SKRIPSI KARYA ILMIAH
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR BAJU DAN CELANA DI TK ANGGREK EMBONG PANJANG KABUPATEN LEBONG
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Sarjana Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan PAUD FKIP Universitas Bengkulu
Oleh:
ISNAWATI NPM A1I111130
PROGRAM SARJANA KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014
ABSTRAK
ISNAWATI: Meningkatkan Kemampuan berhitung Anak melalui Media Gambar Baju dan Celana di Taman Kanak-Kanak Anggrek Embong Panjang Kabupaten Lebong. Skripsi. Program Sarjana Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan, Universitas Bengkulu.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran apakah melalui media gambar baju dan celana dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak Taman Kanak-Kanak Anggrek Embong Panjang Kabupaten Lebong, tahun ajaran 2014/2015. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action research), yang secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan Refleksi, penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan dua siklus. Populasi adalah anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Anggrek Embong Panjang, Subjek Penelitian adalah 9 orang anak. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas anak dalam mengenal angka 1-10 dan membilang angka 1-10. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil analisis data yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa melalui media gambar baju dan celana dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak, hal ini dibuktikan dengan hasil mengenal angka 1-10 dan membilang angka 1-10 pada siklus I mencapai rata-rata 44,44%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 88,89%.
Kata kunci: Kegiatan Berhitung melalui Media Gambar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Rahman. 2005: 3). Semiawan (dalam Nurani. 2010: 50) berpendapat selama 5 tahun pertama kehidupan seorang anak, otak berkembang dengan pesat, terlebih lagi pada usia 2-5 tahun yang sering kali diistilahkan dengan masa kritis pertama. Dalam pedoman pembelajaran bidang pengembangan kognitif di Taman Kanak-Kanak (2007:3) disebutkan bahwa pengembangan kognitif adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangan sesuatu. Dapat juga dimaknai sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan. Aspek pengembangan yang akan penulis teliti adalah aspek pengembangan kognitif. Salah satu aspek dalam pengembangan kognitif ini adalah pengembangan pembelajaran matematika. Kegiatan pengembangan pembelajaran matematika untuk anak usia dini dirancang agar anak mampu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan matematika yang memungkinkan mereka untuk hidup dan bekerja pada abad mendatang yang menekankan pada kemampuan memecahkan masalah. Kecerdasan logis matematis merupakan bagian dari matematika, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Depdiknas:1). Berhitung di Taman Kanak-Kanak diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan emosional. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak di Taman Kanak-Kanan dilakukan dengan cara yang menarik yakni dengan kegiatan yang memanfaatkan media gambar. Terkait hal tersebut, peneliti melakukan observasi di kelompok A Taman Kanak-kanak Anggrek Embong Panjang Peneliti menemukan kurangnya motivasi dan minat belajar anak dalam bidang pengembangan kognitif khususnya bidang pengembangan logika matematika, dan peneliti menemukan ada 7 anak dari 9 anak yang masih kurang menguasai bidang
pengembangan kemampuan berhitung khususnya dalam mengenal angka 110 dan membilang angka 1-10. Hal tersebut bisa dilihat pada saat proses kegiatan berlangsung. Kebanyakan anak terlihat jenuh menerima pembelajaran berhitung, banyak anak yang sibuk dengan dirinya sendiri tidak menghiraukan pelajaran. Ada anak yang bermalas-malasan dan ada anak yang asyik bermain dengan teman-temannya. Setelah melakukan observasi, peneliti menemukan penyebab permasalahan tersebut antara lain : 1. Model dan tehnik pembelajaran yang tidak menyenangkan. 2. Penggunaan media dalam proses pembelajaran sangat minim atau jarang sekali digunakan. 3. Kurangnya kombinasi dalam penerapan kegiatan pengembangan kemampuan yang satu dengan pengembangan kemampuan yang lain. Misalnya melalui media gambar hanya diarahkan untuk pengenalan bentuk/gambar saja, padahal melalui media gambar anak juga dapat dikenalkan dengan angka, sehingga pengembangan kognitif anak juga berkembang. Berdasarkan hasil refleksi awal melalui diskusi dengan guru, disepakati bahwa salah satu tindakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah melalui kegiatan berhitung dengan media gambar. Selain bermanfaat bagi anak dalam menemukan media dan metode baru yang dapat menumbuhkan rasa antusias atau minat anak terhadap pembelajaran. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat juga sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih dan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dalam pembelajaran logika matematika pada anak Taman Kanak-Kanak. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka peneliti mencoba mengembangkan kemampuan berhitung pada kelompok A TK Anggrek Embong Panjang melalui media gambar dengan tema Kebutuhanku dan Sub tema Pakaian (baju dan celana). B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Dengan masalah yang di dapat penelitian tindakan kelas ini terfokus pada pengembangan kemampuan berhitung pada aspek mengenal angka 110 dan membilang angka 1-10 untuk usia taman kanak-kanak. C. Pembatasan Fokus Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada kelompok A Taman Kanak-kanak Anggrek Embong Panjang. Penelitian terfokus hanya sebatas pada berhitung melalui media gambar baju dan celana dengan melihat kemampuan anak dalam mengenal angka 1-10 dan membilang angka 1-10.
D. Perumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Apakah melalui media gambar baju dan celana dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak di Taman Kanak-Kanak Anggrek Embong Panjang Kecamatan Lebong Tengah Kabupaten Lebong ? E.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berhitung anak melalui media gambar baju dan celana. F. 1.
2.
3.
Kegunaan Hasil Penelitian Siswa / anak a. Memotivasi anak dalam mengembangkan kemampuan berhitung. b. Menumbuhkan minat pada diri anak terhadap matematika sejak dini. c. Membangkitkan semangat, sportisipasi, dan peran siswa dalam belajar. Bagi Guru a. Mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran b. Menambah kreativitas guru di bidang pengembangan pembelajaran berhitung. Bagi Sekolah a. Dapat memberikan informasi ilmiah untuk menambah variasi metode mengajar dan sebagai sumber referensi yang bermanfaat bagi mahasiswa/guru khususnya bagi sekolah. b. Memberi bantuan kepada sekolah agar menambah pengetahuan dalam proses belajar mengajar.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti. 1. Kemampuan Berhitung Bagi Anak Usia Dini a. Pengertian Kemampuan Menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. http://milmanyusdi.blogspot.com/2011/07/pengertian-kemampuan.html b. Pengertian Berhitung Dalam pembelajaran permainan berhitung pemula di taman kanak-kanak (2000:1) dijelaskan bahwa berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar. Dari pengertian berhitung diatas, dapat disimpulkan bahwa berhitung merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam hal matematika seperti kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang dan mengenai jumlah untuk menumbuh kembangkan keterampilan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar bagi anak. c. Tujuan Pembelajaran Berhitung Depdiknas (2000:2) menjelaskan tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak, yaitu secara umum berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak adalah untuk mengetahui dasar-dasar 7
1
pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks. Sedangkan secara khusus dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar, anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan kemampuan berhitung, ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang lebih tinggi, memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuai peristiwa yang terjadi di sekitarnya, dan memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan. Menurut Piaget (dalam Suyanto S, 2005:161) menyatakan bahwa: “Tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebagai logico-mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Jadi tujuannya bukan agar anak dapat menghitung sampai seratus atau seribu, tetapi memahami bahasa matematis dan penggunaannya untuk berpikir.” Jadi dapat disimpulkan tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak, yaitu untuk melatih anak berpikir logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks. d. Prinsip-Prinsip Berhitung Menurut Depdiknas (2000:8) mengemukakan prinsip-prinsip dalam menerapkan permainan berhitung di Taman kanak-kanak yaitu, permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar dan melalui tingkat kesukarannya, misalnya dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri. Permainan behitung membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan. Selain itu bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar. Lebih lanjut Yew (dalam Susanto, 2011:103) mengungkapkan beberapa prinsip dalam mengajarkan berhitung pada anak, diantaranya
2
membuat pelajaran yang menyenangkan, mengajak anak terlibat secara langsung, membangun keinginan dan kepercayaan diri dalam menyesuaikan berhitung, hargai kesalahan anak dan jangan menghukumnya, fokus pada apa yang anak capai. Pelajaran yang mengasyikan dengan melakukan aktivitas yang menghubungkan kegiatanberhitung dengan kehidupan sehari-hari. Dari prinsip-prinsip berhitung diatas, dapat disimpulkan prinsipprinsip berhitung untuk anak usia dini yaitu pembelajaran secara langsung yang dilakukan oleh anak didik melalui bermain atau permainan yang diberikan secara bertahap, menyenangkan bagi anak didik dan tidak memaksakan kehendak guru dimana anak diberi kebebasan untuk berpartisipasi atau terlibat langsung menyelesaikan masalahmasalahnya. e. Tahap Penguasaan Berhitung Depdiknas (2000:7) mengemukakan bahwa berhitung di Taman Kanak-Kanak seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu Penguasaan konsep, masa transisi, dan lambang. Penguasaan Konsep adalah Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit, seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung bilangan. Masa Transisi adalah Proses berfikir yang merupakan masa peralihandari pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu. Piaget (Suyanto S 2005:160) Mengungkapkan bahwa matematika untuk anak usia dini tidak bisa diajarkan secara langsung. Sebelum anak mengenal konsep bilangan dan operasi bilangan, anak harus dilatih lebih dahulu mengkonstruksi pemahaman dengan bahasa simbolik yang disebut sebagai abstraksi sederhana (simple abstraction) yang dikenal pula dengan abstraksi empiris. Kemudian anak dilatih berpikir simbolik lebih jauh, yang disebut abstraksi reflektif (reflectife abstraction). Langkah berikutnya ialah mengajari anak menghubungkan antara pengertian bilangan dengan simbol bilangan. Dapat disimpulkan bahwa berhitung di Taman Kanak-Kanak dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu Penguasaan konsep, masa transisi, dan lambang.
3
f. Manfaat Pengenalan Berhitung Kecerdasaan matematika mencakup kemampuan untuk menggunakan angka dan perhitungan, pola dan logika, dan pola pikir ilmiah. Secara umum permainan matematika bertujuan mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sejak usia dini sehingga anak-anak akan siap , mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang berikutnya disekolah dasar. Menurut Suyanto, S (2005:57) manfaat utama pengenalan matematika, termasuk didalamnya kegiatan berhitung ialah mengembangkan aspek perkembangan dan kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis dan matematis. Permainan matematika menurut Siswanto (2008:44) mempunyai manfaat bagi anak-anak, dimana melalui berbagai pengamatan terhadap benda disekelilingnya dapat berfikir secara sistematis dan logis, dapat beradaptasi dan menyesuiakan dengan lingkungannya yang dalam keseharian memerlukan kepandaian berhitung. Memiliki apresiasi, konsentrasi serta ketelitian yang tinggi. Mengetahui konsep ruang dan waktu. Mampu memperkirakan urutan sesuatu. Terlatih, menciptakan sesuatu secara spontan sehingga memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Anak-anak yang cerdas matematika-logika anak dengan memberi materi-materi konkrit yang dapat dijadikan bahan percobaan. Kecerdasaan matematika–logika juga dapat ditumbuhkan melalui interaksi positif yang mampu memuaskan rasa ingin tahu anak. Oleh karena itu, guru harus dapat menjawab pertanyaan anak dan member penjelasan logis, selain itu guru perlu memberikan permainan-permainan yang memotivasi logika anak. g. Faktor yang mempengaruhi Kemampuan Berhitung Pada Anak Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal. Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang di terima dari lingkungan. Contohnya: Ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda ( satu buah baju ), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena
4
bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Di yakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuannya. (Murdjito, 2007) http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/14/jhptump-a-herniratmi-670-2-babii.pdf 2. Media a. Pengertian Media Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Dalam ilmu komunikasi, media bisa diartikan sebagai saluran, sarana penghubung, dan ala-alat komunikasi. Kalimat media sebenarnya berasal dari bahasa latin yang secara harafiah mempunyai arti perantara atau pengantar. http://carapedia.com/pengertian_definisi_media_info2046.html Berikut ini beberapa pendapat para ahli komunikasi atau ahli bahasa tentang pengertian media yaitu : 1) Media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk., 2002:6) 2) Media merupakan alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer (Gagne dan Bringgs dalam Arsyad, 2002:4) 3) Media merupakan komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada pembelajar bisa berupa alat, bahan, dan orang (Degeng, 1989:142) Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-citakan. 1) Klasifikasi Media Lebih lanjut dijelaskan bahwa media tradisional dapat dibedakan menjadi: a. Visual diam yang diproyeksikan, misal proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, dan filmstrips. b. Visual yang tidak diproyeksikan, misal gambar, poster, foto, chart, grafik, diagram, pemaran, papan info. c. Penyajian multimedia, misal slide plus suara (tape), multi-image
5
d. Visual dinamis yang diproyeksikan, misal film, televisi, video. e. Cetak, misal buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah/berkala, lembaran lepas (hand-out) f. Permainan, misal teka-teki, simulasi, permainan papan g. Realia, misal model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka). Sedangkan media teknologi mutakhir dibedakan menjadi: a. Media berbasis telekomunikasi, misal teleconference, kuliah jarak jauh b. Media berbasis mikroprosesor, misal computer-assistted instruction, permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hypermedia dan compact (video) disc. 2) Tujuan Penggunaan Media Menurut Sudjana, dkk (2002:2) tujuan pemanfaatan media adalah : a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami c. Metode mengajar akan lebih bervariasi d. Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar 3) Manfaat Penggunaan Media Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar yaitu : a. Media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan. b. Media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosial ekonomi. c. Media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain. d. Media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misalnya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa, rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan. e. Media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan.
6
f.
Media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme lain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24).
4) Prinsip-prinsip Pemilihan Media Prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran adalah : a. Media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, metode mengajar yang digunakan serta karakteristik siswa yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa yang belajar). b. Untuk dapat memilih media dengan tepat, guru harus mengenal ciri-ciri dan tiap-tiap media pembelajaran. c. Pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada siswa yang belajar, artinya pemilihan media untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa. d. Pemilihan media harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar. b. Pengertian Media Gambar Menurut Oemar Hamalik (1986:43) berpendapat bahwa “ Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 329) “ Gambar adalah tiruan barang, binatang, Tumbuhan dan sebagainya.” Menurut Arief Sadiman, Dkk (2003: 28-29): Media grafis visual sebagimana halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan atau diabaikan bila tidak digambarkan. Gambar termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya. (http://rheea-mc-hanna.blogspot.com/2012/01/pengertian-mediagambar.html 3. Kaitan Berhitung dengan Media Gambar. Penggunaan media gambar yang sesuai dengan tema yang akan diangkat yakni tema kebutuhanku dan sub tema pakaian (baju dan celana)
7
dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak TK khususnya anak TK Anggrek Embong Panjang.
B.
Acuan Teori Rancangan Alternatif atau Disain Intervensi Yang Dipilih. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu: 1)Tahap perencanaan (planning), 2)Tahap pelaksanaan (acting),3) Tahap pengamatan (observation) dan 4)Tahap refleksi (reflecting). Keempat tahap dalam PTK tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. C. Paradigma Penelitian
Kemampuan Berhitung
1. Mengenal angka 1-10 2. Menyebut angka 1-10
1. Kemampuan mengenal angka 1-10 meningkat 2. Kemampuan membilang angka 1-10 meningkat
Bagan 2.1: Paradigma Penelitian Berdasarkan gambar paradigma penelitian di atas digambarkan mengenai upaya meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini melalui variabel yang diteliti. Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini yang difokuskan untuk meningkatkan kemampuan mengenal angka 1-10 dan menyebut angka 1-10. Mengingat dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal angka dan menyebutkan angka akan dilakukan dengan mengenalkan angka kepada anak kemudian memintanya menyebut angka yang mereka lihat pada gambar yang dipegang guru.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action research), secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas yaitu 1). Perencanaan, 2). Pelaksanaan, 3). Pengamatan, dan 4). Refleksi (Arikunto, dkk. 2008: 16). B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelompok A Taman Kanak-Kanak Anggrek Embong Panjang Kecamatan Lebong Tengah Kabupaten Lebong. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014 / 2015. C. Subjek / Partisipan Dalam Penelitian Adapun kelompok yang digunakan yaitu kelompok A TK Anggrek Embong Panjang yang berjumlah 9 orang, terdiri dari 7 anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Dari jumlah tersebut seluruhnya menjadi subjek penelitian tindakan kelas. D. Prosedur Penelitian Pada penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di dalam ruang kelas kelompok A TK Anggrek Embong Panjang. Ada empat tahapan penting dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : 1) Perencanaan; 2) Pelaksanaan; 3) Pengamatan; dan 4) Refleksi. E. Instrumen-Instrumen Pengumpul Data yang Digunakan Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah : 1. Lembar Observasi Aktivitas Anak 2. Lembar Observasi Aktivitas Guru F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi (pengamatan) 2. Hasil Kerja Anak 3. Dokumentasi G. Teknik Analisis Data 1. Prosentase ketuntasan atau keberhasilan belajar secara keseluruhan berdasarkan hasil observasi dan hasil kerja anak. 0
1
Rumus : KB = x 100% Dimana : KB : Keberhasilan Belajar Ns : Jumlah siswa yang mendapat nilai baik N : Jumlah siswa keseluruhan (Depdiknas, 2007: 62) 2. Data observasi a. Observasi Aktivitas Anak Skor tertinggi tiap butir observasi 3, jumlah butir observasi 2, maka skor tertinggi adalah 6. Interval skor = = = 2 b. Observasi Aktivitas Guru Skor tertinggi tiap butir observasi kemampuan merancang pembelajaran melalui pembuatan SKH adalah 3, jumlah butir observasi kemampuan melaksanakan pembelajaran 11, maka skor tertinggi adalah . Interval skor = = = 11 H. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan anak secara klasikal dikatakan berhasil jika 75% dari jumlah anak memperoleh nilai kategori baik dalam aspek mengenal angka 1-10 dan membilang angka 1-10.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Akhir Observasi Aktivitas Anak dalam Mengenal Angka 1-10 dan Membilang Angka 1-10 (Siklus I)
Kategori Kemampuan
Baik Cukup Kurang N
Kemampuan Kecerdasan Logika Matematika Mengenal Angka 1-10 f % 2 22,22 4 44,44 3 33,33 9 100
Membilang Angka 1-10 f % 2 22,22 4 44,44 3 33,33 9 100
Untuk keberhasilan anak diperoleh nilai untuk siklus I (mengenal angka 1-10) dari 9 anak, 2 anak atau 22,22% mendapat nilai kategori baik, 4 anak atau 44,44% mendapat nilai kategori cukup dan 3 anak atau 33,33% anak yang mendapat nilai kategori kurang. Pada siklus I (membilang angka 110) dari 9 anak, 2 anak atau 22,22% mendapat nilai kategori baik, 4 anak atau 44,44% mendapat nilai kategori cukup dan 3 anak atau 33,33% anak yang mendapat nilai kategori kurang. Jadi rata-rata pada siklus I adalah 44,44% untuk nilai kategori baik, 22,22% untuk nilai kategori cukup dan 33,33% untuk nilai kategori kurang. Selanjutnya rekapitulasi hasil observasi aktivitas anak siklus II untuk kemampuan mengenal angka 1-10 dan membilang angka 1-10 dapat di lihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Akhir Observasi Aktivitas Anak dalam Mengenal Angka 1-10 dan Membilang Angka 1-10 (Siklus II)
Kategori Kemampuan
Baik Cukup Kurang N
Kemampuan Kecerdasan Logika Matematika Mengenal Angka 1-10 f % 7 77,78 2 22,22 9 100 0
Membilang Angka 1-10 f % 8 88,89 1 11,11 9 100
1
Pada siklus II (mengenal angka 1-10) dari 9 anak 7 anak atau 77,78% yang mendapat nilai kategori baik, 2 anak atau 22,22% yang mendapat nilai kategori cukup sedangkan nilai kategori kurang tidak ada. Pada siklus II (membilang angka 1-10) dari 9 anak 8 anak atau 88,89% yang mendapat nilai kategori baik, 1 anak atau 11,11% yang mendapat nilai kategori cukup sedangkan nilai kategori kurang tidak ada. Jadi rata-rata pada siklus II adalah 88,89% untuk nilai kategori baik, 11,11% untuk nilai kategori cukup dan untuk nilai kategori kurang tidak ada. B. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum melalui media gambar baju dan celana kemampuan berhitung anak dapat ditingkatkan. Sedangkan secara khusus kemampuan dalam mengenal angka 1-10 dan membilang angka 1-10 juga dapat ditingkatkan melalui media gambar baju dan celana.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan bahwa melalui media gambar baju dan celana dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak khususnya pada aspek mengenal angka 1-10 dan membilang angka 1-10. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan di dalam keberhasilan belajar anak yang mana rata-rata pada siklus I mencapai 44,44% dan mengalami peningkatan mencapai 88,89% pada siklus II. B. Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan : 1. Bagi guru a. Hendaknya guru menerapkan kegiatan berhitung dengan media gambar karena dengan kegiatan ini kemampuan berhitung anak dapat ditingkatkan. b. Guru harus lebih kreatif dalam memilih atau menciptakan kegiatan supaya anak tertarik untuk belajar sehingga kemampuan berhitung anak meningkat. c. Memberikan penjelasan yang mudah dipahami dan mudah dimengerti oleh anak. d. Meningkatkan pembimbingan bagi anak yang mengalami kesulitan. e. Selalu membuat anak termotivasi termotivasi dalam melakukan kegiatan f. Memberikan pujian kepada anak yang sudah melakukan kegiatan dengan benar. 2. Bagi Dinas Diknas setempat. Diharapkan sering diadakannya meningkatkan kinerja mengajar bagi guru.
65
pelatihan-pelatihan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian Satuan Pendidikan Praktik. Jakarta: PT.Asdi Mahastya. Carapedia. (2012). Pengertian Defenisi Media. (http://carapedia.com/pengertian_definisi_media_info2046.html, diakses Tanggal 15 Juli 2014. Digilib. (2014). Bab II. Diunduh http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/14/jhptump-a-herniratmi-670-2babii.pdf. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2014.
dari
Hanna, Rheea-mc. (2012). Pengertian Media Gambar. diunduh dari http://rheea-mc-hanna.blogspot.com/2012/01/pengertian-mediagambar.html pada tanggal 27 September 2014. Khotimah, Khusnul, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: YRAMA WIDYA Lwin, May, dkk. (2008). Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang Nurani Sujiono, Yuliani, dkk. (2005). Metode Pengembangan Kognitif 1-12. Jakarta: Universitas Terbuka Nurani Sujiono, Yuliani, dkk. ( 2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT.Indeks Nurani Sujiono, Yuliani, dkk. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.Indeks Rahayu, Santi. (2011). Skripsi PTK Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung AnaK Taman Kanak-Kanak Melalui Pemanfaatan Media Balok Cuisenaire. Diunduh dari http://gudangmakalah.blogspot.com/2011/07/skripsi-ptk-upaya meningkatkan.html diakses pada tanggal 29 Agustus 2014. Rahman, Hibana S. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: GRAFINDO LISERA MEDIA
Seefeldt, Carol, dkk. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Yusdi, Milman. (2011). Pengertian Kemampuan. Diunduh dari http://milmanyusdi.blogspot.com/2011/07/pengertian-kemampuan.html, Diakses tanggal 29 Oktober 2014.