SALINAN PRES IDEN
REPUBLII( INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a.
bahwa organisasi kemasyarakatan yang didirikan oleh warga negara asing di Indonesia perlu menghormati kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, memberi manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara, serta tetap menghormati nilai sosial budaya masyarakat, patuh dan tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia;
b. bahwa untuk menciptakan tertib
c.
Mengingat
:
1.
administrasi penyelenggaraan organisasi kemasyarakatan yang didirikan oleh warga negara asing di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur mengenai pemberian perizinan, tim perizinan, dan pertimbangan pengesahan badan hukum organisasi kemasyarakatan yang didirikan oleh warga negara asing serta tata cara pengenaan sanksi bagi organisasi kemasyarakatan berbadan hukum yayasan asing atau sebutan lain sebagaimana diatur dalam Pasal 44 sampai dengan Pasal 49 dan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2Ol3 tentang Organisasi Kemasyarakatan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Organisasi Kemasyarakatan yang Didirikan oleh Warga.Negara Asing; Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang
{,D PRESIDEN
REPUBLII( INDONESIA
-2
2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 5430); MEMUTUSI(AN:
Menetapkan
:
PERATURAN PEMERINTAH
TENTANG
ORGANISASI
KEMASYARAKATAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING.
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal
1
Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. 2. Tim Perizinan adalah tim antarkementerian yang membantu menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar negeri dalam pelaksanaan perizinan ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain serta memberikan pertimbangan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia atas permohonan pengesahan yayasan yang didirikan oleh warga negara asing. 3. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar . Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Menteri
PIRESIDEI\
[?EtfuBLtt.(. It{DONEStA
-34. 5.
Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar negeri. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang men3idi kewenangan daerah otonom. Pasal 2 (1) (2)
Ormas yang didirikan oleh warga negara asing dapat melakukan kegiatan di wilayah Indonesia. Ormas yang didirikan oleh warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. badan hukum yayasan asing atau sebutan lain; b. badan hukum yayasan yang didirikan oleh warga negara asing atau warga negara asing bersama warga negara Indonesia; atau c. badan hukum yayasan yang didirikan oleh' badan hukum asing. Pasal 3
ormas yang didirikan oleh warga negara asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) hurufl terdiri atas: a. badan hukum yayasan asing atau sebutan lain yang mengelola dana secara mandiri; dan b. badan hukum yayasan asing atau sebutan lain yang melaksanakan program kegiatan dari lembaga donor."irrg. BAB II PERIZINAN ORMAS YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING
Bagian Kesatu Umum Pasal 4
(1) ormas
badan hukumyayasan asing atau sebutan lain wajib memiliki izin Pemerintah pusat.
(2)Izin. .
.
#%\, %^-ry"''# -ffi4p544ff PRES IDEI\ REPUBLIK II!DONESIA
-4(2)
lzinPemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. izin prinsip; dan b. izin operasional.
(3)
lzin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan oleh Menteri setelah memperoleh pertimbangan Tim P erizinan.
(4)
Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)
huruf b diberikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Bagian Kedua Tirn Perizinan Pasal 5 (1)
Tim Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4
ayat (3) beranggotakan unsur yang terdiri atas:
a. kementerian yang menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang luar negeri;
b. kementerian yang menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang pertahanan;
c. kementerian yang menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang dalam negeri;
d. kementerian yang menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang keuangan;
e. kementerian yang menyelenggarakan f. g. (21
(3)
urusan
pemerintahan di bidang kesekretariatan negara; Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian bidang teknis terkait.
Tim Perizinan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Menteri. Anggota Tirn Perizinan sebagairnana dirnaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal
6.
.
ffi *W--69_!:i'
Fr F{
Elf,
L.l
t;l ti:
!i I D
lll-l l(.
I
E l.t l.l DO lrl IIS
I
A
-5Pasal 6
(1) Tim Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5
mempunyai tugas:
a. b.
c. (2)
membantu Menteri dalam pelaksan aan perizinan ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain; memberikan pertimbangan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia atas permohonan pengesahan yayasan yang didirikan oleh warga negara asing; dan melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tata kerja Tim Perizinan diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Ketiga Izin Prinsip Pasal 7
(1) Untuk memperoleh izin prinsip, ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain harus memenuhi persyaratan paling sedikit:
a. b.
ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain dari negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia; dan memiliki asas, tujuan, dan kegiatan organisasi yang bersifat nirlaba.
(21 Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang.
(3)
Perpanjangan izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum izin prinsip berakhir. Pasal 8
ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain harus mempunyai tempat kedudukan manajemen efektif dan berkantor pusat di negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia
Pasal9...
6E,{i{io
*,itn,
#l--'rffi-$h ,,i{,,h,:J,
Itrt{ES lDEl''l I?EPU BLI ti I l{ DC)l\l ESI/-\,
-6Pasal 9
Izin prinsip bagi ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a diperoleh melalui tahapan:
a. b. c. d.
pengajuan permohonan; verifikasi dokumen; pertimbangan dari Tim Perizinan; dan penerbitan. Pasal 10
(1)
Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf a dilakukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia oleh ketua atau pengurus ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain kepada Menteri. (21 Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dilengkapi dengan dokumen persyaratan paling sedikit: a. surat permohonan untuk melakukan kegiatan di Indonesia;
b. surat keterangan mengenai rencana pembukaan c. d. ' e. f. o b'
h. i.
j.
kantor perwakilan di Indonesia; surat pernyataan mengenai asas, tujuan, dan kegiatan organisasi yang bersifat nirlaba; surat penunjukan kepala perwakilan di Indonesia dari kantor pusat organisasi; surat rekomendasi dari perwakilan negara tempat kedudukan kantor pusat organisasi; salinan akta pendirian organisasi yang dilegalisasi oleh otoritas yang berwenang di negara asal organisasi didirikan; anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; profil yang berisi informasi mengenai visi, misi, struktur organisasi, dan staf; sumber dan jumlah dana yang tersedia; perencanaan pengelolaan keuangan;
k. surat
i!..
t i,''i:H';', ( ':j. _._ ,.,r ,,
::i::.
r
'.t.t, ;irrir
"r.,,r'.1,r:-:. liiill
jilii :ll,ft",ii :.i .i( r ." '1. r'' ;,lii ,. .i:'.;:' ;,'iilil',- 5l+r,' v'-..' .-.
ri,
..
'
trREStDEi,l i.iiii::1,.I l1lL-!
lr.
-7 k.
!
I'InC, I I i::S|,^.
-
surat pernyataan bahwa sumber pendanaan tidak
berasal dari kegiatan yang melawan hukum dan tidak digunakan untuk kegiatan yang melawan hukum, serta tidak diperoleh dari hasil pencarian dana di wilayah Republik Indonesia; l. rencana dan program kerja yang akan dilakukan di Indonesia; m. rencana kerja sama dengan Pemerintah Pusat dan Ormas yang didirikan oleh warga negara Indonesia; n. rencana tempat kedudukan kantor perwakilan pusat di ibu kota negara atau ibu kota provinsi; dan o. rencana tempat kedudukan kantor operasional.
(3)
Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, dilengkapi dengan dokumen persyaratan paling sedikit: a.
b.
c.
d.
e.
o
b.
h. 1.
surat permohonan untuk melakukan kegiatan di Indonesia; surat perintah kerja dari lembaga donor kepada badan hukum yayasan asing atau sebutan lain pelaksana kerja sama; surat rekomendasi dari perwakilan negara tempat kedudukan kantor pusat organisasi; salinan akta pendirian organisasi yang dilegalisasi oleh otoritas yang berwenang di negara asal organisasi didirikan; profil yang berisi informasi mengenai visi, misi, struktur organisasi, dan staf; sumber dan jumlah dana untuk melaksanakan kegiatan; surat pernyataan bahwa sumber pendanaan tidak berasal dari kegiatan yang melawan hukum dan tidak digunakan untuk kegiatan yang melawan hukum, serta tidak diperoleh dari hasil pencarian dana di wilayah Republik Indonesia; rencana dan program kerja yang akan dilakukan di Indonesia; dan rencana tempat kedudukan kantor operasional di Indonesia. Pasal
11
ri-.ii. . :i a ' r.r1tl,,, .
6-tii;"tt'"
i.i,Li l.i iiilii J::li .'l:iiiil: i:'j',', -
",i{-,'t:,',r..,.:ii.';, lliJi ,j:!.';' ilir'i., i "t-:11..a,., '_i,iii;r.+... L ii1::.lql-,r,.: .'
IJI{ES IDEI,I
REPUEL.II( II.IDOI.IIISIA
-8Pasal (1)
(2)
11
Dalam hal persyaratan pengajuan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 telah lengkap, Menteri menugaskan Tim Perizinan untuk melakukan verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf b. Verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memeriksa kebenaran dan keabsahan
persyaratan pengajuan permohonan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10. Pasal 12 (1)
Dalam hal verifikasi dokumen sebagaimana dimaksud
(2)
dalam Pasal 11 telah terpenuhi, pemohon menyampaikan paparan visi, misi, dan rencana kegiatan di Indonesia di hadapan Tim Perizinan. Paparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mengetahui motivasi, kapasitas, rencana kegiatan, pendanaan, kesiapan pemohon, dan menyesuaikan dengan program Pemerintah Pusat. Pasal 13
(1)
Dalam hal paparan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) telah disampaikan, Tim Perizinan memberikan pertimbangan kepada Menteri.
(2)
Dalam memberikan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Tim Perizinan menyelenggarakan pertemuan paling sedikit 6 (enam) kali dalam 1 (satu) tahun.
(3)
Pertimbangan kepada Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pertimbangan untuk menerima atau menolak izin prinsip. Pasal 14
(1)
Berdasarkan pertimbangan Tim Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), Menteri menyampaikan keputusan mengenai pemberian atau penolakan izin prinsip. (2) Dalam
.I:rt i-:' .? t., .r:rl{k-{(\r':.:J!,r!
/L-di{'' n '{i'r,i),
iS,n -(iirisF+--_\llt ,,1:,.,.1_
rrili
4":r I!-4,. r.ti[;
i+.[
.{,Er&.i j}lli
''
\
-+l:,!\?
rr -,i!jt'.' tril:-e_n-r - hIiie"'/_-.i,':4:21' ' 'r J' -r
rJRES IDEI..I
REFU t3t_tl(. It.tDot..lEStA
-9(2)
Dalam hal izin prinsip diberikan, Menteri memberikan izin
kepada pemohon untuk bermitra dengan 1
(satu)
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terkait. (3)
(41
hal izin prinsip ditolak, pemohon tidak dapat melakukan kegiatannya di wilayah Indonesia. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk. Dalarn
pasal 15 (1)
(21
Perpanjangan izin prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dilakukan melalui pengajuan permohonan secara tertulis dengan Bahasa Indonesia kepada Menteri dengan melampirkan persyaratan paling sedikit: a. laporan kegiatan dan laporan keuangan akhir; dan b. rekomendasi dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra kerja sama.
Dalam hal permohonan perpanjangan izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui, maka:
a. Tim
Perizinan merekomendasikan pemohon untuk
bermitra dengan 1 (satu) kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian terkait;
b. Menteri memberitahukan kepada pemohon
dan
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terkait perihal perpanjangan.
(3)
Dalam hal permohonan perpanjangan izin prinsip
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, pemohon tidak dapat melakukan kegiatannya di wilayah Indonesia. Bagian Keempat Izin Operasional Pasal 16
(1) Izin operasional
bagi ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain hanya dapat diberikan seterah ormas mendapatkan izin prinsip.
(2) Untuk
ffi 'lii.;fu,-,1i.,i.i.r'
tf,RES tDEt,t
IIEIfULILII( II.IDOIIESIA
-10(2)
Untuk memperoleh izin operasional, ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain harus memiliki:
a. perjanjian tertulis dengan
kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian sesuai dengan bidang
kegiatannya; dan
b.
rencana kerja tahunan dengan Pemerintah Daerah setempat
(3)
lzin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
diberikan tidak melebihi jangka waktu izin prinsip dan dapat diperpanjang.
(4)
Perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum izin operasional berakhir.
(s)
Dalam hal ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain hanya melakukan kegiatan dengan kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
(6)
tidak diberlakukan. Ormas yang telah memiliki perjanjian tertulis dan rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). dan ayat (5) dianggap teiah memiliki izin operasional. Pasal 17
(1)
(2)
Pengqjuan permohonan izin operasional diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia oleh ketua atau pengurus ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain kepada menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra. Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan dokumen persyaratan paling sedikit:
a. perjanjian tertulis dengan
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan bidang
b. c.
kegiatannya; nomor rekening bank nasional yang digunakan untuk kegiatan ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain; dan nomor pokok wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 18
ttii.[--'':Y+,i
".+,
"*ui,* 'it} {$ ,,,tiri,o,l, )ui!|?
.,.tr;';tr-:(,.,,ir"-
PRL.S IDEI..I
lQEtrLl
BLIN
ll.{DOt\t ESIA
_ 11_
Pasal 18
(1) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud
daram Pasal 16 ayat (2) huruf a harus memuat paling sedikit: a. tujuan kerja sama; b. ruang iingkup kerja sama; c. wilayah kerja sama; d. lembaga pelaksana; e. arahan program; f. rencana kegiatan; o kewajiban para pihak; b' h. batasan aktivitas ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain dan stafnya; i. status perlengkapan dan material pendukung; j. kedudukan para pihak; k . penyelesaian sengketa; dan l. masa berlaku.
(21 Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibahas dalam rapat antarkementerian yang dikoordinasikan oleh kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain dan dihadiri oleh kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terkait. Pasal 19 (1)
Pengajuan permohonan
izin operasional
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal lZ wajib dibahas dalam
rapat antarkementerian yang dikoordinasikan
oleh
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra ormas badan hukum yayasan asing atau
(2)
sebutan lain dan dihadiri oleh kementerian/rembaga pemerintah nonkementerian terkait. ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan rain yang akan melakukan kegiatan di daerah wajib memberitahukan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri. Pasal 20
*riu$'
';i:li:i..
i'ifl A
"''*hr
if,ffi).}} ,]l+.1. ',,
i{?ri'}_.
,1.,r,i,+
:.-=.
I;.-,
-'
PRES IDEI.I RElrUBl-.1
l( ll\lDt)l'lESlA
-t2_ Pasal 20
Berdasarkan hasil pembahasan dalam rapat antarkementerian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat ( 1), menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra dan Pemerintah Daerah terkait menyampaikan keputusan mengenai pemberian atau penolaka n izin operasional kepada ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain.
Pasal 2 1
Dalam hal permohonan izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ditolak, menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon disertai alasan penolakan.
Pasal 22
Perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) harus disampaikan oleh pengurus ormas badan
hukum yayasan asing atau sebutan lain
kepada menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra dengan melampirkan persyaratan paling sedikit:
a. perjanjian tertulis baru dengan kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan bidang kegiatannya; laporan kegiatan dan laporan keuangan akhir; dan
b. c. nomor rekening bank nasional yang digunakan untuk kegiatan. Pasal 23
Ketentuan mengenai materi muatan dan pembahasan perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 berlaku mutatis mutandis terhadap perjanjian tertulis baru sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 22 h:urt;f a.
Pasal24
PIlESIDEI\ f(. I l{ DOt\l ESl,r\
REFU BLI
-13Pasal24 Dalam hal perpanjangan izin operasional disetujui, ormas yang meneruskan kegiatannya di daerah wajib melaporkan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dalam negeri. Bagian Kelima Personel Ormas yang Didirikan oleh Warga Negara Asing Pasal 25
(1)
Ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain yang telah mendapatkan izin prinsip dan izin operasional dapat menjalankan kegiatannya di wilayah Indonesia.
(2) Ormas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam menjalankan kegiatannya di wilayah Indonesia wajib mempekerj akan staf berkewargane garaan Indone sia.
(3) Ormas yang didirikan oleh warga negara asing dapat mengajukan permohonan penugasan staf berkewarganegaraan asing paling banyak 3 (tiga) orang.
(4)
(5)
(6) (7)
Permohonan penugasan staf berkewarganegaraan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diqiukan kepada Tim Perizinan melalui kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra. Setiap staf berkewarganegaraan asing yang telah disetujui oleh Tim Perizinan untuk bekerja pada ormas yang didirikan oleh warga negara asing wajib tunduk dan patuh pada perjanjian tertulis dengan kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Permohonan penugasan staf berkewarganegaraan asing tersebut tidak melebihi masa berlaku izin operasional. Dalam hal izin operasional tersebut diperpanjang, masa penugasan staf berkewarganegaraan asing tidak melebihi 5 (lima) tahun dan penugasannya tidak dapat diperpanjang kembali. (8) Dalam...
..
.
:.,,
'."i .il,!ii':r :. r,','.s.ilir. " '
.:l'.ir.ij
i,r:ir'
i
!:jrr , iii-i ' i,l;' ri:,i;;i r1
-i
.,ri i.r
'i:jii.i li$ti
1,::'
rJjr1 .,:''.,;+i;\ .illll \ ,ri;.';'' 1;;'t:,, i
'f;iirll;.
.,!:!i',''
lf, l"i l.:,':i I D
[.]L:i:rt l Lit-1
E.
l.l
1,. l l lt]]r-t
t.l l:-S
l,:r
-14(8)
Dalam hal penugasan staf berkewarganegaraan asing sebagaimana dirnaksud pada ayat (4) tetaf
diusulkan untuk diperpanjang, penugasan staf
berkewarganegaraan asing harus tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerj aan dan keimigrasian. (e)
Perpanjangan penugasan staf berkewarganegaraan asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (S) harui terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari
menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian
yang menjadi mitra.
BAB III PERTIMBANGAN PENGESAHAN BADAN HUKUM YAYASAN YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING Pasal 26 (1)
ormas badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b dan huruf c hanya dapat disahkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia setelah mendapatkan pertimbangan Tirn p erizinan.
(2)
Untuk memperoleh pertimbangan Tim perizinan, ormas badan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) huruf b dan huruf c mengajukan permohonan
kepada Menteri selaku koordinator Tim perizinan. (3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan dengan melampirkan persyaratan paling sedikit: a. surat permohonan pertimbangan pengesahan; b. surat pernyataan pendiri bahwa kegiatan yayasan yang didirikan tidak merugikan masyarakat, -bangsa,-dan negara Indonesia; c. identitas pendiri yang dibuktikan dengan paspor yang sah; dan d. struktur kepengurusan yayasan.
Pasal 27
,.',"ih{ilo,i.t$"
Nrti l'i\
'\th
tti=tffi'Jifi 'tfun*
"|tdP'
FrHt:Slt"lEl..l Ftfi::PL.l
BLI
l(
I l'n
D()1,! ESl,r\
-15Pasal 27 (1)
(2)
Tim Perizinan menyampaikan keputusan mengenai hasil pertimbangan kepada ormas badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b dan huruf c dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. Dalam hal hasil pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Menteri memberitahukan secara tertulis kepada pemohon. BAB IV SANKSI Pasal 28
Dalam hal ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dan Pasal 52 Undang-Undang tentang Organisasi Kemasyarakatan, Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menjatuhkan sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentiankegiatan; c. pembekuan izin operasional; d. pencabutan izin operasional; e. pembekuan izin prinsip; f. pencabutan izin prinsip; dan/atau g. sanksi keimigrasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 29 (1)
(2)
Sebelum menjatuhkan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pemerintah pusat dan/atau Pemerintah Daerah terlebih dahulu melakukan upaya persuasif secara terkoordinasi. Upaya persuasif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. pemanggilan pengurus ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain untuk dimintai klarifikasi;
b.menyampaikan...
i'("
^';+ii'u. '{*lr #_ /ii Ilii:+{f
qL }ffi"",i# -'i'iF+ll.* 't7*
IQEPU
:;t{!| '''i-^" -"
PRr:S;lilEl.l li: I l{ D$l.l ESIA
L:-lLl
-16b.
c.
d.
e.
menyampaikan kepada ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain bahwa pelanggaran yang dilakukan merupakan tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; meminta kepada ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain untuk tidak mengulangi pelanggaran; meminta pengurus ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain untuk menjaga ketertiban umum serta persatuan dan kesatuan bangsa; dan meminta kepada ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 30
(1)
(2)
(3)
Menteri menjatuhkan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, huruf b, huruf e, dan huruf f. Menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian menjatuhkan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c dan huruf d. Pemerintah Daerah menjatuhkan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b, yakni melalui pembatalan persetujuan rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b. Pasal 3 1
Ketentuan mengenai tata cara penjatuhan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3o dilaksanakan sebagai berikut: a. pejabat yang berwenang menjatuhkan sanksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
b.
30 dapat melakukan
secara
bertahap dan/atau tidak bertahap; penjatuhan sanksi oleh pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal go ayat (g) ditakukan setelah berkoordinasi dengan Menteri melalui Tirn perizi.nan; c. pembatalan
Ar"]tiiiti,,,.,ili*ir"
ffi # '**flr,gp-...4io
ft[:t-u
13I?ESIDEI\I r( I tn D{)l..t EStr\
BL-t
-t7c.
d.
pembatalan perjanjian tertulis oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian dilakukan setelah berkoordinasi dengan Menteri melalui Tim Perizinan; dan penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dilakukan melalui keputusan. Pasal 32
(1)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 diatur dengan Peraturan Menteri.
(2) Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setelah berkoordinasi dengan kementerian/ lembaga pemerintah nonkementerian terkait.
Pasal 33
Penjatuhan sanksi administratif untuk ormas yang didirikan oleh warga negara asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b dan huruf c dilakukan sesuai dengan ketentuan penjatuhan sanksi administratif terhadap Ormas sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OlA tentang Organisasi Kemasyarakatan.
BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 34
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
FRES IDEN
REPIJBLII( INDONESIA
_18_
Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesii
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Desember 2016 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd. JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 6 Desember 2016 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd. YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI6NOMOR 262
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA Asisten Deputi Bidang pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Deputi dan irerundang-undangan, ffi(rm
t Karyono
$,
,,$,
#
tfr,.ffi
'lil#;*--.,4w*j F[i:[::sItiEl''!
tilEF,LI tf t..l ti.
I Nt
DO
t.,t
F:$tA
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG O
RGANI SASI KEMASYARAKATAN
YANG DIDIRIKAN OLEH WARGA NEGARA ASING
I.
UMUM
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2OL3 tentang Organisasi Kemasyarakatan mengamanatkan bahwa pengaturan lebih lanjut Pasal 43 sampai dengan Pasal 49 mengenai perizirtan, Tim Perizinan, dan pengesahan ormas yang didirikan oleh warga negara asing ditetapkan dengan suatu Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah ini mengatur ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain, serta ormas yang didirikan oleh warga negara asing, atau warga negara asing bersama dengan warga negara Indonesia, atau oleh badan hukum asing.
Perizir:.an ormas yang didirikan oleh warga negara asing dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan ormas badan hukum yayasan asing sejalan dengan program pembangunan nasional.
Tim Perizinan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kepada yang ormas didirikan oleh warga negara asing dengan sebaik-baiknya dan menjadi wadah koordinasi bagi kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian dalam pembuatan pertimbangan perizinan bagi ormas yang didirikan oleh warga negara asing. Pengesahan ormas yang didirikan oleh warga negara asing dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan ormas badan hukum yayasan yang didirikan oleh warga negara asing atau warga negara asing bersama dengan warga negara Indonesia atau badan hukum asing sejalan dengan visi misi Pemerintah Pusat dalam menjalankan program pembangunan. Peraturan Pemerintah ini juga mengatur tentang pengenaan sanksi bagi ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain yang tidak memenuhi ketentuan mengenai kewajiban dan larangan sebagaimana diatur dalam Pasal51 dan Pasal52 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2Ol3 tentang organisasi Kemasyarakatan' II. ,ASAL . . .
$ffi -6{Wi&,# PIlES IDEI\I
t?EPU
Bt_il( tI.tDot.tEStA
-2II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2
Cukup jelas. Pasal 3
Cukup jelas. Pasal 4
Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6
Cukup jelas. Pasal 7
Cukup jelas. Pasal 8
Cukup jelas. Pasal 9
Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 1 1 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas.
Pasal14...
W PRES IDEI'I
ITEPU
HLil( il!DOt!ESt4\
3Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)
Huruf a Yang dimaksud dengan "perjanjian tertulis" adalah memorandum saling pengertian yang ditandatangani oleh ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain dan pihak kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra.
Huruf b Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian terkait'' adalah kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan, keamanan, pemerintahan dalam negeri, luar negeri, keuangan, danf atau kesekretariatan negara. Pasal 19
,$i.li,,
n'.
.
ffi$h
n{f;*[*J@
[]RES IDEt\l l( I I,l DON ESIA
t-lE[:,tJ BL-l
-4Pasal 19 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian terkaif' adalah kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan, keamanan, pemerintahan dalam negeri, luar negeri, keuangan, dan/atau kesekretariatan negara. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 20
Cukup jelas. Pasal 21
Cukup jelas. Pasal 22
Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24
Cukup jelas. Pasal 25
Cukup jelas. Pasal 26
Cukup jelas. Pasal 27
Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29
Cukup jelas. Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal31...
If RES IDEI{ REPUBLIl,( II{DONESIA
-5Pasal 31
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b Cukup jelas.
Huruf c Yang dimaksud dengan "menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian" adalah menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian yang menjadi mitra ormas badan hukum yayasan asing atau sebutan lain. Huruf d Cukup jelas. Pasal 32
Cukup jelas. Pasal 33
Cukup jelas. Pasal 34
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5959