Sertifikasi AUN-QA, UNAIR Utamakan Kualitas Pendidikan UNAIR NEWS – Penilaian proses penyelenggaraan pendidikan oleh delapan asesor ASEAN University Networking-Quality Assessment (AUN-QA) di Universitas Airlangga berakhir Kamis (24/8). Presentasi hasil visitasi ke empat program studi dihadiri Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih beserta jajarannya di Aula Kahuripan 301. Keempat prodi yang divisitasi adalah Prodi S-1 Ilmu Komunikasi (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), S-1 Psikologi (Fakultas Psikologi), S-1 Budidaya Perairan (Fakultas Perikanan dan Kelautan), dan S-1 Ekonomi Pembangunan (Fakultas Ekonomi dan Bisnis). Prof. Nasih mengatakan, sertifikasi ini adalah bagian dari upaya peningkatan kualitas pendidikan di UNAIR. Hasil penilaian ini akan dijadikan pertimbangan aspek kualitas pendidikan yang perlu dikembangkan. “Ini bukan hanya soal sertifikasi, tetapi juga upaya kita untuk mendorong pendidikan yang lebih berkualitas di masa depan. Intinya, kualitas ini yang akan kita dorong terus, baik melalui sertifikasi maupun akreditasi,” ujar Prof. Nasih. Prof. Nasih menambahkan, prodi-prodi yang telah terakreditasi A secara nasional diharapkan segera menyusul proses sertifikasi para asesor AUN-QA. Sehingga, semua prodi di UNAIR tak hanya terakreditasi nasional, tetapi juga regional dan internasional. Hasil sertifikasi para asesor AUN-QA akan dirilis dalam dua hingga tiga bulan ke depan. Bentuknya berupa skala satu hingga tujuh. “Nanti akan ada hasilnya. Bukan lulus atau tidak lulus, tapi
dengan nilai, antara satu sampai tujuh. Itu yang mau kita lihat. Minimal 5 dan 6 cukup,” ucap Rektor. Rektor menambahkan, sesuai tahapan, prodi di UNAIR yang sudah terakreditasi A secara nasional akan dilakukan sertifikasi AUN-QA. Sedangkan, bagi prodi yang sudah disertifikasi AUN-QA segera diakreditasi oleh lembaga internasional. Tim asesor mengapresiasi beberapa model dan fasilitas pembelajaran yang ada di UNAIR seperti program Kuliah Kerja Nyata–Belajar Bersama Masyarakat dan Cybercampus. Selain itu, mereka juga memberikan masukan berupa proses pembelajaran yang masih satu arah, dan penggunaan bahasa pengantar perkuliahan yang belum berbahasa Inggris. Selain itu, mereka juga memberikan masukan agar jumlah doktor dan profesor di UNAIR kian diperbanyak. Ketua Badan Penjamin Mutu UNAIR Prof. Dr. Sukardiman., MS., Apt. mengatakan, prodi selanjutnya yang direncanakan sertifikasi AUN-QA diantaranya adalah S-1 Pendidikan Ners, Hubungan Internasional, dan beberapa prodi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. “Saya optimis, keempat prodi yang divisitasi dapat nilai antara 4,5 hingga 5,” kata Sukardiman. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Defrina Sukma S.
Mutu Pendidikan UNAIR Capai Peringkat “Excellence” UNAIR NEWS – Universitas Airlangga terus memacu diri dalam meningkatkan mutu pendidikan. Terbukti, UNAIR berhasil mempertahankan status “Excellence Level” dalam penilaian mutu pendidikan. Mutu pendidikan di UNAIR mendapatkan sertifikasi sesuai standar ISO 9001:2015, MBNQA 2015-2016, dan IWA 2:2007. Pada hari Selasa (10/1) lalu, lembaga sertifikasi mutu DeCRA merilis hasil penilaian manajemen. Penilaian mutu didasarkan pada proses audit eksternal yang dilakukan pada tanggal 14-18 November dan 28-30 November 2016 lalu di hampir semua unit kerja di lingkungan UNAIR. Sertifikat itu akan berlaku sampai tanggal 17 Desember 2018. Menanggapi hasil penilaian itu, Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh sivitas akademika yang telah berusaha untuk menjaga mutu kelangsungan proses pendidikan. Menurut Rektor, UNAIR termasuk responsif dalam mengadopsi standar ISO 9001:2015 dalam manajemen pendidikan. “Tapi kita sudah dapat ISO 9001:2015, kita termasuk institusi yang responsif dalam menggunakan ISO 9001:2015, karena mengaitkan dengan isu-isu risk management,” tuturnya. Ketua Badan Penjaminan Mutu (BPM) UNAIR Prof. Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto, drh., DEA., menyampaikan seluruh aspek yang berkenaan dengan mutu pendidikan yang dinilai oleh lembaga audit. Aspek-aspek itu meliputi visi dan misi, kebijakan pendukung, sumber daya manusia, sarana prasarana, hingga kualitas lulusan. “Mulai dari bagaimana proses input, hingga output dan outcomenya saling terkait yang bertujuan untuk menghasilkan output dan outcome sebagaimana visi dan misi yang ditetapkan atau
tujuan dan sasaran yang ditetapkan,” tutur Bambang. Terkait dengan hasil excellence yang berhasil dicapai oleh UNAIR, Bambang mengatakan bahwa pencapaian tersebut selaras dengan target yang ditetapkan. Lulusan Universitas Rene Descartes, Prancis, itu menambahkan, hasil tersebut bisa tercapai karena semua bidang berhasil melakukan strategistrategi dalam aspek yang dijadikan penilaian. Patokannya, mengarah pada kebijakan mutu yang berpegang pada prinsip BEST. BEST adalah kependekan dari based on morality, excellent (academic, research, dan community development), strong academic culture, dan target oriented. Namun, ia berharap ada peningkatan terhadap mutu penyelenggaraan pendidikan. Apalagi dengan predikat yang telah dicapai, kebijakan-kebijakan UNAIR sudah barang tentu mengarah pada internasionalisasi. “Ke depan yang perlu diperbaiki, menurut saya adalah semua level bisa bersama-sama mensinkronkan semua program dan langkahnya sesuai visi dan misi yang telah ditetapkan berdasarkan target kinerja, baik dalam jangka panjang, menengah, maupun tahunan,” terangnya. Di tingkat lembaga/institusi/badan, ada sekitar 17 unit kerja yang diaudit terkait proses pengembangan kebijakan. Sedangkan, di tingkat program studi, ada 30 prodi dari berbagai jenjang pendidikan, dari seluruh fakultas yang diaudit terkait proses pembelajarannya. IWA 2 adalah bagian dari ISO (International Organization for Standarization) yang bertugas untuk melakukan audit dan penilaian terhadap lembaga penyelenggara pendidikan tinggi. Audit dan penilaian oleh lembaga eksternal dilakukan terhadap unit kerja di lingkungan UNAIR. Sedangkan, MBNQA (Malcolm Baldridge National Quality Award) yang bertugas untuk menilai mutu organisasi-organisasi di
bidang bisnis, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sektor non-profit lainnya. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Mahasiswa UNAIR Dibekali Sertifikat Penanganan Makanan UNAIR NEWS – Demi meningkatkan kualitas dan membekali mahasiswa dalam bidang penanganan makanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, mengadakan acara “Sertifikasi Penanganan Makanan pada bidang Usaha Makanan”. Uji sertifikasi bekerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Jaminan Mutu Keamanan Pangan (LSP JMKP). Ujian sertifikasi diadakan terhitung sejak Selasa (16/8) hingga Jumat (9/9). Ujian ini dilakukan secara bertahap, mulai dari tes tulis, wawancara, dan praktik. Secara keseluruhan, ujian diikuti oleh 160 mahasiswa beberapa fakultas yang berkaitan dengan pengelolaan makanan, seperti program studi Teknologi Industri Hasil Perikanan, Budidaya Perairan, Kesehatan Masyarakat, Ilmu Gizi, Perhotelan, dan Pariwisata. Wakil Dekan I FPK UNAIR Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, M. P. mengatakan, tujuan kegiatan sertifikasi bagi mahasiswa UNAIR adalah untuk membekali calon lulusan dengan sertifikat kompetensi. “Sehingga mahasiswa dapat meningkatkan daya saing dan mobilitas lulusan di pasar kerja global, meningkatkan pengakuan atas kompetensi tenaga kerja, meningkatkan prospek karir lulusan, meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan
lulusan, serta meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja,” ujar Endang. Melalui sertifikasi ini, Endang berharap UNAIR dapat mengembangkan berbagai skema kompetensi pada LSP yang telah dibentuk. Tujuannya, mewadahi kebutuhan sertifikasi kompetensi lulusan berbagai fakultas di UNAIR. Ia juga berharap, pemerintah terus meningkatkan program serupa yang diberikan untuk mahasiswa. “Harapan terhadap pemerintah agar terus meningkatkan programprogram subsidi sertifikasi kompetensi semacam ini sebagai bentuk perlindungan terhadap warga negara Indonesia,” ujarnya. Asesor yang menjadi penguji pada sertifikasi ini ialah Dewi Woro dari LSP JMKP. Ia mengatakan, ada empat metode yang diujikan pada saat sertifikasi. “Ada empat metode penilaian sertifikasi ini yakni tes tulis dengan jenis studi kasus dan pilihan ganda, serta tes lisan berupa wawancara dan praktik. Jika pertanyaan tidak terjawab ketika tes tulis, maka akan kita tanyakan ketika tes wawancara,” ujar Dewi. Sertifikasi yang diikuti oleh mayoritas mahasiswa semester akhir ini, berlaku dua tahun sejak dikeluarkan. Hafizh Muhammad Noor selaku alumni FPK yang turut menyiapkan persiapan sertifikasi, mengatakan bahwa tujuan dari diadakannya sertifikasi adalah memberikan jaminan bahwa lulusan memiliki kompetensi tertentu, misalnya kemampuan penanganan makanan pada jasa usaha makanan, dan juga penanganan bahan baku tumbuhan. Ini erat kaitannya dengan program studi yang baru dibuka pada 2015 lalu, yaitu Teknologi Industri Hasil Perikanan. “Tidak dapat dipungkiri bahwa produk dari perikanan salah satunya adalah produk pangan. Sehingga, lulusan kita di FPK diharapkan memiliki kemampuan kompetensi untuk menangani produk pangan,” ujar Hafiz. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh
Editor: Defrina Sukma S
UNAIR Percepat Sertifikasi Dosen
Proses
UNAIR NEWS – Sebanyak 89 pengajar di lingkungan Universitas Airlangga mendapatkan sertifikasi dosen dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Penyerahan sertifikat dosen dihadiri oleh Wakil Rektor IV Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D, Ketua Sertifikasi Dosen UNAIR Prof. Dr. Widji Soeratri, DEA., Apt, perwakilan sertifikasi dosen nasional Prof. Zainuddin, Direktur Sumber Daya Manusia UNAIR Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum, dan para dekan fakultas. Acara penyerahan sertifikat dosen dilangsungkan di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR, pada hari Selasa (26/4). Sertifikat dosen itu masing-masing diberikan kepada 24 dosen Fakultas Kedokteran (FK), 6 dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), 8 dosen Fakultas Hukum (FH), 9 dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), 4 dosen Fakultas Farmasi (FF), 4 dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), 11 dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST), 6 dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), 3 dosen Fakultas Psikologi (FPsi), 7 dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB), 4 dosen Fakultas Keperawatan (FKP), dan 3 dosen RS UNAIR. Dalam sambutannya, Wakil Rektor IV UNAIR berharap bahwa dosen yang telah diberi sertifikat pendidik bisa menjadi suri teladan bagi mahasiswa dan masyarakat. Junaidi juga menginginkan agar para dosen senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Senada dengan Wakil Rektor IV UNAIR, Prof. Zainuddin mengatakan bahwa para dosen adalah penggerak kampus UNAIR dalam meraih predikat perguruan tinggi kelas dunia. “Sertifikat ini adalah wujud negara mengakui profesi Anda sebagai dosen. Dengan adanya sertifikasi ini, kami berharap profesionalisme bisa dibangun secara berkesinambungan,” tutur Prof. Zainuddin. Ia pun memberikan motivasi kepada para dosen agar meningkatkan kinerja melalui penelitian dan publikasi, serta pembentukan karakter yang jujur, inovatif, tangguh, dan kerja keras. Percepatan Berdasarkan catatan pada tahun 2015, UNAIR masih memiliki 158 dosen yang belum disertifikasi. Meski demikian, Prof. Widji mengatakan akan melakukan upaya percepatan sertifikasi bagi dosen. Menurut Prof. Widji, para dosen yang belum memenuhi syarat untuk mendapatkan sertifikat karena sedang dalam proses melanjutkan studi, dan waktu mengajar belum sampai satu tahun. “Mereka memang belum mendapatkan status jabatan fungsional atau jabatan akademik seperti asisten ahli. Kami akan mendorong mereka untuk mengurus status asisten ahli. Kami akan bantu seratus persen proses sertifikasinya,” tutur Prof. Widji. Meski demikian, menurut Prof. Zainuddin, UNAIR menjadi contoh dalam pelaksanaan proses sertifikasi dosen nasional. Menanggapi hal tersebut, Prof. Widji mengatakan bahwa panitia sertifikasi dosen UNAIR bekerja dengan prinsip zero defects. “Tugas dosen adalah membantu mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan, kami selaku tim panitia sertifikasi dosen bertugas untuk membantu dosen dalam mencapai karir tertinggi,” imbuh Guru Besar pada Fakultas Farmasi UNAIR. (*) Penulis : Defrina Sukma S
Editor
: Nuri Hermawan