PERFORMA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) BETINA TERHADAP PEMBERIAN PAKAN BERBASIS JERAMI PADI YANG DIPERBAIKI DENGAN TEKNOLOGI SUPLEMENTASI DI KABUPATEN REMBANG
SKRIPSI ACHMAD KAUTSAR
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN Achmad Kautsar. D14070041. 2011. Performa Sapi Peranakan Ongole (PO) Betina terhadap Pemberian Pakan Berbasis Jerami Padi yang Diperbaiki dengan Teknologi Suplementasi di Kabupaten Rembang. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Hj. Komariah, M.Si. Pembimbing Anggota : Ir. Anita S. Tjakradidjaja, M.Rur.Sc. Usaha penggemukkan dan pembibitan sapi potong banyak dilakukan di daerah Rembang dan menjadikan wilayah tersebut sebagai daerah produksi sapi potong rakyat. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu ternak lokal yang pada umumnya dipelihara oleh peternak di Rembang dan merupakan bangsa sapi potong yang biasa digunakan sebagai bakalan dan bibit. Jerami padi dan dedak padi adalah pakan yang biasa diberikan oleh peternak di Rembang. Pemberian pakan berbasis jerami padi ini masih belum dapat mencukupi kebutuhan nutrien sapi PO sehingga performa produksi yang diperoleh masih rendah. Produktivitas sapi PO tersebut perlu ditingkatkan lewat upaya perbaikan nutrien yang dapat dilakukan dengan teknologi suplementasi. Teknologi suplementasi yang digunakan pada penelitian ini adalah penambahan Suplemen Kaya Nutrien (SKN) dan penyusunan ransum komplit pada pakan berbasis jerami padi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon pada performa produksi sapi PO betina terhadap perbaikan pakan berbasis jerami padi melalui suplementasi. Penelitian ini menggunakan 16 ekor sapi PO betina dengan empat perlakuan dan empat kelompok yang berlangsung selama 40 hari. Perlakuan yang digunakan adalah R1 = 100% jerami padi, R2 = R1 + 2 kg dedak padi, R3 = R2 + 0,4 kg SKN dan R4 = ransum komplit. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan bobot badan awal yang berbeda. K1 = empat sapi dengan bobot badan awal tertinggi peringkat 1-4 (335,81 ± 1,84 kg), K2 = empat sapi dengan bobot badan awal tertinggi peringkat 5-8 (320,86 ± 3,06 kg), K3 = empat sapi dengan bobot badan awal tertinggi peringkat 9-12 (297,19 ± 9,48 kg) dan K4 = empat sapi dengan bobot badan awal tertinggi peringkat 13-16 (262,63 ± 16,17 kg). Peubah yang diamati adalah konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan peubah tubuh beserta pertambahan harian (panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, lebar dada dan dalam dada). Data diolah dan dianalisis dengan Anova yang menggunakan RAK (rancangan acak kelompok). Hasil analisis yang berbeda nyata dilanjutkan dengan menggunakan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan pakan berbasis jerami padi ini berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi bahan kering dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap lingkar dada. Perbaikan pakan berbasis jerami padi ini tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap PBBH, panjang badan, tinggi pundak, lebar dada, dalam dada dan pertambahan harian dari seluruh peubah tubuh yang diamati. Kata-kata kunci: performa, sapi PO, jerami padi, suplementasi, Kabupaten Rembang
ABSTRACT Improving Rice Straw Feeding with Supplementation Technology on Performance of Female Peranakan Ongole (PO) Cattles in Rembang Regency Kautsar, A., Komariah and A. S. Tjakradidjaja Beef cattle fattening and breeding are the main programs done by people in Rembang Regency in the Province of Middle Java. Peranakan Ongole (PO) cattle is a local beef cattle that is usually kept by people in Rembang Regency. Rice straw and rice bran are usually used as feeds by the farmers, especially during dry season. Supplementation to this kind of diet is aimed at increasing the female PO cattle performance. Therefore, the objective of this experiment is to study the effect of rice straw supplementation on production performance. This experiment was conducted in Rembang Regency for 40 days using 16 female PO cattles with 4 treatments and 4 blocks. Treatments were R1 = 100% rice straw, R2 = R1 + 2 kg rice bran, R3 = R2 + 0.4 kg nutrient enriched supplement (SKN) and R4 = complete ration consisting of rice straw, rice bran and SKN. The variables observed were dry matter intake, average daily gain and body size measurements with its average daily growths (body length, chest girth, wither height, chest width and chest depth). All data were collected and analyzed by analysis of variance with randomized block design. The results of this study showed that rice straw supplementation affected dry matter intake (P<0.01) and chest girth (P<0.05), but did not affect (P>0.05) significantly average daily gain, body length, wither height, chest width, chest depth and average daily growths of body size measurements (body length, chest girth, wither height, chest width and chest depth). Keywords: performance, PO cattle, rice straw, supplementation, Rembang Regency
PERFORMA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) BETINA TERHADAP PEMBERIAN PAKAN BERBASIS JERAMI PADI YANG DIPERBAIKI DENGAN TEKNOLOGI SUPLEMENTASI DI KABUPATEN REMBANG
ACHMAD KAUTSAR D14070041
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul : Performa Sapi Peranakan Ongole (PO) Betina terhadap Pemberian Pakan Berbasis Jerami Padi yang Diperbaiki dengan Teknologi Suplementasi di Kabupaten Rembang Nama : Achmad Kautsar NRP : D14070041
Menyetujui, Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
(Ir. Hj. Komariah, M.Si) NIP: 19590515 198903 2 001
(Ir. Anita S. Tjakradidjaja, M.Rur.Sc) NIP: 19610930 198603 2 003
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP: 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: 1 November 2011
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Achmad Kautsar. Penulis dilahirkan pada tanggal 8 November 1989 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Anda Mihardja dan Ibu Helviani. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri 1 Pengasinan, Bekasi Timur dan diselesaikan di SD Negeri Kaumpandak 3, Kabupaten Bogor pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 15 Kota Bogor dan pendidikan lanjutan atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 8 Kota Bogor. Status mahasiswa pada Jurusan Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor diperoleh melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2007. Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif sebagai Staf Divisi PSDM FAMM Al-An’am tahun 2008-2010. Penulis juga menjadi penerima Beastudi Etos LPI-DD pada tahun 2007-2010 dan Beasiswa KSE (Karya Salemba Empat) tahun 2010-2011. Penulis aktif menjadi Staf Divisi Informasi dan Komunikasi BEM-KE (Badan Eksekutif MahasiswaKeluarga Etos) tahun 2007-2008, Staf Komunitas IT BEB-C (Beastudy Etos BogorCommunity) tahun 2008-2009, Kadiv Komunitas IT BEB-C (Beastudy Etos BogorCommunity) dan menjadi anggota RTB (Relawan Tanggap Bencana) Bogor tahun 2008. Penulis juga aktif sebagai pengajar jam tambahan mata pelajaran Matematika Kelas X SMA Negeri 8 Kota Bogor pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas besarnya limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul “Performa Sapi Peranakan Ongole (PO) Betina terhadap Pemberian Pakan Berbasis Jerami Padi yang Diperbaiki dengan Teknologi Suplementasi di Kabupaten Rembang” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan kontribusi penulis dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat meningkatkan performa produksi sapi potong yang ada di Kabupaten Rembang maupun di daerah lain di Indonesia lewat upaya perbaikan pakan berbasis jerami padi yang diperbaiki dengan teknologi suplementasi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga membuat skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata semoga karya ini bermanfaat dalam bidang pendidikan.
Bogor, November 2011 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .....................................................................................................
i
ABSTRACT ........................................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................
v
KATA PENGANTAR ........................................................................................
vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xi
PENDAHULUAN ..............................................................................................
1
Latar Belakang ........................................................................................ Tujuan .....................................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................
3
Sapi Peranakan Ongole (PO) ................................................................... Performa Produksi ................................................................................... Bobot Badan dan Ukuran Tubuh ............................................................. Pertumbuhan dan Perkembangan Ternak ................................................ Pakan ....................................................................................................... Jerami Padi .............................................................................................. Suplementasi ........................................................................................... Ransum Komplit .....................................................................................
3 4 4 5 6 7 8 8
MATERI DAN METODE ..................................................................................
9
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. Materi ...................................................................................................... Prosedur ................................................................................................. Peubah yang Diamati ............................................................................. Rancangan Percobaan ............................................................................ Analisis Data ..........................................................................................
9 9 9 10 12 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
14
Keadaan Umum Penelitian ...................................................................... Konsumsi Bahan Kering ........................................................................ Performa Produksi ..................................................................................
14 20 21
KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................
32
Kesimpulan ............................................................................................. Saran ........................................................................................................
32 32
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................................
33
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
34
LAMPIRAN .......................................................................................................
38
viii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Bobot Badan Awal Sapi PO Betina Penelitian ......................................
16
2.
Umur Sapi PO Betina Penelitian ..........................................................
16
3.
Hasil Analisis Proximat Sampel Bahan Pakan yang Digunakan ............
17
4.
Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan ...................................................
19
5.
Rataan Konsumsi Bahan Kering ...........................................................
20
6.
Performa Pertambahan Bobot Badan Harian ........................................
22
7.
Performa Panjang Badan Akhir Penelitian dan Pertambahan Harian .....
25
8.
Performa Lingkar Dada Akhir Penelitian dan Pertambahan Harian ......
26
9.
Performa Tinggi Pundak Akhir Penelitian dan Pertambahan Harian .....
27
10.
Performa Lebar Dada Akhir Penelitian dan Pertambahan Harian ..........
28
11.
Performa Dalam Dada Akhir Penelitian dan Pertambahan Harian ........
29
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Pengukuran Peubah Tubuh ................................................................
11
2.
Kandang Penelitian ...........................................................................
15
3.
Kondisi Tubuh Sapi Penelitian ..........................................................
15
4.
Bahan Pakan yang Digunakan ...........................................................
19
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Anova Konsumsi Bahan Kering .........................................................
39
2.
Uji Tukey Rataan Konsumsi Bahan Kering ........................................
39
3.
Anova Pertambahan Bobot Badan Harian ..........................................
39
4.
Anova Panjang Badan .......................................................................
40
5.
Anova Pertambahan Panjang Badan Harian ......................................
40
6.
Anova Lingkar Dada .........................................................................
40
7.
Uji Tukey Rataan Lingkar Dada ........................................................
41
8.
Anova Pertambahan Lingkar Dada Harian ........................................
41
9.
Anova Tinggi Pundak .......................................................................
41
10.
Anova Pertambahan Tinggi Pundak Harian .......................................
42
11.
Anova Lebar Dada ............................................................................
42
12.
Anova Pertambahan Lebar Dada Harian ...........................................
42
13.
Anova Dalam Dada ...........................................................................
42
14.
Anova Pertambahan Dalam Dada Harian ..........................................
43
15.
Perhitungan Total Digestible Nutrient ...............................................
43
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan berperan penting dalam meningkatkan gizi dan pembangunan ekonomi masyarakat terutama pada sektor pertanian. Sapi potong merupakan ternak penghasil daging yang mempunyai nilai ekonomi tinggi bagi kehidupan masyarakat. Produksi daging sapi pada tahun 2010 sebesar 329.400 ton dengan populasi sebanyak 13,633 juta ekor (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011). Peningkatan produksi daging sapi tersebut dapat dilakukan melalui usaha penggemukkan dan pembibitan. Usaha penggemukkan dan pembibitan sapi potong banyak dilakukan di daerah Rembang dan menjadikan wilayah tersebut sebagai daerah produksi sapi potong rakyat. Hal ini disebabkan ternak sapi memegang peranan sangat penting bagi petani peternak di wilayah Rembang dalam menunjang kegiatan ekonomi keluarga terutama sebagai tabungan hidup, sumber pupuk, tenaga kerja dan juga prestise bagi pemiliknya. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu ternak lokal yang pada umumnya dipelihara oleh peternak di Rembang dan merupakan bangsa sapi potong yang biasa digunakan sebagai bakalan dan bibit. Salah satu sistem pemeliharaan sapi PO yang dilakukan oleh peternak di Rembang adalah dengan sistem kereman yang merupakan pemeliharaan sapi di dalam kandang secara intensif. Jerami padi merupakan limbah pertanian potensial sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Salah satu permasalahan dalam penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia diantaranya adalah kandungan nutriennya yang relatif rendah. Jerami padi dan dedak padi adalah pakan yang biasa diberikan oleh peternak di Rembang. Pemberian pakan berbasis jerami padi ini masih belum dapat mencukupi kebutuhan nutrien sapi PO sehingga performa produksi yang diperoleh masih rendah. Produktivitas sapi PO tersebut perlu ditingkatkan lewat upaya perbaikan nutrien yang dapat dilakukan dengan teknologi suplementasi. Suplementasi merupakan proses penambahan pakan yang berasal dari zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Suplementasi digunakan untuk
membantu
meningkatkan
konsumsi
pakan,
membantu
pencernaan,
meningkatkan sisi komersial produk ternak dan meningkatkan metabolisme. Suplementasi protein dalam ransum berbasis jerami padi dapat melengkapi kebutuhan nutrien pakan yang dibutuhkan oleh ternak sapi potong. Pendugaan produktivitas ternak sapi potong dapat dilihat dari pertambahan bobot badan. Indikator produktivitas sapi potong yang lain diantaranya adalah panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, lebar dada dan dalam dada. Potensi pertumbuhan seekor ternak sangat dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis kelamin, umur, pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharaan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan peningkatan produktivitas sapi PO di Rembang lewat upaya perbaikan pakan berbasis jerami padi melalui teknologi suplementasi. Teknologi suplementasi yang digunakan pada penelitian ini adalah penambahan Suplemen Kaya Nutrien (SKN) dan penyusunan ransum komplit pada pakan berbasis jerami padi. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon pada performa produksi sapi Peranakan Ongole (PO) betina terhadap perbaikan pakan berbasis jerami padi melalui teknologi suplementasi.
2
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi pada umumnya dapat digunakan sebagai salah satu ternak penghasil daging. Sapi-sapi pedaging lokal sering digunakan sebagai bakalan dan bibit dalam usaha peternakan rakyat. Sapi PO merupakan bangsa sapi pedaging lokal yang banyak ditemui di Indonesia, termasuk di Kabupaten Rembang. Sapi PO merupakan sapi yang berasal dari persilangan antara bangsa sapi Jawa (sapi lokal) dengan bangsa sapi Ongole (India) yang telah berlangsung cukup lama yakni sejak tahun 1908. Persilangan tersebut merupakan suatu ”Grading Up” yang bertujuan untuk memperoleh ternak sapi yang dapat digunakan bagi keperluan tenaga tarik membantu petani mengolah tanah pertanian dan transportasi (Atmadilaga, 1979; Erlangga, 2009). Menurut Sosroamidjojo dan Soeradji (1990) dan Natural Veterinary (2009), sapi PO berwarna putih, mempunyai perawakan yang besar, bergumba pada pundaknya dan mempunyai gelambir yang menjulur sepanjang garis bawah leher, dada sampai ke pusar. Secara komersial, sapi PO dapat dimanfaatkan sebagai ternak pedaging karena memiliki laju pertumbuhan yang cukup baik dan mempunyai kemampuan konsumsi yang cukup tinggi terhadap
hijauan serta mudah
pemeliharaannya. Sapi PO termasuk tipe sapi pekerja yang baik, tenaganya kuat, tahan lapar dan haus, sabar serta dapat menyesuaikan dengan pakan yang sederhana. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) sangat tergantung dari bangsa sapi. Pertambahan bobot badan harian sapi PO prasapih yang pernah dilaporkan adalah 0,62 kg dan lepas sapih 0,24 kg, untuk umur 4-12 bulan berkisar 0,34-0,37 kg, umur 13-24 bulan berkisar 0,31-0,40 kg, umur 2 tahun berkisar 0,44-0,98 kg, sapi Bali sebesar 0,35-0,5 kg dan sapi Brahman sebesar 0,91-1,36 kg (Astuti, 2003). Data tersebut menunjukkan bahwa sapi PO mempunyai laju pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan ternak sapi lokal lainnya. Astuti (2003) menyatakan bahwa sapi PO tanggap terhadap perubahan maupun perbaikan pakan dengan menunjukkan PBBH yang berbeda-beda.
Performa Produksi Performa seekor ternak merupakan hasil dari pengaruh faktor keturunan dan pengaruh kumulatif dari faktor lingkungan yang dialami oleh ternak tersebut sejak terjadinya pembuahan hingga saat ternak diukur dan diobservasi. Hardjosubroto (1990) dan Gunawan et al. (2008) menyatakan bahwa faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak, sedangkan faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya. Menurut Otsuka et al. (1982) dan Tazkia (2008), penampilan seekor hewan adalah hasil dari proses pertumbuhan yang berkesinambungan dalam kehidupan hewan tersebut. Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda, karena pengaruh alam maupun lingkungan. Performa produksi ternak dapat dilihat dari bobot badan, ukuran tubuh dan laju pertumbuhan. Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Bobot badan ternak berhubungan dengan pertumbuhan dan karkas yang dihasilkan, sedangkan bobot badan itu sendiri dipengaruhi sifat perdagingan, perlemakan, perototan, karkas, isi perut dan besarnya pertulangan kepala, kaki dan kulit. Umur dan jenis kelamin turut mempengaruhi bobot badan dan ukuran ternak. Bobot badan pada umumnya mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linear tubuh. Peubah tubuh merupakan ukuran-ukuran yang dapat dilihat pada permukaan tubuh sapi, antara lain, tinggi pundak, panjang badan, lebar dada, dalam dada dan lingkar dada (Natasasmita dan Mudikdjo, 1980; Ningsih, 2011). Pengukuran peubah tubuh sering digunakan untuk mengestimasi produksi, misalnya untuk pendugaan bobot badan (Zubaidah, 1984; Damayanti, 2003) dan seringkali dipakai sebagai peubah teknis penentu sapi bibit. Ukuran-ukuran tubuh juga dapat digunakan untuk menggambarkan eksterior hewan sebagai ciri khas suatu bangsa (Doho, 1994; Ningsih,
2011).
Natasasmita
dan Mudikdjo
(1980) dan Hanibal (2008)
menambahkan, bahwa ukuran-ukuran tubuh ternak dapat digunakan untuk membuat rumus penduga bobot badan. Bobot badan sapi merupakan salah satu indikator produktivitas ternak yang dapat diduga berdasarkan ukuran linear tubuh sapi (Kadarsih, 2003). Ukuran-ukuran linear tubuh merupakan suatu ukuran dari bagian tubuh ternak yang pertambahannya
4
satu sama lain saling berhubungan secara linear. Kadarsih (2003) menyatakan bahwa ukuran linear tubuh yang dapat dipakai dalam memprediksi bobot badan sapi antara lain panjang badan, tinggi badan dan lingkar dada. Sementara itu, Williamson dan Payne (1986) dan Handayani (2003) menyatakan bahwa pemakaian ukuran lingkar dada dan panjang badan dapat memberikan petunjuk bobot badan seekor hewan dengan tepat. Ukuran-ukuran tubuh berbeda antar ternak, tetapi ada korelasi antar ukuran tubuh. Korelasi positif terjadi apabila peningkatan satu sifat menyebabkan sifat lain juga meningkat. Apabila satu sifat meningkat dan sifat lain menurun maka disebut korelasi negatif. Koefisien korelasi antara lingkar dada dengan bobot badan menduduki peringkat tertinggi, menyusul ukuran-ukuran tubuh lainnya (Soeroso, 2004). Menurut Massiara (1986) dan Tazkia (2008), bobot badan dan lingkar dada berkorelasi positif dan merupakan fungsi umur, maka lingkar dada dan bobot badan ternak semakin meningkat dengan bertambahnya umur ternak, tetapi laju pertumbuhan bobot badan lebih cepat daripada laju pertumbuhan lingkar dada dan yang diutamakan adalah pertumbuhan kerangka. Pertumbuhan dan Perkembangan Ternak Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai garis atau gambaran kurva sigmoid. Laju pertumbuhan ternak terdiri atas dua fase yaitu: pertumbuhan sebelum dan sesudah lahir. Pertambahan bobot badan per unit waktu sering digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan mempunyai dua aspek yaitu menyangkut peningkatan massa per satuan waktu dan pertumbuhan yang meliputi perubahan bentuk maupun komposisi tubuh sebagai akibat dari pertumbuhan diferensial komponen-komponen tubuh (Berg dan Butterfield, 1976; Herren, 2000). Taylor dan Field (2004) menyatakan umumnya pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan sampai ukuran dewasa tercapai. Selama periode pertumbuhan, seekor ternak mengalami peningkatan bobot badan sampai dewasa dan perubahan bentuk yang disebut dengan pertumbuhan dan perkembangan (Tillman et al., 1998). Dua aspek kedewasaan (maturitas) tersebut disertai dengan adanya peningkatan pada tiga jaringan utama karkas yaitu tulang,
5
otot dan lemak. Tulang akan meningkat pada laju pertumbuhan awal, kemudian akan diikuti dengan perkembangan dan terakhir dengan adanya kandungan energi pakan yang diberikan, maka lemak akan mengalami peningkatan pesat. Meskipun perubahan-perubahan yang terjadi ini adalah sama antar hewan hidup, namun waktu yang diperlukan adalah bervariasi antar spesies (Tillman et al., 1998). Pertumbuhan
tubuh
secara
keseluruhan
umumnya
diukur
dengan
bertambahnya bobot badan, sedangkan bobot badannya dapat diduga melalui tinggi badan, lingkar dada, panjang badan dan sebagainya. Kombinasi antara bobot badan dengan besarnya ukuran tubuh umumnya dapat dipakai sebagai ukuran pertumbuhan. Menurut Natasasmita dan Mudikdjo (1980) dan Scanes (2003), perubahan relatif komponen tubuh selama pertumbuhan lebih tergantung pada bobot badan dibandingkan dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai ukuran tersebut, hal ini menandakan bahwa umur fisiologis lebih berpengaruh daripada umur kronologis. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ternak antara lain adalah bangsa, jenis kelamin, hormon, pakan dan kastrasi. Selain itu, genetik ternak juga mempengaruhi laju pertumbuhan. Phillips (2001) menyatakan bahwa laju pertumbuhan dipengaruhi oleh jenis kelamin, hormon, pakan, gen, iklim dan kesehatan ternak. Perbedaan laju pertumbuhan diantara bangsa dan individu ternak dalam suatu bangsa dapat disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa (Soeparno, 2005). Hasnudi (2005) menyatakan bahwa pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen (pengelolaan) yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim, sedangkan potensi pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor bangsa, heterosis (hybrid vigour), pakan dan jenis kelamin. Sementara itu, Cole (1982) mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan bobot badan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia. Tillman et al. (1998) menyebutkan bahwa faktor pakan sangat menentukan pertumbuhan, bila kualitasnya baik dan diberikan dalam jumlah yang cukup, pertumbuhannya akan menjadi cepat, demikian pula sebaliknya. Pakan Setiap hewan ternak membutuhkan unsur-unsur pakan yang memenuhi syarat. Unsur-unsur pakan yang dimaksud meliputi protein, karbohidrat, lemak,
6
mineral, vitamin dan air. Tubuh hewan akan mampu bertahan hidup dan kesehatannya terjamin karena setiap bahan baku pakan mengandung sejumlah energi yang dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok dan penambahan bobot badan. Kebutuhan pakan untuk menjaga integritas jaringan tubuh dan mencukupi kebutuhan energi untuk proses esensial organisme hidup disebut dengan kebutuhan untuk hidup pokok. Apabila kebutuhan hidup pokok tidak terpenuhi dari pakan, maka kebutuhan tersebut dipenuhi dari degradasi jaringan (Tillman et al., 1998). Kebutuhan pakan disesuaikan dengan jenis ternak, umur dan tingkat produksi. Konsumsi bahan kering (BK) pakan ditentukan oleh ukuran tubuh, macam ransum, umur dan kondisi ternak. Menurut Tillman et al. (1998), kebutuhan bahan kering pakan yang disarankan untuk sapi pedaging adalah antara 2,5%-3,0% dari bobot badan. Parakkasi (1999) menyebutkan bahwa jumlah konsumsi BK pakan dipengaruhi beberapa variabel yang meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Komposisi pakan, kondisi hewan dan faktor pemberian pakan dapat mempengaruhi kecernaan pakan (McDonald et al., 2002). Jerami Padi Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pakan pada saat kekurangan pakan hijauan, karena produksinya yang melimpah di seluruh Indonesia. Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia telah umum dilakukan di daerah tropik dan subtropik terutama pada musim kemarau. Pemanfaatan jerami padi untuk pakan ternak di Indonesia berkisar antara 31-39% dan sebagian besar dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk (36-62%) serta sisanya antara 7-16% digunakan untuk keperluan industri (Sukria dan Krisnan, 2009). Jerami padi sebagai pakan ternak masih terbatas pemanfaatannya karena hanya berperan sebagai bulk dan menggantikan tidak lebih dari 25% kebutuhan ternak terhadap rumput (Sutardi, 1980). Menurut Drake et al. (2002), tantangan dalam penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak adalah kurangnya palatabilitas, memiliki nilai kecernaan yang rendah, rendah protein dan kandungan silika yang tinggi.
7
Jerami padi mempunyai nilai nutrisi yang rendah karena hanya memiliki daya cerna sebesar 20,97% untuk kecernaan bahan kering (KCBK) dan 20,1% untuk kecernaan bahan organik (KCBO) (Selly, 1994). Jerami padi harus mendapatkan suplementasi berupa N (protein), energi dan beberapa mineral serta vitamin apabila digunakan untuk tujuan berproduksi pada ternak (Tillman et al., 1998). Suplementasi Suplementasi merupakan proses penambahan pakan yang berasal dari zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Suplementasi dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan nutrisi seperti energi, protein, vitamin dan mineral, mengurangi defisiensi protein by-pass, meningkatkan efisiensi pencernaan pakan dalam lambung ternak ruminansia, meningkatkan produksi dan perbaikan kinerja reproduksi serta memperbaiki nilai gizi pakan (BATAN, 2005). Suplemen Kaya Nutrien (SKN) telah dikembangkan oleh IPB yang merupakan perkembangan dari Suplemen Pakan Multinutrien (SPM). Hasil penelitian Wahyuni (2008) dan Sulistiyo (2008), menunjukkan bahwa penggunaan 10% SKN dalam ransum dapat meningkatkan konsentrasi VFA, konsentrasi NH3, persentase DBK, persentase DBO, dan biomasa mikroba. Peningkatan tersebut merupakan tanda bahwa SKN dapat meningkatkan kualitas ransum sehingga dapat dicerna dalam tubuh ternak. SKN yang dikembangkan pada penelitian ini merupakan SKN dengan menggunakan bahan baku yang tersedia di Kabupaten Rembang. Ransum Komplit Ransum adalah total bahan makanan yang diberikan kepada hewan dalam jangka waktu 24 jam. Ransum komplit merupakan pakan yang cukup gizi untuk hewan tertentu, dibentuk atau dicampur dari berbagai jenis pakan untuk diberikan sebagai satu-satunya makanan yang memenuhi kebutuhan pokok atau produksi, atau keduanya tanpa tambahan bahan atau substansi lain kecuali air (Tillman et al., 1998). Ransum komplit dibentuk dari campuran ransum total dengan cara menimbang dan menyatukan semua bahan-bahan pakan yang dapat menyediakan kecukupan nutrien sapi. Ensminger et al. (1990) menyatakan bahwa ransum yang sempurna harus mengandung zat-zat gizi yang seimbang, disukai ternak dan dalam bentuk yang mudah dicerna oleh saluran pencernaan.
8
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan rakyat yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai pertengahan Agustus 2010 hingga akhir September 2010. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi PO betina sebanyak 16 ekor, umur 2-6 tahun dengan kisaran bobot badan awal sebesar 240,25-338,56 kg. Kandang Kandang yang digunakan adalah kandang individu dengan kapasitas 16 ekor. Kandang ini beratapkan asbes dengan tipe shade, berdinding tembok dan lantai dibuat dari semen. Pakan dan Minum Pakan yang diberikan adalah pakan yang berbasis jerami padi. Bahan pakan lain yang digunakan terdiri atas dedak padi, tepung ikan, tepung daun lamtoro, tepung daun singkong, tepung daun turi, molases, campuran mineral dan minyak kelapa. Air minum disediakan dalam bak minum. Peralatan Peralatan yang digunakan adalah timbangan pakan, tongkat ukur dan pita ukur. Prosedur Sapi-sapi yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kelompok dan setiap kelompok terbagi ke dalam empat perlakuan. Pemberian pakan dilakukan berdasarkan bahan kering sebesar 3,5% bobot badan sapi. Pakan yang diberikan pada waktu pagi, siang dan sore hari. Pemberian minum dilakukan ad libitum. Pemeliharaan ternak dilakukan secara intensif yang berlangsung selama 40 hari (terdiri dari: 15 hari masa adaptasi dan 25 hari masa evaluasi pertumbuhan).
Percobaan penelitian ini menggunakan empat taraf perlakuan yaitu: 1. R1 adalah pemberian jerami padi tanpa penambahan konsentrat. 2. R2 adalah pemberian jerami padi dengan penambahan 2 kg dedak padi. 3. R3 adalah pemberian jerami padi dengan penambahan 2 kg dedak padi dan 0,4 kg suplemen kaya nutrien. Suplemen kaya nutrien terdiri dari: 10% tepung ikan, 60% dedak padi, 15% tepung daun singkong, 9% tepung daun lamtoro, 5% tepung daun turi dan 1% campuran mineral. 4. R4 adalah pemberian ransum komplit. Ransum komplit terdiri dari: 40% jerami padi dan 60% konsentrat (8,5% tepung ikan, 30,5% dedak padi, 5,7% tepung daun singkong, 3% tepung daun lamtoro, 0,3% tepung daun turi, 10% molases, 1% campuran mineral dan 1% minyak kelapa). Peubah yang Diamati Konsumsi Bahan Kering Konsumsi bahan kering (kg/ekor/hari) dihitung berdasarkan selisih antara jumlah pemberian pakan dengan sisa pakan yang kemudian dikalikan dengan kandungan bahan kering pakan. Pertambahan Bobot Badan Harian Pertambahan bobot badan harian (kg/hari) dihitung berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dibagi dengan jumlah hari pemeliharaan. Sapi PO betina sebanyak 16 ekor diestimasi bobot badan awal dan akhir dengan menggunakan rumus Schoorl (Williamson dan Payne, 1986), yaitu sebagai berikut: (LD + 22)2 BB = 100 Keterangan : BB = Bobot Badan (kg) LD = Lingkar Dada (cm)
10
Peubah Tubuh : 1. Panjang badan (cm), diukur dari sendi bahu (humerus) sampai tulang duduk (tuber ischii) dengan menggunakan tongkat ukur. 2. Lingkar dada (cm), diukur melingkar pada bagian dada di belakang kaki depan dengan menggunakan pita ukur. 3. Tinggi pundak (cm), diukur di titik tertinggi pundak tegak lurus sampai ke tanah dengan menggunakan tongkat ukur. 4. Lebar dada (cm), diukur dari tonjolan sendi bahu (os scapula) kiri sampai tonjolan sendi bahu (os scapula) kanan dengan menggunakan tongkat ukur. 5. Dalam dada (cm), diukur dari pundak sampai dasar dada tepat di belakang kaki depan dengan menggunakan tongkat ukur. Pengukuran peubah tubuh yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan : PB : Panjang Badan (cm) LD : Lingkar Dada (cm) TP : Tinggi Pundak (cm) DD : Dalam Dada (cm) LeD : Lebar Dada (cm)
Gambar 1. Pengukuran Peubah Tubuh Pertambahan Panjang Badan Harian Pertambahan panjang badan harian (cm/hari) dihitung berdasarkan panjang badan akhir dikurangi panjang badan awal dibagi dengan jumlah hari pemeliharaan.
11
Pertambahan Lingkar Dada Harian Pertambahan lingkar dada harian (cm/hari) dihitung berdasarkan lingkar dada akhir dikurangi lingkar dada awal dibagi dengan jumlah hari pemeliharaan. Pertambahan Tinggi Pundak Harian Pertambahan tinggi pundak harian (cm/hari) dihitung berdasarkan tinggi pundak akhir dikurangi tinggi pundak awal dibagi dengan jumlah hari pemeliharaan. Pertambahan Lebar Dada Harian Pertambahan lebar dada harian (cm/hari) dihitung berdasarkan lebar dada akhir dikurangi lebar dada awal dibagi dengan jumlah hari pemeliharaan. Pertambahan Dalam Dada Harian Pertambahan dalam dada harian (cm/hari) dihitung berdasarkan dalam dada akhir dikurangi dalam dada awal dibagi dengan jumlah hari pemeliharaan. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat kelompok bobot badan awal. Unit percobaan yang diamati adalah sapi PO betina. Perlakuan yang diberikan pada unit percobaan sebanyak empat taraf perlakuan yaitu: R1 = 100 % pemberian pakan jerami padi. R2 = R1 + 2 kg dedak padi. R3 = R2 + 0,4 kg suplemen kaya nutrien. R4 = pemberian ransum komplit Penelitian ini menggunakan empat kelompok bobot badan awal yang berbeda yaitu: K1 = empat sapi dengan bobot badan awal tertinggi peringkat 1-4 yang memiliki rataan kelompok sebesar 335,81 ± 1,84 kg. K2 = empat sapi dengan bobot badan awal tertinggi peringkat 5-8 yang memiliki rataan kelompok sebesar 320,86 ± 3,06 kg. K3 = empat sapi dengan bobot badan awal tertinggi peringkat 9-12 yang memiliki rataan kelompok sebesar 297,19 ± 9,48 kg. K4 = empat sapi dengan bobot badan awal tertinggi peringkat 13-16 yang memiliki rataan kelompok sebesar 262,63 ± 16,17 kg.
12
Model rancangan percobaannya berdasarkan Steel dan Torie (1991) adalah: Yij = µ + αi + βj + εij Dimana: i = Perlakuan R1, R2, R3, R4 j = Kelompok K1, K2, K3, K4 Keterangan: Yij
= Respon pengaruh faktor pemberian pakan terhadap sapi PO betina pada taraf perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ
= Nilai rataan umum
αi
= Pengaruh perlakuan pemberian pakan ke-i
βj
= Pengaruh kelompok ke-j
ℇij
= Pengaruh galat percobaan Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA)
software MINITAB 14. Pengaruh perlakuan yang nyata pada penelitian ini dilanjutkan dengan uji Tukey (Steel dan Torie, 1991).
13
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kabupaten Rembang terletak di ujung Timur laut Propinsi Jawa Tengah yang dilalui jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), pada garis koordinat 111°,000'111°,030' Bujur Timur dan 6°,030'-7°,06' Lintang Selatan. Secara umum kondisi tanah berdataran rendah dengan ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 m di atas permukaan air laut dengan suhu maksimum sebesar 33 °C dan suhu rata-rata sebesar 23 °C. Kabupaten Rembang memiliki curah hujan rendah yaitu sebesar 1252 mm/tahun yang mengalami bulan basah selama 4-5 bulan, sedangkan selebihnya termasuk kategori bulan sedang sampai kering. Secara administratif Kabupaten Rembang memiliki 14 kecamatan, 287 desa dan 7 kelurahan yang memiliki luas wilayah meliputi 101.408 ha (Pemerintah Kabupaten Rembang, 2010). Pemerintah Kabupaten Rembang (2010) menyatakan bahwa Kabupaten Rembang merupakan daerah/kawasan sentra produksi, sumber bibit dan bakalan sapi potong di Jawa Tengah dengan populasi sebanyak 93.329 ekor pada tahun 2003, sedangkan pada tahun 2009 populasi sapi potong mencapai 115.220 ekor. Bangsa sapi potong yang ada yaitu Peranakan Ongole (PO), American Ongole, Brahman, Simmental dan Limousine. Kabupaten Rembang juga merupakan daerah sentra produksi tanaman padi di Jawa Tengah. Tanaman padi relatif tersebar di seluruh kecamatan dengan sentra utama di Kecamatan Kaliori, Sumber dan Rembang. Produksi tanaman padi di Kabupaten Rembang pada tahun 2009 mencapai 202.162 ton (Pemerintah Kabupaten Rembang, 2010). Produksi tanaman padi yang cukup tinggi ini memungkinkan tingginya by product dari hasil produksi tanaman padi berupa jerami padi dan dedak padi. Hal ini menyebabkan peternak sapi potong rakyat di Kabupaten Rembang menjadikan jerami padi dan dedak padi sebagai pakan utama untuk usaha pembibitan maupun penggemukkan, karena ketersediaannya yang melimpah. Hal yang sama terjadi di lokasi penelitian ini yang menjadikan jerami padi dan dedak padi sebagai pakan utama yang diberikan untuk ternak sapi potongnya.
Keadaan Sapi Penelitian Sapi-sapi yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi-sapi betina dari usaha pembibitan sapi potong rakyat kelompok tani yang diketuai oleh Bapak Ahmad Zain. Peternakan tersebut terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang. Kandang yang digunakan pada peternakan ini adalah kandang individu tanpa sekat, kapasitas 16 ekor dengan ukuran kandang per-individu sebesar 2,5 m x 1,5 m (Gambar 2). Kandang ini beratapkan asbes tipe shade, berdinding tembok dan lantai dibuat dari semen dengan kemiringan 10°.
(a)
(b)
Gambar 2. Kandang Penelitian, (a) Kandang Penelitian Individu, (b) Bak Pakan dan Bak Minum Sapi-sapi tersebut biasa diberi pakan berupa jerami padi secara ad libitum dengan penambahan dedak padi sebanyak 2 kg/ekor/hari (Gambar 2). Pemberian pakan diberikan pada pagi, siang dan sore hari pada peternakan ini.
(a) Gambar 3.
(b)
Kondisi Tubuh Sapi Penelitian, (a) Sapi R3K4 Tampak Samping, (b) Sapi R2K2 Tampak Belakang
Rata-rata bobot badan sapi-sapi tersebut adalah sebesar 304,12 kg (Tabel 1) dengan umur berkisar 2-6 tahun (Tabel 2). Kondisi tubuh sapi-sapi (Gambar 3) tersebut bernilai 1 (sangat kurus) dimana dideskripsikan bahwa lemak tidak ada di
15
sekitar pangkal ekor, tulang pinggul, pangkal ekor dan tulang rusuk secara visual terlihat jelas (Rutter et al., 2000). Berikut ini adalah data mengenai bobot badan awal dan umur sapi-sapi penelitian. Tabel 1. Bobot Badan Awal Sapi PO Betina Penelitian (kg)* Perlakuan
Rataan
Simpangan Baku
338,56
335,81
1,84
316,84
324,00
320,86
3,06
304,50
306,25
289,00
297,19
9,48
265,69
278,89
240,25
265,69
262,63
16,17
Rataan
302,94
309,67
299,56
304,31
304,12
29,78
Simpangan Baku
31,48
23,98
41,27
33,1
29,78
Kelompok
R1
R2
R3
R4
K1
334,89
334,89
334,89
K2
322,20
320,41
K3
289,00
K4
Keterangan : *Bobot badan dihitung berdasarkan rumus Schoorl (Williamson dan Payne, 1986) Bobot badan (kg) = R1= 100% jerami padi; R2= R1 + 2 kg dedak padi R3= R2 + 0,4 kg SKN; R4= ransum komplit K1= bobot badan awal tertinggi 1-4; K2= bobot badan awal tertinggi 5-8 K3= bobot badan awal tertinggi 9-12; K4= bobot badan awal tertinggi 13-14
Tabel 2. Umur Sapi PO Betina Penelitian Perlakuan
Kelompok R1
R2
R3
R4
K1
I4 (3,5-4 tahun)
I4 (3,5-4 tahun)
I1 Aus (6 tahun)
I4 (3,5-4 tahun)
K2
I4 (3,5-4 tahun)
I4 (3,5-4 tahun)
I4 Gesek(5 tahun)
I4 Gesek(5 tahun)
K3
I2 (2,5-3 tahun)
I1 Aus (6 tahun)
I4 Gesek(5 tahun)
I4 (3,5-4 tahun)
K4
I1 (2-2,5 tahun)
I4 (3,5-4 tahun)
I4 (3,5-4 tahun)
I1 (2-2,5 tahun)
Keterangan : Pendugaan umur sapi melalui pergantian gigi berdasarkan Abrianto (2010) R1= 100% jerami padi; R2= R1 + 2 kg dedak padi R3= R2 + 0,4 kg SKN; R4= ransum komplit K1= bobot badan awal tertinggi 1-4; K2= bobot badan awal tertinggi 5-8 K3= bobot badan awal tertinggi 9-12; K4= bobot badan awal tertinggi 13-14
Umur sapi-sapi penelitian tersebut diestimasi melalui pergantian gigi (Abrianto, 2010). Sapi-sapi penelitian ini telah mengalami pergantian gigi pada I1, I2 dan I4 (Tabel 2). I1 menandakan bahwa satu pasang gigi seri telah berganti menjadi gigi tetap yang diperkirakan telah berumur 2-2,5 tahun. I2 menandakan bahwa dua pasang gigi seri telah berganti menjadi gigi tetap yang diperkirakan telah berumur 2,5-3 tahun. I4 menandakan bahwa empat pasang gigi seri telah berganti semua menjadi gigi tetap yang diperkirakan telah berumur 3,5-4 tahun. I4 Gesek 16
menandakan bahwa ada gesekan yang terjadi pada empat pasang gigi tetap yang diperkirakan telah berumur 5 tahun. I1 Aus menandakan bahwa ada satu pasang gigi tetap mengalami aus separuh lidah yang diperkirakan telah berumur 6 tahun. Sapi-sapi penelitian ini dikelompokkan berdasarkan bobot badan awal. Ada sapi penelitian yang berumur lebih tua, tetapi memiliki bobot badan awal yang lebih rendah sehingga ada sapi yang lebih tua masuk ke dalam kelompok bobot badan yang berperingkat lebih rendah. Sebagaimana yang terjadi pada sapi R2K3 berumur 6 tahun masuk ke dalam kelompok K3 yang berbobot badan awal lebih rendah (Tabel 2). Performa sapi-sapi penelitian ini perlu ditingkatkan, karena jika sapi-sapi betina tersebut menjadi induk, bobot badan induk sapi PO saat melahirkan akan mempengaruhi bobot lahir pedet. Sebagaimana yang dikemukakan dalam penelitian Hartati dan Dicky (2008) bahwa bobot induk sapi PO saat melahirkan berpengaruh nyata terhadap bobot lahir pedet. Keadaan Pakan Penelitian Bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini merupakan bahan pakan yang didapatkan dari daerah sekitar Kabupaten Rembang. Kandungan nutrien bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Proximat Sampel Bahan Pakan yang Digunakan Kandungan Nutrien
Jerami Padi 1
Dedak Padi 1
SKN 2
Konsentrat dalam R4 2
BK (%)
37,99
91,00
78,74
77,91
Abu (% BK)
17,40
16,90
15,42
19,35
PK (% BK)
4,21
8,36
14,62
15,17
LK (% BK)
1,44
3,97
5,96
4,45
SK (% BK)
32,50
28,90
22,10
22,83
Beta-N(% BK)
44,45
41,87
41,90
38,19
Ca (% BK)
0,42
0,14
1,92
3,64
0,28
0,90
0,25
0,30
P (% BK) Sumber
1
: Sutardi (1980) 2 Hasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah (2011) Keterangan : BK = Bahan Kering; PK = Protein Kasar; LK = Lemak Kasar; SK = Serat Kasar Beta-N (Bahan ekstrak tanpa nitrogen = 100% - (kadar Abu + PK + SK + LK) SKN (Suplemen Kaya Nutrien); R4 = ransum komplit
17
Jerami padi yang digunakan pada penelitian ini memiliki kadar protein kasar (PK) sebesar 4,21% dan serat kasar (SK) sebesar 32,5% (Tabel 3). Jerami padi tersebut didapatkan dari daerah Kecamatan Kaliori dan Pamotan. Dedak padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dedak kasar yang memiliki kadar PK sebesar 8,36% dan SK sebesar 28,9%, didapatkan dari daerah Tuban bersama bahan pakan lain penyusun SKN (Suplemen Kaya Nutrien) dan ransum komplit seperti tepung ikan, campuran mineral dan molases. Daun singkong, lamtoro dan turi didapatkan dari daerah Pati. Ketiga daun tersebut kemudian dibuat menjadi tepung untuk memudahkan dalam pencampuran bahan pakan penyusun SKN dan konsentrat dalam ransum komplit, karena secara struktural akan tergolong homogen. Selain itu, tujuan penepungan daun-daun tersebut adalah untuk mengurangi zat anti nutrisi yang secara alami terdapat dalam daun singkong, lamtoro dan turi. SKN yang digunakan pada penelitian ini memiliki kadar PK sebesar 14,62% dan SK sebesar 22,1% (Tabel 3). SKN ini berbentuk tepung dengan warna dominan kehijauan (Gambar 4a). SKN ini disusun dengan target penyusunan PK > 14% dan TDN (Total Digestible Nutrient) sebesar 65-70%. SKN diberikan sebanyak 0,4 kg atau 400 gram atas dasar pertimbangan ekonomis. Ransum komplit pada penelitian ini tersusun atas 40% jerami padi dan 60% konsentrat (8,5% tepung ikan, 30,5% dedak padi, 5,7% tepung daun singkong, 3% tepung daun lamtoro, 0,3% tepung daun turi, 10% molases, 1% campuran mineral dan 1% minyak kelapa). Konsentrat pada ransum komplit ini berbentuk tepung dengan warna coklat kehijauan (Gambar 4b). Konsentrat pada ransum komplit ini memiliki kadar PK sebesar 15,17% dan SK sebesar 22,83% (Tabel 3). Target penyusunan ransum komplit ini adalah memiliki PK > 11% dan TDN > 60%.
18
(a) Gambar 4.
(b)
Bahan Pakan yang Digunakan, (a) Suplemen Kaya Nutrien, (b) Konsentrat pada R4
R1 merupakan kontrol dalam penelitian ini, jerami padi digunakan karena bahan pakan ini sangat melimpah di daerah peternakan tersebut. R2 merupakan ransum yang biasa digunakan peternak. R3 diberikan ke ternak percobaan untuk mengetahui pengaruh suplementasi protein terhadap ransum yang biasa digunakan oleh peternak. R4 digunakan sebagai kontrol positif yaitu berupa ransum komplit yang diformulasikan sehingga memenuhi kebutuhan ternak. Kandungan nutrien pada pakan perlakuan dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan (%)* Kandungan Nutrien
Perlakuan R1
R2
R3
R4
BK (%)
37,99
50,44
52,05
60,44
Abu (% BK)
17,40
17,19
17,08
18,75
PK (% BK)
4,21
5,92
6,48
11,80
LK (% BK)
1,44
2,48
2,71
3,52
SK (% BK)
32,50
31,02
30,44
25,80
Beta-N (% BK)
44,45
43,39
43,30
40,12
TDN 1) (% BK)
59,57
57,29
57,87
48,53
Ca (% BK)
0,42
0,30
0,41
2,65
P (% BK)
0,28
0,54
0,52
0,29
Keterangan : *Perhitungan berdasarkan data Sutardi (1980) dan hasil analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Perah (2011) 1) Perhitungan TDN (Total Digestible Nutrient) berdasarkan Sutardi (1980) TDN (% BK) = 100% PKt = Protein Kasar tercerna; SKt = Serat Kasar tercerna; LKt = Lemak Kasar tercerna Beta-Nt = Bahan ekstrak tanpa nitrogen tercerna BK = Bahan Kering; PK = Protein Kasar; LK = Lemak Kasar; SK = Serat Kasar Beta-N (Bahan ekstrak tanpa nitrogen) = 100% - (kadar Abu + PK + SK + LK) R1= 100% jerami padi; R2= R1 + 2 kg dedak padi R3= R2 + 0,4 kg SKN; R4= ransum komplit
19
Konsumsi Bahan Kering Menurut Parakkasi (1999), konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup dan produksi. Kemampuan sapi mengkonsumsi pakan sangat terbatas. Keterbatasan itu dipengaruhi oleh keadaan fisiologis ternak, keadaan pakan dan faktor luar, seperti suhu dan kelembaban udara. Tabel 5. Rataan Konsumsi Bahan Kering (kg/ekor/hari) Kelompok
Perlakuan R1
R2
R3
R4
K1
3,74
4,60
4,96
7,28
K2
4,20
4,49
4,37
6,17
K3
2,92
4,26
4,64
5,79
K4
3,24
4,31
5,08
5,13
Rataan Simpangan Baku
3,52a
4,42ab
4,76b
6,09c
0,56
0,16
0,32
0,90
Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan hasil sangat beda nyata (P<0,01) R1= 100% jerami padi; R2= R1 + 2 kg dedak padi R3= R2 + 0,4 kg SKN; R4= ransum komplit K1= bobot badan awal tertinggi 1-4; K2= bobot badan awal tertinggi 5-8 K3= bobot badan awal tertinggi 9-12; K4= bobot badan awal tertinggi 13-14
Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perbaikan pakan berbasis jerami padi ini berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap rataan konsumsi bahan kering (BK). Konsumsi BK pada R1 tidak berbeda nyata dengan R2, tetapi konsumsi BK R2 tidak berbeda nyata dengan R3. Konsumsi BK pada R4 nyata lebih tinggi daripada R3, R2 dan R1. Perbaikan pakan berbasis jerami padi ini mengakibatkan konsumsi BK meningkat. Pemberian ransum komplit (R4) nyata lebih meningkatkan konsumsi BK. Hal ini disebabkan palatabilitas dan kualitas bahan pakan yang tinggi pada R4. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Parakkasi (1999) bahwa jumlah konsumsi BK pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Palatabilitas merupakan gambaran sifat bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptik seperti penampakan, bau, rasa, tekstur dan temperaturnya sehingga menimbulkan rangsangan dan daya tarik ternak untuk mengkonsumsinya. Ketersediaan zat
20
makanan yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi yang normal harus mendapatkan perhatian khusus. Suplementasi protein pada bahan pakan yang rendah protein akan meningkatkan konsumsi dari bahan pakan tersebut. Tillman et al. (1998) menyatakan bahwa pemberian konsentrat pada ternak bertujuan untuk meningkatkan daya cerna pakan secara keseluruhan. Semakin banyak konsentrat yang dapat dicerna, arus pakan dalam saluran pencernaan menjadi lebih cepat sehingga meningkatkan pengosongan rumen dan menimbulkan sensasi lapar pada ternak, akibatnya memungkinkan ternak untuk mengkonsumsi pakan lebih tinggi. Van Soest (2006) mengungkapkan bahwa suplementasi yang diberikan pada jerami padi dapat meningkatkan konsumsi pakan seperti yang terjadi pada penelitian Djajanegara dan Doyle (1989) dan Warly et al. (1992). National Research Council (1984) menyebutkan bahwa kebutuhan hidup pokok untuk heifer dengan bobot badan 300 kg membutuhkan konsumsi BK minimal sebesar 4,5 kg/ekor/hari. Sementara itu, jika heifer tersebut diprogramkan untuk PBBH sebesar 0,25 kg/hari, maka kebutuhan konsumsi BK minimal sebesar 6,2 kg/ekor/hari. Performa Produksi Performa seekor ternak merupakan hasil dari pengaruh faktor keturunan dan pengaruh kumulatif dari faktor lingkungan yang dialami oleh ternak tersebut sejak terjadinya pembuahan hingga saat ternak diukur dan diobservasi. Hardjosubroto (1990) dan Gunawan et al. (2008) menyatakan bahwa faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak, sedangkan faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya. Performa seekor ternak dapat dilihat dari bobot badan, laju pertumbuhan dan ukuranukuran tubuh. Performa produksi yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan bobot badan harian dan beberapa peubah tubuh. Pertambahan Bobot Badan Harian Pertambahan bobot badan harian (PBBH) merupakan salah satu peubah untuk mengetahui performa ternak. Laju pertumbuhan bobot badan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole, 1982). Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor individu ternak dan jenis pakan. Tillman et al. (1998) 21
menyebutkan bahwa faktor pakan sangat menentukan pertumbuhan, bila kualitasnya baik dan diberikan dalam jumlah yang cukup, pertumbuhannya akan menjadi cepat, demikian pula sebaliknya. Tabel 6. Performa Pertambahan Bobot Badan Harian (kg/hari)* Kelompok
Perlakuan
Rataan
Simpangan Baku
0,51
0,17
0,38
0,28
1,15
0,53
0,42
-0,21
0,14
0,55
0,19
0,32
0,06
0,82
0,42
0,40
0,42
0,31
0,06
0,29
0,31
0,66
0,33
0,36
0,30
0,43
0,12
0,34
0,36
R1
R2
R3
R4
K1
-0,36
0,15
0,37
K2
0,28
0,42
K3
0,27
K4 Rataan Simpangan Baku
Keterangan : *Bobot badan dihitung berdasarkan rumus Schoorl (Williamson dan Payne, 1986) Bobot badan (kg) = R1= 100% jerami padi; R2= R1 + 2 kg dedak padi R3= R2 + 0,4 kg SKN; R4= ransum komplit K1= bobot badan awal tertinggi 1-4; K2= bobot badan awal tertinggi 5-8 K3= bobot badan awal tertinggi 9-12; K4= bobot badan awal tertinggi 13-14
Astuti (2003) mengemukakan bahwa sapi PO tanggap terhadap perubahan maupun perbaikan pakan dengan menunjukkan PBBH yang berbeda-beda. Astuti (2003) menggambarkan bahwa PBBH sapi PO dewasa sangat bervariasi yaitu sebesar 0,44-0,98 kg/hari dari berbagai penelitian perubahan maupun perbaikan pakan. Hal ini menandakan bahwa pengaruh lingkungan (pemberian pakan) dapat mempengaruhi performa seekor ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan pakan ini tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap PBBH (Tabel 6). Sementara itu, hasil penelitian Prihandini dan Umiyasih (2008) menunjukkan bahwa perbaikan pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap PBBH sapi PO betina dewasa selama 2 bulan pemeliharaan. Hal ini disebabkan lama pemeliharaan yang relatif singkat (25 hari masa evaluasi pertumbuhan) pada penelitian ini sehingga keragaman laju pertumbuhan bobot badan yang ditampilkan tidak nyata. Prihandini dan Umiyasih (2008) menggunakan dua taraf pelakuan pakan pada penelitiannya, yaitu pakan A dan pakan B yang diujikan pada 26 ekor sapi PO betina
22
dengan rataan umur 2 tahun. Pakan A adalah perbaikan pakan yang berupa pemberian konsentrat dan suplemen mineral dari pakan B. Pakan B adalah pemberian pakan berupa pucuk tebu, rumput lapang, limbah pisang, daun gamal, rumput gajah, tebon kering, daun sengon dan dedak. PBBH pada perlakuan A adalah sebesar 0,59 kg/hari, sedangkan PBBH pada perlakuan B sebesar 0,34 kg/hari. Hal ini menandakan bahwa PBBH yang optimal dapat diperoleh dengan perbaikan pakan. Tidak optimalnya pertumbuhan sapi yang terjadi pada perlakuan perbaikan pakan (R3 dan R4) dapat disebabkan faktor umur. Ada sapi yang berumur lebih tua secara acak mendapatkan perlakuan pakan yang memiliki kandungan nutrien yang lebih baik (R3 dan R4), tetapi tidak menghasilkan PBBH yang lebih baik. Sebaliknya, ada sapi yang berumur lebih muda secara acak mendapatkan perlakuan pakan yang memiliki kandungan nutrien yang tidak lebih baik (R1 dan R2), tetapi menghasilkan PBBH yang lebih baik. Perbedaan performa PBBH ini lebih disebabkan faktor umur dimana umur yang lebih muda akan tumbuh lebih cepat. Sebagaimana yang terjadi pada sapi R3K3 berumur 5 tahun (Tabel 2) menghasilkan PBBH sebesar 0,14 kg/hari lebih rendah daripada sapi R1K3 berumur 2,5-3 tahun (Tabel 2) dengan PBBH sebesar 0,27 kg/hari. Hal ini dapat mengakibatkan tidak adanya pengaruh perlakuan perbaikan pakan yang disebabkan tidak optimalnya pertumbuhan pada sapi-sapi tua. Pertambahan negatif terjadi pada sapi R1K1 dan R2K3. Hal ini disebabkan konsumsi dan kandungan nutrien pada R1 dan R2 tidak mencukupi kebutuhan hidup pokok sapi R1K1 dan R2K3 sehingga terjadi degradasi jaringan yang akan mengakibatkan turunnya bobot badan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tillman et al. (1998) bahwa apabila kebutuhan hidup pokok tidak terpenuhi oleh pakan maka kebutuhan tersebut dipenuhi dari degradasi jaringan. Zain et al. (2009) menyatakan bahwa jerami padi dapat dioptimalisasikan dengan baik apabila dilakukan perlakuan amoniasi pada jerami padi yang ditambahkan dengan konsentrat dan diberi suplementasi. Lebih lanjut yang diungkapkan Zain et al. (2009) bahwa pemberian 30% jerami padi amoniasi + 70% konsentrat (39% dedak padi, 50% bungkil kelapa, 10% ampas tahu, 0,4% garam dan 0,6% mineral mix) + suplemen (ubi kayu, fosfor dan sulfur) dapat meningkatkan PBBH hingga mencapai 0,67 kg/hari pada sapi pesisir jantan.
23
National Research Council (1984) menyebutkan bahwa kebutuhan hidup pokok untuk heifer dengan bobot badan 300 kg adalah PK minimal sebesar 7,8% dan TDN minimal sebesar 57%. Sementara itu, jika kebutuhan PK dalam pakan diberikan melebihi 11,1% maka PBBH sapi tersebut dapat mencapai angka di atas 0,75 kg/hari. Hal ini menandakan bahwa PBBH dipengaruhi oleh total protein yang diberikan ternak sapi setiap hari. Peubah Tubuh Peubah tubuh merupakan ukuran-ukuran yang dapat dilihat pada permukaan tubuh sapi, antara lain tinggi pundak, panjang badan, lebar dada, dalam dada dan lingkar dada (Natasasmita dan Mudikdjo, 1980; Ningsih, 2011). Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda, karena pengaruh alam maupun lingkungan (Otsuka et al., 1982; Tazkia, 2008). Panjang badan. Panjang badan merupakan salah satu ukuran yang sering digunakan untuk menilai ternak sapi potong. Panjang badan berkaitan erat dengan pertumbuhan tulang. Johansson dan Rendel (1968) menyatakan bahwa pertumbuhan panjang badan dipengaruhi oleh pertumbuhan kerangka tulang dan genetik. Posisi sapi ketika diukur berpengaruh terhadap pengukuran panjang badan (Herman, 1985). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan pakan berbasis jerami padi ini tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap performa panjang badan dan pertambahan panjang badan harian (Tabel 7). Performa panjang badan akhir penelitian dan pertambahan panjang badan harian yang terjadi pada sapi PO betina dewasa umur 2-6 tahun dalam penelitian ini masing-masing sebesar 124,75 cm dan 0,13 cm/hari (Tabel 7). Pertambahan negatif terjadi pada sapi R2K1, R3K3, R3K4 dan R4K4 yang dapat diakibatkan oleh posisi sapi ketika diukur pada suatu waktu tidak dalam posisi lurus yang baik.
24
Tabel 7. Performa Panjang Badan Akhir Penelitian (cm) dan Pertambahan Harian (cm/hari) Perlakuan
Rataan
Simpangan Baku
125
127,5
5,26
125
129
125,5
2,89
132
129
125
127
4,40
115
118
122
121
119
3,16
Rataan
121,5
124,75
127,75
125
124,75
5,04
Simpangan Baku
4,93
5,85
5,62
3,27
5,04
Kelompok
R1
R2
R3
R4
K1
127
123
135
K2
122
126
K3
122
K4
Panjang Badan Akhir
Pertambahan Panjang Badan Harian K1
0
-0,2
0,24
0,44
0,12
0,28
K2
0
0,28
0,16
0,56
0,25
0,24
K3
0,52
0
-0,08
0
0,11
0,28
K4
0,2
0,32
-0,12
-0,2
0,05
0,25
Rataan
0,18
0,1
0,05
0,2
0,13
0,24
Simpangan Baku
0,24
0,24
0,18
0,36
0,24
Keterangan : R1= 100% jerami padi; R2= R1 + 2 kg dedak padi R3= R2 + 0,4 kg SKN; R4= ransum komplit K1= bobot badan awal tertinggi 1-4; K2= bobot badan awal tertinggi 5-8 K3= bobot badan awal tertinggi 9-12; K4= bobot badan awal tertinggi 13-14
Lingkar dada. Lingkar dada merupakan ukuran tubuh yang paling sering digunakan untuk menilai sapi potong. Lingkar dada berkaitan erat dengan pertumbuhan daging dan otot bagian thorax. Johansson dan Rendel (1968) menyebutkan bahwa pertumbuhan lingkar dada dipengaruhi oleh pertumbuhan daging dan otot. Berg dan Butterfield (1976) menyatakan bahwa bagian tubuh yang paling cepat tumbuh pada sapi dewasa adalah bagian thorax dan abdominal. Herman (1985) menyatakan bahwa posisi sapi ketika diukur tidak berpengaruh terhadap pengukuran lingkar dada. Perbaikan pakan yang diberikan pada pakan berbasis jerami padi ini berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap lingkar dada (Tabel 8). Lingkar dada R1 nyata lebih rendah dibandingkan R3, tetapi lingkar dada R1 dengan R2 dan R4 tidak berbeda nyata. Lingkar dada R2, R3 dan R4 tidak berbeda nyata. Hal ini menandakan terjadinya perbedaan performa lingkar dada yang cukup signifikan sebagai respon terhadap perlakuan perbaikan pakan ini, namun perbaikan pakan tersebut tidak 25
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan lingkar dada harian (Tabel 8). Pertambahan lingkar dada harian yang terjadi pada sapi PO betina dewasa umur 2-6 tahun dalam penelitian ini adalah rata-rata sebesar 0,09 cm/hari (Tabel 8). Pertambahan negatif yang terjadi pada sapi R1K1 dan R2K3 dapat diakibatkan telah terjadinya degradasi jaringan pada bagian thorax. Hal ini terjadi karena konsumsi dan kandungan nutrien pada R1 dan R2 tidak mencukupi kebutuhan hidup pokok sapi R1K1 dan R2K3 sehingga terjadi degradasi jaringan. Tabel 8. Performa Lingkar Dada Akhir Penelitian (cm) dan Pertambahan Harian (cm/hari) Perlakuan
Rataan
Simpangan Baku
163,5
161,88
3,86
154,5
162
156,62
3,59
151
157,5
153
152,38
3,99
139
151
155
147
148
6,83
149,62a
154,75ab
158,12b
156,38ab
154,72
6,80
7,99
5,19
5,09
7,78
Kelompok
R1
R2
R3
R4
K1
156,5
162
165,5
K2
155
155
K3
148
K4
Lingkar Dada Akhir
Rataan Simpangan Baku
Pertambahan Lingkar Dada Harian K1
-0,1
0,04
0,1
0,14
0,04
0,1
K2
0,08
0,12
0,02
0,32
0,14
0,13
K3
0,08
-0,06
0,04
0,16
0,06
0,09
K4
0,02
0,24
0,12
0,12
0,12
0,09
Rataan
0,02
0,08
0,07
0,18
0,09
0,1
Simpangan Baku
0,08
0,13
0,05
0,09
0,1
Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan hasil beda nyata (P<0,05) R1= 100% jerami padi; R2= R1 + 2 kg dedak padi R3= R2 + 0,4 kg SKN; R4= ransum komplit K1= bobot badan awal tertinggi 1-4; K2= bobot badan awal tertinggi 5-8 K3= bobot badan awal tertinggi 9-12; K4= bobot badan awal tertinggi 13-14
Tinggi pundak. Tinggi pundak merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai ternak sapi potong. Tinggi pundak berkaitan erat dengan pertumbuhan tulang, sebagaimana yang dikemukakan oleh Johansson dan Rendel (1968) bahwa pertumbuhan tinggi pundak dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang dan genetik. Posisi sapi ketika diukur berpengaruh terhadap pengukuran tinggi pundak (Herman, 1985).
26
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan pakan berbasis jerami padi ini tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tinggi pundak dan pertambahan tinggi pundak harian (Tabel 9). Performa tinggi pundak dan pertambahan tinggi pundak harian yang terjadi pada sapi PO betina dewasa umur 2-6 tahun dalam penelitian ini masing-masing sebesar 125,69 cm dan 0,01 cm/hari (Tabel 9). Pertambahan negatif terjadi pada sapi R1K1, R2K1, R2K4, R3K4, R4K2 dan R4K3 yang dapat diakibatkan oleh posisi sapi ketika diukur pada suatu waktu tidak dalam posisi lurus yang baik. Tabel 9. Performa Tinggi Pundak Akhir Penelitian (cm) dan Pertambahan Harian (cm/hari) Perlakuan
Rataan
Simpangan Baku
130
129
4,55
123
120
124,5
3,70
134
126
123
126,25
5,44
122
120
122
128
123
3,46
Rataan
124,5
126,5
126,5
125,25
125,69
4,53
Simpangan Baku
3,00
5,80
5,92
4,57
4,53
Kelompok
R1
R2
R3
R4
K1
126
125
135
K2
128
127
K3
122
K4
Tinggi Pundak Akhir
Pertambahan Tinggi Pundak Harian K1
-0,04
-0,08
0,12
0,08
0,02
0,1
K2
0,08
0,08
0,08
-0,16
0,02
0,12
K3
0,04
0,08
0
-0,04
0,02
0,05
K4
0
-0,08
-0,12
0,08
-0,03
0,09
Rataan
0,02
0
0,02
-0,01
0,01
0,08
Simpangan Baku
0,05
0,09
0,11
0,12
0,08
Keterangan : R1= 100% jerami padi; R2= R1 + 2 kg dedak padi R3= R2 + 0,4 kg SKN; R4= ransum komplit K1= bobot badan awal tertinggi 1-4; K2= bobot badan awal tertinggi 5-8 K3= bobot badan awal tertinggi 9-12; K4= bobot badan awal tertinggi 13-14
Lebar dada. Lebar dada merupakan ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam menilai sapi potong. Lebar dada juga dapat menggambarkan penilaian sapi potong dari arah depan. Lebar dada berkaitan erat dengan pertumbuhan tulang dan daging bagian thorax. Posisi sapi ketika diukur berpengaruh terhadap pengukuran lebar dada.
27
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan pakan berbasis jerami padi ini tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap lebar dada dan pertambahan lebar dada harian (Tabel 10). Rataan lebar dada dan pertambahan lebar dada harian pada penelitian ini masing-masing sebesar 31,38 cm dan -0,09 cm/hari (Tabel 10). Pertambahan negatif yang terjadi pada sapi R1K2, R1K3, R1K4 dan R2K4 dapat diakibatkan telah terjadinya degradasi jaringan pada bagian thorax. Hal ini terjadi karena konsumsi dan kandungan nutrien pada R1 dan R2 tidak mencukupi kebutuhan hidup pokok sapi R1K2, R1K3, R1K4 dan R2K4 sehingga terjadi degradasi jaringan. Sementara itu, pertambahan negatif yang terjadi pada semua sapi perlakuan R3 dan R4 lebih disebabkan oleh posisi sapi ketika diukur pada suatu waktu tidak dalam posisi lurus yang baik. Tabel 10. Performa Lebar Dada Akhir Penelitian (cm) dan Pertambahan Harian (cm/hari) Kelompok
Perlakuan
Rataan
Simpangan Baku
34
34,5
1,29
30
35
32,5
2,22
32
29
30
30
1,41
27
30
28
30
28,75
1,5
31
32,25
30
32,25
31,38
2,70
3,65
2,63
2,16
2,63
2,70
R1
R2
R3
R4
K1
35
36
33
K2
33
31
K3
29
K4 Rataan
Lebar Dada Akhir
Simpangan Baku
Pertambahan Lebar Dada Harian K1
0,12
0,04
-0,04
-0,12
0
0,1
K2
-0,04
0
-0,32
-0,04
-0,1
0,15
K3
-0,04
0,08
-0,24
-0,2
-0,1
0,15
K4
-0,2
-0,12
-0,12
-0,24
-0,17
0,06
Rataan
-0,04
0
-0,18
-0,15
-0,09
0,12
Simpangan Baku
0,13
0,09
0,12
0,09
0,12
Keterangan : R1= 100% jerami padi; R2= R1 + 2 kg dedak padi R3= R2 + 0,4 kg SKN; R4= ransum komplit K1= bobot badan awal tertinggi 1-4; K2= bobot badan awal tertinggi 5-8 K3= bobot badan awal tertinggi 9-12; K4= bobot badan awal tertinggi 13-14
28
Dalam dada. Dalam dada merupakan ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam menilai sapi potong. Dalam dada dapat menggambarkan penilaian sapi potong dari arah samping. Dalam dada berkaitan erat dengan pertumbuhan tulang dan daging bagian thorax. Johansson dan Rendel (1968) menyebutkan bahwa pertumbuhan dalam dada dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang dan daging. Posisi sapi ketika diukur berpengaruh terhadap pengukuran dalam dada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan pakan berbasis jerami padi ini tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap dalam dada dan pertambahan dalam dada harian (Tabel 11). Rataan dalam dada dan pertambahan dalam dada harian pada penelitian ini masing-masing sebesar 62,12 cm dan 0,06 cm/hari (Tabel 11). Tabel 11. Performa Dalam Dada Akhir Penelitian (cm) dan Pertambahan Harian (cm/hari) Perlakuan
Rataan
Simpangan Baku
63
65,5
5,07
64
65
63,5
1,29
67
63
58
61,5
4,36
58
55
58
61
58
2,45
Rataan
60,25
62
64,5
61,75
62,12
4,32
Simpangan Baku
2,63
5,10
6,24
2,99
4,32
Kelompok
R1
R2
R3
R4
K1
62
64
73
K2
63
62
K3
58
K4
Dalam Dada Akhir
Pertambahan Dalam Dada Harian K1
-0,04
0,04
0,2
0
0,05
0,1
K2
0,24
0,08
-0,08
0,2
0,11
0,14
K3
0,08
0,16
-0,16
-0,04
0,01
0,14
K4
0,1
0
-0,1
0,24
0,06
0,14
Rataan
0,1
0,07
-0,04
0,1
0,06
0,13
Simpangan Baku
0,12
0,07
0,16
0,14
0,13
Keterangan : R1= 100% jerami padi; R2= R1 + 2 kg dedak padi R3= R2 + 0,4 kg SKN; R4= ransum komplit K1= bobot badan awal tertinggi 1-4; K2= bobot badan awal tertinggi 5-8 K3= bobot badan awal tertinggi 9-12; K4= bobot badan awal tertinggi 13-14
Pertambahan negatif yang terjadi pada sapi R1K1 dapat diakibatkan telah terjadinya degradasi jaringan pada bagian thorax. Hal ini terjadi karena konsumsi dan kandungan nutrien pada R1 tidak mencukupi kebutuhan hidup pokok sapi R1K1
29
sehingga terjadi degradasi jaringan. Sementara itu, pertambahan negatif yang terjadi pada sapi perlakuan R3K2, R3K3, R3K4 dan R4K3 lebih disebabkan oleh posisi sapi ketika diukur pada suatu waktu tidak dalam posisi lurus yang baik. Perbaikan pakan berbasis jerami padi ini tidak mempengaruhi peubah tubuh yang diukur, kecuali terhadap lingkar dada dan tidak mempengaruhi pertambahan harian semua peubah tubuh yang diukur. Hasil penelitian ini sejalan dengan Prihandini dan Umiyasih (2008) pada panjang badan dan tinggi pundak, tetapi tidak sejalan pada lingkar dada. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain: umur sapi yang telah mencapai dewasa kelamin dan dewasa tubuh, pakan, genetik dan posisi sapi saat diukur. Sapi PO betina penelitian ini yang berumur 2-6 tahun telah mencapai dewasa kelamin dan dewasa tubuh. Rata-rata sapi lokal Indonesia mencapai dewasa kelamin pada umur 1,5-2 tahun dan mencapai dewasa tubuh pada umur 2-2,5 tahun (Sosroamidjojo dan Soeradji, 1990). Setelah sapi mencapai dewasa kelamin pertumbuhan tulang akan terhenti karena osifikasi tulang rawan sudah sempurna. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Field dan Taylor (2003) bahwa pertumbuhan dan perkembangan tulang tercapai sebelum ternak dewasa kelamin. Hal ini dapat mengakibatkan perbaikan pakan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tubuh yang dipengaruhi pertumbuhan tulang seperti panjang badan, tinggi pundak, lebar dada, dalam dada dan pertambahan hariannya. Pemberian pakan berkualitas tinggi pada sapi yang sebelumnya diberikan pakan berkualitas rendah akan mengakibatkan pertumbuhan kompensatori dimana pertumbuhan ternak akan mengalami percepatan (Soeparno, 2005). Hal ini dapat mengakibatkan perbaikan pakan berpengaruh nyata terhadap lingkar dada sehingga dalam waktu relatif singkat sudah menunjukkan keragaman lingkar dada yang berbeda nyata. Sementara itu, Tillman et al. (1998) menyatakan apabila kebutuhan hidup pokok tidak terpenuhi oleh pakan maka kebutuhan tersebut dipenuhi dari degradasi jaringan. Hal ini mengakibatkan terjadinya pertambahan harian yang negatif pada lingkar dada, lebar dada dan dalam dada beberapa sapi penelitian. Faktor genetik individu sapi dapat mempengaruhi performa peubah tubuh (Johansson dan Rendel, 1968). Sapi PO betina penelitian ini yang berumur 2-6 tahun memiliki rataan panjang badan, tinggi pundak, lebar dada dan dalam dada masing-
30
masing sebesar 124,75 cm; 125,69 cm; 31,38 cm dan 62,12 cm, sedangkan sapi PO betina penelitian Prihandini dan Umiyasih (2008) yang berumur 2 tahun memiliki rataan panjang badan dan tinggi pundak masing-masing sebesar 123 cm dan 119,39 cm. Adrial (2010) menyatakan bahwa rata-rata panjang badan dan tinggi pundak sapi PO betina dewasa umur 4,5 tahun ketika dibandingkan dengan sapi pesisir Sumatera Barat masing-masing sebesar 131,7 ± 7 cm dan 128,7 ± 5,5 cm. Sementara itu, Abdullah et al. (2006) menyatakan bahwa rataan panjang badan, tinggi pundak, lebar dada dan dalam dada sapi PO lokal dewasa diatas umur 2 tahun masing-masing sebesar 120,15 cm; 127,46 cm; 44,28 cm; 59,12 cm. Perbedaan yang terjadi pada performa peubah tubuh ini lebih disebabkan faktor genetik individu ternak. Posisi sapi dapat mempengaruhi pengukuran peubah tubuh (Herman, 1985). Pengukuran peubah tubuh perlu dilakukan pada sapi yang berdiri normal pada keempat kakinya dengan kepala lurus ke depan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi derajat kesalahan pada saat pengukuran.
31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian pakan berbasis jerami padi yang diperbaiki melalui suplementasi ini belum memberikan respon yang positif pada performa pertambahan bobot badan harian (PBBH), panjang badan, tinggi pundak, lebar dada, dalam dada dan pertambahan harian seluruh peubah tubuh sapi PO betina dewasa, tetapi sudah memberikan respon positif terhadap konsumsi bahan kering (BK) dan lingkar dada selama pemeliharaan. Pemberian jerami padi dalam bentuk ransum komplit yang tersusun dari 40% jerami padi dan 60% konsentrat (8,5% tepung ikan, 30,5% dedak padi, 5,7% tepung daun singkong, 3% tepung daun lamtoro, 0,3% tepung daun turi, 10% molases, 1% campuran mineral dan 1% minyak kelapa) dapat meningkatkan konsumsi BK. Saran Perlu dilakukan penambahan waktu pemeliharaan, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbaikan pakan pada penelitian ini berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi BK dan berpengaruh nyata terhadap lingkar dada sehingga memungkinkan akan terjadinya pengaruh perlakuan pakan terhadap PBBH dan peubah tubuh lainnya. Suplementasi pada perbaikan pakan berbasis jerami padi ini perlu dikembangkan lagi dengan menyesuaikan potensi ketersediaan pakan di lokasi yang bersangkutan.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis lafazkan ke kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dengan karunia dan Rahmat-Nya yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga dan hanya dengan pertolongan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Hj. Komariah, M.Si selaku pembimbing utama sekaligus selaku dosen pembimbing akademik dan Ir. Anita S. Tjakradidjaja, M.Rur.Sc selaku pembimbing anggota yang telah membimbing, memberi saran, mengarahkan mulai dari penyusunan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Erika B. Laconi, MS atas saran dan petunjuknya sebagai penguji dalam ujian sidang penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si sebagai penguji seminar yang telah memberikan saran untuk membuat penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Suryahadi, DEA atas bimbingannya selama penelitian berlangsung di lapangan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ahmad Zain beserta keluarga dan Okky S. Astuti, S.Pt yang membantu penulis menjalankan penelitian ini. Ucapan terima kasih yang terdalam kepada Riki Anwarsyam, Diki Sunaryo, Ari Pradana, Kuswanto, Agung H. Susantho, Erwinsyah dan Angga Prasetya telah menjadi orang-orang terdekat yang setia memberikan motivasi. Teman-teman IPTP dan INTP 44 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kesenangan dan kebahagiaan yang diciptakan bersama serta terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga Penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta Anda Mihardja & Ibunda tercinta Helviani atas motivasi, doa, kasih sayang dan semua bantuan baik materi, moral dan spiritual. Terima kasih untuk adik-adik Penulis Chairiah Ananda, Abdul Kahfi, Nabila Adawiyah dan Izanni Chatamiah yang telah memberikan semangat, perhatian dan pengertian. Bogor, November 2011 Penulis
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. A. N., R. R. Noor, H. Martojo, D. D. Solihin, & E. Handiwirawan. 2006. Keragaman fenotipik sapi Aceh di Nanggroe Aceh Darussalam. J. Indon. Trop. Anim. Agric. http://eprints.undip.ac.id/19149/1/32%281% 292007p11-21.pdf. [20 Mei 2011]. Abrianto,
P. 2010. Cara Mengetahui Umur Bibit Ternak Sapi. http://duniasapi.com/id/produksi-potong/2068-cara-mengetahui-umurbibit-ternak-sapi.html. [8 Juli 2010].
Adrial. 2010. Potensi sapi pesisir dan upaya pengembangannya di Sumatera Barat. J. Litbang. Pertanian. 29 (2) : 66-72. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/ publikasi/p3292104.pdf. [26 Juni 2011]. Astuti, M. 2003. Potensi dan keragaman sumberdaya genetik sapi Peranakan Ongole (PO). Wartazoa. 14 (4) : 30-39. http://www.scribd.com/doc/ 6548740/sapo046. [23 Mei 2011]. Atmadilaga, D. 1979. Politik Peternakan Indonesia. Biro Penelitian dan Aplikasi. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran, Bandung. Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2005. UMMB (Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan Bergizi Tinggi. http://www. warintek.ristek.go.id/nuklir/ternak.pdf. [3 Februari 2011]. Berg, R. T. & R. M. Butterfield. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney University Press, Sydney. Cole, V. G. 1982. Beef Cattle Production Guide. MacArthur Press, Parramata, New South Wales. Damayanti, D. 2003. Kualitas karkas serta sifat fisik dan sensori daging domba Lokal pada kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. http://www. ditjennak.go.id. [30 November 2011].
Bank Data.
Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada domba Ekor Gemuk. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Drake, J. D., G. Nader & L. Forero. 2002. Feeding Rice Straw to Cattle. University of California, California. Ensminger, M. E., J. E. Oldfield & W. W. Hineman. 1990. Feed and Nutrition (Formally Feed and Nutrition Complete). 2 nd Edition. The Ensminger Publishing, California. Erlangga.
2009. Info Ternak. http://www.infoternak.com/sapi-p-o-peranakanongole.html. [28 September 2011].
Field, T. G. & R. E. Taylor. 2003. Beef Production and Management Decisions. 4th Edition. Pearson Prentice Hall Inc., New Jersey.
Gunawan, A., K. Jamal & C. Sumantri. 2008. Pendugaan bobot badan melalui analisis morfometrik dengan pendekatan regresi terbaik Best-Subset pada domba Garut tipe pedaging, tangkas dan persilangannya. Majalah Ilmiah Peternakan. 11(1) : 1-6. Handayani, S. 2003. Parameter fenotip bobot badan sapi Peranakan Ongole di Kecamatan Sigi Biromaru. J. Agrisains 4: 57-62. Hanibal, M. V. 2008. Ukuran dan bentuk serta pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran tubuh domba silangan lokal garut jantan di Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hardjosubroto, W. 1990. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
PT.
Hartati & M. D. Dicky. 2008. Hubungan bobot hidup induk saat melahirkan terhadap pertumbuhan pedet sapi PO di foundation stock. Seminar Nasional dan Teknologi Peternakan dan Veteriner. Laporan Loka Penelitian Sapi Potong. http://lolitsapi.litbang.deptan.go.id/eng/images/ dokumen/3.pdf. [17 April 2011]. Hasnudi. 2004. Kajian tumbuh kembang karkas dan komponennya serta penampilan domba Sungei Putih dan lokal Sumatera yang menggunakan pakan limbah kelapa sawit. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Herman, R., Suwartono & Kadarman. 1985. Pendugaan bobot kambing Peranakan Etawah dari ukuran tubuh. Media Peternakan. 10 (1) : 1-11. Herren, R. 2000. The Science of Animal Agriculture. 2nd Edition. Delmar, New York. Johansson, I. & J. Rendel. 1968. Genetics and Animal Breeding. W. H. Freeman and Company, San Francisco. Kadarsih, S. 2003. Peranan ukuran tubuh terhadap bobot badan sapi Bali di Provinsi Bengkulu. J. Penelitian UNIB. 9(1) : 45-48. Massiara, L. 1986. Pendugaan bobot badan melalui beberapa ukuran tubuh pada kambing Kacang di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. McDonald, P. R., A. Edwards, J. F. D. Greenhalg & C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6 th Edition. Longman Scientific and Technical Co., New York. Natasasmita, A. & K. Mudikdjo. 1980. Beternak Sapi Daging. Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fakultas
National Research Council. 1984. Nutrient Requirements of Beef Cattle. Edition. National Academy Press, Washington.
6th
Natural Veterinary. 2009. Laporan Tutorial UP 1 Blok 2. http://naturalveterinary.blogspot.com/2009/03/laporan-tutorial-up-1-blok-2.html. [28 September 2011].
35
Ningsih, R. S. 2011. Penggolongan morfometrik jantan sapi Bali, Peranakan Ongole dan Pesisir melalui analisis diskriminan Fisher, Wald-Anderson dan jarak minimum D2 Mahalanobis. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Otsuka, J. , T. Namikawa, K. Nozawa & H. Martojo. 1982. Statistical Analysis on the Body Measurement of East Asian Native Cattle and Bantengs: The Origin and Phylogeny of Indonesia Native Livestock (Part III). The Research Group of Overseas Scientific Survey, Tokyo. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Pemerintah Kabupaten Rembang. 2010. Profil dan Potensi Pertanian Kabupaten Rembang. http://www.rembangkab.go.id. [8 Juli 2010]. Phillips. 2001. Principles of Cattle Production. CABI Publishing, New York. Prihandini, P. W. & U. Umiyasih. 2008. Pembibitan sapi lokal (PO) di Peternakan Rakyat (Desa Bodang Kecamatan Padang Kabupaten Lumajang). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Laporan Loka Penelitian Sapi Potong. http://lolitsapi.litbang.deptan.go.id/eng/images/dokumen/ 7.pdf. [17 April 2011]. Rutter, L., D. Engstorm & R. Hand. 2000. Body Condition: Implication for managing beef cows. http://www1.agric.gov.ab.ca/$departemen/deptdocs. nsf/all/agdex3450?/$file/420_40-1.pdf?OpenElement. [27 Juni 2011]. Scanes, C. G. 2003. Biology of Growth of Domestic Animals. 1st Edition. Iowa State Press, Iowa. Selly. 1994. Peningkatan kualitas pakan serat berkualitas rendah dengan amoniasi dan inokulasi digesta rumen. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soeroso.
2004. Performans sapi Jawa berdasarkan sifat kuantitatif dan kualitatif. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.
Sosroamidjojo, M. S. & Soeradji. 1990. Peternakan Umum. Cetakan ke-10. CV. Yasaguna, Jakarta. Steel, R.
G. D. & J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan: B. Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sukria, H. A & R. Krisnan. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia. Institut Pertanian Bogor (IPB)-Press, Bogor. Sulistyo, J. 2008. Efektivitas ransum komplit berbahan jerami sorgum, rumput lapang, konsentrat dan suplemen kaya nutrien berdasarkan uji fermentabilitas dan degradabilitas in vitro. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 36
Taylor, R. E. & T. G. Field. 2004. Scientific Farm Animal Production. 8th Edition. Pearson Prentice Hall Inc., New Jersey. Tazkia, R. 2008. Pola dan pendugaan sifat pertumbuhan sapi Friesian-Holstein betina berdasarkan ukuran tubuh di KPSBU Lembang. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo & S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Van Soest, P. J. 2006. Rice straw, the role of silica and treatments to improve quality. J. Anim. Feed. Sci. and Technology. 130 : 137-171. www.sciencedirect.com. [14 Juni 2011]. Wahyuni, D. S. 2008. Fermentabilitas dan degradabilitas in vitro serta produksi biomassa mikroba ransum komplit kombinasi rumput lapang, konsentrat dan suplemen kaya nutrien. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Williamson, G. & W. J. A. Payne. 1986. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. Longman, London. Zain, M., N. Jamarun & Nurhaita. 2009. Optimalisasi pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak sapi. Proyek Penelitian Hibah Bersaing. DP3M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. http://repository.unand.ac.id/691/1/ ARTIKEL_HB_2009_mardiati_zain.doc. [26 Juni 2011]. Zubaidah, S. 1984. Pengkajian berbagai cara pendugaan bobot badan sapi perah Fries Holland dengan parameter tubuh. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
37
LAMPIRAN
Lampiran 1. Anova Konsumsi Bahan Kering Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
1,46
0,49
Perlakuan
3
13,64
4,54
Galat
9
2,29
0,26
Total
15
17,39
5,29
Fhit
Ftabel (α = 0,01)
P
17,83**
6,99
0,000
Lampiran 2. Uji Tukey Rataan Konsumsi Bahan Kering P4
P3
P2
P1
P1
2,57**
1,24*
0,9TN
-
P2
**
1,67
P3
1,33
P4
-
0,34
*
TN
-
-
Perlakuan
Rataan
Superskrip
P1
3,52
a
P2
4,42
ab
P3
4,76
b
P4
6,09
c
Lampiran 3. Anova Pertambahan Bobot Badan Harian Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
0,39
0,13
Perlakuan
3
0,71
0,24
Galat
9
0,84
0,09
Total
15
1,94
0,46
Fhit
Ftabel (α = 0,05)
P
2,55
3,86
0,121
39
Lampiran 4. Anova Panjang Badan Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
185
61,67
Perlakuan
3
78,5
26,17
Galat
9
117,5
13,06
Total
15
381
100,9
Fhit
Ftabel (α = 0,05)
P
2,00
3,86
0,184
Fhit
Ftabel (α = 0,05)
P
0,23
3,86
0,872
Fhit
Ftabel (α = 0,05)
P
4,40*
3,86
0,036
Lampiran 5. Anova Pertambahan Panjang Badan Harian Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
0,08
0,03
Perlakuan
3
0,06
0,02
Galat
9
0,76
0,08
Total
15
0,90
0,13
Lampiran 6. Anova Lingkar Dada Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
421,92
140,64
Perlakuan
3
161,17
53,72
Galat
9
109,89
12,21
Total
15
692,98
206,57
40
Lampiran 7. Uji Tukey Rataan Lingkar Dada P3
P4
P2
P1
P1
8,5*
6,76TN
5,13 TN
-
P2
3,37TN
1,63TN
-
P4
1,74
TN
P3
-
-
Perlakuan
Rataan
Superskrip
P1
149,62
a
P2
154,75
ab
P4
156,38
ab
P3
158,12
b
Lampiran 8. Anova Pertambahan Lingkar Dada Harian Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
0,03
0,01
Perlakuan
3
0,06
0,02
Galat
9
0,07
0,01
Total
15
0,16
0,04
Fhit
Ftabel
P
(α = 0,05) 2,27
3,86
0,149
Fhit
Ftabel (α = 0,05)
P
0,16
3,86
0,919
Lampiran 9. Anova Tinggi Pundak Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
79,69
26,56
Perlakuan
3
11,69
3,9
Galat
9
216,06
24
Total
15
307,44
54,46
41
Lampiran 10. Anova Pertambahan Tinggi Pundak Harian Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
0,007
0,002
Perlakuan
3
0,003
0,001
Galat
9
0,100
0,011
Total
15
0,110
0,014
Fhit
Ftabel (α = 0,05)
P
0,08
3,86
0,968
Fhit
Ftabel
P
Lampiran 11. Anova Lebar Dada Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
77,25
25,75
Perlakuan
3
14,25
4,75
Galat
9
18,25
2,03
Total
15
109,75
32,53
(α = 0,05)
2,34
3,86
0,141
Fhit
Ftabel (α = 0,05)
P
3,15
3,86
0,079
Fhit
Ftabel (α = 0,05)
P
0,93
3,86
0,464
Lampiran 12. Anova Pertambahan Lebar Dada Harian Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
0,06
0,02
Perlakuan
3
0,09
0,03
Galat
9
0,08
0,01
Total
15
0,23
0,06
Lampiran 13. Anova Dalam Dada Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
122,75
40,92
Perlakuan
3
37,25
12,42
Galat
9
119,75
13,30
Total
15
279,75
66,64
42
Lampiran 14. Anova Pertambahan Dalam Dada Harian Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
Kelompok
3
0,02
0,007
Perlakuan
3
0,05
0,015
Galat
9
0,17
0,020
Total
15
0,24
0,042
Fhit
Ftabel
P
(α = 0,05)
0,84
3,86
0,503
Lampiran 15. Perhitungan Total Digestible Nutrient Total Digestible Nutrient (TDN) dihitung berdasarkan rumus pendugaan menurut Sutardi (1980) sebagai berikut: (PKt + SKt + 2,25 LKt + Beta-Nt) TDN (% BK) =
100% Konsumsi BK
Keterangan : PKt : Protein Kasar tercerna SKt : Serat Kasar tercerna LKt : Lemak Kasar tercerna Beta-Nt : Bahan ekstrak tanpa nitrogen tercerna Perhitungan TDN pada R1 (PKt + SKt + 2,25 LKt + Beta-Nt) TDN R1 (% BK) = Konsumsi BK
100%
(0,03 + 0,95 + 2,25 (0,05) + 1,02) TDN R1 (% BK) = 3,52
100%
TDN R1 (% BK) = 59,57 %
43
Perhitungan TDN pada R2 (PKt + SKt + 2,25 LKt + Beta-Nt) TDN R2 (% BK) = Konsumsi BK
100%
(0,13 + 0,94 + 2,25 (0,10) + 1,23) TDN R2 (% BK) = 4,42
100%
TDN R2 (% BK) = 57,29 %
Perhitungan TDN pada R3 (PKt + SKt + 2,25 LKt + Beta-Nt) TDN R3 (% BK) = Konsumsi BK
100%
(0,15 + 1,00 + 2,25 (0,11) + 1,36) TDN R3 (% BK) = 4,76
100%
TDN R3 (% BK) = 57,87 %
Perhitungan TDN pada R4 (PKt + SKt + 2,25 LKt + Beta-Nt) TDN R4 (% BK) = Konsumsi BK
100%
(0,45 + 0,85 + 2,25 (0,18) + 1,23) TDN R4 (% BK) = 6,09
100%
TDN R4 (% BK) = 48,53 %
44