HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN JASMANI, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS KHUSUS OLAHRAGA ANGKATAN 2010 SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Alfian Suhendro NIM 08601244083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEPTEMBER 2012
iii
iv
v
MOTTO
1. Hanya kepada Allah semata aku sujudkan kepalaku. 2. Jadilah pribadi seperti Rasulullah. 3. Membahagiakanmu adalah kebahagiaan terbesarku wahai Bapak dan Ibu. 4. Orang yang sukses adalah orang yang bisa menikmati waktu luangnya tanpa mengabaikan pekerjaan utamanya. 5. I fear no one but respect everyone.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang-orang yang istimewa di hati penulis, yaitu kedua orang tua penulis ayahanda tercinta Bapak Juremi dan ibunda tercinta Ibu Susilowati, beserta segenap keluarga besar mbah kakung dan mbah putri baik di Sokaraja maupun di Purbalingga di mana kasih sayang serta motivasi mereka tidak pernah putus dalam jatuh bangunnya penulis.
vii
HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN JASMANI, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS KHUSUS OLAHRAGA ANGKATAN 2010 SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA
Oleh Alfian Suhendro NIM 08601244083 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi korelasi dengan menggunakan empat macam variabel yang terdiri dari tiga variabel bebas, yaitu kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua; serta satu variabel terikat yaitu prestasi belajar. Penelitian ini menggunakan sampel Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Instrumen yang digunakan adalah Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk umur 16 – 19 tahun, Tes IQ dan Bakat, formulir pertanyaan, dan buku rapor siswa. Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu uji korelasi (Product Moment Correllations) dan analisis regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan prestasi belajar siswa yang diketahui berdasarkan (0,581) yang lebih besar dari nilai r tabel (0,396); ada besarnya nilai r hitung hubungan yang signifikan antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar siswa yang diketahui berdasarkan besarnya nilai r hitung (0,515) yang lebih besar dari nilai r tabel (0,396); ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa yang diketahui berdasarkan besarnya nilai r hitung (0,470) yang lebih besar dari nilai r tabel (0,396); dan ada hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa yang diketahui berdasarkan besarnya nilai f hitung , , (11,283) yang lebih besar dari f tabel (3,01). Adapun besarnya sumbangan ketiga variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat adalah sebesar 61,7%.
Kata kunci: Kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, pendidikan orang tua, prestasi belajar, Siswa Kelas Khusus Olahraga
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat-Nya tugas akhir skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kebugaran Jasmani, Kecerdasan Intelektual, dan Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta” dapat terselesaikan tanpa hambatan yang berarti. Tidak lupa sholawat penulis curahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW., karena berkat dialah dunia ini berubah dari zaman gelap gulita ke zaman terang benderang. Penyusunan tugas akhir skripsi ini dari awal hingga akhir tidak lepas berkat bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas dan keterbukaan hati telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan semangat yang sangat berarti bagi penulis. Sudah sepantasnyalah sebagai ungkapan rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di kampus Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi; Fakultas Ilmu Keolahragaan; Universitas negeri Yogyakarta.
2.
Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam hal administrasi penyusunan tugas akhir skripsi ini.
ix
3.
Ketua Jurusan POR, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta
yang
memberikan
arahan,
dan
panduan
untuk
segera
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 4.
Dra. Farida Mulyaningsih, M.Kes., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan, nasihat, dorongan, dan motivasi, sehingga terselesaikanlah tugas akhir skripsi ini.
5.
Sridadi, M.Pd., selaku penasihat akademik yang telah memberikan motivasi dan nasihat.
6.
Bapak, ibu dosen, beserta jajaran staf dan karyawan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang sudah berkenan memberikan segenap ilmu dan membantu dengan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung.
7.
Supriadi, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian di SMA Negeri 4 Yogyakarta.
8.
Edy Suyadi, S.Pd. dan Suhartinah, S.Pd. selaku guru Pendidikan Jasmani SMA Negeri 4 Yogyakarta yang juga telah membantu dalam proses penelitian tugas akhir skripsi ini.
9.
Teman-teman mahasiswa Program Studi PJKR angkatan 2008 FIK UNY.
10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari karya sederhana ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran membangun dengan senang hati penulis tampung untuk
x
perbaikan lebih lanjut. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan keolahragaan.
Yogyakarta, 4 April 2012
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ..............................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ............................................................................
ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... B. Identifikasi Masalah ........................................................................... C. Pembatasan Masalah .......................................................................... D. Perumusan Masalah ............................................................................ E. Tujuan Penelitian ................................................................................ F. Manfaat Penelitian ..............................................................................
1 1 6 7 7 8 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ A. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ........................... 1. Hakikat Kebugaran Jasmani .......................................................... 2. Hakikat Kecerdasan Intelektual ..................................................... 3. Hakikat Pendidikan Orang Tua ..................................................... 4. Hakikat Prestasi Belajar ................................................................. 5. Kelas Khusus Olahraga SMA Negeri 4 Yogyakarta ..................... 6. Karakteristik Siswa SMA .............................................................. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................... C. Penelitian yang Relevan ..................................................................... D. Kerangka Berpikir .............................................................................. E. Hipotesis Penelitian ............................................................................
10 10 10 18 23 26 30 32 32 35 36 38
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... A. Desain Penelitian ................................................................................ B. Populasi Penelitian .............................................................................
39 39 40
xii
C. Deskripsi Lokasi, Subyek, dan Waktu Penelitian .............................. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 2. Deskripsi Subyek Penelitian .......................................................... 3. Deskripsi Waktu Penelitian ........................................................... D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ........................ 1. Instrumen Penelitian ...................................................................... 2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 1. Uji Normalitas ............................................................................... 2. Uji Linearitas .................................................................................
40 40 41 41 42 42 45 48 49 49
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. A. Hasil Penelitian................................................................................... 1. Deskripsi Masing-Masing Variabel Penelitian .............................. 2. Uji Hipotesis .................................................................................. B. Pembahasan ........................................................................................ 1. Hubungan antara Kebugaran Jasmani dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ..................................................................................... 2. Hubungan antara Kecerdasan Intelektual dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ...................................................................... 3. Hubungan antara Pendidikan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ............................................................ 4. Hubungan antara Kebugaran Jasmani, Kecerdasan Intelektual, dan Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta .....................................................................................
51 51 51 57 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ A. Kesimpulan ......................................................................................... B. Implikasi Hasil Penelitian .................................................................. C. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... D. Saran ...................................................................................................
67 67 68 68 69
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
71
LAMPIRAN ............................................................................................
73
xiii
63
64
64
65
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Format Formulir Pertanyaan .....................................................
45
Tabel 2. Nilai TKJI untuk Umur 16 – 19 Tahun Putra ...........................
46
Tabel 3. Nilai TKJI untuk Umur 16 – 19 Tahun Putri ............................
46
Tabel 4. Norma TKJI untuk Umur 16 – 19 Tahun ..................................
47
Tabel 5. Penggolongan Tingkat IQ dan Bakat ........................................
47
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas .................................................................
49
Tabel 7. Hasil Uji Linearitas ...................................................................
50
Tabel 8. Deskripsi Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ..............................................
52
Tabel 9. Deskripsi Tingkat Kecerdasan Intelektual Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ...............................
53
Tabel 10. Deskripsi Tingkat Pendidikan Orang Tua Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta.............................
55
Tabel 11. Deskripsi Tingkat Prestasi Belajar Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ............................................
56
Tabel 12. Hasil Uji Korelasi....................................................................
58
Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Ganda .................................................
58
Tabel 14. Hasil Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif..................
62
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Diagram Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ..........................
52
Gambar 2. Diagram Tingkat Kecerdasan Intelektual Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ..........................
54
Gambar 3. Diagram Tingkat Pendidikan Orang Tua Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ..........................
55
Gambar 4. Diagram Tingkat Prestasi Belajar Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ..........................................
57
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Lembar Permohonan Pembimbing Tugas Akhir Skripsi ....
74
Lampiran 2. Kartu Bimbingan Tugas Akhir Skripsi ...............................
75
Lampiran 3. Lembar Pengesahan Izin Penelitian ....................................
76
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian ......................................
77
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ...........
78
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta .............................................
79
Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ..................
80
Lampiran 8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk Anak Usia 16 – 19 Tahun ............
81-90
Lampiran 9. Sertifikat Peneraan Alat Penelitian .....................................
91-92
Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ......
93
Lampiran 11. Sertifikat Hasil Tes IQ ......................................................
94-95
Lampiran 12. Data Penelitian..................................................................
96
Lampiran 13. Uji Prasyarat Penelitian ....................................................
97-98
Lampiran 14. Uji Hipotesis Penelitian ....................................................
99-100
Lampiran 15. Dokumentasi .....................................................................
101-103
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana mencapai salah satu tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat butir ketiga yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu contoh upaya yang dilakukan adalah dengan mengubah kurikulum pendidikan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan kurikulum pendidikan ini tidak semata sebagai bentuk penyempurnaan kurikulum sebelumnya tetapi juga sebagai sarana untuk menghasilkan lulusan-lulusan akademik yang memang berguna dan dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dan internasional. SMA Negeri 4 Yogyakarta adalah salah satu sekolah menengah atas unggulan yang berada di Kotamadya Yogyakarta, Provinsi DIY. Saat ini SMA Negeri 4 Yogyakarta berstatus Rintisan Sekolah Kategori Mandiri. Mulai pada tahun ajaran 2010/2011, SMA Negeri 4 Yogyakarta membuat terobosan dengan membuka kelas khusus bernama Kelas Khusus Olahraga (KKO). Dengan adanya kelas tersebut, SMA Negeri 4 Yogyakarta menjadi salah satu sekolah menengah atas di Provinsi DIY yang memiliki kelas khusus olahraga. Kelas ini dibuka sebagai bentuk tindak lanjut pihak sekolah untuk menampung dan mendidik siswa yang berbakat dalam bidang olahraga agar dapat berprestasi maksimal tanpa menomorduakan prestasi akademik. Oleh karena
1
itu kurikulum yang digunakan dalam kelas khusus olahraga sama dengan kurikulum yang digunakan di kelas reguler. Siswa yang masuk dalam kelas khusus olahraga adalah siswa yang memiliki keahlian dan prestasi pada cabang olahraga tertentu. Hal ini yang membedakan siswa kelas khusus olahraga dengan siswa kelas reguler. Jika siswa kelas reguler menggunakan Nilai Ujian Nasional (NUN) sebagai syarat masuk, berbeda halnya dengan siswa kelas khusus olahraga. Calon siswa kelas khusus olahraga harus memiliki piagam prestasi pada cabang olahraga yang ditekuninya. Selain itu calon siswa juga harus lulus dalam tes fisik yang diadakan oleh pihak sekolah. Jika kedua syarat tersebut terpenuhi siswa dianggap layak untuk masuk dalam kelas khusus olahraga walaupun dengan NUN di bawah rata-rata. Di samping memperoleh mata pelajaran secara umum, siswa kelas khusus olahraga juga memperoleh mata pelajaran tambahan yang digunakan untuk berlatih sesuai cabang olahraganya masing-masing. Mata pelajaran tambahan tersebut diadakan dua kali seminggu yaitu pada hari Rabu dan hari Sabtu dimulai pukul 05.30 sampai pukul 07.30. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru Pendidikan Jasmani SMA Negeri 4 Yogyakarta, diketahui bahwa setiap siswa kelas khusus olahraga rata-rata melakukan aktivitas fisik selama 5 – 10 jam dalam sehari. Rinciannya berupa aktivitas di sekolah kurang lebih selama 5 - 7 jam dan latihan di klub olahraga masing-masing pada sore harinya kurang lebih selama 2 - 3 jam. Banyaknya
2
aktivitas yang dilakukan tentu saja siswa dituntut untuk memiliki kebugaran jasmani yang baik. Kebugaran
jasmani
dapat
diartikan
sebagai
kesanggupan
atau
kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Depdiknas, 2003: 53). Dengan kebugaran jasmani yang baik, siswa akan lebih siap dan bersemangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari khususnya aktivitas pembelajaran di sekolah. Tidak salah jika kebugaran jasmani secara tidak langsung berpengaruh pada prestasi belajar siswa di sekolah. Hal ini yang diharapkan oleh pihak SMA Negeri 4 Yogyakarta agar siswa mereka khususnya siswa kelas khusus olahraga memperoleh prestasi belajar yang maksimal di samping prestasi pada cabang olahraganya. Prestasi belajar diartikan sebagai kemampuan siswa dalam penguasaan materi dan keterampilan berpikir yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif yang dinyatakan dalam proses belajar mengajar melalui pengukuran dan penilaian (Denny Mahendra Kushendar, 2010: 3). Gambaran mengenai prestasi belajar siswa dapat terlihat di buku laporan semester (buku rapor) yang merupakan hasil evaluasi pembelajaran siswa selama satu semester. Buku rapor memuat nilai akhir semua mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa selama satu semester yang kemudian semuanya diakumulasi dan dirata-rata sebelum dikonversikan pada kriteria prestasi yang sesuai. Kriteria prestasi ini biasa
3
digambarkan dalam benttuk ranking. Semakin tinggi rata-rata nilai rapor maka akan semakin baik prestasi belajar yang didapat. Selain faktor kebugaran jasmani seperti yang sudah diuraikan di atas, terdapat faktor lain yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Salah satu faktor tersebut adalah faktor kecerdasan intelektual atau IQ. Andi Yudianto (2007: 1) mendefinisikan kecerdasan sebagai tingkah laku dan kemampuan adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, berpikir abstrak dan mengambil makna dari pengalaman-pengalaman. Bagi siswa, kecerdasan intelektual sangat berperan dalam proses penerimaan dan pemahaman materi pelajaran yang diberikan kepadanya baik secara teori maupun praktik. Siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi akan lebih mudah mengingat materi yang pernah diajarkan kepadanya sekalipun tanpa belajar terlebih dahulu. Kecerdasan intelektual sendiri dapat diukur menggunakan tes yang disebut Tes IQ. Tes IQ biasa digambarkan dalam bentuk skor dengan tujuan mengetahui tingkat kecerdasan yang dimiliki manusia. Tes IQ ini juga yang dijadikan pihak sekolah khususnya SMA Negeri 4 Yogyakarta sebagai dasar untuk menentukan jurusan studi lanjutan sesuai potensi yang dimiliki siswanya. Kecerdasan intelektual atau intelejensi dapat dibentuk sejak masih dalam rahim. Kecerdasan sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi termasuk makanan yang dikonsumsi oleh sang ibu sejak masih mengandung. Orang tua yang berharap anaknya memiliki kecerdasan tinggi harus memberikan suplai makanan yang bergizi pula kepada sang anak. Namun fakta membuktikan bahwa masih banyak orang tua kurang memperhatikan gizi
4
melalui makanan yang diberikan kepada sang anak. Keterbatasan ekonomi dan pengetahuan diketahui sebagai penyebab hal ini terjadi. Orang tua yang bijak seharusnya memprioritaskan gizi sebagai konsumsi utama yang diberikan kepada sang anak. Tingkat pendidikan orang tua sangatlah berpengaruh di sini. Pendidikan orang tua diartikan sebagai pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua baik ayah maupun ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan dianggap semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki. Orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki kesadaran yang tinggi pula terhadap pola hidup sehat yang dijalankan sehari-hari. Orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi berusaha memberikan suplai makanan bergizi demi menunjang prestasi sang anak baik di dalam maupun di luar sekolah. Tidak mengherankan jika orang tua mengharapkan anaknya mampu menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya. Jadi tidak salah jika semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan semakin tinggi pula tuntutan terhadap prestasi belajar sang anak. Dengan dibukanya kelas khusus olahraga secara tidak langsung memberikan tanggung jawab lebih besar kepada SMA Negeri 4 Yogyakarta untuk mendidik dan mengajar siswanya agar menjadi insan akademik yang berguna bagi masyarakat. Gambaran keberhasilan itu akan tercermin pada prestasi belajar yang diperoleh siswa selama belajar di SMA Negeri 4 Yogyakarta. Dengan dibukanya Kelas Khusus Olahraga SMA Negeri 4 Yogyakarta, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi
5
belajar siswa kelas khusus olahraga. Sebagai obyek penelitian, peneliti tertarik untuk meneliti siswa kelas khusus olahraga angkatan 2010 yang sekarang menduduki bangku kelas XI (sebelas). Hal ini karena saat penelitian berlangsung siswa kelas khusus olahraga angkatan 2010 sudah pernah mengikuti ulangan semester gasal pada kelas X (sepuluh). Dengan begitu nilai rapor yang ada pada semester tersebut merupakan gambaran prestasi belajar murni yang dimiliki oleh siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di antaranya faktor kebugaran jasmani, faktor kecerdasan intelektual, dan faktor latar belakang pendidikan orang tua. 2. Nilai Ujian Nasional (NUN) tidak digunakan sebagai syarat masuk Kelas Khusus Olahraga SMA Negeri 4 Yogyakarta sehingga hasil prestasi belajar siswa kurang diperhitungkan. 3. Belum diketahui ada tidaknya hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 4. Belum diketahui ada tidaknya hubungan tingkat kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta.
6
5. Belum diketahui ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 6. Belum diketahui ada tidaknya hubungan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta, serta belum diketahui seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh setiap faktor. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas serta agar penelitian lebih terfokus dan mendalam maka penelitian ini hanya mengkorelasikan hubungan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar semester gasal Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Adakah hubungan yang signifikan antara tingkat kebugaran jasmani dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta? 2. Adakah hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta?
7
3. Adakah hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta? 4. Adakah hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta? Serta berapa besar sumbangan yang diberikan oleh setiap faktornya? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk: 1. Mengetahui hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 2. Mengetahui hubungan tingkat kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 3. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 4. Mengetahui hubungan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta, serta mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh setiap faktornya.
8
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat khususnya masyarakat sekolah akan pentingnya menjaga kebugaran jasmani dan pola hidup sehat dalam aktivitas sehari-hari. 2. Manfaat Praktis a. Bagi SMA Negeri 4 Yogyakarta, penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa baik kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, maupun pendidikan orang tua memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. b. Bagi Guru Pendidikan Jasmani, penelitian ini dapat memberikan acuan bahwa kebugaran jasmani juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di samping kecerdasan intelektual siswa dan latar belakang pendidikan orang tua siswa. c. Bagi orang tua siswa, penelitian ini dapat memberikan informasi akan pentingnya makanan bergizi dan pola hidup sehat yang harus diajarkan kepada sang anak agar sang anak dapat menjaga kebugaran jasmaninya serta memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. d. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan studi dan dasar penelitian lebih lanjut tentang kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, pendidikan orang tua, dan prestasi belajar.
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Hakikat Kebugaran Jasmani a. Pengertian Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan aktivitas fisik. Setiap manusia memiliki aktivitas fisik yang berbeda, otomatis kebugaran jasmaninya pun akan berbeda. Semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan maka tingkat kebugaran jasmani pun akan semakin tinggi. Kebugaran jasmani diartikan sebagai kesanggupan atau kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Depdiknas, 2000: 53). Adapun menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2) yang mengemukakan bahwa: “Secara umum, yang dimaksud kebugaran jasmani adalah kebugaran fisik (physical fitness), yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya.” (Djoko Pekik Irianto, 2004: 2). Lebih khusus menurut Rusli Lutan (2002: 62), kebugaran jasmani diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah suatu kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk melakukan aktivitas fisik secara efektif dan efisien tanpa
10
menimbulkan kelelahan yang berarti sehingga masih memiliki cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas lain. b. Komponen Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani yang identik dengan aktivitas fisik tentu saja memiliki komponen yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui seseorang dikatakan bugar atau tidak. Komponen tersebut berhubungan dengan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki tubuh manusia. Komponen ini biasa disebut komponen atau unsur kebugaran jasmani. Komponen kebugaran jasmani diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan yang berhubungan dengan keterampilan. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4): “Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan memiliki 4 komponen dasar, meliputi: 1. Daya tahan paru jantung, yakni kemampuan paru-jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu yang lama. 2. Kekuatan dan daya tahan otot Kekuatan otot adalah: kemampuan otot melawan beban dalam satu usaha. Daya tahan otot adalah: kemampuan otot untuk melakukan serangkaian kerja dalam waktu yang lama. 3. Kelentukan adalah: kemampuan tubuh untuk bergerak secara leluasa. 4. Komposisi tubuh adalah: perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak yang dinyatakan dalam presentase lemak tubuh.” (Djoko Pekik Irianto, 2004: 4). Adapun Rusli Lutan (2002: 63) yang berpendapat hampir sama dengan pendapat di atas. Kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan mengandung 4 unsur pokok yaitu kekuatan otot, daya tahan
11
otot, daya tahan aerobik, dan fleksibilitas. Berikut penjelasan mengenai masing-masing komponen tersebut. 1) Kekuatan Otot Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan gerak dengan usaha maksimum. 2) Daya Tahan Otot Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan gerak secara maksimum selama periode waktu tertentu. 3) Daya Tahan Aerobik Daya tahan aerobik adalah kemampuan organ jantung dan paru-paru serta sistem peredaran darah untuk berfungsi secara efisien dalam tempo yang cukup tinggi selama periode waktu tertentu. 4) Fleksibilitas Fleksibilitas adalah ruang gerak dari berbagai sendi tubuh. Sedangkan menurut Depdiknas (2000: 53) dijelaskan komponen kebugaran
jasmani
yang
berhubungan
dengan
kesehatan
dan
keterampilan. Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu: 1) daya tahan jantung, 2) daya tahan otot, 3) kekuatan otot, 4) tenaga ledak otot, dan 5) kelentukan. Dan komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan, yaitu: 1) kecepatan, 2) ketangkasan, 3) keseimbangan, 4) kecepatan reaksi, 5) koordinasi, dan 6) komposisi tubuh.
12
Komponen kebugaran jasmani pada dasarnya bersifat saling melengkapi. Bila disederhanakan baik komponen yang berhubungan dengan kesehatan maupun yang berhubungan dengan keterampilan dapat disederhanakan menjadi 5 komponen dasar, yaitu: 1) Daya Tahan Jantung Paru (Kardiorespirasi) Daya tahan jantung paru merupakan komponen utama dalam kebugaran jasmani. Daya tahan paru jantung adalah kemampuan organ paru-paru dan jantung dalam menyuplai oksigen untuk kerja otot tubuh dalam jangka waktu yang lama (Djoko Pekik Irianto, 2004: 4). Semakin baik daya tahan jantung paru seseorang maka akan semakin baik juga kebugaran jasmaninya. 2) Kekuatan Otot Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan gerak dengan usaha maksimum (Rusli Lutan, 2002: 63). Seseorang dikatakan sudah melakukan
usaha
maksimum
jika
seseorang
tersebut
sudah
mengerahkan seluruh kemampuan ototnya untuk mengangkat beban seberat-beratnya. 3) Daya Tahan Otot Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan gerak secara maksimum selama periode waktu tertentu (Rusli Lutan, 2002: 63). Seseorang dikatakan memiliki daya tahan otot yang jika berhasil mengangkat beban maksimal secara berulang-ulang dalam periode waktu yang sudah ditentukan sebelumnya.
13
4) Tenaga Ledak Otot (Power) Tenaga
ledak
atau
power
adalah
kemampuan
tubuh
yang
memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk bekerja secara eksplosif (Wahjoedi, 2000: 58). Tenaga ledak juga dapat diartikan sebagai
kemampuan
seseorang
untuk
mengerahkan
kekuatan
maksimum dalam jangka waktu sesingkat mungkin. 5) Kecepatan Menurut Abdul Kadir Ateng (1992: 66), kecepatan adalah kemampuan individu untuk melakukan gerakan-gerakan yang berulang-ulang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan sangat identik dengan kegesitan seseorang. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Banyak faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani manusia. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 7-10), faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani terdiri dari 3 faktor, yaitu faktor makan, faktor istirahat, dan faktor olahraga. Ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Faktor Makan Makan merupakan suatu proses mengonsumsi makanan. Makanan diperlukan tubuh sebagai sumber tenaga. Tanpa makanan tubuh akan merasa lemas dan tidak bertenaga. Selain sebagai sumber tenaga, makanan juga sangat diperlukan sebagai sarana pertumbuhan serta perkembangan organ-organ tubuh. Makanan yang dikonsumsi pun
14
harus sehat dan bergizi agar tubuh dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Djoko Pekik Irianto (2004: 7) menjelaskan syarat makanan sehat berimbang adalah makanan yang terdapat unsur-unsur seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air di dalamnya. 2) Faktor Istirahat Banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan akan menimbulkan kelelahan. Kelelahan adalah salah satu indikator keterbatasan fungsi tubuh (Djoko Pekik Irianto, 2004: 8). Istirahat diperlukan oleh tubuh untuk mengembalikan tenaga saat terjadi kelelahan. Seringkali istirahat juga diidentikan dengan tidur. Dengan waktu tidur yang cukup, tubuh akan kembali segar dan siap untuk beraktivitas kembali di keesokan harinya. Waktu tidur yang diperlukan dalam sehari kurang lebih selama 7-10 jam pada malam hari. 3) Faktor Olahraga dan Latihan Berolahraga merupakan salah satu cara paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran jasmani (Djoko Pekik Irianto, 2004: 9). Tentu saja olahraga atau latihan yang dilakukan harus terpola dan teratur. Latihan yang terpola adalah latihan yang memenuhi prinsip-prinsip latihan sebagai berikut.
15
a) Sistematis Sistematis berarti latihan harus dilakukan secara urut. Latihan harus dimulai dari pemanasan, berlanjut ke inti, dan diakhiri dengan pendinginan. b) Continue (Berkelanjutan) Continue berarti latihan harus dilakukan secara berkelanjutan dengan frekuensi waktu yang teratur. c) Overload (Beban Bertambah) Overload berarti latihan yang dilakukan harus mengalami pertambahan beban di setiap jenjang latihan mulai dari yang paling ringan ke yang paling berat. Adapun menurut Perry (dalam Astrianto, 2011: 22-23), faktorfaktor yang yang mempengaruhi kebugaran jasmani antara lain faktor umur, faktor jenis kelamin, faktor bentuk tubuh, faktor keadaan kesehatan, faktor asupan gizi, faktor berat badan, faktor tidur dan istirahat, dan faktor aktivitas fisik. Berikut penjelasan tentang faktorfaktor tersebut. 1) Faktor Umur Kebugaran jasmani dapat diperoleh di semua tingkatan umur. Namun perlu diketahui bahwa setiap tingkatan umur memiliki standar kebugaran jasmani yang berbeda. Semakin matang umur seseorang maka kebugaran jasmaninyapun akan semakin tinggi tergantung dari aktivitas yang dilakukan seseorang tersebut.
16
2) Faktor Jenis Kelamin Masing-masing jenis kelamin memiliki keuntungan yang berbeda khususnya pada kebugaran jasmani yang dimiliki. Dalam keadaan normal,
perempuan
memiliki
keunggulan
dalam
menghadapi
perubahan suhu yang terjadi secara tiba-tiba. Sedangkan laki-laki memiliki keunggulan dalam hal eksplorasi tenaga dan kecepatan. 3) Faktor Bentuk Tubuh Bentuk tubuh identik dengan proporsi tubuh. Semakin baik bentuk tubuh tentu semakin mudah dalam memperoleh kebugaran jasmani. Bentuk tubuh yang baik adalah bentuk tubuh yang bebas dari kecacatan fisik yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. 4) Faktor Keadaan Kesehatan Kebugaran jasmani tidak dapat dicapai bila seseorang berada dalam kondisi tidak sehat dan begitu pula sebaliknya. Seseorang yang berada dalam kondisi sehat akan lebih mudah dalam mencapai kebugaran jasmani. 5) Faktor Asupan Gizi Makanan
yang
memperoleh
dikonsumsi
kebugaran
menjadi
jasmani.
komponen
Makanan
yang
vital
dalam
baik
untuk
dikonsumsi adalah makanan yang memenuhi standar gizi, yaitu makanan yang terdapat unsur karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air di dalamnya.
17
6) Faktor Berat Badan Berat badan identik dengan komposisi lemak yang ada dalam tubuh. Semakin ideal berat badan maka akan semakin mudah mencapai kebugaran jasmani. Berat badan ideal adalah berat badan yang selaras dengan tinggi badan. 7) Faktor Tidur dan Istirahat Dengan banyaknya aktivitas yang dilakukan tentu saja tubuh membutuhkan istirahat untuk memperbaiki otot-otot tubuh serta mengisi kembali tenaga yang sudah dikeluarkan. Tanpa tidur atau istirahat yang cukup seseorang tidak akan dapat memperoleh kebugaran jasmani yang diinginkan. 8) Faktor Kegiatan Fisik Kegiatan fisik mutlak sangat menentukan kebugaran jasmani seseorang. Kegiatan fisik yang sesuai takaran dan disertai dengan istirahat akan berimbas positif dengan kondisi kebugaran jasmani. 2. Hakikat Kecerdasan Intelektual a. Pengertian Kecerdasan Kecerdasan merupakan salah satu anugerah terbesar yang dimiliki manusia yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lain. Dengan kecerdasan, manusia dapat meningkatkan serta mempertahankan kualitas hidupnya melalui proses berpikir dan belajar secara terus menerus. Tidak mengherankan jika kecerdasan menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti.
18
Para ahli mendefinikan kecerdasan ke dalam definisi yang beragam. 1) C. P. Chaplin (dalam Syamsu Yusuf, 2004: 106) mengartikan kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. 2) Anita E. Woolfolk (dalam Syamsu Yusuf, 2004: 106) mendefinisikan kecerdasan
sebagai
memperoleh
dan
satu
atau
beberapa
menggunakan
kemampuan
pengetahuan
dalam
untuk rangka
memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan. 3) Tony Buzan (dalam Agus Efendi, 2005: 81), kecerdasan didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk berpikir dengan cara-cara baru dan orisinil. 4) Andi Yudianto (2007: 1) mendefinisikan kecerdasan sebagai tingkah laku dan kemampuan adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, berpikir abstrak dan mengambil makna dari pengalaman-pengalaman. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki manusia untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru secara cepat dan efektif. b. Pengertian Kecerdasan Intelektual (IQ) Kecerdasan intelektual (IQ) merupakan salah satu dari ketiga jenis kecerdasan dasar yang dimiliki manusia. Danah Zohar dan Ian Marshall (dalam Agus Efendi, 2005: 82) menyebutkan ada tiga ragam kecerdasan
19
yang dimiliki manusia, yaitu IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Social Quotient). IQ memungkinkan manusia untuk berpikir secara rasional dan logis. EQ memungkinkan manusia untuk menggunakan perasaan yang terwujud dalam tingkah laku dan emosi. Dan SQ memungkinkan manusia untuk berpikir bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dicapai dengan logika dan perasaan. Dari ketiga macam jenis kecerdasan di atas kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan manusia yang paling utama. Kecerdasan ini ditemukan oleh William Stern pada tahun 1912. Kecerdasan intelektual adalah sebuah kecerdasan yang memberikan manusia kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, berkreasi, serta berinovasi (Denny Mahendra Kushendar, 2010: 22). Oleh karena itu kecerdasan ini sering dikaitkan dengan prestasi akademik yang didapat seseorang ketika berada di lembaga pendidikan. Kecerdasan intelektual sering digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dan prestasi hidup walaupun tidak sepenuhnya benar karena masih terdapat jenis-jenis kecerdasan lain yang juga berpengaruh. Oleh para ahli kecerdasan ini sering diungkapkan dengan istilah “What I Think?”. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Intelektual Terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
kecerdasan
intelektual manusia. Menurut Ngalim Purwanto (dalam Denny Mahendra Kushendar, 2010: 23) kecerdasan intelektual manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor pembawaan, faktor kematangan, faktor
20
pembentukan, dan faktor minat. Berikut penjelasan mengenai ketiga faktor tersebut. 1) Faktor Pembawaan Pembawaan adalah sifat serta ciri yang dimiliki manusia yang dibawa manusia sejak lahir (Ngalim Purwanto dalam Denny Mahendra Kushendar, 2010: 23). Faktor pembawaan sangat identik dengan faktor biologis. Kondisi biologis seseorang dapat dibentuk semenjak masih dalam kandungan. Asupan gizi yang baik melalui makanan yang
dikonsumsi
akan
memberikan
dampak
positif
pada
perkembangan kecerdasan intelektual manusia. 2) Faktor Kematangan Kematangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi (Endang Rini S., Panggung Sutapa, & B. Suhartini, 2007: 2). Kematangan seseorang sangat dipengaruhi oleh usia. Dengan semakin bertambahnya usia maka pengalamannya pun akan semakin banyak dan secara tidak langsung berpengaruh pada bertambahnya kecerdasan intelektual. 3) Faktor Pembentukan Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan (Ngalim Purwanto dalam Denny Mahendra Kushendar, 2010: 23). Faktor pembentukan erat kaitannya dengan faktor lingkungan sekitar. Lingkungan tersebut
21
mencakup lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Semakin positif lingkungan di mana seseorang berada akan sangat berpengaruh positif juga pada perkembangan pola pikir seseorang tersebut. 4) Faktor Minat Minat mengarahkan perilaku pada suatu tujuan dan merupakan dorongan manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar (Ngalim Purwanto dalam Denny Mahendra Kushendar, 2010: 23). Minat merupakan aspek utama yang mendorong seseorang untuk terus maju dan berkembang. Seseorang dengan pola pikir maju akan terus belajar dan berusaha hingga yang dicita-citakan tercapai. Proses belajar tersebut yang membuat kecerdasan intelektual berkembang. d. Penggolongan Kecerdasan Intelektual Menurut Anne Anastasia dan Susana Urbina (2007: 227-228), pada tahun 1916 ilmuan bernama Terman memperkenalkan sebuah tes (alat uji) yang digunakan untuk mengukur IQ manusia. Alat uji tersebut didasarkan pada temuan skala yang diperkenalkan oleh Stanford dan Binet. Tes ini kemudian terkenal dengan istilah Tes IQ. Hingga saat ini Tes IQ masih sering digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan intelektual manusia. Beberapa jenis alat uji yang lazim digunakan dalam Tes IQ, antara lain: 1) Stanford-Binnet Intelligence Scale (Skala Kecerdasan Stanford-Binet)
22
2) Wechsler Scales (Skala Wechsler) yang terbagi menjadi beberapa turunan alat uji seperti: a) WB (untuk dewasa) b) WAIS (untuk dewasa versi lebih baru) c) WISC (untuk anak usia sekolah) d) WPPSI (untuk anak pra sekolah) 3) TIKI (Tes IQ Khas Indonesia). Tes IQ berisi pertanyaan-pertanyaan yang tujuannya membuat testor berpikir. Hasil dari tes ini berwujud dalam akumulasi skor yang kemudian diklasifikasikan berdasar tingkatan kecerdasan yang sesuai. Syamsu Yusuf (2004: 114) menggolongkan kecerdasan ke dalam sembilan kriteria seperti dalam kutipan berikut. “Klasifikasi kecerdasan: 1) Nilai 140 – ke atas tergolong jenius. 2) Nilai 130 – 139 tergolong sangat cerdas. 3) Nilai 120 – 129 tergolong cerdas. 4) Nilai 110 – 119 tergolong di atas normal. 5) Nilai 90 – 109 tergolong normal. 6) Nilai 80 – 89 tergolong di bawah normal. 7) Nilai 70 – 79 tergolong bodoh. 8) Nilai 50 – 69 tergolong terbelakang (moron/ debil). 9) Nilai 49 – ke bawah tergolong idiot.” (Syamsu Yusuf, 2004: 114). 3. Hakikat Pendidikan Orang Tua a. Pengertian Pendidikan UU No. 20 Tahun 2003 (dalam Dwi Siswoyo et al., 2007: 19) menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
23
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” (UU No. 20 Tahun 2003 (dalam Dwi Siswoyo et al., 2007: 19)). Sedangkan Dwi Siswoyo et al. (2007: 20) mendefinisikan pendidikan sebagai suatu proses pembentukan diri secara utuh dalam pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Lebih lanjut menurut Rukiyati et al. (2008: 2), pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya sadar pemerintah untuk menjamin kelangsungan hidup generasi penerus selaku warga masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasar berbagai definisi di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran kepada peserta didik di mana dalam pembelajaran itu diberikan aspek spiritual, kognitif, serta psikomotor agar peserta didik memperoleh keterampilan yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan merupakan investasi masa depan karena sifatnya yang akan selalu berkembang sesuai perkembangan zaman. b. Jenjang Pendidikan di Indonesia UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13, 14, dan 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam T. Bakti Anggoro, 2009: 22) menyebutkan: “Jalur, jenis, dan jenjang pendidikan di Indonesia adalah: 1) Jalur pendidikan terdiri atas: pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. 2) Jenjang pendidikan formal meliputi: pendidikan dasr, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
24
3) Jenis pendidikan meliputi: pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.” (UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13, 14, dan 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam T. Bakti Anggoro, 2009: 22)). Berdasarkan pernyataan di atas, jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari: 1) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang diperlukan peserta didik sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah. Contoh lembaga pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD) atau yang sederajat (MI, SDLB) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat (MTs, SMPLB). Lama waktu pendidikan dasar adalah 9 tahun. 2) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar dan merupakan modal sebelum menempuh ke jenjang pendidikan tinggi. Contoh lembaga pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), atau yang sederajat. Lama waktu pendidikan menengah adalah 3 tahun. 3) Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah dan merupakan tahap akhir dari jenjang pendidikan. Pendidikan tinggi tidak diwajibkan untuk ditempuh. Contoh dari pendidikan tinggi
25
adalah universitas, sekolah tinggi, atau lainnya yang sederajat. Lama waktu pendidikan tinggi tidak dibatasi. c. Pengertian Pendidikan Orang Tua Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2008: 987), orang tua adalah orang yang dianggap tua, dalam hal ini adalah ayah dan ibu kandung. Pendidikan orang tua tidak bisa diartikan secara kata per kata namun harus diartikan secara keseluruhan. Bila diartikan secara keseluruhan pendidikan orang tua dapat diartikan sebagai banyaknya ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua peserta didik di mana pengetahuan tersebut didasarkan pada tingginya jenjang pendidikan formal yang pernah diterima oleh orang tua (ayah dan ibu) selama masih menjadi peserta didik. Pendidikan orang tua juga dapat diartikan sebagai tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh orang tua baik itu pendidikan dasar (SD, SMP), pendidikan menengah (SMA/SMK), maupun pendidikan tinggi (D1, D2, D3, S1, S2, S3). 4. Hakikat Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2008: 1101), “prestasi: hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”. Sedangkan menurut Harmanto (dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (hal. 466)), “prestasi: hasil yang dicapai melebihi ketentuan”.
26
b. Pengertian Belajar Menurut Slameto (1995: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut A. Samsudin Makmun (2004: 157) belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik dan pengalaman tertentu. Belajar juga dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan seseorang dengan tujuan yang tidak bisa menjadi bisa, yang tidak tahu menjadi tahu, dan yang kurang baik menjadi lebih baik. c. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2008: 1101), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Anton M. Moeliono et al. (dalam T. Bakti Anggoro, 2009: 15), prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai berupa penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru. Gambaran tentang prestasi belajar terlihat dalam buku rapor sekolah siswa. Buku rapor kurang lebih memuat semua nilai hasil tes akhir mata pelajaran yang diterima oleh peserta didik selama periode
27
waktu tertentu. Semakin tinggi nilai rapor maka semakin tinggi pula prestasi belajar peserta didik tersebut. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pengenalan terhadap prestasi belajar perlu dilakukan agar peserta didik dapat mencapai prestasi belajar secara maksimal. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Dalyono (dalam T. Bakti Anggoro, 2009: 15-16) terdiri dari faktor internal (kesehatan, intelejensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat). Penjelasan kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut. 1) Faktor Internal, meliputi: a) Kesehatan Kondisi kesehatan yang baik akan mendukung langsung pada proses belajar. Bila proses belajar berjalan lancar prestasi belajar yang didapat pun akan maksimal. Kesehatan erat kaitannya dengan kebugaran jasmani karena syarat menuju sehat adalah kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani sendiri dipengaruhi oleh faktor makanan, faktor istirahat, dan faktor latihan atau olahraga. b) Intelejensi dan Bakat Intelejensi dan bakat merupakan kelebihan yang dimiliki manusia. Sudah jelas bahwa intelejensi atau kecerdasan akan berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar. Bahkan seseorang dengan intelejensi tinggi akan memiliki daya tangkap melebihi seseorang
28
dengan intelejensi rata-rata walaupun materi dan waktu belajar yang sama. Demikian halnya dengan bakat. Perbedaannya hanya bakat tidak bisa dibentuk namun bisa dilatih. c) Minat dan Motivasi Minat dan motivasi belajar yang tinggi akan memberikan kemauan yang tinggi pula untuk meraih hasil yang diinginkan. Minat dan motivasi merupakan modal utama untuk meraih prestasi belajar maksimal. d) Cara Belajar Cara belajar berkaitan dengan teknik yang dilakukan seseorang untuk memahami materi yang dipelajari. Cara belajar yang baik adalah cara belajar yang rutin dan teratur. 2) Faktor Eksternal, meliputi: a) Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga sangat berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar yang didapat seseorang. Dengan kondisi keluarga yang harmonis maka seseorang akan memiliki modal untuk belajar secara maksimal baik ketika belajar di rumah maupun di sekolah. b) Lingkungan Sekolah Tidak dipungkiri lingkungan sekolah memberikan pengaruh juga terhadap prestasi belajar. Sekolah dengan kondisi sarana dan prasarana yang baik memungkinkan siswa untuk menyerap materi yang dipelajari secara maksimal.
29
c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat identik dengan lingkungan di mana seseorang bersosialisasi. Ketika seseorang bersosialisasi dengan masyarakat, secara tidak langsung seseorang akan memiliki pola pikir sama dengan masyarakat di mana dia bersosialisasi. Semakin berpendidikan kondisi masyarakat di sekitarnya maka akan semakin termotivasi seseorang tersebut untuk belajar. 5. Kelas Khusus Olahraga SMA Negeri 4 Yogyakarta a. Pengertian Kelas Khusus Olahraga (KKO) Kelas Khusus Olahraga (KKO) adalah kelas yang memfasilitasi siswanya untuk bisa mengembangkan prestasi khususnya di bidang olahraga. Berbeda dari kelas reguler, KKO memberikan materi tambahan yaitu
materi
olahraga
kepada
siswanya
(http://edupostjogja.com/cmsms/news/42/59/Kelas-Khusus-OlahragaKKO-Jadi-Trade-Mark-SMP-N-13-Jogja.edu). Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil kesimpuan bahwa siswa kelas khusus olahraga melakukan kegiatan belajar mengajar layaknya siswa pada umumnya, hanya saja siswa kelas khusus olahraga memperoleh mata pelajaran tambahan berupa untuk mata pelajaran olahraga. Kelas khusus olahraga merupakan terobosan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Dinas Pendidikan Nasional yang bekerjasama dengan Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga. Kelas khusus olahraga memiliki tujuan utama yaitu memfasilitasi, mendidik, dan
30
mengasah bakat siswa dalam bidang olahraga. Syarat utama siswa yang dapat masuk dalam kelas khusus olahraga adalah siswa yang memiliki keahlian dan prestasi dalam cabang olahraga tertentu. Selanjutnya sekolah penyelenggara akan menyeleksi siswa pendaftar melalui tes yang diadakan. b. Kelas Khusus Olahraga SMA Negeri 4 Yogyakarta Pada tahun 2010, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta merintis kelas khusus olahraga di SMA Negeri 4 Yogyakarta. Pembentukan kelas khusus olahraga tersebut merupakan tindak lanjut adanya kelas khusus olahraga yang terlebih dahulu dirintis di SMP Negeri 13 Yogyakarta sejak dua tahun sebelumnya. SMA Negeri 4 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah unggulan yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. SMA Negeri 4 Yogyakarta secara geografis terletak di Jalan Magelang,
Kelurahan
Karangwaru
Lor,
Kecamatan
Tegalrejo,
Kotamadya Yogyakarta, Provinsi DIY. Saat ini SMA Negeri 4 Yogyakarta berstatus Rintisan Sekolah Kategori Mandiri. Mulai pada tahun ajaran 2010/ 2011 SMA Negeri 4 Yogyakarta membuka 7 kelas reguler dan 1 kelas khusus olahraga. Saat ini siswa Kelas Khusus Olahraga SMA Negeri 4 Yogyakarta angkatan 2010 berjumlah 28 siswa dan angkatan 2011 berjumlah 39 siswa. Dibukanya kelas khusus olahraga merupakan realisasi dari amanat Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta serta sebagai bentuk usaha yang dilakukan pihak SMA
31
Negeri 4 Yogyakarta untuk memfasilitasi dan melatih siswa yang juga merupakan atlet muda yang berbakat. Siswa yang dapat masuk dalam Kelas Khusus Olahraga SMA Negeri 4 Yogyakarta adalah siswa yang terbukti memiliki keahlian dan prestasi dalam cabang olahraga tertentu. Siswa diseleksi melalui tes masuk yang diadakan pihak sekolah sesuai cabang olahraganya. Sebelumnya siswa juga harus menunjukkan bukti berupa piagam prestasi yang pernah didapatnya. Kurikulum yang digunakan oleh Kelas Khusus Olahraga SMA Negeri 4 Yogyakarta sama dengan kurikulum yang digunakan oleh kelas reguler. Perbedaannya terletak pada jam tambahan yang khusus diadakan untuk mata pelajaran olahraga. Mata pelajaran olahraga tersebut diadakan dua kali seminggu yaitu pada hari Rabu dan hari Sabtu dimulai pukul 05.30 sampai pukul 07.30 baik itu untuk angkatan 2010 maupun 2011. 6. Karakteristik Siswa SMA Siswa SMA merupakan individu yang unik. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikis yang mencolok. Dengan melihat batasan umur serta melihat pertumbuhan fisik dan perkembangan psikisnya dapat diketahui karakteristik siswa SMA identik dengan karakteristik masa remaja. Masa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung terhadap orang tua ke arah kemandirian, termasuk berkembangnya minat-minat seksual, perenungan diri, dan
32
perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral (Salzman dalam Syamsu Yusuf, 2004: 184). Lustin Pikunas (dalam Syamsu Yusuf, 2004: 184) membagi masa remaja menjadi tiga fase, yaitu: a) remaja awal: 12-15 tahun; b) remaja madya: 15-18 tahun, dan c) remaja akhir: 19-22 tahun. Berdasarkan klasifikasi di atas, siswa SMA termasuk dalam masa remaja madya (15-18 tahun). Lebih lanjut menurut Syamsu Yusuf (2004: 199), karakterisik perkembangan sosial remaja terhadap lingkungannya kurang lebih dideskripsikan sebagai berikut. “a. Di Lingkungan Keluarga 1) Menjalin hubungan baik dengan para anggota keluarga. 2) Menerima peraturan yang ditetapkan orang tua. 3) Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan keluarga. 4) Berusaha membantu anggota keluarga. b. Di Lingkungan Masyarakat 1) Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain. 2) Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain. 3) Bersikap simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain. 4) Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan-kebijakan masyarakat. c. Di Lingkungan Sekolah 1) Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah. 2) Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah. 3) Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah. 4) Bersikap hormat terhadap guru dan warga sekolah lain. 5) Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.” (Syamsu Yusuf, 2004: 199). B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Sugiyono (2007: 2) mendefinisikan variabel penelitian sebagai gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Berdasarkan kajian teori yang
33
sudah diuraikan di atas maka variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Variabel Bebas Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2007: 3). Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu: a. Kebugaran Jasmani (
)
Kebugaran jasmani dalam penelitian ini merupakan tingkat kebugaran jasmani Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta yang diukur menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk umur 16–19 tahun. Tes ini meliputi: 1) Lari 60 meter untuk mengukur kecepatan. 2) Gantung angkat tubuh untuk putra dan gantung siku untuk putri untuk mengukur daya tahan otot lengan dan otot bahu. 3) Baring duduk untuk mengukur daya tahan otot perut. 4) Loncat tegak untuk mengukur tenaga eksplosif atau daya ledak otot tungkai. 5) Lari 1200 meter untuk putra dan 1000 meter untuk putri untuk mengukur daya tahan jantung paru. b. Kecerdasan Intelektual (
)
Kecerdasan intelektual dalam penelitian ini merupakan tingkat kecerdasan intelektual Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Data diperoleh dari dokumentasi hasil Tes IQ
34
yang pernah dilaksanakan oleh pihak sekolah yang bekerjasama dengan Unit Pelayanan Psikologi LPMP DIY pada tanggal 8 Januari 2011. c. Pendidikan Orang Tua (
)
Pendidikan orang tua dalam penelitian ini merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Data diperoleh dari analisis formulir pertanyaan yang diisi oleh siswa. Data tersebut digolongkan berdasar tingginya jenjang pendidikan yang ada di Indonesia, seperti SD, SMP, SMA/SMK, S1, S2, dan seterusnya. 2. Variabel Terikat (Prestasi Belajar (Y)) Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006: 3). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Prestasi Belajar (Y). Prestasi belajar dalam penelitian ini merupakan rata-rata nilai rapor semester gasal Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Data diperoleh dari dokumentasi nilai rapor kelas X (sepuluh) semester gasal. C. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan sangat dibutuhkan dalam mendukung kajian teoritik yang dikemukakan sehingga dapat dipergunakan sebagai landasan untuk kajian hipotesis. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Denny Mahendra Kushendar (2010) dengan judul “Hubungan Antara Kebugaran Jasmani dan Kecerdasan dengan
35
Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII di SMP N 1 Kedungreja Cilacap. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskripsi korelasi yang menggunakan metode survai dengan instrumen tes untuk mengukur kebugaran jasmani dan dokumentasi untuk mengetahui kecerdasan dan prestasi belajar siswa. Penelitian tersebut menggunakan sampel sebanyak 72 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kedungreja Cilacap. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kebugaran jasmani dengan prestasi belajar karena nilai r hitung (0,593) > nilai r tabel (0,235). 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar karena nilai r hitung (0,774) > nilai r tabel (0,235). 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan secara bersama-sama antara kebugaran jasmani dan kecerdasan terhadap prestasi belajar karena nilai r hitung (0,807) > nilai r tabel (0,235). Sedangkan besarnya sumbangan efektif variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 65,10 %, dengan rincian variabel kebugaran jasmani memberikan sumbangan efektif sebesar 11,11 %, variabel kecerdasan memberikan sumbangan efektif sebesar 53,99 %, dan sisanya sebesar 34,90 % diberikan oleh faktor lain. D. Kerangka Berpikir Pendidikan merupakan salah satu sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itulah pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi melahirkan generasi penerus bangsa yang berintelektual,
36
berbudi luhur, dan bertakwa. Salah satu bentuk upaya tersebut terlihat dari selalu berubahnya kurikulum pendidikan ke arah yang lebih baik. SMA Negeri 4 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah menengah atas unggulan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Mulai pada tahun ajaran 2010/ 2011 SMA Negeri 4 Yogyakarta membuka kelas khusus bernama Kelas Khusus Olahraga. Tujuan dibukanya kelas ini adalah untuk menampung siswa yang berbakat dalam olahraga agar dapat berprestasi secara maksimal tanpa menomorduakan prestasi belajarnya di sekolah. Kurang lebih terdapat tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga SMA Negeri 4 Yogyakarta. Faktor tersebut yaitu faktor kebugaran jasmani, faktor kecerdasan intelektual, dan faktor pendidikan orang tua. Faktor kebugaran jasmani berpengaruh pada prestasi belajar karena tanpa tubuh yang bugar siswa tidak akan dapat belajar secara maksimal apalagi siswa kelas khusus olahraga memiliki aktivitas fisik yang sangat padat baik itu aktivitas di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Faktor kecerdasan intelektual mutlak sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar karena kecerdasan intelektual berhubungan dengan kemampuan otak dalam berpikir. Hal ini ditambah dengan fakta yang menjelaskan bahwa syarat masuk ke kelas khusus olahraga bukan berdasarkan nilai ujian akhir nasional sehingga memungkinkan dalam satu kelas khusus olahraga terdapat siswa dengan berbagai tingkat kecerdasan. Faktor pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Orang tua berpendidikan tinggi tentu saja sangat memperhatikan asupan gizi dan pola hidup sang anak dan tentu saja
37
mereka berharap anaknya dapat memperoleh prestasi belajar yang baik di sekolah. E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir yang sudah dijelaskan di atas, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kebugaran jasmani dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta.
38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskripsi korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa, analisis dokumentasi hasil Tes IQ dan Bakat untuk mengetahui tingkat kecerdasan intelektual siswa, analisis formulir pertanyaan untuk mengetahui pendidikan orang tua siswa, dan analisis dokumentasi nilai rapor untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Desain yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat penelitian ini digambarkan dengan lambang , dan
Y berikut.
r1 r2 Y
R
r3
39
,
,
Keterangan: : Kebugaran jasmani
r1 : Hubungan
dengan Y
: Kecerdasan intelektual
r2 : Hubungan
dengan Y
: Pendidikan orang tua
r3 : Hubungan
dengan Y
Y : Prestasi belajar
R : Hubungan
,
,
, dan Y
(Sugiyono, 2010: 69). B. Populasi Penelitian Menurut Sugiyono (2007: 55), populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulan. Lebih lanjut menurut Sugiyono (2007: 56), sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi penelitian ini adalah semua Siswa SMA Negeri 4 Yogyakarta, sedangkan sampel penelitiannya adalah Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. C. Deskripsi Lokasi, Subyek, dan Waktu Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Yogyakarta yang beralamat di Jalan Magelang, Kelurahan Karangwaru Lor, Kecamatan Tegalrejo, Kotamadya Yogyakarta, Provinsi DIY. SMA Negeri 4 Yogyakarta terletak di tempat yang strategis karena berada di tepi jalan raya (Jalan Magelang)
40
serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana belajar mengajar yang memadai. 2. Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah 25 dari 28 siswa KKO angkatan 2010 yang saat ini berada di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Subyek penelitian ini tidak dapat terlengkapi karena 3 dari 28 siswa berada dalam kondisi tidak fit saat diadakan proses pengambilan data tentang kebugaran jasmani. Ke-25 siswa ini merupakan kumpulan atlet dari 11 cabang olahraga, yaitu sepakbola (5 siswa), bola voli (3 siswa), bola basket (3 siswa), bulutangkis (6 siswa), tenis lapangan (2 siswa), atletik (1 siswa), senam (1 siswa), renang indah (1 siswa), taekwondo (1 siswa), tinju (1 siswa), dan panahan (1 siswa). 3. Deskripsi Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kurun waktu kurang lebih 3 minggu dengan penjabaran berdasarkan jenis pengambilan data sebagai berikut. a. Data tentang kebugaran jasmani menggunakan TKJI. Pengambilan data pertama pada Selasa, 17 Januari 2012 diikuti oleh 19 siswa, sedangkan pengambilan data kedua pada Selasa, 24 Januari 2012 diikuti oleh 6 siswa. b. Data tentang kecerdasan intelektual melalui dokumentasi hasil Tes IQ pada hari Selasa, 24 Januari 2012.
41
c. Data tentang pendidikan orang tua melalui pengisian formulir pada hari Selasa, 31 Januari 2012. d. Data tentang prestasi belajar melalui dokumentasi nilai rapor pada hari Sabtu, 4 Februari 2012. D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2009: 102). Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini, yaitu: a. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) Umur 16–19 Tahun (Sumber: Depdiknas, 2009) Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa. Rangkaian tes ini mempunyai nilai reliabilitas: 1) Untuk putra
0,720 (DOOLITTLE)
2) Untuk putri
0,673 (AITKEN).
Sedangkan nilai validitasnya: 1) Untuk putra
0,960 (DOOLITLLE).
2) Untuk putri
0,711 (AITKEN).
Adapun rangkaian tes ini meliputi:
42
1) Lari 60 meter untuk mengukur kecepatan. Hasil yang tercatat adalah waktu yang dicapai pelari untuk menempuh jarak 60 meter, dalam satuan waktu detik. Alat yang digunakan untuk mengukur tes tersebut adalah stopwatch dengan satuan detik. 2) Gantung angkat tubuh untuk putra dan gantung siku untuk putri untuk mengukur daya tahan otot lengan dan otot bahu. Hasil yang tercatat adalah jumlah (frekuensi) angkatan yang dilakukan dengan sikap sempurna tanpa istirahat selama 60 detik untuk putra, dan untuk putri dengan sikap tergantung siku ditekuk, dagu berada di atas palang tunggal dan sikap tersebut dipertahankan selama mungkin. Alat yang digunakan adalah stopwatch dengan satuan detik dan palang tunggal yang dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan peserta. Pipa pegangan terbuat dari besi ukuran ¾ inchi. 3) Baring duduk untuk mengukur daya tahan otot perut. Hasil yang tercatat adalah jumlah gerakan baring duduk yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 60 detik. Alat yang digunakan adalah stopwatch dengan satuan detik. 4) Loncat tegak untuk mengukur tenaga eksplosif atau daya ledak otot tungkai. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali tanpa istirahat, hasil yang tercatat merupakan selisih naikan loncatan dikurangi naikan tegak. Alat yang digunakan adalah berupa papan berskala centi meter (cm),
43
warna gelap, berukuran 30 x 150 cm dan dipasang pada dinding yang rata atau pada tiang. Jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada skala adalah 150 cm. 5) Lari 1200 meter untuk putra dan 1000 meter untuk putri untuk mengukur daya tahan jantung paru. Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah, dan pernafasan. Hasil yang tercatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 1200 meter (putra) dan 1000 meter (putri). Waktu dicatat dalam satuan menit dan detik. Alat yang digunakan adalah stopwatch dengan satuan menit dan detik. b. Tes IQ dan Bakat (Sumber: Unit Pelayanan Psikologi LPMP DIY) Tes IQ dan bakat digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan intelektual siswa. Tes ini sudah dilakukan sebelumnya oleh pihak SMA Negeri 4 Yogyakarta yang bekerjasama dengan Unit Pelayanan Psikologi LPMP DIY ketika Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta masih berada di kelas X (sepuluh). Tes ini dinyatakan valid dan reliabel sehingga teknik dokumentasi sudah cukup untuk menganalisis data tersebut. c. Formulir Pertanyaan Formulir
pertanyaan
digunakan
untuk
mengetahui
tingkat
pendidikan orang tua siswa. Format pertanyaan yang ada dalam formulir dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
44
Tabel 1. Format Formulir Pertanyaan Nama
:
Tempat/ Tanggal Lahir
:
Jenis Kelamin
:
Alamat RT/ RW
:
Desa
:
Kecamatan
:
Kabupaten
:
Agama
:
Berat Badan
:
Tinggi Badan
:
Golongan Darah
:
Nama Ayah
:
Pekerjaan Ayah
:
Pendidikan Ayah*
: SD/ SMP/ SMA/ SMK/ D1/ D2/ D3/ D4/ S1/ S2/ S3 **
Nama Ibu
:
Pekerjaan Ibu
:
Pendidikan Ibu*
: SD/ SMP/ SMA/ SMK/ D1/ D2/ D3/ D4/ S1/ S2/ S3 **
d. Buku Rapor Siswa Dokumentasi buku rapor digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa selama satu semester. Data yang didokumentasi adalah ratarata nilai akhir setiap siswa ketika berada di kelas X (sepuluh) semester gasal. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui metode survai dengan tes dan analisis dokumentasi.
45
a. Kebugaran Jasmani Untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani, data kasar yang diperoleh
mula-mula
diubah
menjadi
nilai
yang
sebelumnya
dikonversikan berdasarkan tabel nilai (tabel 2 dan 3). Kemudian nilai tersebut diakumulasi dan jumlahnya disesuaikan dengan kategori yang sesuai pada tabel norma (tabel 4). Tabel 2. Nilai TKJI untuk Umur 16 – 19 Tahun Putra Nila Lari Gantung Baring Loncat i
60 Meter
Angkat
Duduk
Badan
60 Detik
Lari
Nil
Tegak
1200 Meter
ai
5
s.d. – 7.2”
19 ke atas
41 ke atas
73 ke atas
s.d. – 3’14”
5
4
7.3” – 8.3”
14 – 18
30 – 40
60 – 72
3’15” – 4’25”
4
3
8.4” – 9.6”
9 – 13
21 – 29
50 – 59
4’26” – 5’12”
3
2
9.7” – 11.0”
5–8
10 – 20
39 – 49
5’13” – 6’33”
2
1
11.1” dst.
0–4
0–9
38 dst.
6’34” dst.
1
Sumber: Buku Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Umur 16 - 19 Tahun Tabel 3. Nilai TKJI untuk Umur 16 – 19 Tahun Putri Nila Lari Gantung Baring Loncat i
60 Meter
Angkat
Duduk
Badan
60 Detik
Lari
Nil
Tegak
1200 Meter
ai
5
s.d. – 8.4”
41 ke atas
28 ke atas
50 ke atas
s.d. – 3’51”
5
4
8.5” – 9.8”
22 – 40
20 – 28
39 – 49
3’53” – 4’56”
4
3
9.9” – 11,4”
10 – 21
10 – 19
31 – 38
4’57” – 5’58”
3
2
11.5” – 13.4”
3–9
3–9
23 – 30
5’59” – 7’23”
2
1
13.5” dst.
0–2
0–2
22 dst.
7’24” dst.
1
Sumber: Buku Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Umur 16 - 19 Tahun
46
Tabel 4. Norma TKJI untuk Umur 16 – 19 Tahun Putra dan Putri No. Jumlah Nilai Klasifikasi 1
22 – 25
Baik Sekali
2
18 – 21
Baik
3
14 – 17
Sedang
4
10 – 13
Kurang
5
5–9
Kurang Sekali
Sumber: Buku Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Umur 16 – 19 Tahun b. Kecerdasan Intelektual Data diperoleh dari dokumentasi hasil Tes IQ dan bakat yang sudah dilakukan sebelumnya oleh pihak sekolah yang bekerjasama dengan Unit Pelayanan Psikologi LPMP DIY. Data yang diperoleh merupakan hasil tes yang didasarkan pada tabel Penggolongan Tingkat IQ dan Bakat menurut Unit Pelayanan Psikologi LPMP DIY berikut. Tabel 5. Penggolongan Tingkat IQ dan Bakat No. Nilai Kategori 1.
121 – ke atas
Very Superior
2.
111 – 120
Tinggi
3.
90 – 110
Sedang
4.
80 – 89
Rendah
5.
79 – ke bawah
Rendah Sekali
Sumber: Unit Pelayanan Psikologi LPMP DIY
47
c. Pendidikan Orang Tua Data diperoleh dari analisis formulir pertanyaan yang diisi oleh siswa. Kriteria pendidikan orang tua terdiri atas: 1) Tidak sekolah 2) SD (Sekolah Dasar) atau yang sederajat 3) SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau yang sederajat 4) SMA (Sekolah Menengah Atas) atau yang sederajat 5) D1 (Diploma 1) 6) D2 (Diploma 2) 7) D3 (Diploma 3) 8) D4 (Diploma 4) 9) S1 (Strata 1) 10)
S2 (Strata 2)
11)
S3 (Strata 3).
d. Prestasi Belajar Data diperoleh dari dokumentasi buku rapor Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta ketika masih berada di kelas X (sepuluh) semester gasal. E. Teknik Analisis Data Analisis data mencakup uji prasyarat dan uji hipotesis. Analisis data penelitian ini mengacu pada buku Sugiyono (2007). Berikut uraian mengenai uji prasyarat pada penelitian ini.
48
1. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran masing-masing variabel baik itu variabel bebas (X) maupun variabel terikat (Y) mempunyai distribusi normal atau tidak. Kaidah normalitas: jika nilai signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 (taraf signifikansi 5%) maka data berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05 (taraf signifikansi 5%) maka data tidak berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Variabel Kebugaran Jasmani (
)
P
Signifikansi 5%
Keterangan
0,421
0,05
Normal
Kecerdasan Intelektual (
)
0,103
0,05
Normal
Pendidikan Orang Tua (
)
0,087
0,05
Normal
0,648
0,05
Normal
Prestasi Belajar (Y)
Berdasarkan tabel hasil uji normalitas di atas diketahui bahwa nilai signifikansi (p) setiap variabel lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua data berdistribusi normal. 2. Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya linearitas hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Kedua variabel (variabel bebas dan variabel terikat) dinyatakan linear jika f hitung lebih besar dari f tabel serta nilai signifikansi (p) kurang dari 0,05. Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Uji F
49
menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Hasil Uji Linearitas Hubungan `df
f hit
f tab
P
Sig 5% Keterangan
dengan Y
1 : 24
9,641
4,26
0,007
0,05
Linear
dengan Y
1 : 24 10,103
4,26
0,005
0,05
Linear
dengan Y
1 : 24
4,26
0,019
0,05
Linear
6,407
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai f hitung setiap hubungan variabel lebih besar dari f tabel serta nilai signifikansi (p) setiap hubungan variabel lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan semua jenis variabel X ( adalah linear.
50
,
, dan
) dengan variabel Y
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Masing-Masing Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 4 variabel, yaitu kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, pendidikan orang tua, dan prestasi belajar. Deskripsi masing-masing variabel penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Kebugaran Jasmani Kebugaran jasmani siswa diukur menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk umur 16 – 19 tahun yang terdiri dari 5 sub-tes, yaitu: lari 60 meter untuk mengukur kecepatan, gantung angkat tubuh (putra) dan gantung siku tekuk (putri) untuk mengukur kekuatan otot lengan dan otot bahu, baring duduk 60 detik untuk mengukur kekuatan otot perut, loncat tegak untuk mengukur tenaga eksplosif atau daya ledak otot tungkai, dan lari 1200 meter (putra) dan lari 1000 meter (putri) untuk mengukur daya tahan jantung paru. Dari hasil penelitian tes kebugaran jasmani yang sudah dilaksanakan diperoleh nilai minimum = 13; nilai maksimum = 21; rerata = 16,20; median = 16; modus = 15; dan standar deviasi = 2,22. Berikut ini tabel dan gambar diagram distribusi frekuensi tingkat kebugaran jasmani siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta yang pengkategoriannya mengacu pada buku Tes Kesegaran
51
Jasmani Indonesia Umur 16 - 19 Tahun terbitan dari Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009. Tabel 8. Deskripsi Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta Interval Kategori Frekuensi Persentase (%) 22 – 25
Baik Sekali
0
0
18 – 21
Baik
5
20
14 – 17
Sedang
18
72
10 – 13
Kurang
2
8
5–9
Kurang Sekali
0
0
25
100
Jumlah
18 16 14 F r 12 e k 10 u e 8 n s 6 i
Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
4 2 0 Kategori Kebugaran Jasmani
Gambar 1. Diagram Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta Berdasarkan tabel dan gambar diagram di atas diketahui bahwa tingkat kebugaran jasmani dari 25 siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta yang berada pada kategori “baik” sebanyak 5 siswa
52
(20%), pada kategori “sedang” 18 siswa (72%), dan pada kategori “kurang” sebanyak 2 siswa (8%). b. Kecerdasan Intelektual Berdasarkan dokumentasi terhadap hasil Tes IQ dan Bakat yang pernah dilakukan oleh pihak sekolah, diperoleh data 25 siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta dengan nilai minimum = 91; nilai maksimum = 115; median = 109; modus = 109; rerata = 107; dan standar deviasi = 7,62. Berikut ini tabel dan gambar diagram distribusi frekuensi tingkat kecerdasan intelektual siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta yang pengkategoriannya mengacu pada sertifikat hasil Tes IQ dan Bakat Siswa oleh Unit Pelayanan Psikologi LPMP DIY tahun 2011. Tabel 9. Deskripsi Tingkat Kecerdasan Intelektual Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta Interval Kategori Frekuensi Persentase (%) 121 – ke atas
Very Superior
0
0
111 – 120
Tinggi
8
32
90 – 110
Sedang
17
68
80 – 89
Rendah
0
0
79 – ke bawah
Rendah Sekali
0
0
25
100
Jumlah
53
18 16 F 14 r e 12 k u 10 e 8 n s 6 i
Very Superior Tinggi Sedang Rendah Rendah Sekali
4 2 0 Kategori Kecerdasan Intelektual
Gambar 2. Diagram Tingkat Kecerdasan Intelektual Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta Berdasarkan tabel dan gambar diagram di atas diketahui bahwa tingkat kecerdasan intelektual dari 25 siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta yang berada pada kategori “tinggi” sebanyak 8 siswa (32%) dan pada kategori “sedang” sebanyak 17 siswa (68%). c. Pendidikan Orang Tua Berdasarkan analisis formulir yang diisi oleh 25 siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta diketahuai bahwa nilai minimum = 1; nilai maksimum = 4; median = 2; modus = 2; rerata = 2,52; dan standar deviasi = 1,05. Berikut ini tabel dan gambar diagram distribusi frekuensi tingkat pendidikan orang tua (ayah) siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta.
54
Tabel 10. Deskripsi Tingkat Pendidikan Orang Tua Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta Nilai Jenjang Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 4
Strata 2 (S2)
6
24
3
Strata 1 (S1)
5
20
2
Sekolah Menengah Atas (SMA)
10
40
1
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
4
16
25
100
Jumlah
10 9
Strata 2 (S2)
8 F r e k u e n s i
7
Strata 1 (S1)
6 5
Sekolah Menengah Atas (SMA)
4 3
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
2 1 0 Jenjang Pendidikan Orang Tua
Gambar 3. Diagram Tingkat Pendidikan Orang Tua Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta Berdasarkan tabel dan gambar diagram di atas diketahui bahwa tingkat pendidikan orang tua (ayah) dari 25 siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta yang berpendidikan terakhir SMP sebanyak 4 siswa (16%), pendidikan terakhir SMA sebanyak 10 siswa (40%), pendidikan terakhir S1 sebanyak 5 siswa (20%), dan pendidikan terakhir S2 sebanyak 6 siswa (24%).
55
d. Prestasi Belajar Berdasarkan dokumentasi terhadap nilai rapor semester gasal, diperoleh data 25 siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta dengan nilai minimum = 59,59; nilai maksimum = 70,65; median = 64,59; modus = 63,65; rerata = 65,53; dan standar deviasi = 3,15. Sedangkan distribusi penelitian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dengan ketentuan: rentangan = 11,1; panjang kelas = 6; dan panjang interval = 1,8. Berikut ini tabel dan gambar diagram distribusi frekuensi prestasi siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta pada saat kelas X semester gasal. Tabel 11. Deskripsi Prestasi Belajar Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta pada saat Kelas X Semester Gasal Interval Frekuensi Persentase (%) 69,1 – 70,9 4 16 67,2 – 69,0 4 16 65,3 – 67,1 3 12 63,4 – 65,2 10 40 61,5 – 63,3 1 4 59,6 – 61,4 3 12 25 100 Jumlah
56
10 9 F r e k u e n s i
8 69,1 – 70,9 67,2 – 69,0
7 6
65,3 – 67,1
5
63,4 – 65,2
4
61,5 – 63,3 59,6 – 61,4
3 2 1 0
Interval Prestasi Belajar
Gambar 4. Diagram Prestasi Belajar Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta pada saat Kelas X Semester Gasal 2. Uji Hipotesis Setelah uji prasyarat data terpenuhi (Bab III) langkah berikutnya adalah melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu uji korelasi (Product Moment Correlations) untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel X terhadap variabel Y dan analisis regresi ganda untuk mengetahui hubungan variabel X secara bersama-sama terhadap variabel Y (Sugiyono, 2007). Uji korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dua jenis variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) atau menjelaskan hubungan masing-masing variabel X terhadap variabel Y pada penelititan ini. Kedua variabel dianggap memiliki hubungan jika r hitung kedua variabel (X dengan Y) lebih besar dari r tabel. Uji korelasi dalam
57
penelitian ini menggunakan Product Moment Correlations dengan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Tabel 12 berikut merupakan hasil uji korelasi untuk menjelaskan poin (a), (b), dan (c). Tabel 12. Hasil Uji Korelasi
1
Y
r tab
Sig 5%
0,281
0,079
0,581
0,396
0,002
1
0,147
0,515
0,396
0,008
1
0,470
0,396
0,018
1
-
-
Y
Sedangkan analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau lebih variabel bebas (X) secara bersamasama terhadap variabel terikat (Y) atau menjelaskan hubungan secara bersama-sama variabel X terhadap variabel Y pada penelititan ini. Variabel X dianggap memiliki hubungan dengan variabel Y jika f hitung lebih besar dari f tabel atau r hitung lebih besar dari r tabel. Analisis regresi ganda dalam penelitian ini juga menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Tabel 13 berikut merupakan hasil analisis regresi ganda untuk menjelaskan poin (d). Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Ganda Df f hit f tab Hubungan , dan
r hit
r tab
0,786
0,396
Sig
R2
, 3 : 24
11,283
3,01
0,00
terhadap Y
Berikut penjelasan mengenai tabel 12 dan tabel 13 di atas.
58
0
0,617
a. Hubungan antara Kebugaran Jasmani dengan Prestasi Belajar Uji korelasi yang pertama dalam penelitian ini adalah mencari ada tidaknya hubungan antara kebugaran jasmani dengan prestasi belajar. Berdasarkan hasil uji korelasi pada tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa r hitung
dengan Y (0,581) lebih besar dari r tabel (0,396), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar siswa. Jadi semakin baik tingkat kebugaran jasmani yang dimiliki Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta maka akan semakin baik pula prestasi belajar yang diperoleh. b. Hubungan antara Kecerdasan Intelektual dengan Prestasi Belajar Uji korelasi yang kedua adalah mencari ada tidaknya hubungan antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar. Berdasarkan hasil uji korelasi pada tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa r hitung dengan Y (0,515) lebih besar dari r tabel (0,396), sehingga dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar siswa. Jadi semakin tinggi tingkat kecerdasan intelektual yang dimiliki Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar yang diperoleh. c. Hubungan antara Pendidikan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Uji korelasi yang ketiga adalah mencari ada tidaknya hubungan antara pendidikan orang tua dengan prestasi belajar. Berdasarkan hasil uji
59
korelasi pada tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa r hitung
dengan
Y (0,470) lebih besar dari r tabel (0,396), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan orang tua mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar siswa. Jadi semakin tinggi latar belakang pendidikan yang dimiliki orang tua Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar yang diperoleh. d. Hubungan antara Kebugaran Jasmani, Kecerdasan Intelektual, dan Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Berbeda dengan uji korelasi, analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar. 1) Hubungan Semua Variabel X terhadap Variabel Y Berdasarkan hasil analisis regresi ganda pada tabel 13 di atas diketahui bahwa nilai f hitung (11,283) lebih besar dari f tabel (3,01) atau nilai r hitung (0,786) lebih besar dari r tabel (0,396). Sehingga dapat disimpulkan kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar Siswa KKO angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 2) Sumbangan Variabel X terhadap Variabel Y
60
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda pada tabel 13 di atas diketahui bahwa r hitung sebesar 0,786 sehingga diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,617. Koefisien determinasi (R2) merupakan
suatu
alat
untuk
mengukur
besarnya
persentase
sumbangan semua variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Menurut
Burhan
Nurgiyantoro
dkk.
(2009:
320-325),
penghitungan sumbangan efektif dan sumbangan relatif merupakan kelanjutan dari analisis regresi yang bertujuan untuk menunjukkan besarnya sumbangan tiap prediktor. Lebih lanjut beliau menjelaskan tentang pengertian sumbangan efektif dan sumbangan relatif. Sumbangan
efektif
adalah
sumbangan
yang
membandingkan
sumbangan antarsesama prediktor, belum untuk mempertimbangkan efektivitas garis prediksi untuk keseluruhan prediksi. Sedangkan sumbangan relatif adalah sumbangan yang menunjukkan besarnya sumbangan tiap prediktor untuk keperluan prediksi. Menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows besarnya sumbangan efektif dan sumbangan relatif untuk masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dapat dilihat pada tabel 14 berikut.
61
Tabel 14. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Variabel Sumbangan Efektif (%) Sumbangan Relatif (%)
Jumlah
26,7
43,2
16,9
27,4
18,1
29,4
61,7
100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa total sumbangan efektif semua variabel X (
,
, dan
) terhadap Y adalah sebesar
61,7% dengan rincian kebugaran jasmani (
) terhadap prestasi
belajar sebesar 26,7%, kecerdasan intelektual (
) terhadap prestasi
belajar sebesar 16,9%, dan pendidikan orang tua (
) terhadap
prestasi belajar sebesar 18,1%. Sedangkan 38,3% sisa dari ketiga variabel di atas dipengaruhi oleh faktor lain. B. Pembahasan Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil akhir sebuah proses pembelajaran yang dibukukan dalam bentuk rapor dan berwujud nilai akhir dari mata pelajaran yang diikuti siswa selama satu semester. Lazimnya prestasi belajar mencakup keterampilan kognitif, psikomotor, dan afektif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Dalyono (dalam T. Bakti Anggoro, 2009: 15-16), yaitu faktor internal (kesehatan, intelejensi dan bakat, minat dan motivasi, serta cara belajar) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat). Berdasarkan pernyataan tersebut penelitian ini mencoba meneliti ketiga faktor dari beberapa
62
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar khususnya bagi siswa. Ketiga faktor tersebut yaitu faktor kesehatan (kebugaran jasmani), faktor intelejensi (kecerdasan intelektual), dan faktor lingkungan keluarga (pendidikan orang tua). Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua baik secara masing-masing maupun bersama-sama terhadap prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Berikut pembahasan mengenai pernyataan tersebut. 1. Hubungan antara Kebugaran Jasmani dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta Kebugaran jasmani diartikan sebagai kesanggupan atau kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Depdiknas, 2000: 53). Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan kondisi fisik yang dimiliki seseorang tidak terkecuali siswa. Siswa akan dapat belajar secara maksimal bila kondisi fisiknya dalam keadaan baik dan sehat. Tentu saja hasil akhir yang diharapkan adalah prestasi belajar yang maksimal terkait baiknya kondisi fisik siswa. Berdasarkan pernyataan tersebut serta dilengkapi dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta.
63
2. Hubungan antara Kecerdasan Intelektual dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta Kecerdasan intelektual adalah sebuah kecerdasan yang memberikan manusia kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, berkreasi, serta berinovasi (Denny Mahendra Kushendar, 2010: 22). Siswa dengan kecerdasan intelektual tinggi tentu saja memiliki daya tangkap yang tinggi pula terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Oleh karena itu kecerdasan intelektual sering dianggap sebagai faktor utama dalam menentukan keberhasilan prestasi belajar siswa. Berdasarkan pernyataan tersebut serta dilengkapi dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 3. Hubungan antara Pendidikan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta Pendidikan orang tua dapat diartikan sebagai banyaknya ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua peserta didik di mana pengetahuan tersebut didasarkan pada tingginya jenjang pendidikan formal yang pernah diterima oleh orang tua (ayah dan ibu) selama masih menjadi peserta didik. Pendidikan orang tua juga dapat diartikan sebagai tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh orang tua baik itu
64
pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP, SMA), maupun pendidikan tinggi (D1, D2, D3, S1, S2, S3). Semakin tinggi latar belakang pendidikan orang tua akan semakin berpengaruh terhadap pola belajar sang anak baik ketika berada di sekolah maupun di rumah. Bahkan terkadang orang tua terutama sang ayah menuntut anaknya agar memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya. Berdasarkan pernyataan di atas serta dilengkapi dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 4. Hubungan antara Kebugaran Jasmani, Kecerdasan Intelektual, dan Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang baik, kecerdasan intelektual yang tinggi, dan memiliki orang tua dengan latar belakang pendidikan tinggi tentu saja akan memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Hal ini dikarenakan
secara tidak langsung faktor-faktor tersebut
memberikan pengaruh terhadap kondisi fisik, psikis, maupun mental dalam kehidupan sehari-hari siswa. Tidak mengherankan jika siswa yang memiliki orang tua berlatar pendidikan tinggi kadang tidak dapat berprestasi secara maksimal karena memiliki kebugaran jasmani yang buruk serta memiliki kecerdasan intelektual yang rendah, dan begitu pula sebaliknya. Bisa dikatakan bahwa ketiga faktor tersebut saling mendukung dan melengkapi
65
dalam berhasil tidaknya siswa berprestasi khususnya bagi Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan lebih lanjut diketahui fakta bahwa sumbangan setiap faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ternyata berbeda satu sama lain. Adapun besarnya sumbangan setiap faktor/ variabel terhadap prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta, yaitu kebugaran jasmani sebesar 26,7%, kecerdasan intelektual sebesar 16,9%, pendidikan orang tua sebesar 18,1%, sedangkan sisanya sebesar 38,3% dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor lain seperti minat dan motivasi belajar, cara belajar, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lain sebagainya.
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Hal ini diketahui berdasarkan besarnya nilai r hitung (0,581) yang lebih besar dari nilai r tabel (0,396). 2. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kecerdasan intelektual dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Hal ini diketahui berdasarkan besarnya nilai r hitung (0,515) yang lebih besar dari nilai r tabel (0,396). 3. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara pendidikan orang tua dengan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Hal ini diketahui berdasarkan besarnya nilai r hitung (0,470) yang lebih besar dari nilai r tabel (0,396). 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, dan pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. Hal ini diketahui berdasarkan besarnya nilai f hitung lebih besar dari f tabel (3,01) atau nilai r hitung
67
,
, ,
(11,283) yang ,
(0,786) yang
lebih besar dari r tabel (0,396). Adapun besarnya sumbangan yang diberikan setiap variabel terhadap prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta yaitu kebugaran jasmani sebesar 26,7%, kecerdasan intelektual sebesar 16,9%, pendidikan orang tua sebesar 18,1%, sedangkan sisanya sebesar 38,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti minat dan motivasi belajar, cara belajar, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lain sebagainya. B. Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan kesimpulan di atas hasil penelitian ini dapat diimplikasikan sebagai berikut. 1. Menjadi bahan referensi dan masukan bagi SMA Negeri 4 Yogyakarta khususnya Guru Pendidikan Jasmani tentang data kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, pendidikan orang tua, dan prestasi belajar Siswa Kelas Khusus Olahraga angkatan 2010 SMA Negeri 4 Yogyakarta. 2. Menjadi bahan informasi bagi Guru Pendidikan Jasmani dan orang tua siswa tentang faktor-faktor yang dapat mendukung prestasi belajar siswa. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan siswa sehingga mereka dapat mengelola diri untuk memperoleh prestasi belajar maksimal. C. Keterbatasan Penelitian Meskipun penelitian ini berjalan dengan lancar namun masih terdapat keterbatasan yang muncul saat penelitian berlangsung, di antaranya:
68
1. Terbatasnya sarana yang tersedia khususnya pada saat Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI). Hal ini dikarenakan pihak sekolah kurang memiliki lahan yang memadai untuk dilakukan tes. 2. Ada beberapa siswa yang tidak dapat mengikuti Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) dikarenakan terkendala kondisi fisik sedangkan waktu yang disediakan untuk penelitian terbatas. 3. Kurang efektifnya peneliti dalam mengelola waktu khususnya saat penelitian berlangsung, sehingga banyak waktu yang terbuang percuma walaupun penelitian masih dapat berjalan dengan lancar. D. Saran Ada beberapa saran dari peneliti terkait penelitian ini, antara lain: 1. Bagi SMA Negeri 4 Yogyakarta dan Guru Pendidikan Jasmani a. Hendaknya pihak sekolah melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran khususnya sarana dan prasarana pembelajaran Pendidikan Jasmani seperti pengadaan lapangan bola voli, lapangan bulu tangkis, maupun lapangan atletik. b. Hendaknya pihak sekolah memberikan jam pelajaran tambahan atau bimbingan belajar bagi para Siswa Kelas Khusus Olahraga sehingga diharapkan mampu mendongkrak prestasi akademik siswa. c. Hendaknya Guru Pendidikan Jasmani rutin melakukan tes untuk mengetahui kebugaran jasmani Siswa Kelas Khusus Olahraga sehingga kondisi fisik siswa dapat terpantau.
69
2. Bagi Siswa Kelas Khusus Olahraga a. Hendaknya selalu menjaga kebugaran jasmani dengan latihan rutin dan teratur agar terhindar dari hal-hal yang menghambat dalam berprestasi. b. Hendaknya dapat mengelola waktu sehari-hari dengan baik agar dapat berlatih secara maksimal tanpa melupakan waktu belajar. 3. Bagi Orang Tua Siswa a. Hendaknya selalu memberikan motivasi kepada sang anak agar selalu giat berlatih tanpa menomorduakan belajar. b. Hendaknya memberikan asupan gizi yang seimbang dengan aktivitas fisik yang dilakukan sang anak.
70
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, Anne. & Urbina, Susana. (2007). Tes Psikologi (Psychological Testing) Edisi Ketujuh. (Alih bahasa: Drs. Robertus Hariono S. & Imam S. A.). Jakarta: PT Indeks. Abdul Kadir Ateng. (1992). Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Agus Efendi. (2005). Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta. Andi Yulianto. (2007). Pengantar Psikologi Intelegensi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Astrianto. (2011). Status Kebugaran Jasmani dan Keterampilan Bermain Sepakbola di Klub Divisi 1 PSIM Ras Atmajaya. Skripsi. FIK UNY. A. Samsudin Makmun. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Offset. Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki. (2009). Statistik Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Denny Mahendra Kushendar. (2010). Hubungan Antara Kebugaran Jasmani dan Kecerdasan dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kedungreja Cilacap. Skripsi. FIK UNY. Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. ________. (2003). Ketentuan Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. ________. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. ________. (2009). Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Umur 16 - 19 Tahun. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Djoko Pekik Irianto. (2004). Pedoman Praktis Berolahraga. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Dwi Siswoyo et al. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
71
Endang Rini S., Panggung Sutapa, & B. Suhartini. (2007). Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK UNY. Harmanto. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: _ Rukiyati et al. (2008). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press. Rusli Lutan. (2002). Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2007). Stastistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. _______ . (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Syamsu Yusuf L. N. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya. T. Bakti Anggoro. (2009). Perbedaan Prestasi Belajar Siswa antara Kelas Umum dan Kelas Olahraga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua pada Kelas VII SMP N 13 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY. Wahjoedi. (2000). Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT Grafindo Persada. http://edupostjogja.com/cmsms/news/42/59/Kelas-Khusus-Olahraga-KKO-JadiTrade-Mark-SMP-N-13-Jogja.edu.
72
73
Lampiran 1: Lembar Permohonan Pembimbing Tugas Akhir Skripsi
74
Lampiran 2: Kartu Bimbingan Tugas Akhir Skripsi
75
Lampiran 3: Lembar Pengesahan Izin Penelitian
76
Lampiran 4: Surat Permohonan Izin Penelitian
77
Lampiran 5: Surat Izin Penelitian dari Sekretariat Daerah Pemprov DIY
78
Lampiran 6: Surat Izin Penelitian dari Dinas Perizinan Pemkot Yogyakarta
79
Lampiran 7: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
80
81
Lampiran 8: Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk Umur 16 – 19 Tahun (Sumber: Buku TKJI untuk Anak Umur 16 – 19 Tahun, Tahun 2010) Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) untuk Anak Umur 16 – 19 Tahun 1. Lari 60 Meter a. Tujuan Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan b. Alat dan fasilitas 1) lintasan lurus, datar, rata, tidak licin, berjarak 60 meter, dan masih mempunyai lintasan lanjutan; 2) bendera start; 3) peluit; 4) tiang pancang; 5) stopwatch; 6) serbuk kapur; 7) alat tulis c. Petugas tes 1) Petugas keberangkatan 2) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil d. Pelaksanaan 1) Sikap permulaan Peserta berdiri di belakang garis start. 2) Gerakan a) Pada aba-aba “Siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari (lihat gambar 1). b) Pada aba-aba “Ya” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish, menempuh jarak 60 meter.
Gambar 1. Posisi start lari 60 meter
82
3) Lari masih bisa diulang apabila: a) pelari mencuri start; b) pelari tidak melewati garis finish; c) pelari terganggu dengan pelari yang lain. 4) Pengukuran waktu Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai pelari melintas garis finish. e. Pencatatan Hasil 1) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari unuk menempuh jarak 60 meter, dalam satuan waktu detik. 2) Waktu dicatat satu angka di belakang koma. 2. Tes Gantung Angkat Tubuh untuk Putera dan Tes Gantung Siku Tekuk untuk Puteri a. Tes gantung angkat tubuh untuk 60 detik, untuk putera 1) Tujuan Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahananotot lengan dan otot bahu. 2) Alat dan fasilitas terdiri dari: a) lantai yang rata dan bersih; b) palang tunggal yang dapat diatur tinggi rendahnya, sesuai dengan peserta; palang pegangan terbuat dari besi berdiameter ¾ inci (lihat gambar 2);
Gambar 2. Palang tunggal c) stopwatch; d) serbuk kapur atau magnesium karbonat; e) alat tulis. 3) Petugas tes a) pengamat waktu b) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil
83
4) Pelaksanaan a) Sikap permulaan Peserta berdiri di bawah palang tunggal. Kedua tangan berpegangan pada palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap kearah letak kepala (lihat gambar 3).
Gambar 3. Sikap permulaan gantung angkat tubuh b) Gerakan (1) Mengangkat tubuh dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau berada di atas palang tunggal (lihat gambar 4), kemudian kembali ke sikap permulaan. Gerakan ini dihitung satu kali. (2) Selama melakukan gerakan, mulai dari kepala sampai ujung kaki tetap lurus. (3) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, tanpa istirahat, sebanyak mungkin, selama 60 detik.
Gambar 4. Sikap dagu menyentuh/melewati palang tunggal c) Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila: (1) pada waktu mengangkat badan, peserta melakukan gerakan mengayun; (2) pada waktu mengangkat badan, posisi dagu lebih rendah dari palang tunggal; (3) pada waktu kembali ke sikap permulaan kedua lengan tidak lurus. 5) Pencatatan Hasil a) Gerakan yang dihitung adalah angkatan yang dilakukan dengan sempurna.
84
b) Gerakan yang dicatat adalah jumlah (frekuensi) angkatan yang dapat dilakukan dengan sikap sempurna tanpa istirahat selama 60 detik. c) Peserta yang tidak mampu melakukan tes angkatan tubuh ini, walaupun telah berusaha, diberi nilai 0 (nol). b. Tes gantung siku tekuk, untuk puteri 1) Tujuan Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan lengan dan otot bahu. 2) Alat dan fasilitas terdiri dari: a) lantai yang rata dan bersih; b) palang tunggal yang dapat diatur tinggi rendahnya, sesuai dengan paserta; palang pegangan terbuat dari besi berdiameter ukuran ¾ inci (lihat gambar 2); c) stopwatch; d) serbuk kapur atau magnesium karbonat; e) alat tulis. 3) Petugas tes terdiri dari: a) pengamat waktu b) pengukur waktu merangkap pencatat hasil. 4) Pelaksanaan Palang tunggal dipasang dengan ketinggian sedikit di atas kepala peserta. a) Sikap permulaan Peserta berdiri di bawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan pada palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke belakang (lihat gambar 5).
Gambar 5. Sikap permulaan gantung siku tekuk puteri b) Gerakan Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat keatas sampai dengan mencapai sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di atas palang tunggal (lihat gambar 6). Sikap tersebut dipertahankan selama mungkin.
85
Gambar 6. Sikap gantung siku tekuk 3. Baring duduk 60 detik a. Tujuan Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahan otot perut. b. Alat dan fasilitas terdiri dari: 1) lantai/lapangan rumput yang rata dan bersih; 2) stopwatch; 3) alat tulis; 4) alas/tikar/matras jika diperlukan. c. Petugas tes terdiri dari: 1) pengamat waktu; 2) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil. d. Pelaksanaan 1) Sikap permulaan a) Berbaring telentang di lantai atau rumput, kedua lutut di tekuk dengan sudut ± 900, kedua tangan kiri dan kanan diletakkan masing-masing di samping telinga. b) Petugas/peserta lain memegang atau menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki tidak terangkat. 2) Gerakan a) Gerakan aba-aba “Ya” peserta bergerak mengambil sikap duduk sehingga kedua sikunya menyentuh kedua paha, kemudian kembali ke sikap permulaan; b) gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa istirahat, selama 60 detik. Catatan: (1) gerakan tidak dihitung jika tangan tidak berada di samping telinga; (2) kedua siku tidak sampai menyentuh paha; dan (3) mempergunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh.
86
e. Pencatatan hasil 1) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 60 detik. 2) Peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini, diberi nilai 0 (nol). 4. Loncat Tegak a. Tujuan Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak atau tenaga eksplosif. b. Alat dan fasilitas terdiri dari: 1) papan berskala centimeter, warna gelap, berukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding yang rata atau tiang; jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada skala yaitu 150 cm (lihat gambar 7); 2) serbuk kapur; 3) alat penghapus papan tulis; 4) alat tulis.
Gambar 7. Papan loncat tegak c. Petugas tes Pengamat dan pencatat hasil d. Pelaksanaan 1) Sikap permulaan a) Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan serbuk kapur atau magnesium karbonat. b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada di samping kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang dekat dinding diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya (lihat gambar 8).
87
Gambar 8. Sikap memnentukan raihan tegak 2) Gerakan a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun ke belakang (lihat gambar 9). Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan ujung jari sehingga menimbulkan bekas (lihat gambar 10).
Gambar 9. Sikap awalan loncat tegak
88
Gambar 10. Meloncat setinggi mungkin b) Lakukan tes ini sebanyak 3 kali tanpa istirahat atau diselingi oleh peserta lain. e. Pencatatan hasil 1) raihan tegak dicatat; 2) ketiga selisih loncatan dicatat; 3) raihan loncatan dikurangi raihan tegak; 4) ambil nilai selisih raihan yang tertinggi. 5. Lari 1200 meter untuk putera, dan 1000 meter untuk puteri. a. Tujuan Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran darah, dan pernafasan. b. Alat dan fasilitas terdiri dari: 1) lintasan lari 1200 meter untuk putera dan 1000 meter untuk puteri; 2) satopwatch; 3) bendera start; 4) peluit; 5) tiang pancang; 6) alat tulis. c. Petugas tes terdiri dari: 1) petugas keberangkatan; 2) pengukur waktu; 3) pencatat hasil; 4) pembantu umum. d. Pelaksanaan 1) Sikap permulaan Peserta berdiri di belakang garis start. 2) Gerakan a) Pada aba-aba “Siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari. b) Pada aba-aba “ya” peserta lari menuju garis finish, menempuh jarak 1200 meter untuk putera dan 1000 meter untyuk puteri (lihat gambar 11). Catatan :
89
(1) Lari diulang bilamana ada pelari yang mencuri start. (2) Lari diulang bilamana pelari tidak melewati garis finish.
Gambar 11. Posisi start lari 1000 meter dan 1200 meter e. Pencatatan hasil 1) Pengambilan waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintas garis finish (lihat gambar 12).
Gambar 12. Stopwatch dimatikan saat pelari melintasi garis finish 2) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 1200 meter untuk putera dan 1000 meter untuk puteri. Waktu dicatat dalam satuan menit dan detik. Contoh penulisan: Seorang pelari dengan hasil waktu 3 menit 12 detik ditulis 3’12”.
90
Lampiran 9: Sertifikat Peneraan Alat Penelitian
91
Lampiran 9: Sertifikat Peneraan Alat Penelitian
92
Lampiran 10: Rekapitulasi Hasil Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI)
93
Lampiran 11: Sertifikat Hasil Tes IQ
94
Lampiran 11: Sertifikat Hasil Tes IQ
95
Lampiran 12: Data Penelitian
96
Lampiran 13: Uji Prasyarat Penelitian 1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N a,b Mean Normal Parameters Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Kebugaran Kecerdasan Pendidikan Prestasi Jasmani Intelektual Orang tua Belajar 25 25 25 25 16.2000 107.0000 2.5200 65.5296 2.21736 7.61577 1.04563 3.15061 .176 .244 .251 .148 .176 .147 .251 .148 -.094 -.244 -.162 -.103 .880 1.218 1.253 .738 .421 .103 .087 .648
a.Test distribution is Normal. b.Calculated from data.
97
Lampiran 13: Uji Prasyarat Penelitian 2. Uji Linearitas
Prestasi Belajar * Kebugaran Jasmani ANOVA Table Sum of Squares Prestasi Belajar * Between (Combined) 104.556 Kebugaran JasmaniGroups Linearity 80.548 Deviation from Linearity24.008 Within Groups 133.676 Total 238.232
df 8 1 7 16 24
Mean Square 13.069 80.548 3.430 8.355
F 1.564 9.641 .411
Sig. .212 .007 .882
Mean Square F 28.346 4.541 63.070 10.103 16.771 2.687 6.242
Sig. .009 .005 .074
Mean Square 21.902 52.639 6.533 8.216
Sig. .074 .019 .465
Prestasi Belajar * Kecerdasan Intelektual ANOVA Table Sum of Squares Prestasi Belajar * Between (Combined) 113.383 Kecerdasan Intelektual Groups Linearity 63.070 Deviation from Linearity 50.313 Within Groups 124.849 Total 238.232
df 4 1 3 20 24
Prestasi Belajar * Pendidikan Orang Tua ANOVA Table Sum of Squares Prestasi Belajar * Between (Combined) 65.705 Pendidikan Orang tua Groups Linearity 52.639 Deviation from Linearity 13.065 Within Groups 172.528 Total 238.232
98
df 3 1 2 21 24
F 2.666 6.407 .795
Lampiran 14: Uji Hipotesis Penelitian 1. Uji Korelasi (Product Moment Correlations) Correlations
Kebugaran Jasmani
Kecerdasan Intelektual
Pendidikan Orang tua
Prestasi Belajar
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kebugaran Jasmani 1 25 .281 .173 25 .079 .707 25 .581** .002 25
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
99
Kecerdasan Intelektual .281 .173 25 1 25 .147 .485 25 .515** .008 25
Pendidikan Orang tua .079 .707 25 .147 .485 25 1 25 .470* .018 25
Prestasi Belajar .581** .002 25 .515** .008 25 .470* .018 25 1 25
Lampiran 14: Uji Hipotesis Penelitian
2. Analisis Regresi Ganda Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Pendidikan Orang tua,aKebugaran Jasmani, Kecerdasan Intelektual
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
Model Summary Model 1
R .786a
R Square .617
Adjusted R Square .562
Std. Error of the Estimate 2.08407
a. Predictors: (Constant), Pendidikan Orang tua, Kebugaran Jasmani, Kecerdasan Intelektual
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 147.022 91.210 238.232
df 3 21 24
Mean Square 49.007 4.343
F 11.283
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Pendidikan Orang tua, Kebugaran Jasmani, Kecerdasan Intelektual b. Dependent Variable: Prestasi Belajar
3. Sumbangan Masing-Masing Variabel Summary Contributiona
Model 1
Kebugaran Jasmani Kecerdasan Intelektual Pendidikan Orang tua Total
Contribution Effective Relative 26.7% 43.2% 16.9% 27.4% 18.1% 29.4% 61.7% 100.0%
a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
100
Lampiran 15: Dokumentasi Dokumentasi PelaksanaanTes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI)
Gambar 1: Suasana Presensi Siswa
Gambar 2: Siswa Putra
Gambar 3: Siswa Putri
101
Lampiran 15: Dokumentasi
Gambar 4: Suasana Tes Lari 60 Meter Putra
Gambar 5: Suasana Tes Lari 60 Meter Putri
Gambar 6: Suasana Tes Gantung Angkat Tubuh 60 Detik
102
Gambar 7: Suasana Tes Gantung Siku Tekuk
Lampiran 15: Dokumentasi
Gambar 8: Tes Suasana Baring Duduk 60 Detik
Gambar 9: Suasana Tes Loncak Tegak
Gambar 10: Suasana Tes Lari 1200 Meter
Gambar 11: Suasana Tes Lari 1000 Meter
103