ISSN: 1685-4012
Jilid 2 No. 3 Juli-September 2003
STREAM SUPPORT TO REGIONAL AQUATIC RESOURCES MANAGEMENT
(DUKUNGAN BAGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN REGIONAL)
JURNAL STREAM
BELAJAR DAN BERKOMUNIKASI TENTANG MATAPENCAHARIAN NELAYAN DAN PEMBUDIDAYA
Program STREAM didanai oleh AusAID, DFID, FAO, NACA dan VSO
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
STREAM Initiative ini didanai oleh AusAID, DFID, FAO, NACA dan VSO Diterbitkan oleh STREAM Initiative, Jaringan Pusat Perikanan Budidaya di Asia-Pasifik, Gedung Suraswadi, Departemen Komplek Perikanan, Kampus Universitas Kasetsart, Ladyao, Bangkok, Thailand. Hak Cipta: 2002, STREAM Initiative. Perbanyakan dari publikasi ini untuk pendidikan atau tujuan non komersil lainnya disahkan tanpa izin terlebih dahulu dari pemegang hak cipta diakui sepenuhnya. Perbanyakan dari publikasi ini untuk dijual ulang atau tujuan komersial lainnya tanpa izin dari pemegang hak cipta terlebih dahulu adalah dilarang. Contoh kutipan untuk artikel Jurnal STREAM: Santos, R. (2000). Belajar dari masing-masing konflik. Dalam Jurnal STREAM Edisi 1 No. 1 (Januari-Maret 2002). STREAM Initiative, Bangkok.
2
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003 ISI
Peningkatan Matapencaharian Masyarakat Pode dengan Usaha Perikanan, di Pokhara, Nepal. Tek Bahadur Gurung dan Jay Dev Bista Partisipasi Wanita pada Pengelolaan Sumberdaya Pantai dan Dalam Matapencaharian di Propinsi Khankh Hoa, Vietnam Nguyen Thu Hue, Than Thi Hien, Pham Thi Phuong Hoa, Nguyen Viet Vinh dan Dao Viet Long Mendukung Usaha dan Interaksi Masyarakat pada Pengelolaan Sumberdaya Pantai di Indonesia Tabitha Yulita Perencanaan suatu Sistim Monitoring dan Evaluasi Terhadap Perikanan Masyarakat Heather Airlie dan Haiko Meelis Identifikasi Kebutuhan dan Rekomendasi untuk Komunikasi Stakeholder yang Efisien Melalui Survei Ases Informasi Elizabeth M Gonzales, Malene Felsing dan Erwin L. Pador Seminar-Workshop IEC tentang Dukungan Pelaksanaan Ordinanasi Perikanan di Roxas City Belinda M Garrido dan Elizabeth M Gonzales Tentang Jurnal STREAM Tentang STREAM PENGANTAR Kembali ke Januari – Maret 2001, kami memulai pengantar untuk Jurnal 1 (1) dengan paragraf berikut : Pembelajaran, penanganan konflik, teknologi informasi dan komunikasi, pengelolaan sumberdaya perairan, perundang-undangan, matapencaharian, jender, partisipasi, stakeholders, kebijakan dan komunikasi. Semua itu merupakan tema ke-6 artikel pada Jurnal 1, yang menggambarkan berbagai isu seputar mana Program STREAM mempromosikan pembelajaran dan komunikasi. Jurnal STREAM memamerkan berbagai pandangan terhadap berbagai isu dan situasi yang dilontarkan. Jurnal STREAM mendokumentasikan suara-suara ini sehingga diskusi-diskusi kami bisa diinformasikan dan bersifat umum. Maksudnya bukan untuk mengkritik yang bersifat menyalahkan, tetapi bekerja bersama dengan rekan-rekan dengan kritik yang membangun. Daftar “tema” di atas menjelma menjadi tujuan Jurnal STREAM (hal. ) dan juga tergambarkan dalam artikel-artikel Jurnal nomor ini. Selagi anda membaca ke-6 artikel tersebut yang ditulis oleh 14 pengarang dari dan yang bekerja di 5 negara, saya 3
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
persilahkan pemabaca melihat, bagaimana mereka jadi ada hubungannya dengan karamba ikan, pelampung di laut, Global Positioning System, pengiriman teks artikel dan PowerPoint. Setelah paragraf pertama tadi, bacaan selanjutnya membuat kami lebih menyadari bagaimana STREAM mengemukakan isu-isu, mempromosikan pembelajaran dan komunikasi, memamerkan berbagai pandangan, mendokumentasikan hasil karyanya dan merealisasikan tujuannya. Jadi kami mendorong para pembaca Jurnal STREAM dan juga rekan-rekan lain untuk berperan serta pada tugas kami dalam memonitor dan mengevaluasi, yang berorientasi pada proses dan bersamaan dengan pendekatan “cerita tentang adanya perubahan nyata”. Caranya adalah dengan menyampaikan umpan balik kepada kami melalui tulisan pada Jurnal STREAM atau pada setiap kegiatan Program STREAM apapun. Selamat membaca ! Graham Haylor, Direktur STREAM William Savage, Redaksi Jurnal STREAM
4
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
PENINGKATAN MATAPENCAHARIAN MASYARAKAT PODE MELALUI USAHA PERIKANAN DI POKHARA, NEPAL Tek Bahadur Gurung dan Jay Dev Bista Masyarakat Pode Bacaan ini adalah tentang 300 keluarga masyarakat etnik yang rapuh yang disebut Pode atau Jalari, yang hidup di Lembah Pokhara, Nepal. Bahasa daerahnya mirip Newari, bahasa daerah utama Kathmandu, sehingga mereka sering disebut imigran dari Lembah Kathmandu. Lama diketahui bahwa anggota masyarakatnya tidak memiliki tanah pertanian tradisional, keahlian, pekerjaan dan penghasilan sampai pada awal tahun enam puluhan. Hidupnya berpindah-pindah, antara Sebuah Kelompok Ibu-ibu dari danau, sungai dan perairan lainnya, Masyarakat Pode (atau Jakari) dalam menangkap ikan dengan jaring tebar. Belum Sebuah Pertemuan Bulanan diketahui kapan mereka mulai bermatapencaharian menangkap ikan. Di Nepal, orang-orang yang tidak punya matapencaharian biasanya mencari sisa-sisa hasil samping hutan/perikanan, karena daerah tersebut bukannya milik siapapun, sampai saat ini. Kebanyakan hutan dikelola masyarakat setempat untuk tujuan konservasi dan usaha berkelanjutan. Namun berbeda halnya dengan perairan alami yang belum punya status sedemikian. Umumnya, masyarakat Pode yang hidup di derah Pokhara, tinggal di gubukgubuk sementara dekat danau atau sungai, karena matapencahariannya berhubungan erat dengan perairan. Budidaya Karamba Secara Partisipatif di Danau Di awal tahun 70-an, salah satu sumber matapencaharan tradisional nelayan terancam, saat tangkapan ikan menurun karena lebih-tangkap terutama di Danau Phewa (523 ha), Begnas (328 ha) dan Rupa (135 ha). Dalam pada itu, dibangun Pusat Pengembangan Perikanan (sekarang menjadi Stasiun Penelitian Perikanan) tahun 1962, di pinggiran Danau Phewa. Tujuannya adalah mendukung rehabilitasi masyarakat yang terkena musibah tersebut, dengan menghadirkan pekerjaan dan penghasilan melalui budidaya karamba secara subsistens. Ikan ukuran pasar mampu diproduksi oleh peariran subur tersebut dengan menanam benih di karamba seukuran kamar (sekitar 50 m3 atau ukuran 5x5x2 m). Ikan di karamba tumbuh dengan makan plankton alami. Ikan bighead carp, Aristichthys nomilis dan silver carp Hypopthalmichthys molitrix mencapai ukuran pasar (tepat 1 kg) dalam 1 tahun setelah penebaran benih. Sebuah karamba mampu memproduksi 200 – 300 kg ikan/tahun tergantung dari produktivitas perairannya. Sejak 1975-1980, budidaya karamba didanai FAO1 dan UNDP2 dengan mensuplai bahan karamba dan bantuan teknis lainnya. Pada mulanya, hanya 1 buah karamba senilai 5000 1
Food and Agriculture Organization – Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa
5
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
rupee Nepal yang diberikan pada anggota melalui pinjaman Bank Pembangunan Pertanian setempat. Karena mereka tidak memiliki tanah atau sangat miskin, jaminannya adalah ikan hasil produksi Pusat pengembangan Perikanan tadi. Pemasarannya disalurkan melalui Asosiasi Petani Ikan setempat. Saat ini, hampir semua pinjaman kepada Bank sudah lunas yang dibayar dari keuntungan budidaya perikanan tersebut. Kegiatan Ekonomi, Perikanan yang Ramah Langkungan dan Perubahan Masyarakat Pada awalnya, budidaya karamba hanya suatu pekerjaan dan merupakan penghasilan tidak tetap penduduk. Namun setelah banyak orang sudah memiliki karamba, masalah suplai benih yang cukup menjadi kendala produksi. Namun demikian, derngan bantuan JICA3, dibangun kompleks hatchery dekat Danau Begnas dibawah bimbingan Stasiun Penelitian Perikanan, Pokahara, untuk menanggulangi kebutuhan benih saat itu. Sekarang, pembudidaya yang sukses usahanya memiliki sekitar 16 karamba yang menghasilkan 3000 – 4000 kg ikan ukuran pasar per tahun sebagai penghasilan utamanya. Hampir semua keluarga yang terlibat budidaya karamba telah memiliki tanah dan rumah dan mendapatkan berbagai sumber penghasilan. Ikan dari danau dan sungai umumnya punya harga pasar tinggi karena hanya makan plankton alami. Jadi harganya bisa meningkat karena diproduksi dari perairan alami. Makan plankton yang mengandung phospor dan nitrogen, membantu membuang zat-zat hara yang tidak dibutuhkan perairan. Budidaya karamba yang bersifat subsistens, merupakan usaha perikanan yang ramah lingkungan. Hampir semua keluarga petani karamba bisa menyekolahkan anaknya dan 3 diantaranya sudah masuk perguruan tinggi. Sebelumnya sangat sukar menemukan seorangpun yang bisa tulis-baca. Sekarang hampir semua keluarga punya TV, kompor gas, toilet dan sedikit diantaranya punya sepeda motor. Beberapa mencapai standar hidup menengah. Malah, ada Ibu-Ibu yang sudah bertanya-tanya seperti apa gerangan bentuk Sekolah Berasrama untuk anak-anak mereka itu.
Kelompok Ibu-ibu Masyarakat Memasarkan Ikan Panen dari
Pelajaran yang Diperoleh dan Implikasinya Sebagai suatu proyek, budidaya karamba yang dijalankan masyarakat yang tidak punya tanah dan miskin, terbukti dapat meningkatkan taraf hidup di sekitar Danau Phewa, Begnas dan Rupa. Walau budidaya ikan tadinya tidak pernah jadi pekerjaan penduduk, pengalaman membuktikan bahwa budidaya ikan bisa berhasil dikerjakan walaupun latar belakang leluhurnya tidak ada. Jadi memang masyarakat sebetulnya bisa memanfaatkan atau mengases perairan umum dan mengunakan pengetahuan turun temurunnya tentang penanganan ikan. Dikaitkan dengan budidadaya karamba, ketangguhan masyarakat yang
2 3
United Nation Development Program – Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa Japan International Cooperation Agency – Lembaga Kerjasama Internasional Jepang
6
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
sedemikian dapat menjadi suatu “gerbang masuk” yang menarik untuk menuju pada perbaikan matapencaharian. Masyarakat yang Menuju pada Konservasi Danau dan Ikan Asli Sekarang, masyarakat Pode yang melakukan usaha budidaya karamba menyadari bahwa tidaklah bijaksana untuk menguras habis-habisan sumberdaya alamnya, sehingga konservasi juga diperlukan. Dengan prakarsa sendiri, mereka membersihkan tanaman eceng gondok yang memenuhi danau serta membuat aturan dan undang-undang guna melestarikan keragaman biologi perairan danau melalui pendekatan partisipatif. Sekarang, setiap sehabis panen, penduduk membayar pajak kepada aparat pembangunan setempat. Terdapat sekitar 25 spesies ikan yang hidup di danau-danau di lembah Pokhara. Beberapa spesies asli seperti ikan “mahseers” Tor putitura dan Tor tor, sangatlah rapuh oleh karena sifat memijahnya. Ikan-ikan ini bermigrasi ke air pemasukan yang dangkal dan berkerikil di musim hujan, sehingga mudah ditangkap penduduk desa luar. Sekarang, anggota masyarakat Pode mulai melakukan pengontrolan di daerah/saluran pemasukan air ke Danau Phewa, untuk melindungi ikan yang sedang memijah tersebut saat mereka bermigrasi.
Tek Bahadur Gurung, Kepala dan Jay Dev Bista, Peneliti Senior di Stasiun Penelitian Perikanan, Pokhara, Nepal dapat dihubungi di
[email protected]
7
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
PARTISIPASI WANITA PADA PENGELOLAAN SUMBERDAYA PANTAI DAN DALAM MATAPENCAHARIAN DI PROPINSI KHANH HOA, VIETNAM Nguyen Thu Hue, Than Thi Hien, Pham Thi Phuong Hoa, Nguyen Viet Vinh dan Dao Viet Long Proyek IMA dan Partisipasi Wanita Aliansi Kehidupan Laut Internasional (International Marinelife Alliance – IMA), mengerjakan proyek pengelolaan sumberdaya pantai berbasis masyarakat selama 3 tahun4, dengan melalui fasilitasi suatu Reservat Laut Kelolaan Masyarakat setempat di Kabupaten Van Ninh, Propinsi Khanh Hoa. Proyek inibertujuan untuk memberdayakan penduduk setempat agar bisa mengelola lebih baik sumberdaya pesisir di daerahnya, serta agar kondisi sosial-ekonominya meningkat, melalui penerapan cara-cara penangkapan ikan dan budaya ikan yang berkelanjutan. IMA memberi perhatian lebih kepada partisipasi wanita. Wanita berperan sangat menentukan pada ekonomi penangkapan ikan setempat dan pada usaha konservasi sumberdaya pantai. Tetapi mereka sering dihadapi masalah keefektifan partisipasi. Jadi masalah jender merupakan isu saling bertumpu yang sangat penting sehingga IMA melibatkan diri pada proyek tersebut, untuk meningkatkan kesamaan hak para wanita dan menitikberatkan pada partisipasi dan kemampuannya dalam mengelola sumberdaya pantai. Sejak Juli 2002, IMA Vietnam menjalankan suatu sub-proyek “Partisipasi Wanita pada Pengelolaan Sumberdaya Pantai dan Dalam Matapencaharian di Propinsi Khankh Hoa”. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran akan jender dan meningkatkan kemampuan wanita untuk mengelola sumberdaya pantai.. Dengan wanita pedesaan sebagai “penerima manfaat”, kegiatan umumnya meliputi : 1. Menyelenggarakan kursus tentang jender bagi kelompok target (kader-kader Komuni dan penduduk setempat). 2. Mengadakan forum tentang matapencaharian alternatif, dan 3. Mendukung program matapencaharian khusus untuk wanita dengan dana kecil. Pelaksanaan sub-proyek tersebut dilakukan oleh lembaga setempat (Unit Pengelola Proyek Lokal dan Persatuan Wanita Vietnam), dengan dukungan IMA. Pendekatan secara partisipatif dikenakan di seluruh kegiatan proyek, untuk meyakinkan terciptanya efektivitas ditingkat akar rumput. Tugas kerja dilaksanakan bekerjasama dengan para tenaga ahli dan konsultan, agar mencapai suatu pelatihan yang berkualitas tinggi. Media setempat punya andil penting dalam mengeinformasikan hal jender dan bagaimana menyikapi isu-isunya, terutama tentang peranan wanita dalam pengelolaan sumberdaya pantai. Training tentang Jender
4
Laporan kemajuan proyek IMA dapat dibaca di www.imavietnam.org
8
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
Sebagai bagian dari kegiatan sub-proyek, pada Oktober 2003, sebuah training diadakan bagi pegawai Komuni dan penduduk setempat di Komuni Van Hung, Kabupaten Van Ninh. Kepada 90 peserta diperkenalkan konsep-konsep jender dan mereka belajar bagaimana menggunakan metoda analisis jender dan menyalurkan isu-isu jender ke dalam proyek-proyek pembangunan, Sebagai hasil training adalah meningkatnya kesadaran akan jender. Lebih-lebih lagi, kaum pria secara positif berubah pandangannya tentang peranan wanita dalam Pria didorong untuk berbagi ekonomi rumah tangga dan kegiatan pandangannya tentang peran wanita pembangunan masyarakat, termasuk diantaranya pengelolaan sumberdaya pantai. Hal ini terungkap pada diskusi dan kuesioner penutupan, dimana para pria menulis tentang Peserta dikenalkan pada konsep-konsep perubahan sikapnya tersebut. Di matapencaharian yang ramah-lingkungan samping itu, kemampuan para wanitanyapun meningkat. Ini nyata terbukti karena mereka sangat percaya diri saat menyuarakan pandangannya tentang matapencaharian alternatif dan saat mereka menampakkan kemampuannya dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya pantai. Forum Matapencaharian Alternatif Setelah training jender, dilaksanakan suatu forum untuk menciptakan dialog bagi kaum wanita miskin guna mengusulkan program-program tentang matapencaharian alternatif. Suatu tim tenaga ahli dari Pusat Penyuluhan Perikanan Khanh Hoa, pejabat-pejabat IMA Vietnam dan Unit Pengelola Proyek Lokal, memfasilitasi forum tersebut yang terdiri dari 60 peserta. Ahli-ahli matapencaharian menyampaikan informasi tentang alternatifalternatif yang cocok di daerahnya. Forum ternyata juga menarik perhatian dan partisipasi pejabat setempat dan nelayan di Daerah Perlindungan Laut, Hon Mun5, dalam berbagi pengalaman dan pembelajaran. Peserta Forum mendiskusikan opsi-opsi dan memilih alternatif-alternatif terbaik untuk di uji coba, mata pencaharian yang ramah lingkungan termasuk budidaya skala kecil (rumput laut dan kerang hijau) dan alternatif lainnya, yang diusulkan dan didiskusikan dengan lebih mendalam oleh para wanita. Peserta mencapai kesepakatan yang tinggi. Berbagai alternatif terpilih akan membantu menciptakan penghasilan bagi para wanita dan menyumbang bagi perbaikan pengelolaan sumberdaya pantai, melalui kegiatan matapencaharian yang memperhatikan peran wanita di masayarakat.
5
Lihat Jurnal STREAM 1 (4) 1-2 dimana terdapar artikel tentang proyek IMA ini
9
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
Matapencaharian Alternatif dengan Dana Kecil Tiga puluh satu orang wanita diberi bantuan teknis dari IMA dan tenaga ahli budidaya, untuk menjalankan matapencaharian alternatif yang diprakarsainya sendiri. Pilihan mereka adalah budidaya yang ramah lingkungan, membantu perbaikan kualitas air dan menciptakan habitat sumberdaya laut setempat yang lebih baik (termasuk rumput laut dan kerang hijau). Selama pelaksanannya, para wanita secara langsung terlibat dalam persiapan fasilitas (seperti Wanita berdiskusi dan memprakarsai matapencaharian pelampung dan karamba), alternatifnya penanganan pasca panen dan pengolahan hasil, sedangkan para pria melakukan pengawasannya. Para wanita juga memasarkan produknya ke pengunjung Reservat Karang Laut Trao. Diharapkan peningkatan peningkatan pendapatan akan tercapai dalam waktu 6 bulan, karena hanya sedikit saja modal yang harus disediakan serta teknologinya telah ada dan murah. Melalui matapencaharian alternatif, kemampuan wanita dan perannya pada pengelolaan sumberdaya pantai, nyata meningkat.
Nguyen Thu Hue (Country Coordinator), Than Thi Hien (Ahli Jender), Pham Thi Phuong Hoa (Pejabat Informasi), Nguyen Viet Vinh (Penasehat Teknis Perikanan) dan Dao Viet Long (Pegawai Pembangunan Masyarakat) bekerja di International Marinelife Alliance (IMA) Vietnam dan dapat dihubungi di
[email protected]
10
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
MENDUKUNG USAHA DAN INTERAKSI MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN SUMBERDAYA PANTAI DI INDONESIA Tabitha Yulia Kondisi Kehidupan, Kepemilikan Bersama, Partisipasi Masyarakat dan Konflik Akhir-akhir ini, sangat meningkat perhatian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi kehidupan manusia. Di Indonesia, diakui bahwa telah terjadi cara eksploitasi sumberdaya alam yang tidak berkesinambungan. Otonomi setempat telah gagal menyadari dan menanggapi tuntutan-tuntutan hak akan tanah umum yang meliputi : pantai, laut, udara, padang dan hutan. Sumberdaya alam tersebut bukan milik siapapun, sehingga mereka boleh dipakai untuk kepentingan dan manfaat masyarakat umum. Penciptaan kebijakan dan aturan tentang ases akan sumberdaya umum ini harus dikonsultasikan dengan orang dan masyarakat yang menggunakannya. Tanpa kebijakan, aturan dan partisipasi sedemikian, pengguna sumberdaya milik umum hanya akan menghasilkan konflik semata. Misalnya, di Desa Batahan dan Jaring Halus, masingmasing terletak di timur dan barat pantai Sumatera Utara, terjadi konflik antara nelayan penguna alat tangkap tradisional yang sederhana dengan para penangkap dengan alat modern. Ini terjadi karena tidak adanya kebijakan atau aturan penggunaan sumberdaya pantai dan laut yang melindungi praktek-praktek penangkapan tradisional. Berkaitan dengan kondisi kehidupan masyarakat dan matapencaharian penduduk ini, beberapa pertanyaan bisa dikemukakan antara lain : -
Bagaimana agar dukungan untuk meningkatkan intergrasi sosial bisa memperbaiki pengelolaan sumberdaya pantai milik umum ? Mekanisme yang bagaimana agar tradisi dan nilai-nilai setempat tetap dipertimbangkan dalam pemanfaatan sumberdaya pantai? Bagaimana cara tradisional masyarakat setempat dalam mengelola sumberdaya pantainya dapar dikaji oleh majoritas masyarakat? Bagaimana cara masyarakat setempat memanfaatkan sumberdaya alam dan bagaimana penduduk setempat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan modernisasi?
Aturan dan Kepercayaan Terdapat berbagai cara bagaimana menciptakan peraturan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam. Ini bisa secara resmi dibuat pemerintah nasional, propinsi ataupun lokal, yang seperti umumnya terjadi untuk sumberdaya pantai seperti hutan bakau (mangrove) dan kawasan laut di seluruh Indonesia. Bisa juga peraturan ini dibuat secara tidak resmi oleh masyarakat tentang pemanfaatan laut dan sumberdaya pantai. Yang terakhir ini misalnya peraturan bahwa batuan karang yang mati tidak boleh diambil dalam jumlah besar, kecuali hanya untuk keperluan individu saja, karena pemindahannya bisa berarti habisnya tanaman bakau. Bukti adanya pelanggaran peraturan lokal dilaporkan ke pemuka masyarakat, yaitu bongkahan besar batu karang yang digunakan untuk bahan bangunan. Kasus penegakkan hukum setempat ini adalah bukti bahwa masyarakat telah 11
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
tahu akan pentingnya fungsi sumberdaya alam. Efektivitas peraturan tergantung pada kepercayaan bahwa orang harus mematuhinya. Sumberdaya, Modernisasi dan Tradisi Ikan, kepiting, udang, bakau dan karang adalah contoh sumberdaya pantai yang dimanfaatkan nelayan. Dengan adanya “orang luar atau pendatang”, cara-cara yang merusak mempengaruhi ekosistem pantai dan laut, misalnya : operasi penangkapan pukat harimau (trawler), lamparan dasar (trawler yang lebih kecil), pukat langgei (jaring matahalus) dan pemasangan bom. Pengaruhnya adalah rusaknya batuan karang dan menurunnya sumberdaya ikan. Jadi impian modernisasi yaitu memunculkan perbaikan kesejahteraan masyarakat tidak tercapai. Penciptaan dan introduksi teknologi juga berpengaruh terhadap nilai-nilai dan tradisi masyarakat pantai (terutama nelayan tradisional) dan merubah struktur kehidupan sosialnya yang bergantung pada tersedianya sumberdaya alam. Pemanfaatan sumberdaya alam yang dulunya dikontrol oleh hukum masyarakat yang tidak tertulis yang sangat dipatuhi dan dijaga, sekarang berubah karena perkembangan modernisasi dan teknologi. Misalnya, sekarang nelayan tradisional menggunakan kapan bermesin/bermotor. Perubahan dan Penyesuaian Sebagai akibat dari perubahan-perubahan ini, cara pengelolaan sumberdaya pantai tradisional jadi terancam dengan adanya pendatang yang memiliki kekuatan ekonomi dan otoritas hukum. Pengaruhnya terasa oleh masyarakat antara lain penurunan ekonomi setempat, tidak termotivasinya penduduk dan perubahan rasa memiliki “kepercayaan antar sesama secara tradisional turun temurun” menjadi rasa “curiga”. Guna menanggulangi pengaruh-pengaruh yang sedemikian, orang berusaha mencari cara-cara untuk berubah dan menyesuaikan diri antara lain dengan : x Saat ini terdapat cara-cara lain pemeliharaan ikan seperti penggunaan karamba atau rumpon x Penduduk membentuk organisasi-organisasi perikanan untuk lebih memperkuat kelompoknya x Mereka menggunakan berbagai macam alat penangkapan dan menentukan sendiri batas jumlah yang boleh ditangkap di daerahnya x Usaha-usaha dilakukan untuk memecahkan konflik tentang sumberdaya pantai yang terjadi antara penduduk setempat dengan pendatang. Misalnya, adanya tuntutan kepada Pemerintah, pembuatan aturan lokal, adanya diskusi-diskusi , dan adanya patroli pengawasan di laut x Usaha-usaha juga dilakukan untuk memahami penerimaan nelayan tradisional terhadap kaum usahawan dan pemerintah, serta membina suatu kepercayaan antar mereka x Ada juga beberapa strategi antar masyarakat sendiri untuk berkomunikasi dan berbagi kekuasaaan, dengan maksud untuk mengakomodasi kondisi dan harapanharapan nelayan tradisional. Sebagian besar usaha dan interaksi yang dikemukakan dalam artikel ini merupakan bagian dari apa yang mungkin disebut “peningkatan modal sosial” masyarakat. Usaha dan interaksi tersebut membantu dalam menciptakan pengelolaan sumberdaya pantai 12
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
berdasarkan tradisi yang tetap mengakomodasi cara-cara tradisional sekaligus juga tantangan modernisasi. Keberhasilannya sangat tergantung dari bagaimana pihak-pihak terkait saling mempercayai akan masing-masing. Tabitha Yulia adalah Programme Assistant di SPARK Indonesia. Dia tinggal di Bali dan dapat dihubungi di
[email protected] Artikel ini adalah hasil riset LSM Indonesia : Pusat Pengakjian dan Pengembangan Masyarakat, yang dilakukan di Medan Sumatera Utara pada tahun 2002. Riset ini adalah tentang adaptasi modal sosial masyarakat dalam kaitannya dengan modernisasi pada pengelolaan sumberdaya pantai berbasis masyarakat. Lokasi riset adalah Desa Batahan, Kabupaten Batahan di pantai barat Sumatera Utara, dan di Desa Jaring Halus, Kabupaten Secanggang, dipantai timurnya.
13
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
PERENCANAAN SUATU SISTIM MONITORING DAN EVALUASI (M&E) TERHADAP PERIKANAN MASYARAKAT Heather Airlie dan Haiko Meelis Pilot Project Dengan mengumpulkan dan mengelola informasi tentang Perikanan Masyarakat, maka CFDO6 Kamboja, berharap bisa lebih memahami isu-isu tentang pemanfaatan sumberdaya alam yang berkesinambungan, karena hal tersebut sesuai bagi kehidupan subsistens. Barubaru ini, suatu pilot project CFDO dilaksanakan dengan dukungan FLD7, VSO8 dan STREAM, di 12 desa di Propoinsi Kamnpong Chhnang, Kandal dan Kratie. Dengan demikian CFDO bisa mengetahui mekanisme pengumpulan berbagai data serta membuat suatu database untuk M&E Perikanan Msyarakat. Fokus utama proyek tersebut lebih ditujukan prosesnya, bukan hanya pada perolehan data yang terkumpul. Suatu cara yang praktis dibuat untuk mengidentifikasi dan mencatat adanya dan di daerah mana ada Perikanan Masyarakat tersebut, memonitor kegiatan-kegiatan dan konflik-konflik yang terkait dengan isu-isu pengelolaan, mengetahui perkembangan dan pengoperasian suatu usaha Perikanan saat didatangi, serta memperbaharui informasi dalam database sevara teratur. Laporan hasilnya : “Mendukung Perencanaan Suatu Database M&E Perikanan Masyarakat” dapat dibaca di website STREAM. Kesempatan dan Tantangan Terhadap Sumberdaya Perikanan
Ases Akan
Pengelolaan penangkapan perairan tawar sangat penting bagi pengamanan pangan, penciptaan penghasilan dan matapencaharian yang berkekelanjutan di Kamboja. Sumberdaya air tawar meyediakan sumber ikan yang terbesar bagi nelayan subsistens, yang merupakan wakil nyata dari kaum miskin yang hidupnya tergantung dari sumberdaya perairan yaitu sungai, danau dan hutan rimbun. Isu-isu utama Pengelolaan-bersama bagi pengguna sumberdaya perairan yang hidup miskin ini sumberdaya perairan sangat adalah seputar hak dan ases akan daerah penangkapan serta menjanjikan kesempatan bagi generasi penerus komunikasi antara mereka dengan lembaga-lembaga yang mendukungnya. Dibatalkannya banyak daerah tangkapan komersial berakibat meluasnya ases nelayan miskin ini untuk memanfaatkan sumberdaya tadi tempat hidupnya tergantung. Walaupun demikian, banyak diantara mereka tidak bisa memanfaatkan kesempatan ini karena tidak efektifnya mereka terwakili dalam pengelolaan bersama.
6
Community Fisheries Development Office of the Department of Fisheries - Kantor Pengembangan Perikanan Masyarakat, Departemen Perikanan 7 Farmer Livelihood Development - Pembangunan Matapencaharian Petani, LSM Kamoja, dulu nbernama SCALE 8 Voluntary Service Overseas, Inggris
14
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
Monitoring dan Evaluasi Guna Mendukung Pengelolaan Bersama Pengelolaan Bersama bisa dianggap suatu proses kesatuan yang partisipatif tentang pengambilan keputusan tentang peraturan, dari wakil-wakil pihak pengguna (anggota Perikanan Masyarakat), departemen pemerintah dan instansi pendukung lainnya. Perikanan Masyarakat punya kewenangan untuk membuat peraturan pengelolaanbersamanya masing-masing. Bila masyarakat setempat diberi peran efektif dalam mempromosikan pemerintahan yang baik, maka pengelolaan masyarakat haruslah berkesinambungan, dan kecenderungan untuk pendekatan berfokus pada penduduk harus dipertahankan. Pengelolaan Perikanan Masyarakat oleh CFDO di Kamboja bertujuan untuk meningkatkan matapencaharian penduduk miskin di pedesaan. Misi CFDOP adalah mendukung fungsinya sebagai mitra pembangunan guna mencapai pemanfaatan sumberdaya perairan secara efisien, berkesinambungan dan adil. Dengan lebih memahami isu-isu yang mempengaruhi Perikanan Masyarakat, akan lebih tinggi pula kemampuan CFDO dalam mengelola-bersama usaha perikanan dan dalam berkoordinasi dengan pegawai propinsi yang terlibat Perikanan Masyarakat tadi. Metoda Partisipasi Bagi Pengumpulan Informasi Untuk Database Tujuan dari pilot project adalah mengetahui prosesnya, bukan khusus hanya pengumpulan informasi. Pendekatan ini memungkinkan pengumpulan informasi database untuik melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan-bersama Perikanan Msyarakat di tiga propinsi tadi. Diskusi focus groups dengan pemuka masyarakat dan pemimpin desa, membantu dalam pengidentifikasian data kuantitatif. Sedangkan cara PRA (Participatory Rural Appraisal) – Kajian Pedesaan secara Partisipatif- yang dilakukan terhadap seluruh penduduk desa, memungkinkan adanya diskusi-diskusi untuk memperoleh data kualitatif. Proses tersebut mengidentifikasi dan mencatat adanya Perikanan Msyarakat, melalui pemanfaat pengetahuan setempat dan Global Positioning System (GPS). Berbagai konflik seputar pengelolaan-bersama dan cara-cara untuk menghindarinya dicatat. Kematangan dan jalannya kegiatan suatu Perikanan Msyarakat ditentukan oleh : monitoring hasil pilihan, proses administrasi dan tingkat keberhasilan yang dicapai, pengetahuan akan konsep Perikanan Masyarakat, penegakan hukum, terbentuknya daerah perlindungan ikan, adanya patroli pengawasan serta adanya dokumentasai tentang hal-hal tersebut tadi. Suatu database sederhana dibuat sehingga data bisa dimasukan, diperbaharui dan diproses secara elektronik dan akhirnya laporan ditulis. Pemanfaatan database ini lebih lanjut adalah untuk menganalisa informasi guna dihimpun dalam suatu paper/presentasi yang cocok untuk didistribusikan kepada para stakeholders.
15
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003 Memunculkan Matapencaharian Bagi Penduduk Miskin dengan Bantuan M&E
Dengan berakhirnya pilot project, CFDO bertekad untuk melanjutkan proyek M&E ini, secara memulai dengan apa yang ada. Departemen Perikanan Propinsi menyediakan data yang diperlukan, yang langsung dimasukkan dalam suatu database sederhana yang berdasarkan pada database9 pilot project. Hasil kajiannya bisa dibaca dalam internet Masyarakat mulai menyadari bahwa mereka bisa
. menolong dirinya sendiri Walaupun tidak sempurna, hal tersebut telah membantu staf CFDO dalam memperoleh pengalaman tenbtang M&E. Sebegitu jauh, ternyata mudah mengumpulkan data tentang indikator terbentuknya Perikanan Msayarakat dan kapasitas kelembagaan. Akan sangat berbeda halnya bila melakukan hal yang sama tentang pengelolaan sumberdaya yang berkesinambungan dengan data yang lebih mendalam artinya dan dalam cakupan lebih luas. Proyek UNDP10 bernama “Peningkatan Kapasitas Guna Pembangunan Berkesinambungan di daerah Tonle Sap” (bagian dari “Proyek Pengelolaan Lingkungan Tonle Sap – ADB11) membiayai 2 orang staf CFDO seksi M&E dan juga beberapa pegawai propinsi, untuk mengumpulkan data sekitar danau Tonle Sap. Proyek ini juga mengadakan training penggunaan alat-alat GPS dan perangkat lunak GIS12. Lebih jauh lagi, dalam Komponen 2 Proyek ADB tersebut yang akan dimulai tahun depan, tersedia dana untuk kegiatan M&E. Namun demikian, dana tersebut terbatas hanya untuk daerah Tonble Sap saja, padahal daetah kerja CFDO mencakup seluruh Kamboja. Lagipula, CFDO harus lebih menyadari akan adanya tuntutan informasi dari berbagai stakeholders baik yang beroperasi di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Perikanan Masyarakat masih dalam taraf dimulai, dengan adanya perbedaan besar pada kemampuan dan pengertian berbagai masyarakat. Tetapi, telah ada beberapa Komisi yang efektif, yang telah memiliki kesadaran besar atas perannya sendiri dalam pembangunan di masa depan. Melalui dialog terus menerus antara pemerintah dan stakeholders di masyarakat, serta dengan pengunaan suatu database M&E yang sesuai, betul-betul ada suatu kesempatan akan terwujudnya matapencaharian bagi penduduk miskin di masyarakat nelayan, dengan melalui pemberian nasehat dan bantuan kepada daerah-daerah yang sangat membutuhkannya. Heather Airlie adalah Penasehat Tim Matapencaharian Berkesinambungan di FLD Kamboja yang dapat dihubungi di <[email protected]>. Haiko Meelis (pria) adalah Penasehat Pengelolaan dan Komunikasi VSO yang bekerja di CFDO kamboja yang bisa dihubungi di [email protected] 9
Kecuali untuk data GPS, pengumpulan data tergantung dari pengetahuan dan peralatan yang ada. Usaha Departemen Pertanian ini terkendala dana 10 United Nation Development Program – Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa 11 Asian Development Bank – Bank Pembangunan Asia 12 Geographic Information System – Sistim Informasi Geografis
16
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN REKOMENDASI BAGI KOMUNIKASI STAKEHOLDERS YANG EFISIEN MELALUI SUATU SURVEI ASES INFORMASI Elizabeth M Gonzales, Malene Felsing dan Erwin L Pador Survei Ases Informasi Telah semakin meningkat jumlah institusi pemerintah di Filipina yang percaya bahwa kunci guna menangkal kecenderungan timbulnya kerusakan perikanan serta timbulnya kemiskinan masyarakat pantai adalah Pengelolaan Sumberdaya Pantai Berbasis Masyarakat (CBCRM = Community-Based Coastal Resource Management). Sebagai suatu strategi, CBCRM membutuhkan usaha yang serasi dari semua stakeholders pengguna sumberdaya perairan. Jadi, penting adanya komunikasi yang efisien antara masyarakat pantai dan stakeholders lainnya, serta tersedianya sumberdaya perairan dan dukungan terhadap mereka itu. Dengan mengingat hal ini. Suatu Survei Aksi Informasi (IAS – Information Action Survey) di Daerah VI13 Filipina, dilaksanakan pada Juni 2003, dibiayai STREAM dan Biro Sumberdaya Perikanan dan Perairan (Bureau of Fisheries and Aquatic Resources – BFAR) daerah VI. Survei ini bertujuan untuk : 1. Membuat profil singkat tentang stakeholders utama di sektor sumberdaya perairan dan perikanan 2. Membuat garis besar pemanfaatan berbagai media komunikasi di Daerah VI 3. Menggambarkan ases terhadap informasi, dan komunikasi antara dan dalam kelompokkelompok stakeholders, organisasi dan institusi dalam sektor, dan 4. Mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan starategi-strategi yang akan dirkomendasikan guna memaksimalkan komunikasi yang efisien dan memenyingkatnya bagi stakeholders Saat persiapan survei, sumber potensial akan informasi ditentukan. Selama survei yaitu 11 -–26 Juni 2003, wawancara dilakukan di Metro Manila dan derah-daerah lainnya di P. Luzon, serta di Daerah VI. Para informan kunci termasuk wakil-wakil departemen pemerintah, masyarakat sipil, lembaga riset dan pemerintah kota. Selain itu juga dilaksanakan Diskusi Focus Group (FGD) dengan masyarakat nelayan, pemuka desa dan wakil-wakil perkumpulan nelayan, di tiga ibukota.
13
Kantor STREAM Filipina bertempat di Iloilo City, di Daerah VI
17
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
Beberapa Temuan Profil Peserta -> Dukungan kelembagaan bagi pembangunan perikanan dan akuakultur di masyarakat, diperoleh melalui badan-badan pemerintah. Hampir seluruh pegwai pemerintah berpendidikan BSc dan memilih menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi tertulis dan informasi teknis. Semua bisa berbahasa nasional Filipino disamping bahasa daerahnya sendiri. Profile masyarakt sipil di LSM -> Pegawai tingkat manajer hampir semua Peserta FGD membicarakan pilihannya berpendidikan paling rendah BSc dan sangat akan berbagai materi cetakan fasih berbahasa Inggris. Hampir semua LSM mendapat dananya dari donor international dan sebagian besar punya ases internet dan menggunakan e-mail. Anggotaanggota organisasi penduduk hampir semuanya nelayan yang lulus sekolah dasar, bisa baca tulis bahasa Filipina dan bahasa setempat, tetapi kemampuan bahasa Inggrisnya terbatas. Di lembaga-lembaga riset, semua buku teks umumnya dalam bahasa Inggris, yang merupakan bahasa utama untuk komunikasi tertulis. Hampir semua pegawai Unit Pemerintah Lokal (LGU = Local Government Unit) berpendidikan BSc dan sangat fasih berbahasa Inggris. Di masyarakat nelayan, tingkat kemampuan baca-tulis sangat tinggi dan hampir semuanya lulus SMP. Selain bahasa daerahnya masing-masing, mereka bicara bahasa Hiligaynon dan Filipino, dan beberapa diantaranya bisa bicara bahasa Inggris. Media Komunikas -> Ini termasuk : radio, televisi, koran, majalah, bioskop, buku komik, video, media tradisional dan cerita rakyat seperti composos14, teater pembangunan, buletin informasi pedesaan, brosur, telepon genggam dan teknologi informasi. Radio dan televisi adalah media paling populer. Survei juga menunjukan bahwa penduduk desa berkonsultasi atau mendapatkan informasi dari pegawai LGU, pejabat pemerintah dan non pemerintah, dan kadang-kadang juga dari petugas-petugas pertanian dan perikanan kota dan organisasi masyarakat, politisi setempat, polisi dan para penegak hukum perikanan. Pertukaran informasi -> Interaksi individu didalam lembaga terjadi melalui saluran resmi. Interaksi ini umumnya memerlukan jasa pos dan fax, yang selalu ditulis dalam bahasa Inggris. Hubungan informal selanjutnya melalui jalur telepon, dan telepon genggam (termasuk pesan tertulis SMS) dan mesin faks. Ases Terhadap Informasi -> Penyuluhan bagi masyarakat pantai cendrung berfokus pada transfer teknologi bagi nelayan atau perkumpulan nelayan. Metoda penyuluhan meliputi : seminar pelatihan, diskusi, leaflet dan poster (hampir semuanya dalam bahasa Inggris), dan kolam percontohan (termasuk untuk budidaya rumput laut dan budidaya tilapia, catfish atau bandeng di pekarangan).
14
Composos adalah balada rakyat tentang perlawanan dan kemenangan seseorang atau masyarakat
18
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
Kebutuhan dan Rekomendasi Berdasarkan hasil perolehan, ditentukan informasi dan kebutuhan penyuluhan bagi setiap kelompok serta tanggungjawab para stakeholdernya, dan disampaikan rekomendasirekomendasi yang berkaitan. Rekomendasi-rekomendasi kunci termasuk : x Strategi penyuluhan perlu skala nasional bagi sektor perikanan dan akuakultur perlu dibuat dengan cara partisipatif. x Pelayanan penyuluhan perlu dirampingkan agar semua pengguna akhir memperolah pelayanan yang adil. x Informasi penyuluhan harus ditargetkan dan diuji coba untuk mengoptimalkan efisiensi komunikasi. x Mekanisme yang telah ada untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat bagi penyuluh perlu diperkuat.
Peserta FGD dari Masyarakat di Badan Pengelolaan SD. Benate Bay, Inc. Pengalaman yang diperoleh Survei Ases Informasi merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan sebelum dimulainya program pembangunan. Survei ini mampu mengidentifikasi kelompokkelompok stakeholders dan cara yang efektif untuk berkonsultasi dengan mereka. Hasil survei juga menuju akan identifikasi komunikasi dan kebutuhan penyuluhan para stakeholders, dan menyediakan informasi yang relevan bagi suatu perencanaan strategis. Kerja-kerja pendahuluan survei seperti adanya networking awal dengan stakeholders potensial dan penentuan sumber potensial bagi informasi tang relevan, bisa menjamin keefektifitan survei. Pada awal survei, definisi tujuan dengan jelas, sangatlah menentukan karena hal ini mempengaruhi petunjuk bagaimana wawancara dilakukan dan arah tujuan Diskusi Focus Group. Pertanyaan dalam wawancara yang terbuka adalah efektif karena pertanyaan sedemikian memungkinkan stakeholders menonjolkan isu-isu yang mungkin tidak terpikirkan oleh pewawancara sendiri.
Elizabeth (Bebet) adalah Communication Hub Manager dan Erwin Pador adalah Assistant National Coordinator di STREAM Filipina, Iloilo Cit. Mereka dapat dihubungi di <[email protected]> Malene di Dushaka Barat dapat dihubungi di [email protected] .
19
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
SEMINAR WORKSHOP IEC TENTANG DUKUNGAN PELAKANAAN ORDINANSI PERIKANAN DI ROXAS CITY, FILIPINA Belinda M. Garrido dan Elizabeth M. Gonzales. Roxas City, Dulu dan Sekarang Roxas City adalah Ibukota Propinsi Caviz, yang terletak di utara timur Pulau Panay, sekitar 136 km dari Iloilo City, memiliki daerah luas untuk kegiatan akuakultur dan perikanan. Kota ini dulunya adalah pemasok utama hidangan laut di Filipina seperti kepiting, udang, kerang hijau, scallops, kerang kapis (Placuna placenta) dan “angel wings”. Namun di tahun-tahun terakhir ini terjadi ketidakteraturan perluasan daerah perkolaman, penangkapan diperairan kota dan konstruksi alat tangkap di sungai-sungai dan perairan di kota, akibatnya sumberdaya perikanan menurun dan masalah lingkungan muncul, yang mengarah kepada penurunan produksi dan hasil tangkapan ikan. Usaha-budidaya dan penangkapan mulai ditutup. Nelayan skala kecil adalah salah satu diantara yang paling terpengaruh karena mereka tidak punya modal untuk mengganti kerugian yang terkena. Nelayan skala menengah dan maju, beberapa pindah ke usaha budidaya laut misalnya karamba ikan kerapu atau ikan laut ekonomis penting lainnya. Pemekaran tak beraturan dan cara-cara di atas merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi pemerintah kota. Ordinansi Perikanan Untuk menghadapi isu-isu tersebut, pemerintah Roxas City, khususnya Kantor Dinas Pertanian Kota (CASO = City Agriculture Service Office) membuat suatu ordinansi perikanan mulai proses memfasilitasi yang melibatkan nelayan, organisasi nelayan dan Badan Pengelola Perairan dan Sumberdaya Perikanan (FIARMCs = Fisheries Aquatic and Resource Managemant Councils) di 25 kecamatan (barangay15) Roxas City. Walau telah lebih dari 8 bulan berlaku sejak Desember 2002, pelaksanaan belum dan sangat dinantikan. CASO merasakan pentingnya mempopulerkan ordinansi tersebut. Mereka menyadari perlu semacam bantuan tentang cara pelaksanaannya. Salah satu cara adalah melatih pegawai pemerintah kota yang telibat dan FARMCs dalam persiapan materi Informasi, Pendidikan dan Komunikasi (IEC = Information, Education and Communication). Belinda Garrido pejabat perikanan CASO, menyampaikan usulan ke BFAR Daerah VI agar memdanai suatu Seminar-Workshop untuk persiapan materi IEC. Seminar-Workshop Tujuan seminar-workshop 3 hari yang diadakan Agustus 2003 ini adalah menyiapkan cetakan dan media informasi IEC untuk mempopulerkan ordinansi. Tim fasilitasi termasuk Jose Razon III, Kepala BFAR-FRMP (Fisheries Resource Management Projec16) - FIMC (Fisheries ManagementInformation Center17); Agnes Solis dari BFAR- FRMP18 untuk IEC; 15
Suatu unit administrasi di Filipina yang bisa disejajarkan dengan desa Fisheries Resource Management Project – Proyek Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Proyek 4 tahun ADB yang mengerjakan pengentasan kemiskinan melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya pantai 17 FIMC dibentuk di bawah FRMP untuk mendukung perkembangan Sistem Informasi Perikanan Filipina 18 Fisheries Resource Management Project 16
20
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
Janice Tronco, Pejabat Informasi BFAR 6 serta Erwin Pador dan Bebet Gonzales dari STREAM Filipina. Ke 23 peserta workshop termasuk pejabat penyuluh pertanian dan perikanan, Kepala pelayanan penyuluhan suatu akademi politeknik pemerintah, Redaksi newsletter pemerintah, wakil-wakil Badan Pengelola Sumberdaya Perairan Perikanan (FARMCs), wakil-wakil dari kantor turisme serta Kantor Perencanaan dan Pembangunan. Peserta dan fasilisator dengan pengalaman 3 hari pembelajaran Introduksi tentang proses perencanaan dan siklus produksi IEC – serta program-program IEC yang sedang berjalan seperti kegiatan FRMP dan STREAM – disampaikan kepada seluruh peserta. Demikian juga hasil-hasil Survei Ases informasi (IAS) yang dilaksanakan di daerah barat Visayas (Daerah VI) – (lihat juga diadakan artikel sebelumnya oleh Gonzales, Felsing dan Pador). Kuliah singkat tentang prinsip-prinsip petunjuk, cara praktis (tip) dan teknik-teknik yang dikemukakan disetiap workshop pada berbagai media cetak and media suara/kaca. Setelah setiap presentasi, ada sesi membahas “hasil” secara kritis dan langsung dibuat perubahanperubahan yang diperlukan, sehingga pada akhir workshop hanya sedikit saja revisi yang diperluan. Topik-topik tentang cara menyelenggarakan pertemuan dan fasilitasi dengan masyarakat secara efektif, juga disampaikan guna keperluan petugas penyuluh dan wakilwakil Badan Pengelolaan Sumberdaya dan Perairan Perikanan (FARMCs). Pada akhir workshop, peserta dapat merencanakan 3 billboard reklame dan 3 poster tentang tanaman laut, tempat berenang dan daerah perlindungan kerang-kerangan. Mereka juga membuat 3 buah pengumuman berdurasi 30 detik dan 3 drama pendek tentang komponen penting dari ordinansi perikanan tersebut, sebuah slogan dan sebuah nyanyian pendek (jingle) yang akan digunakan pada kampanye pengelolaan sumberdaya pantai, konsep presentasi dalam PowerPoint tentang ordinansi yang digunakan dalam brifing pejabat pemerintah dan koleganya, serta newsletter tentang program-program pengelolaan sumberdaya pantai yang menurut Redaksinya (juga sebagai peserta) bisa dibuat jadi suatu publikasi. Para peserta juga merencanakan akan memperoduksi suatu film tentang ordinansi perikanan yang baru tersebut. Beberapa Cerita Dalam pembicaraan informal saat istirahat dan acara penutupan, peserta didorong untuk berbagi pengalaman – Inilah contohnya Salvador Bartocillo (Buddy), dari Kantor Perencanaan an Pembangunan Kota. Buddy mengatakan bahwa ia menghargai cara pelaksanaan workshop karena dia tidak menyangka bahwa dia dan rekan-rekan kelompoknya memiliki kemampuan yang ternyata bisa mendukung pekerjaan IEC. (semua orang memperhatikan bahwa suara Buddy sendiri 21
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
cocok untuk kampanye ordinansi di radio). Dia juga mengatakan bahwa belajar menggunakan PowerPoint ternyata membuat lebih efektif presentasi pekarjaannya di kantor. Dia juga menyadari dan mengakui bahwa tidak seperti pada seminar lainnya yang pernah dia hadiri, suasana santai dalam workshop ini mendorong timbulnya partisipasi yang aktif dan dinamis dari seluruh peserta dan nara sumber. Hal ini tergambar dari perolehan output yang dihasilkan workshop. Dia berharap akan ada lagi seminar seperti ini. Belinda M.Garrido (Bels), Kantor Dinas Pertanian Kota Bels sama-sama merasakan perjuangan berat ketika sebagai anggota kelompok kerja teknis dan FARMC, dia memfasilitasi penerapan pendekatan pengelolaan sumberdaya pantai (CRM) di Roxas City. Ia mengakui bahwa keluarnya ordinansi hanyalah langkah awal. Tugas berat utama kedepan adalah bagaimana mempopulerkan dan menerapkannya, dan dia lama sekali tidak pernah dilatih tentang IEC. Jadi ikutserta dalam seminar ini sangat tepat waktunya. Dia beruntung memiliki materi IEC yang diperolehnya dari workshop. Bels juga senang bahwa melalui pembelajaran yang diperoleh bersama teman-teman se workshop dan momentum yang dihasilkan, dia dapat mendorong rekan-rekannya semua agar terlibat dalam perencanaan IEC dan pembuatan materi-materinya. Bels percaya bahwa mempelajari prinsip-prinsip petunjuk bagi penyelenggaraan pertemuan yang efektif dan untuk suatu fasilitasi dapat meningkatkan cara dia dan teman-teman menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dengan masyarakat, yang merupakan hal sangat penting dalam tugas penyuluhannya.
Belinda M Garrindo adalah Pejabat Perikanan di IEC, Kantor Dinas Pertanian Kota Roxas City Capiz., dapat dihubungi di [email protected], Elizabets M Gonzales adalah Communication Hub Manager STREAM Flipina, bisa dihubungi di [email protected] .
22
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
SEMINAR WORKSHOP INFORMASI, PENDIDIKAN DAN KOMUNIKASI (IEC) TENTANG DUKUNGAN PELAKANAAN ORDINANSI PERIKANAN DI ROXAS CITY, FILIPINA Belinda M. Garrido dan Elizabeth M. Gonzales. Roxas City, Dulu dan Sekarang Roxas City adalah Ibukota Propinsi Caviz, yang terletak di utara timur Pulau Panay, sekitar 136 km dari Iloilo City, memiliki daerah luas untuk kegiatan akuakultur dan perikanan. Kota ini dulunya adalah pemasok utama hidangan laut di Filipina seperti kepiting, udang, kerang hijau, scallops, kerang kapis (Placuna placenta) dan “angel wings”. Namun di tahun-tahun terakhir ini terjadi ketidakteraturan perluasan daerah perkolaman, penangkapan diperairan kota dan konstruksi alat tangkap di sungai-sungai dan perairan di kota, akibatnya sumberdaya perikanan menurun dan masalah lingkungan muncul, yang mengarah kepada penurunan produksi dan hasil tangkapan ikan. Usaha-budidaya dan penangkapan mulai ditutup. Nelayan skala kecil adalah salah satu diantara yang paling terpengaruh karena mereka tidak punya modal untuk mengganti kerugian yang terkena. Nelayan skala menengah dan maju, beberapa pindah ke usaha budidaya laut misalnya karamba ikan kerapu atau ikan laut ekonomis penting lainnya. Pemekaran tak beraturan dan cara-cara di atas merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi pemerintah kota. Ordinansi Perikanan Untuk menghadapi isu-isu tersebut, pemerintah Roxas City, khususnya Kantor Dinas Pertanian Kota (CASO = City Agriculture Service Office) membuat suatu ordinansi perikanan mulai proses memfasilitasi yang melibatkan nelayan, organisasi nelayan dan Badan Pengelola Perairan dan Sumberdaya Perikanan (FIARMCs = Fisheries Aquatic and Resource Managemant Councils) di 25 kecamatan (barangay19) Roxas City. Walau telah lebih dari 8 bulan berlaku sejak Desember 2002, pelaksanaan belum dan sangat dinantikan. CASO merasakan pentingnya mempopulerkan ordinansi tersebut. Mereka menyadari perlu semacam bantuan tentang cara pelaksanaannya. Salah satu cara adalah melatih pegawai pemerintah kota yang telibat dan FARMCs dalam persiapan materi Informasi, Pendidikan dan Komunikasi (IEC = Information, Education and Communication). Belinda Garrido pejabat perikanan CASO, menyampaikan usulan ke BFAR Daerah VI agar memdanai suatu Seminar-Workshop untuk persiapan materi IEC. Seminar-Workshop Tujuan seminar-workshop 3 hari yang diadakan Agustus 2003 ini adalah menyiapkan cetakan dan media informasi IEC untuk mempopulerkan ordinansi. Tim fasilitasi termasuk Jose Razon III, Kepala BFAR-FRMP (Fisheries Resource Management Projec20) - FIMC
19
Suatu unit administrasi di Filipina yang bisa disejajarkan dengan desa Fisheries Resource Management Project – Proyek Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Proyek 4 tahun ADB yang mengerjakan pengentasan kemiskinan melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya pantai
20
23
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
(Fisheries ManagementInformation Center21); Agnes Solis dari BFAR- FRMP22 untuk IEC; Janice Tronco, Pejabat Informasi BFAR 6 serta Erwin Pador dan Bebet Gonzales dari STREAM Filipina. Ke 23 peserta workshop termasuk pejabat penyuluh pertanian dan perikanan, Kepala pelayanan penyuluhan suatu akademi politeknik pemerintah, Redaksi newsletter pemerintah, wakil-wakil Badan Pengelola Sumberdaya Perairan Perikanan (FARMCs), wakil-wakil dari kantor turisme serta Kantor Perencanaan dan Pembangunan. Introduksi tentang proses perencanaan dan siklus produksi IEC – serta program-program IEC yang sedang berjalan seperti kegiatan FRMP dan STREAM – disampaikan kepada seluruh peserta. Demikian juga hasil-hasil Survei Ases informasi (IAS) yang dilaksanakan di daerah barat Visayas (Daerah VI) – (lihat juga diadakan artikel sebelumnya oleh Gonzales, Felsing dan Pador). Kuliah singkat tentang prinsip-prinsip petunjuk, cara praktis (tip) dan teknik-teknik yang dikemukakan disetiap workshop pada berbagai media cetak and media suara/kaca. Setelah setiap presentasi, ada sesi membahas “hasil” secara kritis dan langsung dibuat perubahan-perubahan yang diperlukan, sehingga pada akhir workshop hanya sedikit saja revisi yang diperluan. Topik-topik tentang cara menyelenggarakan pertemuan dan fasilitasi dengan masyarakat secara efektif, juga disampaikan guna keperluan petugas penyuluh dan wakil-wakil Badan Pengelolaan Sumberdaya dan Perairan Perikanan (FARMCs). Pada akhir workshop, peserta dapat merencanakan 3 billboard reklame dan 3 poster tentang tanaman laut, tempat berenang dan daerah perlindungan kerang-kerangan. Mereka juga membuat 3 buah pengumuman berdurasi 30 detik dan 3 drama pendek tentang komponen penting dari ordinansi perikanan tersebut, sebuah slogan dan sebuah nyanyian pendek (jingle) yang akan digunakan pada kampanye pengelolaan sumberdaya pantai, konsep presentasi dalam PowerPoint tentang ordinansi yang digunakan dalam brifing pejabat pemerintah dan koleganya, serta newsletter tentang program-program pengelolaan sumberdaya pantai yang menurut Redaksinya (juga sebagai peserta) bisa dibuat jadi suatu publikasi. Para peserta juga merencanakan akan memperoduksi suatu film tentang ordinansi perikanan yang baru tersebut. Beberapa Cerita Dalam pembicaraan informal saat istirahat dan acara penutupan, peserta didorong untuk berbagi pengalaman – Inilah contohnya Salvador Bartocillo (Buddy), dari Kantor Perencanaan an Pembangunan Kota. Buddy mengatakan bahwa ia menghargai cara pelaksanaan workshop karena dia tidak menyangka bahwa dia dan rekan-rekan kelompoknya memiliki kemampuan yang ternyata bisa mendukung pekerjaan IEC. (semua orang memperhatikan bahwa suara Buddy sendiri cocok untuk kampanye ordinansi di radio). Dia juga mengatakan bahwa belajar menggunakan PowerPoint ternyata membuat lebih efektif presentasi pekarjaannya di kantor. Dia juga menyadari dan mengakui bahwa tidak seperti pada seminar lainnya yang pernah dia hadiri, suasana santai dalam workshop ini mendorong timbulnya partisipasi 21 22
FIMC dibentuk di bawah FRMP untuk mendukung perkembangan Sistem Informasi Perikanan Filipina Fisheries Resource Management Project
24
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
yang aktif dan dinamis dari seluruh peserta dan nara sumber. Hal ini tergambar dari perolehan output yang dihasilkan workshop. Dia berharap akan ada lagi seminar seperti ini. Belinda M.Garrido (Bels), Kantor Dinas Pertanian Kota Bels sama-sama merasakan perjuangan berat ketika sebagai anggota kelompok kerja teknis dan FARMC, dia memfasilitasi penerapan pendekatan pengelolaan sumberdaya pantai (CRM) di Roxas City. Ia mengakui bahwa keluarnya ordinansi hanyalah langkah awal. Tugas berat utama kedepan adalah bagaimana mempopulerkan dan menerapkannya, dan dia lama sekali tidak pernah dilatih tentang IEC. Jadi ikutserta dalam seminar ini sangat tepat waktunya. Dia beruntung memiliki materi IEC yang diperolehnya dari workshop. Bels juga senang bahwa melalui pembelajaran yang diperoleh bersama teman-teman se workshop dan momentum yang dihasilkan, dia dapat mendorong rekan-rekannya semua agar terlibat dalam perencanaan IEC dan pembuatan materi-materinya. Bels percaya bahwa mempelajari prinsip-prinsip petunjuk bagi penyelenggaraan pertemuan yang efektif dan untuk suatu fasilitasi dapat meningkatkan cara dia dan teman-teman menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dengan masyarakat, yang merupakan hal sangat penting dalam tugas penyuluhannya.
Belinda M Garrindo adalah Pejabat Perikanan di IEC, Kantor Dinas Pertanian Kota Roxas City Capiz., dapat dihubungi di [email protected], Elizabets M Gonzales adalah Communication Hub Manager STREAM Flipina, bisa dihubungi di [email protected] .
25
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
TENTANG JURNAL STREAM Dicetak oleh STREAM (Support to Regional Aquatic Resources Management) - Dukungan bagi Pengelolaan Sumberdaya Perairan Sekretariat NACA (Network of Aquaculture Centres in Asia Pacific) – Jaringan Pusat-Pusat Akuakultur di Asia Pasifik Saraswadi Building, Department of Fisheries Compound Kasetsart University Campus Ladyao, Jatujak, Bangkok 10903 Thailand Dewan Redaksi Kath Copley, Spesialis Komunikasi STREAM Graham Haylor, Direktur STREAM Le Thanh Luu, Koordinator Nasional STREAM – Vietnam William Savage, Spesialis Komunikasi STREAM Sonia Seville, Koordinator Nasional STREAM – Filipina Thay Somony, Koordinator Nasional STREAM – Kamboja Tujuan Jurnal STREAM dicetak setiap 3 bulan, guna mempromosikan peran serta, komunikasi dan kebijakan yang mendukung matapencaharian para pengguna sumberdaya alam yang hidup miskin di Asia Pasifik, serta guna menjalin jaringan antara pengelola sumberdaya perairan dengan sektor-sektor lain. Jurnal STREAM meliputi isu-isu yang berkaitan dengan orang yamg matapencahariannya menyangkut pengelolaan sumberdaya perairan, terutama yang memiliki sumberdaya terbatas, serta para praktisi dari pemerintah, LSM dan internasional yang bekerjasama dengan masyarakat. Isu-isu tersebut termasuk : pembelajaran, pengelolaan sumberdaya, perundang-undangan, matapencaharian, jender, partisipasi, stakeholder, kebijakan dan komunikasi. Tujuan lain Jurnal STREAM yang sama pentingnya adalah memberi kesempatan agar suara yang tidak keras mejadi terdengar dan dipresentasikan berupa publikasi profesional yang praktis tapi juga akademis. Isi Jurnal STREAM seyogyanya jangan dilihat hanya sebagai gambaran pandangan lembaga/badan tertentu, namun juga sebagai pernyataanpernyataan para individu berdasarkan pengalamannya sendiri. Pengarang bertanggung jawab atas isi artikel, sedangkan STREAM mengatur redaksionalnya. Distribusi Jurnal STREAM terdiri dari 3 bentuk : x Versi PDF elekronik, yang dicetak dan didistribusikan oleh Communication Hub STREAM di setiap negeri x Versi yang bisa diases dan dibuka dalam format PDF di Perpustakaan virtual pada website STREAM www.streaminitiative.org dan 26
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
x Versi cetakan yang didistribusikan oleh Sekretariat NACA. Kontribusi Jurnal STREAM menjadi alat pendorong agar pengguna sumberdaya perairan dan orangorang yang berkecimpung didalamnya mau menulis artikel. Jurnal STREAM juga menerima tulis-tulis yang berupa pengalaman-pengalaman rekan-rekan di tingkat masyarakat. Artikel harus ditulis dalam bahasa Inggris yang sederhana dan tidak lebih dari 1000 kata (atau kurang lebih 2 halaman A4 ketikan 1 spasi). Artikel dapat dikirim ke William Savage, Redaksi Jurnal STREAM di [email protected] Untuk keterangan lainnya, dapat ditanyakan kepada Graham Haylor, Direktur STREAM di [email protected]
27
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
TENTANG STREAM Pengelolaan Sumberdaya dan Dukungan untuk Perairan Regional (STREAM) adalah sebuah inisiatif yang dirancang selama lima tahun program kerja Jaringan perikanan budidaya di Asia Pasifik (NACA). Bertujuan untuk mendukung lembaga-lembaga dan institusi untuk: x Menggunakan informasi yang ada secara lebih terbuka dan efektif x Lebih mengerti mata pencaharian orang-orang miskin dan x Memudahkan orang-orang miskin to mendapatkan pengaruh yang lebih besar melalui undana-undang dan rencana serta proses yang akan berpengaruh pada kehidupan mereka. STREAM akan melakukannya dengan mendukung rencana-rencana dan proses darui institusi mediasi dan membangun kemampuan untuk: x Mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya perairan yang akan berpengaruh pada mata pencaharian orang-orang miskin x Mengamati dan mengevaluasi pendekatan pengelolaan yang berbeda x Jaringan bersama dan diantara sector-sektor dan negara-negara. Inisiatif STREAM berdasar pada kebersamaan, terlibat di luar sebagai sebuah koalisi dari rekan sejawatnya (AusAID, DFID, FAO, and VSO) yang mendukung NACA. Telah dilakukan pendekatan inklusif, untuk mencapai hubungan dengan stakeholders yang terikat dalam pengelolaan sunberdaya perairan dan mendukung mereka untuk mempengaruhi rancangan inisiatif, implementasi dan manajemen. Kebersamaan dalam pekerjaan dikoordinasi di tiap negara melalui Tim Koordinasi Nasional yang terdiri dari Kordinator Nasional (kolega senior nasional yang telah disetujui oleh pemerintah) dan Manager Hub komunikasi (kolega nasional yang bekerja full time dan selama 2 tahun pertama didukung oleh STREAM) dan hubungan dari para stakeholders nasional. Komunikasi Hub didukung oleh perangkat keras, perangkat lunak latihan-latihan dan dukungan teknologi serta jaringan dan dukungan sumberdaya manusia dan link nasional stakeholders melalui jaringan internet regional. Kordinasi Nasional di bimbing oleh Country Strategie Paper (CSP) dengan laporan bulanan yang di drawn up oleh kordinator dan Hub Manager dalam konsultasi dengan stakeholders dengan mereka yang secara teratur membuat jaringan. A CSP mengidentifikasi kunci-kunci masalah, berita regional, tujuan dan prioritas dari kegiatankegiatan, dan dan mencari dana untuk ini mereka mendapat dari STREAM dan yang lainnya yang mendukung STREAM Kantor regional STREAM (di secretariat NACA di Bangkok) menciptakan fungsi kordinasi regional dan dana serta mengelola kegiatan antar regional yang berhubungan dengan mata pencaharian, institusi, rencana-rencana pembangunan dan komunikasi empat tema hasil dasar STREAM. Implementasi STREAM adalah proses iterative, yang secara inisial beroperasi di Kamboja Pilipina dan Vietnam dan yang lebih luas lagi di Asia Pasifik dimana kesempatan untuk menangani kemiskinan dan mempromosikan pemerintahan yang baik, seperti pengalaman 28
Jurnal STREAM
Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2003
yang didapat, pelajaran yang dipelajari, dampak yang telah terjadi dan meyakinkan bahwa pengetahuan yang ada dan keahlian dipengaruhi dari perubahan disekitar wilayah, dan itu merupakan pelajaran yang disseminated melalui Asia Pasifik. Jurnal STREAM dan situs STREAM adalah komponen dari strategi ini. STREAM Communications Hub Manager Kamboja: Sem Viryak India: Rubu Mukherjee Indonesia: Alfida Ahda <[email protected]> Myanmar: Khin Muang Soe Nepal: Nilkanth Pokhrel Pilipina: Elizabeth Gonzales <[email protected]> Vietnam: Nguyen Song Ha Yunnan, China: Susan Li
29