SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011 Yth. Para Narasumber (Sdr. Dr. Chatib Basri, Dr. Cyrillus Harinowo, dan Dr. Rusman Heriawan) Yth. Para Pejabat Eselon I baik di lingkungan Kementerian Perindustrian maupun Kementerian/Lembaga lain, Yth. Perwakilan KADIN, Yth. Asosiasi industri dan pelaku usaha, Yth. Perwakilan Pihak Perbankan, Yth. Para Pengamat Ekonomi dan akademisi, Dan Hadirin sekalian yang berbahagia Assalamualaikum Wr. Wb., Selamat Pagi, dan Salam Sejahtera, Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia1
Nya kita dapat hadir pada breakfast meeting Pertumbuhan dan
Perkembangan
Sektor
Industri
Nasional.
Pada
kesempatan ini saya ingin memberikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang hadir dan ikut berpartisipasi dalam acara pada pagi hari ini.
Saudara-saudara yang saya hormati, Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, salah satu isu yang mengemuka di Indonesia adalah adanya anggapan bahwa gejala deindustrialisasi mulai terjadi di Indonesia. Gejala
Deindustrialisasi
ditandai dengan menurunnya
pertumbuhan dan kontribusi sektor industri pengolahan non migas sejak tahun 2005, yang disertai menurunnya tingkat penyerapan tenaga kerja ke sektor industri serta lambatnya penambahan jumlah unit usaha industri yang baru. Untuk menguji kebenaran dari anggapan tersebut, tentunya kita perlu mencermati kembali perkembangan kinerja sektor industri beberapa tahun terakhir.
Sampai dengan tahun
2005 nilai pertumbuhan PDB industri non migas masih konsisten berada di atas nilai pertumbuhan PDB nasional. Namun sejak tahun 2006 nilai pertumbuhan PDB industri non migas berada di bawah nilai pertumbuhan PDB secara 2
nasional.
Bahkan
pertumbuhan
industri
mengalami
penurunan sampai ke tingkat 2,56% pada tahun 2009 seiring dengan terjadinya krisis ekonomi global. Pada tahun 2010 yang lalu kinerja sektor industri non migas mulai memperlihatkan tren yang positif, dengan tumbuh sebesar 5,09% dengan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 21,55%. Sampai dengan triwulan I 2011, pertumbuhan industri mencapai 5,75% (year-on-year) dengan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 21,05%. Pada tahun 2010 hampir seluruh cabang industri tumbuh positif, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri alat angkut mesin dan peralatannya sebesar 10,35%, kecuali industri Barang kayu & Hasil hutan lainnya yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -3,50%. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda sampai dengan triwulan I 2011, dimana industri dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri Logam Dasar Besi & Baja sebesar 18,22%, sedangkan industri yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,40% adalah industri Barang kayu & Hasil hutan lainnya. Cabang industri yang memiliki kontribusi terbesar terhadap industri pengolahan non migas selama 15 tahun terakhir adalah Industri makanan, minuman dan tembakau.
3
Kinerja ekspor industri pengolahan non migas menunjukkan tren yang positif, dimana pada tahun 2010 mencapai USD 98,01 Milyar. Sampai dengan triwulan I 2011 nilai ekspor industri pengolahan non migas mencapai USD 18,20 Milyar atau naik sebesar 35,82% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Tingkat
penyerapan
tenaga
kerja
sektor
industri
pengolahan non migas dalam 5 tahun terakhir rata-rata sebesar 4,86% per tahun. Pada tahun 2010 sektor industri pengolahan non migas mampu menyerap sebanyak hampir 386 ribu orang sehingga total tenaga kerja di sektor industri pengolahan mencapai 14,37 juta orang. Dari
sisi
perkembangan
jumlah
unit usaha
industri
menunjukkan bahwa jumlah unit usaha industri baik industri kecil, menengah dan besar dalam 5 tahun terakhir tumbuh rata-rata 7,62% per tahun. Dan pada tahun 2009 tercatat sebanyak 3,76 juta unit atau tumbuh sebesar 6,02%. Namun demikian, beberapa permasalahan internal dalam pengembangan industri masih belum sepenuhnya tuntas teratasi
seperti
(a)
lemahnya
struktur
industri
baik
keterkaitan antar industri hulu, antara, dan hilir, maupun antara industri Besar, Menengah dan Kecil, serta beberapa 4
industri strategis belum tumbuh, (b) keterbatasan industri pemasok bahan baku dan bahan penolong industri sehingga ketergantungan impor tinggi, (c) keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen, (d) keterbatasan populasi industri berteknologi tinggi, (e) belum optimalnya
kapasitas
produksi,
(f)
keterbatasan
penguasaan pasar domestik (khusus akibat penyelundupan, produk substandar dan under invoice), (g) ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi dan beberapa negara tujuan, dan (h) belum kuatnya peranan industri kecil dan menengah.
Selain
itu
beberapa permasalahan
yang
merupakan faktor ekternal antara lain : (a) keterbatasan infrastruktur fisik pendukung (jaringan jalan, pelabuhan, kereta api, dan listrik kurang mendukung, serta kelangkaan pasokan gas), (b) birokrasi yang belum sepenuhnya probisnis, (c) arus barang impor illegal (penyelundupan) yang tinggi, (d) masalah perburuhan, (e) masalah kepastian hukum, (f) insentif fiskal yang tidak bersaing,
(g) suku
bunga masih tinggi, dan (h) dampak bencana alam (banjir, gempa bumi, dll).
5
Saudara-saudara yang saya hormati, Dalam rangka pengembangan sektor industri nasional Kementerian Perindustrian telah memiliki Kebijakan Industri Nasional sebagaimana yang tertuang dalam Perpres No 28 Tahun 2008, beserta turunannya seperti Roadmap 35 Klaster Industri Prioritas, serta pengembangan industri unggulan propinsi dan kompetensi inti industri daerah. Sejalan
dengan
kebijakan
tersebut,
dalam
rangka
peningkatan daya saing industri Kementerian Perindustrian juga telah menyusun Rencana Aksi Peningkatan Daya Saing yang difokuskan pada pengembangan 6 (enam) kelompok industri prioritas untuk 5 tahun kedepan. Oleh karena itu, pada kesempatan breakfast meeting hari ini diharapkan dapat diperoleh gambaran yang akurat dan menyeluruh industri
mengenai
nasional,
kondisi sehingga
aktual dapat
perkembangan diidentifikasi
permasalahan utama yang menghambat kinerja industri dan dapat diperoleh masukan berupa alternatif solusi penyelesaiannya, yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kami dalam rangka menyempurnakan kebijakan pengembangan industri nasional kedepan.
6
Demikian beberapa hal yang ingin saya sampaikan sekaligus membuka
acara Breakfast Meeting ini, dan
selanjutnya kami persilahkan kepada para pembicara untuk menyampaikan presentasinya dan kepada seluruh peserta kami harapkan untuk terlibat secara aktif dalam diskusi yang akan kita ikuti bersama. Terima kasih. Wasalamualaikum Wr. Wb.
Menteri Perindustrian
Mohamad S. Hidayat
7