SKBDN
1. Konsep SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 1.1 Definisi SKBDN Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau lazim dikenal sebagai Letter of Credit (LC) Dalam Negeri adalah setiap Janji
Tertulis
berdasarkan
permintaan
tertulis
Pemohon
yang
mengikat Bank Pembuka untuk: 1. melakukan pembayaran kepada Penerima atau ordernya, atau mengaksep dan membayar wesel yang ditarik oleh Penerima 2. memberi kuasa kepada pembayaran
Bank lain untuk melakukan
kepada Penerima, mengaksep dan membayar
wesel-wesel yang ditarik oleh Penerima 3. memberi kuasa kepada Bank lain untuk menegosiasi wesel yang
ditarik
oleh
Penerima,
atas
penyerahan
dokumen,
sepanjang persyaratan dalam SKBDN di penuhi. (Amin S. 2012) Sedangkan menurut adalah LC yang
N.
Lapoliwa,
LC
Dalam
Negeri
diterbitkan dalam valuta Rupiah yang dimaksudkan untuk menjamin kelancaran perdagangan dalam negeri.
1.2 Tujuan Penerbitan SKBDN Maksud dari bank menerbitkan LC Dalam Negeri ini adalah untuk: 1. memberikan jaminan secara tertulis yang berlandaskan hukum 2. melakukan pembayaran kepada pihak penjual barang 3. mengaksep atau menegosiasi wesel-wesel yang ditarik oleh si penjual 4. memberikan kuasa kepada bank lain melakukan pembayaran, mengaksep, atau menegosiasi wesel-wesel
1.3 Para Pelaku SKBDN Pihak-Pihak Yang Terlibat dalam perdagangan dalam negeri antara lain: 1. Pembeli barang (Pembuka LC Dalam Negeri), orang atau badan hukum yang memohon untuk membuka SKBDN pada Bank. 2. Bank Penerbit LC Dalam Negeri (Issuing Bank ), Bank yang menerbitkan SKBDN kepada Pembeli atau Pembuka LC Dalam Negeri. 3. Bank Pembayar LC Dalam Negeri (Negotiating Bank), Bank yang
melakukan
pembayaran
kepada
Penerima
atas
penyerahan dokumen yang telah disyaratkan dalam SKBDN 4. Penjual barang (Beneficiery ), orang atau badan hukum yang disebut dalam wesel, SKBDN atau surat perjanjian lainnya yang terkait dengan SKBDN tersebut sebagai pihak yang berhak menerima pembayaran.
5. Perusahaan Asuransi 6. Perusahaan pengangkutan (ekspedisi) 1.4 Keuntungan Menerbitkan SKBDN Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri memberikan keuntungan kepada Bank Penerbit SKBDN, diantaranya : 1. Dapat memperluas jaringan pelayanan kepada masyarakat sebagai perantara perdagangan 2. Mendapatkan tambahan pendapatan berupa komisi dan sumber dana berupa setoran jaminan 1.5 Bentuk dan Sifat SKBDN 2. SKBDN dapat diterbitkan dalam Rupiah 3. SKBDN hanya dapat diterbitkan dengan kondisi tidak dapat diubah
dan
atau
persetujuan dari
ditarik
kembali
atau
dibatalkan
tanpa
Bank Pembuka, Bank Pengkonfirmasim dan
Penerima (Irrevocable )
SKBDN - Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri 1 1
4. Jangka waktu SKBDN ditetapkan sesuai dengan kesepakatan antara Pemohon, dan Bank Pembuka
5. Jangka waktu penundaan pembayaran SKBDN ditetapkan sesuai kesepakatan
Pemohon dan Bank Pembuka
SKBDN - Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri 1 1
Ketentuan Penerbitan SKBDN
1.6
Perbedaan LC Dalam Negeri dan LC untuk transak:si luar negeri
adalah
hanya pada
valuta
pembayaran
dan
wilayah
pabeannya saja, Selain itu seluruh pelak:sana LC Dalam Negeri berpedornan
kepada
Uniform
Custom
and
Practice
for
Documentary Credits (LCPDC) yang diterbitkan oleh lntemational Chamber of Commerce dalam publikasi nomor 400 revisi tahun 1983 dan diterbitkan pada 1 Oktober 1985. Selain itu, terdapat ketentuan lainnya menurut Amir S, bahwa: 1. Dalam SKBDN harus dicantumkan "Surat
secara
jelasjudul
Kredit Berdokumen Dalam Negeri"
2. Setiap penerbitan SKBDN dan perubahannya harus tunduk pada ketentuan dalam Surat Keputusan ini dan Bank harus mencantumkan dalam SKBDN pemyataan bahwa SKBDN ini tunduk pada Surat Keputusan Direksi Bank lndonesia Nomor 29/150/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1996
1.7 Dokumen-Dokumen Surat Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) Dokumen-dokumen yang ada dalam transak:si perdagangan dalam negeri tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aplikasi pembukaan LC Dalam Negeri 2.
Permohonan Penangguhan Setoran Jarninan LC bila diperlukan
3. Bilyet Letter of Credit 4.
Permintaan Perubahan LC Dalam Negeri
5. Pemberitahuan penerirnaan dokumen LC Dalam Negeri 6.
Perhitungan LC Dalam Negeri
7.
Penegasan penerimaan dokumen
8.
Penyerahan Dokumen LC Dalam Negeri dan Perhitungan Pelunasannya
9.
Bukti Perhitungan Pelunasan LC Dalam Negeri
SKBDN - Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri I 4
10. Surat Penerusan atau Perubahan LC Dalam Negeri 11. Surat Penerimaan Dokumen LC Dalam Negeri 12. Surat Penyerahan Dokumen LC Dalam Negeri 13. Surat Jarninan
SKBDN - Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri I 5
14. Surat Pengantar Dokumen 15. Bukti Perhitungan wesel I Nota Diskonto Wesel 16. Wesel 17. Perjanjain Pembukaan LC Dalam Negeri 18. Map Pembukaan LC Dalam Negeri Prosedur Transaksi SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)
.
6
5
PEMBELI
1
9
.
PERUSAHAAN PELAYARAN/ ANGKUTAN
NEGOSIASI JUAL-BELI
(Aplicant)
10
-
6
-
6
5
-
PENJUAL (Beneficiary)
1 '
2
4 7
12
BANK PEMBUKA L/C j
(Issuing)
BANK PEMBAYAR (Negosiasi)
f--
8 11 Bagan Proses Transaksi LC Dalam Negeri Berikut adalah penjelasan prosedur transaksi LC Dalam Negeri : 1.
Pihak penjual dan pembeli mengadakan negosiasi jual-beli barang hingga terjadi kesepakatan
2.
Pihak pembeli diharuskan membuka LC DN pada suatu bank (Bank Pembuka LC)
3.
Setelah LC DN dibuka, oleh Bank Pembuka LC segera memberitahu kepada bank pembayar bahwa LC DN telah dibuka dan agar disampaikan kepada si penjual barang
4.
Penjual barang mendapatkan pemberitahuan dari Bank Pembayar bahwa
pembeli telah membuka LC. Barang Dagangan sudah dapat
segera dikirim. Disini
apakah LC terjadi perubahan
penjual
barang
meneliti
dari syarat yang telah
disetujui semula 5.
Pihak penjual menghubungi maskapai pelayaran atau perusahaan angkutan lainnya untuk mengirim barangbarang
ke tempat tujuan pembeli barang. Maskapai
pengangkutan melakukan perintah dari penjual 6.
Pada waktu pembeli menerima kabar dari perusahaan pengangkutan bahwa barang telah datang, maka pihak pembeli harus membuatkan Certified of Reciepts atau Konosemen
(BIL)
yang
harus
diserahkan
kepada
perusahaan pengangkutan untuk diteruskan kepada Bank Pembayar dan penjual (pemberi perintah untuk mengirim barang). Hal ini dilakukan setelah memeriksa kebenaran
LC dengan Faktur atau barang yang dikirim oleh si pembeli. 7.
Atas dasar Konosemen (B/L) atau Certified of Reciept, penjual segera menghubungi Bank
Pembayar
dengan
menunjukkan dokumen LC dan Surat Pengantar Dokumen disertai dengan Wesel yang berfungsi sebagai penyerahan dokumen
dan
penagihan
pembayaran
kepada
bank
Pembayar 8.
Bank Pembayar setelah menerima dokumen dari penjual segera menghubungi Bank Pembuka LC. Oleh Bank Pembuka
LC
DN
dilampiri
segera dengan
memberitahukan perhitungan
penerimaan
dokumen
perhitungannya
kepada
pembeli 9.
Pembeli menerima dokumen dari Bank Pembuka LC
10. Pembeli segera melunasi seluruh kewajibannya atas jualbeli tersebut kepada Bank Pembuka L/C
11. Bank
Pembuka
L/C
memberi
konfirmasi
(penegasa)
penerimaan dokumen dan sekaligus memberitahukan bahwa pembeli telah melakukan pembayaran. Dengan demikian memberi
izin
kepada
Bank
Pembayar untuk melakukan
pembayaran kepada Penjual. Semua arsip disimpan
12 Oleh Bank Pembayar akan dilakukan pembayaran dengan memperhatikan diskonto atas perhitungan wesel.
Hubungan Koresponden Hubungan koresponden adalah hubungan antar bank menunjang
jasa
bank
dalam
perdagangan
dalam
yang negeri.
Penunjukkan koresponden akan dilakukan oleh Kantor Pusat dengan melihat kepada jumlah transaksi
yang
disalurkan
kepada bank
koresponden, bonafiditas dari bank yang bersangkutan, pelayanan bank tersebut, dan terms and condition. Penunjukkan bank koresponden diatas semuanya diatur dalam
Agency Arrangement
yang
merupakan
suatu
perjanjian
yang
mengatur tata cara penyelesaian transaksi yang menyangkut kedua bank. Dalam hubungan koresponden antara satu bank dengan bank lainnya dikenal dua macam koresponden, yaitu:
1. Depository Correspondent, suatu bank memiliki hubungan rekening koran dengan bank yang bersangkutan. 2. Non-Depository Correspondent, suatu bank tidak memiliki hubungan rekening Koran akan tetapi mempunyai hubungan kerjasama yang telah disetujui dalam Agency Arrangement. Untuk koresponden
setiak
LC
Dalam
Negeri
yang
diterbitkan
selalu harus mendapat pengujian
bank
dahulu keaslian
dokumen, test key, sandi atau kode rahasia, specimen dari pejabat yang berwenang, dan lainnya
Jenis -Jenis SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) Ditinjau
dari
segi pembiayaan, LC
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Dalam
Negeri
dapat
1. Sight LC Dalam Negeri, yaitu LC Dalam Negeri yang dapat dibayarkan sewaktu warkat diunjukkan. Jenis ini pun terbagi menjadi : a. Sight LC dengan setoran jaminan 100 persen
b. Sight LC dengan setoran jaminan kurang dari 100 persen 2. Usance LC Dalam Negeri,
yaitu LC Dalam Negeri yang
pembayarannya dilakukan menggunakan wesel berjangka 3. Red Clause LC Dalam Negeri, yaitu LC Dalam Negeri yang pembayarannya dapat dilakukan dimuka.
Akuntansi Untuk SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) Pembukuan Di Cabang Penerbit (Issuing Bank ) Berikut ini diberikan beberapa contoh pembukuan SKBDN (LC DN) di cabang penerbit, baik untuk sight maupun usance LC dengan berbagai macam besarnya setoran jaminan
yang dilakukan oleh
nasabah pembuka LC. 1. Sight LC Dalam Negeri - Setoran Jarninan 100% Bila sight LC dibuka dengan setoran jaminan 100% atau tidak ada penangguhan setoran jarninan untuk nasabah, maka bagi bank tidak ada resik:o wanprestasi si pembuka LC. Setoran jaminan 100% ini merupakan sumber dana yang relatif sangat murah. Disini dibedakan kepada siapa SKBDN yang diterbitkan akan ditujukan, apakah kepada bank lain atau kepada cabang bank sendiri yang berlokasi di kota lain. a. Penerbitan LC Oleh Bank Sendiri Yang Ditujukan Kepada Cabang Sendiri Sebagai contoh apabila PT. ABADI adalah nasabah Bank TIRTA Cabang Jakarta, yang akan hendak membeli peralatan mesin kayu lapis dari sebuah industri mesin dari PT. JAYA di Surabaya. Untuk memperlancar jalannya transaksi jual beli ini, PT. JAYA menghendaki agar PT. ABADI membuka sight
LC Dalam Negeri pada Bank TIRTA Cabang Jakarta sebesar Rp 250.000.000. Ketika PT. ABADI yang merupakan nasabah Bank TIRTA Cabang Surabaya, PT. ABADI membayar seluruh
setoran jaminan ditambah komisi sebesar Rp. 125.000 dan ongkos kawat Rp. 25.000 atas beban rekening gironya. • Pada Saat Penerbitan LC Dalam Negeri
Oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta, dibukukan sebagai berikut : Giro -Rekening PT. ABADI Rp 250. 150.000 Setoran Jaminan Sight LC Dalam Negeri -Rekening PT. JAYA Pendapatan Komisi
Rp 250.000.000
Penerbitan Pendapatan
Rp
125.000
Ongkos Kawat
Rp
25.000
• Pada Saat Penyelesaian LC Dalam Negeri Di cabang penerbit LC (Bank TIRTA -Jakarta) akan dibukukan: Setoran Jaminan Sight LC
Rp 250.000.000 Rp 250.000.000
RAK -Cabang Surabaya
b. Penerbitan LC Oleh Bank Yang Ditujukan Kepada Bank Lain. Sebagai contoh apabila PT. ABADI adalah nasabah Bank TIRTA Cabang Jakarta, yang
akan hendak membeli barang-
barang dari PT. JAYA di Surabaya senilai Rp 120.000.000. PT. ABADI membuka
sight
LC Dalam Negeri yang ditujukan
kepada PT. JAYA, yang merupakan nasabah Bank CAHYA Cabang Surabaya. Untuk pembukaan LC membayar
penuh
setoran
jaminannya
ini,
PT.
ABADI
ditambah
komisi
pembukaan LC sebesar Rp 65.000 dan ongkos kawat Rp 25.000. Pembayaran
dilakukan
dengan
eek
debitur
Rp
85.000.0000, eek rekening giro Rp 25.000.000 dan sisanya dari rekening tabungan di Bank TIRTA. •
Pada Saat Penerbitan LC Dalam Negeri Oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta, dibukukan sebagai berikut :
Debitur -Rekening PT. ABADI
Rp 85.000.000
Giro - Rekening PT. ABADI
Rp 25.000.000
Tabungan -Rekening PT. ABADI Setoran Jaminan Sight LC DN
Rp
Rekening PT. ABADI
10.090.000 Rp 120.000.000
Pendapatan Komisi Penerbitan LC DN
Rp
65.000
Pendapatan Ongkos Kawat
Rp
25.000
• Pada Saat Penyelesaian LC Dalam Negeri Setoran Jaminan Sight LC DN
Rp 120.000.000
-Rekening PT. JAYA
Rp 120.000.000
RAK -Cabang Surabaya
2. Sight LC dalam Negeri - Setoran Jaminan Kurang Dari 100% Dalam
hal
pembukaan
LC
yang
setoran
jaminannya
dilakukan kurang dari 100% akan terjadi penangguhan setoran jaminan yang akan merupakan hutang bagi nasabah pembuka SKBDN dan sekaligus merupakan kewajiban bagi bank penerbit
LC kepada pihak yang dijamin. Dalam kasus seperti ini ada resiko wanprestasi
dari si
pembuka LC untuk tidak dapat memenuhi sisa kewajibannya. Apabila nasabah dapat
memenuhi kewajiban tersebut, maka
bank akan mengkorversi hutang setoran jaminannya menjadi debitur. Sebagai contoh PT. ABADI hendak membeli mesin-mesin tenun dari CV. JAYA di Bandung sebesar Rp 300.000.000. Untuk menjamin pembayaran jual beli ini, CV. JAYA menghendaki PT. ABADI untuk membuka LC Dalam Negeri di Bank TIRTA Cabang Jakarta yang ditujukan kepada CV. JAYA yang juga nasabah Bank TIRTA Cabang Bandung. PT. ABADI membuka
LC Dalam Negeri dengan menyetor sebesar 80% dari nilai nominal LC yang dibayarkan atas beban rekening gironya. Komisi yang dibebankan oleh cabang Jakarta kepada PT. ABADI sebesar Rp 180.000 dan ongkos kawat sebesar Rp 25.000 dibayarkan tunai. Oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta, transaksi ini akan
dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :
• Pada Saat Penerbitan LC Dalam Negeri Kas
Rp
Giro -PT. ABADI
Rp 240.000.000
205.000
Setoran Jaminan Sight LC DN
Rp 240.000.000
-Rekening PT. JAYA Pendapatan Komisi Penerbitan LC DN
Rp
180.000
Pendapatan Ongkos Kawat
Rp
25.000
Untuk kekurangan setoran jaminannya akan dibukukan sebagai rekening administrative yang merupakan kewajiban bersyarat dari Bank TIRTA - Jakarta (kontijensi) dengan ayat jurnal sebagai berikut: K: Rekening Administratif Rupiah - Kekurangan Setoran Jaminan
Sight LC Dalam Negeri
Rp
60.000.000
• Pada Saat Pelunasan Kekurangan Setoran Jaminan dan Penyelesaian LC Apabila Kepada Nasabah Pembuka LC Diberikan Fasilitas Kredit. Bila pada saat waktu pelunasan jaminan
tersebut,
PT.
ABADI
tidak
kekurangan dapat
setoran
membayar
kewajibannya dan menghendaki agar Bank TIRTA - Jakarta memberikan fasilitas kredit, dan oleh Bank TIRTA - Jakarta dibebankan provisi kredit Rp. 2.500.000 ditambah dengan biaya-biaya bea materai dan lain-lain Rp. 100.000. Bank TIRTA membukukan sebagai berikut : Debitur -Rekening PT. ABADI
Rp
Akuntansi Perbankan - Surat Kredit Berdokumen Da1am Negeri 19
62.000.000 Setoran Jaminan Sight LC Dalam Negeri Rekening PT. ABADI
Rp 240.000.000
RAK -Cabang
Rp 300.000.000
Bandung Pendapatan
Rp
2.500.000
Rp
100.000
Provisi Kredit Pendapatan Lainnya
Akuntansi Perbankan - Surat Kredit Berdokumen Da1am Negeri 20
Pada saat ini Bank TIRTA - Jakarta sudah mendapatkan kepastian akan kewajiban Bank. Dengan demikian, seluruh rekening administratif harus dikembalikan atau dihapuskan dengan ayat jumal sebagai berikut: D: Rekening Administratif Rupiah Kekurangan Setoran Jaminan
Sight LC Dalam Negeri
Rp
60.000.000
3. Usance LC Dalam Negeri Perdagangan perantaraan
dalam
bank,
negeri juga
yang
ada
dilakukan
yang
dengan
menghendaki
pembayarannya dilakukan secara berjangka. Maksud dari pembayaran secara berjangka ini adalah bahwa pembayaran hasil
penjualan
kepada
si
penjual
barang
(beneficiary)
dilakukan secara berjangka, artinya tidak dapat langsung diterima hasil penjualan pada saat barang selesai dikirim ke tempat tujuan (pembeli). Pembayaran berjangka ini dilakukan dengan menerbitkan Usance LC DN yang ditujukan kepada nasabah penjual barang.
Pembayaran setoran jaminan lazimnya dilakukan oleh nasabah pembuka LC DN (pembeli) kurang dari 100%. Pelunasan sisa kekurangan
setoran
jaminan
sudah
harus
dilakukan
oleh
nasabah pembuka SKBDN paling lambat setelah barang yang dipesan tiba. Pihak
penjual
barang
berhak
menerima
pembayaran
setelah jangka waktu wesel usance yang telah disepakati sebelumnya jatuh tempo. Pada tanggal ini beneficiary akan menerima seluruh hasil penjualan barangnya. Apabila pembayaran hasil penjualan barang dikehendaki diterima oleh beneficiary sebelum jatuh tempo, maka oleh
bank pembayar dapat dibayarkan nilai wesel tersebut setelah dikurangi dengan diskon terhitung mulai saat pembayaran wesel hingga jatuh waktu wesel. Wesel yang diterbitkan oleh cabang pembayar yang telah disetujui oleh beneficiary , sebelum dapat dibayarkan harus terlebih dahulu diakseptasi oleh bank penerbit LC.Akseptasi ini hanya dilakukan dalm wesel berjangka karena
pembayarannya
hams
dilakukan
secara
berjangka.
Untuk
seluruh wesel yang telah diaksep akan dicatat dalam rekening administratif oleh cabang penerbit sebesar nilai nominal wesel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar kewajiban bersyarat bank. Sebagai contoh PT. ABADI hendak membeli peralatan pabrik roko dari PT. JAYA di kota Surabaya seharga Rp 500.000.000.
Untuk
menjamin
lancarnya
transaksi
perdagangan ini, PT. ABADI membuka usance LC DN di Bank TIRTA Cabang Jakarta seharga nilai barang tersebut dengan setoran
jaminannya
kepada
PT.
JAYA
pertamanya
sebesar
20%
ditujukan
nasabah Bank TIRTA Cabang Surabaya.
Komisi pembukaan LC dikenakan sebesar Rp 500.000 dan ongkos kawat sebesar Rp 25.000. Pembayaran seluruhnya dilakukan atas beban rekening giro PT. ABADI.
• Pada Saat Penerbitan Usance LC Dalam Negeri Pada
saat
penerbitan
L/C
DN
nasabah
dihamskan
menyetor sejumlah setoran jaminan yang telah disepakati sebesar 20% dari nilai LC DN semula. Oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut: Giro -Rekening PT. ABADI
Rp 100.525.000
Setoran Jaminan Usance L/C DN Rekening PT. ABADI
Rp 100.000.000
Pendapatan Komisi Penerbitan LC DN
Rp
Pendapatan Ongkos Kawat
Rp
Sedangkan untuk kekurangan setoran jarninannya ditampakan
dalam
rekening
administratif
sebagai
500.000 25.000 hams
hutang
bersyarat dari bank penerbit L/C dengan ayat jurnal
sebagai
berikut: K: Rekening Administratif Rupiah - Kekurangan Setoran Jaminan Usance
LC Dalam Negeri
Rp
60.000.000
• Pada Saat Akseptasi Wesel Berjangka Setelah Usance LC DN diterbitkan dan dikirimkan kepada cabang pembayar. Atas dasar LC DN yang telah diterima dari cabang penerbit, cabang pembayar akan menerbitkan wesel
usance ( usance draft) yang harus ditanda tangani oleh si penjual barang (beneficiary ). Wesel ini dapat diperjualbelikan, oleh sebab itu untuk dapat diperjualbelikan harus terlebih dahulu diaksep oleh cabang penerbit LC agar jelas dasar hukum tanggung jawabnya dalam memenuhi pembayaran L/C DN yang telah diterbitkan. Pada saat akseptasi wesel berjangka ini oleh cabang penerbit LC akan dibukukan dengan nominal penuh dan ayat jumalnya sebagai berikut: K :Rekening Administratif Rupiah - Wesel Berjangka Usance LC Dalam Negeri Yang Diaksep
Rp 500.000.000
• Pada Saat Pelunasan Kekurangan Setoran Jarninan. Pada saat nasabah pembuka LC setoran
jarninan
akan
mengurangi
membayar kekurangn rekening
administrarif
kekurangan setoran jarninan LC DN. Apabila PT.
ABADI
kemudian datang melunasi seluruh
kekurangan setoran jarninannya atas beban rekening gironya. Kemudian setelah tanggal jatuh waktu wesel, cabang Surabaya membayar sejumlah nilai LC kepada PT. Jaya. Oleh cabang Jakarta akan dibukukan dengan ayat jumal sebagai berikut: Giro -Rekening PT. ABADI Setoran Jarninan Usance
LC DN - Rekening PT.
ABADI RAK -Cabang Surabaya
Rp 400.000.000
Rp 100.000.000 Rp. 500.000.000
Karena
nasabah
kewajibannya, outsatanding
maka harus
LC
pembuka seluruh segera
DN
melunasi
rekening
seluruh
administratif
dihapuskan
karena
yang
kewajiban
nasabah sudah dipenuhi seluruhnya. Ayat jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut: D : Rekening Administratif Rupiah Kekurangan Setoran Jaminan Usance LC Dalam Negeri
Rp 400.000.000
Dengan dibayarkannya hasil wesel usance, maka rekening administratif untuk mencatat pengaksepan harus dihapus oleh Bank TIRTA cabang Jakarta dengan ayat jurnal sebagai berikut: D :Rekening Administratif Rupiah - Wesel Berjangka Usance LC Dalam Negeri Yang Diaksep
Dengan
Rp 500.000.000
dibukukannya ayat jurnal
diatas maka
seluruh
transaksi yang berkaitan dengan wesel usance untuk nasabah tersebut diatas sedah selesai dan tidak ada lagi saldo-saldo di cabang penerbit LC kecuali hubungan antara kantor dan saldosaldo rekening efektif yang masih dan terns outstanding.
Pembukuan Di Cabang Pembayar (Negotiating Bank ) Pembukuan
yang
dilakukan
di
cabang
pembayar
tidak
dibedakan apakah nasabah pembuka LC di cabang penerbit telah membayar
setoran
jaminan
dengan jumlah penuh
atau
tidak.
Namun, yang dibedakan disini adalah jenis transaksi yang harus dilakukan di cabang pembayar seperti yang tampak sebagai berikut:
1. Sebagai Cabang Penerus LC Bila cabang hanya bertindak sebagai atas
cabang penerus LC
LC DN yang diterbitkan oleh bank lain, maka
cabang
hanya menerima komisi penerusan dari bank lain tersebut atas
LC yang telah diterbitkan oleh bank lain tersebut.
2. Sebagai Cabang Penyambung Konfirmasi LC Bila cabang bertindak sebagai penyambung konfirmasi dari cabang lain atas LC yang telah diterbitkan oleh bank lain, maka cabang akan menerima komisi konfirmasi LC. Dengan demikian akan tercipta hubungan antar kantor (RAK) antara cabang penyambung komfirmasi dan cabang penerbit
LC. 3. Sebagai Cabang Pembayar LC Bila cabang bertindak sebagai cabang pembayar LC DN yang telah diterbitkan oleh cabang lain, mak akan tercipta adanya hubungan antar kantor dengan cabang penerbit LC DN tersebut Akuntansi untuk pembayaran LC DN dibedakan antara LC DN yang diterbitkan oleh bank sendiri (cabang lain) dan LC DN yang
diterbitkan
oleh
bank
lain.
Sedangkan
untuk
tanggal
pencatatan dibedakan saat pengambil alihan wesel dan saat pembayaran LC kepada beneficiary. Dari jenis LC DN yang dibayarkan oleh cabang pembayar juga dibedakan antara Sight LC DN, Usance LC DN dan Red Clause LC DN.
1. Pembayaran Atas Sight LC Dalam Negeri Dalam hal ini pengambilalihan atau pembayaran LC DN tidak perlu dilakukan akseptasi wesel oleh cabang penerbit LC. Cabang pembayar dapat langsung membayarkan sejumlah nilai
LC sight kepada beneficiary pada waktu nasabah mengujukan wesel sight (sight draft). a. Bank Sebagai Bank Pembayar Penuh Atas LC Yang Telah Diterbitkan Oleh Bank Sendiri Dalam hal bank bertindak sebagai cabang pembayar
penuh atas LC yang telah diterbitkan oleh cabang lain, akan
tercipta
hubungan
penerbit LC tersebut.
antar
kantor
dengan
cabang
Hubungan penerbit
dan
antara cabang cabang pembayar
dapat dijabarkan sebagai berikut:
--
Bank Penerbit L/C DN
Bank Pembayar L/C DN
Beneficiary
Sebagai contoh apabila Bank TIRTA Cabang Surabaya menerima
wesel sight
LC
dalam
negeri
yang
telah
diterbitkan oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta sebesar Rp 250.000.000 untuk dibayarkan kepada PT. ABADI. Bank TIRTA cabang Surabaya memungut komisi negosiasi wesel sebesar Rp 50.000.
Pemerimaan
hasil
wesel
dikehendaki
untuk
keuntungan rekening giro PT ABADI. Oleh Bank TIRTA Cabang Surabaya dibukukan sebagai berikut: RAK - Cabang Jakarta
Rp. 250.000.000
Giro - Rekening
Rp 249.950.000
PT.ABADI Pendapatan Komisi Negosiasi Sight LC Dalam Negeri
Rp.
50.000
b. Bank Sebagai Bank Penyambung Konfumasi Atas LC Yang Telah Diterbitkan Oleh Bank Sendiri Untuk Dibayar Oleh Bank Lain Dalam
LC DN
diterbitkan
oleh
cabang
lain
untuk
diteruskan dan dibayarkan oleh bank lain, akan terjadi hubungan
antar
kantor dengan cabang
penerbit
dan
hubungan kliring dengan bank pembayar yang bukan bank
sendiri.
Hubungan bank penerbit, penyambung konfirmasi, dan bank pembayar dapat dijabarkan sebagai berikut.
Bank Penerbit L/C D N
-
Bank Pembayar L/C D N
Bank Lain sebagai Bank Pembayar
Beneficiary
Sebagai contoh, Bank TIRTA Cabang Surabaya menerima perintah dari Bank TIRTA Cabang Jakarta untuk meneruskan
sight LC DN sebesar Rp 120.000.000 yang telah diterbitkan dan ditunjukan kepada nasabah
PT JAYA nasabah Bank
CAHYA Cabang Surabaya. Untuk meneruskan LC ini Bank TIRTA Cabang Surabaya memungut komisi sebesar Rp 75.000 dan ongkos kawat sebesar Rp 15.000. Oleh Bank TIRTA Cabang Surabaya akan dibukukan sebagai berikut: RAK - Cabang Jakarta Pendapatan Komisi Sight LC DN
Rp 120.125.000
Rp
75.000
Pendapatan Ongkos Kawat
Rp
50.000
Kliring
Rp 120.000.00 0
Pada saat kliring diterima : Kliring Bank Indonesia Giro
Rp 120.000.000 Rp 120.000.000
c. Bank sebagai cabang pembayar atas sight LC yang telah diterbitkan oleh bank lain Bila LC DN diterbitkan oleh bank lain dan pembayaran dilakukan di cabang sendiri, cabang pembayar tidak dapat membayar
langsung
atas
wesel
yang
beneficiary melainkan harus dilakukan
diunjukan
oleh
inkaso kepada bank
penerbit melalui cabang sendiri yang berlokasi berdekatan atau dalam kota yang sama dengan bank lain penerbit LC tersebut. Dengan demikian akan terjadi hubungan antar kantor antar
cabang
pembayar
dengan cabang sendiri
selaku
pemagih wesel. Hubungan antara cabang penagih dan bank penerbit LC DN dapat dilakukan melalui
kliring. Hal ini
dilakukan karena mempertimbangkan keamanan akan wesel yang telah diterbitkan. Pembayaran
kepada
beneficiary
dilakukan
setelah
cabang pembayar mendapatkan hasil inkaso atau inkaso dinyatakan berhasil. Dengan demikian terjadi suatu utang bersyarat (kontijensi) atas inkaso ini. Oleh sebab itu, wesel yang diunjukan hendak dibayarkan harus dicatat dalam rekening
administratif
hingga
hasil
inkaso
dinyatakan
berhasil dan dicairkan oleh beneficiary. Hubungan antara
bank penerbit LC dengan cabang
pembayar dan cabang penagih dapat dijabarkan sebagai berikut. Cabang Penagih
Bank Pembayar L/C DN
Bank Penerbit L/C DN
Beneficiary
Sebagai contoh Bank TIRTA Cabang Jakarta menerima sight dalam negeri yang diterbitkan oleh Bank CARYA Cabang
Bandung
senilai
Rp
175.000.000.
Basil
wesel
setelah dikurangi dengan sejumlah komisi dan ongkosongkos
lainnya,
hendak
dibukukan
untuk
keuntungan
rekening giro Tuan Jaya yang merupakan nasabah Bank TIRTA Cabang Jakarta. Pada saat
Bank TIRTA Cabang Jakarta menerima wesel atas unjuk: ini akan diambil alih dan dibuk:uk:an dengan ayat jurnal
sebagai berikut : K : Rekening Administratif Rupiah Wesel atas unjuk Sight LC DN Yang Diinkasokan
Setelah
itu,
Rp.175.000.00 0 Bank
TIRTA
Cabang
Jakarta
akan
menyerahkan warkat tersebut kepada Bank TIRTA Cabang Bandung untuk diinkasokan kepada Bank CARYA Cabang Bandung. Setelah Bank TIRTA Cabang Jakarta menerima berita hasil inkaso dinyatakan baik dan berhasil, Bank TIRTA Cabang Jakarta membebankan komisi sebesar Rp 80.000 dan ongkos kawat Rp 25.000 dan akan dibuk:uk:an sebagai berikut : RAK - Cabang Bandung
Rp 175.000.000
Pendapatan Komisi Negosiasi Wesel LC Dalam Negeri
Rp
80.000
Pendapatan Ongkos Kawat
Rp
25.000
Giro - Rekening Tuan Jaya
Rp 174.895.000
D : Rekening Administratif Rupiah Wesel Atas Unjuk Sight LC DN Yang
Rp 175.000.000
Diiukasokan
Di Bank TIRTA Cabang Bandung (cabang penagih) akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut: Bank Indonesia
Rp 175.000.000
RAK - Cabang Jakarta
Rp 175.000.000
Dengan dibukukannnya ayat jurnal diatas berarti transaksi pembayaran LC DN sudah selesai dan seluruh rekening administratif sudah tidak bersaldo lagi. Yang sisa hanyalah hubungan antar kantor antar cabang Jakarta dan Bandung. Dalam
prakteknya,
ada
beberapa
jenis
atau
variasi
transaksi yang harus dibukukan oleh setiap bank. Namun demikian
yangpaling
penting
adalah melihat
peran dari
cabang pembayar dan hubungannya dengan cabang atau bank penerbit LC. 2. Pembayaran Atas Usance LC Dalam Negeri Yang Diterbitkan Oleh Bank Sendiri Pengambil alihan wesel usance un tuk dibayarkan harus terlebih dahulu mendapatkan akseptasi dari penerbit. Pencairan wesel berjangka barn dapat dibayarkan oleh cabang pembayar pada saat jatuh waktu. Pembayaran yang dikehendaki oleh beneficiary
sebelum
wesel
berkangka
jatuh
waktu,
akan
dibebankan dengan sejumlah diskonto oleh bank pembayar. a. Pembayaran Dilakukan Setelah Tanggal Jatuh Waktu Pembayaran yang dilakukan setelah tanggal jatuh waktu dapat langsung diambil alih dan dibayarkan oleh cabang pembayar. Sebagai contoh, Bank TIRTA Cabang Surabaya menerima pengunjukan wesel usanse LC atas nama PT. ABADI sebesar Rp 500.000.000. Pada saat menerima wesel tersebut, oleh Bank TIRTA Cabang Surabaya akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut.
• Saat Menerima Wesel Sebelum Jatuh Waktu K : Rekening Administratif Rupiah Akuntansi Perbankan - Surat Kredit Berdokumen Da1am Negeri I38
Wesel atas unjuk Usance LC DN yang belum jatuh tempo 500.000.000
Rp
Akuntansi Perbankan - Surat Kredit Berdokumen Da1am Negeri I39
• Saat Pembayaran Kepada Beneficiary Pada Saat Jatuh Waktu Pada saat jatuh tempo wesel, Bank TIRTA Cabang Surabaya membebankan PT. ABADI sejumlah komisi sebesar Rp 100.000 dan ongkos kawat sebesar Rp 25.000, kemudian hasilnya
dikreditkan
ke dalam rekening PT. ABADI. Oleh
Bank TIRTA Cabang Surabaya akan dibukukan
sebagai
berikut : RAK - Cabang Jakarta
Rp 500.000.000
Giro - Rekening PT.
Rp 499.875.000
ABADI Pendapatan komisi negosiasi Wesel LC dalam negeri
Rp
Pendapatan ongkos
Rp
100.000 25.000
kawat D : Rekening Administratif Rupiah Wesel atas unjuk Sight LC DN yang belum jatuh tempo
Rp 500.000.000
b. Pembayaran dilakukan sebelum tanggal jatuh waktu Dalam
hal
pembayaran
wesel
berjangka
yang
dukehendaki sebelum tanggal jatuh waktu, oleh bank atau cabang
pembayar akan
dibebankan sejumlah
diskonto
kepada beneficiary untuk menutupi opportunity cost antara tanggal pembayaran wesel dengan tanggal jatuh waktu wesel. Diskonto ini akan diterima dimuka oleh cabang atau bank pembayar. Karena ada beberapa periode mulai dari tanggal pembayaran hinga tanggal jatuh wesel, pembayaran dimuka
ini akan dibukukan sebagai pendapatan yang diterima dimuka dan
akan
pendapatan
digolongkan diterima
sebagai dimuka
utang ini
lancar.
akan
Rekening
diamortisasikan
kedalam rekening pendapatan secara periodik. Sebagai contoh, Bank TIRTA Cabang Bandung menerima wesel unjuk usance LC dalam negeri atas nama PT.
ABADI
sebesar Rp 225.000.000 yang telah diterbitkan Bauk TIRTA Cabang Jakarta dan tanggal jatuh tempo sebulan kemudian. PT. ABADI membutuhkan uang dan hendak mencairkan
sekarang. Untuk hal tersebut Bank TIRTA Cabang
Bandung
membebankannya dengan diskonto 21% setahun, ditambah dengan komisi negosiasi sebesar Rp 75.000 dan ongkos kawat sebesar Rp 25.000. Pada saat melaknkan pembayaran kepada PT. ABADI untuk keuntungan rekening gironya, oleh
Bank
TIRTA
Cabang Bandung dibukukan dalam ayat jumal administratif sebagai berikut: K : Rekening Administratif RupiahUsance Dalam Negeri Yang Belum Jatuh Tempo 225.000.000
Rp
Karena wesel berjangkabelum jatuh tempo, maka harus dibukukan dalam rekening efektif yang akan mempengaruhi besamya aktiva dalarn neraca. Rekening ini akan bersaldo nihil apabila wesel berjangka tersebut jatuh tempo. Wesel Usance LC dalam negeri yang didiskonto
Rp 225.000.000
Giro-rekening PT. ABADI
Rp 220.962.50 0
Pendapatan yang diterima dimuka diskonto wesel Usance L/C DN
Rp
3.937.500
Pendapatan komisi negosiasi LC DN
Rp
75.000
Pendapatan ongkos kawat
Rp
25.000
Diskonto
=
1/12
*
21%
*
Rp. 225.000.000
=
Rp. 3.937.500
• Pada Saat Jatuh Tempo Pada saat jatuh tempo, hanya satu bulan kemudian,
Bank
TIRTA
Cabang
Bandung
akan
membukukan
pendapatan dan rekening antar kantor sebagai berikut:
Alokasi pendapatan disk:onto: Pendapatan yang diterima dimuka diskonto wesel Usance LC DN
Rp
3.937.500 Pendapatan diskonto wesel
usance LC DN
Rp 3.937.500
Seluruh rekening administratif dan yang
berkaitan
dengan
pembayaran
rekening lainnya wesel
berjangka
tersebut harus dinihilkan karena transaksi sudah
selesai.
Oleh Bank TIRTA Cabang Bandung akan dibukukan sebagai berikut : D : Rekening Administratif Rupiah-
Usance Dalarn Negeri Yang Belum Jatuh Tempo RAK - Cabang Jakarta
Rp 225.000.000 Rp 225.000.000
Wesel Usance LC dalarn negeri yang didisk:onto
Pembukuan
di
Rp 225.000.000
Bank
TIRTA
Cabang
Jakarta
akan
mengakui adanya hubungan antar kantor dengan cabang pembayar, dalarn hal ini cabang Bandung. Ayat jurnal yang dibuat oleh cabang Bandung sebagai berikut: Setoran Jaminan Usance
LC DN Rekening PT. ABADI RAK - Cabang Bandung
Rp. 225.000.000 Rp 225.000.000
Pembukuan atas wesel berjangka usanse LC dalarn negeri
yang
diterbitkan
oleh
bank
lain,
prosedur
pembukuannya sarna seperti di atas, hanya oleh cabang penagih akan tercipta transaksi kliring dengan bank lain seperti LC tersebut.
3. Pembayaran Atas Red Clause LC Bila
perdagangan
dalam
negeri
dilakukan
dengan
menerbitkan Red Clause LC, kepada si beneficiary diberikan fasilitas untuk mendapatkan pembayaran wesel di muka yang berlaku hanya atas LC yang telah diterbitkan sendiri oleh cabang lain, bukannya bank
lain. Dalam hal LC yang telah
diterbitkan bank lain, prosedur pembayarannya hams melalui inkaso. Sebagai contoh, Bank TIRTA Cabang Surabaya menerima wesel
atas unjuk Red Clause LC atas nama PT. ABADI senilai
Rp 75.000.000 yang telah diterbitkan oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta atas perintah PT. JAYA. PT. ABADI hendak mencairkan hasil LC dimuka untuk keuntungan rekening gironya. Untuk hal tersebut Bank TIRTA Cabang Surabaya membebankan dengan komisi Rp 50.000 dan ongkos kawat sebesat Rp 25.000. oleh Bank TIRTA Cabang Surabaya akan dibukukan sebagai berikut : RAK - Cabang Jakarta
Rp 75.000.000
Giro - Rekening PT. ABADI
Oleh
Rp 74.925.000
Pendapatan Komisi Negosiasi LC DN
Rp
50.000
Pendapatan Ongkos Kawat
Rp
25.000
Bank
TIRTA
Cabang
Jakarta
akan
dibukukan
dengan ayat jurnal sebagai berikut : Setoran Jaminan Red Clause LC DNRekening PT. JAYA
Rp 75.000.000
RAK - Cabang Surabaya Apabila
terdapat
Red
Clause
Rp 75.000.000
LC
dalam
negeri
yang
diterbitkan oleh bank lain, maka prosedur pembukuannya hams melalui inkaso ke bank penerbit LC melalui cabang sendiri yang berada pada lokasi terdekat dengan bank penerbit LC tersebut. Hubungan bank pembayar dan bank penagih tercipta
dalam
rekening
antar
kantor.
Sedangkan
hubungan
penagih dengan bank lain penerbit LC dalam bentuk kliring.
bank