalam dirinya dan diperlukan strategi untuk meningkatkankan partisipasi siswa dalam pembelajaran sehungga dapat memunculkan percakapan matematis.
B. Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Crider dalam Murtadho (2013) menyatakan bahwa berpikir itu sendiri memiliki empat aspek yaitu penyusunan konsep, pemecahan masalah, penalaran formal, dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, Reason dalam Sanjaya (2011) menyatakan bahwa berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, kemampuan berpikir sangat diperlukan seseorang untuk menghadapi berbagai permasalahan sehari-hari serta melakukan penalaran logis dan sistematis sehingga dapat mengambil keputusan dengan
16 tepat. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa jenis berpikir, salah satunya adalah berpikir kritis. Menurut Haryani (2011), berpikir kritis adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuat keputusan rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Sejalan dengan itu, Hassoubah dalam Hasratuddin (2009) memaparkan dua tanda utama berpikir kritis, yaitu: (1) berpikir kritis adalah berpikir layak yang memandu ke arah berpikir deduksi dan pengambilan keputusan yang benar dan didukung oleh bukti-bukti yang benar, (2) berpikir kritis adalah berpikir reflektif yang menunjukkan kesadaran yang utuh dari langkah-langkah berpikir yang menjurus kepada deduksi-deduksi dan pengambilan keputusan-keputusan. Dengan demikian, berpikir kritis berarti suatu proses yang dilakukan dalam rangka penarikan kesimpulan dan pembuatan keputusan akan sesuatu yang harus diyakini dan dilakukan oleh individu tersebut.
Munandar dalam Murtadho (2013) mengemukakan bahwa dasar berpikir kritis adalah tahapan-tahapan tingkat perilaku kognitif Taksonomi Bloom, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Berpikir kritis merupakan sebuah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dimulai dari tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi. Hal ini berarti bahwa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis tidaklah mudah atau tidak serta merta dapat tumbuh begitu saja, melainkan butuh perlakuan khusus agar seseorang dapat memilikinya.
17 Kemampuan berpikir kritis tentang ilmu matematika disebut dengan kemampuan berpikir kritis matematis. Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa, Lambertus (2009) menyatakan bahwa melatih keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pemberian soalsoal tidak rutin atau tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, asalkan penyajiannya disesuaikan dengan perkembangan kognisi anak. Dengan demikian, agar kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat berkembang secara optimal guru harus membiasakan siswa dengan permasalahan/pertanyaan yang tidak rutin atau soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Namun, dewasa ini kebiasaan siswa saat mengikuti pembelajaran matematika yang hanya mementingkan hasil akhir membuat kemampuan berpikir kritis matematis siswa tidak dapat berkembang dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Skovsmose dalam Hasratuddin (2010), salah satu ciri anak yang tidak dapat berpikir kritis yang baik dalam belajar matematika adalah anak kurang bergairah atau tidak bersemangat, tidak kritis dan hanya memikirkan dan berfokus pada hasil atau jawaban akhir.
Untuk keperluan penelitian ini, peneliti merujuk langkah-langkah berpikir kritis yang tertera pada Tabel 2.1. Langkah-langkah berpikir kritis tersebut disusun oleh Yunarti (2011) dengan mengikuti langkah-langkah metode ilmiah dari Dye. Menurut Yunarti, langkah-langkah dalam metode ilmiah yang dikemukakan Dye merupakan pengembangan dari metode ilmiah murni yang dapat digunakan dalam lingkup pembelajaran. Berikut ini disajikan langkah-langkah berpikir
18 kritis serta kaitannya dengan indikator kemampuan berpikir kritis matematis menurut Yunarti (2011:34) yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Berpikir Kritis serta Kaitannya dengan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis (KBK). Langkah-Langkah dalam Metode Ilmiah menurut James Dye
Langkah-Langkah Berpikir Kritis dalam Penelitian
Indikator KBK yang Mungkin Muncul Interpretasi
1. Merasakan suatu masalah (wonder) 2. Membuat dugaandugaan atau hipotesis
1. Fokus pada suatu masalah atau situasi kontekstual yang dihadapi 2. Membuat pertanyaan akan penyebab dan penyelesaiannya
3. Melakukan pengujian
3. Mengumpulkan data atau informasi dan membuat hubungan antar data atau informasi tersebut. Membuat analisis dengan pertimbangan yang mendalam 4. Melakukan penilaian terhadap hasil pada langkah 3. Penilaian dapat terus dievaluasi dengan kembali ke langkah 3.
Analisis
5. Mengambil keputusan akan penyelesaian masalah yang terbaik
Pengambilan Keputusan
4. Menerima hipotesis yang dianggap benar (Langkah yang dilakukan bisa kembali ke langkah (3) jika akibat yang diprediksi tidak muncul melalui eksperimen) 5. Melakukan tindakan yang sesuai
Interpretasi dan analisis
Evaluasi
Dari penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan maka indikator berpikir kritis matematis siswa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu interpretasi, analisis dan evalusi. Pengambilan Keputusan tidak digunakan sebagai indikator kemampuan berpikir kritis matematis siswa karena berdasarkan penelitian Muzidin (2006), sebagian besar siswa SMP belum matang dalam mengambil keputusan. Hasil Penelitian Kawenggo (2010) juga menyatakan bahwa 70% siswa SMP bingung dan kesulitan dalam mengambil keputusan.
19 Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian Muzidin (2006) dan Kawenggo (2010) dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kompleks dalam aktivitas mental seperti interpretasi, analisis, dan evaluasi.
C. Metode Socrates
Metode Socrates dibuat atau dirancang oleh seorang tokoh filsafat Yunani yang bernama Socrates. Socrates (469 SM - 399 SM) merupakan salah satu figur yang paling penting dalam tradisi filosofis barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles.
Metode Socrates diajarkan melalui cara bertanya jawab untuk membimbing dan memperdalam tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan sehingga siswa dapat membangun pemahamannya secara mandiri berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jones, Bagford, dan Walen dalam Yunarti (2011) yang mendefinisikan metode Socrates sebagai sebuah proses diskusi yang dipimpin guru untuk membuat siswa mempertanyakan validitas penalarannya atau untuk mencapai sebuah kesimpulan. Sementara Maxwell (2009) mendefinisikan metode Socrates sebagai “a process of inductive questioning used to successfully lead a person to knowledge through small steps”, yaitu sebuah proses pertanyaan induktif yang digunakan agar memudahkan seseorang untuk memahami ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah kecil. Selanjutnya, Johnson, D.W. & Johnson, R.T. dalam Nurjannah dan Nadi (2014:20) mendefinisikan metode Socrates sebagai salah satu metode tanya jawab yang
20 digunakan untuk membimbing dan memperdalam tingkat pemahaman, yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, sehingga peserta didik mendapatkan pemikirannya sendiri dari hasil permasalahan kognitif yang terpecahkan.
Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai definisi metode Socrates. Jadi, metode Seocrates adalah sebuah metode pembelajaran yang di dalamnya memuat dialog atau diskusi yang dipimpin oleh guru melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat induktif untuk menguji validitas keyakinan siswa akan suatu objek dan mampu membuat kesimpulan yang benar akan objek tersebut secara konstruktif.
Percakapan dalam metode Socrates merupakan percakapan yang bersifat konstruktif dan menggunakan pertanyaan-pertanyaan Socrates. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan induktif yang akan terus berjalan hingga memperoleh suatu kesimpulan. Pertanyaan tersebut juga dimaksudkan untuk menguji kebenaran jawaban siswa serta membuat siswa berpikir untuk menjelaskan kebenaran jawabannya.
Dalam metode Socrates, seluruh pertanyaan-pertanyaan Socrates mengonstruksi pengetahuan siswa. Menurut Permalink (2006), Richard Paul membagi pertanyaan-pertanyaan ke dalam enam tipe yang benar-benar berguna untuk membangun proses Socrates. Keenam jenis pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan klarifikasi (clarifying questions), asumsi-asumsi penyelidikan (assumption questions), alasan-alasan dan bukti penyelidikan (reason and evidence questions), titik pandang dan persepsi (viewpoint and perspective questions), implikasi dan
21 konsekuensi penyelidikan (implication and consequences questions), dan pertanyaan tentang pertanyaan (origin and source questions).
Jenis pertanyaan Socrates, contoh pertanyaan, serta kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis menurut Yunarti (2011:22) dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Jenis-Jenis Pertanyan Socrates dan Contohnya No
Tipe Pertanyaan
1.
Klarifikasi
2.
Asumsiasumsi penyelidikan
3.
Alasanalasan dan bukti penyelidikan Titik pandang dan Persepsi
4.
5.
6.
Implikasi dan Konsekuensi Penyelidikan Pertanyaan tentang pertanyaan
Contoh Pertanyaan
Apa yang anda maksud dengan ….? Dapatkah anda mengambil cara lain? Dapatkah anda memberikan saya sebuah contoh? Apa yang anda asumsikan? Bagaimana anda bisa memilih asumsiasumsi itu? Bagaimana anda bisa tahu? Mengapa anda berpikir bahwa itu benar? Apa yang dapat mengubah pemikir-an anda? Apa yang anda bayangkan dengan hal tersebut? Efek apa yang dapat diperoleh? Apa alternatifnya? Bagaimana kita dapat menemukannya? Apa isu pentingnya? Generalisasi apa yang dapat kita buat? Apa maksudnya? Apa yang menjadi poin dari pertanyaan ini? Mengapa anda berpikir saya bisa menjawab pertanyaan ini?
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis yang Mungkin Muncul Interpretasi, analisis, evaluasi
Interpretasi, analisis, evaluasi, pengambilan keputusan Evaluasi, analisis
Analisis, evaluasi
Analisis
Interpretasi, analisis, pengambilan keputusan
Ada dua hal pokok yang membedakan metode Socrates dengan metode tanyajawab lainnya. Pertama, menurut Jones, dkk dalam Yunarti (2011:50) metode Socrates dibangun di atas asumsi bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan dasar yang berada dalam dirinya sehingga berbagai pertanyaan atau komentar yang
22 tepat dapat menyebabkan pengetahuan tersebut muncul ke permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya siswa sudah memiliki modal pengetahuan yang dimaksud hanya saja belum menyadarinya. Inilah tugas guru untuk merangsang pengetahuan tersebut agar dapat disadari oleh siswa. Kedua, menurut Jones, Bagford, dan Walen dalam Yunarti (2011:51), pertanyaan-pertanyaan dalam metode Socrates digunakan untuk menguji validitas keyakinan siswa mengenai suatu objek secara mendalam. Pertanyaan yang diajukan guru harus dapat menjadi suatu pilihan, apakah yang diyakini oleh siswa adalah valid atau tidak. Hal ini menunjukkan jawaban yang diberikan siswa harus dipertanya-kan lagi sehingga siswa yakin bahwa jawabannya benar atau salah. Guru tidak boleh berhenti bertanya sebelum yakin bahwa jawaban siswa sudah tervalidasi dengan baik.
Melalui pertanyaan-pertanyaan Socrates di atas, siswa dituntut untuk menggali dan menganalisis sendiri pemahamannya sehingga ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa jawabannya benar atau salah. Dengan demikian validitas keyakinan siswa pada akhir pembelajaran telah dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan Socrates yang kritis serta diajukan secara sistematis dan logis secara nyata mampu memunculkan seluruh kemampuan berpikir kritis siswa untuk mendapatkan hakikat kebenaran suatu objek.
D. Pendekatan Saintifik
Lazim (2013:1) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
23 masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Lazim juga melanjutkan, pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1.
Berpusat pada siswa
2.
Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip
3.
Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
4.
Dapat mengembangkan karakter siswa
Menurut Lazim (2013) dan berdasarkan Depdikbud (2013), pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut: 1.
Mengamati (observing) Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
24 2.
Menanya (Questioning) Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
3.
Menalar (Associating) Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
4.
Mencoba (Experimenting) Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik
25 sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum, (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan, (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya, (4) melakukan dan mengamati percobaan, (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, (6) menarik simpulan atas hasil percobaan, dan (7) membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan.
5.
Mengomunikasikan (Communicating) Pada pendekatan saintifik guru diharapkan dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “ mengomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan prosedur ilmiah
26 yang terdiri atas observing, questioning, experimenting, associating dan communicating sehingga siswa mengonstruksikan sendiri konsep dan prinsip pengetahuan serta membantu mengembangkan karakter.
27
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 22 Pesawaran merupakan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2007:4) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati. Oleh sebab itu, penelitian ini menghasilkan data berupa percakapan kritis matematis siswa yang muncul pada pembelajaran Socrates saintifik.
Pada penelitian ini dilakukan serangkaian kegiatan untuk memperoleh data berupa percakapan kritis matematis siswa tersebut. Serangkaian kegiatan yang dilakukan dimulai dari mengamati, mencatat, bertanya, dan menggali sumber atau subjek yang diteliti. Kemudian, data yang diperoleh diolah, dipaparkan, dan dianalisis. Selanjutnya, diambil kesimpulan yang berupa tulisan deskriptif. Hakikat pemaparan data secara umum diharapkan bagaimana percakapan kritis matematis siswa pada pembelajaran Socrates saintifik.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-F di SMP Negeri 22 Pesawaran tahun pelajaran 2016/2017. Banyak siswa di kelas tersebut yaitu 26 siswa yang
28 terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Karakteristik siswa di kelas tersebut yaitu memiliki kemampuan matematika yang tidak terlalu rendah. Kemudian, terdapat beberapa siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, terdapat beberapa siswa yang cenderung pasif dan hanya diam selama proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut diketahui berdasarkan keterangan dan hasil nilai ulangan harian yang ditunjukan oleh guru matematika di kelas tersebut.
Pada pertemuan pertama seluruh siswa di kelas tersebut yang menjadi subjek penelitian diamati percakapan kritis matematis yang dimunculkan oleh subjek penelitian. Kemudian, pada pertemuan selanjutnya subjek direduksi menjadi dua belas siswa. Dua belas siswa tersebut dipilih berdasarkan keaktifannya dalam memunculkan percakapan kritis matematis selama mengikuti proses pembelajaran pada pertemuan pertama. Mereduksi subjek penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih detail mengenai percakapan kritis matematis siswa yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dua belas siswa yang menjadi subjek penelitian juga dipilih berdasarkan pertimbangan dari tinggi rendahnya kemampuan matematis siswa yang dilihat dari hasil ulangan harian yang ditunjukan oleh guru dengan proporsi masing-masing empat siswa dengan kemampuan matematis tinggi, sedang, dan rendah. Saat pembelajaran, kedua belas siswa tersebut dikelompokkan ke dalam tiga kelompok sesuai tingkat kemampuan matematis yang dimiliki siswa. Pengelompokkan siswa ini dilakukan untuk menunjukkan percakapan kritis matematis siswa yang
29 dimunculkan siswa dari kelompok berkemampuan matematis berbeda selama proses pembelajaran berlangsung.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data percakapan kritis matematis siswa yang muncul selama proses pembelajaran Socrates saintifik berlangsung. Data ini dikumpulkan dengan teknik observasi atau pengamatan, dokumentasi, dan wawancara. Data yang diperoleh dari berbagai teknik tersebut kemudian dibandingkan dengan teknik yang lain yang disebut dengan triangulasi.
Menurut Sugiyono (2012: 330), triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Kemudian, terdapat tiga macam teknik triangulasi yaitu triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan teknik, dan triangulasi dengan waktu. Selanjutnya, triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik.
Triangulasi teknik ini merupakan teknik pengecekan data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang ada dengan teknik yang berbeda. Teknik triangulasi ini digunakan untuk menjaring data dari berbagai teknik pengumpulan dan menyilangkan informasi yang telah diperoleh, dengan harapan sehingga data yang diperoleh lebih lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuannya yaitu untuk menguji kredibilitas data penelitian agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data, sehingga tidak terjadi subjektivitas. Penjabaran dari teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
30 1.
Observasi Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi terbuka, karena ketika dilakukan pengumpulan data, hal tersebut cenderung diketahui oleh siswa/siswi kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran. Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung keadaan yang terjadi, situasi dan kondisi yang terjadi, dan gejala-gejala yang tampak pada subjek penelitian yang berkaitan dengan percakapan kritis matematis siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian, hasil pengamatan tersebut dapat dijadikan dasar untuk melakukan wawancara, baik wawancara kepada siswa secara langsung atau dengan guru mata pelajaran. Selanjutnya, hasil observasi yang dilakukan ini dituangkan dalam lembar catatan lapangan.
2.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan kegiatan khusus dalam rangka merekam, menyimpan, dan mengabadikan gambar dan suara terkait dengan segala kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dokumentasi pada penelitian ini digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Segala aktivitas siswa di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung direkam. Hal ini dilakukan untuk memberikan keterangan atau bukti yang menggambarkan suasana kelas terkait percakapan kritis matemtatis yang muncul ketika proses pembelajaran berlangsung.
3.
Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan sumber data. Wawancara dilakukan saat
31 setelah selesai pembelajaran sesuai, dengan keperluan untuk mengungkap fenomena-fenomena yang melibatkan subjek penelitian terkait dengan percakapan kritis matematis siswa. Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang telah ditetapkan sebelum melakukan wawancara. Selain wawancara terstruktur, dilakukan wawancara tidak terstruktur yang bertujuan untuk memberikan klarifikasi dan menjelaskan sebab dari tindakan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar catatan lapangan, alat perekam, dan pedoman wawancara yang akan diuraikan sebagai berikut: 1.
Lembar Catatan Lapangan Lembar catatan lapangan adalah lembaran kertas yang digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang dituliskan pada lembar catatan lapangan adalah berupa interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan perilaku-perilaku siswa yang terkait dengan percakapan kritis matematis siswa.
2.
Pedoman Wawancara Pedoman wawancara merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan pada saat proses wawancara. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman
32 wawancara dibuat berdasarkan informasi-informasi yang dibutuhkan terkait percakapan kritis matematis siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Pedoman wawancara dibuat ditujukan untuk siswa yang memiliki keanehan ketika pembelajaran sedang berlangsung.
3.
Alat Perekam Alat perekam merupakan alat yang digunakan untuk merekam proses pembelajaran yang berlangsung. Alat perekam digunakan untuk melengkapi informasi yang diperoleh. Dengan adanya alat perekam ini, dapat diperoleh secara lengkap informasi secara lengkap selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, informasi yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung dapat diperiksa kembali. Alat perekam yang digunakan penelitian ini yaitu kamera yang berfungsi sebagai alat perekam gambar mengenai kegiatan yang siswa lakukan dan smartphone yang berfungsi sebagai alat perekam suara dan video mengenai percakapan kritis matematis yang dimunculkan siswa.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu data diambil berdasarkan data lapangan dan fakta empiris untuk mempelajari proses atau penemuan yang terjadi secara alami kemudian dicatat, dianalisis, dan dilakukan penarikan kesimpulan dari proses tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:337) yaitu melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun penjabaran dari teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
33 1.
Data Reduction (Reduksi Data) Reduksi data yang dilakukan pada penelitian ini adalah memilih dan menyederhanakan data yang terdapat pada catatan lapangan. Reduksi data ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian kualitatif berlangsung. Sebelum mendeskripsikan hasil, direduksi terlebih dahulu data yang terpadat pada catatan lapangan serta memilah data/informasi yang tidak relevan terkait percakapan kritis matematis siswa. Dengan demikian data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dilakukan berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan percakapan kritis matematis pada pembelajaran Socrates saintifik. Oleh karena itu, ketika ditemukan sesuatu yang dianggap asing atau yang tidak sesuai dengan fokus penelitian maka itulah yang direduksi.
2.
Data Display (Penyajian Data) Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada penelitian ini data disajikan berupa data deskriptif. Dengan kata lain, penyajian data dilakukan dengan menuliskan semua informasi yang telah dipilih melalui reduksi data dalam bentuk naratif, sehingga mempermudah penulis dalam penarikan kesimpulan. Penyajian data yang dilakukan pada penelitian ini memudahkan dalam mendeskripsikan percakapan kritis matematis siswa yang dimunculkan oleh subjek penelitian. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif dan dialog untuk memperjelas fenomena yang terjadi. Kegiatan ini memunculkan dan menunjukkan kumpulan data
34 atau informasi yang terorganisir dan terkategori yang memungkinkan suatu penarikan kesimpulan atau tindakan.
3.
Conclusion verification (Penarikan Kesimpulan) Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menemukan makna dari data yang telah disajikan. Pada tahap ini, ditarik kesimpulan dan dilakukan verifikasi dengan mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan, dan konfigurasi yang mungkin ada. Kemudian, ditarik kesimpulan dari data yang telah disimpulkan sebelumnya serta mencocokkan dengan catatan lapangan, hasil wawancara, dan pengamatan yang dilakukan pada saat penelitian.
Analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terusmenerus selama masa penelitian. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendeskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.
F. Tahap-tahap Penelitian Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Tahap Persiapan a. Identifikasi Masalah
35 Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Pesawaran. Identifikasi masalah dilakukan dengan mewawancarai guru matematika dan melakukan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 22 Pesawaran. b. Menyiapkan instrumen penelitian Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah menyiapkan instrumen atau alat yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu pedoman wawancara, catatan lapangan, dan alat perekam.
2.
Tahap Pelaksanaan a. Memahami dan memasuki lapangan Pada tahap ini telah dipersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk mulai melakukan tahap mengumpulkan data atau informasi dari subjek penelitian. Diantaranya memahami latar penelitian, yaitu melihat karakteristik siswa dan situasi atau keadaan lingkungan kelas serta lingkungan sekolah, serta percakapan matematis yang terjadi. b. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan dimana data tersebut ditulis di dalam lembar catatan lapangan. Kemudian, pengumpulan data dengan wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Selanjutnya, pengumpulan data dengan dokumentasi juga dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. c. Pengolahan Data Setelah itu, dilakukan analisis data sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan pada bagian metode analisis data sebelumnya. Kemudian, dibuat kesimpulan makna dari hasil penelitian yang diperoleh.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa percakapan kritis matematis siswa pada pembelajaran Socrates saintifik di kelas VII-F SMP Negeri 22 Pesawaran semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017, dapat diuraikan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Percakapan kritis matematis lebih sering muncul jika siswa diberikan permasalahan yang memuat indikator interpretasi atau analisis.
2.
Pada saat percakapan kritis matematis berlangsung, indikator analisis merupakan indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang sering dimunculkan oleh siswa.
3.
Percakapan kritis matematis lebih sering muncul pada saat guru dan siswa menggunakan pertanyaan Socrates tipe klarifikasi.
4.
Pada saat percakapan kritis matematis berlangsung, langkah saintifik communicating merupakan langkah saintifik yang sering dilakukan oleh siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
115 1.
Bagi guru, hendaknya menguasai konsep materi dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode Socrates dan pendekatan saintifik, agar mampu memunculkan percakapan kritis matematis pada siswa dengan baik.
2.
Bagi guru, hendaknya selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan bahasa yang komunikatif agar siswa dapat lebih mudah dalam memahami apa yang guru sampaikan.
3.
Bagi guru, hendaknya tidak memberikan jawaban secara langsung kepada siswa yang bertanya, tetapi guru dapat memancing dan memvalidasi pemahaman siswa menggunakan memberikan pertanyaan Socrates untuk mengetahui pemahaman siswa akan materi yang telah disampaikan serta menghindari kesalahpahaman atau ketidakpahaman siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan cara memvalidasi jawaban mereka dengan menggunakan pertanyaan Socrates.
4.
Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan pembelajaran Socrates, sebaiknya mempersiapkan penelitian dengan sebaik-baiknya. Pemilihan guru mitra yang mampu dan siap melaksanakan pembelajaran Socrates saintifik sangat berpengarung pada saat penelitian berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Anderson et.al. 2003. Classroom Discussions-Using Math Talk to Help Students Learn. Sausalito : Math Solution Publication. ___________ . 2011. Seeing Math Discourse in Action Gardes K-6. A Multimedia Professional Learning Resources. Baharun, Hossain. 2014. Metode Pembelajaran Socrates. (Online), (http://id.scribd.com/doc/212772623/Metode-Pembelajaran-Socrates#scribd), diakses 12 September 2016. Barnadib, Iman. 1995. Pendidikan yang Memiskinkan. Harian Barnabas. 05 Mei 1995. (Online), ( http://edukasi.barnabas.com), diakses 12 September 2016. Bradford, Susann Meachelle. 2007. The Use of Mathematics Dialogues to Support Student Learning In High School Prealgebra Classes. Disertasi tidak diterbitkan. Montana: University of Montana. Depdikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013, Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dharma Bhakti. . 2006. Buku Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: BSNP. . 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. . 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika. Fachrurazi. 2011. Penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis siswa sekolah dasar. (Online), (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf), diakses 12 September 2016.
117 Fuson, Karen. 2015. A Math Talk Community-Math Expressions Common Core. United State of America: Houghton Mifflin Harcourt. Hasratuddin. 2009. Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pendekatan Kontekstual. (Online), ( http://digilib.unimed.ac.id/pub-lic/UNIMEDArticle-24572-Hasruddin.pdf), diakses 10 Oktober 2016. . 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui Pendekatan Matematika Realistik. (Online), (http://eprints.unsri.ac-.id/841), diakses 10 Oktober 2016. Haryani, Desti. 2011. Pembelajaran Matematika dengan Pemecahan Masalah Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding, disajikan dalam Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, FMIPA, UNY pada tanggal 14 Mei 2012. Kawenggo, Riyan. 2010. Studi Kasus tentang Kematangan Karir Siswa Kelas IX SMPN 7 Gorontalo. (Online), (http://ejournals1. Undip-.ac.id/), diakses 10 Oktober 2016. Lambertus. 2009. Pentingnya Mela-tih Keterampilan Berpikir Kri-tis dalam Pembelajaran Matematika di SD. (Online), Volume 28, No.2, (http://forumkependidikan.unsri.ac.id/userfiles/Artikel%20LambertusUNH-ALUOKE.pdf), diakses 21 September 2016.
Lazim, M. 2013. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Kurikulum 2013. (Online), (http://p4tksbjogja.com/arsip/index.php?opion=com_phocadownload&view=category&download=122:penerapanpende katansaintifikdalampembelajarankurikulum2013&id=1:widyaiswara), diakses 12 September 2016. Mahmuzah, dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Problem Posing. (Online), (http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/download/2076/2030), diakses 10 Oktober 2016. Maxwell, Max. 2009. Introduction to the Socratic Method and its Effect on Critical Thinking. (Online), (http://www.socraticmethod.net), diakses 10 Oktober 2016. Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press. Moloeng, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Murtadho, Fathiaty. 2013. Berpikir Kritis dan Strategi Metakognisi: Alternatif
118 Sarana Pengoptimalan Latihan Menulis Argumentasi. (Online), (http://educ.utm.my/wp-content/uploads/2013/11/71.pdf), diakses 12 September 2016. Muzidin, Nur. 2006. Perkembangan Karir dan Kemantapan Memilih Studi Lanjut pada Siswa Kelas IX SMPN 6 Yogyakarta. Skripsi (Online), (http://perkembangan_karir_siswa.ac.id/), diakses 10 Oktober 2016. National Council of Teachers of Mathematics. 1991. Professional Standards for Teaching Mathematics (Electronic version). Reston, VA: Author. Nurjannah, Alfiyah dan Nadi Suprapto. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Socrates Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Hukum Newton.(Online), (http://www.scribd.com/doc/217751528/Pengaruh-Penerapan-PembelajaranSocrates-TerhadapKeterampilan-Berpikir-Kritis-dalam-Pembelajaran-Fisika-pada-MateriHukum-Newton), diakses 10 Oktober 2016. Permalink. (2006). What do you Know and how do you Know it: Socrati Dialogue II. (Online). (http://gandalwaven.typepad.com/intheroom/2006/11/one_of_the_diff.html), diakses 10 Oktober 2016. Purver, Matthew. 2003. Answering clarification questions. In Proceedings of the 4th SIG-dial Workshop on Discourse and Dialogue, 23-33. Association for Computational Li-nguistics, Sapporo, 7-12 July 2003. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar matematika 1. Jakarta: Rineka Cipta. Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika.Jurnal.Ternate: Universitas Khairun Ternate. Usdiyana D, Purniati T, dan Yulianti K. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Jurnal Pengajaran MIPA. Vol. 13, No. 1, April 2009. Yunarti, Tina. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: UPI.